BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan: hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan sebagai keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia (Koenjaraningrat, 2002: 181). Selain dari bahasa sansekerta nama lain kebudayaan adalah culture yang merupakan istilah dari bahasa asing. Culture berasal dari bahasa latin yaitu Colere yang berarti mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani, dari asal arti tersebut kata culture diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah atau merubah alam (Soerjono Soekanto, 1982:166). Selain pendapat dari Koenjaraningrat dapat kita temukan arti kata kenbudayaan menurut pendapat para ahli yang lain. Ville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowiski mengemukakan Cultural Determinism yang berarti bahwa sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut (Soerjono Soekanto, 1982: 165-166). Kebudayaan menurut E. B. Tylor adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 1982:166167).Istilah kebudayaan juga dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi yang mengemukakan kebudayaan adalah sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (Soerjono Soekanto, 1982: 167). Jadi kebudayaan dapat disimpulkan sebagai sebuah karya yang di ciptakan oleh manusia yang timbul dari akal dan diwujudkan dengan tindakan sehingga menciptakan suatu hasil karya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Evolusi kebudayaan di artikan sebagai berikut. tentang proses evolusi sosial universal, semua hal tersebut harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lambat 5 (berevolusi), dari tingkat-tingkat yang rendah dan sederhana, ketingkat-tingkat yang makin tinggi dan kompleks (Koentjaraningrat, 1980:31). Evolusi ini menyatakan jika kebudayaan dapat berkembang secara pelan tapi pasti menuju kearah kebaiakn sesuai dengan perkembangan jaman. Dalam karya spencer menyatakan konsepsi bahwa bahwa seluruh alam itu, baik yang berwujud nonorganis, organis, maupun super organis, berevolusi karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebut evolusi universal (Sepencer, 1876: 434). Teori ini dapat kita artikan jika perubahan sosial mencakup semua manusia baik yang tidak berorganisasi maupun yang berorganisasi karena karena terdorong oleh kekuatan evolusi universal yang tidak dapat dihindari oleh masing-masing individu. Seperti dalam proses biologis dimana mahluk yamg bisa hidup langsung itu adalah jeni-jenis yang paling cocok dengan lingkungan alamnya, maka dalam evolusi sosial aturan-aturan hidup manusia serta hukum yang dapat dipaksakan tahan dalam masyarakat, adalah hukum yang dapat memenuhi kebutuhan para warga masyarakat yang paling cocok dengan persyaratan masyarakat dimana mereka hidup (Koentjaraningrat, 1980: 37). Didalam proses evolusi biologis ini menyatakan bahwa proses evolusi ini menyangkut tentang hukum dan lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi di dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Masyarakat Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian takada masyarakat yang tak memiliki kebudayaan dan sebaliknya takada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya (Soerjono Soekanto, 1969: 40). Memang benar jika pengertian masyarakat dihubungkan dengan kebudayaan karena kedua hal tersebut sangat berhubungan erat karana sering kali setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat baik disengaja maupun tidak disengaja akan membentuk sebuah kebudayaan. Selain pendapat dari Soerjono ada pula pendapat dari para ahli yang lain yang membahas mengenai masyarakat. Mac Iver dan Page menyatakan masyarakat adalah suatu sistim dari kebiasaan. Dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan 6 penggolongan dari pengawasan dan tingkahlaku serta kebebasan manusia (Soerjono Soekanto, 1969: 27). Menurut Raiph Linton masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerjasama yang cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas yang dirumuskan dengan jelas (Soerjono Soekanto, 1969: 27). Memang pendapat Raiph mengenai masyarakat mengenai rasa persatuan dan batas-batas pergaulan dalam masyarakat itu sangat penting, karena dengan adanya rasa persatuan dan batas-batas pergaulan akan membuat masyarakat menjadi lebih aman dan tentram karena dengan adanya hal tersebut akan otomatis mengurangi prilaku-perilaku yang menyimpang. Menurut Selo Soemardjan masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1969: 27). Pendapat yang dikemukakan Selo Soemarjdan mirip sekali dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soerjono yang menyatakan jika masyarakat itu berhubungan erat dengan kebudayaan. Masyarakat pantai di Desa Karangharjo Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang memiliki berbagai potensi baik berupa sumberdaya manusia maupun dibidang kebudayaan. Masyarakat pantai umumnya berperilaku agak keras namun jika kita lihat dari segi sosial masyarakat pantai memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Kebersamaan tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan mereka sehari-hari mulai dari tutur kata, cara berpenampilan, kebersamaan dalam bekerja, dan hobi yang sama seperti tidur diatas pasir. Momen tersebut dimanfaatkan sebagai sarana dalam mempererat kebersamaan antar warga masyarakat, karena dapat berkumpul dan dapat saling berbagi dalam berbagai hal (Wawancara Mohamad Syahroni 4 januari 2015). Ada pula pendapat yang menyatakan pendapat yang menyatakan jika budaya ini dijadikan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mencari kepuasan kerena setelah melakukan kegiatan tidur diatas pasir mereka dapat merasakan ringan pada tubuh mereka karena rasa pegal pada tubuh mereka hilang (Wawancara Samudi 4 januari 2015 ). 7 3. Interaksi Sosial Proses-proses Sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan saling menentukan sistim serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya caracara hidup yang telah ada (Soerjono Soekanto, 1982:53-54). Soerjono soekanto menyebutkan jika bentuk umum dari proses-proses social adalah interaksi sosial (yang juga dapat disebut dengan proses sosial) oleh karena itu interaksi sosial merupakan syarat utama aktivitas-aktivitas sosial (Soerjono Soekanto, 1982: 55). Dari penjelasan tersebut Soejono Soekanto merumuskan interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara induvidu dengan kelompok manusia (Soerjono Soekanto, 1982: 55). Jadi dapat disimpulkan interaksi sosial adalah proses antara berbagai segi kehidupan manusia, apabila individu dan kelompok manusia saling seling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut (Tri Widiarto, 2008). Pengertian interaksi sosial ini digunakan untuk mempelajari gejala-gejala yang ada didalam masyarakat, interaksi sosial merupakan sebuah pokok didalam kehidupan sosial, tanpa adanya interaksi sosial tidak akan ada hubungan antar manusia. Didalam pembentukan interaksi sosial dapat dilakukan dengan kontak sosial yaitu wujud hubaungan antar manusia untuk saling berinteraksi dengan sesamanya, dan komunikasi untuk saling menemukan kesamaan. Dari pola interaksi tersebut terbentuk suatu budaya. Scoot mengungkapkan kebudayaan terbentuk dari proses interaksi atau tindakan-tindakan individu yang mereka bentuk. Interaksi sosial yang terjadi diantara kelompok-kelompok manusia terjadi sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggotaanggotanya (Soerjono Soekanto, 1982: 55). Soerjono Soekanto juga menjelaskan jika interaksi sosial antar kelompok-kelompok sosial lazim juga 8 tejadi didalam masyarakat. Interaksi tersebut terjadi secara mencolok apabila terjadi pertentangan antara kepentingan-kepentinan individu dengan kepentingan kelompok (Sorejono Soekanto, 1982: 55-56). Intinya interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tidak akan adanya kehidupan bersama (Soerjono Soekanto, 1982: 54). Selain itu proses interaksi berlangsung melalui beberapa faktor Soejono Soekanto merumuskan ada empat faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. a. Imitasi, merupakann suatu tindakan meniru salah satu segi positifnya adalah dapat mempengaruhi seseorang untuk mematuhi kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang berlaku. Imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negative dimana jika yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain itu imitasi juga dapat melemahkan bahkan mematikan daya kerativitas seseorang (Soejono Soekanto, 1982: 56). b. Sugesti proses yang terjadi apabila orang yang memberikan pandangan atau motivasi adalah orang yang berwibawa atau mungkun sifatnya yang otoriter (Soerjono Soekanto, 1982: 57). c. Identifikasi adalah kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi ini sifatnya lebih mendalam daripada imitasi oleh karena keperibadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini (Sorjono Soekanto, 1982: 57). d. Simpati, merupakan proses dimana seseorang tertarik pada orang lain. Dalam proses ini perasaan seseorang sangat penting. Walaupun dorongan utama dalam simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain.dan untuk berkerjasama dengannya (Soerjono Soekanto, 1982: 57). 9