URGENSI PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG LIMBAH DI WILAYAH KOTA PEKALONGAN Oleh; Aulia Dosen Fakultas Hukum Universitas Pekalongan Email; [email protected] Abstrak Peningkatan kegiatan dan aktivitas manusia telah menyebabkan kualitas lingkungan hidup Kota Pekalongan terus menurun dan perlu mendapat perhatian khusus, bertambahnya persoalan lingkungan pada era globalisasi baik kualitas maupun kuantitas.Pemerintah Kota Pekalongan membutuhkan suatu komitmen yang kuat untuk terus berupaya dalam memelihara dan menjaga kualitas dan kuantitas lingkungan Hidup Di Daerah sebagai upaya pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.Penyususunan regulasi tentang Pengelolaan Air Limbah di Kota Pekalongan, dilakukan semata-mata sebagai upaya pembinaan dan landasan hokum bagi seluruh maupun masyarakat kota Pekalongan bahwa dalam menjalankan kegiatan usaha maupun pembangunan di segala bidang dapat berperilaku ramah lingkungan, khususnya dengan Pengelolaan Air Limbah. Kata Kunci; Peraturan Daerah, Limbah, Kota Pekalongan A. LATAR BELAKANG Sumber daya alam dan lingkungan Hidup merupakan karunia Tuhan Yang maha esa, untuk itu harus dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan secara serasi dan seimbang guna Kesejahteraan masyarakat, selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berlebihan dan kurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, akan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat itu sendiri, sebagai akibat Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 dari 255 ketidakseimbangan pemanfaatan baik teknologi maupun sumber daya alam dan lingkungan. Belum optimalnya Pengelolaan Air Limbah, dan masih kurangnya kepedulian penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan maupun masyarakat terhadap lingkungan telah menimbulkan permasalahan dengan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Agar Prinsip Pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan tetap berjalan dengan baik, serasi dan seimbang, untuk itu maka kami berupaya menyusun penelitian tentang urgensi penyusunan kebijakan tentang Pengelolaan Air Limbah dengan harapan dampak negatif dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup seperti terjadinya pencemaran air, berkurangnya habitat dan plasma nutfah, dan perubahan iklim yang terjadi selama ini dapat diminimalisir disamping itu kualitas air yang dapat mempengaruhi penurunan derajat kesehatan, perubahan perilaku sosial dan ekonomi masyarakat dapat diminimalkan guna mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah sumber daya air yang juga merupakan sumber daya alam, Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik guna memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti untuk air minum, air bersih dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan bagi pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik dan pariwisata, dimana sebagian besar air yang digunakan sebagai andalan adalah sumber air permukaan, khususnya air sungai, sementara ketersediaan sumber daya air sungai cenderung menurun kuantitas maupun kualitasnya, hal ini disebabkan karena semakin langkanya catchment area (daerah tangkapan air) dan adanya pencemaran air. Dalam proses pembangunan, peningkatan kegiatan dan aktivitas manusia telah menyebabkan kualitas lingkungan hidup terus menurun dan perlu mendapatkan perhatian secara khusus. Pertumbuhan Industri dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, tidak dapat dihindari dampak ikutan dari industrialisasi ini adalah terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi, 256 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 atau merupakan hasil samping yang tidak diinginkan yang berupa limbah. Untuk itu maka jika tidak diimbangi dengan kegiatan pengendalian, akan berakibat adanya ketidak seimbangan atau ketidak serasian hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair, baik itu yang berasal dari limbah industri maupun limbah domestik, dimana jika limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, ketika masuk kedalam badan air penerima atau sungai akan menyebabkan terjadinya pencemaran.Pelaksanaan pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat pula rusak karenanya, hal semacam itu akan merupakan beban sosial, karena pada akhirnya manusia juga yang harus menanggung beban pemulihannya. Oleh karena itu, menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup khususnya sumber daya air sudah menjadi tuntutan kebutuhan hidup, karena merupakan investasi berharga bagi kelangsungan hidup generasi mendatang. B. RUMUSAN MASALAH Pekalongan memiliki potensi antara lain sebagai kota industri perdagangan, jasa dan kebaharian, dimana potensi positif ini perlu untuk dikembangkan secara optimal, namun disisi lain akan berdampak munculnya masalah dan tantangan yang dihadapi Kota Pekalongan dengan kawasan terbangun yang telah cukup padat. Masalah yang dihadapi Kota Pekalongan, yaitu : 1. potensi pencemaran dari limbah cair sebagai akibat dari perkembangan industri kecil dan/atau usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) yang masih tersebar secara parsial; 2. wilayah Kota Pekalongan terletak paling bawah (wilayah hilir) sehinga merupakan daerah polutan trap. Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 257 Potensi masalah tersebut di atas perlu mendapatkan perhatian serius, sehingga perlu pengkajian Untuk segera memiliki Peraturan Daerah tentang Pengelolaan air Limbah C. PEMBAHASAN Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah data sekunder, baik yang berupa perundang-undangan, hasil pengkajian dan referensi lainnya. Penyusunan naskah akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan naskah akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah melalui studi kepustakaan/ library ressearch yang menelaa h (terutama) data sekunder berupa: bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer meliputi UUD NRI Tahun 1945, undang-undang yang memuat aturan lingkungan hidup. Sedangkan bahan hukum sekunder diperoleh melalui pengkajian hasil-hasil penelitian, seminar dan/atau lokakarya, buku-buku dan jurnal ilmiah yang memuat doktrin Salah satu amanah konstitusi sebagaimana yang diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 H jelas tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarnasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi-berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Oleh sebab itu, mengedepankan hak-hak lingkungan hidup melalui pengelolaan air limbah merupakan hal yang patut dilaksanakan dalam upaya 258 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 mewujudkan hak-hak asasi untuk memperoleh sarana hidup dan lingkungan yang sehat.. Hal ini tentu saja berimbas pada segala aspek termasuk penyelenggaraan aktivitas dan kegiatan pembangunan_dunia usaha yang harus sejalan dengan konsep . Tentu saja ini harus diawali dengan regulasi yang tepat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembangunan, ijin usaha, dokumen AMDAL, serta bagaimana realisasi pelaksanaan kegiatan usaha yang memberikan dampak kepada lingkungan atau tidak. Konstitusionalisasi lingkungan hidup telah berkembang pesat baik secara nasional maupun internasional. Memang, harus diakui untuk di wilayah indonesia sendiri, pemenuhan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat masih terus digalakkan. Adapun Secara teoritis, istilah yang Konstitusi hijau, sebuah istilah yang masih sedikit asing di Indonesia. Sesuai Perda Nomor 17 tahun 2013 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah Kota Pekalongan, Institusi/ Berdasarkan kelembagaan yang menangani lingkungan hidup berbentuk Badan Lingkungan Hidup . Institusi atau kelembagaan di bidang lingkungan hidup merupakan komponen yang sangat penting dalam Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, dimana pada tingkat daerah Kabupaten /Kota sejalan dengan Undang undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah telah menempatkan urusan bidang Lingkungan Hidup sebagai salah satu urusan wajib dan harus diwadahi dengan Lembaga Teknis Daerah. Dalam hal koordinasi dan integrasi perencanaan pembangunan lingkungan hidup daerah, hendaknya Lembaga lingkungan Hidup daerah mengambil inisiatif, posisi dan peran yang aktif dan signifikan dalam proses perencanaan pembangunan dari sejak pembahasan program sampai dengan penentuan prioritas penganggaran dengan memberi pertimbangan daya dukung lingkungan.Sebagaimana diamanatkan dalam Lampiran H dan E PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota secara umum ada 71 kegiatan yang harus Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 259 dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota dari urusan bidang Pengendalian dampak lingkungan hidup, konservasi sumber daya alam dan tata ruang. Dalam melaksanakan Tugas pokok dan fungsinya kinerja suatu lembaga sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari lembaga tersebut, faktor internal merupakan potensi yang ada di lembaga tersebut, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar lembaga namun juga dapat mempengaruhi kinerja lembaga lingkungan hidup daerah. 1. Internal Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah Faktor internal adalah sumber daya potensial yang ada di dalam lembaga lingkungan hidup yang bersangkutan, meliputi_: a. Kelembagaan b. Sumber Daya Manusia c. Dana d. Pelaksanaan Tugas dan Fungsi e. Pelaksanaan Program. Masing masing faktor internal kelembagaan lingkungan hidup daerah tersebut terbagi dalam beberapa indikator yaitu : a. Kelembagaan Yang dimaksud dengan indikator kelembagaan adalah kerangka atau struktur atau wadah dimana individu individu bekerja, terdiri dari : 1. Bentuk Lembaga 2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Lembaga 3. Program Kerja Lembaga 4. Sarana prasarana. b. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kepemimpinan Indikator SDM dan Kepemimpinan mempunyai posisi yang strategis dalam suatu lembaga, artinya SDM dan Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan keberhasilan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), meliputi : Jumlah SDM 260 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 Pelatihan Penempatan SDM Pengembangan SDM Kepemimpinan. c. Dana. Yang dimaksud dengan indikator dana adalah kemampuan keuangan lembaga lingkungan Hidup daerah baik dari APBD maupun sumber lain dalam menjalankan program/kegiatan dalam rangka pelaksanaan urusan yang diberikan. Semakin banyak dana bidang lingkungan hidup diharapkan program / kegiatan bidang lingkungan hidup akan berjalan dengan baik. Kegiatan lingkungan hidup bersifat milik bersama ( ) ada dibeberapa sektor, oleh karena itu diharapkan lembaga lingkungan hidup didaerah mempunyai kebijakan satu pintu dalam perencanaan alokasi anggaran, pengawasan dan evaluasi kegiatan bidang lingkungan hidup yang ada diberbagai sektor terkait. d. Pelaksanaan Tupoksi Keberhasilan dalam melaksanakan tupoksi menggambarkan kinerja suatu lembaga, indikator pelaksanaan tupoksi meliputi : Fungsi Koordinasi Fungsi Pelayanan Informasi Fungsi Peningkatan Partisipasi Masyarakat Fungsi Regulasi Fungsi Penataan dan Penegakan Hukum Fungsi Monitoring / Pemantauan Fungsi Pengendalian / Pencegahan / Pemulihan e. Pelaksanaan Program Kemampuan suatu lembaga untuk melaksanakan program merupakan indikator kinerja yang penting. Program program kerja yang umum Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 261 dilaksanakan oleh Intitusi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup adalah: Tata Ruang Proper Adipura Menuju Indonesia Hijau ( MIH ) Peningkatan peran serta masyarakat Langit Biru Prokasih Perlindungan Sumber Air Status mutu air Kerusakan (lahan kritis, kebakaran hutan, erosi, pesisir dan laut) Daerah rawan bencana (longsor, banjir, Rob, kekeringan, kebakaran hutan) AMDAL, UKL UPL Uji emisi sumber bergerak dan tidak bergerak Penegakan hukum Lingkungan. 2. Faktor Eksternal Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. Faktor eksternal terdiri dari unsur unsur diluar organisasi atau lembaga yang sebagian besar tidak dapat dikendalikan ( ) dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan, Indikator faktor eksternal lembaga lingkungan hidup daerah meliputi : 1. Tingkat partisipasi masyarakat 2. Tingkat permasalahan dan kondisi SDA 3. Media Massa 4. Dukungan Penegak Hukum 5. Kebijakan Pemerintah. 262 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 Dengan melihat faktor Internal dan faktor eksternal serta kondisi permasalahan dan potensi yang ada di Kota Pekalongan maka wadah yang mampu menampung adalah dalam bentuk Badan. Sejalan dengan perkembangan perekonomian bangsa, pembangunan perkotaan di Kota Pekalongan juga mengalami perubahan yang cukup pesat.Kota Pekalongan adalah salah satu daerah Kota yang terletak di Pantai Utara Jawa yang berpotensi untuk dapat dikembangkan menjadi wilayah Bahari, Perdagangan dan Perindustrian.Dalam setiap kegiatan pembangunan selain terdapat dampak positif, tentunya ada dampak negatif yang mengikutinya.Pelaksanaan Pembangunan selama ini sering menimbulkan dampak terhadap kualitas fungsi daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup.Pembangunan dan Lingkungan Hidup merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Dengan memperhatikan wacana hal tersebut diatas maka dapat ditarik benang merahnya pada saat ini Kota Pekalongan menghadapi masalah yang cukup rumit dan komplek. Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya permasalahan pencemaran dan kerusakan Lingkungan Hidup di Kota Pekalongan diantaranya : a. Wilayah Kota Pekalongan berada di wilayah yang paling bawah (hilir) sehingga berpotensi menjadi tempat pembuangan akhir ( TPA ) dari berbagai limbah cair, limbah padat (padat) yang berasal dari hulu (Kab. Pekalongan & Batang). Kondisi tersebut menyebabkan semakin kompleknya permasalahan lingkungan hidup di daerah. b. Dengan potensi pengembangan Kota di bidang industri, perdagangan dan kegiatan kebaharian, banyak kegiatan yang menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari dan merusak lingkungan c. Sebagai wilayah perkotaan (urban) dengan penduduk yang relatif padat berpotensi pula terhadap besarnya limbah yang dihasilkan terutama sampah, Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 263 limbah rumah tangga maupun berakibat pada semakin padatnya kawasan hunian danalih fungsi lahan. d. Masih kurangnya produk hukum terutama Peraturan Perundangan Daerah (Perda yang mengatur lingkungan) menyebabkan penaatan dan penegakkan hukum masalah lingkungan menjadi lemah. e. Perilaku masyarakat Kota yang cenderung kurang sadar dan ramah lingkungan menyebabkan beban permasalahan lingkungan semakin berat. Mengingat masalah pencemaran dan kerusakan Lingkungan semakin kompleks khususnya kondisi air Sungai-Sungai yang melintasi Kota Pekalongan semakin memprihatinkan kadang hitam, berbau dan banyaknya sampah dibadan sungai. Berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan Pemkot Pekalongan dalam meminimalisasi permasalahan lingkungan tersebut adalah dengan melaksanakan secara optimal program dan kegiatan yang Pro Lingkungan yang mendukung pembangunan secara berkelanjutan.Permasalahan lingkungan hidup khususnya pencemaran dan kerusakan lingkungan sungai di Kota Pekalongan begitu komplek diantaranya : 1. Hasil dari inventarisasi tahun 2010-2015 menunjukkan bahwa di Kota Pekalongan tingkat pencemaran cukup tinggi yang disebabkan dari industri kecil maupun besar yang mencemari lingkungan sebanyak 1.052 industri dengan debit per hari 4.440 M3/hari. 2. Tingginya tingkat pedangkalan sebagai akibat dari Erosi sungai dan sedimentasi limbah industri. 3. Kota Pekalongan berada di wilayah paling bawah ( hilir), sehingga berpotensi menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dari berbagai limbah cair dari kegiatan industri yang ada di daerah hulu yang berasal dari Kota Pekalongan itu sendiri maupun wilayah tetangga yaitu Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang. 4. Banyaknya sampah yang masuk kesungai dikarenakan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat. 264 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 5. Masih banyaknya jamban di sepanjang sungai mengakibatkan menurunnya kualitas sungai dan mengurangi estetika /keindahan sungai. 6. Aliran sungai di Kota Pekalongan relatif kecil menyebabkan limbah tidak dapat lancar mengalir ke laut kondisi ini diperparah dengan adanya Rob. 7. Terbatasnya sumber air bersih dari gravitasi, sehingga banyak pengambilan ABT yang bila tidak terkendali akan bermasalah terhadap lingkungan. Beberapa permasalahan air limbah yang berasal dari Kabupaten Pekalongan yang mempunyai andil terhadap pencemaran air di Kota Pekalongan diantaranya : 1. Banyaknya home industri / industri kecil, meliputi industri tekstil pembatikan, printing / sablon, jeanswash, pertenunan-pewarnaan benang , tahu tempe dan pengolahan ikan yang berjumlah ± 12.960 unit usaha dengan debit limbah perharinya mencapai ± 1400 / m3/hari 2. Adanya industri menengah, meliputi industri tekstil, dan industri pengolahan ikan. 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah-daerah Kota besar dalam Lingkungan Provinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagaimana telah diubah dengan UU 13 tahun 1954 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Ketjil di Djawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 265 3. Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonedia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 6. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988, tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, tentang sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3516); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000, tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian 266 Sengketa Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3982);` 11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian pencemaran Air ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); 1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 20 Tahun 2003 tentang pengelolaan kualitas Air dan pengendalian pencemaran Air Lintas Kabupaten/Kota di propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 132); 2. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2004 tentang penyidik pegawai Negri Sipil di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004 Nomor 5 Seri E Nomor 2); 3. Peraturan Daerah Propinsi JawaTengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004 Nomor 45 Seri E Nomor 6); 4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 ); Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 267 1. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 9 Tahun 1988 tentang Penunjukkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Tahun 1989 Seri D Nomor 11); 2. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 2 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Keindahan, Kerapihan dan Ketertiban Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan. 3. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2010 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2010 Nomor 6); 4. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 30 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan Tahun 2009 2029 (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2011 Nomor 31); Dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pertumbuhan ekonomi maka pembangunan sekarang ini lebih dititik beratkan pada sektor industri. Kegiatan sektor industri disamping menghasilkan barang jadi juga menghasilkan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah ini dapat berupa limbah cair, limbah padat, limbah B3 maupun gas. Apabila limbah ini tidak dikelola dengan benar akan menimbulkkan dampak negatif terhadap lingkungan.Disisi lain dengan adanya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat membawa perubahan perilaku masyarakat, budaya dan pola pembangunan yang berakibat pada terjadinya eksploitasi sumber daya alam secara besar besaran dengan dalih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan semakin menipisnya ketersediaan sumber daya alam dan lingkungamn hidup khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan akan menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Sumber daya alam yang terbatas, 268 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 akan memberikan tekanan yang semakin berat terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup akan menyebabkan ketidakmampuan daya dukung lingkungan mengakibatkan pula terjadinya perubahan tata guna lahan. Disisi lain juga dengan adanya peningkatan serta perkembangan usaha dan atau kegiatan terutama yang melakukan pemanfaatan sumber daya alam baik yang dilakukan oleh industri maupun kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat mempunyai potensi paling besar dalam memberikan kontribusi permasalahan lingkungan yang terjadi.Oleh karena permasalahan lingkungan hidup khususnya menyangkut pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dewasa ini sudah berada pada titik yang sdangat mengawatirkan dan kondisinya dari waktu kewaktu cenderung meningkat dengan sebaran dampaknya yang semakin meluas, maka akan semakin meningkat pula tingkat pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh buangan limbah industri. Munculnya kasus lingkungan hidup seperti pencemaran air, udara, sampah, limbah B3, menunjukkan bahwa kondisi kualitas lingkungan yang buruk telah terjadi, untuk itu maka harus segera dilakukan upaya pencegahan dan penanganan dampak negatif sebagai akibat dari ketidak patuhan dan ketidak taatan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan hidup, sebagai jaminan atas lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi masyarakat tidak akan tercapai. Peran ini akan menjadi sangat penting dan strategis apabila dilihat dari tujuan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana dalam Undang-undang ini terdapat prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasrkan pada tata kelola pemerintahan yang baik ( ) karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan /atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum, mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan keadilan. Sebagaimana uraian tersebut diatas maka Kota Pekalongan mengimplementasikan arah kebijakan umum bidang lingkungan hidup sebagai berikut : Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 269 1. Pengembangan keserasian aktifitas pembangunan dengan daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dapat menopang pembangunan yang berkelanjutan; 2. Mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan melalui pengurangan produksi limbah, penerapan teknologi ramah lingkungan dan pengembangan strategi pencapaian baku mutu lingkungan; 3. Meningkatkan upaya rehabilitasi dan pemulihan fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang telah rusak, serta mempertahanklan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang masih utuh; 4. Menguasai dan memanfaatkan teknologi pengelolaan Air Limbah yang dapat diterapkan sesuai kondisi yang ada; 5. Mengembangkan upaya pelestarian dan peningkatan mutu lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan kepedulian masyarakat dan para pelaku usaha dan / atau kegiatan dalam mengelola Air Limbah ; 6. Menerapkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup secara konsekuen dan sesuai kewenangan Daerah; 7. Meningkatkan fungsi kelembagaan dan profesionalisme sumber daya manusia; 8. Melibatkan berbagai unsur yang terkait dalam setiap penanganan, pemecahan suatu permasalahan lingkungan hidup, khususnya pencemaran air; 9. Meningkatkan koordinasi baik vertikal maupun horisontal untuk dapat mensinergikan dan menterpadukan bidang lingkungan hidup di daerah; 10. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sebagai bagian dari iman. 270 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 Beberapa upaya yang akan dilaksanakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam rangka Penangangan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan khususnya Lingkungan Sungai di Kota Pekalongan diantaranya adalah : a. Menurunkan atau meminimalkan beban pencemaran yang masuk ke Sungai Pekalongan. - Pelaksanaan upaya mengurangi beban pencemaran yang masuk sungai seperti buangan limbah cair industri, limbah cair rumah tangga, material tanah erosi, residu pupuk dan residu pestisida. - Meningkatkan Kebersihan badan air sungai dari sampah, tinja, limbah padat lainnya dan oli / minyak., serta tumbuhan seperti enceng gondok dll. - Peningkatan kebersihan air dari lumpur endapan sungai yang menyebabkan pendangkalan, mengganggu aliran dan / atau membuat sungai kotor. b. Inventarisasi sumber pencemar dan kerusakan Sungai Pekalongan c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna fungsi lingkungan sungai Pekalongan . - Berfungsi dan berdayagunanya sempadan sungai bagi kepentingan umum - Peningkatan estetika daerah aliran sungai Pekalongan untuk peningkatan wisata sungai. d. Meningkatkan kapasitas konservasi sungai Pekalongan. - Penurunan tingkat fluktuasi debit air sungai-sungai di Kota Pekalongan ( debit tertinggi - debit terendah ) dalam siklus tahunan. Peningkatan debit aliran sungai yang mantap untuk mencegah timbulnya pendangkalan dan timbulnya bau kurang sedap lingkungan sungai. e. Meningkatkan sumberdaya kelembagaan dan koordinasi antar instansi serta pemberdayaan masyarakat dalam penanganan pencemaran dan kerusakan Sungai di Pekalongan. - Terpadunya pengelolaan Sungai Pekalongan. - Meningkatnya keperdulian dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sungai Pekalongan. Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 271 f. Meningkatkan Koordinasi antar wilayah / Kabupaten / Kota / Provinsi untuk penanganan permasalahan lingkungan secara terpadu. Rencana Kerja pelaksanaan Penanganan Pencemaran dan kerusakan Sungai di Kota Pekalongan terbagi dalam 2 rentang / jangka waktu, yaitu : 1. Jangka Pendek ( Tahunan ) a. Pelaksanaan upaya mengurangi beban pencemaran yang masuk sungai seperti buangan limbah cair industri ( Kecil s/d Besar ). limbah cair rumah tangga, material tanah erosi dan residu pestisida. Kegiatannya : - Inventarisasi sumber pencemar sungai Pekalongan ; - Sosialisasi Kepada industriawan, pengrajin dan masyarakat luas sekitar Sungai Pekalongan mengenai arti pentingnya sungai bagi kehidupan manusia ; - Pemberian bantuan teknis untuk pembuatan IPAL sederhana untuk industri kecil ; - Pembangunan bronjong atau senderan untuk mencegah erosi sungai. - Pengambilan Sample ( Uji Kualitas Air Sungai Pekalongan ) secara berkala ; b. Meningkatkan Kebersihan badan air dan sempadan sungai dari sampah, tinja, limbah padat lainnya dan oli / minyak. - Kerja Bakti ( Pembersihan Badan Air dan Sempadan sungai ) - Penertiban Bangunan Sepanjang Sungai Pekalongan ( Bangunan liar, WC liar, kubangan sampah sekitar sungai dll.). c. Meningkatkan sumberdaya kelembagaan dan koordinasi antar instansi dan Antar wilayah Kabupaten / kota serta Provinsi Jawa Tengah. - Pembentukan Tim Terpadu antar Wilayah kabupaten / kota dalam rangka penanganan pencemaran dan kerusakan Sungai di Pekalongan ; 272 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 - Peningkatan koordinasi antar instansi / lembaga yang menangani Sungai di Kota Pekalongan. - Peningkatan kerjasama dengan stakeholder dan masyarakat sekitar Sungai. 2. Jangka Menengah ( 5 Tahun ) a. Meningkatkan daya guna dan hasil guna fungsi lingkungan sungai Pekalongan Kegiatannya : - Penataan sempadan sepanjang Sungai Pekalongan ; - Pemanfaatan sempadan sungai untuk kelestarian sungai dan wisata. - Peningkatan estetika daerah aliran sungai Pekalongan untuk peningkatan wisata sungai. - Normalisasi Sungai Pekalongan. b. Pelaksanaan upaya mengurangi beban pencemaran yang masuk sungai seperti buangan limbah cair industri ( Kecil s/d Besar ). limbah cair rumah tangga, material tanah erosi dan residu pestisida Kegiatannya : Pembuatan IPAL Terpadu / Komunal Industri kecil serta saluran limbah di sentra sentra industri kecil di Kota Pekalongan Pembuatan IPAL Batik Rumah Tangga. Pembuatan IPAL Biogas Tahu dan Ternak Pembuatan IPAL Komunal Domestik - Pelaksanaan Superkasih ( Surat Pernyataan Kali Bersih ) untuk penanggung jawab kegiatan. - Penegakkan Hukum Lingkungan terhadap Pencemar Sungai Pekalongan. Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 273 D. PENUTUP Peningkatan kegiatan dan aktivitas manusia telah menyebabkan kualitas lingkungan hidup Kota Pekalongan terus menurun dan perlu mendapat perhatian khusus, dengan terus bertambahnya persoalan lingkungan pada era globalisasi baik kualitas maupun kuantitasnya maka sudah saatnya Pemerintah Kota Pekalongan membutuhkan suatu komitmen yang kuat untuk terus berupaya dalam memelihara dan menjaga kualitas dan kuantitas lingkungan Hidup Di Daerah sebagai upaya pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan tidak semata mata hanya mengutamakan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), sehingga Lingkungan Hidup tetap terjaga dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang Atas dasar pembahasan serta kajian akademis terhadap berbagai factor, potensi serta permasalahan yang berpengaruh terhadap upaya Pengelolaan Air Limbah di Kota Pekalongan maka segera disusun regulasi tentang hal tersebut. Penyususunan regulasi tentang Pengelolaan Air Limbah di Kota Pekalongan, dilakukan semata mata sebagai upaya pembinaan dan landasan hokum bagi seluruh maupun masyarakat kota Pekalongan bahwa dalam menjalankan kegiatan usaha maupun pembangunan di segala bidang dapat berperilaku ramah lingkungan, khususnya dengan Pengelolaan Air Limbah. DAFTAR PUSTAKA A. DAFTAR BUKU Ade Maman Suherman, 2004, .Jakarta : Grafindo. Azhary, 1995, . Jakarta : UI. Press. A.Mukhtie Fajar, 2004, 274 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 . Malang : Banyumedia Publishing. A. Mahsyur Effendi, 1980, Bandung: Alumni. Bagir Manan, , Yogyakarta: FH. UII Press. Budiman Sinaga, 2005, . Yogyakarta ; Kusuma Alam Semesta. Juni C.F. Strong, 2004, , Bandung : Nuansa dan Nusamedia. C.S.T. Kansil, 2001, , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Dahlan Thaib, dkk. 2005, E.C.S. Wade, 1986, .Jakarta : Grafindo Persada New York: Longman, Green and co. Eric Barendt, 1998, London: Oxford University Press. Jazim Hamidi, Malik, 2008, , Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser. Jimly Asshiddiqie, 2005, Konstitusi Press. _______________ 2006, .Jakarta : Konstitusi Press. John Adler, 2002, New York: Palgrave Macmillan. K.C. Wheare, 2003, . Surabaya : Pustaka Eureka. Koentjaraningrat, 1993, .Jakarta : Gramedia. Agus Maryono, 2005, , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. A. Sony Keraf, 2002, Heinz Frick, Koesnadi Harjasoemantri, , Kompas, Jakarta, 2002 , Kanisius, Yogyakarta, 2006 , Yogyakarta: Gadjah Mada Press, Juni 2005 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 275 Mas Achmad Santosa, , ICEL, Jakarta Mitchell, Bruce; Setiawan, Bakti; Rahmi, Dwita Hadi; (2003): Cetakan II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Newson, Malcolm, 1997, , London (New York) Otto Soemarwoto, Atur Diri Sendiri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004 Pemerintah Kota Pekalongan, Pekalongan dalam Angka Tahun 2008 Satjipto Rahardjo, 1991, , PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Sri Rejeki, 2002, Unika Soegijapranata, Penelitian Hibah DCRG-URGE dibiayai Ditjen Dikti Sudikno Mertokusumo, 1986, , Liberty, Yogyakarta B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Undang-undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1988, Tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang 276 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, Tentang Sungai Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2000, Tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Jenis Dan Bentuk Produk Hukum Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Lembaran Daerah Dan Berita Daerah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata laksana Pengendalian Pencemaran Air Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 Tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau Sumber Air. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Tentang Lingkungan Hidup Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Tentang Pemerintahan Daerah Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 277 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 20 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Lintas Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan Tahun 2009 278 Pena Justisia Vol. 2 No. 17 Desember 2014 2029.