1. Pendahuluan Manajemen bandwidth menentukan bagaimana kualitas dari layanan internet suatu jaringan, sehingga manajemen bandwidth yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan suatu jaringan. FTI-UKSW memiliki bandwidth sebesar 15Mbps dengan jumlah user kurang lebih sekitar 82 user, dan yang aktif setiap harinya kurang lebih sekitar 33 user. Aktivitas utama user FTIUKSW adalah browsing dan email yang sebenarnya tidak membutuhkan bandwidth yang besar. Tetapi layanan internet FTI-UKSW selama ini dinilai kurang memuaskan. Selama ini FTI-UKSW menerapkan manajemen bandwidth PCQ yang sistem pembagian bandwidth -nya berdasarkan banyaknya user yang aktif[1], sehingga bandwidth yang dimiliki oleh setiap user tidak dapat memberikan layanan internet yang baik, dan bandwidth. Oleh karena itu dibutuhkan penerapan manajemen bandwidth yang lebih sesuai, salah satunya adalah HTB. Manajemen bandwidth HTB merupakan suatu metode pembagian traffic atau bandwidth dengan tehknik peminjaman bandwidth antar class atau user[2] yang dapat mengalokasikan bandwidth sesuai dengan kebutuhan bandwidth user sesuai dengan prioritas yang ditentukan. Tujuan diterapkannya manajemen bandwidth HTB ini adalah untuk memperbaiki kualitas layanan internet FTI-UKSW, yang sebelumnya tidak dapat memberikan layanan internet yang baik untuk para user. Dengan diterapkannya manajemen bandwidth HTB ini, maka setiap user dapat memiliki bandwidth yang lebih besar karena pembagiannya tidak berdasarkan jumlah user yang aktif, tetapi berdasarkan kebutuhan user tersebut sehingga bandwidth yang dimiliki oleh FTIUKSW dapat memberikan layanan internet yang baik kepada semua user. Kebutuhan bandwidth setiap user FTI-UKSW sebenarnya tidak besar karena kebanyakan digunakan untuk browsing dan email, sehingga akan ada sisa bandwidth yang cukup besar. Untuk mengoptimalkan penggunaan bandwidth tersebut agar tidak terdapat sisa bandwidth yang besar, dapat dimanfaatkan untuk layanan baru, salah satunya adalah layanan VoIP. 2. Kajian Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang berjudul "Analisa Perbandingan Manajemen Bandwidth Class Based Queueing (CBQ) dan Hierarchical Token Bucket (HTB) di Jaringan TCP/IP" mengungkapkan bahwa manajemen bandwidth yang membutuhkan ketepatan dalam alokasi bandwidth yang baik, sebaiknya menggunakan HTB (Hierarchical Token Bucket)[5]. Penelitian lain yang berjudul tentang "Quality of service dengan Metode HTB (Hierarchical Token Bucket) pada PT. Komunika Lima Duabelas" mengungkapkan bahwa manajemen dengan HTB dapat memaksimalkan bandwidth yang tidak terpakai, sehingga kualitas pelayanan menjadi lebih meningkat[6]. Penelitian lainnya yang berjudul "Analisis Perbandingan Bandwidth Management antara HTB dan PCQ untuk Implementasi pada Video Streaming dengan Parameter Bandwidth dan Quality of service" mengungkapkan bahwa teknik manajemen bandwidth HTB adalah tehknik peminjaman bandwidth antar class atau anggota jaringan, sedangkan PCQ pembagian bandwidth berdasarkan jumlah user yang berada pada jaringan. Tetapi dengan tehknik PCQ lebih baik digunakan pada penggunaan Video Streaming 2 karena memiliki nilai delay yang rendah dan memiliki nilai throuhgput lebih tinggi dibandingkan tehknik HTB[7]. Gambar 1. PCQ Type[7] Gambar 1 menunjukan PCQ memiliki dua tipe yaitu dengan pcq-rate yang ditentukan dan tidak. Pcq-rate yang ditentukan akan menentukan besaran bandwidth yang didapat oleh user bagaimanapun keadaan jaringan, tetapi bandwidth tersebut akan terbagi ketika jumlah bandwidth yang dimiliki tidak mencukupi ketentuan bandwidth untuk semua user, maka bandwidth akan terbagi hingga para user mendapatkan bandwidth secara merata, sedangkan dengan pcqrate yang tidak ditentukan atau diberi nilai 0 menentukan besaran bandwidth yang didapat user sesuai dengan user yang aktif. Berdasarkan Gambar 1 dan hasil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, manajemen bandwidth dengan metode HTB bersifat lebih fleksibel dan efisien dalam pembagian bandwidth , karena tidak berdasarkan dari banyaknya user yang aktif tetapi berdasarkan kebutuhan bandwidth dan level prioritas yang ditentukan. HTB merupakan suatu metode pembagian bandwidth dengan tehknik peminjaman bandwidth antar user[1] yang dapat mengalokasikan bandwidth sesuai dengan kebutuhan bandwidth user sesuai dengan level priority user. User dengan level priority tinggi akan lebih diprioritaskan untuk mendapatkan bandwidth hingga kebutuhan bandwidth -nya terpenuhi, sehingga bandwidth yang tidak terpakai dapat digunakan user yang level priority-nya lebih rendah. Ketika kebutuhan bandwidth salah satu user melebihi bandwidth yang dimiliki maka akan berlaku rule limit at dan maks. limit. Limit at merupakan batas bawah atau batas minimum bandwidth yang didapatkan user pada saat jaringan sibuk, sedangkan maks. limit merupakan batas atas atau batas maksimum bandwidth yang dapat diakses oleh user. 3. Perancangan Manajemen Bandwidth HTB Untuk pengoptimalan bandwidth yang dimiliki FTI-UKSW dalam penelitian ini, terlebih dahulu melakukan perancangan topologi jaringan FTIUKSW. Topologi jaringan FTI-UKSW sebelum dilakukan perancangan HTB adalah seperti Gambar 2. 3 Gambar 2. Topologi Jaringan FTI-UKSW Gambar 2 merupakan topologi dari jaringan FTI-UKSW yang terdiri jaringan utama, yaitu jaringan Kantor Fakultas (103.26.128.82), Wi-Fi Kantor Fakultas (103.26.128.83) dan Server Simitro (103.26.128.92). Berdasarkan hasil wawancara dengan admin yang bertanggung jawab terhadap jaringan FTI-UKSW, alokasi bandwidth jaringan FTI-UKSW seperti Gambar 3. Kanfak FTI-UKSW 2 Mbps 1 Mbps 3 Mbps Wi-Fi Kanfak FTIUKSW Server Simitro 10 Mbps All Laboratorium Gambar 3. Alokasi Bandwidth FTI-UKSW Gambar 3 merupakan alokasi bandwidth FTI-UKSW dengan pembagian bandwidth 10Mbps untuk jaringan Kantor Fakultas FTI-UKSW, 3 Mbps untuk jaringan Wi-Fi, 2Mbps untuk jaringan Laboratorium, dan 1Mbps untuk jaringan Server Simitro. Dalam Penelitian ini menerapkan metode PPDIO (Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize) sebagai acuan seperti pada Gambar 4. 4 Gambar 4. Metode Penelitian PPDIO [15] Gambar 4 merupakan acuan dari metode penelitian dalam tahap perancangan pengembangan manajemen bandwidth dengan metode HTB, yang akan dijelaskan seperti berikut : 1. Prepare : perumusan masalah, pengumpulan data, serta pengumpulan bahan dan data bersumber untuk mendukung pengembangan manajemen bandwidth yang dapat menyelesaikan masalah jaringan internet FTI-UKSW 2. Plan : Pada tahap ini melakukan perencanaan dalam membuat rincian pengembangan manajemen bandwidth FTI-UKSW dengan metode HTB. 3. Design : Dalam tahap ini, membuat desain yang merupakan pengembangan dari topologi jaringan FTI-UKSW yang lama. 4. Implement : Pada tahap ini menerapkan semua yang telah direncanakan dan didesain melingkupi dari konfigurasi HTB pada router dan menambah rule baru yang telah direncanakan sebelumnya. 5. Operate : Dalam tahap ini memastikan bahwa sistem manajemen bandwidth FTI-UKSW yang baru sudah berjalan dengan baik dan benar. 6. Optimize : Pada tahap ini akan mengevaluasi manajemen bandwidth FTIUKSW yang telah dikembangkan, apakah telah berjalan sesuai dengan harapan, serta membandingkan dengan hasil data dari manajemen bandwidth yang lama sebagai acuan untuk dapat lebih mengoptimalkan bandwidth atau mencapai tujuan yang lebih baik. Dalam pengembangan manajemen bandwidth ini dengan acuan metode PPDIO maka diperlukan sebuah Gambaran tahapan proses untuk dapat membantu dalam memahami tahapan-tahapan dalam pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini akan seperti pada Gambar 5. 5 Gambar 5. Tahapan Proses PPDIO dalam Penelitian Gambar 5 merupakan tahapan proses penelitian dengan metode PPDIO yang termasuk dalam tahapan Prepare. Dalam tahap Prepare ini yang berisikan tentang perumusan masalah dan pendifinisian masalah, mencakup dalam hal metode apa yang dilakukan dalam pengembangan manajemen bandwidth ini, yang pada penelitian ini menerapkan metode PPDIO (Lihat Gambar 4). Dalam metode pengumpulan data hal yang dilakukan antara lain : 1. Studi Pustaka yang mencakup pengumpulan data penunjang dari berbagai media, seperti internet, jurnal-jurnal penelitian, serta buku referensi yang digunakan untuk membantu dalam mencari solusi dan pemecahan masalah dalam penelitian ini. 2. Observasi secara langsung pada jaringan FTI-UKSW sehingga dapat diketahui bagaimana kinerja dari jaringan FTI-UKSW dan yang menjadi masalah. 6 3. Wawancara yang menghasilkan data tentang jaringan FTI-UKSW Penelitian yang dilakukan antara lain evaluasi dari segi topologi jaringan, hingga manajemen bandwidth yang diterapkan dan dilakukan analisis kebutuhan bandwidth dari setiap user sehingga didapat sebuah kesimpulan yang nantinya akan membantu dalam pengembangan manajemen bandwidth yang lama sehingga mencapai tujuan yaitu penggunaan bandwidth yang menjadi lebih optimal. Pada tahap Plan, dari data yang didapat pada tahap Prepare maka dilakukan suatu perancangan pengembangan yang dimulai dari pengembangan topologi jaringan, yang akan menjadi seperti pada Gambar 5. Gambar 6. Topologi baru Jaringan FTI-UKSW Gambar 6 merupakan topologi yang didesain ulang untuk pengoptimalan bandwidth FTI-UKSW. Dalam topologi jaringan ini, jaringan Wi-Fi yang sebelumnya memiliki alokasi bandwidth sendiri dijadikan sebagai anggota jaringan Kantor fakultas. Sehingga bandwidth yang dimiliki oleh jaringan utama FTI-UKSW yang sebelumnya hanya 11Mbps menjadi 14Mbps. Tujuan dari penyatuan jaringan Wi-Fi dengan Kantor fakultas ini adalah agar bandwidth yang dapat diakses oleh tiap user jaringan menjadi lebih besar sehingga kualitas layanan internet yang didapat oleh user menjadi lebih baik. User jaringan Wi-Fi dapat memiliki akses bandwidth yang lebih besar dari sebelumnya. Diterapkannya manajemen bandwidth HTB, memungkinkan user jaringan Wi-Fi mendapatkan akses bandwidth sepenuhnya yaitu 14Mbps, tetapi untuk mendapatkan akses bandwidth tersebut akan bergantung bagaimana kondisi jaringan FTI-UKSW. Kualitas dari manajemen bandwidth HTB ini ditentukan oleh bagaimana penentuan limit at dan level priority user. Dalam menentukan besar limit at user ini berdasarkan pada rekomendasi kebutuhan bandwidth untuk 7 macam aktivitas internet seperti Tabel 1. Sedangkan klasifikasi jaringan FTIUKSW menjadi seperti Tabel 2. Tabel 1. Rekomendasi Requirement Internet Activity[16] Tabel 2. Pengklasifikasian Anggota Jaringan Tabel 2 merupakan klasifikasi anggota jaringan FTI-UKSW. Priority 1 diberikan kepada dosen dan para staff T.U yang aktivitas utamanya adalah browsing dan email sehingga diperlukan suatu jaminan ketersediaan bandwidth untuk aktivitas tersebut. Pada priority 2 diberikan kepada staff laboran. Dalam teori HTB jumlah dari seluruh limit at user harus sama dengan limit parent, dalam pengaturan ini pengaturan limit at berdasarkan rekomdendasi requirement internet activity[16] dengan tujuan agar dapat menjamin kualitas layanan internet yang baik untuk aktivitas yang diprioritaskan. Agar bandwidth lebih optimal untuk aktivitas browsing dan email diperlukan adanya pemisahan bandwidth antara bandwidth yang digunakan untuk aktivitas browsing dan email dengan aktivitas lainnya seperti download , streaming, dan social media. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang diluar dari segi kelembagaan dan segi akademis sehingga diberikan priority yang rendah. Wi-Fi Kantor Fakultas diberikan priority 4 dengan limit at 3Mbps sehingga para mahasiswa yang memanfaatkan bandwidth Wi-Fi tetap mendapatkan kualitas layanan internet yang cukup baik. Traffic download dibagi menjadi 2 kelompok yaitu download permit, dan download content. Pengklasifikasian download ini berdasarkan pada jenis file yang didownload . Dari hasil diskusi dan wawancara dengan admin yang 8 bertanggung jawab dengan jaringan FTI-UKSW pengklasifikasian traffic download seperti Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi Download Download permit .exe .rar .gz .zip .7z Download Content .001-020 .avi .mpeg .mkv .iso .mov .mp4 .mpg .flv .mbv .wmv Pada Tabel 3 ada dua jenis yaitu download permit download content. Download permit berisi file yang cukup penting, sedangkan download content berisi file yang tidak penting. File dalam download permit merupakan file yang biasanya terdapat dalam email yang biasanya berisi <25Mb. Tetapi file tersebut dapat juga berukuran >100Mb sehingga dapat mengganggu aktivitas user yang menjadi prioritas, sehingga dibutuhkan pembatasan. File yang terdapat dalam download content merupakan file yang kurang penting dari segi akademis dan kelembagaan, sehingga dibutuhkan pembatasan agar tidak mengganggu aktivitas user yang menjadi prioritas. Rule untuk pembatasan bandwidth download ini hanya berlaku dihari kerja (Senin s/d Jum'at) dan jam kerja (06:59-17:59 untuk download permit, 06:59-19:59 untuk download content). Aktivitas lainnya yaitu streaming dan social media diberikan level priority yang sama dengan download dengan atura limit at 200kbps untuk social media dan 500kbps untuk streaming dengan maksimal limit sama-sama 10Mbps. Jaringan Wi-Fi diklasifikasikan menjadi dua anggota yaitu mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dan dosen memiliki aturan limit at dan maksimal limit yang sama yaitu limit at 500kbps dan maksimal limit 10Mbps, yang membedakan adalah level prioritas. Dosen akan diberikan priority 1 yang artinya kebutuhan bandwidth dosen akan lebih diutamakan dibandingkan mahasiswa. Dalam jaringan Wi-Fi dilakukan juga pemisahan bandwidth antara browsing, download , streaming, dan sosial media sehingga seperti Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Jaringan Wi-Fi 9 Untuk manajemen bandwidth jaringan Laboratorium sebenarnya tidak jauh berbeda dengan manajemen bandwidth yang diterapkan pada jaringan Kantor fakultas. Semua jaringan Laboratorium komputer dijadikan dalam satu parent dengan nama "all-Lab" yang lebih memprioritaskan aktivitas browsing karena aktivitas yang biasanya dilakukan adalah test-online. Bandwidth download yang diberikan rule dalam manajemen bandwidth all-Lab merupakan download content (lihat Tabel 3), sedangkan untuk jenis file yang terdaftar dalam list download permit, tidak diberikan rule karena setiap tugas yang diberikan oleh dosen pada saat perkuliahan akan dikirim melalui email, sehingga para dosen akan men-download tugas-tugas tersebut melalui email. Dalam penentuan priority dan penentuan limit at, serta maksimal limit sehingga seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Manajemen Bandwidth All-Lab Untuk memanfaatkan atau mengoptimalkan penggunaan bandwidth dengan cara menambah layanan baru, maka diperlukan penyesuain layanan tersebut dengan manajemen bandwidth . Dalam penelitian ini mengimplementasikan layanan VoIP dengan tujuan untuk memanfaatkan atau mengoptimalkan penggunaan bandwidth yang dimiliki FTI-UKSW. Agar layanan VoIP dapat memberikan kualitas layanan yang baik dan tidak mengganggu kualitas layanan internet user jaringan FTI-UKSW, maka klasifikasi jaringan FTIUKSW akan seperti Tabel 6. Tabel 6. Klasifikasi Jaringan FTI-UKSW (Voip) 10 Tabel 6 merupakan klasifikasi jaringan FTI-UKSW setelah layanan Voip diimplementasikan. Voip Server dan Voip Call diberikan level priority paling tinggi atau 1 karena besar bandwidth yang didapat menentukan kualitas layanan suara Voip. Semakain besar bandwidth yang didapat maka semakin baik kualitas layanan Voip. Ditentukannya Voip server dan Voip call disebabkan juga oleh penggunaannya bandwidth yang tidak besar sehingga tidak akan mengganggu ketersediaan bandwidth untuk aktivitas browsing dan email user. 4. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi masalah kurang baiknya kualitas layanan internet FTI-UKSW yang disebabkan ketidaksesuaian manajemen bandwidth yang diterapkan. Pada penelitian ini membandingkan kinerja dari jaringan pada saat masih menerapkan manajemen bandwidth PCQ dengan kinerja dari jaringan setelah menerapkan manajemen bandwidth HTB. Kinerja dari jaringan FTI-UKSW yang masih menerapkan manajemen bandwidth PCQ dapat dilihat seperti Gambar 8. Gambar 8. Traffic download salah satu user ketika terjadi Koneksi Gambar 8 merupakan traffic dari salah satu user jaringan FTI-UKSW ketika melakukan aktivitas. Pada Gambar 8 menunjukan bahwa penggunaan bandwidth kurang optimal, karena user tersebut mendapatkan bandwidth sebesar 519.2kbps sedangkan maksimal limit user tersebut adalah 10Mbps. Dilihat dari kondisi jaringan saat itu, bukanlah kondisi jaringan yang padat karena traffic parent hanyalah sebesar 1.7Mbps. Gambar 9. Traffic Upload salah satu user ketika terjadi koneksi Gambar 9 merupakan traffic dari salah satu user ketika melakukan aktivitas yang membutuhkan bandwidth upload. Pada Gambar 9 menunjukan bandwidth yang didapatkan oleh user adalah sebesar 3.8Mbps dengan maksimal limit user adalah 10Mbps. Bandwidth yang didapat oleh user kurang optimal, terlihat pada traffic parent hanya 4.0Mbps yang menunjukan bahwa bandwidth upload yang digunakan oleh user lain tidak banyak. Dari Gambar 8 dan 9 dapat diambil kesimpulan bahwa manejemen bandwidth yang diterapkan dalam jaringan FTI-UKSW kurang optimal. Manajemen bandwidth yang diterapkan dalam jaringan FTI-UKSW adalah PCQ. Manajemen PCQ sangat dipengaruhi banyaknya user yang aktif dalam suatu jaringan dan juga dipengaruhi oleh konfigurasi pcq-rate dalam queue type. Manajemen PCQ yang diterapkan untuk bandwidth download dan upload 11 memiliki perbedaan yaitu perbedaan dalam konfigurasi pcq-rate. Konfigurasi pcq-rate untuk traffic download diberikan 512kbps, sedangkan pcq-rate untuk traffic upload adalah 0. Hal ini menyebabkan bandwidth yang didapat oleh user ketika membutuhkan bandwidth download , user tersebut hanya mendapatkan ±512kbps saja dan bandwidth tersebut dapat berkurang apabila bandwidth yang dimiliki tidak dapat memenuhi untuk semua user yang aktif. Untuk traffic upload yang memiliki konfigurasi pcq-rate = 0, pembagian bandwidth bergantung pada user yang aktif. Semakin banyak user yang aktif, semakin sedikit bandwidth yang didapatkan oleh user. Hal ini dikarenakan PCQ yang memiliki sifat akan membagi bandwidth sesuai dengan user yang aktif dalam jaringan. Untuk mengoptimalkan bandwidth yang dimiliki jaringan FTI-UKSW, menerapkan manajemen bandwidth HTB menjadi solusi yang baik. Ini dikarenakan HTB akan membagi bandwidth sesuai dengan kebutuhan user dan dalam memenuhi kebutuhan user tersebut bergantung pada level prioritas masingmasing user. Dengan menerapkan manajemen bandwidth ini, pemakaian bandwidth menjadi lebih optimal dibandingkan manajemen bandwidth sebelumnya yang dapat dilihat pada Gambar 10 yang merupakan traffic salah satu user ketika melakukan aktivitas yang membutuhkan bandwidth download . Gambar 10. Traffic download salah satu user ketika terjadi koneksi (HTB) Gambar 10 menunjukan bahwa bandwidth download yang didapatkan user dapat mencapai maksimal Limit. Bandwidth akan terbagi ketika ada user yang melakukan aktivitas yang membutuhkan bandwidth terutama user yang level priority sama atau lebih tinggi. Besarnya bandwidth yang didapatkan oleh user berdasarkan pada kebutuhan dan level priority user. User yang memiliki level priority tinggi akan lebih diutamakan mendapatkan bandwidth dan besar bandwidth yang didapatkan akan sesuai dengan kebutuhan user tersebut, sehingga sisa dari bandwidth akan diberikan kepada user lain. Untuk traffic upload ketika terjadi koneksi dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Traffic Upload salah satu user ketika terjadi koneksi (HTB) Gambar 11 merupakan traffic upload salah satu user ketika terjadi koneksi setelah manajemen bandwidth HTB diterapkan. Bandwidth yang didapat oleh user hampir mencapai batas maksimal limit. Hal ini dikarenakan HTB tidak membagi bandwidth berdasarkan banyaknya user yang aktif, tetapi berdasarkan ketersediaan bandwidth , kebutuhan user dan level prioritas user. Sehingga walaupun banyak user yang aktif, pembagian bandwidth akan sesuai dengan kebutuhan user tersebut. Apabila user membutuhkan bandwidth yang besar, 12 maka user akan mendapatkan bandwidth yang sesuai kebutuhan hingga mencapai maksimal bandwidth yang tersedia. Dalam pengoptimalan penggunaan bandwidth maka dapat dimanfaatkan dengan menambah layanan baru, dalam penelitian ini mengimplementasikan layanan VoIP. Untuk mengetahui bagaimana kualitas layanan VoIP yang ditujukan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan bandwidth yang dimiliki FTI-UKSW maka dilakukan pengujian. Pengujian ini berdasarkan pada 4 parameter yaitu delay, jitter, throughput, dan packet loss. Pengujian terhadap Voip dilakukan dengan skenario pengujian 10 user melakukan panggilan secara bersamaan selama 1 menit. Panggilan dilakukan sebanyak 10 kali panggilan untuk setiap jenis codec Voip. Hasil dari pengujian ini merupakan nilai rata-rata yang didapat pada saat pengujian dalam 3 waktu yang berbeda yaitu pagi 09.0012.00, siang 14.00-17.00, dan malam 19.00-22.00. Berikuta hasil dari pengujian : - Pengukuran delay, bertujuan untuk mengevaluasi nilai delay pada sistem Voip yang diterapkan dengan membandingkan nilai delay setiap Codec Voip sebelum diterapkannya manajemen bandwidth HTB dan setelah menerapkan manajemen bandwidth HTB dalam jaringan FTI-UKSW. Hasil dari pengukuran ini dapat dilihat pada Tabel 9 dan berdasarkan grafik pada Gambar 12. Tabel 9. Delay Gambar 12. Grafik Pengukuran Delay Berdasarkan dari hasil data pada Tabel 9 dan Gambar 12, setelah diterapkannya manajemen bandwidth HTB, nilai delay yang didapat lebih baik dibandingkan manajemen bandwidth sebelumnya. Nilai delay terbaik didapat pada Codec GSM dalam kondisi setelah diterapkannya manajemen bandwidth HTB dalam jaringan FTI-UKSW yaitu 19.282857ms. - Jitter merupakan masalah yang masih ada dan terus ada dalam jaringan data berbasis paket. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui besarnya interval 13 waktu antar paket yang dikirimkan dari source node ke destination terminal. Hasil pengukuran ini dapat dilihat pada Tabel 10 dan berdasarkan grafik pada Gambar 13. Tabel 10. Jitter Gambar 13. Grafik Pengukuran Jitter Berdasarkan hasil data pada Tabel 10 dan Gambar 13, setelah diterapkannya manajemen bandwidth HTB nilai jitter yang didapat lebih baik dibandingkan manajemen bandwidth yang lama. Dari data hasil pengukuran nilai jitter terbaik adalah saat setelah diterapkannya manajemen bandwidth HTB dalam jaringan FTI-UKSW yaitu 4.7784211 ms saat menggunakan Codec Speex. Nilai jitter keseluruhan Codec masih tergolong sangat bagus berdasarkan versi Tiphon (<75ms = sangat bagus)[14]. - Pengukuran throughput bertujuan untuk mengetahui besarnya throughput. Berikut adalah hasil pengukuran throughput yang dapat dilihat pada Tabel 11 dan berdasarkan grafik pada Gambar 14. Tabel 11. Throughput Gambar 14. Grafik Pengukuran Throughput 14 Berdasarkan hasil data pada Tabel 11 dan Gambar 14, nilai throughput yang didapat lebih baik pada saat menerapkan manajemen bandwidth HTB dibandingkan manajemen bandwidth yang lama. Nilai throughput terbaik terdapat pada Codec Speex setelah diterapkan manajemen bandwidth HTB dalam jaringan FTI-UKSW dengan nilai 44.4583kbps. - Pengukuran packet loss bertujuan untuk mengetahui besarnya packet loss, dengan perbandingan nilai packet loss terhadap setiap codec dalam kondisi sebelum penerapan dan setelah penerapan manajemen bandwidth HTB dalam jaringan FTI-UKSW. Hasil Pengukuran ini dapat dilihat pada Tabel 12 dan berdasarkan grafik pada Gambar 15. Tabel 12. Packet loss Gambar 15. Grafik Pengukuran Packet loss Berdasarkan hasil data pada Tabel 12 dan Gambar 15, nilai packet loss yang didapat lebih baik pada saat menerapkan manajemen bandwidth HTB dibandingkan manajemen bandwidth yang lama. Nilai packet loss keseluruhan Codec masih tergolong sangat bagus berdasarkan versi Tiphon (<75ms = sangat bagus)[14]. Dari hasil uji performansi layanan Voip dalam jaringan FTI-UKSW memiliki nilai yang sangat bagus berdasar pada 4 parameter menurut versi Tiphon dan ITU-T[8]. Manajemen bandwidth HTB memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan manajemen bandwidth yang lama. Hal ini disebabkan bandwidth yang didapatkan oleh Voip server lebih baik dibandingkan saat jaringan FTIUKSW menerapkan manajemen bandwidth yang lama. Dari hasil analisa ini menunjukkan bahwa penggunaan codec terbaik adalah Speex, yang memiliki nilai jitter, throughput, dan packet loss lebih baik dan stabil dibandingkan jenis codec lainnya, sehingga kualitas suara yang dihasilkan lebih baik. 5. Simpulan Manajemen bandwidth sangatlah mempengaruhi kualitas layanan internet, sehingga manajemen bandwidth yang diterapkan harus disesuaikan dengan 15 keadaan jaringan. Untuk mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas layanan internet FTI-UKSW menerapkan manajemen HTB lebih sesuai, karena membagi bandwidth sesuai dengan kebutuhan user. Bandwidth yang dimiliki FTI-UKSW sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan layanan baru, dalam penelitian ini mengimplementasikan layanan Voip dengan hasil uji performansi layanan Voip yang diimplementasikan memiliki kualitas yang sangat baik berdasarkan versi Tiphon dan ITU-T. Untuk penelitian lebih lanjut, dapat melakukan manajemen bandwidth yang memadukan antara dua manajemen bandwidth yang berbeda contohnya, seperti memadukan manajemen bandwidth PCQ dengan HTB dan lainnya. Penelitian lebih lanjut untuk Voip dapat diutamakan dalam hal keamanan, serta dapat juga dilakukan untuk membuat aplikasi Voip Client khusus. 6. Daftar Pustaka [1] Arianto, Dwi Bagus, 2012, Analisis Perbandingan Bandwidth Management antara HTB dan PCQ untuk Implementasi pada Video Streaming dengan Parameter Bandwidth dan Quality Of Service [2] Devara, Martin., 2002, Hierarchical Token Bucket Theory. http://luxik.cdi.cz/~devik/qos/htb/manual/theory.htm. Diakses tanggal 20 Oktober 2013 [3] Apridian, 2007, Voip, Sejarah dan Perkembangannya. Teknologi Komunikasi Voip, 2(2):10-13. [4] R. Anton Raharja, 2006, Voip Fundamental, Teknologi Voip, 1(2): 11-12. [5] M, Rumani R, 2012, Analisa Perbandingan Manajemen Bandwidth Class Based Queuing (CBQ) dan Hierarchical Token Bucket (HTB) di Jaringan TCP/IP [6] Arifin, Yunus, 2012, Implementasi Quality of Service Dengan Metode HTB (Hierarchical Token Bucket) pada PT. Komunika Lima Dua Belas [7] Arianto, Dwi Bagus, 2008, Analisis Perbandingan Bandwith Management antara HTB dan PCQ untuk Implementasi pada Video Streaming dengan Parameter Bandwith dan Quality Of Service [8] Hadianto, Martono, 2012, Analisis dan Perancangan QoS pada Jaringan Voip berbasis SIP [9] Codecs, http://www.voip-info.org/wiki/view/codecs. Diakses tanggal 12 Mei 2014. [10] Setiawan, Fikri Ahmad, 2010, Analisa Perbandingan Kualitas Voip Menggunakan Codec G.711 dan GSM dengan Menggunakan FMIPv6, Lontar UI Jurnal, http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249223R2310102.pdf. Diakses tanggal 14 Februari 2014. [11] Balan, Doru G, Alin P(2009). Extended Linux HTB Queueing Discipline Implementations. International Journal Of Information Studies, University Of Suceava, Romania [12] Mastalir Jan, Understanding SIP-Based Voip, http://www.packetizer.com Diakses tanggal 3 Maret 2014. [13] https://www.fcc.gov/guides/broadband-speed-guide. Diakses tanggal 5 Maret 2014. 16 [14] Riyadi Valens, 2011, HTB vs PCQ, http://mikrotik.co.id/artikel_lihat.php. Diakses tanggal 5 Maret 2014. [15] The PPDIO Network Lifecycle, http://www.ciscozine.com/2009/01/29/theppdioo-network-lifecycle. Diakses tanggal 14 Maret 2014 17