BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Kohler dalam “Kohler’s Dictionary for Accountant” yang diedit oleh Cooper dan Yujii (1984 : 32) menyatakan bahwa: “To analyze is to determine or examine the composition of an item, account, or amount, ussually by reference by its historical prigin; particulary (auditing) to review and set forth in working paper the details of classified summary of items in an account, obtained or substantialed, where necessary, by reference to sources and accompanied by explanation of major items and by cross-references to related account, or to interpret or draw conclusions from a financial statement.” Jadi, analisis itu merupakan suatu penyelidikan atau penguraian terhadap suatu pokok permasalahan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya menurut metode-metode yang konsisten untuk mencapai pemahaman arti secara keseluruhan. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka analisis berarti penyelidikan atau penguraian terhadap pokok permasalahan dan keadaan yang sebenarnya mengenai apakah kinerja perbankan yang dilihat dari efesiensi dan efektifitas perusahaan tersebut meningkat setelah penerapan internet banking. 2.2 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No.7 tahun 1992: “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha” Definisi Bank menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1993: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak” Ikatan Akuntan Indonesia No.31 mengenai Akuntansi Perbankan disebutkan sebagai berikut: “Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran” Menurut artikel yang ditulis Abdurrachman (2000 : 1): “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, dan bertindak sebagai penyimpanan benda-benda berharga serta membiayai usaha perusahaan-perusahaan” Sedangkan menurut Tunggal (1994 : 2) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Akuntansi Perbankan: “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dari jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang” Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi sebagai mediator atau perantara bagi peredaran lalu lintas uang, yaitu dalam bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan meminjamkannya kepada masyarakat yang memerlukan dana. 2.2.1 Jenis Bank Dilihat dari berbagai sudut pandang dimana jenis bank berbeda dan banyak ragamnya. Jenis Bank menurut Susilo (2000) berdasarkan fungsi, kepemilikan, kemampuan melakukan transaksi valas, penciptaan uang giral dan berdasarkan prinsip operasi adalah: 1. Jenis bank berdasarkan fungsi a. Bank sentral Di Indonesia, bank sentral yaitu Bank Indonesia yang fungsi utamanya mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan mengawasi seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. b. Bank umum atau bank komersil Bank umum atau bank komersil adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposit. Tugas utamanya adalah memberi kredit jangka pendek. c. Bank tabungan Bank tabungan adalah bank yang mengumpulkan dananya terutama dengan menerima simpanan dalam bentuk tabungan. Tugas utamanya adalah menanamkan kembali dana yang dihimpun tersebut dalam kertas berharga (securities). d. Bank pembangunan Bank pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito atau kertas berharga jangka menengah dan panjang. Tugas utama bank tersebut adalah memberi pinjaman jangka menengah dan jangka panjang dibidang pembangunan. e. Bank umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu Pendirian bank ini dimungkinkan oleh ketentuan pasal 5 ayat 2 Undangundang tahun 1992. Kegiatan tertentu yang dimaksud adalah pembiayaan jangka panjang di bidang pengembangan koperasi, pengusaha kecil, pengembang ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan. 2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya a. Bank pemerintah, yaitu bank yang bagian terbesar sahamnya dimiliki oleh pemerintah atau negara. b. Bank swasta nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak swasta. Bank swasta nasional ini dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu bank devisa dan bank non devisa. c. Bank asing, yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Untuk ini mereka hanya memiliki kantor cabang di Indonesia sedangkan kantor pusatnya di luar negeri. 3. Jenis bank berdasarkan penciptaan uang giral a. Bank primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral b. Bank sekunder, yaitu bank yang bertugas sebagai perantara penyalur kredit 4. Jenis bank berdasarkan kemampuan melakukan transaksi valas a. Bank devisa Yaitu Bank Umum Milik Negara dan bank lainnya yang memperoleh surat penunjukkan dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valas. b. Bank non devisa Yaitu Bank Umum Milik Negara dan bank lainnya yang belum memperoleh surat penunjukkan dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valas. 2.2.2 Fungsi dan Sistem Perbankan Komersial Menurut Kasmir dalam Dasar-Dasar Perbankan (2002 : 5) fungsi bank adalah sebagai perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dan yang kekurangan dana. Sistem perbankan komersial sendiri memiliki tiga fungsi yang memberikan sumbangan kepada dunia usaha. Fungsi-fungsi itu meliputi simpanan dana, pembayaran dan kredit. Hal tersebut merupakan fondasi yang utama agar bank komersial dapat berkembang dan mencapai tujuannya. 1. Fungsi simpanan dana Bank berfunsi mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah simpanan giro, tabungan, sertifikat deposito serta deposito berjangka dimana masing-masing jenis simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan sendiri. Kegiatan penghimpunan dana disebut juga funding. 2. Fungsi pembayaran Fungsi pembayaran adalah hal yang penting karena jumlah pemakaian cek terus meningkat. Karena itu mekanisme pembayaran pun semakin meningkat. Begitu pula penambahan tenaga kerja dan peralatan teknologi untuk menangani cek yaitu dengan mengembangkan sistem baru yang disebut EFTS (Electronic Fund Transfer Systems) yang berupa sistem peminadahan dana secara elektronik yang berguna untuk kepentingan nasabah. Banyak produk dan jasa bank yang dikembangkan secara inovatif sebagai financial intermediary selain peran dalam pemberian kredit. Berbagai bentuk financial intermediary yang dapat dilakukan bank yaitu: a. Bidang bond bank garasi, stand by L/C b. Jasa ekspor-impor, trust receipt c. Perdagangan surat berharga d. Transaksi transfer, collection e. Bank draft, travellers check f. Fasilitas local L/C g. ATM (Automatic Teller Machine) h. Credit card, debit card, smart card dan charge card i. Save deposit box j. Jasa training konsultasi k. Transaksi antar bank l. Home Banking Peranan sebagai fungsi pembayaran akan sangat menentukan kemampuan bank tersebut untuk mempertahankan market sharenya, karena bank yang bersangkutan akan mampu menciptakan convenience bagi para nasabahnya. Segala kebutuhan bisnis nasabah akan dapat dilayani oleh bank tersebut dan tidak perlu pindah ke bank lain. 3. Fungsi Kredit Bank berfungsi untuk menyediakan dana untuk masyarakat pengusaha yang sering disebut dengan perkreditan, dalam rangka membantu penyediaan biaya untuk kegiatan usahanya. Kredit itu sendiri mempunyai bentuk dan variasi yang luas, baik yang bersifat cash maupun non cash loan. Adapun bentukbentuk kredit yaitu: a. Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada para investor yang penggunaannya jangka panjang. b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi perdagangan c. Kredit perdagangan, kredit yang diberikan kepada para pedagang baik agen-agen maupun pengecer d. Kredit konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi e. Kredit Produktif, kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa 2.2.3 Karakteristik Usaha Perbankan Perbankan merupakan suatu industri yang berbeda dengan industri lainnya, yang dalam hal ini memiliki karakteristik sendiri. Dalam PSAK No.31 mengenai Akuntansi Perbankan: 01 Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini tampak dari kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat yang kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam penerimaan simpanan masyarakat, bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu. Bank juga tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada debiturnya yang telah memiliki reputasi yang baik. Di samping itu, sebagai lembaga kepercayaan bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal dari pemilik atau pemegang saham. 02 Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau asset lainnya yang dititipkan pada bank. 03 Pengelola bank dalam melakukan usahanya dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya. Hal tersebut diperlukan karena dalam operasinya bank selain melakukan penanaman dalam aktiva produktif, seperti kredit dan surat-surat berharga, juga memberikan komitmen dan jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai "fee based operation" atau "off-balance-sheet activities". Di samping itu, pengelola bank dalam pelaksanaan tugasnya senantiasa dihadapkan pada berbagai kemungkinan yang harus diperhitungkan secara hati-hati. Sebagai contoh, dalam pemeliharaan likuiditas selain jumlah kewajiban yang harus dibayar, perlu diperhitungkan pula masalah perpencaran (spreading) dari simpanan masyarakat, komitmen kredit yang masih berjalan serta kondisi eksternal yang mempengaruhinya. 04 Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan berbagai persyaratan atau ketentuan. bagi industri perbankan sejak permohonan ijin pada awal pendiriannya, persyaratan calon pengelola serta ketentuan-ketentuan operasional yang berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudential regulation) dalam melakukan kegiatan usaha bank. Kesemuanya itu dimaksudkan agar bank dapat memelihara kepercayaan masyarakat serta menunjang pemeliharaan stabilitas moneter. 2.3 Pengertian e-Business Fenomena ini berkembang karena kemajuan teknologi informasi dan berbagai paradigma bisnis ini dianggap kunci sukses perusahaan-perusahaan di era informasi dan dimasa-masa mendatang. Menurut Mohan Sawhnney seperti yang dikutip oleh Richardus Eko Indrajit dalam bukunya Konsep dan aplikasi ebusiness, pengertian dari e-Business sendiri adalah: “The use of electronic networks and associated technology to enable, improve, enhance, or invent a business process or business systems to create superior value and current or potential customers.” Pengertian di atas memperlihatkan dengan jelas bagaimana teknologi elektronik dan digital berfungsi sebagai medium tercapainya proses dan sistem bisnis (pertukaran barang atau jasa) yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan cara-cara konvensional, terutama dilihat dari manfaat yang dapat dirasakan oleh mereka yang berkepentingan (stakeholders). Melakukan bisnis di dunia maya sama sekali berbeda dengan mengelola perusahaan konvensional. Dibutuhkan ketekunan dan kreativitas yang terusmenerus juga strategi yang tepat agar keunggulan kompetitif dapat ditingkatkan dan dipelihara. Statistik mencatat bahwa dari seluruh perusahaan internet yang tumbuh, hanya sekitar 20% yang mampu bertahan dalam periode yang cukup panjang. Pada akhirnya, e-business bukanlah sekedar mekanisme penjualan barang dan jasa melalui medium internet, tetapi lebih pada sebuah transformasi bisnis yang merubah cara-cara perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya seharihari. 2.3.1 Perbedaan e-Business dengan e-Commerce Menurut Richardus Eko Indrajit dalam bukunya Konsep dan Aplikasi e-Business konsep domain e-Business jauh lebih luas daripada e-commerce. Gambar 2.1 e-Business Scope e-Business e-Commerce e-Tailing Sedangkan domain e-Tailing lebih berintikan mekanisme perdagangan antara perusahaan dengan konsumen langsungnya. Yang terlihat dalam konteks ini adalah suatu pengertian bahwa mekanisme e-Commerce lebih fokus pada aktivitas transaksi elektronik atas dua atau lebih entitas bisnis. Sementara e-Business memiliki lingkup yang lebih luas. e-Business secara umum adalah berbagai aktivitas di dalam perusahaan, baik yang berkaitan secara langsung atau tidak dengan berbagai proses pertukaran barang dan jasa (bisnis) dengan memanfaatkan teknologi digital. Dengan kata lain, seluruh rangkaian proses yang kerap dijumpai dalam aktivitas bisnisnya masuk kedalam domain e-Business, seperti yang sering dijumpai dalam berbagai aplikasi sistem informasi semacam Supply Chain Management, Customer Relationship Management dan Enterprise Resource Systems. 2.3.2 Keuntungan e-Business Menurut Charles R. Rieger dari IBM dan Mary P. Donato dari Xerox, seperti yang dikutip juga oleh Richardus Eko Indrajit, ada lima keuntungan e-Business: 1. Efficiency Manfaat yang paling cepat didapat adalah perbaikan tingkat efisiensi. Riset menunjukkan kurang lebih 40% total biaya operasional perusahaan diperuntukkan bagi aktivitas penciptaan dan penyebaran informasi ke berbagai rangkaian bisnis sehari-hari, maka akan terlihat bagaimana perusahaan dapat mengurangi total biaya operasional yang biasa dikeluarkan. 2. Effectiveness Manfaat yang dapat dirasakan adalah perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam cara perusahaan melakukan aktivitas operasional sehari-hari. Dengan dimanfaatkannya e-technologies perusahaan dapat berhubungan dengan pelanggannya secara non-stop. Demikian pula dengan diterapkannya konsep e-supply chain maka manajemen dapat meningkatkan service level kepada pelanggannya. Contoh efektivitas lainnya adalah meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dari manajemen karena diimplementasikannya aplikasi Enterprise Resource Systems (ERP). 3. Reach Kemampuan e-technologies di dalam memperluas jangkauan dan ruang gerak perusahaan. Dengan menghubungkan diri ke internet, berarti perusahaan secara tidak langsung telah menghubungkan diri dengan ratusan juta calon pelanggan yang tersebar diberbagai belahan dunia. Kemampuan ekspansi yang sedemikian mudah menembus batas ruang dan waktu, dan tanpa memerlukan biaya yang relatif mahal tentu saja merupakan keuntungan yang tidak ternilai harganya bagi sebuah perusahaan. Selain itu e-technologies juga telah memungkinkan perusahaan untuk memperluas jangkauan domain kerja sama dengan mitranya secara signifikan. Berbagai perusahaan skala besar, menengah, dan kecil dengan mudahnya dapat saling berkolaborasi dan bekerja sama untuk menciptakan produk maupun pelayanan yang semakin baik tanpa harus memikirkan batasanbatasan geografis maupun menyediakan sumber-sumber finansial yang sangat besar. 4. Structure Manfaat penerapan e-business adalah terciptanya berbagai jenis produk maupun jasa baru akibat bersatunya berbagai sector industri yang selama ini secara struktur terlihat berdiri sendiri. Belakangan ini sering pula ditemui situs-situs yang menyediakan produk atau jasa yang dapat disesuaikan dengan selera unik pelanggan (tailor made) dengan harga yang khusus pula (price discrimination). Semua ini dapat dengan mudah dilakukan karena semakin banyak sumber daya fisik yang telah dapat ditransformasikan menjadi sumber daya digital. 5. Opportunity Terbukanya peluang yang lebar bagi pelaku bisnis untuk berinovasi menciptakan produk-produk dan jasa-jasa baru akibat selalu ditemukannya etechnologies baru dari masa ke masa. Bagaimana berbagai jenis model bisnis baru selalu ditawarkan oleh berbagai situs yang berkembang dengan pesat di internet. Di bidang pendidikan tercatat semakin maraknya situs-situs penyelenggara pendidikan (e-School) maupun pelatihan (e-Training) secara virtual. Di bidang keuangan telah berdiri lembaga-lembaga keuangan virtual semacam e-Banking, e-Stock Exchange, dan eInsurance. Di bidang manufacturing berkembang perusahaan-perusahaan yang siap memberikan bisnis outsourcing di bidang e-procurement, e-logistic, edistribution dan e-inventory 2.4 Pengertian Electronic Banking Electronic banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. E-Banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses ebanking melalui piranti elektronis seperti komputer, PDA, ATM, atau telepon. Secara sederhana, e-Banking bisa diartikan sebagai aktifitas perbankan di internet. Layanan ini memungkinkan nasabah sebuah bank dapat melakukan hampir semua jenis transaksi perbankan melalui sarana internet, khususnya via web. 2.4.1 Jenis-jenis e-Banking Saluran dari e-Banking yang telah diterapkan bank-bank di Indonesia sebagai berikut: 1. ATM (Automated Teller Machine), ini adalah saluran e-Banking paling populer. Fitur tradisional ATM adalah untuk mengetahui informasi saldo dan melakukan penarikan tunai. Dalam perkembangannya, fitur semakin bertambah yang memungkinkan untuk melakukan pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (antara lain kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (antara lain voucher dan tiket), dan yang terkini transfer ke bank lain (dalam satu switching jaringan ATM). Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat pula digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit. Saat ini muncul pula ATM yang dapat menerima setoran uang, yang dikenal pula sebagai Cash Deposit Machine atau CDM. 2. Phone Banking, adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon genggam, maka tersedia pula nomor akses khusus via telepon genggam bertarif panggilan flat dari manapun nasabah berada. Pada awalnya, layanan phone banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa atau produk bank dan informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator atau CSO. Namun profilnya kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (antara lain kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (antara lain voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain; serta dilayani oleh Interactive Voice Response (IVR). Fasilitas ini lebih praktis dari ATM untuk transaksi non tunai, karena cukup menggunakan telepon, nasabah bisa melakukan berbagai transaksi, termasuk transfer ke bank lain. 3. Internet Banking, termasuk saluran e-Banking yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan phone banking yaitu informasi jasa atau produk bank, informasi saldo rekening, transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (antara lain kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (antara lain voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain. Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu dan informasi secara lengkap tertampang di layar komputer atau PDA. 4. Short Message Service (SMS) atau mobile banking, saluran ini pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari phone banking, yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via telepon genggam dengan perintah SMS. Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran, dan pembelian voucher. Untuk transaksi lainnya pada dasarnya dapat pula dilakukan, namun tergantung pada akses yang dapat diberikan bank. 2.5 Pengertian Internet Banking Cronin dalam bukunya Banking and Finance on the Internet yang dipublikasikan oleh John Wilery and Sons, Canada, tahun 1998 mendefinisikan internet banking adalah “The financial services application that enables financial institutions to offer traditional banking product and services such as checking, savings and money market accounts and certificates deposit over the internet”. Terjemahan bebasnya adalah jasa yang memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet. Internet banking lebih fleksibel dibandingkan dengan pelayanan dengan sistem counter, karena tidak mengenal batas waktu dan tempat. Terdapat tiga tingkatan i-banking: 1. Entry atau informational Merupakan tingkatan atau tahapan yang paling sederhana, yaitu hanya menyediakan informasi statistik mengenai bank tersebut serta jasa atau produk yang ditawarkan. Tingkatan ini berupa brosur elektronik dari suatu bank atau website. Tingkat risikonya rendah karena tidak terhubung dengan database perusahaan. 2. Intermediat atau communicative Pelayanannya lebih luas daripada sekedar informasi, karena nasabah bisa melakukan interaksi dengan bank penyedia jasa internet secara terbatas, misalnya account inquiry, online account application, electronic mail. Dalam tahapan ini tingkat risikonya lebih besar dari informasi website. 3. Advance atau transaction Tingkatan ini adalah tingkatan yang paling lengkap dan dapat menampilkan seluruh transaksi yang diperlukan oleh nasabah termasuk transfer dana, pembayaran tagihan dan lain-lain seperti layaknya pelayanan melalui counter atau ATM kecuali penarikan kas. Pada dasarnya bank yang menyediakan jasa pelayanan i-Banking dapat dengan bebas menentukan transaksi, produk atau jasa apa yang disediakan. Untuk itu bank dalam business plannya harus memperhitungkan dengan seksama untung rugi dan risiko yang akan dihadapi dan juga kebutuhan nasabah. Penentuan jenis produk atau jasa akan disesuaikan dengan kemampuan untuk strategi masing-masing bank Secara umum terdapat beberapa jenis produk atau jasa yang ditawarkan melalui i-Banking, yaitu: 1. Informasi saldo 2. Pembukaan rekening 3. Transfer 4. Payment gateway Merupakan fasilitas pembayaran jasa tertentu. Antara lain pembayaran telepon, air, atau listrik. Jasa ini disediakan oleh bank sehingga nasabah dapat melakukan pembayaran langsung melalui internet. Konsep payment gateway ini mirip dengan transfer karena nasabah maupun penyedia jasa (perusahaan telepon atau listrik) harus sama-sama punya account di bank tersebut. Dengan demikian selain nasabah bank tersebut, orang lain tetap saja tidak bisa melakukan transaksi payment gateway. Bahkan saat ini telah berkembang layanan account aggregation yaitu jasa bank yang menyatukan informasi dari berbagai website dan menampilkan informasi tersebut dalam format terkonsolidasi kepada nasabah. Informasi dapat berkisar dari informasi untuk konsumsi publik hingga informasi rekening pribadi nasabah. Account aggregation banyak digunakan untuk layanan bill presentment dan payment, dimana nasabah mendelegasikan kepada bank atau pihak ketiga untuk mendebet rekening milik nasabah untuk melakukan pembayaran tagihan telepon atau listrik. Untuk itu nasabah perlu menyerahkan personal identification number serta password miliknya kepada bank atau pihak ketiga. 5. Kliring 6. Trade services and finance 7. Penutupan rekening 8. Transaksi lainnya Bank penyedia i-Banking dapat menyediakan layanan jasa bagi korporasi seperti cash management service, continuous link settlement, pemesanan buku cek bahkan nasabah dapat memperoleh informasi, berita, analisis seputar foreign exchange transaction. I-Banking juga memberi pelayanan diluar produk perbankan seperti membeli voucher isi ulang dan langsung mendebet rekening nasabah. Begitu pula pembayaran polis atau pembelian saham secara online. 2.5.1 Perkembangan Internet Banking Perkembangan teknologi internet diperkirakan akan mengubah sistem keuangan yang awalnya menempatkan bank sebagai mediator transaksi perdagangan business to business (B2B) atau business to customer (B2C). Seiring dengan globalisasi, pemanfaatan teknologi dimasa mendatang memberi banyak manfaat dan kemudahan. Internasional portal akan berperan sebagai gateway bagi tiap interaksi bisnis. Fenomena ini menuntut masing-masing pihak, baik pelaku bisnis, konsumen individual maupun bank yang membangun kapasitas jaringan online. Teknologi internet juga dipandang sebagai sarana yang efisien dalam mendesain, memasarkan serta menjadi saluran distribusi produk dan jasa keuangan dengan biaya yang relatif murah. Efisiensi biaya tersebut menjadi salah satu daya tarik penerapan i-Banking sehingga konsekuensinya perbankan akan meniliki kesamaan dalam komoditas pelayanan yang ditawarkan yang berupa kemudahan-kemudahan (convenience) karena memiliki kesamaan dalam jangkauan geografis, jam beroperasi dan jenis pelayanan. 2.5.2 Perkembangan Internet Banking di Indonesia Seiring dengan perkembangan i-Banking di Indonesia, terdapat pula kendala-kendala sebagai berikut: 1. Persiapan dan investasi yang matang dan mahal dengan dukungan teknologi yang canggih 2. Kepercayaan publik atas sistem pengamanan i-Banking 3. Promosi i-Banking yang belum merata ke seluruh lapisan masyarakat 4. Pasar yang terbatas hanya pada masyarakat pengguna internet Berlawanan dengan kendala-kendala tersebut, selain penghematan biaya ada beberapa manfaat lain, yaitu: 1. Menambah jumlah nasabah. Dewasa ini semakin banyak masyarakat menggunakan internet. Nasabah pada level tersebut telah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat. 2. Tuntutan pasar yang menghendaki pelayanan bank yang berorientasi paperless, timeless dan borderless. 3. Contagion willingness. Karena pengaruh bank-bank lain pada peer yang sama telah menyelenggarakan i-Banking. 4. Membangun image dan peningkatan level persaingan, khususnya bagi bankbank yang belum banyak dikenal. 5. Memperluas jaringan pelayanan, yang atas dasar analisis ekonomis dan geografis lebih menguntungkan dan mudah untuk menerapkan i-Banking dibandingkan dengan membuka kantor cabang. 6. Information collection, terutama informasi mengenai keinginan pasar perbankan lebih cepat dan up to date diserap melalui i-Banking. 7. Instalasi i-Banking semakin hari semakin murah karena persaingan perusahaan diantara penyedia jasa internet. 8. Belum adanya ketentuan prudensial yang mengatur i-Banking secara khusus, misalnya perizinan dan persyaratan sehingga bank merasa bebas menyelenggarakan i-Banking. 2.5.3 Pengamanan untuk Internet Banking Setiap bank mempunyai sistem pengamanan yang berbeda-beda. Berikut adalah sistem keamanan yang umum digunakan menurut Budi Rahardjo dalam jurnalnya yang berjudul Aspek Teknologi dan Keamanan Dalam Internet Banking pada tahun 2001: 1. SSL 128-bit SSL atau Secure Socket Layer umumnya adalah pengamanan lapisan pertama yang lazim digunakan dalam dunia perbankan. Dengan menggunakan SSL ini, semua data yang dikirimkan dari server ke komputer nasabah dan sebaliknya selalu melalui proses enkripsi (acak secara sistem) dengan menggunakan sandi 128-bit yang hanya diketahui oleh komputer nasabah dan server. 2. User ID dan Password Pengamanan lapisan kedua adalah dimana setiap user yang menjadi pelanggan i-Banking tersebut akan mendapatkan User ID dan password yang bisa dibentuk sendiri. Password ini bisa setiap saat diubah oleh nasabah. Biasanya pihak bank menganjurkan agar nasabah mengubah passwordnya secara periodik. Teknologi One Time Password juga digunakan untuk mengautentikasi nasabah yang ingin melakukan transaksi. Bank Central Asia (BCA) telah mengaplikasikan sistem ini melalui Key BCA sehingga situs ini merupakan yang teraman saat ini. 3. VPIN atau TIN (Tele Identification Number) Baik VPIN atau TIN adalah Sandi Rahasia terdiri dari 6 digit yang dibuat untuk transaksi melalui Electronic Banking termasuk i-Banking. Sebagai sandi, nasabah hanya perlu memasukkan dua digit secara acak dari keenam digit VPIN atau TIN-nya. 4. Firewall Firewall berfungsi untuk membatasi akses User yang tidak bertanggung jawab. 5. Relogin dan Auto logout Pengaman lapisan yang lain adalah adanya relogin dan auto logout. Apabila pengguna i-Banking tidak aktif selama 5 menit maka server akan minta User ID dan Password dan apabila pengguna tidak aktif selama 20 menit maka secara otomatis i-Banking tersebut akan logout. Saat ini bank-bank yang menyediakan fasilitas i-Banking di Indonesia pada tingkat advance adalah BCA, Lippo Bank, BII, Bank Permata, Bank Niaga, CitiBank, Bank Mandiri, BNI 46, Bank Ekonomi, Bank Haga dan Bank Danamon. 2.6 Pengertian Kinerja Pengertian kinerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (1995 : 580) adalah: 1. Sesuatu yang dicapai 2. Prestasi yang diperlihatkan 3. Kemampuan kerja Dalam pernyataan Siegel dan Shim mengenai kinerja yang dialih bahasakan oleh Moh. Kurdi (1994 : 340), dinyatakan dengan lebih rinci sebagai berikut: “Pernyataan yang menyajikan ukuran hasil yang sebenarnya dari beberapa kegiatan pribadi atau kesatuan pada periode waktu yang sama. Hasil ini sebaiknya dibandingkan dengan anggaran atau ukuran standar yang diperoleh dengan beberapa asumsi keadaan selama periode yang sama. Variasi dari anggaran atau standar seperti itu dikenal sebagai varian (selisih) dan mungkin menguntungkan atau tidak menguntungkan tergantung pada ukuran relatif tinggi rendahnya standar tindakan koreksi harus segera dilakukan terhadap kinerja yang tidak menguntungkan.” Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja, yaitu: 1. Gambaran prestasi yang telah dicapai 2. Selalu dibandingkan dengan ukuran standar 3. Sifatnya relatif tergantung pada tinggi rendahnya standar yang digunakan 2.6.1 Pengukuran Kinerja Dalam pencapaian tujuan organisasi diperlukan suatu alat dan metode sebagai pengendalian. Proses pengendalian ini salah satunya menetapkan suatu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja menurut Atkinson dan kawan-kawan (1995 : 46) adalah: “Measure the performance of an activity (value chain) from the perpective of customer requirement while assuring that the overall performance of activities meets the requirements of the organization’s other stakeholders.” Definisi pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993 : 419) adalah: “Penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagan organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Jadi pengertian pengukuran kinerja mengukur prestasi suatu aktivitas ditinjau dari sudut pandang tuntutan pelanggan dan tuntutan stakeholders. 2.6.2 Penilaian Kinerja Perbankan Kinerja suatu perusahaan adalah seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seberapa baik organisasi itu menetapkan dan mencapai tujuan yang memadai. Bagi investor, informasi tentang kinerja tersebut dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka. Kinerja perlu diukur, dievaluasi untuk menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan. Dua aspek yang sering digunakan dalam menilai kinerja adalah efisiensi dan efektifitas. Efisiensi menggambarkan hubungan input dan output. Sedangkan efektifitas merupakan gambaran hubungan output pada suatu tujuan tertentu. Pengukuran kinerja adalah kunci dalam infrastruktur organisasi. Istilah tersebut mencakup suatu set kebijakan organisasional, sistem dan praktek yang mengkoordinasikan tindakan serta transfer ini untuk mendukung siklus manajemen. Manajemen menggunakan sistem pengukuran sebagai mekanisme untuk implementasi strategi. 2.6.3 Metode-metode Pengukuran Kinerja Terdapat beberapa jenis metode analisis dan pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Metode-metodenya antara lain sebagai berikut: 1. Return on Investment (ROI) ROI merupakan salah satu teknik analisis yang bersifat menyeluruh. Analisis ROI adalah teknik yang lazim digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas keseluruhan aktivitas operasional. ROI adalah salah satu rasio profitabilitas yang menghubungkan keuntungan dari operasi (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (net operating asset). Menurut Weston dan Copeland (1992 : 278) tinggi rendahnya tingkat ROI ditentukan oleh: a. Operating Asset Turnover Operating Asset Turnover merupakan rasio yang menghubungkan jumlah aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional dengan jumlah penjualan atau menunjukkan berapa kali operating asset digunakan dalam suatu periode. b. Profit Margin Profit margin merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari penjualan bersih. Profit margin menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dihubungkan dengan tingkat penjualan dalam suatu periode. Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva merupakan tolok ukur dari kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan. Rumusnya adalah sebagai berikut: ROI = Net Income Total Asset 2. Return on Equity (ROE) ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa (common stock) atau saham istimewa (preferren stock) atas modal yang mereka investasikan. Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Tingkat pengembalian modal itu menghasilkan keuntungan netto bagi penanam modal. Rumusnya adalah sebagai berikut: ROE = Earning After Tax Shareholders' Equity 3. Return on Asset (ROA) ROA merupakan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva merupakan tolok ukur dari kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Charles H. Gibson (1992 : 329) mendefinisikan ROA adalah: “Return on Asset measures the firm’s ability to utilize its asset to create profits.” Hasil pengembalian modal akan mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dananya. Rumusnya adalah sebagai berikut: ROA = Net Income Sales × Total Asset Total Asset ROA = Net Income Total Asset 4. Economic Value Added (EVA) EVA merupakan metode pengukuran kinerja perusahaan lain. EVA adalah indikator internal yang mengukur kekayaan pemegang saham yang diciptakan atau dimusnahkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. EVA mengukur seberapa efisien operasi sebuah perusahaan dalam menggunakan modal untuk menciptakan nilai tambah. Nilai ekonomis tercipta hanya jika perusahaan menghasilkan return modal yang melebihi biaya modalnya. Keuntungan riil yang diperoleh dari penggunaan modal yang melebihi biaya modalnya. Keuntungan riil yang diperoleh dari penggunaan modal perusahaan merupakan tolok ukur yang diperhitungkan. EVA yang diperoleh dari penggunaan modal perusahaan yang dinyatakan dalam nominal. Rumusnya adalah sebagai berikut: EVA = (r – c*) × Capital EVA = NOPAT – (c* × Capital) R = Rate of return (tingkat pengembalian modal) c* = Weight average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) Capital = Nilai buku net capital yang telah disesuaikan NOPAT = Net Operating Profit After Tax yang telah disesuaikan 5. Balance Score Card Balance Score Card merupakan sistem pengukuran kinerja komprehensif yang meliputi aspek finansial dan non-finansial. Dalam BSC, ukuran finansial yang menunjukkan penggerak utama (driver) bagi kinerja di masa yang akan datang. (Kaplan and Norton, 1996: 8) Aspek-aspek pengukuran kinerjanya adalah: a. Perspektif Keuangan b. Perspektif Pelanggan c. Perspektif Manajemen Internal d. Perspektif Pembelajaran dan Perbaikan 2.7 Analisis Return on Asset (ROA) Menurut Van Horne & Wachowicz, Return on Asset merupakan rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi atau kepemilikan asset. Rasio profitabilitas sendiri adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. 2.7.1 Pengertian ROA Menurut Munawir (2004 : 89), ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. 2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ROA Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasional perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). 2.7.3 Kelebihan Analisis ROA Kegunaan dari ROA menurut Munawir dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Salah satu kegunaan yang prinsipil adalah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik, manajemen dengan menggunakan teknik ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efisiensi produksi, dan efisiensi bagian penjualan. 2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, dengan analisis ROA dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah, sama, atau di atas rataratanya. Dengan demikian dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis. 3. Analisis ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. 4. Analisis ROA juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. 5. ROA selain berguna untuk keperluan pengendalian, juga berguna untuk keperluan perencanaan, misalnya sebagai dasar pengambilan keputusan. 2.7.4 Kelemahan Analisis ROA Di samping kegunaan dari analisis ROA terdapat pula kelemahan- kelemahannya, yaitu: 1. Salah satu kelemahan yang prinsipil adalah kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, mengingat dalam praktik akuntansi yang digunakan oleh masingmasing perusahaan berbeda-beda. 2. Kelemahan dari teknik ini juga terletak pada fluktuasi nilai uang (daya belinya). 3. Dengan menggunakan analisis rate of return saja atau ROA saja tidak dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan. 2.8 Analisis ROE Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah pengembalian atas ekuitas. ROE membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham. 2.8.1 Pengertian ROE Berikut ini pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian ROE, yaitu: 1. Menurut Weston and Brigham (1993 : 58): “Return on common equity : The ratio of net income to common equity, measures the rate or return on common stockholder’s investment.” 2. Menurut Agus Sartono (2001 : 124): “ROE atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.” Sehingga ROE dapat dirumuskan: ROE 3. = Earning After Tax × 100% Shareholders Equity Menurut Higgins (1995 : 40) “By far the most popular yardstick of financial performance among investors and senior managers is the ROE, defined as: ROE = Earning After Tax Shareholders' Equity 2.8.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ROE ROE itu seperti yang diartikan oleh Agus Sartono (2001 : 124) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan itu. Artinya, rentabilitas modal sendiri ini dapat menjadi ukuran efisiensi bagi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam perusahaan. Semakin besar rentabilitas modal sendiri, berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan itu menghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya. ROA dipilih sebagai alat ukur kinerja karena i-banking merupakan investasi bagi perbankan yang diharapkan pengembaliannya. Sedangkan pengukuran ROE dihubungkan dengan i-banking karena ada kemungkinan bahwa investasi tersebut didanai oleh modal sendiri.