Penggunaan Informasi Akuntansi dalam Sistem Manajerial Usaha

advertisement
BAB II
Landasan Teori
A.
Sistem Informasi
1.
Konsep Sistem Informasi
Untuk memahami pengertiaan sistem informasi, harus dilihat keterkaitan
antara data dan informasi sebagi entitas penting pembentuk sistem informasi.
Davis(1995) dalam Al Fatta Hanif (2007 ; 9) mengemukakan bahwa,
“Data merupakan nilai, keadaan, atau sifat yang berdiri sendiri
lepas dari konteks apapun. Sementara informasi adalah data
yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat
ini atau mendatang”.
Mc Leod (1995) dalam Al Fatta Hanif (2007:9) mengemukakan bahwa,
“Inforrmasi adalah data yang telah diproses, atau data yang
memiliki arti
2.
Metodologi Pengembangan Sistem
Beberapa ahli membagi proses-proses pengembangan sistem kedalam
sejumlah urutan yang berbeda-beda. Tetapi semuanya akan mengacu pada
proses-proses standar (Al Fatta Hanif, 2007:25) yaitu:
1.
Pengumpulan Informasi
Langkah awal pada tahapan analisis adalah mengumpulkan informasi
tentang bagaimana proses-proses bisnis yang ada pada sistem lama berjalan.
Kemudian ditentukan pada titik-titik mana saja proses bisnis yang mengalami
masalah yang bisa diselesaikan dengan sistem informasi.
7
2.
Mendefinisikan System Requirement
Dari informasi kelemahan yang didapat, analisis sistem kemudian
mendefinisikan apa saja sebenarnya yang dibutuhkan oleh sistem lama untuk
mengatasi masalahnya. Inilah yang disebut sebagai system requirement
(kebutuhan sistem). Sering kali kebutuhan ini akan mengubah total keseluruhan
proses bisnis pada sistem lama, tetapi kadang-kadang hanya perubahan
penambahan beberapa prosedur baru.
3.
Menyusun dan Mengevaluasi Alternatif
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan analis adalah rencana kedua. Setelah
menyusun dan memprioritaskan kebutuhan, analis harus menyiapkan alternatif
jika seandainya susunan kebutuhan nantinya akan ditolak oleh klien.
4.
Mengulas Kebutuhan dengan Pihak Manajemen
Langkah terakhir adalah mengulas kebutuhan yang sudah ada dengan pihak
klien, karena pihak klien lah yang paling tahu kebutuhan sistem mereka.
Pada perkembangannya, proses-proses standar tadi dituangkan dalam
suatu metode yang dikenal dengan nama System Development Life Cycle yang
merupakan metodologi umum dalam pengembangtan sistem yang menandai
kemajuan usaha.
B.
Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
1.
Konsep Sistem Informasi Akuntansi
Akuntansi menjadi yang terdepan dengan berperan penting dalam
menjalankan ekonomi dan sistem sosial kita. Keputusan-keputusan yang diambil
oleh para individu, pemerintah, dan badan usaha sering kali digunakan oleh
penggunanya berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Tujuan utama
akuntansi adalah melahirkan informasi keuangan melalui proses pencatatan,
pelaporan dan penginterpretasian data-data ekonomi yang digunakan sebagai
pengambilan keputusan. Sedangkan sistem dapat diartikan sebagai suatu
kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai komponen yang saling
berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki sasaran,
8
masukan-keluaran, dan lingkungan untuk mencapai target dasar yang telah
ditetapkan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:3).
2.
Pentingnya Sistem Informasi Akuntansi
Sebagai suatu sistem informasi, akuntansi dapat dijelaskan pada paragraf-
paragraf sebagai berikut :
1.
Akuntansi Adalah Sistem
Manajemen,
pengguna,
dan
personal
sistem
diperlukan
dalam
pengembangan sistem. Umumnya, kelompok perancang atau tim proyek
pengembangan sistem meliputi para pemakai sistem, mengembangkan spesifikasi
teknis dan mengimplementasikan sistem baru. Masalah-masalah teknis,
organisasional dan manajemen proyek akan muncul pada saat implementasi
sistem. Sistem informasi yang baru, dapat juga menimbulkan hubungan kerja
yang baru diantara personel yang ada, perubahan pekerjaan bahkan mungkin
perubahan struktur organisasi. Faktor-faktor teknis, perilaku, situasi dan personel
yang berkaitan perlu dipertimbangkan sebelum proyek dilakukan. Kegagalan
untuk melakukan hal tersebut menyebabkan output yang dihasilkan tidak berguna
meskipun sistem yang dirancang merupakan sistem yang baik secara teknis.
Keterlibatan personel perlu dilakukan secara terus menerus setelah sistem
tersebut diimplementasikan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:5).
Chusing (1990) dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B (2009:4),
mengemukakan bahwa:
“Keterlibatan pemakai perlu dipertimbangkan bahkan pada saat
perencanaan sistem”
Filosofi dari perancangan sistem yang berorientasi pada pemakai,
membantu untuk membentuk prilaku dan pendekatan yang baik dalam
pengembangan sistem dalam kontek organisasional. Disamping itu, dukungan
9
manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menentukan efektifitas
penerimaan sistem informasi dalam organisasi.
Jacson (1986) dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B (2009:4),
mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam
pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu:
1. Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintekrasi
dengan perencanaan perusahaan. Manajemen puncak
mengetahui rencana perusahaan sehingga sistem yang akan
dikembangkan seharusnya sesuai dengan rencana perusahaan
sehingga sistem yang baru akan mendorong tercapainya
tujuan perusahaan.
2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek
pengembangan sistem.
3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan
dari pada aspek teknisnya.
4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada
kermungkinan manfaat yang akan diperoleh, dan manajemen
puncak mampu untuk menginterpretasikan hal tersebut.
5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan
dan pembuatan keputusan yang lebih baik dalam
pengembangan sistem.
Dukungan manajemen puncak sebenarnya ada pada semua tahap
pengembangan sistem yaitu pada saat perencanaan sistem dan tahap
implementasi. Keterlibatan dalam pengembangan sistem informasi adalah
merupakan bagian integral dari kesuksesan sistem informasi. Keterlibatan
pemakai ini seharusnya ada pada semua tahap yang dinamakan system
development life cycle. Tahapan tersebut adalah perencanaan, implementasi dan
setelah implementasi. Keterlibatan pemakai dalam semua tahap tersebut
merupakan suatu komponen penting dalam menentukan keberhasilan suatu
sistem informasi (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:5).
Ives dan Olson, 1984, dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B
(2009:5) mengemukakan 6 tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan
sistem informasi yaitu:
1. Tidak ada keterlibatan (no-involevement)
2. Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)
10
3. Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice)
4. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement
by weak control)
5. Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing)
6. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by
strong control)
Hasilnya menunjukan bahwa kerterlibatan dengan melakukan dan
keterlibatan dengan mengendalikan yang kuat akan menghasilkan suatu sistem
informasi yang lebih efektif. Efektifitas sistem informasi ini dinyatakan dengan
kepuasan pemakai (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:5).
2.
Akuntansi Adalah Informasi
Selain masalah sistem, akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu
informasi. Suatu fenomena menjadi menarik dengan adanya suatu jargon yang
menyatakan bahwa menguasai informasi, akan menguasai dunia dan siapa yang
menguasai informasi akan memenangkan persaingan. Hal ini tidaklah
mengherankan karena pada era sekarang ini, penguasaan informasi menjadi
sangat dominan bahkan informasi telah diakui sebagai salah satu sumber daya.
Oleh karena itu, perusahaan harus berupaya untuk mengoptimalkan peran
informasi ini untuk mencapai tujuannya (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy
I.B, 2009:6).
3.
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Informasi yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakter
seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara tepat, relevan, dan
lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masingmasing unit bisnis unttuk mendapatkan posisi keunggulan bersaing. Lewat
seperangkat prosedur dan teknik akuntansi, informasi menjadi lebih dapat
diakses secara cepat, relevan dan lengkap (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy
I.B, 2009:6). Terkait dengan informasi akuntansi tersebut, beberapa jenis sistem
informasi yang telah berkembang saat ini adalah sebagai berikut:
1. Pemerosesan Data Elektronik (Electronic Data Processing)
2. Pemerosesan Data (Data Processing)
3. Sistem Inforrmasi Management (Management Information
System)
4. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)
11
5. Sistem Ahli (Expert System)
Sistem Informasi Eksekutif (Executif Information System) dan Sistem
Informasi Akuntansi (Accounting Information System) merupakan bukti bahwa
sistem informasi dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang semakin
kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat bertahan dan tumbuh, saat ini perusahaan
harus menggunakan sistem informasi sesuai dengan perkembangan lingkungan
bisnisnya. Namun, agar proyek pengembangan sistem informasi tidak sia-sia,
maka perlu dipahami tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem yang terdiri
dari (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:6):
1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan
evaluasi solusi-solusi masalah sistem, penekanannya pada
tujuan keseluruhan sistem.
2. Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi
yang dipilih oleh proses analisis sistem.
3. Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan
prosedur-prosedur dan metode baru atau revisi kedalam
operasi.
Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut sebagai bahasa
bisnis yang dapat menyediakan atau memberikan informasi penting tentang
kegiatan ekonomi. Dikatakan bahasa sebab akuntansi dapat berperan sebagai
media komunikasi yang mengomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan
pristiwa ekonomi yang terjadi di suatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan fenomena, gejala, dan pristiwa ekonomi tersebut.
Akuntansi menyediakan kerangka konseptual untuk data ekonomi dan bahasa
yang menjadi tolak ukur bagi berbagai macam penggunanya dalam penyusunan
laporan keuangan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:7).
Bahasa, secara umum dapat diartikan sebagai suatu simbol yang disusun
secara acak atau sembarangan. Simbol-simbol itu disusun dan ditata dengan
menggunakan suatu mekanisme yang telah memiliki standar tersendiri dan telah
baku. Sehingga, simbol-simbol tersebut memberi suatu persepsi, konsepsi, dan
makna tertentu yang telah distandarkan. Simbol-simbol tersebut memberi suatu
12
persepsi makna dan pemahaman tertentu terhadap yang disimbolkan. Dengan
demikian, sistem informasi akuntansi dibangun di sekitar aktifitas bisnis
perusahaan dengan struktur tertentu dalam suatu organisasi. Desain sistem yang
baik meliputi prosedur untuk mengukur, merekam, dan menyimpulkan peristiwapristiwa ekonomi dalam menyediakan pengawasan intern yang dirancang untuk
mengamankan
aktiva
dan
mempromosikan
efisiensi
operasional,
serta
mengijinkan perolehan kembali data yang relevan untuk pelaporan eksternal
maupun internal (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:7).
C.
Sistem Informasi Manajemen
1.
Konsep Sistem informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem informasi pada
level manajemen yang berfungsi untuk membantu perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan dengan menyediakan resum rutin dan laporanlaporan tertentu. Sistem informasi manajemen mengambil data mentah dari
pemprosesan data elekronik dan mengubahnya menjadi kumpulan data yang
lebih berarti yang dibutuhkan manajer untuk menjalankan tanggung jawabnya.
Untuk mengembangkan suatu sistem informasi manajemen, diperlukan
pemahaman yang lebih baik tentang informasi apa saja yang dibutuhkan manajer
dan bagaimana mereka menggunakan informasi tersebut (Al Fatta Hanif,
2007:12) (Al Fatta Hanif, 2007:12).
Kertahadi (1995) dalam Al Fatta Hanif (2007:9), mengemukakan bahwa
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat didefinisikan sebagai
“Suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian
rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya”
Murdick dan Ross (1993) dalam Al Fatta Hanif (2007:9), mengemukakan
bahwa tujuan dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah:
“Untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada
perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendaliaan
13
kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan, dan menyajikan
sinergi organisasi pada proses”
Dengan
demikian,
sistem
informasi
berdasarkan
konsep
(input,
processing, output) dapat dilihat pada gambar berikut (Al Fatta Hanif, 2007:9):
Input
Data
Pemprosesan
Output
Data
Gambar 2.1 Konsep Sistem Informasi
2.
Pentingnya Sisitem Informasi Manajemen
Sejak lahirnya ilmu administrasi dalam manajemen, para ilmuan yang
menekuninya telah dan berusaha melakukan berbagai penelitian dalam rangka
akumulasi pengetahuan dan teori tentang proses manajemen, termasuk tentang
unsur-unsur manajerial berbagai klasifikasi unsur-unsur manajerial. Aneka ragam
klasifikasi itu harus dipandang sebagai hal yang positif dalam arti memperkaya
pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang apa saja yang harus
dilakukan oleh para manajer agar kemampuan organisasi mencapai tujuan dan
berbagai sasaran semakin meningkat. Merupakan kenyataan bahwa cara dan gaya
seseorang ilmuan membuat klasifikasi unsur-unsur manajerial dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti:

Filsafat hidup yang dianutnya

Perkembangan pengetahuan yang telah dicapai

Kondisi lingkungan

Perkembangan teknologi dan pemanfaatannya

Kondisi organisasi untuk fungsi-fungsi itu di selenggarakan
Akan tetapi terlepas dari aneka ragam klasifikasi tersebut para ilmuan
telah sepakat bahwa pada dasarnya keseluruhan unsur-unsur manajerial dapat
digolongkan kepada dua jenis utama, yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang,
14
yang tergolong kepada jenis fungsi organik adalah keseluruhan unsur utama yang
mutlak perlu dilakukan oleh manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi organik
tersebut merupakan menjabarkan kebijaksanaan dasar atau strategi organisasi
yangtelah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar bertindak. Sedangkan
yang dimaksud dengan fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan-satuan kerja dalam organisasi dan
dimaksudkan mendukung semua fungsi organik manajerial (Siagian, 2005:3-4) .
Berdasarkan faktor-faktor di atas kebutuhan untuk berprestasi yang bisa
diajarkan untuk melahirkan seorang manajer yang berkualitas yaitu berupa
pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi kesempatan bisnis, dan analisis
resiko (Masykur, 2001:9).
1.
Kesempatan-kesempatan
Inovasi termasuk cara terbaru dan lebih baik dalam mengerjakan sesuatu dan
hal terbaru dan lebih baik dalam mengerjakannya. Tetapi cara terbaru dan lebih
baik didalam mengerjakan sesuatu secara tidak langsung berarti menyediakan
barang dan jasa yang bermanfaat untuk memenuhi keinginannya dari masyarakat
sebagai konsumen.
2.
Analisa Resiko
Pribadi manajer memiliki risiko yang bisa diperhitungkan yang bersifat
menengah dan bisa dikendalikan. Resiko yang bisa diperhitungkan dalam bisnis
adalah keputusan mengenai pengeluaran uang dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
3.
Penerapan Unsur-unsur Sistem Manajerial Dalam Usaha Kecil Dan
Menengah
Berdasarkan pada faktor-faktor manajerial diatas, para ahli menemukan
bahwa pengambilan keputusan dan manajer mengidentifikasi biaya manajemen
sebagai suatu input kunci terhadap pengambilan keputusan dan akurasi biaya
15
informasi sebagai prioritas puncak. Informasi yang tidak akurat memiliki dampak
signifikan
pada
hasil
keputusan
yang
mengakibatkan
rendahnya
pengimplementasian alat-alat manajemen dan sistem manajemen. Oleh karena itu
untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan unsur-unsur di dalam
manajerial untuk membantu pemilik usaha untuk pengambilan keputusan. Unsurunsur manajemen yang dimaksud adalah seperti sumber daya manusia, modal
usaha, mesin, bahan baku, metode usaha, dan pasar (Ikhsan, Arfan dan
Prianthara, Teddy I.B, 2009:178).
1.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Ungkapan sumber daya manusia yang tepat menunjukan pada individu-
individu dalam organisasi usaha kecil dan menengah yang memberikan
sumbangan yang berharga pada pencapaiaan tujuan sistem organisasi usaha kecil
dan menengah. Tentu saja sumbangan ini adalah hasil dari produktivitas pada
posisi yang mereka pegang. Dilain pihak, sumber daya yang tidak tepat
menunjuk pada anggota organisasi usaha kecil dan menengah yang tidak
memberikan sumbangan yang berarti bagi pencapaian tujuan sistem manajemen.
Pada hakikatnya, individu-individu tersebut tidak efektif dalam jabatan mereka
(Masykur, 2001:123)
Tugas penyediaan sumber daya manusia yang semestinya adalah sangat
penting bagi pengelola usaha kecil dan menengah. Produktivitas pada semua
organisasi usaha kecil dan menengah ditentukan oleh bagaimana sumber daya
manusia berinteraksi dan bergabung untuk menggunakan sumber daya sistem
manajemen. Faktor-faktor seperti latar belakang, umur, pengalaman yang
berhubungan dengan jabatan, dan tingkat pendidikan formal kesemuanya
mempunyai peranan didalam menentukan tingkat ketepatan posisi individuindividu pada organisasi usaha kecil dan menengah (Masykur, 2001:124).
2.
Manajemen Keuangan
Secara
historis
peranan
seorang
manajer
keuangan
mengalami
perkembangan. Semula tugas manajer keuangan hanya terbatas pada proses
pembuatan dan pemeliharaan catatan yang bersangkutan dengan transaksi
16
keuangan, penyusunan laporan-laporan keuangan secara periodik. Selanjutnya
tugas berkembang pada proses mempertahankan likuiditas usaha maupun
perusahaan, termasuk mencari atau mendapatkan dana serta menggunakan atau
mengalokasikan dana. Kini peran seorang manajer keuangan telah menjadi luas
dan kompleks, sehingga semakin turut serta mempengaruhi maju mundurnya
sebuah perusahaan (Jhon, 1988:1).
Situasi usaha saat ini telah mengharuskan seorang manajer keuangan aktif
turut menentukan pengelolaan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam
arti luas. Manajer keuangan selain menentukan dana yang dibutuhkan dan cara
memperoleh dana tersebut juga harus menentukan jumlah dana yang dibutuhkan
dan cara memperoleh dana tersebut, juga harus menentukan pengalokasian pada
berbagai jenis aktiva. Selanjutnya adalah mengawasi pelaksanaan kegiatan atau
usaha pencarian (pembelanjaan pasif) dan pengalokasian dana (pembelanjaan
aktif) sehingga diperoleh suatu kombinasi sumber serta penggunaan dana atau
modal yang seimbang dan efisien (Jhon, 1988:1).
Peran dan tugas menejer keuangan
tersebut sebaiknya dipahami dan
didukung oleh setiap dan antar bagian dalam perusahaan. Dalam kaitannya
dengan pencapaian tujuan perusahaan maka setiap bagian memiliki tugas dan
peranan sesuai dengan tujuan atau bidang masing masing (Jhon, 1988:2).
3.
Manajemen Persediaan
Persediaan adalah barang-barang yang ditangani untuk dijual kembali.
Sepertinya, ini akan secara khas di konversi ke dalam kas kurang dari satu tahun
dan dengan demikian persediaan merupakaan aktiva lancar. Pada perusahaan
manufaktur, biasanya persediaan barang dari bahan baku dan dalam proses
ditambahkan terhadap persediaan barang jadi (Ikhsan, Arfan dan Prianthara,
Teddy I.B, 2009:167).
Masalah penentuan atau pengaturan macam dan besarnya persediaan
barang dagang merupakan masalah yang urgen karena mempunyai pengaruh
langsung pada besarnya keuntungan yang akan diterima perusahaan. Pengaturan
tentang persediaan barang dengan ini ditunjukan untuk mengusahakan agar
17
barang yang ada dalam perusahaan tidak kurang dan tidak berlebihan. Kalau
barang kurang, berarti ada sebagian permintaan langganan yang mungkin tidak
dapat dipenuhi, ini akan berakibat kita akan kehilangan langganan, yang pada
akhirnya akan menurunkan omzet. Sebaliknya bila barangnya terlalu banyak,
disamping ongkos pemeliharaan atau pergudangannya harus kita tanggung, juga
modal yang mati tidak berputar sejumlah kelebihan barang tersebut. Dengan
demikian akan hal ini maka persediaan barang perusahaan baik itu bahan baku,
barang setengah jadi ataupun juga barang jadi harus diatur agar cukup, sehingga
keuntungan yang diharapkan dapat tercapai (Jhon, 1988:32).
3.
Manajemen Pemasaran
Sistem pemasaran mengidentifikasi komponen yang saling berinteraksi, baik
secara internal maupun eksternal bagi perusahaan, yang memungkinkan
perusahaan menjual produk atau jasa ke pasar. Gambar di bawah ini menunjukan
ringkasan komponen yang menyusun sistem pemasaran (Masykur, 2001:98).
Umpan Balik (Feedback)
Lingkungan Eksternal
Perekonomian
Kebudayaan
Teknologi
Hukum
Bahan Mentah
Persaingan
Keputusan Bauran Pasar
Wiraswastawan
Keputusan
Perencanaan
Pasar
Strategi
Pemasaran
Diarahkan
Kepada
Pelanggan
Keputusan
Membeli dari
Pelanggan
Lingkungan Internal
Sumber daya finansial
Pemasok
Sasaran dan tujuan
Manajemen
Gambar 2.4. Sistem Pemasaran
Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas, lingkungan (eksternal dan
internal) memainkan peranan penting dalam pengembangan rencana pemasaran.
Jadi analisa lingkungan akan memberikan pandangan awal terhadap pembuatan
18
rencana pemasaran. Rencana pemasaran hendaknya dipahami oleh manajemen
sebagai pedoman penerapan pembuatan keputusan pemasaran.
D.
Perusahaan Kecil dan Menengah
1.
Konsep Perusahaan Kecil dan Menengah
Adanya perbedaan pandangan pengkajian usaha kecil atau perbedaan
pemakaian kriteria menyebabkan belum ada keseragaman definisi usaha kecil.
Kriteria yang dipakai untuk membedakan kelompok usaha kecil ada bermacammacam diantaranya jumlah modal yang digunakan, jumlah tenaga kerja, jumlah
produksi, omzet penjualan, besarnya investasi dan metode administrasi. Kriteria
yang umum digunakan adalah jumlah tenaga kerja, besarnya modal atau
investasi, kapasitas produksi dan jumlah penjualan per periode. Undang-undang
Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah dinyatakan bahwa kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) adalah sebagai berikut:
(http://www.depkop.go.id/phocadownload/regulasi/uu/uu%202008%2020%20um
km.pdf)
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
- Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
- Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
19
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).
Berdasarkan kriteria usaha mikro kecil dan menengah maka pelaku usaha
mikro kecil dan menengah merupakan pemilik atau pendiri usaha baik secara
perseorangan maupun berkelompok yang memenuhi kriteria usaha mikro kecil
dan menengah sebagaimana diatur dalam undang-undang Republik Indonesia
nomor 20 Tahun 2008.
2.
Tujuan Perusahaan
Pada dasarnya tujuan prusahaan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu
yang bersifat ideal dan tujuan yang kedua bersifat komersial. Tujuan yang bersifat
ideal antara lain meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengurangi tingkat
pengangguran atau memberi kesempatan kerja, memberikan pelayanan atau
memenuhi kebutuhan kepada mastyarakat, meningkatkan pendapatan pemerintah
melalui pajak. Tujuan ini bersifat ideal dalam kaitannya dengan pertanggung
jawaban perusahaan terhadap masyarakat ataupun kelompok. Tujuan yang bersifat
komersial, antara lain memperoleh keuntungan maksimal dan dilanjutkan
mengembangkan usaha.
Kedua kelompok tujuaan itu harus saling mendukung, namun dalam
situasi pertumbuhan ekonomi, sosial dan bidang-bidang lain seperti sekarang ini,
tentunya tujuan-tujuan tersebut tidaklah mudah untuk mencapainya. Tujuan
perusahaan sulit dicapai apabila perusahaan tersebut tidak bekerja atau beroperasi
secara efisien, sehingga perusahaan tidak mampu baik langsung maupun tidak
langsung bersaing dengtan perusahaan-perusahaan sejenis, oleh karen itu setiap
bagian harus senantiasa berupaya memelihara serta mempertahankan efisiensi
usaha secara optimal. Atau dengan kata lain tujuan perusahaan pada akhirnya
adalah memaksimalkan nilai perusahaan bagi para pemiliknya (Jhon, 1988:7).
20
E.
Sistem Informasi Akuntansi dan Manajemen di dalam Perusahaan
Kecil dan Menengah
1.
Konsep Informasi Akuntansi dan Manajemen di dalam Perusahaan
Kecil dan Menengah
Sejak banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang pailit paska krisis
moneter, perusahaan kecil dan menengah menjadi back bone sektor dagang pada
saat ini dinegara kita sorotan terhadap bisnis tingkat menengah dan kecil ini
menjadi perhatian luas bagi publik, hal ini disebabkan semakin banyaknya sektor
dagang dilapisan ini. Oleh karena itu, tercipta suatu persaingan bisnis yang
competitive
ditengah-tengah
masyarakat.
Untuk
mencapai
keberhasilan
kompetitif tersebut, lingkungan perusahaan mensyaratkan adanya kemampuan
baru yang harus dimiliki perusahaan-perusahaan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara,
Teddy I.B, 2009:179).
Kaplan dan Norton (1996) dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B
(2009:179), mengatakan bahwa
“kemampuan sebuah perusahaan untuk memobilisasi dan
mengeksploitasi aktiva tak berwujud menjadi jauh lerbih
menentukan dari pada melakukan investasi dan mengelola aktiva
fisik yang berwujud”
Alasan ini dikarenakan bahwa aktiva tak berwujud memungkinkan
perusahaan untuk (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:179):
1. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan untuk
mempertahankan loyalitas dan memungkinkan berbagai
segmen pelanggan dan wilayah pasar.
2. Memperkenalkan produk dan jasa inovatif yang diinginkan
oleh segmen yang dituju.
3. Memproduksi produk dan jasa bermutu tinggi sesuai dengan
keinginan pelanggan dengan harga yang rendah dan dengan
tenggang waktu (lead time) tyang pendek.
4. Memobilisasi kemampuan dan motivasi pekerja bagi
peningkatan kemampuan proses, mutu, dan waktu tanggap
(response time) yang berkesinambungan.
5. Mengembangkan teknologi informasi, data base, dan sistem.
21
Perusahan memerlukan suatu sistem yang benar-benar membantu dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, untuk itu sistem
akuntansi manajemen menawarkan sistem terbuka bagi perusahaan kecil dan
menengah dalam upaya pencapaiaan tujuan agar dapat meningkatkan kinerja
perusahaan kecil dan menengah dalam mengembangkan usahanya.
2.
Sistem Manajemen Terbuka dalam Usaha Kecil dan Menengah
Sistem terbuka adalah suatu keseluruhan atau unit yang terdiri dari
subsistem yang dinamis, saling bekerja sama, saling mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu. Secara
sederhana sebuah sistem terbuka paling tidak memiliki subsistem input,
subsistem impor, subsistem transformasi, subsistem ekspor, subsistem output
atau tujuan, seperti tampak dalam gambar berikut ini (Jhon, 1988:2-4):
Subsistem
Output/tujuan
Subsistem
Input
Subsistem
Impor
Subsistem
Transformasi
Subsistem Ekspor
Gambar 2.2. Sistem Terbuka
Perusahaan sebagai sebuah sistem terbuka, berarti merupakan unit atau
kombinasi dari berbagai kombinasi dari berbagai sumber-sumber ekonomi yang
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses produksi dan distribusi
barang atau jasa untuk mencapai tujuan tertentu antara lain keuntungan dan
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pada gambar berikut ini dapat dilihat
22
berbagai sumber-sumber ekonomi dalam sistem perusahaan yang langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan.
LINGKUNGAN UMUM
LINGKUNGAN
KHUSUS
Sumber-sumber
Ekonomi:
- Manusia/SDM
- Modal/dana
- Material/bahan
baku
- Mesin
- Metode
- Market/pasar
LINGKUNGAN
KHUSUS
LINGKUNGAN
KHUSUS
Kegiatan
Perusahaan
Bidang:
- Produksi
- Keuangan
- Pemasaran
- Personalia
LINGKUNGAN
KHUSUS
LINGKUNGAN
KHUSUS
Tujuan antara lain:
- Keuntungan
- Ekspansi
- Kesejahteraan
karyawan
- Pemenuhan
kebutuhan
masyarakat
- Mengurangi
pengangguran
LINGKUNGAN
KHUSUS
LINGKUNGAN UMUM
Gambar 2.3. Perusahaan Sebagai Sistem Terbuka
Perusahaan dalam operasi sehari-hari menjalankan berbagai fungsi atau
kegiatan. Agar kegiatan itu dapat berjalan dengan lancar antara lain dibutuhkan
berbagai sumber-sumber ekonomi atau faktor produksi. Secara terperinci
sumber-sumber ekonomi tersebut antara lain bisa disebut dengan istilah “6M”,
(Jhon, 1988:4) yaitu:
1. Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula
yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
23
2.
3.
4.
5.
6.
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja.
Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besarkecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang
beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan
alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan
berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan
untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan
dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari
suatu organisasi.
Materials (bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang
lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah
satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat
dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
Machines (mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan.
Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan
efesiensi kerja.
Methods (metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja.
Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya
pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan
cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan
berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik,
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau
tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam
manajemen tetap manusianya sendiri.
Market (pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab
bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi
barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan
dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas
24
dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan
daya beli (kemampuan) konsumen.
Sebagai sebuah sistem terbuka maka perusahaan secara dinamis melalui
subsistemnya memproses faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang atau
jasa. Subsistem tersebut antara lain kegiatan bidang produksi, bidang keuangan,
bidang pemasaran, bidang personalia dan bidang-bidang lain sesuai dengan besar
kecilnya perusahaan. Hasil barang atau jasa akan didistribusikan kepada
lingkungan, khususnya pada konsumen. Melalui penjualan barang dan jasa maka
disamping perusahaan memperoleh keuntungan dan mampu berkembang
(ekspansi), juga meningkatkan kesejahteraan karyawan dan memuaskan
konsumen atau masyarakat.
3.
Sistem Informasi Akuntansi dalam Usaha Kecil dan Menengah
Sistem informasi dalam usaha kecil dan menengah dapat berguna bagi
pihak dalam maupun luar usaha, yang dihasilkan dari sistem informasi yang
terdiri dari sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, sistem
pendukung keputusan, sistem informasi eksekutif, dan sistem pakar. Sistem
informasi akuntansi dalam suatu usaha kecil dan menengah berdasarkan
fungsinya yaitu terdiri dari sistem akuntansi keuangan dan sistem akuntansi
manajemen. Inti dari akuntansi adalah memberikan informasi ekonomi, oleh
karena
itu
perusahaan
perlu
menciptakan
suatu
metode
pencatatan,
pengklasifikasian dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan,
kemudian melaporkan hasilnya dalam laporan keuangan (Mamik, 2008:15).
Informasi akuntansi dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

Pemilik Usaha
Pemilik dari suatu usaha perlu mengetahui bagaimana keadaan keuangan
usaha yang dimilikinya serta prospeknya dimasa datang.

Kreditur Pihak
Kreditur perlu mengetahui keadaan keuangan suatu usaha sebelum
memberikan pinjaman. Kreditur harus cermat dalam menilai kemampuan
25
suatu usaha dalam hal pengembalian pinjaman dan sebagai pertimbangan
apakah akan diberikan pinjaman lagi.

Pemerintah
Pihak pemerintah membutuhkan informasi akuntansi untuk tujuan-tujuan
perpajakan dan peraturan-peraturan lainnya.

Pihak-pihak lain
Pegawai dan serikat pekerja perlu mengetahui mengenai stabilitas dan
profitabilitas tempat mereka bekerja.
26
Download