ANALISIS SPEKTRAL GUNUNG SLAMET Abstrak Pendahuluan

advertisement
ANALISIS SPEKTRAL GUNUNG SLAMET
Eko Minarto*
*
Laboratorium Geofisika
Jurusan Fisika – FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Email : [email protected]
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Abstrak
Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam pemantauan kegiatan gunungapi adalah
metode seismik, yaitu dengan cara memantau kegiatan seismik atau kegempaan gunungapi
secara menerus; baik sebelum letusan, pada saat letusan, maupun setelah letusan. Estimasi
spektral dilakukan pada data rekaman seismogram, selain itu juga ditentukan kedalaman
hiposenter untuk mengetahui penyebaran sumber gempabumi gunungapi. Sehingga
diperoleh gambaran secara umum mengenai tingkat kegiatan dari gunungapi tersebut.
KATA KUNCI : Estimasi spektral, Seismogram, Hiposenter.
Pendahuluan
Indonesia merupakan daerah yang
bersifat tektonis aktif. Hal ini bisa dilihat
dari jumlah gunungapi aktif yang ada di
Indonesia, sekitar 15% gunungapi aktif
yang ada di dunia berada di wilayah
Indonesia (129 buah gunungapi aktif ada
di wilayah Indonesia). Sehingga perlu
dilakukan pemantauan secara menerus
terhadap kegiatan gunungapi tersebut
untuk mengantisipasi bencana gunungapi
jika terjadi letusan.
Salah satu metode geofisika yang
digunakan dalam pemantauan kegiatan
gunungapi adalah metode seismik,
Metode ini dilakukan dengan cara
memantau
kegiatan
seismik
atau
kegempaan gunungapi secara menerus;
baik sebelum letusan, pada saat letusan,
maupun setelah letusan. Dalam penelitian
ini, estimasi spektral dilakukan pada data
rekaman seismogram dari Gunung
Slamet pada bulan Mei 1996, yang
menggunakan seismometer tipe L4-C
Mark Product dengan frekuensi natural 1
Hz. Sehingga diperoleh gambaran secara
umum mengenai tingkat kegiatan dari
Gunung Slamet tersebut. Selain itu juga
ditentukan kedalaman hiposenter untuk
mengetahui tingkat penyebaran sunber
gempabumi gunungapi yang diakibatkan
oleh Gunung Slamet.
Kegempaan Gunung Slamet
Gunung Slamet terletak disekitar
perbatasan antara Kabupaten Pemalang,
Brebes, Banyumas, Purbalingga dan
Tegal, Jawa Tengah. Berada pada
ketinggian 3340 m diatas permukaan laut,
merupakan gunungapi tertinggi di
propinsi Jawa Tengah. Posisi geografi
Gunung Slamet terletak antara 7º 14' 30"
Lintang Selatan dan 109º 12' 30" Bujur
Timur. Gunung Slamet menunjukkan
kegiatan yang esplosif dan efusif.
Rempah gunungapi yang esplosif terdiri
atas
bom
vulkanik-lapili-pasir-abu,
kemungkinan awan panas letusan,
sedangkan yang efusif berupa leleran
lava. Oleh karena itu Gunung Slamet
termasuk
gunungapi
aktif
yang
berbahaya, sehingga perlu dipantau
secara menerus.
Berdasarkan
klasifikasi
kegempaan yang dibuat oleh Minakami
(1974), kegiatan seismik atau kegempaan
Gunung Slamet termasuk dalam gempa
gunungapi tipe B. Hal ini dicirikan
dengan frekuensi spektrum berkisar 4–7
Hz, durasi gempa pendek, ts–tp sulit
terbaca.
Pengelompokkan
gempa
gunungapi
berdasarkan
kedalaman
sumber gempa dan kenampakan bentuk
sinyal gempa (Minakami, 1974) :
1. Gempa gunungapi Tipe A
Sumber gempa terletak dibawah
gunungapi pada kedalaman 1-20 km.
Tipe gemnpa ini biasanya terdapat
pada gunungapi yang berada dalam
keadaan aktif. Penyebab dari gempa
gunungapi tipe ini adalah naiknya
magma ke permukaan dengan disertai
oleh rekahan-rekahan dengan cirriciri waktu tiba gelombang P dan S
terlihat jelas.
2. Gempa gunungapi Tipe B
Sumber gempa gunungapi tipe ini
terdapat pada kedalaman kurang dari
1 km dari kawah yang sedang aktif.
Oleh karena itu gempa yang
tercatatmempunyai gerakan awal
yang cukup jelas, tapi waktu tiba
gelombang S tidak dapat dilihat
secara jelas.
3. Gempa letusan
Merupakan gempa yang disebabkan
oleh terjadinya letusan yang bersifat
eksplosif.
Berdasarkan
hasil
pengamatan seismik sampai saat ini
dapat dikatakan bahwa gerakan
pertama dari gempa letusan adalah
push up atau gerakan ke atas. Dengan
kata lain, gempa letusan ditimbulkan
oleh mekanisme sebuah sumber
tunggal yang positif.
4. Tremor gunungapi
Merupakan getaran yang menerus
disekitar gunungapi. Gempa yang
ditimbulkan oleh letusan-letusan
tersebut selalu berulang-ulang dan
dalam rekaman seismogram terlihat
seperti getaran yang menerus karena
saling bertumpukkan.
Untuk
mengamati
aktivitas
Gunung Slamet, dibangun stasiun-stasiun
pencatat gempa disekitar Gunung Slamet
etrsebut :
o Stasiun GUC
Berada pada ketinggian 1338 m di
atas permukaan laut, berjarak
mendatar 370 m dari Gunung
Slamet. Posisi geografi stasiun
GUC 7º 12' 13" Lintang Selatan
dan 109º 10' 13" Bujur Timur.
o Stasiun DKL
Posisi geografi stasiun DKL 7º 10'
52" Lintang Selatan dan 109º 11'
41" Bujur Timur. Berada pada
ketinggian 1170 m di atas
permukaan
laut,
berjarak
mendatar 860 m dari Gunung
Slamet.
o Stasiun CKT
Berjarak mendatar 670 m dari
Gunung Slamet. Berada pada
ketinggian 1310 m di atas
permukaan laut, Posisi geografi
stasiun CKT 7º 13' 08" Lintang
Selatan dan 109º 16' 14" Bujur
Timur.
Estimasi Spektral
Proses ini merupakan proses
untuk mengestimasi parameter yang tidak
diketahui pada suatu fungsi acak yang
diperoleh dari suatu pengukuran dengan
cara statistik. Tujuannya adalah untuk
menyaring informasi yang berguna dan
membuang
informasi
yang
tidak
diinginkan dari data pengamatan. Data
rekaman seismogram merupakan data
time domain, karena data rekaman
tersebut menggunakan waktu tiba
gelombang P dan S yang dipengaruhi
oleh efek penjalaran gelombang. Untuk
mempermudah proses analisis, data
dalam bentuk time domain tersebut
diubah ke dalam frequency domain.
i t
dt
 F ( ) e
it
d

inversnya :

f (t ) =

dengan ω adalah variabel frekuensi sudut,
dimana ω = 2πf.
Penentuan Hiposenter
Kedalaman gempa atau hiposenter
merupakan parameter gempa yang sangat
penting, karena selain berkaitan erat
dengan proses pelepasan energi pada saat
gempa juga sejauh mana efek atau akibat
gempa tersebut. Untuk menentukan
lokasi hiposenter, pada penelitian ini
digunakan metode sederhana yaitu
metode Lokus. Dengan asumsi bahwa
gelombang seismik merambat dalam
lapisan homogen isotropik, sehingga
kecepatan gelombang selama penjalaran
adalah tetap.
Karena Vp > Vs, maka tp < ts :
D = Vp. tp dan D = Vs. ts
Karena tp < ts, maka diperoleh :
D(Vp Vs )
ts – tp =
Vp Vs
Vp Vs
D=
(ts  tp )
Vp  Vs
h2 = D2 – d 2
dimana :
Vp : kecepatan rambat gelombang P
Vs : kecepatan rambat gelombang S
tp : waktu tempuh gelombang P
ts : waktu tempuh gelombang S
d : jarak stasiun dari puncak gunung
D : jarak sumber
h : hiposenter
Kedalaman hiposenter sta. GUC
12
kedalaman (km)
 f (t ) e
Pada pengolahan data untuk
menentukan
spektral,
data
yang
digunakan adalah seluruh rekaman
(termasuk coda yang ikut terekam). Hal
ini menyebabkan hasil spektral yang
diperoleh kemungkinan lebih mewakili
coda dari pada body wave-nya itu sendiri.
Untuk itu perlu dilakukan pemilahan data
(coda dan body wave) yang lebih akurat
untuk mendapatkan hasil spektral yang
lebih bagus.
Dalam penentuan kedalaman
hiposenter, pengolahan yang dilakukan
adalah penentuan kedalaman relatif
hiposenter, bukan harga mutlaknya. Akan
tetapi hanya untuk mengetahui distribusi
penyebaran dari kedalaman hiposenter
tersebut.
10
8
6
4
2
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
tanggal
Kedalaman hiposenter sta. DKL
kedalaman (km)

F( ω ) =
Analisa
10
8
6
4
2
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
tanggal
Kedalaman hiposenter sta. CKT
12
kedalaman (km)
Transformasi Fourier dari suatu fungsi
f(t) dinyataka sebagai :
10
8
6
4
2
8
9
10 11
12 13 14 15 16 17
18 19 20 21
tanggal
Simpulan
Analisa dan Simpulan
1. Dari hasil pengolahan data
estimasi spektral diperoleh bahwa
spektral gempa untuk Gunung
Slamet untuk masing-masing
stasiun pencatat gempa relatif
tidak
berubah.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
pada
frekuensi tersebut memang terjadi
getaran gempa yang disebabkan
oleh sumber Gunung Slamet
tersebut yang relatif tetap.
2. Secara umum gempa Gunung
Slamet mempunyai frekuensi
antara 4,0 Hz sampai dengan 5,8
Hz. Stasiun GUC mempunyai
harga spektral yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan dua
stasiun yang lainnya, karena letak
stasiun GUC yang relatif lebih
dekat dengan Gunung Slamet
dibandingkan
dengan
kedua
stasiun lainnya tersebut.
3. Dari hasil perhitungan kedalaman
hiposenter
diperoleh
bahwa
adanya semacam pendangkalan
sumber gempa, meskipun tidak
secara langsung.
Daftar Pustaka
[1]
D. Kusumaningrum, Estimasi
Spektral Dengan Cara Korelogram
dan PeriodogramRata-rata Untuk
Sinyal Kuasi Harmonik Asal
Gunungapi, Tugas Akhir Jurusan
Geofisika dan Meteorologi ITB,
1994.
[2] G. M. Jenkins and D. G. Watts,
Spectral
Analysis
and
Its
Applications,
Holden-Day,
Oakland California, 1968.
[3] H. Triastuty, Analisis Fisis Tingkat
Kegiatan
Gunung
Bromo
Berdasarkan Spektral Tremor dan
Hiposenter Gempa Gunungapi,
Tugas Akhir Jurusan Geofisika dan
Meteorologi ITB, 1996.
[4] M. Bath, Spectral Analysis in
Geophysics, Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam,
1974.
[5] N. D. Isya, W. Deden, dan A. Wildan,
Paduan Aktivitas Gunung Semeru,
Direktorat
Vulkanologi
Subdit
Pengamatan Gunungapi Seksi Jawa
Bagian Timur, 1995.
Download