RESPON SISWA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL GURU DALAM MENANAMKAN NILAI –NILAI MORAL KEAGAMAAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) GLOBAL AL-RAHMAH GEBANG KABUPATEN CIREBON SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon Oleh: RAKHMAT FAUZI NIM.58410271 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA (RI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2012 M / 1433 H 2 KATA PENGANTAR Dengan ucapan alhamdulillah penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat yang luas tanpa batas serta anugerah yang tak terhitung banyaknya, karena berkat itu semua penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Siswa Terhadap Kecerdasan Emosional Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Moral Keagamaan Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang Kabupaten Cirebon” dapat terselesaikan. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Maksum, M.A., Rektor IAIN Syek Nurjati Cirebon 2. Bapak Dr. Saefudin Zuhri, M. Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah. 3. Bapak Drs. H. Suteja, M. Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Drs H. Taqiyuddin, M.Pd., Dosen pembimbing I atas segala nasehat, motivasi, petuah dan arahannya dalam memberikan dorongan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa semangat. 5. Bapak Akhmad Affandi, M. Ag., Dosen pembimbing II yang telah memberikan nasehat serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak KH. M. Ihya Ulumiddin Muttaqien, S.Ag. M.SI., Pimpinan Yayasan An-Nahdliyyah Indonesia yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang Kabupaten Cirebon. 3 7. Bapak Wasrun, SS., Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global AlRahmah Gebang Kabupaten Cirebon atas izin dan dukungan terhadap penulis. 8. Bapak Miftahudin, S.Pd.I., Selaku Guru Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang Kabupaten Cirebon yang telah memberikan sumbangan intelektual yang tidak ternilai jasanya. Semoga Allah membalas kebaikan atas sumbangan material, spiritual dan moral yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah penulis memohon petunjuk dan pertolongannya mudah – mudahan karya ini bermanfaat bagi kita semua. Amin yaa mujibas saailiin.... Penulis 4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTA........................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................... iii DAFTAR TABEL .............................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7 D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 8 E. Langkah-langkah Penelitian ................................................... 12 BAB II RESPON SISWA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL GURU DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI MORAL KEAGAMAAN SISWA A. Kecerdasan Emosional ........................................................... 16 c. Pengertian Kecerdasan Emosional ..................................... 16 d. Konsep Kecerdasan Emosional Dalam Islam ..................... 18 e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional 21 f. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional ................... 23 B. Kemampuan Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Moral Keagamaan ................................................ 27 a. Pengertian Nilai-Nilai Moral Keagamaan........................... 27 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai- Nilai Moral Keagamaan.............................................................. 33 c. Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Moral Keagamaan ............................................ 38 C. Kecerdasan Emosional Dengan Kemampuan Guru dan Penanaman Nilai-Nilai Moral Keagamaan ....................... 55 5 BAB III DISKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Objektif Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang Kabupaten Cirebon................................................................... 58 1. Sejarah Perkembangan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ................................................ 58 2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ................................................ 59 3. Tata Tertib Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ................................................ 60 B. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ...................................................... 68 C. Keadaan Guru, Karyawan dan Murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ...................................................... 70 1. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ................................................ 70 2. Keadaan Karyawan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ................................................ 71 3. Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ................................................ 72 D. Sarana dan Prasarana ................................................................ 73 E. Kurikulum di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ...................................................... 74 1. Kurikulum Inti ................................................................... 74 2. Muatan Lokal .................................................................... 74 F. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ...................................................... 74 BAB IV ANALISIS HASIL PENELLITIAN A. Kecerdasan Emosional Guru Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ........ 86 6 B. Respon Siswa terhadap Kecerdasan Emosional Guru Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang ........ 88 C. Respon Siswa terhadap Kemampuan Guru Aqidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai-Nilai Moral Keagamaan .................. 101 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 118 B. Saran ...................................................................................... 119 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama bertahun-tahun Kecerdasan Intelegensi (IQ) telah diyakini menjadi ukuran standar kecerdasan, namun sejalan dengan tantangan dan suasana kehidupan modern yang serba kompleks, ukuran standar IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus menggairahkan di kalangan akademisi, pendidik, praktisi bisnis dan bahkan public awam, terutama apabila dihubungkan dengan tingkat kesuksesan atau prestasi hidup seseorang. Daniel Goleman, adalah salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni kecerdasan emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Secara sederhana diungkapkan bahwa IQ menentukan sukses seseorang sebesar 20 % sedangkan EQ memberi kontribusi sebanyak 80 %. Kecerdasan emosi seseorang dapat dikembangkan menjadi lebih baik, lebih matang dan lebih prospek dibanding Kecerdasan Intelegensi. Kecerdasan emosi dapat diterapkan secara luas untuk bekerja, belajar, mengajar, mengasuh anak, persahabatan dan rumah tangga.1 Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan profesional. EQ dianggap sebagai persyaratan bagi 1 Agus Nggermanto, EmotionalQuotient, (Bandung:Yayasan NuansaCendekia, 2005) hal. 98 8 kesuksesan pribadi. Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi sebagai masalah pribadi dan tidak memiliki tempat di luar inti batin seseorang juga batas-batas keluarga. Penting bahwa kita perlu memahami apa yang diperlukan untuk membantu kita membangun kehidupan yang positif dan memuaskan, karena ini akan mendorong mencapai tujuantujuan profesional kita. Dari banyak penelitian didapatkan hasil atau pendapat bahwa individu yang mempunyai IQ tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ rendah justru sangat berprestasi. Hal ini dikarenakan individu yang mempunyai IQ tinggi seringkali memiliki sifatsifat sebagai berikut : 1. Yakin tahu semua hal. 2. Sering menggunakan pikiran untuk menalar bukan untuk merasakan. 3. Meyakini bahwa IQ lebih penting dari EQ. 4. Sering membuat prioritas-prioritas yang merusak kesehatan kita sendiri. Selain empat di atas, Goleman juga menyebutkan bahwa orang yang secara emosional cakap mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan orang dengan efektif akan memiliki keuntungan dalam semua bidang kehidupan.2 Dari beberapa serangkaian pendapat tersebut menunjukkan kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting bagi prestasi dan kinerja seseorangbaik sebagai orang tua, kepala kelurga, pemimpin maupun sebagai guru. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, 2 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional “Mengapa El lebihpentingdaripada IQ”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.2003) hal. 97 9 tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence) yaitu kemampuan-kemampuan kognitif yang murni di ukur dengan IQ, meskipun IQ tinggi tetapi bila kecerdasan emosi rendah tidak banyak membantu. Banyak orang yang cerdas dalam arti terpelajar tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam ketrampilan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional sangat mempengaruhi kehidupan seseorang secara keseluruhan, mulai dari kehidupandalam keluarga, sekolah, pekerjaan maupun sampai pada interaksi lingkungan sosialnya. Kecerdasan emosional (emotional intellegensi) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dewasa ini pendidikan sering mengedepankan pengembangan intelektual kognitif beserta cara-cara pengukuran tingkah laku yang bersifat akademis, hal ini mengakibatkan sikap dan nilai yang berada pada wilayah afektif (emosi) peserta didik kurang teridentifikasi dengan jelas dan seringkali hanya dianggap sebagai aspek sertaan dari suatu proses pendidikan. Emosi di sini banyak berpengaruh terhadap fungsi psikis lainnya, individu akan mampu melakukan pengamatan dan memberi tanggapan terhadap suatu obyek manakala disertai dengan emosi yang positif dan 10 sebaliknya individu akan melakukan pengamatan dan memberi tanggapan negatif terhadap suatu obyek apabila disertai oleh emosi yang negatif pula.3 Pada akhir-akhir ini banyak disinyalir adanya gejala-gejala dekadensi moral terutama banyak melanda pada kalangan remaja (siswa). Masalah akhlak merupakan masalah yang sangat mendasar karena nilai suatu bangsa tergantung pada akhlaknya atau moralnya. Bangsa yang tidak berakhlak pada dasarnya telah rusak, tidak mempunyai harkat dan martabat yang mulia berarti kehancuran telah menanti bangsa tersebut. Biasanya merosotnya moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai -nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nilai -nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhioleh waktu, tempat dan keadaan. Maka orang yang kuat keyakinan beragamalah yang mampu mempertahankan nilai agamanya yang absolut itu dalam kehidupan sehari hari dan tidak terpengaruh oleh kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya.4 Moral yang baik seperti yang dijelaskan diatas akan tumbuh dan berkembang subur apabila saling menunjang berjalan searah dan berkesinambungan antara kehidupan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.Disini seorang guru harus serius membantu para siswa mempertimbangkan berbagai 3 Mohammad Ali Dkk, PsikologiRemaja, (Jakarta: BumiAksara, 2006).hal, 62 Zakiah Daradjat, IlmuJiwa Agama,(Jakarta : BulanBintang, 2005).hal, 149 4 11 konflik moral yang sesungguhnya, memikirkan pertimbangan yang digunakan dalam menyelesaikan konflik moral, melihat ketidak konsisten cara berfikir dan menemukan jalan untuk mengatasinya. Jadi untuk dapat melaksanakannya guru harus memahami tingkat berfikir siswa dan menyesuaikannya dalam berkomunikasi dengan tingkat diatasnya, memusatkan perhatian pada proses bernalar siswa, serta membantu siswa mengatasi konflik yang dapat mengantarkanya kepada kesadaran bahwa pada tahap berikutnya akan lebih memadai. Oleh sebab itu sangat penting dilaksanakan penanaman nilai - nilai moral dan agama serta nilainilai sosial dan akhlak kepada manusia khususnya bagi para remaja (siswa) sejak usia dini. Berdasrkan hasil observasi pendahuuan yang dilakukan oleh peneliti di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang diperoleh gambaran bahwa terdapat beberapa aspek yang perlu dikembangkan, salah satunya adalah kecerdasan emosional atau EQ gurunya. Kenyataan ini dibenarkan oleh Bapak Wasrun, SS, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang. EQ atau kecerdasan emosional, menurut beliau adalah unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan Pembelajaran di kelas, urgensinya terkait dengan adanya pengembangan (KTSP) yang menjadikan tiga aspek dalam penilaiannya, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Peran EQ inilah yang akan menjadi tolak ukur seorang guru dalam menilai salah satu aspek yang tidak dapat dinilai dengan 12 hanya memberikan tes tulis pada siswa terutama pada mata pelajaran Aqidah Akhlak yang berhubungan erat dengan morlitas peserta didik. Dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang sudah dan terus akan selalu memberikan pemahaman kepada anak didiknya tentang Aqidah Akhlak, akan tetapi masih banyak ditemukan siswa yang perilaku sosialnya masih belum baik. Karena itu penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana Respon Siswa terhadap Emotional Quotient Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Moral Keagamaan Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global AlRahmah Gebang Kabupaten Cirebon. B. Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Mengingat permasalahan dalam suatu penelitian dapat berkembang menjadi masalah yang lebih luas dan kompleks maka perlu dibatasi pada halhal sebagai berikut: b. Kecerdasan emosional atau EQ dalam tulisan ini adalah kecerdasan emosional Guru Guru Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang yaitu Bapak Miftahudin, S.Pd.I c. Respon siswa terhadap EQ Guru Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah menanamkan nilai-nilai moral keagamaan siswa. Gebang dalam 13 d. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang selama 2 bulan yaitu dari tanggal 9 April 2012 – 11 Juni 2012. 2. Pertanyaan Penelitian Dengan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana kecerdasan emosional Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang Kabupaten Cirebon ? b. Bagaimana respon siswa terhadap kecerdasan emosional Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang Kabupaten Cirebon ? c. Bagaimana respon siswa terhadap kemampuan Guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan nilai-nilai moral keagamaan? C. Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam melakukan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan kecerdasan emosional Guru aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang Kabupaten Cirebon. 2. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap kecerdasan emosional Guru aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global AlRahmah Gebang Kabupaten Cirebon. 14 3. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap kemampuan Guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan nilai-nilai moral keagamaan. D. Kerangka Pemikiran Manusia adalah makhluk yang paling cerdas, dan Allah SWT melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al qur-an surat At-Tin ayat 4 : .E Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya5 Quraisy shihab dalam tafsir al mishbah mengemukakan bahwasanya dalam konteks penggambaran anugerah Allah kepada manusia, dan tentu tidak mungkin anugerah tersebut terbatas pada bentuk fisik. Apalagi secara tegas Allah mengecam orang-orang yang secara fisik baik, namun jiwa dan akalnya kosong dari nilai-nilai agama, etika dan pengetahuan. Sejalan al quran surat as sajdah ayat 7 yang berbunyi : .F Artinya : Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaikbaiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Sejalan dengan ayat di atas dijelaskan juga dalam tafsir al maraghi bahwa manusia diciptakan dengan ukuran tinggi yang memadai, dan 5 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2006) hal. 597 15 memakan makanannya dengan tangannya, tidak seperti makhluk lain yang mengambil dan memakan makanannya dengan mulutnya. Lebih dari itu manusia diistimewakan oleh Allah dengan akalnya, agar bisa berpikir dan menimba berbagai ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan segala inspirasinya yang dengannya manusia bisa berkuasa atas segala makhluk. Sejalan dengan para mufassir di atas sejumlah temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa menggunakan keunggulannya. Kemampuan menggunakan keunggulan ini dikatakan oleh William W Hewitt, pengarang buku The Mind Power, sebagai faktor yang membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya, kebanyakan manusia menganggurkan kecerdasan itu. Punya mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, punya perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan dan seterusnya. Thorndike6 adalah salah satu ahli yang membagi kecerdasan manusia menjadi tiga, yaitu Kecerdasan Abstrak - kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa, Kecerdasan Konkrit - kemampuan memahami objek nyata dan Kecerdasan Sosial – kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia yang dikatakan menjadi akar istilah kecerdasan emosional. 6 Syaodih, Nana. Landasan Psikologi Proses Pedidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hal.63 16 Pakar lain seperti Charles Handy7 juga punya daftar kecerdasan yang lebih banyak, yaitu: Kecerdasan Logika (menalar dan menghitung), Kecerdasan Praktek (kemampuan mempraktekkan ide), Kecerdasan Verbal (bahasa komunikasi), Kecerdasan Musik, Kecerdasan Intrapersonal (berhubungan ke dalam diri), Kecerdasan Interpersonal (berhubungan ke luar diri dengan orang lain) dan Kecerdasan Spasial. Ada daftar 25 nama kecerdasan manusia termasuk misalnya saja Kecerdasan Visual / Spasial, Kecerdasan Natural (kemampuan untuk menyelaraksan diri dengan alam), atau Kecerdasan Linguistik (kemampuan membaca, menulis, berkata-kata), Kecerdasan Logika (menalar atau menghitung), Kecerdasan Kinetik / Fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari, atlet, dll), Kecerdasan sosial yang dibagi menjadi Intrapersonal dan Interpersonal. Mengapa orang yang lebih sosial berhasil sedangkan yang IQ-nya sedang banyak yang gagal? Pertama-tama kita perlu pahami dulu bahwa kecerdasan emosi (EQ) bukanlah lawan dari kosien kecerdasan (IQ). EQ justru melengkapi IQ seperti halnya kecerdasan akademik dan ketrampilan kognitif.Penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya kondisi emosi mempengaruhi fungsi otak dan kecepatan kerjanya. Penelitian bahkan juga menunjukkan bahwa kemampuan intelektual Albert Einstein yang luar biasa itu mungkin berhubungan dengan bagian otak yang mendukung fungsi psikologis, yang disebut amygdala.Meskipun demikian, EQ dan IQ berbeda dalam hal mempelajari dan mengembangkannya. 7 Ibid., hal. 65 17 IQ merupakan potensi genetik yang terbentuk saat lahir dan menjadi mantap pada usia tertentu saat pra-pubertas, dan sesudah itu tidak dapat lagi dikembangkan atau ditingkatkan. Sebaliknya, EQ bisa dipelajari, dikembangkan dan ditingkatkan pada segala umur. Penelitian justeru menunjukkan bahwa kemampuan kita untuk mempelajari EQ meningkat dengan bertambahnya usia. Perbedaan lain, IQ merupakan kemampuan ambang yang hanya bisa menunjukkan jalan bagi karir kita atau membuat kita bekerja di bidang tertentu; sedangkan EQ berjalan di jalan itu dan mempromosikan kita di bidang itu.Oleh karena itu, keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan unsur penting dalam keberhasilan manajerial. Sampai tingkat tertentu, IQ mendorong kinerja produktif; tapi kompetensi berbasis-IQ dianggap "kemampuan ambang", artinya kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan rata-rata. Sebaliknya, kompetensi dan ketrampilan berbasis-EQ jauh lebih efektif, terutama pada tingkat organisasi yang lebih tinggi ketika perbedaan IQ dapat diabaikan. Dalam studi perbandingan antara orang yang kinerjanya cemerlang dan yang biasa-biasa saja pada organisasi tingkat tinggi, perbedaannya 85% disebabkan oleh kompetensi berbasis-EQ, bukan IQ. Goleman8 mengatakan bahwa walaupun organisasinya berbeda, kebutuhannya berbeda, ternyata EQ menyumbangkan 80-90% untuk memprediksikan keberhasilan dalam organisasi secara umum. Kami merujuk kepada studi kasus yang dilakukan oleh Goleman dan dua peneliti 8 Goleman, Daniel. Op. Cit.,hal. 46 18 EQ terkenal lain untuk menganalisis bagaimana kompetensi EQ berkontribusi bagi laba yang didapatkan sebuah firma akuntansi yang besar. Pertama, IQ dan EQ para partisipan diuji dan dianalisis secara mendalam; kemudian mereka diorganisasi ke dalam beberapa kelompok kerja, dan masing-masing kelompok diberi pelatihan mengenai satu bentuk kompetensi EQ, seperti manajemen diri dan ketrampilan sosial; sebagai kontrol adalah satu kelompok yang terdiri atas orang-orang ber-IQ tinggi. G. Langkah-langkah Penelitian 1. Metode Penelitian Menurut Kartini Kartono mengartikan metode penelitian sebagai cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya untuk mengadakan penelitian untuk mencapai suatu tujuan penelitian. 9 Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian sebagai penelitian kualititatif. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global AlRahmah Gebang Kabupaten Cirebon. Sekolah tersebut terletak di wilayah Cirebon bagian timur yang masih dalam kategori sekolah di pedesaan. Alasan peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut adalah karena faktor jarak yang tidak terlalu jauh dengan rumah, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan penelitian. 9 Kartini, Kartono, PengantarMetode Research Sosial , (Bandung : Alimni, 2002).hal. 15-16 19 3. Sumber Data Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII dan Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang serta dokumen sekolah yang terkait. Data yang diperlukan adalah data tentang KecerdasanEmosional Guru yang didapat dari respon siswa serta wawancara dengan guru bersangkutan sehingga data yang didapat akan mendukung satu sama lain. 4. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini populasi diambil dari siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (Madrasah Tsanawiyah (MTs)) Global Al-Rahmah Gebang yang berjumlah 142 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, jika yang diteliti adalah sebagian dari populasi maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah 25 % dari jumlah seluruh siswa Kls VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang yaitu 142 siswa (142 x 25 % = 35,5 dibulatkan menjadi 36). Hal ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa, “untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah 20 populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung kemampuan peneliti ”10. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan maka penulis mengunakan beberapa teknik sebagai berikut : a. Observasi Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang lokasi penelitian. Pengamatan yang dilakukan penulis adalah dengan mengamati keberadaan kegiatan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang. b. Interview Interview adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam menanamkan nilai-nilai moral keagamaan dan gambaran umum objek penelitian. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, penulis melakukan wawancara terhadap kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang dan guru mata pelajaran Aqidah 10 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2002) hal. 134 21 Akhlak. Adapun hal yang ditanyakan yaitu mengenai pembelajaran mata pelajaran aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global AlRahmah Gebang c. Angket Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir- formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang (dalam hal ini siswa kelas VII) untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kecerdasan emosional Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah dan data tentang kemampuan Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah dalam menanamkan nilai-nilai moral keagamaan, dengan instrumen pengumpulan data berupa angket. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Adapun metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum obyek penelitian yang meliputi struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Global Al-Rahmah Gebang, jurnal guru, siswa, sarana dan prasarana, serta segala sesuatu yang dapat mendukung dalam penelitian ini. 129 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohamad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Rineka Cipta. B. Uno, Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. . 2005. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka Setia. Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Daradjat, Zakiah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang. _____________. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama. . 1982. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Mulia. Departemen Agama. 2006. Alquran dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil Cipta Media. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djatmiko, Rahmat.1992. Sistem Etika Islam dan Akhlaq. Jakarta: Media Pustaka Panjimas. Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia. Ginanajar, Ary. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga. Goelman, Daniel. 2001. Emosional Intelegensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hariwijaya. 2006. Tes EQ, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. . 2005. Personality Test. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 130 . 2005. Tes IQ untuk Studi dan Meraih Puncak Prestasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Kartono, Kartini. 2002. Pengantar Metode Research Sosial. Bandung : Alimni. Muhammad Ali, Muhammad Asrori, 1996. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Diponegoro. Nggermanto, Agus. 2005. Emotional Quotient. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudarsono. 1991. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Bandung: Rineka Cipta. Sulivan. Norman. 2001. Tes IQ Anda 2. Jakarta : GAYA Media. Sumaryono. 1999. Dasar-dasar Logika. Yogyakarta : Kanisius. Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Syamsudin, Abin. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syaodih, Nana. 2003. Landasan Psikologi Proses Pedidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Syarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta: Gema Insani Press. Ya’kub, Hamzah.1996. Etika Islam, Pembinaan Akhlak Al – Karimah. Bandung: Diponegoro. Zuhairini Dkk. 1983, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.