BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan “belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami”. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya dalam proses belajar yang diharapkan dari tujuan yang akan dicapai adalah perubahan tingkah laku siswa, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu.Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai( afektif) serta ketrampilan (psikomotor); b. perubahan itu harus merupakan buah dari latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan; c. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Belajar dapat dikatakan juga suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan bukan merupakan suatu tujuan. Belajar tidak hanya materi pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku selanjutnya. 7 8 Jadi, melalui teori–teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan bukan merupakan suatu tujuan melalui olah informasi, respon positif yang semula belum tahu menjadi lebih tahu supaya mendapat suatu kepribadian baru yang bersifat permanen dalam waktu relatif lama. 2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hamalik (2005:30) berpendapat” hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum terjadinya pembelajaran. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Sudjana (2011:22) mengemukakan “hasil belajar adalah kemampuankemampuanyang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman pengalaman belajarnya”.Hasil belajar akan terlihat apabila terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Sudjana (2011:22) mengklasifikasikan “hasil belajar secara garis besar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif danranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sisntesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaandengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan 9 bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharminisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative”. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dalam jangka waktu tertentu dan perubahan relative tetap dan dapat diukur kedalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. 2.1.1.2 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Faktor lingkungan, yaitu faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial budaya, faktor Instrumental meliputi; kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru, kondisi psikologis meliputi; minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif, kondisi fisiologis yaitu; keadaan jasmani dari peserta didik (mata, hidung, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik. Slameto (2010:54) menyebutkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya. 10 2.1.2 Pembelajaran Aktif (Active Learning) Seperti banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan belajar atau mengajar, belajar aktif tidak mudah didefinisikan secara sederhana. Pembelajaran aktif menurut Jonassen adalah pembentukan pengetahuan berdasarkan pemrosesan fikiran yang aktif tentang sesuatu persepsi yang dibuat, menghasilkan pemahaman yang diperoleh dari proses yang generative.. Pembelajaran ini dilakukan dengan cara melibatkan amali dan “hand on” dan melibatkan pelajar sepenuhnya.Pelajar melakukan pembelajaran melalui apa yang dilalui. (http//docstoc.com). Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Metode Active Learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Pembelajaran Aktif (Active Learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi pembelajaran aktif (Active learning) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional dimanasiswa cenderung pasif ketika terjadi proses pembelajaran. Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil (kecuali, barangkali, sekedar sertifikat yang dia akan terima). Ketika belajar secara aktif, pelajar 11 mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memperlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki suatu pekerjaan. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Pada pembelajaran konvensiaonal berpusat pada guru dan biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa cenderung pasif Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu: Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaraan Konvensional dengan Pembelajaran Aktif PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PEMBELAJARAN AKTIF Berpusat pada guru. Berpusat pada anak didik Penekanan pada menerima Penekanan pada menemukan pengetahuan Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan Kurang memberdayakan semua Membemberdayakan semua Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak metode Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media Tidak perlu disesuaikan dengan Disesuaikan dengan pengetahuan yang pengetahuan yang sudah ada. sudah ada. 12 Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran Active Learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar. 2.1.3 Quiz team Tipe quiz team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Silberman (2011:175), yang mana dalam tipe quiz team ini siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Model pembelajaran aktif tipe quiz team yang dikemukakan oleh Dalvi (2006:68): “Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar”. Dalam tipe quiz team ini, diawali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan .Salah satu upaya untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada mata pelajaran IPA yaitu dengan penggunaan metode belajar aktif tipe quiz team. Metode pembelajaran aktif tipe quiz team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab. Dapat menimbulkan 13 rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut. Metode pembelajaran aktif tipe quiz team ini diawali dengan menerangkan materi pelajaran secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut. Setelah selesai materinya maka diadakan suatu pertandingan akademis, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Apabila dalam proses pembelajaran IPA menggunakan metode belajar yang tepat maka proses belajar yang dilaksanakan dapat memperbaiki hasil belajar siswa. 2.1.3.1 Prosedur Tipe Quiz Team Silberman (2011:175) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan menggunakan tipe Quiz Team adalah sebagai berikut: 1. Guru memilih topik yang biasa disajikan dalam tiga segmen. 2. Siswa dibagi ke dalam tiga kelompok besar. 3. Guru menjelaskan skenario pembelajaran. 4. Guru menyajikan materi pelajaran. 5. Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B dan tim C menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka. 6. Tim A memberikan kuis kepada tim B. jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan, tim C segera menjawabnya. 7. Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim B atau tim C, dan mengulang proses tersebut. 8. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B sebagai pemandu kuis. 9. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis. 14 Dalam prosedur pembelajaran dengan menggunakan tipe Quiz Team yang dilakukan di dalam kelas eksperimen adalah sebagai berikut: Langkah 1 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Langkah 2: Guru mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk jalannya pembelajaran yang akan dilakukan di kelas. Langkah 3: Pada awal pertemuan siswa dijelaskan terlebih dahulu model pembelajaran/skenario yang akan dilakukan dikelas, supaya siswa dapat mengikuti alur pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Langkah 4: Guru memlih topik yang akan dibahas atau disajikan tiap tim yang sudah dibentuk sebelumnya dan tim dibagi menjadi 3 tim. Langkah 5: Guru menjelaskan materi tentang akibat perubahan lingkungan. Langkah 6: Guru memulai diskusi kelompok dengan menunjuk tim A sebagai pemimpin kuiz. Langkah 7: Guru meminta tim A untuk menyiapkan pertanyan dengan jawaban singkat, sementara tim B ,tim C menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka. Tim A menguji tim B, jika tim B tidak bisa menjawab pertanyaan, tim C diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim A. Tim A melanjutkan pertanyaan kepada anggota tim C, jika tim C tidak bisa menjawab pertanyaan dari tim A maka tim B diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim A. Setelah kuis selesai dari tim A, guru menunjuk tim B sebagai pemimpin kuis yang akan dilakukan kembali. Tim B menyiapkan pertanyaan dengan jawaban yang singkat. Tim A dan tim C memanfaatkan waktu untuk membaca catatan masingmasing anggota. Tim B menguji anggota tim C, jika tim C tidak bisa menjawab pertanyaan, tim A diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim B. Tim B melanjutkan pertanyaan pada tim A, jika tim A tidak bisa menjawab pertanyaan dari tim B, tim C diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim B. Setelah kuis selesai dari tim B. guru menunjuk tim C untuk memimpin kuis yang akan dilakukan lagi. Tim C menyiapkan pertanyaan dengan jawaban yang singkat untuk tim A dan tim B. Tim A dan tim B memanfaatkan waktu untuk membaca catatan masing-masing anggota. Tim C menguji anggota tim A, jika tim A tidak bisa menjawab pertanyaan dari tim C, maka tim B diberi kesempatan untuk 15 menjawab pertanyaan yang diberikan tim C pada tim A sebelumnya. Tim C menguji tim B, jika tim B tidak bisa menjawab pertanyaan, maka tim A diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim C yang diberikan pada tim B sebelumya. Langkah 8: Setelah memberikan kesempatan pada setiap tim untuk menjadi pemimpin kuis guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum jelas ataupun pertanyaan yang belum bisa dijawab pada sesi kuis yang sudah dilakukan sebelumnya. 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi yang dilakukan oleh Ayu Puspitasari (2011) dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Terhadap Hasil Belajar Siswa di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora”.Dari analisis diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode pembelajaran aktif tipe quiz team berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas V di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe quiz team dengan pembelajaran konvensional. Kelebihan dari penelitian ini adalah hasil belajar menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Kekurangan dari penelitian ini adalah belum diketahui minat belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode quiz team. Eva Nurhayati (2007) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Ak SMK Negeri 3 Jepara Tahun 2006/2007”. Dari hasil analisis data awal kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang relatif sama, tidak ada perbedaan kemampuan awal dari kedua kelompok. Untuk minat belajar kedua kelompok mempunyai varian yang sama. Hasil uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen (83.18) hasil belajarnya lebih dari 70 atau telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan untuk kelompok kontrol hasil belajar (79.60) telah mencapai ketuntasan belajar. Minat belajar siswa setelah 16 pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan, minat belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh Eva Nurhayati yaitu hasil belajar siswa meningkat dan minat belajar juga meningkat setelah melakukan pembelajaran dengan metode quiz team. Sedangkah kekurangannya yaitu belum dilakukan pengukuran terhadap ranah psikomotornya. 2.3 Kerangka Berfikir Proses pembelajaran merupakan peran penting dalam pencapaian hasil belajar. Guru mempunyai tugas utama dalam penyelenggara pembelajaran, karena pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membelajarkan siswa. Upaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini telah dilakukan. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peran guru sangat penting, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Agar dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran dan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA. Dengan metode pembelajaran yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka keberhasilan dalam belajar dapat tercapai. Prestasi belajar IPA adalah indikator proses belajar mengajar IPA yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pelajaran dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Penggunaan metode yang tepat akan mendorong siswa berfikir kreatif dan kritis sehingga siswa tidak akan bosan dalam belajar IPA. Secara otomatis motivasi untuk belajar IPA akan lebih tinggi pada akhirnya prestasi belajarnya akan baik. Salah satu metode belajar yang dapat digunakan pada proses belajar mengajar adalah metode belajar aktif Tipe Quiz Team. Metode belajar aktif Tipe Quiz Team akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode belajar aktif Tipe Quiz Team ini siswa bersama-sama dengan kelompoknya mempelajari materi dalam lembar kerja, 17 mendiskusikan materi, saling memberikan arahan, saling memberi pertanyaan dan jawaban. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi dari guru, akan tetapi juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir dari kegiatan siswa adalah melakukannya dan mencobakan langsung. Sehingga siswa tidak mudah lupa dan memahami materi tersebut. Melalui pembelajaran dengan metode belajar aktif Tipe Quiz Team ini diharapkan semua siswa dalam kelas aktif dalam memberikan pertanyaan dan jawaban. Selain itu siswa juga mampu bekerjasama dengan siswa lainnya untuk memahami materi. Dalam metode belajar aktif Tipe Quiz Team juga menuntut siswa untuk aktif. Hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya. Hasil belajar dinyatakan dalam nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran dan menjadi bukti usaha yang diraih siswa dalam proses belajar. Kurangnya penerapan metode yang sesuai akan mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa. Siswa belum memahami materi yang diberikan guru, dalam mengerjakan evaluasi siswa akan kesulitan menyelesaikannya dengan tuntas. Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil belajar yang telah dicapai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang ditunjukkan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi penggunaan metode yang tepat sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 2.4 Hipotesis Tindakan Sugiyono (2010:96) berpendapat bahwa hipotesis dalam statistik merupakan dugaan keadaan populasi dengan menggunakan data sampel. Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu : 18 Metode pembelajaran aktifntipe quiz team efektif terhadap hasil belajar IPA. Efektivitas metode pembelajaran aktif tipe quiz team terlihar dari : 1. Nilai rata-rata hasil belajar dengan quiz team lebih baik dari nilai rata-rata metode konvensional (µ2 > µ1 ) 2. Ho = µ1 = µ2 ( Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai dengan metode pembelajaran aktif quiz team dan menggunakan metode konvensional) Hi = µ1 ≠ µ2 (Ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai dengan metode pembelajaran aktif quiz team dan menggunakan metode konvensional). Keterangan: μ1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang belajar menggunakan metode konvensional. μ2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran aktif quiz team.