Efektivitas Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team pada Mata

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landaan Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan
“belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami”.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
pelatihan. Artinya dalam proses belajar yang diharapkan dari tujuan yang akan
dicapai adalah perubahan tingkah laku siswa, baik yang menyangkut pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Suatu kegiatan
dikatakan belajar apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
individu.Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau
kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai( afektif) serta
ketrampilan (psikomotor);
b.
perubahan itu harus merupakan buah dari latihan dan pengalaman, bukan
karena pertumbuhan. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu
karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan;
c.
perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu
yang cukup lama.
Belajar dapat dikatakan juga suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan bukan merupakan suatu tujuan. Belajar tidak
hanya materi pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan
atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita.
Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri
orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan
lingkungan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku selanjutnya.
7
8
Jadi, melalui teori–teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan
bukan merupakan suatu tujuan melalui olah informasi, respon positif yang semula
belum tahu menjadi lebih tahu supaya mendapat suatu kepribadian baru yang
bersifat permanen dalam waktu relatif lama.
2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hamalik (2005:30) berpendapat” hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi siswa
dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum terjadinya
pembelajaran. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan materi
pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
Sudjana (2011:22) mengemukakan “hasil belajar adalah kemampuankemampuanyang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman pengalaman
belajarnya”.Hasil belajar akan terlihat apabila terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa
setelah siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar
dalam jangka waktu tertentu.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk
nilai.
Sudjana (2011:22) mengklasifikasikan
“hasil belajar secara garis besar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif,
ranah afektif danranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sisntesis, dan evaluasi. Ranah afektif
berkenaandengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah
Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan
9
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan reflex,
ketrampilan gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharminisan atau
ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretative”.
Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya dalam jangka waktu tertentu dan perubahan relative tetap dan dapat
diukur kedalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris.
2.1.1.2 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Faktor
lingkungan, yaitu faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial budaya,
faktor Instrumental meliputi; kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru,
kondisi psikologis meliputi; minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan
kognitif, kondisi fisiologis yaitu; keadaan jasmani dari peserta didik (mata,
hidung, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik. Slameto (2010:54)
menyebutkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah,
psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang
belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi.
Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar,
keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar.
Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah
satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor
sekolah, yang mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana,
dan sebagainya.
10
2.1.2 Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Seperti banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan belajar
atau mengajar, belajar aktif tidak mudah didefinisikan secara sederhana.
Pembelajaran aktif menurut
Jonassen adalah pembentukan pengetahuan
berdasarkan pemrosesan fikiran yang aktif tentang sesuatu persepsi yang dibuat,
menghasilkan pemahaman yang diperoleh dari proses yang generative..
Pembelajaran ini dilakukan dengan cara melibatkan amali dan “hand on” dan
melibatkan pelajar sepenuhnya.Pelajar melakukan pembelajaran melalui apa yang
dilalui. (http//docstoc.com).
Pembelajaran
aktif
(Active
Learning)
dimaksudkan
untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran
aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Metode Active Learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru
harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada.
Pembelajaran Aktif (Active Learning) pada dasarnya berusaha untuk
memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan,
tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi
pembelajaran aktif (Active learning) pada anak didik dapat membantu ingatan
(memory)
mereka,
sehingga
mereka
dapat
dihantarkan
kepada
tujuan
pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran
konvensional dimanasiswa cenderung pasif ketika terjadi proses pembelajaran.
Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa
ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil (kecuali, barangkali,
sekedar sertifikat yang dia akan terima). Ketika belajar secara aktif, pelajar
11
mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memperlukan informasi untuk
menyelesaikan masalah, atau menyelidiki suatu pekerjaan.
Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak
menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan
kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif)
pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Pada pembelajaran
konvensiaonal berpusat pada guru dan biasanya hanya menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab sehingga siswa cenderung pasif
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan
pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran
konvensional, yaitu:
Tabel 2.1
Perbedaan Pembelajaraan Konvensional dengan Pembelajaran Aktif
PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
PEMBELAJARAN AKTIF
Berpusat pada guru.
Berpusat pada anak didik
Penekanan pada menerima
Penekanan pada menemukan
pengetahuan
Kurang menyenangkan
Sangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua
Membemberdayakan semua
Menggunakan metode yang monoton
Menggunakan banyak metode
Kurang banyak media yang digunakan
Menggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan
Disesuaikan dengan pengetahuan yang
pengetahuan yang sudah ada.
sudah ada.
12
Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan
untuk menerapkan strategi pembelajaran Active Learning (belajar aktif) dalam
pembelajaran di kelas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah
suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan
informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang
dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa
yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
2.1.3 Quiz team
Tipe quiz team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan
oleh Silberman (2011:175), yang mana dalam tipe quiz team ini siswa dibagi
menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan
kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa
catatan.
Model pembelajaran aktif tipe quiz team yang dikemukakan oleh Dalvi
(2006:68): “Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar”.
Dalam tipe quiz team ini, diawali dengan guru menerangkan materi
secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota
kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan,
saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran
tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis.
Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi
antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi
yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan .Salah
satu upaya untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada mata pelajaran IPA
yaitu dengan penggunaan metode belajar aktif tipe quiz team.
Metode pembelajaran aktif tipe quiz team dapat menghidupkan suasana
dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab. Dapat menimbulkan
13
rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang
menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut.
Metode pembelajaran aktif tipe quiz team ini diawali dengan
menerangkan materi pelajaran secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam
kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi
tersebut melalui lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling
memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami
materi tersebut.
Setelah selesai materinya maka diadakan suatu pertandingan akademis,
sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Apabila dalam proses pembelajaran IPA
menggunakan metode belajar yang tepat maka proses belajar yang dilaksanakan
dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
2.1.3.1 Prosedur Tipe Quiz Team
Silberman (2011:175) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan
menggunakan tipe Quiz Team adalah sebagai berikut:
1. Guru memilih topik yang biasa disajikan dalam tiga segmen.
2. Siswa dibagi ke dalam tiga kelompok besar.
3. Guru menjelaskan skenario pembelajaran.
4. Guru menyajikan materi pelajaran.
5. Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara
tim B dan tim C menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka.
6. Tim A memberikan kuis kepada tim B. jika tim B tidak dapat menjawab
pertanyaan, tim C segera menjawabnya.
7. Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim B atau tim
C, dan mengulang proses tersebut.
8. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan
mintalah tim B sebagai pemandu kuis.
9. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga
dari pelajaran dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.
14
Dalam prosedur pembelajaran dengan menggunakan tipe Quiz Team yang
dilakukan di dalam kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
Langkah 1 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Langkah 2: Guru mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk jalannya pembelajaran
yang akan dilakukan di kelas.
Langkah 3: Pada awal pertemuan siswa dijelaskan terlebih dahulu model
pembelajaran/skenario yang akan dilakukan dikelas, supaya siswa dapat
mengikuti alur pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru.
Langkah 4: Guru memlih topik yang akan dibahas atau disajikan tiap tim yang
sudah dibentuk sebelumnya dan tim dibagi menjadi 3 tim.
Langkah 5: Guru menjelaskan materi tentang akibat perubahan lingkungan.
Langkah 6: Guru memulai diskusi kelompok dengan menunjuk tim A sebagai
pemimpin kuiz.
Langkah 7: Guru meminta tim A untuk menyiapkan pertanyan dengan jawaban
singkat, sementara tim B ,tim C menggunakan waktu untuk memeriksa catatan
mereka. Tim A menguji tim B, jika tim B tidak bisa menjawab pertanyaan, tim C
diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim A. Tim A melanjutkan
pertanyaan kepada anggota tim C, jika tim C tidak bisa menjawab pertanyaan dari
tim A maka tim B diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim A.
Setelah kuis selesai dari tim A, guru menunjuk tim B sebagai pemimpin kuis yang
akan dilakukan kembali. Tim B menyiapkan pertanyaan dengan jawaban yang
singkat. Tim A dan tim C memanfaatkan waktu untuk membaca catatan masingmasing anggota. Tim B menguji anggota tim C, jika tim C tidak bisa menjawab
pertanyaan, tim A diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim B. Tim
B melanjutkan pertanyaan pada tim A, jika tim A tidak bisa menjawab pertanyaan
dari tim B, tim C diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim B.
Setelah kuis selesai dari tim B. guru menunjuk tim C untuk memimpin kuis yang
akan dilakukan lagi. Tim C menyiapkan pertanyaan dengan jawaban yang singkat
untuk tim A dan tim B. Tim A dan tim B memanfaatkan waktu untuk membaca
catatan masing-masing anggota. Tim C menguji anggota tim A, jika tim A tidak
bisa menjawab pertanyaan dari tim C, maka tim B diberi kesempatan untuk
15
menjawab pertanyaan yang diberikan tim C pada tim A sebelumnya. Tim C
menguji tim B, jika tim B tidak bisa menjawab pertanyaan, maka tim A diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim C yang diberikan pada tim B
sebelumya.
Langkah 8: Setelah memberikan kesempatan pada setiap tim untuk menjadi
pemimpin kuis guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya jika ada
materi yang belum jelas ataupun pertanyaan yang belum bisa dijawab pada sesi
kuis yang sudah dilakukan sebelumnya.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi yang
dilakukan oleh Ayu Puspitasari (2011) dengan judul “Pengaruh Metode
Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Terhadap
Hasil Belajar Siswa di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten
Blora”.Dari
analisis
diperoleh
kesimpulan
bahwa
penggunaan
metode
pembelajaran aktif tipe quiz team berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar
siswa kelas V di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.
Terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran aktif tipe quiz team dengan pembelajaran konvensional.
Kelebihan dari penelitian ini adalah hasil belajar menunjukkan perbedaan yang
cukup signifikan. Kekurangan dari penelitian ini adalah belum diketahui minat
belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode quiz team.
Eva Nurhayati (2007) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode
Belajar Aktif Tipe Quiz Team Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar
Akuntansi Siswa Kelas X Ak SMK Negeri 3 Jepara Tahun 2006/2007”. Dari hasil
analisis data awal kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang relatif
sama, tidak ada perbedaan kemampuan awal dari kedua kelompok. Untuk minat
belajar kedua kelompok mempunyai varian yang sama. Hasil uji ketuntasan
belajar kelompok eksperimen (83.18) hasil belajarnya lebih dari 70 atau telah
mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan untuk kelompok kontrol hasil belajar
(79.60) telah mencapai ketuntasan belajar. Minat belajar siswa setelah
16
pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan, minat
belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Kelebihan
dari penelitian yang dilakukan oleh Eva Nurhayati yaitu hasil belajar siswa
meningkat dan minat belajar juga meningkat setelah melakukan pembelajaran
dengan metode quiz team. Sedangkah kekurangannya yaitu belum dilakukan
pengukuran terhadap ranah psikomotornya.
2.3 Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran merupakan peran penting dalam pencapaian hasil
belajar. Guru mempunyai tugas utama dalam penyelenggara pembelajaran, karena
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membelajarkan siswa. Upaya
untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan
melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini telah dilakukan.
Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peran guru sangat penting, yaitu
menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Agar dapat membangkitkan minat
siswa pada pelajaran dan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA. Dengan
metode pembelajaran yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka
keberhasilan dalam belajar dapat tercapai.
Prestasi belajar IPA adalah indikator proses belajar mengajar IPA yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga
aspek yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan
bahan pelajaran dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Penggunaan
metode yang tepat akan mendorong siswa berfikir kreatif dan kritis sehingga
siswa tidak akan bosan dalam belajar IPA. Secara otomatis motivasi untuk belajar
IPA akan lebih tinggi pada akhirnya prestasi belajarnya akan baik.
Salah satu metode belajar yang dapat digunakan pada proses belajar mengajar
adalah metode belajar aktif Tipe Quiz Team. Metode belajar aktif Tipe Quiz Team
akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan metode belajar aktif Tipe Quiz Team ini siswa
bersama-sama dengan kelompoknya mempelajari materi dalam lembar kerja,
17
mendiskusikan materi, saling memberikan arahan, saling memberi pertanyaan dan
jawaban. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi dari guru, akan
tetapi juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir dari kegiatan siswa
adalah melakukannya dan mencobakan langsung. Sehingga siswa tidak mudah
lupa dan memahami materi tersebut.
Melalui pembelajaran dengan metode belajar aktif Tipe Quiz Team ini
diharapkan semua siswa dalam kelas aktif dalam memberikan pertanyaan dan
jawaban. Selain itu siswa juga mampu bekerjasama dengan siswa lainnya untuk
memahami materi. Dalam metode belajar aktif Tipe Quiz Team juga menuntut
siswa untuk aktif.
Hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dalam usaha belajar
yang dilakukannya. Hasil belajar dinyatakan dalam nilai yang diperoleh dari hasil
pengukuran dan menjadi bukti usaha yang diraih siswa dalam proses belajar.
Kurangnya penerapan metode yang sesuai akan mempengaruhi terhadap hasil
belajar siswa. Siswa belum memahami materi yang diberikan guru, dalam
mengerjakan evaluasi siswa akan kesulitan menyelesaikannya dengan tuntas.
Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil belajar yang telah
dicapai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang ditunjukkan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar yang
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan
oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi penggunaan metode yang tepat sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Sugiyono (2010:96) berpendapat bahwa hipotesis dalam statistik
merupakan dugaan keadaan populasi dengan menggunakan data sampel.
Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik
selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis
dalam penelitian ini yaitu :
18
Metode pembelajaran aktifntipe quiz team efektif terhadap hasil
belajar IPA.
Efektivitas metode pembelajaran aktif tipe quiz team terlihar dari :
1. Nilai rata-rata hasil belajar dengan quiz team lebih baik dari nilai rata-rata
metode konvensional (µ2 > µ1 )
2.
Ho = µ1 = µ2 ( Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata
nilai dengan metode pembelajaran aktif quiz team
dan menggunakan
metode konvensional)
Hi = µ1 ≠ µ2 (Ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai dengan metode
pembelajaran aktif quiz team dan menggunakan metode konvensional).
Keterangan:
μ1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang belajar menggunakan metode
konvensional.
μ2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran
aktif quiz team.
Download