faktor-faktor yang mempengaruhi impor barang - e

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI INDONESIA
ADLIN IMAM
02636/2008
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
WISUDA PERIODE 96 MARET 2013
1
FACTORS THAT AFFECT THE IMPORT OF CONSUMER GOODS IN INDONESIA
ADLIN IMAM
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Email: [email protected]
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI
INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) Pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap
impor barang konsumsi di Indonesia. (2) Pengaruh tingkat kurs terhadap impor barang konsumsi di
Indonesia. (3) Pengaruh pendapatan nasional Indonesia (PDB) terhadap impor barang konsumsi di
Indonesia. (4) Pengaruh secara bersama-sama pengeluaran konsumsi, tingkat kurs, dan pendapatan
nasional Indonesia terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode
OLS (ordinary least square) dari tahun 2003 kuartal 1- 2010 kuartal 4. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) Secara parsial pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor barang
konsumsi di Indonesia (2) Secara parsial tingkat kurs Rp/US$ berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap impor barang konsumsi di (3) Secara parsial pendapatan nasional Indonesia berpengaruh positif
terhadap impor barang konsumsi di Indonesia (4) Secara bersama-sama pengeluaran konsumsi, tingkat
kurs dan pendapatan nasional Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap impor barang konsumsi
di Indonesia secara bersama-sama sebesar 93,68 %. Dari hasil penelitian ini, maka disarankan kepada
pemerintah untuk lebih promosikan hasil produk dalam negeri guna menumbuhkan kecintaan akan
produk dalam negeri.Pemeitah lebih membantu dalam hal persaingan dengan produk luar negeri baik
dalam perizinan pendirian usaha anak negeri maupun promosi didalam maupun di luar negeri.
Masyarakat lebih mencintai dan bangga akan hasil dalam negeri selain kualitas yang baik juga dapat
membantu dalam menambah lapangan pekerjaan baru.
Kata kunci: Pengeluaran Konsumsi, Kurs Rp/US$ dan Pendapatan Nasional Indonesia (PDB)
ABSRTACT
The purpose of this study was to analyze (1) Effect of consumption expenditure on imports of consumer
goods in Indonesia. (2) Effect of exchange rate on imports of consumer goods in Indonesia. (3) Effect of
Indonesia's national income (GDP) on imports of consumer goods in Indonesia. (4) Effect jointly
consumption expenditure, exchange rate, and Indonesia's national income on consumer goods imports in
Indonesia.This study uses OLS (ordinary least squares) from the 2003 quarter 1-2010 fourth quarter. The
results showed that (1) In partial consumption expenditure has positive and significant impact on imports
of consumer goods in Indonesia (2) In partial exchange rate of Rp / U.S. $ has positive and significant
effect on imports of consumer goods (3) national income Partially Indonesia positive effect on imports of
consumer goods in Indonesia (4) together consumption expenditure, exchange rate and national income
Indonesia significantly affect the import of consumer goods in Indonesia jointly by 93.68%. From these
results, it is recommended to the government to further promote its products in the country in order to
foster a love for the product in negeri.Pemeitah more help in terms of competition with foreign products
in both domestic licensing business establishment and promotion of children within and outside the
country. People are more loving and proud of the country other than good quality can also help in adding
new jobs.
Keywords: Consumption Expenditure, Exchange rate USD / U.S. $ and the Indonesian National Income
(GDP)
2
I. PENDAHULUAN
Kenapa suatu negara perlu melakukan
perdagangan internasional melalui (EksporImpor). Suatu negara perlu melakukan
perdagangan internasional disebabkan kelebihan
jumlah produksi dalam negerinya atau
kekurangan jumlah produksi dalam negerinya.
Sebagai contoh: Ada dua negara, yaitu negara A
dan negara B dan masing-masing memproduksi
tekstil. Tetapi harga lebih murah di negara A
disebabkan kelebihan faktor produksi sehingga
negara A melakukan ekspor. Tetapi negara B
yang harga tekstilnya lebih tinggi dari negara A
dan faktor produksinya masih rendah harus
melakukan impor guna mencukupi kebutuhan
dalam negerinya. Maka yang harus dilakukan
negara A adalah dengan melalukan ekspor
produk komparatifnya atau spesialisasi barang
tekstil terhadap negara B guna mendapatkan
keuntungan yang lebih besar.
Indonesia merupakan negara sedang
berkembang dengan jumlah penduduk sekitar
237.641 juta (tahun 2010) dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% pertahun
(tahun 2010), memiliki tantangan yang cukup
besar dalam menghasilkan barang-jasa dan
kenikmatan yang diperoleh oleh setiap
penduduk. Dengan tingkat konsumsi masyarakat
yang semakin lama semakin meningkat yang
dipicu oleh bertambahnya jumlah penduduk
cenderung
mendorong
Indonesia
untuk
melakukan perdagangan internasional dengan
melakukan ekspor maupun impor.
Melihat adanya permasalahan yang
terjadi pada penyediaan konsumsi di Indonesia,
sehingga dilakukannya kegiatan impor barang
konsumsi dapat dilihat pertumbuhan impor
barang konsumsi dari tahun 2003 kuartal 1
sampai 2010 kuartal 4 dimana rata-rata
pertumbuhan nilai impor barang konsumsi
adalah sebesar 5,94% per tahunnya hal ini
dikarenakan tingginya tingkat pengeluaran
konsumsi dalam negeri sehingga menyebabkan
nilai impor barang konsumsi cenderung
meningkat.
Impor barang konsumsi dipengaruhi
pengeluaran konsumsi seseorang hal ini
disebabkan semakin tinggi pendapatan seseorang
maka semakin besar rasio pengeluaran yang akan
dibelanjakan
begitupun
sebaliknya
bila
pemerintah tidak dapat memenuhi konsumsi
dalam negeri maka hal yang harus dilakukan
adalah dengan cara mengimpor barang konsumsi
dari luar negeri guna memenuhi kebutuhan
dalam negeri namun bila sebagian besar
kebutuhan konsumsi dalam negeri dipenuhi oleh
luar negeri maka akan mengakibatkan defisit
neraca perdagangan dalam negeri.
Dalam
melakukan
perdagangan
internasional antara satu negara dengan negara
lainnya maka diperlukan satu mata uang yang
dapat diterima secara universal sehingga tidak
mengakibatkan ketimpangan dalam melakukan
pembayaran dalam hal ini nilai mata uang yang
dapat diterima secara universal adalah nilai mata
uang Amerika Serikat US$. Indonesia dalam
melaksanakan perdagangan internasional harus
memperhatikan nilai tukar rupiah terhadap mata
uang Amerika Serikat sehingga tidak
menyebabkan defisit anggaran yang besar dalam
melakokan impor barang konsumsi dari luar
negeri kedalam negeri semakin tinggi nilai mata
uang asing terhadap mata uang dalam negeri
maka akan mengakibatkan jatuhnya nilai mata
uang dalam negeri (terdepresiasi) terhadap mata
uang asing begitupun sebaliknya bila nilai mata
uang asing mengalami penurunan terhadap mata
uang
dalam
negeri
(apresiasi)
akan
mengakibtkan naiknya mata uang dalam negeri.
Dalam perekonomian suatu negara hal
utama
yang
menjadi
tulang
punggu
perekonomian adalah tingkat pendapatan
nasional atau PDB semakin besar pendapatan
nasional suatu negara maka semakin besar pula
kemampuan negara tersebut dalam melakukan
perdagangan internasional. Pendapatan nasioanal
Indonesia dari tahun ketahunnya mengalami
peningkatan hal ini disebabkan oleh keberhasilan
pemerintah
Indonesia
dalam
mengelola
perekonomiannya dan tidak lagi melakukan
hutang terhadap IMF dan Bank Dunia pasca
terjadinya reformasi pemerintahan dan krisis
ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia
dimana pada masa itu perekonomian lebih
banyak ditunjang oleh hutang luar negeri
sehingga menyebabkan terjadinya krisis ekonomi
yang berdampak cukup nyata bagi roda
pemerintahan pada masa itu.
Keberhasilan lain yang mengakibatkan
meningkatnya pendapatan nasional Indonesia
3
adalah dari sektor usaha kecil menengah dimana
sektor
tersebut
sebagai
penyelamat
perekonomian dan sangat berperan dalam
membantu
mennghidupkan
kembali
perekonomian Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa barang
konsumsi adalah mutlak bagi manusia dalam
keberlangsungan hidupnya dan juga tidak bisa
dipungkiri bahwa barang konsumsi yang ada di
Indonesia juga terbatas, dikarenakan banyaknya
jumlah penduduk dan tingginya permintaan akan
konsumsi dalam negeri sehingga mendorong
pemangku kebijakan mendorong dilakukannya
impor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dikarenakan hal tersebut impor barang
konsumsi di Indonesia dari tahun ketahunnya
terus meningkat walaupun terdapat penurunan
jumlah maupun nilai tetapi penurunan tersebut
tidak berlangsung lama karena tingkat kebutuhan
akan barang konsumsi dalam negeri terus
meningkat setiap tahun maupun kuartalannya.
Penelitian
ini
akan
melihat
pengaruh
pengeluaran konsumsi dalam negeri, tingkat kurs
Rp/US$, pendapatan nasional Indonesia (PDB)
dan secara bersama-sama terhadap impor barang
konsumsi di Indonesia. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh pengeluaran
konsumsi, tingkat kurs Rp/US$, pendapatan
nasional (PDB) Indonesia secara bersama-sama
terhadap impor barang konsumsi di Indonesia.
II. TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Impor
Negara
yang
menganut
sistem
perekonomian
terbuka
akan
senantiasa
berintegrasi dengan negara-negara lain dalam
transaksi perdagangan internasional. Tujuannya
adalah untuk memperoleh keuntungan, yaitu
dapat membeli barang dengan harga yang lebih
rendah dan dapat menjual barang ke luar negeri
dengan harga yang relatif lebih tinggi. Menurut
Adam Smith (Mankiw,2003:424) bahwa kedua
negara akan memperoleh keuntungan dengan
melakukan spesialisasi atau keunggulan dalam
memproduksi suatu barang dan jasa dan
kemudian melakukan perdagangang baik
domestik maupun luar negeri dengan tujuan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Teori tersebut dikenal dengan teori absolute
advantage oleh Adam Smith. Berdasarkan teori
comparative advantage yang dikemukakan oleh
James Stuart Mill. Dalam perekonomian terbuka
sebagian output dijual untuk dalam negeri dan
sebagian diekspor ke luar negeri. Pengeluaran
atas output pada perekonomian terbuka Y dibagi
menjadi atas empat komponen,yaitu:
Y=Cd+Id+Gd+EX………………………(1)
Semua pengeluaran domestik atas
barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran
domestik untuk barang dan jasa serta barang
dan jasa mancanegara, sehingga:
C = Cd + Cf ............ ................................................. (2)
I = Id + If ..... .............. ................................................. (3)
G = Gd + Gf. ........... ................................................. (4)
Dimana :
C = Konsumsi barang dan jasa
Cd = konsumsi barang dan jasa domestik
Cf = Konsumsi barang dan jasa luar negeri
I = Investasi barang dan jasa
Id = Investasi barang dan jasa domestik
If = Investasi barang dan jasa luar negeri
G = Pembelian pemerintah atas barang
dan jasa
Gd = Pembelian pemerintah atas barang
dan jasa domestik
Gf = Pembelian pemerintah atas barang
dan jasa luar negeri
Dengan mensubstitusikan tiga persamaan ini
kedalam identitas di atas maka:
Y = (C – Cf) + (I – If) + (G –Gf) + EX..... (5)
Diubah menjadi :
Y = Cd + Id + Gd + EX – ( Cf + If
+Gf)................................................................... (6)
Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan
jasa (Cf + If + Gf) adalah pengeluaran untuk
impor (IM), sehingga :
Y = C + I + G + EX- C- I- G......................(7)
Karena pengeluaran domestik atas barang dan
jasa yang diimpor dari luar negeri bukanlah
bagian dari output suatu negara, maka persamaan
ini harus dikurangi dengan pengeluaran untuk
impor (NX = EX- IM), maka:
Y = C + I + G + NX...................................... (8)
Dimana :
Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
NX = Ekspor netto
4
Identitas perhitungan pendapatan nasional
menunjukkan hubungan antara output domestik,
pengeluaran domesti dan ekspor netto.
NX = Y – (C + I + G)........................................... (9)
Jika output melebihi pengeluaran
domestik, maka kegiatan ekspor dilakukan dan
ekspor netto positif. Sebaliknya, jika output lebih
kecil dari pengeluaran domestik maka kegiatan
impor dilakukan, sehingga ekspor netto negatif.
Ekspor netto adalah neraca perdagangan (Trade
balance), karena menunjukkan bagaimana
hubungan perdagangan barang dan jasa atas
tolok ukur kesamaan ekspor dan impor. Adanya
kelebihan produksi dalam negeri, negara dapat
mengekspornya ke luar negeri, sehingga dapat
melakukan spesialisasi suatu barang. Kegiatan
impor barang dari luar negeri dilakukan apabila
jumlah produksi dalam negeri tidak mencukupi
kebutuhan dalam negeri dan juga disebabkan
oleh tingginya biaya produksi yang dihsilkan
jauh lebih besar dari pada dengan mengimpor.
Untuk menghitung impor pemerintah
harus menghitung jumlah stock yang tersedia
dan jumlah konsumsi nasional. Adapun cara
menghitungnya adalah sebagai berikut ;
St = St-1 + Qt + It – Ct................................. (10)
Ct = St-1 + Qt +It – St.................................. (11)
Dimana :
St
= Stock tahun tertentu
St-1 = Stock tahun lalu
Qt
= Jumlah produksi barang sekarang
It
= Jumlah Impor tahun tertentu
Ct
= Jumlah konsumsi tahun tertentu
Dengan formula di atas pemerintah dapat
mengukur berapa jumlah impor yang harus
disediakan untuk memenuhi kebutuhan komoditi
nasional, sehingga kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi.
Menurut Sukirno (2002:344) bahwa :
Ahli ekonomi klasik, terutama David
Ricardo, “Mengemukakan bahwa
pandangan mengenai pentingnya
peranan perdagangan luar negeri
dalam perekonomian. Teori Ricardo
mengenai keuntungan yang dapat
diperoleh dari melakukan spesialisasi
dan perdagangan luar negeri menjadi
landasan dan teori perdagangan luar
negeri dan perdagangan internasional
yang wujud sekarang ini”
Perdagangan luar negeri dapat terjadi
karena beberapa faktor diantaranya yaitu
keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh
suatu negara.
Sukirno (2002:344) mengemukakan
empat faktor terpenting mengapa suatu negara
perlu melakukan perdagangan yaitu:
a. Memperoleh barang yang tidak
dapat dihasilkan didalam negeri
b. Mengimpor teknologi yang lebih
modern dari negara lain
c. Memperluas pasar produk-produk
dalam negeri
d. Memperoleh keuntungan dari
spesialisasi
Dengan adanya perdagangan luar negeri
maka
suatu
negaradapat
meningkatkan
kemampuan perekonomian agar tercapai surplus
neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
Sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara tersebut oleh sebab itu, kegiatan
perdagangan luar negeri juga merupakan salah
satu usaha dalam meningkatkan perekonomian
suatu negara
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Impor
Kegiatan impor merupakan kegiatan
konsumsi masyarakat terhadap barang dari luar
negeri. Seperti halnya konsumsi, impor juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah pendapatan nasional. Teori konsumsi
menjelaskan bahwa pengeluaran konsumsi yang
dilakukan
oleh
rumah
tangga
dalam
perekonomian tergantung pada pendapatan yang
diterimanya, semakin besar pendapatan mereka
semakin besar pula pengeluaran konsumsinya
(Sukirno, 2002:81).
Krugman, Paul R (2000:124) menjelaskan
ada beberapa faktor-faktor yang mendorong
dilakukannya impor antara lain:
a. Keterbatasan kualitas sumber daya
manusia dan teknologi yang dimiliki
untuk mengolah sumber daya alam
yang tersedia agar tercapai efektifitas
dan efisiensi yang optimal dalam
kegiatan produksi dalam negeri.
b. Adanya barang-jasa yang belum atau
tidak dapat diproduksi di dalam negeri.
5
c. Adanya jumlah atau kuantitas barang
di dalam negeri yang belum
mencukupi.
Selain
beberapa
faktor
yang
menyebabkan terjadinya impor barang dan jasa,
impor juga dapat dibedakan dari jenisnya yaitu :
impor migas , non migas, dan impor barang
konsumsi. Berdasarkan teori tersebut maka jika
dilihat
kedalam
konsep
perdagangan
international, konsumsi yang dimaksud adalah
konsumsi terhadap barang impor. Jadi kegiatan
mengimpor
dipengaruhi
oleh
besarnya
pendapatan atau jika dilihat dalam skala nasional
maka dipengaruhi oleh pendapatan nasional.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi impor
juga dapat dijelaskan oleh Froyen (2003:341).
Dalam model IS-LM yang merupakan bagian
ekonomi terbuka dari model IS-LM. Dalam
ekonomi tertutup, model terdiri dari dua
persamaan, yaitu :
M = L (Y,r)................................................... (12)
S (Y) + T = I (r) …………………..(13)
Persamaan (12) merupakan keseimbangan pada
pasar uang (kurva LM), dan persamaan (13)
merupakan keseimbangan pada pasar barang
(kurva IS).
Secara
serentak
model
tersebut
menentukan kurs nominal (r) dan tingkat
pendapatan riil (Y), dimana tingkat harga secara
agregat adalah konstan. Dalam ekonomi terbuka,
kurva LM tidak akan berubah. Persamaan (12)
tentang penawaran uang riil, dimana yang
diasumsikan akan dikontrol oleh pembuat
kebijakan domestik, dalam dalam keseimbangan
harus sama dengan permintaan uang riil. Ini
adalah penawaran uang nominal yang dikontrol
oleh pembuat kebijakan, tetapi dengan asumsi
tingkat harga tetap, perubahan pada suplai uang
nominal juga merupakan perubahan pada
penawaran uang riil.
Persamaan IS (13) diturunkan dari
keadaan keseimbangan pada pasar barang untuk
ekonomi tertutup :
C + S + T = C + I + G ......................................... (14)
Dimana, saat C dikuarangi pada kedua sisi,
maka: S + I = I + G ............................................. (15)
Jika ditambah dengan impor (Z) dan
ekspor (X) kedalam model persamaan (3), maka:
C + S + T = Y = C + I + G + X – Z.............. (16)
Dimana (X-Z), net ekspor, merupakan
kontribusi sector luar negeri terhadap permintaan
agregat. Jika impor dipindahkan kesisi kiri dan
menunjukkan variabel yang mempengaruhi
setiapa elemen, persamaan IS pada ekonomi
terbuka dapat ditulis sebagai berikut :
S (Y) + Z (Y, ) = I (r) + G + X (Yt,π) .......... (17)
Tabungan dan investasi sama dengan
yang ada dalam model ekonomi tertutup. Impor
berhubungan positif dengan pendapatan.
Permintaan impor juga berhubungan negative
dengan kurs (π). Kurs didefinisikan sebagai
harga mata uang asing. Kenaikan kurs akan
membuat barang luar negeri lebih mahal dan
menyebabkan penurunan impor.
Impor merupakan Ekspor negara lain dan
oleh karena itu berhubungan negative terhadap
kurs. Peningkatan pada kurs luar negeri akan
membuat barang luar negeri menjadi lebih
murah.
Mankiw (2000:316) mengungkapkan
beberapa faktor yang mempengaruhi impor,
begitu pula dengan ekspor, yaitu:
a. Selera
konsumen
terhadap
barang-barang produksi dalam
negeri dan luar negeri
b. Harga barang-barang di dalam
negeri
c. Besarnya nilai tukar yang
menentukan jumlah mata uang
domestik yang dibutuhkan untuk
membeli mata uang asing
d. Ongkos angkut barang antar
negara
e. Kebijakan pemerintah mengenai
perdagangan internasional.
Impor berhubungan positif dengan
pendapatan nasional dan permintaan impor juga
berhubungan negatif dengan kurs (π). Kurs
didefinisikan sebagai mata uang asing. Kenaikan
kurs akan membuat barang luar negeri lebih
mahal dan menyebabkan penurunan impor.
Ekspor merupakan impor negara lain dan oleh
karena itu berhubungan positif terhadap
pendapatan negara asing dan kurs. Peningkatan
pada kurs luar negeri akan membuat barang luar
negeri menjadi lebih murah. Sukirno (2000:111)
juga menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi impor yaitu:
6
“Impor suatu negara juga di
tentukan oleh beberapa faktor yang
menentukan
ekspor, yaitu daya
saing negara lain dinegara tersebut,
proteksi
perdagangan
yang
dilakukan negara tersebut dan kurs
valuta asingnya. Namun, penentu
impor
yang
utama
adalah
pendapatan
masyarakat,
bila
pendapatan
meningkat
maka
semakin banyak impor yang akan
mereka lakukan”.
Artinya bahwa pendapatan masyarakat
memberikan efek yang positif terhadap impor,
dimana tingginya pendapatan mendorong
masyarakat untuk lebih banyak mengkonsumsi
barang-barang buatan luar negeri atau barang
impor.
Kajian Penelitian Terdahulu
Rustam Efendi (Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Vol. 8, No. 3, Desember 2009 : 247 –
257) dengan judul “Faktor-Faktor Penentu Impor
Minyak Bumi di Indonesia”. Dalam penelitian
ini disimpulkan bahwa Impor Minyak Bumi di
Indonesia di Pengaruhi oleh Jumlah produksi
dalam negeri, tingkat konsumsi minyak bumi,
harga, dan kurs berpengaruh signifikan terhadap
impor minyak bumi di Indonesia.
Syarifuddin A. Bakar (Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Vol. 9, No. 1 April 2010 :71–78)
dengan judul “Analisis Kausalitas antara Ekspor
dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”. Dalam penelitian ini disimpulkan
bahwa peran ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia berpengaruh signifikan yang
dikarenakan volume ekspor perdagangan
Indonesia dari tahun ketahunnya mengalami
peningkatan
dikarenakan
barang
ekspor
Indonesia memiliki daya saing yang tinggi
dipasar Internasional.
Karimun Rasyid Harahap (2007:43) yang
meneliti tentang “analisis faktor- faktor yang
mempengaruhi impor kedelai di Indonesia”
dalam penelitian ini disimpulkan bahwa impor
kedelai yang di lakukan Indonesia sejak tahun
1981- 2005 mengalami peningkatan setiap
tahunnya
dikarenakan
tingginya
tingkat
konsumsi dalam negeri sehingga pemerintah
melakukan impor kedelai dari luar negeri guna
mencukupi kebutuhan dalam negeri.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penalitian
deskriptif asosiatif. Data yang dipakai dalan
penelitian ini adalah data Time series yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Sumatera Barat dan Bank Indonesia
(BI). Data tersebut merupakan data gabungan
(time series dan cross section) yaitu data yang
dikumpulkan dari tahun ke tahun Sedangkan
waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
2012 sampai selesai. Sedangkan analisis induktif
menggunakan analisis persamaan regresi linear
berganda (OLS).
Sebelum melakukan analisis regresi
dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari: Uji
Multikolinearitas,
Uji
Autokorelasi,
Uji
Heterokedastisitas dan Uji Normalitas.Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh langsung dari instansi
pemerintahan Kantor Badan Pusat Statistik dan
Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat .
IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode OLS (Ordinary Least Square)
dengan data Time series dari tahun 2003 sampai
2010. Berdasarkan hasil olahan dengan metode
OLS dengan bantuan Eviews 6 maka sebelum
melakukan uji analis regresi, terlebih dahulu
peneliti melakukan uji Asumsi klasik. Hasil uji
Asumsi klasik pada penelitian ini adalah:
Uji multikolinearitas pada penelitian ini
dilakukan dengan uji VIF. Data dikatakan tidak
tidak terjadi multikolinearitas apabila VIF ≤ 5,
dan data dikatakan terjadi multikolinearitas
apabila nilai VIF > 5. Adanya multikolinearitas
menyebabkan adanya ketidakpastian estimasi.
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi
multikolinearitas antara variabel bebas karena
VIF kecil dari 5.
Berdasarkan Tabel di atas didapatkan
nilai DW sebesar 1.66 Sedangkan dari Tabel DW
dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai
dl = 1,24, du = 1,65, 4-du = 2,35. Nilai DW
berada pada daerah antara du dan 4-du, maka
dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
7
Uji heterokedastisitas pada penelitian ini
dengan menggunakan uji Park. Dari Tabel 1
dapat dijelaskan bahwa, nilai probabilitas dari
semua variabel independent > = 1%. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa model tidak
mengandung masalah heterokedastisitas.
Selanjutnya, dapat dilihat model regresi
pada penelitian ini sebagai berikut:
Log
= Log α +  1 LogX +  2 Log X
+β3Log X
Log ̂t
=
-22.70905 + 2.741724 X +
0.246160X + 1.008778 X
Tebel 2. Hasil Estimasi Regresi
N
o
1
2
3
3
Variabel
Koefisien
Nilai t hit
Prob.
Constanta
-22.70905
-7.601194
0,0000
LOG (X1)
2.741724
5.789479
0,0000
LOG (X2)
0.246160
0.685697
0,4985
LOG (X3)
1.008778
2.670086
0.0125
R-Square = 0.936844
F statistic = 138.4486
Prob.F.Statistik= .0000000
Sumber data diolah 2013 n:32
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa
besarnya
koefisien
elastisitas
variable
pengeluaran konsumsi (X1) adalah 2,741724 hal
ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif
antara pengeluaran konsumsi terhadap impor
barang konsumsi di Indonesia. Apabila
pengeluaran konsumsi meningkat satu persen
maka impor barang konsumsi akan meningkat
sebesar 2,741724 persen. Hal ini berarti, semakin
tinggi pengeluaran konsumsi maka akan
meningkatkan impor barang konsumsi di
Indonesia dengan asumsi cateris paribus.
Selanjutnya pengaruh kurs Rp/US$ (X2)
adalah 0,246160 hal ini menunjukkan bahwa
adanya pengaruh positif antara kurs terhadap
impor barang konsumsi di Indonesia. Apabila
kurs meningkat satu persen maka impor barang
konsumsi akan meningkat sebesar 0,246160
persen. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat
kurs maka akan meningkatkan impor barang
konsumsi di Indonesia dengan asumsi cateris
paribus.
Selanjutnya
pengaruh
pendapatan
nasional Indonesia (X3) terhadap impor barang
konsumsi di Indonesia (Y) adalah positif dengan
koefisien elastisitas sebesar 1,008778. Apabila
pendapatan nasional naik satu persen maka
impor barang konsumsi akan mengalami
peningkatan sebesar 1,008778 persen Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat pendapatan
nasional Indonesia maka akan meningkatkan
impor barang konsumsi di Indonesia dengan
asumsi cateris paribus.
Nilai konstanta sebesar -22,70905 hal ini
berarti bahwa tanpa dipengaruhi oleh variabel
pengeluaran konsumsi, kurs dan pendapatan
nasional maka impor barang konsumsi akan
mengalami penurunan sebesar -22,70905 persen.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berguna untuk
melihat seberapa besar proporsi sumbangan
variabel bebas secara bersama-sama terhadap
nilai variabel tidak bebas.
Berdasarkan
hasil
estimasi
seperti
disajikan di atas dapat terlihat koefisien
determinasi R-squared sebesar 0.936844
Sumbangan pengeluaran konsumsi (X1), kurs
Rp/US$ (X2), dan pendapatan nasional Indonesia
(X3), secara bersama-sama terhadap impor
barang konsumsi di Indonesia (Y) sebesar 93,68
persen. Sisanya sebesar 6,32 persen dipengaruhi
oleh faktor lain.
Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan pengaruh masingmasing dari variabel bebas yaitu pengeluaran
konsumsi (X1), kurs (X2), kursdan pendapatan
nasional Indonesia (X3) terhadap impor barang
konsumsi di Indonesia (Y), dilakukan pengujian
apakah hipotesis yang telah dilakukan dalam
penelitian ini terbukti atau tidak. Dalam
pengujian hipotesis ini dengan mempergunakan
uji t dan uji f sebagai berikut:
Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh
secara parsial salah satu variabel bebas tehadap
variabel terikat. Uji ini disebut juga dengan uji
parsial. Uji t ini dilakukan dengan
memmbandingkan antara nilai thitung dengan nilai
ttabel. Apabila dipeoleh hasil nilai thitung > ttabel
maka Ho akan ditolak dan Ha akan diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
tersebut terhadap variabel terikat. Sebaliknya
jika thitung < ttabel maka Ho akan diterima dan Ha
akan ditolak sehingga kesimpulannya bahwa
8
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Uji F
Hipotesis ini menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara pengeluaran
konsumsi, kurs , dan pendapatan nasional
Indonesia terhadap impor barang konsumsi di
Indonesia..
Pengujian hipotesis secara bersama-sama
dilakukan dengan menggunakan uji F. Jika Fhitung
lebih besar dari Ftabel maka hipotesis nol harus
ditolak dan hipotesis alternatif harus diterima.
Artinya bahwa secara bersama-sama variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
Dalam pengujian ini diperoleh nilai Fhitung
(138,45) > Ftabel (2.711). Dengan demikian Fhitung
> Ftabel dan sig < 0.00  = 0.05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima sehingga hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini terbukti diterima
dimana secara bersama-sama pengeluaran
konsumsi, kurs dan pendapatan nasional
Indonesia terhadap impor barang konsumsi di
Indonesia.
Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Terhadap
Impor Barang Konsumsi di Indonesia (Y).
Berdasarkan uji hipotesis ditemukan
bahwa variabel pengeluaran konsumsi memilki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
impor barang konsumsi di Indonesia.
Pengeluaran konsumsi penting diperhatikan
dalam melakukan impor karena jika pengeluaran
konsumsi meningkat akan meningkatkan jumlah
impor barang konsumsi. Dalam penelitian ini
pengeluaran konsumsi sebagai variabel control
pada tabel 2 diatas dapat terlihat bahwa pengaruh
pengeluaran konsumsi (X1) terhadap impor
barang konsumsi di Indonesia (Y) pada tahun
2003 kuartal 1- 2010 kuartal 4 adalah positif
dengan koefisien regresinya adalah 2,741724.
Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah
pengeluaran konsumsi di Indonesia maka akan
meningkatkan impor barang konsumsi di
Indonesia dengan asumsi cateris paribus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
Mankiw (2003:52),bahwa tingkat konsumsi
tergantung pada disposible income (pendapatan
yang bisa dibelanjakan) semakin tinggi tingkat
disposible income samakin besar konsumsi,
sehingga kecenderungan marjinal (MPC) adalah
jumlah perubahan konsumsi ketika pendapatan
disposible meningkat. Dimana antara pendapatan
dengan konsumsi mempunyai hubungan yang
positif, artinya apabila pendapatan naik maka
konsumsi akan meningkat pula, sebaliknya
apabila pendapatan turun maka konsumsi akan
menurun pula.
Sebagai bahan perbandingan hasil
penelitian sejenis yang dilakukan Rustam Efendi
(2009:247-257) yang menemukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
konsumsi minyak bumi dalam negeri terhadap
impor minyak bumi di Indonesia.
Pengaruh kurs (X2) Terhadap Impor Barang
konsumsi di Indonesia (Y).
Nilai tukar mata uang asing atau yang
sering disebut dengan nama kurs adalah
perbandingan antara suatu mata uang terhadap
mata uang asing lainnya. Kurs akan
mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah impor
barang konsumsi di Indonesia. Karena dalam
melakukan perdagangan antar negara, negara
sudah menggunakan mata uang yang berbeda
maka kurs disini sebagai fasilitator untuk
membandingkan nilai suatu mata uang ke mata
uang lainnya. Dalam penelitian ini digunakan
mata uang Dollar Amerika Serikat (US$) sebagai
pembanding mata uang Rupiah (Rp).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan ditemukan bahwa kurs dollar tidak
berpengaruh signifikan terhadap impor barang
konsumsi di Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil
uji hipotesis dengan mengunakan uji t dan uji
sig, ditemukan sig 0,4985 > α (0,05) yang
mengidentifikasikan bahwa impor barang
konsumsi di Indonesia tidak ditentukan
berdasarkan tinggi atau rendahnya nilai tukar
mata uang rupiah terhadap dollar. Hal ini bisa
dilihat Pada tabel perkembangan tingkat kurs
dari tahun 2003 kuartal 1 sampai 2010 kuartal 4,
dapat dilihat perkembangan kurs, pada tahun
2006 kuartal 3 nilai tukar rupiah terhadap dollar
berada pada Rp. 9.123 per dollarnya, melihat
rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang
berada pada Rp. 9.123 per satu dollarnya
harusnya kebijakan yang diambil oleh
pemerintah adalah dengan lebih mengenalkan
barang dalam negeri atau membantu masyarakat
dengan memberi bantuan modal kepada
9
masyarakat
untuk
berwirausaha
dalam
mengurangi impor barang konsumsi.
Namun kelihatannya kebijakan tersebut
belum semuanya terwujud dengan baik yang
dikarenakan masih terkendalanya beberapa
kebijakan pemerintah tersebut. Sehingga nilai
impor barang konsumsi dengan tahun dan kuartal
yang sama mengalami pertumbuhan sebesar
10,75 persen dengan nilai impor sebesar
452,568.7,- juta dollar.
Sebagai bahan perbandingan hasil
penelitian sejenis yang dilakukan Rustam Efendi
(2009:247-257) yang meneliti tentang FaktorFaktor Penentu Impor Minyak Bumi di
Indonesia. Menemukan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara tingkat kurs
Rp/US$ dalam penelitiannya. Ini bermakna
bahwa impor minyak bumi sesungguhnya tidak
semata-mata bergantung pada nilai kurs rupiah,
melainkan lebih dipengaruhi oleh tingkat
konsumsi, fluktuasi harga dan permintaan di
pasar dunia.
Pengaruh Pendapatan Nasional Indonesia
(X2) Terhadap Impor Barang Konsumsi di
Indonesia (Y).
Berdasarkan
uji
hipotesis
dengan
menggunakan uji t ditemukan bahwa variabel
pendapatan nasional Indonesia memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap impor
barang konsumsi di Indonesia. Hal ini
berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
mengunakan uji t dan uji sig, ditemukan sig
0,0125 < α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendapatan nasional Indonesia
akan meningkatkan impor barang konsumsi di
Indonesia dengan asumsi cateris paribus.
Hal ini sesuai dengan hasil teori yang
dikemukakan oleh oleh Soekirno (2000:28)
bahwa produk nasional atau pendapatan nasional
adalah nilai barang akhir dan jasa akhir yang
dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun
tertentu.
Besarnya
pendapatan
nasional
mencerminkan besarnya pengeluaran yang akan
dilakukan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat
dikarenakan naiknya jumlah pendapatan
masyarakat yang siap untuk dibelanjakan.
Berdasarkan teori diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pengaruh pendapatan
nasional Indonesia positif terhadap impor karena
dengan pendapatan yang tinggi mencerminkan
kemampuan suatu negara untuk mengimpor
lebih banyak.
V. PENUTUP
SIMPULAN
Pada tahap akhir dalam penelitian ini
berdasarkan hasil pengujian statistik dan analisis
yang telah di bahas pada bab sebelumnya, maka
dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
Impor barang konsumsi di Indonesia
dipengaruhi secara signifikan oleh pengeluaran
konsumsi dan berpengaruh positif. Dimana thitng
lebih besar dibandingkan dengan > nilai ttabel =
(3,390 > 2,0484) pada taraf tingkat kepercayaan
95% (prob = 0,0000). Akibatnya Ho ditolak dan
Ha diterima, sehingga hipotesis alternatif yang
diajukan dalam penelitian ini diterima Artinya
semakin tinggi pengeluaran konsumsi maka akan
meningkatkan impor barang konsumsi di
Indonesia.
Impor barang konsumsi di Indonesia tidak
dipengaruhi secara signifikan oleh kurs Rp/US$
dan berhubungan positif. Dimana thitung lebih
kecil dibandingkan dengan ttabel = ( 1,139 <
2,0484) pada taraf tingkat kepercayaan 95%
(prob = 0.4985). Akibatnya Ho diterima dan Ha
ditolak, sehingga hipotesis alternatif yang
diajukan dalam penelitian ini ditolak Artinya
naik atau turunnya kurs Rp/US$ tidak
mempengaruhi impor barang konsumsi di
Indonesia.
Impor barang konsumsi di Indonesia
dipengaruhi secara signifikan oleh pendapatan
nasional Indonesia (PDB) dan berhubungan
positif. Dimana thitung lebih besar dibandingkan
dengan ttabel (3,283 >2,0484) pada taraf tingkat
kepercayaan 95% (prob = 0,0125). Akibatnya Ho
ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis
alternatif yang diajukan dalam penelitian ini
diterima Artinya semakin tinggi pendapatan
nasional Indonesia maka akan meningkatkan
impor barang konsumsi di Indonesia.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis
lakukan maka dari itu ada beberapa saran
sebagai berikut :
Pemerintah harus lebih sering melakukan
10
promosi hasil produk dalam negeri kepada
masyarakat guna menumbuhkan kecintaan
bangga terhadap hasil produk dalam negeri guna
mengurangi tingkat impor barang konsumsi.
Pemerintah diharapkan dapat lebih
membantu dalam hal persaingan hasil produk
dalam negeri dalam melawan serbuan barang
luar negeri apalagi ditambah dengan pasar
persaingan terbuka masa kini sehingga
pemerintah harus lebih siap membantu
perkembangan hasil barang dalam negeri seperti
lebih mempermudah pengizinan pendirian hasil
usaha
anak
negeri
dan
memnatu
mempromosikannya didalam event dalam
maupun luar negeri guna tetap menjaga
persaingan dengan produk luar negeri.
Masyarakat lebih mencintai hasil dalam
negeri daripada barang produk luar negeri karena
kualitas hasil barang dalam negeri lebih baik
daripada produk luar negeri selain kualitas yang
baik jika masyarakat membeli barang dalam
negeri juga dapat menambah lapangan pekerjaan
baru.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Rahman. 14 Maret 2010. Jurnal Ekonomi
dan
Bisnis.
Jakarta.
UII
Syarif
Hidayatullah
Arsyad,
Lincolin.
2004.
Pembangunan
edisi
Yogyakarta.STIE YKPN.
Biro
Ekonomi
keempat.
Pusat Statistik (BPS), (2000-2010).
Sumatera Barat. Statistik Indonesia
------------------------------.(2000-2010) Indikator
Ekonomi. Sumatera Barat
Bank Indonesia (BI) Cabang Padang. (19952009).
Laporan
Tahunan
Bank
Indonesia. Padang
Efendi, Rustam.Desember 2009. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Vol. 8, No. 3.
Froyen, Richard T. 2003. Macroeconomic
“Theories and Policies. Carahnya
prentice-Hall
Gujarati, Damodar N. 1999. Dasar-Dasar
Ekonometrika. Erlangga. Jakarta.
____________.
2007.
Dasar-Dasar
Ekonometrika, Edisi 3 Jilid 1.
Jakarta. Erlangga.
Hasan, Iqbal.1999. Pokok Materi Statistik 2
(Statistik Inferensial). Jakarta.
Bumi Aksara.
Harahap, Rasyid karimun.”Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Impor kedelai
di Indonesia”. Medan
Jhingan, L.M. 2003. Ekonomi Pembangunan
dan Perencanaan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Krugman, Paul R. dan Maurice. Obstfeld. 2000.
Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan.
Edisi Kelima. Jilid 2.
Jakarta:
PT.
Indeks
Kelompok
Gramedia.
Lindart, Peter H.1999. Ekonomi Internasional,
edisi Kesembilan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mankiw,
N.Gregory.1999.Teori
Ekonomi
Makro. Jakarta. Erlangga.
___________.2000.
Pengantar
Makro. Jilid 2. Jakarta Erlangga.
Ekonomi
___________.2003 Teori Ekonomi Makro.
Jakarta. Erlangga
Nicholson, Walter. 2002. Mikro Ekonomi
Intermediate dan aplikasinya. Erlangga.
Jakarta
Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional. Edisi ke
empat. Yogyakarta. BPFE
_______.1996.Ekonomi Internasional. Edisi ke
empat. Yogyakarta. BPFE
Nordhaus, Samuelson. 2000. Ilmu Ekonomi
Mikro. Jakarta: Global Edukasi
Nirwanto. 2000. “Analisis Ekspor Manufaktur
atas perubahan Kurs Rupiah
terhadap Dollar AS”.jurnal : Program
Studi
Ekonomi
Pembangunan
Universitas Gajah Mada.
Rinaldy, Eddy. 2000. Kamus Perdagangan
Internasional. Jakarta: PT Raja Grafindo
Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar Teori
Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta.PT
Raja Grafindo Persada.
Salvatore,
Dominick. 2001. Managerial
Economics Dalam Perekonomian
Global Jilid 1 Edisi Keempat.
Erlangga. Jakarta.
Santoso, Singgih. 2002. SPSS Mengolah Data
Statistik
Secara
Profesional.
Gramedia; Jakarta.
Soediyono.1996.
Ekonomi
Internasional.
(Pengantar Lalu Lintas Pembayaran
Internasional). Yogyakarta: Liberty
Soekartiwi.1994.Teori Ekonomi Produksi.
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
12
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi
Moderen:Perkembangan
Pemikiran
Dari Klasik Hingae Keynesian Baru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
____________.
2001.
Pengantar
Teori
Ekonomi. Jakarta: FE-UI.
____________. 2002. Pengantar Teori Makro
Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
____________. 2003. Pengantar Teori Mikro
Ekonomi. Jakarta.PT Raja Grafindo
Persada.
____________ 2004. Teori Makro Ekonomi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syahrianengsih. 2010. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ekspor kopi Indonesia
ke Amerika Serikat”.Skirpsi : Program
Studi Ekonomi Pembangunan Universitas
Negeri Padang. (Tidak Dipublikasikan)
Syarifuddin A. Bakar. 1 April 2010 Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Vol. 9, No.:71–78
dengan judul “Analisis Kausalitas antara
Ekspor
dan
Impor
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia”.
Banda Aceh.
Bank Indonesia, www.bi.go.id
Badan Pusat Statistik, www.bps.go.id
www. Repository.go.id
Download