1 KETIDAKSEIMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA DOMAIN PEMBELAJARAN Yuberti Program Studi Pendidikan Fisika FTK, IAIN Raden Intan Lampung; E-mail: [email protected] Abstract: Generally, the result of teaching and learning process pointed to three basic aspects, they are; cognitive, affective, and psycomotoric that must be achieved by the students. These three aspects can not be divided because they are a unity. Teaching and learning hold one important aspect in education, that is to develop and empower cognitive, affective, and psycomotoric to create students effectively. The three domains should be underwritten in teaching learning process they cover lesson planning, lesson implementation, the result of evaluation and supervision of teaching and learning process. Based on the concept result teaching and learning throughly, the teacher are obligated to make instruments for three domains in teaching and learning process and it’s application. Various kind of evaluation are made to get the responsibly result of students’ teaching and learning can describe students ability comprehensively. Abstrak: Secara umum, hasil pembelajaran mengarah pada tiga hal pokok yang harus mampu dicapai peserta didik, yaitu Afektif, Kognitif dan Psikomotorik. Ketiga hal ini tidak boleh dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Pembelajaran sebagai salah satu aspek penting dalam pendidikan memegang peranan mengembangkan dan memberdayakan domain kognitif, afektif, dan psikomotor bagi peserta didik secara seimbang. Keseimbangan pengembangan dan pemberdayaan ketiga domain tersebut harus tertuang dengan jelas dalam proses pembelajaran, meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Berdasarkan konsep hasil belajar yang bersifat menyeluruh, sudah menjadi keharusan bahwa guru harus membuat instrumen pada ketiga ranah dalam pembelajaran tersebut dan melakukan penerapan penilaiannya. Berbagai bentuk penilaian dibuat untuk memperoleh hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggungjawabkan serta benar-benar dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara komprehensif. Kata kunci: domain pembelajaran, instrumen penilaian, ketidakseimbangan, 2 diharapkan guru dapat mengembangkan PENDAHULUAN instrumen dan pedoman penilaian sesuai Disadari atau tidak, proses pendidikan di sekolah sekarang porsinya masih lebih pada aspek kognitif atau transfer of knowledge saja. Salah satu hal yang kadang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk belajar di kelas. Kadangkala mempraktikkan Duduk, peserta “5D“ Dengar, didik yaitu Diam, Datang, dan bahkan dengan bentuk dan teknik penilaian. Tetapi fakta dilapangan berbicara lain, ditemukan bahwa instrumen penilaian hanya berada di ranah kognitif saja, sementara instrumen penilaian pada ranah afektif, lebih-lebih lagi instrumen riil terlihat bahwa proses pembelajaran. Peserta didik kadangkala merasa “terpaksa” datang dan menghabiskan waktunya di kelas. Apalagi apabila guru masih terbiasa untuk menjadikan peserta didiknya pendengar yang baik karena guru masih yakin bahwa satu-satunya cara untuk mengajar dengan cepat adalah dengan menggunakan metode ceramah. yang lebih menyedihkan adalah guru tidak pernah melakukan melakukan penilaian pada kedua ranah ini. Padahal jika dilihat secara umum, proses pendidikan menuju pada tiga hal pokok yang harus mampu dicapai peserta didik, yaitu Afektif, Kognitif dan Psikomotorik. Afektif berkaitan dengan sikap, moral, etika, akhlak, dan manajemen emosi. Kognitif berkaitan dengan aspek pemikiran, transfer ilmu, logika, dan analisis. Sedangkan Psikomotorik berkaitan dengan praktik atau aplikasi apa yang sudah diperolehnya melalui jalur Berdasarkan pengalaman menjadi kognitif. asesor pada saat melakukan akreditasi, banyak hal yang diperoleh,selain informasi tentang hal-hal pokok meliputi Standar Isi, Standar ranah psikomotorik jarang ditemukan bahkan hal mungkin Dengkur. Berdasarkan observasi, kondisi penilaian proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, Standar penilaian yang disesuaikan dengan kondisi riil sekolah tersebut, yang penulis garis bawahi adalah standar penilaian. Pada standar penilaian Pengembangan dan penyempurnaan kurikulum mata pelajaran pada sekolah merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah. Indikator keberhasilan dari pembaharuan kurikulum tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan pada pola kegiatan belajar mengajar, memilih media pendidikan, dan 3 menentukan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan di sekolah. memperoleh keutuhan gambaran (profil) prestasi Pembaharuan kurikulum akan lebih dan kemajuan belajar siswa sekolah. bermakna bila diikuti oleh perubahanperubahan praktek pembelajaran di kelas yang dengan sendirinya akan mengubah praktek-praktek praktek penilaian. penilaian di Selama kelas menekankan aspek kognitif. ini masih Penilaian tersebut lebih diarahkan pada penguasaan bahan yang diujikan dalam bentuk tes obyektif dan kurang menggunakan cara dan alat evaluasi yang lebih bervariasi. Untuk itu sistem penilaian perlu dirubah. Ke depan, dalam pembelajaran guru mutlak perlu menerapkan instrument pada ketiga domain pembelajaran. ranah yang dinilai perlu diperluas termasuk sikap dan keterampilan. Penilaian perlu menggunakan alat dan cara yang bervariasi dalam pengumpulan informasi untuk menilai kemajuan hasil belajar siswa. Dengan demikian, penilaian berbasis kelas Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. 1. Aspek Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah Dalam pembelajaran, semua mata pelajaran, PEMBAHASAN dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan berbagai bentuk kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: model penilaian resmi maupun tidak resmi secara berkesinambungan. Keseimbangan instrumen penilaian pada ketiga domain pembelajaran diharapkan bermanfaat untuk a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) seseorang adalah untuk kemampuan mengingat-ingat 4 kembali (recall) atau mengenali pada jenjang pemahaman kembali tentang nama, istilah, ide, misalnya: rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa menjawab pertanyaan guru Bahasa mengharapkan Indonesia kemampuan untuk peserta mengenai menggunkannya. Pengetahuan atau intrinsik ingatan adalah merupakan proses memberi berfikir yang paling rendah. Salah kalimat sendiri. satu contoh hasil belajar kognitif didik ini cerita c. Penerapan unsur-unsur pendek contoh dapat dengan menggunakan (application) adalah seseorang untuk pada jenjang pengetahuan adalah kesanggupan dapat menghafal rukun Islam dan menerapkan atau menggunakan ide- menuliskannya ide umum, tata cara ataupun metode- dengan berurutan, sebagai salah satu materi pelajaran metode, kedisiplinan yang diberikan oleh rumus, teori-teori dan sebagainya, guru Pendidikan Agama Islam di dalam sekolah. kongkret. b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang prinsip-prinsip, situasi yang rumus- baru Penerapan ini dan adalah merupakan proses berfikir setingkat untuk lebih tinggi dari pemahaman. Salah mengerti atau memahami sesuatu satu contoh hasil belajar kognitif setelah sesuatu itu diketahui dan jenjang penerapan misalnya: Peserta diingat. Dengan kata lain, memahami didik mampu memikirkan tentang adalah mengetahui tentang sesuatu penerapan konsep kedisiplinan yang dan dapat melihatnya dari berbagai diajarkan Islam dalam kehidupan segi. Seorang peserta didik dikatakan sehari-hari baik memahami sesuatu apabila ia dapat keluarga, sekolah, memberikan masyarakat. penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci d. Analisis dilingkungan (analysis) maupun adalah tentang hal itu dengan menggunakan kemampuan seseorang untuk merinci kata-katanya Pemahaman atau menguraikan suatu bahan atau kemampuan keadaan menurut bagian-bagian yang berfikir yang setingkat lebih tinggi lebih kecil dan mampu memahami dari ingatan atau hafalan.Salah satu hubungan di antara bagian-bagian contoh hasil belajar ranah kognitif atau faktor-faktor yang satu dengan merupakan sendiri. jenjang 5 faktor-faktor lainnya. Jenjang untuk membuat pertimbangan analisis adalah setingkat lebih tinggi terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, dari jenjang aplikasi. Contoh: Peserta misalkan jika seseorang dihadapkan didik dan pada beberapa pilihan maka ia akan memikirkan dengan baik tentang mampu memilih satu pilihan yang wujud terbaik dapat merenung nyata dari kedisiplinan sesuai dengan patokan- seorang siswa di rumah, di sekolah, patokan atau kriteria yang ada. Salah dan dalam kehidupan sehari-hari di satu contoh hasil belajar kognitif tengah-tengah masyarakat, sebagai jenjang evaluasi adalah: peserta didik bagian dari ajaran Islam. mampu menimbang-nimbang tentang e. Sintesis (syntesis) adalah manfaat yang dapat dipetik oleh kemampuan berfikir yang merupakan seseorang yang berlaku disiplin dan kebalikan dapat dari proses berfikir menunjukkan analisis. Sisntesis merupakan suatu negatif proses yang memadukan bagian- seseorang yang bersifat malas atau bagian atau unsur-unsur secara logis, tidak sehingga menjelma menjadi suatu akhirnya sampai pada kesimpulan pola penilaian. yang membentuk sintesis terstruktur pola baru. kedudukannya atau yang disiplin, akan akibat-akibat menimpa sehingga pada Jenjang setingkat Keenam jenjang berpikir ranah lebih tinggi dari jenjang analisis. kognitif bersifat kontinum dan overlap Salah satu hasil belajar kognitif dari (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih jenjang sintesis ini adalah: peserta tinggi meliputi semua ranah yang ada didik dapat menulis karangan tentang dibawahnya. pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam. 2. Aspek Afektif f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) merupakan berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah jenjang berpikir paling tinggi dalam afektif mencakup watak perilaku seperti ranah perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Bloom. kognitif adalah Ranah afektif adalah ranah yang dalam Penilian/evaluasi taksonomi di sini Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap merupakan kemampuan seseorang seseorang dapat diramalkan perubahannya 6 bila seseorang telah memiliki kekuasaan peserta didik bahwa disiplin wajib di kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil tegakkan, sifat malas dan tidak di belajar afektif akan tampak pada peserta siplin harus disingkirkan jauh-jauh. didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah b. Responding (menanggapi) afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam mengandung arti “adanya partisipasi lima jenjang, yaitu: (1) Receiving (2) aktif”. Jadi kemampuan menanggapi Responding (3) Valuing (4) Organization adalah kemampuan yang dimiliki (5) characterization by evalue or calue oleh complex. mengikutsertakan dirinya secara aktif a. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), seseorang dalam fenomena untuk tertentu dan adalah membuat reaksi terhadapnya salah kepekaan seseorang dalam menerima satu cara. Jenjang ini lebih tinggi rangsangan (stimulus) dari luar yang daripada jenjang receiving. datang kepada dirinya dalam bentuk c. Valuing (menilai/menghargai). masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Menilai atau menghargai artinya Termasuk dalam jenjang ini misalnya memberikan nilai atau memberikan adalah: kesadaran dan keinginan penghargaan terhadap suatu kegiatan untuk atau menerima stimulus, obyek, kegiatan gejala atau rangsangan yang datang dirasakan akan membawa kerugian dari luar. Receiving atau attenting atau penyesalan. Valuing adalah juga sering diberi pengertian sebagai merupakan tingkat afektif yang lebih kemauan untuk memperhatikan suatu tinggi lagi daripada receiving dan kegiatan atau suatu objek. Pada responding. Dalam kaitan dengan jenjang ini peserta didik dibina agar proses belajar mengajar, peserta mereka bersedia menerima nilai atau didik tidak hanya mau menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada nilai yang diajarkan tetapi mereka mereka, mau telah berkemampuan untuk menilai menggabungkan diri ke dalam nilai konsep atau fenomena, yaitu baik itu atau mengidentifikasikan diri atau buruk. Bila suatu ajaran yang dengan nilai itu. Contah hasil belajar telah mampu mereka nilai dan afektif jenjang receiving, misalnya: mampu mereka untuk tidak apabila mengontrol dan menyeleksi gejala- dan itu sehingga dikerjakan, mengatakan “itu 7 adalah baik”, maka ini berarti bahwa e. Characterization by evalue or calue peserta didik telah menjalani proses complex (karakterisasi dengan suatu penilaian. Nilai itu mulai dicamkan nilai atau komplek nilai), yakni (internalized) dalam dirinya. Dengan keterpaduan semua sistem nilai yang demikian nilai tersebut telah stabil telah dimiliki oleh seseorang, yang dalam peserta didik. Contoh hasil mempengaruhi pola kepribadian dan belajar efektif jenjang valuing adalah tingkah lakunya. Proses internalisasi tumbuhnya kemampuan yang kuat nilai pada diri peseta didik untuk berlaku tertinggi dalam suatu hirarki nilai. disiplin, baik disekolah, dirumah Nilai maupun di tengah-tengah kehidupan konsisten pada sistemnya dan telah masyarakat. mempengaruhi emosinya. Ini adalah d. Organization (mengatur mengorganisasikan), mempertemukan perbedaan telah itu menempati telah tempat tertanam secara atau merupakan tingkat efektif tertinggi, artinya karena sikap batin peserta didik telah nilai benar-benar bijaksana. Ia telah sehingga terbentuk nilai baru yang memiliki phyloshopphy of life yang universal, pada mapan. Jadi pada jenjang ini peserta perbaikan umum. Mengatur atau didik telah memiliki sistem nilai mengorganisasikan yang yang membawa merupakan telah mengontrol tingkah pengembangan dari nilai kedalam lakunya untuk suatu waktu yang satu sistem organisasi, termasuk di lama, dalamnya karakteristik “pola hidup” tingkah hubungan satu nilai denagan nilai lain. Pemantapan dan lakunya perioritas dapat nilai yang telah sehingga menetap, diramalkan. membentu konsisten dan Contoh hasil dimilikinya. Contoh nilai efektif belajar afektif pada jenjang ini jenjang organization adalah peserta adalah didik mendukung penegakan disiplin kebulatan sikap wujudnya peserta nasional yang telah dicanangkan oleh didik menjadikan perintah Allah bapak SWT yang tertera di Al-Quran presiden peringatan hari nasional tahun 1995. Soeharto pada kemerdekaan siswa menyangkut kedisiplinan telah memiliki disiplinan, sekolah, di baik rumah 8 maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. a. Gerakan Refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya : 3. Ranah Psikomotor melompat, Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. b. Gerakan dasar (basic fundamental seseorang menerima pengalaman belajar movements) tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah tanpa latihan tapi dapat diperhalus yang berhubungan dengan aktivitas fisik, melalui praktik gerakan ini terpola misalnya lari, melompat, melukis, menari, dan dapat ditebak seperti gerakan tak dan berpindah: bergoyang, membungkuk, sebagainya. Hasil belajar ranah gerakan ini muncul psikomotor dikemukakan oleh Simpson merentang, mendorong, menarik, (1956) yang menyatakan bahwa hasil memeluk, berputar. Gerakan belajar psikomotor ini tampak dalam berpindah: merangkak, bentuk perlahan-lahan, muluncur, berjalan, keterampilan kemampuan belajar bertindak psikomotor (skill) dan individu. Hasil ini sebenarnya berlari, maju meloncat-loncat, mengitari, memanjat. berputar Gerakan merupakan kelanjutan dari hasil belajar manipulasi: menyusun balok/blok, kognitif (memahami sesuatu) dan hasil menggunting, menggambar dengan belajar afektif (yang baru tampak dalam krayon, memegang dan melepas bentuk objek, kecenderungan-kecenderungan blok atau mainan. berperilaku). Hasil belajar kognitif dan Keterampilan gerak tangan dan jari- hasil belajar afektif akan menjadi hasil jari : memainkan bola, menggambar. belajar psikomotor apabila peserta didik c. Gerakan telah menunjukkan perilaku atau perbuatan obilities) tertentu meningkat sesuai dengan makna yang persepsi gerakan (Perceptual sudah karena perseptual. lebih dibantu terkandung dalam ranah kognitif dan ranah kemampuan afektif. Ranah psikomotor menjadi lebih menangkap bola dan mendrible bola. rinci lagi ke dalam enam jenjang, yaitu: Gerakan sambil Seperti menjaga keseimbangan memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang 9 ukurannya alfabet, bervariasi, dan menulis membedakan suara berbagai binatang. gerak efektivitas pembelajaran. Untuk itu, penilaian tersebut membutuhkan analisa d. Gerakan kemampuan fisik (Psycal abilities) dan memberikan umpan balik tentang lebih dan batasan pengataman serta ukuran bagi efisien, pendidik dalam mengukur sejauhmana berkembang melalui kematangan dan pemahaman, keahlian dan sikap peserta belajar didik seperti menggerakkan pada saat proses setelah otot/sekelompok otot selama waktu menyelesaikan tertentu, berlari jauh, mengangkat Seyogyanya bagi pendidik harus mengerti beban,dan menarik-mendorong. dan memahami suatu bentuk analisa dan e. Gerakan terampil movements) berbagai dapat tingkat suatu dan pembelajaran. (Skilled penilaian hasil belajar pada peserta didik, mengontrol yang terdiri pada penilaian pada ranah gerak-terampil, kognitif (pengetahuan), pada ranah afektif tangkas, cekatan melakukan gerakan (sikap) yang sulit dan rumit (kompleks) (keahlian/implementasi). Penilaian hasil seperti melakukan gerakan terampil belajar ini tentu akan menjadi beragam berbagai cabang olahraga, menari, pada masing-masing peserta didik karena berdansa, membuat kerajinan tangan, dipengaruhi oleh latar belakang peserta menggergaji, didik, mengetik, bermain piano, dan memanah. maka ranah keahlian psikomotor pendidik juga menjadi faktor penting dalam memberikan f. Gerakan indah dan kreatif (Nondiscursive dan communication) mengkomunikasikan perasaan penilaian pada hasil belajarnya. Keseimbangan tiga ranah-penilaian yang dilakukan oleh pendidik harus melalui gerakan seperti melakukan memuat keseimbangan tiga ranah; kognitif, senam tingkat tinggi dan bermain psikomotorik, dan afektif. Karena itu perlu drama (acting). diperhatikan hal-hal sebagai berikut; Penilaian dalam pembelajaran a).Penilaian aspek kognitif dilakukan dapat membantu peserta didik untuk setelah siswa mempelajari satu kompetensi memperkuat belajarnya, dasar yang harus dicapai, b).Penilaian aspek memperbesar daya ingat dan transfer afektif dilakukan selama berlangsungnya belajarnya, pemahaman kegiatan belajar mengajar, baik di dalam peserta didik terhadap keberadaan dirinya maupun di luar kelas, c). Penilaian aspek motivasi memperbesar 10 psikomotorik dilakukan selama pemerintah daerah maupun sekolah, (5) berlangsungnya proses kegiatan belajar Diseminasi informasi yang kurang efektif. mengajar. Nampak jelas deskriptif pada ketiga SIMPULAN ranah tersebut, sehingga cukup terinci dan terarah apabila guru akan Dalam banyak kasus, penilaian tidak membuat dilakukan berdasarkan standar yang akurat, instrumen penilaian pada ketiga ranah hanya berdasarkan keyakinan, pengetahuan tersebut serta melakukan implementasi dan pengalaman guru terhadap kondisi penilaiannya. Hanya sangat siswa. Banyak guru merasa tidak cukup disayangkan kreatifitas dalam siap untuk melakukan penilaian pada tiga saja, guru mengembangkan instrumen penilaian pada ranah ketiga ranah tersebut masih sangat lemah. komprehensif. Alasan beberapa guru tidak melakukan dikemukan oleh guru terkait pelaksanaan keseimbangan penilaian pada ketiga ranah penilaian pada ranah kognitif, afektif dan tersebut, akan menghabiskan waktu yang psikomotorik, tetapi guru yang sadar akan relatif lebih lama. Keadaaan semacam ini tugas merupakan salah satu penyebab enggannya melakukan gurun seyogyanya untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan Banyak ini secara alasan tanggungjawabnya proses yang dalam dan hasil belajar melakukan apa yang pembelajaran yang memfokuskan pada seharusnya dilakukan. Sangat disadari penilaian proses dan penilaian hasil. bahwa tidak mudah untuk melakukan Kondisi ini sesuai dengan apa yang keseimbangan instrumen penilaian pada dikemukan oleh Baedhowi bahwa tidak ketiga domain pembelajaran, apalagi jika mudah untuk melaksanakan penilaian yang dikaitkan dengan penerapannya di kelas. mengacu pada tiga ranah hasil belajar, Tetapi yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik kepuasan guru apabila bisa berkarya karena adanya berbagai faktor, antara lain : sesederhana apapun dan sekecil apapun. (1) Komitmen yang masih rendah, (2) Walaupun guru merupakan salah satu Kemampuan dan pengetahuan yang kurang komponen dari sistem pendidikan tapi memadai, (3) Keterbatasan sarana dan ditangan gurulah, kesuksesan pembelajaran daya penunjang, (4) Adanya political will akan tercapai. baik dari dari pemerintah pusat, bukankah, menjadi suatu hal 11 Learning. New Jersey: Pearson REFRESENSI education, Inc, 2007. Anderson, Lorin W. and Krathwohl, David R. A. Taxonomy for learning, teaching, and Assessing: A Revisi of Bloom”s Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged edition. Addison Wesley Longman, Inc. 2001. Burke, Kay. How to Assess Authentic Learning. Fifth Edition. New Delhi. Mathura Road, 2009. Driscoll, Marcy P. Psychology of Learning for Instruction, Second Edition. Massachusetts: Pearson Educational Company. 2000. Gagne, Robet M et al., Principles of Instructional Design. Colonia Polanco: Thomson Learning, Inc. 2005. Gredler, Margaret E. Bell. Learning and intruction Theory into Practice, Pearson Education, Inc, 2009 Meyer,” Authentic Assessment”. http://.learner.org/channel/workshop /socialstudies/pdf/session7/7.perform ance assessment. Pdf (diunduh tanggal 20 April 2010). Smaldino, Sharon E., Deborah L Lowther, James D. Technology Russel. and Instructional media for