Rancang Bangun Perangkat Pengukur Jumlah Tetes Cairan Infus

advertisement
 Rancang Bangun Perangkat Pengukur Jumlah Tetes Cairan Infus Dengan
Memanfaatkan LED
William Andrian1, Retno Wigajatri Purnamaningsih2
1
Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing
Departermen Teknik Elektro, Universitas Indonesia
Kampus baru UI, Depok 16424, Indonesia.
Email: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai desain dan rancang bangun perangkat pengukur jumlah
tetes cairan infus. Perangkat ini bekerja dengan memanfaatkan LED inframerah (IR383)
dengan panjang gelombang 940 nm dan fotodioda PIN (NTE3033) dengan respon panjang
gelombang 700 - 1050 nm sebagai komponen utama. Perangkat ini didesain agar dapat
mendeteksi jumlah tetesan cairan infus dalam selang waktu tertentu dan dapat memberikan
informasi secara otomatis melalui tampilan pada LCD, serta bunyi alarm jika terjadi masalah
pada perangkat infus atau cairan infus sudah habis. Dari hasil pengujian perangkat dengan
menggunakan 3 jenis cairan yaitu ringer asetat (warna bening), vitamin b kompleks (warna
merah), dan tutofusin (warna kuning) dengan 3 jenis kecepatan tetes infus, didapat bahwa
warna cairan tidak berpengaruh terhadap tingkat keakuratan perangkat. Namun demikian,
semakin tinggi kecepatan tetes, semakin besar kesalahan perangkat. Tingkat kesalahan
maksimal perangkat yang diperoleh adalah 3,85 % yang sesuai dengan standar FDA.
Kata Kunci: Tetes Infus, Photodiode, LED, ATmega 8535 The Design of an Infusion Drop Counter Measuring Device Using LED
Abstract
In this final project, the device operated by using an Infrared LED (IR383) with 940 nm
wavelength and a photodiode (NTE3033) with wavelengths response ranging from 700nm 1050 nm as the main components of the device. This device was designed to determine the
number of infusion drops and send the information automatically to an LCD display as well
1 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
as to sound the alarm in case problems occurred with the infusion set or if the infusion liquid
was finished. Testing of the device was performed using three kinds of infusion liquids with
three different colours, namely: Ringer Lactate (transparent), Vitamin B Complex (red), and
Tutofuchsin (yellow). Three kinds of flow rates were also applied. The results of the
experiments showed that colours could not affect the accuracy of the drop counting device
while flow rate could affect the accuracy of the drop counting device. The test results showed
the higher the speed drops, the greater the device error. The test results showed a maximum
degree of error of the device was 3.85 percent which was in accordance with the FDA
standard.
Keywords : Infusion drops, LED, Photodiode, ATmega 8535
1.
Pendahuluan
Infus merupakan alat bantu untuk memasukkan zat cair ke dalam tubuh melalui pembuluh
darah. Hal ini dilakukan agar cairan nutrisi atau cairan obat dapat bereaksi lebih cepat
dibandingkan jika cairan tersebut dimasukkan melalui mulut. Metode pengobatan semacam ini
dinamakan terapi intravena atau terapi IV, yaitu pemberian infus atau cairan secara langsung
ke dalam sebuah vena (pembuluh balik).
Namun metode ini mempunyai banyak kekurangan di mana kecepatan tetes cairan pada
drip chamber akan berkurang seiring dengan berkurangnya cairan infus pada kantung infus.
Oleh karena itu perawat harus sering memeriksa kondisi peralatan infus di kamar pasien. Hal
ini tentu tidak praktis. Selain itu pada kondisi tertentu terdapat kendala yang sering terjadi di
rumah sakit, seperti keterbatasan jumlah perawat atau ketika terjadi lonjakan jumlah pasien,
pergantian jadwal jam kerja, dan lain - lain. Hal tersebut membuat pasien tidak dapat segera
ditangani dan apabila cairan infus telah habis tentu hal ini dapat membahayakan pasien.
Oleh karena itu bermunculan teknologi infus yang lebih canggih seperti infusion pump dan
syringe pump. Alat – alat tersebut sangat baik, tetapi biaya yang dikeluarkan pasien untuk
mendapatkan fasilitasi seperti itu sangatlah mahal, karena peralatan yang demikian hanya
diproduksi di luar negeri dan harus diimpor. Akibatnya hanya segelintir pasien yang mampu
menggunakan fasilitas tersebut. [1]
2 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Oleh karena itu penulis temotivasi untuk membuat skripsi yang berjudul RANCANG
BANGUN
PERANGKAT
PENGUKUR
JUMLAH
TETES
INFUS
DENGAN
MEMANFAATKAN LED.
2.
Rancang Bangun Perangkat
Gambar 2.1 Diagram blok cara kerja perangkat pengukur jumlah tetes cairan infus
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat diagram cara kerja perangkat pengukur jumlah tetes
cairan infus secara keseluruhan. Atmega 8535 digunakan sebagai pusat pengatur perangkat.
LED dan Photodiode digunakan sebagai komponen utama sensor pengukur jumlah tetes
cairan infus.
Gambar rancang bangun perangkat pengukur jumlah tetes cairan infus secara lengkap
dapat dilihat pada Gambar 2.2
3 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Gambar 2.2 Rangkaian perangkat pengukur jumlah tetes secara keseluruhan
4 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
2.1 Pengukur Jumlah Tetes Cairan Infus
Rancang bangun pengukur jumlah tetes dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Rancang Bangun Pengukur jumlah tetes cairan infus
Rangkaian elektronika di atas terdiri dari komponen – komponen sebagai berikut :
LED Infrared
Light Emitting Diode adalah divais semikonduktor/dioda yang dapat memancarkan cahaya
inframerah. LED inframerah yang digunakan dalam perangkat pengukur jumlah tetes cairan
infus adalah LED IR383 yang mempunyai panjang gelombang cahaya sebesar 940 nm.
Fotodioda
Fotodioda adalah jenis alat pendeteksi cahaya berupa dioda yang mampu mengkonversi
cahaya menjadi arus listrik maupun tegangan listrik, tergantung pada cara beroperasinya.
Fotodioda yang digunakan adalah fotodioda PIN NTE3033 yang mempunyai respon panjang
gelombang 700 - 1050 nm. Pada rangkaian ini, komponen fotodioda dipasang pada mode
photoconductive karena rangkaian fotodioda digunakan untuk mendeteksi cahaya dan
meningkatkan watu respons. Hal ini dapat dilakukan dengan memasang fotodioda pada mode
reverse bias. Kaki anoda dipasang pada kutub negatif rangkaian dan kaki katoda dipasang
pada kutub positif.
Komparator
Komparator merupakan komponen yang membandingkan 2 tegangan atau arus masukan
dan menjadikan tegangan atau arus output yang mengindikasikan diantara 2 tegangan atau
5 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
arus yang lebih besar. Komparator biasanya digunakan di dalam alat seperti analog digital
converter (ADC). Komparator pada rangkaian ini berfungsi untuk mengubah besar tegangan
output dari fotodioda menjadi nilai biner
yang dapat dimegerti oleh mikrokontroller.
Komparator yang digunakan pada rangkaian ini adalah IC LM324 seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Rangkaian Komparator
Rangkaian komparator pada Gambar 2.2 terdiri dari IC LM324, sebuah potensiometer
(trimpot) 5 kΩ dan sebuah pull up resistor. Masukan kutub (-) pada komparator berasal dari
keluaran fotodioda. Sedangkan kutub (+) pada komparator dihubungkan dengan trimpot atau
potensiometer. Prinsip kerja komparator adalah sebagai berikut. ketika nilai tegangan pada
kutub(-) komparator lebih besar daripada kutub (+) maka nilai tegangan output = 0 akibat dari
output komparator dihubungkan ke ground dari power supply komparator. Ketika nilai
tegangan pada kutub (+) lebih besar daripada kutub (-) maka nilai tegangan output sama
dengan besar nilai tegangan supply untuk komparator akibat dari hubungan ke ground
mempunyai nilai hambatan yang sangat besar sehingga output terhubung langsung dengan
power supply komparator sesuai dengan logika matematika sebagai berikut:
!!"# ≤ !!! !ℎ!"# !! > !!" !"#! 0 2.2 Low Cost Micro System
Low Cost Micro System merupakan sistem minimum yang dibutuhkan oleh mikroprosessor
agar dapat mengatur perangkat pengukur jumlah tetes infus sesuai dengan kebutuhan. Low
Cost Micro System dibuat oleh innovatif electronic (indonesia). Komponen komponen yang
terdapat pada Low Cost Micro System dapat dilihat pada Gambar 2.3.
6 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
ATMega 8535
Mikrokontroler AVR ( Alf and Vegard’s Risc processor ) memiliki arsitektur 8 bit, dimana
semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit ( 16-bits word ) dan sebagian besar instruksi
dieksekusi dalam 1 ( satu ) siklus clock. Mikrokontroler AVR berteknologi RISC ( Reduced
Instruction Set Computing ). Secara umum, AVR dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu
keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega dan keluarga AT86RFxx. Secara garis
besar, mikrokontroller ATmega 8535 terdiri dari 4 port yaitu PORT A, B, C, D. Walaupun
demikian, rangkaian yang dapat dihubungkan ke mikrokontroller harus sesuai dengan fungsi
dari port tersebut. Fungsi-fungsi tersebut dapat kita ketahui dengan membaca datasheet
mikrokontroller tersebut.
Oscilator
Oscillator merupakan sebuah rangkaian elektronik yang memproduksi sinyal elektronik
yang berulang-ulang atau berosilasi. Sinyal yang dihasilkan berbentuk gelombang sinus atau
gelombang persegi. Oscillator yang digunakan pada Low Cost Micro System merupakan
sebuah crystal oscillator. Komponen ini berfungsi sebagai clock eksternal
pada
mikroprosessor ATmega 8535.
Regulator
Regulator merupakan sebuah komponen (yang biasanya dirangkai beserta komponen
lainnya) didesain untuk menstabilkan dan mengubah nilai tegangan baik AC maupun DC,
tergantung dari rangkaian di dalam chipsetnya. IC Regulator 7805 yang terdapat pada Low
Cost Micro System berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 9 Volt DC yang merupakan
besar tegangan input Low Cost Micro System menjadi 5 Volt DC yang merupakan besar
tegangan yang dibutuhkan oleh mikroprosessor dan rangkaian elektronika.
7 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Gambar 2.3 Low Cost Micro System [2]
USART
USART merupakan singkatan dari Universal Synchronous Asynchronous Receiver
Transmitter. USART sering disebut juga Serial Communication Interface atau SCI. USART
merupakan metode komunikasi serial standart yang biasa digunakan antarmuka atau interface
8 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
antara mikroprosessor atau sejenisnya dengan komputer sehingga keduanya bisa saling
berkomunikasi.
Sistem minimum Low Cost Micro System menggunakan kabel RS-232 sebagai USART
untuk menghubungkan antara komputer dengan mikroprosessor. Laptop yang digunakan tidak
memiliki slot untuk kabel RS-232, atau yang biasa disebut juga DB9, maka digunakan
converter RS-232 – USB atau Universal Serial Bus sehingga port USB pada komputer dapat
digunakan sebagai jalur komunikasi USART. Pin yang digunakan mikroprosessor sebagai
USART adalah port D.0 dan port D.1 yang di mana hal tersebut sudah terkonfigurasi pada
sistem minimum low cost micro system. Sehingga mikroprosessor dapat menerima informasi
dari laptop dan memberikan informasi kepada laptop. Dengan demikian display dapat
ditampilkan pada layar komputer.
ISP
ISP atau In-System Programming
merupakan metode pemrograman yang membuat
mikrokontroller AVR dapat diprogram secara berkali-kali tanpa harus memisahkan
mikrokontroler dari sistem minimumnya hanya dengan menggunakan 3 kabel antarmuka
Serial Peripheral Interface (SPI) yang sederhana.
Dengan metode pemrograman ISP, mikrokontroler tidak perlu dilepas dari sistemnya
seperti metode pemograman lainnya. Hal ini tentu menghemat waktu dan biaya. Selain itu, hal
ini memungkinkan untuk melakukan pembaharuan program yang ada di dalam
mikrokontroller dengan mudah dan praktis. Sistem minimum Low Cost Micro System
menggunakan chipset pemograman yang bernama DI-USB AVR ISP V2. Chipset ini dibuat
oleh
Depok
Instrument
(Indonesia).
Chipset
ini
digunakan
untuk
memprogram
mikrokontroller secara ISP, tanpa harus melepas mikrokontroller dari Low Cost Micro System.
2.3 Fasilitas tambahan
LCD, buzzer, dan keypad merupakan 3 komponen yang digunakan sebagai fasilitas
tambahan pada infus sehingga dapat membantu perawat dalam mengontrol kondisi infus dan
pasien.
LCD
LCD pada perangkat pengukur jumlah tetes cairan infus digunakan untuk menampilkan
jumlah tetes cairan infus sehingga dapat membantu perawat dalam mengontrol dan mengatur
9 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
dosis cairan infus. LCD menampilkan informasi yang berasal dari mikrokontroller dan input
dari keypad. Tipe komponen LCD yang digunakan dalam perangkat pengukur jumlah tetes
adalah LMB162AFC. Hubungan antarmuka antara LCD dengan mikrokontroller Atmega
8535 dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Hubungan antarmuka antara LCD dengan Atmega 8535 [3]
Buzzer
Buzzer pada perangkat pengukur jumlah tetes berfungsi sebagai alarm. Buzzer akan
berbunyi ketika selang infus bermasalah atau ketika cairan infus pada botol telah habis. Hal ini
dapat membantu perawat dalam hal mengontrol dosis cairan infus. Buzzer terhubung dengan
mikrokontroller sesuai dengan konfigurasi yang terdapat pada Gambar 2.5
Gambar 2.5 Buzzer
10 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Keypad
Keypad pada perangkat pengukur jumlah tetes cairan infus digunakan sebagai alat untuk
memasukkan batas minimal kecepatan cairan infus atau dosis yang ingin disalurkan kepada
pasien. Dengan demikian, alarm akan berbunyi jika kecepatan tetes cairan infus lebih lambat
dari batas minimum kecepatan tetes dari input keypad. Hubungan antarmuka antara keypad
dengan mikroprosessor ATmega 8535 dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Hubungan antarmuka antara keypad dengan Atmega 8535
Pada Gambar 2.6 dapat dilihat bahwa port C pada mikroprosessor ATmega 8535
dihubungkan dengan keypad. Pin baris keypad dihubungkan dengan resistor sebagai pull up.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa nilai logika dari pin kolom keypad yang
dihubungkan dengan mikroprosessor bernilai 1. Dengan demikian maka mikroprosessor dapat
“mengetahui” apakah tombol telah ditekan.
3. Pemograman
Pada tahap ini, mikrokontroller diprogram melalui komputer agar rangkaian elektronika
dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan. Bahasa pemograman C dan program Codevision AVR
digunakan sebagai sarana untuk pemograman ini.
Secara garis besar, bagian pertama program menerangkan mengenai bagaimana cara
mikrokontroller mendeteksi jumlah tetesan cairan infus. Bagian kedua program menerangkan
mengenai timer yang bekerja pada mikrokontroller beserta fungsi alarm dan LCD.
11 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Gambar 3.1 Flowchart pengukur jumlah tetes cairan infus
Gambar 3.1 menggambarkan flowchart bagian pertama pada program mengenai
pendeteksian jumlah tetesan cairan infus. Variabel – variabel yang digunakan dan inisialisasi
untuk register mikrokontroller ditentukan pada bagian pertama. READ ADC merupakan nilai
tegangan input yang dibaca oleh mikrokontroller dalam bentuk nilai digital. Last dan cur
merupakan variabel pengganti tegangan input sehingga dapat mendeteksi perubahan nilai
tegangan input. Counter1 dan counter2 merupakan variabel jumlah tetesan air pada drip
chamber. Counter1 diperuntukkan untuk menghitung jumlah tetesan air per menit sedangkan
counter 2 diperuntukkan untuk menghitung jumlah tetesan air keseluruhan pada tabung infus.
Ketika terjadi perubahan tegangan yaitu penurunan tegangan pada saat tetesan air
menghalangi cahaya pada fotodioda tersebut maka mikrokontroller akan mendeteksi hal
tersebut. Lalu ketika terjadi kenaikan tegangan kembali ketika tetesan air melewati fotodioda
maka mikrokontroller akan mendeteksi hal tersebut. 1 tetesan akan terhitung pada
mikrokontroller ketika terjadi 1 penurunan tegangan dan 1 kenaikan tegangan
12 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Gambar 3.2 Flowchart pemograman timer serta fungsi alarm dan LCD
Gambar 3.19 menggambarkan flowchart bagian kedua pada program mengenai timer
serta fungsi alarm dan LCD. Timer didefinisikan sebagai clock cycle pada mikrokontroller
ATmega 8535 sebesar 1 detik. Artinya mikrokontroller dapat mendefinisikan waktu 1 detik.
Dengan demikian mikrokontroller ATmega 8535 dapat pula mendefinisikan waktu 1 menit =
60 detik. Dalam waktu 60 detik mikrokontroller akan menghitung jumlah tetesan air
(counter1) pada drip chamber. Setelah itu nilai variabel jumlah tetesan air (counter1 dan
counter2) ditampilkan pada LCD dan komputer. Lalu, alarm akan berbunyi jika jumlah tetesan
air < 3 tetes per menit. Lalu variabel jumlah tetesan air (counter1) dan nilai detik akan direset
menjadi 0 kembali.
13 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Gambar 3.3 Flowchart cara kerja keypad.
Selanjutnya beralih pada pemograman cara kerja keypad. Pada Gambar 2.6 telah
diperlihatkan mengenai hubungan antarmuka antara keypad dengan mikroprosessor sehingga
didapat flowchart seperti pada Gambar 3.3.
Pada Gambar 3.3 dijelaskan mengenai bagaimana mendefinisikan tombol – tombol yang
terdapat pada keypad sehingga mikroprosessor dapat mengerti dan keypad tersebut dapat
digunakan sebagai input dosis cairan infus untuk pasien. Sehingga nantinya perawat dapat
mengatur kecepatan tetes cairan infus hanya dengan memasukkan input besar dosis atau
kecepatan tetes yang diinginkan dengan menekan tombol keypad ketika pertama kali infus
dinyalakan. Selanjutnya kecepatan tetes cairan infus akan dikendalikan oleh motor stepper
secara otomatis.
4. Pengujian Rangkaian Dan Analisa
Pengujian rangkaian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keakuratan dari perangkat
pengukur jumlah tetes cairan infus, menguji apakah program sudah benar, dan pengujian
fungsi alarm dan LCD. Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan cara membandingkan
jumlah tetesan cairan dalam drip chamber hasil pengamatan dengan nilai yang terdapat pada
LCD dengan acuan bahwa nilai hasil pengamatan mata adalah nilai yang sebenarnya. Selain
14 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
itu juga pengujian dilakukan dengan mengkondisikan jika jumlah tetesan cairan infus per
Rata -­‐ Rata Persentase Error (%) menit sama dengan nol tetes, apakah alarm berbunyi.
Rata -­‐ Rata Tingkat Kesalahan Perangkat 2.5 2 1.5 Bening Kuning 1 Merah 0.5 0 Lambat Sedang Cepat Kecepatan Gambar 4.1 Grafik rata- rata persentase error pada perangkat
Pertama, pengujian dilakukan dengan menghitung jumlah tetesan cairan menggunakan 3
jenis cairan infus dengan warna yang berbeda pada 3 jenis kecepatan yang berbeda selama 1
menit. Warna cairan infus yang digunakan mewakili warna zat yang umum digunakan pada
dunia medis. Warna bening mewakili zat ringer asetat yang digunakan untuk menambah ion
pada tubuh pasien yang mengalami dehidrasi. Warna kuning mewakili zat tutofusin yang
digunakan pada pengobatan penyakit hati. Warna merah mewakili vitamin B kompleks untuk
pasien yang kekurangan vitamin B. Selanjutnya dilakukan penghitungan % error untuk
mengetahui tingkat keakuratan dari perangkat pengukur jumlah tetes cairan infus.
Penghitungan % error dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
! = !! − !!
∗ 100% (1)
!!
Keterangan : E = persentase error, Ns = jumlah tetesan hasil pengamatan, dan Np = jumlah
tetesan yang tertera pada LCD. Setelah itu dibuat grafik data percobaan rata – rata persentase
15 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
error untuk mengetahui pengaruh warna dan kecepatan tetes cairan infus terhadap tingkat
keakuratan perangkat pengukur jumlah tetes.
Melalui gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa maksimal rata – rata persentase error yang
dihasilkan oleh percobaan adalah kurang dari 2.5 %. Dengan demikian persentase error pada
perangkat pengukur jumlah tetes lebih kecil daripada 5 %. Hal ini memenuhi standar FDA
(Food and Drug Administration), yaitu nilai rata – rata persentase error yang diperbolehkan
agar infusion pump dianggap baik dan dapat digunakan oleh rumah sakit.
Alarm atau buzzer akan berbunyi selama 11 detik jika kecepatan tetes infus yang terdeteksi
kurang dari 3 tetes per menit dan jumlah tetes lebih dari 9600 tetes dihitung sejak infus
digunakan. Kecepatan tetes kurang dari 3 tetes per menit mengindikasikan bahwa selang infus
bermasalah atau cairan infus telah habis. Untuk memastikan bahwa alarm akan berbunyi jika
infus telah habis maka diperhitungkan terlebih dahulu jumlah tetes dalam 1 botol cairan infus
yang penuh. Dalam percobaan digunakan 500 ml botol infus dan infusion set 20 tetes / ml.
Maka dapat diperkirakan jumlah tetes yang akan terjadi sebanyak 10000 tetes. Dengan
demikian jika jumlah tetes lebih dari 9600 tetes maka alarm juga berbunyi.
5. Kesimpulan
Dari hasil pengujian di laboratorium terhadap perangkat hasil rancang bangun dan analisa
data yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa telah berhasil dilakukan pembuatan
rancang bangun perangkat pengukur jumlah tetes cairan infus dengan menggunakan LED dan
fotodioda sebagai komponen utama dengan alarm dan LCD sebagai display. Rancang bangun
perangkat pengukur jumlah tetes mempunyai tingkat kesalahan maksimal sebesar 3.85 %. Hal
ini sesuai dengan standar FDA yang mensyaratkan persentase error atau tingkat kesalahan
infusion pump harus lebih kecil dari 5 %. Untuk penggunaan cairan infus 500 mL dan infusion
set dengan 20 tetes / mL, alarm pada perangkat pengukur jumlah tetes akan berbunyi jika
jumlah tetes infus / menit kurang dari 3 tetes dan jumlah tetes infus dari awal melebihi 9600
tetes. Hal tersebut mewakili kondisi saat infus tidak mengalir sempurna atau habis.
16 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
6. Referensi
[1] R C Gupta et all, “Design and Implementation of Controlled drug infusion system”,
Journal of Scientific and Industrial Research( Oktober 2005 ), hal. 761-766
[2] Innovative Electronic (Indonesia). Manual Low Cost Micro System.
[3] Wardhana, Lingga. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535
Simulasi, Hardware, dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.
[4] Donald A Neamen 1996, “Electronic circuit analysis and design”, university of new
mexico. WCB/McGraw – Hill.
[5] Brian W Kernighan, Dennis M Ritchie 1978, “The C programming language”. Prentice
Hall.
17 Rancang bangun…, William Andrian, FT UI, 2013
Download