BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sasaran utama dari perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006:68). Hal ini salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemegang saham (investor) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional (manajer). Akan tetapi, dengan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan maka kedua pihak tersebut memiliki kepentingan berbeda. Hal ini menimbulkan potensi konflik kepentingan antara pihak-pihak (prinsipal dan agen) dalam perusahaan (Wulandari, 2006). Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemegang saham. Adanya asimetri informasi antara kepentingan. manajer Konflik dan pemegang kepentingan tersebut saham menimbulkan mendorong manajer konflik untuk memaksimalkan utilitasnya dengan mengorbankan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Monks dan Minow (2001) dalam Sam’ani (2008) mendefinisikan corporate governance sebagai tata kelola perusahaan yang di dalamnya menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. 1 2 Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam upaya untuk meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, dewan direksi, para pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain yang sesuai dengan tanggung jawabnya. Mekanisme corporate governance adalah metode yang digunakan pada tingkat perusahaan untuk memecahkan masalah tata kelola perusahaan. Mekanisme internal adalah unsur yang selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan (Linda dan Febriyanti, 2010). Di Indonesia sendiri GCG masih tergolong lemah. Yang terjadi pada kebanyakan perusahaan di Indonesia khususnya BUMN adalah belum mampu melaksanakan pengelolaan perusahaan secara professional (Zakarsyi,2008:8). Penelitian lain juga menunjukan bahwa tingkat perlindungan investor di Indonesia merupakan yang terendah di Asia Tenggara (Sutedi,2011:5). Bahkan menurut hasil survey ACGA (Asian Corporate Governance Association) pada 11 negara terhadap pelaku bisnis asing di Asia tahun 2014 menempatkan Indonesia sebagai Negara terburuk dibidang corporate governance. 3 Gambar 1. 1 Hasil Survey ACGA pada 11 Negara Pemerintah maupun investor harus mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik corporate governance. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pengelolaan perusahaan corporate governance dalam bidang ekonomi merupakan hal yang dianggap penting seperti yang terjadi dalam pemerintahan negara. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisasi. Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, menjadikan perusahaan berumur panjang dan bias dipercaya. Ada beberapa prinsip yang dibutuhkan untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat, yaitu transparansi (transparency), 4 kemandirian (independency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility) dan kewajaran (fairness). Kelima prinsip ini kemudian dikenal sebagai prinsip-prinsip GCG. Di Indonesia perusahaan BUMN adalah perusahaan yang di tuntut untuk melakukan Good Corperate Governance. Penulis mengambil 2 contoh perusahaan BUMN yang diduga melakukan penyelanggaran Good Corperate Governance. Salah satu perusahaan BUMN yaitu PT Garuda Indonesia ini telah menerapkan prinsip GCG dan meraih penghargaan sebagai The Most Trusted Company dua kali berturutturut pada 2009 dan 2010. Dengan penghargaan itu, Garuda dianggap sangat terpercaya dalam transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness. Namun dilihat dari penerapan Good Corperate Governance PT Garuda Indonesia Tbk , Terdapat kisruh sejumlah pilot lokal yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG). Dan dari sisi kinerja keungaannya dalam laporan keuangan tengah tahun, PT Garuda Indonesia (Persero) mengalami kerugian sepanjang semester I sebesar Rp 185,73 miliar. Pendapatan Garuda sebenarnya naik dari Rp 7,75 triliun menjadi Rp 11,21 triliun. Namun beban usaha Garuda, juga melonjak lebih tinggi dibanding periode sebelumnya (kompasiana.com). Selain itu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan diri sebagai emiten BUMN dengan pertumbuhan kerugian terbesar hingga 1.838%. Pada semester I/2014, Garuda membukukan rugi bersih hingga US$211,7 juta dari sebelumnya rugi US$10,9 juta. (www.Finasialbisnis.com) 5 Sedangkan Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa Konstruksi melakukan rekayasa laporan keuangan. Saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana tahun lalu. Direktur Utama Waskita yang baru, M. Choliq yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan PT AdhiKarya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tak sesuai, dimana ditemukan kelebihan pencatatan Rp 400 miliar. Dewan Direksi periode sebelumnya diduga melakukan rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi tahun kedepan sebagai pendapatan tahun tertentu.( kompasiana.com). Perusahaan konstruksi pelat merah, PT WaskitaKarya (Persero) Tbk juga berencana mengalokasikan dividen senilai Rp 100,31 miliar atau 20 persen dari total laba bersih 2014 yang sebesar Rp 501 miliar. Alokasi tersebut menurun jika dibandingkan dengan pembagian dividen tahun lalu yang sebesar Rp 110,41 miliaratau 30 persendari total labaRp 368,059 miliar. (www.cnnindonesia.com). Untuk keselurahan perusahaan BUMN sendiri dilihat dari kinerjanya, target dividen BUMN pada tahun buku 2014 sebesar Rp 40 triliun tidak tercapai. Sebab, sejumlah perusahaan merugi dalam jumlah besar. Setoran dividen tahun 2014 hanya mencapai Rp 36,2 triliun atau kurang Rp 3,8 triliun dari target. (www.Tempo.co) Dilihat dari 2 kasus perusahaan BUMN ini dirasakan BUMN dikelola secara kurang transparan dan kurang professional, sehingga jauh dari prinsip good corporate governance. BUMN diharapkan sebagai penggerak pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan penerimaan Negara, namun kinerja BUMN ini optimal 6 dalam pengelolaannya sehingga tidak sebanding dengan besarnya asset yang dimilikinya (www.bpk.co.id). Salah satu penyebabnya adalah lemahnya penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan di Indonesia, seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pasar modal yang masih under-regulated, lemahnya pengawasan komisaris, dan terabaikannya hak minoritas (Kusumawati dan Riyanto, 2005:248). Sedangkan fungsi dari penilaian atau pengukuran kinerja adalah sebagai alat bantu dalam proses pengambilan keputusan, juga untuk memperlihatkan kepada investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan bahwa perusahaan memiliki krediblitas yang baik. Dalam menilai kinerja perusahaan investor biasanya memacu kepada laporan keuangan. Indikator yang digunakan sebagai pengukur variabel harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui ketepatannya. Tobin’s Q sebagai salah satu indikator pengukur variabel kinerja perusahaan dari perspektif investasi telah diuji di berbagai situasi manajemen puncak (Wolfe, and Sauaia, 2003). Tobin’s Q salah satu indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya tentang nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu performa manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Nilai Tobin’s Q menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang, L.H.P., 1989) atau potensi pertumbuhan perusahaan. Nilai Tobin’s Q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham (market value of all outstanding stock) dan nilai pasar hutang (market value of all debt) dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang ditempatkan dalam aktiva 7 produksi (replacement value of all production capacity), maka Tobin’s Q dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan. Dalam pengukuran menggunakan Tobin’s Q, standar yang ditetapkan sebagai nilai acuan adalah satu. Tobin’s Q menyatakan bahwa nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan nilai aktivanya, yang diasumsikan disini adalah sama dengan satu. Jika nilai Tobin’s Q dari suatu perusahaan besarnya lebih dari satu, maka perusahaan akan dianggap baik oleh pasar, karena hal ini menandakan nilai pasar perusahaan lebih besar dari aktiva perusahaan yang tercatat. Namun, jika sebaliknya, maka perusahaan akan dianggap tidak terlalu baik oleh pasar karena pencatatan nilai aktivanya melebihi nilai pasar perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu diantaranya yang dilakukan oleh Black . (2003) dan Gompers (2003) dalam W. Drobetz (2003), telah membuktikan bahwa dengan meningkatkan praktek corporate governance dalam perusahaan maka meningkatkan kinerja perusahaan (yang ditunjukkan oleh nilai Tobins Q). Hal yang sama juga diungkapkan oleh W.Drobetz (2003), yang menemukan bukti dalam penelitiannya bahwa perusahaan dengan tingkat corporate governance yang tinggi dapat menghasilkan kinerja yang baik (dengan nilai Tobins Q yang tinggi). Klapper dan Love (2003) dalam Drobetz (2003), juga menegaskan bahwa ada tingkat korelasi yang tinggi antara indikator mekanisme corporate governance dengan kinerja dan market valuation. Dengan kata lain dengan diterapkannya mekanisme corporate governance dalam suatu perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan 8 tersebut. Hasil-hasil penelitian tersebut secara empiris dapat menjelaskan bahwa corporate governance yang diukur secara berbeda-beda sama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan Variabel Good Corperate Governance yang akan dipakai, Dewan direksi dalam penelitian ini diukur menggunakan jumlah dewan direksi. Maryanah dan Amilin (2011) dalam penelitiannya menyatakan jumlah dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hapsoro (2008) dan bertentangan dengan Gil dan Obradovich (2012) yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Wulandari (2006), Bayrakdaroglu (2012), dan Romano (2012) menyatakan jumlah dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hapsoro (2008), Maryanah dan Amilin (2011) serta Abbasi (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006), Darwis (2009), dan Romano (2012) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dewan komisaris independen dengan kinerja keuangan. Gil dan Obradovich (2012) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan Maryanah dan Amilin (2011) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Bayrakdaroglu (2012), Hapsoro (2008), dan Darwis (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja 9 keuangan. Hasil penelitian Darwis (2009) dan Abbasi (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan Wulandari (2006) dan Hapsoro (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari latar belakang diatas dan penelitian terdahulu, menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “PENGARUH GOOD CORPERATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014 ”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana gambaran GCG yang diukur melalui Dewan direksi, dewan komisaris independen, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan instusional ? 2. Bagaimana gambaran kinerja keuangan perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan pengukuran Tobin’s Q ? 3. Bagaimana pengaruh Dewan direksi, dewan komisaris independen, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan instusional.terhadap kinerja keuangan perusahaan secara simultan maupun parsial pada periode 20102014 ? 10 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui gambaran GCG yang diukur Dewan direksi, dewan komisaris independen, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan instusional. 2. Untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan pengukuran Tobin’s Q. 3. Untuk mengetahui pengaruh Dewan direksi, dewan komisaris independen, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan instusional.terhadap kinerja keuangan perusahaan secara simultan dan parsial pada periode 2010-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Penulis berharap penelitian ini berguna bagi: 1. Bagi investor atau perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran atas penilaian kinerja suatu perusahaan. Dan hasil penelitian diharapkan perusahaan dapat lebih terbuka kepada investor mengenai kinerja perusahaan dan mengurangi tindakan tindakan yang dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Sedangkan bagi investor, penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan kepada 11 pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami corperate governance dalam manajemen keuangan. 2. Bagi penulis, diharapkan berguna untuk menambah ilmu dalam bidang Manajemen Keuangan khususnya tentang mekanisme corporate governance (GCG) dan juga kinerja keuangan. 3. Bagi pihak yang membutuhkan, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan juga sebagai bahan kajian lebih lanjut atas penelitian sejenis. 1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi , suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,2011). Sedangkan metode verifikatif dapat diartikan sebagai metode untuk menguji kebenaran hipotesis yang juga berarti menguji kebenaran teori (Nazir,2010). Metode penelitian verifikatif ini bertujuan untuk menjawab permasalahan mengenai pengaruh penerapan good corporate governance ( Dewan direksi, dewan komisaris independen, kepemilikan saham manajerial, dan kepemilikan instusional) 12 sebagai variabel independen dan Kinerja perusahaan ( Tobin’s Q ) sebagai variabel dependen. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan penerapan good corporate governance dengan kinerja perusahaan, digunakan hipotesis tentang penerapan good corperate governance dengan kinerja perusahaan secara simultan, digunakan uji F, sedangkan untuk menguji pengaruh secara parsial digunakan uji t statistik 2 pihak. Adapun teknik pengumpulan data yaitu melalui beberapa cara antara lain : 1. Studi kepustakaan Yaitu suatu teknik dengan cara berikut : a. Mempelajari buku – buku referensi yang berhubungan dengan apa yang akan dibahas. b. membaca sumber – sumber lainnya yang akan berhubungan dengan materi yang akan di teliti. 2. Studi Lapangan Melakukan penelitian secara tidak langsung ke perusahaan yaitu dengan melakukan penelitian melalui official website perusahaan yang diteliti untuk memperoleh laporan tahunan ( annual report) selama 5 tahun yaitu periode 2010-2014. 13 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan perusahaan-perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis melakukan browsing internet melalui situs web http://idx.co.id dan literaturliteratur yang dipelukan dalam penelitian ini.