6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gerakan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Gerakan Berulang
a. Pengertian Gerakan Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan sedikit variasi gerakan. (Budiono, 2003:
Tarwaka, 2011).
Setiap gerakan berulang pada lengan/pergelangan tangan
disarankan dengan frekuensi 10 gerakan/menit, jika lebih dari itu maka
termasuk dalam tingkat resiko pengulangan tinggi. Hal tersebut
menjadi
referensi
untuk
semua
pekerjaan
berulang
pada
lengan/pergelangan tangan, yang memberikan kondisi optimal atau
tidak signifikan untuk semua faktor risiko lainnya (tekanan, postur,
faktor tambahan, kurangnya waktu pemulihan) (Dellemen dkk, 2004).
b. Macam Gerakan Berulang
Menurut Burroughs (1996) gerakan berulang tangan dapat
berupa gerakan sebagai berikut:
6
7
1) Menjangkau
Menjangkau
(Reach)
merupakan
gerakan
untuk
memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan tertentu.
(Burroughts, 1996; Tarwaka, 2011).
2) Mengangkut (Move)
Mengangkut
adalah
elemen
gerakan
dasar
yang
dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu obyek
dari satu lokasi ke lokasi tujuan tertentu (Burroughts, 1996;
Tarwaka, 2011).
3) Memutar (Turn)
Memutar adalah merupakan gerakan memutar tangan
sepanjang sumbu tangan atau lengan bawah. Gerakan ini dibagi
berdasarkan kondisi tangan waktu memutar, yaitu, Reach-turn
adalah jika tangan dalam keadaan kosong. Move-turn adalah
tangan terdapat objek (Burroughts, 1996; Tarwaka, 2011).
4) Memegang (Grasp)
Memegang adalah gerakan yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk menguasai sebuah atau beberapa obyek baik dengan
jari atau dengan tangan untuk memungkinkan melaksanakan
gerakan dasar berikutnya (Burroughts, 1996; Tarwaka, 2011).
8
5) Melepas (Release)
Melepas adalah gerakan untuk membebaskan kontrol atas
suatu obyek oleh jari atau tangan (Burroughts, 1996; Tarwaka,
2011).
6) Mengarahkan (Position)
Mengarahkan
dilaksanakan
untuk
adalah
sebuah
elemen
menggabungkan,
gerakan
yang
mengarahkan,
atau
memasangkan suatu obyek dengan obyek lainnya (Burroughts,
1996; Tarwaka, 2011).
c. Hal-hal yang mempengaruhi gerakan berulang
Gerakan berulang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
(Boediono dkk, 2005) :
1) Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses pekerjaan
berulang.
2) Besarnya atau seringnya penggunaan otot.
3) Lamanya pekerjaan yang dilakukan.
Apabila dalam pekerjaan tersebut tidak banyak dilakukan
gerakan, maka waktu yang diperlukan dalam melakukan gerakan yang
sama akan menjadi lebih pendek, sehingga pekerja akan lebih sering
melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang (Boediono dkk,
2005).
9
d. Pengukuran Gerakan
Pengukuran
gerakan
berulang dapat
dilakukan
dengan
pengamatan secara langsung yaitu pengukuran dengan menggunakan
stopwatch untuk melihat frekuensi gerakan berulang yang dilakukan
pekerja dalam satuan waktu. (Dellemen dkk, 2004; Karwowski dkk,
1998).
2. Carpal Tunnel Syndrome
a. Pengertian Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome merupakan sindrom yang timbul
akibat nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel yang berada
di pergelangan tangan. Sehingga menimbulkan rasa nyeri, kebas dan
kesemutan pada daerah jari-jari dan tangan (Kurniawan dkk, 2008;
Tana dkk, 2009).
Carpal Tunnel Syndrome secara khas menyebabkan rasa
nyeri dan parestesi atau rasa baal di daerah syaraf median pada
tangan di bagian ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan telapak tangan.
Gejalanya akan terasa berat pada malam hari atau bengkak yang
menyebabkan ketidakmampuan kondisi pergelangan tangan, karena
tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang melalui
pergelangan tangan (Carpal Tunnel) yang sempit, di bawah
ligamentum karpal transversal (Davies, 2007; Komalasari, 2010).
10
b. Mekanisme Carpal Tunnel Syndrome
Terowong Carpal terletak di pergelangan tangan yang
merupakan
terowongan
sempit
yang
berada
didalam
dasar
pergelangan tangan. Bagian bawah dan sisi terowongan ini dibentuk
oleh pergelangan tangan tulang di bagian atas ditutupi oleh sebuah
band yang kuat dari jaringan ikat yang disebut ligamentum karpal
transversal. Perjalanan syaraf dari lengan bawah ke tangan melalui
terowongan pergelangan tangan. Saraf median mengontrol di bagian
ibu jari, jari telunjuk jari tengah dan sebagian jari manis. Saraf juga
mengontrol otot-otot disekitar dasar ibu jari dan terdapat tendon yang
disebut tendon fleksor. Tendon dan nervus memberikan fungsi
sensibilitas dan pergerakan pada ibu jari (Aeres, 2013;
Cooney,
2010).
Carpal tunnel syndrome terjadi ketika jaringan sekitar tendon
fleksor membengkak dan memberikan tekanan pada saraf median
sehingga memepersempit ruangan karpal. Pembengkakan tendon
mengurangi ruang di terowong dan menjepit saraf median yang
teksturnya lebih lembut daripada tendon. Tekanan pada saraf median
dapat melukai saraf median, sehingga aliran darah ke tangan
berkurang dan menyebabkan cedera. Cedera tersebut menghasilkan
sensasi nyeri, kesemutan dan tangan menjadi kaku (Aeres, 2013;
Cooney, 2010).
11
Gambar 1. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal Tunnel Syndrome.
Sumber : Davies, Kim.2007. Buku Pintar Nyeri Tulang Dan Otot:
Petunjuk Lengkap Perawatan Seluruh Persendian Otot Dan
Tulang Punggung. Airlangga: Jakarta.
c. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kejadian
Carpal
Tunnel
Syndrome
1) Faktor Individu
a) Usia
Bertambahnya usia menyebabkan cairan synovial pada
sendi
akan
berkurang,
sehinnga
dapat
menyebabkan
pembengkakan pada sendi dan berkurangnya kemampuan
elastisitas tulang, otot ataupun urat yang dapat meningkatkan
12
risiko terjadinya carpal tunnel syndrome (Saerang dkk, 2015;
Pratiwi dkk, 2014).
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin memperngaruhi kejadian carpal tunnel
syndrome. Prevalensinya Carpal Tunnel Syndrome lebih besar
terjadi pada wanita sebesar 3:1 daripada pria. Hal ini
disebabkan ukuran Carpal Tunnel pada wanita lebih kecil
daripada pria. (Rambe, 2004; Tarwaka, 2011).
2) Riwayat Penyakit
a) Pregnancy (kehamilan)
Carpal tunnel syndrome banyak diterima oleh ibu
hamil karena perubahan hormonal dan peningkatan volume
darah sehingga menyebabkan peningkatan volume cairan
ekstraseluler dalam tubuh. Peningkatan cairan ekstraseluler
tersebut dapat meningkatkan tekanan pada carpal tunnel dan
menimbulkan berbagai gejala Carpal Tunnel Syndrome.
(Burroughs, 1996; Rambe, 2004; Rom, 2007).
b) Diabetes Melitus
Carpal Tunnel Syndrome ini juga sering terjadi
berkaitan dengan kelainan yang menimbulkan kelainan saraf
iskemik seperti diabetes melitus. Timbulnya neuropati pada
penderita diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah,
13
tetapi pada lamanya penderita mengidap diabetes. Semakin
lama menderita diabetes maka semakin tinggi pula rasa
kesemutan itu muncul (Burroughs, 1996; Ginsberg, 2007,
Rom, 2007)
c) Arthritis Rheumatoid
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit dimana
persendian secara sistematis mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan dan nyeri
yang mengakibatkan
kerusakan pada bagian dalam sendi. Dalam hal ini, saraf
terjepit bukan akibat pembesaran otot melainkan sendi di
pergelangan
tangan
berubah
bentuk.
Reumatik
juga
menimbulkan kesemutan, biasanya gejala terjadi pada pagi
hari dan menghilang pada siang hari (Burroughs, 1996; Rom,
2007).
d) Obesitas
Obesitas dapat menjadi penyebab pembengkakan dan
penebalan tenosynovium. Ini akan mempersempit ruangan
pada syaraf median dalam terowongan karpal (Aeres, 2013;
Pratiwi dkk, 2014; Rom, 2007).
14
3) Faktor Eksternal
a) Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan
kontraksi
otot
bertambah.
Kontraksi
statis
ini
yang
menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Aeres,
2013; Tarwaka, 2011).
b) Tekanan
Tekanan terjadi pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan
otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari
pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat
menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Sumamur, 2009;
Tana, 2004).
c) Sikap Kerja
Sikap kerja yang salah atau tidak alamiah seperti
membungkuk, memuntir ke samping, jongkok, berlutut akan
menambah risiko cidera pada bagian sistem musculoskeletal
(Budiono, 2003; Agustin, 2012).
d) Masa Kerja
Peningkatan masa kerja menunjukkan adanya gerakan
yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu
15
yang lama dari tahun ke tahun sehingga dapat menyebabkan
stress di sekitar terowongan karpal dan meningkatkan risiko
carpal tunnel syndrome (Agustin, 2012; Pratiwi dkk, 2014).
e) Postur tangan
Posisi kerja statis dan postur tangan tidak ergonomis
pada bahu, lengan, dan pergelangan tangan dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan peradangan pada
jaringan otot, syaraf, maupun keduanya. Pembengkakan
tersebut akan menekan saraf medianus tangan sehingga bisa
menimbulkan Carpal Tunnel Syndrome (Tarwaka, 2011).
f) Gerakan berulang
Gerakan berulang dipengaruhi oleh frekuensi gerakan
semakin tinggi frekuensi gerakan berulang tangan maka
semakin tinggi risiko terkena carpal tunnel syndrome (Aeres,
2013; Kurniawan dkk, 2008; Sumamur, 2009).
d. Gejala Carpal Tunnel Syndrome
Gejala pada tahap awal biasanya berupa parestesia, kurang
merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada jari dan setengah sisi radial jari. Keluhan parestesia biasanya
lebih menonjol di malam hari (Sumamur,2009; Mahoney, 1995;
Burroughs, 1996; Montgomery, 1998).
16
Gejala lainnya adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih
berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari
tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita
memijat atau menggerak-gerakkan tangganya atau dengan meletakkan
tangannya pada posisi yang lebih tinggi. nyeri juga akan berkurang
bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi
serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang
rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher (Rom, 2007).
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jarijari,tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari, gejala ini
akan berkurang setelah penderita mulai mempergunakan tangannya.
Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls sensoriknya
diinervasi oleh nervus medianus (Rom, 2007; Cooney, 2010).
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya
menjadi kurang terampil saat menyulam atau memungut benda-benda
kecil. Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan
dengan keluhan adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu
mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada penderita
tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot
lainnya yang diinervasi oleh nervus medianus (Cooney, 2010; Rom,
2007; Sumamur, 2009).
17
e. Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosis untuk carpal tunnel syndrome dapat dilakukan
dengan beberapa pemeriksaan menurut Rambe, 2004 yaitu :
1) Pemeriksaan Fisik
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa carpal
tunnel syndrome adalah :
a) Flick’s sign
Tes ini dilakukan dengan mengibas-ibaskan tangan
penderita atau menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan
berkurang atau menghilang maka tes ini akan mendukung
diagnosa carpal tunnel syndrome.
b) Thenar wasting
Tes ini dilakukan dengan inspeksi dan palpasi, bila
ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar maka tes ini positif.
c) Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga
dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala
seperti carpal tunnel syndrome, maka tes ini menyokong
diagnosis carpal tunnel syndrome (Cooney, 2010).
18
d) Phlaen’s test
Tes ini dilakukan dengan melakukan fleksi dan ekstensi
pada sudut 90 derajat. Bila pada waktu 60 detik timbul gejala
seperti mati rasa, kesemutan, nyeri pada tangan atau
pergelangan tangan, maka tes ini dinyatakan positif (Rambe,
2004; Rom, 2007; Weinberg, 2000).
e) Tourniquet test
Tes ini dilakukan dengan pemasangan tourniquet
menggunakan tensimeter diatas siku dengan tekanan sedikit
diatas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti
carpal tunnel syndrome, tes ini menyokong diagnosis.
f) Tinel’s sign
Tes ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan diatas
meja dan menekan-nekan bagian saraf median. Bila timbul
parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus
maka tes ini positif (Rambe, 2004; Rom, 2007; Weinberg,
2000; Cooney, 2010).
g) Pressure test
Tes ini dilakukan dengan menekan Nervus medianus di
terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam
waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti carpal tunnel
syndrome, maka tes ini menyokong diagnosis.
19
h) Pemeriksaan fungsi otonom
Tes ini dilakukan dengan memperhatikan adanya
perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas
pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
mendukung diagnosis (Ginsberg, 2007).
2) Pemeriksaan Neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a) Pemeriksaan EMG
Pada pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya
fibrilasi, polifastik, gelombang positif dan berkurangnya
jumlah motor unit pada otot-otot thenar (Ginsberg, 2007;
Weinberg, 2000; Rambe, 2004).
b) Kecepatan Hantar Syaraf (KHS)
Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal, pada yang
lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal memanjang,
menunjukkan
adanya
gangguan
konduksi
syaraf
di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitive dari
masa laten motorik (Weinberg, 2000; Rambe, 2004).
c) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar x terhadap pergelangan tangan
dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti
fraktur atau arthritis. Foto polos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada veterbra. USG,CT
20
scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama
yang akan dioperasi (Ginsberg, 2007; Rambe,2004; Weinberg,
2000).
d) Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi carpal tunnel syndrome belum jelas,
misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan
tangan yang repetitive, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormone tiroid ataupun darah
lengkap (Ginsberg, 2007; Rambe,2004).
f. Pencegahan carpal tunnel syndrome
Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan prisipprinsip ergonomi pada pekerjaan, peralatan kerja, prosedur kerja dan
lingkungan kerja sehingga dapat mengoptimalkan kinerja karyawan.
Prinsip ergonomi dapat dilakukan dengan menerapkan rotasi kerja
yaitu, dengan merotasi pekerja pada tugas dengan risiko yang
berbeda, pengembangan peralatan, waktu istirahat yang cukup,
olahraga, dll (Mahoney, 1995; Crouch, 1995).
Penyesuaian peralatan kerja dapat meminimalkan masalah
yang terjadi contohnya penyesuaian peralatan yang ergonomi kepada
pekerja, seperti penerapan tangan robot sehingga pekerja tidak perlu
bekerja dengan rangsangan berulang pada tangan dan dapat
21
mengurangi gerakan menggenggam atau menjepit dengan kuat
(Crouch, 1995; Mahoney, 1995; Tana, 2003).
Selain hal tersebut dapat dilakukan latihan untuk pekerja yang
bekerja dengan gerak berulang. Latihan pada tangan dan pergelangan
tangan yang sederhana selama 4-5 menit setiap jam dapat membantu
mengurangi
risiko
berkembangnya
carpal
tunnel
syndrome.
Peregangan dan pelatihan dapat dilakukan dengan latihan tangan
seperti fleksi, ekstensi, melemaskan jari-jari tangan, pemerasan
scapula. Latihan ini dapat memperkuat otot pergelangan tangan dan
tangan, leher serta bahu, sehingga memperbaiki aliran darah pada
daerah tersebut (Tana, 2003; Rambe, 2004).
Menurut American Academy of Orthopedic Surgeons (2010)
telah menemukan bahwa senam gerakan pergelangan tangan saat
memulai pekerjaan dan selama waktu-waktu jeda bisa membantu
mencegah carpal tunnel syndrome. Gerakan senam berupa gerakan :
1) Mengulurkan kedua tangan lurus kedepan dengan kuat dan
mengangkat kedua pergelangan tangan, jari-jari tangan hingga
dalam posisi tegak lurus dengan menahan sampai 5 kali hitungan.
2) Meluruskan kedua pergelangan tangan dan melemaskan jari-jari
tangan selama 5 kali hitungan.
3) Mengepalkan kedua telapak tangan dan menahan sampai 5 kali
hitungan.
22
4) Membengkokkan kedua
pergelangan tangan kebawah sambil
tetap mengepal dan menahan sampai 5 kali hitungan.
5) Meluruskan kembali pergelangan tangan, membuka kepalan dan
melemaskan jari-jari sampai 5 kali hitungan.
6) Mengulangi setiap gerakan 10 kali kemudian membiarkan kedua
lengan bebas dan di goyang-goyangkan selama beberapa detik.
Gambar 2. Senam Pergelangan Tangan
Sumber : American Academy of Orthopedic Surgeons (AAOS), 2010
Latihan harus dimulai dengan periode pemanasan yang singkat
disertai periode istirahat dan menghindari peregangan berlebihan pada
otot tangan dan jari-jari. Selain itu dapat dilakukan dengan pemakain
23
alat pelindung diri berupa sarung tangan sesuai dengan pekerjaan
untuk membatasi pergerakan pergelangan tangan, tidak langsung
mengenai tangan (Tana, 2003).
g. Pengobatan
Pengobatan pada fase permulaan sangat penting untuk
mengurangi keluhan carpal tunnel syndrome, sebelum kerusakan
bertambah. Bila keluhan disebabkan oleh faktor pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari, maka penanggulangan yang terpenting adalah
mengurangi aktivitas penggunaan tangan, memodifikasi pekerjaan
dan bahkan berhenti bekerja sementara. Istirahatkan tangan kurang
lebih
2
minggu,
untuk
mengurangi
pembengkakan.
Bila
memungkinkan dianjurkan untuk berhenti melakukan pekerjaan atau
mengganti jenis pekerjaan agar keluhan tidak berlanjut (Tana, 2003;
Rambe, 2004).
Cara untuk mengurangi pembengkakan dapat dilakukan
dengan hidroterapi. Hidroterapi dilakukan untuk meningkatkan
sirkulasi darah pada daerah yang sakit. Hal ini dilakukan dengan
merendam tangan dalam air panas selama 3 menit dan dilanjutkan
dengan merendam dalam air dingin selama 30 detik. Cara ini
dilakukan sebanyak 3 hingga 5 kali. Metode ini akan meningkatkan
sirkulasi lokal, dan dapat meningkatkan pasokan nutrisi serta oksigen,
membuang berbagai sisa metabolisme, mengurangi konsentrasi zat-
24
zat mediator inflamasi (peradangan), dan meredakan nyeri (Tana,
2003; Rambe, 2004).
Selain itu dapat dilakukan dengan pemakain bidai/splint pada
posisi netral akan mengurangi penekanan terhadap saraf medianus
dan mengurangi keluhan yang ada. Bidai dapat dipakai pada malam
hari atau selama berolah raga. Bila gejala sudah mulai berkurang
pasien boleh melakukan latihan pengawasan dan disarankan untuk
melakukan pelatihan relaksasi (Crouch, 1995; Tana, 2003; Rambe,
2004).
Pemakain obat-obatan contohnya obat anti inflamasi nonsteroid, injeksi setempat dengan steroid dapat diberikan bila perlu.
Fisioterapi diberikan untuk memperbaiki vaskularisasi pergelangan
tangan. Pembedahan disarankan untuk kasus carpal tunnel syndrome
yang gagal dengan pengobatan secara konservatif, keluhan sangat
mengganggu, terjadi artrofi otot, pada pemeriksaan EMG terdapat
tanda denervasi, carpal tunnel syndrome akut dengan gejala berat.
Kalau pekerja kembali bekerja lagi, perlu diperhatikan beberapa hal
yaitu posisi kerja, manipulasi alat dan tempat kerja (Tana, 2003;
Rambe, 2004; Mahoney, 1995).
25
h. Hubungan Gerakan Berulang Tangan dengan Keluhan Carpal Tunnel
Syndrome
Salah satu penyebab Carpal Tunnel Syndrome adalah postur
yang tidak ergonomis (Kurniawan dkk, 2008). Pada saat pergelangan
tangan mengalami gerakan penekanan secara berulang dalam waktu
yang lama, struktur anatomis pada terowongan karpal mengalami
trauma. Akibat trauma tersebut, terowongan karpal menyempit dan
menyebabkan penekanan pada saraf medianus, sehingga dapat
menyebabkan keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penjilid
buku (Tana dkk, 2009; Pratiwi, 2014).
Risiko gangguan muskuloskeletal meningkat ketika bagianbagian tubuh yang sama digunakan berulangkali, dengan jeda sedikit
atau kesempatan untuk beristirahat. Kegiatan yang berulang-ulang
dapat menyebabkan kelelahan otot, kerusakan jaringan, rasa sakit dan
ketidaknyamanan (Sumamur,2009; Budiono dkk, 2003) .
26
B. Kerangka Pemikiran
Gerakan berulang
pergelangan tangan
Pembengkakan
tendon pada
pergelan tangan
Carpal Tunnel
menyempit
Saraf medianus
terjepit
Keluhan Carpal
Tunnel Syndrome
Faktor internal
Jenis kelamin, riwayat
penyakit (kehamilan,
diabetes mellitus,
arthritis rheumatoid,
obesitas
1. Usia
2. Masa kerja
3. Gerakan
berulang
Gambar 3. Kerangka Berfikir
Keterangan gambar:
: yang diteliti
: tidak diteliti
Faktor eksternal
1. Getaran mekanik
2. Tekanan
3. Sikap kerja
4. Postur tangan
5. Lama kerja
27
C. Hipotesis
Ada hubungan gerakan berulang dengan keluhan carpal tunnel syndrom
pada pekerja penjilid buku di PT.Putra Nugraha Triyagan Sukoharjo.
Download