penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI
DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA
Nurmah
[email protected]
Guru SMP Negeri 6 Banawa Kabupaten Donggala
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang
Biologi di kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa. Jenis Penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan tatap muka dan satu kali
pertemuan tes akhir siklus. Subyek penelitian sebanyak 24 siswa. Tehnik pengumpulan data
menggunakan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil
belajar. Indikator keberhasilan data kuantitatif menggunakan rumus ketuntasan belajar individu
dan ketuntasan belajar klasikal. Indikator keberhasilan data kualitatif jika aktivitas guru dan siswa
berada pada kategori baik atau sangat baik. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Biologi dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa. Aktivitas siswa dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada setiap
pelaksanaan pembelajaran. Siklus I pertemuan pertemuan 1 dengan hasil 68,40% dan pertemuan 2
menjadi 71,35%. Sedangkan aktivitas guru 89,28% dengan kategori baik pada pertemuan1 dan
92,85% pada pertemuan 2 dengan kategori sangat baik. Pada siklus II akivitas siswa pertemuan 1,
71,88% dan pada pertemuan 2, 74,65% dan aktivitas guru dari 92,85% kategori sangat baik
pertemuan 1 dan 96,42% pada pertemuan 2 juga berada pada kategori sangat baik. Hasil tes
belajar siklus I diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal 70,83%, daya serap klasikal 71%.
Sedangkan hasil belajar siklus II dengan ketuntasan belajar klasikal 87,5%, daya serap klasikal
77%.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, aktivitas belajar, hasil belajar.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah
bertujuan mengubah siswa menjadi lebih
baik, cerdas dan berpotensi.
Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, banyak faktor
yang saling berkaitan dan sangat menentukan
keberhasilan siswa. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah: guru, siswa, sarana dan
prasarana, kurikulum, lingkungan, dan
metode pembelajaran. Metode pembelajaran
yang diterapkan oleh guru cenderung kurang
bervariasi sehingga pembelajaran berpusat
pada guru.
Chotimah (2007) menjelaskan bahwa
pembelajaran dengan pola berpusat pada guru
dipandang kurang efektif karena kurang
melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa,
kurang
mengembangkan
kemampuan
berkolaborasi dalam proses pembelajaran,
siswa kurang termotivasi dan bertanggung
jawab
terhadap
proses
pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
dikatakan
bahwa
pembelajaran
yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran akan lebih efektif
untuk
memotivasi
siswa
dan
akan
menumbuhkan kamampuan berpikir mandiri,
dalam hal ini meningkatkan cara berpikir
kritis dalam proses pembelajaran. Perubahan
metode
pembelajaran
dari
model
pembelajaran yang berpusat pada guru
(Teacher
Centered)
menjadi
model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (
Student Centered), merupakan perubahan
yang dapat memberi arti penting sehingga
86
87 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93
keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar dapat tercapai.
Aktivitas pembelajaran dan hasil belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa pada
mata pelajaran biologi selama ini masih
tergolong rendah.
Wikandari (2000)
menjelaskan bahwa belajar IPA tidak hanya
sekedar melihat, kemudian diingat dan
dibayangkan. Agar benar-benar mengerti dan
dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya, maka siswa bekerja untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu
bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat
dengan ide-ide, sehingga konsep-konsep
penting tersebut tertanam kuat dalam benak
siswa.
Hasil evaluasi belajar siswa yang
tergolong rendah yang disebabkan oleh (1)
aktivitas dan motivasi siswa rendah karena
kurang terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran, (2) metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru kurang bervariasi (3)
dan kerjasama diantara siswa dalam proses
belajar mengajar masih kurang.
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran biologi
dapat ditempuh dengan cara penerapan model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif memungkinkan siswa berinteraksi
satu sama lain dalam kelompoknya. Interaksi
siswa yang berkelanjutan mencerminkan
tingkat aktivitas siswa yang tinggi dalam
kelompoknya. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap siswa memiliki peran dan tanggung
jawabnya
masing-masing.
Saling
ketergantungan merupakan semangat saling
membutuhkan satu sama lain dalam
menyelesaikan tugas (Devi, 2009).
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti
menerapkan model pembelajaran kooperatif
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD)
dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division ( STAD) untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa tentang
Biologi di Kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa.
ISSN: 2089-8630
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
mendeskripsikan
penerapan
model
pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) dalam meningkatan aktivitas
dan hasil belajar siswa di kelas VIII SMPN 6
Banawa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP
Negeri 6 Banawa Kabupaten Donggala.
Pelaksanaan penelitian yaitu pada semester
ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 6 Banawa berjumlah 24 siswa
terdiri dari 9 orang laki-laki dan 15 orang
perempuan.
Desain penelitian yang dilaksanakan
terdiri dari dua siklus dengan tiap siklus
terdiri dari dua pertemuan dan satu kali
pertemuan tes akhir siklus. Desain penelitian
yang dilaksanakan adalah mengikuti desain
penelitian tindakan kelas (Arikunto, dkk.,
2012) yang terdiri dari empat tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Jenis dan sumber data adalahdata
kuantitatif dan data kualitatif. Tehnik analisa
data menggunakan rumus ketuntasan belajar
individu dan ketuntasan belajar klasikal.
Indikator keberhasilan data kuantitatif yaitu
jika
ketuntasan
belajar
perorangan
memperoleh nilai ketuntasan individu 65%
dan ketuntasan belajar klasikal diperoleh
minimal 85% (Depdiknas, 2005). Indikator
data kualitatif pembelajaran dapat dilihat dari
hasil observasi aktivitas siswa serta hasil
observasi aktivitas guru selama proses
pembelajaran. Penelitian ini dinyatakan
berhasil, jika aspek-aspek tersebut telah
berada dalam kategori baik atau sangat baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Pelaksanaan penelitian Siklus I terdiri
dua pertemuan yaitu pertemuan pertama
Nurmah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) …………88
dilaksanakan hari Jumat tanggal 21 Agustus
pembagian kelompok-kelompok belajar siswa
2015 dan pertemuan kedua hari Sabtu tanggal
pada saat pelaksanaan tindakan. Nilai awal
22 Agustus 2015. Sebelum pelaksanaan
juga digunakan untuk menentukan perolehan
tindakan terlebih dahulu menentukan nilai
skor perkembangan individu setiap siswa
awal siswa. Nilai awal pada pelaksanaan
pada saat diadakan kuis diakhir pembelajaran.
penelitian ini diambil dari hasil tes
Perolehan nilai awal siswa disajikan pada
pembelajaran sebelumnya. Nilai awal
Tabel 1
digunakan sebagai acuan untuk menentukan
Tabel 1 Data hasil nilai Awal siswa
Aspek Perolehan
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Jumlah Siswa yang tuntas
Jumlah Siswa yang tidak tuntas
Ketuntasan belajar Klasikal
Daya serap Klasikal
Rata-Rata
Hasil
24 siswa
1 Siswa (90)
1 Siswa (38)
13
11 siswa
54,17 %
64%
63,75
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
dari 24 siswa yang mengikuti tes, siswa yang
memperoleh nilai tertinggi hanya 1 siswa
dengan perolehan 90 dan nilai terendah juga 1
siswa dengan nilai 38. Terdapat 13 siswa
yang sudah tuntas dan 11 siswa yang belum
tuntas dengan nilai kriteria ketuntasan belajar
minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 73.
Daya serap klasikal (DSK) hanya mencapai
64% dan ketuntasan belajar klasikal (KBK)
54,17% dengan nilai rata-rata 63,75. Data
tersebut masih tergolong rendah jika melihat
kriteria ketuntasan belajar minimal yang telah
ditetapkan karena siswa yang belum tuntas
hampir setengah dari jumlah yang siswa
mengikuti tes.
Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa.
Data hasil observasi kegiatan guru dan
siswa siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement
Divisions
(STAD),
dilaksanakan
pada saat pembelajaran
berlangsung dan diamati oleh dua orang
teman sejawat yang bertindak sebagai
pertisipan. Hasil tersebut dapat dilihat pada
Tabel 2
Tabel 2 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Guru
No
Fase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
3
4
5
6
Indikator
Menyiapkan siswa
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyajikan materi/menyampaikan informasi
Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Evaluasi
Memberi Penghargaan
Jumlah Skor tercapai
Jumlah Skor Maksimal
Persentase
Kategori
Siklus 1 /
pertemuan
1
3
3
3
4
4
4
4
25
28
89,28
Baik
2
4
3
4
4
4
3
4
26
28
92,85
Sangat baik
89 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93
Hasil
tersebut
pada
Tabel
2
menggambarkan bahwa bservasi pelaksanaan
aktivitas guru pertemuan kesatu adalah
89,28% dan pertemuan kedua 92,85%. Hasil
observasi pada pertemuan kesatu masih
terdapat tiga indikator yang belum terlaksana
secara maksimal. Demikian juga pada
pertemuan kedua masih terdapat dua indikator
yang perlu ditingkatkan. Indikator tersebut
terdapat pada fase menyiapkan siswa,
ISSN: 2089-8630
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,
menyajikan materi/penyampaikan informasi
dan untuk pertemuan kedua terdapat pada
penyampaian informasi dan evaluasi. Hasil
observasi aktivitas guru pada siklus I baik
pertemuan pertama maupun pertemuan kedua
disimpulkan belum mencapai hasil yang
maksimal. Selanjutnya hasil pelaksanaan
observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Siswa
No
Fase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
Indikator
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyajikan materi pelajaran
Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar
Membimbing kelompok dan belajar
Evaluasi
Memberi Penghargaan
Jumlah Skor tercapai
Jumlah Skor Maksimal
Persentase
Siklus 1/
pertemuan
1
2
58,3
62,5
57,3
60,4
74,0
79,2
56,3
59,4
79,2
81,3
85,4
84.4
394
411
576
576
68,40
71,35
Hasil analisis pelaksanaan observasi
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
kegiatan siswa pada Tabel 3, menunjukkan
siklus I.
bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan
Dari hasil uraian di atas dapat
1 siklus I dengan menggunakan model
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh
aktivitas siswa dari pertemuan kesatu
rata-rata 68,40%. Perolehan ini belum
kepertemuan
berikutnya.
Meskipun
mencapai indikator yang ditentukan karena
peningkatannya tidak terlalu besar namun
masih terdapat tiga fase pembelajaran dari
pada umumnya setiap fase mengalami
enam fase yang diterapkan dengan perolehan
peningkatan. Hasil perolehan siklus 1
aktivitas belajar siswa berada pada kategori
menunjukkan bahwa kegiatan siswa belum
rendah yaitu pada fase pembimbingan
terlaksana dengan baik, hal ini terjadi karena
kelompok belajar dengan 56,3%, fase
semua indikator belum terlaksana secara
penyajian materi pembelajaran 57,3% dan
maksimal. Selanjutnya hasil tes siklus I dapat
fase penyampaian tujuan dan memotivasi
dilihat pada Tabel 4.
siswa 58,3%. Data tersebut menggambarkan
Tabel 4. Hasil Analisis Data Tes Akhir Siklus I
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek Perolehan
Jumlah Siswa
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Jumlah Siswa yang tuntas
Jumlah Siswa yang tidak tuntas
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Persentase Daya serap Klasikal
Nilai rata-rata
Siklus I
24
87
33
17
7
70,83%
71%
70,83
Nurmah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) …………90
Berdasarkan hasil tes siklus I seperti
yang terdapat pada Tabel 4. diperoleh data
yaitu dari 24 siswa yang mengikuti tes, siswa
yang tuntas sebanyak 17 orang dan yang tidak
tuntas sebanyak 7 orang, daya serap klasikal
71% dan ketuntasan belajar klasikal 70,83%
serta diperoleh nilai rata-rata yakni 70,83.
Jika dilihat dari hasil perolehan siswa di
siklus 1, salah satu indikator keberhasilan
penelitian telah
tercapai
seperti yang
ditentukan pada penelitian ini yakni daya
serap klasikal telah memenuhi ketentuan
minimal 65% namun indikator ketuntasan
belajar klasikal belum tercapai yakni minimal
85% siswa yang telah tuntas individual. Data
di atas menunjukkan hasil tes siswa siklus I
dengan menggunakan model pembelajaran
STAD belum mencapai hasil yang maksimal
sehingga penelitian ini dinyatakan belum
berhasil dan dilanjutkan kesiklus berikutnya.
Refleksi
Refleksi pelaksanaan siklus I diadakan
dengan tujuan untuk mengevaluasi data hasil
tes evaluasi akhir, hasil observasi kegiatan
guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan
dan hasil kuis tiap pertemuan. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat kekurangan dan
kelebihan pada pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran. Kekurangan yang didapatkan
pada observasi aktivitas siswa: (1) masih
terdapat siswa yang kurang termotivasi
terhadap proses pembelajaran. Hal ini
disebabkan siswa tersebut kurang mampu
bekerja sama pada diskusi kelompok serta
kurangnya referensi yang dimiliki siswa, (2)
Siswa kurang mampu mengemukakan
pendapat dalam hal menanggapi pertanyaan,
(3) hasil kuis dan tes akhir belum maksimal
dan indikator keberhasilan belum tercapai.
Sedangkan kekurangan pelaksanaan tindakan
yang terjadi pada guru adalah: (1) pemberian
apresiasi dan motivasi masih kurang
maksimal (2) pemberian penguatan dan
penghargaan pada siswa yang menjawab
pertanyaan (3) tidak mengaitkan materi
dengan pelajaran sebelumnya.
Siklus II
Perencanaan
Rencana pelaksanaan siklus II dibuat
berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan
pada siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kekurangan-kekuranagn yang
terjadi pada pelaksanaan pembelajaran siklus
I. Pada siklus II kompetensi dasar yang
dibahas adalah sistem pencernaan pada
manusia dengan materi pada pertemuan
pertama
“Makanan dan fungsinya bagi
manusia” sedangkan pertemuan kedua
kompetensi dasar yang sama dengan materi
yang berbeda yakni “Saluran pencernaan dan
kelenjar
pencernaan”.
Perencanaan
pembelajaran siklus II
yang dilakukan
peneliti antara lain: Menyusun RPP
pertemuan pertama dan kedua dengan
memperhatikan hasil refleksi siklus I,
Menyusun LKS yang akan dibahas pada
setiap pertemuan oleh kelompok-kelompok
belajar, Menyusun soal kuis yang akan
diberikan pada akhir pertemuan, Menyusun
dan mengembangkan alat evaluasi atau test
akhir siklus II untuk mengetahui ketercapaian
pembelajaran.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran Siklus II
terdiri dua kali pertemuan yaitu pertama
dilaksanakan hari Sabtu tanggal 29 Agustus
2015 dan pertemuan kedua hari Jumat tanggal
4 September 2015. Pembelajaran pada siklus
II terdiri dari dua pertemuan waktu yang
disediakan adalah 4 x 40 menit untuk
penyajian materi (dua kali pertemuan), satu
kali pertemuan 2 x 40 menit untuk
mengadakan tes siklus II.
Observasi
Hasil observasi pelaksanaan tindakan
pada siklus II yang dilakukan oleh dua orang
guru sebagai observer bahwa pelaksanaan
tindakan telah mengalami kemajuan dan
telah terlaksana sesuai rencana. Hal ini dapat
dilihat dari hasil obsevasi kegiatan guru dan
siswa
selama
proses
pembelajaran
91 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93
berlangsung. Sebagai contoh saat diskusi
kelompok berlangsung, telah terlihat beberapa
siswa begitu antusias pada kegiatan diskusi
ISSN: 2089-8630
kelompok. Demikian juga pada saat diskusi
kelas, keberanian siswa untuk tampil di depan
kelas mengalami peningkatan.
Tabel 5 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No
Fase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
Indikator
Menyiapkan siswa
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyajikan materi pelajaran
Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar
Membimbing kelompok dan belajar
Evaluasi
Memberi Penghargaan
Jumlah Skor tercapai
Jumlah Skor Maksimal
Persentase
Hasil
tersebut
pada
Tabel
5
menggambarkan
bahwa
observasi
pelaksanaan aktivitas guru siklus II telah
mencapai hasil yang maksimal meskipun
Siklus 2/
pertemuan
1
2
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
26
27
28
28
92,85
96,42
belum mencapai 100%. Pada pertemuan
kesatu persentasi ketercapaian adalah 92,85%
dan pertemuan kedua 96,42%.
Tabel 6 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No
Fase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
Indikator
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyajikan materi pelajaran
Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar
Membimbing kelompok dan belajar
Evaluasi
Memberi Penghargaan
Jumlah Skor tercapai
Jumlah Skor Maksimal
Persentase
Tabel 6 menggambarkan hasil observasi
pelaksanaan aktivitas siswa pertemuan kesatu
siklus II mencapai 71,88% dan meningkat
menjadi 74,65% di pertemuan kedua. Semua
fase mengalami peningkatan kecuali fase
keenam memberi penghargaan. Pada fase ini
guru dituntut lebih kreatif lagi dalam memberi
Siklus 2/ pertemuan
1
2
62,5
68,8
61,5
63,5
78,1
82,3
59,4
61,5
82,3
84,4
87,5
87,5
414
430
576
576
71,88
74,65
penghargaan, karena salah satu cara untuk
memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran adalah dengan pemberian
reward atau penghargaan kepada siswa atas
prestasi yang telah di capai baik individu
maupun kelompok.
Nurmah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) …………92
Tabel 7. Hasil Analisis Data Tes Akhir Siklus II
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek Perolehan
Jumlah Siswa
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Jumlah Siswa yang tuntas
Jumlah Siswa yang tidak tuntas
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Persentase Daya serap Klasikal
Nilai rata-rata
Berdasarkan hasil tes siklus II seperti
yang terdapat pada Tabel 7 diperoleh data
yaitu dari 24 siswa yang mengikuti tes, siswa
yang tuntas sebanyak 21 orang dan yang tidak
tuntas sebanyak 3 orang, daya serap klasikal
77% dan ketuntasan belajar klasikal 87,5%
serta diperoleh nilai rata-rata yakni 76,67.
Hasil belajar yang tergambar pada
perolehan nilai siswa diakhir siklus II
menunjukkan
adanya
peningkatan.
Peningkatan hasil belajar ini erat kaitannya
dengan aktivitas dan motivasi siswa dalam
proses pembelajaran juga tidak terlepas dari
aktivitas dan kegiatan guru sebagai motivator
dan fasilitator. Sudjana dan Rivai (2009)
menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan
gambaran kemampuan siswa setelah melalui
tahapan-tahapan pengalaman belajar hingga
mencapai tujuan pembelajaran dalam satu
kompetensi dasar. Faktor lain yang lebih
mendukung peningkatan hasil belajar ini
adalah penerapan model pembelajaran yang
sesuai juga sangat membantu memotivasi
siswa dan meningkatkan aktivitas belajar
siswa dalam proses belajar menagajar .
Trianto (2007) mengatakan bahwa maksud
dari model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.
Siklus I
24
93
47
21
3
87,5%
77%
76,67
Refleksi Siklus II
Refleksi pelaksanaan tindakan siklus II
untuk melihat hasil pelaksanaan tindakan
yang dilaksanakan sesuai perencanaan
pembelajaran dan hasil refleksi siklus 1 serta
hasil diskusi dengan partisipan. Hal ini
bertujuan untuk memperbaiki hal-hal yang
menjadi masalah dan kekurangan-kekurangan
yang ditemukan pada siklus 1. Setelah
pelaksanaan tindakan siklus II, dilakukan
refleksi lagi untuk mengetahui hasil yang
diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus
II.
Hasil refleksi siklus II berdasarkan hasil
observasi aktivitas guru adalah sebagai
berikut: Guru telah berusaha maksimal
memberi apresiasi dan motivasi kepada siswa,
Guru telah berusaha maksimal membimbing
siswa dalam diskusi kelompok dan hal ini
telah menunjukkan perubahan dan hasil yang
lebih baik dari siklus sebelumnya selama
proses pembelajaran, Hal-hal yang menjadi
kekurangan di siklus I menjadi perhatian guru
untuk ditingkatkan pada siklus II.
Adapun hasil refleksi pelaksanaan
tindakan siklus II berdasarkan hasil observasi
aktivitas siswa adalah: Keberanian siswa
dalam bertanya telah mengalami perubahan,
siswa termotivasi untuk bertanya maupun
menjawab pertanyaan yang muncul, meskipun
persentase perubahan tersebut masih kecil
dan belum mencapai hasil yang diinginkan,
Pemahaman siswa tentang kompetensi dasar
yang diajarkan juga mengalami peningkatan,
hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai
tes pada siklus 2, Aktivitas belajar siswa juga
meningkat hal ini dapat dilihat dari hasil tes
93 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93
dan lembar observasi kegiatan siswa yang
mengalami peningkatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dijelaskan bahwa aktivitas siswa pada siklus I
masih belum menunjukkan hasil yang
memuaskan disetiap fase pembelajaran.
Indikator yang perlu ditingkatkan adalah
keberanian siswa untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat serta merespon
pertanyaan masih sangat kurang. Hal ini
terjadi karena aktivitas siswa dalam
pembelajaran belum maksimal. Selain
aktivitas guru dan siswa yang belum
memuaskan, hasil tes akhir siswa juga
menunjukkan nilai yang masih rendah. Hasil
tersebut mengalami perubahan pada siklus II
baik dari segi aktivitas perorangan maupun
aktivitas kelompok dalam pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan yang muncul pada
pertemuan pertama sudah dapat diminimalkan
pada pertemuan berikutnya. Hal ini erat
hubungannya dengan langkah-langkah model
pembelajaran yang diterapkan dimana pada
pertemuan pertama belum terlaksana dengan
baik namun diminimalisir pada pertemuan
berikutnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement
Division
(STAD)
dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas
VIII SMP Negeri 6 Banawa pada mata
pelajaran biologi dengan peningkatan
aktivitas belajar siswa sebesar 11%.
Penerapan model pembelajaran kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD)dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa pada
mata pelajaran biologi yang dilaksanakan
sesuai
dengan
tahapan
pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dengan ketuntasan belajar
klasikal (KBK) adalah dari 70.83% menjadi
87,5% dan daya serap klasikal (DSK) dari
71% menjadi 77%.
ISSN: 2089-8630
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2012.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Chotimah, H. 2007. Peningkatan Proses dan
Hasil Belajar Biologi dalam Pendekatan
Kontekstual
melalui
Model
Pembelajaran Think Pair Share pada
Peserta Didik Kelas X-6 SMA
Laboratorium
Universitas
Negeri
Malang. PenelitianPendidikan. 17(1):
103 – 109.
Devi, K. P. 2009. Model pembelajaran
langsung dan kooperatif. Jakarta:
PPPPTK
IPA
untuk
Program
BERMUTU.
Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam
(Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas).
Jakarta: DEPDIKNAS.
Sudjana, N. dan A. Rivai. 2009. Teknologi
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran
Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wikandari, P. R. 2000. Pengajaran Berpusat
Kepada Siswa
dan Pendekatan
Konstruktivitas dalam Pengajaran.
Edisi ketiga. BukuAjar. Surabaya: Pusat
Studi Matematika dan IPA. Universitas
Negeri Surabaya.
Download