PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA Nurmah [email protected] Guru SMP Negeri 6 Banawa Kabupaten Donggala Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang Biologi di kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa. Jenis Penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan tatap muka dan satu kali pertemuan tes akhir siklus. Subyek penelitian sebanyak 24 siswa. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar. Indikator keberhasilan data kuantitatif menggunakan rumus ketuntasan belajar individu dan ketuntasan belajar klasikal. Indikator keberhasilan data kualitatif jika aktivitas guru dan siswa berada pada kategori baik atau sangat baik. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Biologi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas siswa dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Siklus I pertemuan pertemuan 1 dengan hasil 68,40% dan pertemuan 2 menjadi 71,35%. Sedangkan aktivitas guru 89,28% dengan kategori baik pada pertemuan1 dan 92,85% pada pertemuan 2 dengan kategori sangat baik. Pada siklus II akivitas siswa pertemuan 1, 71,88% dan pada pertemuan 2, 74,65% dan aktivitas guru dari 92,85% kategori sangat baik pertemuan 1 dan 96,42% pada pertemuan 2 juga berada pada kategori sangat baik. Hasil tes belajar siklus I diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal 70,83%, daya serap klasikal 71%. Sedangkan hasil belajar siklus II dengan ketuntasan belajar klasikal 87,5%, daya serap klasikal 77%. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, aktivitas belajar, hasil belajar. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah bertujuan mengubah siswa menjadi lebih baik, cerdas dan berpotensi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, banyak faktor yang saling berkaitan dan sangat menentukan keberhasilan siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: guru, siswa, sarana dan prasarana, kurikulum, lingkungan, dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru cenderung kurang bervariasi sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Chotimah (2007) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan pola berpusat pada guru dipandang kurang efektif karena kurang melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa, kurang mengembangkan kemampuan berkolaborasi dalam proses pembelajaran, siswa kurang termotivasi dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran akan lebih efektif untuk memotivasi siswa dan akan menumbuhkan kamampuan berpikir mandiri, dalam hal ini meningkatkan cara berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Perubahan metode pembelajaran dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered) menjadi model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered), merupakan perubahan yang dapat memberi arti penting sehingga 86 87 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93 keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dapat tercapai. Aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa pada mata pelajaran biologi selama ini masih tergolong rendah. Wikandari (2000) menjelaskan bahwa belajar IPA tidak hanya sekedar melihat, kemudian diingat dan dibayangkan. Agar benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya, maka siswa bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide, sehingga konsep-konsep penting tersebut tertanam kuat dalam benak siswa. Hasil evaluasi belajar siswa yang tergolong rendah yang disebabkan oleh (1) aktivitas dan motivasi siswa rendah karena kurang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, (2) metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang bervariasi (3) dan kerjasama diantara siswa dalam proses belajar mengajar masih kurang. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi dapat ditempuh dengan cara penerapan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya. Interaksi siswa yang berkelanjutan mencerminkan tingkat aktivitas siswa yang tinggi dalam kelompoknya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Saling ketergantungan merupakan semangat saling membutuhkan satu sama lain dalam menyelesaikan tugas (Devi, 2009). Untuk mengatasi hal tersebut peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division ( STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa tentang Biologi di Kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa. ISSN: 2089-8630 Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas VIII SMPN 6 Banawa. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 6 Banawa Kabupaten Donggala. Pelaksanaan penelitian yaitu pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa berjumlah 24 siswa terdiri dari 9 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Desain penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari dua pertemuan dan satu kali pertemuan tes akhir siklus. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah mengikuti desain penelitian tindakan kelas (Arikunto, dkk., 2012) yang terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Jenis dan sumber data adalahdata kuantitatif dan data kualitatif. Tehnik analisa data menggunakan rumus ketuntasan belajar individu dan ketuntasan belajar klasikal. Indikator keberhasilan data kuantitatif yaitu jika ketuntasan belajar perorangan memperoleh nilai ketuntasan individu 65% dan ketuntasan belajar klasikal diperoleh minimal 85% (Depdiknas, 2005). Indikator data kualitatif pembelajaran dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa serta hasil observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran. Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika aspek-aspek tersebut telah berada dalam kategori baik atau sangat baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Pelaksanaan penelitian Siklus I terdiri dua pertemuan yaitu pertemuan pertama Nurmah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) …………88 dilaksanakan hari Jumat tanggal 21 Agustus pembagian kelompok-kelompok belajar siswa 2015 dan pertemuan kedua hari Sabtu tanggal pada saat pelaksanaan tindakan. Nilai awal 22 Agustus 2015. Sebelum pelaksanaan juga digunakan untuk menentukan perolehan tindakan terlebih dahulu menentukan nilai skor perkembangan individu setiap siswa awal siswa. Nilai awal pada pelaksanaan pada saat diadakan kuis diakhir pembelajaran. penelitian ini diambil dari hasil tes Perolehan nilai awal siswa disajikan pada pembelajaran sebelumnya. Nilai awal Tabel 1 digunakan sebagai acuan untuk menentukan Tabel 1 Data hasil nilai Awal siswa Aspek Perolehan Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah Siswa yang tuntas Jumlah Siswa yang tidak tuntas Ketuntasan belajar Klasikal Daya serap Klasikal Rata-Rata Hasil 24 siswa 1 Siswa (90) 1 Siswa (38) 13 11 siswa 54,17 % 64% 63,75 Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 24 siswa yang mengikuti tes, siswa yang memperoleh nilai tertinggi hanya 1 siswa dengan perolehan 90 dan nilai terendah juga 1 siswa dengan nilai 38. Terdapat 13 siswa yang sudah tuntas dan 11 siswa yang belum tuntas dengan nilai kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 73. Daya serap klasikal (DSK) hanya mencapai 64% dan ketuntasan belajar klasikal (KBK) 54,17% dengan nilai rata-rata 63,75. Data tersebut masih tergolong rendah jika melihat kriteria ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan karena siswa yang belum tuntas hampir setengah dari jumlah yang siswa mengikuti tes. Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa. Data hasil observasi kegiatan guru dan siswa siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD), dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan diamati oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai pertisipan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Guru No Fase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 Indikator Menyiapkan siswa Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyajikan materi/menyampaikan informasi Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar Membimbing kelompok bekerja dan belajar Evaluasi Memberi Penghargaan Jumlah Skor tercapai Jumlah Skor Maksimal Persentase Kategori Siklus 1 / pertemuan 1 3 3 3 4 4 4 4 25 28 89,28 Baik 2 4 3 4 4 4 3 4 26 28 92,85 Sangat baik 89 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93 Hasil tersebut pada Tabel 2 menggambarkan bahwa bservasi pelaksanaan aktivitas guru pertemuan kesatu adalah 89,28% dan pertemuan kedua 92,85%. Hasil observasi pada pertemuan kesatu masih terdapat tiga indikator yang belum terlaksana secara maksimal. Demikian juga pada pertemuan kedua masih terdapat dua indikator yang perlu ditingkatkan. Indikator tersebut terdapat pada fase menyiapkan siswa, ISSN: 2089-8630 menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan materi/penyampaikan informasi dan untuk pertemuan kedua terdapat pada penyampaian informasi dan evaluasi. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua disimpulkan belum mencapai hasil yang maksimal. Selanjutnya hasil pelaksanaan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Siswa No Fase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 Indikator Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyajikan materi pelajaran Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar Membimbing kelompok dan belajar Evaluasi Memberi Penghargaan Jumlah Skor tercapai Jumlah Skor Maksimal Persentase Siklus 1/ pertemuan 1 2 58,3 62,5 57,3 60,4 74,0 79,2 56,3 59,4 79,2 81,3 85,4 84.4 394 411 576 576 68,40 71,35 Hasil analisis pelaksanaan observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran kegiatan siswa pada Tabel 3, menunjukkan siklus I. bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan Dari hasil uraian di atas dapat 1 siklus I dengan menggunakan model disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh aktivitas siswa dari pertemuan kesatu rata-rata 68,40%. Perolehan ini belum kepertemuan berikutnya. Meskipun mencapai indikator yang ditentukan karena peningkatannya tidak terlalu besar namun masih terdapat tiga fase pembelajaran dari pada umumnya setiap fase mengalami enam fase yang diterapkan dengan perolehan peningkatan. Hasil perolehan siklus 1 aktivitas belajar siswa berada pada kategori menunjukkan bahwa kegiatan siswa belum rendah yaitu pada fase pembimbingan terlaksana dengan baik, hal ini terjadi karena kelompok belajar dengan 56,3%, fase semua indikator belum terlaksana secara penyajian materi pembelajaran 57,3% dan maksimal. Selanjutnya hasil tes siklus I dapat fase penyampaian tujuan dan memotivasi dilihat pada Tabel 4. siswa 58,3%. Data tersebut menggambarkan Tabel 4. Hasil Analisis Data Tes Akhir Siklus I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Aspek Perolehan Jumlah Siswa Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah Siswa yang tuntas Jumlah Siswa yang tidak tuntas Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Persentase Daya serap Klasikal Nilai rata-rata Siklus I 24 87 33 17 7 70,83% 71% 70,83 Nurmah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) …………90 Berdasarkan hasil tes siklus I seperti yang terdapat pada Tabel 4. diperoleh data yaitu dari 24 siswa yang mengikuti tes, siswa yang tuntas sebanyak 17 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 7 orang, daya serap klasikal 71% dan ketuntasan belajar klasikal 70,83% serta diperoleh nilai rata-rata yakni 70,83. Jika dilihat dari hasil perolehan siswa di siklus 1, salah satu indikator keberhasilan penelitian telah tercapai seperti yang ditentukan pada penelitian ini yakni daya serap klasikal telah memenuhi ketentuan minimal 65% namun indikator ketuntasan belajar klasikal belum tercapai yakni minimal 85% siswa yang telah tuntas individual. Data di atas menunjukkan hasil tes siswa siklus I dengan menggunakan model pembelajaran STAD belum mencapai hasil yang maksimal sehingga penelitian ini dinyatakan belum berhasil dan dilanjutkan kesiklus berikutnya. Refleksi Refleksi pelaksanaan siklus I diadakan dengan tujuan untuk mengevaluasi data hasil tes evaluasi akhir, hasil observasi kegiatan guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan dan hasil kuis tiap pertemuan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kekurangan dan kelebihan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kekurangan yang didapatkan pada observasi aktivitas siswa: (1) masih terdapat siswa yang kurang termotivasi terhadap proses pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa tersebut kurang mampu bekerja sama pada diskusi kelompok serta kurangnya referensi yang dimiliki siswa, (2) Siswa kurang mampu mengemukakan pendapat dalam hal menanggapi pertanyaan, (3) hasil kuis dan tes akhir belum maksimal dan indikator keberhasilan belum tercapai. Sedangkan kekurangan pelaksanaan tindakan yang terjadi pada guru adalah: (1) pemberian apresiasi dan motivasi masih kurang maksimal (2) pemberian penguatan dan penghargaan pada siswa yang menjawab pertanyaan (3) tidak mengaitkan materi dengan pelajaran sebelumnya. Siklus II Perencanaan Rencana pelaksanaan siklus II dibuat berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan-kekuranagn yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Pada siklus II kompetensi dasar yang dibahas adalah sistem pencernaan pada manusia dengan materi pada pertemuan pertama “Makanan dan fungsinya bagi manusia” sedangkan pertemuan kedua kompetensi dasar yang sama dengan materi yang berbeda yakni “Saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan”. Perencanaan pembelajaran siklus II yang dilakukan peneliti antara lain: Menyusun RPP pertemuan pertama dan kedua dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I, Menyusun LKS yang akan dibahas pada setiap pertemuan oleh kelompok-kelompok belajar, Menyusun soal kuis yang akan diberikan pada akhir pertemuan, Menyusun dan mengembangkan alat evaluasi atau test akhir siklus II untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan pembelajaran Siklus II terdiri dua kali pertemuan yaitu pertama dilaksanakan hari Sabtu tanggal 29 Agustus 2015 dan pertemuan kedua hari Jumat tanggal 4 September 2015. Pembelajaran pada siklus II terdiri dari dua pertemuan waktu yang disediakan adalah 4 x 40 menit untuk penyajian materi (dua kali pertemuan), satu kali pertemuan 2 x 40 menit untuk mengadakan tes siklus II. Observasi Hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus II yang dilakukan oleh dua orang guru sebagai observer bahwa pelaksanaan tindakan telah mengalami kemajuan dan telah terlaksana sesuai rencana. Hal ini dapat dilihat dari hasil obsevasi kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran 91 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93 berlangsung. Sebagai contoh saat diskusi kelompok berlangsung, telah terlihat beberapa siswa begitu antusias pada kegiatan diskusi ISSN: 2089-8630 kelompok. Demikian juga pada saat diskusi kelas, keberanian siswa untuk tampil di depan kelas mengalami peningkatan. Tabel 5 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Guru Siklus II No Fase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 Indikator Menyiapkan siswa Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyajikan materi pelajaran Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar Membimbing kelompok dan belajar Evaluasi Memberi Penghargaan Jumlah Skor tercapai Jumlah Skor Maksimal Persentase Hasil tersebut pada Tabel 5 menggambarkan bahwa observasi pelaksanaan aktivitas guru siklus II telah mencapai hasil yang maksimal meskipun Siklus 2/ pertemuan 1 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 26 27 28 28 92,85 96,42 belum mencapai 100%. Pada pertemuan kesatu persentasi ketercapaian adalah 92,85% dan pertemuan kedua 96,42%. Tabel 6 Hasil Analisis Pelaksanaan Observasi Aktivitas Siswa Siklus II No Fase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 Indikator Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyajikan materi pelajaran Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar Membimbing kelompok dan belajar Evaluasi Memberi Penghargaan Jumlah Skor tercapai Jumlah Skor Maksimal Persentase Tabel 6 menggambarkan hasil observasi pelaksanaan aktivitas siswa pertemuan kesatu siklus II mencapai 71,88% dan meningkat menjadi 74,65% di pertemuan kedua. Semua fase mengalami peningkatan kecuali fase keenam memberi penghargaan. Pada fase ini guru dituntut lebih kreatif lagi dalam memberi Siklus 2/ pertemuan 1 2 62,5 68,8 61,5 63,5 78,1 82,3 59,4 61,5 82,3 84,4 87,5 87,5 414 430 576 576 71,88 74,65 penghargaan, karena salah satu cara untuk memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran adalah dengan pemberian reward atau penghargaan kepada siswa atas prestasi yang telah di capai baik individu maupun kelompok. Nurmah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) …………92 Tabel 7. Hasil Analisis Data Tes Akhir Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Aspek Perolehan Jumlah Siswa Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah Siswa yang tuntas Jumlah Siswa yang tidak tuntas Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Persentase Daya serap Klasikal Nilai rata-rata Berdasarkan hasil tes siklus II seperti yang terdapat pada Tabel 7 diperoleh data yaitu dari 24 siswa yang mengikuti tes, siswa yang tuntas sebanyak 21 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 3 orang, daya serap klasikal 77% dan ketuntasan belajar klasikal 87,5% serta diperoleh nilai rata-rata yakni 76,67. Hasil belajar yang tergambar pada perolehan nilai siswa diakhir siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini erat kaitannya dengan aktivitas dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran juga tidak terlepas dari aktivitas dan kegiatan guru sebagai motivator dan fasilitator. Sudjana dan Rivai (2009) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa setelah melalui tahapan-tahapan pengalaman belajar hingga mencapai tujuan pembelajaran dalam satu kompetensi dasar. Faktor lain yang lebih mendukung peningkatan hasil belajar ini adalah penerapan model pembelajaran yang sesuai juga sangat membantu memotivasi siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses belajar menagajar . Trianto (2007) mengatakan bahwa maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Siklus I 24 93 47 21 3 87,5% 77% 76,67 Refleksi Siklus II Refleksi pelaksanaan tindakan siklus II untuk melihat hasil pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan sesuai perencanaan pembelajaran dan hasil refleksi siklus 1 serta hasil diskusi dengan partisipan. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki hal-hal yang menjadi masalah dan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus 1. Setelah pelaksanaan tindakan siklus II, dilakukan refleksi lagi untuk mengetahui hasil yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus II. Hasil refleksi siklus II berdasarkan hasil observasi aktivitas guru adalah sebagai berikut: Guru telah berusaha maksimal memberi apresiasi dan motivasi kepada siswa, Guru telah berusaha maksimal membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan hal ini telah menunjukkan perubahan dan hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya selama proses pembelajaran, Hal-hal yang menjadi kekurangan di siklus I menjadi perhatian guru untuk ditingkatkan pada siklus II. Adapun hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus II berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa adalah: Keberanian siswa dalam bertanya telah mengalami perubahan, siswa termotivasi untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan yang muncul, meskipun persentase perubahan tersebut masih kecil dan belum mencapai hasil yang diinginkan, Pemahaman siswa tentang kompetensi dasar yang diajarkan juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai tes pada siklus 2, Aktivitas belajar siswa juga meningkat hal ini dapat dilihat dari hasil tes 93 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 86-93 dan lembar observasi kegiatan siswa yang mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa aktivitas siswa pada siklus I masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan disetiap fase pembelajaran. Indikator yang perlu ditingkatkan adalah keberanian siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat serta merespon pertanyaan masih sangat kurang. Hal ini terjadi karena aktivitas siswa dalam pembelajaran belum maksimal. Selain aktivitas guru dan siswa yang belum memuaskan, hasil tes akhir siswa juga menunjukkan nilai yang masih rendah. Hasil tersebut mengalami perubahan pada siklus II baik dari segi aktivitas perorangan maupun aktivitas kelompok dalam pembelajaran. Kekurangan-kekurangan yang muncul pada pertemuan pertama sudah dapat diminimalkan pada pertemuan berikutnya. Hal ini erat hubungannya dengan langkah-langkah model pembelajaran yang diterapkan dimana pada pertemuan pertama belum terlaksana dengan baik namun diminimalisir pada pertemuan berikutnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa pada mata pelajaran biologi dengan peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 11%. Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banawa pada mata pelajaran biologi yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan ketuntasan belajar klasikal (KBK) adalah dari 70.83% menjadi 87,5% dan daya serap klasikal (DSK) dari 71% menjadi 77%. ISSN: 2089-8630 DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Chotimah, H. 2007. Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam Pendekatan Kontekstual melalui Model Pembelajaran Think Pair Share pada Peserta Didik Kelas X-6 SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. PenelitianPendidikan. 17(1): 103 – 109. Devi, K. P. 2009. Model pembelajaran langsung dan kooperatif. Jakarta: PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU. Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam (Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas). Jakarta: DEPDIKNAS. Sudjana, N. dan A. Rivai. 2009. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Trianto. 2007. Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wikandari, P. R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivitas dalam Pengajaran. Edisi ketiga. BukuAjar. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA. Universitas Negeri Surabaya.