Iis Ristiani - Universitas Jambi

advertisement
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
Iis Ristiani ([email protected]
Abstrak. Seorang pendidik adalah ia yang berperan tidak hanya sebagai pengajar atau
pentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih daripada itu, ia berperan sebagai pembina,
penumbuh kembang karakter positif yang ada pada siswa. Ibarat seorang dalang, maka
seorang pendidik harus mampu mamainkan peran para pelaku pada situasi yang sesuai
konteksnya. Pelaku pembelajar itulah yang kita namakan siswa. Dalam hal itu, seorang
pendidik harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi di dalam menciptakan pembelajaran
yang menarik, penuh aktivitas, dan juga kreativitas para siswa sehingga muncul atau bangkit
potensi yang ada para mereka. Potensi yang ada pada mereka menjadi sebuah ladang yang
harus dijaga, dipupuk, dan dipelihara, agar senantiasa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Di sanalah pembinaan dan pengembangan karakter diperlukan. Untuk itu, seorang pendidik
khususnya pendidik bahasa dan sastra Indonesia dituntut untuk memahami dan menguasai
sejumlah model pembelajaran yang diperlukan bagi pengembangan karakter siswa tersebut.
Banyak istilah yang sering ada kaitannya dengan model tersebut, yakni istilah pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Pada tulisan ini penulis akan menggunakan istilah
model yang bisa digunakan oleh seorang pendidik (guru) di dalam pembelajaran sastra
dengan segala perangkat modelnya. Model-model ini merupakan hasil kajian teoretis dari
beberapa sumber yang kemudian dipraktikkan oleh para mahasiswa pascasarjana Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di dalam praktik pembelajaran sastra di
sekolah-sekolah. Ada sejumlah rumpun model yang dapat dikembangkan oleh para guru,
meliputi rumpun model informasi, rumpun model sosial, rumpun model perilaku, rumpu
model personal, dan model-model lainnya (Joyce & Weil, 2000). Hasil kajian teoretis dan
praktik pembelajarannya akan diuraikan pada tulisan ini. Semoga bermanfaat untuk
semuanya.
Kata Kunci: Model, perangkat model, pembelajaran sastra, karakter siswa
Pendahuluan
Seorang pendidik laksana seorang dalang. Dalang yang akan memainkan para
tokoh/pelaku cerita. Tokoh atau pelaku cerita itu adalah para pemain yang dilengkapi dengan
karakter masing-masing. Seperti seorang dalang itulah, maka seorang pendidik akan
mewarnai para pelaku pembelajar (siswa) di dalam sebuah wadah yang kita namakan
pembelajaran. Apa pun pembelajarannya, termasuk pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik harus mampu
memupuk, membina, dan menumbuhkan karakter positif siswa. Karakter positif yang kita
kenal dengan karakter baik dan kuat. Karakter sebagai cerminan dari kepribadian seorang
siswa perlu terus dikontrol, dipupuk, dan dibina.
Jika kita menengok tugas seorang pendidik dewasa ini banyak hal yang perlu
ditingkatkan dan diketahui oleh seorang pendidik. Disadari, di era teknologi informasi dan
komunikasi, seorang pendidik tentu saja bukan hanya berperan sebagai pengajar, yang hanya
mentransferkan materi/ilmu kepada siswa, tetapi lebih daripada itu seorang pendidik harus
mampu menjadi manajer di dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang manajer belajar, ia
harus mampu menciptakan kondisi belajar yang menarik dan mendorong siswa untuk aktif
dan kreatif di dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan (Rusman, 2014: 19-20).
104
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
Untuk mampu melakukan semuanya itu, seorang pendidik dituntut untuk memenuhi
berbagai persyaratan sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Pada Pasal 8 UU Guru dan Dosen tersebut disebutkan
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
Dengan kompetensi yang ada, seorang pendidik profesional akan mampu memainkan
peran, membuat pembelajaran lebih menantang para siswa untuk aktif dan kreatif sesuai
tuntutan zaman, lebih kontekstual, dan selalu berusaha menciptkan pembelajaran yang
senantiasa sesuai dengan tuntutan konteks tersebut. Penciptaan proses pembelajaran tersebut
diawali oleh pendidik dimulai dari pengemasan model pembelajaran yang nantinya akan
dilakukan di kelas. Pada saat penciptaan model pembelajaran tersebut seorang pendidik akan
berpikir untuk memilih dan menetukan model yang tepat digunakan untuk penyampaian
sebuah bahan ajar. Pada saat pemilihan dan penentuan model tersebut, seorang pendidik tidak
lepas dari berpikir untuk memperhatikan karakter siswa yang bisa dipupuk, dilatih,
ditingkatkan, dan dibina melalui pemanfaatan model pembelajaran tersebut.
Oleh karena itu, seorang pendidik perlu menguasai berbagi model pembelajaran yang
bisa dimanfaatkan di dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya, tidak semua pendidik
memahami hal itu. Bahkan masih banyak yang bingung dengan pengemasan sebuah
pembelajaran. Ada banyak istilah yang berkaitan dengan proses dan pelaksanaan
pembelajaran. Beberapa istilah yang dimaksud tersebut, seperti istilah model, strategi,
pendekatan, metode, dan teknik. Konsep dasar mengenai hal itu tentu perlu dipahami oleh
semua pendidik, sehingga ia akan selalu berkreasi untuk menciptakan pembelajarn yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Merujuk pada dasar di atas, tulisan ini penulis kembangkan, Penulisan sesuai dengan
hasil kajian teoretis dan praktis pada beberapa kegiatan model pembelajaran yang diarahkan
di dalam sebuah proses dan pelaksaaan pembelajaran sastra. Hal lain yang tak kalah
pentingnya adalah pembelajaan yang selalu dikaitkan dengan pembinsan dan pengembangan
karakter. Untuk itu, dalam tulisan ini akan dipaparkan: 1) Konsep Dasar Berkenaan dengan
Istilah Model, Strategi, Pendekatan, Metode, dan Teknik; 2) Penyusunan Sebuah Model
Pembelajaran dan Komponennya; 3) Beberapa Model Pembelajaran yang Dapat
Dimanfaatkan dalam Pembelajaran Sastra; 4) Karakter Siswa dan Pembinaannya; serta 5)
Sebuah Contoh Model Pembelajaran Sastra dalam Pembinaan Karakter.
Uraian
A. Konsep Dasar Model, Strategi, Pendekatan, Metode, dan Teknik
Sering terdapat perbedaan penggunaan istilah dalam kaitannya dengan pembelajaran.
Perbedaan istilah tersebut terutama dalam kaitannya dengan konsep dasar model, strategi,
pendekatan, metode, dan teknik. Bila diperhatikan, semuanya mengacu pada bagaimana
seorang pendidik melakukan sebuah proses pembelajaran. Mulai dari pemikiran yang bersifat
abstrak sampai pada pemikiran pembelajaran yang bersifat teknis, langsung di dalam
pelaksanaan di kelas. Gambaran pemikiran ini dapat diasosiasikan seperti pada bagan di
bawah ini.
105
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
pada
pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) yang mengatakan
pada kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan,
sampai pada lambang verbal yang abstrak. Semakin mengerucut semakin abstrak media
lebih abstrak. Banyak konsep yang terkandung di dalamnya. Sementara, isti
teknis, lebih berupa suatu cara yang dapat dilihat langsung di dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Berdasarkan hal itu, apa yang dimaksud dengan kelima istilah di atas? Pertama istilah
model. Beberapa pendapat menyebutkan sebagai berikut: Joyce dan Weil (1992:1)
Models of teaching are really models of learning. As we help studets
acquire information, ideas, skills, values, ways of thinking, and means of expressing
themselves, we are also teaching them how to learn. Sementara, pendapat lain menjelaskan
bahwa model adalah konsep rencana pembelajaran sebagai sebuah wadah umum yang sangat
luas meliputi: strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang dimanfaatkan untuk merancang
pengajaran (Ristiani, 2009). Pendapat ini sama pula dengan yang disampaikan Abidin (2013:
lingkup terluar dalam proses pembelajaran,
lebih menekankan pada isi sebuah model pembelajaran. Pengertian lain mengemukakan
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan strategi
. Pengertian yang dikemukakan
Hosnan lebih mengarah pada bentuk dan fungsi sebuah model.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan istilah strategi. Hosnan (2014: 183) menjelaskan
dan siswa yang masih bersifat konseptual agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Strateegi berkenaan dengan seni dan ilmu untuk mencapai tujuan
106
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
pembelajaran secara efektif dan efisien. Mengandung pengelolaan kegiatan: urutan kegiatan,
cara mengorganisasikan materi dan siswa, peralatan dan bahan, serta alokasi waktu yang
tan diartikan sebagai
Seperangkat asumsi yang saling berkaitan antara hakikat belajar, hakikat mengajar, dan
tersebut merupakan cara pandang filosofis terhadap sebuah objek tertentu yang dipercayai
kebenarannya tanpa harus dibuktikan lagi (bersifat aksiomatis). Pendekatan sebagai A way of
beginning something (cara memulai sesuatu) yang berfungsi sebagai panduan dasar tentang
cara mengajar dan cara belajar dengan mudah. Pendekatan pun lahir dari sejumlah asumsi,
teori, ataupun prinsip tertentu yang kemudian melahirkan sejumlah metode pembelajaran
(Abidin, 2014: 110).
Method is
an overall plan for the orderly presentation of material, no part of which contradicts, and all
of which is based upon, the selected approach. An approach is axiomatic, a method is
15) (Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan ajar secara rapi dan tertib,
yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada
pendekatan terpilih. Pendekatan bersifat aksiomatik, metode bersifat prosedural. Dalam
sebuah pendekatan dapat terkandung beberapa metode). Metode adalah prosedur
pembelajaran (mulai dari tahap penentuan tujuan pembelajaran, peran guru, peran siswa,
materi, sampai tahap evaluasi pembelajaran (Abidin, 2013: 111).
Ciri utama metode pembelajaran adalah adanya langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran secara prosedural. Ciri lainnya: diturunkan dari pendekatan tertentu; tidak
dapat diamati hanya dengan melihat guru mengajar; ditujukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara luas; dalam satu kali proses pembelajaran, hanya terdapat satu metode;
dan Implementasi metode di kelas dapat dengan multiteknik (Brown, 2001; Richards dan
Rodgers, 2001).
Selanjutnya adalah teknik pembelajaran. Menurut Brown (2001:16), teknik
Techniques (also commonly reffered to by other terms) is any of
wide variety of exercises, activities, or tasks used in the classroom for realizing lesson
objectives (Teknik biasa juga disebut dengan istilah lain yakni salah satu dari berbagai macam
latihan, kegiatan, atau tugas-tugas yang digunakan di dalam kelas untuk merealisasikan
tujuan pembelajaran). Technique is implementational-that which actually takes place in a
classroom (Richards dan Rodgers, 2001: 15). Berbagai cara yang secara langsung diterapkan
guru untuk menyampaikan materi kepada siswanya selama proses pembelajaran terjadi
(Abidin, 2014: 112).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, disebutkan bahwa teknik pembelajaran
bercirikan: bersifat implementasional; hanya ditujukan pada satu tahapan pembelajaran yakni
pada tahap inti pembelajaran; jenis teknik yang digunakan dapat langsung diamati; dalam
satu kali PBM dapat digunakan multiteknik; digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
khusus/tertentu.
Dengan memahami konsep dasar di atas, diharapkan para pengembang pembelajaran
tidak lagi dibingungkan dalam mengembangkan sebuah pembelajaran karena alasan masih
tertukarnya pemahaman antara istilah yang satu dengan istilah yang lainnya.
B. Penyusunan Sebuah Model Pembelajaran dan Komponennya
Sebagaimana yang dikemukakan pada judul tulisan ini, maka di dalam
mengembangkan sebuah model pembelajaran, perlu disiapkan terlebih dahulu sejumlah aspek
atau sejumlah komponen sesuai dengan model pembelajaran yang akan dikembangkan.
107
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
Menciptakan sebuah model pembelajaran merupakan kreativitas seni belajar dan seni
mengajar seorang guru atau siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Merujuk pada buku
Models of Teaching yang ditulis Joyce dan Weil, dideskripsikan terdapat beberapa aspek
yang perlu disiapkan dalam menyusun sebuah model pembelajaran. Aspek yang dimaksud
yakni Skenario, Orientasi Model (tujuan, asumsi, serta konsep-konsep dasar), dan Model
Pengajarannya.
Skenario merupakan bagian yang menguraikan tentang penerapan model tersebut di
dalam pembelajaran di kelas. Skenario ini menyediakan sejumlah informasi tentang aktivitas
yang dilakukan guru dan siswa. Gambaran yang jelas tentang waktu dan pentahapan
pelaksanaan pembelajarannya. Sementara Orientasi model berisi beberapa penjelasan
mengenai tujuan dari model tersebut, asumsi yang melatarbelakangi, prinsip dan kosep utama
yang mendasari, serta rancangan pelaksanaan pembelajarannya. Selanjutnya, pada bagian
aspek penyusunan model itu sendiri dilengkapi dengan sejumlah komponen pendukung
seperti berikut:
1. Syntax (Tahapan) adalah serangkaian tahapan dalam suatu model pembelajaran
2. Sistem Sosial adalah menunjukan peranan hubungan guru-siswa dan nilai-nilai yang
mengikat mereka dalam pembelajaran
3. Prinsip Reaksi adalah gambaran sikap guru dalam menghargai dan merespon siswa
4. Sistem pendukung adalah pemanfaatan sarana dan prasarana/fasilitas yang mendukung
sehingga siswa mudah belajar
5. Instruksional adalah dampak yang dirasakan secara langsung
6. Nurturant Effect/Dampak Pengiring adalah dampak yang dirasakan secara tidak
langsung.
C. Beberapa Model Pembelajaran yang Dapat Dimanfaatkan dalam Pembelajaran
Sastra
Ada banyak model yang dapat dimanfaatkan di dalam pembelajaran sastra. Berikut
beberapa di antaranya:
1. Merujuk pada Teori dan Pendapat Bruce Joyce dan Marsha Weil
a. Model Pemrosesan Informasi
Adalah model-model pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan berfikir
siswa di dalam memecahkan masalah. Menurutnya, yang termasuk ke dalam rumpun model
informasi ini adalah:
1) Thinking Inductively/Model Berpikir Induktif;
2) Attaining Concepts/Model Pencapaian Konsep-Konsep;
3) Memorization/ Model Penghafalan;
4) Learning From Presentations/Model Pembelajaran Presentasi;
5) Inquiry Trainning/Model Latihan Inkuiri;
6) Synectics/Model Berfikir Kreatif; dan
7) The Developing Intellect/Model Pengembangan Intelek.
b. Model Personal
Adalah model yang lebih menitikberatkan pada peningkatan kemampuan proses
individual untuk fokus di dalam mengorganisasikan realitas yang dihadapi. Membantu
individu mengembangkan hubungan-hubungan yang produktif dengan lingkungan sekitarnya.
Model pembelajaran yang termasuk kelompok Model Personal menurut Joyce dan Weil
adalah:
1) Nondirective Teaching/Pengajaran Non-Direktif; dan
2) Concepts of Self/Model Konsep Diri
108
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
c. Model Interaksi Sosial
Model pembelajaran yang lebih menekankan pada pengembangan hubungan sosial
dan kerjasama antara individu dengan masyarakat dan dengan individu lainnya. Termasuk ke
dalam rumpun model ini adalah:
1) Partner in Learning/Mitra dalam Pembelaran/Model Belajar Kelompok;
2) Role Playing/Model Bermain Peran;
3) Jurisprudential Inquiry/Model Yurisprudensi/Model Penelitian Hukum; dan
4) Adapting to Individual Differences/ Personality and Learning Styles
5) Inquiry Social/Model Inkuiri Sosial
d. Model Perilaku
Model ini menekankan pada perubahan perilaku yang terlihat. Penerapan prinsip
stimulus respon yang menjadi dasar penerapan model pembelajaran interaktif dengan media
belajar dikondisikan. Beberapa model perilaku ini adalah:
1) Mastery Learning, Direct Instruction, and Social Learning Theory/Belajar dari
Pembelajaran Menguasai,
2) Learning Self-Control/Pengajaran Berprograma,
3) Training and Self-Training: Learning From Simulations/Model Latihan dan Melatih Diri
Sendiri/Belajar Simulasi; dan
4) The Conditions of Learning/Interactive Teaching.
Pada Kurikulum 2013 pembelajaran diharapkan menggunakan pendekatan saintific.
Pendekatan saintific tersebut dapat dikembangkan dengan rujukan teoretis model yang ada
baik yang berkaitan dengan rumpun model informasi, sosial, personal, maupun rumpun
model perilaku.
D. Menumbuhkembangkan dan Membina Karakter Siswa
Kita semua menyadari bahwa tujuan pendidikan itu adalah membuat seseorang lebih
berkualitas. Maka untuk itu, yang mesti disiapkan oleh kita sebagai pendidik adalah
bagaimana agar potensi yang dimiliki mereka itu tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh
dan berkembang, maka potensi yang ada perlu digali, dilatih, dipelihara, dididik, dijaga, dan
terus dibina sehingga kualitas yang diharapkan sebagi tujuan pendidikan tersebut dapat
terwujud.
Potensi yang ada pada seseorang kemudian akan menjadi sebuah
karakter/kepemilikan yang melekat pada pemiliknya tersebut. Lickona (2013: 13)
-anak, dan
karakter adalah apa yang termuat di dalam pen
pendidikan. Karena pendidikan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kualitas potensi
yang dimiliki seseorang. Kualitas itu tentu harus meningkat ke arah yang lebih baik. Kualitas
potensi itulah yang akan menjadi sebuah karakter. Sementara, karakter itu sendiri adalah
Mengapa karakter teramat penting diperhatikan di dalam mendidik seseorang? Karena
pendidikan itu bertujuan untuk membuat karakter seseorang lebih baik, berubah meningkat,
dan bertambah baik. Karakter akan menjadi sebuah penggerak yang menentukan bagaimana
seseorang berasa, berpikir, dan bertindak. Tiga komponen itulah yang harus kita asah dan kita
bangun serta kita pelihara agar kualitasnya bertambah baik.
Dalam upaya pembinaan dan pembangunan karakter banyak faktor yang
mempengaruhinya. Karakter sebagai suatu tabiat atau watak yang menjadi sifat-sifat
kejiwaan merupakan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Istilah membangun karakter (character building) dan membinanya dimaknai sebagai suatu
109
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
usaha untuk menggali potensi yang ada dan menjaga serta memeliharanya sehingga
bertambah baik kualitasnya. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara
yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu
dengan yang lainnya. Dalam kehidupan keseharian, karakter mengandung pula pengertian
suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif;
merujuk juga pada reputasi seseorang; serta menunjukkan juga pada seseorang yang unusual
atau memiliki kepribadian yang eksentrik.
"Karakter adalah kekuatan untuk bertahan di masa sulit". Karakter yang baik
diketahui melalui "respon" yang benar ketika kita mengalami tekanan, tantangan & kesulitan.
Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah
berbuahkan kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan
kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Tidak ada kualitas yang tidak diuji. Karena
kita sukai. Tentu saja, jika kita
kali, maka kita akan memiliki kualitas tersebut (Ristiani, 2010: 6)
-hal lain yang tidak
-
dan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar kita (dominan, intim,
stabil, cermat), keyakinan (apa yang kita percayai, paradigma), pendidikan (apa yang kita
ketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) serta
perjalanan hidup (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan).
Karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu empati (mengasihi sesama seperti
diri sendiri), tahan uji (tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, bersyukur dalam keadaan
apapun, dan beriman (percaya bahwa Tuhan terlibat dalam kehidupan kita). Ketiga karakter
tersebut akan mengarahkan seseorang ke jalan keberhasilan. Empati akan menghasilkan
hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan
membuat segala sesuatu menjadi mungkin (Saifuddin Dhuhri,
http://web.acehinstitute.org/OPINI/PENDIDIKAN/137.html)
Pendidikan sebagai suatu proses atau usaha pembinaan karakter menjadi suatu hal
yang sangat penting diperhatikan di dalam pelaksanaannya. Banyak komponen pendidikan
yang dapat dijadikan sebagai alat di dalam upaya pembinaan karakter tersebut. Komponen
tersebut mulai dari diri kita sendiri sebagai pendidik, metode dan teknik pembelajaran, materi
atau bahan ajar yang dikembangkan, media pembelajaran yang digunakan, dan lain-lain.
Komponen-komponen tersebut akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pendidikan karakter tersebut dapat diketahui dari sejumlah perilaku keeharian siswa, seperti:
kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam
Guna meraih itu, Mulyasa (2014: 14-40) menjelaskan terdapat sejumlah usaha yang
perlu dipahami oleh semua yang terlibat di dalam pendidikan, bahwa usaha untuk
menumbuhkembangkan dan membina karakter siswa tersebut adalah:
1. Memahami hakikat penidikan karakter, karena pendidikan karakter tumbuh dari
kesadaran, pemahaman, kepedulian, komitmen, dan tindakan;
2. Mensosialisasikan pendidikan karakter dengan tepat;
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif;
4. Mendukung fasiltas dan sumber belaajar yang memadai;
5. Menumbuhan disiplin peserta didik;
6. Memilih kepala sekolah (pemimpin) yang amanah;
110
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
7.
8.
Mewujudkan guru yang dapat digugu dan ditiru; dan
Melibatkan seluruh waga sekolah.
Dalam kaitannya dengan tugas pendidik di dalam menumbuhkembangkan karakter
siswa, agar pendidikan karakter dapat diimplementasikan dengan efektif, maka seorang
pendidik perlu memilki hal-hal berikut ini:
1. Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan
kompetensi lain dengan baik;
2. Menyenangi apa yang diajarkannya, dan menyenangi mengajar sebagai suatu
profesi;
3. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestsinya;
4. Menggunakan metode bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi
peserta didik;
5. Mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam
kaitannya dengan pembentukan kompetensi;
6. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir;
7. Menyiapkan proses pembelajaran;
8. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik; serta
9. Menghubungkannpengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan
dikembangkan (Mulyasa, 2014: 35)
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional RI terdapat 18 (delapan belas) nilai
karakter yang harus ditanamkan kepada anak didik, yakni karakter: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan/nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Suyadi, 2013: 8-9)
Berikut beberapa Model Pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam Pembelajaran
Sastra dengan memperhatikan karakter siswa yang dapat dikembangkan:
No
Nama Model
Contoh dalam Penerapan
Karakter yang Dapat
Pembelajaran Sastra
Dikembangkan
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Model Induktif
Pembelajaran Cerita Pendek Jujur, toleransi, disiplin,
melalui
Penerapan
Model kerja
keras,
mandiri,
Induktif
demokratis, rasa ingin
tahu, menghargai prestasi,
gemar membaca, dan
tanggung jawab
2. Model
Pencapaian Pengkajian Jenis Dialog dalam Jujur, kerja keras, mandiri,
Konsep
Sebuah Novel dengan Penerapan rasa
ingin
tahu,
Model Pencapaian Konsep
menghargai
prestasi,
gemar membaca dan
tanggung jawab.
3. Model Penghapalan
Penerapan Model Penghapalan Disiplin, kerja keras,
dalam Pembelajaran Plot Cerita kreatif, mandiri
dengan Memanfaatkan Kartu
Peristiwa melalui
4. Model Presentasi
Pengkajian Hakikat dan Metode jujur, toleransi, disiplin,
Puisi dalam Model Presentasi kerja
keras,
kreatif,
dengan Media Berbasis IT.
mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat
111
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
5.
Model Latihan Inkuiri
Analisis Tokoh/Karakter Tokoh
Cerita dengan Penerapan Model
Latihan Inkuiri
6.
Model Sinektik
Pembelajaran Penulisan Cerita
Pendek dalam Model Sinektik
dengan Menggunakan
Kartu
Karakter
8.
Model Konsep Diri
Model Konsep Diri
Pembelajaran Novel
9.
Model
Kelompok;
10. Model
Peran;
dalam
Belajar Pembelajaran Puisi (Pantun,
Syair dan lainnya) dengan
Penerapan Model Kelomppak
Bermain Model Bermain Peran dalam
Pembelajaran Drama.
112
kebangsaan/nasionalisme,
cinta
tanah
air,
menghargai
prestasi,
komunikatif,
gemar
membaca, dan tanggung
jawab
religius, jujur, toleransi,
disiplin,
kerja
keras,
kreatif,
mandiri,
demokratis, rasa ingin
tahu,
semangat
kebangsaan/nasionalisme,
cinta
tanah
air,
menghargai
prestasi,
komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab
jujur, toleransi, disiplin,
kerja
keras,
kreatif,
mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, menghargai
prestasi,
komunikatif,
gemar membaca, dan
tanggung jawab
jujur, toleransi, disiplin,
kerja
keras,
kreatif,
mandiri, demokratis, cinta
tanah air, menghargai
prestasi,
komunikatif,
gemar membaca, dan
tanggung jawab
jujur, toleransi, disiplin,
kerja
keras,
kreatif,
demokratis, rasa ingin
tahu,
semangat
kebangsaan/nasionalisme,
cinta
tanah
air,
menghargai
prestasi,
komunikatif,
gemar
membaca, dan tanggung
jawab
jujur, toleransi, disiplin,
kerja
keras,
kreatif,
demokratis, rasa ingin
tahu,
semangat
kebangsaan/nasionalisme,
cinta
tanah
air,
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
menghargai
prestasi,
komunikatif,
gemar
membaca, dan tanggung
jawab
11. Jurisprudential
Kajian Karakter Tokoh Drama jujur, toleransi, disiplin,
Inquiry/
dengan Penerapan Pembelajaran kerja
keras,
kreatif,
Model Yurisprudensi/ Model Yurisprudensi
mandiri, demokratis, rasa
Model
Penelitian
ingin tahu, semangat
Hukum
kebangsaan/nasionalisme,
cinta
tanah
air,
menghargai
prestasi,
komunikatif,
gemar
membaca, dan tanggung
jawab
13. Inquiry Social/
Penerapan Model Inkuiri Sosial jujur, toleransi, disiplin,
Model Inkuiri Sosial
dalam Pembelajaran Analisis kerja
keras,
mandiri,
Perilaku Tokoh Cerita
demokratis, rasa ingin
tahu, menghargai prestasi,
komunikatif,
gemar
membaca, dan tanggung
jawab
16. Model Latihan dan Model
Simulasi
dalam jujur, toleransi, disiplin,
Melatih
diri Pembelajaran Puisi
melalui kerja
keras,
kreatif,
/Belajar Simulasi
Pemanfaatan
Kartu
Unsur mandiri, demokratis, rasa
Formal Puisi
ingin tahu, semangat
kebangsaan/nasionalisme,
cinta
tanah
air,
menghargai
prestasi,
komunikatif,
gemar
membaca, dan tanggung
jawab.
Model-model di atas, tentu saja dapat dikembangkan dan digunakan sesuai dengan
konteks tempat pembelajaran berlangsung.
Simpulan dan Penutup
Istilah model, strategi, pendekatan, metode, dan teknik di dalam pembelajaran sering
dipertukarkan. Oleh karena itu, perlu dipahami terlebih dahulu akan semua konsep tersebu,
sebelum menyusun sebuah rencana
penyusunan pembelajaran adalah sangat penting. Banyak komponen yang mesti dipersiapkan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. seperti penentuan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajran. Dalam pemilihan model yang akan digunakan, seorang pendidik harus
selalu memikirkan pada karakter apa yang akan digali dan ditumbuhkembangkan dari sebuah
pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Penggunaan beberapa model pembelajaran dengan memperhatikan pengembangan
karakter ini diharapkan mampu menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
efektif, dan menyenangkan. Dengan persiapan penyusunan model pembelajaran yang matang
juga diharapkan proses dan pelaksanaan pembelajaran mampu melahirkan manusia-manusia
yang berkarakter baik dan kuat. Materi yang disampaikan di dalam pembelajaran tersebut
sudah tentu dan sudah seharusnya bermuara pada pembangunan manusia-manusia
berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan dirinya dan orang-orang yang
113
Jurusan PBS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Mendalo Darat, 5 Agustus 2016
berada di sekitarnya menjadi lebih manusiawi, lebih memiliki beragam kecerdasan di dalam
memecahkan berbagai persoalan kehidupan.
Daftar Pustaka
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Joyce, Bruce dan Marsha Weil. 1992. Models of Teaching. Fourth Edition.
_________________________. 2009. Model-model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lickona, Thomas. 2013. Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Ristiani, Iis. 2010. Peningkatan Kemauan Dan Kemampuan Menulis Melalui Pengembangan
Karakter Berbasis Konteks. Makalah Seminar Nasional UNJ.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Edisi Kedua. Jakarta: Grafindo.
Saifuddin Dhuhri. http://web.acehinstitute.org/OPINI/PENDIDIKAN/137.html)
Suyadi, 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rodakarya.
114
Download