BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi Berbahasa Jawa a. Pengertian Keterampilan Menulis Dalam kegiatan menulis itu bertujuan untuk memberikan banyak informasi yang ingin disampaikan kepada para pembaca. Pendapat tersebut didukung dengan pendapat Setiadi (2008: 157) Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang meliputi kemampuan melambangkan huruf yang mungkin bisa dibaca dan keterampilan menuliskan ke arah tulisan yang baik dan efektif dengan tulisan apa saja yang dipikirkan, baik ide, gagasan maupun pengalaman. Dalam bahasa kita harus mempelajari empat aspek agar informasi tersampaikan semua, aspek tersebut adalah mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Musaba (2012: 24) mengemukakan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang bisanya dikuasai paling akhir oleh manusia dibandingkan keterampilan lainnya. Menulis itu mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan hal lain melalui tulisan. Kegiatan menulis itu dimulai dari menulis huruf yang kemudian menjadi kata dan kalimat. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang paling sulit dilakukan manusia. untuk memberi sebuah informasi kepada pembaca yang dilakukan dengan bahasa tulis. Menulis itu ada beberapa macam jenisnya salah satunya yaitu narasi, narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tulisan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Seseorang yeng menulis itu sebagai penyampaian pesan. Isi tulisan biasanya berupa berita yang ingin disampaikan, 10 11 sebuah cerita yang berasal dari penulis sendiri, bahkan terkadang terdapat himbauan dan hiburan yang bertujuan untuk dibaca orang lain. Namun menulis itu tidak mudah karena membutuhkan pikiran, seperti halnya pendapat Semi (Setiadi, 2008: 158) menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa tulis. Selanjutnya dikatakan pula bahwa menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang sulit karena menulis dikaitkan dengan seni atau kiat, sehingga tulisan tersebut dirasakan enak dibaca, akurat, jelas, dan singkat. Menulis juga merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tulisan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca. Pendapat diatas sejalan dengan pendapat Dalman (2014: 3-4) yang menyatakan bahwa menulis merupakan sebagai sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat yang mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Istilah menulis sering melekatkan pada proses kreatif yang sejenis ilmiah. Sementara istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang bersejenis nonilmiah. Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadinya komunikasi antar penulis dan pembaca dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat ahli menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki Rahardi (Kusumaningsih,dkk, 2013: 65). Seperti halnya pendapat Lasa (2005: 34) yang mengatakan bahwa, Menulis juga merupakan kegiatan yang memiliki nilai yang luar biasa dalam kehidupan manusia karena tulisan mampu 12 mendokumentasikan dan menyebarkan ide, gagasan, pemikiran, serta penemuan seseorang dalam berabad-abad lamanya. Mengacu uraian diatas, menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memberi informasi/pesan melalui bahasa tulis, penyampaian pesan melalui tulisan sangatlah bermanfaat bagi kita. Misalnya tulisan penemu hebat, tulisan mereka masih hidup sampai sekarang walaupun mereka sudah wafat dari berabad-abad lamanya. b. Tujuan Menulis Tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung penulis dan pembaca bisa berkomunikasi melalui tulisan. Pada prinsipnya menulis adalah menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud yang dituangkan atau maksud yang disampaikan melalui tulisan tersebut (Kusumaningsih, 2013: 67). Menurut Tarigan (Kusumaningsih, 2013: 67) pada dasarnya menulis mempunyai tujuan sebagai berikut: (1) Tujuan penugasan, misalnya siswa ditugaskan merangkum buku. (2) Tujuan altruistik, misalnya membuat artikel problematika keluarga, tips perawatan tubuh, kecantikan memasak,dll. yang ada pada tabloid tertentu. (3) Tujuan persuasif (persuasive purpose), misalnya: ceramah politik, ceramah agama, dll. (4) Tujuan informasional atau tujuan penerangan (informational purpose), misalnya: undang-undang atau peraturan lalu lintas kemudian diberi petunjuk pelaksanaannya. (5)tujuan menyatakan diri (self expresive purpose) misalnya: biografi, puisi, dsb. (6) tujuan kreatif, misalnya: seni lukis menciptakan sesuatu yang baru, seni tari. (7) tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose) misalnya; penelitian dalam bentuk sekripsi, disertasi, dan tesis. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu tujuan menulis itu berbagai macam. Baik menulis bebas (menulis kreatif) sampai menulis secara resmi (tugas sekolah, tugas pekerjaan, surat resmi, dll). c. Manfaat Menulis Menurut Lasa Hs (2005: 22) Menulis memiliki banyak makna dan manfaat. Ide dan pemikiran seseorang akan lebih awet, menyebar luas, dan 13 dapat dipelajari lagi jika dituangkan dalam bentuk tulisan. Beberapa manfaat itu antara lain: Memperoleh keberanian, Menyehatkan kulit wajah, Membantu memecahkan masalah, Membantu memperoleh dan mengingat informasi, mengatasi trauma, dan menjernihkan pikiran d. Menulis Narasi Bahasa Jawa Menulis narasi merupakan kegiatan menulis yang dimaksudkan untuk menuangkan ide, pikiran atau perasaan tentang suatu kejadian atau peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa fiktif, yang ditulis secara berurutan (kronologis) dengan menggunakan bahasa yang jelas dan lugas sehingga mudah dipahami pembaca Setiadi (2008: 157). Narasi ialah suatu wacana yang isinya berupa rangkaian peristiwa dikaitkan dengan waktu, bisa juga dikaitkan dengan kegiatan dan tempat. Narasi sering sekali disamakan dengan cerita atau dongeng. Narasi berasal dari kata latin narre, yang artinya “memberi tahu.” Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Tetapi tidak semua informasi peristiwa bisa dikategorikan sebagai narasi. Papan penunjuk jalan, jadwal kereta api di surat kabar, dan iklan lowongan pekerjaan meskipun berisi informasi tetapi tidak bisa disebut sebagai narasi (cerita) Eriyanto (2013: 1). Tidak berbeda dengan pendapat Eriyanto (2013: 15) narasi merupakan rangkaian peristiwa yang disusun melalui hubungan sebab akibat dalam ruang waktu tertentu. Narasi pada dasarnya adalah penggabungan berbagai peristiwa menjadi satu jalinan cerita. Dalam pendapat ahli Suparno dan Yunus (2010: 4.31): “Narasi atau naratif berasal dari kata bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan narasi menyajikan serangkaian peristiwa berdasarkan urutan waktu atau kronologis dengan maksud memberi arti suatu kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.” Narasi itu isinya menceritakan peristiwa pada waktu tertentu yang akan membuat pembaca seolah-olah ikut serta dalam peristiwa. Setelah mengetahui narasi, maka perlu diketahui pula jenis narasi. Jenis narasi dibagi menjadi dua, 14 yaitu: (1) Narasi artistik, merupakan narasi yang berbentuk karya sastra dan bersifat fiktif, dan (2) Narasi ekspositorik, merupakan narasi yang isinya lebih bersifat cerita yang diambil dari peristiwa atau pengalaman nyata. Untuk memudahkan menulis narasi, Suparno dan Yunus (2010: 4.51) menyajikan langkah-langkah menulis narasi sebagai berikut: Menentukan tema atau amanat apa yang akan disampaikan; menetapkan sasaran pembaca; merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur; membagi peristiwa utama ke dalam bentuk skema awal, perkembangan, dan akhir cerita; memerinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita; dan menyusun tokoh dan perwatakan, serta latar, dan sudut pandang. Narasi atau naratif berasal dari kata bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan narasi menyajikan serangkaian peristiwa berdasarkan urutan waktu atau kronologis dengan maksud memberi arti suatu kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut. Jika kita hendak menulis narasi maka peristiwa atau kejadian yang sudah kita kumpulkan kita susun beruntun menjadi serangkaian peristiwa yang menarik. Untuk menulis karangan narasi ada baiknya mengingat karangan yang sudah kita baca sebelumnya, kita akan merasakan bahwa daya khayal atau imajinasi pengarang akan mengembara kemana-mana, dapat melihat barang yang aneh-aneh, mengembara ke berbagai tempat aneh, menembus batas waktu, dll. Ketika membuat karangan narasi yang terpenting adalah: (1) walaupun khayal atau berimajinasi kita tidak boleh sesuka hati menciptakan cerita, (2) harus berlogika, kalau tidak cerita akan kacau dan sukar dipahami (Suparno dan Yunus, 2010: 31 dan 32). Narasi adalah cerita, cerita ini didasarkan pada urut-urutan serangkaian kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu ada tokoh, dan tokoh ini mengalami suatu konflik atau tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik ini adalah unsur pokok sebuah narasi dan secara kesatuan biasa pula disebut plot atau alur, dengan demikian narasi adalah cerita berdasarkan alur (Marahimin, 2010: 96). Menurut Suparno dan Yunus (2010: 4.31) narasi adalah karangan yang 15 menyajikan suatu peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Narasi bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris/narasi faktual dan narasi sugestif. Narasi yang hanya ingin memberi informasi kepada pembacanya agar berpengetahuan luas yaitu narasi ekpositoris. Bagian narasi ekspositoris ini mempersoalkan tahap-tahap kejadian dan rangkaian perbuatan kepada pembaca. Runtutan kejadian atau peristiwa dimaknakan untuk menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa untuk memperluas pengetahuan pembaca. Narasi ekspositoris bertujuan memberikan pengetahuan kepada pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan dan menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa berupa rangkaian perbuatan dan tahap-tahap kejadian. Narasi ekspositoris merupakan wacana yang bertujuan untuk mengajak pembaca memahami isi bacaan agar tahu apa yang dikisahkan oleh penulis. Narasi ekpositoris ini sangat membutuhkan logika bahasa untuk menulisnya, karena menulis narasi adalah wacana yang memberikan informasi. Bila tidak menggunakan logika bahasa maka teks yang ditulis tidak mudah dipahami oleh pembaca. Narasi jenis ini biasanya isinya tentang peristiwa atau pengalaman yang pernah terjadi misalnya pengalaman pertama kali masuk perguruan tinggi. Narasi eksposiroris merupakan menceritakan yang mana peristiwa itu benarbenar terjadi (non fiksi). Narasi ekspositoris adalah tulisan yang berupa fakta, berguna untuk menyajikan suatu analisa proses, tujuan yang ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa. Narasi ekspositoris sendiri dibagi lagi menjadi dua yaitu narasi ekspositoris yang bersifat khusus atau disebut juga narasi ekspositoris khusus dan narasi ekspositoris yang bersifat umum atau disebut juga narasi ekspositoris umum. Narasi ekspositoris umum adalah peristiwa nyata yang benar-benar terjadi dan dapat dialami oleh siapa saja, 16 contoh narasi ekspositoris umum adalah pengalaman bersekolah, pengalaman berwisata, dan sebagainya yang pada umumnya semua orang pernah mengalaminya. Narasi ekspositoris khusus adalah pengalaman unik atau menarik yang hanya dialami oleh seseorang, tidak dapat diulangi kembali dan tidak semua orang mengalami peristiwa tersebut, contoh dari narasi ekspositoris khusus misalnya pengalaman dikejar induk ayam. Adapun ciri-ciri narasi ekspositoris menurut pendapat pakar Keraf (2010: 135-139): Memperluas pengetahuan, menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian, didasarkan logika untuk mencapai kesepakatan rasional, menggunakan bahasa informatif dan makna sebenarnya tanpa menggunakan kata-kata kiasan. Dari pemaparan tersebut, narasi adalah menulis yang bertujuan untuk menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa dan pengalaman manusia secara runtut dari awal sampai akhir. Contoh tulisan yang termasuk narasi yaitu pengalaman pribadi, cerkak, dan lain-lain. Penelitian tentang menulis narasi dilakukan oleh Kuswantoro Adi Nugroho pada tahun 2014, dalam penelitiannya “Hubungan Antara Penguasaan Kosa Kata dan Kemampuan Memahami Bacaan dengan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gemolong” Hasil penelitian ada hubungan positif antara penguasaan kosa kata dan kemampuan memahami bacaan secara bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi. Penelitian ini terdapat persamaan yaitu pada variabel Kemampuan Menulis Narasi dan perbedaannya terdapat pada variabel Penguasaan Kosa Kata dan variabel Kemampuan Memahami Bacaan. Untuk memperkuat alasan peneliti memilih penelitian ini ada juga jurnal penelitian internasional tentang menulis narasi yang dilakukan oleh Bruner Stein (2015: 1): Dalam peneltiannya Narrativas compartidas en el hogar. Un estudio longitudinal de la estructura y el lenguaje evaluativo. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa “Narrative is not only a type of discourse that organizes communicative exchanges and the transmission and recreation 17 of culture; it is also one of the most important ways in which thought is configured.” Narasi tidak hanya jenis wacana yang mengatur pertukaran komunikatif dan transmisi dan rekreasi budaya; itu juga merupakan salah satu cara yang paling penting di mana pikiran adalah dikonfigurasi. Sejalan dengan hal tersebut salah satu pakar lain berpendapat Cherrington, dkk. (2015: 1): Narrative communication for behavior change the persuasiveness of narrative communication lies in the extent to which it can engage the viewer through realism and homophily, or similarity between that which is portrayed and the viewer The underlying assumption is hearing a person’s story or experience is considered credible and trustworthy, therefore can potentially motivate and persuade individuals towards behavior change. Komunikasi narasi untuk perubahan perilaku persuasi komunikasi narasi terletak di sejauh mana ia dapat terlibat pemirsa melalui realisme dan homophily, atau kesamaan antara yang yang digambarkan dan penampilan mendasari asumsi yang mendengar cerita atau pengalaman seseorang dianggap kredibel dan dapat dipercaya , karena itu bisa berpotensi memotivasi dan membujuk individu terhadap perubahan perilaku. Untuk memperkuat alasan peneliti memilih penelitian ini ada jurnal penelitian internasional tentang menulis narasi yang dilakukan oleh Torkilden,dkk pada tahun 2016, dalam penelitiannya “The dynamics of narrative writing in primary grade children: writing process factors predict story quality” hasil penelitian ini menyatakan bahwa This robust influence of spelling on writing process and product factors is Very important membelajaran ejaan dalam menulis itu sangat berpengaruh dalam keterampilan menulis narasi siswa. Untuk memperkuat alasan peneliti memilih penelitian ini ada lagi jurnal penelitian internasional tentang menulis narasi yang dilakukan oleh Babayig dan Rhona Stainthorp pada tahun 2009, dalam penelitiannya “Component processes of early reading, spelling, and narrative writing skills in Turkish: a longitudinal study” hasil penelitian ini menyatakan bahwa the phonological and grammatical skills made reliable contributions to spelling performance but their effects were completely mediated by previous spelling skills. Different aspects of the narrative writing skills were related to different processing 18 skills. fonologi dan keterampilan tata bahasa membuat kontribusi yang dapat diandalkan untuk kinerja ejaan tetapi efek benar-benar dimediasi oleh keterampilan ejaan sebelumnya. Aspek yang berbeda dari keterampilan menulis narasi yang berhubungan dengan keterampilan pengolahan yang berbeda. 2. Hakikat Kemampuan Logika Berbahasa a. Pengertian Logika Logika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dari kata “logike” yang berhubungan dengan kata “logos” yang berarti ucapan, atau pikiran yang diucapkan secara lengkap. Logika sebagai sesuatu studi secara sederhana dapat kita batasi sebagai suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk berfikir dengan lurus. Logika sebagaimana dikemukakan Gie,dkk. (Karomani, 2009: 14) adalah bidang pengetahuan yang merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari segenap asas, aturan dan tata cara mengenai penalaran yang benar. Mempelajari logika sama juga dengan mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat (valid) dari penalaran yang tidak tepat (tidak valid). Orang yang mempelajari logika akan berpikir lebih tepat, bukan hanya dalam pikirannya namun juga dalam hal menulis kata-kata yang dituliskan mestinya sangat mudah dipahami dan terlihat berbobot tinggi. Logika sering disebut ilmu menalar dan pikiran. Tetapi tidak semua pikiran adalah penalaran. Selain penalaran logika juga sebagai ilmu pengetahuan yang menentukan pikiran yang lurus dan tepat. Pikiran adalah kegiatan akal budi manusia dengan berpikir manusia menangkap informasi yang diperoleh, dengan menangkap informasi manusia menemukan kebenaran. Kapan ungkapan bisa dikatakan benar? Suatu pemikiran dapat dikatakan benar dan tepat apa bila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturanaturan yang ada dalam logika (Ranjabar, 2014: 1-6). Logika juga dikatakan oleh Ranjabar sebagai cabang ilmu dalam pernyataan logika adalah cabang ilmu, tetapi juga merumuskan, dan menerangkan azas-azas yang harus ditaati agar orang dapat berpikir dengan 19 tepat, lurus dan teratur. Jadi, Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari asas-asas dan aturan penalaran supaya orang dapat memperoleh kesimpulan yang benar. Mengingat logika erat kaitannya dengan kegiatan berpikir, dan berpikir erat kaitannya dengan bahasa, maka hubungan antara bahasa dan berfikir logis atau logika nampak bagaikan dua sisi mata uang, hubungan logika dan bahasa sangat erat kaitannya. Bahasa adalah laksana berfikir, berlogika dengan tepat. Mengingat betapa pentingnya bahasa dalam logika, dan mengingat pula betapa banyaknya sifat dan fungsi bahasa, tentu mempunyai syarat-syarat tertentu. Belajar logika adalah belajar metode dan prinsip menilai penalaran/ argumen, baik penalaran dari diri sendiri maupun dari orang lain. Dengan belajar logika kita berharap bisa berfikir kritis, tidak menerima pendapat orang lain begitu saja. Sebelum pendapat kita terima, kita uji kelogisannya, apakah penalaran itu tepat atau tidak. Karena logika juga merupakan ilmu yang dipelajari orang untuk mencerdaskan pikirannya, dengan berpikir secara logika manusia bisa hidup sejahtera karena daya pikir yang cerdas dalam menyelesaikan masalahnya terutama dalam bidang pekerjaan. Ilmu logika itu mendorong masyarakat untuk mengembangkan ilmu teori-teori yang baru, agar nantinya bisa memecahkan masalah yang akan datang. Masyarakat yang tidak mengembangkan ilmu yang baru maka masyarakat tersebut termasuk kedalam negara yang tidak maju (Arif, 2012: 118-119). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Poespoprodjo (2007: 78-80 dan 178) logika dan bahasa adalah pikiran dan bahasa, dengan berpikir manusia dapat berkomunikasi dengan logis dan masuk akal, proses menuju bahasa juga merupakan proses menuju berpikir. Pikiran dan bahasa merupakan tempat terjadinya peristiwa realitas, mencari ungkapan yang tepat sehingga dapat menjadi bahasa. Logika menunjukkan, meletakkan, menguraikan, dan juga membuktikan hukum-hukum dan aturanaturan yang akan menjaga kita agar tidak terjerumus dalam kekeliruan (kesesatan). Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak pernah memperhatikan hukum dan aturan tersebut, maka banyak ditemukan kesalahan. 20 Logika itu adalah sesuatu yang sangat penting didalam bahasa, Seperti halnya yang dikatakan oleh Fios (2013: 99-100) sesuatu fakta-fakta yang valid secara data itu dianggap benar dan masuk akal atau logis. Manusia dianugrahkan mempunyai akal pikiran, jadi disetiap tindakannya menggunakan penalaran dan pikiran. Logika merupakan ilmu pengetahuan, pikiran, akal, dan berpikir logis dalam berkomunikasi disetiap keseharian manusia dalam bersosialisasi. Dengan begitu seseorang bisa mempunyai pikiran yang tepat, dan masuk akal. Ilmu logika dan ilmu-ilmu dasar lainnya mengantarkan manusia untuk mengembangkan ilmu sehingga ditemukan rumus-rumus baru dan teori-teori baru. Masyarakat yang tidak pernah menemukan rumus baru maka masyarakat tersebut ketinggalan jaman, bila masyarakat ada masalah maka mereka tidak bisa menyelesaikannya dengan cepat. Berdasarkan uraian diatas, logika adalah ucapan atau pikiran yang sesuai dengan aturan. Maka pendengar akan mudah memahami apa yang dimaksud penutur. b. Pengertian Bahasa Berbahasa erat kaitannya dengan bentuk pikiran seseorang maka jika seseorang terbiasa berfikir teratur dia pasti akan berbahasa secara teratur. Bahasa pada hakikatnya adalah sistem simbol manasuka yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Bahasa dikatakan simbol karena bahasa tediri atas rentetan simbol manasuka yang memiliki arti. Jadi ketika berbahasa, antara simbol dan yang disimbolkan tidak mesti hadir secara fisik, dan tentu saja antara simbol yang disimpulkan tidak mesti (Karomani, 2009: 19). Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga dengan bahasa, orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang disampaikan, misalnya melalui bahasa isyarat, tertulis atau lisan. Jadi bahasa adalah alat komunikasi. Komunikasi dapat lancar apabila permasalahannya disusun dalam bentuk kaidah bahasa yang baik dan benar. Ini dipelajari dalam ilmu bahasa (gramatika). Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika meyajikan tata cata kaidah berpikir secara lurus dan benar. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. 21 Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika sangat berhubungan erat dengan bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa juga dikatakan sebagai satuan ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan memiliki satuan arti yang lengkap. Dengan bahasa itulah manusia dapat saling berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi itu sendiri adalah berkomunikasi. Berkomunikasi dapat dilakukan dengan cara lisan dan tulisan. Komunikasi yang dilakukan secara lisan berarti seseorang itu dapat langsung menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya sehingga pesan langsung sampai kepada yang dituju, sedangkan secara tulisan lebih cenderung terstruktur dan teratur karena pesan yang akan disampaikan kepada penerima pesan dan waktunya pun cenderung dipertanggungjawabkan lebih kepada lama, masyarakat namun luas isi pesan (Dalman, dapat 2014: 1). Berdasarkan uraian, diatas dapat disimpulkan bahasa adalah alat komunikasi saat berinteraksi kepada orang lain agar seseorang bisa mengetahui maksud keinginan orang yang diajak berinteraksi. c. Logika berbahasa Logika berbahasa atau penalaran berbahasa merupakan cara berpikir kritis yang sesuai dengan asas-asas berpikir yang benar dan isi pikiran ditransfer melalui penggunaan bahasa yang logis sehingga dapat ditelusuri benar dan salahnya. Bahasa sendiri merupakan bagian dari proses berpikir atau bernalar sehingga perkembangan bahasa seseorang sejalan dengan perkembangan cara berpikirnya. Oleh karena itu, untuk menulis suatu topik tulisan, seseorang harus menggunakan pikirannya, menghubungkan berbagai fakta dan data, membandingkan dan seterusnya. Kegiatan penalaran berbahasa ini dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang tersusun dalam paragraf yang 22 merupakan pengembangan kalimat topik. Berpijak dari beberapa pendapat para pakar, dapat disimpulkan bahwa dalam aktivitas bernalar, bahasa berfungsi sebagai piranti proses berpikir (Sumunaringtyas, 2015: 37). Mengingat pengertian kemampuan dan penalaran/logika berbahasa berdasarkan pendapat dari beberapa pakar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat kemampuan penalaran berbahasa adalah kesanggupan individu (dalam penelitian ini siswa) dalam berpikir atau menggunakan pikirannya untuk melakukan suatu kegiatan secara maksimal agar mencapai hasil yang baik, tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebahasaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran menurut suatu pola tertentu atau sesuai dengan logika untuk menghubungkan fakta yang ada dengan langkah-langkah yang teratur, sistematis (bersifat analitik), serta bertujuan untuk menghasilkan simpulan. Proses untuk memperoleh simpulan yang logis dapat melalui penalaran induktif, deduktif, dan sintesis dari kedua penalaran tersebut. Unsur-unsur penting yang terdapat dalam kegiatan penalaran berbahasa yaitu: fakta, alur berpikir (bersifat analitik), tujuan (penarikan simpulan), dan kelogisan (baik berhubungan dengan fakta maupun simpulan). Siswa yang mempunyai kemampuan penalaran berbahasa yang baik dapat menghindari terjadinya salah nalar karena dengan memiliki kemampuan penalaran berbahasa yang baik memungkinkan siswa saat menulis teks berita, dapat mengomunikasikan dan menghubungkan ide atau gagasannya dengan efektif (Sumunaringtyas, 2015: 38). Contoh narasi bahasa Jawa menggunakan Logika: Kabeh warga RT 5 / RW 3 Kampung Getah Basah ingkang melu mangeti HUT ke-61 Republik Indonesia kaliyan ndherek acara ingkang dipuntindakake manduweni sikap nasionalisme ingkang sae. Paklikku si gendut sanadyan warga kampung iki uga melu meriahke mangeti HUT ke-61 Republik Indonesia kaliyan melu pirang acara ingkang dipuntindakake. mestine, palikku iku duweni nasionalisme ingkang becik. Menurut pengertian diatas logika bahasa dapat disimpulkan ilmu tentang pikiran manusia mengenai bahasa, manusia itu berbahasa dengan cara berpikir. Tanpa berpikir manusia tidak bisa berbahasa dengan baik, misalnya orang yang 23 sudah kehilangan akal pikiran atau bisa disebut juga orang gila sudah pasti mungkin cara berbahasanya tidak berlogika. maka bahasa yang dipakai sangat amburadul dan tidak tepat sehingga orang yang menyimak akan tidak mengerti maksud pembicaraannya. Oleh sebab itu kaitanya logika dan bahasa ini sangat diperlukan. Berdasarkan beberapa pengertian logika bahasa diatas dapat disimpulkan logika bahasa adalah berkomunikasi dengan berpikir secara tepat. Maka hasil ungkapannya akan tepat dan mudah dipahami. Untuk memperkuat alasan peneliti ada penelitian lain tentang logika bahasa dilakukan oleh Murtono pada tahun 2012, dalam penelitiannya “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Circ, Jigsaw, dan Stad Terhadap Keterampilan Membaca Ditinjau dari Kemampuan Logika Berbahasa Studi Eksperimen di Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah”. Hasil penelitian ini: 1) Ada perbedaan keterampilan membaca bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif jenis CIRC dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw ataupun jenis STAD. Perbedaan itu berupa keterampilan membaca kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif jenis CIRC lebih baik daripada yang belajar dengan jenis Jigsaw ataupun STAD, sedangkan antara jenis Jigsaw dan STAD sama baiknya. 2) Ada perbedaan keterampilan membaca bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan logika berbahasa tinggi dan rendah. Perbedaan itu berupa keterampilan membaca kelompok siswa yang memiliki kemampuan logika berbahasa tinggi lebih baik daripada yang rendah. 3) Ada interaksi antara penggunaan jenis model pembelajaran kooperatif dan kemampuan logika berbahasa dalam mempengaruhi keterampilan membaca bahasa Indonesia. Penelitian ini terdapat persamaan yaitu pada variabel logika berbahasa dan perbedaannya terdapat pada variabel 24 Pembelajaran Kooperatif Circ, Jigsaw, dan Stad dan variabel Keterampilan Membaca. Ada juga jurnal penelitian nasional tentang menulis narasi yang dilakukan oleh Suyitno pada tahun 2008 dalam penelitiannya “Hubungan antara Bahasa dengan Logika dan Matematika Menurut Pemikiran Wittgenstein” hasil penelitian ini hubungan antara logika dan bahasa dipersatukan melalui aturan umum dan tata bahasa yang logis. Eratnya hubungan antara bahasa dan logika dapat diungkapkan dengan kalimat batas logika juga batas bahasa. Ada juga jurnal penelitian internasional tentang menulis narasi yang dilakukan oleh Jennings pada tahun 2007, dalam penelitiannya “Language, Logic, and the Brain1”. Hasil penelitian menyatakan bahwa The logical vocabulary of natural languages has been understood by many as a purified abstraction in formal sciences, where the internal transactions of reasonings are constrained by the logical laws of thought. Although no vocabulary can be entirely independent of semantic understanding, logical vocabulary has fixed minimal semantic content independent of context. Therefore, logic is centered in linguistic evolution by observing that all connective vocabulary descends from lexical vocabulary based on spatial relationship of sentences. Far from having fixed minimal semantic content, logical vocabulary is semantically rich and context-dependent. Kosakata logis dari bahasa alam telah dipahami oleh banyak orang sebagai abstraksi dimurnikan di ilmu formal, di mana transaksi internal penalaran dibatasi oleh logika hukum pemikiran. Meskipun tidak ada kosakata dapat sepenuhnya independen dari pemahaman semantik, kosakata logis tetap memiliki minimal independen konten semantik konteks. Oleh karena itu, logika berpusat di evolusi linguistik dengan mengamati bahwa semua berhubungan dari kosa kata leksikal berdasarkan hubungan spasial kalimat. Jauh dari memiliki tetap minimal konten semantik, kosakata yang logis adalah semantik yang kaya dan tergantung pada konteks. 3. Hakikat Minat Membaca a. Pengertian Minat 25 Minat merupakan motif yang menunjukkan arah perhatian individu terhadap objek yang menarik dan menyenangkan. Minat pada dasarnya merupakan kaitan antara diri sendiri dan hal lain yang menyenangkan. Semakin kuat kaitan tersebut maka minat juga semakin besar. Seseorang berminat terhadap sesuatu dapat ditafsirkan melalui pernyataannya yang menunjukkan bahwa ia lebih menyukai sesuatu itu dari pada hal lain serta dapat pula selain hal lain yang bisa diminati/disegani juga suatu aktivitas atau kegiatan (Ritonga, 2005: 96). Hal tersebut selaras dengan pendapat Winkell (Ritonga, 2005 : 96) minat adalah suatu kecenderungan jiwa yang menetap dalam diri seseorang untuk merasa senang dan tertarik kepada hal-hal tertentu. Artinya seseorang berminat terhadap sesuatu berkaitan dengan kondisi kejiwaanya dan akan berpengaruh pada penerimaan dirinya terhadap apa yang diminati. Manusia yang berminat terhadap sesuatu bisanya akan memperlihatkan keterkaitan dan rasa suka, sekaligus akan berupaya untuk memperlihatkan keterkaitan dan rasa suka, sekaligus akan berupaya untuk diminatinya. Minat merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang mempengaruhi kemampuan membaca. Minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi (Tampubolon dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2013: 113). Ketiadaan minat baca dapat menimbulkan ketidak mampuan membaca; ketidakmampuan membaca dapat menimbulkan ketiadaan minat baca. Ketidakadaan minat terhadap karya sastra dapat menimbulkan ketidak mampuan seseorang membaca karya sastra (Iskandarwassid dan Sunendar, 2013: 113). Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan minat merupakan kesenangan dari hati kita sendiri terhadap sesuatu hal yang dianggap menarik. b. Pengertian Membaca 26 Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Pendapat tersebut sejalan dengan Hodgson (Tarigan, 2008: 7) suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Membaca sendiri termasuk kegiatan yang hampir setiap detik manusia melakukannya, karena didunia ini apapun menggunakan tulisan untuk memberikan informasi. Semakin orang itu sering berkeliling dunia, maka sering pula ia melakukan kegiatan membaca. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rohmadi,dkk (2008: 31) yang menyatakan bahwa membaca adalah suatu hal yang rumit, karena tidak sekedar melisankan tulisan namun juga memerlukan pikiran untuk memahami isi bacaan tersebut. Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, menulis itu suatu proses melihat tulisan berupa kata-kata atau bahasa tulis kemudian dipahami dan pada akhirnya memperoleh informasi dari penulis. Dengan minat membaca yang tinggi siswa lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis Zuchdi dan Budiasih (Suyatinah, 2006: 244). Keterampilan membaca adalah keterampilan yang memaknai apa dibaca dengan pemahaman, bahkan membaca yang untuk kepentingan tertentu akan mengarahkan pembacaannnya untuk mampu melakukan sesuatu sebagai hasil kegiatan membaca yang dilakukannya (Musaba, 2012: 23). Mengacu dari beberapa pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa untuk memperoleh pesan dari tulisan yang dibaca, tentunya kegiatan membaca 27 adalah sebuah komunikasi yang tidak langsung antara penulis dan pembaca. c. Minat membaca Minat membaca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi kesenangan untuk membaca. minat membaca siswa dapat terbentuk karena adanya faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam dirinya (pembawaan/bakat, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keadaan kesehatan, keadaan jiwa, kebiasaan) dan faktor dari luar (buku/bahan bacaan, kebutuhan anak dan lingkungan anak). Berdasarkan ungkapan diatas, dapat ditarik kesimpulan minat membaca adalah suatu keterkaitan seseorang dalam melakukan kegiatan membaca/mencari informasi dari penulis. Penelitian tentang minat membaca dilakukan oleh Siswanti pada tahun 2009, dalam penelitiannya “Hubungan Antara Penguasaan Bahasa Figuratif Dan Minat Membaca Cerita Pendek dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek” Hasil penelitian ditemukan hubungan positif antara penguasaan bahasa figuratif dan minat membaca cerita pendek baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Penelitian ini terdapat persamaan yaitu pada variabel minat membaca dan perbedaannya terdapat pada variabel Penguasaan Bahasa Figuratif dan variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek. Untuk memperkuat alasan peneliti menemukan penelitian tetang minat membaca juga dilakukan oleh Nawarathne pada tahun 2012, dalam penelitiannya “Reading Interest of Undergraduates in Sri Lanka” hasil penelitian ini menyatakan bahwa the factors which affected the reading interest is obtained or not user education, time spent to use the library, usage of library catalogue, awareness of the library classification systems, time spent to read magazines, staff support and library inside environment. faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca adalah diperoleh atau tidak 28 pendidikan pengguna, waktu yang dihabiskan untuk menggunakan perpustakaan, penggunaan katalog perpustakaan, kesadaran sistem klasifikasi perpustakaan, waktu yang dihabiskan untuk membaca majalah, dukungan staf dan perpustakaan di dalam lingkungan hidup. Penelitian tentang minat membaca juga dilakukan oleh Dollinger pada tahun 2015 dalam penelitiannya “You Are as You Read”: Do Students’ Reading Interests Contribute to Their Individuality?” Hasil penelitian ini enjoyment of reading and had more “intellectual” reading interests, including fiction, the humanities/social science, and science. More conventional students preferred to read about news, sports, and romance/sexuality. Unlike stable personality traits, amount and types of reading may be one personally controllable path toward developing individuality of young adults. Menyatakan bahwa siswa lebih minat membaca tentang berita, olahraga, dan asmara/seksualitas. Daripada membaca fiksi, humaniora/ilmu sosial, dan ilmu pengetahuan. Tidak seperti sifat stabil kepribadian, jumlah dan jenis membaca dapat menjadi salah satu pribadi jalan dikontrol untuk mengembangkan individualitas dewasa muda. B. Kerangka Berpikir 1. Hubungan Logika Bahasa dengan Keterampilan Menulis Narasi Logika bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang membangun keindahan dalam bahasa dengan kata-kata yang tepat dan nyata (non fiksi), dengan adanya logika bahasa maka siswa lebih terarah dalam berkomunikasi yang baik dan tepat. Logika bahasa yang tinggi akan berpengaruh pada tulisan narasi siswa, karena dengan logika bahasa siswa bisa membatasi kata-kata yang tidak perlu dan pada akhirnya menjadi tulisan yang bagus pula. Namun dengan logika bahasa siswa yang rendah logika bahasanya maka karangan narasinya terkadang kurang tepat. 29 2. Hubungan Minat Membaca dengan Keterampilan Menulis Narasi Minat membaca adalah keinginan/kesenangan seseorang untuk mencari informasi dan pengetahuan melalui teks tertulis. Minat membaca akan menghasilkan hasil yang baik untuk suatu kebutuhan seseorang. Minat membaca yang tinggi akan berpengaruh pada tulisan narasi siswa yang baik, bahasanya tepat, dan mudah dimengerti pembacanya, tetapi dengan minat membaca yang rendah maka hasil menulis narasinya juga akan rendah. 3. Hubungan Bersama-Sama Logika Bahasa dan Minat Membaca dengan Keterampilan Narasi Berbahasa Jawa. Untuk mencapai menulis narasi berbahasa Jawa yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor logika bahasa dan minat membaca. Dengan adanya logika bahasa yang tinggi maka akan mempengaruhi pemikirannya yang tinggi didukung dengan minat membaca maka keterampilan menulis narasi siswa akan lebih baik, ini berarti dapat diduga bahwa logika bahasa dan minat membaca berhubungan dengan keterampilan menulis narasi bahasa Jawa siswa. Logika yang tinggi didukung dengan minat membaca yang tinggi akan menyebabkan keterampilan menulis narasi yang tinggi pula. Selain kedua faktor logika bahasa (X1) dan minat membaca (X2) tersebut diatas keterampilan menulis narasi bahasa Jawa dapat juga dipengaruhi oleh faktor internal dari kondisi fisik sehat/sakit, kelengkapan indera, kecerdasan, bakat, minat dan hal lain-lain yang berpengaruh kedalam daya penangkapan pemahaman siswa. Secara skematis, kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, dapat ditampilkan dalam gambar berikut: 1 X1 3 Y 30 X2 2 Gambar 2.1 Alur Berpikir Hubungan Antar variabel Penelitian Korelasi Keterangan: X₁ = kemampuan logika berbahasa X₂ = minat membaca Y = keterampilan menulis narasi berbahasa Jawa 1 = hubungan antara kemampuan logika berbahasa dan keterampilan menulis narasi berbahasa Jawa 2 = hubungan antara minat membaca dan keterampilan menulis narasi berbahasa Jawa 3 = hubungan antara kemampuan logika berbahasa dan minat membaca secara bersama-sama dengan keterampilan menulis narasi berbahasa Jawa C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, hipotesis penelitian ini diajukan adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama H0 : ρ y1 ≤ 0 H1 : ρ y1 > 0 Keterangan : ρ y1 koefisiensi korelasi antara X1 dan Y (Ada hubungan positif antara kemampuan logika berbahasa dan menulis narasi bahasa Jawa siswa kelas X SMA Muhammadiyah Gubug Kabupaten Grobogan). 2. Hipotesis kedua H0 : ρ y2 ≤ 0 H1 : ρ y2 > 0 Keterangan : ρ y2 koefisiensi korelasi antara X2 dan Y 31 (Cedak Ada hubungan positif antara minat membaca dan keterampilan menulis narasi bahasa Jawa siswa kelas X SMA Muhammadiyah Gubug Kabupaten Grobogan). 3. Hipotesis ketiga H0 : ρ y12 ≤ 0 H1 : ρ y12 > 0 Keterangan : ρ y12 koefisiensi korelasi antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y (Ada hubungan positif antara kemampuan logika berbahasa dan minat membaca secara bersama-sama dengan keterampilan narasi bahasa Jawa siswa kelas X SMA Muhammadiyah Gubug Kabupaten Grobogan).