BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers BKPM

advertisement
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Siaran Pers
BKPM Dukung Investasi Kawasan Industri
Jakarta, 1 November 2015 -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menyiapkan
program layanan izin investasi izin konstruksi. Terobosan kebijakan ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan bagi investor yang berlokasi di kawasan industri. Oleh karena itu,
pertumbuhan investasi kawasan industri menjadi salah satu faktor yang esensial untuk
mendukung program layanan tersebut.
Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan bahwa izin investasi izin konstruksi merupakan
layanan investasi yang merupakan izin khusus kawasan industri yang digunakan untuk
memulai kegiatan konstruksi tanpa terlebih dahulu memiliki perizinan pelaksanaan
konstruksi. “Jadi kriteria pemohon adalah berlokasi di kawasan industri tertentu sesuai
ketentuan BKPM, kemudian diajukan ke administrator Kawasan Industri,” ujarnya dalam
keterangan pers, Minggu (1/11).
Franky menambahkan bahwa izin investasi izin kontruksi berlaku untuk perusahaan yang
memiliki izin investasi 3 jam dan perusahaan yang telah memiliki izin prinsip yang masih
berlaku. Sedangkan dari sisi persyaratan yang harus dipenuhi adalah menandatangani surat
pernyataan untuk memenuhi norma/standar dalam berinvestasi yang akan selesai pada saat
perusahaan memulai tahapan produksi atau komersial.
Izin Investasi Izin Konstruksi akan diberikan sepanjang izin pelaksanaan konstruksi di
Kawasan Industri belum diubah menjadi norma, Izin Investasi Izin Konstruksi dijalankan
dalam bentuk pilot project untuk Kawasan Industri yang memenuhi ketentuan. “Ketentuan
yang harus dipenuhi di antaranya bebas dari persoalan lahan dan AMDAL, kemudian
mendapat dukungan dari Gubernur dan Bupati bahwa izin pelaksanaan konstruksi dapat
diurus bersamaan dengan proses konstruksi,” paparnya.
Sementara Ekonom Indef Enny Sri Hartati menilai bahwa upaya pemerintah untuk
melakukan penyederhanaan layanan investasi akan jauh lebih optimal bila didukung dengan
pertumbuhan investasi kawasan industri. “Realitasnya, pembangunan kawasan industri yang
diprakarsai oleh pemerintah sangat kecil kontribusinya terhadap pembangunan kawasan
industri secara keseluruhan. Ini yang bisa dilakukan oleh pemerintah,” ujarnya usai acara di
BKPM pekan lalu.
Enny menyampaikan bahwa dari kawasan industri yang tersedia saat ini, yang merupakan
inisiatif pemerintah hanya 5%. Sedangkan 95%-nya dibangun oleh swasta. “Ini sangat kecil
dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Padahal kawasan industri adalah
infrastruktur paling penting dalam proses industrialisasi,” kata Enny.
Enny mencontohkan Malaysia, yang menempatkan layanan perwakilan one stop service-nya
di kawasan industri. “Sehingga investor benar-benar hanya datang ke satu tempat untuk
1
mendapatkan layanan investasi hingga merealisasikannya, demikian juga dengan Vietnam
dan Thailand yang sangat agresif memberikan insentif-insentif investasi,” lanjutnya.
Indonesia, menurut Enny dapat mulai bersaing dengan langkah konkret pemerintah untuk
meningkatkan pembangunan kawasan industri. “Mengapa pemerintah? Karena kalau bukan
pemerintah tidak ada kepastian terkait harga lahan. Contohnya kawasan industri yang saat
ini dibangun oleh swasta, harganya sudah sangat tinggi,” terangnya.
Dari data BKPM investasi pembangunan kawasan industri yang masuk dalam sektor prioritas
pariwisata dan kawasan, untuk periode Januari-September 2015 tercatat kenaikan 127,3%
dari tahun sebelumnya Rp79,8 triliun menjadi Rp181,2 triliun. Sedangkan dari sisi minat
investasi tercatat dari 22 Oktober 2015 hingga 2 Oktober 2015 total USD11 miliar minat
investasi di sektor pariwisata dan kawasan.
--Selesai--
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:
Ariesta Riendrias Puspasari
Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat
dan Tata Usaha Pimpinan
Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190
Telepon : 021-5269874
HP : 08161946825
E-mail : [email protected]
2
Download