UNIVESITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINSTRASI PROGRAM ILMU ADMINISTRASI PROGRAM EXTENSION S1 STATUS KEPEMIMPINAN Oleh Mandara (0906612516) Vidi Primadhania (0906612674) Program Administrasi Niaga Jakarta 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kepemimpinan telah menjadi suatu faktor penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan organisasi. Seringkali dikatakan suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan lain mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, dan juga menjadi faktor utama penentu keberhasilan dari suatu pekerjaan. Apabila kepemimpinan1 dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan terjadinya dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen. Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu. Dapat terjadi seorang manajer berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer untuk mempengaruhi perilaku orang-orang lain. Dengan kata lain seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin. 1 Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya; Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 2003. 1 BAB II TEORI KEPEMIMPINAN 2.1. Teori- Teori Kepemimpinan Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang pada umumnya membahas hal-hal yang sama. Dari literatur diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori yang yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku organisasi. 2.1.1. Teori Great Man dan Teori Big Bang 2.1.1.1.Teori Great Man Teori ini mengemukakan kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir dari kedua orang tuanya. Bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan diciptakan. Pandangan ini diwarni filsafat hidup yang deterministik dalam arti bahwa adanya keyakinan diantara para penganutnya bahwa jika seseorang memang sudah ditakdirkan “menjadi seorang pemimpin”, terlepas dari pejalanan hidup yang bersangkutan tampil pada panggung kepemimpinan dan akan efektif dalam menjalankan fungsifungsi kepemimpinannya. Bagi para penganut pendapat ini tidak menjadi soal betapa banyak kesempatan yang dimanfaatkan seseorang dalam upaya menumbuhkan efektivitas kepemimpinannya, apabila seseorang itu tidak dilahirkan dengan bakat kepemimpinan yang bersangkutan tidak akan pernah menjadi pemimpin yang efektif. Contoh dari teori ini adalah Pangeran William dari Wales. Pangeran William merupakan pewaris tahta kerajaan Inggris, sehingga sejak dini beliau memang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin bagi rakyat Inggris. Kekuasan Pangeran William didapatkan karena beliau merupakan garis keturunan kedua setelah Pangeran Charles yang merupakan ayahnya dan cucu dari Ratu Elizabeth II. Dari teori Great Man ini dapat dilihat bahwa Pangeran William memang sudah ditahbiskan sebagai pemimpin sejak ia dilahirkan, karena kepemimpinan di kerajaan Inggris berlaku secara turun 2 temurun bukan berdasarkan pemilihan sehingga masyarakat mau tak mau harus mengikuti pemimpin mereka yang sudah ditakdirkan sejak pemimpin mereka dilahirkan. 2.1.1.2.Teori Big Bang Teori ini mengemukakan bahwa adanya suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin. Suatu peristiwa besar tersebut dapat berupa revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, ataupun reformasi. Adapun contoh dari teori ini adalah sosok pemimpin seorang Ernesto Guevara Lynch de La Serna atau yang lebih dikenal dengan nama Che Guevara2 (lahir di Rosario, Argentina, 14 Juni 1928 – meninggal di Bolivia, 9 Oktober 1967 pada umur 39 tahun). Beliau adalah seorang pejuang revolusi Marxis Argentina dan seorang pemimpin gerilya Kuba. Setelah melakukan perjalanan dengan sepeda motornya menjelajah Argentina dengan sepeda motor, itulah untuk pertama kalinya ia bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian. Ia kembali ke daerah asalnya dengan sebuah keyakinan bulat atas satu hal bahwa ia tidak mau menjadi profesional kelas menengah dikarenakan keahliannya sebagai seorang spesialis kulit. Kemudian pada masa revolusi nasional ia pergi ke La Paz, Bolivia di sana ia dituduh sebagai seorang oportunis. Dari situ ia melanjutkan perjalanan ke Guatemala dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menulis artikel arkeologi tentang reruntuhan Indian Maya dan Inca. Guatemala saat itu diperintah oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang seorang sosialis. Meskipun Che telah menjadi penganut paham marxisme dan ahli sosial Lenin ia tak mau bergabung dalam Partai Komunis. Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan baginya untuk menjadi tenaga medis pemerintah, oleh karena itu ia menjadi miskin. Pada bulan Juni 1956 ketika mereka menyerbu Kuba, Che pergi bersama mereka, pada awalnya sebagai dokter namun kemudian sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguhsungguh memberikan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin kejam yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin dalam eksekusi massa pendukung fanatik presiden yang terguling Batista. Pada tokoh Che Guevara ini dapat disimpulkan bahwa beliau menjadi seorang pemimpin karena memimpin suatu peristiwa besar yaitu revolusi di Kuba. 2.1.2. Teori Sifat Teori sifat menjelaskan bahwa seorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Dalam hal ini dapat pula dilihat sosok seorang Che Guevara yang 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Che_Guevara, 12.55 AM, 24 September 2010 3 merupakan spesialis kulit yang miskin, dapat menjadi seorang komandan tentara revolusioner Barbutos. Karakter terus berkembang dari waktu ke waktu. Banyak orang mengatakan karakter seseorang terbentuk sedari kecil. Kita memang tidak mengetahui dengan pasti kapan tepatnya karakter itu mulai berkembang. Akan tetapi, bisa dipastikan bahwa karakter tidak dapat berubah dengan cepat. Dari perilaku seseorang, kita bisa menebak karakternya. Seorang yang berkarakter kuat menunjukkan aktivitas, energi, kemantapan tekad, disiplin, kemauan keras, dan keberanian. Dia melihat apa yang ia inginkan lalu mengejarnya. Ia juga menarik orang untuk mengikutinya. Di sisi lain, orang yang berkarakter lemah tidak menunjukkan sifat-sifat tersebut. Ia tidak tahu apa yang ia inginkan. Sifatnya tidak terkelola dengan baik, terombang-ambing dan tidak konsisten. Akibatnya, tidak ada seorang pun yang bersedia mengikutinya. Che memiliki sifat rajin membaca yang merupakan modal untuk pengetahuannya sebagai pemimpin. Che juga memiliki sifat yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memberikan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin kejam yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin dalam eksekusi massa pendukung fanatik presiden yang terguling Batista Guevara. Dari sifat-sifat inilah yang membuat ia langsung melesat menjadi pemimpin dari hanya seorang Dokter yang bertugas saat perang gerilya. 2.1.3. Teori Kepemimpinan Perilaku (Behavior Theories) Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur, dan memberikan sanksi. 2.1.3.1.Studi Kepemimpinan Universitas IOWA Usaha untuk mempelajari kepemimpinan pada mulanya dilakukan pada tahun 1930 oleh Ronald Lippitt dan Ralph K. White di bawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas IOWA. Dalam penelitian ini klub hobi dari anak-anak umur 10 tahun dibentuk. Setiap klub diminta memainkan tiga style kepemimpinan, yaitu otokratis, demokratis, dan semaunya sendiri (laissez faire). Terdapat beberapa penemuan dari hasil percobaan tersebut. Salah satu penemuan yang pasti adalah kesukaan yang melimpah dari anak-anak tersebut pada pemimpin yang demokratis dibandingkan dengan pemimpin 4 yang otokratis. Sayangnya penelitian IOWA ini tidak mengungkapkan pengaruh langsung dari gaya kepemimpinan tersebut pada produktivitas. RendahPerhatianTinggi 2.1.3.2.Studi Kepemimpinan Universitas OHIO Dalam tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan serangkaian penelitian dalam bidang kepemimpinan. Penelitian ini mengembangkan dan mempergunakan Kuesionair Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Behavior Description Questionnaire – LBDQ). Dalam kuestioner (LBDQ) terdiri dari 15 item yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai struktur inisiatif, dan 15 item yang berisi pertanyaan mengenai perhatian. Di dalam menelaah perilaku pemimpin, tim dari Universitas OHIO ini menemukan bahwa kedua perilaku tersebut sangat berbeda dan terpisah satu sama lain. Oleh karena itulah selama penelitian kedua dimensi perilaku tersebut dikembangkan empat segi empat yang digunakan untuk menunjukkan kombinasi dari struktur inisiatif (perilaku tugas) dengan perhatian (perilaku hubungan), sebagai berikut: Tinggi Perhatian dan Rendah Struktur Tinggi Struktur dan Tinggi Perhatian Rendah Struktur dan Rendah Perhatian Rendah Struktur dan Rendah Perhatian RendahStruktur InisiatifTinggi 2.1.3.3.Studi Kepemimpinan Universitas Michigan Pada tahun 1947, kantor riset dari Angkatan Laut mengadakan kontrak kerja sama dengan Pusat Riset Survey Universitas Michigan untuk melakukan suatu penelitian. Tujuan dari kerja sama penelitian ini antara lain untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok, dan kepuasan anggota kelompok yang diperoleh dari partisipasi mereka. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa para responden lebih menyukai: a. menerima pengawasan dari pengawas-pengawas mereka yang bersifat terbuka dibanding yang terlalu ketat b. menyukai sejumlah otoritas dan tanggung jawab yang ada dalam pekerjaan mereka c. mempergunakan sebagian besar waktunya dalam pengawasan d. memberikan pengawasan terbuka pada bawahannya dibandingkan pengawasan yang ketat e. berorientasi paka pekerja daripada berorientasi pada produksi 2.1.3.4.Managerial Grid Gaya managerial grid sering kali digunakan dalam rangka mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam management. Dalam pendekatan managerial grid ini, manager berhubungan dengan dua hal, produksi di satu pihak dan orang-orang di pihak lain. Managerial grid di sini menekankan bagaimana manajer memikirkan mengenai produksi dan hubungan kerja dengan manusianya. 5 Ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan dalam gaya yang ekstrim, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan di tengah-tengah gaya ekstrim tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid itu antara lain sebagai berikut: a. Pada Grid 1.1. manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengannya, dan produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manajer dalam grid ini menjadikan dirinya perantara yang hanya mengkomunikasikan informasi dari atasan kepada bawahan. b. Pada Grid 9.9. manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksi maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Manajer yang termasuk grid ini dipercaya dapat menjadi ”manajer tim” yang riel (the real team manager). Manajer ini mampu untuk memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan kebutuhan-kebutuhan orang-orang secara individu. c. Pada Grid 1.9. ini gaya kepemimpinan dari manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai produksi lemah. Dalam suasana seperti ini tidak ada satu orang pun yang mau memikirkan tentang usaha-usaha koordinasi guna mencapai tujuan organisasi. d. Pada Grid 9.1. manajer menjalankan tugas secara otokratis (autocratictask managers). Manajer semacam ini hanya mau memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orangorang yang bekerja dalam organisasinya. Selain empat gaya yang ekstrim di atas, ada satu gaya yang berada di tengah-tengah. Manajer semacam ini termasuk dalam grid 5.5. Dalam hal ini manajer mempunyai pemikiran yang medium baik pada produksi maupun pada orang-orang. Kelima grid tersebut amat bermanfaat untuk mengetahui dan mengenal macam-macam gaya kepemimpinan seorang manajer. Dengan adanya sistem grid ini, diharapkan para pemimpin akan dapat mengetahui gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk diterapkan dalam organisasinya. 2.1.3.5.Empat Sistem Manajemen Likert Gaya empat sistem manajemen dikembangkan melalui suatu ide dan pendekatan yang penting untuk memahami perilaku pemimpin. Gaya empat sistem manajemen ini dikembangkan berdasar suatu proses penelitian yang bertahun-tahun. Gaya empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut: a. Sistem 1 Dalam sistem ini pemimpin bergaya sebagai exploitive-authoritative. Manajer dalam hal ini sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya. Pemimpin dalam sistem ini, hanya mau memperhatikan pada komunikasi yang turun ke bawah, dan hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas saja. b. Sistem 2 Dalam sistem ini pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati (benevolent authoritative). Pemimpin atau manajer-manajer yang termasuk dalam sistem ini mempunyai kepercayaan yang berselubung, percaya pada bawahan, mau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan katakutan berikut hukuman-hukuman, memperbolehkan adanya komunikasi ke atas, mendengarkan pendapat-pendapat, ide-ide dari bawahan, dan memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam proses keputusan. Bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasannya. c. Sistem 3 Dalam sistem ini gaya kepemimpinan lebih dikenal dengan sebutan manajer konsultatif. Manajer dalam hal ini mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan biasanya dalam hal kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan, dan masih menginginkan 6 melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya. Bawahan di sini merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama atasannya. d. Sistem 4 Dalam hal ini manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya. Bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugasnya bersama atasannya. Manajer yang termasuk sistem 4 ini mempunyai kesempatan untuk lebih sukses sebagai pemimpin (leader). Setiap organisasi yang termasuk sistem manajemen 4 ini sangat efektif di dalam menetapkan tujuan-tujuan dan mencapainya, dan pada umumnya organisasi semacam ini lebih produktif. Contoh dari teori kepemimpinan perilaku adalah Adolf Hitler. Adolf Hitler lahir tahun 1889 di Braunau, Austria. Di masa Perang Dunia ke-I, dia masuk Angkatan Bersenjata Jerman, terluka dan peroleh dua medali untuk keberaniannya. Di tahun 1919, dia bergabung dengan partai kecil berhaluan kanan di Munich, dan segera partai ini mengubah nama menjadi Partai Buruh Nasionalis Jerman (diringkas Nazi). Dalam tempo dua tahun dia menanjak jadi pemimpin yang tanpa saingan yang dalam julukan Jerman disebut "Fuehrer." Di bulan Januari 1933, tatkala umurnya empat puluh empat tahun, Hitler menjadi Kanselir Jerman. Dengan jabatan itu, Hitler dengan cepat dan cekatan membentuk kediktatoran dengan menggunakan aparat pemerintah melabrak semua golongan oposisi. Perlu dicamkan, proses ini bukanlah lewat erosi kebebasan sipil dan hak-hak pertahankan diri terhadap tuduhan-tuduhan kriminal, tetapi digarap dengan sabetan kilat dan sering sekali partai Nazi tidak ambil pusing dengan prosedur pengajuan di pengadilan sama sekali. Banyak lawan-lawan politik digebuki, bahkan dibunuh langsung di tempat. Meski begitu, sebelum pecah Perang Dunia ke-2, Hitler meraih dukungan sebagian terbesar penduduk Jerman karena dia berhasil menekan jumlah pengangguran dan melakukan perbaikan-perbaikan ekonomi. Mungkin tak ada tokoh dalam sejarah yang punya pengaruh begitu besar terhadap generasinya ketimbang Adolf Hitler. Di samping puluhan juta orang yang mati dalam peperangan yang dia biang keladinya, atau mereka yang mati di kamp konsentrasi, masih berjuta juta orang terlunta-lunta tanpa tempat bernaung atau yang hidupnya berantakan akibat perang. Keberhasilan Adolf Hitler dapat terlihat dari perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Perilaku kepemimpinannya tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat 7 bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, ataupun dari cara menegakkan disiplin. Adolf Hitler menjadi pemimpin yang berhasil pada masanya walaupun dia oleh dunia luas dianggap manusia yang paling jahanam sepanjang sejarah. 2.1.4. Teori Kepemimpinan Kontigensi atau Situasional Terdapat beberapa variabel situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan perilakunya, berikut pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya. Salah satu usulan mengemukakan suatu model berdasarkan situasi untuk efektivitas kepemimpinan. 2.1.4.1.Model Kepemimpinan Situasional dari Fiedler Model kontigensi dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967). Menurut model ini, maka the performance of the group is contingent upon both the motivational system of the leader and the degree to which the leader has control and influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73). Dengan perkataan lain, tinggi-rendahnya prestasi kerja suatu kelompok dipengaruhi oleh sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu. Penelitian ini mengembangkan suatu teknik yang unik untuk mengukur gaya kepemimpinan. Pengukuran ini diciptakan dengan memberikan skor yang dapat menunjukkan Dugaan Kesamaan di antara Keberlawanan (Assumed Similarity between Opposites – ASO) dan Teman Kerja yang Paling Sedikit Disukai (Least Preferred Coworker-LPC). Dua pengukuran yang dipergunakan saling bergantian dan ada hubungannya dengan gaya kepemimpinan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: a. Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak (lenient) dihubungkan pemimpin yang tidak melihat perbedaan yang besar di antara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disukai (ASO) atau yang memberikan suatu gambaran yang relatif menyenangkan kepada teman kerja yang paling sedikit disenangi (LPC) b. Gaya yang berorientasi tugas atau hard nosed dihubungkan dengan pemimpin yang melihat suatu perbedaan besar diantara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disenangi (ASO) dan memberikan suatu gambaran tidak menyenangkan pada teman kerja yang paling sedikit disukai (LPC) Untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan dari penelitian-penelitian terdahulu, maka dikembangkan suatu model yang dinamakan Model Kontijensi Kepemimpinan yang Efektif (A Contigency Model of Leadership Effectiveness). Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun sifat yang menyenangkan itu diterangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut ini: a. Hubungan pemimpin-anggota Hal ini merupakan variabel yang paling penting di dalam menentukan situasi yang menyenangkan tersebut b. Derajad dari struktur tugas Dimensi ini merupakan masukan yang amat penting kedua, dalam menentukan situasi yang menyenangkan c. Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otorita formal Dimensi ini merupakan dimensi yang amat penting ketiga dari dalam situasi yang menyenangkan Suatu situasi akan dapat menyenangkan pemimpin jika ketiga dimensi di atas mempunyai derajat yang tinggi. Dengan kata lain, suatu situasi akan menyenangkan jika: - pemimpin diterima oleh para pengikutnya (derajad dimensi pertama tinggi) - tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan secara jelas (derajad dimensi kedua tinggi) 8 - penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan dalam posisi pemimpin (derajad dimensi ketiga juga tinggi) 2.1.4.2.Model Kepemimpinan Situasional Tiga Dimensi dari Reddin Kalau dalam managerial grid, diidentifikasi gaya-gaya kepemimpinan yang tidak secara langsung berhubungan dengan efektivitas, maka gaya kepemimpinan tiga dimensi tersebut menambahkan efektivitas dalam modelnya. Selain efektivitas, gaya kepemimpinan ini juga melihat gaya kepemimpinan itu selalu dipulangkan pada dua hal mendasar yakni hubungan pemimpin dengan tugas dan hubungan kerja. Dengan demikian, model gaya kepemimpinan ini cocok dan mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Contoh dari teori kepemimpinan kontigensi atau situasional adalah Bob Sadino. Bob Sadino adalah seorang pengusaha yang mengawali usahanya dari bawah. Sebelum menjadi pengusaha sukses seperti sekarang, ia pernah bekerja sebagai karyawan di berbagai bidang di Eropa, namun kemudian ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan memulai usaha sendiri. Sempat mengalami jatuh bangun sebelum akhirnya sukses membentuk Bob Sadino menjadi seseorang yang rendah hati. Sebagai pemimpin, Bob Sadino mengelola perusahaan sebagai sebuah keluarga, karyawan dianggap lebih seperti saudara daripada pekerja. Bob Sadino tak pernah berhenti memotivasi karyawannya untuk melakukan yang terbaik, hal ini didukung dengan rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan sehingga pimpinan tidak perlu mengawasi karyawan terlalu ketat karena karyawan telah paham betul tanggung jawabnya. Perlakuan Bob Sadino terhadap karyawannya sangat baik, kesejahteraan karyawan diperhatikan baik lahir maupun batin Di sisi lain, tuntutan Bob terhadap karyawannya cukup tinggi. Kedisiplinan karyawan sangat ditegakkan, kebijakan pemotongan gaji pun dilakukan jika ada karyawan yang melakukan kesalahan yang dianggap merugikan perusahaan. Bob selalu menawarkan sebuah keputusan yang diambil pimpinan kepada karyawan sebelum menetapkannya menjadi peraturan. Hal ini terbukti efektif menghindari konflik terhadap adanya peraturan baru. Kalaupun terjadi konflik, kedekatan hubungan antara pimpinan dan karyawan membuat konflik segera dapat diatasi karena langsung diketahui oleh pimpinan. Dari teori kepemimpinan situasional maka Bob Sadino menerapkan gaya berpartisipasi, dimana terdapat hubungan yang kuat antara pemimpin dengan bawahannya; dalam pengambilan keputusan karyawan turut telibat sehingga mereka merasa ikut memiliki perusahaan. 9 BAB III KESIMPULAN Kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Di sini dapat ditangkap suatu pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka di sini kegiatan kepemimpinan telah dimulai. Pengaruh dan kekuasaan dari seorang pemimpin mulai nampak dari relevansinya. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa terdapat beberapa teori mengenai kepemimpinan yang mana teori kepemimpinan tersebut dapat diterapkan sehingga tujuan dari para pemimpin yang bersangkutan dapat tercapai. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga tidak ada teori yang benar-benar sempurna untuk diterapkan. 10 DAFTAR PUSTAKA Robbins, Stephen P, ”Perilaku Organisasi” Penerbit Salemba Empat: Jakarta, 2008 Thoha, Miftah, ”Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya” Rajawali : Jakarta, 2001 Munandar, Ashar Sunyoto, ”Psikologi Industri dan Organisasi” Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta, 2001 Che Guevara, http://id.wikipedia.org/wiki/Che_Guevara, 12:55 AM, 24 September 2010 Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/iptek/100/Hitler.html, 23:00 PM, 24 September 2010, oleh Michael H. Hart Gaya Kepemimpinan Bob Sadino, http://permenkared.multiply.com/journal/item/4/tugas_komunikasi_organisasi_revisi, 23:00 PM, 24 September 2010, oleh Rie 11