RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1.Perkembangan Pendapatan Daerah Kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal menjadi issue yang dihadapi oleh setiap Pemerintahan Daerah, karena kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan kapisitas fiskal (fiscal capacity) akan menimbulkan kesenjangan fiskal (fiscal gap). Pemerintah Daerah harus dapat meningkatkan PAD tanpa harus melanggar norma-norma dengan cara mengoptimalisasi potensi yang ada. Optimalisasi PAD dari sisi penerimaan hendaknya diikuti dengan pengelolaan penggunaan anggaran dari sisi pengeluaran dan dikelola dengan baik dengan prinsif value for money serta dilakukan secara komprehensif dengan berbagai strategi sesuai dengan kaidah pengelolaan keuangan daerah dan keuangan negara, dengan peningkatan prosedur pengendalian dari intern pemerintah daerah agar terpenuhi prinsif stewardship dan accountability. Pendapatan Asli Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Peengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 285 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 21 ayat (1) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pda Pasal 26 ayat (1). Pengertian pendapatan asli daerah seharusnya tidak perlu menjadi perdebatan lagi karena dalam peraturan peundang-undangan sudah diatur dengan jelas, objek pendapatan asli daerah dalam pelaksanaannya harus memiliki dasar hukum yang jelas untuk dipungut atau tidaknya. Untuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan pelaksanaan di Daerah harus diatur dengan Peraturan Daerah, dan Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan diluar yagn telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 286 ayat (2). Peraturan Daerah sebagai dasar pelaksanaan merupakan persyaratan mutlak bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan pungutan, karena SKPD dilarang melakukan pungutan selain yang ditetapkan dalam BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Peraturan Daerah sesuai Pasal 58 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 hal ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 128 ayat (2). Reformasi peraturan perundang-undangan sudah memberikan perubahan yang mendasar, hal ini dapat kita cermati pada UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Di dalam Undang-Undang tersebut mengubah sistem yang semulanya open list menjadi close list, Pemerintah Daerah hanya dapat melakukan pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang tersebut, dan penambahan jenis pungutan untuk Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012. Kebijakan Pemerintah Pusat sesuai dengan Undang-Undang memberikan kewenangan Pemerintah Daerah dengan memperluas basis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam hal kewenangan penetapan tarif. Dalam hal pengawasan pungutan daerah telah diubah dari represif menjadi preventif yaitu setiap Peraturan Daerah mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat dapat melakukan pembatalan Peraturan Daerah karena melanggar aturan yang lebih tinggi dan tidak diatur dalam peraturan perundangan. Karena seusai dengan Undnang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan akan diakui keberadaannya dan memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan (Pasal 8 ayat (2). Apabila Pemerintah Daerah membuat suatu produk hukum khususnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah melanggar ketentuan peraturan yang lebih tinggi, maka Pemeritah Pusat melalui Menteri Keuangan memberikan sanksi diantaranya : 1. Pelanggaran terhadap prosedur penetapan Ranperda menjadi Perda berupa sanksi penundaan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan bagi daerah yang tidak memperoleh DAU sebesar 10% setiap penyaluran; 2. Pelanggaran Perda terhadap larangan pemungutan PDRD berdasarkan Perda yang dibatalkan berupa pemotongan DAU dan atau DBH Pajak Penghasilan sebesar perkiraan penerimaan PDRD yang telah dipungut berdasarkan Perda yang dibatalkan untuk setiap periode penyaluran DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan. Apabila belum tercantum dalam RAPBD maka sanksi sebesar 5% setiap penyaluran DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan. Pendapatan Asli Daerah dibagi berdasarkan jenis pendapatan dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dibagi ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu : BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 A. Pajak Daerah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : a. Pajak Provinsi meliputi : Pajak Kenderaan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama kenderaan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor (PBBKB), Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Pembagian Pajak Provinsi ke Kabupaten/Kota diatur dalam Pasal 95 dengan persentase yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi dan alokasinya dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Daerah. Dalam UndangUndang tersebut terdapat sisi kelemahan yaitu tidak adanya sanksi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi mengenai keterlambatan penyaluran ke Kabupaten/Kota. Hal ini diperlukan agar Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki kepastian untuk memprediksi arus kas masuk dan dapat digunakan untuk mendukung program kegiatan yang dianggarkan dalam APBD. Apabila tidak terdapatnya sanksi tentu Pemerintah Provinsi melakukan penyaluran tidak sesuai dengan ketentuan sehingga merugikan daerah secara berkelanjutan. Perubahan regulasi tersebut diperlukan agar Pementah memiliki kepastian dalam proses penganggaran dan pelaksanaan; b. Pajak Kabupaten/Kota meliputi : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Mineral Bukan Logam (Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjadi kewenangan dari Pemerintah Provinsi), Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, PBB Perkotaan dan Perdesaan, serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. 11 (sebelas) Objek pajak tersebut dalam pelaksanaan harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah dan besaran persentase pengenaan pajak tidak diperkenankan melanggara aturan tentang Pajak Daerah. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 B. Retribusi Daerah Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Retribusi daerah terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu : 1. Retribusi Jasa Umum, yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan. Retribusi Jasa umum meliputi Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Persampahan/Kebersihan, Retribusi KTP dan Akte Capil, Retribusi Pemakaman/Pengabuan Mayat, Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kenderaan Bermotor, Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Penyedotan Kakus, Retribusi Pengolahan Limbah Cair, Retribusi Pelayanan Pendidikan, sert Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; 2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsif komersial yang meliputi : a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh swasta. Retribusi Jasa Usaha meliputi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan. Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan/pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Pelayanan Kepelabuhan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di Air, serta Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. 3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi Perizinanan Tertentu meliputi Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek, Retribusi Izin Usaha Perikanan. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 4 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Jenis pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, milik pemerintah/BUMN dan perusahaan milik swasta. Peran BUMD dalam peningkatan pendapatan asli daerah sangat dibutuhkan sekali dalam menggerakan ekonomi. Kinerja dari BUMD dari sisi internal, harus mampu menjadi pemacu utama pertumbuhan dan pengembangan ekonomi, sedangkan dari sisi eksternal BUMD dituntud untuk menarik investasi asing maupun domestik agar perumbuhan ekonomi di daerah memberikan multiplier effect yang besar. Pendapatan dari jenis ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah antara lain : Laba Atas Penyertaan Modal pada BUMD, Laba Atas Penyertaan Modal pada BUMD dan Laba Atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta. D. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Jenis pendapatan yang dianggarkan untuk menampung penerimaan daerah yang tidak termasuk jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini seperti : Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan, Jasa Giro, Pendapatan Bunga Deposito, Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, Komisi, Potongan dan Selisih NIlai Tukar, Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda Pajak, Pendapatan Denda BPHTB, Pendapatan Denda Retribusi, Pendapatan Hasil Eksekusi Atas Jaminan, Pendapatan dari Pengembalian, Fasilitas Sosial dan Fasiltas Umum, Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan dan Hasil Pengelolaan Dana Bergulir Agar tidak terjadi persepsi yang berbeda mengenai Pendapatan Asli Daerah, harus diketahui mana yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah. Semua Penerimaan Daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah mekanismenya harus berdasarkan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan dan aturan yang ditetapkan tidak dibenarkan melampaui kewenangan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dan revisinya yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011). Perlu dijelaskan, khususnya untuk sektor perikanan, Pemerintah Daerah hanya dapat melakukan pungutan untuk PAD pada BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 5 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 jenis Retribusi Perizinanan Tertentu yaitu Retribusi Izin Usaha Perikanan dan Retribusi Jasa Usaha yaitu Retribusi Tempat Pelelangan dan Retribusi Pelayanan Kepelabuhan dengan syarat fasilitasnya sudah disediakan oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan dari Dana Bagi Hasil Perikanan dari Pemerintah Pusat seluruh Kabupaten/Kota hanya memperoleh alokasi bagi rata yang sama. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sumber pendapatan pemerintah daerah berasal dari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Tabel 3.1 memperlihatkan kontribusi dari tiap sumber pendapatan tersebut. Jumlah PAD Pemerintah memperlihatkan peningkatan pada kurun waktu 2010-2015. Tahun 2010, PAD Pemerintah provinsi sebesar 418.737.660.717 selanjutnya meningkat sebesar 535.087.974.492 pada tahun 2011. Pada tahun 2012 PAD mencapai 633.650.532.712 dan tahun 2013 meningkat mencapai 789.631.753.619. Pada tahun 2014 PAD terus meningkat mencapai 937.681.926.708 dan pada tahun 2015 PAD Provinsi Sulawesi Utara mencapai 1.012.692.676.656. Pendapatan pemerintah daerah di Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun pada kurun waktu periode 2010-2015 sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.1. Pajak daerah pada tahun 2010 baru mencapai 373.703.162.730 selanjutnya pada tahun 2011 meningkat menjadi 477.202.210.410. Pada tahun 2012, pajak daerah dapat mencapai 554.846.120.068 dan meningkat terus sehingga pada tahun 2013 mencapai 667.921.445.991. Tahun 2014 pajak daerah dapat mencapai 785.141.595.219 dan tahun 2015 mencapai 836.969.180.599. Retribusi daerah pada tahun 2010 berjumlah 11.898.613.199 dan pada tahun 2011 menurun signifikan menjadi 8.866.0383.871. Selanjutnya pada tahun 2012 meningkat menjadi 14.790.120.410. Pada tahun 2013 retribusi daerah meningkat secara signifikan mencapai 25.269.649.522 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 34.468.179.481 dan selanjutnya pada tahun 2015 mencapai 54.026.351.326. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 6 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015 2010 PENDAPATAN 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Rata pertumbuhan 1.158.671.349.178 1.365.705.443.665 1.834.908.287.642 2.062.083.087.023 2.320.810.782.597 2.527.705.785.301 418.737.660.717 535.087.974.492 633.650.532.712 789.631.753.619 937.681.926.708 1.012.692.676.656 373.703.162.730 477.202.210.410 554.846.120.068 667.921.445.991 785.141.595.219 836.969.180.599 Retribusi Daerah 11.898.613.199 8.866.083.871 14.790.120.410 25.269.649.522 34.468.179.481 54.026.351.326 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 13.553.666.293 23.107.361.219 24.433.970.535 33.010.612.361 29.410.022.489 33.225.161.415 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 19.582.218.495 25.912.318.992 39.580.321.699 63.430.045.745 88.662.129.519 88.471.983.316 650.530.096.329 729.361.142.173 933.366.697.430 1.029.942.555.904 1.093.949.317.889 1.173.041.386.645 74.309.883.329 80.361.935.173 99.292.276.430 89.912.138.904 84.421.635.889 69.347.787.645 558.781.013.000 619.711.007.000 790.534.491.000 885.684.277.000 949.852.622.000 1.026.948.809.000 13,17 17.439.200.000 29.288.200.000 43.539.930.000 54.346.140.000 59.675.060.000 76.744.790.000 35,97 89.403.592.132 101.256.327.000 267.891.057.500 242.508.777.500 289.179.538.000 341.971.722.000 41,17 PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Dana Darurat 17,21 19,51 17,70 41,07 22,68 36,98 12,78 -0,34 - 571.578.000 501.216.000 544.804.000 - - -34,54 89.403.592.132 100.684.749.000 267.389.841.500 241.963.973.500 289.179.538.000 340.495.874.000 41,19 - - - - - 1.475.848.000 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 7 - RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Rincian realisasi pendapatan daerah tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.2. REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA JENIS PENERIMAAN 937.066.549.692 1.012.848.137.232 PAJAK DAERAH 477.202.210.410 554.845.819.018 667.486.863.891 785.079.848.719 836.955.752.699 155.247.795.242 176.131.942.531 209.315.814.738 234.544.552.863 261.160.456.435 299.791.105.950 282.966.828.750 258.208.662.193 3 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBN-KAA) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) Pajak Pengambilan & Pemanfaatan Air Permukaan (P3AP) Pajak Pengambilan & Pemanfaatan Air Bawah Tanah (P3ABT) Pajak Rokok 8 RETRIBUSI DAERAH 1 Retribusi Pelayanan Kesehatan 2 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang 3 4 5 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta & Jasa Ketatausahaan Retribusi Pelayanan Pendidikan 6 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 7 Retribusi Tempat Pelelangan Ikan 8 Retribusi Tempat Pelelangan Hasil Bumi Retribusi Tempat Pariwisata 9 10 TAHUN ANGGARAN 2015 787.258.567.366 Pajak Kendaraan di Atas Air (PKAA) 7 TAHUN ANGGARAN 2014 633.307.258.500 2 6 TAHUN ANGGARAN 2013 535.087.974.492 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 5 TAHUN ANGGARAN 2012 PENDAPATAN ASLI DAERAH 1 4 TAHUN ANGGARAN 2011 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah/Raga - 20.993.850 214.280.095.110 242.429.707.500 , 7.163.600 105.246.824.618 134.032.032.677 156.602.634.526 196.938.425.823 203.967.373.500 2.399.337.990 2.252.136.310 1.777.308.677 1.252.568.300 1.206.845.310 - 69.377.472.983 112.412.415.261 - - - 8.866.083.871 14.576.496.775 2.391.051.438 3.145.957.945 - - 1.460.710.843 10.070.000 4.000.137.915 54.667.200 2.790.000 1.904.394.391 - - - - - 311.690.300 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 507.760.800 8 22.360.933.010 34.264.708.481 54.023.297.875 3.149.199.814 3.981.215.139 - - - - - - - 1.553.657.718 2.017.696.863 1.832.008.433 - 22.000.000 22.000.000 305.563.100 136.549.300 39.847.581.178 1.575.000 150.286.000 47.240.000 31.500.000 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 11 12 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Retribusi Usaha Perikanan 92.040.000 234.054.875 13 Retribusi Izin Trayek 259.203.500 240.977.000 14 Retribusi Izin Angkutan Sewa 107.125.000 32.600.000 15 Pendapatan JAMKESMAS 16 Pendapatan JAMKESDA 17 Pendapatan ASKES HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 1 BUMN/BUMD 2 Perusahaan Swasta LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 1 Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak dipisahkan 2 Penerimaan Jasa Giro - 123.277.000 135.380.500 106.536.950 146.610.000 362.018.000 500.669.025 482.913.625 817.564.298 14.425.000 45.379.000 27.503.371.604 11.081.553.966 - - 8.202.054.439 11.748.703.618 - 1.189.398.758 - 3.749.944.477 23.107.361.219 24.433.970.535 25.912.318.992 33.010.612.361 - 23.107.361.219 28.416.000 24.433.970.535 39.450.972.172 33.010.612.361 64.400.158.104 29.410.022.489 33.225.161.415 102.172.379 106.513.453 29.307.850.110 33.118.647.962 88.311.970.003 88.643.925.243 664.401.275 200.144.848 342.443.216 3.128.168.675 94.718.040 1.456.378.570 2.225.748.315 3.247.427.892 3.021.253.963 2.108.718.578 15.626.252.860 23.737.232.423 28.334.652.018 43.871.763.447 41.821.482.181 60.578.200 6.105.073.515 12.701.950.717 1.861.775.838 3 Pendapatan Bunga 4 2.492.497.093 58.186.141 1.440.930.075 294.903.323 360.802.462 1.582.063.506 109.211.561 6 Tuntutan Ganti Kerugian Daerah (TGR) Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pendapatan Denda Pajak 9.403.840.339 15.189.701.100 16.795.256.000 15.796.343.800 7 Pendapatan dari Pengembalian 1.713.355.391 601.334.774 1.108.958.600 91.304.586 21.846.966.410 8 Fasilitas Sosial & Fasilitas Umum 9 Penyelenggaraan Pendidikan & Latihan 1.116.000.000 895.300.000 663.750.000 665.992.000 - 895.300.000 - - 895.300.000 6.350.000 5 10 11 Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah Hasil Penjualan Aset Lainnya 12 Dana Bergulir 13 Lain-lain Penerimaan 14 Pendapatan Kerjasama Pemanfaatan Kekayaan Daerah DANA PERIMBANGAN 6.000.000 617.930.000 - - 1.842.387.587 1.805.189.950 2.045.863.886 5.107.512.715 1.090.621.835 - 4.979.335.415 1.089.180.000 3.241.745.000 729.361.142.173 933.366.697.430 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 259.766.394 9 1.029.749.639.438 1.093.949.318.889 1.173.041.386.645 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAGI HASIL PAJAK / BAGI HASIL BUKAN PAJAK 1 BAGI HASIL PAJAK 99.269.530.986 89.719.222.438 84.421.636.889 67.382.287.273 94.801.410.258 84.068.115.460 7.933.345.957 12.454.422.169 10.773.157.175 69.347.787.645 69.660.411.783 53.877.796.443 - 2.894.504.600 - Pajak Bumi & Bangunan (PBB) - 4.019.289 1.700.948.353 2.599.182.730 2.767.915.506 1.639.942.579 - Bea Perolehan Hak Atas Tanah & Bangunan (BPHTB) Pajak Penghasilan (PPh 25 & 29 WPOPDN) Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) 30.781.650.092 45.668.352.372 38.774.515.554 45.871.201.233 - PBB Migas 26.260.308.258 29.176.812.305 27.699.064.757 18.639.918.754 15.385.491.593 - Upah Pungut PBB Migas 702.015.324 1.118.227.017 1.154.127.690 790.393.367 660.540.000 - PBB Panas Bumi 3.679.690.286 2.783.361.390 2.041.087.416 2.118.641.650 - Hasil Cukai Tembakau - Upah Pungut PBB Panas Bumi 115.973.388 85.045.305 44.152.500 - BH PBB Perkebunan 101.099.991 96.152.000 - BH PBB Perhutanan 17.647.645 60.135.300 - BH PBB Non Migas - 2 80.361.935.173 Upah Pungut PBB Perkebunan, Perhutanan & Non Migas BAGI HASIL BUKAN PAJAK - - 104.723.379 - - - - - - - - - - - - 12.979.647.900 4.468.120.728 5.651.106.978 25.296.168 6.511.000 14.761.225.106 15.469.991.202 82.963.832 19.092.750 - Iuran Hak Pengusahaan Hutan - Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Dana Reboisasi - Iuran Tetap (Landrent) 166.307.121 376.513.962 574.464.688 1.133.380.513 3.084.805.608 - Iuran Eksploitasi / Royalti 273.396.749 4.063.876.234 4.748.401.674 12.548.143.448 11.571.856.044 - Pertambangan Minyak 364.273.135 - - - - - Pertambangan Gas Bumi 8.424.183.898 - - - Pertambangan Panas Bumi 3.421.848.432 - 996.737.313 794.236.800 - Hasil Cukai Tembakau 329.638.565 - DANA ALOKASI UMUM (DAU) 10.080.946 448.779.325 32.611.667.800 - 17.649.586 - 619.711.007.000 - 790.557.236.444 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 10 56.874.880 271.365.736 885.684.277.000 949.852.622.000 1.026.948.809.000 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 1 DANA PENYEIMBANG DARI PEMERINTAH 2 DANA HIBAH 3 DANA PENYESUAIAN 4 BANTUAN BENCANA ALAM 5 6 BANTUAN KEUANGAN DARI PROPINSI/PEMDA LAINNYA DANA ED HOC 1 7 DANA OTONOMI KHUSUS 8 DANA PILKADA 29.288.200.000 43.539.930.000 101.256.327.000 267.891.057.500 - 59.675.060.000 76.744.790.000 242.225.659.500 289.179.538.000 341.971.722.000 571.578.000 501.216.000 261.686.000 100.684.749.000 267.389.841.500 - - - - - - 1.365.705.443.665 - - 241.963.973.500 289.179.538.000 340.495.874.000 - - - - - JUMLAH 54.346.140.000 1.834.565.013.430 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 11 1.475.848.000 - - - - - - - - - - 2.059.233.866.304 2.320.195.406.581 2.527.861.245.877 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.3. Pertumbuhan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Year on Year, 2010-2015 PERTUMBUHAN YOY 2011 % PERTUMBUHAN YOY 2011 PERTUMBUHAN YOY 2012 % PERTUMBUHAN YOY 2012 PERTUMBUHAN YOY 2013 % PERTUMBUHAN YOY 2013 PERTUMBUHAN YOY 2014 % PERTUMBUHAN YOY 2014 PERTUMBUHAN YOY 2015 % PERTUMBUHAN YOY 2015 PENDAPATAN 207.034.094.487 0,178682328 469.202.843.977 0,343560792 227.174.799.381 0,123807168 258.727.695.574 0,125469093 206.895.002.704 0,089147726 PENDAPATAN ASLI DAERAH 116.350.313.775 0,277859683 98.562.558.220 0,184198791 155.981.220.907 0,246162850 148.050.173.089 0,187492679 75.010.749.948 0,079995943 103.499.047.680 0,276955236 77.643.909.658 0,162706517 113.075.325.923 0,203795831 117.220.149.228 0,175499903 51.827.585.380 0,066010495 -3.032.529.328 -0,254864099 5.924.036.539 0,668168340 10.479.529.112 0,708549276 9.198.529.959 0,364014940 19.558.171.845 0,567426889 9.553.694.926 0,704879014 1.326.609.316 0,057410680 8.576.641.826 0,351013022 -3.600.589.872 -0,109073707 3.815.138.926 0,129722408 6.330.100.497 0,323257577 13.668.002.707 0,527471228 23.849.724.046 0,602565190 25.232.083.774 0,397793876 -190.146.203 -0,002144616 78.831.045.844 0,121179706 204.005.555.257 0,279704447 96.575.858.474 0,103470435 64.006.761.985 0,062145953 79.092.068.756 0,072299573 6.052.051.844 0,081443431 18.930.341.257 0,235563532 -9.380.137.526 -0.094469961 -5.490.503.015 -0,061065203 -15.073.848.244 -0,178554325 60.929.994.000 0,109040917 170.823.484.000 0,275650234 95.149.786.000 0,120361334 64.168.345.000 0,072450586 77.096.187.000 0,081166473 11.849.000.000 0,679446305 14.251.730.000 0,486603137 10.806.210.000 0,248190799 5.328.920.000 0,098055170 17.069.730.000 0,286044622 11.852.734.868 0,132575600 166.634.730.500 1,645672280 -25.382.280.000 -0,094748515 46.670.760.500 0,192449778 52.792.184.000 0,182558505 -70.362.000 -0,123101309 43.588.000 0,086964502 -544.804.000 -1 - Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Dana Darurat 571.578.000 11.281.156.868 0,126182367 166.705.092.500 1.655713444 -25.425.868.000 -0,095089132 47.215.564.500 0,195134688 51.316.336.000 - - - - - - - - 1.475.848.000 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 12 0,177454935 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 3.1.1.2. Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara selang Tahun 20102015, mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 belanja daerah mencapai 1.137.423.444.598 dan meningkat pada tahun 2011 mencapai 1.285.864.832.396. Pada tahun 2012, belanja daerah mencapai 1.771.118.335.760 dan meningkat pada tahun 2013 hingga mencapai 2.025.590.874.885. Tahun 2014 belanja daerah mencapai 2.229.484.466.963 dan tahun 2015 mencapai 2.693.083.788.018. Belanja tidak langsung pada tahun 2010 mencapai 632.041.038.970 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 626.908.175.514. Tahun 2012 belanja tidak langsung mencapai 860.233.283.307 sedangkan pada tahun 2013 berkurang menjadi 921.771.690.539. Pada tahun 2014, belanja tidak langsung mencapai 1.141.016.761.807 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 1.409.339.275.747. Belanja langsung pada tahun 2010 mencapai 505.382.405.628 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 658.956.656.882 Tahun 2012 belanja tidak langsung mencapai 910.885.052.453 sedangkan pada tahun 2013 meningkat mencapai 1.103.819.184.346. Pada tahun 2014, belanja tidak langsung berkurang menjadi 1.088.467.705.156 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 1.283.744.512.271. Belanja modal pada tahun 2010 mencapai 164.360.062.551 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 233.630.332.387. Tahun 2012 belanja modal mencapai 350.596.718.100 sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 387.136.384.941. Pada tahun 2014, belanja modal mencapai 506.723.317.942 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 757.277.044.717. Dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional. Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum dan penataan ruang, (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e) ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f) sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkungan hidup, (f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, (g) pemberdayaan masyarakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dan keluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k) koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 13 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 modal, (m) kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan, (q) perpustakaan, dan (r) kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d) kehutanan, (e) energi dan sumber daya mineral, (f) perdagangan, (g) perindustrian, dan (h) transmigrasi. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya. a. Belanja Tidak Langsung Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Belanja Pegawai a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas. b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai yang dibutuhkan c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% (dua koma lima per seratus) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan. d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD Tahun rencana dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk pengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD. e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD dengan BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 14 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial. f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan persetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuan kriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Rencana melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBD pada jenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan. 2) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan dengan Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan perundangundangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial. 3) Belanja Bagi Hasil Pajak a) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota harus mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebut harus memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran yang belum direalisasikan kepada pemerintah kabupaten/kota ditampung dalam Perubahan BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 15 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 APBD atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD. b) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi daerah dilarang untuk dianggarkan dalam APBD sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. 4) Belanja Bantuan Keuangan a) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasi belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan dipenuhi oleh pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara. Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari pemberian bantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasama antar daerah sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah. Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan. b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran 2020 dan dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. Selanjutnya, pemerintah provinsi Sulawesi Utara dapat memberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah desa, sebagaimana BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 16 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014. Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan keuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikan daftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuan keuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangan sesuai kode rekening berkenaan. 5) Belanja Tidak Terduga Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, dana pendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran yang direncanakan, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya. b. Belanja Langsung Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar ditetapkan dengan SPM dan berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional. Alokasi belanja untuk program dan kegiatan pada masing-masing urusan pemerintahan tersebut di atas, digunakan sebagai dasar penyusunan RKA-SKPD. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 17 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis. 2) Belanja Pegawai Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuan tersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut pada a.1).g). Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. 3) Belanja Barang dan Jasa a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa dengan menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan. c) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang. d) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS hanya diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembangan pelayanan kesehatan tersebut hanya berupa pelayanan Medical check up sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk keluarga (satu istri/suami dan dua anak) dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait dan dilaksanakan BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 18 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 pada Rumah Sakit Umum Daerah setempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah. e) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan masing-masing peraturan daerah. f) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah dan bantuan sosial. Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan dimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap diserahkan g) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri Bagi Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD. 4) Belanja Modal a) Pemerintah daerah Sulawesi Utara memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat. b) Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas, ekonomis dan transparansi dengan mengutamakan produk-produk dalam negeri. Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milik daerah yang BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 19 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan barang milik daerah merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan anggaran untuk kebutuhan barang milik daerah yang baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan RKA-SKPD. Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan bangunan milik daerah mempedomani Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran, pembangunan gedung kantor baru milik pemerintah daerah tidak diperkenankan sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 hal Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor Kementerian Negara/Lembaga, kecuali penggunaan anggaran tersebut terkait langsung dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari APBD. d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap dan aset lainnya (aset tak berwujud) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatan pemerintahan dan memenuhi nilai batas minimal kapitalisasi aset (capitalization threshold). Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam belanja modal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan, sesuai maksud Pasal 27 ayat (7) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dan Lampiran I Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 dan PSAP 07, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan serta Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 17 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual. e) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi nilai batas minimal BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 20 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 kapitalisasi aset (capitalization threshold), dan dapat memperpanjang masa manfaat atau yang dapat memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor 7, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. 5) Surplus/Defisit APBD a) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah. b) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakan untuk pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pembentukan dana cadangan, dan/atau pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan tersebut. c) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerah menetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut, yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan/atau penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang. d) Dalam penyusunan perencanaan penganggaran dan pembahasan dalam hal ini KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dengan DPRD pada bulan Juni-Juli terkait dengan Belanja perlu prinsip kehati-hatian (prudential) bagi Pemerintah Daerah. Hal ini perlu dikaitkan dengan penyusunan asumsi kebijakan, pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pendapatan serta kondisi ekonomi makro daerah, dengan wajib mempedomani penetapan batas maksimal defisit APBD yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester sesuai maksud Pasal 106 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 57 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Dalam kaitan itu, sedapat mungkin Pemerintah Sulawesi Utara menghindari Belanja melampaui batas defisit APBD yang diperkenankan oleh ketentuan tersebut di atas. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 21 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.4. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Sulawesi Utara No TAHUN Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (a) (b) (a) / (b) x 100% (Rp) Prosentase 1 2013 466,453,608,591.00 2,065,590,874,885.00 22.58 3 2015 544,184,121,364.00 2,718,083,788,018.00 20.02 2 2014 502,786,008,836.00 2,279,484,466,963.00 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 22.06 22 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.5. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2010–2015 URAIAN 2010 BELANJA 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Rata Pertumbuhan 1.137.423.444.598 1.285.864.832.396 1.771.118.335.760 2.025.590.874.885 2.229.484.466.963 2.693.083.788.018 19,20 BELANJA TIDAK LANGSUNG 632.041.038.970 626.908.175.514 860.233.283.307 921.771.690.539 1.141.016.761.807 1.409.339.275.747 18,17 Belanja Pegawai 328.811.979.819 368.886.615.819 380.581.933.699 395.525.192.657 467.712.986.916 521.408.421.930 9,80 Belanja Hibah 114.013.707.140 39.085.000.000 279.993.486.000 262.920.571.500 294.610.568.350 548.284.694.000 128,54 46.816.744.500 29.553.813.400 500.000.000 5.230.000.000 12.316.500.000 300.000.000 169,75 137.100.431.295 187.539.904.485 198.156.413.252 256.177.099.086 293.834.636.812 327.901.115.304 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik 4.000.000.000 1.043.603.350 931.330.356 899.999.857 69.957.385.674 9.833.144.513 Belanja Tidak Terduga 1.298.176.216 799.238.460 70.120.000 1.018.827.439 1.586.104.055 429.250.000 - - - - 998.580.000 1.182.650.000 505.382.405.628 658.956.656.882 910.885.052.453 1.103.819.184.346 1.088.467.705.156 1.283.744.512.271 21,27 48.481.822.978 55.670.172.018 56.662.657.400 7.928.415.934 35.073.021.920 22.775.699.434 -8,77 Belanja Barang dan Jasa 292.540.520.099 369.656.152.477 503.625.676.953 645.754.383.471 546.671.365.294 503.691.768.120 16,37 Belanja Modal 164.360.062.551 233.630.332.387 350.596.718.100 387.136.384.941 506.723.317.942 757.277.044.717 36,59 Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Subsidi BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Sumber: Buku APBD Realisasi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2015. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 23 19,60 1.499,81 241,21 1,84 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.6. REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI DALAM KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA Tahun Anggaran 2014-2015 REALISASI (Rp) URAIAN Tahun 2015 PELAYANAN UMUM Perencaaan Pembangunan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Ketahanan Pangan Tahun 2014 1.398.757.250.018,00 1.185.732.757.558,00 21.308.669.892,00 19.906.307.711,00 1.359.373.637.376,00 1.141.460.434.650,00 11.969.755.248,00 9.288.257.406,00 449.403.400,00 5.655.784.102,00 247.294.000,00 5.206.115.185,00 Kearsipan Komunikasi dan Informatika Perpustakaan 9.624.348.606,00 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 23.287.098.397,00 20.658.785.171,00 23.287.098.397,00 20.658.785.171,00 EKONOMI Perhubungan Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Penanaman Modal 265.588.325.368,00 25.831.117.768,00 18.616.980.273,00 11.993.197.407,00 10.905.091.789,00 294.146.115.410,00 31.673.382.454,00 19.286.352.362,00 11.503.952.015,00 12.356.218.251,00 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 14.458.509.286,00 8.867.849.505,00 Pertanian Kehutanan 99.799.256.111,00 19.803.157.593,00 107.310.015.190,00 18.271.095.627,00 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 24 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Energi dan Sumberdaya Mineral 13.540.063.560,00 17.398.402.255,00 Kelautan dan Perikanan 31.179.277.156,00 43.333.475.831,00 Perdagangan 15.152.324.023,00 21.393.494.027,00 Perindustrian 4.195.797.402,00 2.751.877.893,00 Transmigrasi 113.553.000,00 LINGKUNGAN HIDUP 8.067.767.644,00 7.816.832.838,00 8.067.767.644,00 7.816.832.838,00 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 598.050.663.419,00 341.587.358.937,00 Pekerjaan Umum KESEHATAN 598.050.663.419,00 205.563.313.437,00 341.587.358.937,00 185.072.017.131,00 205.563.313.437,00 185.072.017.131,00 29.299.260.282,00 47.185.138.194,00 981.955.100,00 1.161.467.600,00 28.317.305.182,00 46.023.670.594,00 PENDIDIKAN 123.167.492.030,00 109.213.865.126,00 Pendidikan 82.363.232.911,00 85.908.697.108,00 Pemuda dan Olahraga 29.670.546.147,00 23.305.168.018,00 Perpustakaan 11.133.712.972,00 Lingkungan Hidup Kesehatan PARIWISATA DAN BUDAYA Kebudayaan Pariwisata PERLINDUNGAN SOSIAL 41.302.578.269,00 38.071.596.598,00 7.963.273.327,00 7.428.276.900,00 33.339.304.942,00 30.643.319.698,00 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sosial TOTAL 2.693.083.748.864,00 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 25 2.229.484.466.963,00 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Belanja daerah Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010-2015 menunjukkan kinerja yang positif dimana pada tahun 2010 belanja daerah sejumlah 1.137.423.444.598 yang kemudian naik pada tahun 2011 menjadi sebesar 1.443.702.565.121. Pada tahun 2012, belanja mencapai 1.817.969.042.396 dan naik menjadi 2.276.652.783.917 pada tahun 2013. Pada tahun 2014 belanja mencapai 2.452.618.546.301 dan pada tahun 2015 menjadi 2.641.789.104. Gambar 3.1. menjelaskan tentang alokasi belanja beberapa urusan wajib provinsi 2014-2015. Secara umum urusan pemerintahan umum mencakup (Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Ketahanan Pangan, Kearsipan, Komunikasi dan Informasi, Perpustakaan, dan Perencanaan Pembangunan) mendapatkan alokasi belanja relatif besar dibandingkan dengan urusan wajib pemerintahan provinsi lainnya. Alokasi belanja untuk pendidikan dan kesehatan 2015 sebesar 9 persen, dan relatif menurun dibandingkan dengan alokasi tahun 2014 sebesar 13,20 persen. Penurunan alokasi belanja pada bidang pendidikan dan kesehatan diikuti dengan kenaikan alokasi belanja infrastruktur (khusus kewenangan ke-PUan) menjadi 16,3 persen pada tahun 2015. Alokasi belanja bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur belum dapat memenuhi amanat Undang-Undang tentang Pendidikan, Kesehatan, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk alokasi belanja Modal khususnya infrastruktur dasar. Arahan kebijakan alokasi belanja kedepan, memerlukan dukungan komitmen pemerintah provinsi bersama pihak legislatif untuk dapat mengalokasikan dana lebih besar mendukung peningkatan urusan bidang pelayanan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Secara bersamaan dan bertahap alokasi belanja untuk urusan pemerintahan umum harus semakin mengecil dan pengurangan dana tersebut diarahkan dan dialokasikan untuk peningkatan pelayanan wajib dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 26 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 GAMBAR 3.1. ALOKASI BELANJA BEBERAPA URUSAN WAJIB PROVINSI SULUT 2014-2015 (%) Sumber: Kajian Fiskal Regional (KFR), 2015. Kanwil Perbendaharaan Kemenkeu Sulawesi Utara Penambahan alokasi belanja untuk meningkatkan pelayanan dasar wajib publik bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, perlu dilakukan. Tindakan tersebut, selain menjalankan amanat Undang Undang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pada hakikinya untuk mewujudkan pelayanan dasar berdasarkan standar pelayanan nasional kepada masyarakat sampai ke daerah terpencil, terisolasi, kepulauan, dan perbatasan. Pelayanan dasar wajib publik yang semakin merata penyebarannya sampai menjangkau daerah-daerah pinggiran dan terpencil, dalam jangka menengah dan panjang akan dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan kesehatan masyarakat, serta bersamaan dapat mewujudkan kehidupan masyarakat semakin baik dan sejahtera. Ratio belanja pegawai dan belanja modal Sulawesi Utara tahun 2015 ditunjukkan pada Gambar 3.2. Ratio belanja pegawai dan belanja modal dapat menjelaskan seberapa besar proporsi APBD yang digunakan untuk membayar gaji pegawai dan digunakan untuk membiayai belanja modal khususnya infrastruktur dasar. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 27 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 GAMBAR 3.2. RATIO BELANJA PEGAWAI DAN BELANJA MODAL SULAWESI UTARA, 2015 Sumber: KFR Sulut, 2015 Data pada Tabel 3.2.5 menjelaskan proporsi alokasi untuk membiayai belanja modal lebih besar dibandingkan dengan proporsi untuk membayar gaji pegawai. Semakin besar proporsi belanja modal dan semakin kecil proporsi belanja pegawai menjelaskan arah alokasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Utara struktur belanja pemerintah daerah semakin baik. Proporsi alokasi belanja modal lebih besar dari alokasi belanja pegawai pada tahun 2015, dan diharapkan alokasi belanja modal semakin besar dan dapat mencapai lebih dari 30 persen total belanja pemerintah pada tahun 2019, seperti diharapkan dalam dokumen RPJMN 2015-2019. 3.1.2 Neraca Daerah Perkembangan neraca daerah, analisis rasio likuiditas, analisis rasio solvabilitas dan analisis rasio aktivitas. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 28 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.7. Neraca Daerah Provinsi Sulawesi Utara per 31 Desember tahun 2014-2015 URAIAN 2014 2015 ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di BLUD Kas Lainnya Setara Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Pendapatan Piutang Lainnya Penyisihan Piutang Beban Dibayar Dimuka Persediaan JUMLAH ASET LANCAR 105.779.061.331,00 14.164.568,00 124.030.574,00 0,00 0,00 0,00 0,00 107.438.036.756,85 226.269.700,00 (16.507.390.160,93) 0,00 8.109.778.627,68 205.183.951.396,60 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 29 289.952.169.506,00 258.646.398,00 1.297.569.751,00 0,00 0,00 0,00 0,00 77.874.572.765,00 7.472.461.358,00 0,00 0,00 11.941.240.396,11 388.795.660.174,11 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Jangka Panjang Non Permanen Investasi Jangka Panjang Kepada Entitas Lainnya Investasi dalam Obligasi Investasi dalam Proyek Pembangunan Dana Bergulir Deposito Jangka Panjang Investasi Non Permanen Lainnya JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non Permanen Investasi Jangka Panjang Permanen Penyertaaan Modal Pemerintah Daerah Investasi Permanen Lainnya JUMLAH Investasi Jangka Panjang Permanen ASET TETAP Tanah Peralatan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 944.147.700,00 0,00 0,00 0,00 0,00 944.147.700,00 944.147.700,00 944.147.700,00 441.246.145.214,22 0,00 309.998.809.442,41 0,00 441.246.145.214,22 309.998.809.442,41 1.912.807.806.041,00 509.419.482.669,69 747.904.683.678,76 1.303.657.977.382,70 1.249.651.119.407,00 436.174.808.164,19 606.321.804.649,76 826.937.616.911,70 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 30 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Aset Tetap Lainnya Konstruksi Dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan JUMLAH ASET TETAP 43.286.607.827,00 123.570.678.419,00 (1.018.287.110.995,00) 20.209.128.862,22 89.004.948.226,00 0,00 3.622.360.125.023,15 3.228.299.462.220,65 0,00 0,00 0,00 0,00 12.505.426.277,98 45.613.510.000,00 0,00 580.139.816.946,25 638.258.793.224,23 12.553.922.624,74 45.613.510.000,00 0,00 590.489.176.937,25 648.656.649.561,99 4.907.993.162.558,20 4.576.695.729.099,16 5.327.952.853,00 0,00 541.079.318,00 0,00 DANA CADANGAN Dana Cadangan JUMLAH DANA CADANGAN ASET LAINNYA Tagihan Jangka Panjang Kemitraan dengan Pihak Ketiga Aset Tidak Berwujud Aset Lain-lain JUMLAH ASET LAINNYA JUMLAH ASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Bunga BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 31 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka Utang Beban Utang Jangka Pendek Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 0,00 0,00 123.613.801.997,00 13.374.943.550.15 0,00 0,00 0,00 135.977.769,881,75 142.316.698.400,15 136.518.849.199,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 142.316.698.400,15 136.518.849.199,75 4.765.676.646.158,05 4.440.176.879.899,41 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri Utang Jangka Panjang Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS EKUITAS JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 4.907.993.162.558,20 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 32 4.576.695.729.099,16 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.8. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Rata-Rata Pertumbuhan No. Uraian 1 ASET 1.1. ASET LANCAR 1.1.1. 1.1.2. Kas Piutang 11,20 Persediaan 141,05 1.2. ASET TETAP 18,35 1.2.2. Tanah 15,08 Peralatan dan mesin 29,61 1.1.3. 1.2.1. 1.2.3. (%) 9,07 12,54 INVESTASI JANGKA PANJANG 15,22 Gedung dan bangunan 1.2.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 1.2.6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) 1.3.1. Tagihan penjualan angsuran 1.2.5. 1.3. 1.3.2. 1.3.3. 1.3.4. Aset tetap lainnya ASET LAINNYA 16,85 18,59 34,76 74,57 155,13 - Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 78,64 Kemitraan dengan pihak ketiga -0,41 Aset Lain-lain 672,27 Kemitraan dengan pihak kedua Aset tak berwujud JUMLAH ASET DAERAH - 17 2 KEWAJIBAN 2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 42,10 2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga 178,91 2.1.3. Pendapatan diterima dimuka - 2.1.2. 3 Uang muka dari kas daerah Utang Jangka Pendek Lainnya EKUITAS DANA - 32,69 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 33 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 3.1. EKUITAS DANA LANCAR 16,63 3.1.1. SILPA 30,52 3.1.2. Cadangan piutang 7,41 3.1.3. Cadangan persediaan 184,22 3.2. Pendapatan yang ditangguhkan EKUITAS DANA INVESTASI 903,97 3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap 15,85 3.2.2. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek 63,40 Diinvestasikan dalam aset lainnya 193,81 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 17 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 19,69 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 34 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 3.2. 3.2.1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi Penggunaan Anggaran Proporsi penggunaan perhitungan anggaran selang 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa penyerapan anggaran semakin baik, ditunjukkan dengan semakin berkurangnya jumlah SILPA. Tabel 3.9 Proporsi Penggunaan Anggaran Perhitungan Anggaran No. Uraian 1 Jumlah SiLPA 3 Pelampauan penerimaan dana perimbangan 2 4 5 6 7 Pelampauan penerimaan PAD Pelampauan penerimaan lainlain pendapatan daerah yang sah Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan Kegiatan lanjutan 2013 2014 % dari SiLPA Rp 247,891,387,423 34,381,256,462 20,292,276,430 - 12,430,535,871 34,324,708,077 25,938,687,110 13,87 8,18 5,01 13,85 10,46 Rp 2015 % dari SiLPA 290,708,659,939 8,79 25,562,392,869 - 12,236,695,363 53,157,359,849 74,282,819,301 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 4,21 18,29 25,55 35 % dari SiLPA Rp 100,583,941,952 - 290,708,659,939 - 289 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 3.2.2. Analisis Pembiayaan Pembiayaan Daerah disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Adapun pembiayaan daerah tersebut terdiri dari : 1. Penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi) Daerah. 2. Pengeluaran Pembiayaan digunakan untuk Pembentukan Dana Cadangan; Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan Daerah; Pembayaran Pokok Utang; Pemberian Pinjaman Daerah dan Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA). Sisa pembiayaan APBD Provinsi Sulawesi utara tahun pada 2015 adalah penerimaan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Sebesar Rp. 84.011.897.091. Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam 2 (dua) tahun terakhir, proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun rencana dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam bentuk tabel dengan format sebagai berikut : BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 36 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.10. Realisasi Pembiayaan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5 JUMLAH Realisasi 2014 Realisasi 2015 (Rp) (Rp) 3 4 Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) Pencairan Dana Cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan Pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pengeluaran pembiayaan Pembentukan dana cadangan penyertaan modal investasi daerah Pembayaran utang pokok Pemberian pinjaman daerah Bantuan keuangan ke Kab/Kota utk Sanitasi (hibah) JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 148.282.819.301 84.011.897.091 148.282.819.301 84.011.897.091 25.000.000.000 25.000.000.000 25.000.000.000 123.282.819.301.49 25.000.000.000 59.011.897.091 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah 3.3. Kerangka Pendanaan Pengelolaan keuangan daerah khususnya dalam penentuan alokasi anggaran mengalami perubahan pendekatan dari money follow function menjadi money follow program priority. Hal ini untuk meminimalkan masalah perencanaan dan pengangaran yang sering terjadi terutama penganggaran yang berdasarkan tugas dan fungsi menyebabkan terjadinya inefisiensi, duplikasi program, alokasi anggaran tidak terfokus dsb. Konsep perencanaan terintegrasi dan terpadu menjadi kunci untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program sehingga sasaran dan manfaat pembangunan lebih optimal tercapai. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 37 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Kebijakan keuangan daerah terdiri atas kebijakan pendapatan, kebijakan belanja daerah dan kebijakan pembiayaan. Kebijakan pendapatan diarahkan kepada ketersediaan dana yang berkelanjutan dengan jumlah yang memadai. Sehingga berbagai potensi pendapatan daerah harus teridentifikasi dan di optimalkan. Kebijakan belanja akan diarahkan bagi program dan kegiatan prioritas yang mendukung prioritas pembangunan daerah. Sedangkan kebijakan pembiayaan diarahkan untuk menutup defisit anggaran pada pos-pos pembiayaan. 3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Tabel.3.11 Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Provinsi Sulawesi Utara No Uraian A Belanja Tidak Langsung 1 Belanja Gaji dan Tunjangan 2 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH 3 Belanja Bunga Tahun 2015 326.389.293.345 6.445.500.000 - 4 Belanja bagi hasil B Belanja Langsung 327.901.115.304 1 Belanja honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis. 2 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 3 Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya) 97.649.587.403 4 Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya) 5.241.340.367 5 Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor ( yang telah ada kontrak jangka panjangnya) 4.612.465.249 C Pembiayaan Pengeluaran 1 Pembentukan Dana Cadangan - 2 Pembayaran pokok utang - TOTAL (A+B+C) 14.599.769.500 1.059.500.000 783,898,571,168 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 38 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 3.3.2. Proyeksi Data Masa lalu Dalam bagian ini diuraikan mengenai proyeksi data masa lalu dan asumsi yang digunakan untuk memproyeksi serta kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi proyeksi data. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 39 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel.3.12. Proyeksi Pendapatan Daerah 2016-2021 NO JENIS PENERIMAAN Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 PENDAPATAN 2.901.548.814.000 3.778.071.398.864 4.008.020.190.752 4.318.463.230.402 4.518.476.537.140 4.826.037.984.561 A PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.041.115.350.000 1.114.476.631.000 1.186.318.719.000 1.260.704.163.000 1.342.287.561.000 1.429.779.635.000 I Pajak Daerah 895.736.150.000 968.673.031.000 1.034.583.719.000 1.105.614.963.000 1.182.857.761.000 1.266.912.635.000 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BNN KB) 270.318.065.000 289.537.147.000 307.777.987.000 327.168.000.000 348.106.752.000 370.733.691.000 273.144.599.000 292.290.754.000 310.705.071.000 330.279.491.000 351.417.378.000 374.259.508.000 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB KB) 223.123.486.000 238.742.130.000 254.021.626.000 270.787.054.000 289.200.573.000 309.444.613.000 1.250.000.000 1.250.000.000 1.275.000.000 1.300.000.000 1.325.000.000 1.350.000.000 1 2 3 4 Pajak Air Permukaan (PAP) 5 Pajak Rokok 127.900.000.000 146.853.000.000 160.804.035.000 176.080.418.000 192.808.058.000 211.124.823.000 II Retribusi Daerah 56.729.200.000 57.153.600.000 57.735.000.000 58.889.200.000 59.079.800.000 60.367.000.000 III Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan 45.000.000.000 45.000.000.000 50.000.000.000 52.000.000.000 55.000.000.000 57.000.000.000 IV Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 43.650.000.000 43.650.000.000 44.000.000.000 44.200.000.000 45.350.000.000 45.500.000.000 1.855.433.464.000 2.658.094.767.864 2.815.701.471.752 3.050.259.067.402 3.166.188.976.140 3.380.758.349.561 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 1.065.545.204.000 1.814.614.570.145 1.932.559.687.299 1.991.297.866.299 2.052.972.954.299 2.196.272.403.681 668.226.132.000 721.818.069.719 761.479.656.453 937.299.073.103 991.553.893.841 1.062.823.817.88 0 5.000.000.000 5.500.000.000 6.000.000.000 7.500.000.000 10.000.000.000 15.500.000.000 B DANA PERIMBANGAN I Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak II Dana Alokasi Umum (DAU) III Dana Alokasi Khusus (DAK) C LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 40 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 TABEL.3.13. RANCANGAN BELANJA BAGI HASIL PAJAK PROVINSI KE KABUPATEN/KOTA SEPROVINSI SULAWESI UTARA 2017-2021 NO JENIS PENERIMAAN 2017 2018 2019 2020 2021 A PENDAPATAN ASLI DAERAH I PAJAK DAERAH 1 PaJak Kendaraan Bermotor (PKB) 84.255.309.777 89.563.394.217 95.205.888.000 101.299.064.832 107.883.504.081 2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) 85.056.609.414 85.056.609.414 96.111.331.881 85.056.609.414 108.909.516.828 3 162.105.906.270 162.105.906.270 162.105.906.270 162.105.906.270 210.112.892.227 4 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) Pajak Air Permukaan (PAP) 606.250.000 618.375.000 630.500.000 642.625.000 654.750.000 5 Pajak Rokok 102.797.100.000 112.562.824.500 123.256.292.600 134.965.640.600 147.787.376.100 434.821.175.461 449.907.109.401 477.309.918.751 484.069.846.116 575.348.039.236 TOTAL BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 41 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Penerimaan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Utara berasal dari Penerimaan Asli Daerah (PAD) proporsinya cenderung menurun. Tahun 2014 proporsi PAD terhadap total penerimaan daerah sebesar 40,40% dan 2015 proporsinya hanya sebesar 38%. Proyeksi tahun 2016 turun sebesar 35,88 % dan 2017 turun menjadi 36,29 % dari total penerimaan daerah. Penurunan besaran proporsi PAD terhadap total penerimaan pemerintah provinsi disebabkan adanya kebijakan pemerintah daerah menurunkan target PAD sebesar 100 miliar rupiah. Pos pertumbuhan PAD yang menjadi penopang utama berasal dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Kebijakan pemerintahan pusat juga mempengaruhi proyeksi penerimaan daerah, seperti penurunan DAK sebesar 10% untuk semua daerah mulai tahun 2016. Pemerintah daerah berupaya meningkatkan DAU dan DAK lewat proposal daerah yang menopang prioritas nasional terutama pada 9 bidang pembangunan yang dikelola oleh 16 SKPD. Upaya meningkatkan Pendapatan Daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara untuk tahun 2017, rencana penerimaan mengacu pada realisasi tahun 2015 dan prediksi perkembangan potensi penerimaan selang tahun 2016. Dari sumbersumber pendapatan asli daerah yang sudah dikelola selama ini, ada beberapa sumber pendapatan yang perlu dioptimalkan penerimaannya dengan meningkatkan kuantitas, jangkauan, dan kualitas pelayanan serta meningkatkan penegakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap memperhatikan dampak-dampak yang mungkin berpengaruh terhadap sendi perekonomian masyarakat. Otonomi daerah dan desentralisasi berimplikasi pada semakin meluasnya kewenangan daerah untuk mengatur dan mengelola pendapatan daerah. Berkaitan dengan rencana peningkatan pendapatan daerah, kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang sesuai dengan peraturan perundangan adalah melalui Intensifikasi Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peningkatan penerimaan lain-lain PAD yang sah, serta Peningkatan Dana Perimbangan. Kebijakan pengembangan sumber pendapatan daerah tersebut diarahkan untuk: 1. Meningkatkan PAD melalui jenis penerimaan Pajak Daerah yang meliputi sumber penerimaan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang dan yang telah dikembangkan berdasarkan ruang lingkup kewenangan Provinsi melalui Peraturan Daerah, BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 42 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. dengan meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak dan intensifikasi pemungutan Pajak Daerah. Meningkatkan penerimaan PAD dari sektor Retribusi Daerah melalui peningkatan pelayanan pada semua unit kerja penyedia layanan publik yang berhubungan langsung dengan masyarakat pengguna jasa / layanan yang menghasilkan Retribusi Daerah. Meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah yang menghasilkan Retribusi Daerah. Meningkatkan pengelolaan potensi sumber Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah berdasarkan kewenangan Provinsi. Mengoptimalkan pendayagunaan Badan Usaha Milik Daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah. Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten / Kota dan dalam peningkatan penerimaan PAD yang berimplikasi pada bagi hasil Pajak Daerah. Sosialisasi dan public relationship untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah. Peningkatan sarana dan prasarana / fasilitas dan pelayanan umum yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat membayar pajak daerah dan retribusi daerah. Mengembangkan sistim evaluasi pelayanan prima dengan melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap layanan publik yang diberikan. Melanjutkan dan meningkatkan pengelolaan keuangan daerah sesuai ketentuan yang berlaku, yang juga berimplikasi pada penerimaan penghargaan dari pemerintah pusat berupa insentif. Disamping kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, diperlukan juga upaya-upaya untuk mendukung target-target penerimaan pendapatan sebagai berikut : 1. Peningkatan jangkauan pelayanan Pajak Daerah, untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak hingga ke pelosok wilayah Provinsi Sulawesi Utara. 2. Peningkatan kualitas pelayanan Pajak Daerah, untuk membenahi mekanisme pelayanan serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang. 3. Peningkatan pengawasan pengelolaan Pajak Daerah, untuk meningkatkan pengawasan melekat terhadap sistem dan aparatur pelaksana pemungutan Pajak Daerah yang dapat BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 43 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 4. 5. 6. 7. 8. 9. mempertahankan/ meningkatkan kepercayaan masyarakat Wajib Pajak terhadap pengelolaan Pajak Daerah yang transparan dan akuntabel. Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah, melalui pendekatan persuasif dalam bentuk sosialisasi, inventarisasi dan pemungutan langsung yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota hingga ke tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, serta pendekatan represif dalam bentuk razia/penertiban yang didukung oleh pihak Kepolisian Daerah. Sosialisasi dan Publik Relationship, melalui kegiatan pertemuan umum maupun melalui media cetak dan elektronik ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar Pajak Daerah sekaligus manfaat pengelolaan Pajak Daerah, selain itu upaya sosialisasi ditujukan untuk aparatur Pemerintah Kabupaten/Kota terutama pada tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan tentang manfaat dari kerja sama pemungutan Pajak Provinsi yang berimplikasi terhadap Bagi Hasil yang juga turut berkontribusi bagi Pendapatan Daerah di Kabupaten/Kota. Peningkatan Fungsi Koordinasi Pengelolaan Pendapatan Daerah, melalui optimalisasi fungsi Rapat-Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pengelolaan Pendapatan Daerah sebagai forum komunikasi upayaupaya pencapaian target Pendapatan Daerah sesuai peran dan tupoksi masing-masing SKPD/unit kerja yang berkontribusi terhadap Pendapatan Daerah. Penyesuaian tarif retribusi, melalui inventarisasi dan analisis tarif jenis retribusi tertentu yang sudah layak disesuaikan dengan memperhitungkan daya bayar masyarakat wajib retribusi serta dampaknya terhadap perekonomian masyarakat termasuk investasi. Optimalisasi sumber pendapatan lain-lain PAD yang sah, melalui optimalisasi penerimaan dari pengelolaan sumber daya milik daerah yang berpotensi menghasilkan pendapatan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam struktur APBD. Meningkatkan koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, untuk kelancaran penerimaan dana dimaksud yang berkontribusi terhadap APBD, lebih khusus untuk Dana Bagi Hasil Bukan Pajak dari Cukai Hasil Tembakau yang mulai dikelola pada akhir tahun 2011. Kemandirian pendapatan dengan mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan akan berimplikasi pada peningkatan kapasitas fiskal daerah. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 44 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Pembiayaan Daerah disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Adapun pembiayaan daerah tersebut terdiri dari : 3. Penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi) Daerah. 4. Pengeluaran Pembiayaan digunakan untuk Pembentukan Dana Cadangan; Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan Daerah; Pembayaran Pokok Utang; Pemberian Pinjaman Daerah dan Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA). Sisa pembiayaan APBD Provinsi Sulawesi utara tahun pada 2015 adalah penerimaan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Sebesar Rp. 84.011.897.091. Hasil analisis dan perkiraan sumbersumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam 2 (dua) tahun terakhir, proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun rencana dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam bentuk tabel dengan format sebagai berikut: BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 45 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.14. Proyeksi Pembiayaan Daerah Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 No Jenis Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan Daerah 2016 (Rp) 2017 (Rp) 30.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 30.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 25.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 5.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 5.000.000.000 0 0 0 0 0 3.1 Penerimaan Pembiayaan 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA) Pencairan Dana Cadangan 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6 Jumlah 2018 (Rp) 2019 (Rp) 2020 (Rp) 2021 (Rp) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan Pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 3.2 Pengeluaran pembiayaan 3.2.1 Pembentukan dana cadangan 3.2.2 3.2.3 Penyertaan Modal Investasi Daerah Pembayaran utang pokok 3.2.4 Pemberian pinjaman daerah Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Prov. Sulut, 2016 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 46 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Penyerapan dana untuk menunjang kegiatan pembangunan, terutama program dan kegiatan prioritas, akan lebih efisien, sehingga diharapkan SILPA cenderung menurun. Ini berarti pengelolaan keuangan daerah provinsi semakin baik, dan bisa mempertahankan status opini BPK. Pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang bersifat wajib seperti pembayaran hutang pokok. Setelah itu diarahkan untuk penyertaan modal kepada BUMD yang berorientasi keuntungan dan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 47 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel.3.15. Proyeksi Belanja Pembangunan Daerah Sulawesi Utara 2017-2021 2017 URAIAN 2018 2019 2020 2021 BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai 1.041.147.565.192,20 Belanja Bunga - Belanja Subsidi 1.074.166.578.827 1.116.812.773.301 1.157.612.433.313 1.179.024.735.073 1.200.000.000 1.260.000.000 1.323.000.000 1.389.150.000 1.458.607.500 Belanja Hibah 552.620.200.000 580.251.210.000 609.263.770.500 639.726.959.025 671.713.306.976 Belanja Bantuan Sosial 420.250.000 441.262.500 463.325.625 486.491.906 510.816.502 Belanja Bagi Hasil Kepada Kab./Kota dan Pemerintah Desa 434.821.175.461 449.907.109.401 477.309.918.751 484.069.846.116 575.348.039.236 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik 11.280.000.000 11.844.000.000 12.436.200.000 13.058.010.000 13.710.910.500 Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000 10.500.000.000 11.025.000.000 11.576.250.000 12.155.062.500 Jumlah Belanja Tidak Langsung 2.051.489.190.653 2.128.370.160.728 2.228.633.988.177 2.307.919.140.360 2.453.921.478.287 Belanja Pegawai 32.286.410.320 33.900.730.836 35.595.767.378 37.375.555.747 39.244.333.534 Belanja Barang dan Jasa 739.011.968.894 775.962.567.339 814.760.695.706 855.498.730.491 898.273.667.015 Belanja Modal 922.211.672.197 968.322.255.807 1.016.738.368.597 1.067.575.287.027 1.120.954.051.378 Jumlah Belanja Langsung 1.693.510.051.411 1.778.185.553.982 1.867.094.831.681 1.960.449.573.265 2.058.472.051.927 3.744.999.242.064 3.906.555.714.710 4.095.728.819.858 4.268.368.713.625 4.512.393.530.214 BELANJA LANGSUNG TOTAL JUMLAH BELANJA BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 48 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel.3.16 Proyeksi Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016 - 2021 No Uraian A Belanja Tidak Langsung 1 2 3 Belanja Gaji dan Tunjangan Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH Tahun 2016 326.389.293.345 6.445.500.000 Belanja bagi hasil 1 327.901.115.304 4 5 6,767,775,000 359,844,195,913 Tahun 2019 Tahun 2020 377,836,405,709 396,728,225,994 7,461,471,938 7,834,545,534 381,920,583,286 401,756,994,585 15,722,354,902 16,115,413,774 1,316,213,539 1,414,929,554 113,041,603,617 118,693,683,798 5,241,340,367 5,241,340,367 4,612,465,249 4,612,465,249 7,106,163,750 Tahun 2021 416,564,637,294 8,226,272,811 345,036,553,205 363,028,763,000 14,964,763,738 15,338,882,831 422,585,226,450 Belanja Langsung Belanja honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis. 14.599.769.500 2 3 342,708,758,012 Tahun 2018 Belanja Bunga 4 B Tahun 2017 1,138,962,500 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 1.059.500.000 Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya) 97.649.587.403 Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya) 5.241.340.367 5,241,340,367 Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor ( yang telah ada kontrak jangka panjangnya) 4.612.465.249 4,612,465,249 102,532,066,773 1,224,384,688 107,658,670,112 5,241,340,367 4,612,465,249 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 49 16,921,184,463 1,521,049,271 124,628,367,988 5,241,340,367 4,612,465,249 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 C Pembiayaan Pengeluaran 1 Pembentukan Dana Cadangan 2 Pembayaran pokok utang TOTAL (A+B+C) 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 957,152,438,606 1,002,397,598,857 1,050,300,543,893 833,898,571,168 873,002,684,844 914,054,865,909 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 50 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 3.3.3 Penghitungan Kerangka Pendanaan Sinergitas program pembangunan nasional dan daerah untuk penyusunan RKPD 2017 berdasarkan arah kebijakan pembangunan daerah dengan memperhatikan prioritas dan sasaran pembangunan nasional. Arah kebijakan pembangunan daerah tersebut berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 dimana terdapat 6 (enam) urusan pemeritahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang terdiri dari pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan permukiman; ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat; dan sosial serta beberapa prioritas lainnya yaitu 18 urusan pemerintahan wajib no n pelayanan dasar dan 8 urusan pemerintahan pilihan. Dasar ini mempengaruhi penjabaran kebijakan belanja daerah dalam untuk berbagai bidang. Kebijakan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk diarahkan pertama untuk memenuhi program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah. Pengelolaan belanja sejak proses perencanaan terintegrasi level 1 dan level 2, tetap memperhatikan aspek efektifitas (keluaran dari belanja dapat dinikmati oleh masyarakat), efisiensi (memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran), transparansi (anggaran dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas) dan akuntabilitas (diadministrasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan perundang-undangan). Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menggunakan system defisit anggaran karena jumlah belanja daerah lebih besar dari penerimaan daerah. Belanja daerah diarahkan untuk dapat mendukung 10 prioritas pembangunan daerah tahun 2017. Alokasi belanja untuk program dan kegiatan prioritas adalah sekitar 1,5 triliun rupiah dengan proporsi belanja terbesar pada SKPD Pekerjaan Umum (sekitar 51,64%) dan Dinas Pendidikan Nasional (sekitar 21,71%). Untuk menunjang kebijakan pemerintah daerah melalui program Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan (ODSK), proporsi belanja program penanggulangulangan kemiskinan adalah sekitar 17,47%. Pelimpahan kewenangan wajib bidang pendidikan menengah ke level provinsi, petugas kehutanan, petugas ESDM, petugas perikanan dan kelautan akan memberikan dampak peningkatan pada pos belanja pegawai di belanja tidak langsung. Saat ini terdapat gaji guru-guru SMA sebesar Rp. 212.853.000.000 (4.055 guru PNS BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 51 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 dan 441 guru Non PNS) dan guru-guru SMK sebesar Rp.162.772.200.000 ( 3.067 guru PNS dan 546 guru Non PNS) dengan proyeksi peningkatan gaji untuk guru-guru SMA/SMK Tahun 2017 sebesar Rp. 396.193.122.000. Untuk petugas kehutanan tingkat kabupaten/kota yang dilimpahkan ke provinsi adalah sebesar 341 pegawai. Arah pengelolaan belanja daerah adalah sebagai berikut: 1. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus di manfaatkan dengan sebaikbaiknya untuk dapat mencapai prioritas pembangunan yang diharapkan, selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada akhir periode besarnya alokasi anggaran yang digunakan untuk mencapai prioritas yang diinginkan dapat terukur. 2. Prioritas Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai program-program dan kegiatan-kegiatan prioritas sehingga tercapai komprehensif dalam pembangunan manusia, pembangunan sektor unggulan, pembangunan pemerataan dan kewilayahan dan pembangunan reformasi birokrasi. 3. Tolak ukur dan target kinerja Belanja daerah pada setiap kegiatan harus disertai tolak ukur dan target pada setiap indikator kinerja bahkan mencantumkan secara jelas lokasi pembangunan yang dilakukan. 4. Optimalisasi belanja langsung Belanja langsung yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara efisien dan efektif masih memiliki proporsi yang kecil. Sesuai dengan strategi pembangunan untuk peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, optimalisasi pembangunan infrastruktur dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta melalui BUMD. 5. Transparansi dan Akuntabel Setiap pengeluaran belanja, dipublikasikan dan dipertanggungjawabkan. Bahkan prosesnya pun dilaksanakan BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 52 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 secara transparan lewat multilateral meeting dan bilateral meeting. Secara umum urusan pemerintahan umum mencakup (Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Ketahanan Pangan, Kearsipan, Komunikasi dan Informasi, Perpustakaan, dan Perencanaan Pembangunan) mendapatkan alokasi belanja relatif besar dibandingkan dengan urusan wajib pemerintahan provinsi lainnya. Alokasi belanja untuk pendidikan dan kesehatan 2015 sebesar 9 persen, dan relatif menurun dibandingkan dengan alokasi tahun 2014 sebesar 13,20 persen. Penurunan alokasi belanja pada bidang pendidikan dan kesehatan diikuti dengan kenaikan alokasi belanja infrastruktur (khusus kewenangan ke-PUan) menjadi 16,3 persen pada tahun 2015. Alokasi belanja bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur belum dapat memenuhi amanat Undang-Undang tentang Pendidikan, Kesehatan, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk alokasi belanja Modal khususnya infrastruktur dasar. Arahan kebijakan alokasi belanja kedepan, memerlukan dukungan komitmen pemerintah provinsi bersama pihak legislatif untuk dapat mengalokasikan dana lebih besar mendukung peningkatan urusan bidang pelayanan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Secara bersamaan dan bertahap alokasi belanja untuk urusan pemerintahan umum harus semakin mengecil dan pengurangan dana tersebut diarahkan dan dialokasikan untuk peningkatan pelayanan wajib dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Penambahan alokasi belanja untuk meningkatkan pelayanan dasar wajib publik bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, perlu dilakukan. Tindakan tersebut, selain menjalankan amanat Undang Undang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pada hakikinya untuk mewujudkan pelayanan dasar berdasarkan standar pelayanan nasional kepada masyarakat sampai ke daerah terpencil, terisolasi, kepulauan, dan perbatasan. Pelayanan dasar wajib publik yang semakin merata penyebarannya sampai menjangkau daerah-daerah pinggiran dan terpencil, dalam jangka menengah dan panjang akan dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan kesehatan masyarakat, serta BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 53 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 bersamaan dapat mewujudkan kehidupan masyarakat semakin baik dan sejahtera. Ratio belanja pegawai dan belanja modal dapat menjelaskan seberapa besar proporsi APBD yang digunakan untuk membayar gaji pegawai dan digunakan untuk membiayai belanja modal khususnya infrastruktur dasar. Proporsi alokasi untuk membiayai belanja modal lebih besar dibandingkan dengan proporsi untuk membayar gaji pegawai. Semakin besar proporsi belanja modal dan semakin kecil proporsi belanja pegawai menjelaskan arah alokasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Utara struktur belanja pemerintah daerah semakin baik. Proporsi alokasi belanja modal lebih besar dari alokasi belanja pegawai pada tahun 2015, dan diharapkan alokasi belanja modal semakin besar dan dapat mencapai lebih dari 30 persen total belanja pemerintah pada tahun 2019, seperti diharapkan dalam dokumen RPJMN 2015-2. Kapasitas riil kemampuan keuangan provinsi tahun 2017 diperkirakan mencapai 1.7 triliun rupiah dan pada tahun 2021 menjadi 2,4 trilliun rupiah. Rencana alokasi pengeluaran prioritas I lebih besar dari prioritas II dengan proyeksi proporsi pengeluaran prioritas anggaran I berkurang dari tahun 2017 ke 2021, sebaliknya proporsi pengeluaran prioritas II meningkat. Tahun 2017 proporsi pengeluaran prioritas I mencapai 51,6 % dari kapasitas riil kemampuan keuangan daerah turun menjadi 47,3 % pada tahun 2021. Sedangkan proporsi pengeluaran prioritas II yang mencapai 10,9 % dari kapasitas riil kemampuan keuangan tahun 2017, meningkat menjadi 20,1 % pada tahun 2021. BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 54 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 Tabel 3.17. Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No I PROYEKSI Uraian Kapasitas riil kemampuan keuangan Rencana alokasi pengeluaran prioritas I II.a Belanja Langsung II.b Pembentukan dana cadangan 2017 2018 2019 2020 2021 1.706.880.000.000 1.861.510.000.000 2.082.080.000.000 2.210.560.000.000 2.359.650.000.000 881.505.382.120 962.910.691.276 1.018.837.643.340 1.063.380.278.057 1.116.066.901.147 1.693.510.051.411 1.778.185.553.982 1.867.094.831.681 1.960.449.573.265 2.058.472.051.927 0 0 0 0 0 Dikurangi: II.c Belanja langsung yang wajib dan mengikat serta prioritas utama 123.162.662.519 123.162.662.519 123.162.662.519 123.162.662.519 123.162.662.519 II.d Pengeluaran pembiayaan yang wajib mengikat serta prioritas utama Total rencana pengeluaran prioritas I (II.a+II.b-II.c-II.d) Sisa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah setelah menghitung alokasi pengeluaran prioritas I (I-II) Rencana alokasi pengeluaran prioritas II 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 1.520.347.388.892 1.605.022.891.463 1.693.932.169.162 1.787.286.910.746 1.885.309.389.408 186.532.594.269 256.482.795.482 388.151.264.504 423.270.486.034 474.339.220.886 186.532.594.269 256.482.795.482 388.151.264.504 423.270.486.034 474.339.220.886 II III.a Belanja Tidak Langsung 2.071.191.415.703 2.146.514.503.806 2.236.379.796.736 2.307.919.140.360 2.466.389.374.267 Dikurangi: III.b III Belanja tidak langsung yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Total rencana pengeluaran prioritas II (III.a-III.b) 0 0 0 0 0 2.071.191.415.703 2.146.514.503.806 2.236.379.796.736 2.307.919.140.360 2.466.389.374.267 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 55