PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN SEBAGAI PREDIKTOR KEPUASAN SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Cokorda Istri Rai Inelza Yuniastried 139114014 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO Sometimes you find yourself in the middle of nowhere, Sometimes, in the middle of nowhere you find yourself. Setiap orang di dunia ini berlari di perlombaannya sendiri, Jalurnya sendiri dan dalam waktunya masing-masing. -Tuhan punya rencana berbeda untuk masing-masing orang- Understanding is the first step to acceptance, and only with acceptance can there be recovery. J.K. Rowling - WHY DO YOU GO AWAY? So that you can come back. So that you can see the place you came from with new eyes and extra colors And the people there see you differently, too. Coming back to where you started is not the same as never leaving. - Terry Pratchett – A Hat Full of Sky iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku, Juga kepada kakak dan adikku. Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan. Pada kekasihku, orang yang selalu mendukungku dan mengingatkanku untuk menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga kupersembahkan kepada sahabat-sahabat, teman-teman seperjuanganku dan semua pihak yang telah membantuku untuk menyelesaikan skripsi, terima kasih. v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN SEBAGAI PREDIKTOR KEPUASAN SEKSUAL Cokorda Istri Rai Inelza Yuniastried ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah dukungan sosial pasangan dapat memprediksi kepuasan seksual secara signifikan dan bagaimana hubungan dukungan sosial pasangan dengan kepuasan seksual. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisis regresi yang dihitung dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 21.0. Hipotesis mayor pada penelitian ini adalah dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang signifikan dari kepuasan seksual. Sementara, hipotesis minor pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. Subjek pada penelitian ini berjumlah 281 orang dewasa dengan karakteristik dalam ikatan pernikahan dan aktif secara seksual. Subjek dipilih dengan teknik incidental sampling dan purposive sampling. Kedua skala yang digunakan pada penelitian diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia sebelumnya. Skala pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi dengan nilai alpha cronbach (α) 0,980 pada New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) dan 0,903 pada Social Support Questionnaire 6 Item (SSQ6). Hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua hipotesis diterima. Hasil analisis data menunjukkan dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual serta berkorelasi positif dan signifikan dengan kepuasan seksual (R2 = 0,296, β = 0,544, p = 0,000, p <0.05). Kata kunci: kepuasan seksual, dukungan sosial, dukungan sosial pasangan. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PARTNER SUPPORT AS PREDICTOR OF SEXUAL SATISFACTION Cokorda Istri Rai Inelza Yuniastried ABSTRACT The aim of the current study was to see whether partner support can predict sexual satisfaction and how the relationship between partner support and sexual satisfaction. This study is a quantitative study with regression analysis method. The data were calculated using SPSS for Windows version in 21.0. Mayor hypotheses in this study was partner support can predict sexual satisfaction. Meanwhile, Minor hypotheses of this study was partner support has significant positive correlation with sexual satisfaction. Subjects in this study amounted to 281 married adult and sexually active. Subjects were selected with incidental sampling and purposive sampling technique. Both scale was previously adapted to Bahasa Indonesia. Both scale in this study has high reliability with the value of alpha cronbach (α) 0.980 on New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) and 0.903 on Social Support Questionnaire 6 Item (SSQ6). The resulted showed that both mayor and minor hypotheses was accepted. The result showed that partner support was a predictor for sexual satisfaction and has significant positive correlation with sexual satisfaction (R2 = 0,296, β = 0,544, p = 0,000, p <0.05). Keywords: sexual satisfaction, social support, partner support. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang selalu menyertai selama proses penulisan skripsi sehingga dapat berjalan dengan lancar dan baik. Terima kasih karena Engkau selalu hadir dalam berbagai cara bahkan dengan cara yang tidak terduga ketika saya mengalami kesulitan dan menemukan jalan buntu. Terima kasih karena telah menjadikan saya pribadi yang lebih baik melalui proses yang saya jalani selama kuliah dan menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih yang tak terhingga juga saya berikan kepada keluarga saya. Kepada Ibu Indah Sulistyowati dan Bapak Cok Gede Setiadi sebagai orangtua yang selalu mendukung saya agar dapat melalui proses ini hingga akhir. Tanpa nasihat, dukungan, bimbingan serta perhatian kalian, saya tidak akan mampu melalui proses ini dengan baik. Terima kasih atas kepercayaan yang telah kalian berikan kepada saya untuk dapat menentukan pilihan saya sendiri. Terima kasih karena bersedia menerima saya apa adanya dengan segala kekurangan yang saya miliki. Terima kasih juga untuk kedua kakak dan adikku tersayang. Terima kasih atas segala dukungan yang telah kalian berikan kepada saya. Tidak akan pernah saya lupakan perhatian dan dukungan yang kalian berikan kepada saya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma dan Bapak Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Juga kepada semua dosen dan staf dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas bantuan dan didikan yang telah kalian berikan kepada x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI saya. Terima kasih atas ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang telah kalian bagi kepada saya. Berkat kalian, saya memiliki bekal yang cukup untuk mempersiapkan diri saya menghadapi dunia yang lebih luas di luar sana. Kelancaran dan kesuksesan dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari peran Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku Dosen Sembimbing Skrisi beserta istri Mbak Haksi Mayawati, M.Si. selaku Mentor. Terima kasih sebanyak-banyaknya atas pengalaman yang luar biasa yang sudah diberikan kepada saya. Terima kasih karena sudah mengajarkan saya bahwa proses merupakan hal yang penting dalam menjalani hidup ini. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu, memberi saran dan semangat ketika saya menemui kesulitan dalam menyusun skripsi. Terima kasih karena telah bersedia dengan sabar membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa, ucapan terima kasih saya berikan kepada Dosen Pembimbing Akademik saya, Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., S.Psi., M.Si. dan bapak Minta Istono, M.Si. Terima kasih atas bantuannya dari awal saya masuk hingga akhir. Terima kasih atas saran yang diberikan ketika saya menghadapi kesulitan pada setiap semesternya. Terima kasih kepada Putera Widyatmika sebagai kekasihku, sahabatku, kakakku, musuhku, dan guruku. Terima kasih atas kasih sayang, pengertian, dan perhatian yang telah diberikan kepada saya. Terima Kasih atas kesabarannya dalam menghadapi saya yang keras kepala ini. Berkat dirimu, saya belajar memahami orang lain, menerima kekurangan satu sama lain, menyelesaikan permasalahan, dan banyak hal lain yang membuat saya menjadi pribadi yang lebih dewasa. Terima kasih karena telah bersedia menunggu dan percaya kepada saya selama hubungan yang telah kita xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii ABSTRACT ................................................................................................................ viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 12 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 13 1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 13 2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 13 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 14 A. Kepuasan Seksual........................................................................................... 14 1. Definisi Kepuasan Seksual ...................................................................... 14 2. Aspek Kepuasan Seksual ........................................................................ 15 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Seksual ........................... 18 4. Pengukuran Kepuasan Seksual ............................................................... 22 B. Dewasa ........................................................................................................... 22 1. Definisi Dewasa ........................................................................................ 23 2. Karakteristik Dewasa ................................................................................ 24 C. Dukungan Sosial (Social Support) ................................................................. 26 1. Definisi Dukungan Sosial ....................................................................... 26 2. Definisi Dukungan Sosial Pasangan (Partner Support) .......................... 28 3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial ............................................................ 29 4. Komponen Dukungan Sosial .................................................................. 30 5. Dampak Dukungan Sosial Pasangan ....................................................... 31 6. Pengukuran Dukungan Sosial ................................................................. 34 7. Review Penelitian Sebelumnya terkait Kepuasan Seksual ..................... 35 D. Dinamika Psikologis Hubungan Dukungan Sosial Pasangan dengan Kepuasan Seksual .......................................................................................................... 38 E. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 42 F. Hipotesis......................................................................................................... 42 BAB III. METODE PENELITIAN............................................................................ 43 A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 43 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................................... 43 C. Definisi Operasional ...................................................................................... 43 1. Dukungan Sosial Pasangan ..................................................................... 43 2. Kepuasan Seksual .................................................................................... 44 D. Subjek Penelitian............................................................................................ 45 1. Karakteristik Subjek ................................................................................ 45 2. Metode Sampling ..................................................................................... 45 E. Prosedur Penelitian......................................................................................... 46 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 48 1. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 48 2. Alat Pengumpulan Data ........................................................................... 49 a. New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) ............................................. 49 b. Social Support Questionnaire 6 item (SSQ6) .................................... 51 G. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................... 53 1. Validitas Alat Ukur ................................................................................. 53 2. Reliabilitas Alat Ukur ............................................................................. 54 H. Analisis Deskriptif ......................................................................................... 56 I. Metode Analisis Data ..................................................................................... 57 1. Uji Asumsi ............................................................................................... 57 a. Uji Normalitas Residu ....................................................................... 57 b. Uji Linearitas ...................................................................................... 58 c. Uji Heterokedastisitas ........................................................................ 58 2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 58 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 60 A. Persiapan Penelitian ....................................................................................... 60 B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 61 C. Deskripsi Penelitian ....................................................................................... 62 1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................... 62 2. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 64 D. Analisis Data Penelitian ................................................................................. 66 1. Uji Asumsi ............................................................................................... 66 a. Uji Normalitas Residu ....................................................................... 66 b. Uji Linearitas ...................................................................................... 67 c. Uji Heterokedastisitas ........................................................................ 68 2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 69 E. Pembahasan ................................................................................................... 71 F. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 76 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 78 A. Kesimpulan .................................................................................................... 78 B. Saran .............................................................................................................. 78 1. Bagi Pasangan Suami-Istri ....................................................................... 78 2. Bagi Praktisi Psikologi ............................................................................. 79 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 81 LAMPIRAN ............................................................................................................... 91 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Survei Kepuasan Seksual Tahun 2006 ..................................................... 4 Tabel 1.2. Survei Kepuasan Seksual Tahun 2011 ..................................................... 4 Tabel 2.1. Dimensi Kepuasan Seksual ................................................................... 16 Tabel 3.1. Sebaran Item Sub-Skala Nsss ............................................................... 50 Tabel 3.2. Sebaran Item Skala Nsss ....................................................................... 50 Tabel 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 62 Tabel 4.2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Rentang Usia........................ 63 Tabel 4.3. Deskripsi Rata-rata Data Penelitian ...................................................... 64 Tabel 4.4. Deskripsi Kategorisasi Tingkat Kepuasan Seksual dan Dukungan Sosial Pasangan ..................................................................................... 65 Tabel 4.5. Uji Normalitas Residu ........................................................................... 66 Tabel 4.6. Uji Linearitas ......................................................................................... 67 Tabel 4.7. Uji Glejser Homokedastisitas ............................................................... 68 Tabel 4.8. Nilai Standardized Coefficients ............................................................ 69 Tabel 4.9. Nilai Koefisien Determinansi ................................................................ 69 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Hubungan Dukungan Sosial Pasangan Terhadap Kepuasan Seksual ................................................................................................. 42 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Reliabilitas Aitem dan Skala Penelitian ...............................................92 Lampiran 2. Hasil Uji T ........................................................................................... 93 Lampiran 3. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 94 Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi ................................................................................. 95 4.1. Hasil Uji Normalitas Residu ............................................................. 95 4.2. Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 95 4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................. 95 Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 96 xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Istri saya seringkali sulit diajak berhubungan, alasannya capek, tidak mood, ngantuk, pusing kepala, dan seringkali menganggap saya pikirannya hanya 'kesitu' saja. Padahal saya sering mengalah, biasanya 2 minggu sekali, bahkan pernah 3 minggu tidak kumpul. Saat berhubungan pun, istri inginnya dirangsang memakai tangan dulu, setelah ia klimaks baru saya melakukan, itu pun istri ingin buru-buru selesai. Alasannya sudah malam, ngantuk. Kami nikah 4 tahun. Dari pertama nikah pun, istri tidak begitu semangat dengan seks. Menurut saya ia 'dingin' (Sugiarto, 2015). Pernyataan yang diungkapkan dalam potongan rubrik di atas merupakan salah satu dari sekian banyak bukti bahwa hubungan seksual merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam sebuah relasi suami-istri. Kurangnya komunikasi dalam hal pemuasan hubungan seksual serta kurangnya tanggapan seksual dari pasangan dapat membuat individu merasa tidak nyaman dan bosan sehingga mencari pemuasan aktivitas seksual dengan melakukan perselingkuhan (Wahyuningsih, 2006). Kebutuhan akan pemuasan hubungan seksual ini tampak pada tingginya angka perselingkuhan di Yogyakarta. Pada tahun 2010 terdapat 316 kasus dan 239 kasus pada tahun 2012 yang melibatkan kasus perselingkuhan dan nikah siri di Yogyakarta, dan kasus tertinggi berada di Kabupaten Gunung Kidul (Syaifullah, 2012). Fenomena tersebut didukung oleh penelitian (Allen, et al., 2008; Yucel & Gassanov, 2010) yang menunjukkan bahwa pasangan yang berselingkuh cenderung merasa tidak puas terhadap kehidupan seksualnya 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Tingginya kasus perselingkuhan tersebut membuktikan bahwa walaupun hubungan seksual bukan merupakan hal yang utama, namun cukup menentukan jalannya sebuah perkawinan (Zulaikah, 2008). Hal tersebut membuat perkawinan yang bahagia sering diasosiasikan dengan aktivitas seksual yang memuaskan (Ziaee, et al., 2012). Hubungan seksual dapat berupa berbagai macam perilaku seksual serta aktivitas seksual, seperti berciuman, berpelukan, meraba serta mencium bagian tubuh yang sensitif, melakukan komunikasi terkait seksual, oral sex, dan intercourse (Ashdown, Hackathorn, Clark, 2011; L’Engle, Brown, & Kenneavy, 2006). Hubungan seksual dapat menjadi sumber kebahagiaan maupun malapetaka (Regina & Malinton, 2001). Maka dari itu, hubungan seksual tidak hanya bermanfaat sebagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan reproduksi saja, tetapi juga memberikan kepuasan relasi dan sarana penyampaian emosional, serta kenikmatan psikologis dan fisik (Bancroft, 2009 dalam Dolinska-Zygmunt & Nomejko, 2011). Perasaan bahagia atau puas terhadap kehidupan seksual dapat menjadi indikator kehidupan seksual yang sehat pada seseorang. Kehidupan seksual yang sehat tersebut merupakan komponen penting dari kepuasan seseorang terhadap kehidupan seksualnya (WHO, 2010). Perasaan bahagia dalam kehidupan seksual sering digunakan untuk mendefinisikan salah satu aspek spesifik dalam pernikahan, yaitu kepuasan seksual (Davidson, Darling, Norton, 1995; Sprecher & Cate, 2004). Pada kenyataanya, setiap individu memiliki kriteria yang berbeda dalam mendefinisikan kepuasan seksual yang mereka rasakan (Nesbitt, 2014). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Perbedaan tersebut muncul karena kepuasan seksual yang bersifat subjektif dan melibatkan persepsi yang dimiliki oleh setiap individu. Kepuasan seksual merupakan respon afektif yang timbul dari evaluasi seseorang mengenai relasi seksualnya. Evaluasi tersebut mencakup persepsi tentang pemenuhan kebutuhan seksualnya, pemenuhan ekspektasi dirinya, serta ekspektasi terhadap pasangannya mengenai kebutuhan seksual mereka dan evaluasi positif terhadap hubungan seksual secara keseluruhan (Offman & Matheson, 2005). Maka dapat dikatakan bahwa kepuasan seksual memiliki peran yang penting dalam berlangsungnya relasi yang dimiliki oleh seseorang. Ashdown, Hackathorn, dan Clark (2011) mengatakan bahwa kepuasan seksual merupakan tolak ukur dari kepuasan relasi pasangan serta merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan intim karena dapat menjadi faktor "pendukung atau penghambat”. Jika hubungan seksual terjalin dengan baik, kepuasan seksual dapat memiliki dampak positif yang cukup banyak di dalam relasi suami-istri. Kepuasan seksual terbukti berperan dalam meningkatkan kepuasan pasangan (Sprecher & Cate, 2004) dan juga meningkatkan kepuasan pernikahan (Zulaikah, 2008). Tidak hanya berdampak pada relasi saja, secara personal kepuasan seksual juga berkorelasi positif dengan kesejahteraan psikologis (Dundon & Rellini, 2009) serta mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang (DolinskaZygmunt & Nomejko, 2011). Akan tetapi berdasarkan beberapa survei yang peneliti peroleh, masyarakat Indonesia masih memiliki tingkat kepuasan seksual yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini tampak melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Chicago pada tahun 2006 terhadap 27.500 orang yang berusia 40-80 tahun dari 29 negara. Indonesia termasuk ke dalam 5 negara terbawah yang memiliki persentase kepuasan seksual rendah. Tabel 1.1 Survei Kepuasan Seksual Tahun 2006 Lima Teratas Lima Terbawah 1. Austria (71.4%) 25. Thailand (35.9%) 2. Spanyol (69%) 26. China (34.8%) 3. Kanada (66.1%) 27. Indonesia (33.9%) 4. Belgia (64.6%) 28. Taiwan (28.6%) 5. USA (64.2%) 29. Jepang (25.7%) Sumber: Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors, www.sensualism.com Selain itu, pada survei tahun 2011 terhadap 3.957 orang yang berusia 2574 tahun dari 13 negara Asia-Pasifik, Indonesia juga merupakan 5 negara terbawah yang memiliki persentase kepuasan seksual yang rendah. Hasil survei menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-9 dari 13 negara AsiaPasifik lainnya berdasarkan rata-rata presentase kepuasan seksual (Tabel 1.2). Tabel 1.2 Survei Kepuasan Seksual Tahun 2011 Presentase Kepuasan Seksual (%) Laki-laki Perempuan Rata-rata 1. India 73 65 69 2. Philipina 54 46 50 3. Taiwan 53 38 45.5 4. Selandia Baru 41 46 43.5 5. Australia 40 40 40 6. Singapura 34 37 35.5 7. Hong Kong 34 31 32.5 8. Malaysia 38 27 32.5 9. Indonesia 36 24 30 10. China 25 21 23 11. Thailand 30 16 23 12. Korea Selatan 19 11 15 13. Jepang 10 4 7 Sumber: Asia-Pacific Sexual Health and Overall Wellness Survey, King, et al. (2011) Negara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Berdasarkan dari kedua data survei di atas tampak konsistensi hasil survei bahwa kepuasan seksual masyarakat Indonesia tergolong relatif rendah. Peneliti berasumsi hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia yang aktif secara seksual masih mengalami ketidakpuasan seksual. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa tingkat kepuasan seksual pada masyarakat Indonesia akan tetap relatif rendah jika tidak diatasi. Rendahnya kepuasan seksual pada masyarakat Indonesia ini tidak lepas dari pengaruh faktor budaya yang dimiliki masyarakat. Menurut Bhavsar & Bhugra (2013), sikap terhadap aktivitas atau perilaku seksual seseorang sangat dipengaruhi oleh budaya. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki latar belakang kebudayaan Timur yang kolektivis, di mana masyarakat kolektivis cenderung lebih sulit mengungkapkan gagasan atau perasaan dibandingkan masyarakat individualis (Tang, Bensman, & Haltfield, 2013). Ditambah lagi, pada budaya Timur pembicaraan mengenai seks merupakan hal yang tabu dan tidak patut untuk dibicarakan (Avianti & Hendrati, 2011). Konsep tabu mengenai seks ini pada umumnya banyak merugikan individu, terutama kaum perempuan (Khatimah, 2013). Sementara, menurut Aumer (2014) pria akan merasa kurang puas secara seksual ketika pasangannya merasa malu dalam mengungkapkan hal-hal berbau seksual. Hal-hal tersebut membuat masyarakat Indonesia memiliki kesulitan untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam hubungan seksualnya dengan pasangan, sehingga berdampak pada tingkat kepuasan seksualnya. Asusmsi ini didukung oleh penelitian Tang, Bensman, & PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Haltfield (2013) bahwa keterbukaan individu mengenai masalah seksualnya berpengaruh terhadap kepuasan seksual individu. Padahal rendahnya kepuasan seksual pada individu dapat berdampak negatif, baik kepada individu secara langsung maupun terhadap relasi pasangan dalam pernikahan. Tingkat kepuasan seksual yang rendah atau ketidakpuasan seksual dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam pernikahan serta rendahnya kualitas pernikahan (Yeh, Lorenz, Conger, & Elder, 2006). Rendahnya tingkat kepuasan seksual juga berhubungan dengan tingginya konflik yang terjadi dalam relasi (Lewandowski & Schrage, 2010). Tidak hanya itu, ketidakpuasan seksual juga mampu meningkatkan ketidaksetiaan pada pasangan (Mark, Janssen, & Milhausen, 2011), hingga dapat menyebabkan perceraian (Amato & Previti, 2003; White & Booth, 1991). Maka dari itu, sangat penting untuk mengidentifikasi hal-hal yang berhubungan serta mampu memprediksi kepuasan seksual, agar kita mendapatkan pemahaman yang lebih baik untuk dapat menolong individu dalam membangun dan memelihara relasi intimnya (Ashdown, Hackathorn, & Clark, 2011). Hingga saat ini penelitian terdahulu banyak mengkaitkan permasalahan yang dialami pada kehidupan seksual pernikahan dengan hal-hal yang bersifat seksual, seperti frekuensi berhubungan seksual, gairah pasangan saat bercinta serta frekuensi orgasme yang dialami. Tanpa disadari kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya tidak dapat diindikasikan hanya melalui permasalahan yang muncul pada aktivitas seksual saja (Basson, Brotto, Laan, Redmond, & Utian, 2005). Hal-hal yang bersifat non-seksual juga mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 memprediksi kepuasan individu terkait kehidupan seksualnya (Avianti & Hendrati, 2011; Heiman, Long, Smith, Fisher, Sand, & Rosen, 2011). Terdapat beberapa aspek non-seksual yang dapat memprediksi kepuasan seksual individu dari aspek intrapersonal, interpersonal dan transpersonal (Dundon & Rellini, 2010, Sánchez-Fuentesa, Santos-Iglesiasb, & Sierraa, 2013). Aspek interpersonal merupakan salah satu aspek yang masih sedikit diteliti dibandingkan dengan aspek intrapersonal ketika dikaitkan dengan kepuasan seksual (Sánchez-Fuentesa, Santos-Iglesiasb, & Sierraa, 2013). Beberapa aspek interpersonal yang pernah dikaitkan dengan kepuasan seksual sebelumnya, seperti komunikasi pasangan (MacNeil & Byers, 2009), intimasi pasangan (Rubin & Campbell, 2012), komitmen dan cinta (Lewandowski & Schrage, 2010) serta dukungan sosial (Ojanlatva, et al., 2005). Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang masih perlu diteliti dalam permasalahan kehidupan seksual (Ojanlatva, et al., 2005). Menurut Coyne dan DeLongis (1986) dukungan sosial yang didapat dari pasangan (partner support) tidak dapat digantikan oleh dukungan yang berasal dari sumber lain. Meskipun dukungan sosial dapat diperoleh melalui orangtua, anggota keluarga, pasangan atau orang yang dicintai, teman, komunitas, atau kelompok sosial (Sarafino, 2008). Namun, ketika dukungan sosial pasangan telah dianggap penting oleh individu, maka dukungan dari orang-orang penting lainnya telah terbukti tidak berpengaruh secara signifikan dalam memprediksi kesejahteraan atau distress yang dialami individu (Neff & Karney, 2005). Hal ini terjadi karena setiap individu memiliki kebutuhan dukungan yang unik, sehingga dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 yang adaptif bagi satu individu mungkin saja merupakan dukungan yang kurang, atau bahkan merupakan dukungan yang maladaptif bagi individu lain (Brock, et al., 2014). Oleh karena peneliti tertarik untuk meninjau lebih lanjut mengenai hubungan dukungan sosial pasangan. Ketika seseorang memberikan dukungan sosial pada pasangannya, terdapat hubungan timbal balik yang terjadi di dalam relasinya. Hubungan timbal balik tersebut mengacu pada perilaku saling berbagi satu sama lain (Ojanlatva, et al., 2005). Hubungan timbal balik ini yang nantinya mampu membuat kehidupan seksual individu dengan pasangan menjadi harmonis, seimbang dan stabil (Antonucci, 1985). Namun sebaliknya jika tidak berjalan dengan baik, maka dapat menimbulkan permasalahan di dalam kehidupan seksual pasangan yang berdampak pada ketidakpuasan individu pada kehidupan seksualnya. Dilatarbelakangi oleh asumsi tersebut, peneliti menduga bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh pasangan penting untuk dilihat lebih lanjut terkait hubungannya dengan kehidupan seksual individu. Jika dipelihara dengan baik, dukungan sosial pasangan memiliki dampak yang sangat positif di dalam relasi pasangan. Pada penelitian Ojanlatva, et al. (2005) ditemukan bahwa baik pria maupun wanita beranggapan bahwa pasangan merupakan sumber dukungan sosial yang penting bagi satu sama lain. Dukungan sosial pasangan memiliki dampak yang lebih besar pada kesehatan fisik dan mental secara relatif dibandingkan dengan dukungan yang didapatkan di luar hubungan intim (Gardner & Cutrona, 2004). Dukungan sosial pasangan juga sering dikaitkan dengan rendahnya tingkat stress (Kleiboer, Kuijer, Hox, Jongen, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Frequin, & Bensing, 2007), rendahnya simptom depresif dari pasangan (Okun & Keith, 1998), serta rendahnya konflik pekerjaan-keluarga yang terjadi (Aycan & Eskin, 2005; Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008). Dukungan sosial pasangan juga telah terbukti menunjang relationship functioning ketika individu dihadapkan dengan stressor yang berat (Neff & Karney, 2005). Tidak hanya itu, tingginya dukungan sosial pasangan juga turut memprediksi kepuasan terhadap pernikahan (Aycan & Eskin, 2005). Beberapa penelitian mengenai hubungan dukungan sosial pasangan yang dikaitkan oleh kepuasan seksual sudah pernah dilakukan. Namun, kebanyakan penelitian dilakukan dalam kasus klinis, seperti pada individu yang mengalami kanker (Luszczynska, Boehmer, Knoll, Shulz, & Schwarzer, 2007; Sheppard & Ely, 2008), multiple sclerosis (Blackmore, Hart, Albiani, & Mohr, 2011), rheumatoid arthritis (Lankveld, Ruiterkamp, Näring, & de Rooij, 2004), dan pada penderita HIV (De Ryck, et al., 2012). Bahkan, pada penelitian yang dilakukan oleh Sung dan Lim (2009), dukungan sosial pasangan ditemukan sebagai faktor prediktor kepuasan seksual tertinggi pada wanita yang mengalami hysterectomy. Beberapa penelitian terdahulu tersebut lebih berfokus pada kelompok minoritas di mana dalam kasus ini adalah pasien yang mengidap penyakit kronis. Peneliti berasumsi hasil dari penelitian-penelitian terdahulu pada kasus klinis tersebut belum dapat merepresentasikan hubungan dukungan sosial pasangan terhadap kepuasan seksual individu pada umumnya. Jika diperhatikan kondisi serta stressor yang dialami oleh pasien berbeda jika dibandingkan dengan orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 dewasa pada umumnya, sehingga peneliti menduga bahwa hasil penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasikan. Menurut Luszczynska, Boehmer, Knoll, Shulz, & Schwarzer (2007) pasien dengan penyakit kronis hidup dengan ancaman terhadap kekambuhan, pengalaman untuk berkompromi dengan kualitas hidup, dan mengalami perubahan terhadap kemampuan untuk melakukan sesuatu, emosional, dan sosialnya sehingga membutuhkan dukungan sosial yang lebih dari orang sekitarnya, termasuk pasangan. Peneliti berasumsi bahwa dukungan sosial pasangan tidak hanya berhubungan dengan kehidupan seksual pada kelompok minoritas, seperti pada pasien yang mengidap penyakit kronis saja tetapi juga berhubungan dengan kelompok mayoritas yang lebih umum. Ditambah lagi jika dilihat lebih lanjut, penelitian-penelitian terdahulu hanya melihat hubungan antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual individu. Tidak melihat seberapa besar dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan individu. Maka dari itu, peneliti bermaksud untuk melihat seberapa besar dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual individu pada umumnya. Ditambah lagi, berdasarkan studi literatur yang peneliti lakukan, sejauh ini peneliti baru berhasil mendapatkan satu penelitian yang dilakukan pada kelompok individu dewasa secara umum yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al. (2005). Namun peneliti masih mendapati beberapa kekurangan pada penelitian Ojanlatva, et al. (2005) baik secara praktis maupun teoretis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepuasan seksual termasuk sederhana, yaitu dengan menggunakan 1-item pertanyaan. Pengolahan data juga dilakukan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 metode analisis yang sederhana. Ditambah lagi, penelitian tersebut menggunakan bank data yang sudah ada, di mana penggunaan bank data dapat menyebabkan hasil analisis data memiliki nilai prediksi yang kurang baik. Penelitian tersebut juga dilakukan pada konteks kebudayaan Barat. Sejauh ini peneliti belum dapat menemukan penelitian terkait yang dilakukan pada konteks kebudayaan Timur. Padahal, pada kebudayaan Barat individu cenderung melihat seseorang sebagai pribadi yang independen, mandiri, dan terpisah dari orang lain. Sebaliknya pada kebudayaan Timur yang kolektifis, individu cenderung melihat seseorang yang pada dasarnya terhubung dengan satu sama lain sebagai sebuah kelompok (Markus & Kitayama, 1991; Triandis, 1989). Perbedaan karakteristik kedua budaya ini membuat penelitian Ojanlatva, et al. (2005) tidak dapat digeneralisasikan pada individu dengan kebudayaan Timur. Berdasarkan beberapa pemikiran serta fakta-fakta yang terkumpul mengenai dukungan sosial pasangan dalam kehidupan seksual individu yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini disusun untuk mengetahui seberapa jauh dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual individu. Di harapkan hasil yang didapat mampu menambah pemahaman serta memperkaya pengetahuan mengenai dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 B. RUMUSAN MASALAH Peneliti menyimpulkan pertanyaan yang merumuskan masalah dari penelitian ini, yaitu (a) apakah dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual secara signifikan? dan (b) bagaimana arah dan kekuatan hubungan linear antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk, (a) mengetahui sumbangan efektif dukungan sosial pasangan terhadap kepuasan seksual dan (b) melihat arah serta kekuatan hubungan dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan di bidang psikologi klinis dan psikologi sosial secara spesifik pada teori mengenai kepuasan seksual dan dukungan sosial. Penelitian ini dapat menambah pemahaman mengenai hubungan dukungan sosial pasangan terhadap kepuasan seksual individu dewasa pada umumnya. Melalui penelitian ini juga dapat menunjukkan bahwa aspek non-seksual dalam hal ini merupakan dukungan sosial pasangan, juga mampu memprediksi kepuasan seksual individu. Peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama bagi peneliti pada bidang sosial dan klinis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pasangan Suami-istri Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman pasangan suami-istri untuk lebih memperhatikan dukungan sosial yang mereka berikan terhadap pasangan. Jika pasangan mampu mengembangkan perilaku saling memberi dan saling menerima, kebutuhan pasangan satu sama lain akan terpenuhi serta membuat individu merasa pasangannya dapat dihandalkan. Hal ini membuat inidividu merasa cukup mendapatkan dukungan sosial pasangan sehingga memiliki relasi yang baik dengan pasangan. Terjalinnya relasi yang baik diantara pasangan suami-istri nantinya berpengaruh terhadap kehidupan seksual pasangan yang stabil dan seimbang sehingga individu merasa puas terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut membuat individu dan pasangan mampu terhindar dari dampak negatif rendahnya kepuasan pada kehidupan seksual. b. Bagi Praktisi Melalui penelitian ini, dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan bagi para praktisi di lapangan, terutama konselor pasangan dan keluarga dalam memberikan saran, intervensi, maupun membuat program terapi kepada klien yang mengalami permasalahan di dalam kehidupan seksualnya dengan pasangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. KEPUASAN SEKSUAL 1. Definisi Kepuasan Seksual Lawrance dan Byers (1995) membatasi kepuasan seksual sebagai respon afektif yang menimbulkan evaluasi subjektif seseorang yang bersifat positif dan negatif yang berkaitan dengan relasi seksual seseorang. Kepuasan seksual juga diartikan sebagai rasa nyaman atau puas terhadap kehidupan seksualnya yang berhubungan dengan pengalaman seksual, harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi ke depan terkait dengan relasi seksual yang dimiliki (Davidson, Darling, & Norton, 1995). Selain itu, Sprecher dan Cate (2004) menganggap kepuasan seksual sebagai tingkatan dimana individu merasa puas atau senang terhadap aspek seksual yang ada di dalam relasinya. Offman dan Mattheson (2005) mencoba menyempurnakan definisi kepuasan seksual sebagai respon afektif yang timbul dari evaluasi seorang pria atau wanita mengenai relasi seksualnya, mencakup persepsi tentang pemenuhan kebutuhan seksualnya, pemenuhan ekspektasi dirinya, ekspektasi terhadap pasangannya mengenai kebutuhan seksual mereka serta evaluasi positif terhadap hubungan seksual secara keseluruhan. Dundon dan Rellini (2010) memandang kepuasan seksual sebagai konstruk yang menilai kepuasan psikologis melalui 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 kehidupan seksual seseorang secara menyeluruh, yang mencakup aspek emosi, fisik, dan relasi dari kepuasan seksual. Penilaian positif terhadap hubungan seksual secara keseluruhan tidaklah hanya sekedar melalui kepuasan fisik (physical pleasure) semata (Byers, 1999). Hal tersebut menunjukkan bahwa kepuasan seksual tidak dapat diindikasikan hanya melalui aktivitas seksual saja (Basson, Brotto, Laan, Redmond, & Utian, 2005). Tidak munculnya orgasme saja dalam aktivitas seksual juga tidak dapat dikatakan sebagai indikasi kurangnya kepuasan seksual pada seseorang. Berdasarkan beberapa definisi mengenai kepuasan seksual di atas, maka dapat disimpulkan kepuasan seksual sebagai respon afektif yang timbul dari penilaian atau persepsi individu secara terhadap pemenuhan ekspektasi dirinya serta persepsi terhadap pasangannya mengenai kepuasan kehidupan seksualnya secara menyeluruh mencakup aspek emosi, fisik dan relasi seksualnya. 2. Aspek Kepuasan Seksual Stulhofer, Busko, dan Brouillard (2010) membentuk dimensi kepuasan seksual melalui tiga pandangan utama, yaitu individual, interpersonal dan behavioral. Ketiga pandangan tersebut digunakan untuk membentuk dimensi-dimensi kepuasan seksual. Dimensi-dimensi kepuasan seksual inilah yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur tingkat kepuasan seksual pada penelitian ini. Masing-masing pandangan tersebut memiliki dimensi sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 Tabel 2.1 Dimensi Kepuasan Seksual KEPUASAN SEKSUAL Pandangan Individual Pandangan Interpersonal Pandangan Behavioral 1. Sexual sensation - Kualitas perasaan - Kualitas gairah seksual - Frekuensi gairah - Kualitas orgasme - Frekuensi orgasme 2. Sexual presence/awareness - Perasaan pasrah/lepas - Fokus - Reaksi seksual terhadap pasangan 3. Sexual exchange - Menerima kenikmatan - Memberikan kenikmatan - Kesediaan pasangan terkait seksual - Inisiatif pasangan - Kreatifitas pasangan - Keseimbangan antara memberi dan mendapatkan 4. Emotional connection/closeness - Kepercayaan - Ungkapan perasaan - Perasaan pasrah pasangan - Kontribusi seksual terhadap ikatan perasaan 5. Sexual activity - Variasi - Frekuensi - Intensitas (hasrat) - Durasi - Eksperimen seksual a. Pandangan Individual 1) Sensasi seksual (Sexual sensations) Sensasi seksual merupakan bentuk (atau bentuk ketiadaan) dari kesenangan seksual (sexual pleasure) yang dialami seseorang. Sensasi seksual yang menyenangkan merupakan dasar dari seksual "trance" (perasaan pasrah/lepas). Selain itu, sensasi seksual juga merupakan motivasi utama di balik terjadinya pengulangan kontak seksual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 2) Kesadaran seksual (Sexual awareness/focus) Sexual awareness merupakan kemampuan untuk memusatkan diri pada sensasi erotis dan seksual. Kemampuan untuk memusatkan diri pada sensasi erotis dan seksual ini sangat dibutuhkan untuk membuat sensasi seksual menjadi menyenangkan. b. Pandangan Interpersonal 1) Pertukaran seksual (Sexual exchange) Dimensi sexual exchange menekankan pada pentingnya timbal balik yang terjadi pada kontak seksual yang terjadi, Ketidaksesuaian antara pemberian dan penerimaan perhatian serta kesenangan seksual dapat berdampak pada kepuasan seksual yang negatif pada seseorang (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). 2) Kedekatan emosional (emotional closeness) Kedekatan atau koneksi emosional juga dihubungkan dengan kepuasan dan kesenangan seksual, baik secara klinis maupun anekdot. Kuatnya ikatan emosional dan keintiman seseorang akan menghasilkan ketertarikan seksual dalam jangka waktu yang panjang. c. Pandangan Behavioral 1) Aktivitas seksual (Sexual activity) Dimensi aktivitas seksual menekankan pada frekuensi, durasi, variasi dan intensitas aktivitas seksual terkait dengan kepuasan seksual baik pada pria maupun wanita. Hubungan antara frekuensi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 aktivitas seksual dengan kepuasan seksual telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya (Young, Denny, Young, & Luquis, 2000). 3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Seksual a. Interpersonal/Individual Faktor-faktor terkait karakteristik individu yang dapat memengaruhi kepuasan seksual, antara lain: 1) Kesehatan Fisik Performansi fisik serta kesehatan yang baik secara keseluruhan dapat menunjukkan tingkat kepuasan seksual yang lebih tinggi (McCall-Hosenfeld, et al., 2008). Adanya penyakit kronis seperti, rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, dan hipertensi (Akkuş, Nakas, & Kalyoncu, 2010; Althof, et al., 2010; Mendes, Cardoso, & Savall, 2008) berkorelasi dengan rendahnya kepuasan seksual yang dialami seseorang. Rendahnya kepuasan seksual tersebut karena orang yang mengalami penyakit kronis memiliki tingkat keaktifan seksual yang berbeda dengan orang yang cenderung sehat secara fisik. 2) Kesehatan Mental Tingginya tingkat kesejahteraan seseorang berhubungan dengan meningkatnya kepuasan seksual seseorang (Dundon & Rellini, 2010). Sebagai contohnya, depresi, kecemasan atau stres yang dialami seseorang berpengaruh terhadap menurunnya tingkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 kepuasan seksual pada seseorang (De Ryck, Van Laeken, Nöstlinger, Platteau, Colebunders, & Melisaratos, 2012). 3) Sosio-demografi Sosio-demografi dapat memengaruhi kepuasan seksual yang dimiliki oleh seseorang, contohnya perbedaan usia dibawah 10 tahun pada pasangan terbukti berpengaruh pada kepuasan seksual yang lebih baik (Ziherl & Masten, 2010). Selain itu, tingkat pendidikan serta status sosial ekonomi yang tinggi juga dapat memengaruhi kepuasan seksual pada wanita (Barrientos & Paez, 2006; De Graaf, Vanwesenbeeck, & Meijer 2014; Ji & Norling, 2004). 4) Fungsi Seksual Fungsi seksual mencakup kemampuan untuk orgasme, ereksi, serta kemampuan dalam lubrikasi. Fungsi seksual yang baik dapat memengaruhi kepuasan seksual yang lebih baik (Henderson, Lehavot, & Simoni, 2009). Wanita yang mengalami orgasme pada waktu yang bersamaan atau lebih dulu dibandingkan pasangannya menunjukkan kepuasan seksual yang lebih tinggi (Sprecher & McKinney, Sexuality, 1993). b. Interpersonal/Relasional Beberapa faktor relasi yang dapat memengaruhi kepuasan seksual, antara lain: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 1) Komunikasi Sulistiyo (dalam Avianti & Hendrati, 2011) mengatakan bahwa kepuasan hubungan seksual dalam suatu perkawinan dapat diperoleh bila diantara keduanya (suami istri) terdapat komunikasi yang terbuka dan mendalam mengenai kebutuhan seksual mereka. Keterbukaan komunikasi dua arah mengenai hubungan seksual suami istri menunjukkan tingginya kepuasan seksual yang dialami pasangan (Avianti & Hendrati, 2011). 2) Keintiman Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan oleh dua orang dan merupakan kekuatan yang mengikat mereka untuk tetap bersama (Sternberg, 2006). Semakin intim pasangan di dalam relasinya menunjukkan semakin puas terhadap kehidupan seksualnya (Heiman, Long, Smith, Fisher, Sand, & Rosen, 2011). 3) Usia Relasi Lewandowski dan Schrage (2010) menemukan bahwa usia relasi memengaruhi kepuasan seksual pasangan. Terdapat korelasi positif yang lebih rendah pada relasi yang sudah terjalin cukup lama (long-term relationship) dibandingkan dengan korelasi terhadap relasi yang baru terjalin (short-term relationship) terhadap kepuasan seksual pasangan. Semakin lama usia relasi, maka tingkat gairah yang dimiliki oleh pasangan juga akan semakin menurun (Sternberg, 2006). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 4) Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan gagasan serta perasaan yang dimiliki oleh seseorang bahwa dirinya dipedulikan serta dimengerti oleh lingkungan sekitarnya (Walen & Lachman, 2000). Individu yang memiliki dukungan sosial yang berlimpah memiliki kepuasan seksual serta memiliki kehidupan seksual yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang kurang memiliki dukungan sosial (Ojanlatva, et al., 2005). Dukungan sosial ini dapat diperoleh melalui keluarga, pasangan, atau rekan kerja individu. Berdasarkan penelitian Ojanlatva et al. (2005) individu yang mendapatkan dukungan sosial pasangan terbukti memiliki kepuasan seksual yang lebih baik dibandingkan individu yang kurang memiliki dukungan sosial pasangan. Dukungan sosial pasangan akan dikaji lebih mendalam pada penelitian ini. c. Transpersonal 1) Religiusitas Religiusitas hingga saat ini masih menjadi kontradiksi mengenai hubungannya dengan kepuasan seksual. Penelitian Higgins, Trussel, Moore, dan Davidson (2010) menemukan adanya hubungan negatif antara religiusitas dengan kepuasan seksual yang dimiliki oleh individu. Sementara, penelitian During (2014) menemukan bahwa religiusitas berkorelasi positif terhadap kepuasan seksual individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Berdasarkan beberapa faktor-faktor yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepuasan seksual individu, antara lain: a. Faktor intrapersonal, yang lebih terkait pada hal-hal yang bersifat individual b. Faktor interpersonal, terkait relasi dengan pasangan atau orang-orang disekitar individu. Faktor ini merupakan faktor yang akan dikaji lebih dalam oleh peneliti, yaitu pada dukungan sosial pasangan. c. Faktor transpersonal, terkait dengan keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki oleh individu. 4. Pengukuran Kepuasan Seksual Kepuasan seksual pada awalnya biasa diukur dengan menggunakan single-global question. Namun, hasilnya hanya memberikan sedikit informasi mengenai kepuasan seksual (Sprecher & Mckinney, 1993). Hal tersebut diatasi dengan pengembangan alat ukur menggunakan multiple-item scale. Menurut Mark, Herbenick, Fortenberry, Sanders, dan Reece (2013) terdapat tiga skala yang biasanya digunakan oleh peneliti dalam bidang klinis atau konselor untuk mengukur kepuasan seksual, yaitu Index of Sexual Satisfaction – ISS (Hudson, Harrison, & Crosscup, 1981), Interpersonal Exchange Model of Sexual Satisfaction - IEMSS/GMSEX yang dikembangkan oleh (Byers, 1999) serta New Sexual Satisfaction Scale NSSS (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Berdasarkan beberapa alat ukur di atas, peneliti memilih New Sexual Satisfaction Scale (Stulhofer, Busko, dan Brouillard, 2010). Peneliti memilih NSSS, karena skala ini memiliki konsistensi internal yang tinggi (α=.90-.93) (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). Selain itu, telah teruji reliabilitasnya melalui metode test-retest yang dilakukan selama dua bulan dan memiliki korelasi yang tinggi (r=.81) dibandingkan ISS dan GMSEX (Mark, Herbenick, Fortenberry, Sanders, & Reece, 2013). Selain itu, NSSS juga tidak hanya mengukur kepuasan seksual dari sudut pandang individu saja, tetapi juga mengukur kepuasan seksual dari sudut pandang pasangan dan aktivitas seksual yang dilakukan (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). Di sisi lain, skala NSSS dibuat berdasarkan pada literatur konseling serta teraputik pada ranah kesehatan seksual. Peneliti memilih skala NSSS untuk mengukur kepuasan seksual karena skala ini dibuat dengan konsep yang dapat diterapkan pada berbagai orientasi, gender dan budaya (Holt, 2015; Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010) B. DEWASA 1. Definisi Dewasa Masa dewasa adalah masa bagi seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Santrock, 2011). Pada masa ini, individu dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orangtua dan berusaha untuk dapat mandiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 Individu dituntut untuk memulai kehidupan serta memerankan peran ganda, seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia kerja. Menurut Erikson (1989) masa dewasa dimulai dari umur 19 tahun hingga 60 tahun ke atas. Sementara, menurut Berk (2007) masa dewasa pada laki-laki dan perempuan berada pada usia 20 hingga 65 tahun ke atas. Masa dewasa ini terbagi dalam tiga tahap perkembangan, yakni tahap perkembangan dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya (40-65 tahun) dan dewasa akhir (65 tahun keatas). Pada masa dewasa ini, baik laki-laki maupun perempuan memiliki tugas perkembangan untuk menjalin hubungan yang intim atau mengisolasi diri. Sebagian besar individu yang mampu melewati tahap isolasi, akan menjalin relasi romantis yang lebih intim, termasuk hubungan seksual (Berk, 2007). Pada tahap ini juga, lakilaki dan perempuan dalam rentang hidup perkembangannya mulai aktif secara seksual. Berdasarkan paparan mengenai masa dewasa di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa masa dewasa pada laki-laki dan perempuan dimulai dari umur 20 tahun hingga 65 tahun ke atas. Dimana pada masa ini individu akan memulai pola kehidupan barunya dengan mandiri serta memulai untuk menjalin relasi romantik yang lebih intim, seperti berperan sebagai suami/istri dan berperan dalam dunia kerja. 2. Karakteristik Individu Dewasa Havighurst (dalam Lemme, 1995) mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan yang akan dilalui oleh individu pada setiap tahap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 perkembangannya. Tugas perkembangan yang dimaksud adalah sejumlah tugas yang harus diselesaikan oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Apabila individu berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, maka akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada tahapan berikutnya. Adapun tugas pada tahap perkembangan individu dewasa adalah: a. Tugas Perkembangan pada Masa Dewasa Awal Beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui pada masa dewasa awal, antara lain; (1) memilih pasangan/pendamping hidup, (2) belajar untuk hidup bersama dengan pasangan (suami/istri), (3) memulai suatu keluarga, (4) mengasuh anak, (5) mengelola rumah tangga, (6) memulai suatu pekerjaan/menduduki suatu jabatan, (7) menerima tanggung jawab sebagai warga negara, (8) mencari perkumpulan sosial yang sesuai. b. Tugas Perkembangan pada Masa Dewasa Madya Tugas perkembangan yang harus dilalui pada masa dewasa madya adalah; (1) memenuhi tanggung jawab sosial sebagai warga negara, (2) mencapai kehidupan ekonomi yang stabil, (3) mendampingi anak, (4) mengembangkan pemanfaatan waktu luang, (5) menghubungkan diri pada pasangan (suami/istri) sebagai pribadi, (6) menerima dan menyesuaikan diri pada perubahan fisiologis, (7) menyesuaikan diri untuk menjadi lanjut usia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 c. Tugas Perkembangan pada Masa Dewasa Akhir Beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui pada masa dewasa akhir, antara lain; (1) menyesuaikan diri pada menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmani, (2) menyesuaikan diri pada masa pension dan pendapatan yang berkurang, (3) menyesuaikan diri pada kematian suami/istri, (4) bergabung dengan kelompok seusia, (5) memenuhi kewajiban sosial, (6) menetapkan kesejahteraan jasmaniah. C. DUKUNGAN SOSIAL 1. Definisi Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menerangkan bagaimana hubungan sosial mampu menyumbang manfaat bagi kesehatan mental maupun kesehatan fisik individu. Siegel (dalam Taylor, 1999) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain yang menunjukkan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Sedangkan, Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi yang diterima dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, memiliki harga diri dan bernilai serta merupakan bagian dari jaringan sosial dan memiliki kewajiban bersama untuk saling dibutuhkan yang didapat dari orangtua, pasangan atau orang yang dicintai, keluarga, teman, jaringan sosial dan komunikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 Beberapa ahli lain juga memberikan definisi mengenai dukungan sosial. Menurut Wills dan Fegan (dalam Sarafino, 2008), dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain. Selanjutnya, dukungan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, seperti pasangan atau orang yang dicintai, keluarga, teman, tenaga medis, atau komunitas tertentu. Sedangkan Bishop (1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Menurut King (2012) dukungan sosial adalah umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik. Dukungan sosial melibatkan perilaku menerima, memberi dan hubungan timbal balik (Jung, 1990). Dukungan sosial tidak dapat digambarkan sebagai hubungan yang searah, melainkan dua arah atau biasa disebut timbal balik. Timbal balik merupakan suatu pola untuk saling memuaskan melalui pertukaran baran dan atau jasa (Malinowski dalam Amri 1997). Tujuannya tidak hanya terbatas pada upaya saling memuaskan belaka, melainkan juga untuk menjaga kelangsungan hubungan antara kedua belah pihak. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti mencoba untuk menyimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dan diperoleh seseorang sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 menimbulkan perasaan dicintai, diperhatikan serta dihargai oleh orang lain dan melibatkan hubungan timbal balik. Selain itu, melalui paparan definisi dukungan sosial di atas juga dapat dilihat bahwa sumber dukungan sosial berasal dari orang-orang yang berinteraksi dengan individu. Pada penelitian ini dukungan sosial yang diterima oleh individu berfokus pada dukungan sosial yang diberikan oleh pasangan. 2. Definisi Dukungan Sosial Pasangan Pasangan merupakan sumber utama dukungan sosial (Ojanlatva, et al., 2005). Dukungan sosial pasangan (partner support) merupakan perasaan subjektif bahwa individu tersebut saling memiliki, dicintai, dihormati, dihargai dan dibutuhkan oleh pasangan serta memiliki kewajiban untuk saling mendukung satu sama lain selama pernikahan (Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008). Dukungan sosial pasangan dipandang sebagai pengaruh dari hubungan interpersonal yang berfokus pada perilaku, kepercayaan, dan sikap terhadap pasangan (Sung & Lim, 2009). Sedangkan, Ledbetter (2013) mendefinisikan dukungan sosial pasangan sebagai komunikasi yang terbuka serta hubungan emosional yang terjalin antar pasangan yang mengarah pada kesediaan pasangan untuk memenuhi kebutuhan pasangannya. Berdasarkan beberapa paparan definisi mengenai dukungan sosial pasangan di atas, maka dapat disimpulkan dukungan sosial pasangan merupakan perilaku, kepercayaan dan sikap yang diberikan oleh pasangan sehingga individu merasa dicintai, dihormati, dihargai dan dibutuhkan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 pasangan serta memiliki kewajiban untuk saling mendukung satu sama lain dan bersedia untuk memenuhi kebutuhan pasangannya. 3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial Wills dan Fegan (dalam Sarafino, 2008) mengemukakan 4 bentuk dukungan sosial, yaitu: a. Emotional /Esteem Support Dukungan yang melibatkan rasa empati, perhatian, kepedulian, penerimaan secara positif serta memberikan semangat kepada seseorang. Dukungan tersebut membuat seseorang merasa nyaman, tenang serta merasa dicintai ketika ia merasa stres. Menurut Taylor (2009) dengan menyediakan kenyamanan membuat seseorang yang menerima dukungan ini merasa dicintai dan dihargai. b. Tangible / Instrumental Support Dukungan ini merupakan bantuan atau pendampingan yang diberikan secara langsung atau nyata, seperti memberikan atau meminjamkan uang atau langsung menolong teman kerja yang mengalami stres. Dukungan ini dapat berupa pelayanan, bantuan finansial, atau benda-benda yang dibutuhkan (Taylor, 2009). c. Informational Support Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberi informasi yang dibutuhkan oleh seseorang, seperti nasehat, arahan, saran atau feedback mengenai bagaimana orang tersebut melakukan sesuatu. Informasi tersebut dapat membantu individu memahami situasi yang membuatnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 stres menjadi lebih baik dan dapat menetapkan sumber serta strategi koping yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahannya. d. Companionship Support Dukungan ini berupa kesediaan untuk meluangkan waktu dengan seseorang, dengan demikian hal tersebut memberikan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu yang tertarik untuk saling berbagi dan kegiatan sosial. Pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, bentukbentuk dukungan sosial digunakan sebagai aspek-aspek dari dukungan sosial yang nantinya digunakan sebaga indikator pembentuk instrumen pengukuran dukungan sosial (Heizman & Kaplan, 1988; Rahmadita, 2013). 4. Komponen Dukungan Sosial Weiss (dalam Sarason, Levine, Basham, & Sarason, 1983) mengemukakan terdapat enam komponen dukungan sosial: intimacy, social integration, nurturance, worth, alliance, dan guidance. Komponenkomponen itu sendiri dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yaitu instrumental support (alliance dan guidance) dan emotional support (worth, intimacy, social integration dan nurturance). Sedangkan, menurut Sarason, Levine, Basham, dan Sarason (1983) dukungan sosial dapat dilihat melalui dua komponen dasar. Kedua komponen tersebut dapat bervariasi dalam hubungannya satu sama lain, tergantung pada kepribadian individu. Dua komponen tersebut adalah: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 a. Jumlah sumber dukungan sosial Persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan atau empati (pendekatan berdasarkan kuantitas) (Sarason & Sarason, 1985). b. Derajat kepuasan terhadap dukungan sosial Derajat kepuasan ini berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi. Sejauh mana individu puas terhadap jenis dan/atau jumlah dukungan yang tersedia (pendekatan berdasarkan kualitas) (Sarason & Sarason, 1985). Berdasarkan paparan komponen-komponen dukungan sosial yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa komponen dukungan sosial terdiri dari komponen kuantitas serta komponen kualitas dari dukungan sosial. Pada penelitian ini peneliti berfokus pada komponen kualitas dari dukungan sosial yang didapat dari pasangan, yaitu tingkat kepuasan individu terhadap dukungan sosial yang diterima oleh pasangan. 5. Dampak Dukungan Sosial Pasangan a. Dampak positif 1) Relasi Dukungan sosial pasangan telah terbukti mampu menurunkan tingkat konflik pekerjaan-keluarga yang terjadi (Aycan & Eskin, 2005; Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008). Hal tersebut disebabkan oleh perasaan saling mengerti dan kemampuan pasangan untuk berkompromi yang dimiliki oleh pasangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Dukungan sosial pasangan juga telah terbukti menunjang relationship functioning ketika individu dihadapkan dengan stresor yang berat (Neff & Karney, 2005). Tidak hanya itu, tingginya dukungan sosial pasangan juga turut memengaruhi kepuasan terhadap kehidupan seksual (Ojanlatva, et al., 2005), hingga kepuasan terhadap perkawinan (Aycan & Eskin, 2005). 2) Kesehatan fisik dan mental Dukungan sosial pasangan memiliki dampak yang lebih besar pada kesehatan fisik dan mental secara relatif dibandingkan dengan dukungan yang didapatkan di luar hubungan intim (Gardner & Cutrona, 2004). Dukungan sosial biasanya cenderung dapat mengurangi stres serta mampu memengaruhi kesehatan individu (Sarafino, 2008). Dukungan sosial pasangan juga sering dikaitkan dengan rendahnya tingkat stres (Kleiboer, Kuijer, Hox, Jongen, Frequin, & Bensing, 2007), rendahnya simptom depresif dari pasangan (Okun & Keith, 1998). Dukungan sosial mampu memengaruhi kesehatan seseorang (Sarafino, 2008; Taylor 2009), dengan dengan berfungsi sebagai pelindung dari stress dengan cara memodifikasi respon-respon seseorang sesudah munculnya stresor. Fungsi ini disebut sebagai buffering hypothesis. Selain itu, dukungan sosial juga dapat berfungsi secara langsung melindungi individu dari stress yang biasa disebut direct effect hypothesis. Individu dengan dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli, mencintai serta menghargainya dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal ini dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat. b. Dampak negatif Tidak selamanya dukungan sosial dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan, menurut Sarafino (2008) dukungan sosial dapat berdampak negatif kepada orang yang menerima dukungan sosial tersebut, apabila: 1) Dukungan yang diberikan tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup. Individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional, sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan. 2) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan dukungan yang dibutuhkan oleh individu. 3) Sumber dukungan memberikan contoh yang buruk kepada individu, seperti melakukan atau menyarankan perilaku yang tidak sehat. 4) Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diingikannya sehingga membuat individu menjadi dependen. Berdasarkan paparan dari dampak positif dan negative dari sukungan sosial di atas dapat dilihat bahwa, dukungan sosial tidak hanya menyangkut ketersediaan dukungan bagi individu yang membutuhkan, tetapi juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 menyangkut persepsi akan ketersediaan (avalibility) dan ketepatan (adequency) dari dukungan (Cohen dan Wills, dalam Namora, 2009). 6. Pengukuran Dukungan Sosial Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur dukungan sosial yang diterima oleh individu. Beberapa alat ukur dukungan sosial yang banyak digunakan oleh peneliti adalah Dunst Family Support Scale – FSS (Dunst, Jenkins, & Trivette, 1984), Social Support Questionnaire – SSQ (Sarason, et al., 1983), Social Support Questionnaire 6iten – SSQ6 (Sarason, et al., 1987), Perceived Social Support Scale – PSSS (Procidano & Heller, 1983), serta Norbeck Social Support Scale – NSSQ (Norbeck, 1981). Berdasarkan beberapa alat ukur di atas, peneliti memutuskan untuk menggunakan Social Support Questionnaire 6-item – SSQ6 (Sarason, et al., 1987). SSQ6 terdiri dari 2 sub-skala, yaitu SSQN dan SSQS. SSQ6 memiliki dasar psikometri yang kuat dengan nilai konsistensi internal (α) sebesar 0.900.93 pada SSQN dan SSQS (Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce, 1987). SSQ6 juga mampu disajikan sebagai pengganti yang adekuat untuk SSQ. Di sisi lain, peneliti juga mempertimbangkan jumlah item dari SSQ6 yaitu 6 item, sehingga dapat mempermudah dan mempersingkat waktu subjek untuk mengisi skala. Menurut Lopez & Cooper (2011) SSQN dan SSQS tidak berhubungan secara signifikan terhadap skor social-desirability. Artinya, dengan menggunakan SSQ6 peneliti dapat memperkecil kemungkinan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 terjadinya pengaruh kecenderungan sosial ketika subjek menjawab skala SSQ6. 7. Review Penelitian Sebelumnya terkait Kepuasan Seksual Terdapat beberapa penenelitian yang pernah dilakukan terkait dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. Beberapa penelitian terdahulu banyak menghubungkan kedua variabel tersebut pada kelompok minoritas, yaitu pasien yang mengidap penyakit kronis. Adapun penelitian terdahulu meneliti pada individu yang mengalami kanker (Sheppard & Ely, 2008), multiple sclerosis (Blackmore, Hart, Albiani, & Mohr, 2011), rheumatoid arthritis (Lankveld, Ruiterkamp, Näring, & de Rooij, 2004), pada penderita HIV (De Ryck, et al., 2012) dan pada wanita yang mengalami hysterectomy (Sung & Lim, 2009). Namun, penelitian-penelitian terdahulu tersebut tidak dapat digenaralisasikan kepada kelompok individu dewasa secara lebih umum. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah subjek yang digunakan oleh penelitian terdahulu relatif sedikit, serta menggunakan metode analisis yang sederhana, seperti korelasi pearson (Lankveld, Ruiterkamp, Näring, & de Rooij, 2004) dan odds ratio (OR) (De Ryck, et al., 2012). Ditambah lagi, kondisi serta stresor yang dialami oleh pasien juga berbeda jika dibandingkan dengan orang dewasa pada umumnya. Menurut Luszczynska, Boehmer, Knoll, Shulz, & Schwarzer (2007) pasien dengan penyakit kronis hidup dengan ancaman terhadap kekambuhan, pengalaman untuk berkompromi dengan kualitas hidup, dan mengalami perubahan terhadap kemampuan untuk melakukan sesuatu, emosional, dan sosialnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 sehingga membutuhkan dukungan sosial yang lebih dari orang sekitarnya, termasuk pasangan. Hingga saat ini peneliti baru berhasil menemukan satu penelitian yang melihat hubungan dukungan sosial dengan permasahan seksual pada individu dewasa, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al. (2005). Namun peneliti masih menemukan beberapa kekurangan pada penelitian yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al. (2005). Di mana pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan bank data yang sudah ada dari Finnish population center. Penggunaan bank data ini memiliki kelemahan data yang kecenderungan memiliki nilai prediksi yang lemah atau kurang tepat. Selain itu, alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur kehidupan seksual subjek juga sangat sederhana. Kepuasan seksual diukur menggunakan 3-item pertanyaan, seperti: (1) Seberapa penting kehidupan seksual bagi anda? (2) apakah anda puas dengan kehidupan seksual anda? (3) Apakah anda merasa mudah untuk mendiskusikan kehidupan seksual anda kepada orang lain? Selain itu, pengolahan data statistik yang digunakan juga sederhana, yaitu metode analisis odds ratio (OR). Hasil analisis data tidak dapat digunakan untuk mengetahui secara pasti seberapa erat hubungan dari dukungan sosial dan kepuasan seksual. Di samping itu, ada pula faktor yang tampaknya dapat memengaruhi hasil penelitian tersebut. Faktor tersebut merupakan faktor budaya. Responden penelitian yang digunakan oleh penelitian Ojanlatva, et al. (2005) memiliki latar belakang kebudayaan Barat. Responden penelitian tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 merupakan individu dewasa yang berada di Finlandia dan Swedia yang notabene memiliki konteks kebudayaan Barat. Pada konteks kebudayaan Barat yang independen, individu cenderung melihat seseorang sebagai pribadi yang mandiri, dan terpisah dari orang lain. Sebaliknya pada konteks kebudayaan Timur yang interdependen atau kolektifis, individu cenderung melihat seseorang yang pada dasarnya terhubung dengan orang lain (Markus & Kitayama, 1991; Triandis, 1989). Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara budaya Timur dan budaya Barat. Berdasarkan karakteristik kebudayaan Timur yang kolektifis serta kebudayaan Barat yang independen, tampaknya menunjukkan bahwa orang Asia akan lebih mungkin untuk meminta bantuan untuk mendapatkan dukungan sosial dalam menghadapi stres dibandingkan dengan orang Barat (Markus & Kitayama, 1991; Triandis, 1989). Di sisi lain, individu dengan latar belakang kebudayaan Barat cenderung menerima dukungan sosial dengan motivasi untuk meningkatkan kepercayaan diri. Namun, individu yang memiliki kebudayaan Timur cenderung memiliki motivasi kedekatan (closeness) ketika menerima dukungan sosial dari individu lain (Chen, Kim, Mojaverian, & Morling, 2012). Perbedaan ekspektasi dan norma-norma pada kedua kebudayaan tersebut cenderung memengaruhi bagaimana dan apakah individu tersebut mencari serta menggunakan dukungan sosial (Taylor, Sherman, Kim, Jarcho, Takagi, & Dunagan, 2004). Jika dilihat melalui karakteristik serta motivasi kedua kebudayaan tersebut seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 peneliti berasumsi bahwa penelitian Ojanlatva, et al. (2005) tidak dapat digeneralisasikan pada individu yang memiliki latar belakang kebudayaan Timur. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melihat kembali hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan kepuasan seksual pada individu dengan latar belakang kebudayaan Timur. D. DINAMIKA PSIKOLOGIS HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN KEPUASAN SEKSUAL Dukungan sosial pasangan merupakan sumber dukungan utama yang dibutuhkan oleh individu. Baik bagi pria maupun wanita beranggapan bahwa pasangan merupakan sumber dukungan sosial yang penting bagi satu sama lain (Ojanlatva, et al., 2005). Didukung oleh hasil penelitian Neff dan Karney (2005), ketika dukungan sosial pasangan telah dianggap penting oleh individu, maka dukungan dari orang-orang penting lainnya telah terbukti tidak berpengaruh secara signifikan dalam memprediksi kesejahteraan atau distres yang dialami individu. Individu dapat dipengaruhi oleh dukungan yang mereka dapatkan dari sumber yang mereka rasa paling bertanggung jawab kepada diri mereka (Aycan & Eskin, 2005). Dimana dalam hal ini sumber yang dimaksud adalah pasangan yang berada dalam ikatan pernikahan dengan individu. Dukungan sosial pasangan tersebut dapat berupa bantuan, nasihat, pengertian, serta hal-hal sejenisnya yang diberikan oleh pasangan kepada satu sama lain (Aycan & Eskin, 2005). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Dukungan sosial pasangan memiliki pengaruh yang lebih besar pada kesehatan fisik dan mental secara relatif dibandingkan dengan dukungan yang didapatkan di luar hubungan intim (Gardner & Cutrona, 2004). Dukungan sosial pasangan juga mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis serta kesehatan fisik individu (Antonucci & Akiyama, 1987; Schwarzer & Leppin, 1991) dan berperan dalam mengatasi stres yang dihadapi oleh individu (Kleiboer, Kuijer, Hox, Jongen, Frequin, & Bensing, 2007). Disamping itu, dukungan sosial pasangan juga dapat berpengaruh terhadap keberlangsungan relasi intim yang dijalin oleh individu. Salah satunya, dukungan sosial pasangan memiliki peran penting dalam meminimalisir konflik, seperti konflik pekerjaan-keluarga yang terjadi (Aycan & Eskin, 2005; Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008) hingga memengaruhi kepuasan terhadap pernikahan (Aycan & Eskin, 2005). Dalam menerapkan perilaku saling mendukung satu sama lain selama pernikahan, pasangan akan menjalin hubungan timbal balik di dalam relasinya. Hubungan timbal balik ini mengacu pada perilaku saling berbagi satu sama lain (Ojanlatva, et al., 2005). Dimana perilaku saling berbagi ini merupakan salah satu karakteristik yang penting di dalam dukungan sosial pasangan (Jung, 1990). Menurut Harvey dan Omarzu (dalam Lewandowski & Schrage, 2010) bentuk perilaku sosial yang biasa diberikan kepada pasangan meliputi, mendengarkan pasangan ketika terjadi konflik, menerima respons dari pasangan, dan berkompromi dengan pasangan untuk mengetahui kebutuhan pasangan. Ketika individu merasa hubungan timbal balik di dalam relasi terjalin dengan baik, maka individu akan merasa pasangannya dapat diandalkan (Sarason, Levine, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 Basham, & Sarason, 1983). Artinya, pasangan mampu saling memuaskan kebutuhan satu sama lain di dalam relasi. Terjalinnya hubungan timbal balik yang baik ini mampu membuat kehidupan seksual individu berjalan dengan harmonis, seimbang, dan stabil (Antonucci, 1985). Hal tersebut terjadi karena pasangan dapat saling berkompromi dan saling melengkapi kebutuhan satu sama lain dalam mengatasi permasalahan seksual yang dimiliki. Artinya, individu mendapatkan dukungan sosial yang cukup dari pasangannya sehingga memiliki relasi yang baik dengan pasangan. Baiknya relasi sosial yang terjalin antara pasangan suami-istri merupakan aspek yang penting dalam membangun persepsi individu mengenai penerimaan tanpa syarat (unconditional acceptance) serta memelihara elemenelemen di dalam dukungan sosial (Sarason, Sarason, & Pierce, 1990). Dengan demikian persepsi tersebut mampu membantu individu untuk menyelesaikan permasalahan seksual yang sedang dihadapinya. Ditambah lagi, pasangan merupakan sumber utama dari dukungan sosial yang mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan seksual, salah satunya terkait kepuasan terhadap kehidupan seksual (Ojanlatva, et al., 2005). Namun ketika timbal balik tersebut hilang, individu sering menganggap bahwa mereka telah memberikan lebih banyak dukungan sosial dari yang mereka terima dari pasangan sehingga terjadi ketidakseimbangan di dalam kehidupan seksual individu. Ketika individu tidak mampu memiliki hubungan timbal balik yang baik, maka berarti individu tidak mendapatkan dukungan sosial pasangan yang cukup. Hal tersebut membuat pasangan tidak mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 saling berbagi, saling mendengarkan, serta saling berkompromi satu sama lain. Dampaknya kehidupan seksual individu menjadi tidak harmonis, tidak stabil dan seimbang. Pada akhirnya dapat membuat individu merasa tidak puas terhadap kehidupan seksual yang dimilikinya bersama pasangan. Kepuasan seksual juga memiliki peran yang penting dalam berlangsungnya relasi intim. Kepuasan seksual dapat menjadi faktor "pendukung atau penghambat” sehingga dikatakan sebagai barometer di dalam hubungan intim (Ashdown, Hackathorn, & Clark, 2011). Kepuasan seksual berperan dalam tingginya kepuasan relasi serta kestabilan yang terjadi di dalam relasi (Sprecher & Cate, 2004). Selain itu, kepuasan seksual juga terbukti berperan dalam meningkatkan kepuasan pernikahan pada pasangan (Zulaikah, 2008). Ditambah lagi, kepuasan seksual dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis (Dundon & Rellini, 2009), serta meningkatkan kualitas hidup individu (Dolinska-Zygmunt & Nomejko, 2011). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 E. KERANGKA BERPIKIR Dukungan Sosial Pasangan s Dewasa 20 tahun ke atas Berperan dalam dunia kerja Berperan sebagai suami/istri Aktif secara seksual Saling berbagi Saling mendukung Mendengarkan berkompromi Merasa dicintai Merasa berharga konflik dalam relasi rendah Relasi pasangan Kepuasan Seksual Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir F. HIPOTESIS Berdasarkan uraian yang telah di jabarkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis mayor, dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang signifikan pada kepuasan seksual. 2. Hipotesis minor, terdapat hubungan yang erat dan positif antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan yang menekankan pada data-data angka yang diolah menggunakan metode statistik (Sugiyono, 2012). Metode analisis yang digunakan adalah regresi sederhana. Metode analisis regresi merupakan teknik statistik parametik yang digunakan untuk memprediksi besarnya skor variabel dependen berdasarkan besarnya skor dari variabel independen (Santoso, 2010). Peneliti menggunakan analisis regresi agar peneliti dapat mengetahui seberapa besar sumbangan efektif dari variabel independen kepada variabel dependen. B. IDENTIFIKASI VARIABEL Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen : Dukungan Sosial Pasangan 2. Variabel Dependen : Kepuasan Seksual C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Dukungan Sosial Pasangan Dukungan sosial pasangan merupakan keberadaan dan kesediaan pasangan sebagai tempat bergantung yang memperlihatkan bahwa mereka mencintai, menghormati, menghargai, membutuhkan, dan peduli kepada 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 individu serta melibatkan perilaku saling mendukung dan saling memiliki satu sama lain selama pernikahan (Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008; Sarason, 1983). Dukungan sosial pasangan diukur melalui kepuasan yang dirasakan oleh individu terhadap dukungan sosial pasangan yang didapatkan. Dukungan sosial pasangan diukur menggunakan Social Support Quissionaire 6-item (SSQ6) yang merupakan skala versi singkat dari Social Support Quissionaire (SSQ) (Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce, 1987). Semakin tinggi skor SSQ6, maka semakin tinggi dukungan sosial pasangan yang diterima oleh individu. Sebaliknya semakin rendah skor, maka semakin rendah dukungan sosial pasangan yang diterima individu. 2. Kepuasan Seksual Kepuasan seksual merupakan perasaan bahagia atau puas yang dirasakan oleh individu terhadap sensasi seksual, kesadaran seksual, pertukaran seksual (sexual exchange), kedekatan emosional dan aktivitas seksual yang dialami (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). Pada penelitian ini kepuasan seksual individu diukur menggunakan New Sexual Satisfaction Scale (NSSS). Semakin tinggi skor NSSS, maka semakin tinggi kepuasan seksual individu (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). Sebaliknya semakin rendah skor yang dimiliki, maka semakin rendah tingkat kepuasan seksual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 D. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian merupakan sebagian orang dari jumlah suatu populasi yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan variabel penelitian dan nantinya akan dikenai kesimpulan dari hasil penelitian (Sugiyono, 2013). Estimasi jumlah sampel penelitian dihitung menggunakan perhitungan estimasi dengan rumus Lemeshow, yaitu: = 4 1− 2 . Estimasi sampel penelitian dihitung melalui total populasi penduduk di Kota Yogyakarta pada tahun 2016 sejumlah 190.258 orang serta jumlah penduduk yang sudah menikah di Kota Yogyakarta sejumlah 412.331 yang didapat melalui statistik data kependudukan Yogyakarta (jogjaprov.go.id). Berdasarkan perhitungan rumus tersebut, estimasi sampel pada penelitian ini adalah 398 respon subjek. 1. Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah individu yang bekerja di Kota Yoyakarta dan sekitarnya dengan karakteristik individu dewasa dengan usia 19 tahun ke atas berada dalam ikatan pernikahan dan aktif secara seksual. Peneliti memilih individu dalam ikatan pernikahan, karena di dalam budaya Timur topik seksualitas merupakan topik yang sensitif. Oleh karena itu, untuk menghindari penilaian negatif dari kelompok sosial terhadap responden yang akan mengisi angket penelitian ini, maka karakteristik responden penelitian adalah individu yang berada dalam ikatan pernikahan. 2. Metode Sampling Metode sampling yang digunakan dalam menentukan subjek penelitian adalah non-probability sampling, sehingga tidak semua orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 yang berada dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012). Pada proses pengambilan data, peneliti mengkombinasikan dua teknik non-probability sampling, yaitu teknik incidental sampling dan purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Teknik ini digunakan untuk menentukan tempat pengambilan data. Pada proses pengambilan data peneliti mempertimbangkan institusi atau instansi mana saja yang akan disebarkan angket. Tujuannya, sampel penelitian dapat mewakili populasi masyarakat yang berasal dari berbagai bidang pekerjaan, seperti guru, pegawai negeri, pegawai swasta, pekerja seni, pekerja kuliner, dan lain-lain. Sementara, subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Dengan begitu, siapa saja yang secara kebetulan (incidental) bertemu dengan peneliti dapat berpartisipasi dan digunakan sebagai sampel, bila dipandang memenuhi karakteristik subjek penelitian (Sugiyono, 2012). Peneliti bermaksud agar setiap pekerja pada institusi atau instansi yang didatangi dapat memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi pada penelitian ini, selama subjek yang dituju memenuhi karakteristik yang telah ditentukan. E. PROSEDUR PENELITIAN Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala adaptasi. Sebelumnya skala telah melalui tahap translation ke dalam bahasa Indonesia dan telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 divalidasi oleh dosen pembimbing sebagai professional judgement. Pada angket yang diberikan, peneliti juga memberikan surat pengantar kepada subjek penelitian yang berisikan tujuan dari penelitian serta petunjuk pengerjaan angket. Peneliti memasukkan angket serta surat pengantar ke dalam amplop sebagai tempat angket agar data skala yang telah diisi oleh subjek terjaga kerahasiaannya. Selain itu, dikarenakan tema seksualitas merupakan tema yang cukup sensitif di Indonesia, maka peneliti dan rekan-rekan peneliti memutuskan agar angket bersifat anonim. Selanjutnya, angket tersebut peneliti distribusikan ke beberapa institusi dan instansi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya bersama dengan beberapa rekan peneliti lainnya. Peneliti juga melakukan penyebran angket dengan menggunakan bantuan key person jika peneliti tidak diberi kesempatan untuk bertemu secara langsung dengan calon subjek penelitian. Nantinya key person akan memberikan angket kepada subjek yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian. Adanya key person membantu peneliti untuk mendapatkan subjek yang sesuai dengan kriteria. Subjek akan direkrut melalui beberapa instansi serta institusi yang ada di Kota Yogyakarta dan sekitarnya (seperti, perkantoran, perhotelan, dan sekolah). Kemudian, angket dikembalikan pada peneliti dalam keadaan tertutup untuk menjaga kerahasiaan subjek melalui kotak yang telah disediakan sebagai tempat untuk mengumpulkan angket. Oleh karena sifat angket yang sukarela, subjek berhak untuk menolak turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika subjek mengisi angket dengan lengkap peneliti akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 memberikan pulsa handphone sebesar Rp 10.000,-/ sebagai apresiasi kepada subjek karena telah bersedia mengisi angket. F. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1. Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data adalah cara atau teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akan diselidiki (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala. Skala merupakan alat ukur psikologi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang dirancang untuk menangkap respon seseorang terhadap konsep yang diukur sehingga dapat diberi penilaian atau skor dan dapat diinterpretasikan (Azwar, 2009). Angket yang diberikan kepada subjek dibedakan sesuai dengan jenis kelamin subjek, yaitu pria dan wanita. Hal tersebut dilakukan karena isi dari skala mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal seksualitas yang sesuai dengan jenis kelamin subjek. Angket tidak hanya berisi skala yang digunakan oleh peneliti saja. Melainkan berisi beberapa skala lainnya yang akan digunakan oleh peneiti lain, karena penelitian ini merupakan penelitian payung. Adapun angket yang diberikan kepada subjek terdiri dari: a. Surat pengantar, yang berisi informasi mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan permintaan kesediaan subjek untuk mengisi angket. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 b. Lembar data diri subjek, yang berisi mengenai data diri subjek yang diperlukan untuk melihat kesesuaian dengan karakteristik subjek yang telah ditetapkan oleh peneliti. c. Skala, yaitu skala SSQ6 (Social Support Questionaire 6 item) untuk mengukur dukungan sosial pasangan dan skala NSSS (New Sexual Satisfaction Scale) untuk mengukur tingkat kepuasan individu. Selain itu juga terdapat skala yang digunakan untuk mengukur kepuasan hubungan, cinta, disfungsi seksual, seksual distress, intensi berselingkuh, gender disforia serta kenyataan dan harapan mengenai aktivitas seksual yang dimiliki. 2. Alat Pengumpulan Data a. New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) merupakan skala yang dikembangkan oleh Stulhofer, Busko, & Brouillard (2010). Skala ini memiliki total 20 item yang terdiri dari dua subskala (lihat tabel 3.1), yaitu (a) ego-centered subscale, yang mengukur kepuasan seksual melalui pengalaman/sensasi personal, dan (b) partner/sexual activity centered subscale, yang mengukur kepuasan seksual melalui perilaku atau reaksi seksual pasangan serta frekuensi aktivitas seksual. Selain itu, skala ini juga terdiri dari lima dimensi (lihat tabel 3.2), yaitu sexual sensastion, sexual presence/awareness, sexual exchange, emotional connection/closeness, dan sexual activity (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Tabel 3.1 Sebaran item subskala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) Subskala Ego-centered subscale Partner/sexual activity centered subscale No. Item Total 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19 10 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20 10 20 Total Tabel 3.2 Sebaran item skala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) Dimensi No. Item Total 3, 8, 17 3 5, 7, 9, 10, 11 5 2, 6, 12, 14, 16, 19 6 Emotional connection/closeness 4, 13, 15 3 Sexual activity 1, 18, 20 3 Sexual sensastion Sexual presence/awareness Sexual exchange Total 20 Skala NSSS merupakan skala Likert dengan lima pilihan respon yang bersifat kontinum. Skala NSSS ini hanya terdiri dari favorable item saja. Subjek diminta untuk memilih satu dari lima pilihan jawaban yang disediakan. Rentang jawaban terdiri dari: 1 = sama sekali tidak puas, 2 = sedikit puas, 3 = cukup puas, 4 = sangat puas, 5 = amat sangat puas. Cara skoring skala ini menggunakan metode summatted rating dengan menjumlahkan skor setiap item untuk mendapatkan pengukuran tentang sikap subjek terhadap atribut psikologis tertentu (Supratiknya, 2014). Artinya, semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek, maka dapat diartikan subjek memiliki kepuasan seksual yang tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Sebaliknya, jika skor total yang diperoleh rendah, maka tingkat kepuasan seksual subjek tergolong rendah. Berikut adalah blue-print dari skala NSSS yang peneliti gunakan. b. Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6) Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6) merupakan skala versi singkat dari Social Support Scale Questionnaire (SSQ) yang dikembangkan oleh Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce (1987). Peneliti menggunakan skala versi singkat ini untuk mempermudah serta mempersingkat waktu subjek untuk mengisi skala. Hal tersebut dilakukan dengan harapan memperkecil fatique effect serta memperkecil kecenderungan subjek untuk memberikan jawaban netral. Pada SSQ6 terdapat dua bagian yang dapat digunakan untuk mengukur dukungan sosial, yaitu: 1. Social questionnaire number (SSQ6N) Bagian ini mengukur kuantitas dukungan sosial yang didapatkan oleh subjek. Pada bagian ini subjek diminta untuk menuliskan secara spesifik orang-orang yang dianggap mampu diandalkan untuk meminta bantuan atau empati dalam situasi tertentu (Sarason, Levine, Basham, & Sarason, 1983). 2. Social questionnaire satisfaction (SSQ6S) Bagian ini mengukur kualitas dukungan sosial yang diperoleh subjek. Pada bagian ini subjek diminta untuk menuliskan derajat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 kepuasan dukungan sosial yang telah ia terima melalui orang-orang yang dituliskannya pada bagian SSQN. Menurut Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce (1987) bagian SSQ6N dan SSQ6S merupakan faktor yang terpisah dan dapat berdiri sendiri, namun dalam pelaksanaannya kedua bagian tersebut diadministrasikan secara bersamaan sebagai satu set kuisioner. Maka dari itu peneliti melakukan sedikit modifikasi pada skala SSQ6 yang digunakan. Bagian SSQN tidak disajikan pada angket, melainkan secara langsung memasukkan kata ‘pasangan’ pada skala SSQ6S. Hal tersebut dikarenakan sumber dukungan sosial telah peneliti tetapkan sebelumnya, yaitu pasangan (suami/istri). Skala SSQ6S merupakan skala Likert dengan lima pilihan respon yang bersifat kontinum. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari lima pilihan jawaban yang tersedia, yang menggambarkan kesesuaian atas dukungan sosial yang subjek terima dari pasangannya. Pilihan respon jawaban yang tersedia adalah, 1 = sangat tidak sesuai, 2 = tidak sesuai, 3 = netral, 4 = sesuai, 5 = sangat sesuai. Skor minimal subjek pada bagian SSQ6S ini adalah 1, sementara skor maksimal adalah 5 untuk tiap pernyataan. Skor akhir dukungan sosial yang diperoleh individu diperoleh dengan cara menjumlahkan skor dari masing-masing item, lalu dibagi 6. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka dapat diartikan subjek memiliki dukungan sosial pasangan yang tinggi. Sebaliknya, jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 rentang skor yang diperoleh rendah, maka dukungan sosial pasangan yang dimiliki subjek tergolong rendah. G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas Alat Ukur Validitas merupakan proses pengujian pada suatu alat ukur untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan alat ukur tersebut dalam melakukan tujuan ukurnya (Azwar, 2009). Dalam hal ini uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana skala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) dan Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6) yang peneliti gunakan mampu benar-benar mengukur tingkat kepuasan seksual serta dukungan sosial pasangan. a. New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) Validitas skala diuji melalui uji validitas isi. Uji validitas isi skala ini diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes melalui analisis rasional atau professional judgement (Supratiknya, 2014). Validasi dilakukan dengan professional judgement oleh dosen pembimbing. Hal ini dilakukan agar skala adaptasi memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan skala asli untuk mengukur kepuasan seksual. Skala ini juga telah melalui uji validitas konstruk dan konvergen di di Kroasia dan Amerika Serikat sebelumnya (Stulhofer, Busko & Brouillard, 2010). Uji validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan analisis zero-order (n=2000). Hasilnya NSSS secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 signifikan dan positif berkorelasi dengan pengukuran global pada kepuasan seksual. Sedangkan, pada uji validitas konvergen hasilnya terdapat hubungan yang kuat serta signifikan antara pengukuran global kepuasan seksual dan skor NSSS (r=0.44-0.67). Artinya, dapat dikatakan skala NSSS valid secara konstruk dan konvergen, sehingga mampu benar-benar mengukur tingkat kepuasan seksual individu. b. Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6) Skala dukungan sosial ini divalidasi melalui uji validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes melalui analisis rasional atau professional judgement (Supratiknya, 2014). Validasi dilakukan oleh dosen pembimbing sebagai professional judgement dengan tujuan, hasil adaptasi memiliki arti atau makna yang sama dengan skala asli serta dapat dimengerti dengan mudah oleh subjek. Skala ini juga pernah melalui uji validitas konstruk dengan melakukan uji korelasi antara SSQ6 dan SSQ (Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce, 1987). Hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara SSQ6 dan SSQ, dengan koefisien korelasi pada SSQN adalah 0.43 dan pada SSQS adalah 0.39. Hal ini menandakan bahwa SSQ6 mampu disajikan sebagai pengganti yang adekuat untuk SSQ. 2. Reliabilitas Alat Ukur Salah satu persyaratan alat ukur yang baik adalah reliabel. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang dimiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 oleh alat ukur (Azwar, 2009). Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan memiliki pengukuran yang konsisten dari waktu ke waktu. Koefisien minimum yang dipandang memuaskan untuk reliabilitas tes adalah 0.70 (Supratiknya, 2014). a. New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) Uji reliabilitas skala ini dilakukan dengan melihat konsistensi internal (internal reliability) skala melalui koefisien alpha cronbach (α), yaitu sebesar 0.980 (n = 281). Sebelumnya konsistensi internal skala juga pernah diukur dan didapat koefisien alpha cronbach (α) sebesar 0.94–0.96 (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). Hasil ini menunjukkan skala NSSS memiliki reliabilitas yang baik secara internal. Skala NSSS ini juga pernah diuji dengan teknik test-retest reliability selama 4 minggu pada 219 murid di Kroasia. Hasil korelasi test-retest reliability adalah 0.76 yang dapat dikategorikan dalam reliabilitas baik (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). b. Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6) Uji reliabilitas SSQ6 dilakukan dengan melihat konsistensi internal (internal reliability) skala melalui koefisien alpha cronbach (α) dengan hasil 0.903. Sebelumnya juga pernah diukur pada 3 kelompok sampel penelitian mahasiswa Universitas Washington (Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce, 1987). Hasil perhitungan koefisien alpha cronbach (α) berkisar 0.90–0.93 baik pada SSQN maupun SSQS. Hal ini menunjukkan bahwa SSQ6 memiliki reliabilitas internal yang baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Sedangkan, test-retest reliability diuji dalam kurun waktu 2 bulan, hasilnya korelasi test-retest reliability dari SSQ6 adalah 0.78 dan dapat dikategorikan sebagai reliabilitas yang baik (Sarason, Sarason, & Shearin, 1986 dalam Parker, 2007). H. ANALISIS DESKRIPTIF Data yang telah diperoleh oleh peneliti pada proses pengambilan data, nantinya akan dideskripsikan terlebih dahulu agar lebih mudah dipahami. Peneliti akan melakukan deskriptif pada subjek dan data penelitian. Pada subjek penelitian, peneliti akan mendeskripsikan secara lebih rinci mengenai usia dan jenis kelamin subjek. Hal tersebut dapat mempermudah pembaca untuk melihat jumlah sampel penelitian yang diperoleh pada penelitian ini. Selanjutnya, pada deskripsi data penelitian, peneliti akan membahas mengenai perbandingan mean teoretis serta mean empiris dari data penelitian untuk melihat tingkat dukungan sosial pasangan serta kepuasan seksual pada subjek. Peneliti juga akan membahas mengenai persentase tingkat kepuasan seksual dan dukungan sosial pasangan yang dimiliki oleh subjek penelitian. Persentase akan dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Persentase tingkat kepuasan seksual dan dukungan sosial pasangan akan dihitung berdasarkan nilai persebaran data kelompok. Nilai persebaran data kelompok pada kepuasan seksual ditentukan melalui rumus 𝑥 𝑎ℎ 𝑒 . Dimana skor merupakan rentang pilihan jawaban “cukup puas” dengan skor 3, dan jumlah item merupakan jumlah item pada skala PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 NSSS. Diasumsikan bahwa reponden yang mengalami kepuasan seksual akan cenderung memilih rentang skor “cukup puas” (3) sampai “amat sangat puas” (5). Diperoleh nilai persebaran data kelompok pada kepuasan seksual sebesar 60. Sementara, nilai persebaran data kelompok pada dukungan sosial pasangan ditentukan melalui rumus 𝑥 6 𝑎ℎ . Dimana skor merupakan rentang pilihan jawaban “sesuai” dengan skor 4, dan jumlah item merupakan jumlah item pada skala SSQ6 kemudian dirata-ratakan. Diasumsikan bahwa reponden yang mendapatkan dukungan sosial pasangan baik akan cenderung memilih rentang skor “sesuai” (4) sampai “sangat sesuai” (5). Diperoleh nilai persebaran data kelompok pada dukungan sosial pasangan sebesar 5. I. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Residu Uji normalitas residu dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, nilai residu atau variabel penganggu memiliki kontribusi yang normal (Santoso, 2014). Syarat penggunaan statistik parametris dengan metode analisis regresi adalah data persebaran residu pada data penelitian yang akan dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan teknik statistik Kolmogorov-Smirnov. Residu dikatakan normal jika memiliki nilai p > 0.1 (Santoso, 2010). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah persebaran data mengikuti garis lurus atau tidak (Santoso, 2010). Data dikatakan linear jika memiliki nilai p < 0.05. Jika mengikuti garis lurus, maka kuantitas suatu variabel akan meningkat dan menurun bersamaan dengan variabel lain secara linear. c. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pengamatan ke pengamatan lain (Santoso, 2014). Model regresi dikatakan baik jika memiliki homoskesdastisitas, yaitu jika varian dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap (Santoso, 2014) 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana. Perhitungan analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 21.0. Analisis regresi memungkinkan peneliti memperoleh prediksi secara keseluruhan pada variabel dependen. Selain itu juga mampu melihat arah serta kuatnya hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Adapun tahapan yang peneliti gunakan untuk memprediksi serta melihat hubungan antar variabel adalah: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 a. Melakukan regresi sederhana pada variabel dukungan sosial pasangan terhadap kepuasan seksual Dukungan sosial pasangan Kepuasan seksual b. Membaca tabel standardized coefficients untuk melihat besarnya kekuatan dan arah hubungan antara variabel dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual Dukungan sosial pasangan Kepuasan seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN PENELITIAN Pada penelitian ini penelti menggunakan skala yang di adaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Pada proses adaptasi skala peneliti menggunakan metode translation. Proses translation dimulai dengan menerjemahkan skala asli ke dalam Bahasa Indonesia. Proses ini dilakukan melalui proses diskusi antara peneliti, rekan peneliti lain serta dosen pembimbing sebagai professional judgement. Dilanjutkan dengan proses screening yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan rekan-rekan peneliti, dosen pembimbing dan beberapa orang yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Proses ini dilakukan untuk menghindari adanya penggunaan bahasa yang sulit dimengerti serta dipahami oleh orang awam. Selain itu, proses ini juga dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan penulisan atau kesalahan teknis lainnya. Setelah skala dianggap layak untuk digunakan, peneliti dan rekan peneliti lain memperbanyak skala untuk dibawa ke beberapa instansi dan institusi di Kota Yogyakarta. Selanjutnya, pada persiapan tahap kedua sebelum mulai menyebar skala peneliti mengurus surat izin kepada pihak berwenang di daerah Yogyakarta. Surat izin ini nantinya akan peneliti gunakan untuk menyebarkan skala pada kecamatan-kecamatan dan beberapa sekolah yang ada di Kota Yogyakarta. Selain membuat surat izin, peneliti juga mempersiapkan proposal rancangan penelitian yang akan digunakan untuk menyebar angket pada beberapa 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 perusahaan yang ada di daerah Yogyakarta. Kemudian, peneliti menyiapkan kotak yang akan digunakan untuk mengumpulkan angket setelah diisi oleh subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar kerahasiaan data subjek dapat terjamin. B. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian payung yang dilakukan oleh beberapa rekan peneliti serta dosen yang memiliki ketertarikan yang sama di bidang Psikologi Klinis. Maka dari itu, proses pengambilan data dilakukan bersama dengan rekan-rekan peneliti yang lain. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti serta rekan-rekan yang lain membagi proses pelaksanaan penelitian ke dalam dua tahap pengambilan data. Pada tahap pertama, pengambilan data dilakukan pada akhir bulan September hingga Desember tahun 2016. Pada tahap pertama ini peneliti menyebarkan angket di seluruh kecamatan, SD, SMP dan SMA serta beberapa instansi yang bergerak pada bidang usaha yang berbeda-beda di daerah Yogyakarta dan sekitarnya, seperti perhotelan, bank, kuliner, dan automotif. Peneliti menyebarkan angket skala ke berbagai bidang pekerjaan, agar peneliti mendapatkan subjek yang representatif. Selanjutnya, pada tahap kedua pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2017. Pada tahap ini peneliti menyebarkan angket di beberapa SD, SMP dan SMA serta beberapa instansi swasta di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 C. DESKRIPSI PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah individu dewasa yang berusia 20 tahun hingga 65 tahun keatas berada dalam ikatan pernikahan dan aktif secara seksual. Subjek merupakan orang-orang yang bekerja pada beberapa instansi dan institusi negeri maupun swasta yang ada di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Peneliti berhasil mendapatkan 670 respon subjek dari angket yang berhasil disebarkan dan telah kembali. Akan tetapi, dari total respon yang didapatkan, subjek penelitian yang dapat digunakan pada penelitian ini berjumlah 281 respon subjek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti banyaknya subjek yang mengembalikan angket, namun tidak bersedia mengisi angket serta adanya item-item skala yang tidak diisi atau terlewat oleh subjek. Berikut adalah gambaran subjek secara umum. Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Persentase (%) 131 150 281 46.62 53.38 100 Berdasarkan tabel data di atas terdapat 131 respon subjek laki-laki dari total keseluruhan respon subjek yang peneliti dapatkan. Sementara itu, jumlah respon subjek perempuan dari total respon berjumlah 150 respon. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa presentase jumlah total respon subjek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 wanita sedikit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah total respon subjek pria. Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Rentang Usia Rentang Usia 20 – 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun 50 – 59 tahun 60 – 69 tahun TD Total *Tidak Diketahui Jumlah Persentase (%) 27 68 85 86 4 11 281 9.61 24.20 30.25 30.60 1.42 3.91 100 Di sisi lain, jika dilihat dari jarak rentang usianya, usia yang paling muda pada respon subjek penelitian adalah 22 tahun, sedangkan yang paling tua adalah respon subjek yang berusia 68 tahun. Respon subjek pada penelitian ini didominasi oleh subjek dengan rentang usia 50 hingga 59 tahun dengan presentase 30.60% serta rentang usia 40 hingga 49 tahun dengan presentase 30.25% dari total jumlah respon subjek. Kemudian, terdapat subjek dengan rentang usia 30 hingga 39 tahun dengan persentase 24.20% dan rentang usia 20 hingga 29 tahun sebesar 9.61% dari total jumlah respon subjek. Sedangkan, subjek dengan persentase terkecil adalah subjek dengan rentang usia 60 hingga 69 tahun dengan persentase 3.54%. Sementara itu juga terdapat subjek dengan rentang usia yang tidak teridentifikasi sebesar 3.91%. Hal ini dikarenakan subjek yang tidak bersedia mengisi bagian lembar identitas sehingga usia subjek tidak dapat diidentifikasi oleh peneliti. Berikut ini adalah deskripsi rentang usia subjek penelitian yang berhasil diperoleh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 2. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan data yang telah peneliti dapatkan, peneliti akan membandingkan antara nilai rata-rata (mean) teoretis dengan nilai rata-tata (mean) empiris dari seluruh respons data penelitian yang berhasil diperoleh. Tabel 4.3 Deskripsi Rata-rata Data Penelitian N Kepuasan Seksual Dukungan Sosial Pasangan Teoretis Empiris Min Max Mean Min Max Mean Sig. 281 20 100 60 36 100 71.91 0.000 281 6 30 18 1.50 5 25.21 0.000 Berdasarkan paparan data di atas, diketahui bahwa mean teoretis dari variabel kepuasan seksual adalah 60, sementara mean empiris yang didapat sebesar 71.91. Diperoleh hasil mean empiris yang lebih besar jika dibandingkan dengan mean teoretisnya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki kepuasan seksual yang tergolong tinggi. Sedangkan, pada variabel dukungan sosial pasangan diperoleh mean teoretis sebesar 18, sementara mean empiris yang dihasilkan sebesar 25.21. Pada variabel dukungan sosial pasangan juga tampak bahwa mean empiris lebih besar dibandingkan dengan mean teoretis. Maka dapat dikatakan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dukungan sosial pasangan yang tinggi. Peneliti juga melakukan uji-t untuk melihat taraf signifikansi dari perbedaan mean teoretis dan mean empiris. Melalui hasil uji-t yang telah dilakukan, didapatkan hasil perbedaan nilai mean teoretis dan mean empiris PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 yang signifikan, dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 untuk variabel kepuasan seksual dan variabel dukungan sosial pasangan. Tabel 4.4 Deskripsi Persentase Tingkat Kepuasan Seksual dan Dukungan Sosial Pasangan Variabel N Kepuasan 281 Seksual Dukungan 281 Sosial Pasangan *nilai persebaran data Kategori Ketentuan Jumlah (n) Persentase (%) Tinggi Rendah Tinggi Rendah x > 60* x < 60* x > 4* x < 4* 246 35 221 60 87.54 12.46 78.65 21.35 Berdasarkan data persentase diperoleh persentase subjek penelitian yang memiliki kepuasan seksual tinggi sebesar 87.54%, sementara sisanya 12.46% termasuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat kepuasan seksual yang tergolong tinggi. Sementara, persentase dukungan sosial pasangan pada subjek yang memiliki dukungan sosial pasangan tinggi sebesar 78.65%, sedangkan 21.35% sisanya termasuk kategori rendah. Pada variabel dukungan sosial pasangan juga tampak bahwa persentase subjek penelitian dengan kategori tinggi lebih besar dibandingkan dengan subjek penelitian dengan kategori rendah. Maka dapat dikatakan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dukungan sosial pasangan yang tinggi. D. ANALISIS DATA PENEITIAN Seluruh data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 21.0. Sebelum menguji hipotesis yang telah disusun, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 terlebih dahulu peneliti melakukan serangkaian uji asumsi. Uji asumsi yang akan dilakukan pada penelitian ini, meliputi uji normalitas residu, uji linearitas data, serta uji homokedastisitas. 1. Uji Asumsi Uji asumsi ini dilakukan untuk melihat seberapa baik hasil penelitian mampu menggambarkan kesesuaian hasil pengolahan data dengan keadaan yang ada. a. Uji Normalitas Residu Uji normalitas residu peneliti gunakan, karena metode uji hipotesis yang peneliti gunakan adalah metode analisis regresi. Hal ini dikarenakan dalam uji regresi yang perlu diperhatikan adalah normalitas dari persebaran variabel pengganggu atau residual (Santoso, 2010). Uji normalitas residu dilakukan pada variabel dukungan sosial pasangan terhadap kepuasan seksual melalui analisis statistik KolmogorovSmirnov. Tabel 4.5 Uji Normalitas Residu One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual *Asym. Sig. (2-tailed) Statistic df 0.48 281 Sig. 0.200 Melalui tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi dengan uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.200. Persebaran data residu dikatakan normal bila nilai signifikansi p > 0.1 (Santoso, 2010). Hasil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 tersebut menunjukkan bahwa persebaran variabel pengganggu atau residual pada data dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual terdistribusi secara normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat peningkatan atau penurunan kuantitas suatu variabel akan diikuti secara linear oleh variabel lain (Santoso, 2010). Uji linearitas pada penlitian ini dilakukan dengan metode analisis test for linearity. Hubungan suatu variabel dapat dikatakan linear apabila nilai P < 0.05. Berdasarkan hasil uji linearitas yang telah dilakukan didapatkan niai p = 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antar variabel dependen dan variabel independen bersifat linear (p < 0.05). Tabel 4.6 Uji Linearitas ANOVA Table F Dukungan Sosial Pasangan – Kepuasan Seksual c. 117.047 Sig. Keterangan 0.000 Linear Uji Heterokedastisitas Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak terjadi heterokedastisitas pada data atau disebut homokedastisitas. Homokedastisitas terjadi jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis dengan uji Glejser untuk melihat persebaran data. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Tabel 4.7 Uji Glejser Heterokedastisitas Coefficients Dukungan Sosial Pasangan – Kepuasan Seksual Sig. Keterangan 0.109 Signifikan Dari hasil uji Glejser yang telah dilakukan, didapatkan nilai koefisien signifikansi sebesar 0.109 (p > 0.05). Hal ini menandakan bahwa variasi residu pada variabel dependen mengikuti setiap nilai dari variabel independen dan tidak terjadi heterokedastisitas pada data. Maka dapat dikatakan penelitian ini memenuhi uji heterokedastisitas dengan memiliki data yang homokedastisitas. Berdasarkan seluruh uji asumsi yang telah dilakukan, data penelitian ini telah memenuhi keseluruhan uji asumsi. Adapun keseluruhan uji asumsi yang telah berhasil dipenuhi, yaitu memiliki distribusi residu yang normal, memiliki kecenderungan homokedastisitas, serta data bersifat linear. Maka pengujian statistik parametrik dengan metode regresi linear sederhana dapat dilakukan. 2. Uji Hipotesis Setelah melakukan ujii asumsi, selanjutnya peneliti akan melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah peneliti rancang sebelumnya. Hipotesis mayor dari penelitian ini yaitu dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang signifikan pada kepuasan seksual. Sedangkan, hipotesis minornya adalah terdapat hubungan yang positif antara dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 sosial pasangan dan kepuasan seksual. Berikut adalah hasil uji serta pembahasan dari hipotesis mayor dan minor: Hipotesis mayor: Dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang signifikan pada kepuasan seksual Tabel 4.8 Nilai Koefisien Determinansi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square a 1 .544 .296 .039 a. Predictors: (Constant), Dukungan Sosial b. Dependent Variable: Kepuasan Seksual Std. Error of the Estimate 11.172 Tabel di atas merupakan hasil uji regresi antara variabel dukungan sosial pasangan terhadap variabel kepuasan seksual. Berdasarkan data di atas, didapatkan nilai koefisien determinansi (R2) sebesar 0.296. Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual individu sebesar 29.6%, sementara 70.4% sisanya diprediksi oleh variabel lain. Dapat dikatakan bahwa dukungan sosial pasangan cukup mampu memprediksi tingkat kepuasan seksual indvidu. Tabel 4.9 Nilai Standardized Coefficients Model Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 23.100 4.552 (Constant) 1 Dukungan Sosial 11.616 1.072 Pasangan a. Dependent Variable: Kepuasan Seksual .544 t 5.075 Sig. .000 10.841 .000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh rumus persamaan regresi Y = 23.100 + 11.616X dengan nilai Sig. sebesar 0.000 (p < 0.05). Dimana Y adalah kepuasan seksual dan X adalah dukungan sosial pasangan. Melalui uji regresi ini juga didapatkan koefisien regresi sebesar 11.616. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan satu nilai pada dukungan sosial pasangan dapat meningkatkan nilai kepuasan seksual sebesar 11.616 dan berlaku juga sebaliknya. Hipotesis minor: Terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual Melalui tabel 4.7 di atas juga dapat diketahui nilai korelasi (r) antara variabel dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual dengan melihat nilai standardized coefficients (β) sebesar 0.544 dengan Sig. sebesar 0.000 (p < 0.05). Dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial pasangan memiliki korelasi yang kuat dan searah dengan kepuasan seksual. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan sosial pasangan yang diterima oleh individu, akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan seksual yang dirasakan individu. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial pasangan yang dimiliki oleh individu, akan semakin rendah pula tingkat kepuasan seksual individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 E. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang signifikan dari kepuasan seksual individu. Selain itu, peneliti juga bermaksud untuk melihat seberapa erat hubungan antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. Untuk itu peneliti menggunakan bantuan program Windows SPSS versi 21.0 dalam melakukan uji statistik dengan metode analisis regresi linear sederhana. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui bahwa hipotesis mayor yang disusun oleh peneliti diterima. Ditemukan bahwa dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang signifikan dari kepuasan seksual. Berdasarkan hasil olah data diperoleh koefisien regresi melalui nilai R square sebesar 0.296. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual individu sebesar 29.6%, sedangkan 70.4% sisanya diprediksi oleh variabel lain. Maka dapat diasumsikan dukungan sosial pasangan cukup mampu memprediksi kepuasan seksual individu. Selain itu, hasil pada penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis minor pada penelitian ini diterima. Hal tersebut tampak dari nilai standardized coeffisients (β) yang didapat antara variabel dukungan sosial pasangan, yaitu sebesar 0.544 dengan nilai Sig. 0.000 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang erat dan searah antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. Artinya, semakin tinggi dukungan sosial pasangan yang diterima, maka semakin tinggi tingkat kepuasan seksual individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, temuan pada penelitian ini mendukung beberapa teori. Salah satunya, hasil penelitian ini mendukung teori yang diungkapkan oleh Byers (1999), bahwa kepuasan seksual tidak hanya sekadar didapatkan melalui kepuasan fisik. Dimana kepuasan fisik tersebut didapat melalui aktivitas seksual. Selain itu, penelitian ini juga mendukung teori yang dikemukakan oleh Basson, Brotto, Laan, Redmond, dan Utian (2005) bahwa kepuasan seksual tidak hanya diperoleh melalui aktivitas seksual saja. Hal tersebut mengungkapkan bahwa kepuasan seksual tidak hanya dapat diindikasikan oleh variabel-variabel yang berhubungan dengan seksual saja, tetapi juga dapat diindikasikan oleh variabel-variabel non-seksual. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dukungan sosial pasangan mampu memrediksi kepuasan seksual sebesar 29.6%. Hasil tersebut sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan temuan Oksoo dan Jeon (2013) bahwa kepuasan seksual mampu diprediksi oleh frekuensi berhubungan seksual sebesar 21% pada lakilaki, sementara pada perempuan mampu diprediksi oleh frekuensi aktivitas seksual sebesar 11%. Maka dapat dikatakan bahwa variabel non-seksual, yang dalam hal ini adalah dukungan sosial pasangan juga memiliki hubungan yang cukup besar serta cukup mampu memprediksi kepuasan seksual individu selain variabel-variabel seksual, seperti frekuensi berhubungan seksual serta aktivitas seksual lainnya. Hasil temuan pada penelitian ini juga mendukung asumsi peneliti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dukungan sosial pasangan tidak hanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 dapat memprediksi kehidupan seksual pada kelompok minoritas, seperti pasien yang mengidap penyakit kronis saja, tetapi juga kelompok individu pada umumnya. Penelitian ini memperkaya hasil yang didapatkan oleh penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu banyak dilakukan pada kasus klinis dengan kelompok individu yang mengalami sakit kronis (Blackmore, Hart, Albiani, & Mohr, 2011; De Ryck, et al., 2012; Luszczynska, Boehmer, Knoll, Shulz, & Schwarzer, 2007; Sung & Lim, 2009; vanLankveld, Ruiterkamp, Näring, & de Rooij, 2004). Pasien yang mengidap penyakit kronis memiliki kondisi stressor yang berbeda dengan kelompok individu pada umumnya. Stressor tersebut berasal dari ancaman terhadap kekambuhan, pengalaman untuk berkompromi dengan kualitas hidup, dan mengalami perubahan terhadap kemampuan untuk melakukan sesuatu, emosional, dan sosialnya (Luszczynska, Boehmer, Knoll, Shulz, & Schwarzer, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan pasien dengan penyakit kronis membutuhkan dukungan sosial pasangan untuk menunjang kehidupan seksualnya. Sedangkan, pada kelompok individu pada umumnya dukungan sosial pasangan tidak hanya membantu individu untuk menghadapi stressor yang berat (Neff & Karney, 2005), tetapi juga berperan penting untuk meminimalisir konflik pasangan di dalam keluarga (Aycan & Eskin, 2005; Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008) sehingga mampu menunjang kehidupan seksual individu dengan pasangan. Ditambah lagi, hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al. (2005). Pada penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Ojanlatva, et al. (2005) didapatkan hasil bahwa dukungan sosial pasangan memiliki hubungan yang signifikan terhadap persoalan kehidupan seksual individu, salah satunya adalah kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa wanita yang mendapatkan dukungan sosial pasangan memiliki kecenderungan 1,43kali lipat lebih puas terhadap kehidupan seksualnya, dibandingkan yang tidak mendapatkan dukungan sosial pasangan. Sementara, pada laki-laki memiliki kecenderungan 1,53kali lipat lebih puas terhadap kehidupan seksualnya. Sejalan dengan hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini, bahwa setiap penambahan satu nilai dukungan sosial pasangan mampu meningkatkan kepuasan seksual individu sebesar 0.296 (29.6%) dan berlaku juga sebaliknya. Hal tersebut membuat semakin tinggi dukungan sosial pasangan yang dimiliki oleh individu, akan semakin meningkatkan kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya. Semakin meningkatnya kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya tersebut, dapat disebabkan oleh hubungan timbal balik yang dilakukan individu untuk saling mendukung satu sama lain. Hubungan timbal balik tersebut mengacu pada perilaku saling berbagi satu sama lain (Ojanlatva, et al., 2005). Ketika pasangan mampu saling berbagi satu sama lain dengan baik, maka individu akan merasa bahwa pasangannya dapat diandalkan (Sarason, Levine, Basham, & Sarason, 1983). Perasaan tersebut akan menimbulkan kehidupan seksual yang harmonis, seimbang, dan stabil (Antonucci, 1985) yang nantinya mampu menunjang kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Adanya hubungan timbal balik tersebut membuat dukungan sosial pasangan menjadi salah satu sumber utama dalam kepuasan terhadap kehidupan seksual individu. Asumsi tersebut diperkuat oleh hasil penelitian ini bahwa dari 51.6% dari individu yang merasa puas terhadap kehidupan seksualnya mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari pasangannya (53.38%). Hasil ini juga mendukung penelitian Ojanlatva et al. (2005) bahwa 63% perempuan serta 57% laki-laki yang mendapatkan dukungan sosial pasangan yang tinggi mengalami kepuasan pada kehidupan seksualnya. Maka dari itu, dukungan sosial pasangan patut diperhatikan sebagai salah satu faktor yang memiliki pengaruh penting pada kehidupan seksual pasangan. Jika terjadi ketidakpuasan dalam kehidupan seksual individu maka dapat berdampak negatif terhadap perkawinan individu. Beberapa risiko yang dapat terjadi ketika individu tidak puas terhadap kehidupan seksualnya, seperti meningkatnya ketidaksetiaan pada pasangan (Mark, Janssen, & Milhausen, 2011), menimbulkan tingginya konflik alam relasi (Lewandowski & Schrage, 2010). Tidak hanya itu, ketidakpuasan seksual juga dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam pernikahan dan rendahnya kualitas pernikahan (Yeh, Lorenz, Conger, & Elder, 2006) hingga menyebabkan perceraian (Amato & Previti, 2003; White & Booth, 1991). Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa partisipan dalam penelitian ini cenderung memiliki kepuasan seksual yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan survei yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2006 dan 2011. Pada penelitian ini terdapat 87.54% (n = 281) subjek penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 dengan tingkat kepuasan seksual yang tinggi serta 78.65% subjek penelitian dengan tingkat dukungan sosial pasangan yang tergolong tinggi. Selain itu juga tampak dari mean empiris yang lebih besar, dibandingkan dengan mean teoretis pada kedua variabel yang menandakan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki tingkat kepuasan seksual dan dukungan sosial pasangan yang tinggi. Dibandingkan dengan survei kepuasan seksual pada tahun 2006 terdapat 33.9% individu yang memiliki kepuasan seksual tinggi. Sedangkan, survei pada tahun 2011 individu yang merasa puas terhadap kehidupan seksualnya rata-rata sebesar 30% (n = 200). Pada kedua survei tersebut dikatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kepuasan seksual yang relatif rendah. Dapat dikatakan bahwa individu saat ini relatif merasa puas terhadap kehidupan seksualnya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. F. KETERBATASAN PENELITIAN Peneliti menyadari bahwa di dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam pelaksanaan maupun hasil penelitian. Kekurangan serta keterbatasan tersebut terkait dengan jumlah subjek yang berpartisipasi pada penelitian ini yang dapat dianggap tidak memenuhi estimasi sampel. Ditambah lagi, pada penelitian ini terdapat bias pada subjek penelitian yang cenderung produktif bekerja terutama di bidang formal, sehingga tidak mampu merepresentasikan individu yang tidak produktif bekerja tetapi masih produktif secara seksual. Hal tersebut menyebabkan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara luas, sehingga diperlukan penelitian dengan partisipan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 dengan jumlah yang lebih banyak dan lebih mencakup populasi yang luas agar hasil dari penelitian ini dapat digeneralisasikan pada masyarakat umum. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan pada kebudayaan Timur sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada masyarakat dengan kebudayaan Barat. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik serta motivasi individu yang berbeda dalam menggunakan dukungan sosial pasangan. Di sisi lain, pada penelitian ini tidak diketahui secara jelas jenis dukungan sosial pasangan yang memiliki pengaruh paling signifikan pada kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya. Oleh karena itu peneliti merasa dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam dengan melibatkan metode penelitian kualitatif untuk melihat jenis dukungan sosial pasangan yang lebih berpengaruh pada kehidupan seksual individu dengan pasangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah melakukan uji hipotesis dan pembahasan, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut antara lain: 1. Hipotesis mayor diterima, dukungan sosial pasangan memiliki sumbangan efektif yang signifikan terhadap kepuasan seksual individu. 2. Hipotesis minor diterima, dukungan sosial pasangan memiliki korelasi yang positif dan signifikan terhadap kepuasan seksual individu. Berarti tingginya dukungan sosial pasangan akan diikuti dengan kepuasan seksual individu yang tinggi. Sebaliknya, dukungan sosial pasangan yang rendah akan diikuti dengan kepuasan seksual individu yang rendah. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, peneliti bermaksud untuk memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi subjek penelitian, bagi praktisi, maupun bagi peneliti selanjutnya. Saran-saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pasangan Suami-Istri Pasangan merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang tidak dapat digantikan oleh sumber dukungan sosial lainnya. Maka dari itu, mengembangkan dukungan sosial pasangan sangat dibutuhkan untuk 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 berlangsungnya keharmonisan, kestabilan, serta keseimbangan kehidupan pernikahan, termasuk keberlangsungan kehidupan seksual pasangan. Mengembangkan dukungan sosial pasangan dapat dilakukan dengan cara mengembangkan perilaku saling berbagi, saling menerima dan mampu berkompromi satu sama lain, sehingga pasangan (suami-istri) mampu saling melengkapi kebutuhan satu sama lain baik secara emosional maupun seksual mendapatkan kepuasan dalam kehidupan seksual. 2. Bagi Praktisi Psikologi Kepuasan dalam kehidupan seksual telah terbukti tidak hanya dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat seksual saja, namun juga dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat non-seksual di dalam relasi pasangan suami-istri. Untuk itu, penting bagi praktisi untuk mengelaborasi permasalahan yang dialami oleh klien mengenai permasalah yang dialami terkait penyebab permasalahan seksual yang terjadi di dalam pernikahan klien. Hal ini penting untuk dipertimbangkan sebelum praktisi nantinya memberikan saran, intervensi, maupun membuat program terapi kepada klien yang mengalami permasalahan dalam kehidupan seksual dengan pasangannya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Banyaknya kekurangan di dalam penelitian ini, membuat peneliti selanjutnya perlu memperhatikan beberapa hal jika ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu meningkatkan jumlah subjek penelitian dan memperhatikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 populasi untuk pengambilan data. Peneliti menyarankan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada daerah yang lebih terbuka dengan hal-hal yang menyangkut seksual, sehingga sampel data yang diperoleh dapat lebih merepresentasikan populasi yang akan dilihat. Peneliti selanjutnya juga dapat mencari perbedaan tingkat kepuasan seksual yang dimiliki oleh individu dewasa awal, akhir dan madya. Selain itu, peneliti juga menyarankan peneliti selanjutnya untuk memperdalam pengetahuan mengenai topik penelitian ini agar mampu mengetahui jenis-jenis dukungan sosial pasangan yang memiliki pengaruh lebih pada kehidupan seksual pasangan dengan jenis penelitian kualitatif. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menemukan variasi variabel lainnya yang dapat dikaitkan dengan dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Akkuş, Y., Nakas, D., & Kalyoncu, U. (2010). Factors affecting the sexual satisfaction of patients with rheumatoid arthritis and ankylosing spondylitis. Sexuality and Disability, 28, 223-232. Allen, E. S., Rhoades, G. K., Stanley, S. M., Markman, H. J., Williams, T., Melton, J., et al. (2008). Premarital precursors of marital infidelity. Family Process, 47(2), 243-259. Althof, S. E., Buvat, J., Gutkin, S. W., Belger, M., Stothard, D. R., & Fugl-Meyer, A. R. (2010). Sexual satisfaction in men with erectile dysfunction: Correlates and potential predictors. Journal of Sexual Medicine, 7(1), 203-215. Amato, P. R., & Previti, D. (2003). People’s reasons for divorcing: Gender, social class, the life course, and adjustment. Journal of Familly Issues, 24(5), 602626. Amri, E. (1997). Perkembangan teori pertukaran, struktural fungsional dan ekologi budaya: Implementasi dan sumbangannya dalam studi antropologi budaya. Padang, Indonesia: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Antonucci, T. C. (1985). Social support: theoritical advances, recent findings and pressing issues. Dalam I. Sarason, & B. Sarason (eds), Social support: Theory, research and applications (pp. 21-37). Dordrecht: Martinus Nijhoff Publishers. Antonucci, T. C., & Akiyama, H. (1987). An examination of sex differences in social support among oldermen and women. Sex Roles, 17(11/12), 737-749. Ashdown, B. K., Hackathorn, J., & Clark, E. M. (2011). In and out of the bedroom: sexual satisfaction in the marital relationship. Journal of Integrated Social Sciences, 2(1), 40-57. Aumer, K. (2014). The influence of culture and gender on sexual self-schemas and satisfaction in romantic relationships. Sexual and Relationship Therapy, 29(3), 280-292. 81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 Avianti, H. P., & Hendrati, F. (2011, Agustus). Pengaruh keterbukaan komunikasi seksual suami istri mengenai hubungan seksual terhadap kepuasan seksual istri. Jurnal Psikologi, 6(2), 453-464. Aycan, Z., & Eskin, M. (2005). Relative contributions of childcare, spousal support, and organizational support in reducingwork–family conflict for men andwomen: The case of Turkey. Sex Roles, 53(7/8), 453-471. Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi edisi 12. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basson, R., Brotto, L. A., Laan, E., Redmond, G., & Utian, W. H. (2005). Assesment and managemant of women's sexual dysfunctions: Problematic desire and arousal. Journal of Sexual Medicine, 2(3), 291-300. Barrientos, J. E., & Paez, D. (2006). Psychosocial variables of sexual satisfaction in chile. Journal of Sex & Marital Therapy, 32(5), 351-368. Berk, L. E. (2007). Development Through Lifespan 4th Edition. Boston: Pearson Education Inc. Bhavsar, V., & Bhurga, D. (2013). Cultural factors and sexual dysfunction in clinical practice. Advance in psychiatric treatment, 19, 144-152. Bishop, G. D. (1994). Health Psychology : Integrating Mind and Body. Allyn and Bacon: Boston. Blackmore, D. E., Hart, S. L., Albiani, J. J., & Mohr, D. C. (2011). Improvements in partner support predict sexual satisfaction among individuals with multiple sclerosis. Rehabil Psychol, 56(2), 117-122. Brock, R. L., O'Hara, M. W., Hart, K. J., McCabe, J. E., Wiliamson, J. A., Laplante, D. P., et al. (2014). Partner support and maternal depression in the context of the iowa floods. Journal of Family Psychology, 28(6), 1-12. Byers, S. E. (1999). The interpersonal exchange model of sexual satisfaction: Implications for sex therapy with couples. Canadian Journal of Counselling, 32(2), 95-111. Chen, J. M., Kim, H. S., Mojaverian, T., & Morling, B. (2012). Culture and social support provision: Who gives what and why. Personality and Social Psychology Bulletin, 38(1), 3-13. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Coyne, J. C., & DeLongis, A. (1986). Going beyond social support: The role of social relationship in adaptation. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 54(4), 454-460. Davidson, J. K., Darling, C. A., & Norton, L. (1995). Religiosity and the sexuality of women: Sexual behavior and sexual satisfaction revisited. The Journal of Sex Research, 32(3), 235-243. De Graaf, H., Vanwesenbeeck, I., & Meijer, S. (2014). Educational differences in adolescents’ sexual health: A pervasive phenomenon in a national Dutch sample. The Journal of Sex Research, 0(0), 1-11. De Ryck, I., Van Laeken, D., Nöstlinger, C., Platteau, T., Colebunders, L. R., & Melisaratos, N. (2012). Sexual satisfaction among men living with hiv in europe. AIDS and Behavior, 16(1), 225-230. Dolinska-Zygmunt, G., & Nomejko, A. (2011). Sexual satisfaction's contribution to a sense of quality of life in early adulthood. Polish Journal of Applied Psychology, 9(1), 65-73. Dundon, C. M., & Rellini, A. H. (2010). More than sexual function: Predictors of sexual satisfaction in a sample of women age 40-70. The Journal of Sexual Medicine, 7(2pt2), 896-904. During, A. (2014). Sexual satisfation within marriage: The role of religion (Skripsi). Universiteit Utrecht, Utrecht, Netherlands. Diunduh dari https://dspace.library.uu.nl/bitstream/handle/1874/296302/ Erikson, Erik H. 1989. Identitas dan siklus hidup manusia. Terjemahan. Jakarta: Gramedia. Gardner, K. A., & Cutrona, C. E. (2004). Social support communication in families. In A. L. Vangelisti, Handbook of Family Communication (pp. 495-512). Mahwah, Nj: Erlbaum & Associates. Heiman, J. R., Long, J. S., Smith, S. N., Fisher, W. A., Sand, M. S., & Rosen, R. C. (2011). Sexual satisfaction and relationship happiness in midlife and older couples in five countries. Archives of Sexual Behavior, 40(4), 741-753. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Heizman, C. A., & Kaplan, R. M. (1988). Assesment of methods for measuring social support. Health Psychology, 7(1), 75-109. Henderson, A. W., Lehavot, K., & Simoni, J. M. (2009). Ecological models of sexual satisfaction among lesbian/bisexual and heterosexual women. Archives of Sexual Behavior, 38(1),50–65. Higgins, J. A., Trussel, J., Moore, N. B., & Davidson, J. K. (2010). Virginity lost, satisfaction gained? Physiological and psychological sexual satisfaction at heterosexual debut. Journal of Sex Research, 47(4), 384-394. Holt, L. (2015). Female Sexual Satisfaction and Sexual Identity (Disertasi Doktoral). Indian University, Bloomington, Indiana. Diunduh dari http://proquest.com/ Ji, J., & Norling, A. M. (2004). Sexual satisfaction of married urban Chinese. Journal of Developing Societies, 20(1-2), 21-38. Jung, J. (1990). The role of reciprocity in social support. Basic and Applied Social Psychology, 11(3), 243-253. Khatimah, U. K. (2013). Hubungan seksual suami-istri delam perspektif gender dan hukum islam. Ahkam, 13(2), 235246. Kim, H. S., Sherman, D. K., Ko, D., & Taylor, S. E. (2006). Pursuit of comfort and pursuit of harmony: Culture, relationships, and social support seeking. Personality and Social Psychology Bulletin, 32(12), 518-526. Kim, H. S., Sherman, D. K., & Taylor, S. E. (2008). Culture and social support. American Psychologist, 63(6), 518-526. King, L. A. (2012). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif . Salemba Humanika. King, R., Marumo, K., Paick, J.-S., Zhang, K., Shah, R., Pangkahila, W., et al. (2011). Satisfaction with sex and erection hardness: Results of the asiapacific sexual health and overall wellness survey. International Journal of Impatence Research, 23, 135-141. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Kleiboer, A., Kuijer, R., Hox, J., Jongen, P., Frequin, S., & Bensing, J. (2007). Daily negative interactions and mood among patients and partners dealing with multiple sclerosis (MS): The moderating effects of emotional support. Social Science & Medicine, 64, 389-400. Lawrance, K., & Byers, E. S. (1995). Sexual satisfaction in long-term heterosexual relationships: The interpersonal exchange model of sexual satisfaction. Personal Relationships, 2(4), 267-285. Ledbetter, C. D. (2013). Partner support in pregnancy: Can prenatal and postpartum couples therapy reduce postpartum pathology and strengthen motheroffspring attachment? Ideas and Research You Can Use: VISTAS(48), 1-10. Lemme, B. H. (1995). Development in Adulthood. Boston: Allyn & Bacon. Lewandowski, K., & Schrage, T. (2010). A Comparison of relationship satisfaction and sexual satisfaction in short-term and long-term relationship. Journal of Undergraduate Research XIII. Luszczynska, A., Boehmer, S., Knoll, N., Shulz, U., & Schwarzer, R. (2007). Emotional support for men andwomen with cancer: Do patients receive what their partners provide? International Journal of Behavioral Medicine, 14(3), 156-163. L'Engle, K., Brown, J. D., & Kenneavy, K. (2006). The mass media are an important context for adolescents’ sexual behavior. Journal of Adolescent Health, 38(3), 186-192. Mark, K. P., Herbenick, D., Fortenberry, D. J., Sanders, S., & Reece, M. (2013). A psychometric comparison of three scales and a single-item measure to assess sexual satisfaction. Journal of Sex Research, 0(0), 1-11. Mark, K. P., Janssen, E., & Milhausen, R. R. (2011). Infidelity in heterosexual couples: demographic, interpersonal, and personality-related predictors of extradyadic sex. Journal of Archives Sexual Behavior, 40(5), 971-82. Markus, H. R., & Kitayama, S. (1991). Culture and the self: Implications for cognition, emotion, and motivation. Psychological Review, 98(2), 224-253. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 MacNeil, S., & Byers, E. S. (2009). Role of sexual self-disclosure in the sexual satisfaction of long-term heterosexual couples. Journal of Sex Research, 46(1), 3-14. McCall-Hosenfeld, J. S., Freund, K. M., Legault, C., Jaramillo, S. A., Cochrane, B. B., Manson, J. E., et al. (2008). Sexual satisfaction and cardiovascular disease: The women’s health initiative. American Journal of Medicine, 121, 295-301. Mendes, A. K., Cardoso, F. L., & & Savall, A. C. (2008). Sexual satisfaction in people with spinal cord injury. Sexuality and Disability, 26, 137-147. Neff, L. A., & Karney, B. R. (2005). Gender differences in social support: A question of skill or responsiveness? Journal of Personality and Social Psychology, 88(1), 79-90. Nesbitt, J. (2014). The relationship between physical activity and sexual satisfaction among wheelchair users (Disertasi Doktoral). University of Kansas, Kansas, USA. Diunduh dari https://kuscholarworks.ku.edu. Offman, A., & Matheson, K. (2005). Sexual compatibility and sexual functioning in intimate relationships. The Canadian Journal of Human Sexuality, 14(1-2), 31-39. Ojanlatva, A., Rautava, P., Helenius, H., Korkeila, K., Sundell, J., Kivimaki, M., Vahtera, J., Makinan, J., Koskenvuo, M. (2005). Associations of social support and sex life: The HeSSup Study. Journal of Patient Education and Counseling, 1-11. Oksoo, K., & Jeon, H. O. (2013). Gender differences in factors influencing sexual satisfaction in korean older adults. Journal Archives of Gerontology and Geriatrics, 321-326. Okun, M. A., & Keith, V. M. (1998). Effects of positive and negative social exchanges with various sources on depressive symptoms in younger and older adults. Journal of Gerontology: Psychology Sciences, 53B(1), 4-20. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Patel, C., Beekhan, A., Paruk, Z., & Ramgoon, S. (2008). Work-family conflict, job satisfaction and spousal support: An explatory study of nurses' experience. Curationis, 31(1), 38-44. Parker, B. (2007). The relation between hostility and social support: Investigating potential mediation or moderation by trait forgiveness, attributional style, and trait empathy (Disertasi Doktoral). West Virginia University, Morgantown, USA. Diunduh dari http://proquest.com Rahmadita, I. (2013). Hubungan antara konflik peran ganda dan dukungan sosial pasangan dengan motivasi kerja pada karyawati di rumah sakit abdul rivaiberau. eJournal Psikologi, 1(1), 58-68. Regina, P. J., & Malinton, P. K. (2001). Hubungan antara depresi postpartum dengan kepuasan seksual pada ibu pripara. Indonesian Psychology Journal, 16(3), 300-314. Rubin, H., & Campbell, L. (2012). Day-to-day changes in intimacy predict heightened relationship passion, sexual occurrence, and sexual satisfaction: A dyadic diary analysis. Social Psychological and Personality Science, 3(2), 224-231. Sánchez-Fuentesa, M. d., Santos-Iglesiasb, P., & Sierraa, J. C. (2013). Theoretical article: A systematic review of sexual satisfaction. International Journal of Clinical and Health Psychology, 14, 67−75. Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santoso, S. (2014). Statistik Parametik Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Santrock, John W. 2011. Life-span development, 13rd edition. Universitas of Texas, Dallas:McGraw-Hill. Sarafino, E. D. (2008). Health Psychology: biopsychosocial interactions (6th ed.). USA: John & Wiley Sons, Inc. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., & Sarason, B. R. (1983). Assessing social support: the social support questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 44(1), 127-139. Sarason, I. G., & Sarason, B. R. (1985). Social support: insights from assessment and experimentation. In I. G. Sarason, & B. R. Sarason (Eds.), Social support: theory, research and applications (pp. 39-50). Dordrecht: Martinus Nijhoff Publishers. Sarason, I. G., Sarason, B. R., Shearin, E. N., & Pierce, G. R. (1987). A brief measure of social support: practical and theoritical implications. Journal of Social and Personal Relationships, 4, 497-510. Scwarzer, R., & Leppin, A. (1991). Social support and health: A theoretical and empirical overview. Journal of Social and Personal Relationships, 8, 99-127. Sprecher, S., & Cate, R. M. (2004). Sexual satisfaction and sexual expression as predictors of relationship satisfaction and stability. In J. H. Harvey, A. Wenzel, & Sprecher, The Handbook of Sexuality in Close Relationship (pp. 235-256). Mahwah, NJ: Erlbaum. Sprecher, S., & McKinney, K. (1993). Sexuality. United State of America: Sage Publications. Sternberg, R. (2006). A duplex theory of love. Dalam R. J. Sternberg & K. Weis (Eds.). The New Psychology of Love, 184-199. Stulhofer, A., Busko, V., & Brouillard, P. (2010). Development and bi-cultural validation of the new sexual satisfaction scale. Running head: New sexual satisfaction scale. Sarason, I. G., Sarason, B. R., & Pierce, G. R. (1990). Social support: The search for theory. Journal of Social and Clinical Psychology, 9(1), 133-147. Sensualism. (2006). Sensualism.com. Diunduh 26 November 2016 dari https://www.sensualism.com/sex/satisfaction.html Sheppard, L., & Ely, S. (2008). Brest cancer and sexuality. The Breast Journal, 14(2), 176-181. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Sugiarto, A. (2015, 13 Mei). Kompasiana.com. Diunduh 26 November 2016 dari http://www.kompasiana.com/dokterandi/istri-sulit-diajak-cinderungdingin_555314377397731e0cfa2b55 Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuanttatif, kualitatif dan kombinasi (Mixed methods). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Sung, M. H., & Lim, Y. M. (2009). Factors affecting sexual satisfaction in korean women who have undergone a hysterectomy. Australian Journal of Advanced Nursing, 27(2), 46-54. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Syaifullah, M. (2012, Desember 11). Tempo.co. Diunduh 26 November, 2016, dari https://m.tempo.co/read/news/2012/12/11/058447294/angka-perselingkuhandi-yogyakarta-tinggi Tang, N., Bensman, L., & Haltfield, E. (2013). Culture and sexual self-disclousure in intimate relationships. International Journal on Personal Relationships, 7(2), 227-245. Taylor, S. E. (1999). Health psychology (4th ed.). Boston: McGraww Hill. Taylor, S. E., Sherman, D. K., Kim, H. S., Jarcho, J., Takagi, K., & Dunagan, M. S. (2004). Culture and social support: Who seeks it and why? Journal of Personality and Socil Psychology, 87(3), 354-362. Taylor, S. E. (2009). Healty psychology 7th Edition. California: McGraw-Hill Higher Education. Triandis, H. C. (1989). The Self and social behavior in differing cultural contexts. Psychological Review, 96(3), 506-520. vanLankveld, W., Ruiterkamp, G., Näring, G., & de Rooij, D. (2004). Marital and sexual satisfaction in patients with RA and their spouses. Scandinavian Jurnal of Rheumatology, 33(6), 405-408. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Wahyuningsih, N. S. (2006). Hubungan antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan pada pasangan suami-istri (Skripsi).Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia. Walen, H. R., & Lachman, M. E. (2000). Social support and strain from partner, family, and friend: Costs and benefit for men and women in adulthood. Journal of Social & Personal Relationships, 17(1), 5-30. White, L. K., & Booth, A. (1991). Divorce over the life course. Journal of Family Issues, 12(1), 5-21. WHO. (2010). Developing Sexual Health Programmes. Switzerland: WHO Press. Yeh, H., Lorenz, F. O., Conger, R. D., & Elder, G. H. (2006). Relationships Among Sexual Satisfactin, Marital Quality, and Marital Instability at Mildlife. Journal of Family Psychology, 20(2), 339-343. Yucel, D., & Gassanov, M. A. (2010). Exploring actor and partner correlates of sexual satisfaction among married couples. Social Science Research, 39, 725738. Young, M., Denny, G., Young, T., & Luquis, R. (2000). Sexual Satisfaction among Married Women. American Journal of Health Study, 16(2), 73-84. Ziaee, T., Jannati, Y., Mohabasheri, E., Taghavi, T., Abdollahi, H., Modanloo, M., Behnampour, N. (2012). The Relationship between marital and sexual satisfaction among married women employees at golestan university of medical sciences, iran. Iranian Journal of Psychiatry and Behavioral Sciences, 8(2), 44-51. Ziherl, S., & Masten, R. (2010). Differences in predictors of sexual satisfaction and in sexual satisfaction between female and male university students in Slovenia. Psychiatria Danubina, 22(3), 425-429. Zulaikah, N. (2008). Hubungan antara kepuasan seksual dengan kepuasan perkawinan Indonesia. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 91 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Lampiran 1. Reliabilitas Aitem dan Skala 1.1. Reliabilitas Aitem dan Skala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .980 20 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item Deleted KepuasanSeksual_1 68.32 161.267 .805 .979 KepuasanSeksual_2 68.37 159.899 .863 .979 KepuasanSeksual_3 68.30 159.453 .852 .979 KepuasanSeksual_4 68.32 159.504 .825 .979 KepuasanSeksual_5 68.28 159.839 .824 .979 KepuasanSeksual_6 68.36 159.523 .806 .979 KepuasanSeksual_7 68.32 160.089 .836 .979 KepuasanSeksual_8 68.26 159.341 .856 .979 KepuasanSeksual_9 68.32 158.605 .888 .979 KepuasanSeksual_10 68.27 159.454 .837 .979 KepuasanSeksual_11 68.30 160.017 .827 .979 KepuasanSeksual_12 68.33 158.472 .857 .979 KepuasanSeksual_13 68.31 160.749 .848 .979 KepuasanSeksual_14 68.35 159.135 .822 .979 KepuasanSeksual_15 68.27 159.632 .838 .979 KepuasanSeksual_16 68.32 160.048 .791 .979 KepuasanSeksual_17 68.32 159.484 .816 .979 KepuasanSeksual_18 68.40 159.413 .834 .979 KepuasanSeksual_19 68.28 160.030 .836 .979 KepuasanSeksual_20 68.39 159.588 .846 .979 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 1.2. Reliabilitas Aitem dan Skala Social Support Questionnaire 6 Item (SSQ6) Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .903 6 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item Deleted DukunganSosial_1 21.03 10.035 .691 .892 DukunganSosial_2 21.07 9.591 .796 .876 DukunganSosial_3 20.90 10.411 .690 .892 DukunganSosial_4 20.99 9.911 .756 .883 DukunganSosial_5 20.95 9.722 .778 .879 DukunganSosial_6 21.13 9.691 .703 .891 Lampiran 2. Hasil Uji T 2.1. Hasil Uji T Variabel Kepuasan Seksual One-Sample Test Test Value = 0 t df Sig. (2-tailed) Mean 95% Confidence Interval of Difference the Difference Lower SkorTotalKepuasa nSeksual 90.677 280 .000 71.915 70.35 Upper 73.48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 2.2. Hasil Uji T Variabel Dukungan Sosial Pasangan One-Sample Test Test Value = 0 t df Sig. (2-tailed) Mean 95% Confidence Interval of Difference the Difference Lower DukunganSosial 113.058 280 .000 4.20225 Lampiran 3. Deskripsi Data Penelitian 3.1. Deskripsi Data Penelitian Variabel Kepuasan Seksual Statistics SkorTotalKepuasanSeksual Valid 281 N Missing 0 Mean 71.91 Median 73.00 Std. Deviation 13.294 Minimum 36 Maximum 100 Sum 20208 3.2. Deskripsi Data Penelitian Variabel Dukungan Sosial Pasangan Statistics SkoringDukunganSosial Valid 281 N Missing 0 Mean 4.2023 Median 4.1667 Std. Deviation .62307 Minimum 1.50 Maximum 5.00 Sum 1180.83 4.1291 Upper 4.2754 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi 4.1. Hasil Uji Normalitas Residu Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic Unstandardized Residual df .048 Shapiro-Wilk Sig. 281 Statistic .200 * df .992 Sig. 281 .147 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction 4.2. Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial Pasangan – Kepuasan Seksual ANOVA Table Sum of df Mean Squares Kepuasan Between Seksual * Groups Sosial 16279.500 Linearity 14667.748 15 1085.300 8.661 .000 1 14667.748 117.047 .000 .919 .539 1611.752 14 115.125 Within Groups 33208.450 265 125.315 Total 49487.950 280 4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas Dukungan Sosial Pasangan – Kepuasan Seksual Coefficients Model a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) 4.576 2.719 SkoringDukunganSosial 1.030 .640 t Sig. Beta 1.683 .093 1.610 .109 1 a. Dependent Variable: RES2 Sig. Square (Combined) Deviation from Linearity Dukungan F .096 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis 5.1 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Variables Entered/Removed Model Variables Variables Entered Removed a Method SkoringDukung 1 anSosial . Enter b a. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual b. All requested variables entered. b Model Summary Model R 1 .544 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .296 .294 11.172 a. Predictors: (Constant), SkoringDukunganSosial b. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual a ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 14667.748 1 14667.748 Residual 34820.202 279 124.804 Total 49487.950 280 F Sig. 117.527 .000 b a. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual b. Predictors: (Constant), SkoringDukunganSosial Coefficients Model a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) 23.100 4.552 SkoringDukunganSosial 11.616 1.072 t Sig. Beta 5.075 .000 10.841 .000 1 a. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual .544