dukungan sosial pasangan sebagai prediktor

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN
SEBAGAI PREDIKTOR KEPUASAN SEKSUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Cokorda Istri Rai Inelza Yuniastried
139114014
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Sometimes you find yourself in the middle of nowhere,
Sometimes, in the middle of nowhere you find yourself.
Setiap orang di dunia ini berlari di perlombaannya sendiri,
Jalurnya sendiri dan dalam waktunya masing-masing.
-Tuhan punya rencana berbeda untuk masing-masing orang-
Understanding is the first step to acceptance,
and only with acceptance can there be recovery.
J.K. Rowling
-
WHY DO YOU GO AWAY?
So that you can come back.
So that you can see the place you came from with new eyes and extra colors
And the people there see you differently, too.
Coming back to where you started is not the same as never leaving.
-
Terry Pratchett – A Hat Full of Sky
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku,
Juga kepada kakak dan adikku.
Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan.
Pada kekasihku, orang yang selalu mendukungku
dan mengingatkanku untuk menyelesaikan skripsi ini.
Tidak lupa juga kupersembahkan kepada sahabat-sahabat,
teman-teman seperjuanganku dan semua pihak
yang telah membantuku untuk menyelesaikan skripsi, terima kasih.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN
SEBAGAI PREDIKTOR KEPUASAN SEKSUAL
Cokorda Istri Rai Inelza Yuniastried
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah dukungan sosial pasangan dapat memprediksi kepuasan
seksual secara signifikan dan bagaimana hubungan dukungan sosial pasangan dengan kepuasan
seksual. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisis regresi yang dihitung
dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 21.0. Hipotesis mayor pada penelitian ini
adalah dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang signifikan dari kepuasan seksual.
Sementara, hipotesis minor pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara dukungan
sosial pasangan dan kepuasan seksual. Subjek pada penelitian ini berjumlah 281 orang dewasa dengan
karakteristik dalam ikatan pernikahan dan aktif secara seksual. Subjek dipilih dengan teknik incidental
sampling dan purposive sampling. Kedua skala yang digunakan pada penelitian diadaptasi ke dalam
Bahasa Indonesia sebelumnya. Skala pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi dengan nilai
alpha cronbach (α) 0,980 pada New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) dan 0,903 pada Social Support
Questionnaire 6 Item (SSQ6). Hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua hipotesis diterima. Hasil
analisis data menunjukkan dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual serta
berkorelasi positif dan signifikan dengan kepuasan seksual (R2 = 0,296, β = 0,544, p = 0,000, p
<0.05).
Kata kunci: kepuasan seksual, dukungan sosial, dukungan sosial pasangan.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PARTNER SUPPORT
AS PREDICTOR OF SEXUAL SATISFACTION
Cokorda Istri Rai Inelza Yuniastried
ABSTRACT
The aim of the current study was to see whether partner support can predict sexual satisfaction and
how the relationship between partner support and sexual satisfaction. This study is a quantitative study
with regression analysis method. The data were calculated using SPSS for Windows version in 21.0.
Mayor hypotheses in this study was partner support can predict sexual satisfaction. Meanwhile, Minor
hypotheses of this study was partner support has significant positive correlation with sexual
satisfaction. Subjects in this study amounted to 281 married adult and sexually active. Subjects were
selected with incidental sampling and purposive sampling technique. Both scale was previously
adapted to Bahasa Indonesia. Both scale in this study has high reliability with the value of alpha
cronbach (α) 0.980 on New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) and 0.903 on Social Support
Questionnaire 6 Item (SSQ6). The resulted showed that both mayor and minor hypotheses was
accepted. The result showed that partner support was a predictor for sexual satisfaction and has
significant positive correlation with sexual satisfaction (R2 = 0,296, β = 0,544, p = 0,000, p <0.05).
Keywords: sexual satisfaction, social support, partner support.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang selalu menyertai selama proses penulisan skripsi sehingga dapat
berjalan dengan lancar dan baik. Terima kasih karena Engkau selalu hadir dalam
berbagai cara bahkan dengan cara yang tidak terduga ketika saya mengalami
kesulitan dan menemukan jalan buntu. Terima kasih karena telah menjadikan saya
pribadi yang lebih baik melalui proses yang saya jalani selama kuliah dan
menyelesaikan skripsi ini.
Rasa terima kasih yang tak terhingga juga saya berikan kepada keluarga saya.
Kepada Ibu Indah Sulistyowati dan Bapak Cok Gede Setiadi sebagai orangtua yang
selalu mendukung saya agar dapat melalui proses ini hingga akhir. Tanpa nasihat,
dukungan, bimbingan serta perhatian kalian, saya tidak akan mampu melalui proses
ini dengan baik. Terima kasih atas kepercayaan yang telah kalian berikan kepada
saya untuk dapat menentukan pilihan saya sendiri. Terima kasih karena bersedia
menerima saya apa adanya dengan segala kekurangan yang saya miliki. Terima kasih
juga untuk kedua kakak dan adikku tersayang. Terima kasih atas segala dukungan
yang telah kalian berikan kepada saya. Tidak akan pernah saya lupakan perhatian dan
dukungan yang kalian berikan kepada saya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.
Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma dan Bapak Eddy Suhartanto,
M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Juga kepada semua dosen dan staf dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Terima kasih atas bantuan dan didikan yang telah kalian berikan kepada
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saya. Terima kasih atas ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang telah kalian
bagi kepada saya. Berkat kalian, saya memiliki bekal yang cukup untuk
mempersiapkan diri saya menghadapi dunia yang lebih luas di luar sana.
Kelancaran dan kesuksesan dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari
peran Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku Dosen Sembimbing Skrisi beserta
istri Mbak Haksi Mayawati, M.Si. selaku Mentor. Terima kasih sebanyak-banyaknya
atas pengalaman yang luar biasa yang sudah diberikan kepada saya. Terima kasih
karena sudah mengajarkan saya bahwa proses merupakan hal yang penting dalam
menjalani hidup ini. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu, memberi saran
dan semangat ketika saya menemui kesulitan dalam menyusun skripsi. Terima kasih
karena telah bersedia dengan sabar membimbing dan membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Tidak lupa, ucapan terima kasih saya berikan kepada Dosen Pembimbing
Akademik saya, Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., S.Psi., M.Si. dan bapak Minta Istono,
M.Si. Terima kasih atas bantuannya dari awal saya masuk hingga akhir. Terima kasih
atas saran yang diberikan ketika saya menghadapi kesulitan pada setiap semesternya.
Terima kasih kepada Putera Widyatmika sebagai kekasihku, sahabatku,
kakakku, musuhku, dan guruku. Terima kasih atas kasih sayang, pengertian, dan
perhatian yang telah diberikan kepada saya. Terima Kasih atas kesabarannya dalam
menghadapi saya yang keras kepala ini. Berkat dirimu, saya belajar memahami orang
lain, menerima kekurangan satu sama lain, menyelesaikan permasalahan, dan banyak
hal lain yang membuat saya menjadi pribadi yang lebih dewasa. Terima kasih karena
telah bersedia menunggu dan percaya kepada saya selama hubungan yang telah kita
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................................ viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 13
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 13
2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 13
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 14
A. Kepuasan Seksual........................................................................................... 14
1. Definisi Kepuasan Seksual ...................................................................... 14
2. Aspek Kepuasan Seksual ........................................................................ 15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Seksual ........................... 18
4. Pengukuran Kepuasan Seksual ............................................................... 22
B. Dewasa ........................................................................................................... 22
1. Definisi Dewasa ........................................................................................ 23
2. Karakteristik Dewasa ................................................................................ 24
C. Dukungan Sosial (Social Support) ................................................................. 26
1. Definisi Dukungan Sosial ....................................................................... 26
2. Definisi Dukungan Sosial Pasangan (Partner Support) .......................... 28
3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial ............................................................ 29
4. Komponen Dukungan Sosial .................................................................. 30
5. Dampak Dukungan Sosial Pasangan ....................................................... 31
6. Pengukuran Dukungan Sosial ................................................................. 34
7. Review Penelitian Sebelumnya terkait Kepuasan Seksual ..................... 35
D. Dinamika Psikologis Hubungan Dukungan Sosial Pasangan dengan Kepuasan
Seksual .......................................................................................................... 38
E. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 42
F. Hipotesis......................................................................................................... 42
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................................ 43
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 43
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................................... 43
C. Definisi Operasional ...................................................................................... 43
1. Dukungan Sosial Pasangan ..................................................................... 43
2. Kepuasan Seksual .................................................................................... 44
D. Subjek Penelitian............................................................................................ 45
1. Karakteristik Subjek ................................................................................ 45
2. Metode Sampling ..................................................................................... 45
E. Prosedur Penelitian......................................................................................... 46
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 48
1. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 48
2. Alat Pengumpulan Data ........................................................................... 49
a. New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) ............................................. 49
b. Social Support Questionnaire 6 item (SSQ6) .................................... 51
G. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................... 53
1. Validitas Alat Ukur ................................................................................. 53
2. Reliabilitas Alat Ukur ............................................................................. 54
H. Analisis Deskriptif ......................................................................................... 56
I. Metode Analisis Data ..................................................................................... 57
1. Uji Asumsi ............................................................................................... 57
a. Uji Normalitas Residu ....................................................................... 57
b. Uji Linearitas ...................................................................................... 58
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................................ 58
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 58
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 60
A. Persiapan Penelitian ....................................................................................... 60
B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 61
C. Deskripsi Penelitian ....................................................................................... 62
1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................... 62
2. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 64
D. Analisis Data Penelitian ................................................................................. 66
1. Uji Asumsi ............................................................................................... 66
a. Uji Normalitas Residu ....................................................................... 66
b. Uji Linearitas ...................................................................................... 67
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................................ 68
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 69
E. Pembahasan ................................................................................................... 71
F. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 78
A. Kesimpulan .................................................................................................... 78
B. Saran .............................................................................................................. 78
1. Bagi Pasangan Suami-Istri ....................................................................... 78
2. Bagi Praktisi Psikologi ............................................................................. 79
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 81
LAMPIRAN ............................................................................................................... 91
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Survei Kepuasan Seksual Tahun 2006 ..................................................... 4
Tabel 1.2. Survei Kepuasan Seksual Tahun 2011 ..................................................... 4
Tabel 2.1. Dimensi Kepuasan Seksual ................................................................... 16
Tabel 3.1. Sebaran Item Sub-Skala Nsss ............................................................... 50
Tabel 3.2. Sebaran Item Skala Nsss ....................................................................... 50
Tabel 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 62
Tabel 4.2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Rentang Usia........................ 63
Tabel 4.3. Deskripsi Rata-rata Data Penelitian ...................................................... 64
Tabel 4.4. Deskripsi Kategorisasi Tingkat Kepuasan Seksual dan Dukungan
Sosial Pasangan ..................................................................................... 65
Tabel 4.5. Uji Normalitas Residu ........................................................................... 66
Tabel 4.6. Uji Linearitas ......................................................................................... 67
Tabel 4.7. Uji Glejser Homokedastisitas ............................................................... 68
Tabel 4.8. Nilai Standardized Coefficients ............................................................ 69
Tabel 4.9. Nilai Koefisien Determinansi ................................................................ 69
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Hubungan Dukungan Sosial Pasangan Terhadap Kepuasan
Seksual ................................................................................................. 42
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Reliabilitas Aitem dan Skala Penelitian ...............................................92
Lampiran 2. Hasil Uji T ........................................................................................... 93
Lampiran 3. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 94
Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi ................................................................................. 95
4.1. Hasil Uji Normalitas Residu ............................................................. 95
4.2. Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 95
4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................. 95
Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 96
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istri saya seringkali sulit diajak berhubungan, alasannya capek, tidak
mood, ngantuk, pusing kepala, dan seringkali menganggap saya
pikirannya hanya 'kesitu' saja. Padahal saya sering mengalah,
biasanya 2 minggu sekali, bahkan pernah 3 minggu tidak kumpul.
Saat berhubungan pun, istri inginnya dirangsang memakai tangan
dulu, setelah ia klimaks baru saya melakukan, itu pun istri ingin
buru-buru selesai. Alasannya sudah malam, ngantuk. Kami nikah 4
tahun. Dari pertama nikah pun, istri tidak begitu semangat dengan
seks. Menurut saya ia 'dingin' (Sugiarto, 2015).
Pernyataan yang diungkapkan dalam potongan rubrik di atas merupakan
salah satu dari sekian banyak bukti bahwa hubungan seksual merupakan salah
satu hal yang dibutuhkan dalam sebuah relasi suami-istri. Kurangnya
komunikasi dalam hal pemuasan hubungan seksual serta kurangnya tanggapan
seksual dari pasangan dapat membuat individu merasa tidak nyaman dan bosan
sehingga mencari pemuasan aktivitas seksual dengan melakukan perselingkuhan
(Wahyuningsih, 2006). Kebutuhan akan pemuasan hubungan seksual ini tampak
pada tingginya angka perselingkuhan di Yogyakarta. Pada tahun 2010 terdapat
316 kasus dan 239 kasus pada tahun 2012 yang melibatkan kasus perselingkuhan
dan nikah siri di Yogyakarta, dan kasus tertinggi berada di Kabupaten Gunung
Kidul (Syaifullah, 2012). Fenomena tersebut didukung oleh penelitian (Allen, et
al., 2008; Yucel & Gassanov, 2010) yang menunjukkan bahwa pasangan yang
berselingkuh cenderung merasa tidak puas terhadap kehidupan seksualnya
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Tingginya kasus perselingkuhan tersebut membuktikan bahwa walaupun
hubungan seksual bukan merupakan hal yang utama, namun cukup menentukan
jalannya sebuah perkawinan (Zulaikah, 2008). Hal tersebut membuat
perkawinan yang bahagia sering diasosiasikan dengan aktivitas seksual yang
memuaskan (Ziaee, et al., 2012). Hubungan seksual dapat berupa berbagai
macam perilaku seksual serta aktivitas seksual, seperti berciuman, berpelukan,
meraba serta mencium bagian tubuh yang sensitif, melakukan komunikasi terkait
seksual, oral sex, dan intercourse (Ashdown, Hackathorn, Clark, 2011; L’Engle,
Brown, & Kenneavy, 2006).
Hubungan seksual dapat menjadi sumber kebahagiaan maupun
malapetaka (Regina & Malinton, 2001). Maka dari itu, hubungan seksual tidak
hanya bermanfaat sebagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan reproduksi saja,
tetapi juga memberikan kepuasan relasi dan sarana penyampaian emosional,
serta kenikmatan psikologis dan fisik (Bancroft, 2009 dalam Dolinska-Zygmunt
& Nomejko, 2011). Perasaan bahagia atau puas terhadap kehidupan seksual
dapat menjadi indikator kehidupan seksual yang sehat pada seseorang.
Kehidupan seksual yang sehat tersebut merupakan komponen penting dari
kepuasan seseorang terhadap kehidupan seksualnya (WHO, 2010). Perasaan
bahagia dalam kehidupan seksual sering digunakan untuk mendefinisikan salah
satu aspek spesifik dalam pernikahan, yaitu kepuasan seksual (Davidson,
Darling, Norton, 1995; Sprecher & Cate, 2004).
Pada kenyataanya, setiap individu memiliki kriteria yang berbeda dalam
mendefinisikan kepuasan seksual yang mereka rasakan (Nesbitt, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Perbedaan tersebut muncul karena kepuasan seksual yang bersifat subjektif dan
melibatkan persepsi yang dimiliki oleh setiap individu. Kepuasan seksual
merupakan respon afektif yang timbul dari evaluasi seseorang mengenai relasi
seksualnya. Evaluasi tersebut mencakup persepsi tentang pemenuhan kebutuhan
seksualnya,
pemenuhan
ekspektasi
dirinya,
serta
ekspektasi
terhadap
pasangannya mengenai kebutuhan seksual mereka dan evaluasi positif terhadap
hubungan seksual secara keseluruhan (Offman & Matheson, 2005).
Maka dapat dikatakan bahwa kepuasan seksual memiliki peran yang
penting dalam berlangsungnya relasi yang dimiliki oleh seseorang. Ashdown,
Hackathorn, dan Clark (2011) mengatakan bahwa kepuasan seksual merupakan
tolak ukur dari kepuasan relasi pasangan serta merupakan hal yang sangat
penting dalam hubungan intim karena dapat menjadi faktor "pendukung atau
penghambat”. Jika hubungan seksual terjalin dengan baik, kepuasan seksual
dapat memiliki dampak positif yang cukup banyak di dalam relasi suami-istri.
Kepuasan seksual terbukti berperan dalam meningkatkan kepuasan pasangan
(Sprecher & Cate, 2004) dan juga meningkatkan kepuasan pernikahan (Zulaikah,
2008). Tidak hanya berdampak pada relasi saja, secara personal kepuasan
seksual juga berkorelasi positif dengan kesejahteraan psikologis (Dundon &
Rellini, 2009) serta mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang (DolinskaZygmunt & Nomejko, 2011).
Akan tetapi berdasarkan beberapa survei yang peneliti peroleh,
masyarakat Indonesia masih memiliki tingkat kepuasan seksual yang relatif
rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini tampak melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Chicago pada tahun 2006 terhadap
27.500 orang yang berusia 40-80 tahun dari 29 negara. Indonesia termasuk ke
dalam 5 negara terbawah yang memiliki persentase kepuasan seksual rendah.
Tabel 1.1
Survei Kepuasan Seksual Tahun 2006
Lima Teratas
Lima Terbawah
1. Austria (71.4%)
25. Thailand (35.9%)
2. Spanyol (69%)
26. China (34.8%)
3. Kanada (66.1%)
27. Indonesia (33.9%)
4. Belgia (64.6%)
28. Taiwan (28.6%)
5. USA (64.2%)
29. Jepang (25.7%)
Sumber: Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors, www.sensualism.com
Selain itu, pada survei tahun 2011 terhadap 3.957 orang yang berusia 2574 tahun dari 13 negara Asia-Pasifik, Indonesia juga merupakan 5 negara
terbawah yang memiliki persentase kepuasan seksual yang rendah. Hasil survei
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-9 dari 13 negara AsiaPasifik lainnya berdasarkan rata-rata presentase kepuasan seksual (Tabel 1.2).
Tabel 1.2
Survei Kepuasan Seksual Tahun 2011
Presentase Kepuasan Seksual (%)
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata
1. India
73
65
69
2. Philipina
54
46
50
3. Taiwan
53
38
45.5
4. Selandia Baru
41
46
43.5
5. Australia
40
40
40
6. Singapura
34
37
35.5
7. Hong Kong
34
31
32.5
8. Malaysia
38
27
32.5
9. Indonesia
36
24
30
10. China
25
21
23
11. Thailand
30
16
23
12. Korea Selatan
19
11
15
13. Jepang
10
4
7
Sumber: Asia-Pacific Sexual Health and Overall Wellness Survey, King, et al. (2011)
Negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan dari kedua data survei di atas tampak konsistensi hasil
survei bahwa kepuasan seksual masyarakat Indonesia tergolong relatif rendah.
Peneliti berasumsi hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
Indonesia yang aktif secara seksual masih mengalami ketidakpuasan seksual.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa tingkat kepuasan seksual
pada masyarakat Indonesia akan tetap relatif rendah jika tidak diatasi.
Rendahnya kepuasan seksual pada masyarakat Indonesia ini tidak lepas
dari pengaruh faktor budaya yang dimiliki masyarakat. Menurut Bhavsar &
Bhugra (2013), sikap terhadap aktivitas atau perilaku seksual seseorang sangat
dipengaruhi oleh budaya. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki latar belakang
kebudayaan Timur yang kolektivis, di mana masyarakat kolektivis cenderung
lebih sulit mengungkapkan gagasan atau perasaan dibandingkan masyarakat
individualis (Tang, Bensman, & Haltfield, 2013). Ditambah lagi, pada budaya
Timur pembicaraan mengenai seks merupakan hal yang tabu dan tidak patut
untuk dibicarakan (Avianti & Hendrati, 2011). Konsep tabu mengenai seks ini
pada umumnya banyak merugikan individu, terutama kaum perempuan
(Khatimah, 2013). Sementara, menurut Aumer (2014) pria akan merasa kurang
puas secara seksual ketika pasangannya merasa malu dalam mengungkapkan
hal-hal berbau seksual. Hal-hal tersebut membuat masyarakat Indonesia
memiliki kesulitan untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
dalam hubungan seksualnya dengan pasangan, sehingga berdampak pada tingkat
kepuasan seksualnya. Asusmsi ini didukung oleh penelitian Tang, Bensman, &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Haltfield (2013) bahwa keterbukaan individu mengenai masalah seksualnya
berpengaruh terhadap kepuasan seksual individu.
Padahal rendahnya kepuasan seksual pada individu dapat berdampak
negatif, baik kepada individu secara langsung maupun terhadap relasi pasangan
dalam pernikahan. Tingkat kepuasan seksual yang rendah atau ketidakpuasan
seksual dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam pernikahan serta rendahnya
kualitas pernikahan (Yeh, Lorenz, Conger, & Elder, 2006). Rendahnya tingkat
kepuasan seksual juga berhubungan dengan tingginya konflik yang terjadi dalam
relasi (Lewandowski & Schrage, 2010). Tidak hanya itu, ketidakpuasan seksual
juga mampu meningkatkan ketidaksetiaan pada pasangan (Mark, Janssen, &
Milhausen, 2011), hingga dapat menyebabkan perceraian (Amato & Previti,
2003; White & Booth, 1991).
Maka dari itu, sangat penting untuk mengidentifikasi hal-hal yang
berhubungan serta
mampu
memprediksi
kepuasan seksual, agar
kita
mendapatkan pemahaman yang lebih baik untuk dapat menolong individu dalam
membangun dan memelihara relasi intimnya (Ashdown, Hackathorn, & Clark,
2011). Hingga saat ini penelitian terdahulu banyak mengkaitkan permasalahan
yang dialami pada kehidupan seksual pernikahan dengan hal-hal yang bersifat
seksual, seperti frekuensi berhubungan seksual, gairah pasangan saat bercinta
serta frekuensi orgasme yang dialami. Tanpa disadari kepuasan individu
terhadap kehidupan seksualnya tidak dapat diindikasikan hanya melalui
permasalahan yang muncul pada aktivitas seksual saja (Basson, Brotto, Laan,
Redmond, & Utian, 2005). Hal-hal yang bersifat non-seksual juga mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
memprediksi kepuasan individu terkait kehidupan seksualnya (Avianti &
Hendrati, 2011; Heiman, Long, Smith, Fisher, Sand, & Rosen, 2011).
Terdapat beberapa aspek non-seksual yang dapat memprediksi kepuasan
seksual individu dari aspek intrapersonal, interpersonal dan transpersonal
(Dundon & Rellini, 2010, Sánchez-Fuentesa, Santos-Iglesiasb, & Sierraa, 2013).
Aspek interpersonal merupakan salah satu aspek yang masih sedikit diteliti
dibandingkan dengan aspek intrapersonal ketika dikaitkan dengan kepuasan
seksual (Sánchez-Fuentesa, Santos-Iglesiasb, & Sierraa, 2013). Beberapa aspek
interpersonal yang pernah dikaitkan dengan kepuasan seksual sebelumnya,
seperti komunikasi pasangan (MacNeil & Byers, 2009), intimasi pasangan
(Rubin & Campbell, 2012), komitmen dan cinta (Lewandowski & Schrage,
2010) serta dukungan sosial (Ojanlatva, et al., 2005).
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang masih perlu diteliti
dalam permasalahan kehidupan seksual (Ojanlatva, et al., 2005). Menurut Coyne
dan DeLongis (1986) dukungan sosial yang didapat dari pasangan (partner
support) tidak dapat digantikan oleh dukungan yang berasal dari sumber lain.
Meskipun dukungan sosial dapat diperoleh melalui orangtua, anggota keluarga,
pasangan atau orang yang dicintai, teman, komunitas, atau kelompok sosial
(Sarafino, 2008). Namun, ketika dukungan sosial pasangan telah dianggap
penting oleh individu, maka dukungan dari orang-orang penting lainnya telah
terbukti tidak berpengaruh secara signifikan dalam memprediksi kesejahteraan
atau distress yang dialami individu (Neff & Karney, 2005). Hal ini terjadi karena
setiap individu memiliki kebutuhan dukungan yang unik, sehingga dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
yang adaptif bagi satu individu mungkin saja merupakan dukungan yang kurang,
atau bahkan merupakan dukungan yang maladaptif bagi individu lain (Brock, et
al., 2014). Oleh karena peneliti tertarik untuk meninjau lebih lanjut mengenai
hubungan dukungan sosial pasangan.
Ketika seseorang memberikan dukungan sosial pada pasangannya,
terdapat hubungan timbal balik yang terjadi di dalam relasinya. Hubungan
timbal balik tersebut mengacu pada perilaku saling berbagi satu sama lain
(Ojanlatva, et al., 2005). Hubungan timbal balik ini yang nantinya mampu
membuat kehidupan seksual individu dengan pasangan menjadi harmonis,
seimbang dan stabil (Antonucci, 1985). Namun sebaliknya jika tidak berjalan
dengan baik, maka dapat menimbulkan permasalahan di dalam kehidupan
seksual pasangan yang berdampak pada ketidakpuasan individu pada kehidupan
seksualnya. Dilatarbelakangi oleh asumsi tersebut, peneliti menduga bahwa
dukungan sosial yang diberikan oleh pasangan penting untuk dilihat lebih lanjut
terkait hubungannya dengan kehidupan seksual individu.
Jika dipelihara dengan baik, dukungan sosial pasangan memiliki dampak
yang sangat positif di dalam relasi pasangan. Pada penelitian Ojanlatva, et al.
(2005) ditemukan bahwa baik pria maupun wanita beranggapan bahwa pasangan
merupakan sumber dukungan sosial yang penting bagi satu sama lain. Dukungan
sosial pasangan memiliki dampak yang lebih besar pada kesehatan fisik dan
mental secara relatif dibandingkan dengan dukungan yang didapatkan di luar
hubungan intim (Gardner & Cutrona, 2004). Dukungan sosial pasangan juga
sering dikaitkan dengan rendahnya tingkat stress (Kleiboer, Kuijer, Hox, Jongen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Frequin, & Bensing, 2007), rendahnya simptom depresif dari pasangan (Okun &
Keith, 1998), serta rendahnya konflik pekerjaan-keluarga yang terjadi (Aycan &
Eskin, 2005; Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008). Dukungan sosial
pasangan juga telah terbukti menunjang relationship functioning ketika individu
dihadapkan dengan stressor yang berat (Neff & Karney, 2005). Tidak hanya itu,
tingginya dukungan sosial pasangan juga turut memprediksi kepuasan terhadap
pernikahan (Aycan & Eskin, 2005).
Beberapa penelitian mengenai hubungan dukungan sosial pasangan yang
dikaitkan oleh kepuasan seksual sudah pernah dilakukan. Namun, kebanyakan
penelitian dilakukan dalam kasus klinis, seperti pada individu yang mengalami
kanker (Luszczynska, Boehmer, Knoll, Shulz, & Schwarzer, 2007; Sheppard &
Ely, 2008), multiple sclerosis (Blackmore, Hart, Albiani, & Mohr, 2011),
rheumatoid arthritis (Lankveld, Ruiterkamp, Näring, & de Rooij, 2004), dan
pada penderita HIV (De Ryck, et al., 2012). Bahkan, pada penelitian yang
dilakukan oleh Sung dan Lim (2009), dukungan sosial pasangan ditemukan
sebagai faktor prediktor kepuasan seksual tertinggi pada wanita yang mengalami
hysterectomy.
Beberapa penelitian terdahulu tersebut lebih berfokus pada kelompok
minoritas di mana dalam kasus ini adalah pasien yang mengidap penyakit kronis.
Peneliti berasumsi hasil dari penelitian-penelitian terdahulu pada kasus klinis
tersebut belum dapat merepresentasikan hubungan dukungan sosial pasangan
terhadap kepuasan seksual individu pada umumnya. Jika diperhatikan kondisi
serta stressor yang dialami oleh pasien berbeda jika dibandingkan dengan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dewasa pada umumnya, sehingga peneliti menduga bahwa hasil penelitian
tersebut tidak dapat digeneralisasikan. Menurut Luszczynska, Boehmer, Knoll,
Shulz, & Schwarzer (2007) pasien dengan penyakit kronis hidup dengan
ancaman terhadap kekambuhan, pengalaman untuk berkompromi dengan
kualitas hidup, dan mengalami perubahan terhadap kemampuan untuk
melakukan sesuatu, emosional, dan sosialnya sehingga membutuhkan dukungan
sosial yang lebih dari orang sekitarnya, termasuk pasangan.
Peneliti berasumsi bahwa dukungan sosial pasangan tidak hanya
berhubungan dengan kehidupan seksual pada kelompok minoritas, seperti pada
pasien yang mengidap penyakit kronis saja tetapi juga berhubungan dengan
kelompok mayoritas yang lebih umum. Ditambah lagi jika dilihat lebih lanjut,
penelitian-penelitian terdahulu hanya melihat hubungan antara dukungan sosial
pasangan dan kepuasan seksual individu. Tidak melihat seberapa besar
dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan individu. Maka dari
itu, peneliti bermaksud untuk melihat seberapa besar dukungan sosial pasangan
mampu memprediksi kepuasan seksual individu pada umumnya.
Ditambah lagi, berdasarkan studi literatur yang peneliti lakukan, sejauh
ini peneliti baru berhasil mendapatkan satu penelitian yang dilakukan pada
kelompok individu dewasa secara umum yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al.
(2005). Namun peneliti masih mendapati beberapa kekurangan pada penelitian
Ojanlatva, et al. (2005) baik secara praktis maupun teoretis. Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur kepuasan seksual termasuk sederhana, yaitu dengan
menggunakan 1-item pertanyaan. Pengolahan data juga dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
metode
analisis
yang
sederhana.
Ditambah
lagi,
penelitian
tersebut
menggunakan bank data yang sudah ada, di mana penggunaan bank data dapat
menyebabkan hasil analisis data memiliki nilai prediksi yang kurang baik.
Penelitian tersebut juga dilakukan pada konteks kebudayaan Barat. Sejauh ini
peneliti belum dapat menemukan penelitian terkait yang dilakukan pada konteks
kebudayaan Timur. Padahal, pada kebudayaan Barat individu cenderung melihat
seseorang sebagai pribadi yang independen, mandiri, dan terpisah dari orang
lain. Sebaliknya pada kebudayaan Timur yang kolektifis, individu cenderung
melihat seseorang yang pada dasarnya terhubung dengan satu sama lain sebagai
sebuah kelompok (Markus & Kitayama, 1991; Triandis, 1989). Perbedaan
karakteristik kedua budaya ini membuat penelitian Ojanlatva, et al. (2005) tidak
dapat digeneralisasikan pada individu dengan kebudayaan Timur.
Berdasarkan beberapa pemikiran serta fakta-fakta yang terkumpul
mengenai dukungan sosial pasangan dalam kehidupan seksual individu yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini disusun untuk mengetahui
seberapa jauh dukungan sosial pasangan mampu memprediksi kepuasan seksual
individu. Di harapkan hasil yang didapat mampu menambah pemahaman serta
memperkaya pengetahuan mengenai dukungan sosial pasangan dan kepuasan
seksual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
B. RUMUSAN MASALAH
Peneliti menyimpulkan pertanyaan yang merumuskan masalah dari
penelitian ini, yaitu (a) apakah dukungan sosial pasangan mampu memprediksi
kepuasan seksual secara signifikan? dan (b) bagaimana arah dan kekuatan
hubungan linear antara dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk, (a) mengetahui sumbangan
efektif dukungan sosial pasangan terhadap kepuasan seksual dan (b) melihat
arah serta kekuatan hubungan dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual.
D. MANFAAT PENELITIAN
1.
Manfaat Teoretis
Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan di bidang
psikologi klinis dan psikologi sosial secara spesifik pada teori mengenai
kepuasan seksual dan dukungan sosial. Penelitian ini dapat menambah
pemahaman mengenai hubungan dukungan sosial pasangan terhadap
kepuasan seksual individu dewasa pada umumnya. Melalui penelitian ini
juga dapat menunjukkan bahwa aspek non-seksual dalam hal ini merupakan
dukungan sosial pasangan, juga mampu memprediksi kepuasan seksual
individu. Peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama bagi peneliti pada bidang
sosial dan klinis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi Pasangan Suami-istri
Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman pasangan
suami-istri untuk lebih memperhatikan dukungan sosial yang mereka
berikan terhadap pasangan. Jika pasangan mampu mengembangkan
perilaku saling memberi dan saling menerima, kebutuhan pasangan satu
sama lain akan terpenuhi serta membuat individu merasa pasangannya
dapat dihandalkan. Hal ini membuat inidividu merasa cukup
mendapatkan dukungan sosial pasangan sehingga memiliki relasi yang
baik dengan pasangan. Terjalinnya relasi yang baik diantara pasangan
suami-istri nantinya berpengaruh terhadap kehidupan seksual pasangan
yang stabil dan seimbang sehingga individu merasa puas terhadap
kehidupan seksualnya. Hal tersebut membuat individu dan pasangan
mampu terhindar dari dampak negatif rendahnya kepuasan pada
kehidupan seksual.
b. Bagi Praktisi
Melalui penelitian ini, dapat menjadi acuan dan bahan
pertimbangan bagi para praktisi di lapangan, terutama konselor
pasangan dan keluarga dalam memberikan saran, intervensi, maupun
membuat program terapi kepada klien yang mengalami permasalahan di
dalam kehidupan seksualnya dengan pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEPUASAN SEKSUAL
1.
Definisi Kepuasan Seksual
Lawrance dan Byers (1995) membatasi kepuasan seksual sebagai
respon afektif yang menimbulkan evaluasi subjektif seseorang yang bersifat
positif dan negatif yang berkaitan dengan relasi seksual seseorang.
Kepuasan seksual juga diartikan sebagai rasa nyaman atau puas terhadap
kehidupan seksualnya yang berhubungan dengan pengalaman seksual,
harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi ke depan terkait dengan relasi seksual
yang dimiliki (Davidson, Darling, & Norton, 1995).
Selain itu, Sprecher dan Cate (2004) menganggap kepuasan seksual
sebagai tingkatan dimana individu merasa puas atau senang terhadap aspek
seksual yang ada di dalam relasinya. Offman dan Mattheson (2005)
mencoba menyempurnakan definisi kepuasan seksual sebagai respon afektif
yang timbul dari evaluasi seorang pria atau wanita mengenai relasi
seksualnya, mencakup persepsi tentang pemenuhan kebutuhan seksualnya,
pemenuhan ekspektasi dirinya, ekspektasi terhadap pasangannya mengenai
kebutuhan seksual mereka serta evaluasi positif terhadap hubungan seksual
secara keseluruhan. Dundon dan Rellini (2010) memandang kepuasan
seksual sebagai konstruk yang menilai kepuasan psikologis melalui
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kehidupan seksual seseorang secara menyeluruh, yang mencakup aspek
emosi, fisik, dan relasi dari kepuasan seksual.
Penilaian positif terhadap hubungan seksual secara keseluruhan
tidaklah hanya sekedar melalui kepuasan fisik (physical pleasure) semata
(Byers, 1999). Hal tersebut menunjukkan bahwa kepuasan seksual tidak
dapat diindikasikan hanya melalui aktivitas seksual saja (Basson, Brotto,
Laan, Redmond, & Utian, 2005). Tidak munculnya orgasme saja dalam
aktivitas seksual juga tidak dapat dikatakan sebagai indikasi kurangnya
kepuasan seksual pada seseorang.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai kepuasan seksual di atas,
maka dapat disimpulkan kepuasan seksual sebagai respon afektif yang
timbul dari penilaian atau persepsi individu secara terhadap pemenuhan
ekspektasi dirinya serta persepsi terhadap pasangannya mengenai kepuasan
kehidupan seksualnya secara menyeluruh mencakup aspek emosi, fisik dan
relasi seksualnya.
2.
Aspek Kepuasan Seksual
Stulhofer, Busko, dan Brouillard (2010) membentuk dimensi
kepuasan seksual melalui tiga pandangan utama, yaitu individual,
interpersonal dan behavioral. Ketiga pandangan tersebut digunakan untuk
membentuk dimensi-dimensi kepuasan seksual. Dimensi-dimensi kepuasan
seksual inilah yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur
tingkat kepuasan seksual pada penelitian ini. Masing-masing pandangan
tersebut memiliki dimensi sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel 2.1
Dimensi Kepuasan Seksual
KEPUASAN SEKSUAL
Pandangan Individual
Pandangan Interpersonal
Pandangan
Behavioral
1. Sexual sensation
- Kualitas perasaan
- Kualitas gairah seksual
- Frekuensi gairah
- Kualitas orgasme
- Frekuensi orgasme
2. Sexual presence/awareness
- Perasaan pasrah/lepas
- Fokus
- Reaksi seksual terhadap pasangan
3. Sexual exchange
- Menerima kenikmatan
- Memberikan kenikmatan
- Kesediaan pasangan terkait seksual
- Inisiatif pasangan
- Kreatifitas pasangan
- Keseimbangan antara memberi dan mendapatkan
4. Emotional connection/closeness
- Kepercayaan
- Ungkapan perasaan
- Perasaan pasrah pasangan
- Kontribusi seksual terhadap ikatan perasaan
5. Sexual activity
- Variasi
- Frekuensi
- Intensitas (hasrat)
- Durasi
- Eksperimen seksual
a. Pandangan Individual
1) Sensasi seksual (Sexual sensations)
Sensasi seksual merupakan bentuk (atau bentuk ketiadaan)
dari kesenangan seksual (sexual pleasure) yang dialami seseorang.
Sensasi seksual yang menyenangkan merupakan dasar dari seksual
"trance" (perasaan pasrah/lepas). Selain itu, sensasi seksual juga
merupakan motivasi utama di balik terjadinya pengulangan kontak
seksual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2) Kesadaran seksual (Sexual awareness/focus)
Sexual awareness merupakan kemampuan untuk memusatkan
diri pada sensasi erotis dan seksual. Kemampuan untuk memusatkan
diri pada sensasi erotis dan seksual ini sangat dibutuhkan untuk
membuat sensasi seksual menjadi menyenangkan.
b. Pandangan Interpersonal
1) Pertukaran seksual (Sexual exchange)
Dimensi sexual exchange menekankan pada pentingnya
timbal balik yang terjadi pada kontak seksual yang terjadi,
Ketidaksesuaian antara pemberian dan penerimaan perhatian serta
kesenangan seksual dapat berdampak pada kepuasan seksual yang
negatif pada seseorang (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010).
2) Kedekatan emosional (emotional closeness)
Kedekatan atau koneksi emosional juga dihubungkan dengan
kepuasan dan kesenangan seksual, baik secara klinis maupun
anekdot. Kuatnya ikatan emosional dan keintiman seseorang akan
menghasilkan ketertarikan seksual dalam jangka waktu yang
panjang.
c. Pandangan Behavioral
1) Aktivitas seksual (Sexual activity)
Dimensi aktivitas seksual menekankan pada frekuensi, durasi,
variasi dan intensitas aktivitas seksual terkait dengan kepuasan
seksual baik pada pria maupun wanita. Hubungan antara frekuensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
aktivitas seksual dengan kepuasan seksual telah banyak diteliti oleh
penelitian-penelitian sebelumnya (Young, Denny, Young, & Luquis,
2000).
3.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Seksual
a.
Interpersonal/Individual
Faktor-faktor
terkait
karakteristik
individu
yang
dapat
memengaruhi kepuasan seksual, antara lain:
1) Kesehatan Fisik
Performansi fisik serta kesehatan
yang baik secara
keseluruhan dapat menunjukkan tingkat kepuasan seksual yang
lebih tinggi (McCall-Hosenfeld, et al., 2008). Adanya penyakit
kronis seperti, rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, dan
hipertensi (Akkuş, Nakas, & Kalyoncu, 2010; Althof, et al., 2010;
Mendes, Cardoso, & Savall, 2008) berkorelasi dengan rendahnya
kepuasan seksual yang dialami seseorang. Rendahnya kepuasan
seksual tersebut karena orang yang mengalami penyakit kronis
memiliki tingkat keaktifan seksual yang berbeda dengan orang
yang cenderung sehat secara fisik.
2) Kesehatan Mental
Tingginya tingkat kesejahteraan seseorang berhubungan
dengan meningkatnya kepuasan seksual seseorang (Dundon &
Rellini, 2010). Sebagai contohnya, depresi, kecemasan atau stres
yang dialami seseorang berpengaruh terhadap menurunnya tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kepuasan seksual pada seseorang (De Ryck, Van Laeken,
Nöstlinger, Platteau, Colebunders, & Melisaratos, 2012).
3) Sosio-demografi
Sosio-demografi dapat memengaruhi kepuasan seksual yang
dimiliki oleh seseorang, contohnya perbedaan usia dibawah 10
tahun pada pasangan terbukti berpengaruh pada kepuasan seksual
yang lebih baik (Ziherl & Masten, 2010). Selain itu, tingkat
pendidikan serta status sosial ekonomi yang tinggi juga dapat
memengaruhi kepuasan seksual pada wanita (Barrientos & Paez,
2006; De Graaf, Vanwesenbeeck, & Meijer 2014; Ji & Norling,
2004).
4) Fungsi Seksual
Fungsi seksual mencakup kemampuan untuk orgasme,
ereksi, serta kemampuan dalam lubrikasi. Fungsi seksual yang baik
dapat memengaruhi kepuasan seksual yang lebih baik (Henderson,
Lehavot, & Simoni, 2009). Wanita yang mengalami orgasme pada
waktu yang bersamaan atau lebih dulu dibandingkan pasangannya
menunjukkan kepuasan seksual yang lebih tinggi (Sprecher &
McKinney, Sexuality, 1993).
b. Interpersonal/Relasional
Beberapa faktor relasi yang dapat memengaruhi kepuasan
seksual, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1) Komunikasi
Sulistiyo (dalam Avianti & Hendrati, 2011) mengatakan
bahwa kepuasan hubungan seksual dalam suatu perkawinan dapat
diperoleh bila diantara keduanya (suami istri) terdapat komunikasi
yang terbuka dan mendalam mengenai kebutuhan seksual mereka.
Keterbukaan komunikasi dua arah mengenai hubungan seksual
suami istri menunjukkan tingginya kepuasan seksual yang dialami
pasangan (Avianti & Hendrati, 2011).
2) Keintiman
Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan oleh dua orang
dan merupakan kekuatan yang mengikat mereka untuk tetap bersama
(Sternberg, 2006). Semakin intim pasangan di dalam relasinya
menunjukkan
semakin
puas
terhadap
kehidupan
seksualnya
(Heiman, Long, Smith, Fisher, Sand, & Rosen, 2011).
3) Usia Relasi
Lewandowski dan Schrage (2010) menemukan bahwa usia
relasi memengaruhi kepuasan seksual pasangan. Terdapat korelasi
positif yang lebih rendah pada relasi yang sudah terjalin cukup lama
(long-term relationship) dibandingkan dengan korelasi terhadap
relasi yang baru terjalin (short-term relationship) terhadap kepuasan
seksual pasangan. Semakin lama usia relasi, maka tingkat gairah
yang dimiliki oleh pasangan juga akan semakin menurun (Sternberg,
2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4) Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan gagasan serta perasaan yang
dimiliki oleh seseorang bahwa dirinya dipedulikan serta dimengerti
oleh lingkungan sekitarnya (Walen & Lachman, 2000). Individu
yang memiliki dukungan sosial yang berlimpah memiliki kepuasan
seksual serta memiliki kehidupan seksual yang lebih baik
dibandingkan dengan individu yang kurang memiliki dukungan
sosial (Ojanlatva, et al., 2005). Dukungan sosial ini dapat diperoleh
melalui keluarga, pasangan, atau rekan kerja individu. Berdasarkan
penelitian Ojanlatva et al. (2005) individu yang mendapatkan
dukungan sosial pasangan terbukti memiliki kepuasan seksual yang
lebih baik dibandingkan individu yang kurang memiliki dukungan
sosial pasangan. Dukungan sosial pasangan akan dikaji lebih
mendalam pada penelitian ini.
c. Transpersonal
1) Religiusitas
Religiusitas hingga saat ini masih menjadi kontradiksi
mengenai hubungannya dengan kepuasan seksual. Penelitian
Higgins, Trussel,
Moore, dan Davidson (2010) menemukan
adanya hubungan negatif antara religiusitas dengan kepuasan
seksual yang dimiliki oleh individu. Sementara, penelitian During
(2014) menemukan bahwa religiusitas berkorelasi positif terhadap
kepuasan seksual individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Berdasarkan beberapa faktor-faktor yang telah dipaparkan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi
kepuasan seksual individu, antara lain:
a. Faktor intrapersonal, yang lebih terkait pada hal-hal yang bersifat
individual
b. Faktor interpersonal, terkait relasi dengan pasangan atau orang-orang
disekitar individu. Faktor ini merupakan faktor yang akan dikaji lebih
dalam oleh peneliti, yaitu pada dukungan sosial pasangan.
c. Faktor transpersonal, terkait dengan keyakinan atau kepercayaan yang
dimiliki oleh individu.
4. Pengukuran Kepuasan Seksual
Kepuasan seksual pada awalnya biasa diukur dengan menggunakan
single-global question. Namun, hasilnya hanya memberikan sedikit
informasi mengenai kepuasan seksual (Sprecher & Mckinney, 1993). Hal
tersebut diatasi dengan pengembangan alat ukur menggunakan multiple-item
scale. Menurut Mark, Herbenick, Fortenberry, Sanders, dan Reece (2013)
terdapat tiga skala yang biasanya digunakan oleh peneliti dalam bidang
klinis atau konselor untuk mengukur kepuasan seksual, yaitu Index of Sexual
Satisfaction – ISS (Hudson, Harrison, & Crosscup, 1981), Interpersonal
Exchange
Model
of
Sexual
Satisfaction
-
IEMSS/GMSEX
yang
dikembangkan oleh (Byers, 1999) serta New Sexual Satisfaction Scale NSSS (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berdasarkan beberapa alat ukur di atas, peneliti memilih New Sexual
Satisfaction Scale (Stulhofer, Busko, dan Brouillard, 2010). Peneliti memilih
NSSS, karena skala ini memiliki konsistensi internal yang tinggi (α=.90-.93)
(Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). Selain itu, telah teruji reliabilitasnya
melalui metode test-retest yang dilakukan selama dua bulan dan memiliki
korelasi yang tinggi (r=.81) dibandingkan ISS dan GMSEX (Mark,
Herbenick, Fortenberry, Sanders, & Reece, 2013). Selain itu, NSSS juga
tidak hanya mengukur kepuasan seksual dari sudut pandang individu saja,
tetapi juga mengukur kepuasan seksual dari sudut pandang pasangan dan
aktivitas seksual yang dilakukan (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010).
Di sisi lain, skala NSSS dibuat berdasarkan pada literatur konseling
serta teraputik pada ranah kesehatan seksual. Peneliti memilih skala NSSS
untuk mengukur kepuasan seksual karena skala ini dibuat dengan konsep
yang dapat diterapkan pada berbagai orientasi, gender dan budaya (Holt,
2015; Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010)
B. DEWASA
1.
Definisi Dewasa
Masa dewasa adalah masa bagi seseorang untuk menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru
(Santrock, 2011). Pada masa ini, individu dituntut untuk melepaskan
ketergantungannya terhadap orangtua dan berusaha untuk dapat mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Individu dituntut untuk memulai kehidupan serta memerankan peran ganda,
seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia kerja.
Menurut Erikson (1989) masa dewasa dimulai dari umur 19 tahun
hingga 60 tahun ke atas. Sementara, menurut Berk (2007) masa dewasa
pada laki-laki dan perempuan berada pada usia 20 hingga 65 tahun ke atas.
Masa dewasa ini terbagi dalam tiga tahap perkembangan, yakni tahap
perkembangan dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya (40-65 tahun) dan
dewasa akhir (65 tahun keatas). Pada masa dewasa ini, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki tugas perkembangan untuk menjalin
hubungan yang intim atau mengisolasi diri. Sebagian besar individu yang
mampu melewati tahap isolasi, akan menjalin relasi romantis yang lebih
intim, termasuk hubungan seksual (Berk, 2007). Pada tahap ini juga, lakilaki dan perempuan dalam rentang hidup perkembangannya mulai aktif
secara seksual.
Berdasarkan paparan mengenai masa dewasa di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa masa dewasa pada laki-laki dan perempuan dimulai
dari umur 20 tahun hingga 65 tahun ke atas. Dimana pada masa ini individu
akan memulai pola kehidupan barunya dengan mandiri serta memulai untuk
menjalin relasi romantik yang lebih intim, seperti berperan sebagai
suami/istri dan berperan dalam dunia kerja.
2.
Karakteristik Individu Dewasa
Havighurst (dalam Lemme, 1995) mendeskripsikan tugas-tugas
perkembangan yang akan dilalui oleh individu pada setiap tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
perkembangannya. Tugas perkembangan yang dimaksud adalah sejumlah
tugas
yang
harus
diselesaikan
oleh
individu
pada
setiap
tahap
perkembangannya. Apabila individu berhasil menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya, maka akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan
dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada tahapan berikutnya.
Adapun tugas pada tahap perkembangan individu dewasa adalah:
a. Tugas Perkembangan pada Masa Dewasa Awal
Beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui pada masa dewasa
awal, antara lain; (1) memilih pasangan/pendamping hidup, (2) belajar
untuk hidup bersama dengan pasangan (suami/istri), (3) memulai suatu
keluarga, (4) mengasuh anak, (5) mengelola rumah tangga, (6) memulai
suatu pekerjaan/menduduki suatu jabatan, (7) menerima tanggung jawab
sebagai warga negara, (8) mencari perkumpulan sosial yang sesuai.
b. Tugas Perkembangan pada Masa Dewasa Madya
Tugas perkembangan yang harus dilalui pada masa dewasa madya
adalah; (1) memenuhi tanggung jawab sosial sebagai warga negara, (2)
mencapai kehidupan ekonomi yang stabil, (3) mendampingi anak, (4)
mengembangkan pemanfaatan waktu luang, (5) menghubungkan diri
pada pasangan (suami/istri) sebagai pribadi, (6) menerima dan
menyesuaikan diri pada perubahan fisiologis, (7) menyesuaikan diri
untuk menjadi lanjut usia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
c. Tugas Perkembangan pada Masa Dewasa Akhir
Beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui pada masa dewasa
akhir, antara lain; (1) menyesuaikan diri pada menurunnya kekuatan dan
kesehatan jasmani, (2) menyesuaikan diri pada masa pension dan
pendapatan yang berkurang, (3) menyesuaikan diri pada kematian
suami/istri, (4) bergabung dengan kelompok seusia, (5) memenuhi
kewajiban sosial, (6) menetapkan kesejahteraan jasmaniah.
C. DUKUNGAN SOSIAL
1.
Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk
menerangkan bagaimana hubungan sosial mampu menyumbang manfaat
bagi kesehatan mental maupun kesehatan fisik individu. Siegel (dalam
Taylor, 1999) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi dari orang
lain yang menunjukkan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan,
memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan
komunikasi
dan
kewajiban
bersama.
Sedangkan,
Taylor
(2009)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi yang diterima dari orang
lain bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, memiliki harga diri dan
bernilai serta merupakan bagian dari jaringan sosial dan memiliki kewajiban
bersama untuk saling dibutuhkan yang didapat dari orangtua, pasangan atau
orang yang dicintai, keluarga, teman, jaringan sosial dan komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Beberapa ahli lain juga memberikan definisi mengenai dukungan
sosial. Menurut Wills dan Fegan (dalam Sarafino, 2008), dukungan sosial
mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang
dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain.
Selanjutnya, dukungan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, seperti
pasangan atau orang yang dicintai, keluarga, teman, tenaga medis, atau
komunitas tertentu. Sedangkan Bishop (1994) mendefinisikan dukungan
sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari
interaksinya dengan orang lain.
Menurut King (2012) dukungan sosial adalah umpan balik dari orang
lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai
dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban
yang timbal balik. Dukungan sosial melibatkan perilaku menerima,
memberi dan hubungan timbal balik (Jung, 1990). Dukungan sosial tidak
dapat digambarkan sebagai hubungan yang searah, melainkan dua arah atau
biasa disebut timbal balik. Timbal balik merupakan suatu pola untuk saling
memuaskan melalui pertukaran baran dan atau jasa (Malinowski dalam
Amri 1997). Tujuannya tidak hanya terbatas pada upaya saling memuaskan
belaka, melainkan juga untuk menjaga kelangsungan hubungan antara kedua
belah pihak.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti mencoba untuk
menyimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dan diperoleh seseorang sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menimbulkan perasaan dicintai, diperhatikan serta dihargai oleh orang lain
dan melibatkan hubungan timbal balik. Selain itu, melalui paparan definisi
dukungan sosial di atas juga dapat dilihat bahwa sumber dukungan sosial
berasal dari orang-orang yang berinteraksi dengan individu. Pada penelitian
ini dukungan sosial yang diterima oleh individu berfokus pada dukungan
sosial yang diberikan oleh pasangan.
2.
Definisi Dukungan Sosial Pasangan
Pasangan merupakan sumber utama dukungan sosial (Ojanlatva, et
al., 2005). Dukungan sosial pasangan (partner support) merupakan perasaan
subjektif bahwa individu tersebut saling memiliki, dicintai, dihormati,
dihargai dan dibutuhkan oleh pasangan serta memiliki kewajiban untuk
saling mendukung satu sama lain selama pernikahan (Patel, Beekhan, Paruk,
& Ramgoon, 2008). Dukungan sosial pasangan dipandang sebagai pengaruh
dari hubungan interpersonal yang berfokus pada perilaku, kepercayaan, dan
sikap terhadap pasangan (Sung & Lim, 2009). Sedangkan, Ledbetter (2013)
mendefinisikan dukungan sosial pasangan sebagai komunikasi yang terbuka
serta hubungan emosional yang terjalin antar pasangan yang mengarah pada
kesediaan pasangan untuk memenuhi kebutuhan pasangannya.
Berdasarkan beberapa paparan definisi mengenai dukungan sosial
pasangan di atas, maka dapat disimpulkan dukungan sosial pasangan
merupakan perilaku, kepercayaan dan sikap yang diberikan oleh pasangan
sehingga individu merasa dicintai, dihormati, dihargai dan dibutuhkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pasangan serta memiliki kewajiban untuk saling mendukung satu sama lain
dan bersedia untuk memenuhi kebutuhan pasangannya.
3.
Bentuk-bentuk Dukungan Sosial
Wills dan Fegan (dalam Sarafino, 2008) mengemukakan 4 bentuk
dukungan sosial, yaitu:
a. Emotional /Esteem Support
Dukungan yang melibatkan rasa empati, perhatian, kepedulian,
penerimaan secara positif serta memberikan semangat kepada seseorang.
Dukungan tersebut membuat seseorang merasa nyaman, tenang serta
merasa dicintai ketika ia merasa stres. Menurut Taylor (2009) dengan
menyediakan
kenyamanan
membuat
seseorang
yang
menerima
dukungan ini merasa dicintai dan dihargai.
b. Tangible / Instrumental Support
Dukungan ini merupakan bantuan atau pendampingan yang
diberikan secara langsung atau nyata, seperti memberikan atau
meminjamkan uang atau langsung menolong teman kerja yang
mengalami stres. Dukungan ini dapat berupa pelayanan, bantuan
finansial, atau benda-benda yang dibutuhkan (Taylor, 2009).
c. Informational Support
Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberi informasi yang
dibutuhkan oleh seseorang, seperti nasehat, arahan, saran atau feedback
mengenai bagaimana orang tersebut melakukan sesuatu. Informasi
tersebut dapat membantu individu memahami situasi yang membuatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
stres menjadi lebih baik dan dapat menetapkan sumber serta strategi
koping yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahannya.
d. Companionship Support
Dukungan ini berupa kesediaan untuk meluangkan waktu dengan
seseorang, dengan demikian hal tersebut memberikan perasaan
keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu yang tertarik untuk saling
berbagi dan kegiatan sosial.
Pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, bentukbentuk dukungan sosial digunakan sebagai aspek-aspek dari dukungan
sosial yang nantinya digunakan sebaga indikator pembentuk instrumen
pengukuran dukungan sosial (Heizman & Kaplan, 1988; Rahmadita, 2013).
4.
Komponen Dukungan Sosial
Weiss (dalam Sarason, Levine, Basham, & Sarason, 1983)
mengemukakan terdapat enam komponen dukungan sosial: intimacy, social
integration, nurturance, worth, alliance, dan guidance. Komponenkomponen itu sendiri dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yaitu
instrumental support (alliance dan guidance) dan emotional support (worth,
intimacy, social integration dan nurturance).
Sedangkan, menurut Sarason, Levine, Basham, dan Sarason (1983)
dukungan sosial dapat dilihat melalui dua komponen dasar. Kedua
komponen tersebut dapat bervariasi dalam hubungannya satu sama lain,
tergantung pada kepribadian individu. Dua komponen tersebut adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
a. Jumlah sumber dukungan sosial
Persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan
saat
individu
membutuhkan
bantuan
atau
empati
(pendekatan
berdasarkan kuantitas) (Sarason & Sarason, 1985).
b. Derajat kepuasan terhadap dukungan sosial
Derajat kepuasan ini berkaitan dengan persepsi individu bahwa
kebutuhannya akan terpenuhi. Sejauh mana individu puas terhadap jenis
dan/atau jumlah dukungan yang tersedia (pendekatan berdasarkan
kualitas) (Sarason & Sarason, 1985).
Berdasarkan paparan komponen-komponen dukungan sosial yang
telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa komponen dukungan sosial
terdiri dari komponen kuantitas serta komponen kualitas dari dukungan
sosial. Pada penelitian ini peneliti berfokus pada komponen kualitas dari
dukungan sosial yang didapat dari pasangan, yaitu tingkat kepuasan
individu terhadap dukungan sosial yang diterima oleh pasangan.
5.
Dampak Dukungan Sosial Pasangan
a.
Dampak positif
1) Relasi
Dukungan sosial pasangan telah terbukti mampu menurunkan
tingkat konflik pekerjaan-keluarga yang terjadi (Aycan & Eskin,
2005; Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008). Hal tersebut
disebabkan oleh perasaan saling mengerti dan kemampuan
pasangan untuk berkompromi yang dimiliki oleh pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dukungan sosial pasangan juga telah terbukti menunjang
relationship functioning ketika individu dihadapkan dengan stresor
yang berat (Neff & Karney, 2005). Tidak hanya itu, tingginya
dukungan sosial pasangan juga turut memengaruhi kepuasan
terhadap kehidupan seksual (Ojanlatva, et al., 2005), hingga
kepuasan terhadap perkawinan (Aycan & Eskin, 2005).
2) Kesehatan fisik dan mental
Dukungan sosial pasangan memiliki dampak yang lebih besar
pada kesehatan fisik dan mental secara relatif dibandingkan dengan
dukungan yang didapatkan di luar hubungan intim (Gardner &
Cutrona, 2004). Dukungan sosial biasanya cenderung dapat
mengurangi stres serta mampu memengaruhi kesehatan individu
(Sarafino, 2008). Dukungan sosial pasangan juga sering dikaitkan
dengan rendahnya tingkat stres (Kleiboer, Kuijer, Hox, Jongen,
Frequin, & Bensing, 2007), rendahnya simptom depresif dari
pasangan (Okun & Keith, 1998).
Dukungan sosial mampu memengaruhi kesehatan seseorang
(Sarafino, 2008; Taylor 2009), dengan dengan berfungsi sebagai
pelindung dari stress dengan cara memodifikasi respon-respon
seseorang sesudah munculnya stresor. Fungsi ini disebut sebagai
buffering hypothesis. Selain itu, dukungan sosial juga dapat
berfungsi secara langsung melindungi individu dari stress yang
biasa disebut direct effect hypothesis. Individu dengan dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli, mencintai serta
menghargainya dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal
ini dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.
b. Dampak negatif
Tidak selamanya dukungan sosial dapat memberikan keuntungan
bagi kesehatan, menurut Sarafino (2008) dukungan sosial dapat
berdampak negatif kepada orang yang menerima dukungan sosial
tersebut, apabila:
1) Dukungan yang diberikan tidak dianggap sebagai sesuatu yang
membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan
tidak cukup. Individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu
khawatir secara emosional, sehingga tidak memperhatikan dukungan
yang diberikan.
2) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan dukungan yang
dibutuhkan oleh individu.
3) Sumber dukungan memberikan contoh yang buruk kepada individu,
seperti melakukan atau menyarankan perilaku yang tidak sehat.
4) Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan
sesuatu yang diingikannya sehingga membuat individu menjadi
dependen.
Berdasarkan paparan dari dampak positif dan negative dari sukungan
sosial di atas dapat dilihat bahwa, dukungan sosial tidak hanya menyangkut
ketersediaan dukungan bagi individu yang membutuhkan, tetapi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menyangkut persepsi akan ketersediaan (avalibility) dan ketepatan
(adequency) dari dukungan (Cohen dan Wills, dalam Namora, 2009).
6. Pengukuran Dukungan Sosial
Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
dukungan sosial yang diterima oleh individu. Beberapa alat ukur dukungan
sosial yang banyak digunakan oleh peneliti adalah Dunst Family Support
Scale – FSS (Dunst, Jenkins, & Trivette, 1984), Social Support
Questionnaire – SSQ (Sarason, et al., 1983), Social Support Questionnaire 6iten – SSQ6 (Sarason, et al., 1987), Perceived Social Support Scale – PSSS
(Procidano & Heller, 1983), serta Norbeck Social Support Scale – NSSQ
(Norbeck, 1981).
Berdasarkan beberapa alat ukur di atas, peneliti memutuskan untuk
menggunakan Social Support Questionnaire 6-item – SSQ6 (Sarason, et al.,
1987). SSQ6 terdiri dari 2 sub-skala, yaitu SSQN dan SSQS. SSQ6 memiliki
dasar psikometri yang kuat dengan nilai konsistensi internal (α) sebesar 0.900.93 pada SSQN dan SSQS (Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce, 1987).
SSQ6 juga mampu disajikan sebagai pengganti yang adekuat untuk SSQ. Di
sisi lain, peneliti juga mempertimbangkan jumlah item dari SSQ6 yaitu 6
item, sehingga dapat mempermudah dan mempersingkat waktu subjek untuk
mengisi skala. Menurut Lopez & Cooper (2011) SSQN dan SSQS tidak
berhubungan secara signifikan terhadap skor social-desirability. Artinya,
dengan menggunakan SSQ6 peneliti dapat memperkecil kemungkinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
terjadinya pengaruh kecenderungan sosial ketika subjek menjawab skala
SSQ6.
7. Review Penelitian Sebelumnya terkait Kepuasan Seksual
Terdapat beberapa penenelitian yang pernah dilakukan terkait
dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual. Beberapa penelitian
terdahulu banyak menghubungkan kedua variabel tersebut pada kelompok
minoritas, yaitu pasien yang mengidap penyakit kronis. Adapun penelitian
terdahulu meneliti pada individu yang mengalami kanker (Sheppard & Ely,
2008), multiple sclerosis (Blackmore, Hart, Albiani, & Mohr, 2011),
rheumatoid arthritis (Lankveld, Ruiterkamp, Näring, & de Rooij, 2004),
pada penderita HIV (De Ryck, et al., 2012) dan pada wanita yang mengalami
hysterectomy (Sung & Lim, 2009). Namun, penelitian-penelitian terdahulu
tersebut tidak dapat digenaralisasikan kepada kelompok individu dewasa
secara lebih umum. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah subjek yang
digunakan oleh penelitian terdahulu relatif sedikit, serta menggunakan
metode analisis yang sederhana, seperti korelasi pearson (Lankveld,
Ruiterkamp, Näring, & de Rooij, 2004) dan odds ratio (OR) (De Ryck, et al.,
2012). Ditambah lagi, kondisi serta stresor yang dialami oleh pasien juga
berbeda jika dibandingkan dengan orang dewasa pada umumnya. Menurut
Luszczynska, Boehmer, Knoll, Shulz, & Schwarzer (2007) pasien dengan
penyakit kronis hidup dengan ancaman terhadap kekambuhan, pengalaman
untuk berkompromi dengan kualitas hidup, dan mengalami perubahan
terhadap kemampuan untuk melakukan sesuatu, emosional, dan sosialnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sehingga membutuhkan dukungan sosial yang lebih dari orang sekitarnya,
termasuk pasangan.
Hingga saat ini peneliti baru berhasil menemukan satu penelitian yang
melihat hubungan dukungan sosial dengan permasahan seksual pada
individu dewasa, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al.
(2005). Namun peneliti masih menemukan beberapa kekurangan pada
penelitian yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al. (2005). Di mana pada
penelitian tersebut, peneliti menggunakan bank data yang sudah ada dari
Finnish population center. Penggunaan bank data ini memiliki kelemahan
data yang kecenderungan memiliki nilai prediksi yang lemah atau kurang
tepat. Selain itu, alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur
kehidupan seksual subjek juga sangat sederhana. Kepuasan seksual diukur
menggunakan 3-item pertanyaan, seperti: (1) Seberapa penting kehidupan
seksual bagi anda? (2) apakah anda puas dengan kehidupan seksual anda? (3)
Apakah anda merasa mudah untuk mendiskusikan kehidupan seksual anda
kepada orang lain? Selain itu, pengolahan data statistik yang digunakan juga
sederhana, yaitu metode analisis odds ratio (OR). Hasil analisis data tidak
dapat digunakan untuk mengetahui secara pasti seberapa erat hubungan dari
dukungan sosial dan kepuasan seksual.
Di samping itu, ada pula faktor yang tampaknya dapat memengaruhi
hasil penelitian tersebut. Faktor tersebut merupakan faktor budaya.
Responden penelitian yang digunakan oleh penelitian Ojanlatva, et al. (2005)
memiliki latar belakang kebudayaan Barat. Responden penelitian tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
merupakan individu dewasa yang berada di Finlandia dan Swedia yang
notabene memiliki konteks kebudayaan Barat. Pada konteks kebudayaan
Barat yang independen, individu cenderung melihat seseorang sebagai
pribadi yang mandiri, dan terpisah dari orang lain. Sebaliknya pada konteks
kebudayaan Timur yang interdependen atau kolektifis, individu cenderung
melihat seseorang yang pada dasarnya terhubung dengan orang lain (Markus
& Kitayama, 1991; Triandis, 1989).
Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara budaya Timur
dan budaya Barat. Berdasarkan karakteristik kebudayaan Timur yang
kolektifis
serta
kebudayaan
Barat
yang
independen,
tampaknya
menunjukkan bahwa orang Asia akan lebih mungkin untuk meminta bantuan
untuk mendapatkan dukungan sosial dalam menghadapi stres dibandingkan
dengan orang Barat (Markus & Kitayama, 1991; Triandis, 1989). Di sisi lain,
individu dengan latar belakang kebudayaan Barat cenderung menerima
dukungan sosial dengan motivasi untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Namun, individu yang memiliki kebudayaan Timur cenderung memiliki
motivasi kedekatan (closeness) ketika menerima dukungan sosial dari
individu lain (Chen, Kim, Mojaverian, & Morling, 2012).
Perbedaan ekspektasi dan norma-norma pada kedua kebudayaan
tersebut cenderung memengaruhi bagaimana dan apakah individu tersebut
mencari serta menggunakan dukungan sosial (Taylor, Sherman, Kim, Jarcho,
Takagi, & Dunagan, 2004). Jika dilihat melalui karakteristik serta motivasi
kedua kebudayaan tersebut seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
peneliti berasumsi bahwa penelitian Ojanlatva, et al. (2005) tidak dapat
digeneralisasikan pada individu yang memiliki latar belakang kebudayaan
Timur.
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melihat kembali
hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan kepuasan seksual pada
individu dengan latar belakang kebudayaan Timur.
D. DINAMIKA
PSIKOLOGIS
HUBUNGAN
DUKUNGAN
SOSIAL
PASANGAN DENGAN KEPUASAN SEKSUAL
Dukungan sosial pasangan merupakan sumber dukungan utama yang
dibutuhkan oleh individu. Baik bagi pria maupun wanita beranggapan bahwa
pasangan merupakan sumber dukungan sosial yang penting bagi satu sama lain
(Ojanlatva, et al., 2005). Didukung oleh hasil penelitian Neff dan Karney (2005),
ketika dukungan sosial pasangan telah dianggap penting oleh individu, maka
dukungan dari orang-orang penting lainnya telah terbukti tidak berpengaruh
secara signifikan dalam memprediksi kesejahteraan atau distres yang dialami
individu. Individu dapat dipengaruhi oleh dukungan yang mereka dapatkan dari
sumber yang mereka rasa paling bertanggung jawab kepada diri mereka (Aycan
& Eskin, 2005). Dimana dalam hal ini sumber yang dimaksud adalah pasangan
yang berada dalam ikatan pernikahan dengan individu. Dukungan sosial
pasangan tersebut dapat berupa bantuan, nasihat, pengertian, serta hal-hal
sejenisnya yang diberikan oleh pasangan kepada satu sama lain (Aycan & Eskin,
2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Dukungan sosial pasangan memiliki pengaruh yang lebih besar pada
kesehatan fisik dan mental secara relatif dibandingkan dengan dukungan yang
didapatkan di luar hubungan intim (Gardner & Cutrona, 2004). Dukungan sosial
pasangan juga mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis serta kesehatan
fisik individu (Antonucci & Akiyama, 1987; Schwarzer & Leppin, 1991) dan
berperan dalam mengatasi stres yang dihadapi oleh individu (Kleiboer, Kuijer,
Hox, Jongen, Frequin, & Bensing, 2007). Disamping itu, dukungan sosial
pasangan juga dapat berpengaruh terhadap keberlangsungan relasi intim yang
dijalin oleh individu. Salah satunya, dukungan sosial pasangan memiliki peran
penting dalam meminimalisir konflik, seperti konflik pekerjaan-keluarga yang
terjadi (Aycan & Eskin, 2005; Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008) hingga
memengaruhi kepuasan terhadap pernikahan (Aycan & Eskin, 2005).
Dalam menerapkan perilaku saling mendukung satu sama lain selama
pernikahan, pasangan akan menjalin hubungan timbal balik di dalam relasinya.
Hubungan timbal balik ini mengacu pada perilaku saling berbagi satu sama lain
(Ojanlatva, et al., 2005). Dimana perilaku saling berbagi ini merupakan salah
satu karakteristik yang penting di dalam dukungan sosial pasangan (Jung, 1990).
Menurut Harvey dan Omarzu (dalam Lewandowski & Schrage, 2010) bentuk
perilaku sosial yang biasa diberikan kepada pasangan meliputi, mendengarkan
pasangan ketika terjadi konflik, menerima respons dari pasangan, dan
berkompromi dengan pasangan untuk mengetahui kebutuhan pasangan. Ketika
individu merasa hubungan timbal balik di dalam relasi terjalin dengan baik,
maka individu akan merasa pasangannya dapat diandalkan (Sarason, Levine,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Basham, & Sarason, 1983). Artinya, pasangan mampu saling memuaskan
kebutuhan satu sama lain di dalam relasi.
Terjalinnya hubungan timbal balik yang baik ini mampu membuat
kehidupan seksual individu berjalan dengan harmonis, seimbang, dan stabil
(Antonucci, 1985). Hal tersebut terjadi karena pasangan dapat saling
berkompromi dan saling melengkapi kebutuhan satu sama lain dalam mengatasi
permasalahan seksual yang dimiliki. Artinya, individu mendapatkan dukungan
sosial yang cukup dari pasangannya sehingga memiliki relasi yang baik dengan
pasangan. Baiknya relasi sosial yang terjalin antara pasangan suami-istri
merupakan aspek yang penting dalam membangun persepsi individu mengenai
penerimaan tanpa syarat (unconditional acceptance) serta memelihara elemenelemen di dalam dukungan sosial (Sarason, Sarason, & Pierce, 1990). Dengan
demikian persepsi tersebut mampu membantu individu untuk menyelesaikan
permasalahan seksual yang sedang dihadapinya. Ditambah lagi, pasangan
merupakan sumber utama dari dukungan sosial yang mampu mengatasi
permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan seksual, salah satunya terkait
kepuasan terhadap kehidupan seksual (Ojanlatva, et al., 2005).
Namun ketika timbal balik tersebut hilang, individu sering menganggap
bahwa mereka telah memberikan lebih banyak dukungan sosial dari yang
mereka terima dari pasangan sehingga terjadi ketidakseimbangan di dalam
kehidupan seksual individu. Ketika individu tidak mampu memiliki hubungan
timbal balik yang baik, maka berarti individu tidak mendapatkan dukungan
sosial pasangan yang cukup. Hal tersebut membuat pasangan tidak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
saling berbagi, saling mendengarkan, serta saling berkompromi satu sama lain.
Dampaknya kehidupan seksual individu menjadi tidak harmonis, tidak stabil dan
seimbang. Pada akhirnya dapat membuat individu merasa tidak puas terhadap
kehidupan seksual yang dimilikinya bersama pasangan.
Kepuasan
seksual
juga
memiliki
peran
yang
penting
dalam
berlangsungnya relasi intim. Kepuasan seksual dapat menjadi faktor "pendukung
atau penghambat” sehingga dikatakan sebagai barometer di dalam hubungan
intim (Ashdown, Hackathorn, & Clark, 2011). Kepuasan seksual berperan dalam
tingginya kepuasan relasi serta kestabilan yang terjadi di dalam relasi (Sprecher
& Cate, 2004). Selain itu, kepuasan seksual juga terbukti berperan dalam
meningkatkan kepuasan pernikahan pada pasangan (Zulaikah, 2008). Ditambah
lagi, kepuasan seksual dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis (Dundon &
Rellini, 2009), serta meningkatkan kualitas hidup individu (Dolinska-Zygmunt
& Nomejko, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
E. KERANGKA BERPIKIR
Dukungan Sosial
Pasangan




s
Dewasa
 20 tahun ke atas
 Berperan dalam
dunia kerja
 Berperan sebagai
suami/istri
 Aktif secara seksual
Saling berbagi
Saling mendukung
Mendengarkan
berkompromi
 Merasa dicintai
 Merasa berharga
 konflik dalam relasi
rendah
Relasi pasangan
Kepuasan Seksual
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
F. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian yang telah di jabarkan, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Hipotesis mayor, dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang
signifikan pada kepuasan seksual.
2. Hipotesis minor, terdapat hubungan yang erat dan positif antara
dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
menggunakan pendekatan yang menekankan pada data-data angka yang diolah
menggunakan metode statistik (Sugiyono, 2012). Metode analisis yang
digunakan adalah regresi sederhana. Metode analisis regresi merupakan teknik
statistik parametik yang digunakan untuk memprediksi besarnya skor variabel
dependen berdasarkan besarnya skor dari variabel independen (Santoso, 2010).
Peneliti menggunakan analisis regresi agar peneliti dapat mengetahui seberapa
besar sumbangan efektif dari variabel independen kepada variabel dependen.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Variabel Independen
: Dukungan Sosial Pasangan
2.
Variabel Dependen
: Kepuasan Seksual
C. DEFINISI OPERASIONAL
1.
Dukungan Sosial Pasangan
Dukungan sosial pasangan merupakan keberadaan dan kesediaan
pasangan sebagai tempat bergantung yang memperlihatkan bahwa mereka
mencintai, menghormati, menghargai, membutuhkan, dan peduli kepada
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
individu serta melibatkan perilaku saling mendukung dan saling memiliki
satu sama lain selama pernikahan (Patel, Beekhan, Paruk, & Ramgoon,
2008; Sarason, 1983). Dukungan sosial pasangan diukur melalui kepuasan
yang dirasakan oleh individu terhadap dukungan sosial pasangan yang
didapatkan.
Dukungan sosial pasangan diukur menggunakan Social Support
Quissionaire 6-item (SSQ6) yang merupakan skala versi singkat dari Social
Support Quissionaire (SSQ) (Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce, 1987).
Semakin tinggi skor SSQ6, maka semakin tinggi dukungan sosial pasangan
yang diterima oleh individu. Sebaliknya semakin rendah skor, maka
semakin rendah dukungan sosial pasangan yang diterima individu.
2.
Kepuasan Seksual
Kepuasan seksual merupakan perasaan bahagia atau puas yang
dirasakan oleh individu terhadap sensasi seksual, kesadaran seksual,
pertukaran seksual (sexual exchange), kedekatan emosional dan aktivitas
seksual yang dialami (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010). Pada
penelitian ini kepuasan seksual individu diukur menggunakan New Sexual
Satisfaction Scale (NSSS). Semakin tinggi skor NSSS, maka semakin tinggi
kepuasan seksual individu (Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010).
Sebaliknya semakin rendah skor yang dimiliki, maka semakin rendah
tingkat kepuasan seksual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian merupakan sebagian orang dari jumlah suatu populasi
yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan variabel penelitian dan nantinya
akan dikenai kesimpulan dari hasil penelitian (Sugiyono, 2013). Estimasi jumlah
sampel penelitian dihitung menggunakan perhitungan estimasi dengan rumus
Lemeshow, yaitu:
=
4
1−
2
. Estimasi sampel penelitian dihitung melalui
total populasi penduduk di Kota Yogyakarta pada tahun 2016 sejumlah 190.258
orang serta jumlah penduduk yang sudah menikah di Kota Yogyakarta sejumlah
412.331 yang didapat melalui statistik data kependudukan Yogyakarta
(jogjaprov.go.id). Berdasarkan perhitungan rumus tersebut, estimasi sampel pada
penelitian ini adalah 398 respon subjek.
1.
Karakteristik Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah individu yang bekerja di Kota
Yoyakarta dan sekitarnya dengan karakteristik individu dewasa dengan usia
19 tahun ke atas berada dalam ikatan pernikahan dan aktif secara seksual.
Peneliti memilih individu dalam ikatan pernikahan, karena di dalam budaya
Timur topik seksualitas merupakan topik yang sensitif. Oleh karena itu,
untuk menghindari penilaian negatif dari kelompok sosial terhadap
responden yang akan mengisi angket penelitian ini, maka karakteristik
responden penelitian adalah individu yang berada dalam ikatan pernikahan.
2.
Metode Sampling
Metode sampling yang digunakan dalam menentukan subjek
penelitian adalah non-probability sampling, sehingga tidak semua orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang berada dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk
terpilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012). Pada proses pengambilan data,
peneliti mengkombinasikan dua teknik non-probability sampling, yaitu
teknik incidental sampling dan purposive sampling.
Teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Teknik ini digunakan
untuk menentukan tempat pengambilan data. Pada proses pengambilan data
peneliti mempertimbangkan institusi atau instansi mana saja yang akan
disebarkan angket. Tujuannya, sampel penelitian dapat mewakili populasi
masyarakat yang berasal dari berbagai bidang pekerjaan, seperti guru,
pegawai negeri, pegawai swasta, pekerja seni, pekerja kuliner, dan lain-lain.
Sementara, subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik
incidental sampling. Dengan begitu, siapa saja yang secara kebetulan
(incidental) bertemu dengan peneliti dapat berpartisipasi dan digunakan
sebagai sampel, bila dipandang memenuhi karakteristik subjek penelitian
(Sugiyono, 2012). Peneliti bermaksud agar setiap pekerja pada institusi atau
instansi yang didatangi dapat memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi pada penelitian ini, selama subjek yang dituju memenuhi
karakteristik yang telah ditentukan.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala adaptasi. Sebelumnya
skala telah melalui tahap translation ke dalam bahasa Indonesia dan telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
divalidasi oleh dosen pembimbing sebagai professional judgement. Pada angket
yang diberikan, peneliti juga memberikan surat pengantar kepada subjek
penelitian yang berisikan tujuan dari penelitian serta petunjuk pengerjaan
angket. Peneliti memasukkan angket serta surat pengantar ke dalam amplop
sebagai tempat angket agar data skala yang telah diisi oleh subjek terjaga
kerahasiaannya. Selain itu, dikarenakan tema seksualitas merupakan tema yang
cukup sensitif di Indonesia, maka peneliti dan rekan-rekan peneliti memutuskan
agar angket bersifat anonim.
Selanjutnya, angket tersebut peneliti distribusikan ke beberapa institusi
dan instansi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya bersama dengan beberapa rekan
peneliti
lainnya.
Peneliti
juga
melakukan
penyebran
angket
dengan
menggunakan bantuan key person jika peneliti tidak diberi kesempatan untuk
bertemu secara langsung dengan calon subjek penelitian. Nantinya key person
akan memberikan angket kepada subjek yang sesuai dengan kriteria subjek
penelitian. Adanya key person membantu peneliti untuk mendapatkan subjek
yang sesuai dengan kriteria. Subjek akan direkrut melalui beberapa instansi serta
institusi yang ada di Kota Yogyakarta dan sekitarnya (seperti, perkantoran,
perhotelan, dan sekolah). Kemudian, angket dikembalikan pada peneliti dalam
keadaan tertutup untuk menjaga kerahasiaan subjek melalui kotak yang telah
disediakan sebagai tempat untuk mengumpulkan angket. Oleh karena sifat
angket yang sukarela, subjek berhak untuk menolak turut berpartisipasi dalam
penelitian ini. Jika subjek mengisi angket dengan lengkap peneliti akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
memberikan pulsa handphone sebesar Rp 10.000,-/ sebagai apresiasi kepada
subjek karena telah bersedia mengisi angket.
F. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1.
Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah cara atau teknik yang digunakan
oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akan diselidiki (Sugiyono,
2012).
Pada
penelitian
ini
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
menggunakan skala. Skala merupakan alat ukur psikologi dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang dirancang untuk
menangkap respon seseorang terhadap konsep yang diukur sehingga dapat
diberi penilaian atau skor dan dapat diinterpretasikan (Azwar, 2009).
Angket yang diberikan kepada subjek dibedakan sesuai dengan jenis
kelamin subjek, yaitu pria dan wanita. Hal tersebut dilakukan karena isi dari
skala mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal seksualitas
yang sesuai dengan jenis kelamin subjek. Angket tidak hanya berisi skala
yang digunakan oleh peneliti saja. Melainkan berisi beberapa skala lainnya
yang akan digunakan oleh peneiti lain, karena penelitian ini merupakan
penelitian payung. Adapun angket yang diberikan kepada subjek terdiri dari:
a. Surat pengantar, yang berisi informasi mengenai tujuan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti dan permintaan kesediaan subjek
untuk mengisi angket.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Lembar data diri subjek, yang berisi mengenai data diri subjek yang
diperlukan untuk melihat kesesuaian dengan karakteristik subjek
yang telah ditetapkan oleh peneliti.
c. Skala, yaitu skala SSQ6 (Social Support Questionaire 6 item) untuk
mengukur dukungan sosial pasangan dan skala NSSS (New Sexual
Satisfaction Scale) untuk mengukur tingkat kepuasan individu.
Selain itu juga terdapat skala yang digunakan untuk mengukur
kepuasan hubungan, cinta, disfungsi seksual, seksual distress, intensi
berselingkuh, gender disforia serta kenyataan dan harapan mengenai
aktivitas seksual yang dimiliki.
2.
Alat Pengumpulan Data
a.
New Sexual Satisfaction Scale (NSSS)
New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) merupakan skala yang
dikembangkan oleh Stulhofer, Busko, & Brouillard (2010). Skala ini
memiliki total 20 item yang terdiri dari dua subskala (lihat tabel 3.1),
yaitu (a) ego-centered subscale, yang mengukur kepuasan seksual
melalui pengalaman/sensasi personal, dan (b) partner/sexual activity
centered subscale, yang mengukur kepuasan seksual melalui perilaku
atau reaksi seksual pasangan serta frekuensi aktivitas seksual. Selain
itu, skala ini juga terdiri dari lima dimensi (lihat tabel 3.2), yaitu sexual
sensastion, sexual presence/awareness, sexual exchange, emotional
connection/closeness, dan sexual activity (Stulhofer, Busko, &
Brouillard, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 3.1
Sebaran item subskala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS)
Subskala
Ego-centered subscale
Partner/sexual activity
centered subscale
No. Item
Total
1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19
10
2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20
10
20
Total
Tabel 3.2
Sebaran item skala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS)
Dimensi
No. Item
Total
3, 8, 17
3
5, 7, 9, 10, 11
5
2, 6, 12, 14, 16, 19
6
Emotional connection/closeness
4, 13, 15
3
Sexual activity
1, 18, 20
3
Sexual sensastion
Sexual presence/awareness
Sexual exchange
Total
20
Skala NSSS merupakan skala Likert dengan lima pilihan respon
yang bersifat kontinum. Skala NSSS ini hanya terdiri dari favorable
item saja. Subjek diminta untuk memilih satu dari lima pilihan jawaban
yang disediakan. Rentang jawaban terdiri dari: 1 = sama sekali tidak
puas, 2 = sedikit puas, 3 = cukup puas, 4 = sangat puas, 5 = amat sangat
puas. Cara skoring skala ini menggunakan metode summatted rating
dengan menjumlahkan skor setiap item untuk mendapatkan pengukuran
tentang sikap subjek terhadap atribut psikologis tertentu (Supratiknya,
2014). Artinya, semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek, maka
dapat diartikan subjek memiliki kepuasan seksual yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Sebaliknya, jika skor total yang diperoleh rendah, maka tingkat
kepuasan seksual subjek tergolong rendah. Berikut adalah blue-print
dari skala NSSS yang peneliti gunakan.
b. Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6)
Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6) merupakan
skala versi singkat dari Social Support Scale Questionnaire (SSQ) yang
dikembangkan oleh Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce (1987).
Peneliti menggunakan skala versi singkat ini untuk mempermudah serta
mempersingkat waktu subjek untuk mengisi skala. Hal tersebut
dilakukan
dengan
harapan
memperkecil
fatique
effect
serta
memperkecil kecenderungan subjek untuk memberikan jawaban netral.
Pada SSQ6 terdapat dua bagian yang dapat digunakan untuk mengukur
dukungan sosial, yaitu:
1. Social questionnaire number (SSQ6N)
Bagian ini mengukur kuantitas dukungan sosial yang
didapatkan oleh subjek. Pada bagian ini subjek diminta untuk
menuliskan secara spesifik orang-orang yang dianggap mampu
diandalkan untuk meminta bantuan atau empati dalam situasi
tertentu (Sarason, Levine, Basham, & Sarason, 1983).
2. Social questionnaire satisfaction (SSQ6S)
Bagian ini mengukur kualitas dukungan sosial yang diperoleh
subjek. Pada bagian ini subjek diminta untuk menuliskan derajat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kepuasan dukungan sosial yang telah ia terima melalui orang-orang
yang dituliskannya pada bagian SSQN.
Menurut Sarason, Sarason, Shearin, & Pierce (1987) bagian
SSQ6N dan SSQ6S merupakan faktor yang terpisah dan dapat berdiri
sendiri,
namun
dalam
pelaksanaannya
kedua
bagian
tersebut
diadministrasikan secara bersamaan sebagai satu set kuisioner. Maka
dari itu peneliti melakukan sedikit modifikasi pada skala SSQ6 yang
digunakan. Bagian SSQN tidak disajikan pada angket, melainkan secara
langsung memasukkan kata ‘pasangan’ pada skala SSQ6S. Hal tersebut
dikarenakan
sumber
dukungan
sosial
telah
peneliti
tetapkan
sebelumnya, yaitu pasangan (suami/istri).
Skala SSQ6S merupakan skala Likert dengan lima pilihan respon
yang bersifat kontinum. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari
lima pilihan jawaban yang tersedia, yang menggambarkan kesesuaian
atas dukungan sosial yang subjek terima dari pasangannya. Pilihan
respon jawaban yang tersedia adalah, 1 = sangat tidak sesuai, 2 = tidak
sesuai, 3 = netral, 4 = sesuai, 5 = sangat sesuai. Skor minimal subjek
pada bagian SSQ6S ini adalah 1, sementara skor maksimal adalah 5
untuk tiap pernyataan.
Skor akhir dukungan sosial yang diperoleh individu diperoleh
dengan cara menjumlahkan skor dari masing-masing item, lalu dibagi 6.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka dapat diartikan subjek
memiliki dukungan sosial pasangan yang tinggi. Sebaliknya, jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
rentang skor yang diperoleh rendah, maka dukungan sosial pasangan
yang dimiliki subjek tergolong rendah.
G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1.
Validitas Alat Ukur
Validitas merupakan proses pengujian pada suatu alat ukur untuk
mengetahui ketepatan dan kecermatan alat ukur tersebut dalam melakukan
tujuan ukurnya (Azwar, 2009). Dalam hal ini uji validitas digunakan untuk
mengetahui sejauh mana skala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS) dan
Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6) yang peneliti gunakan
mampu benar-benar mengukur tingkat kepuasan seksual serta dukungan
sosial pasangan.
a. New Sexual Satisfaction Scale (NSSS)
Validitas skala diuji melalui uji validitas isi. Uji validitas isi skala
ini diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes melalui analisis rasional
atau professional judgement (Supratiknya, 2014). Validasi dilakukan
dengan professional judgement oleh dosen pembimbing. Hal ini
dilakukan agar skala adaptasi memiliki maksud dan tujuan yang sama
dengan skala asli untuk mengukur kepuasan seksual.
Skala ini juga telah melalui uji validitas konstruk dan konvergen di
di Kroasia dan Amerika Serikat sebelumnya (Stulhofer, Busko &
Brouillard,
2010).
Uji
validitas
konstruk
dilakukan
dengan
menggunakan analisis zero-order (n=2000). Hasilnya NSSS secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
signifikan dan positif berkorelasi dengan pengukuran global pada
kepuasan seksual. Sedangkan, pada uji validitas konvergen hasilnya
terdapat hubungan yang kuat serta signifikan antara pengukuran global
kepuasan seksual dan skor NSSS (r=0.44-0.67). Artinya, dapat dikatakan
skala NSSS valid secara konstruk dan konvergen, sehingga mampu
benar-benar mengukur tingkat kepuasan seksual individu.
b. Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6)
Skala dukungan sosial ini divalidasi melalui uji validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian
terhadap isi tes melalui analisis rasional atau professional judgement
(Supratiknya, 2014). Validasi dilakukan oleh dosen pembimbing sebagai
professional judgement dengan tujuan, hasil adaptasi memiliki arti atau
makna yang sama dengan skala asli serta dapat dimengerti dengan
mudah oleh subjek.
Skala ini juga pernah melalui uji validitas konstruk dengan
melakukan uji korelasi antara SSQ6 dan SSQ (Sarason, Sarason,
Shearin, & Pierce, 1987). Hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan
antara SSQ6 dan SSQ, dengan koefisien korelasi pada SSQN adalah
0.43 dan pada SSQS adalah 0.39. Hal ini menandakan bahwa SSQ6
mampu disajikan sebagai pengganti yang adekuat untuk SSQ.
2.
Reliabilitas Alat Ukur
Salah satu persyaratan alat ukur yang baik adalah reliabel. Reliabilitas
mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
oleh alat ukur (Azwar, 2009). Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan
memiliki pengukuran yang konsisten dari waktu ke waktu. Koefisien
minimum yang dipandang memuaskan untuk reliabilitas tes adalah 0.70
(Supratiknya, 2014).
a. New Sexual Satisfaction Scale (NSSS)
Uji reliabilitas skala ini dilakukan dengan melihat konsistensi
internal (internal reliability) skala melalui koefisien alpha cronbach (α),
yaitu sebesar 0.980 (n = 281). Sebelumnya konsistensi internal skala
juga pernah diukur dan didapat koefisien alpha cronbach (α) sebesar
0.94–0.96
(Stulhofer,
Busko,
&
Brouillard,
2010).
Hasil
ini
menunjukkan skala NSSS memiliki reliabilitas yang baik secara internal.
Skala NSSS ini juga pernah diuji dengan teknik test-retest reliability
selama 4 minggu pada 219 murid di Kroasia. Hasil korelasi test-retest
reliability adalah 0.76 yang dapat dikategorikan dalam reliabilitas baik
(Stulhofer, Busko, & Brouillard, 2010).
b. Social Support Scale Questionnaire 6 item (SSQ6)
Uji reliabilitas SSQ6 dilakukan dengan melihat konsistensi internal
(internal reliability) skala melalui koefisien alpha cronbach (α) dengan
hasil 0.903. Sebelumnya juga pernah diukur pada 3 kelompok sampel
penelitian mahasiswa Universitas Washington (Sarason, Sarason,
Shearin, & Pierce, 1987). Hasil perhitungan koefisien alpha cronbach
(α) berkisar 0.90–0.93 baik pada SSQN maupun SSQS. Hal ini
menunjukkan bahwa SSQ6 memiliki reliabilitas internal yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sedangkan, test-retest reliability diuji dalam kurun waktu 2 bulan,
hasilnya korelasi test-retest reliability dari SSQ6 adalah 0.78 dan dapat
dikategorikan sebagai reliabilitas yang baik (Sarason, Sarason, &
Shearin, 1986 dalam Parker, 2007).
H. ANALISIS DESKRIPTIF
Data yang telah diperoleh oleh peneliti pada proses pengambilan data,
nantinya akan dideskripsikan terlebih dahulu agar lebih mudah dipahami.
Peneliti akan melakukan deskriptif pada subjek dan data penelitian. Pada subjek
penelitian, peneliti akan mendeskripsikan secara lebih rinci mengenai usia dan
jenis kelamin subjek. Hal tersebut dapat mempermudah pembaca untuk melihat
jumlah sampel penelitian yang diperoleh pada penelitian ini.
Selanjutnya, pada deskripsi data penelitian, peneliti akan membahas
mengenai perbandingan mean teoretis serta mean empiris dari data penelitian
untuk melihat tingkat dukungan sosial pasangan serta kepuasan seksual pada
subjek. Peneliti juga akan membahas mengenai persentase tingkat kepuasan
seksual dan dukungan sosial pasangan yang dimiliki oleh subjek penelitian.
Persentase akan dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.
Persentase tingkat kepuasan seksual dan dukungan sosial pasangan akan
dihitung berdasarkan nilai persebaran data kelompok.
Nilai persebaran data kelompok pada kepuasan seksual ditentukan melalui
rumus
𝑥
𝑎ℎ 𝑒
. Dimana skor merupakan rentang pilihan jawaban
“cukup puas” dengan skor 3, dan jumlah item merupakan jumlah item pada skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
NSSS. Diasumsikan bahwa reponden yang mengalami kepuasan seksual akan
cenderung memilih rentang skor “cukup puas” (3) sampai “amat sangat puas”
(5). Diperoleh nilai persebaran data kelompok pada kepuasan seksual sebesar
60. Sementara, nilai persebaran data kelompok pada dukungan sosial pasangan
ditentukan melalui rumus
𝑥
6
𝑎ℎ
. Dimana skor merupakan rentang
pilihan jawaban “sesuai” dengan skor 4, dan jumlah item merupakan jumlah
item pada skala SSQ6 kemudian dirata-ratakan. Diasumsikan bahwa reponden
yang mendapatkan dukungan sosial pasangan baik akan cenderung memilih
rentang skor “sesuai” (4) sampai “sangat sesuai” (5). Diperoleh nilai persebaran
data kelompok pada dukungan sosial pasangan sebesar 5.
I.
METODE ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Residu
Uji normalitas residu dilakukan untuk melihat apakah dalam
model regresi, nilai residu atau variabel penganggu memiliki kontribusi
yang normal (Santoso, 2014). Syarat penggunaan statistik parametris
dengan metode analisis regresi adalah data persebaran residu pada data
penelitian yang akan dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono,
2012). Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan teknik
statistik Kolmogorov-Smirnov. Residu dikatakan normal jika memiliki
nilai p > 0.1 (Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah persebaran data
mengikuti garis lurus atau tidak (Santoso, 2010). Data dikatakan linear
jika memiliki nilai p < 0.05. Jika mengikuti garis lurus, maka kuantitas
suatu variabel akan meningkat dan menurun bersamaan dengan variabel
lain secara linear.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pengamatan ke
pengamatan lain (Santoso, 2014). Model regresi dikatakan baik jika
memiliki homoskesdastisitas, yaitu jika varian dari residual pengamatan
ke pengamatan lain tetap (Santoso, 2014)
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi sederhana. Perhitungan analisis data pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 21.0. Analisis
regresi memungkinkan peneliti memperoleh prediksi secara keseluruhan
pada variabel dependen. Selain itu juga mampu melihat arah serta kuatnya
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Adapun
tahapan yang peneliti gunakan untuk memprediksi serta melihat hubungan
antar variabel adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a. Melakukan regresi sederhana pada variabel dukungan sosial pasangan
terhadap kepuasan seksual
Dukungan sosial
pasangan
Kepuasan seksual
b. Membaca tabel standardized coefficients untuk melihat besarnya
kekuatan dan arah hubungan antara variabel dukungan sosial pasangan
dan kepuasan seksual
Dukungan sosial
pasangan
Kepuasan seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN PENELITIAN
Pada penelitian ini penelti menggunakan skala yang di adaptasi ke dalam
bahasa Indonesia. Pada proses adaptasi skala peneliti menggunakan metode
translation. Proses translation dimulai dengan menerjemahkan skala asli ke
dalam Bahasa Indonesia. Proses ini dilakukan melalui proses diskusi antara
peneliti, rekan peneliti lain serta dosen pembimbing sebagai professional
judgement. Dilanjutkan dengan proses screening yang dilakukan oleh peneliti
bersama dengan rekan-rekan peneliti, dosen pembimbing dan beberapa orang
yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Proses ini dilakukan untuk
menghindari adanya penggunaan bahasa yang sulit dimengerti serta dipahami
oleh orang awam. Selain itu, proses ini juga dilakukan untuk menghindari
adanya kesalahan penulisan atau kesalahan teknis lainnya. Setelah skala
dianggap layak untuk digunakan, peneliti dan rekan peneliti lain memperbanyak
skala untuk dibawa ke beberapa instansi dan institusi di Kota Yogyakarta.
Selanjutnya, pada persiapan tahap kedua sebelum mulai menyebar skala
peneliti mengurus surat izin kepada pihak berwenang di daerah Yogyakarta.
Surat izin ini nantinya akan peneliti gunakan untuk menyebarkan skala pada
kecamatan-kecamatan dan beberapa sekolah yang ada di Kota Yogyakarta.
Selain membuat surat izin, peneliti juga mempersiapkan proposal rancangan
penelitian yang akan digunakan untuk menyebar angket pada beberapa
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
perusahaan yang ada di daerah Yogyakarta. Kemudian, peneliti menyiapkan
kotak yang akan digunakan untuk mengumpulkan angket setelah diisi oleh
subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar kerahasiaan data subjek dapat terjamin.
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian payung yang dilakukan oleh
beberapa rekan peneliti serta dosen yang memiliki ketertarikan yang sama di
bidang Psikologi Klinis. Maka dari itu, proses pengambilan data dilakukan
bersama dengan rekan-rekan peneliti yang lain. Pada pelaksanaan penelitian,
peneliti serta rekan-rekan yang lain membagi proses pelaksanaan penelitian ke
dalam dua tahap pengambilan data.
Pada tahap pertama, pengambilan data dilakukan pada akhir bulan
September hingga Desember tahun 2016. Pada tahap pertama ini peneliti
menyebarkan angket di seluruh kecamatan, SD, SMP dan SMA serta beberapa
instansi yang bergerak pada bidang usaha yang berbeda-beda di daerah
Yogyakarta dan sekitarnya, seperti perhotelan, bank, kuliner, dan automotif.
Peneliti menyebarkan angket skala ke berbagai bidang pekerjaan, agar peneliti
mendapatkan subjek yang representatif. Selanjutnya, pada tahap kedua
pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2017. Pada tahap ini
peneliti menyebarkan angket di beberapa SD, SMP dan SMA serta beberapa
instansi swasta di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
C. DESKRIPSI PENELITIAN
1.
Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah individu dewasa yang berusia 20
tahun hingga 65 tahun keatas berada dalam ikatan pernikahan dan aktif
secara seksual. Subjek merupakan orang-orang yang bekerja pada beberapa
instansi dan institusi negeri maupun swasta yang ada di Kota Yogyakarta
dan sekitarnya. Peneliti berhasil mendapatkan 670 respon subjek dari angket
yang berhasil disebarkan dan telah kembali. Akan tetapi, dari total respon
yang didapatkan, subjek penelitian yang dapat digunakan pada penelitian ini
berjumlah 281 respon subjek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti banyaknya subjek yang mengembalikan angket, namun tidak
bersedia mengisi angket serta adanya item-item skala yang tidak diisi atau
terlewat oleh subjek. Berikut adalah gambaran subjek secara umum.
Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
Persentase
(%)
131
150
281
46.62
53.38
100
Berdasarkan tabel data di atas terdapat 131 respon subjek laki-laki dari
total keseluruhan respon subjek yang peneliti dapatkan. Sementara itu,
jumlah respon subjek perempuan dari total respon berjumlah 150 respon.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa presentase jumlah total respon subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
wanita sedikit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah total respon subjek
pria.
Tabel 4.2
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Rentang Usia
Rentang Usia
20 – 29 tahun
30 – 39 tahun
40 – 49 tahun
50 – 59 tahun
60 – 69 tahun
TD
Total
*Tidak Diketahui
Jumlah
Persentase
(%)
27
68
85
86
4
11
281
9.61
24.20
30.25
30.60
1.42
3.91
100
Di sisi lain, jika dilihat dari jarak rentang usianya, usia yang paling
muda pada respon subjek penelitian adalah 22 tahun, sedangkan yang paling
tua adalah respon subjek yang berusia 68 tahun. Respon subjek pada
penelitian ini didominasi oleh subjek dengan rentang usia 50 hingga 59
tahun dengan presentase 30.60% serta rentang usia 40 hingga 49 tahun
dengan presentase 30.25% dari total jumlah respon subjek. Kemudian,
terdapat subjek dengan rentang usia 30 hingga 39 tahun dengan persentase
24.20% dan rentang usia 20 hingga 29 tahun sebesar 9.61% dari total
jumlah respon subjek. Sedangkan, subjek dengan persentase terkecil adalah
subjek dengan rentang usia 60 hingga 69 tahun dengan persentase 3.54%.
Sementara itu juga terdapat subjek dengan rentang usia yang tidak
teridentifikasi sebesar 3.91%. Hal ini dikarenakan subjek yang tidak
bersedia mengisi bagian lembar identitas sehingga usia subjek tidak dapat
diidentifikasi oleh peneliti. Berikut ini adalah deskripsi rentang usia subjek
penelitian yang berhasil diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2.
Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan data yang telah peneliti dapatkan, peneliti akan
membandingkan antara nilai rata-rata (mean) teoretis dengan nilai rata-tata
(mean) empiris dari seluruh respons data penelitian yang berhasil diperoleh.
Tabel 4.3
Deskripsi Rata-rata Data Penelitian
N
Kepuasan
Seksual
Dukungan
Sosial
Pasangan
Teoretis
Empiris
Min
Max
Mean
Min
Max
Mean
Sig.
281
20
100
60
36
100
71.91
0.000
281
6
30
18
1.50
5
25.21
0.000
Berdasarkan paparan data di atas, diketahui bahwa mean teoretis dari
variabel kepuasan seksual adalah 60, sementara mean empiris yang didapat
sebesar 71.91. Diperoleh hasil mean empiris yang lebih besar jika
dibandingkan dengan mean teoretisnya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
dalam penelitian ini memiliki kepuasan seksual yang tergolong tinggi.
Sedangkan, pada variabel dukungan sosial pasangan diperoleh mean
teoretis sebesar 18, sementara mean empiris yang dihasilkan sebesar 25.21.
Pada variabel dukungan sosial pasangan juga tampak bahwa mean empiris
lebih besar dibandingkan dengan mean teoretis. Maka dapat dikatakan
bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dukungan sosial pasangan yang
tinggi.
Peneliti juga melakukan uji-t untuk melihat taraf signifikansi dari
perbedaan mean teoretis dan mean empiris. Melalui hasil uji-t yang telah
dilakukan, didapatkan hasil perbedaan nilai mean teoretis dan mean empiris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
yang signifikan, dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 untuk variabel
kepuasan seksual dan variabel dukungan sosial pasangan.
Tabel 4.4
Deskripsi Persentase Tingkat Kepuasan Seksual dan Dukungan Sosial
Pasangan
Variabel
N
Kepuasan
281
Seksual
Dukungan
281
Sosial Pasangan
*nilai persebaran data
Kategori
Ketentuan
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
x > 60*
x < 60*
x > 4*
x < 4*
246
35
221
60
87.54
12.46
78.65
21.35
Berdasarkan data persentase diperoleh persentase subjek penelitian
yang memiliki kepuasan seksual tinggi sebesar 87.54%, sementara sisanya
12.46% termasuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
subjek penelitian memiliki tingkat kepuasan seksual yang tergolong tinggi.
Sementara, persentase dukungan sosial pasangan pada subjek yang
memiliki dukungan sosial pasangan tinggi sebesar 78.65%, sedangkan
21.35% sisanya termasuk kategori rendah. Pada variabel dukungan sosial
pasangan juga tampak bahwa persentase subjek penelitian dengan kategori
tinggi lebih besar dibandingkan dengan subjek penelitian dengan kategori
rendah. Maka dapat dikatakan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki
dukungan sosial pasangan yang tinggi.
D. ANALISIS DATA PENEITIAN
Seluruh data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan program
SPSS for Windows versi 21.0. Sebelum menguji hipotesis yang telah disusun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
terlebih dahulu peneliti melakukan serangkaian uji asumsi. Uji asumsi yang akan
dilakukan pada penelitian ini, meliputi uji normalitas residu, uji linearitas data,
serta uji homokedastisitas.
1.
Uji Asumsi
Uji asumsi ini dilakukan untuk melihat seberapa baik hasil penelitian
mampu menggambarkan kesesuaian hasil pengolahan data dengan keadaan
yang ada.
a.
Uji Normalitas Residu
Uji normalitas residu peneliti gunakan, karena metode uji
hipotesis yang peneliti gunakan adalah metode analisis regresi. Hal ini
dikarenakan dalam uji regresi yang perlu diperhatikan adalah normalitas
dari persebaran variabel pengganggu atau residual (Santoso, 2010). Uji
normalitas residu dilakukan pada variabel dukungan sosial pasangan
terhadap kepuasan seksual melalui analisis statistik KolmogorovSmirnov.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Residu
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
*Asym. Sig. (2-tailed)
Statistic
df
0.48
281
Sig.
0.200
Melalui tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi dengan
uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.200. Persebaran data residu
dikatakan normal bila nilai signifikansi p > 0.1 (Santoso, 2010). Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tersebut menunjukkan bahwa persebaran variabel pengganggu atau
residual pada data dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual
terdistribusi secara normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat peningkatan atau
penurunan kuantitas suatu variabel akan diikuti secara linear oleh
variabel lain (Santoso, 2010). Uji linearitas pada penlitian ini dilakukan
dengan metode analisis test for linearity. Hubungan suatu variabel dapat
dikatakan linear apabila nilai P < 0.05. Berdasarkan hasil uji linearitas
yang telah dilakukan didapatkan niai p = 0.000. Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan antar variabel dependen dan variabel independen
bersifat linear (p < 0.05).
Tabel 4.6
Uji Linearitas
ANOVA Table
F
Dukungan Sosial
Pasangan – Kepuasan
Seksual
c.
117.047
Sig.
Keterangan
0.000
Linear
Uji Heterokedastisitas
Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak terjadi
heterokedastisitas
pada
data
atau
disebut
homokedastisitas.
Homokedastisitas terjadi jika varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
metode analisis dengan uji Glejser untuk melihat persebaran data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 4.7
Uji Glejser Heterokedastisitas
Coefficients
Dukungan Sosial Pasangan –
Kepuasan Seksual
Sig.
Keterangan
0.109
Signifikan
Dari hasil uji Glejser yang telah dilakukan, didapatkan nilai
koefisien signifikansi sebesar 0.109 (p > 0.05). Hal ini menandakan
bahwa variasi residu pada variabel dependen mengikuti setiap nilai dari
variabel independen dan tidak terjadi heterokedastisitas pada data.
Maka dapat dikatakan penelitian ini memenuhi uji heterokedastisitas
dengan memiliki data yang homokedastisitas.
Berdasarkan seluruh uji asumsi yang telah dilakukan, data penelitian
ini telah memenuhi keseluruhan uji asumsi. Adapun keseluruhan uji asumsi
yang telah berhasil dipenuhi, yaitu memiliki distribusi residu yang normal,
memiliki kecenderungan homokedastisitas, serta data bersifat linear. Maka
pengujian statistik parametrik dengan metode regresi linear sederhana dapat
dilakukan.
2. Uji Hipotesis
Setelah melakukan ujii asumsi, selanjutnya peneliti akan melakukan
pengujian terhadap hipotesis yang telah peneliti rancang sebelumnya.
Hipotesis mayor dari penelitian ini yaitu dukungan sosial pasangan
merupakan prediktor yang signifikan pada kepuasan seksual. Sedangkan,
hipotesis minornya adalah terdapat hubungan yang positif antara dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
sosial pasangan dan kepuasan seksual. Berikut adalah hasil uji serta
pembahasan dari hipotesis mayor dan minor:
Hipotesis mayor: Dukungan sosial pasangan merupakan prediktor yang
signifikan pada kepuasan seksual
Tabel 4.8
Nilai Koefisien Determinansi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
a
1
.544
.296
.039
a. Predictors: (Constant), Dukungan Sosial
b. Dependent Variable: Kepuasan Seksual
Std. Error of the
Estimate
11.172
Tabel di atas merupakan hasil uji regresi antara variabel dukungan
sosial pasangan terhadap variabel kepuasan seksual. Berdasarkan data di
atas, didapatkan nilai koefisien determinansi (R2) sebesar 0.296. Hasil ini
menunjukkan bahwa dukungan sosial pasangan mampu memprediksi
kepuasan seksual individu sebesar 29.6%, sementara 70.4% sisanya
diprediksi oleh variabel lain. Dapat dikatakan bahwa dukungan sosial
pasangan cukup mampu memprediksi tingkat kepuasan seksual indvidu.
Tabel 4.9
Nilai Standardized Coefficients
Model
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
23.100
4.552
(Constant)
1
Dukungan Sosial
11.616
1.072
Pasangan
a. Dependent Variable: Kepuasan Seksual
.544
t
5.075
Sig.
.000
10.841 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh rumus persamaan regresi Y =
23.100 + 11.616X dengan nilai Sig. sebesar 0.000 (p < 0.05). Dimana Y
adalah kepuasan seksual dan X adalah dukungan sosial pasangan. Melalui
uji regresi ini juga didapatkan koefisien regresi sebesar 11.616. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap penambahan satu nilai pada dukungan sosial
pasangan dapat meningkatkan nilai kepuasan seksual sebesar 11.616 dan
berlaku juga sebaliknya.
Hipotesis minor: Terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial
pasangan dan kepuasan seksual
Melalui tabel 4.7 di atas juga dapat diketahui nilai korelasi (r) antara
variabel dukungan sosial pasangan dan kepuasan seksual dengan melihat
nilai standardized coefficients (β) sebesar 0.544 dengan Sig. sebesar 0.000
(p < 0.05). Dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial pasangan
memiliki korelasi yang kuat dan searah dengan kepuasan seksual. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi dukungan sosial pasangan yang diterima oleh
individu, akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan seksual yang dirasakan
individu. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial pasangan yang
dimiliki oleh individu, akan semakin rendah pula tingkat kepuasan seksual
individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah dukungan sosial pasangan
merupakan prediktor yang signifikan dari kepuasan seksual individu. Selain itu,
peneliti juga bermaksud untuk melihat seberapa erat hubungan antara dukungan
sosial pasangan dan kepuasan seksual. Untuk itu peneliti menggunakan bantuan
program Windows SPSS versi 21.0 dalam melakukan uji statistik dengan metode
analisis regresi linear sederhana.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui bahwa hipotesis mayor yang
disusun oleh peneliti diterima. Ditemukan bahwa dukungan sosial pasangan
merupakan prediktor yang signifikan dari kepuasan seksual. Berdasarkan hasil
olah data diperoleh koefisien regresi melalui nilai R square sebesar 0.296. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial pasangan mampu memprediksi
kepuasan seksual individu sebesar 29.6%, sedangkan 70.4% sisanya diprediksi
oleh variabel lain. Maka dapat diasumsikan dukungan sosial pasangan cukup
mampu memprediksi kepuasan seksual individu.
Selain itu, hasil pada penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis
minor pada penelitian ini diterima. Hal tersebut tampak dari nilai standardized
coeffisients (β) yang didapat antara variabel dukungan sosial pasangan, yaitu
sebesar 0.544 dengan nilai Sig. 0.000 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan
adanya hubungan yang erat dan searah antara dukungan sosial pasangan dan
kepuasan seksual. Artinya, semakin tinggi dukungan sosial pasangan yang
diterima, maka semakin tinggi tingkat kepuasan seksual individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, temuan pada
penelitian ini mendukung beberapa teori. Salah satunya, hasil penelitian ini
mendukung teori yang diungkapkan oleh Byers (1999), bahwa kepuasan seksual
tidak hanya sekadar didapatkan melalui kepuasan fisik. Dimana kepuasan fisik
tersebut didapat melalui aktivitas seksual. Selain itu, penelitian ini juga
mendukung teori yang dikemukakan oleh Basson, Brotto, Laan, Redmond, dan
Utian (2005) bahwa kepuasan seksual tidak hanya diperoleh melalui aktivitas
seksual saja.
Hal tersebut mengungkapkan bahwa kepuasan seksual tidak hanya dapat
diindikasikan oleh variabel-variabel yang berhubungan dengan seksual saja,
tetapi juga dapat diindikasikan oleh variabel-variabel non-seksual. Pada
penelitian ini ditemukan bahwa dukungan sosial pasangan mampu memrediksi
kepuasan seksual sebesar 29.6%. Hasil tersebut sedikit lebih besar jika
dibandingkan dengan temuan Oksoo dan Jeon (2013) bahwa kepuasan seksual
mampu diprediksi oleh frekuensi berhubungan seksual sebesar 21% pada lakilaki, sementara pada perempuan mampu diprediksi oleh frekuensi aktivitas
seksual sebesar 11%. Maka dapat dikatakan bahwa variabel non-seksual, yang
dalam hal ini adalah dukungan sosial pasangan juga memiliki hubungan yang
cukup besar serta cukup mampu memprediksi kepuasan seksual individu selain
variabel-variabel seksual, seperti frekuensi berhubungan seksual serta aktivitas
seksual lainnya.
Hasil temuan pada penelitian ini juga mendukung asumsi peneliti yang
telah dipaparkan sebelumnya bahwa dukungan sosial pasangan tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dapat memprediksi kehidupan seksual pada kelompok minoritas, seperti pasien
yang mengidap penyakit kronis saja, tetapi juga kelompok individu pada
umumnya. Penelitian ini memperkaya hasil yang didapatkan oleh penelitian
sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu banyak dilakukan pada kasus klinis
dengan kelompok individu yang mengalami sakit kronis (Blackmore, Hart,
Albiani, & Mohr, 2011; De Ryck, et al., 2012; Luszczynska, Boehmer, Knoll,
Shulz, & Schwarzer, 2007; Sung & Lim, 2009; vanLankveld, Ruiterkamp,
Näring, & de Rooij, 2004).
Pasien yang mengidap penyakit kronis memiliki kondisi stressor yang
berbeda dengan kelompok individu pada umumnya. Stressor tersebut berasal
dari ancaman terhadap kekambuhan, pengalaman untuk berkompromi dengan
kualitas hidup, dan mengalami perubahan terhadap kemampuan untuk
melakukan sesuatu, emosional, dan sosialnya (Luszczynska, Boehmer, Knoll,
Shulz, & Schwarzer, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan pasien dengan
penyakit kronis membutuhkan dukungan sosial pasangan untuk menunjang
kehidupan seksualnya. Sedangkan, pada kelompok individu pada umumnya
dukungan sosial pasangan tidak hanya membantu individu untuk menghadapi
stressor yang berat (Neff & Karney, 2005), tetapi juga berperan penting untuk
meminimalisir konflik pasangan di dalam keluarga (Aycan & Eskin, 2005; Patel,
Beekhan, Paruk, & Ramgoon, 2008) sehingga mampu menunjang kehidupan
seksual individu dengan pasangan.
Ditambah lagi, hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan
penelitian yang dilakukan oleh Ojanlatva, et al. (2005). Pada penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Ojanlatva, et al. (2005) didapatkan hasil bahwa dukungan sosial pasangan
memiliki hubungan yang signifikan terhadap persoalan kehidupan seksual
individu, salah satunya adalah kepuasan individu terhadap kehidupan
seksualnya. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa wanita yang
mendapatkan dukungan sosial pasangan memiliki kecenderungan 1,43kali lipat
lebih puas
terhadap
kehidupan seksualnya, dibandingkan
yang tidak
mendapatkan dukungan sosial pasangan. Sementara, pada laki-laki memiliki
kecenderungan 1,53kali lipat lebih puas terhadap kehidupan seksualnya. Sejalan
dengan hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini, bahwa setiap
penambahan satu nilai dukungan sosial pasangan mampu meningkatkan
kepuasan seksual individu sebesar 0.296 (29.6%) dan berlaku juga sebaliknya.
Hal tersebut membuat semakin tinggi dukungan sosial pasangan yang dimiliki
oleh individu, akan semakin meningkatkan kepuasan individu terhadap
kehidupan seksualnya.
Semakin
meningkatnya
kepuasan
individu
terhadap
kehidupan
seksualnya tersebut, dapat disebabkan oleh hubungan timbal balik yang
dilakukan individu untuk saling mendukung satu sama lain. Hubungan timbal
balik tersebut mengacu pada perilaku saling berbagi satu sama lain (Ojanlatva, et
al., 2005). Ketika pasangan mampu saling berbagi satu sama lain dengan baik,
maka individu akan merasa bahwa pasangannya dapat diandalkan (Sarason,
Levine, Basham, & Sarason, 1983). Perasaan tersebut akan menimbulkan
kehidupan seksual yang harmonis, seimbang, dan stabil (Antonucci, 1985) yang
nantinya mampu menunjang kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Adanya hubungan timbal balik tersebut membuat dukungan sosial pasangan
menjadi salah satu sumber utama dalam kepuasan terhadap kehidupan seksual
individu. Asumsi tersebut diperkuat oleh hasil penelitian ini bahwa dari 51.6%
dari individu yang merasa puas terhadap kehidupan seksualnya mendapatkan
dukungan sosial yang tinggi dari pasangannya (53.38%). Hasil ini juga
mendukung penelitian Ojanlatva et al. (2005) bahwa 63% perempuan serta 57%
laki-laki yang mendapatkan dukungan sosial pasangan yang tinggi mengalami
kepuasan pada kehidupan seksualnya.
Maka dari itu, dukungan sosial pasangan patut diperhatikan sebagai salah
satu faktor yang memiliki pengaruh penting pada kehidupan seksual pasangan.
Jika terjadi ketidakpuasan dalam kehidupan seksual individu maka dapat
berdampak negatif terhadap perkawinan individu. Beberapa risiko yang dapat
terjadi ketika individu tidak puas terhadap kehidupan seksualnya, seperti
meningkatnya ketidaksetiaan pada pasangan (Mark, Janssen, & Milhausen,
2011), menimbulkan tingginya konflik alam relasi (Lewandowski & Schrage,
2010). Tidak hanya itu, ketidakpuasan seksual juga dapat menyebabkan
ketidakstabilan dalam pernikahan dan rendahnya kualitas pernikahan (Yeh,
Lorenz, Conger, & Elder, 2006) hingga menyebabkan perceraian (Amato &
Previti, 2003; White & Booth, 1991).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa partisipan dalam
penelitian ini cenderung memiliki kepuasan seksual yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan survei yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2006
dan 2011. Pada penelitian ini terdapat 87.54% (n = 281) subjek penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dengan tingkat kepuasan seksual yang tinggi serta 78.65% subjek penelitian
dengan tingkat dukungan sosial pasangan yang tergolong tinggi. Selain itu juga
tampak dari mean empiris yang lebih besar, dibandingkan dengan mean teoretis
pada kedua variabel yang menandakan bahwa subjek pada penelitian ini
memiliki tingkat kepuasan seksual dan dukungan sosial pasangan yang tinggi.
Dibandingkan dengan survei kepuasan seksual pada tahun 2006 terdapat 33.9%
individu yang memiliki kepuasan seksual tinggi. Sedangkan, survei pada tahun
2011 individu yang merasa puas terhadap kehidupan seksualnya rata-rata sebesar
30% (n = 200). Pada kedua survei tersebut dikatakan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kepuasan seksual yang
relatif rendah. Dapat dikatakan bahwa individu saat ini relatif merasa puas
terhadap kehidupan seksualnya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
F. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa di dalam penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam pelaksanaan maupun hasil penelitian.
Kekurangan serta keterbatasan tersebut terkait dengan jumlah subjek yang
berpartisipasi pada penelitian ini yang dapat dianggap tidak memenuhi estimasi
sampel. Ditambah lagi, pada penelitian ini terdapat bias pada subjek penelitian
yang cenderung produktif bekerja terutama di bidang formal, sehingga tidak
mampu merepresentasikan individu yang tidak produktif bekerja tetapi masih
produktif secara seksual. Hal tersebut menyebabkan penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan secara luas, sehingga diperlukan penelitian dengan partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dengan jumlah yang lebih banyak dan lebih mencakup populasi yang luas agar
hasil dari penelitian ini dapat digeneralisasikan pada masyarakat umum.
Selain itu, penelitian ini juga dilakukan pada kebudayaan Timur sehingga
tidak dapat digeneralisasikan pada masyarakat dengan kebudayaan Barat. Hal
tersebut disebabkan oleh karakteristik serta motivasi individu yang berbeda
dalam menggunakan dukungan sosial pasangan.
Di sisi lain, pada penelitian ini tidak diketahui secara jelas jenis
dukungan sosial pasangan yang memiliki pengaruh paling signifikan pada
kepuasan individu terhadap kehidupan seksualnya. Oleh karena itu peneliti
merasa dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam dengan melibatkan metode
penelitian kualitatif untuk melihat jenis dukungan sosial pasangan yang lebih
berpengaruh pada kehidupan seksual individu dengan pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan uji hipotesis dan pembahasan, peneliti dapat menarik
beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut antara lain:
1.
Hipotesis mayor diterima, dukungan sosial pasangan memiliki sumbangan
efektif yang signifikan terhadap kepuasan seksual individu.
2.
Hipotesis minor diterima, dukungan sosial pasangan memiliki korelasi yang
positif dan signifikan terhadap kepuasan seksual individu.
Berarti tingginya dukungan sosial pasangan akan diikuti dengan kepuasan
seksual individu yang tinggi. Sebaliknya, dukungan sosial pasangan yang rendah
akan diikuti dengan kepuasan seksual individu yang rendah.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, peneliti bermaksud untuk
memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi subjek
penelitian, bagi praktisi, maupun bagi peneliti selanjutnya. Saran-saran yang
dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Pasangan Suami-Istri
Pasangan merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang tidak
dapat digantikan oleh sumber dukungan sosial lainnya. Maka dari itu,
mengembangkan dukungan sosial pasangan sangat dibutuhkan untuk
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
berlangsungnya keharmonisan, kestabilan, serta keseimbangan kehidupan
pernikahan, termasuk keberlangsungan kehidupan seksual pasangan.
Mengembangkan dukungan sosial pasangan dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan perilaku saling berbagi, saling menerima dan mampu
berkompromi satu sama lain, sehingga pasangan (suami-istri) mampu saling
melengkapi kebutuhan satu sama lain baik secara emosional maupun
seksual mendapatkan kepuasan dalam kehidupan seksual.
2.
Bagi Praktisi Psikologi
Kepuasan dalam kehidupan seksual telah terbukti tidak hanya dapat
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat seksual saja, namun juga dapat
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat non-seksual di dalam relasi pasangan
suami-istri. Untuk itu, penting bagi praktisi untuk mengelaborasi
permasalahan yang dialami oleh klien mengenai permasalah yang dialami
terkait penyebab permasalahan seksual yang terjadi di dalam pernikahan
klien. Hal ini penting untuk dipertimbangkan sebelum praktisi nantinya
memberikan saran, intervensi, maupun membuat program terapi kepada
klien yang mengalami permasalahan dalam kehidupan seksual dengan
pasangannya.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Banyaknya kekurangan di dalam penelitian ini, membuat peneliti
selanjutnya perlu memperhatikan beberapa hal jika ingin melakukan
penelitian dengan topik yang sama. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih
mampu meningkatkan jumlah subjek penelitian dan memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
populasi untuk pengambilan data. Peneliti menyarankan peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian pada daerah yang lebih terbuka dengan hal-hal
yang menyangkut seksual, sehingga sampel data yang diperoleh dapat lebih
merepresentasikan populasi yang akan dilihat. Peneliti selanjutnya juga
dapat mencari perbedaan tingkat kepuasan seksual yang dimiliki oleh
individu dewasa awal, akhir dan madya.
Selain itu, peneliti juga menyarankan peneliti selanjutnya untuk
memperdalam pengetahuan mengenai topik penelitian ini agar mampu
mengetahui jenis-jenis dukungan sosial pasangan yang memiliki pengaruh
lebih pada kehidupan seksual pasangan dengan jenis penelitian kualitatif.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menemukan variasi variabel
lainnya yang dapat dikaitkan dengan dukungan sosial pasangan dan
kepuasan seksual individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Akkuş, Y., Nakas, D., & Kalyoncu, U. (2010). Factors affecting the sexual
satisfaction of patients with rheumatoid arthritis and ankylosing spondylitis.
Sexuality and Disability, 28, 223-232.
Allen, E. S., Rhoades, G. K., Stanley, S. M., Markman, H. J., Williams, T., Melton,
J., et al. (2008). Premarital precursors of marital infidelity. Family Process,
47(2), 243-259.
Althof, S. E., Buvat, J., Gutkin, S. W., Belger, M., Stothard, D. R., & Fugl-Meyer, A.
R. (2010). Sexual satisfaction in men with erectile dysfunction: Correlates
and potential predictors. Journal of Sexual Medicine, 7(1), 203-215.
Amato, P. R., & Previti, D. (2003). People’s reasons for divorcing: Gender, social
class, the life course, and adjustment. Journal of Familly Issues, 24(5), 602626.
Amri, E. (1997). Perkembangan teori pertukaran, struktural fungsional dan ekologi
budaya: Implementasi dan sumbangannya dalam studi antropologi budaya.
Padang, Indonesia: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Antonucci, T. C. (1985). Social support: theoritical advances, recent findings and
pressing issues. Dalam I. Sarason, & B. Sarason (eds), Social support:
Theory, research and applications (pp. 21-37). Dordrecht: Martinus Nijhoff
Publishers.
Antonucci, T. C., & Akiyama, H. (1987). An examination of sex differences in social
support among oldermen and women. Sex Roles, 17(11/12), 737-749.
Ashdown, B. K., Hackathorn, J., & Clark, E. M. (2011). In and out of the bedroom:
sexual satisfaction in the marital relationship. Journal of Integrated Social
Sciences, 2(1), 40-57.
Aumer, K. (2014). The influence of culture and gender on sexual self-schemas and
satisfaction in romantic relationships. Sexual and Relationship Therapy,
29(3), 280-292.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Avianti, H. P., & Hendrati, F. (2011, Agustus). Pengaruh keterbukaan komunikasi
seksual suami istri mengenai hubungan seksual terhadap kepuasan seksual
istri. Jurnal Psikologi, 6(2), 453-464.
Aycan, Z., & Eskin, M. (2005). Relative contributions of childcare, spousal support,
and organizational support in reducingwork–family conflict for men
andwomen: The case of Turkey. Sex Roles, 53(7/8), 453-471.
Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi edisi 12. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basson, R., Brotto, L. A., Laan, E., Redmond, G., & Utian, W. H. (2005). Assesment
and managemant of women's sexual dysfunctions: Problematic desire and
arousal. Journal of Sexual Medicine, 2(3), 291-300.
Barrientos, J. E., & Paez, D. (2006). Psychosocial variables of sexual satisfaction in
chile. Journal of Sex & Marital Therapy, 32(5), 351-368.
Berk, L. E. (2007). Development Through Lifespan 4th Edition. Boston: Pearson
Education Inc.
Bhavsar, V., & Bhurga, D. (2013). Cultural factors and sexual dysfunction in clinical
practice. Advance in psychiatric treatment, 19, 144-152.
Bishop, G. D. (1994). Health Psychology : Integrating Mind and Body. Allyn and
Bacon: Boston.
Blackmore, D. E., Hart, S. L., Albiani, J. J., & Mohr, D. C. (2011). Improvements in
partner support predict sexual satisfaction among individuals with multiple
sclerosis. Rehabil Psychol, 56(2), 117-122.
Brock, R. L., O'Hara, M. W., Hart, K. J., McCabe, J. E., Wiliamson, J. A., Laplante,
D. P., et al. (2014). Partner support and maternal depression in the context of
the iowa floods. Journal of Family Psychology, 28(6), 1-12.
Byers, S. E. (1999). The interpersonal exchange model of sexual satisfaction:
Implications for sex therapy with couples. Canadian Journal of Counselling,
32(2), 95-111.
Chen, J. M., Kim, H. S., Mojaverian, T., & Morling, B. (2012). Culture and social
support provision: Who gives what and why. Personality and Social
Psychology Bulletin, 38(1), 3-13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Coyne, J. C., & DeLongis, A. (1986). Going beyond social support: The role of
social relationship in adaptation. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 54(4), 454-460.
Davidson, J. K., Darling, C. A., & Norton, L. (1995). Religiosity and the sexuality of
women: Sexual behavior and sexual satisfaction revisited. The Journal of Sex
Research, 32(3), 235-243.
De Graaf, H., Vanwesenbeeck, I., & Meijer, S. (2014). Educational differences in
adolescents’ sexual health: A pervasive phenomenon in a national Dutch
sample. The Journal of Sex Research, 0(0), 1-11.
De Ryck, I., Van Laeken, D., Nöstlinger, C., Platteau, T., Colebunders, L. R., &
Melisaratos, N. (2012). Sexual satisfaction among men living with hiv in
europe. AIDS and Behavior, 16(1), 225-230.
Dolinska-Zygmunt, G., & Nomejko, A. (2011). Sexual satisfaction's contribution to a
sense of quality of life in early adulthood. Polish Journal of Applied
Psychology, 9(1), 65-73.
Dundon, C. M., & Rellini, A. H. (2010). More than sexual function: Predictors of
sexual satisfaction in a sample of women age 40-70. The Journal of Sexual
Medicine, 7(2pt2), 896-904.
During, A. (2014). Sexual satisfation within marriage: The role of religion (Skripsi).
Universiteit
Utrecht,
Utrecht,
Netherlands.
Diunduh
dari
https://dspace.library.uu.nl/bitstream/handle/1874/296302/
Erikson, Erik H. 1989. Identitas dan siklus hidup manusia. Terjemahan. Jakarta:
Gramedia.
Gardner, K. A., & Cutrona, C. E. (2004). Social support communication in families.
In A. L. Vangelisti, Handbook of Family Communication (pp. 495-512).
Mahwah, Nj: Erlbaum & Associates.
Heiman, J. R., Long, J. S., Smith, S. N., Fisher, W. A., Sand, M. S., & Rosen, R. C.
(2011). Sexual satisfaction and relationship happiness in midlife and older
couples in five countries. Archives of Sexual Behavior, 40(4), 741-753.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Heizman, C. A., & Kaplan, R. M. (1988). Assesment of methods for measuring
social support. Health Psychology, 7(1), 75-109.
Henderson, A. W., Lehavot, K., & Simoni, J. M. (2009). Ecological models of sexual
satisfaction among lesbian/bisexual and heterosexual women. Archives of
Sexual Behavior, 38(1),50–65.
Higgins, J. A., Trussel, J., Moore, N. B., & Davidson, J. K. (2010). Virginity lost,
satisfaction gained? Physiological and psychological sexual satisfaction at
heterosexual debut. Journal of Sex Research, 47(4), 384-394.
Holt, L. (2015). Female Sexual Satisfaction and Sexual Identity (Disertasi Doktoral).
Indian University, Bloomington, Indiana. Diunduh dari http://proquest.com/
Ji, J., & Norling, A. M. (2004). Sexual satisfaction of married urban Chinese.
Journal of Developing Societies, 20(1-2), 21-38.
Jung, J. (1990). The role of reciprocity in social support. Basic and Applied Social
Psychology, 11(3), 243-253.
Khatimah, U. K. (2013). Hubungan seksual suami-istri delam perspektif gender dan
hukum islam. Ahkam, 13(2), 235246.
Kim, H. S., Sherman, D. K., Ko, D., & Taylor, S. E. (2006). Pursuit of comfort and
pursuit of harmony: Culture, relationships, and social support seeking.
Personality and Social Psychology Bulletin, 32(12), 518-526.
Kim, H. S., Sherman, D. K., & Taylor, S. E. (2008). Culture and social support.
American Psychologist, 63(6), 518-526.
King, L. A. (2012). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif . Salemba
Humanika.
King, R., Marumo, K., Paick, J.-S., Zhang, K., Shah, R., Pangkahila, W., et al.
(2011). Satisfaction with sex and erection hardness: Results of the asiapacific sexual health and overall wellness survey. International Journal of
Impatence Research, 23, 135-141.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kleiboer, A., Kuijer, R., Hox, J., Jongen, P., Frequin, S., & Bensing, J. (2007). Daily
negative interactions and mood among patients and partners dealing with
multiple sclerosis (MS): The moderating effects of emotional support. Social
Science & Medicine, 64, 389-400.
Lawrance, K., & Byers, E. S. (1995). Sexual satisfaction in long-term heterosexual
relationships: The interpersonal exchange model of sexual satisfaction.
Personal Relationships, 2(4), 267-285.
Ledbetter, C. D. (2013). Partner support in pregnancy: Can prenatal and postpartum
couples therapy reduce postpartum pathology and strengthen motheroffspring attachment? Ideas and Research You Can Use: VISTAS(48), 1-10.
Lemme, B. H. (1995). Development in Adulthood. Boston: Allyn & Bacon.
Lewandowski, K., & Schrage, T. (2010). A Comparison of relationship satisfaction
and sexual satisfaction in short-term and long-term relationship. Journal of
Undergraduate Research XIII.
Luszczynska, A., Boehmer, S., Knoll, N., Shulz, U., & Schwarzer, R. (2007).
Emotional support for men andwomen with cancer: Do patients receive what
their partners provide? International Journal of Behavioral Medicine, 14(3),
156-163.
L'Engle, K., Brown, J. D., & Kenneavy, K. (2006). The mass media are an important
context for adolescents’ sexual behavior. Journal of Adolescent Health,
38(3), 186-192.
Mark, K. P., Herbenick, D., Fortenberry, D. J., Sanders, S., & Reece, M. (2013). A
psychometric comparison of three scales and a single-item measure to assess
sexual satisfaction. Journal of Sex Research, 0(0), 1-11.
Mark, K. P., Janssen, E., & Milhausen, R. R. (2011). Infidelity in heterosexual
couples: demographic, interpersonal, and personality-related predictors of
extradyadic sex. Journal of Archives Sexual Behavior, 40(5), 971-82.
Markus, H. R., & Kitayama, S. (1991). Culture and the self: Implications for
cognition, emotion, and motivation. Psychological Review, 98(2), 224-253.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
MacNeil, S., & Byers, E. S. (2009). Role of sexual self-disclosure in the sexual
satisfaction of long-term heterosexual couples. Journal of Sex Research,
46(1), 3-14.
McCall-Hosenfeld, J. S., Freund, K. M., Legault, C., Jaramillo, S. A., Cochrane, B.
B., Manson, J. E., et al. (2008). Sexual satisfaction and cardiovascular
disease: The women’s health initiative. American Journal of Medicine, 121,
295-301.
Mendes, A. K., Cardoso, F. L., & & Savall, A. C. (2008). Sexual satisfaction in
people with spinal cord injury. Sexuality and Disability, 26, 137-147.
Neff, L. A., & Karney, B. R. (2005). Gender differences in social support: A
question of skill or responsiveness? Journal of Personality and Social
Psychology, 88(1), 79-90.
Nesbitt, J. (2014). The relationship between physical activity and sexual satisfaction
among wheelchair users (Disertasi Doktoral). University of Kansas, Kansas,
USA. Diunduh dari https://kuscholarworks.ku.edu.
Offman, A., & Matheson, K. (2005). Sexual compatibility and sexual functioning in
intimate relationships. The Canadian Journal of Human Sexuality, 14(1-2),
31-39.
Ojanlatva, A., Rautava, P., Helenius, H., Korkeila, K., Sundell, J., Kivimaki, M.,
Vahtera, J., Makinan, J., Koskenvuo, M. (2005). Associations of social
support and sex life: The HeSSup Study. Journal of Patient Education and
Counseling, 1-11.
Oksoo, K., & Jeon, H. O. (2013). Gender differences in factors influencing sexual
satisfaction in korean older adults. Journal Archives of Gerontology and
Geriatrics, 321-326.
Okun, M. A., & Keith, V. M. (1998). Effects of positive and negative social
exchanges with various sources on depressive symptoms in younger and
older adults. Journal of Gerontology: Psychology Sciences, 53B(1), 4-20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Patel, C., Beekhan, A., Paruk, Z., & Ramgoon, S. (2008). Work-family conflict, job
satisfaction and spousal support: An explatory study of nurses' experience.
Curationis, 31(1), 38-44.
Parker, B. (2007). The relation between hostility and social support: Investigating
potential mediation or moderation by trait forgiveness, attributional style,
and trait empathy (Disertasi Doktoral). West Virginia University,
Morgantown, USA. Diunduh dari http://proquest.com
Rahmadita, I. (2013). Hubungan antara konflik peran ganda dan dukungan sosial
pasangan dengan motivasi kerja pada karyawati di rumah sakit abdul rivaiberau. eJournal Psikologi, 1(1), 58-68.
Regina, P. J., & Malinton, P. K. (2001). Hubungan antara depresi postpartum dengan
kepuasan seksual pada ibu pripara. Indonesian Psychology Journal, 16(3),
300-314.
Rubin, H., & Campbell, L. (2012). Day-to-day changes in intimacy predict
heightened relationship passion, sexual occurrence, and sexual satisfaction: A
dyadic diary analysis. Social Psychological and Personality Science, 3(2),
224-231.
Sánchez-Fuentesa, M. d., Santos-Iglesiasb, P., & Sierraa, J. C. (2013). Theoretical
article: A systematic review of sexual satisfaction. International Journal of
Clinical and Health Psychology, 14, 67−75.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Santoso, S. (2014). Statistik Parametik Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Santrock, John W. 2011. Life-span development, 13rd edition. Universitas of Texas,
Dallas:McGraw-Hill.
Sarafino, E. D. (2008). Health Psychology: biopsychosocial interactions (6th ed.).
USA: John & Wiley Sons, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., & Sarason, B. R. (1983). Assessing
social support: the social support questionnaire. Journal of Personality and
Social Psychology, 44(1), 127-139.
Sarason, I. G., & Sarason, B. R. (1985). Social support: insights from assessment and
experimentation. In I. G. Sarason, & B. R. Sarason (Eds.), Social support:
theory, research and applications (pp. 39-50). Dordrecht: Martinus Nijhoff
Publishers.
Sarason, I. G., Sarason, B. R., Shearin, E. N., & Pierce, G. R. (1987). A brief
measure of social support: practical and theoritical implications. Journal of
Social and Personal Relationships, 4, 497-510.
Scwarzer, R., & Leppin, A. (1991). Social support and health: A theoretical and
empirical overview. Journal of Social and Personal Relationships, 8, 99-127.
Sprecher, S., & Cate, R. M. (2004). Sexual satisfaction and sexual expression as
predictors of relationship satisfaction and stability. In J. H. Harvey, A.
Wenzel, & Sprecher, The Handbook of Sexuality in Close Relationship (pp.
235-256). Mahwah, NJ: Erlbaum.
Sprecher, S., & McKinney, K. (1993). Sexuality. United State of America: Sage
Publications.
Sternberg, R. (2006). A duplex theory of love. Dalam R. J. Sternberg & K. Weis
(Eds.). The New Psychology of Love, 184-199.
Stulhofer, A., Busko, V., & Brouillard, P. (2010). Development and bi-cultural
validation of the new sexual satisfaction scale. Running head: New sexual
satisfaction scale.
Sarason, I. G., Sarason, B. R., & Pierce, G. R. (1990). Social support: The search for
theory. Journal of Social and Clinical Psychology, 9(1), 133-147.
Sensualism.
(2006).
Sensualism.com.
Diunduh
26
November
2016
dari
https://www.sensualism.com/sex/satisfaction.html
Sheppard, L., & Ely, S. (2008). Brest cancer and sexuality. The Breast Journal,
14(2), 176-181.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Sugiarto, A. (2015, 13 Mei). Kompasiana.com. Diunduh 26 November 2016 dari
http://www.kompasiana.com/dokterandi/istri-sulit-diajak-cinderungdingin_555314377397731e0cfa2b55
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuanttatif, kualitatif dan kombinasi (Mixed
methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
Sung, M. H., & Lim, Y. M. (2009). Factors affecting sexual satisfaction in korean
women who have undergone a hysterectomy. Australian Journal of Advanced
Nursing, 27(2), 46-54.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Syaifullah, M. (2012, Desember 11). Tempo.co. Diunduh 26 November, 2016, dari
https://m.tempo.co/read/news/2012/12/11/058447294/angka-perselingkuhandi-yogyakarta-tinggi
Tang, N., Bensman, L., & Haltfield, E. (2013). Culture and sexual self-disclousure in
intimate relationships. International Journal on Personal Relationships, 7(2),
227-245.
Taylor, S. E. (1999). Health psychology (4th ed.). Boston: McGraww Hill.
Taylor, S. E., Sherman, D. K., Kim, H. S., Jarcho, J., Takagi, K., & Dunagan, M. S.
(2004). Culture and social support: Who seeks it and why? Journal of
Personality and Socil Psychology, 87(3), 354-362.
Taylor, S. E. (2009). Healty psychology 7th Edition. California: McGraw-Hill Higher
Education.
Triandis, H. C. (1989). The Self and social behavior in differing cultural contexts.
Psychological Review, 96(3), 506-520.
vanLankveld, W., Ruiterkamp, G., Näring, G., & de Rooij, D. (2004). Marital and
sexual satisfaction in patients with RA and their spouses. Scandinavian
Jurnal of Rheumatology, 33(6), 405-408.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Wahyuningsih, N. S. (2006). Hubungan antara kepuasan seksual terhadap
perselingkuhan pada pasangan suami-istri (Skripsi).Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, Indonesia.
Walen, H. R., & Lachman, M. E. (2000). Social support and strain from partner,
family, and friend: Costs and benefit for men and women in adulthood.
Journal of Social & Personal Relationships, 17(1), 5-30.
White, L. K., & Booth, A. (1991). Divorce over the life course. Journal of Family
Issues, 12(1), 5-21.
WHO. (2010). Developing Sexual Health Programmes. Switzerland: WHO Press.
Yeh, H., Lorenz, F. O., Conger, R. D., & Elder, G. H. (2006). Relationships Among
Sexual Satisfactin, Marital Quality, and Marital Instability at Mildlife.
Journal of Family Psychology, 20(2), 339-343.
Yucel, D., & Gassanov, M. A. (2010). Exploring actor and partner correlates of
sexual satisfaction among married couples. Social Science Research, 39, 725738.
Young, M., Denny, G., Young, T., & Luquis, R. (2000). Sexual Satisfaction among
Married Women. American Journal of Health Study, 16(2), 73-84.
Ziaee, T., Jannati, Y., Mohabasheri, E., Taghavi, T., Abdollahi, H., Modanloo, M.,
Behnampour, N. (2012). The Relationship between marital and sexual
satisfaction among married women employees at golestan university of
medical sciences, iran. Iranian Journal of Psychiatry and Behavioral
Sciences, 8(2), 44-51.
Ziherl, S., & Masten, R. (2010). Differences in predictors of sexual satisfaction and
in sexual satisfaction between female and male university students in
Slovenia. Psychiatria Danubina, 22(3), 425-429.
Zulaikah, N. (2008). Hubungan antara kepuasan seksual dengan kepuasan
perkawinan
Indonesia.
(Skripsi).
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta,
Solo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 1. Reliabilitas Aitem dan Skala
1.1. Reliabilitas Aitem dan Skala New Sexual Satisfaction Scale (NSSS)
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.980
20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
KepuasanSeksual_1
68.32
161.267
.805
.979
KepuasanSeksual_2
68.37
159.899
.863
.979
KepuasanSeksual_3
68.30
159.453
.852
.979
KepuasanSeksual_4
68.32
159.504
.825
.979
KepuasanSeksual_5
68.28
159.839
.824
.979
KepuasanSeksual_6
68.36
159.523
.806
.979
KepuasanSeksual_7
68.32
160.089
.836
.979
KepuasanSeksual_8
68.26
159.341
.856
.979
KepuasanSeksual_9
68.32
158.605
.888
.979
KepuasanSeksual_10
68.27
159.454
.837
.979
KepuasanSeksual_11
68.30
160.017
.827
.979
KepuasanSeksual_12
68.33
158.472
.857
.979
KepuasanSeksual_13
68.31
160.749
.848
.979
KepuasanSeksual_14
68.35
159.135
.822
.979
KepuasanSeksual_15
68.27
159.632
.838
.979
KepuasanSeksual_16
68.32
160.048
.791
.979
KepuasanSeksual_17
68.32
159.484
.816
.979
KepuasanSeksual_18
68.40
159.413
.834
.979
KepuasanSeksual_19
68.28
160.030
.836
.979
KepuasanSeksual_20
68.39
159.588
.846
.979
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
1.2. Reliabilitas Aitem dan Skala Social Support Questionnaire 6 Item (SSQ6)
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.903
6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
DukunganSosial_1
21.03
10.035
.691
.892
DukunganSosial_2
21.07
9.591
.796
.876
DukunganSosial_3
20.90
10.411
.690
.892
DukunganSosial_4
20.99
9.911
.756
.883
DukunganSosial_5
20.95
9.722
.778
.879
DukunganSosial_6
21.13
9.691
.703
.891
Lampiran 2. Hasil Uji T
2.1. Hasil Uji T Variabel Kepuasan Seksual
One-Sample Test
Test Value = 0
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
95% Confidence Interval of
Difference
the Difference
Lower
SkorTotalKepuasa
nSeksual
90.677
280
.000
71.915
70.35
Upper
73.48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
2.2. Hasil Uji T Variabel Dukungan Sosial Pasangan
One-Sample Test
Test Value = 0
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
95% Confidence Interval of
Difference
the Difference
Lower
DukunganSosial
113.058
280
.000
4.20225
Lampiran 3. Deskripsi Data Penelitian
3.1. Deskripsi Data Penelitian Variabel Kepuasan Seksual
Statistics
SkorTotalKepuasanSeksual
Valid
281
N
Missing
0
Mean
71.91
Median
73.00
Std. Deviation
13.294
Minimum
36
Maximum
100
Sum
20208
3.2. Deskripsi Data Penelitian Variabel Dukungan Sosial Pasangan
Statistics
SkoringDukunganSosial
Valid
281
N
Missing
0
Mean
4.2023
Median
4.1667
Std. Deviation
.62307
Minimum
1.50
Maximum
5.00
Sum
1180.83
4.1291
Upper
4.2754
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi
4.1. Hasil Uji Normalitas Residu
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Unstandardized Residual
df
.048
Shapiro-Wilk
Sig.
281
Statistic
.200
*
df
.992
Sig.
281
.147
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
4.2. Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial Pasangan – Kepuasan Seksual
ANOVA Table
Sum of
df
Mean
Squares
Kepuasan Between
Seksual *
Groups
Sosial
16279.500
Linearity
14667.748
15
1085.300
8.661
.000
1 14667.748
117.047
.000
.919
.539
1611.752
14
115.125
Within Groups
33208.450
265
125.315
Total
49487.950
280
4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas Dukungan Sosial Pasangan – Kepuasan Seksual
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
4.576
2.719
SkoringDukunganSosial
1.030
.640
t
Sig.
Beta
1.683
.093
1.610
.109
1
a. Dependent Variable: RES2
Sig.
Square
(Combined)
Deviation from Linearity
Dukungan
F
.096
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis
5.1 Hasil Uji Analisis Regresi Linier
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Variables
Entered
Removed
a
Method
SkoringDukung
1
anSosial
. Enter
b
a. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual
b. All requested variables entered.
b
Model Summary
Model
R
1
.544
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.296
.294
11.172
a. Predictors: (Constant), SkoringDukunganSosial
b. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
14667.748
1
14667.748
Residual
34820.202
279
124.804
Total
49487.950
280
F
Sig.
117.527
.000
b
a. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual
b. Predictors: (Constant), SkoringDukunganSosial
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
23.100
4.552
SkoringDukunganSosial
11.616
1.072
t
Sig.
Beta
5.075
.000
10.841
.000
1
a. Dependent Variable: SkorTotalKepuasanSeksual
.544
Download