ISBN : 978-602-73060-1-1 ANALISIS PENETAPAN KADAR HIDROKUINON PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA BANDUNG (1) Susan Nurfitriani, (2)Ginayanti Hadisoebroto, (3)Senadi Budiman (1,2) (3) Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Al-Ghifari, Jl. Cisaranten Kulon, Bandung Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jenderal Achmad Yani, Jl. Terusan Jend. Sudirman, Cimahi Corresponding author email: [email protected] ABSTRAK Hidrokuinon adalah senyawa yang sering digunakan sebagai pemutih pada kosmetik. Pemakaian yang berlebih dapat mengakibatkan efek berbahaya pada kulit karena dapat menyebabkan kelainan kulit bahkan dapat mengakibatkan kanker kulit. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa secara kualitatif maupun kuantitatif senyawa hidrokuinon yang terdapat dalam krim pemutih yang beredar di beberapa tempat di kota Bandung. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara KLT, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis menggunakan pereaksi floroglusin. Hasil analisis menunjukkan sampel krim terbukti mengandung hidrokuinon, yaitu sampel A dengan kadar 1,07%, sampel F 1,34%, sampel N 1,34% dan sampel dari racikan dokter yaitu sampel O sebesar 2,74%. Kata Kunci : Hidrokuinon, Krim pemutih, Floroglusin, Kromatografi Lapis Tipis, Spektrofotometri UV-Vis. ABSTRACT Hydroquinone is a compound that is often used as a bleach in cosmetics. Excessive consumption can lead to harmful effects on the skin because it can cause skin disorders, even lead to skin cancer. This study was conducted to analyze qualitatively and quantitatively hydroquinone compound contained in whitening creams that circulating in several places in Bandung. Qualitative analysis was done by TLC, while quantitative analysis was conducted using UV-Vis spectrophotometry with floroglusin reagents. The analysis showed that some samples were found to contain hydroquinone, which is sample A with hydroquinone level 1.07%, sample F 1.34%, samples N 1.34% and sample O from the doctor is 2.74%. Keywords: Hydroquinone, Cream Whitening, Floroglusin, Thin Layer Chromatography, Spectrophotometry UV-Vis. PENDAHULUAN Latar Belakang Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia terutama untuk membersihkan, Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 123 ISBN : 978-602-73060-1-1 mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh dalam kondisi baik (BPOM RI, 2008). Suatu produk kosmetika yang tidak memiliki nomor registrasi, kemungkinan memiliki kandungan zat-zat yang tidak diizinkan pemakaiannya atau memiliki kadar yang melebihi ketentuan, sehingga dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Bahkan ada juga produsen yang mencantumkan nomor registrasi pada produk kosmetiknya, walaupun nomor tersebut bukan nomor resmi dari BPOM. Hal yang perlu diperhatikan adalah berkaitan dengan kandungan bahan-bahan pemutih berbahaya seperti hidrokuinon dan merkuri yang terdapat pada produk kosmetik (BPOM RI, 2007). Hidrokuinon lebih dari 2% merupakan golongan obat keras yang penggunaannya harus menggunakan resep dokter. Kadar hidrokuinon yang melebihi 5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit kemerahan, rasa terbakar, kelainan ginjal, kanker darah dan kanker hati. Pemakaian yang berlebih dapat menyebabkan iritasi kulit, namun jika dihentikan seketika akan berefek lebih buruk. Kadar Hidrokuinon dalam krim beredar di pasaran hanya diperbolehkan 2%, lebih dari itu dipergunakan sebagai obat (BPOM RI, 2007). Masalah yang timbul apakah terdapat hidrokuinon pada sediaan krim pemutih yang beredar di kota Bandung dan berapa kadar hidrokuinon yang tersedia dalam krim pemutih tersebut. Kosmetika krim pemutih diambil dari 15 sampel dari pasar tradisional, swalayan dan klinik kecantikan di kota Bandung yaitu : Pasar Caringin, Pasar Ciwastra, Pasar Simpang Dago, Pasar Cicadas, Pasar Baru, Pasar Andir, Pasar Kiaracondong, Borma, Skin Care daerah Ciwastra. Gambar 1.1 Peta lokasi Pasar Kota Bandung METODE Alat Penelitian Yang Digunakan Lempeng KLT GF254, oven, pipa kapiler, timbangan analitik, penangas air, kertas saring, pH universal, lampu UV254, spektrofotometer UV-Vis (Shimdzu Type 1800) dan, alat Gelas. Bahan Penelitian yang Dipakai Etanol 70%, hidrokuinon, akuades, reagen Benedict, FeCl3, kloroform : metanol (1:1), floroglusin, NaOH dan sampel krim pemutih yang diambil dari beberapa tempat telah beredar di kota Bandung. Sampel diberi kode mulai dari sampel pasar tradisional dengan kode sampel A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, sampai sampel K, dari pasar swalayan kode sampel L, M dan N, sampel klinik kecantikan kode sampel O. dan baku pembanding hidrokuinon debgan kode Hq. Metode Penelitian Penyiapan dan pengambilan sampel Dalam Penelitian disiapkan 15 sampel A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O. yang diambil 11 sampel dari pasar tradisional di kota Bandung, 3 sampel dari pasar swalayan (merk yang telah dikenal), dan 1 sampel racikan dokter dari klinik kecantikan berada di daerah kota Bandung. Pembuatan larutan baku hidrokuinon (Katya, 2014) 1000 ppm Ditimbang hidrokuinon murni sebanyak 100 mg dan dilarutkan dengan etanol 70% dalam beaker glass. Pindahkan ke dalam labu Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 124 ISBN : 978-602-73060-1-1 ukur 100 mL Tambahkan etanol 70% sampai volume tepat 100 mL. Larutan dikocok sampai homogen. Pembuatan seri larutan hidrokuinon (Depkes, 1995) baku Diambil larutan baku hidrokuinon 1000 ppm sebanyak 10 mL dengan pipet volume 10 mL, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan dengan etanol 70% hingga volume tepat 100 mL. Diperoleh larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi 100 ppm. Dibuat larutan baku hidrokuinon seri konsentrasi 10, 12, 14, 16, 18, dan 20 ppm. Penentuan panjang gelombang maksimum hidrokuinon (Katya, 2014) Larutan baku hidrokuinon 10 ppm diambil sebanyak 5 mL, masukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan dengan 1 mL pereaksi floroglusin 1% dan 1 mL NaOH 0,5 N, panaskan dalam penangas air pada suhu 70°C selama 50 menit. Larutan didinginkan pada 25°C.Tambahkan dengan etanol 70% hingga volumenya 10 mL di dalam labu ukur. Larutan dikocok hingga tercampur sempurna. Baca absorbansi larutan pada panjang gelombang 400-800 nm sehingga diperoleh panjang gelombang maksimum. Pembuatan kurva (Katya, 2014) baku hidrokuinon Diambil larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi 10, 12, 14, 16, 18, dan 20 ppm masing-masing sebanyak 5 mL, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan dengan 1 mL pereaksi floroglusin 1% dan 1 mL larutan NaOH 0,5 N. Panaskan dalam pada suhu 70°C selama 50 menit. Larutan didinginkan sampai 25°C. Campuran larutan ditambahkan etanol 70% hingga volumenya 10 mL dalam labu ukur. Selanjutnya masing-masing larutan dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Hasil absorbansi yang diperoleh pada masing-masing konsentrasi diplotkan ke dalam regresi linier sehingga diperoleh persamaan kurva baku yaitu Y = bx + a. Penetapan kadar hidrokuinon sampel (Katya, 2014) dalam Ditimbang 500 mg sampel krim A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N dan O, larutkan dalam 5 mL etanol 70%, saring dengan kertas saring ke dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan etanol 70% sampai tanda batas. Di ambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambah 1 mL pereaksi floroglusin 1% dan 1 mL larutan NaOH 0,5 N. Panaskan pada suhu 70°C selama 50 menit. Larutan didinginkan sampai 25°C. Baca absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Pengukuran sampel triplo. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kualitatif Sebanyak 15 sampel yang di ambil dari pasar tradisional, pasar swalayan Borma dan klinik kecantikan (racikan dokter), semua sampel diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O. Sampel yang di ambil telah mewakili beberapa tempat di kota Bandung. Tabel 3. 1 Daftar sampel dari Pasar Bandung No Tempat Kode Sampel 1 2 3 Pasar Caringin Pasar Ciwastra Pasar Simpang Dago Pasar Cicadas Pasar Baru Pasar Andir Pasar Kiaracondong Borma Klinik Kecantikan Quadrant A, B C, D E 4 5 6 7 8 9 10 F G, H I J, K L, M, N O Hidrokuinon (Hq) Analisis zat hidrokuinon pada krim pemutih dengan metode Kromatografi Lapis Tipis terdapat 4 sampel yang memiliki nilai Rf yang hampir sama dengan nilai Rf baku pembanding hidrokuinon = 0,43, yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 125 ISBN : 978-602-73060-1-1 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Gambar 3.1. Hasil KLT sampel dengan baku pembanding hidrokuinon Tabel 3.2 Hasil nilai Rf sampel No Kode Sampel A F N O 1 2 3 4 Nilai Rf 0,47 0,46 0,40 0,46 Pada metode KLT, lempeng diaktifkan pada suhu 105°C selama 30 menit. Lempeng dielusi di dalam chamber yang berisi fase gerak kloroform : metanol (1:1). Tujuan Penjenuhan eluen dalam chamber agar eluen menguap memenuhi chamber sehingga eluen sebagai fase gerak akan berjalan dengan baik sehingga didapatkan hasil kromatografi yang akurat. Hasil uji pH sampel 1 2 3 4 5 6 7 Kode Sampel Hq A B C D E F Warna Larutan Bening Orange Muda Kuning Orange Muda Oranye Muda Orange Orange Muda Bening Bening Oranre Muda Orange Tua Bening Bening Bening Bening Bening Basa Asam Asam Asam Asam Netral Asam Asam Asam Gambar 3.2 Hasil pH sampel Berdasarkan data hasil uji penelitian bahwa sampel A, F, H, I, J, K, M, N, O memiliki pH asam sama seperti pH yang dimiliki bahan baku pembanding yaitu hidrokuinon murni, dan hidrokuinon merupakan turunan senyawa fenol, fenol itu sendiri merupakan senyawa mudah dioksidasi dan bersifat asam. Berdasarkan data uji penelitian kualitatif yang dianalisa mulai dari pengujian reaksi warna, kromatografi lapis tipis dan uji pH sampel, ada 4 sampel yang menunjukkan bahwa sampel tersebut kemungkinan besar mengandung zat hidrokuinon yaitu sampel A yang diambil dari pasar tradisional Caringin, kemudian sampel F yang diambil dari pasar tradisional Cicadas, kemudian dengan sampel N yang diambil dari pasar swalayan Borma, dan sampel O adalah racikan dokter yang diambil dari klinik kecantikan. Penentuan Panjang Gelombang maksimum baku hidrokuinon Tabel 3.3. Hasil pH sampel No G H I J K L M N O pH Asam Asam Basa Basa Basa Basa Asam Gambar 3.3. Panjang gelombang maksimum larutan standar hidrokuinon Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 126 ISBN : 978-602-73060-1-1 No 1 2 P/V ▲ ▼ Wavelength 523,00 471,00 Absorban 0,585 0,490 2 3 4 5 6 12 14 16 18 20 0,250 0,338 0,352 0,465 0,539 Hasil spektrum baku hidrokuinon 10 ppm diamati menggunakan alat spektrofotometer UVVis di ukur pada abs. 400–800 nm dan hasil panjang gelombang maksimum larutan standar hidrokuinon yang diperoleh λ sebesar 523 nm. Berdasarkan grafik di atas diperoleh persamaan garis linear y = b x + a, yaitu y = 0,03069 x -0,09629 dan r = 0,94660 dimana y adalah absorban, dan x adalah konsentrasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,94660. Hasil pengukuran kurva kalibrasi larutan standar hidrokuinon Penetapan kadar hidrokuinon pada sampel Data hasil pengukuran larutan standar hidrokuinon dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4 Pengukuran kurva kalibrasi larutan standar hidrokuinon No 1 2 3 4 5 6 Konsentrasi seri baku hidrokuinon (ppm) 10 12 14 16 18 20 Absorbansi 0,241 0,250 0,338 0,352 0,465 0,539 Berdasarkan data hasil pengukuran larutan standar hidrokuinon di atas dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar maka nilai absorbannya juga akan semakin besar. Kemudian dibuat kurva kalibrasi konsentrasi absorbannya sebagai berikut: Gambar 3.4 Kurva kalibrasi larutan standar hidrokuinon No 1 Sampel Hq (ppm) 10 Abs 0,241 Untuk mengetahui kadar hidrokuinon dalam krim digunakan sspektrofotometer UVVis dengan panjang gelombang 523 nm, dan masing – masing sampel diukur sebanyak tiga kali (triplo) dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat, kemudian hasil perhitungan kadar hidrokuinon sampel yang telah terbukti mengandung hidrokuinon dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3.5 Hasil perhitungan kadar hidrokuinon dalam sampel krim Kode Sampel A1 A2 A3 F1 F2 F3 N1 N2 N3 O1 O2 O3 Rata - rata Konsentrasi Kadar Hidrokuinon 5,35 1,07 6,72 1,34 6,7 1,34 13,63 2,74 Menghitung kadar hidrokuinon dalam sampel krim dilakukan dengan mengalikan dengan faktor pengenceran yaitu sebesar 100 kali. Kadar hidrokuinon sampel A = 5,35 ppm, jadi = 5,35 x 100 = 535 ppm, maka kadarnya 535 µg/ml. Larutan awal dilarutkan dalam 10 mL, maka kadarnya535µg/ml x 10 ml = 5,35 mg. (1,07 %). Berdasarkan hasil analisis dengan alat Spektrofotometri UV-Vis menunjukkan hasil perhitungan kadar krim pemutih dari pasar tradisional sampel A = 1,07%, sampel F = 1,34% dan kadar krim Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 127 ISBN : 978-602-73060-1-1 pemutih dari pasar swalayan borma sampel N = 1,34%, kadarnya tidak melebihi batas kadar hidrokuinon yang telah ditetapkan yaitu tidak lebih dari 2% untuk sediaan krim pemutih yang dijual bebas tanpa resep dokter, lalu kadar krim pemutih dari racikan dokter yang KESIMPULAN 1. Pada hasil uji kualitatif menggunakan reaksi warna, KLT dan pH terbukti bahwa sampel krim pemutih A, F, N, O terbukti mengandung hidrokuinon dan memberikan hasil uji yang sama dengan pembanding baku hidrokuinon. 2. Kadar hidrokuinon pada sampel krim pemutih dari pasar tradisional dan swalayan A, F, N tersebut tidak melebihi batas kadar hidrokuinon yang telah ditetapkan oleh BPOM yaitu tidak lebih dari 2 % untuk sediaan krim yang dijual bebas tanpa resep dokter dan tidak lebih dari 5 % untuk sediaan krim dari klinik kecantikan yang diresepkan oleh dokter. DAFTAR PUSTAKA Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 10, 15-16. Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit. Gajah Mada University Press. Jogjakarta. Hal 1-7. Ansel HC, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 551. Badan POM RI. 2007. Kenalilah Kosmetika anda, Sebelum Menggunakannya. In: Info POM, Vol.VII1 No.4. Edisi Juli 2007. Jakarta. didapat dari klinik kecantikan sampel O = 2,74% juga tidak melebihi batas kadar hidrokuinon yang telah ditetapkan yaitu tidak lebih dari 5% untuk sediaan krim yang diresepkan oleh dokter (BPOM RI, 2007). Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik. IN: Kosmetik Pemutih (Whitening), Naturakos, Vol.II1 No. 8.Edisi Agustus 2008. Jakarta. Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang Metode Analisis Kosmetika. Jakarta. Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga, Jakarta. Depkes, RI. 1995. Farmakope Indonesia. ed 4. Dirjen POM. Jakarta. Direktorat jendral POM RI. 2009. Public Warning/Peringatan tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya/Bahan Dilarang. Jakarta. Direktorat jendral POM RI. 2001. Metode Analisis PPOMN. Jakarta. Ditjen POM. 1980. Kodeks Kosmetika Indonesia. vol.1. DepKes RI. Jakarta. Hal 130– 132. Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung. Penerbit ITB. Hanik, C. 2013. Laporan Penentuan Kadar Asam Amino. Surabaya. Hart, H. 1983. Kimia Organik Houngton Mifflin CO. Michigan State University. USA. Alih bahasa Dr. Suminar Achmasi Ph. D Erlangga. Jakarta. Katya, Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 128 ISBN : 978-602-73060-1-1 Kustantinah. 2011. Metode Analisis Kosmetika. Peraturan Kepala BPOM RI. Jakarta. Nakayama K, Ebihara T, Jinnai T, 2000. Depigmentation Agents dalam : Cosmeceuticals Drug vs Cosmetics. Newyork. Ningsih. 2009. Identifikasi Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Selebritis Night Cream dengan Metode KLT. Medan. Pamudji, J. S., Slamet, I., Suciati, T., dan Rahmat, M. 2000. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Hidrokuinon dan Raksa dalam Krim Pemutih yang Beredar di Indonesia. Hasil Penelitian dan Kerja Sama Farmasi. FMIPA ITB dengan YLKI. Bandung. Prabawati DA, Fatimawali, Yudistira A. 2010. Analisis Zat Hidrokuinon pada Krim Pemutih wajah yang Beredar di Kota Manado. UNSRAT Manado. Tranggono RI & Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia, Jakarta, 11-15. Westerhof W, Kooyers TJ. 2005. Hidroquinone and Its analogues in Dermatology-A Potential HealthRisk. Journal of Cosmetic Dermatology. Wibowo DS. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo. Jakarta. Hal 15-25. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 129