Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perekonomian Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi
pada sekitar awal tahun 1997 ternyata masih berbekas, dan bahkan dampak atas
krisis yang terjadi pada waktu itu masih terus berlanjut hingga saat ini. Seperti
diketahui krisis ini pun juga memberikan dampak terhadap kondisi fundamental
perusahaan, khususnya pada perusahaan yang listing di pasar modal. Pada
dasarnya krisis yang terjadi pada tahun 1997 adalah gagalnya pengelolaan hutang
(kebijakan keuangan), yang berdampak kepada keputusan investasi (kebijakan
investasi) dan pembagian laba (Kebijakan dividen), hal ini didasarkan karena
ketiga keputusan ini saling berhubungan satu dengan lainnya.
Sehubungan dengan hal itu, dalam berinvestasi para investor semakin jeli
dalam memilih perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang
tinggi atas pendanaan yang dilakukannya khususnya dalam bentuk dividen. Setiap
perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi
sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Pemenuhan dana tersebut
dapat berasal dari sumber internal ataupun sumber eksternal. Di dalam memilih
sumber kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri (ekuitas) atau
dipenuhi dengan modal asing (hutang).
Dewasa ini banyak perusahaan yang lebih memilih memenuhi sumber
dana perusahaannya dari modal asing (hutang). Apabila dalam pemenuhan dana
dari sumber ekstern tersebut perusahaan mengutamakan pada hutang, maka
ketergantungan kita pada pihak luar akan makin besar dan risiko financiilnya pun
akan makin besar Bambang Riyanto (1995:293). Atau dengan kata lain
mengatakan bahwa hutang itu buruk untuk dilakukan. Sumber lain mengatakan
bahwa hutang disukai karena memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan
dan pemegang saham memperoleh pengembalian yang tetap Ridwan dan Inge
(2002:274). Atau dengan kata lain mengatakan bahwa hutang itu baik untuk
dilakukan. Penggunaan hutang sendiri memiliki pengertian yang ambigu karena
dapat baik atau buruk untuk dilakukan. Apabila hutang memberikan dampak yang
buruk pada kondisi financial perusahaan, maka kesempatan perusahaan dalam
memberikan
tingkat pengembalian kepada para pemegang saham yang
menginvestasikan dananya melalui pembelian saham yang diterbitkan oleh
perusahaan akan terbengkalai. Karena tujuan utama para pemegang saham dalam
menginvestasikan dananya dalam bentuk saham adalah untuk mendapatkan
dividen. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dilihat apakah hutang
memberikan kontribusi yang baik atau buruk pada sampel dan periode penelitian
yang telah dipilih.
Untuk melihat besar kecilnya sumber dana perusahaan untuk investasi,
perusahaan menggunakan Debt to equity ratio (DER). DER diartikan sebagai
rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang dan
menjelaskan proporsi besarnya sumber pendanaan jangka pendek dan jangka
panjang terhadap penilaian asset perusahaan. Peningkatan hutang akan berdampak
pada besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena
semakin besar penggunaan utang maka akan semakin besar kewajibannya.
Dimana pembayaran kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dari pada laba.
Salah satu faktor yang dilihat oleh para investor apabila ingin
mengnvestasikan dananya pada suatu perusahaan adalah dari kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu
variabel yang mempengaruhi dividen. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan
bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.
Laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan akan dipertimbangkan apakah akan
digunakan sebagai laba ditahan ataupun untuk dibayarkan sebagai dividen. Maka
dari itu, dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan,
oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan.
Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham, adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban
bunga dan pajak. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya
dividen. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar
porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan
yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. (Chang dan Rhee, 1990).
Pada umumnya investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk
dividen maupun capital gain.
dividen, hanya jika perusahaan yang memiliki profitabilitas (EAT) yang
merupakan sumber dana bagi pembayaran dividen dan rapat umum pemegang
saham memilih membayar dividen daripada menahan seluruh profitabilitas
untuk ditahan.
capital gain (keuntungan modal), yaitu selisih dari harga jual dengan harga
beli saham, jika pemilik menjual sahamnya dengan nilai yang lebih tinggi
dari harga waktu membeli.
Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, para investor pada umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan
meningkatkan
kepercayaan
investor
terhadap
perusahaan.
Karena
akan
mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya. Keputusan
untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para
investor disebut kebijakan dividen (dividend policy). Kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai salah satu faktor penentu
terpenting terhadap dividen Mamduh (2004:375). Bukti empiris yang
menghubungkan profitabilitas dengan dividen dilakukan oleh Lintner (1956)
Dengan meningkatnya laba bersih maka dapat menaikan pembayaran dividen
kepada investor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat profitabilitas
berhubungan positif dengan dividend payout ratio. Jika target keuntungan tercapai
dan dianggap telah stabil, maka perusahaan akan menyesuaikan besarnya dividen
yang akan dibayarkan hingga mencapai target yang telah ditetapkan. Kebijakan
dividen perusahaan merupakan kebijakan yang menentukan persentase laba yang
akan ditahan untuk diinvestasikan dan laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
atau disebut sebagai devidend payout ratio (Brigham dan Ehrhardt, 2002:12).
Sedangkan menurut Gitman (2006:602) devidend payout ratio menandakan
persentase laba yang dibagikan kepada para pemilik saham dalam bentuk
tunai/cash. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa yang terpenting bagi investor
adalah memperoleh tingkat kembalian (return) dari hasil investasinya baik berupa
pendapatan dividen maupun capital gain.
Untuk memprediksi pendapatan dividen tidak dapat dipertimbangkan
faktor-faktor kebijakan manajemen, karena kebijakan manajemen merupakan
keputusan yang berhubungan dengan pihak intern perusahaan. Dijelaskan juga
bahwa profitabilitas akan berdampak pada besar kecilnya dividen yang akan
dibagikan. Di dalam penelitian ini profitabilitas diwakili dengan menggunakan
analisis Return On Equity (ROE), karena dalam analisis keuangan ROE
mempunyai arti yang sangat penting, dimana ROE ini sendiri digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian dari modal sendiri atau investasi para pemegang
saham biasa. Selain profitabilitas, ada faktor lain yang juga harus diperhatikan
atas pengaruhnya terhadap dividen yaitu Debt Equity Ratio (DER) karena seperti
telah dijelaskan bahwa peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi
besar kecilnya laba yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen
yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada
pembagian dividen.
Kebutuhan dana untuk investasi bagi perusahaan dapat diperoleh dengan
berbagai cara, antara lain dengan melakukan pinjaman kepada pihak ketiga,
menjual obligasi perusahaan atau bagi perusahaan yang sudah tercatat di bursa
saham dapat melakukan pemecahan saham (stock split) atau menjual saham
baru. Hal ini dapat dilakukan di pasar modal (Bursa Efek Indonesia).
Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan
fasilitas sebagai media untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai
kelebihan dana
(investor) kepada pihak yang memerlukan dana (borrower).
Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, penyandang dana
berharap akan memperoleh keuntungan
dari penyetoran dana tersebut. Bagi
peminjam dana, tersedianya dana tersebut pada pasar modal memungkinkan
mereka untuk melakukan kegiatan usaha
tanpa harus menunggu dana yang
mereka peroleh dari hasil operasi perusahannya (profitabilitas perusahaan). Proses
semacam ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan, yang
akhirnya mampu meningkatkan perekonomian suatu Negara.
Sektor yang dinilai dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
pertumbuhan
ekonomi
nasional
adalah
sektor
konsumsi.
Michael
mengungkapkan, saat ini sektor konsumsi, baik di tingkat swasta maupun
pemerintah, memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan kotor nasional
(gross domestic product/GDP), yakni mencapai 64 persen. Sisanya, lanjut dia,
kegiatan ekspor dan impor. Komposisi seperti ini menguntungkan pertumbuhan
ekonomi nasional (okezone.com,2008). Untuk itu perusahaan yang bergerak
dalam bidang konsumsi dinilai memiliki kinerja yang baik dalam arti memiliki
dividen yang tinggi. Sektor ini tentu saja akan lebih dipilih oleh para investor
untuk melakukan investasi. Peneliti tertarik memilih objek penelitian ini yang
berasal dari perusahaan yang bergerak pada sektor konsumsi. Adapun tahun
penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 2003-2007. Hal ini
dikarenakan pada rentang tahun tersebut dianggap kondisi perekonomian cukup
stabil dan berada dalam kondisi aman. Pada tahun 2008 terjadi krisis global
perekonomian, maka dari itu tahun 2008 tidak ikut dimasukkan ke dalam periode
penelitian karena dianggap situasi perekonomian di Indonesia sedang tidak stabil.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dan fenomena yang
telah terjadi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :
Pengaruh Tingkat Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout
Ratio Pada Sektor Konsumsi Periode 2003-2007.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan tingkat solvabilitas pada sektor konsumsi
periode 2003-2007?
2. Bagaimana perkembangan tingkat profitabilitas pada sektor konsumsi
periode 2003-2007?
3. Bagaimana perkembangan dividend payout ratio pada sektor konsumsi
periode 2003-2007?
4. Bagaimana pengaruh tingkat solvabilitas dan profitabilitas terhadap
dividend payout ratio pada sektor konsumsi periode 2003-2007?
1.3
Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data
yang diperlukan tentang masalah-masalah dan informasi yang erat pengaruhnya
dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai Pengaruh Tingkat
Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio Pada Sektor
Konsumsi Periode 2003-2007. Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat solvabilitas pada sektor konsumsi
periode 2003-2007 .
2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat profitabilitas pada sektor konsumsi
periode 2003-2007 .
3. Untuk mengetahui perkembangan dividend payout ratio pada sektor konsumsi
periode 2003-2007.
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat solvabilitas dan profitabilitas terhadap
dividend payout ratio pada sektor konsumsi periode 2003-2007.
1.4
Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan
manfaat yang dapat diambil terutama bagi:
a. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
mengenai dividen dan faktor yang mempengaruhinya. Selain itu juga
diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai
pengaplikasian dari teori-teori yang selama ini dipelajari.
b. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada pembaca
khususnya yang berhubungan dengan, langkah-langkah pemecahan masalah
yang dihadapi perusahaan..Dan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan untuk penelitian sejenis.
c. Pembaca
Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan juga
memberikan kejelasan secara teoritis dan praktis ilmu pengetahuan mengenai
konsep penilaian kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat menambah
pengetahuan bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
1.5
Kerangka Pemikiran
Pada umumnya untuk menganalisis dan menginterpretasikan laporan
keuangan digunakan metode
metode tertentu yang telah baku. Didalam
menganalisis laporan keuangan digunakan analisis rasio yang terdiri atas rasio
likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Hasil analisis tersebut sangat
penting artinya bagi pimpinan perusahaan untuk mengontrol kebijakan
kebijakan yang telah diambil baik kondisi keuangan yang lalu, saat ini maupun
yang akan datang dalam rangka menjalankan operasi perusahaan dan membantu
dalam mengambil berbagai keputusan yang harus dilaksanakan secepat mungkin
agar tujuan perusahaan itu dapat tercapai.
Berdasarkan keterangan diatas terlihat jelas bahwa dalam menganalisis
laporan keuangan, seorang pemilik saham perusahaan pada prinsipnya lebih
berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan di masa-masa yang akan datang.
Hal tersebut berkaitan dengan profitabilitas atau kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba, serta solvabilitas atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya apabila dilikuidasi.
Untuk melihat besar kecilnya sumber dana perusahaan untuk investasi,
perusahaan menggunakan Debt to equity ratio (DER). Selain itu, pengukuran
utang biasanya diukur dari debt equity ratio yang merupakan rasio solvabilitas
dimana ratio ini ditujukan untuk mengadakan pengukuran sampai seberapa besar
aktiva perusahaan yang bersangkutan dimodali oleh modal pinjaman yang
dinyatakan dalam persentase. Debt equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa
bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu,
semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan
untuk struktur modal suatu perusahaan maka akan semakin besar pula jumlah
kewajibannya Bambang Riyanto (1995:293). Peningkatan hutang pada
gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang tersedia bagi para
pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut
lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen.
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan
relatif untuk membayar keuntungan tersebut dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi
keuntungan maka diduga akan semakin tinggi pula dividennya, karena suatu
perusahaan
yang
mempunyai
keuntungan
yang
stabil
seringkali
dapat
memperkirakan berapa besarnya keuntungan yang di masa yang akan datang.
Perusahaan seperti ini cenderung membayar keuntungan dalam bentuk persentase
yang tinggi daripada perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. Perusahaan
yang tidak stabil tidak yakin apakah profitabilitas yang diharapkan pada tahun
yang akan datang akan dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk
menahan sebagian besar keuntungan. Dividen yang lebih rendah akan lebih
mudah dibayar apabila keuntungan perusahaan menurun pada masa yang akan
datang.
Hal tersebut berhubungan dengan kinerja perusahaan dalam mengelola
modal yang dijadikan dana untuk perluasan usaha. Selain itu tingkat keuntungan
perusahaan tercermin dari keuntungan saham, semakin besar laba yang diperoleh
oleh perusahaan, maka semakin tinggi permintaan akan saham tersebut juga yang
diterima oleh pemegang saham atas kemampulabaan perusahaan yang cukup
tinggi dalam menghasilkan profit.
Gitman (2006:67) menyatakan bahwa rasio profitabilitas terdiri dari
Gross Profit Margin, Operating Income Ratio (Operating Profit Margin),
Operating Ratio, Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) . Dalam penyusunan skripsi ini
penulis memilih rasio profitabilitas yang diwakili ROE (return on Equity) sebagai
salah satu indikator untuk mengukur tingkat pengembalian dari modal sendiri
atau investasi para pemegang saham biasa.
Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau
bukti lain yang menyatakan utang perusahaan, dan saham, kepada pemegang
saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh
pemilik. Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan
direspon oleh pasar.
Dividen menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2002:602) merupakan
pendistribusian laba oleh perusahaan kepada seluruh pemegang saham secara
proporsional.
Menurut definisi di atas pada dasarnya menyatakan bahwa laba yang
diperoleh oleh perusahaan akan dibagikan secara merata dan adil kepada para
pemegang saham yang telah menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya
kepada saham pada perusahaan tertentu.
Menurut Mamduh (2004 ; 361) dividen merupakan kompensasi yang
diterima pemegang saham, disamping capital gain.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
dividen merupakan bagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan, baik berasal dari
laba periode saat ini ataupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada
pemegang saham sebagai hasil investasi.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 297) pengertian kebijakan
dividen adalah
Kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa
dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Menurut Sutrisno (2000 : 322-323), menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah Posisi Solvabilitas perusahaan,
Posisi Likuiditas perusahaan, Kebutuhan untuk melunasi hutang, Rencana
perluasan, Kesempatan investasi, Stabilitas pendapatan, Pengawasan terhadap
perusahaan.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih Dividend Payout Ratio (DPR) untuk
mewakili variabel Dividen. Karena dividen merupakan sebagian dari laba bersih
yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika
perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada
para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh
kewajiban yaitu beban bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen diambil dari
keuntungan bersih perusahaan. Maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi
besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh
semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Dividend payout ratio ditentukan oleh perusahaan dalam membayar
dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, dilakukan berdasarkan besar
kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah dividen yang dibayarkan akan
mempengaruhi kesejahteraan para pemegang saham. DPR adalah dividen per
lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham.
Untuk memperjelas alur kerangka pemikiran tersebut maka dapat
digambar diagram sebagai berikut :
Gambar 1.1
Bagan Kerangka Pemikiran
Kinerja Keuangan perusahaan
Tingkat
Solvabilitas
Tingkat
Profitabilitas
DER
ROE
Laba Bersih
Dividen (DPR)
Laba ditahan
Harga Saham
Investasi
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Sumber : Penulis
Berdasarkan
kerangka
pemikiran
diatas,
maka
penulis
mencoba
HUTANG
DAN
LABA
merumuskan hipotesis sebagai berikut :
TINGKAT
PERKEMBANGAN
BERPENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO .
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
Tingkat perkembangan hutang dan laba berpengaruh terhadap dividend
payout ratio .
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode
verifikatif. Menurut Muhammad Nazir (2005 : 89), metode deskriptif adalah :
Studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana
termasuk didalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari
beberapa fenomena kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan
frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan bias dan
memaksimumkan realibilitas .
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Sedangkan definisi metode deskriptif verifikatif menurut Rasdihan
Rasyad (2003 : hal 6 ), adalah :
Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan
perkiraan ( estimate ) dan pengujian hipotesis.
Tujuan dari metode verifikatif ini yaitu untuk melakukan pengujian hipotesis
pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan cara penelitian sebagai berikut :
Study Pustaka
Yaitu penulis memperoleh data sekunder dengan mempelajari teori-teori
atau konsep-konsep yang terdapat dalam buku literatur-literatur, catatan
perkuliahan, buku
Indonesian capital market directory, jurnal-jurnal, dan
sumber-sumber yang mendukung dalam penulisan skripsi yang dijadikan sebagai
landasan teoritis yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan yang bergerak di sektor
konsumsi yang telah go public di Bursa Efek Indonesia(BEI) periode 2003-2007,
dimana data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang
terdapat di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Sangga Buana Jl. Ph. H.
Mustofa No. 68, Bandung. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan guna
penyusunan skripsi, maka penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2009 sampai
dengan selesai.
Download