hubungan pemahaman nilai-nilai pancasila

advertisement
HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DENGAN
KENAKALAN REMAJA DI DUSUN SELOREJO DESA KARANGDIYENG
KECAMATAN KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO
ARTIKEL
OLEH
MUHAMAD MASRURRI
NIM 106811402048
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN KEWARGANEGARAAN
AGUSTUS 2012
HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DENGAN
KENAKALAN REMAJA DI DUSUN SELOREJO DESA KARANGDIYENG
KECAMATAN KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO
Muhamad Masrurri
Program Studi Pendidikan dan Kewarganegaraan
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang latar belakang
mengetahui hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan kenakalan remaja di dusun
Selorejo desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo-Mojokerto. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan angket. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila
dengan kenakalan remaja yang mencapai 70,73%. Untuk itu pemerintah pusat
maupun daerah melakukan pemberdayan nilai-nilai Pancasila lewat memasukkan nilai-nilai
Pancasila dalam kurikulum kembali. Supaya nilai-nilai Pancasila terserap mulai sejak dini
kenakalan remaja.
Kata kunci: Nilai-nilai Pancasila, Pancasila
Margono (2002:65) mengatakan bahwa nilai adalah apa yang dianggap
bernilai atau berharga yang menjadi landasan, pedoman, dan semangat seseorang
dalam melakukan sesuatu. Sofa (2008) mengemukakan,stilah moral berasal dari
bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu
mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebasaan, adat.
Rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Margono
(2002:66), berpendapat bahwa moral itu berkaitan dengan penilaian baik buruk
menurut ukuran manusia yang berlandaskan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu
masyarakat manusia dan yang menjunjung tinggi oleh masyarakat manusia pula. Jadi
nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila adalah bagian inti kebudayaan
nasional Indonesia. Moral Pancasila bukanlah semata-mata suatu bagian di samping
bagian-bagin lain kebudayaan kita, melainkan bagian inti dan jiwanya. Moral
Pancasila mengarahkan kebudayaan kita pada tujuan dan memberikan dimensi
manusiawi.
Menurut Hamimnova (2010), deskripsi nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa terdapat 18 nilai yaitu:1.religius, 2.jujur, 3. toleransi, 4. disiplin, 5. kerja
keras, 6. kreatif, 7. mandiri, 8. demokratis,9. rasa ingin tahu, 10. semangat
kebangsaan, 11. cinta tanah air, 12. menghargai prestasi, 13. bersahabat atau
komuniktif, 14. cinta damai, 15. gemar membaca, 16. peduli lingkungan, 17. peduli
sosial, 18. tanggung-jawab.
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. Menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi
apa yang dilarang.
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Dengan
melakukan kejujuran hidup seakan tidak ada beban dan juga bamyak yang menyukai
kita.
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dengan
toleransi mungkin tidak terjadi peerpecahan baik suku, ras, agama, dan golongan.
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Dengan hidup disiplin, hidup terasa teratur dan
tidak tergesa-gesa dalam menjalankan aktifitas.
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai habatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya. Kerja keras merupakan salah satu alat untuk menghadapi
tantangan. Sehingga kita tidak mudah putus asa.
Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari apa yang telah dimiliki. Kreatif juga dapat memunjulkan ide-ide kita
dan mudak mencari pekerjaan bahakan uang.
Mandiri adalah sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.dengan sikap mandiri kita akan nterlatih lebih
kreatif dalam melakukan pekerjaan.
Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Dimana demokrasi berisikan kebebasan
tapi di dalam kebebasan tersebut terdapat hak dan kewajiban. Sehingga tidak sebasbebasnya, tapi ada batasannya.
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar. Karena manusia diberi akal atau pikiran, nafsu, hati nurani sehingga
manusia merasa kurang puas.
Semangat kebangsa adalah cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya. Misalnya ikut dalam kerja bakti untuk membersihkan selkan meskipun
kita ada keperluan yang tidak penting.
Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. Cinta tanah air juga bisa
dikatan rasa nasionalisme. Misalnya, cinta produk dalam negeri.
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
Bersahabat atau komuniktif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Dengan komunikasi
kita dapat menjalin kerjasama denga siapapun.
Cinta damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Dunia serasa indah dengan
adanya kedamain dan tiak ada perusakan.
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Dengan membaca kita bisa
memprediksi dan juga menambah wawasan.
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dengan kita peduli terhadap
lingkungan maka kita juga akan di hormati dengan alam atau lingkungan. Tidak
terjadi banyak benca alam.
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Karena anusia adalah makhluk
sosial , dimana kita saling membutuhkan satu sama lain.
Tanggung-jawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan YME.
Dari 18 nilai diatas dapat disimpulkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan
karakter bangsa adalah jabaran dari kandungan nilai-nilai Pancasila.
Moedjanto (Wahana, 1993:76), berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila
memuat suatu daya tarik bagi manusia untuk diwujudkan, mengandung sutu
keharusan untuk dilaksanakan. Niali-nilai merupakan cita-cita yang menjadi motifasi
sebagai segala sikap. Tingkah laku dan perbuatan manusia yang mendukungnya,
karena bagi pendiri negara telah menggali, menemukan, melihat begitu pentingnya
nilai-nilai Pancasila. Maka mereka berharap agar seluruh bangsa Indonesia yang telah
memiliki kebebasan untuk menentukan tujuan hidupnya dan mendukung terwujudnya
niali-nilai Pancasila. Sehingga nilai-nilai tersebut memberikan daya tarik. Nilai-nilai
tersebut perlu di munculkan dalam suatu rumus yang jelas tujuan hidupnya bersama
bangsa Indonesia. Nilai-nilai terebut secara formal telah dirumuskan dan ditetapkan
dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 dan secara tegas menjadi tujuan ideal
bagi bangsa Indonesia. Secara formal nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang
harus diterima, didukung serta dihargai oleh seluruh bangsa Indonesia dan nilai-nilai
Pancasila yang menjiwai harapan serta damban bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila akan memberikan daya tarik bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan
dalam sikap dan tindakan hidup sehari-hari.
Menurut Kartono (2008:6) kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologi sosial pada
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Menurut Daradjat (1972:111)
Orang mengatakan apakah seorang anak itu dikatan nakal atau tidak berbeda-beda
pendapat. Ada yang mengatakan bahwa anak yang keras kepala, tidak patuh dengan
orang tua, sering bertengkar atau berkelahi, suka menyakiti dan mengganggu orang
lain, mencuri, melakukan hal-hal yang terlarang, malas sekolah, tidak mau belajar dan
sebagainya adalah nakal. Menurut Sudarsono (2004:343) berpendapat perbuatan anak
remaja yang bersifat asusila, yakni durhaka kepada orang tua, sesaudara saling
bertengkar atau bermusuhan. Disamping itu dapat dikayakan kenakalan remaja, jika
perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama yang dianutnya,
misalnya remaja muslim enggan berpuasa, padahal sudah baliqh. Menurut Katini
Kartono (1981: 167) berpendapat definisi moral adalah kondisi individu yang
hidupnya delinquent ( nakal, jahat), selalu melakukan kejahatan, dan bertingkah laku
a sosial atau anti sosial: tanpa adanya penyimpangan atau gangguan organis pada
fungsi inteleknya, namun inteleknya tidak berfungsi, hingga terjadi kebekuan moral
yang khronis. Tingkah lakunya selalu salah dan jahat misalnya: melakukan
kekerasan, melanggar hukum, kejahatan. Menurut kartini Kartono (2002:109)
kenakalan remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).
Menurut Spranger ( 2001:85) berpendapat macam roh di beadakan 2 macam:
subjektive geist, objektif geist. Subjektive Geist ( roh individu) adalah roh yang terdapat
pada manusia masing-masing. Roh individu ini bertujuan untuk mencapai atau
menjelmakan nilai-nilai tertentu, kerena itu juga hanya dapat dipahami dengan jalan
memahami sistem nilai-nilai itu. objektif geist ( roh obyektif atau kebudayaan ) adalah
roh seuruh umat manusia, yang dalam hakekatnya merupakan kebudayaan yang telah
menjelma dan berkembang selama berabad-abad bersama-sama manusia-manusia
individual. Menurut Sudarsono (2004:165) mengatakan perikehidupan lingkungan
anak delequen memiliki peranan penting di dalam uapaya resosialisasi, sebab secara
individual anak delequen dihadapkan kepada ide-ide dan nilai-nilai baru yang
terencana secara edukatif. Lebih-lebih untuk menjadi siswa atau anggota masyarakat
dalam arti yang lebih luas. Keteladanan yang secara baik perlu diciptakan sedemikian
rupa dengan maksud agar anak-anak delequent memiliki kepribadian yang mantap
untuk hidup bermasyarakat, misalnya gotong-royong, selalu cendrung melakukan
perbuatan yang baik-baik. Sedangkan menurut Bertens (2002:29) setiap masyarakat
mengenal nilai-nilai dan norma-norma. Dalam masyarakat yang homogen dan agak
tertutup masyarakat tradisional, katakanlah nilai-nilai dan norma-norma itu praktis
tidak pernah dipersoalkan. Dalam keadaan seperti itu secara otomatis orang menerima
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Individu yang ada di masyarakat tradisional
itu tidak berpikir lebih jauh. Tapi nilai-nilai yang ada di masyarakat tradisional pada
umumnya tinggal implisit saja, setiap saat bisa eksplisit. Terutama bila nilai-nilai itu
ditantang atau dilanggar karena perkembangan baru, kita melihat bahwa nilai-nilai
yang terpendam dalam hidup kita, dengan agak mendadak tampil ke permukaan.
Banyak nilai-nilai dan norma-norma berasal dari agama. Tidak bisa diragugan, agama
merupakan salah satu sumber nilai yang paling penting. Menurut Zakiah Darajat
(Sudarsono, 1990:160), secara teoritis nilai-nilai lihir religius seperti: keadilan,
kebaikan, kebeneran dan kejujuran tersebut sesuai denga napas ajara setiap agama
wahyu maupun agama lainnya. Melalui media pendidikan yang sebaik-baiknya, nilainilai luhur tadi mudahtertanam dalam jiwa anak remaja dan kemudian dapat dijadikan
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan melakukan dan melaksanakan nilai-
nilai luhur tadi akan berpengaruh positif bagi pembentukan mentl anak remaja
sehinggahati nurani mereka menjadi kuat, demikian pula yang terjadi pada anak
delequent. Jika hati nurani itu kuat, maka unsur-unsur pengontroldalam diri mereka
penuh degan sifat-sifat terpuji baik secara vertical maupun secara horizontal. Dengan
demikian akibat yang lebih jauhmereka tidak akan mudah terperosok ke dalam
perbuatan yang melanggar hukum, social, susila dan agama. Jika proses pembinan anak
remaja khususnya anak-anak delequent berjaan dengan baik maka diharapkan mreka
menjadi individu bermental sehat. Anak remaja yang memiliki ”kesehatan mental”
dapat dipastikan mereka sanggup menjadi anggota masyarakat tanpa perbuatanperbuatan yang merugikan dan meresahka masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional,
dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel-variabel yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Penelitian korelasional
menurut Sanapiah Faizal (Sanapiah Faizal, 1982 : 295), adalah :
Korelasi adalah hubungan dua atau lebih variable yang berpasangan,
hubungan antara dua perangkat data atau lebih. Derajat hubungannya bias
diukur dan digambarkan dengan koefisien korelasi, yang dikenali lewat
lambing huruf Yunani rho ( r ), lambang r maupun lambang lainnya,
tergantung pada asumsi tertentu yang lain mengenai distribusi data dan
cara dalam menghitung koefisiennya.
Variable bebas dipadukan dengan variable terikat untuk mendapatkan ada
tidaknya hubungan antara variable tersebut. Kalaupun ada hubungan antara variabel
tersebut akan dicari seberapa besar hubungan tersebut dengan menggunakan teknik
korelasi product moment.
Berdasarkan rancangan penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas
Hubungan
X
Variable Terikat
Y
Keterangan:
Variabel X
:
Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila
Variabel Y
: Kenakalan Remaja di Dusun Selorejo Desa Karangdiyeng
Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Menurut Arikunto (2006:118) di dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yang dijadikan sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan
kesimpulan empiris mengenai korelasi pemahaman nilai-nilai pancasila sebagai
pandangan hidup terhadap kenakalan remaja di desa Karangdiyeng kecamatan
Kutorejo kabupaten Mojokerto, yaitu: 1. Variabel bebas (Variabel Independen),
yaitu variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu
pemahaman nilai-nilai Pancasila (variabel X) 2. Variabel terikat (Variabel
Dependen), yaitu variabel yang yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yaitu kenakalan
remaja di desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto (variabel Y).
Tempat Penelitian: Sesuai dengan judul skripsi ini maka penelitian akan
dilakukan di lokasi desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto.
Waktu Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal November 2010
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneletian ini adalah angket.
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tetulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden tentang sesuatu yang akan diteliti. Yang diteliti adalah
pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan kenakalan remaja di desa Karangdiyeng
kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto, dengan kenakalan asusila dan kenakalan
asosial remaja dengan menyediakan alternatif jawaban dan yang terpilih hanya
diminta untuk diberi tanda silang.
Secara umum angket digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan
dengan data pribadi responden, pendapat atau informasi yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Angket dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak
malu-malu menjawabnya.
Untuk menganalisa setiap variabel yang digunakan penulis menggunakan teknik
analisa secara deskriptif dengan menggunakan rumus prosentase sebagai
berikut:
P=
F
X 100%
N
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi Jawaban Responden
N = Jumlah Responden
2. Kemudian untuk menggolongkan (mengklasifikasikan) hubungan pemahaman
nilai-nilai Pancasila terhadap kenakalan remaja di desa Karangdiyeng kecamatan
Kutorejo kabupaten Mojokerto, penulis membuat kriteria penggolongannya yang
didasarkan atas skor akhir angket yang diperoleh masing-masing anak, yaitu sebagai
berikut:
Skor nilai pilihan A = 20 x 4 = 80 ( tinggi)
Skor nilai pilihan B = 20 x 3 = 60 (cukup)
Skor nilai pilihan C = 20 x 2 = 40 (rendah)
Skor nilai pilihan D = 20 x 1 = 20 (sangat rendah)
Skor Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila
Tabel
Posisi
Perolehan
Skor
Pemahaman Nilai-Nilai
Pancasila
Keterangan
61-80
I
Tinggi
41-60
II
III
Cukup
21-40
Rendah
IV
≤ 20
Sangat Rendah
Skor nilai pilihan A = 20 x 4 = 80 ( tinggi)
Skor nilai pilihan B = 20 x 3 = 60 (cukup)
Skor nilai pilihan C = 20 x 2 = 40 (rendah)
Skor nilai pilihan D = 20 x 1 = 20 (sangat rendah)
Skor Kenakalan Remaja
Tabel
Perolehan
Skor
Posisi Kenakalan
Remaja
Keterangan
61-80
I
Tinggi
41-60
II
Cukup
21-40
III
Rendah
≤ 20
IV
Sangat Rendah
Teknik analisa korelasional adalah teknik analisa statistik mengenai hubungan antara
dua variabel. Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah
rumus product moment. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
rxy =
{N
N . S XY
.S X
2
-
(S
X
- S X .S Y
)
2
}× {N
.S Y
2
-
(S
Y
)2 }
Keterangan:
rxy
: Angka indeks korelasi “r” product moment
N
: Number Of Cases
SX
SY
: Jumlah keseluruhan skor X
: Jumlah keseluruhan skor Y
S XY
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
Interpretasi menggunakan skor “r” yaitu df= N- nr hasilnya dikonsultasikan
pada tabel skor “r” product moment dari person untuk taraf df signifikansi 5
%
Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment maka
dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil
penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment Setelah ini hasilnya
dicocokkan dengan tabel skor koefisien korelasi “r” product moment baik pada
taraf signifikansi 5% ataupun pada taraf 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah
terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak.
Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r”
product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Skor (Ho)
2. Menguji kebenaran hipotesa yang telah diajukan, dengan cara membandingkan
besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam
Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Untuk mencari kontribusi variabel X terdapat variabel Y penulis menggunakan rumus
sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Kontribusi variabel X terhadap variabel Y
r2
= Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Dusun Selorejo Desa KarangDiyeng Kecamatan Kotorejo
Kabupatem Mojokerto
Dari hasil penelitian diproleh data sebagai berikut: dusun Selorejo desa
Karangdiyeng kecamatan Kutorejo kota administratif Mojosari kabupaten Mojokerto
propinsi Mojokerto luas desa 361.480 Ha. Bebatasan dengan sebelah sebelah Utara
desa Kepuhpandak, sebelah timur desa Gedangan, sebelah selatan desa Kutorejo,
sebelah barat desa Sawo. Dengan ketianggian tanah dari permukaan laut 120 m,
banyaknya curah hujan 1510 mm/Tahun, berada pada dataran rendah, suhu rata-rata
28ºC. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 4 Km, jarak dari pusat
pemerintahan kota administrasi 10 Km, jarak dari ibukota kabupaten 18 Km, jarak
dari ibukota propinsi 50 Km, jarak dari ibukota Negara 150 Km. Jumlah penduduk
dalam data monografi desa Karangdiyeng pada tahun 2010 tercatat sebagaimana table
berikut berikut :(a) jenis kelamin: perempuan 49% dan laki-laki 51%. (b) Kepala
keluarga 1269. (c) Kewarganegaraan 100% warga Negara Indonesia (WNI). (d)
Jumlah Penduduk Menurut Agama/Penghayat Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa:agama islam 98% dan agama Kristen 2%. (e) Jumlah Penduduk Menurut Usia: 1)
kelompok pendidikan: usia 00 –03 tahun 2%, usia 04-06 tahun 4%, usia 07-12 tahun
7%, usia13-15 tahun 6%, usia16-18 tahun 13%, usia19- keatas sebagai penganguran
68%. 2) Kelompok Tenaga Kerja: usia 10-14 tahun 17%, usia 15-19 tahun 28%, usia
20-26 tahun 23%, usia 27-40 tahun 15%, usia 41-56 tahun 10%,usia 57-keatas 7%. (f)
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan: 1) lulusan pendidikan umum: Taman
Kanak-Kanak 7%, Sekolah Dasar 28%, SMP/SLTP 30%, SMA/SLTA 13%,
Akademi/D1-D3 5%, Sarjana/S1-S3 8%. 2) lulusan pendidikan khusus: Pondok
Pesantren 3%, Madrasah 6%. (g) Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian:
Pegawai Negeri Sipil 2%, ABRI 0.1%, Swasta 43%, Wiraswasta / Pedagang 6%,
Tani 38%, Pertukangan 0.8%, jasa 1%, Pensiunan 1%, Nelayan 0, Pemulung 0.1%,
Buruh Tani 8%. Data kuantitatif yang berkaitan dengan variabel pemahaman nilainilai Pancasila diperoleh dari penyebaran angket kenakalan remaja (tersaji dalam
terlampir). Data yang diperoleh dikorelasikan dengan data variabel hubungan
pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan kenakalan remaja di dusun Selorejo desa
Karangdiyeng kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto. Pada tabel 4.6 dijelaskan
bahwa pemahaman nilai-nilai Pancasila berada pada interval 61-80 sebanyak 15
(44,1%) berada pada interval yang tinggi berarti tingkat pemahaman nilai-nilai
Pancasila tinggi, pada interval 41-60 sebanyak 19 (55,9%) berada pada interval yang
cukup berarti tingkat pemahaman nilai-nilai Pancasila cukup, pada interval 21-40
sebanyak 0 (0%) berada pada interval yang rendah dan pada interval dibawah 20
sebanyak 0 (0%).
Dijelaskan bahwa kenakalan remaja di dusun selorejo desa Karangdiyeng
kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto berada pada interval tinggi yakni antara
61-80 sebanyak 28 (82.35%) tinggi, pada interval 41-60 sebanyak 6 (17,65%)
berada pada interval yang cukup berarti tingkat kenakalan remaja cukup, pada
interval 21-40 sebanyak 0 (0%) berada pada interval yang rendah, dan pada interval
sangat rendah 20 sebanyak 0 (0%). Modus dalam analisa ini menujukkan 28
(82.35%) responden pada interval tinggi 61-80 sehingga angka tersebut dapat
dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan. Karena sebagian besar angket yang
digunakan dalam meneliti tentang kenakalan remaja adalah angket negatif maka
semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin rendah kenakalan remaja, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa kenakalan remaja di dusun selorejo desa
Karangdiyeng kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto sangat rendah. Untuk
mengukur reliabilitas instrumen penelitian digunakan rumus Cronbach`s Alpha dari
indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Apabila nilai yang diperoleh
antara 0,600 hingga 1 maka instrumen penelitian dikatakan reliabel dan sebaliknya
apabila nilai yang diperoleh kurang dari 0,600 maka instrumen penelitian tidak
reliabel. Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan program SPSS 15.0,
dari pengolahan item-item tersebut didapatkan nilai sebesar 0,975 untuk variabel X,
dan nilai 0,976 untuk variabel Y. Nilai ini berada antara 0,600-1 maka angket
penelitian ini dapat dikatakan reliabel. Berdasarkan hasil análisis korelasi pada tabel
4.12 di atas dapat diketahui bahwa r hitung sebesar 0.841 dan nilai signifikan sebesar
0.000, dalam kaidah pengambilan keputusan dinyatakan jika probesitasnya lebih
besar dari 0,05 (p >0.05) dan r hitung lebih kecil dari r tabel (r-hitung< r tabel) maka
hipotesis alternativ (Ha) ditolak. Sedangkan probalitasnya lebih kecil dari 0.05 dan r
hitung lebih besar dari r tabel (r-hitung>r tabel), maka hipotesis alternativ (Ha) di
terima.
Jadi kesimpulannya besarnya hubungan antara pemahaman nilai-nilai Pancasila
dengan kenakalan remaja adalah sebesar 70,73% dan 29,27 % dipengaruhi faktor
lainnya. Sedangkan pada hipotesis diasumsikan bahwa pemahaman nilai-nilai
Pancasila dengan kenakalan remaja dibawah 50%, padahal data yang diperolah
menunjukkan bahwa pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan kenakalan remaja
sebesar 70,73% hal ini berarti Ho ditolak.
Pemahaman Remaja Di Dusun Selorejo Desa Karangdiyeng Kecamatan
Kutorejo Kabupaten Mojokerto Terhadap Nilai-nilai Pancasila
Moedjanto (Wahana, 1993:76), berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila
memuat suatu daya tarik bagi manusia untuk diwujudkan, mengandung suatu
keharusan untuk dilaksanakan. Nilai-nilai merupakan cita-cita yang menjadi motifasi
sebagai segala sikap. Tingkah laku dan perbuatan manusia yang mendukungnya,
karena bagi pendiri negara telah menggali, menemukan, melihat begitu pentingnya
nilai-nilai Pancasila. Maka mereka berharap agar seluruh bangsa Indonesia yang telah
memiliki kebebasan untuk menentukan tujuan hidupnya dan mendukung terwujudnya
nilai-nilai Pancasila. Sehingga nilai-nilai tersebut memberikan daya tarik. Nilai-nilai
tersebut perlu di munculkan dalam suatu rumus yang jelas tujuan hidupnya bersama
bangsa Indonesia. Nilai-nilai terebut secara formal telah dirumuskan dan ditetapkan
dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 dan secara tegas menjadi tujuan ideal
bagi bangsa Indonesia. Secara formal nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang
harus diterima, didukung serta dihargai oleh seluruh bangsa Indonesia dan nilai-nilai
Pancasila yang menjiwai harapan serta damban bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila akan memberikan daya tarik bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan
dalam sikap dan tindakan hidup sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang telah
dilukan diketahui bahwa pemahaman nilai-nilai Pancasila berada pada interval 61-80
sebanyak 15 (44,1%) berada pada interval yang sangat tinggi, pada interval 41-60
sebanyak 19 (55,9%) berada pada interval yang tinggi, pada interval 21-40 sebanyak
0 (0%) berada pada interval yang cukup/sedang dan pada interval dibawah 20
sebanyak 0 (0%). Hasil penelitian ini juga di kemukakan Sudarsono (2004:165)
mengatakan perikehidupan lingkungan anak delequen memiliki peranan penting di
dalam upaya resosialisasi, sebab secara individual anak delequen dihadapkan kepada
ide-ide dan nilai-nilai baru yang terencana secara edukatif. Lebih-lebih untuk menjadi
remaja atau anggota masyarakat dalam arti yang lebih luas. Keteladanan yang secara
baik perlu diciptakan sedemikian rupa dengan maksud agar anak-anak delequen
memiliki kepribadian yang mantap untuk hidup bermasyarakat, misalnya gotongroyong, selalu cendrung melakukan perbuatan yang baik-baik.
Tingkat Kenakalan Remaja Di Dusun Selorejo Desa Karangdiyeng Kecamatan
Kutorejo Kabupaten Mojokerto
Perasaan moral atau susila adalah persaan yang kita alami pada penghayatan
benar atau baik dan salah atau jahat. Kadar ukuran untuk merasakannya ialah hati
nurani daconscience. Perbuatan baik akan memberikan rasa senang dan bahagia,
sedangkan perbuatan jahat menimbulkan rasa bersalah, bedosa atau penyesalan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kenakalan remaja di
dusun selorejo desa karangdiyeng kecamatan kutorejo kabupaten mojokerto berada
pada interval 31-40 sebanyak 28 (82.35%) sangat tinggi, pada interval 21-30
sebanyak 6 (17,65%) berada pada interval yang tinggi, pada interval 11-20 sebanyak
0 (0%) berada pada interval yang sedang/cukup, dan pada interval rendah 10
sebanyak 0 (0%). Modus dalam analisa ini menujukkan 28 (82.35%) responden pada
interval tinggi 61-80 sehingga angka tersebut dapat dijadikan dasar dalam menarik
kesimpulan. Karena sebagian besar angket yang digunakan dalam meneliti tentang
kenakalan remaja adalah angket negatif maka semakin tinggi nilai yang diperoleh
maka semakin rendah kenakalan remaja, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
bahwa kenakalan remaja di dusun selorejo desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo
kabupaten Mojokerto sangat rendah. Sedangkan menurut Kartini Kartono ( 1996:93)
mengatakan perasaan moral atau susila adalah yang kita alami pada penghayatan
benar atau baik dan salah atau jahat. Kadar untuk merasakannya ialah : hati nurani,
perbuatan baik akan memberikan rasa senang bahagia, sedangkan perbuatan jahat
menimbulkan rasa bersalah, berdosa dan penyesalan. Menurut Daradjat (1972:111)
Orang mengatakan apakah seorang anak itu dikatan nakal atau tidak berbeda-beda
pendapat. Ada yang mengatakan bahwa anak yang keras kepala, tidak patuh engan
orang tua, sering bertengkar atau berkelahi, suka menyakiti dan mengganggu orang
lain, mencuri, melakukan hal-hal yang terlarang, malas sekolah, tidak mau belajar dan
sebagainya adalah nakal. Kenakalan remaja terdapat dalam setiap masyarakat, hanya
yang berbeda adalah berapa besar tingkat kenakalan remaja itu di kalangan remaja itu
sendiri. Di Negara kita persoalan ini diduga sangat menarik perhatian, kita mendengar
remaja belasan tahun berbuat jahat, mengganggu kepentingan masyarakat tidak
menghormati orang tua dan guru. Mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang
cukup mengganggu ketentraman umum. Misalnya: merokok, ngebut-ngebutan,
berkelahi, minum-minuman keras, main wanita dan sebagainya. Terjadinya kenakalan
remaja dan lunturnya rasa hormat.
Hubungan Pemahaman Remaja Terhadap Nilai-nilai Pancasila Dengan
Kenakalan Remaja di Dusun Selorejo Desa Karangdiyeng Kecamatan Kutorejo
Kabupaten Mojokerto
Berdasarkan hasil análisis korelasi pada tabel di atas dapat diketahui bahwa r
hitung sebesar 0.834 dan nilai signifikan sebesar 0.000, dalam kaidah pengambilan
keputusan dinyatakan jika probesitasnya lebih besar dari 0,05 (p >0.05) dan r hitung
lebih kecil dari r tabel (r-hitung< r tabel) maka hipotesis alternativ (Ha) ditolak.
Sedangkan probalitasnya lebih kecil dari 0.05 dan r hitung lebih besar dari r tabel (rhitung>r tabel), maka hipotesis alternativ (Ha) di terima.
Jadi kesimpulan besarnya hubungan antara pemahaman nilai-nilai Pancasila
dengan kenakalan remaja adalah sebesar 70.73% dan 29.27% dipengaruhui faktor
lainnya. Sedangkan pada hipotesis diasumsikan bahwa pemahaman nilai-nilai
Pancasila dengan kenakalan remaja dibawah 50%, padahal data yang diperoleh
menunjukkan bahwa pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan kenalan remaja sebesar
70.73%. Hal ini berati Ho ditolak.
Seperti yang di kemukakan oleh Bertens (2002:29). Setiap masyarakat
mengenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Dalam masyarakat yang homogen dan
agak tertutup atau masyarakat tradisonal. Katakanlah nilai-nilai dan norma-norma itu
praktis dan tidak pernah dipersoalkan. Dalam keadaan seperti itu secara otomatis
orang menerima nilai dan norma yang berlaku. Individu-individu dalam masyarakat
itu tidak berfikir lebih jauh. Tapi nilai-nilai dan norma etis yang dalam masyarakat
tradisional umunya tinggal emplisit saja, setiap saat bisa menjadi eksplisit. Terutama
nilai-nilai itu ditentang atau norma-norma itu dilanggar karena perkembangan baru,
kita melihat bahwa nilai atau norma yang tadinya terpendam dalam hidup tuli, dengan
agak mendadak tampil kepermukaan. Banyak nilai dan norma etis berasal dari agama.
Tidak diragukan, agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma yang paling
penting. Oleh sebab itu, agama berada paling tinggi dalam Pancasila. Jadi
kesimpulannya dilihat dari hasil penelitian dan teori-teori terjadi hubungan antara
hubungan antara pemahaman remaja terhadap nilai-nilai Pancasila dengan kenakalan
asusila remaja di dusun Selorejo desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo kabupaten
Mojokerto.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah disajikan pada bab sebelumnya, maka pada bab
ini peneliti mengambil kesimpulan tentang hubungan pemahaman remaja terhadap
nilai-nilai Pancasila dengan kenakalan remaja di dusun Selorejo desa Karangdiyeng
kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto, sebagai berikut:
Pemahaman remaja di dusun Selorejo desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo
kabupaten Mojokerto terhadap nilai-nilai Pancasila pada tinggkat tinggi.
Sebagian besar angket yang digunakan dalam meneliti tentang kenakalan
remaja adalah angket negatif maka semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin
rendah kenakalan remaja, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa
kenakalan remaja di dusun selorejo desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo
kabupaten Mojokerto sangat rendah.
Hubungan pemahaman remaja terhadap nilai-nilai Pancasila dengan
kenakalan remaja di dusun Selorejo desa Karangdiyeng kecamatan Kutorejo
kabupaten Mojokerto berpengaruh positif dan signifikan.
SARAN
Untuk menurunkan tingkat kenakalan remaja maka lingkungan masyarakat
sekitar memberikan perhatian yang lebih pada remaja yang masih mencari jati diri
dengan membuat banyak kegiatan yang bersifat positif seperti: pengajian, kegiatan
kesenian dan keterampilan.
Ditujukan kepada orang tua. Jika ingin remaja kenakalannya berkurang harus
lebih memperhatikan tingkah laku remaja dan menunjukkan contoh sikap yang baik.
Ditujukan kepada peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini. Jika
ingin melanjutkan penelitian ini, bisa mencoba melakukan penelitian di tempat dan
populasi yang berbeda. Perbedaan ini bisa digunakan sebagai perbandingan hubungan
pemahaman nilai-nilai Pancasila terhadap kenakalan remaja. Selain meneliti
pemahaman nilai-nilai Pancasila terhadap kenakalan remaja penelitian selanjutnya
bisa menggunakan atau menambah variabel lain di luar variabel ini misalnya norma
agama, norma kesusilaan, norma hukum dan norma kesopanan. Sehingga penelitian
selanjutnya bisa lebih berkembang dan variatif.
DAFTAR RUJUKAN
Abdulsyani. 1987. Sosiologi Kriminalitas. Bandung: CV Remadja karya
Bakry, Noor, MS. 2001. Orientasi Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Liberty
Bungin, Burhan, 2009, Metodologi Penelitian Kuantitatfi,cet. Ke-4 Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Elisabeth B. Hurlock.1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Airlangga.
Kartini kartono.1981. Gangguan-Gangguan Psikhis. Bandung: Sinar Baru. 1981
Kartini kartono. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Kartini kartono.2002. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
K. Bertens.2002. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Ninik Widiyanti dan Pandji Anoraga.1987. Perkembangan Kejahatan Dan
Masalahnya. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Paulus, wahana.1993. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Kanisius
Roucek, Joseph S dan roland L. walerren.1984. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Bina
Aksara
Solomon, Robert C. 1987. Etika Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Sudarsono.2004. Kenakalan Remaja. Jakarta :PT Rineka Cipta 2004
Sumadisuryabrata. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sunoto. 2003. Mengenal Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Hanindita Grahawidya
Willis, Sofyan S. 2005. Remaja Dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk
Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex Dan Pemecahannya.
Bandung: CV Alfabeta.
Download