MANUSKRIP PENGELOLAAN RESIKO CEDERA PADA An.K DENGAN KEJANG DEMAM BERULANG DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI OLEH : ADELINA DE JESUS SARMENTO 0141922 PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017 Pengelolaan Resiko Cedera Pada An.K Dengan Kejang Demam Berulang Di RSUD Pandang Arang Boyolali 0 PENGELOLAAN RESIKO CEDERA PADA An.K DENGAN KEJANG DEMAM BERULANG DI RSUD PANDANG ARANG BOYOLALI Adelina de Jesus Sarmento 1, Trimawati 2, Mona Saparwati 3 123 Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo [email protected] ABSTRAK Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstranium. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan Resiko Cedera pada Anak dengan Kejang Demam Berulang di RSUD Pandan Arang Boyolali. Resiko cedera adalah rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengaan sumber adaptif dan sumber defensif individu, yang dapat menggangu kesehatan. Metode yang digunakan adalah memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien dalam memenuhi kebutuhan pencegahan kenyamanan dan keselamatan pasien agar tidak terjadi Cedera pada anak. Pengelolaan Resiko Cedera dilakukan selama 3 hari pada Anak dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan Resiko Cedera pada anak dengan kejang demama berulang didapatkan pasien tidak mengalami trauma fisik akibat kejang demam maupun kejang berulang. Saran bagi perawat di Rumah Sakit RSUD Pandan Arang Boyolali agar menerapkan prinsip kenyamanan lingkungan dan keselamatan pasien untuk mencegah terjadi cedera pada pasien terutama pada Anak dengan Kejang Demam Berulang. Kata kunci Kepustakaan : Kejang Demam, Resiko Cedera. : 12 (2007-2016). Latar Belakang 4% dari anak yang berusia 6 bulan–5 tahun Berdasarkan Health pada tahun 2012-2013. Sedangkan angka Organization (WHO) tahun 2010, Kejang kejadian di provinsi Jawa Tengah mencapai 2- demam merupakan jenis kejang yang paling 3% dari anak yang berusia 6 bulan–5 tahun sering terjadi 2-4% pada anak usia 6 bulan- 5 setiap tahun namun 25-50% kejang demam tahun. Insiden terjadinya kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam diperkirakan mancapai 4-5% dari jumlah berulang (Kadafi, 2013). penduduk di data amerika World amerika Kejang demam adalah bangkitkan selatan, dan eropa barat diperkirakan 2-4% kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh dalam 5 tahun terakhir terjadinya kejang (suhu rektal di atas 38˚C) yang disebabkan demam lebih sering terjadi pada saat anak oleh suatu proses eksrakranium. Kejang berusia ± 2 tahun. Namun di Asia angka terjadi ketika fungsi otak tidak normal kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di sehingga menyebabkan terjadi perubahan Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian gerakan, perhatian, dan kesadaran. Kejang kejang sendiri demam tidak disertai infeksi susunan saraf dilaporkan angka kejadian kejang demam 3- pusat (SSP) atau berupa gangguan elektrolit demam. Di serikat, Indonesia Pengelolaan Resiko Cedera Pada An.K Dengan Kejang Demam Berulang Di RSUD Pandang Arang Boyolali 1 akut, terjadi pada anak di atas usia satu bulan pengumpulan data dilakukan dan tidak ada riwayat kejang tampa demam menggunakan sebelumnya. Terjadi pada anak berumur 6 pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan bulan sampai 5 tahun. Insiden tertinggi penunjang. teknik dengan wawancara, terjadi pada usia 18 bulan. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 Pembahasan bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Berdasarkan tinjauan kasus yang Bila anak berumur dari 6 bulang atau lebih dilakukan pada hari jumat tanggal 12 Mei dari 15 tahun mengalami kejang didahului 2017 di Ruang Dadap Serep RSUD Pandan demam, ada kemungkinan lain misalnya Arang Boyolali pada An.K dengan Kejang infeksi SSP, atau epilepsi yang kebutulan Demam. Pada bab ini penulis akan membahas terjadi bersama demam. tentang pengelolaan Resiko Cedera pada Kejang demam diklasifikasikan An.K dengan Kejang Demam berulang. menjadi dua macam yaitu : Penulis akan membangdingkan masalah yang 1. muncul dengan teori yang ada mengenai Kejang Demam Sederhana Kejang demam yang berlangsun 2. diagnosa keperawatan hingga evaluasi singkat, kurang dari 15 menit, dan berdasarkan dari pengkajian pada hari jumat umumnya akan berhenti sendiri. Kejang tanggal 12 sampai hari minggu tanggal 14 Mei berbentuk umum tonik dan klonik, tanpa 2017. Masalah yang dibahas ditemukan gerakan fokal. Kejang tidak berulang berdasarkan masalah yang menjadi prioritas dalam waktu 24 jam. Kejang demam utama sederhana merupakan 80 % diantara pembahasan seluruh kejang demam. Diagnosa utama, Intervensi, Implementasi, Kejang Demam Kompleks Evaluasi, maka permasalahan tersebut akan Kejang demam yang berlangsung adalah resiko dimulai cedera. dari Adapun pengkajian, dibahas lebih lanjut dibawah ini. selama >15 menit pada salah satu bagian tubuh dan dapat berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (Candra, 2009). Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian adalah pengumpulan data yang didapatkan Metode Pengelolaan Metode yang langsung dari pasien maupun rekam medis digunakan adalah dari rumah sakit. Pengkajian merupakan memberikan pengelolaan berupa perawatan tahap yang paling menentukan bagi tahap pasien dalam resiko cedera. Pengelolaan berikutnya. pasien resiko cedera selama 3 hari. Teknik keperawatan Selanjutnya dan evaluasi tindakan mengikuti Pengelolaan Resiko Cedera Pada An.K Dengan Kejang Demam Berulang Di RSUD Pandang Arang Boyolali 2 perencanaan yang dibuat (Rohman & Walid, Setelah dikaji lebih lanjut penulis 2013). Data yang dikaji meliputi identitas mendapatkan hasil pengkajian yaitu pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik pada pasien sebagai berikut pola fungsional, keadaan fisik, hasil-hasil : kesadaran komposmetris TTV Suhu : 39,2˚C , pemeriksaan, dan keadaan umum lainnya. Nadi :120x/menit, RR: 23x/menit, Head to toe Sumber yang didapat dari pasien, keluarga kepala mesochepal, rambut hitam, mata pasien, catatan keperawatan, catatan dokter, simetris kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, dan dari perawat bangsal. hidung tidak ada sekret, terpasang kanul O2 3 Adapun data yang terkumpul adalah liter/menit mulut (mukosa bibir kering, gigi pengkajian pada tanggal 12 Mei 2017 jam baru tumbuh). Telingga (pendengaran baik, 12:30 WIB data di dapat dengan wawancara tidak dari keluarga pasien dan data dari RM, pembesaran diketahui identitas pasien, nama An.K umur pengkajian data fokus didapatkan data 10 bulan, jenis kelamin perempuan, diagnosa subjektif ibu mengatakan anaknya panas lalu medis Kejang Demam Kompleks (KDK) alamat kejang dua kali di rumah sebelum bawa ke sidorejo boyolali, penangun jawab adalah rumah sakit. Penulis juga dapatkan data dari orangtua pasien sendiri. Keluhan utama : ibu apa yang dilihat keluarga pasien cemas dan pasien mengatakan anaknya demam. Riwayat tidak tahu harus melakukan apa terhadap penyakit sekarang ibu pasien mengatakan kondisi anaknya. sebelumnya pasien demam lalu kejang dua kali di rumah sebelum bawa ke rumah sakit. Pasien masuk ke RUDS Boyolali lewat ada kelainan), leher kelenjar tidak tyroid. ada Dalam Dari data –data tersebut penulis mendapatkan salah satu masalah keperawatan yaitu kurangnya pengetahuan IGD maka di anjurkan dokter IGD untuk rawat dengan inap dengan diagnosa KDK untuk observasi merencanakan tindakan keperawatan yang di kejang berulang. Riyawat penyakit dahulu : gunakan pasien pernah di rawat di rumah sakit yang tentang pencegahan dan penatalaksanaan sama tiga minggu yang lalu dengan keluhan anak saat kejang demam berulang yaitu panas, dengan batuk, pilek. Riwayat penyakit masalah untuk cara tersebut memberikan memberikan pendidikan kesehatan keluarga tidak ada yang menderita kejang keluarga demam anaknya pencegahan dan penatalaksanaan anak saat mengalami penyakit kejang demam, keluarga menggalami kejang demam berulang ( Allen, pasien juga tidak ada yang menderita Carol Vestal, 2010). pertama kali bisa keluarga informasi keluarga : Ibu pasien mengatakan dalam baru kepada penulis mengerti diharapkan tentang cara penyakit menular, menahun dan menurun dan garis keturunan keluarga sebelumnya. Pengelolaan Resiko Cedera Pada An.K Dengan Kejang Demam Berulang Di RSUD Pandang Arang Boyolali 3 Diagnosa Keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut Menurut carpenito (2007) Diagnosa (Potter Perry, 2007). Rencana keperawatan keperawatan adalah suatu pernyataan yang yang pertama monitor TTV agar mengetahui menjelaskan (status perubahan suhu dapat segera ditangani. kesehatan atau resiko perubahan pola) dari Rencana keperawatan yang ke dua respon manusia individu atau kelompok dimana perawat yaitu beri kompres hangat tujuannya adalah secara akuntabilitas dapat mengindentifikasi membantu mengurangi demam. Rencana dan memberikan intervensi secara pasti keperawatan yang ke tiga berikan oksigen untuk kesehatan, sesuai kebutuhan pasien agar pemenuhan menurunkan, membatasi, mencegah dan oksigen dalam otak. Rencana keperawatan merubah. yang ke empat berikan pendidikan kesehatan menjaga status Setelah diuraikan dari pengkajian tentang cara penatalaksanaan dan cara diatas diagnosa yang dapat diambil menurut pencegahanya pada keluarga. Rencana penulis adalah resiko cedera. Diagnosa keperawatan yang ke lima berikan obat keperawatan resiko cedera diangkat sebagai sesuai advice dokter. prioritas utama sesuai dengan teori Hirarkia Maslow dalam (Potter & Perry, 2010), yang menyebutkan dasar Implementasi keperawatan adalah manusia dibagi menjadi lima tingkat yaitu : semua tindakan yang dilakukan oleh perawat kebutuhan fisiologi, kebutuhan keselamatan untuk membantu klien beralih status dari dan rasa nyaman, kebutuhan rasa cinta kesehatan saat ini ke status kesehatan yang dimiliki dan diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Potter kebutuhan yang paling tinggi aktualisasi diri. & Perry, 2010). Implementasi pertama yang Diagnosa yang penulis angkat berada pada dilakukan adalah mengukur tanda-tanda vital: tingkat Nadi: dan yang bahwa kebutuhan Implementasi Keperawatan memiliki, harga kedua yaitu diri, kebutuhan 120x/menit, Suhu: 39,2°C, RR: keselamatan dan kenyamanan. Diagnosa 20x/menit agar mengetahui perubahan suhu keperawatan ini jika tidak diatasi dapat dan dapat segera ditangani. Implementasi mengakibatkan ancaman bagi pasien akibat yang kedua memberikan oksigen 3 liter/ Resiko cedera (Potter & Perry, 2010). menit sesuai dengan kebutuhan pasien agar pemenuhan oksigen dalam otak. Pemenuhan Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan oksigen adalah bagian dari kebutuhan adalah fisiologi menurut hierarki Maslow. Kebutuhan kategori dari perilaku keperawatan dimana oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. tujuannya berpusat pada klien dan hasilnya Implementasi ditetapkan untuk intervensi keperawatan memberikan kompres hangat. yang ketiga adalah Pengelolaan Resiko Cedera Pada An.K Dengan Kejang Demam Berulang Di RSUD Pandang Arang Boyolali 4 Menurut penulis kompres hangat tidak terjadi kejang berulang maupun tidak adalah salah satu metode untuk menurunkan terjadi trauma fisik pada pasien. Dari data suhu tubuh pada anak yang menggalami subjektif dan data objektif yang di dapatkan demam agar tidak bisa mengalami kejang masalah sudah teratasi karena keadaan berulang. Implementasi yang ke empat pasien sudah membaik dan pasien akan adalah memberikan pendidikan kesehatan pulang. tentang cara penatalaksanaan dan cara Anjurkan keluarga pasien untuk melakukan pencegahannya agar keluarga pasien bisa tindakan yang sudah diajarkan dan cara mencegah terjadi resiko cedera pada anak penanganannya saat menggalami kejang demam di rumah. anak berulang. mengalami kejang Implementasi yang demam ke Pertahankan di intervensi rumah saat yaitu: pasien lima memberikan obat sesuai advice dokter. Obat KESIMPULAN yang diberikan adalah cefotaxime adalah Kejang demam adalah bangkitkan cephalosporin spektrum luas semisintetik kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang diberikan secara intravena sebesar 500 (suhu rectal di atas 38°C) yang disebabkan mg, 1 g, dan 2 gr, terjadi peningkatan oleh kadarnya demam dalam serum secara “dose suatu prosesekstrakranium. juga berpotensi Kejang mengakibatkan dependent” tanpa perubahan waktu paruh cedera fisik, kelemahan pada fisik, penurunan eliminasi. kesadaran, maka dari itu diperlukan penanganan dan edukasi yang lama terhadap Evaluasi penderita dan keluarga, jika tidak segera Menurut Rohman & Walid (2013) Evaluasi adalah penilaian dengan cara diatasi kejan demam akan berdampak beruk terhadap pada kesehatan (cedera fisik) anak. membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat pada tahap Saran Bagi orangtua pendidikan pada anak.K berdasarkan evaluasi pada hari diharapkan orangtua mengetahui kondisi minggu tanggal 14 Mei 2017 didapatkan jam anaknya, orangtua dapat mengerti akibat dari 14:00 WIB didapatkan evaluasi dengan data penyakit kejang demam, dapat mengerti subjektik dari ibu pasien mengatakan tidak tanda dan gejala, dan dapat mengerti factor terjadi kejang berulang dan keadaan pasien pencetusnya sudah membaik pasien akan pulang. mengawasi dengan baik. data objektif sehingga kepeda adanya perencanaan. Hasil pengelolaan resiko cedera Dari kesehatan dengan orangtua orangtua dapat penulis mendapatkan suhu tubuh pasien normal, Pengelolaan Resiko Cedera Pada An.K Dengan Kejang Demam Berulang Di RSUD Pandang Arang Boyolali 5 Daftar Pustaka Allen, Carol Vestal, (2010). Memahami Proses keperawatan. Jakarta :EGC Bulechek, dkk (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed) . Yogyakarta MocoMedia. Candra, (2009) Kejang Demam. Available:http//www. Scribd.com/doc/156894 07, Diakses tanggal 3 Maret 2017- Juornal. Carpenito, (2007) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Cetakan Pertama Jakarta :ECG. Depkes RI dan WHO, 2013. Modul Pelatihan Penilaian pertumbuhan anak. Jakarta. Greene, et all, (2007), pertolongan pertama untuk anak, ahli bahasa susi purwoko, Gramedia, Jakrta. Kadafi, (2013) Faktor Resiko Demam Berulan pada anak. Volume 42, nomor 2. Media Medika Indonesiana-juornal. Akses pada tanggal 3/3/ 2017 pukul 20:25 WIB. www.ejurnal. citrakeperawatan.com/index.php/JCK/ artikel/view/30–Juornal. Lestari, (2016) Asuhan keperawatan anak. Cetakan pertama. Yogyakarta : Nuha Medika Moorhead, dkk, (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed). Yogyakarta : MocoMedia. Muttaqin, Arif, (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika. Potter & Perry, (2009). Fundamental keperawatan Buku 1.Ed.7 Jakarta: Salemba Medika. Ridha, (2014) Buku ajar keperawatan anak. Cetakan pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rohmah & Walid, (2014). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi, Cetakan II. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Pengelolaan Resiko Cedera Pada An.K Dengan Kejang Demam Berulang Di RSUD Pandang Arang Boyolali 6