Kota dan Perubahan Iklim

advertisement
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
AGENDA
Course on Geospatial Technologies for
Disaster Risk Reduction in the Horn of
Africa, 25 January - 4 February 2016
http://climate-l.iisd.org/events/course-ongeospatial-technologies-for-disaster-riskreduction-in-the-horn-of-africa/
Sea-level Observation Symposium:
Journées REFMAR 2016, 2-4 February
2016
http://climate-l.iisd.org/events/sea-levelobservation-symposium-journeesrefmar-2016/
Agriculture and Food Systems, Climate
Change and Nutrition in CIS Countries, 11
February 2016
http://climatel.iisd.org/events/agriculture-and-foodsystems-climate-change-and-nutritionin-cis-countries/
7th International Conference on Integrated
Natural Disaster Management, 15-16
February 2016
http://climate-l.iisd.org/events/7thinternational-conference-on-integratednatural-disaster-management/
BEASISWA
Uni-Koblenz Scholarship, Gemany
https://www.uni-koblenzlandau.de/en/internationalen/incomings/scholarship/weco-scholarship
ESED Scholarships for Sustainable Energy
Development Studies
http://www.scholars4dev.com/17359/esedscholarships-for-sustainable-energydevelopment-studies/
KOMPETISI
Volvo Environment Prize
http://www.environment-prize.com/
TOKOH
Tokoh Edisi ini, Pak Agus
 BERITA
LAGI, KOTA PARTNER GIZ BERBAGI PENGALAMAN DI CONNECTIVE CITIES
CEBU – “Setiap kota memiliki keunikan, karakter dan permasalahan yang berbeda.
Pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan harus tetap mempertahankan
keunikan dan ciri khas kota” demikian disampaikan Rafael Christoper, perwakilan Walikota
Cebu, dalam pembukaan The 3rd Connective Cities Dialogue in Asia – Practitioners’ Workshop
di Cebu, Filipina tanggal 17 – 19 November 2015. Connective Cities merupakan platform
komunikasi praktisi pembangunan perkotaan berkelanjutan yang difasilitasi oleh pemerintah
Jerman melalui GIZ dan German Association of Cities. Platform ini bertujuan mendorong
pembangunan berkelanjutan melalui diskusi dan berbagi pengalaman antar kota di dunia.
Pertemuan ini dihadiri oleh pemangku kepentingan pengembangan kota, mulai dari pemerintah
kota, LSM dan institusi pendidikan. Connective Cities di Asia Tenggara kali ini dihadiri oleh tiga
negara yaitu Indonesia, Filipina, dan Jerman dengan peserta sebanyak 25 orang yang berasal
dari sembilan kota termasuk kota-kota mitra GIZ Indonesia. Mitra PAKLIM diwakili oleh Kota
Semarang dan Malang sedangkan SUTIP diwakili oleh Kota Bogor dan Surakarta. Michael
Lopez Rama selaku Walikota Cebu juga hadir saat diskusi dan menekankan pentingnya
pembelajaran dari kota-kota lain untuk mendorong Cebu menjadi the most livable city for all.
Workshop dengan tema Green Cities Implication for Sustainable Urban Mobility ini menjadi
pembelajaran penting bagi peserta. Pertama, komitmen dari pimpinan kota adalah kunci utama
dalam penyediaan transportasi publik yang dapat diandalkan, aman, dan nyaman.
Pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan membutuhkan proses, waktu dan
biaya yang tidak sedikit. Pelibatan swasta dalam pendanaan perlu dilakukan seperti yang
terjadi di Eropa khususnya Jerman, walaupun pada akhirnya disadari bahwa pelibatan swasta
melalui PPP (Public Private Partnership) untuk menyediakan transportasi publik tidak selalu
berjalan mulus dan terkadang membatasi kendali Pemerintah hanya dalam menentukan harga
tiket. Kedua, partisipasi, gender dan kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam setiap
proses menjadi keharusan.
1
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
Bercermin dari pengalaman Kota Semarang, perempuan memiliki akses yang terbatas terhadap kendaraan pribadi baik
dari kepemilikan maupun penggunaan. Hal ini mengakibatkan wanita memiliki ketergantungan yang lebih terhadap
transportasi publik. Integrasi gender dalam pengembangan transportasi publik menjadi hal yang penting agar transportasi
publik juga ramah terhadap gender. Ketiga, pemanfaatan teknologi dan media sosial dalam sistem transportasi dapat
mempermudah masyarakat dalam mengakses transportasi dari segi pilihan moda, waktu, jarak, rute dan biaya.
Pemanfaatan teknologi dapat menawarkan beragam pilihan dan kenyamanan transportasi sebagai “One Stop Mobility
Shop“ seperti yang telah dilakukan di Hanover, Jerman. Penyediaan transportasi publik yang aman, handal, nyaman dan
terjangkau menjadi prioritas yang harus dipenuhi setiap kota. (RB & DP)
LAKUKAN EVALUASI, JAWA TENGAH BERIKAN SINYAL KESIAPAN KAJI ULANG RAD GRK
KARIMUNJAWA - Kesenjangan antara
BAU RAD GRK dengan inventarisasi
emisi GRK mendorong POKJA RAD
60,000.00
GRK Jawa Tengah segera melakukan
evaluasi RAD GRK. Bersama PAKLIM
40,000.00
dan GE-LAMA-I, workshop evaluasi
RAD GRK dilakukan di Karimunjawa
20,000.00
pada 29 November – 1 Oktober 2015.
Hasilnya menunjukan temuan yang
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
mengejutkan. Kesenjangan antara
BAU RAD GRK dengan inventarisasi
BAU Scenario
GHG Inventory
emisi GRK mencapai 7 juta ton CO2e
GHG Inventory + Monitoring
Mitigation scenario
pada tahun 2010 dimana BAU lebih
kecil
dari
inventarisasi
GRK.
Sementara dari segi capaian, pencapaian penurunan emisi GRK masih rendah yakni 1,2 juta ton CO2e (tidak termasuk
limbah) karena ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana. Melihat temuan ini, PAKLIM dan GE-LAMA-I
menyarankan agar POKJA RAD GRK melakukan penyesuaian
BAU dengan kondisi aktual serta memperbaiki rencana aksi
sesuai dengan kewenangan, teknologi, efisiensi dan efektifitas
pembiayaan.
80,000.00
Dalam workshop tersebut, hadir pula Camat Karimunjawa, Muh.
Tahsinul Khuluq yang berbagi pengalaman mengenai tantangan
ketersediaan energi di wilayahnya. Keterbatasan energi menjadi
penghambat pengembangan wisata di Karimun Jawa. Berbagai
upaya dilakukan diantaranya pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel, Tenaga Bayu, dan Tenaga Surya. Pengalaman ini
menjadi referensi penting bagi POKJA RAD GRK dalam kaji
ulang. (RB)
2
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
MENGATASI PERUBAHAN IKLIM MELALAUI PARTISIPASI WARGA KESTALAN
SURAKARTA – Kampung-kampung perkotaan merupakan
kawasan rentan perubahan iklim. Mitigasi dan adaptasi
tindakan berbasis masyarakat dapat mulai pada tingkat
Kampung dalam rangka membangun agar
lebih
berketahanan iklim. Bekerjasama dengan PAKLIM, BLH
Surakarta menyusun strategi dan rencana aksi ketahanan
iklim di Kampung Kandangdoro.
Pada tanggal 15 Oktober 2015, FGD pertama (Focus Group
Discussion) untuk mengidentifikasi sector-sektor yang
rentan berbasis masyarakat. Identifikasi menghasilkan tiga
persoalan utama yakni kerentanan air akibat pencemaran
dan betonisasi, masalah limbah dan keterbatasan ruang
terbuka. Untuk meningkatkan ketahanan kampung,
masyarakat mengusulkan perbaikan sistem sanitasi, limbah
dan air. Temuan ini akan dibahas lebih lanjut pada FGD II mendatang pada akhir Oktober akan bertujuan
mengintegrasikan kedua kepentingan yaitu dari masyarakat setempat serta pendekatan pemecahan masalah dari SKPD.
(RB)
PAKLIM BUKTIKAN KOMITMEN TERHADAP GENDER
JAKARTA - Dalam setiap kegiatan pembangunan adalah sebuah keharusan bagi kerjasama internasional Jerman untuk
mempromosikan kesetaraan gender. Untuk mendorong pelaksanaan komitmen ini, GIZ Indonesia menyelenggarakan
kontes Gender untuk GIZ Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN dengan tema “Communicating Gender”. Melalui Kontes
tersebut, PAKLIM sebagai bagian dari GIZ Indonesia ingin membuktikan komitmennya terhadap gender dan sejauh mana
pencapaian promosi gender telah dicapai. Melalui esai singkat tentang deskripsi pendekatan gender yang telah dilakukan
PAKLIM berjudul “Gender mainstreaming project management for improved climate” telah mengantarkan PAKLIM sebagai
juara ketiga untuk kategori Gender Marker 1. PAKLIM mengintegrasikan gender dalam strategi perubahan iklim melalui
pendirian gender working group serta menyediakan gender tools bagi internal staf maupun partner PAKLIM untuk
memastikan promosi kesetaraan gender dalam pelaksanaan proyek dan implementasi strategi iklim.
3
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
Bertempat di Hotel Morrisey, Jakarta, 21 Oktober 2015 Gender Working Group Indonesia, Timor Leste and ASEAN
menyelenggarakan penyerahan hadiah secara resmi Awards Ceremony “Communicating Gender” yang dihadiri oleh
berbagai perwakilan proyek GIZ Indonesia dan Timor Leste. Dalam Awards ceremony tersebut PAKLIM bersama
pemenang-pemenang lainnya mendapat kehormatan untuk menerima penghargaan langsung dari Peter Palesch, Country
Directur GIZ Indonesia, Timor Leste and ASEAN. Juara Pertama dan Kedua dalam kontes Gender Marker 1 adalah
Forests and Climate Change Programme (FORCLIME) Indonesia dan Sustainable Management of Agro-Biodiversity
Timor-Leste. Pemenang dari kategori Gender Marker 0, juara pertama Advisory and Training for the Maritime Sector dari
Timor-Leste, kedua The Global Climate Change Alliance Programme dari Timor-Leste dan ketiga Joint Project
Administration dari Timor-Leste.
Dalam pembukaannya, Peter Palesch menyatakan harapannya akan semakin banyak proyek pembangunan GIZ yang
berlomba-lomba untuk mempromosikan kesetaraan gender. Nadja Jabonwski selaku perwakilan Gender Working Group
Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste menambahkan melalui kontes ini gender diharapkan akan lebih mendapat perhatian
terutama di proyek terkait lingkungan dan perubahan iklim. Bagi PAKLIM sendiri, penghargaan ini bukanlah akhir dari
proses integrasi gender terhadap pembangunan, namun awal bagi proses pembangunan yang lebih berkeadilan. PAKLIM
percaya bahwa gender bukan semata-mata mengenai laki-laki ataupun perempuan saja, namun bagaimana memberikan
hak dan akses yang setara, menekan ketimpangan dan memperluas kesempatan kontribusi aktif dan positif baik laki-laki
maupun perempuan. (FA)
Sumber :
https://twitter.com/gizindonesia
https://www.facebook.com/media/set/?set=a.884492814965282.1073741857.642407229173843&type=3
JEMBATANI AKSI IKLIM NASIONAL KE LOKAL, KLHK LATIH KADER LINGKUNGAN
JAKARTA, 21 Desember 2015 - Dalam menangani perubahan
iklim, banyak pihak yang memiliki peran penting dalam
mengatasi dampak perubahan iklim dan menurunkan emisi
GRK, termasuk masyarakat. Untuk dapat melibatkan
masyarakat lebih jauh dalam menangani perubahan iklim, KLHK
didukung oleh GIZ PAKLIM telah menyelenggarakan
serangkaian pelatihan bertajuk “Pembentukan dan Pelatihan
Kader Lingkungan di Kampung Iklim” di Malang, 17-19
November 2015 dan Yogyakarta, 16-18 Desember 2015.
Peserta pada pelatihan ini adalah perwakilan masyarakat dan
kader lingkungan. Tujuan dari pelatihan adalah untuk
mengembangkan kapasitas masyarakat dalam mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim, melalui pelatihan teknis, eco-mapping dan penilaian mandiri. Pihak penyelenggara adalah KLHK
PGL (Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan) dan Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim,
GIZ Paklim Work Area 1 (advis kebijakan lokal dan nasional) dan Work Area 3 (Climate Education and Awareness).
Pelatihan untuk kedua kota diselenggarakan dalam 3 hari untuk 130-150 peserta dari tingkat kampung di kota/kabupaten
mitra Paklim di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogjakarta, dan mencakup topik-topik berikut: pengenalan isu lingkungan
dan perubahan iklim di Indonesia, keterkaitan antara kebijakan lokal dan nasional dalam hal perubahan iklim serta
dampaknya pada masyarakat, peran penting masyarakat dalam sektor-sektor perubahan iklim seperti limbah dan energi,
pengenalan teknologi innovatif, tahap-tahap identifikasi isu dan pengembangan rencana aksi. Topik-topik tersebut
diberikan melalui pelatihan penilaian mandiri, eco-mapping, dan praktek percontohan biogas, agro-forestry dan
peternakan organik.
4
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
Selama pelatihan, antusiasme dan partisipasi aktif cukup dirasakan. Berbagai isu lingkungan dan perubahan iklim dari
aspek teknis dan manajerial juga didiskusikan selama sesi, termasuk dampak perubahan iklim dan strategi untuk
mengatasinya, peran pemerintah dalam mendukung upaya masyarakat, pencemaran lingkungan yang saat ini terjadi
termasuk pencemaran air, sampah dan limbah yang tak tertangani, pengelolaan dan pemasaran bank sampah. Peserta
juga melakukan praktek pengembangan rencana aksi kampung. Dari pelatihan, perwakilan masyarakat dan kader
lingkungan telah mendapatkan pengetahuan dan peningkatan kapasitas untuk isu perubahan iklim dan diharapkan mampu
mereplikasi pengalaman masing-masing ke komunitas dan kampungnya, sehingga masyarakat dan kader lingkungan
dapat menjadi fasilitator untuk mendapatkan masukan dari warga sekitar untuk rencana aksi mitigasi dan adaptasi
prioritas, sehingga dapat mengembangkan kampung ramah iklim. (TK)
PENDEKATAN GENDER UNTUK AKSI IKLIM BERBASIS MASYARAKAT
MALANG, 19 November 2015 - Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan didukung oleh PAKLIM memperkenalkan pendekatan gender
untuk menyukseskan dan memastikan keberhasilan aksi perubahan iklim
melalui “Pembentukan dan Pelatihan Kader Lingkungan di Kampung Iklim”
di Malang, 17 – 19 November 2015 dan Yogyakarta, 16 – 18 Desember
2015. Pada kesempatan tersebut, PAKLIM Work Area 1 (Advisory
Kebijakan untuk Lingkungan dan Perubahan Iklim) menegaskan pentingnya
mengikutsertakan pertimbangan gender dimulai dari tahap perencanaan
aksi perubahan iklim hingga ke tahap pelaksanaannya. Pendekatan gender
ini dapat diarusutamakan baik untuk kegiatan mitigasi maupun untuk
kegiatan adaptasi perubahan iklim.
Di kesempatan yang sama, PAKLIM Work Area 1 juga memperkenalkan satu set Penilaian Mandiri untuk aksi perubahan
iklim berbasis masyarakat di tingkat pedesaan untuk membantu mempersiapkan rencana aksi perubahan iklim yang
berkelanjutan. Set penilaian mandiri ini terdiri dari rangkaian pertanyaan yang dirancang untuk menggali informasi
mengenai permasalahan lingkungan. Berbagai informasi ini akan digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan
permasalahan dari 9 (Sembilan) sektor yang terkait erat dengan upaya pencegahan perubahan iklim dan upaya adaptasi
terhaap perubahan iklim. Sembilan sektor yang dimaksud adalah sebagai berikut: sektor energy, sektor ruang terbuka
hijau, sektor limbah, sektor transportasi, sektor bangunan, sektor kebencanaan, sektor ketahanan pangan, sektor
kesehatan dan sektor air bersih.
PAKLIM telah melakukan upaya untuk mengintegrasikan pendekatan gender ke dalam set penilaian mandiri di sektor
energi dan sektor limbah. PAKLIM mempresentasikan beberapa temuan atas pola perilaku antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan survey yang telah dilakukan sebelumnya. Temuan utama di sektor adalah sebagai berikut: pengguna energi
di rumah tangga utamanya adalah perempuan dan tingkat kesadartahuan laki-laki atas penggunaan energi lebih rendah
daripada perempuan. Di sektor transportasi juga ditemukan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki preferensi yang
berbeda atas moda transportasi yang digunakan, dimana perempuan lebih bergantung pada transportasi publik karena
keterbatasan akses terhadap kendaraan pribadi. Di sektor limbah, perempuan dipandang sebagai pihak yang bertanggung
jawab untuk mengelola limbah rumah tangga sehingga perempuan memegang peranan penting untuk memberikan
masukan pengelolaan limbah.
Para peserta pelatihan dibimbing untuk mengintegrasikan pendekatan gender ke dalam rencana aksi perubahan iklim
berbasis masyarakat. Partisipasi dan pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kebutuhan baik laki-laki maupun
perempuan, sehingga rencana aksi yang dikembangkan dapat memperhatikan kesetaraan gender. (TK)
5
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
PENGARUSUTAMAAN EKONOMI HIJAU DALAM KEBIJAKAN DAERAH
MAGELANG – Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara dalam proses menyusun strategi pembangunan
ekonomi hijau pada sektor lahan. Konsep ekonomi hijau yang disusun merupakan rekonsiliasi upaya penurunan emisi
sektor lahan yang meliputi pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan (Agriculture, Forestry and other Land
Use/AFOLU) dengan peningkatan ekonomi yang berkelanjutan. Pengarusutamaan ekonomi hijau sektor lahan kedalam
kebijakan pembangunan daerah melalui RPJMD diharapkan dapat membantu daerah mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Dalam rangka penyusunan strategi pembangunan ekonomi hijau tersebut, POKJA di tiga kabupaten mitra GELAMAI
(Green Economy and
Locally
Appropriate
Mitigation Action in
Indonesia) menyusun draft
dokumen
dengan
didampingi tim GELAMAI
yang terdiri dari GIZ dan
ICRAF.
Proses
pendampingan
yang
dilaksanakan pada 1 – 4
Desember
2015
di
Magelang,
merupakan
bagian dari
proses
pelatihan LUMENS (Land
Use
for
Multiple
Environmental Services)
yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
Pada
pendampingan
teknis
pertama dari dua kali yang
direncanakan, tim POKJA
telah berhasil menyusun (1)
analisa
dampak
perubahan
penggunaan
lahan terhadap cadangan
karbon; (2) garis acuan
penurunan
emisi
(reference emission level)
berdasarkan skenario penggunaan lahan di masa yang akan datang; (3) identifikasi bentuk aksi mitigasi beserta tingkat
penurunan emisi; dan (4) strategi pembangunan rendah emisi dan rencana implementasinya.
Selain hal teknis, kunci keberhasilan dalam penyusunan strategi pembangunan ekonomi hijau ini adalah jaminan adanya
keadilan dan efisiensi (fairness and efficiency) bagi semua pemangku kepentingan. Perencanaan dan strategi yang
disusun berbasiskan data dan informasi (informed), menyertakan seluruh pihak terkait (inclusive) dan mengikutkan sektor
pembangunan dalam kerangka kerja yang terpadu (integrative) terutama pada sektor berbasis lahan. Dalam rangka untuk
mencapai upaya tersebut, tim POKJA berencana akan mengadakan kegiatan konsultasi publik untuk mendapatkan
masukan strategi pembangunan ekonomi hijau dari stakeholder pembangunan di daerah.
Kabupaten Purbalingga yang telah berhasil memilih kepala daerah hasil dari pilkada serentak pada Desember lalu,
berupaya untuk menyelesaikan dokumen pembangunan ekonomi hijau segera. Berkaitan dengan proses penyusunan
RPJMD yang akan segera dimulai pada Maret 2016 setelah pelantikan Bupati terpilih, Purbalingga akan mengintegrasikan
strategi pembangunan ekonomi hijau ini kedalam RPJMD mereka. Tujuan ekonomi hijau ini sejalan dengan misi Bupati
terpilih terkait dengan mencukupi kebutuhan pangan, pengembangan ekonomi kerakyatan dan mewujudkan kelestarian
fungsi lingkungan hidup.(FP)
6
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
TIGA BULAN YANG PENDEK DI SURAKARTA
SURAKARTA – Kolaborasi antara PAKLIM dan Program ASA akhirnya berakhir pada November 2015. Program ASA
menugaskan dua relawan yaitu Ha Ngo Bich dan Janine Dummer untuk mendukung Program PAKLIM di Jawa Tengah.
Kedua relawan ini kemudian ditugaskan di Surakarta untuk mendukung kampung yang tahan iklim dari pertengahan
Agustus sampai akhir November 2015. Selama tugasnya, peserta Program ASA telah memilih kampung yang potensial
untuk percontohan aksi perubahan iklim. Kampung yang terpilih yaitu Kampung Kandangdoro, Kelurahan Kestalan,
Surakarta. Kampung ini telah dikaji pada Sembilan elemen kampung terhadap konsekuensi Lingkungan dan perubahan
iklim.
Peserta Program ASA telah mengadakan kajian Lingkungan partisipatif dengan bekerja bersama tokoh-tokoh masyarakat
dan SKPD terkait. Diantara masalah yang mendesak dan penting yang teridentifikasi adalah kontaminasi E. Collie bacteria
di sumur warga dan rendahnya resapan air hujan ke tanah. Kenyataannya kedua masalah ini ternyata saling
berhubungan. Karena permukaan tanah dilapisi beton, tidak ada air hujan yang kembali ke tanah sementara itu
pengambilan air dilakukan intensif dari banyak sumur. Di lain pihak, limbah tinja dibuang langsung ke sungai atau dikelola
sederhana di tangki septic yang tidak memadai. Akhirnya bakteri E. Collie dari limbah cair tinja mengalir dan mencemari
air sumur. Berbasis temuan ini, masyarakat mengusulkan kepada pemerintah kota untuk diberi akses air bersih dan
pengelolaan air limbah domestic yang memadai. Berbagai masalah dan alternative solusi yang lain juga didiskusikan
dalam forum warga.
Pada Desember 2015, Startegi Ketahanan Kampung telah didiskusikan dengan SKPD terkait untuk memperoleh
tanggapan dan dukungan. Peran peserta Program ASA terlihat sangat signifikan meskipun hanya berperan selama tiga
bulan. Untuk menutup penugasan mereka, diselenggarakan makan malam bersama oleh masyarakat, SKPD, dan
PAKLIM. Kedua relawan Program ASA akhirnya menemukan jalan kembali setelah tiga bulan ‘tersesat’ di Surakarta. Tiga
bulan penugasan di Surakarta kelihatan terlalu pendek karena ketulusan dan keramahtamahan warga yang mendukung
tugas-tugas mereka.(MN)
PENASEHAT PEMBANGUNAN MULAI DUKUNG KOTA PEKALONGAN
PEKALONGAN – Kota Pekalongan menerima energy baru untuk membantu pembangunan kota dan pengelolaan
lingkungan. Seorang penasehat pembangunan yang ditugaskan PAKLIM, Ulrich Malisius telah siap mendukung kota
Pekalongan. Pada Selasa (12/8), Ulrich Malisius diperkenalkan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kota Pekalongan
untuk mendiskusikan masalah-masalah prioritas yang harus didukung selama masa tugasnya. Hadir pada pertemuan itu,
perwakilan dari SKPD terkait antara lain BAPPEDA, BLH, DPU, DKK, DKP, dan Disperindagkop. Asisten II Kota
Pekalongan yang memimpin pertemuan menyambut baik penugasan ini. Dia mengucapkan selamat datang dan Ulrich
Malisius dapat memberikan kontribusi signifikan bagi Kota Pekalongan.
Selama pertemuan, berbagai area kerja digali dari harapan dan ide-ide masing-masing SKPD yang hadir untuk
memberikan peran kepada penasehat pembangunan. Dengan sejarah penugasannya yang panjang di Indonesia di bidang
pembangunan kota dan pengelolaan Lingkungan, Malisius fleksibel dengan kebutuhan Kota Pekalongan. Meskipun
demikian, penugasannya harus tetap focus dan realistik terhadap jangka waktu penugasannya. Pada akhir meeting
disepakati untuk memfokuskan dukungan pada perbaikan pengelolaan sampah dan revitalisasi permukiman kumuh.
Kedua isu ini cukup mendesak di Pekalongan untuk lima tahun ke depan. Pertemuan kemudian dilanjutkan dengan
menggali sumber-sumber pendanaan untuk mendukung perbaikan di dua aspek tersebut. Beberapa skema pendanaan
didiskusikan untuk mendukung perbaikan pengelolaan sampah dan revitalisasi permukiman kumuh di Pekalongan.
Akhirnya, selamat bekerja Pak Uli! (MN)
7
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
 KISAH
PERJUANGAN WARGA KANDANG PANJANG MELAWAN ROB MENJADI BERKAH
Perubahan iklim telah bagian warga Kandang Panjang di pesisir utara Kota Pekalongan sejak lebih dari satu dasawarsa.
Waktu pertama kali terjadi kenaikan muka air laut (rob) tidak diketahui dengan pasti, tetapi sekitar tahun 2007 rob
menyebabkan dampak sosial dan lingkungan yang luar biasa. Mula-mula air laut menerjang kawasan hutan mangrove
yang berada di garis paling luar. Ketika hutan mangrove yang tak lagi lebat mulai menyerah, air laut pun menghempas
tambak ikan, kebun melati dan sawah. Lahan-lahan produktif itu tak dapat dipertahankan dan memaksa sebagian besar
warga untuk berganti pekerjaan menjadi buruh batik, berjualan, dan pekerjaan-pekerjaan lain. Lahan-lahan yang menjadi
tempat bergantung telah berubah menjadi lautan sejauh mata memandang.
Dampak rob ternyata tidak berhenti sampai di batas itu, beberapa tahun terakhir rob juga merendam permukiman warga.
Jalan-jalan Lingkungan menjadi becek, lantai rumah berair, dinding-dinding mulai rapuh, dan jamban-jamban mulai tak
nyaman dipakai. Ketika rob datang, septic tank yang tak kedap air terisi penuh oleh air laut. Akibatnya kotoran di WC tak
bisa disiram. Septic tank yang bocor atau meluap mengotori perairan. Warga mulai tersentak ketika banyak anak sakit
diare atau muntaber yang memaksa opname di rumah sakit. Menggendong anak yang sakit menuju rumah sakit melewati
genangan rob menjadi pengalaman yang memilukan. Namun belajar dari pengalaman pilu itu, warga Kandang Panjang
mulai berontak. Tanggul-tanggul dipasang, rumah di tinggikan, pohon-pohon yang mati ditambah tanah dan ditanami
kembali. Warga mulai menata diri dengan berswadaya merintis ketahanan pangan, mengelola sampah, warga berbenah
berupaya mengubah musibah menjadi berkah.
Atas usaha gigih itu, warga Kampung Kandang Panjang menerima beberapa anugerah. Hadiah dari anugerah tersebut
dimanfaatkan sebagai modal memperluas dan meningkatkan perbaikan lingkungan. Pemerintah Kota Pekalongan untuk
mendukung inisiatif warga dengan memberikan hibah program senilai Rp. 1 Milyar. Kini warga Kampung Kandang Panjang
mulai berseri. Kampung yang dulu gersang dan kusam mulai hijau dan tertata tetapi jalan panjang mengembalikan
kehidupannya yang terampas rob masih panjang. Jamban-jamban masih mampat, tanaman-tanaman dan kolam masih
sering terkontaminasi air laut. Tetapi warga yakin jalan panjang itu bisa ditempuh karena perjuangan mereka bisa
membuat rob menjadi luluh. (MN)
8
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
 TOKOH
PAK AGUS: RASA MALU MENGANTARKAN MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN
Pak Agus bersama dengan istri dan anak bungsunya
Keberhasilan Kampung iklim Kandang Panjang dalam menata
kembali wilayah mereka tidak terlepas dari peran seorang tokoh
bernama Agus Dartam. Pak Agus, begitu biasa beliau disapa
oleh masyarakat disana, merupakan seorang ketua RT 5 dari
RW 11 Kelurahan Kandang Panjang. Dalam kesehariannya, Pak
Agus merupakan seseorang yang sederhana. Namun dibalik
tampilan beliau yang sederhana tersebut, keluarlah pemikiranpemikiran hebat yang telah menginspirasi dan memotivasi
warga sehingga saat ini warga Kandang Panjang mampu hidup
dengan semangat baru dan selalu optimis menghadapi keadaan
lingkungan tempat tinggal mereka yang rentan terkena dampak
kenaikan permukaan air laut.
“Dulu, masyarakat membuang sampah di sekitar tempat tinggal. Hal itu memperburuk dampak rob di Kandang
Panjang,” kata Pak Agus. “Semua sampah yang dibuang masyarakat bersebaran mengikuti arus rob dan masuk ke
rumah-rumah warga. Hal itu menimbulkan kompleksitas masalah termasuk masalah sosial dan kesehatan,” lanjut
beliau.
Pak Agus menjabat sebagai ketua RT 5 di Kandang Panjang sejak tahun 2011. Kepedulian beliau terhadap lingkungan
serta jiwa kepemimpinan beliau mampu menginspirasi masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki lingkungan
tempat tinggal mereka. Program – program beliau berkaitan lingkungan secara bertahap dikenalkan ke masyarakat dan
pada akhirnya mengantarkan masyarakat pada keadaan yang lebih sadar dan peduli pada lingkungan.
“Program awal yang saya lakukan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat di Kandang Panjang
adalah dengan menanamkan jiwa malu pada masyarakat,” begitu kata Pak Agus. “Rasa malu terhadap lingkungan
yang kotor dapat menghantarkan masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan hidup,” lanjut beliau. Menurut Pak
Agus, daerah RT 5 Kandang Panjang merupakan daerah terjelek dan merupakan daerah jorok. Namun sejak
masyarakat sadar dan peduli kebersihan lingkungan, daerah tersebut dijadikan daerah percontohan. Saat ini banyak
program dari pemerintah maupun dari organisasi non pemerintah membantu perbaikan sarana pra sarana di daerah
tersebut.
Program-program peduli lingkungan yang sampai saat ini masih berjalan di masyarakat kampung iklim Kandang
Panjang adalah penanaman mangrove, penghijauan lingkungan dengan tanaman sayuran dan tanaman hias, serta
pengelolaan sampah terpadu. Menurut Pak Agus, dalam pelakasanaan program-program peduli lingkungan,
masyarakat didampingi dan dimotivasi oleh lembaga pemerintah dan organisasi non pemerintah yang berkonsentrasi
di lingkungan hidup.
“ Masyarakat butuh selalu dimotivasi agar tidak putus asa dan perlu disadarkan bahwa rob adalah sebuah tantangan
yang harus dihadapi dengan bijaksana,” kata Pak Agus mengakhiri perbincangan dengan tim Intern GIZ dari
Pekalongan. (YM)
9
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
 CONTACT, NEWSLETTER & WEBSITE
JAPIL (Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal) merupakan platform untuk pertukaran informasi, pengetahuan, dan
pengalaman dalam perencanaan dan implementasi aksi-aksi perubahan iklim. Keanggotaan JAPIL bersifat terbuka dan
tidak mengikat yang berasal dari instansi pemerintahan, tokoh masyarakat dan LSM yang berminat terhadap isu
perubahan iklim. Kirimkan tulisan atau artikel anda ke tim redaksi ([email protected]). Tulisan yang dimuat akan
mendapat bingkisan menarik.
 KONTRIBUTOR
JAPIL menyampaikan terima kasih kepada seluruh kontributor edisi ini yaitu Gita Fajar S, Feri Prihantoro, Moh. Nurhadi,
Ratna Budiarti, Fitria Feliciani, David Pangaribuan, Yushi Mardiana dan Trita Katriana
 TIM REDAKSI
Amira, Ratna, dan Moh Nurhadi.
10
Download