PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SHELTER TSUNAMI DI KOTA PADANG Asri Yuda Trinanda, Wardi, Rini Mulyani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang Email : [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Secara geografis, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Hal ini menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia sangatlah rentan terhadap bahaya gempa dan tsunami. Shelter evakuasi harus direncanakan sedemikian rupa sehingga memiliki ketahanan terhadap beban gempa dan tsunami. Tugas akhir ini bertujuan untuk merencanakan bangunan gedung 5 lantai dari beton bertulang yang berfungsi sebagai shelter tsunami di Kota Padang. Gedung 5 lantai ini memiliki ketinggian total 20 m dan berpedoman kepada SNI 03-2847-2013, SNI 1726-2012 dan FEMA P-646. Analisis struktur dengan pemodelan gedung 3D berbasis Metode Elemen Hingga. Berdasarkan SNI 1726-2012, diperoleh kategori risiko gempa IV, kondisi tanah lunak (SE), nilai respons percepatan gempa SDS = 0,811g dan SD1 = 0,958g. Untuk penentuan gaya gempa, digunakan Metode Analisa Statik Ekivalen dengan gaya geser dasar seismic arah-X yang diperoleh sebesar 25335,10Kn dan arah-Y sebesar 25335,10kN. Beban tsunami yang diperhitungkan adalah gaya hidrodinamik, gaya gelombang, dan gaya tumbuk. Berdasarkan perencanaan yang dilakukan, konsep strong column weak beam pada gedung juga ditinjau sehingga memenuhi persamaan ΣMnc >1,2 ΣMnb. Nilai ΣMnc yang diperoleh adalah 3451,2kNm dan ΣMnb3423,77kN-m. Untuk struktur bawah direncanakan pondasi tiang pancang kelompok sedalam 22m, daya dukung vertikal tiang sebesar 2558,72kN. Kata kunci :bangunan shelter tsunami, betonbertulang, gempa, tsunami, FEMA P-646. Pembimbing I Pembimbing II Ir. Wardi, M.Si Dr. Rini Mulyani, M.Sc.(Eng.) THE DESIGN OF A TSUNAMI EVACUATION BULDING IN PADANG CITY Asri Yuda Trinanda, Wardi, Rini Mulyani Civil Engineering Department, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta of University Padang Email :[email protected], [email protected], [email protected] Abstract Geographically, Indonesia is an archipelago that lies on the boundary of three major tectonic plates in the world such as the Eurasian plate, the Indo-Australian plate and the Pacific plate. As a consequence, most of the Indonesian region is really prone to both earthquake and its associated tsunami. The evacuation buildings have to be designed to withstand both earthquake and tsunami loads in which has been done in this study. In this study, a 5 story reinforced concrete moment resisting frame building is designed, which is located in Padang City. The building has a total height of 20 m and it has been designed according to the Indonesian building codes:the SNI 032847-2013 (building code for reinforced concrete structures) and SNI 1726-2012 (building code for earthquake resistant structures) as well as the American FEMA P-646 (building code for tsunami resistant structures).Structural analysis is performed using the 3D modelling based on a Finite Element Method. Based on the SNI 03-2847-2013, the earthquake risk categoryof IV is obtained for the building. The soil type is soft (SE) and the resulting acceleration response spectra areSDS= 0.811gand SD1 = 0.958g. Tsunami loads considered in this study are hydrodynamic force, impulsive forces, and debris impact forces. The concept of strong column weak beam is also adopted to fulfill the ΣMnc> 1,2ΣMnb requirement. Based on the outcomes, the sum of moment capacities of the columns (ΣMnc) and the beams (ΣMnb) are 3451,2 KN-m and ΣMnb 3423,77 KN-m, respectively. For the lower structures, pile group foundations with the depth of 22 m are used, which have a vertical bearing capacity of 2558,72kN. Keywords: building shelter tsunami, reinforced concrete, earthquake, tsunami, FEMA P-646. First Supervisor Second Supervisor Ir. Wardi, M.Si Dr. Rini Mulyani, M.Sc.(Eng.) dibutuhkan perencanaan bangunan yang A. PENDAHULUAN tahan gempa dan tsunami khususnya untuk Indonesia merupakan negara dengan tingkat intensitas kegempaan dan tsunami bangunan yang berfungsi sebagai shelter tsunami. yang cukup tinggi. Ini disebabkan karena secara geografis merupakan Indonesia belum memiliki peraturan Negara kepulauan dan pertemuan tiga yang baku dalam merencanakan bangunan lempeng tektonik utama, yaitu Eurasia, Indo- evakuasi tsunami (shelter tsunami), sehingga Australia, dan Pasifik. dalam Catatan Indonesia mengenai merencanakannya kita masih intensitas berpedoman kepada peraturan luar yaitu kegempaan dan tsunami di Indonesia dengan FEMA (Federal Emergency Management magnitudo Mw yang besar dalam sepuluh Agency). Hal inilah yang melatarbelakangi tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada penulis mengangkat topik “Perencanaan gempa tahun 2004 di propinsi Nanggroe Struktur Gedung Shelter Tsunami di Aceh Darussalam (NAD) dengan magnitudo Kota Padang”. Mw 9,1 yang memicu terjadinya tsunami hingga berdampak 6 (enam) negara di Samudera Hindia (Indonesia, Sri Langka, B. METODOLOGI India, Thailand, Maladewa dan Somalia), Dalam penulisan tugas akhir ini, Sumatera Barat magnitudo Mw 7,6 yang metodologi yang digunakan yaitu studi menyebabkan literature, pengumpulan data, dan metode hingga tanah menimbun Kabupaten Pariaman, longsor (landslide) perkampungan di D.I. Yogyakarta, analisa dengan rincian sebagai berikut : 1. Studi literatur Bengkulu dan Nias (Mulyani, 2015). Gempa besar yang terjadi di Padang berkekuatan ± 7,9 SR pada tanggal 30 Studi dilakukan, Prinsip umum perencanaan struktur dan komponen pada struktur gedung. Sumatera Barat memiliki pontensi yang cukup besar terhadap gempa dan tsunami. yang diantaranya : september 2009 menyebabkan beberapa bangunan gedung hancur dan rusak total. literatur Teori tentang konsep gedung tahan gempa dan tsunami. Wilayah yang terkena dampak tsunami Sehingga untuk mengurangi korban jiwa di kota Padang berdasarkan peta tsunami, akibat gempa dan tsunami yang terjadi serta arah arus gelombang itu sendiri. Teori analisa gaya gempa dan tsunami Dimensi yang diperoleh untuk komponen terhadap bangunan gedung. Langkah-langkah atau a. Dimensi Struktur prosedur perencanaan gedung akibat gaya gempa dan gaya tsunami. 2. Pengumpulan data struktur adalah : Struktur pelat - Pelat atap, tebal = 150 mm - Pelat lantai, tebal = 150 mm Struktur balok Data-data yang dibutuhkan adalah data - Balok induk (50/70) tanah, data ketinggian tsunami di kota - Balok anak (35/50) Padang, mutu bahan dan data pendukung lainnya. 3. Metode analisa Metode analisa pada penulisan tugas akhir ini adalah : Struktur kolom - Lantai 1 & 2 (K-850) - Lantai 3 & 4 (K-800) - Lantai 5 (K-750) Struktur tie beam (50/70) Pondasi Analisa beban gravitasi. Pondasi yang digunakan pondasi tiang Analisa beban gempa. pancang dengan diameter 40 cm. Analisa beban tsunami. Analisis struktur. b. Beban-beban yang Bekerja Perencanaan struktur atas gedung. 1. Beban Gravitasi Perencanaan struktur bawah gedung. C. 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Struktur Perencanaan struktur gedung shelter tsunami memiliki total tinggi bangunan 20 Beban mati (dead load) - Instalasi ME + Plumbing = 20 kg/m2 - Plafond + Penggantung = 18 kg/m2 - Plesteran = 21 kg/m2 Beban hidup (live load) - Beban hidup shelter = 500 kg/m2 m, panjang bangunan 56 m, lebar bangunan 42 m, jumlah lantai 5 (lima) lantai dengan jenis struktur beton bertulang. Mutu bahan yang digunakan fc’ 30 MPa, 35 MPa dan mutu baja fy 400 MPa. 2. Beban Gempa Sebelum dilakukan perhitungan beban gempa terlebih dahulu ditentukan parameter struktur yang dibutuhkan dalam analisis Sistem dan parameter struktur = Sistem dengan tahapan sebagai berikut : Rangka Kategori risiko bangunan gedung = (SRPM-K) kategori risiko IV, faktor keutamaan - R =8 gempa (Ie) = 1,50. - Ω0 =3 Respon spectra percepatan untuk kota - Cd =5½ Padang, perioda 0,2 detik Ss = 1,351g - hn = Tidak dibatasi (TB) dan perioda 1,0 detik S1 = 0,599g. Momen Khusus Fleksibelitas diafragma = diafragma kaku. Klasifikasi situs (jenis tanah) yang diperoleh tanah lunak (SE). Pemikul Evaluasi system struktur terkait dengan Koefisien situs Fa dan Fv ketidakberaturan konfigurasi = struktur - Fa = 0,9 digolongkan pada struktur beraturan. - Fv = 2,4 Percepatan spectra disain - - Faktor redudansi (ρ) = 1,3 Prosedur analisis gaya lateral = analisis Percepatan respon spectra perioda gaya lateral ekivalen. 0,2 detik. Pemodelan struktur = 3-D SMS = 1,216 Analisis struktur akibat beban gempa SDS = 0,811 lateral ekivalen. Percepatan respon spectra perioda - Geser dasar seismik 1,0 detik. Geser dasar seismik arah-X, Vx = SM1 = 1,438 25335,10 kN. SD1 = 0,958 Geser dasar seismik arah-Y, Vy = 25335,10 kN. - Menghitung perioda Arah X (T1) = 0,7700 detik Arah Y (T2) = 0,7636 detik - Menghitung distribusi vertikal gaya gempa Gambar C.1 Respon spectra gempa Kategori Disain Seismik-KDS Kategori Disain Seismik D (KDS-D). = Fx = Cvx . V CVX = =1 ℎ ℎ T = 0,7700 detik, k = 1,135 - Elevasi bangunan dari tinggi muka T = 0,7636 detik, k = 1,096 laut rata-rata (z) = 4 m (asumsi). Tabel C.1 Perhitungan distribusi gaya gempa arah-X a. Gaya Lantai X hx (m) hxk (m) W (kN) Wxhxk (kN.m) Cvx V (kN) Fix (kN) Atap Lantai 5 Lantai 4 Lantai 3 Lantai 2 20.0 16.0 12.0 8.0 4.0 29.97 23.26 16.78 10.59 4.82 18224.60 20928.35 20928.35 21257.81 22792.02 546169.00 486867.93 351241.40 225177.84 109931.18 0.318 0.283 0.204 0.131 0.064 25335.10 25335.10 25335.10 25335.10 25335.10 894.20 797.11 575.06 368.67 179.98 104131.13 1719387.37 1.00 126675.52 2815.01 Jumlah Tabel C.2 Perhitungan distribusi gaya gempa arah-Y Lantai Y hy (m) hyk (m) Atap Lantai 5 Lantai 4 Lantai 3 Lantai 2 20.0 16.0 12.0 8.0 4.0 Jumlah 29.70 23.07 16.66 10.53 4.80 W (kN) Wyhyk (kN.m) 18224.60 541282.47 20928.35 482835.07 20928.35 348632.73 21257.81 223777.48 22792.02 109474.94 104131.13 1706002.70 V (kN) Fiy (kN) 0.317 0.283 0.204 0.131 0.064 1.00 25335.10 25335.10 25335.10 25335.10 25335.10 126675.52 1339.73 1195.06 862.90 553.87 270.96 4222.52 Simpangan antar lantai Tabel C.3 Resume simpangan antar lantai Lantai Δx (mm) Δy (mm) Δizin (mm) 1 2 3 6.20 16.12 25.87 1.94 5.11 8.25 40 40 40 4 33.22 10.66 40 5 37.70 12.13 40 Kecepatan aliran yang mendukung dapat (hu2)max = g.R2. 0,125 − 0,235. + 0,11. Besarnya gaya hidrodinamik adalah : = (1/2) .ρs.Cd.B.(hu2)max Tabel C.4 Resume gaya hidrodinamik Kolom Velocity (m/dt) Hydrodynamic Forces (kN/m) K-850 105 14.67 K-800 105 13.81 K-750 105 12.95 b. Gaya gelombang (impulsive forces) Besarnya gaya gelombang (impulsive forces) dapat ditentukan dengan persamaan berikut : Fs = 1,5Fd Tabel C.5 Resume gaya gelombang dalam perhitungan beban tsunami adalah : - tsunami ditentukan dengan persamaan berikut : Kolom Velocity (m/dt) K-850 K-800 K-750 105 105 105 3. Beban Tsunami Data-data (hydrodinamic forces) Fd Cvy hidrodinamik Massa jenis aliran tsunami (ρs) = 1100 kg/m3 Impulsive Forces (kN/m) 22.01 20.72 19.42 c. Gaya tumbuk (debris impact forces) Akibat material yang terbawa oleh arus - Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/dt2 gelombang tsunami dapat menjadi gaya - Tinggi runup tsunami (R*) = 10 m tambahan yang akan menghantam struktur (asumsi) gedung. Material yang menghantam struktur 2 tergantung dari lokasi dimana posisi struktur pelat diasumsikan terjepit sejati bangunan. Ly/Lx = 7,00/3,50 = 2 Disini penulis menganggap bahwa disekitar bangunan banyak terdapat Berdasarkan tabel 4.2.b buku Grafik dan gelondongan kayu yang suatu waktu menjadi Tabel beban tambahan pada struktur. Dengan data- didapatkan : data sebagai berikut, berat (md) = 450 kg, Mlx = 0,001 Wu . Lx2 . x dimana :x = 58 koefisien massa hidrodinamik (c) = 0, dan Mly = 0,001 Wu . Lx2 . x dimana :x = 15 kekakuan efektif puing (k) = 2,4 x 106 N/m Mtx = -0,001 Wu . Lx2 . x dimana :x = 82 (FEMA P-646). Mty = -0,001 Wu . Lx2 . x dimana :x = 53 Perhitungan Beton Bertulang Kecepatan maksimum puing adalah : umax = Maka momen disain pelat atap : 2. . . (1 − ) Besar gaya tumbuk adalah : Fi = 1,3.umax. . . (1 + ) Besar gaya tumbuk yang terjadi pada struktur adalah 567,71 kN yang berada pada permukaan tertinggi aliran tsunami yaitu 9m. Mlx = 0,001x1433,2x3,52x58 =1018,29 kg.m Mly = 0,001x1433,2x3,52x12 = 210,68 kg.m Mtx =-0,001x1433,2x3,52x82=-1439,65 kg.m Mty =-0,001x1433,2x3,52x53 =-930,51 kg.m c. Analisis Struktur 1. Penulangan pelat Perencanaan Tulangan Lapangan (Mlx) DL = 101 kg/m2 + berat sendiri pelat Mu = 1018,29 kg.m = 1018,29 x 104 N.mm = 101 kg/m2 + (0,15 m x 2400 kg/m3) LL = 461 kg/m 2 = 550 kg/m 2 Wu = 1,2 DL + 1,6 LL = (1,2 x 461) + (1,6 x 550) = 1433,2 kg/m b = 1000 mm h = 150 mm p = 20 mm Dutama = 10 mm d = h – p – ½ Dutama 2 = 150 – 20 – 5 = 125 mm fc’ = 30 MPa fy = 400 MPa β1 = 0,85 – , ( ) = 0,00184 , (fc’ > 28 MPa) ρ < ρmin ; maka digunakan ρ = 0,00184 = 0,83 Luas tulangan tarik (As) Mn = Mu/ø = , , As =ρxbxd As = 0,0035 x 1000 x 125 = 437,50 mm2 = 11314333,33 N.mm Rn S = Mn/bd2 , = = 0,72412 N/mm2 = 724,12 KN/m2 = 0,25 x x D 2 x 1000 As = 0,25 x 3,14 x 10 2 x 1000 437,50 = 179,43 mm ρmin = 1,4/fy Di pakai tulangan D10 – 150 mm As = 1,4/400 = 524 mm2. = 0,0035 ρb = 0,85.β1 x fc' 600 x fy 600 fy = 0,85 x 0,83 x 30 600 x 400 600 400 = 0,0317 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,0317 = 0,0238 m = fy 0,85. fc' = 400 0,85 x30 Gambar C.2 Penulangan Pelat 2. Penulangan balok Data-data yang diketahui sebagai berikut: = 15,69 ρ 1 Rn = 1 1 2m m fy 1 724,12 1 1 2 x15,69 x = 15,69 400 Tinggi balok (h) = 700 mm Lebar balok (b) = 500 mm Selimut beton (p) = 40 mm Dia. tulangan utama = D22 dan D19 Diameter sengkang = D13 Mutu beton (fc’) = 30 MPa Mutu baja (fy) Faktor reduksi lentur (ø) β1= 0,85 – , = 400 MPa ( = 50% x 1527,54 = 0,9 ) , (fc’ > 28 MPa) = 0,83 Mn2 = 20% x Mn = 763,77 kN.m 2. Perkirakan luas tulangan tarik (asumsikan lengan momen jd) tinggi efektif (d) = h – p – ½ Ø tul.utama - Asumsi : jd = 0,9d = 0,9 x 636 = 575,1 mm Ø tul.sengkang = 700 – 40 – 11 -13 = 636 mm Mn1 = As1 . fy . jd As1 = . d’ = p + Ø tul.sengkang + ½ Ø tul.utama Mn2 = As2 . fy . (d-d’) Penulangan Daerah Tumpuan Mu , = 3320,18 mm2 = 40 + 10 + ½ 19 = 59,5 mm , = As2 = . ( , = ) ( = 3294,97 mm2 = 1374,79 kN.m , ) Jadi luas tulangan tarik (As), Tulangan tarik dan tulangan tekan pada As = As1 + As2 penampang balok diasumsikan telah leleh. = 3320,18 + 3294,97 = 6615,16 mm2 3. Periksa As terhadap Asmin Asmin = 1. Hitung momen nominal Mn = Mu / ø = 1374,79/0,9 = 1527,54 kN.m Mn = Mn1 + Mn2 Asumsi, momen nominal tulangan tarik 50% dan momen tulangan tekan 50% Mn1 = 80% x Mn = 50% x 1527,54 = 763,77 kN.m √ . b.d= 500 . 636 = 1093,73 mm2 Asmin = , b.d= , 500 . 636 =1113 mm2 Asmin yang digunakan adalah yang terbesar yaitu 1113 mm2 As > As min 6615,16 mm2 > 1113 mm2 (OK) Maka digunakan tulangan 0,85.fc’.a.b + As’.Es. 0,003 - Tulangan tarik 14 D25 (As = 6842,39 mm2) - 2 Tulangan tekan 12 D19(As’ = 3402,34 mm ) − 1. ′ = As.fy (dikali a) 0,85.fc’.a2.b + As’.Es.0,003.(a-β1.d’) = As.fy.a 0,85.30.a2.500 + 3402,34.2x105.0,003.a - 3402,34.2x105.0,003. 0,83.59,5 = 6842,39.400.a 12750a2 + (482304 - 1367784).a – 26220456,96 = 0 4. Periksa asumsi tulangan 12750a2 – 885480a – 26220456,96 = 0 Asumsi tulangan tekan sudah leleh (fs’ = fy Didapat nilai a = 120,3 mm dan εs’ > εy) Tinggi garis netral (c) c = a/β1 0,85.fc’.a.b = As1.fs = 120,3/0,83 = 144,94 mm 0,85.fc’.a.b = (As – As’).fy a= = ( , . . , εs’ = 0,003 . , . , . ). = 107,92 mm Tinggi garis netral (c) c = a/β1 = 107,92/0,83 = 130,03 mm , = 1,8 x 10-3 fs’ = εs’.Es = (1,18 x 10-3) x (2 x 105) = 353,67 MPa = 0,003 -3 , , 5. Periksa terhadap rasio tulangan minimum , ρ= εy = fy/Es = 400 / 200000 = 2 x 10-3 εs’ < εy (tulangan tekan belum leleh) , εs’ < εy (tulangan tekan belum leleh) (OK) εs’ = 0,003 = 1,6 x 10 , = 0,003 Gunakan asumsi 2 (tulangan tekan belum ρ’ = . = . = . ρb = 0,85.β1. , . = 0,0209 , = 0,0107 . leleh, dimana fs’ = εs’.Es dan εs’ < εy) = 0,85.0,83. 0,85.fc’.a.b + As.fy = As’.fs’ fs’ = εs’.Es = 0,0317 = 0,003 = 0,003 = 0,003 . .Es / / ρmax = 0,75. ρb + ρ’. .Es . .Es (dikali β1) = 0,75. 0,0214 + 0,0107. = 0,0332 < ρmax (OK) , 6. Hitung momen nominal penampang balok Mpr-1 = 1,25.As.fy.(d-a/2) Mn = (As.fy – As’.fs’).(d-a/2) = 1,25x6842,39x400x(636–268,33/2) + As’.fs’.(d-d’) = 1716,88 kN.m = 1583277458,68 N.mm = 1583,28 kN.m - 7. Syarat, øMn > Mu Kapasitas momen ujung balok kanan (Mpr-3) apr-3 = = (0,9 x 1583,28) > 1374,79 , . , . . = . , , = 133,43 mm = 1426,58 kN.m > 1374,79 kN.m (OK) , Mpr-3 = 1,25.As.fy.(d-a/2) Tumpuan Kiri Lapangan Tumpuan Kanan 14 D25 6 D19 14 D25 12 D19 =1,25x3402,34x400 x (636 – 133,43/2) = 968,45 kN.m 12 D19 7 D25 Ve = ± Gambar C.3 Penulangan balok , = Penulangan Geser Balok , ± , = 451,20 kN Vn = Vc + Vs Ve ≥ ø Vn Vn = Vu/ø = 451,20/0,75 = 601,6 kN Penulangan daerah tumpuan Vc Merujuk kepada SNI 2847-2013 Pasal 21.6.2 = 0,17 x √30 x 500 x 636 bahwa geser rencana gempa pada balok dihitung dimana tegangan tulangan lentur balok mencapai 1,25fy. - apr-1 = = , , . , . . . = 318,68 kN Mengacu pada SNI 2847-2013 pada daerah tumpuan jika terjadi gempa untuk menahan Kapasitas momen ujung balok kiri (Mpr-1) , = 0,17 √30 b.d kuat geser perlu dengan menganggap kontribusi penampang beton dalam menahan , geser Vc = 0. = 268,33 mm Vn = Vc + Vs 601,6 = 0 + Vs Faktor reduksi = 0,75 Jika Vn < Vc maka tulangan sengkang tidak Mutu beton (fc’) = 35 MPa dibutuhkan Mutu baja (fy) = 400 MPa Vs = 601,6 kN dan digunakan tulangan sengkang minimum. Vn (601,6 kN) > Vc (0) dibutuhkan tulangan sengkang 1. d’ = 40 + 13 + ½ (29) = 67,5 mm 2. Eksentrisitas momen lentur searah sumbu X(ex) Menghitung jarak antar sengkang : Av ex = = n x luas tulangan sengkang = 2 x (0,25 x 3,14 x 132) = = . ey = . . + e= penulangan , = , = 0,033 m 4. Eksentrisitas resultan momen lentur = 112,20 mm Jadi, = 0,189 m Y(ey) . , , 3. Eksentrisitas momen lentur searah sumbu = 265,33 mm2 S , = geser balok yang digunakan D13- 100 mm. = 0,189 + 0,033 = 0,193 m d ' 67,5 0,076 h 850 3. Penulangan kolom Data-data yang diketahui sebagai berikut : Gaya normal kolom (Pu) = 2333,12 kN Momen arah sumbu-X = 76,59 kN.m Momen arah sumbu-Y = 442,79 kN.m Dimensi kolom (D) =Diameter 85 cm Luas penampang (Agr) = ¼ Π D2 = ¼ x Π x 8502 = 567162,5 mm2 Tinggi kolom Selimut beton (p) Diameter tulangan utama Diameter tulangan sengkang = 13 mm = 4000 mm = 40 mm = 29 mm ∅ ( = ∅ .0,85. , , . , ′ = 0,65 = 0,227 . 1 4 2333 ,12 3,14 )x 10 3 850 2 0,85 35 = 0,048 Dari grafik 6.3.d pada buku grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, diperoleh : r = 0,003 < rmin (1%), maka digunakan r = 0,01 (1%) fc’ = 35 MPa, maka β = 1,33 = 0,213 Rasio tulangan (ρ) Kontrol ρ = r.β = ø Mn ≥ Mu = 0,75 x 2300,8 kN.m > 442,79 kN.m = 0,01 x 1,33 = 1725,6 kN.m > 442,79 kN.m (OK) = 0,0133 Luas tulangan (As) Penulangan Geser Kolom As = ρ.Agr = 0,0133x 567162,5 = 7543,26 mm2 Banyak tulangan (n) n = , = Kuat geser perlu di ujung-ujung balok (Ve) Ve = = 11,42 2 maka digunakan 12 D29 (7922,22 mm ) Cek Kapasitas Kolom Ag = ¼ Π D 2 = ¼ Π 29 2 = 567162,5 mm2 Ast = 7922,22 mm2 , = , , = 1150,4 kN Vn = Vc + Vs Ve ≥ ø Vn Vn = Vu/ø = 1150,4/0,75 = 1533,87 kN Kontrol Kapasitas Beban Aksial Vc Pnmax = 0,85 Pn = 0,17 (1 + ) √fc’ b.d , = 0,17(1+ = 0,85 . 0,85.fc’.(Ag – Ast) + (Ast . fy) , )√35x850.782,5 = 14815088 N = 669,14 kN. = 14815,088 kN > 2333,12 kN(OK) Mengacu pada SNI 2847-2013 pada daerah tumpuan jika terjadi gempa untuk menahan kuat Kontrol Kapasitas Momen Nominal a = 1 4 0,85 ′ = 0,0133 1 4 0,85 3,14 680 2 Mn = Ast . fy . (d – a/2) 30 850 400 geser perlu dengan kontribusi penampang beton dalam menahan = 118,88 mm geser Vc = 0. Vn = Vc + Vs = 7922,22 x 400 x (680 – 118,88/2) 1533,87 = 0 + Vs = 2300800321 N.mm Vs = 1533,87 kN = 2300,8 kN.m menganggap Jika Vn < Vc maka tulangan sengkang tidak 4. Penulangan tie beam dibutuhkan namun digunakan sengkang Data beban : minimum. - Perbedaan penurunan Vs (1533,87 kN) > Vc (0 kN) Tulangan antar pondasi = 15 mm (asumsi terbesar) sengkang dibutuhkan. - Pu = 2333120 N Data balok tie beam : Menghitung jarak antar sengkang : - L = 7000 mm Av = n x luas tulangan sengkang - b = 500 mm = 4 x (0,25 x 3,14 x 132) - h = 700 mm = 530,66 mm2 - p = 75 mm - tinggi efektif (d) = 639 mm - inersia S = . . ,d = 0,8 x Ø kolom (SNI = 1/12 . b . h3 = 1/12 . 500 . 7003 2847-2013 Pasal 11.2.3) = , . . = 14291666667 mm4 = 94,10 mm. Jadi, penulangan geser kolom digunakan D13-75 mm. yang - fc’ = 30 MPa - Ec = 4700 ′ = 25742,96 MPa Tulangan lentur As minimum tidak boleh kurang dari : As min = . xbxd √ . = x 500 x 639 = 1093,73 mm2 Asmin = = , , xbxd x 500 x 639 = 1118,16 mm2 Perhitungan Gambar C.4 Penulangan Kolom berdasarkan penurunan antar pondasi : ΔM = . . beban akibat , = , =(1+ = 304266,9 N = 676146725 N.mm Asumsi digunakan tulangan atas dan bawah øVc a = = , , . . , . ) √ . . = 0,75 . 304266,9 = 228200,2 N > Vu (211760,91 N) 9 D 22 (As = 3419,46 mm2) . . , gunakan sengkang minimum Dipasang D10 – 100 mm pada daerah ʹ. tumpuan dan D10 – 150 mm daerah . . lapangan. = 107,28 mm Mn = As . fy . (d – a/2) = 3419,46 . 400 (639 – 107,28/2) = 800647973 N.mm øMn = 0,9 . 800647973 = 720583176 N.mm > 676146725 Gambar C.5 Penulangan Tie Beam N.mm (OK). D. KESIMPULAN Penulangan Geser Tie Beam Berdasarkan hasil penulisan tugas akhir Beban pada tie beam : tentang V akibat momen terpasang Shelter Tsunami di Kota Padang dapat disimpulkan sebagai berikut : = (2 x 720583176)/7000 = 0,7 x 0,5 x 7,0 x 2400 = 58800 N = V terpasang + akibat berat sendiri Lokasi bangunan tergolong kategori Analisis gaya gempa dengan Analisis Gaya Lateral Ekivalen. = 211760,91 N Gaya geser akibat beton : ) Sistem struktur didapat Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPM-K). = 205880,91 + 58800 = (1 + Gedung gempa kuat dengan jenis tanah lunak. Akibat berat sendiri Vc Struktur = (2xMn)/L = 205880,91 N Vu Perencanaan Beban tsunami yang diperhitungkan adalah gaya hidrodinamik (hydrodinamic ′. . forces), gaya gelombang (impulsive forces) dan gaya tumbuk (debris impact Earth Sciences and Engineering, Vol.04, forces). pp.659-668. Dari hasil kombinasi beban gempa dan tsunami, gaya gempa lebih dominan Tumilar Steffie. 2011. Perencanaan “Prosedur Ketahanan Tata Gempa Cara Untuk Gedung Berdasarkan SNI 03-1726-201X”. dibandingkan gaya tsunami. Seminar HAKI: Padang. Wang Chu-Kia, G. Salmon Charles dan Hariandja Binsar. 1994. “Desain Beton Bertulang Edisi DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 2847:2013”. Bandung: 2012. Badan Standardisasi Perencanaan Nasional. Ketahanan “Tata Gempa Cara Untuk Bandung: 2011. Pondasi Edisi Keempat Jilid 2”. Jakarta: Erlangga. Budiono Bambang dan Lucky Supriatna. 2011. “Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa Dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 Dan RSNI 03-1726-201X”. Bandung: ITB. Hakam Abdul. 2008. “Rekayasa Pondasi Untuk Mahasiswa dan Praktisi”. Padang: Bintang Grafika. dan “Perencanaan Hendrik Struktur Fajar. 2009. Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa Berdasarkan SNI 032847-2002”. Bandung: ITB. Patel V.M, H.S Patel and A.P Singh. 2011. Comparative Prevention and Control. The Open Civil Engineering Journal, 9, 376-381. Yeh Harry. 2007. Design Tsunami Forces for Onshore Structure. USA: School of Civil and Bowles Joseph E. 1988. “Analisis dan Desain Iswandi Wang Tiecheng, Tao Meng dan Hailong Zhao. 2015. Tsunami Loading Analysis and Engineering Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”. Imran Keempat Jilid 1”. Jakarta: Erlangga. Study of Earthquake and Tsunami Loading on Vertical Evacuation Structure at Dwarka. International Juornal or Construction Univesity Engineering, Oregon State