EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS LAYANAN PADA SATUAN PELAYANAN SATU ATAP KOTA BEKASI Kurniawati Mulyanti ABSTRACT The Success of Development Regional Economic Process is depend on how the government apply the task and function as well. The one indication of regional economic development result and desentralizations is increase of services quality and social welfare, development of democracy, justice, egalitarianism and good relationship between regional and central government. The study have done in Bekasi city especially Satuan Pelayanan Satu Atap the one of government’s institutions. The Study use the Balanced Score Card Analysis especially financial and customers aspect because there’s data limitations.The aim of the study to know about effectiveness and efficiency of public services. Result of the study is describe that the public services is applied effectively and efficiency its shown in financial and consumers aspect. Keyword: efficiency, effectivitas,public services. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2003 pemerintah menggulirkan paradigma baru dalam pelayanan publik yakni dengan mencanangkan Bulan Peningkatan Pelayanan Publik (BP3). Gerakan ini dilakukan setelah pemerintah mendapatkan berbagai sorotan tentang buruknya pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kinerja layanannya diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63/KEP/PAN/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan public adalah segala kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur dalam penyelenggaraan pelayanan public harus terus dilakukan. 106 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, aparatur Negara hendaknya memberikan pelayanan dengan berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan penerima pelayanan, sehingga dapat meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan jasa. Menurut Kotler (1997:36) Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kinerja atau hasil suatu produk dan harapan – harapannya. Kinerja layanan pemerintah saat ini dirasakan oleh masyarakat tetap saja belum mampu memenuhi harapan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak kekecewaan masyarakat terhadap pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah. Beberapa kelemahan atau hambatan yang sering dikeluhkan dalam menerima pelayanan dari aparat pemerintah seperti yang dikemukakan oleh Tedjosuminto dalam penelitian Evi Gantyowati dkk, (2003) pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Prosedur dan tatacara pelayanan yang kurang /tidak jelas 2. Persyaratan yang memberatkan atau sering berubah-ubah 3. pelayanan tidak tepat waktu dan waktu pelayanan terlalu lama. 4. Mekanisme pelayanan yang sering berbelit-belit, terlalu birokratis, biaya pelayanan yang tidak pasti. Keberhasilan proses otonomi daerah tidak terlepas dari itikat pemerintah untuk bekerja sesuai fungsi dan tugasnya dalam melayani kebutuhan masyarakat untuk berkembang.Salah satu indikasi keberhasilan dari otonomi daerah dan desentralisasi menurut Mardiasmo dalam penelitian Evi Gantyowati dkk (2000) adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Tidak efektif dan tidak efisien-nya pelayanan pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah akan berdampak pada tidak puasnya masyarakat sebagai pengguna layanan. Untuk mencapai keberhasilan dalam otonomi daerah dan terciptanya pemerintahan yang baik maka perlu dilakukan evaluasi kinerja layanan pemerintah secara terus menerus. Menurut Mardiasmo (2000) dalam penelitian Evi dkk,, salah satu cara untuk 107 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) memperbaiki teknik pengawasan dan pemeriksaan adalah dengan memperkuat pelaksanaan audit tidak hanya audit keuangan akan tetapi perlu juga audit kinerja. Salah satu unit kerja yang melakukan pelayanan kepada masyarakat di Kotamadya Bekasi adalah Unit Pelayanan Satu Atap (UPSA) yang kemudian berganti nama menjadi Sistem Pelayanan Satu Atap atau SPSA. Unit ini melakukan fungsi pelayanan untuk berbagai perijinan yang diperlukan masyarakat secara terpadu dengan menggunakan sistem satu pintu (one stop service). Unit Pelayanan ini dibentuk dalam rangka memperbaiki kinerja layanan pemerintah kepada masyarakat dengan menyederhanakan berbagai bentuk pelayanan public. Dalam pelayanan satu pintu ini masyarakat cukup mendatangi satu kantor untuk mengurus berbagai perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kotamadya Bekasi. Dengan sistem Pelayanan Satu Atap ini diharapkan masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang mudah, murah cepat dan transparan. Mudah karena masyarakat yang memerlukan bermacam-macam perijinan tidak perlu mempersiapkan persyaratan ganda, cukup dengan satu syarat untuk berbagai kebutuhan. Pelayanan yang murah karena masyarakat cukup mendatangi satu kantor sehingga lebih efisien dalam biaya transportasi. Pelayanan yang cepat karena masyarakat tidak perlu keberbagai tempat layanan karena sudah ada di satu tempat sehingga waktu lebih efisien pula. Transparan karena tariff, prosedur dan persyaratan yang ditetapkan sudah jelas. Berdasarkan uarain diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Efektifitas dan efisiensi layanan publik: studi kasus Satuan Pelayanan Satu Atap Kota Bekasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh tingkat efektivitas dan efisiensi kinerja Unit Pelayanan Satu Atap dari Perspektif keuangan dan kepuasan pengguna. LANDASAN TEORI Menurut Gronroos (2002) yang dikutip Tjiptono dan Chandra (2005:11) jasa adalah “ proses yang terdiri dari serangkaian aktivitas intangible yang biasanya terjadi pada interaksi antara pelanggan dan pegawai jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa sekalipun pihak – 108 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) pihak yang terlibat mungkin tidak menyadarinya, yang disediakan sebagai solusi atau masalah pelanggan. Kualitas jasa didefinisikan sebagai penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan (Freddy Rangkuti, 2006: 28). Jenis kualitas menurut Freddy Rangkuti sebagai berikut: 1. Kualitas teknik (outcome), yaitu kualitas hasil kerja penyampaian jasa itu sendiri. 2. Kualitas jasa pelayanan (process), yaitu kualitas cara penyampaian jasa tersebut. Pelayanan yang diharapkan oleh konsumen (masyarakat) adalah pelayanan yang mudah dan cepat (tanpa hambatan), wajar memperlakukan pelanggan secara adil (sama, tertib, tidak membeda-bedakan ), serta jujur dan terbuka. Hal ini berarti bahwa pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang efektif. Munir (1995). Efektivitas pelayanan dapat diukur dengan menggunakan beberapa kriteria yakni: 1. Tepat dalam arti apa yang diberikan atau dilakukan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan. 2. Cepat, dalam arti masyarakat memperoleh apa yang diinginkannya dengan cepat 3. Murah, dalam arti masyarakat memperoleh apa yang diinginkannya dengan biaya murah. 4. Ramah, dalam arti pelayanan atau hubungan antara petugas dengan masyarakat dilakukan dengan sopan dan berpedoman pada etika profesi. 5. Sedangkan menurut Kotler (1997:49) kualitas adalah ”keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kualitas jasa sangat penting artinya bagi masyarakat selaku pengguna jasa. Namun memahami bagaimana cara mengevaluasi kualitas jasa sangat sulit. Apabila terdapat dua konsumen menerima pelayanan jasa yang sama standarnya, maka kualitas jasa dimata konsumen akan berbeda , karena kualitas jasa diukur 109 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) dari ekspektasi pelanggan atau konsumen. Ada tiga (3) hal yang harus diperhatikan dalam membahas kualitas jasa, yaitu: 1. Kualitas jasa sangat sulit diukur dan dievaluasi dibanding mengukur atau mengevaluasi kualitas produk barang. 2. Kualitas jasa berdasarkan persepsi pelanggan pada saat mendapatkan pelayanan dan secara langsung akan menilai saat proses pelayanan jasa berlangsung. 3. Persepsi dari kualitas jasa merupakan perbandingan antara pelayanan yang diharapkan dan pelayanan yang diterima oleh pelanggan. 4. Oleh karena itu kualitas jasa dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan (perceived service) dan jasa yang diharapkan (expected service). Bila jasa yang dirasakan lebih kecil daripada yang diharapkan, para pelanggan atau konsumen menjadi tidak tertarik pada penyedia jasa yang bersangkutan. Sedangkan bila yang terjadi adalah sebaliknya (perceived expected), ada kemungkhnan para pelanggan akan menggunakan penyedia jasa itu lagi. Berry, Parasuraman, dan Zeithaml (1985) yang dikutip Rangkuti (2006:22), mengidentifikasikan lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu: 1. Kesenjangan tingkat kepentingan konsumen dan persepsi manajemen. Pada kenyataannya pihak manajemen tidak selalu dapat merasakan atau memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh para konsumennya. Akibatnya, manajemen tidak mengetahui bagaimana produk jasa seharusnya didesain dan jasa – jasa pendukung (sekunder) apa saja yang diinginkan oleh konsumen. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap tingkat kepentingan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa. Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun standar kinerja yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa, kurangnya sumberdaya, atau karena adanya kelebihan permintaan. 3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Ada beberapa penyebab terjadinya kesenjangan ini, misalnya karyawan atau 110 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) pegawai kurang terlatih (belum menguasai tugasnya), beban kerja yang melampaui batas, ketidakmampuan memenuhi standar kinerja atau bahkan ketidakmauan memenuhi standar kinerja yang ditetapkan. 4. Kesenjangan antara penyampaian jasa komunikasi eksternal seringkali tingkat pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau janji yang dibuat oleh perusahaan. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan adalah apabila janji yang diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi, yang menyebabkan terjadinya persepsi negatif terhadap kualitas jasa perusahaan. 5. Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan dengan cara yang berbeda, atau apabila pelanggan keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Dimensi Kualitas Jasa Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan atau instansi tetapi harus dipandang dari sudut pandang penilaian konsumen dalam hal ini adalah masyarakat. Karena itu dalam merumuskan strategi dan program pelayanan, harus berorientansi pada kepentingan konsumen (masyarakat ) dengan memperhatikan komponen kualitas pelayanan. Lovelock (1994:100) yang dikutip Rangkuti (2006:18, mengemukakan bahwa konsumen mempunyai kriteria yang pada dasarnya identik dengan beberapa jenis jasa yang memberikan kepuasan pada para konsumen. Kriteria tersebut adalah: 1. Reliability (keandalan), kemampuan untuk memberikan jasa secara akurat sesuai dengan yang dijanjikan. 2. Responsiveness (cepat tanggap), kemampuan karyawan untuk membantu konsumen menyediakan jasa dengan cepat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. 3. Assurance (jaminan), pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk melayani dengan rasa percaya diri. 4. Emphaty (empati), memberikan perhatian secara individual kepada konsumen dan mengerti kebutuhan konsumen 111 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) 5. Tangible (kasat mata). Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan alat– alat komunikasi. Sedangkan menurut Parasuraman, Zethaml, dan Berry yang dikutip Rangkuti (2006:19). Ciri – ciri kualitas jasa dapat dievaluasi ke dalam lima dimensi besar, yaitu: 1. Reliability (keandalan), untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang tepat dna dapat diandalkan. 2. Responsiveness (daya tanggap), untuk membantu dan memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan cepat. 3. Assurance (jaminan), untuk mengukur kemampuan dan kesopanan pegawai serta sifat dipercaya yang dimiliki oleh pegawai. 4. Emphaty (empati), untuk mengukur pemahaman pegawai terhadap kebutuhan konsumen serta perhatian yang diberikan oleh karyawan. 5. Tangible (kasar mata), untuk mengukur penampilan fisik, peralatan, karyawan serat sarana komunikasi. Menurut, Lunir (1995:11) bahwa pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Sedangkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara (63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan SK MenPAN diatas penyelenggaraan pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Kementerian, Instansi pemerintah Departemen, adalah Lembaga satuan Pemerintah kerja/satuan dan Non organisasi Pemerintah, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk BUMN, BHMN, dan BUMD. Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instnasi pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang 112 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, intansi pemerintah dan badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah. Sementara sesuai surat keputusan MenPAN No.63/2003 tersebut membagi kelompok pelayanan menjadi tiga kelompok: 1. Kelompok pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen – dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk(KTP), Akte Pernikahan, Akte kematian, BPKB, SIM, STNK, IMB, Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan sebagainya. 2. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya. 3. Kelompok pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya. Luasnya bidang kehidupan dan luasnya bidang cakupan fungsi pemerintah membuat jenis pelayanan publik yang diberikannya menjadi sangat beraneka ragam. Demikian pula, instansi pemerintah yang memberikan pelayanan publik bisa menjadi beraneka ragam dan diberbagai tingkat pemerintahan. Terdapat kemungkinanan bahwa jenis pelayanan hanya perlu diberikan oleh satu instansi di satu tingkat pemerintahan saja. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa satu jenis pelayanan publik diberikan dengan melibatkan berbagai jenis intansi di berbagai tingkat pemerintahan. Karena itu pemberian pelayanan publik oleh pemerintah dapat dilakukan dengan berbagai pola yaitu: 1. Fungsional, pola pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya. 113 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) 2. Terpusat, pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan. 3. Terpadu a. Terpadu satu atap, pola pelayanan yang diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbegai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu. b. Terpadu satu pintu, pola pelayanan yang diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. 4. Gugus Tugas, Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu. Pola apapun yang digunakan dalam memberikan pelayanan publik, yang paling penting bagi masyarakat selaku konsumen adalah bahwa pelayanan publik yang diberikan pemerintah haruslah berkualitas sehingga dapat menciptakan kepuasan bagi masyarakat selaku penggunaan layanan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Kepuasan Konsumen mengacu pada pendapat Kotler (1997:40) bahwa kepuasan adalah ”a person’s feeling of leasure or disappoinment resulting from comparing aproduct’s received performance (or outcome) in relations to the person’s expectation”. Sedangkan kepuasan sesuai dengan Surat Keputusan MenPAN No.25/2004 adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh aparatur penyelenggaran pelayanan publik. Hubungan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen dapat digambarkan sebagai berikut: Harapan masyarakat sebagai pengguna layanan mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan kualitas pelayanan. Kepuasan konsumen mempunyai hubungan yang erat dengan penentuan kualitas pelayanan. Dalam mengevaluasinya, konsumen akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan demikian, harapan konsumenlah yang melatarbelakangi mengapa dua organisasi atau instansi pemerintah yang memberikan pelayanan yang sama dapat dinilai oleh masyarakat selaku konsumen 114 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) dalam konteks kepuasan konsumen. Umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan konsumen tentang apa yang akan diterimanya. Efektivitas dan efisiensi kinerja Unit Pelayanan Satu Atap dalam penelitian ini diukur dari dua perspektif yaitu perspektif kepuasan pengguna. Efektifitas kepuasan pengguna dilihat dari skor jawaban pengguna yang menilai beberapa dimensi mutu layanan yakni meliputi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Efisiensi perspektif kepuasan pengguna diukur dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pernyataan positif yang meliputi tiga perspektif yaitu waktu tunggu, tata letak dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelayanan. Untuk menganalisis seberapa jauh tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan Kantor Unit Pelayanan Satu Atap, maka digunakan Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja/Kepuasan Pelanggan Analisis Efektifitas Pelayanan SPSA Kota Bekasi Efektifitas kinerja SPSA Kota Bekasi yang dilihat dari perspektif keuangan dapat digambarkan melalui perbandingan antara target perolehan yang ditetapkan oleh masing – masing Dinas terkait kepada Satuan Pelayanan Satu Atap dengan realisasi penerimaan dari jenis – jenis pelayanan yang dilakukan SPSA. Jika dilihat dari rata-rata pencapaian pendapatan yang diterima oleh Satuan pelayanan Satu Atap dibandingkan target perolehan yang ditetapkan dari tahun 2002 hingga tahun 2006, maka dapat dikatakan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh Satuan Pelayanan Satu Atap Kota Bekasi telah efektif. Berdasarkan data yang diperoleh dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, dapat dilihat bahwa realisasi peneriman SPSA rata-rata mendekati target yang ditetapkan.Rata- rata pencapaian target tahun 2002 hingga tahun 2004 diatas 100% dari target yang ditetapkan. Sedangkan pada tahun 2005 mengalami penurunan pencapaian yakni hanya sebesar 90%. Pada tahun 2006 realisasi penerimaan SPSA hanya mencapai 73,83%. 115 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Tabel 1. Tingkat kesesuaian Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Dimensi Harapan Tangibles 871 Reliabillity 649 Responsiveness 621 Assurance 628 Emphaty 378 Rata-rata Keseluruhan 3147 perdimensi Sumber: data primer, diolah Kinerja 723 600 579 587 400 2889 Tingkat kesesuaian (%) 83 92,45 93,24 93,47 105,82 91,80 Berdasarkan tingkat kesesuaian per dimensi diatas, dimensi emphaty adalah dimensi dengan tingkat kesesuaian tertinggi artinya responden menilai perlayanan pada dimensi ini baik atau berkualitas tetapi dimensi ini bukan merupakan faktor esensial dalam pelayanan di SPSA. Sedangkan faktor esensial dalam pelayanan di SPSA adalah dimensi Tangibles, tetapi dari hasil perhitungan tingkat kesesuaian diatas dimensi ini memiliki tingkat kesesuaian terendah, artinya responden menilai kualitas pelayanan pada dimensi ini kurang baik. Untuk itu diperlukan peningkatan dan perbaikan kualitas pelayanan dari aparat pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Tabel 2. Tingkat Efisiensi layanan di SPSA Kota Bekasi No Atribut 1. Waktu tunggu pelayanan tidak terlalu lama 2. Tata letak/urutan loket tidak terlalu jauh 3. Syarat yang harus dipenuhi tidak berulang – ulang 4. Persyaratan relevan (sesuai ) dengan pelayanan yang diinginkan 5. Persyaratan yang harus dipenuhi esuai dengan peraturan yang ada Sumber: Data primer, diolah SS 7 S 35 N 7 TS STS Jumlah 1 1 199 1 21 21 8 0 168 0 12 27 21 1 183 0 12 32 7 0 158 0 15 27 9 0 159 Keterangan: SS = Sangat setuju TS = Tidak setuju 116 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) S = setuju STS = Sangat Tidak setuju N = netral Layanan sebagai aktivitas yang berlangsung berurutan dapat diukur dari segi penggunaan waktu. Berdasarkan data yang diperoleh dari 51 responden, maka lebih dari 50% responden menyatakan setuju atas pernyataan yang berkaitan dengan waktu. Total nilai dikalikan dengan bobot untuk pernyataan ini adalah 199. ini berarti, menurut persepsi pengguna dari segi waktu pelayanan yang diberikan oleh SPSA Kota Bekasi cukup efisien. Menurut Tjiptono (1996), tata letak fasilitas jasa erat kaitannya dengan pembentukan persepsi konsumen.Persepsi konsumen yang diperoleh dari interaksi antara konsumen dengan fasilitas layanan yang tersedia berpengaruh terhadap kualitas jasa dimata konsumen. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari perspektif keuangan, kinerja pelayanan SPSA Kota Bekasi telah dilakukan dengan efektif tercermin dari pencapaian target penerimaan SPSA rata-rata sebesar 95,55%. Sedangkan dari perspektif pengguna tingkat kesesuaian antara harapan pengguna dengan kinerja yang dilakukan SPSA kota Bekasi rata-rata mencapai 91,91%. 2. Pelayanan yang dilakukan oleh SPSA Kota Bekasi telah dilakukan secara efisien, tercermin. DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. ____________. 2007. Selayang Pandang Satuan Pelayanan Satu Atap Kota Bekasi. SPSA Kota Bekasi: Jawa barat. ____________. 2007. Laporan Target dan Realisasi Penerimaan Pajak/Retribusi kota Bekasi. SPSA Kota Bekasi: Jawa Barat. Aritonang, Lerbin. 2005. Kepuasan Pelanggan Pengukuran dan Penganalisisan Dengan SPS. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 117 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Gantyowati, Evi dkk. 2003. Efektivitas dan Efisiensi Pelayanan Publik. Kompak: Edisi Sept-Des, hal 384-402. Nirwana, 2004. Prinsip – Prinsip Pemasaran Jasa. Dioma: Malang. Munir, Has.1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara: Jakarta. Philip Kotler. 1995. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian dalam Jaka Wasana, MSM, Erlangga: Jakarta. Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer Satisfation: Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Plus Analisis Kasus PLN-JP. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. ____________________. Cipta: Jakarta. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Rineka Supranto, MA. 1997. Teknik Pemasaran dan Ramalan Penjualan. Rineka Cipta: Jakarta. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi, Jakarta Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Tjiptono, Fandi. 1996. Manajemen Jasa. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Offset. Umar, Husein. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta Business Research Center: Jakarta. Zeitmal, Valarie A and Mary Jo Bitner, 2000, “Services Marketing: Integrating Customer Focus Across The Firm”, Second Edition, New York, Mc GrawHill Company, Inc 118 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)