Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance
2.1.1 Definisi Good Corporate Governane
Istilah Corporate Governance untuk pertama kali di perkenalkan oleh
Cadbury Commite di tahun 1992, yang menggunakan istilah tersebut dalam
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini
dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik
Corporate Governance di seluruh dunia (Azhar Maksum, 2005)
Pengertian Corporate Governance menurut komite Cadbury yang
dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2008) adalah:
“Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholders, Hal ini berkaitan dengan
peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham,
dan sebagainya.”
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustivandana (2008) definisi
Good Corporate Governance yaitu
“Corporate Governance merupakan sekumpulan hubungan antara pihak
manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang
mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance
juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan
dan pengawasan atas kinerja.
13
14
Berdasarkan forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001)
dalam bukunya Corporate Governance (tata kelola perusahaan), pengertian
corporate governance adalah :
“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Pengertian lainnya dikemukakan oleh Price Waterhouse Coopers dalam
Indra Surya dan Ivan Yustivanda (2008) yang menyatakan bahwa:
“Corporate Governance terkait dengan pengambilan keputusan yang
efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nila, sistem, berbagai
proses, kebijakan-kebijakan dan efektif dalam mengelola risiko dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan stakeholders.”
Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, penerapan
praktik Good Corporate Governance dipertegas dengan keluarnya keputusan
Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan praktik
Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
pengertian Good Corporate Governance berdasarkan keputusan ini adalah:
“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan
peraturan perundang-undnagan dengan nilai –nilai etika.”
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Good
Corporate Governance adalah system, proses dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi
demi tercapainya tujuan organisasi.
15
2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Seiring dengan tumbuhnya perekonomian global, tumbuh pula kesadaran
untuk lebih memperhatikan prinsip-prinsip Corporate Governance, dan hal ini tidak
terbatas bagi pasar-pasar yang sedang tumbuh (emerging markets) atau
perekonomian yang dalam proses transisi, semua negara kini berkepentingan
untuk memperbaiki cara perusahaan-perusahaan mereka bekerja, perekonomian
yang paling maju sekalipun kini tengah membahas, mempertanyakan dan
mengupayakan praktik-praktik “governance” yang lebih baik. (Azhar Maksum,
2005)
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Good Corporate
Governance ini, Organization for Economic Corporation and Development
(OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dan dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya
dan tradisi masing-masing negara.
Prinsip-prinsip OECD menyangkut lima bidang utama: hak-hak para
pemegang saham (stakeholders) dan perlindungannya, peran para karyawan dan
pihak-pihak
yang
berkepentingan
(stakeholders)
lainnya,
pengungkapan
(disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan
struktur dan operasi korporasi, tanggung jawab dewan (Dewan Komisaris maupun
Direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak yang
berkepentigan lainnya. Atau secara ringkas prinsip-prinsip tersebut dapat
dirangkum sebagai perlakuan yang setara (fairness), transparansi (transparancy),
16
akuntabilitas (accountability) dan responsibilitas (responsibility) (I Nyoman
Tjager, 2003)
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) sebuah organisasi
proffesional non-pemerintah (NGO) yang bertujuan mensosialisasikan praktik
Good Corporate Governance menggambarkan prinsip-prinsip di atas sebagai
berikut:
1. Discolusre and Transparency (Transparansi)
Transparansi maksudnya dalam mengelola perusahaan manajemen
mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala kepada
pemegang saham dan stakeholder lainnya termasuk situasi keuangan,
kinerja,
kepemilikan
transparansi
dilakukan
dan
pengendalian
melalui
perusahaan.
penyempurnaan
Prinsip
pengungkapan
(disclosure) informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat
waktu.
Transparansi bisa sebagai keterbukaan informasi, baik dalam
proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Menurut Imam S.Tunggal dan Amin W.Tunggal (2002), dalam hal
ini kerangka kerja Corporate Governance harus memastikan bahwa
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dilakukan terhadap semua
hal yang material berkaitan dengan perusahaan mencakup situasi
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.
17
Beberapa
bentuk
penerapan
dari
prinsip
Disclosure
and
Transparency (Transparansi) antara lain:
a. Pengungkapan atas hal-hal yang bersifat materil dalam
laporan keuangan secara berkala.
b. Menggunakan prinsip akuntansi yang lazim digunakan dan
diterima secara luas.
c. Dapat diaksesnya laporan keuangan secara mudah pada saat
dibutuhkan.
d. Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain
yang material yang berdampak signifikan pada kinerja
perusahaan secara akurat dan tepat waktu.
Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus
menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut setiap
perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi
keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak
signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu.
Selain itu para investor harus dapat mengakses informasi penting
perusahaan secara mudah pada saat diperlukan
Ada banyak manfaat yang dapat dipetik dari penerapan prinsip ini
salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin
terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian
karena adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara
18
akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka
dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar, selanjutnya, jika transparansi
dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya
benturan kepentingan (Conflict of Interest) berbagai pihak dari
manajemen.
Inti dari prinsip keterbukaan dan transparansi adalah bahwa
kerangka Good Corporate Governance harus dapat menjamin adanya
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan
yang berkaitan dengan perusahaan, pengungkapan ini meliputi
informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, disamping
itu, informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan
sesuai dengan standard yang berkualitas tinggi. Manajemen juga harus
meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen
atas laporan keuangan.
2. Fairness (Kewajaran)
Secara sederhana kewajaran (fairnes) bisa didefinisikan sebagai
perlakuan yang adil dan seatara di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku
Beberapa bentuk penerapan dari prinsip Fairness (Kewajaran)
antara lain:
a. Menetapkan
aturan
untuk
pemegang saham minoritas
melindungi
kepentingan
19
b. Menetapkan code of corporate conduct dan atau kebijakan
kepatuhan untuk melindungi dari kesalahan yang berasal
dari saham, self dealing, dan konflik kepentingan.
c. Menetapkan
peran
dan
tanggung
jawab
komisaris,
manajemen.
d. Wajar dalam mengemukakan setiap informasi material
diungkapkan secara penuh.
Menurut Imam S.Tunggal dan Amin W.Tunggal (2002) kerangka
kerja Corporate Governance harus memastikan perlakuan yang sama
terhadap seluruh pemegang saham, mencakup pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus
mempunyai kesempatan untuk memperoleh ganti rugi pelanggan yang
efektif atas hak-hak mereka, diantaranya:
1. Semua pemegang saham dari kelompok yang sama harus
diperlakukan secara adil dan merata
a. Dalam setiap kelompok, semua pemegang saham harus
mempunyai hak pemberian suara yang sama. Semua
investor dapat memperoleh informasi tentang hak
pemberian suara yang melekat pada seluruh kelompok
saham sebelum saham tersebut dibeli. Setiap perubahan
dalam hak pemberian suara harus tergantung pada suara
pemegang saham
20
b. Suara harus diberikan, oleh kustodian atau nominess
dalam suatu keadaan sesuai dengan manfaat pemilik
saham.
c. Proses dan prosedur untuk rapat pemegang saham harus
memungkinkan perlakuan yang sama bagi seluruh
pemegang saham. Prosedur perusahaan seharusnya
tidak mengakibatkan terlalu sulit atau mahal untuk
memberikan suara
2. Praktik-praktik Insider trading dan selfdealing yang
bersifat penyalah gunaan harus dilarang.
3. Anggota dewan komisaris (board of directors), dan
manager
diisyaratkan
untuk
mengungkapkan
setiap
kepentingan yang material dalam transaksi-transaksi atau
hal-hal yang mempengaruhi perusahaan.
Inti dari prisip perlakuan terhadap seluruh pemegang saham adalah
bahwa kerangka Corporate Governance harus menjamin adanya
perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk
pemegang saham minoritas dan asing, seluruh pemegang saham harus
memiliki kesempatan untuk mendapatkan penggantian dan perbaikan
atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan
adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang beredar dalam
satu kelas, melarang praktik-praktik insider trading dan selfdealing
dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan
21
keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung
benturan kepentingan (Conflict of interest).
Fairness diharapkan membantu seluruh asset perusahaan dikelola
secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan
kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness
juga diharapkan memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap
praktek korporasi yang merugikan seperti disebutkan di atas. Pendek
kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan
yang adil di anatara beragam kepentingan dalam perusahaan.
3. Accountabilty (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggung
jawaban
organ
perusahaan
sehingga
pengelolaan
perushaaan terlaksana secara efektif, masalah yang sering ditemukan
diperusahaan-perusahaa
indonesia
adalah
mandulnya
fungsi
pengawasan dewan komisaris. Atau justru sebaliknya, Komisaris
utama mengambil peran berikut wewenang
yang seharusnya
dijalankan direksi, padahal, diperlukan kejelasan tugas serta fungsi
organ perusahaan agar tercipta suatu mekanisme pengecekan dan
perimbangan dalam mengelola perusahaan
Menurut
Imam
S.Tunggal
dan Amin
W.Tunggal
(2002).
Akuntabilitas merupakan penciptaan sistem pengawasan yang efektif
berdasarkan keseimbangan pembagian kekuasaan antara board of
commisioners,
board
of
directors,
stakeholders,
dan
auditor
22
(pertanggung
jawaban
wewenang,
traceable,
reasonable).
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi dan
tugas-tugas sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh seluruh organ
perseroan
Beberapa
bentuk
penerapan
dari
prinsip
accountability
(akuntabilitas) antara lain:
a. Membentuk komite audit untuk memperkuat fungsi
pengawasan oleh komsaris
b. Penetapan proses kebijakan
c. Menetapkan sistem penilaian kinerja melalui akuntansi dan
sistem informasi yang baik
d. Menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan
independen.
Kewajiban untuk memiliki Komisaris Independen dan Komite
Audit sebagaimana yang diterapkan oleh Bursa Efek Jakarta,
merupakan salah satu implementasi prinsip ini. Tepatnya, berupaya
memberdayakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Bila prinsip
accountability ini diterapkan seacara efektif maka ada kejelasan fungsi,
hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab antara pemegang
saham, dewan komisaris, serta direksi. Dengan adanya kejelasan inilah
maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem
(benturan kepentingan peran). (Azhar Maksum, 2005)
23
4. Responsibilities (Responsibilitas)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen.
Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab
merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang untuk menyadari
adanya
tanggung
jawab
sosial,
kekuasaan, menjadi professional
menghindari
penyalahgunaan
dan menjunjung
etika serta
memelihara bisnis yang sehat.
Beberapa
bentuk
penerapan
dari
prinsip
Responsibilities
(Responsibilitas) anatra lain:
a. Korporasi harus menyadari tanggung jawab sosialnya
terhadap masyarakat
b. Kepatuhan hukum
c. Memberi Kontribusi kepada publik atau masyarakat luas.
Peraturan yang berlaku disini termasuk yang berkaitan dengan
masalah pajak, hubungan idustrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/ keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang
sehat.
24
Beberapa contoh mengenai hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kebijakan sebuah perusahaan makanan untuk mendapat
sertifikat “HALAL” ini merupakan bentuk pertanggung
jawaban kepada masyarakat. Lewat sertifikat ini, dari sisi
konsumen, mereka akan merasa yakin bahwa makanan
yang dikonsumsinya itu halal dan tidak merasa dibohongi
perusahaan, dari sisi pemerintah perusahaan yang telah
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
(peraturan perlindungan konsumen), dari sisi perusahaan,
kebijakan tersebut akan menjamin loyalitas konsumen
sehingga
kelangsungan
usaha,
pertumbuhan
dan
kemampuan mencetak laba lebih terjamin.
b. Kebijakan perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang
ketempat umum, ini juga merupakan pertanggung jawaban
kepada publik. Dari sisi masyarakat, kebijakan ini
menjamin mereka untuk hidup layak tanpa merasa
terancam kesehatannya tercemar, demikian pula dari sisi
pemerintah, perusahaan memenuhi peraturan perundnagundangan
lingkungan
hidup,
begitu
pula dari
sisi
perusahaan, kebijakan tersebut merupakan bentuk jaminan
kelangsungan usaha karena akan mendapat dukungan
pengamanan dari masyarakat sekitar lingkungan (Azhar
Maksum, 2005)
25
Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep117/M/MBU/2002 pasal 3 terdapat 5 prinsip Good Corporate Governance, yaitu
sebagai berikut:
1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan diamana perusahaan dikelola
secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh
maupun tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporas yang sehat.
3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung
jawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
4. Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholder lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
26
2.1.3 Tujuan Good Corporate Governance
Survey yang dilakukan oleh lembaga konsultan tingkat dunia seperti
McKinsey dan Company menunjukkan bahwa para institusional investor lebih
menaruh kepercayaan terhadap korporasi-korporasi yang memiliki Good
Corporate Governance dan memandang Good Corporate Governance sebagai
kriteria kualitatif penentu.
Berbagai analisis menunjukkan bahwa ada indikasi keterkaitan antara
terjadinya krisis financial dan krisis berkepanjangan di negara-negara Asia
dengan lemahnya Good Corporate Governance sehingga diharapkan setiap
perusahaan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dengan
seoptimal mungkin.
Adapun tujuan dari penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG) terhadap perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Memudahkan akses terhadap ivestasi domestik maupun asing.
2. Mendapatkan biaya modal (cost of capital) yang lebih murah.
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kirnerja
ekonomi perusahaan.
4. meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders terhadap
perusahaan.
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hokum.
27
Sedangkan
tujuan
penerapan
Good
Corporate
Governance
(GCG)
berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 pasal 4 adalah:
1. Memaksimalkan
BUMN
dengan
cara
meningkatkan
prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat diprcaya, bertanggung jawab, dan
adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara
nasional maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan BUMN seacara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
organ.
3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung ajwab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun
kelestarian lingkungan disekitar BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan iklim investasi nasional.
6. Menyukseskan program privatisasi BUMN.
Dengan demikian penerapan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance secara optimal akan mampu mendorong peningkatan kinerja
perusahaan yang ada, dan pada gilirannya memberi nilai tambah bagi semua pihak
yang terkait dengan perusahaan.
28
2.1.4 Manfaat Good Corporate Governance
Corporate Governance yang tidak efektif merupakan penyebab utama
terjadinya krisis ekonomi dan kegagalan berbagai perusahaan di Indonesia akhirakhir ini . penerapan Corporate Governance yang efektif dapat memberikan
sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian, serta
menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa dimasa depan.
Dengan melaksanakan Good Corporate Governance, ada beberapa manfaat
yang bsia diperoleh antara lain:
1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung
pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada
pihak manajemen, biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita
perusahaan sebagai akibat penyalah gunaan wewenang (wrong doing)
ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah
terjadinya hal tersebut.
2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) yatu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaan yang baik, meyebabkan tingkat bunga atas
dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil
seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan
citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan stakeholder value dan dividen. Khusus
29
bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama
dari hasil privatisasi
5. Menciptakan
dukungan
para
stakehodlers
dalam
lingkungan
perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan
kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka
mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaaat maksimal
dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan
kemakmuran dan kesejahteraan.
Selain manfaat tersebut menurut Imam S.Tunggal dan Amin W.Tunggal
(2002) dengan menerapkan Good Corporate Governance akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Perbaikan dalam komunikasi
b. Memperkecil potensial benturan (konflik kepentingan)
c. Fokus pada strategi-strategi utama
d. Peningkatan dalam produktivitas dalam efisiensi
e. Kesinambungan manfaat
f. Promosi citra perusahaan
g. Peningkatan keputusan pelanggan
h. Perolehan kepercayaan investor
i. Dapat mengukur kinerja manajemen perusahaan
Manfaat Good Corporate Governance ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi
juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh
30
kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global (I
Nyoman Tjager, Antonius Aliojoyo et al, 2003)
Dengan
Good
Corporate
Governance,
keputusan-keputusan
penting
perusahaan tidak lagi hanya ditetapkan oleh satu pihak yang dominan misalnya
direksi, akan tetapi ditetapkan setelah mendapatkan masalah dari dan dengan
mempertimbangkan
kepentingan
berbagai
pihak
yang
berkepentingan
(stakeholders) selain itu, Good Corporate Governance dapat mendorong
pengelolan organisasi yang lebih demokratis (karena melibatkan partisipasi
banyak kepentingan), lebih accountable (karena adanya sistem yang meminta
pertanggungjawaban atas setiap permintaan) dan lebih transparan serta akan
meningkatkan keyakinan bahwa perusahaan dan organisasi lainnya dapat
menyambungkan manfaat tersebut dalam jangka panjang.
2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance
Selain para pemegang saham atau investor, perlu diperhatikan juga
kepentingan para kreditor karena hampir tidak ada perusahaan yang dapat berjalan
dengan modalnya sendiri, sehingga mencari tambahan dana yang diperlukan
untuk biaya operasional perusahaan maupun ekspansi usaha.
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam suatu
perusahaan merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi kreditor dalam
mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima pinjaman kredit. Bahkan
bagi perusahaan yang berdomisisli di negara-negara berkembang, implementasi
prinsip GCG seacara konkret, dapat memberikan kontribusi untuk memulihkan
kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahana yang telah dilanda
31
krisis, misalnya di Indonesia. Di dunia Internasional, peneraan GCG sudah
merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian kredit, seringkali
perusahaan yang mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG, mempunyai
kemungkinan besar untuk memperoleh bantuan kredit bagi usahanya
Hal-hal tersebut sangat berkaitan dnegan fislosofi dasar kepentingan para
kreditor, yaitu bahwa kepentingan utama kreditor adalah mendapatkan
keuntungan maksimal dan menekan seminimal mungkin resiko kegagalan
pengembalian pinjaman. Keuntungan maksimal ini dapat diperoleh dengan
berbagai jalan, salah satunya adalah dengan meningkatkan tingkat kemampuan
perusahaan debitor untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam melalui
efektivitas kinerja perusahaan tersebut.
Penerapan
prinsip
Good
Corporate
Governance
ini
adalah
untuk
mengahasilkan kinerja yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen
perusahaan, dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan
direksi dan dewan komisaris dalam menajalankan kegiatan perusahaan, sehingga
menghasilkan kinerja perusahaan yang baik (Wardani, 2008)
2.2 Keandalan Laporan Keuangan
2.2.1
Definisi Keandalan Laporan Keuangan
Pengertian keandalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
adalah:
“Andal artinya dapat dipercaya, memberikan hasil yang sama pada ujian atau
percobaan yang berulang, keandalan, kecakapan, kemampuan dan ketepatan.”
32
Pengertian keandalan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2010) adalah:
“Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunannya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang
seharusnya disajikan taau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.”
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005, dinyatakan bahwa andal memiliki
arti bawha informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan materia, menyajikan setiap fakta secara jujur, dapat
diverifikasi secara netral. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
pnyajiannya tidak dapt diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keandalan
sebagai suatu hasil yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan, atau
menunjukkan hasil yang dapat mencerminkan kelebihan dan manfaat
Keandalan Laporan keuangan merupakan salah satu hasil dari adanya
penerapan prinsip Good Corporate Governance di dalam perushaaan, karena
adanya transparansi, kewajaran, akuntabilitas, kemandirian dan pertanggung
jawaban diharapkan dapat menciptakan suatu keandalan perusahaan yang baik,
yang tercermin dari adanya laporan keuangan yang dapat diandalkan
2.2.2
Definisi Laporan Keuangan
Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan
keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil
yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu (past
33
performance) serta berfungsi sebagai alat pertanggung jawaban manajemen,
definisi laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan (2009) yaitu:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan,
laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan prubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti msialnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pegungkapan pengaruh perubahan harga”
Definisi lainnya berdasarkan id.wikipedia.org dimana laporan keuangan
didefinisikan sebagai
“Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila
ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva)
dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan
atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum atau basis akuntansi komphrensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku”.
Sedangkan definisi laporan keuangan menurut peraturan Bapepam Nomor
: VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan dijelaskan bahwa:
“Laporan keuangan terdiri dari: neraca yang menggambarkan posisi
keuangan yang menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan
pada tanggal tertentu, laporan rugi laba yang merupakan ringkasan aktivitas usaha
perusahana untuk periode yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang
timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya, Laporan Perubahan Ekuitas yaitu
laporan menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan
peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode
pelaporan, Laporan Arus Kas yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas
dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dengan diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan, Catatan Atas Laporan
Keuangan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan,
ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi
penting lainnya”.
Laporan keuangan berguna bagi manajemen perusahaan dalam menyusun
perencanaan, pembuatan perencanaan untuk waktu yang akan datang seringkali
34
berpedoman pada data historis, yaitu kejadian dari masa lalu selain perencanaan,
data historis juga bermanfaat untuk melakukan pengawasan, karena dapat
digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan rencana yang telah dibuat
pada waktu lalu.
2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Dalam The Accounting Principle Board (APB) statement no 4. Yang
dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2005) menyebutkan bahwa tujuan laporan
keuangan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan
laporan posisi keuangan lainnya yang secara wajar sesuai dengan
GAAP
2. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai ebrikut:
1) Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang sumbersumber ekonomi dan kewajiban dengan maksud
a. Untuk menilai kekukatan dan kelemahan perusahaan
b. Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya
35
c. Untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban kepada kreditur, supplier, dan
pajak.
d. Memberikan informasi kepada manajemen untuk
digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan
pengawasan
e. Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaan
yang ada guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan
2) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha
perusahaan dalam mencari laba dengan maksud untuk
memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan
pemegang saham
3) Memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan
untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba.
4) Memberikan informasi lainnya yang diperlukan tentang
perubahan harta dan kewajiban
5) Mengungkapkan
informasi
relevan
lainnya
yang
dibutuhkan para pengguna laporan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna (bapepam.go.id). laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
36
dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
Laporkan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship). Atau pertanggung jawaban manajemen atau sumber
daya yang diercayakan kepadanya, pemakai yang ingin menilai apa yang telah
dilakukan atas pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka
dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen (IAI, 2002)
2.2.4
Pemakai Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (2009) menyatakan pemakai laporan
keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda, beberapa kebutuhan ini meliputi:
1. Investor
Para investor ini berkepentingan dengan risiko yang melekat serta
hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah ahrus
membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang
saham juga tertarik pada informasi memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
37
2. Karyawan
Mereka
tertarik
profitabilitas
pada
informasi
perusahaan,
serta
mengenai
dengan
stabilitas
informasi
dan
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan
kerja.
3. Pemberi pinjaman
Mereka tertarik dnegan informasi keuangan yang memungkinkan
merka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada
saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
Para pelanggan tertarik dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian
jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Mereka
membutuhkan
informasi
untuk
mengatur
aktivitas
perusahaan menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
38
7. Masyarakat
Laporan
keuangan
dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan
terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.5
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Objektivitas laporan keuangan berfokus pada pemberian informasi yang
bermanfaat bagi para penggunanya dalam membuat keputusan ekonomi,
karakteristik kualitatif memberikan suatu dasar pemilihan antara berbagai
alternatif laporan dan akuntansi, seperti alternatif metode penyusutan, alternatif
metode penilaian harta, dan alternatif metode penjelasan. Katrakteristik kualitatif
juga membantu menjawab pertanyaan tentang karakteristik informasi akuntansi
apa yang membuat informasi bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Sejumlah laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat
dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu
disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
memungkinkan dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
secara umum, laporan keuangan menggambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non
keuangan (bapepam.go.id)
39
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009) Karakteristik kualitatif
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pengguna, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan
jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi,
misalnya neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya dalam bentuk asset, kewajiban dan ekuitas
perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria
pengakuan.
Informasi keuangan biasanya tidak luput dari risiko penyajian yang
kurang jujur dari apa yang sebenarnya digambarkan. Hal tersebut
bukan di sebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi
lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi
transaksi serta peristiwa lainnya yang harus dilaporkan, atau dalam
menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang
sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
2. Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka
peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
40
3. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan juga
harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan
untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi
tidak dapat ditinjau dari segi relevansi
4. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementar hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
5. Pertimbangan sehat
Penyusunan
laporan
keuangan
ada
kalanya
menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketagihan
piutang yang diragukan, perkiraan manfaat pabrik serta peralatan,
dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.
Ketidakpastian semacam ini diakui dengan mengungkapkan
hakikat serta tingkatannya dan dengan menggunakan pertimbangan
sehat
(prudence)
dalam
penyusunan
laporan
keuangan,
pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga
aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
41
kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun
demikian pengguna pertimbangan sehat tidak memperkenalkan,
misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan
yang berlebihan. Dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan
yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral,
dan karena itu tidak memiliki kualitas andal.
6. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditanggung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pengguna. untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar, namun demikian informasi kompleks yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat
dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
7. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan
ekonomi,
pengguna
dengan
membantu
mereka
mengevaluasi masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan
atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna dimasa lalu
42
8. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan
kesalahan
material
dan
dapat
diandalkan
penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (Faithfull
reresentation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
9. Materialitas
Informasi
dipandang
material
apabila
kelalaian
untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatatat informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil
atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya
pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari
kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam
mencatat (misstatement)
10. Dapat diperbandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja serta perubahan, posisi keuangan secara relativ. Oleh
karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara
43
konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan
yang sama untuk perusahaan yang berbeda.
Impilikasi harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta perubahan tersebut. para pengguna harus
dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan
akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain
yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode
dan dalam perusahaan yang berbeda. Kekuatan pada standar
akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya
banding.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya, perusahaan adalah lembaga ekonomi yang didirikan oleh
pemilik untuk mendapatkan keuntungan, salah satu kepentingan pokok pemegang
saham adalah bahwa perusahaan harus memupuk keuntungan, sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan bagi keuntungan pemegang saham. Dalam
menjalankan aktivitasnya, perusahaan melakukan interaksi secara kelembagaan
dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan. Dalam interaksi
tersebut, terdapat berbagai kepentingan pokok pemegang saham, termasuk
diantaranya
kepentingan
yang
dimiliki
karyawan,
pemasok,
pelanggan,
distributor, pesaing, pemerintah serta masyarakat yang ikut pula memberikan
44
kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dan ikut pula menanggung dampak
dari kegiatan operasional perusahaan. Mereka adalah shareholders yang
mempunyai kepentingan dalam kemakmuran perusahaaan tersebut. Oleh karena
itu perusahaan harus mengupayakan keseimbangan dengan mempertahankan
eksistensinya dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan dan mengelola sumber data
yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien serta penanganan perusahaan
dengan professional seiring dengan perubahan kondisi ekonomi kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat tepat
waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan,
dan stakeholder.
Implementasi Good Corporate Governance akan mendorong tumbuhnya
mekanisme Check and balance dilingkungan manajemen khususnya dalam
memberi perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.
BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi,
namun agar peran tersebut bisa lebih maksimal, BUMN harus didukung dengan
diterapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsisten dan
berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan penerapan prinsip GCG
mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif serta
menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang lebih baik.
45
berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
BUMN
Nomor
Kep-
117/M/MBU/2002 pasal 3 terdapat 5 prinsip Good Corporate Governance, yaitu
sebagai berikut:
1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh
maupun tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporas yang sehat.
3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung
jawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
4. Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholder lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN merupakan
kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem
pengelolaan BUMN yang sehat dan untuk lebih meningkatkan kinerja BUMN.
46
perlunya mempertahankan sistem keterbukaan dapat disajikan dasar
penerapan transaksi bagi perusahaan dan informasi lainnya kepada investor dan
stakeholder. Dengan kata lain, tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan prinsip
GCG itu adalah untuk menghasilkan dokumen yang menceritakan kepada investor
atau stakeholders berbagai hal yang seharusnya mereka ketahui.
Peraturan Bapepam No.VIII.G2 tentang laporan tahunan , peraturan ini
berkaitan erat dengan prinsip transpransi dari GCG, yang mewajibkan
penyimpulan laporan yang penting kepada pihak-pihak yang dimaksud termasuk
para pemegang saham, para kreditor dan juga anggota masyarakat. Laporan yang
memuat informasi material yang disajikan secara tepat waktu dan akurat serta
pada waktunya akan sangat membantu para pemegang saham dalam menentukan
lahan berinvestasi. Bagi para kreditor informasi dengan kualitas andal tersebut
sangat berguna dalam mengambil keutusan.
Chtourou et al (2001) menyatakan bahwa prinsip Good Corporte governance
yang diterapkan dengan kosnisten dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa
kinerja yang megakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai
fundamental perusahaan. Secara singkat ada empat komponen utama yang
diperluakan dalam konsep Good Corporate Governance ini, yaitu transparency,
fairness, accountability, and resposibility. Keempat komponen tersebut penting
karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konsisten terbukti
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Beastly et al, 1998).
47
Hal ini juga dapat diartikan bahwa penerapan prinsip Good Corporate
Governance yang konsisten juga dapat mendorong kinerja manajemen perusahaan
dalam menghasilkan suatu laporan keuangan yang andal.
Dengan adanya prinsip GCG tersebut, maka laporan keuangan yang
dihasilkan dapat diungkapkan secara transparan dan akurat, sehingga dapat
membantu investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam suatu
perusahaan untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini, kinerja perusahaan akan
meningkat, sehingga Good Corporate Governance diterapkan dapat menghasilkan
sebuah laporan keuangan yang andal sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan pemakai laporan keuangan termasuk investor.
48
Model Kerangka Pemikiran
PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk
Good Corporate Governance
Keandalan Laporan
Keuangan
1.Transparency (Keterbukaan)
2.Accountability (Akuntabilitas)
3.Responsibility (Pertanggungjawaban)
4.Independency (Kemandirian)
Karakteristik Kualitatif
Laporan Keuangan
5.Fairness (Kesetaraan)
1. Penyajian Jujur
2. Substansi Mengungguli Bentuk
3. Kelengkapan
4. Netraalitas
5. Pertimbangan Sehat
Penerapan Prinsip Good Corporate Governance terhadap Keandalan
Laporan Keuangan Perusahaan.”
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
49
2.3.1 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah
penelitian, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
atau tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Berdasarkan kerangka pemikiran 2.1 diatas, maka hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
Ho :
Penerapan prinsip good corporate government tidak memiliki
pengaruh yang sginifikan terhadap keandalan laporan keuangan
perusahaan
Ha :
Penerapan prinsip good corporate government memiliki pengaruh
yang sginifikan terhadap keandalan laporan keuangan perusahaan
2.3.2
Penelitian Terdahulu
Peneliti yang dilakukan Verawati (2010), yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Prinsip-Prisnip Good Corporate Governance Terhadap Keandalan
Laporan Keuangan”, penelitian tersebut dilakukan di PT.Pos Indonesia (Persero).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Prinsip-Prisnip Good Corporate
Governance sangat berpengaruh pada Keandalan Laporan Keuangan. Penelitian
yang dilakukan oleh Jeammy Fatimah (2012) yang berjudul “Pengaruh Penerapan
Good Corporate Governance Terhadap Keandalan Laporan Keuangan”, Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Good Corporate Governance mempunyai
berpengaruh terhadap Keandalan Laporan Keuangan Perusahaan.
50
Download