BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance 2.1.1 Definisi Good Corporate Governane Istilah Corporate Governance untuk pertama kali di perkenalkan oleh Cadbury Commite di tahun 1992, yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia (Azhar Maksum, 2005) Pengertian Corporate Governance menurut komite Cadbury yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2008) adalah: “Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders, Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.” Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustivandana (2008) definisi Good Corporate Governance yaitu “Corporate Governance merupakan sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. 13 14 Berdasarkan forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001) dalam bukunya Corporate Governance (tata kelola perusahaan), pengertian corporate governance adalah : “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Price Waterhouse Coopers dalam Indra Surya dan Ivan Yustivanda (2008) yang menyatakan bahwa: “Corporate Governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nila, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung jawab dengan memperhatikan stakeholders.” Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, penerapan praktik Good Corporate Governance dipertegas dengan keluarnya keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pengertian Good Corporate Governance berdasarkan keputusan ini adalah: “Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undnagan dengan nilai –nilai etika.” Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah system, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. 15 2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Seiring dengan tumbuhnya perekonomian global, tumbuh pula kesadaran untuk lebih memperhatikan prinsip-prinsip Corporate Governance, dan hal ini tidak terbatas bagi pasar-pasar yang sedang tumbuh (emerging markets) atau perekonomian yang dalam proses transisi, semua negara kini berkepentingan untuk memperbaiki cara perusahaan-perusahaan mereka bekerja, perekonomian yang paling maju sekalipun kini tengah membahas, mempertanyakan dan mengupayakan praktik-praktik “governance” yang lebih baik. (Azhar Maksum, 2005) Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Good Corporate Governance ini, Organization for Economic Corporation and Development (OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara. Prinsip-prinsip OECD menyangkut lima bidang utama: hak-hak para pemegang saham (stakeholders) dan perlindungannya, peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya, pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi, tanggung jawab dewan (Dewan Komisaris maupun Direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentigan lainnya. Atau secara ringkas prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai perlakuan yang setara (fairness), transparansi (transparancy), 16 akuntabilitas (accountability) dan responsibilitas (responsibility) (I Nyoman Tjager, 2003) Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) sebuah organisasi proffesional non-pemerintah (NGO) yang bertujuan mensosialisasikan praktik Good Corporate Governance menggambarkan prinsip-prinsip di atas sebagai berikut: 1. Discolusre and Transparency (Transparansi) Transparansi maksudnya dalam mengelola perusahaan manajemen mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan transparansi dilakukan dan pengendalian melalui perusahaan. penyempurnaan Prinsip pengungkapan (disclosure) informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Transparansi bisa sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Menurut Imam S.Tunggal dan Amin W.Tunggal (2002), dalam hal ini kerangka kerja Corporate Governance harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dilakukan terhadap semua hal yang material berkaitan dengan perusahaan mencakup situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan. 17 Beberapa bentuk penerapan dari prinsip Disclosure and Transparency (Transparansi) antara lain: a. Pengungkapan atas hal-hal yang bersifat materil dalam laporan keuangan secara berkala. b. Menggunakan prinsip akuntansi yang lazim digunakan dan diterima secara luas. c. Dapat diaksesnya laporan keuangan secara mudah pada saat dibutuhkan. d. Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang material yang berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut setiap perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan Ada banyak manfaat yang dapat dipetik dari penerapan prinsip ini salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian karena adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara 18 akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar, selanjutnya, jika transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (Conflict of Interest) berbagai pihak dari manajemen. Inti dari prinsip keterbukaan dan transparansi adalah bahwa kerangka Good Corporate Governance harus dapat menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan, pengungkapan ini meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, disamping itu, informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standard yang berkualitas tinggi. Manajemen juga harus meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan. 2. Fairness (Kewajaran) Secara sederhana kewajaran (fairnes) bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan seatara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku Beberapa bentuk penerapan dari prinsip Fairness (Kewajaran) antara lain: a. Menetapkan aturan untuk pemegang saham minoritas melindungi kepentingan 19 b. Menetapkan code of corporate conduct dan atau kebijakan kepatuhan untuk melindungi dari kesalahan yang berasal dari saham, self dealing, dan konflik kepentingan. c. Menetapkan peran dan tanggung jawab komisaris, manajemen. d. Wajar dalam mengemukakan setiap informasi material diungkapkan secara penuh. Menurut Imam S.Tunggal dan Amin W.Tunggal (2002) kerangka kerja Corporate Governance harus memastikan perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, mencakup pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus mempunyai kesempatan untuk memperoleh ganti rugi pelanggan yang efektif atas hak-hak mereka, diantaranya: 1. Semua pemegang saham dari kelompok yang sama harus diperlakukan secara adil dan merata a. Dalam setiap kelompok, semua pemegang saham harus mempunyai hak pemberian suara yang sama. Semua investor dapat memperoleh informasi tentang hak pemberian suara yang melekat pada seluruh kelompok saham sebelum saham tersebut dibeli. Setiap perubahan dalam hak pemberian suara harus tergantung pada suara pemegang saham 20 b. Suara harus diberikan, oleh kustodian atau nominess dalam suatu keadaan sesuai dengan manfaat pemilik saham. c. Proses dan prosedur untuk rapat pemegang saham harus memungkinkan perlakuan yang sama bagi seluruh pemegang saham. Prosedur perusahaan seharusnya tidak mengakibatkan terlalu sulit atau mahal untuk memberikan suara 2. Praktik-praktik Insider trading dan selfdealing yang bersifat penyalah gunaan harus dilarang. 3. Anggota dewan komisaris (board of directors), dan manager diisyaratkan untuk mengungkapkan setiap kepentingan yang material dalam transaksi-transaksi atau hal-hal yang mempengaruhi perusahaan. Inti dari prisip perlakuan terhadap seluruh pemegang saham adalah bahwa kerangka Corporate Governance harus menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing, seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan penggantian dan perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang beredar dalam satu kelas, melarang praktik-praktik insider trading dan selfdealing dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan 21 keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan (Conflict of interest). Fairness diharapkan membantu seluruh asset perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan seperti disebutkan di atas. Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang adil di anatara beragam kepentingan dalam perusahaan. 3. Accountabilty (Akuntabilitas) Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perushaaan terlaksana secara efektif, masalah yang sering ditemukan diperusahaan-perusahaa indonesia adalah mandulnya fungsi pengawasan dewan komisaris. Atau justru sebaliknya, Komisaris utama mengambil peran berikut wewenang yang seharusnya dijalankan direksi, padahal, diperlukan kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan agar tercipta suatu mekanisme pengecekan dan perimbangan dalam mengelola perusahaan Menurut Imam S.Tunggal dan Amin W.Tunggal (2002). Akuntabilitas merupakan penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan keseimbangan pembagian kekuasaan antara board of commisioners, board of directors, stakeholders, dan auditor 22 (pertanggung jawaban wewenang, traceable, reasonable). Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi dan tugas-tugas sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh seluruh organ perseroan Beberapa bentuk penerapan dari prinsip accountability (akuntabilitas) antara lain: a. Membentuk komite audit untuk memperkuat fungsi pengawasan oleh komsaris b. Penetapan proses kebijakan c. Menetapkan sistem penilaian kinerja melalui akuntansi dan sistem informasi yang baik d. Menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan independen. Kewajiban untuk memiliki Komisaris Independen dan Komite Audit sebagaimana yang diterapkan oleh Bursa Efek Jakarta, merupakan salah satu implementasi prinsip ini. Tepatnya, berupaya memberdayakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Bila prinsip accountability ini diterapkan seacara efektif maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi. Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturan kepentingan peran). (Azhar Maksum, 2005) 23 4. Responsibilities (Responsibilitas) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang untuk menyadari adanya tanggung jawab sosial, kekuasaan, menjadi professional menghindari penyalahgunaan dan menjunjung etika serta memelihara bisnis yang sehat. Beberapa bentuk penerapan dari prinsip Responsibilities (Responsibilitas) anatra lain: a. Korporasi harus menyadari tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat b. Kepatuhan hukum c. Memberi Kontribusi kepada publik atau masyarakat luas. Peraturan yang berlaku disini termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan idustrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/ keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. 24 Beberapa contoh mengenai hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kebijakan sebuah perusahaan makanan untuk mendapat sertifikat “HALAL” ini merupakan bentuk pertanggung jawaban kepada masyarakat. Lewat sertifikat ini, dari sisi konsumen, mereka akan merasa yakin bahwa makanan yang dikonsumsinya itu halal dan tidak merasa dibohongi perusahaan, dari sisi pemerintah perusahaan yang telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku (peraturan perlindungan konsumen), dari sisi perusahaan, kebijakan tersebut akan menjamin loyalitas konsumen sehingga kelangsungan usaha, pertumbuhan dan kemampuan mencetak laba lebih terjamin. b. Kebijakan perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang ketempat umum, ini juga merupakan pertanggung jawaban kepada publik. Dari sisi masyarakat, kebijakan ini menjamin mereka untuk hidup layak tanpa merasa terancam kesehatannya tercemar, demikian pula dari sisi pemerintah, perusahaan memenuhi peraturan perundnagundangan lingkungan hidup, begitu pula dari sisi perusahaan, kebijakan tersebut merupakan bentuk jaminan kelangsungan usaha karena akan mendapat dukungan pengamanan dari masyarakat sekitar lingkungan (Azhar Maksum, 2005) 25 Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep117/M/MBU/2002 pasal 3 terdapat 5 prinsip Good Corporate Governance, yaitu sebagai berikut: 1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan diamana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh maupun tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporas yang sehat. 3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 26 2.1.3 Tujuan Good Corporate Governance Survey yang dilakukan oleh lembaga konsultan tingkat dunia seperti McKinsey dan Company menunjukkan bahwa para institusional investor lebih menaruh kepercayaan terhadap korporasi-korporasi yang memiliki Good Corporate Governance dan memandang Good Corporate Governance sebagai kriteria kualitatif penentu. Berbagai analisis menunjukkan bahwa ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis financial dan krisis berkepanjangan di negara-negara Asia dengan lemahnya Good Corporate Governance sehingga diharapkan setiap perusahaan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dengan seoptimal mungkin. Adapun tujuan dari penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Memudahkan akses terhadap ivestasi domestik maupun asing. 2. Mendapatkan biaya modal (cost of capital) yang lebih murah. 3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kirnerja ekonomi perusahaan. 4. meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders terhadap perusahaan. 5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hokum. 27 Sedangkan tujuan penerapan Good Corporate Governance (GCG) berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 pasal 4 adalah: 1. Memaksimalkan BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat diprcaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. 2. Mendorong pengelolaan BUMN seacara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. 3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung ajwab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan disekitar BUMN. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional. 6. Menyukseskan program privatisasi BUMN. Dengan demikian penerapan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara optimal akan mampu mendorong peningkatan kinerja perusahaan yang ada, dan pada gilirannya memberi nilai tambah bagi semua pihak yang terkait dengan perusahaan. 28 2.1.4 Manfaat Good Corporate Governance Corporate Governance yang tidak efektif merupakan penyebab utama terjadinya krisis ekonomi dan kegagalan berbagai perusahaan di Indonesia akhirakhir ini . penerapan Corporate Governance yang efektif dapat memberikan sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa dimasa depan. Dengan melaksanakan Good Corporate Governance, ada beberapa manfaat yang bsia diperoleh antara lain: 1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen, biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalah gunaan wewenang (wrong doing) ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut. 2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) yatu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik, meyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan 3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan stakeholder value dan dividen. Khusus 29 bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi 5. Menciptakan dukungan para stakehodlers dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Selain manfaat tersebut menurut Imam S.Tunggal dan Amin W.Tunggal (2002) dengan menerapkan Good Corporate Governance akan memberikan manfaat sebagai berikut: a. Perbaikan dalam komunikasi b. Memperkecil potensial benturan (konflik kepentingan) c. Fokus pada strategi-strategi utama d. Peningkatan dalam produktivitas dalam efisiensi e. Kesinambungan manfaat f. Promosi citra perusahaan g. Peningkatan keputusan pelanggan h. Perolehan kepercayaan investor i. Dapat mengukur kinerja manajemen perusahaan Manfaat Good Corporate Governance ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh 30 kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global (I Nyoman Tjager, Antonius Aliojoyo et al, 2003) Dengan Good Corporate Governance, keputusan-keputusan penting perusahaan tidak lagi hanya ditetapkan oleh satu pihak yang dominan misalnya direksi, akan tetapi ditetapkan setelah mendapatkan masalah dari dan dengan mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) selain itu, Good Corporate Governance dapat mendorong pengelolan organisasi yang lebih demokratis (karena melibatkan partisipasi banyak kepentingan), lebih accountable (karena adanya sistem yang meminta pertanggungjawaban atas setiap permintaan) dan lebih transparan serta akan meningkatkan keyakinan bahwa perusahaan dan organisasi lainnya dapat menyambungkan manfaat tersebut dalam jangka panjang. 2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance Selain para pemegang saham atau investor, perlu diperhatikan juga kepentingan para kreditor karena hampir tidak ada perusahaan yang dapat berjalan dengan modalnya sendiri, sehingga mencari tambahan dana yang diperlukan untuk biaya operasional perusahaan maupun ekspansi usaha. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima pinjaman kredit. Bahkan bagi perusahaan yang berdomisisli di negara-negara berkembang, implementasi prinsip GCG seacara konkret, dapat memberikan kontribusi untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahana yang telah dilanda 31 krisis, misalnya di Indonesia. Di dunia Internasional, peneraan GCG sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian kredit, seringkali perusahaan yang mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG, mempunyai kemungkinan besar untuk memperoleh bantuan kredit bagi usahanya Hal-hal tersebut sangat berkaitan dnegan fislosofi dasar kepentingan para kreditor, yaitu bahwa kepentingan utama kreditor adalah mendapatkan keuntungan maksimal dan menekan seminimal mungkin resiko kegagalan pengembalian pinjaman. Keuntungan maksimal ini dapat diperoleh dengan berbagai jalan, salah satunya adalah dengan meningkatkan tingkat kemampuan perusahaan debitor untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam melalui efektivitas kinerja perusahaan tersebut. Penerapan prinsip Good Corporate Governance ini adalah untuk mengahasilkan kinerja yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan, dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menajalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik (Wardani, 2008) 2.2 Keandalan Laporan Keuangan 2.2.1 Definisi Keandalan Laporan Keuangan Pengertian keandalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah: “Andal artinya dapat dipercaya, memberikan hasil yang sama pada ujian atau percobaan yang berulang, keandalan, kecakapan, kemampuan dan ketepatan.” 32 Pengertian keandalan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2010) adalah: “Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan taau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.” Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005, dinyatakan bahwa andal memiliki arti bawha informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan materia, menyajikan setiap fakta secara jujur, dapat diverifikasi secara netral. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau pnyajiannya tidak dapt diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keandalan sebagai suatu hasil yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan, atau menunjukkan hasil yang dapat mencerminkan kelebihan dan manfaat Keandalan Laporan keuangan merupakan salah satu hasil dari adanya penerapan prinsip Good Corporate Governance di dalam perushaaan, karena adanya transparansi, kewajaran, akuntabilitas, kemandirian dan pertanggung jawaban diharapkan dapat menciptakan suatu keandalan perusahaan yang baik, yang tercermin dari adanya laporan keuangan yang dapat diandalkan 2.2.2 Definisi Laporan Keuangan Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu (past 33 performance) serta berfungsi sebagai alat pertanggung jawaban manajemen, definisi laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan (2009) yaitu: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan prubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti msialnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pegungkapan pengaruh perubahan harga” Definisi lainnya berdasarkan id.wikipedia.org dimana laporan keuangan didefinisikan sebagai “Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komphrensif selain prinsip akuntansi yang berlaku”. Sedangkan definisi laporan keuangan menurut peraturan Bapepam Nomor : VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan dijelaskan bahwa: “Laporan keuangan terdiri dari: neraca yang menggambarkan posisi keuangan yang menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, laporan rugi laba yang merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahana untuk periode yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya, Laporan Perubahan Ekuitas yaitu laporan menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan, Laporan Arus Kas yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dengan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan, Catatan Atas Laporan Keuangan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya”. Laporan keuangan berguna bagi manajemen perusahaan dalam menyusun perencanaan, pembuatan perencanaan untuk waktu yang akan datang seringkali 34 berpedoman pada data historis, yaitu kejadian dari masa lalu selain perencanaan, data historis juga bermanfaat untuk melakukan pengawasan, karena dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan rencana yang telah dibuat pada waktu lalu. 2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam The Accounting Principle Board (APB) statement no 4. Yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2005) menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan lainnya yang secara wajar sesuai dengan GAAP 2. Tujuan Umum Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai ebrikut: 1) Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang sumbersumber ekonomi dan kewajiban dengan maksud a. Untuk menilai kekukatan dan kelemahan perusahaan b. Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya 35 c. Untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada kreditur, supplier, dan pajak. d. Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan e. Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaan yang ada guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan 2) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha perusahaan dalam mencari laba dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemegang saham 3) Memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4) Memberikan informasi lainnya yang diperlukan tentang perubahan harta dan kewajiban 5) Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pengguna laporan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna (bapepam.go.id). laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai 36 dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Laporkan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship). Atau pertanggung jawaban manajemen atau sumber daya yang diercayakan kepadanya, pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atas pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen (IAI, 2002) 2.2.4 Pemakai Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan (2009) menyatakan pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, beberapa kebutuhan ini meliputi: 1. Investor Para investor ini berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah ahrus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 37 2. Karyawan Mereka tertarik profitabilitas pada informasi perusahaan, serta mengenai dengan stabilitas informasi dan yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Mereka tertarik dnegan informasi keuangan yang memungkinkan merka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan Para pelanggan tertarik dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 38 7. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2.2.5 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Objektivitas laporan keuangan berfokus pada pemberian informasi yang bermanfaat bagi para penggunanya dalam membuat keputusan ekonomi, karakteristik kualitatif memberikan suatu dasar pemilihan antara berbagai alternatif laporan dan akuntansi, seperti alternatif metode penyusutan, alternatif metode penilaian harta, dan alternatif metode penjelasan. Katrakteristik kualitatif juga membantu menjawab pertanyaan tentang karakteristik informasi akuntansi apa yang membuat informasi bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Sejumlah laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang memungkinkan dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum, laporan keuangan menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan (bapepam.go.id) 39 Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009) Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penyajian jujur Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. Informasi keuangan biasanya tidak luput dari risiko penyajian yang kurang jujur dari apa yang sebenarnya digambarkan. Hal tersebut bukan di sebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya yang harus dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut. 2. Substansi mengungguli bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. 40 3. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan juga harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak dapat ditinjau dari segi relevansi 4. Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementar hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. 5. Pertimbangan sehat Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketagihan piutang yang diragukan, perkiraan manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam ini diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatannya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan, pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan 41 kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian pengguna pertimbangan sehat tidak memperkenalkan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan yang berlebihan. Dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu tidak memiliki kualitas andal. 6. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditanggung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar, namun demikian informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu. 7. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi, pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna dimasa lalu 42 8. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (Faithfull reresentation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 9. Materialitas Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement) 10. Dapat diperbandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan, posisi keuangan secara relativ. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara 43 konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama untuk perusahaan yang berbeda. Impilikasi harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta perubahan tersebut. para pengguna harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Kekuatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya banding. 2.3 Kerangka Pemikiran Pada dasarnya, perusahaan adalah lembaga ekonomi yang didirikan oleh pemilik untuk mendapatkan keuntungan, salah satu kepentingan pokok pemegang saham adalah bahwa perusahaan harus memupuk keuntungan, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan bagi keuntungan pemegang saham. Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan melakukan interaksi secara kelembagaan dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan. Dalam interaksi tersebut, terdapat berbagai kepentingan pokok pemegang saham, termasuk diantaranya kepentingan yang dimiliki karyawan, pemasok, pelanggan, distributor, pesaing, pemerintah serta masyarakat yang ikut pula memberikan 44 kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dan ikut pula menanggung dampak dari kegiatan operasional perusahaan. Mereka adalah shareholders yang mempunyai kepentingan dalam kemakmuran perusahaaan tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus mengupayakan keseimbangan dengan mempertahankan eksistensinya dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan dan mengelola sumber data yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien serta penanganan perusahaan dengan professional seiring dengan perubahan kondisi ekonomi kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Implementasi Good Corporate Governance akan mendorong tumbuhnya mekanisme Check and balance dilingkungan manajemen khususnya dalam memberi perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, namun agar peran tersebut bisa lebih maksimal, BUMN harus didukung dengan diterapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsisten dan berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan penerapan prinsip GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif serta menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang lebih baik. 45 berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep- 117/M/MBU/2002 pasal 3 terdapat 5 prinsip Good Corporate Governance, yaitu sebagai berikut: 1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh maupun tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporas yang sehat. 3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat dan untuk lebih meningkatkan kinerja BUMN. 46 perlunya mempertahankan sistem keterbukaan dapat disajikan dasar penerapan transaksi bagi perusahaan dan informasi lainnya kepada investor dan stakeholder. Dengan kata lain, tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan prinsip GCG itu adalah untuk menghasilkan dokumen yang menceritakan kepada investor atau stakeholders berbagai hal yang seharusnya mereka ketahui. Peraturan Bapepam No.VIII.G2 tentang laporan tahunan , peraturan ini berkaitan erat dengan prinsip transpransi dari GCG, yang mewajibkan penyimpulan laporan yang penting kepada pihak-pihak yang dimaksud termasuk para pemegang saham, para kreditor dan juga anggota masyarakat. Laporan yang memuat informasi material yang disajikan secara tepat waktu dan akurat serta pada waktunya akan sangat membantu para pemegang saham dalam menentukan lahan berinvestasi. Bagi para kreditor informasi dengan kualitas andal tersebut sangat berguna dalam mengambil keutusan. Chtourou et al (2001) menyatakan bahwa prinsip Good Corporte governance yang diterapkan dengan kosnisten dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang megakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Secara singkat ada empat komponen utama yang diperluakan dalam konsep Good Corporate Governance ini, yaitu transparency, fairness, accountability, and resposibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Beastly et al, 1998). 47 Hal ini juga dapat diartikan bahwa penerapan prinsip Good Corporate Governance yang konsisten juga dapat mendorong kinerja manajemen perusahaan dalam menghasilkan suatu laporan keuangan yang andal. Dengan adanya prinsip GCG tersebut, maka laporan keuangan yang dihasilkan dapat diungkapkan secara transparan dan akurat, sehingga dapat membantu investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam suatu perusahaan untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini, kinerja perusahaan akan meningkat, sehingga Good Corporate Governance diterapkan dapat menghasilkan sebuah laporan keuangan yang andal sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pemakai laporan keuangan termasuk investor. 48 Model Kerangka Pemikiran PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Good Corporate Governance Keandalan Laporan Keuangan 1.Transparency (Keterbukaan) 2.Accountability (Akuntabilitas) 3.Responsibility (Pertanggungjawaban) 4.Independency (Kemandirian) Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan 5.Fairness (Kesetaraan) 1. Penyajian Jujur 2. Substansi Mengungguli Bentuk 3. Kelengkapan 4. Netraalitas 5. Pertimbangan Sehat Penerapan Prinsip Good Corporate Governance terhadap Keandalan Laporan Keuangan Perusahaan.” PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 49 2.3.1 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah penelitian, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan kerangka pemikiran 2.1 diatas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: Ho : Penerapan prinsip good corporate government tidak memiliki pengaruh yang sginifikan terhadap keandalan laporan keuangan perusahaan Ha : Penerapan prinsip good corporate government memiliki pengaruh yang sginifikan terhadap keandalan laporan keuangan perusahaan 2.3.2 Penelitian Terdahulu Peneliti yang dilakukan Verawati (2010), yang berjudul “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prisnip Good Corporate Governance Terhadap Keandalan Laporan Keuangan”, penelitian tersebut dilakukan di PT.Pos Indonesia (Persero). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Prinsip-Prisnip Good Corporate Governance sangat berpengaruh pada Keandalan Laporan Keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Jeammy Fatimah (2012) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Keandalan Laporan Keuangan”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa Good Corporate Governance mempunyai berpengaruh terhadap Keandalan Laporan Keuangan Perusahaan. 50