Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinensis L.). RETNO SULISTIYOWATI,SP.,MP1) ; SUSI SUSANTI2) ABSTRAK Untuk meningkatkan hasil tanaman petsai perlu adanya pemberian pupuk pada tanaman, manun dengan tingginya harga pupuk maka petani perlu mencari pupuk alternatif agar produk pertanian dapat dipertahankan dengan menekan biaya produksi serendah mungkin. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah memanfaatkan kotoran ternak yang ada disekitar untuk memaksimalkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman petsai. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai, untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai, serta untuk mengetahui interaksi antara macam dan dosis pupuk kandang terhadap tanaman petsai. Penelitian dilaksanakan di desa Condong, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo pada ketinggian ± 86 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari – april 2013. penelitian dilaksanakan dengan mengunakan rancangan acak kelompok (RAK) factorial dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 2 ( dua ) factor yaitu Faktor 1 adalah jenis pupuk kandang (organik) yang terdiri dari 3 ( tiga ) taraf yaitu : K1 = kotoran sapi, K2 = kotoran kambing, K3 = kotoran ayam. Sedangkan faktor 2 adalah penggunaan dosis pupuk kandang ( organik ) yang terdiri dari 4 ( empat ) taraf yaitu : D 0 = tanpa dosis pupuk kandang, D1 = 2,5 kg/polybag, D2 = 5 kg/polybag, D3 = 7,5 kg/polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) memberikan rerata tertinggi terhadap panjang tanaman, diameter krop dan bobot brangkasan (basah dan kering). Perlakuan dosis pupuk kandang 2,5 kg/polybag (D1) dapat memberikan rerata tertinggi pada panjang tanaman, diameter krop (73 HST dan saat panen) juga terhadap bobot brangkasan (basah dan kering). Perlakuan interaksi pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5 kg/polybag (K3D1) memberikan hasil tertinggi pada panjang tanaman dan bobot brangkasan (basah dan kering). Kata kunci : pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, tanaman petsai 1) Staf Pengajar di lingkungan Fakultas Pertanian 2) Alumni Fakultas Pertanian PENDAHULUAN Tanaman petsai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang berpotensi besar untuk dikembangkan (Anonim, 2011). Walaupun secara umum tanaman petsai dibudidayakan pada dataran tinggi, tetapi ada varietas baru yang dapat beradaptasi, dikembangkan dan berproduksi tinggi di dataran rendah (Anonim, 2007). Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk. Upaya tersebut terkendala kurang tersediannya unsur hara dalam media tumbuh tanaman, dimana produksi optimal hanya dapat diperoleh apabila terjadi keseimbangan hara atau kecukupan hara bagi tanaman. Keseimbangan atau kecukupan hara di dapat dari pemberian pupuk baik dari pupuk an-organik maupun organik (Kusuma, 2002). Menurut Sutedjo (2002), penggunaan pupuk kandang adalah kunci keberhasilan program pemupukan pada sistem pertanian berkelanjutan. Secara bertahap pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman dan memberi pengaruh yang positif terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah juga mampu mendorong perkembangan jasad renik . Disarankan pemberian pupuk kandang untuk tanaman petsai berkisar antara 10-20 ton per hektar. Salah satu alternatif pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk kandang kotoran sapi, kambing dan ayam (Kusuma, 2012). Kotoran sapi merupakan bahan organik secara spesifik berperan meningkatkan ketersediaan phosfor dan unsur-unsur mikro, mengurangi pengaruh buruk dari alumunium, menyediakan karbondioksida pada kanopi tanaman, terutama pada tanaman dengan kanopi lebat, dimana sirkulasi udara terbatas, kotoran sapi banyak mengandung hara yang dibutuhkah oleh tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S dan B (Buckman, 1982). Bahan organik yang terkandung dalam kotoran unggas (ayam) bermanfaat dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro), serta dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Selain itu kotoran ayam juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air, permeabilitas tanah menjadi lebih baik, serta meningkatkan kapasitas pertukaran kation, sehingga mampu mengikat kation menjadi tinggi. Tetapi bila dipupuk dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak mudah tercuci (Anonim, 2010). Kotoran kambing merupakan bahan organik yang mampu meningkatkan unsur hara, terutama ketersediaan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu pada fase pertumbuhan akar, batang dan daun (Anonim, 2010). Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman petsai akibat pemberian macam dan dosis pupuk kandang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo pada ketinggian 86 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari– April 2013. Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, penggaris, meteran kain, alat tanam, alat tulis, timbangan, tali plastik, handsprayer, oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih petsai, tanah, polybag, pestisida, kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu: 1) macam pupuk kandang (organik) yaitu : K1 = kotoran sapi, K2 = kotoran kambing, K3 = kotoran ayam dan 2) dosis pupuk kandang (organik) yaitu : D0 = tanpa dosis pupuk kandang, D1 = 2,5 kg/polybag, D2 = 5 kg/polybag, D3 = 7,5 kg/polybag Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Beda Nilai Tengah (BNT) pada taraf 5 % (Hanafiah, 2002). Tanah diambil dari pekarangan dan dikeringkan selama 2 hari. Setelah itu tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang, (kotoran sapi, kotoran kambing dan kotoran ayam). Pencampuran tersebut disesuaikan dengan jenis pupuk kandang, dosis serta perbandingan dari masing-masing pupuk kandang tersebut. Setelah semua sesuai dengan perlakuan, maka tanah dan pupuk tersebut dimasukkan kedalam polybag tanam. Persemaian dilakukan di kotak persemaian. Benih dipilih yang baik, sehat dan seragam. Media persemaian yang digunakan adalah pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 2. Penyiraman dilakukan setiap hari dan kelembapan selalu dijaga. Sebelum penanaman dilakukan tanah di polybag diberikan furadan 3 G. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur sekitar 15 hari atau apabila jumlah daun 3 helai dipersemaian, bibit dipilih yang baik dan tidak terserang hama dan penyakit. Pemindahan atau penanaman dilakukan dengan berhati-hati agar akar pada tanaman tidak rusak saat akan pindah tanam ke polybag dan jarak tanam disesuaikan dengan perlakuan. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan dan penggemburan tanah, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Pengubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi : 1. Panjang Tanaman (cm) Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun yang terpanjang. Pengukuran panjang tanaman dilakukan pada 10, 20, 30, 40, 50 HST dan saat panen. 2. Diameter Krop (cm) Diameter krop diukur pada tengah-tengah panjang krop. Pengukuran diameter krop menggunakan meteran kain. Pengukuran diameter krop dilakukan saat mulai terbentuk krop sampai panen dengan interval 7 hari. 3. Bobot Brangkasan Basah (g) Penimbangan brangkasan basah bersama akar pada setiap perlakuan. 4. Bobot Brangkasan Kering (g) Penimbangan brangkasan kering bersama akar dikeringkan dengan oven, pada setiap perlakuan setelah panen. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. PANJANG TANAMAN Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian macam pupuk kandang dan dosisi pupuk kandang berpengaruh nyata pada panjang tanaman umur 10 HST, 40 HST, 50 HST dan 70 HST (Tabel 1). Penimbunanan bahan organik ke dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Bahan organik juga berfungsi sebagai sumber unsur hara dan sumber energi bagi sebagian besar jasad hidup tanah yang meliputi sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah terjadi melalui jasad mikro. Hakim et al (1986) menyatakan proses dekomposisi yang terkandung dalam bahan organik akan menghasilkan nitrogen. Selain itu pupuk kandang ayam mampu menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002). Tabel 1. Rerata panjang tanaman akibat pengaruh macam (K) dan dosis pupuk kandang (D). Rerata Panjang Tanaman (cm) Perlakuan 10 HST 40 HST 50 HST 70 HST K1D0 4,6 a 13,33 a 19,67 a 23,77 a K1D1 6,87 ab 18,1 bc 21,67 ab 30,17 b K1D2 5,17 a 20,23 cd 25,83 bc 32,07 c K1D3 5,2 a 17,4 bc 25,5 b 33,33 c K2D0 5,57 a 16,57 b 24 ab 27,83 b K2D1 6,33 ab 20,93 d 27,77 bc 33,67 cd K2D2 5,67 ab 17,17 b 27,83 bc 31,27 c K2D3 7,07 ab 18,9 c 23,33 ab 31,83 c K3D0 4,1 a 14,9 a 20,83 ab 25, 4 ab K3D1 8,17 b 21,67 d 28 bc 36,83 d K3D2 22,67 de 33,9 cd 8,83 b 30,67 c K3D3 7,33 ab 30,40 bc 23,93 e 36,87 d BNT 5% 6,24 1,92 4,99 3,42 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5%. Perlakuan pupuk kandang kotoran ayam (K3) pada berbagai dosis berpengaruh pada panjang tanaman petsai umur 20 HST, 30 HST dan 60 HST (Tabel 2), karena diduga pupuk kandang kotoran ayam sebagai bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan penggunaan dosis 2,5, kg/polibag mampu menambah panjang tanaman pada umur 20 HST dan 60 HST. Tabel 2. Rerata panjang tanaman 20, 30, 60 Hari Setelah Tanam (HST) akibat pengaruh faktor tunggal macam pupuk dan dosis pupuk kandang. Perlakuan Umur 20 HST Umur 30 HST Umur 60HST K1 K2 K3 24,32 a 27,32 b 31 c 39,35 a 42,9 a 53,9 b 77,8 a 82,6 a 93,15 b BNT 5% 1,32 6,5 5,31 D0 D1 D2 D3 22,23 a 30,63 c 27,87 b 29,47 c 33,07 a 48,17 b 52,83 b 47,47 b 71,23 a 90,37 b 88,73 b 87,73 b BNT 5% 1,32 6,5 5,31 Keteranagan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman petsai yang diberi pupuk kandang ayam memiliki daun yang lebih panjang dibandingkan tanaman yang diberi pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang kambing. Ayam atau unggas pada umumnya yang diberi pakan yang berasal dari pabrik dan biasanya ransum tersebut banyak mengandung protein dan mineral. Menurut Setyamidjaja (1986) hewan yang diberi ransum yang banyak mengandung protein dan mineral akan menghasilkan kotoran yang tinggi kandungan nitrogen serta mineral lainnya. Hal ini disebabkan karena kandungan Nitrogen pada pupuk kandang ayam dan pada tanah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pupuk kandang sapi ataupun pupuk kandang kambing. Senyawa nitrogen akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu menambah panjang tanaman (Buckman and Brady ,1982). Kandungan unsur nitrogen yang terdapat pada pupuk organik sangat membantu pertumbuhan tanaman, terutama untuk panjang tanaman, sebab merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat. Menurut Widijanto et al, (2007) bahwa pupuk organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) sehingga pupuk tidak mudah mengalami pelindian. Unsur hara nitrogen merupakan unsur hara yang utama bagi pertumbuhan tanaman, sebab merupakan penyusun di semua protein dan asam nukleat serta merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Dengan demikian apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dari unsur lainnya akan dapat menghasilkan protein yang lebih banyak dan daun dapat tumbuh panjang seta lebar, hal ini terjadi karena fotosintesis berjalan optimal (Syarief, 1985). 2. Diameter Krop Tanaman (cm) Hasil Analisa sidik ragam pada tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan macam pupuk kandang, memberikan pengaruh pada krop tanaman berumur 73 HST. Sedangkan pada saat panen, masing-masing perlakuan macam pupuk kandang (K) dan dosis pupuk kandang (D) memberikan pengaruh terhadap diameter krop tanaman. Tabel 3. Rerata Diameter Krop Tanaman Akibat Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Kandang. Perlakuan Umur 73 HST Saat Panen K1 K2 K3 25,38 a 29,13 a 45,13 b 40,37 a 45,25 a 65,75 b BNT 5% 11,33 12,33 D0 D1 D2 D3 25,17 a 35,33 a 39,5 a 32,83 a 37 a 52,67 b 58,67 b 53,5 b 12,33 BNT 5% Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5%. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang berbeda nyata antara perlakuan macam dan dosis pupuk kandang terhadap diameter tanaman pada umur 73 HST dan saat panen, hal ini diduga karena faktor lingkungan (curah hujan, sinar maatahari serta kelembaban udara) yang tidak menentu serta serangan hama yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan krop pada tanaman petsai. Rerata tertinggi pada semua parameter pengamatan didapat dari perlakuan faktor tunggal pada perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) yaitu 45,13 cm pada umur 73 HST, dan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) yaitu 65,75 cm pada saat panen. Namun pada faktor tunggal perlakuan dosis pupuk kandang rerata tertinggi pada semua parameter pengamatan didapat dari perlakuan dosis pupuk kandang 5 kg (D2) yaitu 39,5 cm pada umur 73 hst dan dosis pupuk kandang 5 kg (D2) yaitu 58,67 cm pada saat panen, hal ini diduga karena kandungan unsur. Keadaan ini diduga bahwa perlakuan dosis pupuk kandang 5 kg (D3) mempunyai kemampuan meningkatkan pertumbuhan dan tanaman petsai lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada takaran dosis pupuk kandang 7,5 kg (D3) merupakan takaran yang terlalu banyak, sehingga bahan organik yang diberikan kedalam tanah juga banyak dan akan menambah populasi jasad renik yang ada dan kegiatan jasad renik dalam tanah akan meningkat. Hal ini dapat memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Soepardi (1989) bahwa kemungkinan terjadinya keracunan oleh unsur ditekan oleh adanya jasad autototropik yang ada dalam bahan organik membuat besi dan mangan teroksidasi sehingga terdapat banyak bentuk yang tidak larut. Pupuk kotoran ayam (K3) mempunyai kemampuan dalam pembentukan diameter krop lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Walaupun pembentukan diameter krop lambat. Semua ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cuaca yang tidak menentu dengan curah hujan >1500 mm/thn. Lama waktu penyinaran sepanjang hari yang tidak menentu dan terjadinya perubahan cuaca secara fluktuatif, dapat menyebabkan pembentukan krop terhambat (Dwijosapoetro, 1986). 3. Bobot Brangkasan per Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan macam dan dosis pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot brangkasan basah dan kering. Tabel 4. Rerata Bobot Brangkasan Basah dan Kering per Tanaman Akibat Pengaruh Beberapa Macam dan Dosis Pupuk Kandang Rerata Bobot Brangkasan Per Tanaman (g) Perlakuan Bobot Basah Bobot Kering K1D0 280,00 a 96,67 a K1D1 358,33 a 121,67 a K1D2 405,33 a 151,67 a K1D3 418,33 a 151,67 a K2D0 341,67 a 111,67 a K2D1 446,67 b 206,67 b K2D2 416,67 a 175 a K2D3 403,33 a 138,33 a K3D0 273,33 a 83,33 a K3D1 611,67 bc 351,67 c K3D2 343,33 c 645,00 c K3D3 550,00 bc 273,33 bc BNT 5% 170,25 99,25 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5% Pada tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan analisa lanjutan, pada perlakuan K3D2 mampu menghasilkan rerata bobot basah tertinggi (645,00 g). Namun dengan dosis yang rendah (K3D1) kotoran ayam dengan dosis 2,5 kg/polybag sudah mampu menghasilkan rerata bobot basah (611,67 g). Artinya dengan pemberian dosis 2,5 kg/polibag mampu memberikan hasil yang sama dengan pemberian pupuk 5 kg/polibag dan jelas hemat biaya produksi. Begitu pula pada perlakuan K3D1 menghasilkan bobot brangkasan kering tertinggi (351,67 gr) walaupun hasilnya mirip dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan K3D2 (343,3 gr). Pupuk kandang kotoran ayam memiliki kandungan unsur nitrogen lebih tinggi bila dibanding dengan pupuk kandang kotoran sapi maupun pupuk kandang kotoran kambing. Unsur nitrogen diperlukan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat. Selain itu nitrogen dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif, dengan pertumbuhan vegetatif yang aktif sebagian hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan daun, sehingga akan berpengaruh pada bobot basah tanaman (Novizan, 2005). Bobot basah tanaman dipengaruhi oleh unsur yang diserap tanaman, kadar air dan unsur hara yang ada dalam sel-sel jaringan tanaman. Optimalisasi pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh yang positif terhadap ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta menambah bahan organik yang mampu membentuk struktur tanah yang remah dan gembur, sehingga terbentuk pori-pori tanah yang baik memperbaiki airase dan draenase tanah dan meningkatkan kesuburan tanah serta merangsang pertumbuhan akar tanaman. Keadaan diperjelas oleh pendapat Anonim (2010), bahwa pupuk kandang ayam berperan dari segi kimia ternyata mempu untuk menyediakan unsur hara N, P, K, Mg, Ca, S dan hara mikro lainnya yang berfungsi meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Terkandung pula 57% H2O, 29% senyawa organik, 1,5% N, 1,3% P2O5 pada pupuk kandang ayam yang baik (Kemas, 2005). Menurut Dwijosapoetro (1986), penambahan unsur N dalam tanah dapat meningkatkan hasil bobot brangkasan basah, selain itu juga mampu meningkatkan pertumbuhan akar, batang dan daun sehingga bobot brangkasan basah naik. Rerata tertinggi bobot brangkasan kering diperoleh dari interaksi perlakuan pupuk kandang kotoran ayam dosis 2,5 kg (K3D1) menghasilkan 351,67 gram. Diduga karena kandungan nitrogen pupuk kandang ayam lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk kandang kotoran sapi dan pupuk kandang kotoran kambing. Tanaman dengan kandungan nitrogen yang lebih tinggi memiliki daun yang lebih lebar dengan warna daun lebih hijau sehingga fotosintesis berjalan lebih baik. Hasil fotosintesis digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman, antara lain pertumbuhan ukuran panjang atau tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru yang diekspresikan dalam bobot brangkasan kering. Semakin tinggi fotosintat yang dihasilkan, diasumsikan semakin tinggi pula fotosintat yang ditranslokasikan, sehingga bobot brangkasan kering akan meningkat. Selain itu kandungan kadar air dalam perlakuan dosis 2,5 kg lebih kecil bila dibandingkan perlakuan lain, sehingga dapat mempengaruhi bobot brangkasan kering (Anonim, 2009) Kondisi tersebut didukung dengan adanya optimalisasi dosis pupuk kandang kotoran ayam terhadap tanah, sehingga memberikan pengaruh yang positif terhadap sifat fisik, kimiawi tanah, mendorong perkembangan jasad renik menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Sutedjo, 2002). 4. Konversi Produksi Tanaman Petsai per Ha. Produksi tanaman petsai perhektar yang biasanya dilakukan oleh petani mencapai 160,85 ton dengan dosis pupuk kandang ayam 20 ton/ha. Pada penelitiam ini, tanaman petsai ditanam dengan jarak 20 x 50 dan terdapat 4 tanaman petsai per petaknya. Jumlah tanaman perhektar sebanyak 400.000 tanaman dengan berat per tanaman pada penelitian sebesar 611 gram, sehingga per Ha didapatkan produksi sebesar 244,4 ton atau terjadi peningkatan 51,9% dari produksi petsai pada umumnya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinensis L), maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) memberikan rerata tertinggi terhadap panjang tanaman, diameter krop dan bobot brangkasan (basah dan kering) per tanaman. 2. Perlakuan dosis pupuk kandang 2,5 kg/polybag (D1) dapat memberikan rerata tertinggi pada panjang tanaman, diameter krop (umur 73 HST dan panen) juga terhadap bobot brangkasan (basah dan kering). 3. Perlakuan interaksi pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5 kg (K3D1) memberikan hasil tertinggi pada panjang tanaman dan bobot brangkasan (basah dan kering). 5.2 Saran 1. Usaha mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang maksimal dalam usaha tani, direkomendasikan penggunaan pupuk kandang ayam (K3) dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan hasil produksi tanaman petsai. 2. Usaha mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang maksimal dalam usaha tani, direkomendasikan penggunaan pupuk dengan dosis 2,5 kg/polybag atau 10 ton/Ha (D1), dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan hasil produksi tanaman petsai. 3. Direkomendasikan penggunaan pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5 kg/polybag (K3D1), sebagai acuan dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan hasil tanaman petsai. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Sertifikasi Benih. diunduh pada www. deptan. go.id (11 Nopember 2011). _______, 2009. Teknologi Budidaya Tanaman Sawi. diunduh pada blogspot.com (tanggal 3 Januari 2013). Budidayanews. _______, 2010. Manfaat Pupuk Kandang. diunduh pada ibutani.blogspot.com (tanggal 11 Januari 2013). _______, 2011. Komoditas Holtikultura. diunduh pada www. deptan-go.id (tanggal 11 Nopember 2012). Buckman & Brady, 1982. Peran Mikroorganisme Dalam Tanah. diunduh pada http://bianconeri16.blogspot.com/2010/06/peran-mikroorganisme-dalam.html (tanggal 11 Januari 2013). __________________, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Soegiman. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Dwijosapoetra, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Hakim, N et al. 1986. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hanafiah, Ali, Kemas. 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta. Kemas, 2005. Peran pupuk organik terhadap tanah. diunduh pada ejournal.utp.ac.id. (tanggal 10 Januari 2013). Kusuma, 2002. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Putih (Brassica juncea L.). Jurnal Ilmu Hewani Tropika Fakultas Peternakan Universitas Kristen Palangka Raya. Novizan,2007.Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Penerbit CV Simplek. Jakarta. Sutedjo, 2002. Pemberian Pupuk Kandang. diunduh pada balit tanah. Litbang. deptan. go.id (tanggal 13 Nopember 2012). Syarief. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung. Bandung. Wisastri, 2006. Budidaya Sawi. diunduh pada Rizalm 09. Student. Ipb.ac.id. (tanggal 13 Januari 2013).