Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap

advertisement
Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinensis L.).
RETNO SULISTIYOWATI,SP.,MP1) ; SUSI SUSANTI2)
ABSTRAK
Untuk meningkatkan hasil tanaman petsai perlu adanya pemberian pupuk pada
tanaman, manun dengan tingginya harga pupuk maka petani perlu mencari pupuk alternatif
agar produk pertanian dapat dipertahankan dengan menekan biaya produksi serendah
mungkin. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah memanfaatkan kotoran ternak
yang ada disekitar untuk memaksimalkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman petsai.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh macam pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman petsai, untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai, serta untuk mengetahui interaksi antara
macam dan dosis pupuk kandang terhadap tanaman petsai.
Penelitian dilaksanakan di desa Condong, Kecamatan Gading, Kabupaten
Probolinggo pada ketinggian ± 86 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Febuari – april 2013.
penelitian dilaksanakan dengan mengunakan rancangan acak kelompok (RAK)
factorial dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 2 ( dua ) factor yaitu Faktor 1
adalah jenis pupuk kandang (organik) yang terdiri dari 3 ( tiga ) taraf yaitu : K1 = kotoran
sapi, K2 = kotoran kambing, K3 = kotoran ayam. Sedangkan faktor 2 adalah penggunaan dosis
pupuk kandang ( organik ) yang terdiri dari 4 ( empat ) taraf yaitu : D 0 = tanpa dosis pupuk
kandang, D1 = 2,5 kg/polybag, D2 = 5 kg/polybag, D3 = 7,5 kg/polybag.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan macam pupuk kandang kotoran
ayam (K3) memberikan rerata tertinggi terhadap panjang tanaman, diameter krop dan bobot
brangkasan (basah dan kering). Perlakuan dosis pupuk kandang 2,5 kg/polybag (D1) dapat
memberikan rerata tertinggi pada panjang tanaman, diameter krop (73 HST dan saat panen)
juga terhadap bobot brangkasan (basah dan kering). Perlakuan interaksi pupuk kandang
ayam dan dosis pupuk 2,5 kg/polybag (K3D1) memberikan hasil tertinggi pada panjang
tanaman dan bobot brangkasan (basah dan kering).
Kata kunci : pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, tanaman petsai
1) Staf Pengajar di lingkungan Fakultas Pertanian
2) Alumni Fakultas Pertanian
PENDAHULUAN
Tanaman petsai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang berpotensi besar
untuk dikembangkan (Anonim, 2011). Walaupun secara umum tanaman petsai
dibudidayakan pada dataran tinggi, tetapi ada varietas baru yang dapat beradaptasi,
dikembangkan dan berproduksi tinggi di dataran rendah (Anonim, 2007).
Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk. Upaya
tersebut terkendala kurang tersediannya unsur hara dalam media tumbuh tanaman, dimana
produksi optimal hanya dapat diperoleh apabila terjadi keseimbangan hara atau kecukupan
hara bagi tanaman. Keseimbangan atau kecukupan hara di dapat dari pemberian pupuk baik
dari pupuk an-organik maupun organik (Kusuma, 2002).
Menurut Sutedjo (2002), penggunaan pupuk kandang adalah kunci keberhasilan
program pemupukan pada sistem pertanian berkelanjutan. Secara bertahap pupuk kandang
memang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman dan memberi pengaruh yang
positif terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah juga mampu mendorong perkembangan jasad
renik .
Disarankan pemberian pupuk kandang untuk tanaman petsai berkisar antara 10-20
ton per hektar. Salah satu alternatif pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk
kandang kotoran sapi, kambing dan ayam (Kusuma, 2012).
Kotoran sapi merupakan bahan organik secara spesifik berperan meningkatkan
ketersediaan phosfor dan unsur-unsur mikro, mengurangi pengaruh buruk dari alumunium,
menyediakan karbondioksida pada kanopi tanaman, terutama pada tanaman dengan kanopi
lebat, dimana sirkulasi udara terbatas, kotoran sapi banyak mengandung hara yang
dibutuhkah oleh tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S dan B (Buckman, 1982).
Bahan organik yang terkandung dalam kotoran unggas (ayam) bermanfaat dalam
proses mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S serta hara
mikro), serta dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Selain itu kotoran ayam juga
dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi
ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air, permeabilitas tanah menjadi lebih baik,
serta meningkatkan kapasitas pertukaran kation, sehingga mampu mengikat kation menjadi
tinggi. Tetapi bila dipupuk dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak mudah tercuci (Anonim,
2010).
Kotoran kambing merupakan bahan organik yang mampu meningkatkan unsur hara,
terutama ketersediaan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu pada fase pertumbuhan akar, batang dan daun
(Anonim, 2010).
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian pertumbuhan dan
hasil tanaman petsai akibat pemberian macam dan dosis pupuk kandang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam dan dosis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman petsai.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo
pada ketinggian 86 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari– April 2013.
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, penggaris, meteran
kain, alat tanam, alat tulis, timbangan, tali plastik, handsprayer, oven.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih petsai, tanah, polybag,
pestisida, kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu: 1)
macam pupuk kandang (organik) yaitu : K1 = kotoran sapi, K2 = kotoran kambing, K3 =
kotoran ayam dan 2) dosis pupuk kandang (organik) yaitu : D0 = tanpa dosis pupuk
kandang, D1 = 2,5 kg/polybag, D2 = 5 kg/polybag, D3 = 7,5 kg/polybag
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan
berdasarkan Uji Beda Nilai Tengah (BNT) pada taraf 5 % (Hanafiah, 2002).
Tanah diambil dari pekarangan dan dikeringkan selama 2 hari. Setelah itu tanah
tersebut dicampur dengan pupuk kandang, (kotoran sapi, kotoran kambing dan kotoran
ayam). Pencampuran tersebut disesuaikan dengan jenis pupuk kandang, dosis serta
perbandingan dari masing-masing pupuk kandang tersebut. Setelah semua sesuai dengan
perlakuan, maka tanah dan pupuk tersebut dimasukkan kedalam polybag tanam.
Persemaian dilakukan di kotak persemaian. Benih dipilih yang baik, sehat dan
seragam. Media persemaian yang digunakan adalah pasir, tanah dan kompos dengan
perbandingan 1 : 1 : 2. Penyiraman dilakukan setiap hari dan kelembapan selalu dijaga.
Sebelum penanaman dilakukan tanah di polybag diberikan furadan 3 G. Penanaman
dilakukan setelah bibit berumur sekitar 15 hari atau apabila jumlah daun 3 helai
dipersemaian, bibit dipilih yang baik dan tidak terserang hama dan penyakit. Pemindahan
atau penanaman dilakukan dengan berhati-hati agar akar pada tanaman tidak rusak saat akan
pindah tanam ke polybag dan jarak tanam disesuaikan dengan perlakuan.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan dan penggemburan
tanah, penyiraman dan pengendalian hama penyakit.
Pengubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
1.
Panjang Tanaman (cm)
Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun yang terpanjang.
Pengukuran panjang tanaman dilakukan pada 10, 20, 30, 40, 50 HST dan saat panen.
2.
Diameter Krop (cm)
Diameter krop diukur pada tengah-tengah panjang krop. Pengukuran diameter krop
menggunakan meteran kain. Pengukuran diameter krop dilakukan saat mulai terbentuk
krop sampai panen dengan interval 7 hari.
3. Bobot Brangkasan Basah (g)
Penimbangan brangkasan basah bersama akar pada setiap perlakuan.
4.
Bobot Brangkasan Kering (g)
Penimbangan brangkasan kering bersama akar dikeringkan dengan oven, pada setiap
perlakuan setelah panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. PANJANG TANAMAN
Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian macam pupuk kandang dan dosisi pupuk
kandang berpengaruh nyata pada panjang tanaman umur 10 HST, 40 HST, 50 HST dan 70
HST (Tabel 1). Penimbunanan bahan organik ke dalam tanah akan mempengaruhi sifat
tanah dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan
tanaman. Bahan organik juga berfungsi sebagai sumber unsur hara dan sumber energi bagi
sebagian besar jasad hidup tanah yang meliputi sifat fisik, biologi dan kimia tanah.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah terjadi melalui jasad mikro. Hakim et al
(1986) menyatakan proses dekomposisi yang terkandung dalam bahan organik akan
menghasilkan nitrogen. Selain itu pupuk kandang ayam mampu menambah tersedianya
unsur hara bagi tanaman sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman (Sutedjo,
2002).
Tabel 1. Rerata panjang tanaman akibat pengaruh macam (K) dan dosis pupuk kandang (D).
Rerata Panjang Tanaman (cm)
Perlakuan
10 HST
40 HST
50 HST
70 HST
K1D0
4,6 a
13,33 a
19,67 a
23,77 a
K1D1
6,87 ab
18,1 bc
21,67 ab
30,17 b
K1D2
5,17 a
20,23 cd
25,83 bc
32,07 c
K1D3
5,2 a
17,4 bc
25,5 b
33,33 c
K2D0
5,57 a
16,57 b
24 ab
27,83 b
K2D1
6,33 ab
20,93 d
27,77 bc
33,67 cd
K2D2
5,67 ab
17,17 b
27,83 bc
31,27 c
K2D3
7,07 ab
18,9 c
23,33 ab
31,83 c
K3D0
4,1 a
14,9 a
20,83 ab
25, 4 ab
K3D1
8,17 b
21,67 d
28 bc
36,83 d
K3D2
22,67 de
33,9 cd
8,83 b
30,67 c
K3D3
7,33 ab
30,40 bc
23,93 e
36,87 d
BNT 5%
6,24
1,92
4,99
3,42
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5%.
Perlakuan pupuk kandang kotoran ayam (K3) pada berbagai dosis berpengaruh pada
panjang tanaman petsai umur 20 HST, 30 HST dan 60 HST (Tabel 2), karena diduga pupuk
kandang kotoran ayam sebagai bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Sedangkan penggunaan dosis 2,5, kg/polibag mampu menambah
panjang tanaman pada umur 20 HST dan 60 HST.
Tabel 2. Rerata panjang tanaman 20, 30, 60 Hari Setelah Tanam (HST) akibat pengaruh
faktor tunggal macam pupuk dan dosis pupuk kandang.
Perlakuan
Umur 20 HST
Umur 30 HST
Umur 60HST
K1
K2
K3
24,32 a
27,32 b
31 c
39,35 a
42,9 a
53,9 b
77,8 a
82,6 a
93,15 b
BNT 5%
1,32
6,5
5,31
D0
D1
D2
D3
22,23 a
30,63 c
27,87 b
29,47 c
33,07 a
48,17 b
52,83 b
47,47 b
71,23 a
90,37 b
88,73 b
87,73 b
BNT 5%
1,32
6,5
5,31
Keteranagan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5% .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman petsai yang diberi pupuk kandang
ayam memiliki daun yang lebih panjang dibandingkan tanaman yang diberi pupuk kandang
sapi maupun pupuk kandang kambing.
Ayam atau unggas pada umumnya yang diberi pakan yang berasal dari pabrik dan
biasanya ransum tersebut banyak mengandung protein dan mineral. Menurut Setyamidjaja
(1986) hewan yang diberi ransum yang banyak mengandung protein dan mineral akan
menghasilkan kotoran yang tinggi kandungan nitrogen serta mineral lainnya.
Hal ini disebabkan karena kandungan Nitrogen pada pupuk kandang ayam dan pada
tanah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pupuk kandang sapi ataupun pupuk kandang
kambing. Senyawa nitrogen akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu
menambah panjang tanaman (Buckman and Brady ,1982).
Kandungan unsur nitrogen yang terdapat pada pupuk organik sangat membantu
pertumbuhan tanaman, terutama untuk panjang tanaman, sebab merupakan penyusun dari
semua protein dan asam nukleat. Menurut Widijanto et al, (2007) bahwa pupuk organik
dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) sehingga pupuk tidak mudah mengalami
pelindian.
Unsur hara nitrogen merupakan unsur hara yang utama bagi pertumbuhan tanaman,
sebab merupakan penyusun di semua protein dan asam nukleat serta merupakan penyusun
protoplasma secara keseluruhan. Dengan demikian apabila unsur nitrogen yang tersedia
lebih banyak dari unsur lainnya akan dapat menghasilkan protein yang lebih banyak dan
daun dapat tumbuh panjang seta lebar, hal ini terjadi karena fotosintesis berjalan optimal
(Syarief, 1985).
2. Diameter Krop Tanaman (cm)
Hasil Analisa sidik ragam pada tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan macam
pupuk kandang, memberikan pengaruh pada krop tanaman berumur 73 HST. Sedangkan
pada saat panen, masing-masing perlakuan macam pupuk kandang (K) dan dosis pupuk
kandang (D) memberikan pengaruh terhadap diameter krop tanaman.
Tabel 3. Rerata Diameter Krop Tanaman Akibat Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk
Kandang.
Perlakuan
Umur 73 HST
Saat Panen
K1
K2
K3
25,38 a
29,13 a
45,13 b
40,37 a
45,25 a
65,75 b
BNT 5%
11,33
12,33
D0
D1
D2
D3
25,17 a
35,33 a
39,5 a
32,83 a
37 a
52,67 b
58,67 b
53,5 b
12,33
BNT 5%
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji BNT 5%.
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang berbeda nyata antara
perlakuan macam dan dosis pupuk kandang terhadap diameter tanaman pada umur 73 HST
dan saat panen, hal ini diduga karena faktor lingkungan (curah hujan, sinar maatahari serta
kelembaban udara) yang tidak menentu serta serangan hama yang menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan krop pada tanaman petsai.
Rerata tertinggi pada semua parameter pengamatan didapat dari perlakuan faktor
tunggal pada perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) yaitu 45,13 cm pada
umur 73 HST, dan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) yaitu 65,75 cm pada saat
panen. Namun pada faktor tunggal perlakuan dosis pupuk kandang rerata tertinggi pada
semua parameter pengamatan didapat dari perlakuan dosis pupuk kandang 5 kg (D2) yaitu
39,5 cm pada umur 73 hst dan dosis pupuk kandang 5 kg (D2) yaitu 58,67 cm pada saat
panen, hal ini diduga karena kandungan unsur. Keadaan ini diduga bahwa perlakuan dosis
pupuk kandang 5 kg (D3) mempunyai kemampuan meningkatkan pertumbuhan dan
tanaman petsai lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada takaran dosis pupuk
kandang 7,5 kg (D3) merupakan takaran yang terlalu banyak, sehingga bahan organik yang
diberikan kedalam tanah juga banyak dan akan menambah populasi jasad renik yang ada
dan kegiatan jasad renik dalam tanah akan meningkat. Hal ini dapat memberikan pengaruh
negatif pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat
Soepardi (1989) bahwa kemungkinan terjadinya keracunan oleh unsur ditekan oleh adanya
jasad autototropik yang ada dalam bahan organik membuat besi dan mangan teroksidasi
sehingga terdapat banyak bentuk yang tidak larut.
Pupuk kotoran ayam (K3) mempunyai kemampuan dalam pembentukan diameter
krop lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Walaupun pembentukan diameter krop
lambat. Semua ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cuaca yang tidak menentu
dengan curah hujan >1500 mm/thn. Lama waktu penyinaran sepanjang hari yang tidak
menentu dan terjadinya perubahan cuaca secara fluktuatif, dapat menyebabkan
pembentukan krop terhambat (Dwijosapoetro, 1986).
3. Bobot Brangkasan per Tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan macam dan dosis pupuk
kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot brangkasan basah dan kering.
Tabel 4. Rerata Bobot Brangkasan Basah dan Kering per Tanaman Akibat Pengaruh
Beberapa Macam dan Dosis Pupuk Kandang
Rerata Bobot Brangkasan Per Tanaman (g)
Perlakuan
Bobot Basah
Bobot Kering
K1D0
280,00 a
96,67 a
K1D1
358,33 a
121,67 a
K1D2
405,33 a
151,67 a
K1D3
418,33 a
151,67 a
K2D0
341,67 a
111,67 a
K2D1
446,67 b
206,67 b
K2D2
416,67 a
175 a
K2D3
403,33 a
138,33 a
K3D0
273,33 a
83,33 a
K3D1
611,67 bc
351,67 c
K3D2
343,33 c
645,00 c
K3D3
550,00 bc
273,33 bc
BNT 5%
170,25
99,25
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan analisa lanjutan, pada perlakuan
K3D2 mampu menghasilkan rerata bobot basah tertinggi (645,00 g). Namun dengan dosis
yang rendah (K3D1) kotoran ayam dengan dosis 2,5 kg/polybag sudah mampu
menghasilkan rerata bobot basah (611,67 g). Artinya dengan pemberian dosis 2,5 kg/polibag
mampu memberikan hasil yang sama dengan pemberian pupuk 5 kg/polibag dan jelas hemat
biaya produksi.
Begitu pula pada perlakuan K3D1 menghasilkan bobot brangkasan kering tertinggi
(351,67 gr) walaupun hasilnya mirip dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan K3D2
(343,3 gr).
Pupuk kandang kotoran ayam memiliki kandungan unsur nitrogen lebih tinggi bila
dibanding dengan pupuk kandang kotoran sapi maupun pupuk kandang kotoran kambing.
Unsur nitrogen diperlukan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam
nukleat. Selain itu nitrogen dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif, dengan pertumbuhan
vegetatif yang aktif sebagian hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan daun,
sehingga akan berpengaruh pada bobot basah tanaman (Novizan, 2005). Bobot basah
tanaman dipengaruhi oleh unsur yang diserap tanaman, kadar air dan unsur hara yang ada
dalam sel-sel jaringan tanaman.
Optimalisasi pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh yang positif terhadap
ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta menambah bahan organik yang
mampu membentuk struktur tanah yang remah dan gembur, sehingga terbentuk pori-pori
tanah yang baik memperbaiki airase dan draenase tanah dan meningkatkan kesuburan tanah
serta merangsang pertumbuhan akar tanaman.
Keadaan diperjelas oleh pendapat Anonim (2010), bahwa pupuk kandang ayam
berperan dari segi kimia ternyata mempu untuk menyediakan unsur hara N, P, K, Mg, Ca, S
dan hara mikro lainnya yang berfungsi meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Terkandung
pula 57% H2O, 29% senyawa organik, 1,5% N, 1,3% P2O5 pada pupuk kandang ayam yang
baik (Kemas, 2005).
Menurut Dwijosapoetro (1986), penambahan unsur N dalam tanah dapat
meningkatkan hasil bobot brangkasan basah, selain itu juga mampu meningkatkan
pertumbuhan akar, batang dan daun sehingga bobot brangkasan basah naik.
Rerata tertinggi bobot brangkasan kering diperoleh dari interaksi perlakuan pupuk
kandang kotoran ayam dosis 2,5 kg (K3D1) menghasilkan 351,67 gram. Diduga karena
kandungan nitrogen pupuk kandang ayam lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk
kandang kotoran sapi dan pupuk kandang kotoran kambing. Tanaman dengan kandungan
nitrogen yang lebih tinggi memiliki daun yang lebih lebar dengan warna daun lebih hijau
sehingga fotosintesis berjalan lebih baik. Hasil fotosintesis digunakan untuk perkembangan
dan pertumbuhan tanaman, antara lain pertumbuhan ukuran panjang atau tinggi tanaman,
pembentukan cabang dan daun baru yang diekspresikan dalam bobot brangkasan kering.
Semakin tinggi fotosintat yang dihasilkan, diasumsikan semakin tinggi pula fotosintat yang
ditranslokasikan, sehingga bobot brangkasan kering akan meningkat. Selain itu kandungan
kadar air dalam perlakuan dosis 2,5 kg lebih kecil bila dibandingkan perlakuan lain,
sehingga dapat mempengaruhi bobot brangkasan kering (Anonim, 2009)
Kondisi tersebut didukung dengan adanya optimalisasi dosis pupuk kandang kotoran
ayam terhadap tanah, sehingga memberikan pengaruh yang positif terhadap sifat fisik,
kimiawi tanah, mendorong perkembangan jasad renik menambah ketersediaan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman (Sutedjo, 2002).
4. Konversi Produksi Tanaman Petsai per Ha.
Produksi tanaman petsai perhektar yang biasanya dilakukan oleh petani mencapai
160,85 ton dengan dosis pupuk kandang ayam 20 ton/ha.
Pada penelitiam ini, tanaman petsai ditanam dengan jarak 20 x 50 dan terdapat 4
tanaman petsai per petaknya. Jumlah tanaman perhektar sebanyak 400.000 tanaman dengan
berat per tanaman pada penelitian sebesar 611 gram, sehingga per Ha didapatkan produksi
sebesar 244,4 ton atau terjadi peningkatan 51,9% dari produksi petsai pada umumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinensis L), maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) memberikan rerata tertinggi
terhadap panjang tanaman, diameter krop dan bobot brangkasan (basah dan kering)
per tanaman.
2. Perlakuan dosis pupuk kandang 2,5 kg/polybag (D1) dapat memberikan rerata
tertinggi pada panjang tanaman, diameter krop (umur 73 HST dan panen) juga
terhadap bobot brangkasan (basah dan kering).
3. Perlakuan interaksi pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5 kg (K3D1)
memberikan hasil tertinggi pada panjang tanaman dan bobot brangkasan (basah dan
kering).
5.2 Saran
1. Usaha mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang maksimal dalam
usaha tani, direkomendasikan penggunaan pupuk kandang ayam (K3) dalam
mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan hasil produksi tanaman
petsai.
2. Usaha mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang maksimal dalam
usaha tani, direkomendasikan penggunaan pupuk dengan dosis 2,5 kg/polybag atau
10 ton/Ha (D1), dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan
hasil produksi tanaman petsai.
3. Direkomendasikan penggunaan pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5
kg/polybag (K3D1), sebagai acuan dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses
pertumbuhan dan hasil tanaman petsai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Sertifikasi Benih. diunduh pada www. deptan. go.id (11 Nopember 2011).
_______, 2009. Teknologi Budidaya Tanaman Sawi. diunduh pada
blogspot.com (tanggal 3 Januari 2013).
Budidayanews.
_______, 2010. Manfaat Pupuk Kandang. diunduh pada ibutani.blogspot.com (tanggal 11
Januari 2013).
_______, 2011. Komoditas Holtikultura. diunduh pada www. deptan-go.id (tanggal 11
Nopember 2012).
Buckman & Brady, 1982. Peran Mikroorganisme Dalam Tanah. diunduh pada
http://bianconeri16.blogspot.com/2010/06/peran-mikroorganisme-dalam.html
(tanggal 11 Januari 2013).
__________________, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Soegiman. Penerbit
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Dwijosapoetra, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Hakim, N et al. 1986. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hanafiah, Ali, Kemas. 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers,
Jakarta.
Kemas, 2005. Peran pupuk organik terhadap tanah. diunduh pada ejournal.utp.ac.id.
(tanggal 10 Januari 2013).
Kusuma, 2002. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Putih (Brassica juncea L.). Jurnal Ilmu
Hewani Tropika Fakultas Peternakan Universitas Kristen Palangka Raya.
Novizan,2007.Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Penerbit CV Simplek. Jakarta.
Sutedjo, 2002. Pemberian Pupuk Kandang. diunduh pada balit tanah. Litbang. deptan. go.id
(tanggal 13 Nopember 2012).
Syarief. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung.
Bandung.
Wisastri, 2006. Budidaya Sawi. diunduh pada Rizalm 09. Student. Ipb.ac.id. (tanggal 13
Januari 2013).
Download