10 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi acuan teori yang

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi acuan teori yang diperoleh dari beberapa sumber,
diantaranya yakni beberapa buku dari J.S. Badudu (Membina Bahasa Indonesia
Baku dan Pelik-Pelik Bahasa Indonesia), Abdul Chaer (Tata Bahasa Praktis
Bahasa Indonesia), Harimurti Kridalaksana ( Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi), Sudarno dan Eman A. Rahman (Kemampuan Berbahasa
Indonesia untuk Perguruan Tingg) Hasan Alwi, et. Al (Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga), Sutan Takdir Alisjahbana (Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia) maupun dari Wikipedia Indonesia.
A. Pengertian Error Analysis
Error Analysis adalah salah satu topik utama dalam bidang penelitian
pemerolehan bahasa kedua. Kesalahan merupakan bagian integral dari
pembelajaran bahasa. Pelajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua tidak
menyadari keberadaan sistem tertentu atau aturan dalam bahasa Inggris.
Kesalahan pelajar ini telah lama tertarik untuk para peneliti bahasa kedua dan
asing. Tugas dasar error analysis adalah untuk menjelaskan bagaimana belajar
terjadi dengan memeriksa output pelajar dan ini termasuk ucapan yang benar
dan salah itu. Error Analysis tidak dapat dipelajari dengan baik tanpa
menyentuh pada gagasan analisis kontrastif. Analisis kontrastif dan error
analysis telah umum diakui sebagai cabang Terapan Linguistic Science.
Makalah ini membahas secara rinci tiga teori kesalahan yang paling
10
11
berpengaruh: Kontrastif analisis, error analysis dan teori antar bahasa. Corder
(1978) menyatakan bahwa bahasa antara dapat dilihat sebagai restrukturisasi
atau kontinum menciptakan dan, oleh karena itu; mengevaluasi peran mereka
dalam akuisisi bahasa kedua.
Error Analysis itu adalah ahli linguistik terapan Inggris, Pit Corder, yang
kembali
memusatkan
perhatian
pada
kesalahan
dari
perspektif
pengolahan bahasa dan pemerolehan bahasa. Dalam mani (1967) makalahnya
"Arti penting dari peserta didik kesalahan "tegasnya kontribusi positif kognitif
peserta didik untuk belajar. Pandangannya adalah bahwa pelajar adalah
terlibat dalam proses menemukan bahasa. Bentuk pelajar hipotesis
berdasarkan masukan bahasa dan tes tersebut hipotesis dalam produksi ujaran.
Dalam pandangan ini kesalahan tidak hanya tak terelakkan tapi juga, sangat
penting, fitur penting dari bahasa pembelajar, tanpa yang perbaikan tidak
dapat terjadi. Corder menciptakan istilah "kompetensi transisi" untuk
menunjukkan dinamisme penting dan fluks dari sistem berkembang bahasa
pembelajar. Kesalahan Seorang pelajar, menurut Corder (1967), merupakan
ketidaksesuaian antara kompetensi transisi dari pelajar itu dan bahasa target.
menggambar berat pada (1965) pandangan Chomsky akuisisi bahasa pertama,
ia menyarankan bahwa sama seperti bagi anak memperoleh nya bahasa ibu
bahasa berkembang dalam pola yang kurang lebih tetap, sehingga para pelajar
bahasa asing mungkin memiliki sebuah "silabus inbuilt" yang menentukan
urutan sistem bahasa diperoleh dan yang sebagian besar independen dari
urutan silabus eksternal yang menurut pelajar kelas adalah pura-pura belajar.
Corder lanjut
menyarankan bahwa
mempelajari
kesalahan
mungkin
12
menyediakan petunjuk untuk memesan inbuilt ini akuisisi, kesalahan terusmenerus menunjukkan unsur-unsur yang diperoleh
terlambat. Corder,
bagaimanapun, dipanggil (1965) pembedaan Chomsky antara kompetensi" dan
kinerja "untuk menarik perbedaan antara benar kesalahan kompetensi dan
kesalahan kinerja, yang dilambangkan sebagai hanya "kesalahan", produk dari
"Keadaan kesempatan" analog dengan slip lidah dalam bahasa asli (Corder
1967: 166). Maskapai kinerja kesalahan", tegasnya, mengatakan apa-apa
tentang kompetensi pembicara yang mendasari dan harus karena itu akan
dikeluarkan dari analisis. Dalam sebuah kertas kemudian Corder (1971: 107108) mengemukakan bahwa analisis kesalahan harus mencakup tidak hanya
"nyata" esalahan tetapi "rahasia" kesalahan. Kesalahan Terselubung, seperti
kesalahan yang jelas, secara formal diterima tetapi tidak mengungkapkan
makna yang dimaksudkan oleh pelajar. Misalnya, "Saya ingin tahu Inggris
"adalah kalimat formal benar, tapi itu akan menjadi kesalahan rahasia jika
pelajar ingin mengekspresikan artinya dibawa oleh "Aku ingin tahu bahasa
Inggris".
Bahkan, analisis kesalahan telah berubah menjadi lebih bermasalah daripada
yang
diharapkan
karena
berbagai
alasan.
Ada masalah identifikasi. Meskipun intuisi penutur asli, kesalahan sulit untuk
menentukan dan dapat tidak berarti selalu jelas diidentifikasi dalam produksi
(Hughes / Lascaratou 1982). Perbedaan antara "kesalahan" dan "kesalahan"
sangat bermasalah karena kinerja yang benar dan bentuk yang salah satu target
sering terjadi berdampingan. Kompetensi transisi Learner telah ditemukan
menjadi sangat bervariasi, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti
13
situasi, lawan bicara, pidato dibandingkan menulis, dan faktor internal
tertentu, terutama kecemasan. Selain itu, tampaknya ada jalan tengah antara
bahasa-benar dapat diterima dan bahasa yang salah, yang mungkin berbedabeda dinilai sebagai tdk pantas, Gaya pantas, non-nativelike, jelas (Azevedo
1980; Pawley / Syder 1983).
B. Kata Depan atau Preposisi
Kata depan atau preposisi berasal dari “bahasa Latin yang dibentuk oleh
kata prae berarti „sebelum„ dan kata ponere berarti „menempatkan, tempat„. (
Wikipedia Indonesia, “Preposisi”, artikel diakses pada 24 Januari2014, pukul
12.43 WIB dari (http://id.wikipedia.org/wiki/Preposisi).
Dalam bahasa Inggris kata depan disebut preposition, sedangkan “dalam bahasa
Belanda disebut voorzetsel”. ( J.S. Badudu, Membina Bahasa Indonesia Baku
(Bandung: Pustaka Prima, 1988), hlm. 65.)
Mengapa disebut sebagai kata depan? Karena “kata depan digunakan di
muka kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat lain”.
(Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), Cet. ke-1, hlm. 122). Kata depan lebih dikenal dengan sebutan preposisi.
Terdapat beberapa definisi mengenai kata depan atau preposisi yang diungkapkan
oleh para ahli bahasa atau penulis yang berkecimpung dalam bidang kebahasaan,
misalnya preposisi adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina
dengan verba di dalam suatu klausa. Menurut Kridalaksana, kata depan dijelaskan
sebagai “kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga
terbentuk frase eksosentrik direktif”. (Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam
14
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), Cet.
ke-5, hlm. 95.)
Pada umumnya, kata depan merangkaikan kata benda atau yang
dibendakan dengan jenis kata lain. Jadi, dapat penulis tarik secara garis besar
bahwa kata depan adalah suatu kata yang digunakan untuk merangkaikan kata
benda dengan jenis kata lain dan penulisannya selalu dipisahkan dari kata yang
mengikutinya, seperti kata benda, kata keterangan tempat, dan kata keterangan
waktu.
“Kata depan mempunyai fungsi sangat penting sebab turut serta
mengarahkan arti atau maksud kalimat.(Sudarno dan Eman A. Rahman,
Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Hikmat
Syahid Indah,1986), hlm. 30.) Maksudnya, jika suatu kalimat harus menggunakan
kata depan, tetapi kata itu tidak digunakan, maka arti kalimat akan berubah
bahkan ada yang tidak dipahami lagi maknanya.
Contoh: Rahma berjalan kaki dari rumahnya ke sekolah.
Contoh tersebut menunjukkan jika kata depan dari dan ke dihilangkan atau tidak
digunakan, maka maknanya pun akan rancu atau tidak sesuai dengan makna yang
dituju.
Penulisan kata depan atau preposisi ditulis secara terpisah,
contoh: di rumah, ke kantor, dan dari Surabaya. Kesalahan yang paling umum
adalah penulisan kata seperti "dimana", "disana", "disini", "ditempat", dibawah",
"diatas", "ditengah", "kemana", "kesana", "kesini", "keatas", "kebawah" yang
seharusnya ditulis "di mana", "di sana", "di sini", "di tempat", di bawah", "di
atas", "di tengah", "ke mana", "ke sana", "ke sini", "ke atas", "ke bawah".
15
Perkecualian untuk hal ini adalah:
 Kepada
 keluar (sebagai lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke dalam",
penulisan harus dipisah, "ke luar")
 kemari
 daripada
B.1. Bentuk – bentuk Preposisi
1.
Preposisi 'tunggal' terdiri dari satu kata.
– Preposisi
yang berupa kata dasar terdiri dari satu morfem
(monomorfemis). Daftar: akan, antara, bagi, buat, dari, demi, dengan, di,
hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak,
semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk.
– Preposisi yang berupa kata berafiks (polimorfemis) dibentuk dengan
menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar yang bisa berupa
verba, adjektiva, atau nomina.

Preposisi yang berupa kata berprefiks, daftar: bersama, beserta,
menjelang, menuju, menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama,
sepanjang, seputar, seluruh, terhadap.

Preposisi yang berupa kata bersufiks, daftar: bagaikan.

Preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks, daftar: melalui,
mengenai.
16
2.
Preposisi 'gabungan' atau 'majemuk' terdiri atas dua preposisi yang
berdampingan atau berkolerasi.
- Preposisi yang 'berdampingan' terdiri dari dua preposisi yang letaknya berurutan,
baik digabungkan menjadi satu kata atau tetap terpisah menjadi dua kata. Daftar:
daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain
dari.
- Preposisi yang 'berkorelasi' terdiri dari dua unsur yang dipakai berpasangan,
tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Daftar: antara ... dengan, dari ... hingga,
dari ... sampai dengan, dari ... sampai ke, dari ... sampai, dari ... ke, sejak ...
hingga, sejak ... sampai.
- Preposisi dengan nomina lokatif bergabung dengan dua nomina (FN) yang
nomina pertamanya (N1) mempunyai ciri lokatif atau menunjukkan lokasi (Prep
+ FN (N1 + N2). Contoh: di (atas meja), ke (dalam rumah), dari (sekitar
kampus), dll.. Sebagian dari kelompok N1 maupun N2 ada yang wajib muncul
dan ada pula yang manasuka. Berikut adalah frasa preposisional yang dapat
muncul tanpa N2 jika konteks kalimat atau situasinya jelas: di depan, di muka, di
pinggir, di samping, di sebelah, di tengah, ke depan, ke muka, ke pinggir, ke
samping, ke sebelah, ke tengah, dari depan, dari muka, dari pinggir, dari
samping, dari sebelah, dari tengah
B.2 Jenis-jenis Kata Depan
J.S. Badudu menggolongkan kata depan sebagai berikut:
1. Kata depan sejati, yaitu: di, ke, dari.
17
2. Kata depan majemuk, yaitu gabungan kata depan sejati dengan kata lain,
misalnya: di dalam, di luar, di atas, di bawah, ke muka, ke belakang, dari
samping, dari depan, kepada, daripada.
3. Kata depan yang tak tergolong pada 1 dan 2, seperti tentang, perihal, akan,
dengan, oleh, antara, bagi, untuk.( J.S. Badudu, Pelik-Pelik Bahasa
Indonesia (Bandung: Pustaka Prima, 1981), Cet. ke-18, hlm. 149.)
Adapun Harimurti Kridalaksana menuliskan dalam buku Kelas Kata dalam
Bahasa Indonesia bahwa ada tiga jenis kata depan atau preposisi, yaitu:
“preposisi dasar,
preposisi turunan, dan preposisi yang berasal dari
kategori lain.”( Harimurti Kridalaksana, op. cit., hlm. 95-97 )
Berikut ini merupakan penjabaran dari ketiga jenis kata depan di atas:
a. Preposisi dasar tidak dapat mengalami proses morfologis.
b. Preposisi turunan yang dapat dibagi lagi menjadi :
- Gabungan preposisi dan preposisi, seperti di dalam
- Gabungan preposisi dan non-preposisi, seperti di balik
Preposisi yang berasal dari kategori lain, seperti pada, tanpa, semenjak,
sepanjang, sesuai. Berikut ini merupakan sembilan kata depan yang
digolongkan berdasarkan fungsinya, yaitu kata depan yang menyatakan:
a. tempat berada, yaitu di, pada, dalam, atas, dan antara
b. arah asal, yaitu dari
c. arah tujuan, yaitu ke, kepada, akan, dan terhadap
d. pelaku, yaitu oleh
e. alat, yaitu dengan dan berkat
f. perbandingan, yaitu daripada
18
g. hal atau masalah, yaitu tentang dan mengenai
h. akibat, yaitu hingga dan sampai
i. tujuan, yaitu untuk, buat, guna, dan bagi
Pembagian kata depan atau preposisi seperti di atas juga disebut sebagai
peran semantis preposisi, karena menyatakan makna-makna tertentu.
Kemudian berdasarkan bentuknya, kata depan dibagi menjadi dua macam,
yaitu kata depan tunggal dan kata depan majemuk. Berikut ini adalah
penjabarannya:
1. Kata Depan Tunggal
Kata depan tunggal adalah ―preposisi yang hanya terdiri atas satu
kata.(Hasan Alwi, et. al, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. ke-5, hlm. 288 10 Ibid., hlm. 289.).
Bentuk kata depan tunggal tersebut dapat berupa kata dasar dan kata
berimbuhan.
a. Kata depan atau preposisi yang berupa kata dasar
Kata depan dalam kelompok ini hanya terdiri dari satu morfem. Artinya,
kata depan ini tidak diikuti oleh imbuhan apapun, baik awalan, akhiran,
sisipan, maupun gabungan awalan dan akhiran. Berikut ini adalah kata
dasar yang menjadi kata depan, yaitu “akan, antara, bagi, buat, dari, demi,
dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai,
sejak/semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, dan untuk.” (Ibid., hlm. 289.)
Berikut ini beberapa contoh penggunaan kata depan yang berupa kata dasar
dalam kalimat:
19
(a) Rani tidak takut akan kegelapan.
(b) Terlihat sekali perbedaan antara kakak dan adik itu.
(c) Skripsi wajib dikerjakan bagi para mahasiswa S1.
(d) Kak Ami berasal dari Solo.
(e) Tadi siang, Mila terlihat duduk di bangku taman.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kata depan ini hanya terdiri
dari satu morfem saja.
b. Kata depan yang berupa kata berafiks
“Kata depan dalam kelompok ini dibentuk dengan menambahkan afiks
pada bentuk dasar yang termasuk kelas kata verba, adjektiva, atau
nomina.”( Hasan Alwi, et. al., loc. cit. ) Artinya, pembentukan kata depan
ini mengalami proses penambahan awalan (prefiks), akhiran (sufiks), atau
gabungan antara keduanya (konfiks). Berikut ini yang termasuk kata depan
berupa kata berimbuhan, seperti bersama, beserta, menjelang, menuju,
menurut, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, dan
terhadap.
2. Kata Depan Majemuk atau Gabungan
Kata depan majemuk atau gabungan merupakan preposisi yang berupa
gabungan dari beberapa preposisi tunggal. Kata depan ini terdiri dari dua
kata depan yang berdampingan dan dua kata depan yang berkorelasi.
a.
Kata depan yang berdampingan
20
Kata depan jenis ini terdiri dari dua kata depan yang letaknya berurutan.
Kata depan gabungan ini tetap ditulis terpisah dari kata selanjutnya atau
di belakangnya.
Berikut ini contoh kata depan yang berdampingan: daripada, kepada,
oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, dan selain dari.
Berikut ini beberapa contoh kata depan yang berdampingan dalam
kalimat:
(a) Rifka lebih tinggi daripada adiknya.
(b) Permen-permen itu diberikan kepada anak-anak jalanan.
(c) Konser Titi DJ berlangsung mulai pukul 19.00 sampai dengan 21.00
WIB.
b. Kata depan yang berkorelasi
Kata depan ini terdiri dari dua unsur yang dipakai berkorelasi atau
berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Artinya, antara
kata depan pertama dan kedua terdapat jurang pemisah, jadi keduanya
tidak berpasangan secara penuh.
Contohnya, antara …… dengan, antara …… dan, dari …… hingga,
dari …. sampai dengan, dari …. sampai ke, dari … ke, dari ….
sampai, sejak …. hingga, sejak …. sampai. Berikut ini beberapa contoh
kata depan yang berkorelasi dalam kalimat: (a) Antara Fifi dan
kakaknya terdapat perbedaan sifat yang mencolok. (b) Ayah bekerja
keras dari pagi hingga petang.
21
B.3. Kata Depan “di”, “ke”
Dalam penulisannya, kata depan “di”, “ke” harus dipisah dari kata yang
mengikutinya. Inilah yang membedakannya dengan imbuhan dan sering
membuat siswa keliru dalam menuliskannya. Ada kunci yang dapat diingat
siswa, yaitu penulisan kata depan “di”, “ke” dipisahkan dari kata selanjutnya
jika diikuti oleh keterangan tempat, keterangan waktu, dan kata benda.
Dibawah ini merupakan kunci mudah memahami penulisan kata depan “di-“,
“ke-“ yaitu :
kata depan di, ke + kata keterangan tempat
kata depan di, ke + kata keterangan waktu
kata depan di, ke + kata benda
 Ketiga kalimatnya penulisan dipisahkan
1. Kata depan ”di”
Dalam kata depan, “di” dihitung sebagai satu kata. Pada umumnya, kata
depan “di” dikenal sebagai penunjuk keterangan tempat. Namun,
keterangan tempat itu dibagi-bagi menurut aturan seperti yang terdapat
dalam Abdul Chaer, 2000: 122-124, seperti:
a. untuk menyatakan „tempat berada„. Contoh: “Kami belajar di kelas
7.17.”
b. untuk menyatakan aspek „diam„ atau „berhenti„. Contoh: “Kami sedang
beristirahat di hotel berbintang lima.”
22
c. tidak digunakan sebelum kata ganti orang, kata nama diri, kata nama
jabatan, kata nama perkerabatan, dan kata nama waktu. Kata depan yang
lebih tepat digunakan adalah pada. Contoh: “Novelmu ada di saya”.
(sebaiknya: “Novelmu ada pada saya”).
d. tidak langsung digunakan di depan kata yang menyatakan karangan,
tulisan, atau nama buku, majalah, dan koran. Kata depan di ditambahkan
dengan kata depan dalam. Misalnya, “Dimuat di dalam surat kabar.”
2. Kata Depan “ke”
Kata depan “ke” juga biasa dikenal untuk menyatakan tujuan„. Sama halnya
seperti “di”, kata depan “ke” juga memiliki aturan „tujuan„ yang dimaksud,
di antaranya:
a. untuk menyatakan „tempat tujuan„. Contoh: “Ibu pergi ke kantor pos.”
b. untuk menyatakan aspek „gerak„ atau „bergerak„. Contoh: “Apa
maksudmu datang ke sini sepagi ini?”
c. sebaiknya tidak digunakan di depan kata ganti, kata nama diri, kata nama
jabatan, kata nama perkerabatan. Dalam hal ini, lebih tepat digunakan
kata depan kepada. Contoh: “Saya meminjam uang ke saudara.”
(sebaiknya: “Saya meminjam uang kepada saudara.”).
“Dalam masyarakat sunda, sering kita dengar pemakaian kata depan di, ke
di depan kata ganti orang, seperti di saya, di kita, ke ibu, ke dia, dan lainlain, malah bentuk seperti itu diberi lagi afiks di-kan menjadi: dikesayakan,
dikeibukan. Bentukan seperti ini boleh kita katakana bahasa Indonesia
dialek Sunda, yang dipengaruhi oleh struktur bahasa Sunda. (J.S. Badudu,
23
Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Prima, 1985), Cet. ke-18,
hlm. 152. )
C. Pengertian Awalan
Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa jenis afiks atau imbuhan, yaitu
awalan (prefiks) ialah imbuhan yang diletakkan di awal kata dasar; sisipan (infiks)
adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar; akhiran (sufiks) merupakan
imbuhan yang diletakkan di akhir kata dasar; dan imbuhan gabungan (konfiks),
yakni gabungan antara imbuhan awalan dan akhiran pada kata dasar. Berdasarkan
jenis-jenis tersebut, berikut ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai salah
satunya, yaitu awalan atau prefiks.
Istilah awalan prefiks berasal dari bahasa Latin, yaitu praefixus. Kata prae berarti
sebelum„ dan kata fixus, figere berarti sebelum sesuatu„.( Deny Arnos Kwary,
Analisis Afiks Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, artikel ini
diakses pada 30 Maret 2011, pukul 14.04 WIB dari http://bit.ly/j5aVPr) Awalan
disebut juga prefiks. Awalan merupakan “afiks yang ditempatkan di bagian muka
suatu kata dasar.(Hasan Alwi, et. al, op. cit., hlm. 31.). Pengertian lain
menyebutkan, “prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah
kata dasar. (Wikipedia Indonesia, Prefiks, artikel diakses pada 30 Maret 2011,
pukul 13.57 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Prefiks)
Penulisan awalan selalu dirangkaikan dengan kata dasar yang mengikutinya. Jadi,
dapat penulis katakan bahwa awalan atau prefiks adalah salah satu jenis imbuhan
(afiks) yang berada di depan suatu kata dasar dan penulisannya diserangkaikan
dengan kata yang mengikutinya.
24
D. Pengertian Hukum DM (Diterangkan - Menerangkan)
Hukum D-M, singkatan dari "diterangkan-menerangkan", adalah aturan
dalam tata bahasa bahasa Indonesia yang menyebutkan bahwa "baik dalam kata
majemuk maupun dalam kalimat, segala sesuatu yang menerangkan selalu terletak
di belakang yang diterangkan." Istilah ini dicetuskan oleh Sutan Takdir
Alisjahbana dalam bukunya Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1949. Contoh penerapan hukum ini adalah pada kata
"kapal terbang" dan kalimat "Ali makan." Dalam kata majemuk "kapal terbang",
kata kapal diterangkan oleh kata terbang. Demikian juga dalam kalimat "Ali
makan," Ali diterangkan oleh makan.
Hukum DM (Diterangkan-Menerangkan) adalah istilah yang mula-mula
dimunculkan oleh almarhum Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Hukum DM itu
sendiri memang merupakan salah satu sifat utama bahasa Indonesia (BI). Sebuah
frasa, terdiri atas unsur utama yang diikuti oleh unsur penjelas. Ada juga bentuk
susunan sebaliknya yaitu MD, tetapi jumlahnya agak terbatas. Konstituen
pembentuk frasa itu pun bermacam-macam, boleh nomina (N), verba (V),
adjektiva (Ad), pronomina (Pron), dan sebagainya.
Alisjahbana menyebut bagian yang diterangkan sebagai pokok isi dan bagian yang
menerangkan sebagai sebutan isi. Menurutnya pula, hukum D-M ini memiliki
beberapa pengecualian berupa beberapa golongan kata, yang meskipun
menerangkan sesuatu, senantiasa atau sering terletak di depan kata-kata yang
diterangkannya, yaitu:
25
Hukum ini merupakan salah satu perbedaan antara bahasa Indonesia (juga bahasabahasa lain yang termasuk rumpun Austronesia) dengan bahasa yang tergolong
dalam rumpun Indo-German, seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris, yang
memiliki struktur M-D (menerangkan-diterangkan). Misalnya, schoolbuilding
(Inggris) 'bangunan sekolah', gouverneurkantoor (Belanda) 'kantor gubernur'.
Dalam setiap bahasa terdapat peraturan-peraturan untuk pemakaiannya.
Peraturan-peraturan tersebut merupakan pedoman atau pegangan dalam
membahasa, sehingga tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam
penggunaannya sehari-hari. Salah satu peraturan yang ada dalam bahasa Indonesia
ialah Hukum Diterangkan Menerangkan, yang disingkat dengan Hukum D-M.
Kebalikannya adalah Hukum M-D, yang berlaku antara lain dalam bahasa
Belanda dan bahasa Inggris. Pengaruh bahasa Belanda sangat besar dalam
pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
pendudukan Belanda selama tiga setengah abad di Indonesia. Dengan demikian
peraturan dalam bahasa Belanda sedikit banyaknya memasuki bahasa Indonesia
dalam pemakaiannya. Selain bahasa Belanda, juga bahasa Inggris
yang
merupakan bahasa kedua secara resmi diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia,
mempunyai pengaruh dalam penerapan Hukum D-M dalam bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan
Inggris, terjadi penyimpangan-penyimpangan mengenai pemakaian Hukum D-M
dalam bahasa Indonesia, sehingga mengikuti hukum sebaliknya, yakni Hukum MD, yang berlaku dalam bahasa Belanda dan Inggris.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_D-M)
Download