validasi kuesioner littlears berbahasa indonesia pada bayi usia 0

advertisement
 VALIDASI KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA
INDONESIA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI JAKARTA
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA DOKTER
OLEH :
HANA FADHILAH
NIM: 110103000072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2014 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat
yang telah diberikan sehingga penulis dapat belajar hingga tepat pada waktunya penulis harus
menuliskan laporan penelitian ini. Penulis menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Prof. DR (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, DR. Arif
Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menggali ilmu di PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL selaku pembimbing 1 yang telah memberikan masukan
judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing
penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
4.
dr. Erike A. Suwarsono, MPd selaku pembimbing 2 yang telah banyak mencurahkan waktu,
pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun
laporan penelitian ini.
5.
dr. Yanti Susianti, SpA selaku pembimbing akademi yang telah banyak membantu dalam
pengoreksian tulisan
6.
drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul Riset yang selalu
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian di setiap pertemuan modul
Riset.
7.
dr. Mohamad Baharuddin, SpOG, MARS dan Ibu Kiki selaku direktur RS Budi Kemuliaan
dan Perawat RS Budi Kemuliaan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan wawancara kepada pasien di RS Budi Kemuliaan. 8.
Segenap
responden
penelitian
ini
yang
telah
perkembangan pendengaran pada putra-putrinya.
v bersedia
diwawancarai
mengenai
9.
Kepada orang-orang yang saya sayangi, kedua orangtua saya dr.Chamim, SpOG (K) dan
Ir.Mirna Kurniati. Suami dan anak yang saya cintai Adwin Haryo Indrawan Sumartono dan
Adrian Indra Prawiro Sumartono yang selalu mendukung saya.
10. Teman-teman satu kelompok penelitian: M.Fauzan Maulana, Ilham Ibrahim Marpid, Manda
Pisilia, dan Hafidhu Nalendra. Terimakasih atas kerja sama yang luar biasa selama
melakukan penelitian dan penyusunan laporan. Semoga kerja sama kita dapat berlanjut
hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
11. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, BEM FKIK, BEMJ Pendidikan Dokter
dan teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian laporan
penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran di Indonesia. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Ciputat, 8 September 2014
Penulis
vi ABSTRAK
Objektif : Mengadaptasi kuesioner LittlEars dalam bahasa Indonesia dan Menilai korelasi antara
total skor kuesioner LittlEars dengan usia anak.
Metode : Penelitian dilakukan di RS.Budi Kemulyaan, Jakarta Pusat pada bulan Maret-Juli 2013
dengan desain cross sectional. Jumah responden 30 orangtua/pengasuh dengan pendengaran
normal pada anak umur 0-6 bulan, laki-laki 17 anak (67%) dan perempuan 13 anak (33%). Data
diolah dengan program SPSS 17, Corrected Item Total Correlation dan Pearson dihitung untuk
mengevaluasi setiap pertanyaan yang berbeda dapat membedakan tingkat perkembangan
pendengaran. Cronbach’s alpha coefficient untuk mengevaluasi konsistensi internal tiap item
pertanyaan, menilai validitas kuesioner, dan menilai korelasi total skor dengan usia bayi. A non
linier regression untuk mendapatkan data normatif dengan skor maksimum dan minimum sesuai
dengan usia.
Result: Corrected Item Total Correlation dan Pearson antara 0.13-0.69. Cronbach’s alpha
sebesar 0.707 (p<0.5), menunjukan penelitian bersifat reliable. The linier correlation antara total
skor dan usia sebesar 0.763. The Regression analysis terlihat pada data normative bahwa 58%
variasi total skor dapat dipengaruhi oleh usia anak.
Kesimpulan : Adaptasi kuesioner LittlEars dalam bahasa Indonesia valid untuk mengevaluasi
tumbuh kembang pendengaran anak umur 0-6 bulan.
Kata Kunci : Kuesioner LittlEars
ABSTRACT
Objective: To adapt the LittlEars questionnaire in “Bahasa Indonesia” and assess the correlation
between the total score of the questionnaire LittlEars with the child's age.
Methods: The study was conducted in RS.Budi kemulyaan, Central Jakarta in March-July 2013
with a cross-sectional design. The number of respondents included 30 parents / caregivers whom
the child has normal hearing aged 0-6 months, 17 male children (67%) and 13 female (33%). The
data was processed with SPSS 17, Corrected Item Total Correlation and Pearson was calculated
to evaluate whether each question can distinguish different levels of auditory development.
Cronbach's alpha coefficient was for evaluation of internal consistency of each questions, assess
the validity of the questionnaire, and assess the correlation of the total score with the age of the
child. A non-linear regression was to obtain normative data with maximum and minimum scores
according to age.
Results: Corrected Item Total Correlation and Pearson was between 0.13-0.69. Cronbach's alpha
shows 0.707 (p <0.5), which shows the research is reliable. The linear correlation between the
total score and age was 0.763. The Regression analysis in normative data shows that 58% of total
variation in scores can be influenced by the age of the child.
Conclusion: Adaptation in “Bahasa Indonesia” of the LittlEars questionnaire was proven valid to
evaluate and assess the growth and development of hearing in children aged 0-6 months.
Keywords: Questionnaire LittlEars
vii DAFTAR ISI
i LEMBAR PERNYATAAN
ii LEMBAR PERSETUJUAN
iii LEMBAR PENGESAHAN
iv KATA PENGANTAR
vi ABSTRAK
vii DAFTAR ISI
xi DAFTAR SINGKATAN
xii DAFTAR TABEL
xiii DAFTAR GAMBAR
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1 1.2
Rumusan Masalah
3 1.3
Pertanyaan Penelitian
3 1.4
Hipotesis
3 1.5
Tujuan Penelitian
3 1.5.1 Tujuan Umum
3 1.5.2 Tujuan Khusus
3 Manfaat Penelitian
4 1.6
viii 1.6.1. Bagi Peneliti
4 1.6.2. Bagi Kampus
4 1.6.3. Bagi Dunia Kedokteran
4 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Embriologi Telinga
5 2.2
Anatomi Telinga
5 2.3
Fisiologi Pendengaran
9 2.4
Gangguan Pendengaran di Indonesia
11 2.5
Skrining Pendengaran
12 2.6
Metode Skrining
15 2.7
Kuesioner LittlEARS
16 2.8
Tata Laksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
17 2.9
Kerangka Teori
18 19 2.10 Kerangka Konsep
20 BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
20 3.2
Waktu Penelitian
20 3.3
Tempat Penelitian
20 3.4
Populasi Penelitian
20 3.4.1 Populasi Terjangkau
20 3.4.2 Populasi Target
20 ix 3.5
Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
20 3.6
Besar Sampel
21 3.6.1 Perhitungan besar sampel
21 3.6.2 Sampel yang diambil
21 Variabel Penelitian
21 3.7.1 Variabel Terikat
21 3.7.2 Variabel Bebas
21 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
22 3.8.1 Faktor Inklusi
22 3.8.2 Faktor Ekslusi
22 Analisis Statistik
22 3.9.1
22 3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
Uji Validasi
Cara Kerja
22 3.10.1 Alur Penelitian
22 3.10.2 Alat dan Bahan
23 Definisi Operasional
23 24 BAB 4. HASIL PENELITIAN
24 4.1. Karateristik Penelitian
25 4.2. Penyebaran skor kuesioner
26 4.3. Validitas dan Realibilitas
x 28 4.4. Uji Korelasi dan Regresi
30 BAB 5. DISKUSI HASIL
5.1.
Karakteristik Penelitian
30 5.2
Penyebaran Skor Pendengaran
32 5.3
Validitas dan Realibilitas
32 5.4
Korelasi dan Regresi
34 5.5
Keterbatasan Penelitian
37 39 BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
39 6.2 Saran
39 DAFTAR PUSTAKA
40 LAMPIRAN
43 xi DAFTAR SINGKATAN
APGAR
: Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
ABR
: Auditory Brainstem Response
BBLR
: Bayi berat lahir rendah
EHDI
: Early Hearing Detecttion Infant
NICU
: Neonatal Intensive Care Unit
OAE
: Otoacoustic Emissions
WHO
: World Health Organization
xii DAFTAR TABEL Tabel. 2.4
Perkembangan Pendengaran Anak 0-2 tahun
13
Tabel 3.11 Definisi Operasional
23
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
24
Tabel 4.2
Histogram
25
Tabel 4.3.1 Cronbach’s Alpha
26
Tabel 4.3.2 Score Cronbach’s Alpha
27
Tabel 4.4
Anova
28
Tabel 4.5
Model Summary
28
Tabel 12.
Perbandingan total skor kuesioner Littlears dalam beberapa bahasa
34
xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Anatomi telinga
6
Gambar 2.3 Skema Fisiologi Pendengaran (Hall, J. 1998)
10
Gambar 2.5. Alur universal newborn hearing screening di RSCM
14
Gambar 2.8 Resusitasi Bayi Baru Lahir ( IDAI ;2011)
17
xiv BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir pada anak mengakibatkan gangguan bicara,
berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional. Kasus kehilangan pendengaran cukup tinggi
di Indonesia. Sekitar 4000-5000 bayi di Indonesia lahir setiap tahunnya. Berdasarkan survey
Multi Centre Study di Asia Tenggara, beberapa negara mempunyai termasuk dalam 4 negara
dengan prevalensi gangguan pendengaran cukup tinggi yaitu 4.6% di Indonesia, sedangkan 3
negara lainnya yaitu Srilanka (8.8%), Myanmar (8.4%), dan India (6.3).1
Banyak faktor yang menyebabkan kehilangan pendengaran pada bayi antara lain tingginya
kadar bilirubin, keracunan obat pada telinga bayi, Apgar score yang rendah, meningitis, bayi
prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi lahir dengn malformasi pada telinga,
saat ibu hamil terkena virus TORCH juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran pada
bayi. Gangguan pendengaran juga bisa terjadi akibat mutasi genetik yang terjadi selama
perkembangan embrio sehingga genetic counseling dibutuhkan selama masa kehamilan ibu. 2
Survey kesehatan Nasional pada tahun 1997 terdapat 2.7% ketulian di Indonesia. Selain itu,
didapatkan data bahwa bayi lahir dengan keadaan tuli sejumlah 0.1-0.2% dengan angka kelahiran
di Indonesia 2.0%. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa, maka dapat dikalkulasikan ada 400500 bayi lahir menderita tuli di Indonesia setiap tahunnya. Survei Kesehatan Indera tahun 19941996 yang dilakukan pada 7 provinsi Indonesia terlihat prevalensi morbiditas THT sebesar
38.6%, morbiditas telinga 18.5%, gangguan pendengaran 16.8%, dan ketulian 0.4%.3,4
Berdasarkan penelitian Basharudin J, insidens gangguan pendengaran permanen
mencapai
angka 1-2 bayi per 1000 kelahiran. Survei ini dilakukan di enam rumah sakit di Jakarta dan
sekitarnya dari 12.757 bayi baru lahir yang dilakukan skrining awal, 297 (23 per 1000) dicurigai
mengalami gangguan pendengaran. Selain itu keterbatasan pemeriksaan baku emas skrining
pendengaran pada bayi dilakukan dengan Auditory Brainstem Response (ABR) dan atau
Otoacoustic Emission (OAE), Kedua metode ini merupakan pemeriksaan yang akurat, tidak
invasif, dan tidak memerlukan respon dari bayi. Tetapi beberapa faktor menjadi kendala antara
1 2 lain ketersediaan alat skrining di rumah sakit, jarak yang terpaut jauh dari rumah sakit yang
mempunyai skrining dari tempat tinggal masyarakat, serta kesadaran masyarakat mengenai
gangguan pendengaran pada bayi dan anak menyebabkan sering terlambatnya dilakukan
diagnosis dan tata laksana dini pada anak dengan gangguan pendengaran.5,6
Berdasarkan data di atas, peneliti melihat bahwa penting dilakukan pra skrining pendengaran
berupa kuesioner LittlEars yang tidak hanya bisa dilakukan oleh paramedis tetapi orangtua atau
pengasuh dapat juga melakukan dan mengetahui apabila terjadi tanda-tanda keterlambatan
perkembangan pendengaran dan bahasa. Kuesinoner ini pertama kali diperkenalkan di Jerman
dengan tingkat validitas mencapai 93% dan kemudian dilanjutkan diterjemahkan dalam 15
bahasa tidak termasuk bahasa Indonesia antara lain Spanyol, Poland, China, Russia, Switzerland,
Finland, France, Belgium, Bulgaria, Romania, Serbia, Slovakia, Slovenia, dan USA dengan
tingkat validitas antara 0.93-0.98.7
Keberhasilan kuesioner LittlEars di negara maju dan negara berkembang mencapai tingkat
validitas yang tinggi, sehingga peneliti ingin melakukan adaptasi kuesioner LittlEars sebagai
metode deteksi pra skrining dalam Bahasa Indonesia. Kuesioner LittlEars berisi pertanyaanpertanyaan mengenai perkembangan pendengaran dan bahasa anak yang disusun berdasarkan
usia dan dijawab oleh orangtua dalam bentuk “ya” atau “tidak”. Adaptasi kuesioner LittlEars ke
dalam Bahasa Indonesia bertujuan untuk memudahkan para medis dan orang tua untuk
mengawasi perkembangan pendengaran dan bahasa anak sejak lahir sampai 2 tahun. Apabila
dicurigai anak mengalami gangguan tumbuh kembang pendengaran dapat dilakukan upaya
rujukan lebih dini.7,8
3 1.2 Rumusan Masalah
•
Angka kejadian gangguan pendengaran di Indonesia semakin meningkat. Sehingga
menjadi masalah yang serius dan perlu kita perhatikan. Dampak dari gangguan dengar
dapat menghambat pertumbuhan kognitif suatu anak. Apakah deteksi dini gangguan
pendengaran anak dapat dilakukan ?
•
Apakah kuesioner LittlEars dapat diadaptasi sebagai praskrining pendengaran untuk
mengevalusi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak umur 0-6 bulan ?
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah kuesioner valid untuk diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia untuk mengevalusi
pertumbuhan dan perkembang pendengaran anak 0-6 bulan?
1.4 Hipotesis
Kuesioner Littlears memiliki validitas yang baik diadaptasi dalam Bahasa Indonesia untuk
mengevalusi pertumbuhan dan perkembangan perkembangan anak 0-6 bulan
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengadaptasi kuesioner LittlEars sebagai metode praskrining untuk deteksi gangguan
pendengaran pada anak usia kurang dari 24 bulan
1.5.2 Tujuan Khusus
•
Mengadaptasi kuesioner LittlEars sebagai praskrining dini pertumbuhan dan
perkembangan pada anak umur 0-6 bulan tanpa faktor risiko gangguan pendengaran
di Jakarta.
•
Melihat korelasi antara usia dan total skor kuesioner LittlEars pada anak usia 0-6
bulan tanpa faktor risiko gangguan pendengaran di Jakarta.
4 1.6 Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1.6.1. Bagi Kalangan Medis
•
Kuesioner LittlEars sebagai deteksi dini gangguan pendengaran di Indonesia bagi
anak usia di bawah 24 bulan
•
Sebagai acuan penelitian selanjutnya
1.6.2. Bagi Peneliti
•
Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan
•
Memperoleh pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian
•
Memperoleh Ilmu tentang gangguan dengar pada bayi, faktor risiko, serta deteksi
dini pada bayi di bawah umur 24 bulan
1.6.3. Bagi Perguruan Tinggi
• Melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggara
pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat.
• Meningkatkan hubungan kerjasama antara pendidik dan mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi Pendengaran
Pada saat usia kehamilan kurang dari 22 hari terjadi penebalan ektoderm pada kedua sisi
rombensalon yang terdiri dari plakoda telinga yang membentuk gelembung telinga.
Selanjutnya bagian ventral membentuk sacculus dan ductus cochlearis, unsur dorsal
membentuk utriculus, canalis semicircularis, dan ductus endolymphaticus, bagian epitel ini
dikenal sebagai labirin membranosa.9
Pada bulan ke-3 kehamilan sel-epitel pada bagian dorsal celah faring pertama
berkembang membentuk sumbat meatus kemudian pada bulan ke-7 sumbat ini menghilang
dan epitel yang melapisi dasarnya ikut membentuk gendang telinga tetap.
Selain itu
gendang telinga juga terbentuk dari lapisan ektoderm dari meatus acusticus, lapisan
endoderm cavum tympani, dan lapisan tengah yang berasal dari stratum fibrosum. Gendang
telinga sebagian menempel pada ujung dari tulang maleus dan sebagian lain membentuk
batasan pemisah antara telinga luar dan cavum tympani.9
Terdapat 6 buah lapisan mesenkim yang terdapat di lengkung faring pertama yag
berkembang menjadi daun telinga (aurikula) kemudian berkembang tonjolan-tonjolan daun
telinga yang masing-masing terdapat pada sisi telinga luar dan menyatu membentuk daun
telinga yang tetap. Bagian telinga luar berkembang dari bawah leher hingga setinggi mata.9
2.2 Anatomi Pendengaran
Telinga merupakan salah satu organ utama manusia, dengan telinga manusia dapat
mendengar, mencari sumber suara, peringatan bahaya, dan komunikasi dengan masyarakat.
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Gelombang udara yang masuk ke dalam telinga dialirkan melalui telingan luar dan tengah
yang mengandung cairan menuju telinga dalam, selanjutnya gelombang yang masuk telinga
5 6 dalam diubah oleh sistim sensorik yaitu koklea menjadi impuls saraf
sehingga dapat
mendengar suara dan apparatus vestibularis untuk menjaga keseimbangan manusia.10,12
Gambar 2.1 Anatomi telinga
Sumber : Sherwood, 2011
2.2.1 Telinga luar
Telinga luar merupakan gerbang masuknya gelombang suara yang berasal dari udara luar
dan disalurkan ke telinga dalam, anatomi telinga luar merupakan gabungan dari tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit. Telinga luar terdiri dari pinna daun telinga dengan bentuk
berbentuk helix dan bagian inferiornya tesusun atas jaringan lunak, fungsinya menangkap
gelombang suara dan menyalurkan ke telinga tengah. Meatus auditorius eksternus
merupakan struktur tabung berbentuk S dengan ukuran 2,5 cm yang berkembang ke arah
membran timpani. Terdapat rambut-rambut halus dan kelenjar sebasea, kulit yang melapisi
the external acoustic canal terdapat kelenjar yang mensekresikan serumen yang disebut
ceruminous yang berfungsi untuk menengah partikel kecil asing masuk kedalam saluran
telinga.10
7 Membran timpani berlapis ganda yang ukuran diameternya sekitar 1cm, struktur ini
terdapat di antara the external acoustic canal dan telinga tengah. Lapisan terluar cekung
stratified squamous dan lapisan cembung dalam epitel kolumner tipi, struktur membran
timpani tipis dan sangat peka dengan nyeri sehingga dilakukan pemeriksaan atau tindakan
harus dilakukan dengan hati-hati. Jika gelombang suara melewati membran timpani maka
akan bergerak melekuk ke dalam dan ke luar sesuai dengan fekuensi gelombang suara.10
2.2.2 Telinga Tengah
Merupakan struktur yang berisi udara disebut dengan rongga timpani. Sebagian tulang
mengandung oval window dan round window yang memisahkan telinga tengah dari telinga
bagian dalam. Terdapat dua pintu untuk menuju rongga timpani antara lain the epitympanic
di bagian posterior yang menghubungkan rongga timpani dengan rongga mastoid dan tabung
eustachius yang menghubungkan rongga timpani anterior dengan nasofaring yang berfungsi
untuk menyamakan tekanan udara pada kedua bagian membran timpani.10,11
Getaran udara membuat membran timpani dan tulang-tulang pendengaran bergerak dan
menyalurkan gelombang suara ke semua bagian rongga timpani dan menuju oval window.
Selanjutnya getaran suara akan membuat cairan bergerak dan mulai merangsang reseptor
pada pendengaran. Tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai sistem yang saling
menguatkan gelombang suara, terdapat m.tensor timpani dan m.stapedius yang menempel
pada tulang maleus dan stapes membantu dalam refleks dan melindungi telinga dalam dari
suara yang melebihi ambang batas pendengaran manusia.10,11
2.2.3 Telinga Dalam
Telinga dalam disebut dengan labirin yang terletak di tulang temporal, terdiri dari labirin
tulang dan labirin membran (bony labyrinth and membranous labyrinth). Labirin tulang
merupakan struktur dengan rongga yang berliku-liku, rongga ini dibagi menjadi tiga bagian
yaitu koklea, kanal semisirkular, dan vestibulum.
Labirin membran adalah kumpulan
kantung dan saluran yang terdapat di dalam labirin tulang, bagian utama labirin membran
adalah duktus semisirkularis (berada di dalam kanal semisirkularis), utrikulus dan sakulus
(berada di vestibulum) dan duktus koklea berada di dalam koklea. Sepanjang labirin
8 membran ini merupakan reseptor untuk keseimbangan (vestibularis) dan pendengaran
(koklearis) .10,11
Vestibule merupakan bagian tengah labirin tulang yang berisi oval vestibular yang
sesuai dengan tulang stapes dan koklea yang terdapat di ujung. Membran struktur ini terdiri
dari utricle dan saccule, Keduanya mengandung reseptor yang peka terhadap gravitasi dan
gerakan linier dari kepala.
Canalis semicularis terdiri dari 3 bagian yaitu canalis
semicularis superior, posterior, dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum.
Ketiga tulang ini membentuk membran labirin dan setiap ujungnya melebar membentuk
ampulla yang akan menghubungkan bagian atas belakang dari utrikulus.10,11
Cochlear merupakan struktur spiral yang berukuran kacang polong yang dilindungi
oleh tulang, terbagi atas skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dalam
koklea berisi cairan perilimfa yang terbagi menjadi dua ruang yang terpisah yaitu scala
vestibule dan scala timpani dengan konsentrasi natrium lebih tinggi dibandingkan kalium,
Kedua ruang ini memiliki struktur yang melingkar sampai bagian apeks koklea dan
membentuk sebuah rongga bernama helicotrema. Di antara kedua ruang tersebut terdapat
struktur yang penting dalam mekanisme sensoris pendengaran yaitu duktus koklearis atau
skala media yang dibatasi oleh membrane Reissner, membrane basilaris, lamina spiralis,
dan dinding lateral, berisi cairan endolimfa yang memiliki konsentrasi kalium lebih tinggi
dibandingkan natrium.10,11
Ada struktur/unit yang menjadi bagian terkecil dari mekanisme sensoris pendengaran,
yaitu organ spiral (spiral organ of Corti). Unit terkecil ini terdiri dari beberapa struktur.
Pertama sel yang menempel pada membran basilaris dinamkan sel penyokong (supporting
cells). Sel penyokong ini disertai sel rambut yang terbagi menjadi tiga baris sel rambut luar
dan sebaris sel rambut dalam yang berperan dalam mengubah gelombang suara dalam
bentuk getaran diubah dan disampaikan ke otak dalam bentuk energi listrik.10,11
2.3 Fisiologi Pendengaran
Pendengaran merupakan persepsi saraf yang menjadi energi suara. Saat getaran udara
yang merambat dan menimbulkan kompresi dan rarefaction disebut dengan gelombang
udara. Munculnya suara ditandai oleh tiga hal :12
9 •
Nada : tergantung dari frekuensi getaran. Manusia dapat mendeteksi gelombang suara
dengan frekuensi 20-20.000 siklus perdetik.
•
Intensitas atau kepekaan : tergantung pada amplitudo suatu gelombang suara. Manusia
dapat mendeteksi intensitas dari suara bisikan ampai suara jet lepas landas. Sedangkan
kepekaan dinyatakan dalam desibel.
•
Timbre (Kualitas): merupakan frekuensi dtambahan yang menimpa nada dasar.
Kualitas suara atau wara nada ini yang menyebabkan perbedaan suatu gelombang
suara atau kekhasan suara manusia.
Gelombang suara yang datang dikumpulkan dan disalurkan ke telinga luar oleh pinna,
merupakan suatu lempeng tulang rawan selanjutnya getaran suara masuk ke kanalis
telinga yang terdiri dari rambut-rambut halus dan menghasilkan serumen, serumen
tersebut menangkap benda-benda asing yang masuk ke dalam telinga. Gelombang udara
yang melewati telinga tengah datang dengan tekanan yang tinggi dan rendah berselang
seling yang menyebabkan gerakan gendang telinga seirama dengan frekuensi gelombang
suara. Tekanan udara di kedua sisi membrane tympani harus sama karena saat gelombang
suara mengenainya bisa bergerak bebas selain itu gendang telinga yang dekat dengan
telinga tengah juga terkena tekanan udara melalui tuba eustachius lalu yang akan
dihubungkan dengan faring. Pada keadaan normal tuba eustachius dalam keadaan tertutup
dan dapat terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap, kemudian saat terbukanya
tuba eustachius terjadi penyamarataan tekanan di luar dan di dalam telinga.12
Telinga tengah memindahkan gelombang yang menggetarkan membrane tympani ke
dalam telingah dalam yang dibantu oleh tiga tulang antara lain maleus, inkus, stapes yang
berjalan melewati membrane tympani dan berakhir di tulang stape yang menempel pada
jendela oval. Jalan ini merupakan pintu masuk koklea yang isinya berupa cairan dengan
frekuensi yang sama. Ketika transmisi gelombang suara menggetarkan membrane
tymapani dan tulang-tulang pendengaran terdapat dua mekanisme yang memperkuat
tekanan gelombang suara dari udara sehingga bisa menggetarkan cairan di koklea, yaitu
pertama: luas permukaan membrane tympani lebih luas dibandingkan jendela oval
sehingga dibutuhkan tekanan yang lebih besar untuk dapat masuk ke dalam jendela oval,
Kedua : dampak dari pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan
mekanisme tambahan karena dua mekanisme inilah yang membuat tekanan gelombang
10 udara saat melewati jendela oval menjadi dua puluh kali lipat dari gelombang yang
langsung sehingga dapat menggetarkan cairan koklea.12
Di sepanjang organ corti yang terdapat di membrana basilaris mengandung sel-sel
rambut yang merupakan reseptor suara selanjutnya sel-sel rambut ini akan menghasilkan
sinyal saraf jika di permukaanya mengalami perubahan bentuk yang berhubungan dengan
gerakan cairan di telinga dalam dan terbenam dalam membrana tektorial. Sepanjang
gelombang berjalan di membrana basilaris terjadi puncak gelombang yang mengakibatkan
membengkoknya streosilia oleh kerja pemberat membran tektoria. Timbul depolarisasi sel
yang membuat potensial aksi yang pada serabut saraf pendengaran yang akhirnya
mengubah gelombang suara mekanis menjadi energi elektrokimia yang berjalan melalui
nervus VIII. Serabut-serabut saraf berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis
kemudian ada yang menuju kolikus inferior kontralateral dan ada yang menuju koklearis
dorsalis ipsilateral. Terjadi penyilangan pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior
yang kemudian berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian lanjut ke korteks
pendengaran pada lobus temporalis.12
Gambar 2. Skema Fisiologi Pendengaran (Hall, J. 1998)12
11 2.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pendengaran menjadi masalah yang umum di
Indonesia. Berdasarkan hasil survey dan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
pada beberapa RS menunjukan insidensi gangguan dengan di Indonesia sekitar 1-2 bayi per 1000
kelahiran. Oleh karena itu beberapa National Commitee termasuk National Institutes of Health,
the America Academy of Otolaryngology/ Head and Neck Surgery mengajukan bahwa gangguan
dengar pada bayi baru lahir merupakan hal yang harus diidentifikasikan dan diberikan perlakuan
secara maksimal pada usia enam bulan pertama, pada bayi yang terlambat
diidentifikasi
pendengaran hingga 2-3 tahun berikutnya kemungkinan mengalamai gangguan dalam bicara,
bahasa, dan kemampuan kognitif. 13
Penyebab gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain tingginya kadar bilirubin, keracuan obat ke telinga, penggunaan mesin ventilasi dalam
jangka waktu yang lama, Apgar score yang rendah, meningitis, kelahiran prematur, dan kelahiran
dengan berat yang rendah. Selain itu infeksi virus juga dapat berakibat fatal pada gangguan
dengar.13
Mendeteksi gangguan dengar bisa dilakukan sedini mungkin. Ada beberapa metode
menurut WHO, antara lain Family questionnaire, behavioural, and physiological. Untuk
melakukan metode skrining harus ditentukan terlebih dahulu metode yang dilakukan untuk
evaluasi pendengaran bayi.14
•
Family questionnaire, sistim skrining ini menggunakan metode dengan orangtua atau
pengasuh yang mengisi kuesioner untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan bayi
sesuai dengan bahasa individu. Sebelum itu kuesioner harus divalidasi terlebih dahulu
sebelum disebarluaskan.14
•
Behavioural, metode pemeriksaan DDTS II ini dilakukan langsung terhadap bayi dengan
memberikan rangsangan terhadap bayi, pemeriksa melihat respon audiologi bayi. Tetapi
pemeriksaan ini memiliki nilai positif palsu dan negative palsu yang tinggi karena
dipengaruhi faktor dari keahlian pemeriksa dan keadaan bayi.14
•
Physicological, merupakan pemeriksaan OAE atau ABR, metode skrining untuk
gangguan pendengaran pada bayi dengan keakuratan yang tinggi. Metode OAE
12 mengukur keadaan bagian auditori perifer sampai dengan sel sel rambut luar koklea
sedangngkan ABR mengukur bagian sistem pendengaran perifer sampai dengan saraf
VIII, dan jalur pendengaran di batang otak. 14
2.5 Skrining Pendengaran
Hearing Early Detection merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Kementerian
Kesehatan U.S yang tergabung dalam healthy people 2010. Berdasarkan data yang didapat,
meningkatnya jumlah bayi yang menjalankan skrining mengalami kehilangan pendengaran pada
umur 1 bulan, seharusnya dievaluasi kembali pada umur 3 bulan dan diawasi hingga bayi umur 6
bulan.15
Tahun 1969 Downs M, mengusulkan untuk membuat prosedur untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi dari gangguan pendengaran. Selanjutnya belum ada tehnologi skrining yang
memadai sampai tahun 1994 sehinga JCIH berusaha untuk mengadakan universal newborn
hearing screening.15
Tujuan yang diraih dalam deteksi dini pendengaran ini antara lain :15
• Semua bayi yang baru lahir diperiksa untuk gangguan pendengaran sebelum usia 1 bulan,
sebaiknya sebelum dikeluarkan dari rumah sakit. Rumah Sakit akan memiliki protokol
tertulis untuk memastikan semua kelahiran disaring, hasilnya dilaporkan kepada orang tua
bayi dan PHCP, dan merujuk bayi (≤ 4%) dirujuk untuk evaluasi diagnostik.
• Semua bayi yang diperiksa hasilnya positif, memiliki evaluasi audiologik diagnostik sebelum
usia 3 bulan.
• Semua bayi diidentifikasi dengan gangguan pendengaran menerima layanan yang sesuai
intervensi dini sebelum usia 6 bulan (medis, audiologik, dan intervensi dini).
• Semua bayi dan anak-anak dengan onset terlambat atau kehilangan pendengaran yang
progresif diidentifikasi pada saat sedini mungkin. Rumah Sakit dan orang lain melaporkan
informasi tentang faktor risiko.
13 Tabel. 2.4 Perkembangan Pendengaran Anak 0-2 tahun
Pendengaran
Bahasa
Lahir-3 bulan :
Lahir-3 bulan :
• Terkejut dengan suara keras
• Bersuara cooing,going
• Diam atau tersenyum ketika diajak bicara
• Menunjukan tangisan berbeda seusai dengan kebutuhan
• Mulai mengenali suara ibu dan menangis jika
• Tersenyum ketika melihat ibu atau orang yang dikenal
suaranya menghilang
4-6 bulan :
4-6 bulan :
• Gerakan mata mengikuti sumber suara
• Mengoceh dengan suara yang berbeda-beda termasuk huruf
p,b,m
• Merespon ketika ibu/pengasuh mengubah intonasi
• Tertawa ringan
suara
• Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suara
• Membuat gurgling sound ketika sendiri dan bermain bersama
orangtua
• Memperhatikan musik
7 bulan-1 tahun :
7 bulan-1 tahun :
• Menyukai permainan cik-luk-baa
• Mengoceh dengan kombinasi suara yang panjang dan pendek
seperti “tata upup bibibi”
• Bergerak dan mulai mencari suara
• Menggunakan suara tidak menangis untuk mendapatkan
• Mendengarkan orang berbicara
perhatian
• Mulai mengenali beberapa kata dengan satu sylabel
• Mulai
merespon
permintaan
yang
• Menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi
sederhana
• Mengusai satu atau dua kata saat ulang tahun pertama
“kesini” atau “mau lagi?”
walaupun belum bersuara jelas
1-2 tahun :
1-2 tahun :
• Menunjuk anggota badan ketika diminta
• Mengikuti
perintah
sederhana
dan
• Mengucapkan lebih dari satu kata setiap bulan
mengeti
• Menggunakan satu atau dua kata untuk bertanya (“di mana
pertanyaan sederhana (“cium ibu” atau “dimana
bola?”, “bye-bye”)
bolanya ?”)
• Menggabungkan dua kata bersamaan (“buku cerita”)
• Mendengarkan cerita sederhana, lagu, dan sajak
• Menggunakan konsonan yang berbeda-beda untuk memulai
• Menunjuk pada gambar di buku cerita ketika
kata
disebut
Sumber: American Speech-Language Hearing15
14 Di Indonesia Kementerian Kesehatan mengeluarkan 2 kebijakan pada skrinning gangguan
pendengaran antara lain :
•
Universal Newborn Hearing Screening (UNHS)
•
Targeted Newborn Hearin Screening
Universal Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada semua
bayi yang baru lahir saat usia bayi 2 hari dengan pemeriksaan awal yang dilakukan adalah
pemeriksaan OAE tetapi bagi rumah sakit yang tidak memiliki saran yang memadai pemeriksaan
OAE tetap harus dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan di rumah sakit lain. Hasil pemeriksaan
baik lulus maupun tidak lulus harus menjalani evaluasi pendengaran dengan pemeriksaan BERA
dalam kurun waktu 1-3 bulan. Diagnosis dapat ditegakkan dalam usia 3 bulan dengan keadaan
bayi yang ternyata mengalami gangguan pendengaran, sebaiknya dilakukan pemeriksaa ASSR
atau dengan BERA dengan stimulus tone burst. Pemeriksaan ini akan membantu penentuan alat
bantu dengar bagi pasien.16
Targeted Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada bayi
yang mempunyai faktor risiko gangguan pendengaran. Metode ini dilakukan di NICU atau
ruangan Perinatologi.16
Gambar 4. Alur universal newborn hearing screening di RSCM ( RI ;2006)16
15 2.6 Metode Skrinning
Dimulai muncul pada akhir 1980 tanpa perkembangan yang signifikan, mulai berkembang
dengan 2 metode awal yaitu Otoacoustic emissions (OAE) dan Auditory Brainstem Response
(ABR).15
OAE merupakan tes yang berfungsi menilai kesehatan koklea, terutama fungsi sel
rambutnya. Uji ini sering digunakan untuk keperluan menilai pendengaran neonatus, balita,
maupun bayi. Selain itu, tes ini juga bisa digunakan pada orang dengan kelainan pendengaran.
Uji ini juga berguna untuk menilai sensitivitas pendengaran. Selain itu, OAE bisa membedakan
antara kelainan pendengaran sensoris dari neural serta bisa menentukan kelainan fungsional atau
kelainan sementara. Koklea yang sehat tidak hanya menerima suara dari luar, tetapi juga
mengeluarkan suara dengan intensitas rendah. Suara ini dinamakan otoacoustic emissions dan
suara ini yang ingin dideteksi pada pemeriksaan OAE. Koklea memproduksi suara ini karena
berekspansi dan berkontraksi ketika menerima suara.15
Prosedur dalam OAE dengan cara sebuah probe dimasukan kedalam liang telinga. Probe ini
fleksibel dan lunak sehingga pasien tidak terasa sakit. Ukuran probe ini bervariasi antara
neonatus dan dewasa. Perlu diingat bahwa semakin kecil liang telinga, semakin besar efektivitas
tekanan suara. Sebuah OAE diukur tetapi harus tetapi mengingat suara ambien (suara sekitar).
Pada pemeriksaan pasien diharapkan tidak bergerak sehingga tidak memproduksi suara-suara
tambahan yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan. Hal tersebut berlaku untuk semua OAE
terutama SOAE. Untuk tiga lainnya, diperlukan adanya stimulus tertentu.15
ABR merupakan kemampuan pendengaran yang dapat membangkitkan rangsangan listrik
yang sedang berlangsung di otak dan disimpan melalui elektroda yang di tempelkan pada kulit
kepala. Hasil yang didapat merupakan serangkaian gelombang positif yang terjadi setiap 10
milidetik pertama setelah onset rangsangan pendengaran. Metode ABR merupakan respon yang
diangap eksogen karena banyak dipengarui oleh faktor-faktor eksternal. Pemeriksan ABR
memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90% dengan intensitas stimulus akustik anatara
30-40 dB NHL pada rentang 1000-4000 Hz.15,17
16 ABR terdiri dari beberapa gelombang antara lain :15,17
•
Gelombang I terbentuk dari bagian perifer nervus VIII
•
Gelombang II terbentuk dari bagian proksimal nervus VIII
•
Gelombang III terbentuk dari nucleus koklearis
•
Gelombang IV terbentuk dari superior olivary complex
•
Gelombang V terbentuk dari lateral lemniscus
ABR merupakan awal di mulainya rangsangan dari dasar koklea dan bergerak menuju puncak
selama periode 4 m/s. Saat di puncak merupakan aktivitas dari daerah yang paling basal pada
koklea karena saat pergerakan menuju puncak banyak fase yang mengalami kegagalan.17
2.7 Kuesioner The LittlEars
Merupakan Kuesioner yang diberikan kepada orangtua yang dibuat untuk melihat
perkembangan pendengaran pada anak di setiap tahapan verbal anak. Pertama kali kuesioner ini
berkembang di Austria oleh Coninx et al dan digunakan dalam bahasa Jerman. Sekarang test ini
sudah diterjemahkan dalam beberapa bahasa antara lain Greek dan American English. 7
Kuesioner The LittlEars berisikan 35 pertanyaan yang terdiri dari jawaban ‘Ya’ atau ‘Tidak’
untuk menilai bayi umur 0-24 bulan, pertanyaan dimulai dari awal perkembangan hingga
perkembangan lanjutan yang progresif pada bayi. Kuesioner ini diperuntukkan untuk orang tua
dan sangat bermanfaat disaat anak tidak mampu berkomunikasi dengan baik saat di lingkungan
selain itu perilaku verbal di setiap anak tidak bisa hanya diamati dengan saat datang ke klinik
tapi juga dengan mengamati kegiatan sehari-hari.7,8
17 2.8 Tata Laksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
Perawatan bayi segera setelah baru lahir bayi mulai dilakukan penilaian seperti bayi
diletakkan di atas kain bersih dan kering pada perut bawah ibu, penilaian dilakukan mulai dari: 32
Gambar 2.8 Resusitasi Bayi Baru Lahir ( IDAI ;2011)
Setelah penilaian memenuhi kriteria, langsung dilakukan perawatan rutin yaitu beri
kehangatan, bersihkan jalan nafas, keringkan, dan nilai warna kulit. Selanjutnya dilakukan
perawatan tali pusat, pada umumnya tali pusat diklem dengan forsep bedah tepat setelah bayi
dilahirkan dengan ukuran 3-4 cm dari permukaan perut bayi. Lebih baik perawatan kering yang
dilakukan untuk tali pusat dan tidak ditutup dengan perban, rata-rata dengan perawatan kering
dalam 9-10 hari. Perawatan berikutnya inisiasi menyusu dini, dalam 24 jam pertama menyatukan
ibu dan anak dalam satu ruangan dan menaruhnya dalam dekapan ibunya merupakan kesempatan
yang sangat baik untuk meningkatkan ikatan dan sangat efektif untuk inisiasi menyusi dini.18
Pemberian profilaksis konjungtivitis neonatarum bayi baru lahir steril pada konjungtiva
dilakukan setelah IMD. Hal ini dilakukan karena konjungtivitis neonatarum sering terjadi pada
bayi baru lahir pada bulan pertama kehidupan. Manifestasi klinis berupa eritema dan edema pada
kelopak mata dan palpebral, sekret purulen juga termasuk gambaran manifestasi klinis pada
pewarnaan gram menunjukan satu atau lebih sel polimorfonuklear.18
18 Perawatan selanjutnya adalah pemberian profilaksis vitamin K1, pemberian ini berdasarkan
seringnya terjadi perdarahan otak dengan angka kematian yang cukup tinggi 10-50%, sering
terjadi pada bayi umur 2 minggu samapi dengan 6 bulan. Faktor-faktor mempengaruhi timbulnya
PDVK pada ibu yang selama hamil mengkonsumsi obat-obatan yang menghambat metabolisme
vitamin K. HTA merekomendasikan bayi mendapatkan 1mg dosis tunggal intramuskular.18
2.9 Kerangka Teori
Pekerjaan,tingkat pendidikan, lama interaksi usia dan pola asuh Orangtua Anak Tumbuh-­‐Kembang Pendengaran anak 0-­‐6 bulan Skor LittlEars Evaluasi tumbuh kembang pendengaran 19 2.10 Kerangka Konsep
Pekerjaan,tingkat pendidikan, lama interaksi usia dan pola asuh Anak Orangtua Tumbuh-­‐Kembang Pendengaran anak 0-­‐6 bulan Skor LittlEars Pemeriksaan OAE/ABR Pertumbuhan dan perkembangan pendengaran pada anak umur 0-6 bulan dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain usia anak, pola asuh, pekerjaan orangtua, tingkat pendidikan
orangtua/pendidikan pengasuh, dan lama interaksi anak dan orangtua. Hal ini sangat berpengaruh
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bahasa, bicara, dan kognitif anak. Terkadang
faktor risiko tersebut diabaikan oleh orangtua, sehingga zaman sekarang banyak orangtua yang
terlambat mengetahui anak sudah mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh kembang
pendengaran.19,20
Kuesioner LittlEars memberikan solusi untuk mengevalusi pertumbuhan dan perkembangan
pendengaran anak dengan usia 0-6 bulan dengan memberikan kuesioner kepada orangtua,
sehingga meningkatkan kesadaran orangtua tentang proses pertumbuhan dan perkembangan
pendengaran anak.7,8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode analisis observatif untuk melihat kefektifan dari
kuesioner LittlEars dan desain penelitian ini memilih metode cross sectional/potong lintang.
3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai Maret- Juli 2013
3.3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS Budi Kemulyaan Jakarta Pusat
3.4. Populasi
3.4.1. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah anak dengan usia 0-6 bulan yang tidak
memiliki gangguan pendengaran di RS Budi Kemulyaan Jakarta Pusat
3.4.2. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah anak dengan usia 0-6 bulan di Indonesia
3.5. Sampel Penelitian dan Cara Pemilihan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia 0-6 bulan dengan metode
pemilihan sampel yaitu convenience/captive sample
20 21 3.6. Besar Sampel
3.6.1. Perhitungan Besar Sampel
n=7
Keterangan :
Zα : derivat baku alfa
Zβ : derivat baku beta
r : korelasi
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang diadaptasi dalam Bahasa German
didapatkan nilai r sebesar 0.91
Untuk kepentingan validasi kuesioner dibutuhkan 30 sampel
3.6.2. Sampel yang diambil
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka besar sampel minimal yang diambil
adalah 30 orang.
3.7. Variabel Penelitian
3.7.1. Variabel terikat
Total skor dari hasil kuesioner LittlEars
3.7.2. Variabel bebas
Usia bayi dan tingkat kepengetahuan
22 3.8. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.8.1. Faktor Inklusi
• Anak usia 0-6 bulan
3.8.2. Faktor Eksklusi
3.9.
•
Anak yang sudah mempunyai gangguan dengar sejak lahir
•
Orangtua yang menolak untuk diperiksa
•
Infeksi saat kehamilan
•
Lahir kurang bulan (<36 minggu)
•
Anak sering pilek
•
Anak dengan riwayat kuning
•
Orangtua yang menolak mengisi kuesioner untuk kedua kalinya
Analisis Statistik
3.9.1. Uji Validasi
Pada penelitian kali ini uji validasi yang digunakan adalah dengan melihat cronbach’s
alpha pada SPSS. 3.10. Cara Kerja
3.10.1. Alur Penelitian
Penerjemahan kuesioner oleh penterjemah tersumpah dan dilakukan penafsiran
kembali kedalam bahasa asli untuk cek silang ketepatan terjemahan
Perizinan penelitian
Pengumpulan data
Orang tua anak 0-6 bulan tidak
bersedia mengisi kuesioner
Orang tua anak 0-6 bulan bersedia
mengisi kuesioner
Wawancara ke II
Input data
Analisis statistik
23 3.10.2 Alat dan Bahan
Kuesioner LittlEars
3.11 Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Usia Anak
Jangka waktu anak dari lahir Peneliti
sampai
Pengukur
dengan
Alat Ukur
Skala Pengukuran
-
Numerik
dalam
satuan bulan
pengisian
kuesioner
Skor
Anak tanpa gangguan dengar Peneliti
Kuesioner
Numerik
Kuesioner
dan memenuhi kriteria inklusi
LittlEars
skor 0-35
LittlEars
dan kriteria ekslusi. Jika ibu
-
Nominal
dengan
mengisi ‘tidak’ 6 kali berturutturut, maka kuesioner tidak sah.
Skor berdasarkan jawaban ‘ya’.
Jenis
Perempuan atau Laki-laki
Peneliti
Kelamin
1. Perempuan
2. Laki-laki
Pendidikan Pendidikan
terakhir
yang Peneliti
-
ditempuh responden
Nominal
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. D3/S1
Lama
Durasi
orangtua/pengasuh Orangtua/
Interaksi
berinteraksi dengan anak
pengasuh
-
Numerik
satuan jam
dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bayi umur 0-6 bulan dengan tujuan untuk menvalidasi
kuesioner LittlEars dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini mengambil 30 responden yang
dilakukan di rs.Budi Kemulyaan Jakarta Pusat pada bulan Maret-Mei 2013 dengan rerata usia
orang tua 20-30 tahun. Berdasarkan 30 responden terdapat 3 kuesioner yang dieliminasi dengan
nilai skor >2.5 SD, tetapi peneliti mengambil lagi sampel sebanyak 3 responden untuk memenuhi
kuota 30 responden dengan hasil skor yang memenuni kriteria.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Variabel
Jumlah
Persentase
Laki-Laki
17
67%
Perempuan
13
33%
SMP
2
10%
SMA
14
47%
D3/S1
13
43%
Jenis Kelamin
Lulusan
Lama berinteraksi
2 jam
2
7%
3 jam
2
7%
4 jam
5
17%
24 25 5 jam
4
13%
6 jam
4
13%
10 jam
1
3%
12 jam
2
7%
16 jam
1
3%
18 jam
1
3%
24 jam
8
27%
Berdasarkan data karakteristik, responden terbanyak adalah laki-laki dengan persentase 67%,
tingkat pendidikan orangtua dengan persentase 47% lulusan SMA, dan lama interaksi orang tua
dengan bayi selama 24 jam sebesar 27%.
4.2 Penyebaran Skor Kuesioner
usia Tabel Histogram Total skor Tabel 4.2 Tabel Histogram
26 Berdasarkan tabel histogram dan statistik mendapatkan rerata skor 13.47 ± 0.67421. Rasio
skewness 0.634 dan Rasio Kurtosis -0.816 berada di antara rasio -2 sampai dengan 2 berarti data
dalam distribusi dalam range normal dengan total skor minimal 8.00 dan skor maksimal 21.00
4.3 Validitas dan Realibilitas
Uji validasi kuesioner LittlEars dilakukan untuk menilai kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan pendengaran anak, dengan ini peneliti menilai validitas dilakukan dengan uji
korelasi Pearson dan nilai corrected item total correction dengan menilai skor total terhadap
skor tiap item. Peneliti ingin menilai tingkat kepercayan alat ukur yang akan digunakan. Uji
reabilitas digunakan untuk mengetahui nilai realibilitas dengan menggunakan uji cronbach’s
alpha dengan mengukur nilai skor total pertama pengujian dengan skor total selang dua minggu
sampai dengan satu bulan. Apabila nilai cronbach’s alpha >0.5 maka dapat dikatakan reliable.25
Tabel 4.3 Statistik Cronbach’s alpha
Peneliti ingin mengukur tingkat kepercayaan/ reliabilitas alat ukur yang digunakan. Cara
untuk mengukur reliabilitas yang umum digunakan adalah dengan mencari nilai cronbach’s
alpha. Jika nilai cronbach’s alpha >0,5 maka suatu construct dapat kita katakan reliable.25
Tabel 4.3.1 Cronbach’s Alpha
Cronchbach’s Alpha
Cronbach's
Alpha N of items
Based on Standardized
Items
0.707
0.786
35
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil, cronbach’s alpha sebesar 0.707, maka
penelitian ini bersifat dapat dipercaya.
27 Tabel 4.3.2 Score Cronbach’s Alpha
Nomor Pertanyaan
Cronbach’s Alpha
Pertanyaan 15
0.691
Pertanyaan 18
0.632
Pertanyaan 13
0.632
Pertanyaan 21
0.588
Pertanyaan 20
0.571
Pertanyaan 4
0.526
Pertanyaan 16
0.513
Pertanyaan 17
0.462
Pertanyaan 12
0.462
Pertanyaan 10
0.441
Pertanyaan 19
0.395
Pertanyaan 7
0.384
Uji validitas dilakukan untuk mengukur ketelitian fungsi ukur yang didapat dengan
menggunakan dua metode antara lain korelasi Pearson atau melihat nilai Corrected Item Total
Correlation pada pengujian reliabilitas. Nilai validasi tiap pertanyaan bila r hitung lebih besar
dari r tabel yaitu 0.3610 maka pertanyaan tersebut dianggap valid, antara lain pertanyaan nomor
4,7, 10, 12, 13,15,16, 17, 18, 19, 20,21.
28 4.4 Uji Korelasi dan Regresi
4.4.1 Anova
Berdasarkan tabel Anova, nilai Significancy test homogenity of variences sebesar 0.000
(p<0.05), dapat ditarik kesimpulan terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang
dinilai.
Tabel 4.4 Anova
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
310.321
1
310.321
16.549
.000a
Residual
525.046
28
18.752
Total
835.367
29
4.4.2 Korelasi
Hasil perhitungan korelasi didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.763 yang berarti korelasi
bersifat linier. Oleh karena korelasi bersifat linier maka dapat dilanjutkan dengan uji regresi.
Tabel 4.5 Model Summary
Model
1.
R
0.763
R Square
0.582
Adjusted R Std. Error of
square
the estimate
0.567
2.43048
Berarti terdapat korelasi positif antara usia dengan total skor. Nilai R square sebesar 0.582
untuk mengukur kontribusi variable independent (usia) pada variable dependent (total skor). Jadi
sebesar 58% kontribusi usia dalam menjelaskan total skor.
29 Pada uji regresi karena terdapat dua variabel yang saling berkaitan dan menjelaskan satu
sama lain maka dapat dinyatakan sebagai sebuat fungsi Y=f(x) dan didapatkan persamaan regresi
sebagai berikut dengan y sebagai total skor dan x sebagai usia :
Y = 7.342 + 1.914*x
Grafik Regresi Linear 25 Total Skor 20 15 10 5 0 0 1 2 3 4 5 Usia Grafik 4.4 Kurva Regresi Linear
Berdasarkan grafik regresi linier didapatkan kekuatan nilai r moderate
6 7 BAB V
DISKUSI
5.1 Karakteristik Penelitian
Kuesioner Littlears menilai pertumbuhan dan perkembangan pendengaran dari bayi umur 0-6
bulan yang merupakan salah satu dari aspek yang berperan besar pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan pendengaran bayi dapat dipengaruhi
beberapa hal antara lain peran orangtua/pengasuh yang mengurus anak sehari hari, lama interaksi
orangtua atau pengasuh, tingkat pendidikan orangtua atau pengasuh, dan jenis kelamin anak.19
Lama orangtua dan pengasuh berinteraksi dengan anak sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pendengaran pada anak, selain itu interaksi yang positif yang dibentuk
orangtua dengan anak akan mencapai perkembangan yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian
responden paling banyak berinteraksi dengan anak selama 24 jam, dengan rentang mulai dari 2
jam sampai dengan 24 jam sehari (tabel 4.1 karakteristik responden). Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar ibu merupakan ibu rumah tangga yang kesehariannya menemani anak di rumah.
Pola interaksi ini membentuk hubungan yang positif antara orangtua dan anak. Perhatian dan
kasih sayang yang diberikan orangtua merupakan stimulasi yang sangat bagus untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir, dan interaksi yang dilakukan orangtua sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembanga pendengaran anak yang secara
langsung mempengaruh emosi anak dan tingkat kapasitas anak dalam mengerti bahasa.19
Interaksi orangtua/pengasuh sangat berpengaruh pada anak dengan variasi suara tinggi
rendahnya nada digunakan saat orangtua/pengasuh berinteraksi untuk menarik perhatian anak
dan mempengaruhi informasi bahasa dan emosi. Sejak masih bayi, anak sudah memiliki
kemampuan mengerti ekspresi muka dan intonasi suara walaupun anak belum mengerti bahasa
apapun. Terbukti pada saat umur 2 bulan anak mulai sensitif dengan intonasi suara yang
dibentuk di sekitarnya dan saat anak beranjak 6 bulan mulai berceloteh dengan keberagaman
nada untuk menguraikanya menjadi sebuah klausa. Jadi saat mengajarkan anak berinteraksi
pertajam mimik muka dan intonasi suara sehingga anak lebih mudah untuk mengerti.20
30 31 Tingkat pendidikan orangtua dan pengasuh tersebut terdapat responden (47%) lulusan SMA
dan (33%) lulusan S1. Kuesioner LittlEars dapat diterima dan dimengerti di kalangan pendidikan
SMA sampai dengan S1. Responden lebih banyak orangtua yang berpendidikan tinggi
dibandingkan dengan pendidikan rendah. Berdasarkan data tersebut terlihat orangtua sadar dan
peka dalam mengawasi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak, sehingga orangtua
bisa dengan segera melakukan skrining apabila terjadi keterlambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jumlah orangtua dan skor dalam kuesioner sampai dengan kriteria yang
diharapkan, berarti kesadaran orangtua terhadap deteksi dini pada bayi berhasil dalam program
skrining pendengaran.20
Perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan berhubungan perkembangan sistim
saraf pusat, kadar testosteron yang tinggi berhubungan dengan meningkatnya lateralisasi
cerebral, dan mengecilnya corpus callosum serta menurunkan hubungan interhemispheric.
Kehilangan hormon androgen saat critical period dari perkembangan sistem saraf pusat
membuat pembentukan dari sirkuit saraf yang berbeda pada otak perempuan, sehingga pada laki
laki kemampuan visuospatial lebih baik daripada perempuan tetapi pada perempuan kemampuan
verbal dan lingustik lebih baik. 21,22
Skrining pendengaran menjadi isu yang berkembang secara perlahan di dunia, dengan fakta
yang terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia menjadi salah satu penelitian bahwa 2-4
dari 1000 (28.000) bayi di negara berkembang kehilangan pendengaran permanen dibandingkan
dengan negara maju 6 dari 1000 (737.000) kelahiran bayi kehilangan pendengaran permanen,
keterlambatan pendengaran dan gangguan pada sensorik sejak dini memerlukan perhatian
lebih .(16) Tetapi hampir seluruh negara berkembang pemeriksaan skrining tidak terlaksana
secara universal sehingga banyak ditemukan gangguan keterlambatan pendengaran pada anakanak.14
Keterlambatan dalam skrining pendengaran pada tahun pertama dapat meningkatkan risiko
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan pendengaran sehingga tidak dapat berkembang
optimal. Bayi dapat mengalami keterlambatan bicara, tidak dapat mengusai bahasa yang lebih
kompleks dengan baik, dan perkembangan motorik dan kognitif juga dapat terganggu sehingga
ketika sudah menjejaki umur anak-anak tidak dapat bergaul dengan baik di lingkungan yang
dapat mempengaruhi tumbuh kembang sosial dan mental anak.21-23
32 Berdasarkan hal-hal yang mempegaruhi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran dan
fakta yang terjadi pada bayi umur 0-6 bulan, ada beberapa metode atau instrument untuk
mengetahui jejak pertumbuhan perkembangan pendengaran dengan melihat lingkungan bayi,
orangtua, dan fakta-fakta yang terdapat di lingkungan, antara lain pemeriksaan physiological
merupakan yang paling akurat tetapi terkadang finansial keluarga menjadi masalah.14,24
Skrining yang kedua yaitu behavioural, mempunyai risiko tingkat nilai kesalahan yang tinggi
saat pemeriksaan. Skrining ini membutuhkan keahlian pemeriksa dan keadaan bayi harus tenang
saat dilakukan pemeriksaan. Sehingga Family questionnaire atau LittlEars dianggap yang paling
memungkinkan untuk dilakukan skrining dini pada bayi, dengan kemudahan mengisi kuesioner
dan penjelasan tentang setiap konten pertanyaan pada kuesioner dapat membantu orangtua
maupun pengasuh yang sehari-hari menemani dapat mengetahui secara pasti pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan apabila terjadi keterlambatan dapat dilakukan pemeriksaan lanjut lebih
dini.14,24
5.2 Penyebaran Skor Pendengaran
Berdasarkan hasil output yang ditampilkan pada tabel histogram, distribusi total skor dalam
batas normal. Dengan SD 3.6, nilai maksimal skor adalah 21.00, dan nilai minimum skor adalah
8.00. Berdasarkan sebaran total skor terlihat pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas
normal. Berdasarkan rasio skewness dan rasio kurtosis dengan nilai 0.634 dan -0.816 berarti
kedua rasio berada di angka -2 sampai dengan 2. Nilai ini menjelaskan bahwa distribusi total
skor terhadap usia dalam range normal.
5.3 Validitas dan Realibilitas
Untuk mengetahui kuesioner LittlEars dapat digunakan di Indonesia, kita harus memeriksa
tingkat validitas dan realibilitas dari kuesioner tersebut. Kuesioner yang digunakan harus sesuai
dan mudah dimengerti sehingga kita dapat mengetahui secara pasti ketepatan alat ukur
kuesioner. Ada beberapa metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Pearson
untuk menguji validitas kuesioner, dan metode corrected item total correlation untuk menguji
realibilitas kuesioner.
33 Pertanyaan dengan validitas paling besar yaitu dengan nilai cronbach’s alpha. Urutan
tingkat validitas dijabarkan pada tabel 6 uji validitas tiap pertanyaan pada kuesioner. Uji
reabilitas yang dilakukan untuk melihat konsistensi jawaban responden. Pada hasil penelitian
didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.707 lebih besar dari 0.5 dapat disimpukan bahwa
penelitian bersifat realibel untuk digunakan di Indonesia.25
Metode Pearson nilai dapat diintrepertasikan dengan kekuatan nilai r yang didapat dengan
kekuatan korelasi nilai r mulai range 0.0-1.00. Dengan hasil penelitian didapatkan 13 pertanyaan
yang berdasarkan hasil output antara lain nomor ( 1,22,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34 ) tidak
dapat dihitung karena semua responden menjawab sama dengan jawaban ‘ya’ semua ataupun
jawaban ‘tidak’ semua. Metode corrected item total correlation dapat dinilai dengan
menbandingkan nilai r yang didapat dengan nilai r tabel adalah 0.3610. Berdasarkan hasil
penelitian uji reabilitas terdapat 14 pertanyaan yang valid antara lain pertanyaan nomor 4,7, 10,
12, 13,15,16, 17, 18, 19, 20,21.
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi umur 0-6 bulan seperti pada umur 1
sampai 2 bulan bayi sudah bisa terseyum apabila ada orang yang berusaha kontak dengan bayi
sesuai dengan pertanyaan pada kuesioner nomor 1 “Apakah anak anda merespon suara yang
sudah lazim?” maka semua ibu menjawab ‘ya’ sehingga pertanyaan nomor 1 menjadi tidak valid
sedangkan pertanyaan 22 samapai dengan 35, ibu maupun pengasuh menjawab tidak. Bayi umur
0-6 bulan belum mampu melakukan seperti menirukan suara, mengikuti perintah, membawakan
barang yang diminta, mengikuti suara mainan, ataupun mengulang rangkaian kata pendek mupun
panjang dengan tepat.26
Setelah pertanyaan nomor 1 muncul keragaman jawaban dari nomor 2 samapai dengan
pertanyaan nomor 21 selain tersenyum bayi umur 0-6 bulan sudah mampu mendengarkan
musik, berkata “aah” dan coo, mulai merespon namanya ketika dipanggil, mencari suara yang
berada di sekelilingnya,dan mulai sedih dan takut ketika ada suara keras atau suara kemarahan.
Perkembangan pendengaran sudah mulai sejak lahir dan menunjang perkembangan motorik
halus dan kasar, perkembangan penglihatanya seperti saat umur 3-4 bulan bayi sudah mulai bisa
menggapai mainan yang mengeluarkan suara karena membuatnya tertarik dan memasukannya ke
mulut, ketika ada orang yang berbicara dengan pernglihatannya bayi mulai memperhatikan dan
34 terus berkembang hingga aktif diajak berkomunikasi, tertawa keras, berteriak, dan mulai mencari
mainan dan memegangnya dengan sengaja sampai dengan umur 6 bulan .26
5.4 Korelasi dan Regresi
Berdasarkan analisis korelasi, untuk menilai kekuatan hubungan antar variabel didapatkan
koefisien korelasi r, hal ini menunjukan korelasi antara total skor dengan usia. Variable
dependent merupakan total skor dan variable independent yaitu merupakan usia dari anak,
dengan hasil output koefisien korelasi r sebesar 0.763 menunjukan realibilitas baik sehingga
menunjukan terdapat korelasi positif antara total skor dengan usia anak. Selain itu didapatkan
hasil R square menunjukan keragaman total skor sebesar 0.582 dari variable independent (total
skor) dapat dipengaruhi oleh variable dependent (usia). 25
Berdasarkan tabel scatterplot terdapat beberapa responden dengan hasil yang di atas ratarata dan di bawah rerata pada pertumbuhan dan perkembangan bayi umur 0-6 bulan tetapi itu
bukan berarti terdapat gangguan, apabila dibandingkan dengan penelitian di Spanyol hasil
dengan umur 0-6 bulan masih dalam batas total minimum. Berdasarkan angka di negara lain
seperti Spanyol bisa hasil posibilitas mencapai angka 95%. Berikut sebagai tabel perbandingan
total kuesioner Littlears di beberapa bahasa.7,2
Tabel 12. Perbandingan total skor kuesioner Littlears dalam beberapa bahasa
Usia anak
Spanyol
Indonesia
German
0 bulan
9
7,3
2
1 bulan
10,8
9,2
4.3
2 bulan
12,6
11,1
6.4
3 bulan
14,4
13,1
8.4
4 bulan
16,1
15
10.3
5 bulan
17,9
16,9
12.2
6 bulan
19,7
18,8
14.0
35 Dengan perbandingan hasil total skor dan usia terdapat tiga responden dengan nilai terkecil
terdapat di bawah garis rata-rata. Tidak berarti anak pasti mengalami keterlambatan pendengaran
karena dibandingkan dengan penelitian sebelumnya nilai tersebut berada pada total nilai
minimum, hal ini menunjukan bahwa responden tersebut dalam penelitian ini masih memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dan tidak anak responden yang mengalami keterlambatan
pertumbuhan perkembangan pendengaran.7,25
Jika dilihat dari perbandingan total skor pada responden umur 0-6 bulan di dua bahasa yang
berbeda. Nilai di Indonesia berbeda 0.9-1.7 dibawah nilai Bahasa Spanyol dan dibandingkan
dengan skor 4.8-8.7 diatas nilai Bahasa Jerman, bahwa Indonesia masih berada di antara range
kedua negara tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak aspek, antara lain perbedaan budaya
sosial ekonomi, pola orangtua dalam berintraksi dan mendidik anak di beberapa negara kawasan
Eropa. Keadaan keluarga dengan kondisi yang berkecukupan membuktikan bahwa anak dapat
berkembang lebih optimal dibandingkan dengan keadaan keluarga yang tidak berkecukupan.27
Hal itu menunjukan bahwa kuesioner LittEars dapat diterima dan dimengerti oleh ibu-ibu dan
pengasuh bayi tetapi dalam pengisiannya tidak terlepas dari hal-hal seperti pertama, tingkat
pendidikan orangtua para diresponden sebagian lulusan SMA yang pada dasarnya mempunyai
kemungkinan ketidakpahaman terhadap kuesioner yang diberikan sehingga bisa saja
mempengaruhi jawaban nilai total skor pertumbuhan dan perkembangan pendengaran pada
bayi.27
Kedua, aspek yang dinilai dari penelitian ini adalah lama interaksi orangtua terhadap bayi
karena kemungkinan ibu yang menjadi tulang punggung keluarga atau pengasuh yang terkadang
tidak punya waktu yang lama untuk berinteraksi dengan anak. Ini merupakan faktor yang
berpengaruh besar pada pengisian kuesioner karena apabila orangtua atau pengasuh tidak
memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak, kemungkinan orangtua atau
pengasuh tidak menyadari atau terkadang lengah terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada
anak. Dua hal ini bisa dijadikan bahan diskusi lanjut untuk memastikan apakah pengisian
kuesioner ini valid bahwa anak tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
pendengaran.
36 Saat anak lahir ke dunia setiap orang tua mengharapkan anak dapat tumbuh kembang dengan
baik. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan sesuai tetapi banyak faktor
yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa balita. Pada masa
ini perkembangan terdiri dari motorik kasar seperti pergerakan tubuh, motorik halus seperti bayi
belajar menggengam benda dan kreativitas bayi, bahasa, dan kepribadian. Empat ranah tersebut
pada manusia sangat berkembang pesat.13,28
Dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, orangtua merupakan guru yang pertama bagi
anak, dimulai saat mengajarkan anak tersenyum, berbicara, dan bermain karena sangat penting
peran orangtua dalam kegiatan anak sehari hari. Terdapat 5 tugas sebagai orangtua antara lain
penyediaan lingkungan belajar, predictability, ping-pong, persisten, dan jangan menjadi
professor. Orang tua juga dapat menstimulasi 4 hal pada anak yaitu responsiveness, reasoning,
rationality, dan reading.13,23
Pertumbuhan dan perkembangan anak harus dirangsang sejak bayi agar partumbuhan dan
perkembangan dapat optimal. Orang tua dapat mulai dengan menstimulasi anak dari sejak lahir,
ketika stimulasi dilakukan dengan tepat anak dapat tumbuh dan kembang dengan cepat di
bandingkan anak yang tidak diberi stimulasi. 23,28
Stimulasi bayi mulai dari umur 0-3 bulan banyak hal yang dapat dilakukan untuk merangsang
tumbuh kembangnya. Orangtua dapat menunjukan kasih sayang, rasa tenang, dan nyaman
dengan cara menemani, memberikan ASI yang akan membentuk ikatan batin antara anak dengan
ibu, dan merawatnya. Selain itu sering-sering menatap mata bayi dengan jarang 30 cm,
tersenyum kepadanya, dan memberikan mainan yang tergantung di atasnya, hal-hal tersebut data
merangsang perkembangan sosial dan kognitif anak. Untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan pendengaran bayi yang telah ada sejak bayi masih dalam kandungan ibunya
seperti mendengarkan musik, mengajak berbicara, menggunakan mainan yang dapat
mengeluarkan suara. Kita merangsang perkembangan pendengaran sebenarnya sangat erat
kaitannya dengan perkembangan bahasa. Pembicaraan sehari-hari yang bayi, membacakan
dongeng, maupun mendengarkannya musik.29-31
Selanjutnya pada umur 3-6 bulan bayi dapat dirangsang dengan bermain cik-luk-ba, bermain
dengan cermin, dan meraih mainan. Pendengaran dan Perkembangan bahasa bayi pada saat ini
37 mulai dengan mencari sumber suara, mengulang-ulang kata. Perkembangan motorik kasar dan
halus dapat distimulasi dengan melatih bayi untuk meraih benda yang jauh, memegang benda
dengan kedua tangan, melatih tengkurap, dan posisi duduk. Apabila dari ciri-ciri ini bayi tidak
terlihat kemampuannya sebaiknya bayi dapat melanjutkan skrining lanjutan seperti OAE atau
ABR.29-32
Skrining merupakan sebuat tes yang dilakukan pada semua bayi yang baru lahir bertujuan
untuk pemeriksaan lanjutan dan pencegahan secara langsung. Prinsip-prinsip skrining
pendengaran pada bayi antara lain masalah kesahatan yang penting telah dikenali gejala awalnya,
tersedia tes diagnostik yang cocok dan dapat diterima masyrakat, terdapat pengobatan dan
intervensi yang tersedia, dan menempatkan biaya diagnosis dan pengobatan berhubungan dengan
pengeluaran untuk perawatan medis secara keseluruhan. 14,24
Manfaat pada deteksi dini skrining pendengaran pada bayi sangat besar pada awal sebulan
kehidupan untuk pencegahan kehilangan pendengaran permanen. Intervensi audiologi dan
pendidikan untuk bayi dan keluarga dibantu oleh protocol, pelayanan kesehatan, sistem sosial,
dan pendidikan harus dilakukan sehingga meningkat kesadaran pada pertumbuhan dan
perkembangan pendengaran bayi.14
Berdasarkan penjelasan hasil yang didapat bahwa kuesioner LittlEars dapat digunakan
sebagai skrining awal pertumbuhan dan perkembangan pendengaran pada bayi umur 0-6 bulan di
Jakarta.
5.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain :
5.5.1 Desain Penelitian
Penelitian kuesioner LittlEars menggunakan metode cross sectional yang melihat
korelasi antara variabel terikat dan variabel bebas pada saat ini, sehingga hasil yang didapat
hanya dalam satu waktu tertentu. Sebaiknya penelitian ini dilakukan dengan study cohort atau
case control agar dapat melihat sebab akibat hasil yang lebih objektif.
38 5.5.2 Asal Populasi
Peneliti mengambil sampel hanya di satu rumah sakit di Jakarta, sehingga terdapat
kemungkinan bias saat mengambil sampel dan kesalahan informasi.
5.5.3 Tidak Dapat Meneliti Faktor Lain
Kuesioner merupakan salah satu metode skrining, selain itu banyak metode yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis pertumbuhan dan perkembangan pendengaran bayi. Tetapi tidak
dapat dilaksanakan karena hanya meneliti tentang pertumbuhan dan perkembangan pendengaran
bayi, sehingga tidak dapat meneliti faktor lain.
39 BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian kuesioner LittlEars ditarik simpulan bahwa kuesioner
LittlEars dengan Bahasa Indonesia dapat digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan
dan perkembangan pendengaran anak umur 0-6 bulan di Indonesia.
2.
Beberapa pertanyaan kuesioner yang relevan pada usia anak 0-6 bulan dengan uji
realibilitas ada 14 pertanyaan, antara lain nomor 4, 7, 10, 12, 13,15,16, 17, 18, 19, 20,21.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian korelasi LittlEars dengan pemeriksaan OAE dan BERA
automatik.
2. Perlu dilakukan penelitian kuesioner LittlEars dengan kondisi pendidikan, kebudayaan,
dan bahasa yang berbeda di Indonesia.
3. Perlu dilakukan batasan lama interaksi antara orangtua dengan anak sebagai pengamat
tumbuh kembang pendengaran anak 0-6 bulan.
40 41 DAFTAR PUSTAKA
1. Mathers C, Smith A, Concha M. Global burden of hearing loss in the year 2000.
Available from: http://www.who.int/healthinfo/statistics/bod_hearingloss.pdf
2. De Michelle, Ruth RA. Newborn hearing screening.available from:
http://emedicine.com/snt/topic.576.htm
3. Bashiruddin JE. Newborn Hearing Screening in Six Hospitals in Jakarta and
Surroundings. Departemen Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009;59;3-4
4. State of Hearing and Ear Care in South Asia Region, WHO Regional Office SEARO
2004.
5. Sokol J, Hyde M. Hearing screening. Neonatology.pediatries in review.2002;23;155-162
6. Michael P. Gorga A, Leisha EM. Boys Town National Research Hospital
from:http://www.babyhearing.org/Audiologists/factSheets/UNHSFactSheet. pdf
7. Spitzer JB, Zavala JS. Development of Spanish Version of the LittlEars Parental
Questionnaire for Use in The United States and Latin America. Audiology Research.
2011: 23-29. Diunduh dari http://audiologyresearch.org pada tanggal 13 Januari 2013
8. Obrycka A, Garcia J-L. P., Pankowska, A, Lorens A, Skarzynski, H. Production and
Evaluation of a Polish Version of The LittlEars Questionnaire for the Assesment of
Auditory Development in Infants. International Journal of Pediatric Otolaryngology 73.
2009:1035-42.
9. Sadler T. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta : EGC.2009
10. Kent M. Van De Graaf. Human Anatomy.edisi 6.jakarta : EGC. 2010 ; h 517-23.
11. Marieb EN, Wilhelm PB. Mallat J. Human Anatomy 6th edition. Benjamin Cummings :
San Francisco, CA;2012 : 502-6
12. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2011
13. Soedjatmiko. Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang Perkembangan Bayi dan
Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi. Sari Pediatri.2006;8;164-73. Available from :
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-3-1.pdf
41 42 14. World Health Organization. Newborn and Infant Hearing Screening. Outcome of a WHO
Informal Consultation Heald at WHO Headquarters, Geneva, Switzerland, 09-10
November 2009
15. Karl R, White RN, Irene F, John MA, Karen M. The Foundations & Evolution of EHDI.
Availaible from: http://www.infanthearing.org/ehdi-ebook/2012_ebook/Chapter1.pdf
16. HTA Indonesia 2010.Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah
Sakit.avalaible from : http://buk.depkes.go.id
17. Douglas L, Beck AuD, David P. Speidel MS, Michelle P. Auditory Steady-State
Response (ASSR): A Beginner's Guide. Availaible from:
http://www.oticonusa.com/eprise/main/SiteGen/Uploads/Public/Downloads_Oticon/The_
Hearing_Review/Hearing_Review_12_07.pdf.
18. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI. 2010
19. Deroche, Mickael LD, Zion, Daniele J, Schurman, JR. et al. Sensitivity of School-Aged
Children to Pitch-Related Cues. Journal Acoustical Society of America 131 (4). 2012:
2938-47.
20. Quam C, Swingley D. Development in Children’s Interpretation of Pitch Cues to
Emotions. Child Development, January/February 2012, Vol 83 :236–250
21. Hindmarsh GJ, O'Callaghan MJ, Mohay HA, Rogers YM. Early Human Development.
2000 Dec;60(2):115-22.Available from
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC2951302
22. Cho June, Davis, Diane H, Miles, Margareth S. Effect of Gender on the Health and
Development of Medically At-Risk Infant. J-obstet Gynecol Neonatal Nurs. September
2010: 39(5) : 536-49
23. Granholm, Jennifer M, Olszewski, Janet. Social Development in Young Children. A
Guide produced by the Michigan department Community Health.2012. 4-14 Available
from :http://www.michigan.gov/documents/Social_Emotional_Development_in_Young_
Children_Guide_88553_7.pdf
24. Joint Committee on Infant Hearing: Official Journal of The American Academy of
pediatrics. Year 2007 Position Statement: Principles and Guidelines for Early Hearing
43 Detection and Intervention Programs. Pediatrics 2007; 120-898. diunduh dari
http://pediatrics.aappublications.org/content/120/4/898.full.html pada tanggal 13 Januari
2013
25. Sunyoto D. Analisis Validitas dan Asumsi Klasik. Jakarta: Gava Medika. 2012
26. Behrman W, Kliegman R, Arvin A. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 3.
Jakarta: EGC. 2000
27. Andriani, Rini, Sekartini, Rini, Suwento, Ronny, et al. Peran Instrumen Modifikasi Tes
Daya Dengar sebagai Alat Skrining Gangguan Pendengaran pada Bayi Risiko Tinggi
Usia 0-6 Bulan. Sari Pediatri Vol 12, No. 3, Oktober 2010: 174-83
28. Kania N. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak untuk Mencapai Tumbuh Kembang
Optimal. Avalaible from : http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/stimulasi_tumbuh_kembang_anak_optimal.pdf
29. James L, Sue R, Rush TS, Robert V, Clegg R, Judy SR, Peters A. Tim Investigating the
role of language childres early educational outcomes. Departement for Education
University of the West of England, Briston. June 2011. 29-31. Available from :
https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/181549/D
FE-RR134.pdf
30. Brandone, Amanda C, Sallkind, Sara J. Golinkof, Roberta Michnick. Langueage
Development. University of Delaware. Chapther 38. 500-509. Available from :
http://udel.edu/~roberta/pdfs/Bear%20chaptBrandone.pdf
31. Pam W. Early Childhood Services, Department of Education and Children’s Services,
South Australia, March 2010. 24-30. Available from:
http://www.mceecdya.edu.au/verve/_resources/ECD_StoryNeuroscience_and_early_childhood_dev.pdf
32. Lynne A Werner. Infant auditory capabilities. Department of Speech and Hearing
Sciences, University of Washington, Seattle, Washington, USA. Current Opinion in
Otolaryngology & Head and Neck Surgery 2002;10:398–402. Available from :
http://faculty.washington.edu/lawerner/IHL/page11/files/werner02.
44 Lampiran 1:
Lembar Informed Consent dan Kuesioner Karakteristik Responden
Lembar Penjelasan dan Pernyataan (Informed Consent) Responden
Adaptasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia
Untuk Perkembangan Pendengaran Anak Usia 0-24 Bulan
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Daftar pertanyaan (kuesioner) ini bertujuan untuk mengadaptasikan kuesioner
perkembangan pendengaran pada anak usia 0-24 bulan di Indonesia dan mengetahui rentang skor
normal pada berbagai usia anak. Hasil dari kuesioner ini hanya semata-mata untuk data
penyusunan skripsi kami mengenai adaptasi kuesioner perkembangan pendengaran pada anak
usia 0-24 bulan di Indonesia.
Maka dengan segala kerendahan hati kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
mengisi daftar pertanyaan (kuesioner) dengan lengkap dan betul-betul menggambarkan kondisi
yang ada. Kerahasiaan hasil kuesioner ini sangat terjaga dan hanya digunakan untuk
menyelesaikan studi kami pada Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk menjadi responden untuk kuesioner ini silahkan
bertanda tangan di bawah ini. Terima Kasih atas waktu yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i luangkan
untuk mengisi kuesioner ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pewawancara,
Responden,
45 Nama Anak
:
TTL
:
Usia
:
Keterangan Responden Penelitian
Tanggal : Nama Orangtua/wali :
Nomer yg bisa di hub. Rumah :
HP
:
Pekerjaan Orangtua
:
Pendidikan Terakhir orangtua :
Lama Orangtua menemani anak (jam/hari) :
Anak ke- :
Berapa lama berinteraksi dengan anak selama sehari :
Riwayat selama kehamilan
:
-
Rutin cek ke dokter
Konsumsi obat/jamu
Sakit selama kehamilan
Riwayat infeksi selama kehamilan
(ya/tidak)
(ya/tidak)
(ya/tidak)
(ya/tidak)
Riwayat Kelahiran
:
-
Lahir cukup bulan
Berat lahir >2kg
Normal/tidak
Perlu alat bantu napas
Riwayat kuning
(ya/tidak)
(ya/tidak)
-
Imunisasi rutin
Anak sering pilek
(ya/tidak)
(ya/tidak)
Riwayat Anak
:
(ya/tidak)
(ya/tidak)
46 Lampiran 2 : Auditory Questionnaire LittlEars 1.
Auditory Response
Answer
Example
Does your child respond to familiar voice ?
( ) Yes
Smiles;looks towards sources; talk
animatedly
( ) No
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Does your child listen to somebody
speaking ?
( ) Yes
When somebody is speaking does your
child turn his/her head toward the speaker ?
( ) Yes
Is your child interested in toys producing
sound or music ?
( ) Yes
Does your child look for a speaker he/she
cannot see ?
( ) Yes
Does your child listen when the radio /CD
player/tapr player is turned on ?
( ) Yes
Does your child respond to distant sound ?
( ) Yes
( ) No
( ) No
9.
10.
11.
Rattle, squeezing toy
( ) No
( ) No
( ) No
( ) No
8.
Listens; waits and listens at the
speaker for longer time
Listening turns towards the sound,
is attentive, laughs or sing/talks
“along”
When being called from another
room
Does your child stop cring when you speak
to him/her without him/her seeing you ?
( ) Yes
( ) No
You try to comfort the child with a
soft voice or song. Without eye
contact.
Does your child respond with alarm when
hearing an angry voice ?
( ) Yes
Becomes sad or strong
Does your child “recognize” acoustic
rituals ?
( ) Yes
Does your child look for sound sources
located at the left, righ , or back ?
( ) Yes
( ) No
( ) No
( ) No
Musical box by bed lullaby;water
running into the tub
You call or say something, the dog
barks, etc. and the child looks and
finds the sources
47 12.
Does your child react to his/her name?
( ) Yes
( ) No
13.
14.
15.
16.
Does your child look for sound resources
located above or below?
( ) Yes
When your child is sad or moody, can
he/she be calmed down or influenced by
music?
( ) Yes
Does your child listen on the telephone ans
does he/she seem to recognize that
somebody is talking?
( ) Yes
Does your child respond to music with
rhythmical movements ?
( ) Yes
( ) No
A clock on the wall or something
falling on the floor
( ) No
( ) No
( ) No
When grandma or daddy calls, the
child takes the receiver and
“listens”
The child move arms/legs to the
music
17.
Does your child know that a certain sound is ( ) Yes
related to a certain object or event?
( ) No
The child hears the sound of an
aeroplane and looks towards the
sky or hears a car and looks
towards the street
18.
Does your child appropriately respond to
short and simple remarks ?
( ) Yes
“Stop””Look!””Donts”
Does your child respond to “No” by
typically interrupting his/her current
activity ?
( ) Yes
Does your child know family members
name ?
( ) Yes
Does your child imitate sounds when
asked ?
( ) Yes
Does your child follow simple commands ?
( ) Yes
19.
20.
21.
22.
( ) No
( ) No
( ) No
24.
Where is…daddy, mummy,
Mark,..
“aaa”,”ooo”,”a”
( ) No
( ) No
23.
A strongly pronounced “no,no!”although the child does not see
you(/)-is effective
Does your child understand simple
questions ?
( ) Yes
Does your child bring items when asked ?
( ) Yes
( ) No
( ) No
“Come here”,”Tke off your
shoes!”
“Where is your tummy?”, “Where
is daddy ?”
“Bring me the ball”.etc
48 25.
Does your child produce the right sounds go
with certain animals?
( ) Yes
“Say woof woof”; “say c-a-r”
( ) No
26.
Does your child produce the right sound to a ( ) Yes
toy?
( ) No
“Vumm” with car,”moo” with cow
27.
Does your child know that certain sounds
go with certain animal ?
Woof woof = dog, meow + cat,
cook- doodle-do = cockerel/rooster
( ) Yes
( ) No
28.
Does your child try to imitate environmental ( ) Yes
sounds?
( ) No
Animal sounds, sounds of
household sppliances, police car
siren
29.
Does your child correctly repeat a sequence
of short and long syllables you have said?
( ) Yes
“la-la-laa”
Does your child selet the right objet from a
number of objects when asked?
( ) Yes
( ) No
You are playing with a toy animals
and ask for “the horse”; you are
playing with coloured balls and
ask for the “red ball”
Does your child try to sing along when
hearing a song?
( ) Yes
Nursery rhymes
Does child repeat certain words when
asked?
( ) Yes
Does your child like being read to?
( ) Yes
30.
31.
32.
33.
( ) No
( ) No
“Say ‘Hello” to grandma”
( ) No
From book or picture book
( ) No
34.
35.
Does your child follow comples
commands?
( ) Yes
Does yur child try to sing with familiar
songs?
( ) Yes
( ) No
‘Take your shoes off and come
here”
Lullaby
( ) No
Total score =all questions ticked with “yes”
Lampiran 3 : Kuesioner Perkembangan Pendengaran Anak LittlEars
49 No. Respon Auditori
1
Apakah anak Anda merespon
suara yang sudah lazim?
2
Apakah anak Anda mendengar
orang lain yang sedang
berbicara?
Jawaban
( ) Ya
( ) Tidak
( ) Ya
( ) Tidak
3
Ketika seseorang berbicara,
apakah anak Anda menoleh ke
arah pembicara?
Apakah anak Anda tertarik
dengan mainan yang
mengeluarkan suara atau
bunyi?
Apakah anak Anda mencari
orang yang berbicara yang
tidak terlihat olehnya?
Apakah anak Anda
mendengarkan ketika
radio/pemutar CD/pemutar
kaset dimainkan?
Apakah anak Anda merespon
suara yang jauh?
Apakah anak Anda berhenti
menangis ketika Anda
berbicara dengannya walaupun
ia tidak melihat Anda?
Apakah anak Anda merespon
dengan ketakutan (kegelisahan)
ketika mendengar suara
marah?
Apakah anak Anda
“mengenali” tanda-tanda
akustik?
Apakah anak Anda mencari
sumber suara yang berada di
kiri, kanan, atau belakangnya?
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
(
(
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
Apakah anak Anda bereaksi
ketika nama dipanggil?
Apakah anak Anda mencari
sumber suara yang berada di
atas atau bawahnya?
Ketika anak Anda sedih atau
murung, bisakah ia
(
(
(
(
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Contoh
Tersenyum; melihat ke arah
sumber; berbicara dengan mimik
Mendengar; menunggu dan
mendengar; melihat ke arah
orang yang berbicara untuk
waktu yang lama
Mainan yang diremas berbunyi
kertak-kertuk
Mendengar: menoleh ke arah
suara, memperhatikan, tertawa
atau bernyanyi/berbicara
“mengikuti suara”
Ketika dipanggil di ruang lain
Anda mencoba membuat nyaman
sang anak dengan suara lembut
atau lagu tanpa adanya kontak
mata
Menjadi sedih dan mulai
menangis
Kotak musik menjelang tidur;
nina bobo; air mengalir dalam
tabung
Anda memanggil atau
mengucapkan sesuatu, anjing
menggonggong, dll. Dan anak
Anda mencari dan menemukan
sumber suara tersebut
Jam dinding, atau sesuatu yang
jatuh di lantai
50 15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
ditenangkan atau dipengaruhi
dengan musik?
Apakah anak Anda
mendengarkan di telepon dan
apakah ia tampak mengetahui
adanya orang yang sedang
berbicara?
Apakah anak Anda merespon
musik dengan gerakan ritmik?
(
(
) Ya
) Tidak
Ketika nenek atau ayah
menelpon, sang anak mengambil
alat penerima dan
“mendengarkan”
(
(
) Ya
) Tidak
Apakah anak Anda mengetahui
bahwa suara tertentu
berhubungan dengan objek
atau kejadian tertentu?
Apakah anak Anda merespon
dengan sesuai terhadap ucapan
pendek atau sederhana?
Apakah anak Anda merespon
kata “jangan” dengan
menghentikan kegiatannya saat
itu?
Apakah anak Anda mengetahui
nama anggota keluarganya?
Apakah anak Anda menirukan
suara ketika ditanya?
Apakah anak Anda mengikuti
perintah sederhana?
Apakah anak Anda mengerti
perintah sederhana?
Apakah anak Anda
membawakan barang yang
diminta?
Apakah anak Anda meniru
suara atau kata-kata yang Anda
ucapkan?
Apakah anak Anda
menghasilkan suara yang sama
dengan mainan?
Apakah anak Anda mengetahui
suara tertentu yang muncul dari
binatang tertentu?
Apakah anak Anda mencoba
meniru suara di sekelilingnya?
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
Sang anak menggerakkan
lengan/kaki sesuai dengan alunan
music
Sang anak mendengar suara
pesawat dan melihat ke arah
langit. Atau mendenga mobil dan
melihat ke arah jalan.
“Berhenti!”
“Yekh!”
“Jangan!”
Kata “jangan, jangan” – yang
diucapkan dengan intonasi kuat
meski si anak tidak melihat anda
(!) – sangatlah efektif
Mana – ayah, ibu, mark,...
(
(
) Ya
) Tidak
“ucapkan: guk, guk”; katakan:mo-b-i-l
(
(
) Ya
) Tidak
“Brum” untuk mobil, “moo”
untuk sapi.
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
Apakah anak Anda mengulang
rangkaian suku kata pendek
(
(
) Ya
) Tidak
Guk guk = anjing, meong =
kucing, kukuruyuk = suara ayam
jantan muda/ayam jantan
Suara binatang, suara alat-alat
rumah tangga, suara sirine mobil
polisi
“la-la-laa”
“aaa”, “ooo”, “iii”
“ke sini”; “lepas sepatumu”
“Mana perutmu ibumu?”; “mana
ayah?”
“ambilkan saya bola dan lainlain”
51 30
31
32
33
34
35
dan panjang dengan benar?
Apakah anak Anda memilih
benda yang benar dari
sekumpulan benda ketika
ditanya?
Apakah anak Anda mencoba
ikut menyanyikan lagu ketika
mendengar sebuah lagu?
Apakah anak Anda mengulang
kata tertentu ketika diminta?
Apakah anak Anda suka
mendengarkan dongeng?
Apakah anak Anda mengikuti
perintah yang rumit?
Apakah anak Anda mencoba
menyanyikan lagu-lagu
tertentu?
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
) Ya
) Tidak
(
(
(
(
(
(
(
(
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
) Ya
) Tidak
Nilai total = semua pertanyaan yang
dicentang “ya”
Anda memainkan mainan
berbentuk hewan dan
menanyakan “kuda”; Anda
memainkan bola warna-warni
dan menanyakan “bola warna
merah”
“sajak anak-anak”
“katakan halo pada nenek”
Dari buku atau dari buku
gambar
“lepas sepatumu dan kesinilah”
Nina bobo
52 Lampiran 3
Riwayat Penulis
Identitas Nama
: Hana Fadhilah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Juni 1992
Agama
: Islam Alamat
: Jl. Bangka IX No: 60 Kemang, Jakarta Selatan
E-Mail
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1997 - 1998 : TK Yasporbi Jakarta
1998 - 2004 : SD Islam Al-azhar 01 Jakarta
2004 - 2007 : SMP Islam Al-azhar 01 Jakarta
2007 -2010 : SMA Islam Al-azhar 01 Jakarta
2010 - sekarang : Pend. Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download