1 STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh: Annisa Nurprabandari NIM. 6662102364 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA BANTEN 2015 2 PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Annisa Nurprabandari NIM : 6662102364 Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Mei 1992 Program Studi : Ilmu Komunikasi Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut. Serang, Juni 2014 Annisa Nurprabandari 3 4 5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah : 6) Tanpa D-U-I-T (Doa-Usaha-Ikhtiar-Tawakal) Tidak Akan Ada Suatu Keberkahan dan Keberhasilan Untuk Mencapai Suatu Cita-cita (Annisa Nurprabandari) Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibunda tercinta dan adikku tersayang, yang sangat menginginkan aku menjadi sarjana........ KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada konsentrasi Ilmu Humas program studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Perlu disebutkan pula bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, antara lain kepada: 1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta Wakil Dekan I, II, III. 2. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. vi 4. Bapak Idi Dimyati, S. Ikom., M.I.Kom selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 5. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 6. Kepada Bapak Darwis Sagita, S.I.Kom selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, terima kasih atas bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan perkuliahan 7. Kepada pihak RRI khususnya Bapak Zahral Mutzaini, Bapak Engkay Karsila, Pak Ardan, Mba Gita, Mas Dede Firdaus yang telah membantu memberikan data dan informasi yang diperlukan penulis dalam menyusun skripsi ini. 8. Terima kasih untuk orang tuaku yang tersayang, Ibu Sri Hardiyati, serta adikku Ichsan Nurfajri Baihaqy yang telah mencurahkan kasih sayangnya, mendukung, baik moril maupun materiil dan memberikan doa serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tanpa doa dan dukungan dari kalian penulis tidak akan berhasil seperti ini, sayang kalian selalu. 9. Sepupuku Dini Iftita Insani, Sabila Fikri Hanifa, si kecil mungil Khalisa Amalia, Iqbal, Abdan Azzam Sabili, Bulik Sri Hartati, Om Supri, mbah vii 10. Narti, Om Bogor (Om Rudy, Om Rony, Om Awang, Om Akew, Ade), seluruh keluarga di Bogor dan seluruh saudara yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih telah mendukung serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman – temanku, Rosa, Vitha, Maya Maul, Puput, Septa, Widi, Sarah, Amel, Indra, Putri Delia. Kekonyolan dan kekompakan kalian takkan pernah terlupa. Sahabatku yang selalu bersama-sama bimbingan skripsi dan menjadi teman sharing dalam penyusunan skripsi, Ifat, Dede, Lulu, Ara, Geby, Nurhamidah, Maya Lestari, Okta Zikriani, Tika, Ade Irfan terima kasih sudah menjadi teman yang baik. Seluruh teman-teman seperjuangan Humas & Jurnalistik baik reguler maupun nonreguler angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dengan lelucon-leluconnya dan akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. 12. Terimakasih untuk teman-teman kosanku di blok C3 No.17, ka Novi, teh Merry, teh Wulan, teh Tanti, Aulia, Suci yang selalu memberikan semangat, perhatian, saran, menjadi teman saat suka maupun duka, berbagi keluh kesah. Kalian yang terbaik bagiku, sayang kalian semua. Ayo kita karaokean dan menggila lagi kawan...! 13. Terimakasih untuk kakakku, Teh Silvi, Teh Isti walupun kita beda jurusan kalian selalu memberikan semangat, perhatian kepada penulis. Untuk Teh Thia, Teh Astri (Ante), Teh Anis Nisfu, Teh Fitri Febrianti, Teh Salsa, Teh Dian, Teh Adisty, Teh Ami, dan seluruh senior jurusan ilmu komunikasi viii 14. yang selalu menjadi teman bertukar pendapat, berbagi cerita, dan diskusi yang mendukung serta memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, kalian senior terbaik. 15. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran penulis saat penyusunan skripsi ini. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan sebagai bahan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Serang, Juni 2014 Annisa Nurprabandari ix DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv ABSTRAK ......................................................................................................... xvi ABSTRACT ........................................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1 1.2. Rumusaan Masalah ............................................................................. 6 1.3. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6 1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8 2.1. Tinjauan Konseptual ........................................................................... 8 2.1.1 Pengertian komunikasi............................................................ 8 2.1.2 Komunikasi Massa dan Media Massa .................................... 10 x 2.1.3 Media Penyiaran ..................................................................... 12 2.2. SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi ......................................... 20 2.3. Teori Niche (Ekologi Media) ............................................................. 25 2.4. Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Pers ................................... 27 2.5. Kerangka Berpikir .............................................................................. 31 2.6. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 32 BAB III METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 36 3.1. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 36 3.2. Paradigma Pospositivistis ................................................................... 37 3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 38 3.4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data..................................... 40 3.4.1. Observasi ................................................................................ 40 3.4.2. Wawancara ............................................................................. 40 3.4.2.1 Kriteria dan Teknik Pemilihan Informan .................... 42 3.4.3 Discussion Research (Riset Diskusi) ........................................ 44 3.4.4 Dokumentasi ............................................................................. 45 3.5. Uji Validitas........................................................................................ 45 3.6. Teknik Analisis Data .......................................................................... 47 3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................. 49 3.7.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 49 3.7.2 Jadwal Penelitian .................................................................... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 50 4.1 Gambaran Umum Perusahaan............................................................... 50 xi 4.1.1 Profil Perusahaan ......................................................................... 50 4.1.2 Sejarah RRI Banten ..................................................................... 51 4.1.3 Visi – Misi dan Motto Perusahaan .............................................. 52 4.1.4 Aplikasi Visi – Misi RRI ............................................................. 54 4.1.5 Program Siaran RRI Banten ........................................................ 57 4.2 Personalia .............................................................................................. 58 4.3 Deskripsi Informan ............................................................................... 59 4.3.1 H. Engkay Karsila.,SE ................................................................. 59 4.3.2 Drs. H. Zahral Mutzaini............................................................... 60 4.3.3 Agus Ardan Maulana.,SH............................................................ 60 4.4 Analisis dan Pembahasan ...................................................................... 60 4.4.1 SWOT RRI Banten ...................................................................... 61 4.4.1.1 Kekuatan (Strength) RRI Banten..................................... 62 4.4.1.2 Kelemahan (Weakness) RRI Banten ............................... 65 4.4.1.3 Peluang (Opportunities) RRI Banten .............................. 66 4.4.1.4 Ancaman (Threath) RRI Banten ..................................... 67 4.4.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi .................................. 68 4.4.2.1 Strategi menggunakan kekuatan untuk membangun eksistensi .................................................... 68 4.4.2.2 Strategi meminimalkan kelemahan untuk membangun eksistensi .................................................... 69 4.4.2.3 Strategi memanfaatkan peluang untuk membangun eksistensi .................................................... 70 xii 4.4.2.4 Strategi menghindari ancaman untuk membangun eksistensi ......................................................................... 71 4.4.3 Strategi RRI Banten Berdasarkan Teori Niche (Ekologi Media).......................................................................................... 74 4.4.4 Eksistensi RRI Banten ................................................................. 78 BAB V PENUTUP ............................................................................................. 81 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 81 5.2 Saran............................................................................................ 83 5.2.1 Saran Teoritis ..................................................................... 83 5.2.2 Saran Praktis....................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 103 xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 : Matriks SWOT Penentuan Strategi ................................................... 23 Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu ......................................................................... 34 Tabel 3.7 : Jadwal Penelitian .............................................................................. 49 Tabel 4.1 : Kekuatan RRI Banten ....................................................................... 64 Tabel 4.2 : Kelemahan RRI Banten .................................................................... 65 Tabel 4.3 : Peluang RRI Banten.......................................................................... 65 Tabel 4.4 : Ancaman RRI Banten ....................................................................... 67 Tabel 4.5 : Matriks SWOT Manajemen RRI Banten .......................................... 73 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 : Surat Keterangan Hasil Penelitian Lampiran 3 : Sejarah RRI Banten Lampiran 4 : Struktur Organisasi RRI Banten Lampiran 5 : Program Acara RRI Banten Lampiran 6 : Data Informan Penelitian Lampiran 7 : Pedoman Wawancara Lampiran 8 : Hasil Wawancara Lampiran 9 : Dokumentasi Foto Lampiran 10 : Foto copy kartu bimbingan Lampiran 11 : Foto copy kartu sit-in sidang Lampiran 12 : Foto copy sertifikat TOEFL Lampiran 13 : Daftar riwayat hidup xiv ABSTRAK Annisa Nurprabandari. 6662102364. Skripsi. Strategi Radio Republik Indonesia (RRI) Banten Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Pembimbing 1: Idi Dimyati, S.Ikom.,M.Ikom dan Pembimbing II: Andin Nesia, S.IK., M.Ikom RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang mulai mengudara pada tahun 2012 dan siaran produksinya di bawah naungan atau binaan RRI Jakarta. Beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang, Serang, RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1) yang merupakan kanal pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program siarannya digolongkan untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya masih diawasi oleh pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan beberapa langkah yaitu: Observasi, wawancara, riset diskusi, dokumentasi, uji validitas dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis SWOT, penelitian ini menemukan bahwa Radio Republik Indonesia Banten 94,9 FM mempunyai kekuatan diantaranya RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kelemahan, yaitu Kekurangan personil dalam struktur organisasi. Peluang, Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah. Ancaman, Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran. Dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, dapat ditentukan strategi yaitu, memaksimalkan akses yang dimiliki untuk kerjasama serta merangkul pemerintah untuk memudahkan perluasan jaringan, meningkatkan kualitas SDM karyawan dengan promosi ke lain daerah, rotasi dan memberi reward, menambah segmentasi PRO 2 yang kontennya untuk anak muda/remaja serta melengkapi sistem siaran dengan audio dan video streaming. Kata Kunci: RRI Banten, Analisis SWOT, Eksistensi xv Abstract Annisa Nurprabandari. 6662102364. Essay. The strategy of RRI Banten in building the existence as the broadcast public institution. Perceptor 1: Idi Dimyati, S.Ikom.,M.Ikom and Perceptor II: Andin Nesia, S.IK., M.Ikom RRI banten is the youngest RRI in Indonesia that begin the on air in 2012 and the broadcast production is under the guidance RRI Jakarta. It’s operate on 94.9 FM in Karundang, Serang. RRI Banten is the Programma (PRO 1) that’s the channel of society empowerment, the broadcast segmentation it self is include for universal category or universal age, so the management of 94.9 FM RRI Banten is still under control RRI Jakarta (Central RRI). The purpose of this research is to know the strategy of RRI Banten in building the existence as the public broadcast institution. This research use qualitative approach with descriptive method that needed some steps like: observation, interview, discussion research, documentation, validity test, and make a conclusion. Based on the SWOT analytical, the researcher found that 94.9 FM RRI Banten has a strength, such as: RRI Banten is the part of the government, so the financial capital is come from the calculation income and state expenditure or calculation income and region expenditure. The weakness of the RRI Banten is lack of the staffin the organization structure. The opportunity of RRI Banten is the broadcast segmentation that focus on the communities that can’t reach by the other entertainment on the TV station and the private Radios in the outlying region. Threat, its so many competitor such private radio, television, and newspaper. From the strength, weakness, opportunity and the threat above, the researcher found the strategy: maximizing the access that RRI Banten have to work together and huddle up the government to make the network expansion easier, increasing the quality of the employee human resource with promote to the other region, rotation and give a reward, adding the PRO 2 segmentation which is the contain is exclusive for the young people/teenager and also completing the broadcast system with the audio and video streaming. Key Words: RRI Banten, SWOT analytical, Existence xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, radio merupakan alat komunikasi penting sejak negara ini baru berdiri. RRI adalah salah satu radio tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 1945 dan menurut UU No. 32/2002 tentang penyiaran, RRI adalah Lembaga penyiaran publik (LPP), yang merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah. Disamping itu, dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran masyarakat serta usaha-usaha stasiun tersebut yang sah. Salah satu jaringan radio RRI pusat yaitu RRI Banten yang merupakan stasiun tipe C atau stasiun siaran kelas C, yang berkedudukan di wilayah kota, yang siaran produksinya di bawah naungan atau binaan RRI Jakarta, yang beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang, Serang. Dengan pemancar berkekuatan 5 Kwh RRI Banten mencoba memberikan siaran berita/informasi, siaran pendidikan/budaya, dan hiburan untuk lingkup siaran wilayah Kota/Kab Serang, Kota Cilegon, Kab. Pandeglang, Cikupa, dan Balaraja. Dengan ditunjang karyawan yang berjumlah 14 orang, sebagai lembaga penyiaran yang mengutamakan kepentingan publik, RRI Banten tetap beroperasi dan terus membangun dan mengembangkan siaran, dan memperluas jaringan dengan berbagai lembaga, serta mengembangkan organisasi yang dinamis efektif 1 2 dan efisien sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh RRI. Terkait dengan RRI Banten yang merupakan stasiun di bawah naungan RRI Jakarta, maka, segala sesuatu yang berhubungan dengan konten siaran, pendistribusian berita, bahkan pembiayaan operasional masih membutuhkan subsidi anggaran dari pusat oleh karena itu, sebagai lembaga penyiaran publik, yang berjaringan terluas, RRI Banten masih berupaya terus membangun dan megembangkan siarannya. Disadari atau tidak, banyaknya kompetitor juga merupakan suatu kendala bagi RRI. Sekarang ini khususnya masyarakat di Banten lebih cenderung memilih televisi dengan programnya yang cukup menarik dan variatif. Dan selain itu masyarakat juga membagi porsi terhadap media massa, seperti koran, majalah, media online. Namun hal tersebut merupakan kendala yang sehat, karena dengan penggunaan gaya bahasa yang komunikatif oleh penyiar RRI saat berinteraksi dengan pendengarnya tidak membuat RRI kehilangan popularitas hingga saat ini RRI Banten masih terus tetap eksis, tetap ada pendengar spesial. RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang mulai mengudara pada tahun 2012. RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1) yang merupakan kanal pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program siarannya digolongkan untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya masih diawasi oleh pusat. Sebagai radio publik yang berada di daerah Banten, RRI Banten terus mencoba membangun eksistensi, mengembangkan dan memperluas jaringan penyiarannya dengan menambahkan kanal PRO 2 dengan frekuensi 101,6 FM 3 yang merupakan pusat kreatifitas anak muda yang segmentasi dan seluruh siarannya ditujukan untuk anak muda. Dengan menerapkan secara baik dan konsisten strategi manajemen penyiaran tersebut, kiranya lembaga penyiaran publik RRI Banten akan mampu membangun dan mengembangkan eksistensi di daerahnya, dan diharapkan RRI Banten dapat berubah menjadi stasiun tipe B atau stasiun siaran kelas B. 1 Manajemen media penyiaran diterapkan untuk membangun eksistensinya sebagai radio penyiaran publik. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya, RRI Banten memiliki beberapa posisi yang tergabung dalam tim penyiar, reporter, teknik, maupun layanan usaha. Satu hal yang menarik dengan keterbatasan jumlah awak kru tersebut, RRI Banten menerapkan sistem multifungsional bagi setiap karyawannya. Posisi yang ada dalam struktur organisasi setiap karyawan memiliki peran ganda untuk tetap menjalankan manajemennya. Seperti contohnya posisi penyiar diperkenankan merangkap menjadi reporter. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak biasa dalam pengelolaan suatu media penyiaran. Oleh karena itu, manajemen media penyiaran merupakan manajemen yang unik dan tidak biasa dibandingkan dengan manajemen yang lainnya. RRI pada awalnya merupakan lembaga yang dibawah naungan Departemen Penerangan yang status karyawannya adalah pegawai negeri sipil atau PNS. Dan setelah RRI tidak bernaung lagi dengan Departemen Penerangan, yang sekarang menjadi Kementerian Komunikasi dan Informasi, RRI menjadi 1 Hasil wawancara dengan bapak Engkay Karsila, Kepala Seksi Pencitraan RRI Jakarta. Tgl. 30 Januari dan 3 Maret 2014 4 LPP dan pegawai lama yang dulu masih dalam naungan Departemen Penerangan tersebut, statusnya Pegawai Negeri Sipil. Sementara untuk pegawai yang baru, disebut Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil atau PBPNS. Perekrutan karyawan baru, ditentukan kemampuan dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap stasiun. RRI menduduki posisi penting pada era awal pembangunan nasional di masyarakat maupun media massa. RRI tidak lagi menjadi media penyiaran tanpa saingan, karena semakin bermunculan radio siaran swasta maupun televisi. Namun hal tersebut tidak menyurutkan eksistensi RRI hingga sekarang. Dengan program-program yang disajikan RRI yang meliputi siaran pendidikan, seni budaya, musik dan hiburan, berita, dan lain-lain. Dengan berbagai program yang disajikan tersebut RRI mencoba tetap eksis di media penyiaran di tengah persaingan yang begitu ketat, dengan cara terus memperbaiki mutu program agar tetap diminati oleh masyarakat. Hingga saat ini RRI mempunyai 250 stasiun di seluruh Indonesia dan RRI menggunakan frekuensi AM (Amplitude Modulation) untuk di luar kota, FM (Frekuansi Modulation) untuk di dalam kota, dan SW (Short Wave) untuk diluar negeri. Salah satu keunggulan RRI adalah menggunakan satelit Palapa C2 untuk sistem komunikasinya, sehingga bisa siaran dimana saja dan jangkauannya luas. Sebagai upaya untuk menyiasati agar RRI semakin berkembang, maka RRI mengembangkan siarannya yang dulu RRI hanya audio fining saja, tetapi dengan mengimbangi dari teknologi canggih itu sekarang melengkapi dengan 5 audio streaming dan video streaming. Bahkan ada fasilitas di Smartphone Android yaitu RRI Play yang bisa didengarkan di mana saja. Berbeda dengan radio lainnya, RRI adalah lembaga penyiaran publik, satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya ditujukan untuk kepentingan publik seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia bahkan di daerah perbatasan dan pelosok-pelosok di Indonesia. Di setiap stasiun RRI, minimal mempunyai empat programma (PRO) meliputi kanal PRO 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat, PRO 2 Pusat siaran kreatifitas anak muda, PRO 3 Pusat siaran jaringan berita nasional, PRO 4 Pusat siaran budaya dan pendidikan, dan Voice of Indonesia (VOI) siaran luar negeri dengan 8 bahasa asing. Strategi manajemen media radio seperti RRI, tidak dapat dilepaskan dari strategi program, manajemen, dan pemrograman dari stasiun secara keseluruhan. Dalam hal ini, radio penyiaran publik seperti RRI mempunyai kekuatan tersendiri yaitu RRI sebagai fasilitas lembaga pemerintahan untuk memberikan aspirasi yang tidak mungkin disaingi oleh stasiun radio swasta niaga sebagai pesaing terberat stasiun RRI. Selain itu RRI merupakan jaringan dengan frekuensi yang luas, mempunyai kanal-kanal tersendiri dengan frekuensi yang berbeda disetiap programmanya. Persoalannya tinggal bagaimana mengelola perusahaan agar dapat terus membangun dan mengembangkan eksistensinya. 6 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik dan mencoba untuk mengangkat sebagai topik penelitian dengan judul “Strategi RRI Banten Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.” 1.3 Identifikasi Penelitian 1. Bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan (strength) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik? 2. Bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan kelemahan (weakness) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik? 3. Bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang (opportunities) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik? 4. Bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman (threat) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan (strength) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. 7 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan kelemahan (weakness) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. 3. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang (opportunities) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. 4. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman (threat) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. 1.5 Manfaat Penelitian Aspek Teoritis Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan materi-materi pengajaran mengenai ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi massa dan organisasi serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna melakukan pengembangan teori-teori komunikasi dan dapat memberi wawasan baru dalam studi komunikasi, khususnya studi kehumasan. Aspek Praktis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan khususnya bagi RRI agar dapat lebih menjaga eksistensinya. Dan penelitian ini juga diharapkan agar penulis mendapatkan pengetahuan lebih mengenai teori yang dipelajari serta fakta yang terdapat di lapangan, serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dalam realita kehidupan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konseptual 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin Communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”, dan “kita mengirimkan pesan”2 Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan penerima informasi dapat memahami.3 2 Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya. hal.41 Prof. Drs. HAW Widjaja. 2002 Komunikasi (Komunikasi dan hubungan masyarakat). PT. Bumi Aksara. Hal. 8 3 8 9 Adapun beberapa definisi komunikasi yang dikutip dari Riswandi adalah sebagai berikut:4 1. Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang komunikator menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya atau khalayak (Carl Hovland & Kelley). 2. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat apa atau hasilnya apa, (Who says what in which channel to whom and with what effect) (Harrold Lasswell). 3. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simnol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain (Bernard Berelson & Gary A. Steiner). 4. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya (Weaver). 5. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi tentunya tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang perlu bersosialisasi dengan sesama untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan bahwa komunikasi akan dapat berhasil baik apabila pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui suatu gagasan tersebut, yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil dengan baik. 4 Riswandi, 2009. Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hal. 1-2 10 Dari sini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi dapat berhasil dengan baik apabila ada saling pengertian dan pemahaman makna antara pihak komunikator (pemberi informasi) dan pihak komunikan (penerima informasi). Informasi tersebut dapat berupa rencana-rencana, instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk, saran-saran, dan sebagainya. 2.1.2 Komunikasi Massa dan Media Massa Banyak definisi tentang komunikasi massa, yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu, ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi juga tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa dikatakan media massa bentuknya antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang media 11 massa, yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak ada, bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi dan elemennya, internet jelas masuk dalam bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa bisa ditambah dengan internet.5 Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, yakni, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk massa, namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memlih-milih media. Komunikasi massa memiliki beberapa karekteristik. Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Memang ada televisi atau radio yang mengadakan dialog interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung, namun itu hanya untuk keperluan terbatas. Kedua, selalu ada proses seleksi.6 Industri media massa menggambarkan delapan jenis usaha atau bisnis media massa. Kata industri ketika dipakai untuk menggambarkan usaha/bisnis media, menekankan tujuan utama dari media massa untuk menghasilkan uang. Kedelapan industri media tersebut adalah buku, surat kabar, majalah, rekaman, radio, film, televisi, dan internet.7 5 Nurudin, M.Si, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007 hal.3-5 Rivers, WL, Jensen JW, Peterseon, Theodore, 2003, Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi Kedua, Jakarta: Prenada Media.hal. 18-19 7 Biagi, Shirley, 2010, Media/Impact: Pengantar Media Massa, Jakarta: Salemba Humanika. Hal. 11 6 12 Media massa dalam pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media elektronik yang yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online (internet).8 Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, elektronic games, dan personal casset players.9 2.1.3 Media Penyiaran Penyiaran atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Broadcasting, adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di satu tempat.10 Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiensnya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran 8 Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,Dra,M.Si, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal. 103 9 Ibid. Hal. 123 10 Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 45 13 memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa. Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai objek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa, disamping ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dann komunikasi organisasi. Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karena itu, seperti politik atau ekonomi, media massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.11 Diambil dari kajian literatur kepenyiaran, Chester, Garrison, dan Willis dalam bukunya “television and radio” (dalam Harley Prayudha, 2005:23) menyatakan bahwa “penyiaran sebagai pancaran melalui ruang angkasa oleh sumber frekuansi dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau di dengar dan dilihat oleh publik”. Beberapa tipe penyiaran: penyiaran bunyi standar AM (Amplitude Modulation) dan penyiaran FM (Frekuansi Modulation) bentuk ketepatan tinggi dari bunyi pancaran, televisi, pancaran dari gambar dan bunyi. Media penyiaran dapat diklasifikasikan jenisnya menurut UU No. 32/2002 tentang penyiaran, yaitu sebagai lembaga penyiaran yang terdiri dari jasa penyiaran radio dan televisi. Dalam hal ini, media penyiaran dapat dikalsifikasikan sebagai (Pasal 13 UU tersebut): 11 Morissan, 2011, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, Jakarta:Kencana Prenada Media Group. Hal. 13-14 14 1. Lembaga penyiaran publik (LPP), merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah. Disamping itu, dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran masyarakat serta usaha-usaha stasiun tersebut yang sah. LPP yang dimaksudkan adalah RRI dan TVRI. 2. Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional secara swadaya melalui potensi siaran iklan dan jasa-jasa lain seperti pembuatan produksi yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Mempunyai wilayah siaran secara lokal dan berjaringan secara terbatas. Berjaringan secara terbatas diatur mengikuti skema tertentu, yaitu berdasarkan potensi ekonomi satu daerah yang masuk dalam jaringannya. Penentuan skema ini didasarkan pada asas keadilan, sehingga masing-masing LPS tidak saling dirugikan. 3. Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK), merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional secara swadaya yaitu dari pengumpulan donasi komunitasnya atau pihak-pihak yang bersimpati. Dalam UU penyiaran, LPK dilarang untuk mendapatkan dana dari siaran iklan. Mempunyai wilayah siaran yang terbatas (radius 2,5 km) dan berdaya pancar maksimum 50 watt (Pasal 5 PP No. 51/2002). Menurut pasal 3 PP tersebut dijelaskan, bahwa LPK didirikan oleh komunitas 15 dalam wilayah tertentu, bersifat independen, tidak komersial, dan hanya untuk melayani kepentingan komunitasnya.12 Perkembangan media penyiaran di Indonesia semakin pesat, jenisnya pun semakin beragam, yakni televisi, radio, internet, dan juga media cetak. Diantara media-media tersebut, radio menjadi salah satu media penyiaran yang cukup menarik dan juga unik. Menurut Dodi Mawardi (2007) radio adalah media auditif, yang hanya bisa dinikmati dengan alat pendengaran. Radio menjadi media penyampai gagasan, ide dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal audio. Sedangkan penyiaran radio menurut Undang-undang Penyiaran No.32/2002 adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Radio sebagai media komunikasi berjenis-jenis, tetapi hanya radio siaran (radio broadcast) yang merupakan media massa, tidak demikian radio telegrafi, radio telefoni seperti radio CB (Citizen Band), dan lain-lain, yang sifatnya interpersonal. Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa 12 Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 59-60 16 lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga dengan film yang bersifat mekanik optik. Dengan televisi, kalaupun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya audial, televisi audio visual. Penyampaian pesan melaui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang nirverbal, yang dipergunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya, tanda waktu pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya auditori dan santai untuk didengarkan, lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk acara yang menarik, dan orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Namun, dengan sifatnya yang lain, yakni “sekilas dengar”, pesan yang sampai kepada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar, begitu hilang. Arus balik tidak mungkin pada saat itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih jauh, tak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulang lagi. Karena kelemahan itulah, maka radio siaran banyak dipelajari dan diteliti untuk mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut sehingga komunikasi melalui radio siaran lebih efektif.13 Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Dengan 13 Effendy, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung, CV. Mandar Maju. Hal. 13-19 17 peralatan siaran peninggalan Belanda dan Jepang, Radio Republik Indonesia (RRI) diresmikan berdirinya pada tanggal 11 September 1945, yaitu hari yang bertepatan dengan pertemuan terakhir dari beberapa pertemuan yang membahas visi dan misi RRI selaku lembaga penyiaran negara yang merdeka. 14 Di zaman orde baru, sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintahan. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI regional. Selanjutnya, stasiun RRI regional juga membantu menginformasikan program-program pemerintahan, seperti Keluarga Berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita.15 RRI merupakan radio yang mempunyai jaringan siaran terbesar di Indonesia, yaitu 60 stasiun dengan 191 program di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang diselenggarakan Universitas Indonesia pada 2003, RRI telah menjangkau 83 persen penduduk Indonesia. RRI mempunyai format stasiun seperti pengaturan sebelumnya, hanya saja mengalami perubahan sebutan. Stasiun Pusat Jakarta menjadi stasiun Cabang Utama, Stasiun Regional-I menjadi Stasiun Cabang madya, dan Stasiun RegionalII menjadi stasiun Cabang Pratama. Tetapi dengan diundangkannya PP No. 14 Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 17 15 Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,Dra,M.Si, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal.125-126 18 12/2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik RRI, maka stasiun RRI ini menjadi kelas-A, Kelas-B, Kelas-C. Sementara kewajiban wilayah jangkauan serta level pejabatnya dalam tataran kepegawaian negeri sesuai dengan pengaturan sebelumnya.16 Menurut kelas dalam jaringan nasional, berarti dari strata dalam organisasi lembaga penyiaran tersebut. Nomenklatur kelas ini dicantumkan dalam peraturan pemerintah No. 12/2005 tentang LPP RRI pasal 18. Dalam hal ini, media penyiaran dapat diklasifikasikan sebagai: 1. Media penyiaran kelas A, merupakan stasiun pusat yang berkedudukan di ibukota Jakarta 2. Media penyiaran kelas B, merupakan stasiun daerah yang berkedudukan di ibukota Provinsi 3. Media penyiaran kelas C, merupakan stasiun daerah yang berkedudukan di ibukota wilayah kota (walikota)17 Setelah kurang lebih selama 60 tahun RRI menjadi corong pemerintah, maka berdasar UU No.32 tahun 2002, tentang Penyiaran, PP 11 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik, serta PP 12 tahun 2005, RRI dikukuhkan sebagai satu-satunya lembaga penyiaran publik yang dapat berjaringan secara nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran Asing. Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral dan tidak bersifat komersial yang tugasnya adalah 16 Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 21 17 Ibid. Hal. 59 19 memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berupa siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia Internasional. Maraknya kemunculan stasiun radio siaran swasta niaga yang semakin lama semakain banyak itu menyadari betapa pentingnya kedudukannya dan fungsinya di masyarakat, tetapi di lain pihak menyadari pula betapa banyaknya dan sulitnya hambatan yang harus diterjang dan masalah yang harus dipecahkan. Karena itu stasiun-stasiun radio swasta niaga sejak 1974 berhimpun dalam satu wadah yang dinamakannya Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia, disingkat PRSSNI. Bagi RRI, PRSSNI ini tidak merupakan saingan, bahkan dianggapnya sebagai mitra dalam memanfaatkan media elektronik itu dalam melancarkan pembangunan nasional di seluruh nusantara. Radio swasta niaga yang menghimpun diri pada PRSSNI itu dalam operasinya menghibur, mendidik, dan menyajikan informasi kepada masyarakat, tampak berkembang kendati tidak sedikit hambatan yang harus dihadapi. Paling tidak terdapat tiga masalah yang perlu segera di diatasinya. Menurut mingguan Tempo No. 41 Tahun XIX-9 Desember 1989, halaman 26, masalah tersebut, pertama, perizinannya yang harus diperbaharui setahun sekali; kedua, tunggakan biro iklan; ketiga, diberlakukannya UU Hak Cipta bagi setiap lagu yang disiarkan stasiun radio. Dalam perkembangannya, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, lebih-lebih untuk mengusahakan peningkatan, radio siaran swasta niaga 20 dituntut untuk lebih kreatif, sebab sebagai radio komersial yang hidup dari iklan, kehilangan pelanggan merupakan masalah yang tidak mudah diatasi. Dalam hal itu RRI sendiri sebagai stasiun radio siaran milik pemerintah, satu-satunya radio siaran yang mempunyai jaringan di seluruh Indonesia, meskipun pembiayaan dijamin pemerintah, tidak berarti boleh pasif dalam kreatifitas. Kenyataan menunjukkan diakui atau tidak oleh insan-insan RRI pendengar di kota-kota besar sering lebih tertarik oleh stasiun-stasiun radio swasta niaga karena acaranya yang bervariasi dan yang memenuhi selera khalayak. 18 2.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi Strategi diperlukan untuk mencapai apa yang dikehendaki. Termasuk RRI dalam membangun eksistensinya agar dapat mencapai visi misinya sebagai media radio penyiaran publik. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan.19 Strategi juga merupakan arah yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya. Pengertian strategi juga di ungkapkan Arifin sebagai keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. 20 Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa strategi adalah perencanaan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. 18 Efendy, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung, CV. Mandar Maju. Hal. 67-69 19 Effendi, Onong Uchjana. 2007, Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 32 20 Anwar, Arifin, 2007, Strategi Komunikasi (Sebuah Pengantar Ringkas), Bandung. CV. Armico. Hal.59 21 Salah satu teknik yang digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan adalah teknik analisis SWOT. Teknik analisis SWOT dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960an dan 1970an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan fortune 500. Pada awal mulanya, analisis SWOT digunakan untuk manajemen organisasi bisnis, kemudian digunakan juga untuk organisasi lain dan juga individu. Analisis SWOT menurut Albert Humphrey (1970) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.21 Dalam manajemen strategis, analisis utama merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis strategi juga mengharuskan para pimpinan perusahaan untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancamanancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threat (ancaman) dan sebuah organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis. 21 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/viewFile/1612/1608 diakses pada 19 Maret 2014 pukul 10.36 WIB 22 Analisis SWOT merupakan kerangka pilihan karena kesederhanaannya dan kemampuannya untuk menggambarkan esensi dari formulasi strategi yang baik, menyesuaikan peluang dan ancaman suatu perusahaan dengan kekuatan dan kelemahannya. Tetapi analisis SWOT merupakan pendekatan konseptual yang sangat luas, sehingga rentan terhadap beberapa kelemahan utama dan keterbatasan analisis SWOT itu sendiri yaitu, (1) analisis SWOT dapat terlalu menekankan kekuatan internal dan menganggap remeh ancaman eksternal; (2) analisis SWOT dapat bersifat statis dan beresiko mengabaikan kondisi yang berubah; (3) analisis SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan atau elemen strategi; (4) suatu kekuatan tidak selalu menjadi keunggulan kompetitif. Secara ringkas, analisis SWOT merupakan suatu pendekatan tradisional yang sudah lama digunakan oleh para pembuat strategi untuk melakukan analisis internal. Analisis ini menawarkan usaha umum untuk menilai kapabilitas internal dengan mempertimbangkan faktor eksternal, terutama peluang dan ancaman utama. Analisis ini memiliki keterbatasan yang harus dipertimbangkan jika akan digunakan sebagai landasan bagi proses pengambilan keputusan strategis perusahaan.22 Hunger dan Wheelen menggambarkan alur analisis SWOT yang menjadi cara untuk membentuk strategi dalam sebuah sistem manajemen. Pemetaan strategi-strategi tersebut secara jelas dan terperinci dapat dilihat pada bagan berikut. 22 Pearce, John & Robinson, Richard. 2011, Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Jakarta: Salemba Empat. Hal. 206-207 23 Tabel 2.1 Matriks SWOT Penentuan Strategi Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W) Faktor Eksternal Strategi menggunakan kekuatan Strategi memanfaatkan Peluang Peluang (O) untuk memanfaatkan peluang untuk (SO) mengatasi (WO) Strategi menggunakan Kekuatan Strategi Ancaman (T) untuk Kelemahan menghindari (ST) meminimalkan Ancaman Kelemahan dan menghindari Ancaman (WT) Sumber: Hunger dan Wheelen, (1996: 231) Berdasarkan bagan, maka penjelasan dari matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pada blok berlabel (SO), berisi peluang eksternal dalam lingkungan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Peluang merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. 2. Pada blok berlabel (ST), berisi ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan saat ini dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman, tetapi perusahaan masih memliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah dengan menggunakan 24 kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). 3. Pada blok berlabel (WO), berisi bidang-bidang khusus kekuatan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, perusahaan menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik. 4. Pada blok berlabel (WT), berisi bidang-bidang khusus kelemahan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.23 Selanjutnya dibuatlah sekumpulan strategi berdasarkan kombinasi tertentu dari empat kumpulan faktor strategi tersebut. Jadi, analisis SWOT dapat menjadi alat untuk mengidentifikasi kapabilitas atau kemampuan suatu perusahaan tersebut. Oleh karena itu, RRI harus memiliki strategi-strategi untuk mengetahui sejauh mana manajemen itu dapat berfungsi dengan baik. Dengan kata lain, SWOT akan menjadi sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk mengetahui strategi manajemen RRI dalam membangun eksistensinya sebagai lembaga penyiaran publik. 23 Hunger, David dan Wheelen, Thomas, 1996, Manajemen Strategis, Yogyakarta. Andi. Hal. 235 25 2.3. Teori Niche (Ekologi Media) Teori Niche muncul dari disiplin Ekologi. Ekologi merupakan konsep sentral dalam penelitian tentang kompetisi antar industri media. Ekologi berkenaan dengan hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya (Rachmat Kriyantono, 2006:272). Teori Niche sebenarnya bukanlah teori yang baru. Teori ini sudah dikembangkan sejak tahun 1960-an oleh para ahli ekologi seperti S.A. Levins (1957), R. Levins (1968), Ricklefs (1979) E.R. Pianka (1975) dan R.H. Whittaker (1973). Niche dapat diartikan sebagai “ceruk”, “relung” atau “ruang kehidupan”. Fokus pembahasannya adalah mengenai proses, ciri-ciri, hubungan dan interaksi antar populasi dalam upaya mempertahankan kehidupannya (Sendjaja, 1993). Teori niche dapat digunakan untuk riset tingkat kompetisi antar media massa, baik surat kabar, radio maupun televisi. Teori ini juga dapat digunakan untuk mengukur persaingan antar program PR beberapa perusahaan. Bagi praktisi PR, riset ini berguna sebagai upaya melakukan monitoring lingkungan eksternal, misalnya untuk mengukur persaingan dengan kompetitor. Dan teori ini bila diaplikasikan pada media massa bisa disebut sebagai “ekologi media”. Ekologi Media (Teori Niche) berkenaan dengan hubungan timbal balik antara media massa dengan lingkungan penunjangnya. Media berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi ini sama dengan hubungan yang terjadi antara mahkluk hidup dengan lingkungan tempatnya hidup. Dalam proses interaksi ini memungkinkan terjadi kompetisi dalam mempertahankan kehidupannya. Pada industri media, masing-masing populasi terdiri dari media- 26 media yang secara tidak langsung membentuk suatu kelompok yang hidup dari sumber daya yang sama. Misalnya populasi surat kabar, populasi radio atau populasi televisi (Rachmat Kriyantono, 2006:271-272). Dan kompetisi antar sesama warga populasi cenderung lebih ketat dibandingkan dengan kompetisi antar populasi seperti antar surat kabar (Tevfik Dalgic, 2007:90). Lewin (dalam Sendjaja, 1993) mengatakan bahwa sifat interaksi antar makhluk hidup yang tinggal di suatu lingkungan, tergantung pada tiga faktor yaitu: 1. Niche Breadth : daerah atau ruang sumber penunjang kehidupan yang ditempati oleh masing-masing individu atau tingkat hubungan antara populasi dengan sumber penunjang. 2. Niche Overlap : penggunaan sumber penunjang kehidupan yang sama dan terbatas oleh dua mahkluk hidup atau lebih sehingga terjadi tumpang tindih atau derajat persamaan ekologis atau kompetisi antar populasi dalam memperebutkan sumber penunjang. 3. Jumlah seluruh sumber daya yang dapat digunakan oleh seluruh populasi. Selanjutnya, kompetisi antar industri media adalah kompetisi untuk memperebutkan sumber penunjang kehidupan. Menurut John W. Dimmick dan Eric Rohtenbuhler (1984) mengatakan bahwa sumber penunjang kehidupan media ada tiga yaitu : 1. Pertama, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukan iklan. 2. Kedua, types of content, yang menunjukkan aspek program dan atau jenis isi media. Faktor konten merupakan deskripsi isi dari media yang 27 bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi/program acara yang ada. 3. Ketiga, types of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau target audien. Faktor audien pada dasarnya dapat dilihat melalui dua hal yaitu dari data asumsi/profil media yang bersangkutan atau dari penelitian khusus untuk mengetahui profle khalayak dan kebutuhan konsumsi media mereka. Ketiga sumber penunjang tersebut merupakan tiga tiang utama yang menjadi penyangga – sekaligus sumber “makanan” bagi media agar dapat survive dan mengembangkan dirinya dalam situasi kompetisi yang ketat. 24 2.4 Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Penyiaran Berbicara mengenai eksistensi RRI, sampai sekarang RRI masih eksis karena segmentasi yang di bidik oleh RRI itu adalah bukan hanya dalam kota tetapi justru yang paling jauh itu di daerah-daerah makanya RRI Banten itu sangat direspon oleh gubernur karena Banten itu kan bentuknya masih terpencil-pencil, dan informasi yang paling cepat disampaikan kepada masyarakat adalah radio. RRI merupakan Lembaga publik, tidak boleh komersial atau menjadi pesaing radio swasta, tapi perlu diingat peran publiknya jangan sampai diambil radio swasta. Ketika radio swasta hanya melayani daerah-daerah komersial yang berpotensi secara ekonomi seperti di kota-kota besar di segmen-segmen yang memang laku dijual, laku iklannya, maka LPP harus memberikan layanan yang 24 http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/1.-anita-herawati-dan-setia-Budi-107-130.pdf diakses pada tanggal 18 Juni 2014 pukul 13.30 28 bukan sekedar "yang laku", bukan melihat apa yang diinginkan publik, tapi apa yang dibutuhkan publik. Seperti halnya berita terkait pemilu, yang harus dipertahankan RRI adalah sisi edukatifnya, bukan emosional, sensasional, dan konfliknya. Sehingga, tantangan bagi RRI Pro 1 FM Banten adalah tercapainya keberhasilan untuk meraih target pendengar sesuai dengan segmentasi dan meraih eksistensi sebagai radio publik sehingga dapat bersaing dengan radio-radio lain yang mempunyai kesamaan acara dan segmentasi pendengar. Selain itu, RRI Pro 1 FM juga dapat merubah pandangan masyarakat tentang image RRI yang baru dan berbeda dengan RRI yang lama pada persepsi masyarakat secara luas dengan tetap bertanggung jawab sebagai lembaga penyiaran publik yang independen, netral dan tidak komersial yang berfungsi memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional melalui UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, serta PPRI 12 tahun 2005. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007:16): “Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.”25 25 http://lib.unnes.ac.id/18278/1/8111409078.pdf diakses pada 6 Mei pukul 09.00 29 Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya RRI Pro 1 FM Banten tidak akan mengalami kemunduran, terutama dalam hal keuangan. Hal ini dikarenakan RRI Pro 1 FM Banten adalah bagian dari lembaga penyiaran publik yang mendapatkan dana operasional langsung dari pemerintah. Sesuai dengan UU no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 15, sumber pembiayaannya berasal dari: iuran penyiaran, APBN atau APBD, sumbangan masyarakat, siaran iklan, dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. RRI Pro 1 FM Banten pada dasarnya tidak memerlukan adanya perubahan segmentasi, karena RRI Pro 1 FM Banten tidak bersifat komersial dan tidak bergantung pada masuknya iklan dari pihak lain yang membutuhkan kreativitas dan target jumlah pendengar dalam beriklan. Tetapi pada implementasinya, RRI Pro 1 FM Banten tetap berusaha menyejajarkan diri dengan radio swasta lainnya yang memiliki beberapa kesamaan dengan melakukan strategi perubahan segmentasi pendengarnya. Tantangan untuk RRI Banten sekarang ialah bagaimana menformat kontennya agar menarik, tidak hanya untuk golongan usia dewasa, namun juga untuk anak muda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Namun di samping itu, RRI Banten harus tetap konsisten untuk tetap menjaga kualitas siarannya agar sesuai dengan visi misi sebelumnya yaitu sebagai radio yang membangun karakter bangsa berkelas dunia. Karena itu RRI Banten kemudian mulai mengembangkan RRI pro 2 yang memang format acaranya ditujukan bagi anak muda. Dalam hal ini RRI harus kreatif agar dapat menjadi perangsang, 30 pemicu dan penggerak hati pendengar agar dapat berpikir dan berbuat lebih untuk bangsa ini. Untuk dapat memperoleh awareness dan perhatian dari masyarakat, RRI Banten sebagai radio nasional dapat menjaga dan mempertahankan keberadaannya, diperlukan langkah-langkah yang lebih efektif dan intensif, diperlukan adanya kerjasama antar semua pihak yang ada didalam RRI Banten. Menciptakan iklim kondusif yang nyaman juga merupakan salah satu strategi yang harus diwujudkan, agar hasil kerja yang maksimal dapat dicapai demi mendapatkan informasi yang actual dan berkualitas dan masyarakat cenderung memilih mendengarkan siaran RRI Banten apabila hal tersebut dapat diwujudkan dengan baik dan memperoleh pencitraan yang positif di mata masyarakat serta dapat terus menjaga eksistensi atau keberadaanya ditengahtengah arus persaingan dengan kompetitornya. 26 Dari penjelasan tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa RRI Banten sebagai lembaga penyiaran publik masih dapat dikatakan eksis apabila ada kerjasama antar semua pihak yang ada di dalam RRI Banten. Untuk pemaparan eksistensi secara lebih mendalam, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di bab IV. 26 http://eprints.undip.ac.id/26089/1/summary_penelitian_Joko_Nugroho.pdf diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 10.44 31 2.5. Kerangka Berpikir RRI Banten Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Penentuan Strategi Dengan Analisis SWOT (Hunger dan Wheelen; 1996: 231) Kekuatan (Strength) RRI Banten menggunakan kekuatan untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik Kelemahan (Weakness) RRI Banten meminimalkan kelemahan untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik Peluang (Opportunities) RRI Banten memanfaatkan peluang untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik Strategi RRI Banten Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Sumber : Modifikasi Peneliti Ancaman (Threat) RRI Banten menghindari ancaman untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik 32 2.6 Penelitian Terdahulu Terdapat tiga penelitian yang dianggap relevan dan ada keterkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis. Penelitian yang pertama berjudul “Sejarah Radio Republik Indonesia Wilayah Semarang Tahun 1945-1998” oleh Deddi Wahyu Wijaya. Penelitian yang dilakukan tahun 2012 dengan menggunakan metode penelitian sejarah, yang meliputi empat tahap, yaitu: Heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan histografi. Penelitian tersebut Terfokus pada perkembangan RRI dan peran RRI terhadap penyampaian informasi kepada masyarakat. Deddy melihat Peran RRI Semarang bagi masyarakat dalam penyampaian informasi. Masyarakat Semarang bisa mengetahui beberapa peristiwa-peristiwa penting melalui RRI disetiap zamannya. Pada masa kemerdekaan RRI sendiri berfungsi sebagai alat propaganda kemerdekaan, pada masa orde lama sampai orde baru RRI berfungsi sebagai alat untuk menyuarakan program-program atau kebijakan pemerintah, sedangkan pada akhir tahun 1998 RRI berfungsi sebagai alat aspirasi mahasiswa dalam aksi-aksinya untuk meruntuhkan rezim orde baru yang penuh dengan penyimpangan. Berbeda dengan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Penelitian selanjutnya yakni “Strategi Perubahan Segmentasi Pendengar RRI PRO 2 FM Surabaya” yang telah diteliti oleh Ditty Heppyanti Lulu. Ditty lebih memfokuskan strategi perubahan segmentasi pendengar Radio Republik Indonesia Programa Dua Surabaya (RRI PRO 2 FM Surabaya) sebagai salah satu strategi untuk menjaga eksistensi sebagai radio ditengah banyaknya persaingan 33 media. Berbeda dengan penelitian ini yang akan memfokuskan pada bagaimana peran RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Penelitian lain yang dianggap relevan adalah “Analisis Strategi Manajemen Penyiaran Carlita TV Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Media Televisi Lokal”. Penelitian ini bertujuan Mengetahui Strategi manajemen redaksi Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya dan menghasilkan Strategi yang dilakukan Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya sebagai media televisi lokal dengan memberdayakan minimnya tenaga kerja yang ada. Penelitian ini mendapati bahwa Carlita TV perlu membenahi beberapa bidang dalam manajemennya yaitu dengan memisahkan antara ruang redaksi dengan tugas pemasaran. Dengan demikian Carlita TV dapat mempertahankan eksistensinya sebagai media televisi lokal yang ada di Kabupaten Pandeglang hingga saat ini. Berbeda dengan penelitian ini yang bertujuan bagaimana cara manajemen produksi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Untuk lebih jelas perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan terdahulu dapat dijabarkan dalam tabel perbandingan sebagai berikut: 34 Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya No Item Deddy Wahyu Wijaya Universitas Ditty Heppyanti Lulu Negeri Semarang, Vol. 1 No. 1 Universitas Airlangga, Vol. 1 No.2 Sejarah Radio Republik Indonesia Strategi Perubahan Wilayah Semarang Tahun 1945- Segmentasi Pendengar 1998 RRI Pro 2 FM Surabaya Yusi Adistya, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 1 Judul 2 Tahun 2012 2012 2012 3 Tujuan penelitian Membuka fakta-fakta tentang keberadaan RRI Semarang sebagai stasiun radio milik negara yang bersifat netral dan selalu tulus melayani masyarakat dalam situasi apapun, walaupun RRI pada masa orde lama dan orde baru dijuluki sebagai “corong pemerintah”. RRI selalu memberikan sajian yang terbaik untuk masyarakat luas. Penelitian ini hendak mendeskripsikan strategi perubahan segmentasi pendengar Radio Republik Indonesia Programa Dua Surabaya (RRI Pro 2 FM Surabaya) sebagai salah satu strategi untuk menjaga eksistensi sebagai radio ditengah banyaknya persaingan media. Analisis Strategi Manajemen Penyiaran Carlita TV Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Media Televisi Lokal 1. Mengetahui Strategi manajemen redaksi Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya 2. Mengetahui strategi manajemen pemasaran Carlita TV untuk tetap mempertahankan eksistensinya sebagai televisi lokal. 3. Mengetahui strategi manajemen teknik Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya. 4. Mengetahui strategi manajemen administrasi Carlita TV untuk tetap mempertahankan eksistensinya sebagai televisi lokal. 35 4 Metode/ Paradigma Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yang meliputi empat tahap, yaitu: Heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan histografi. 5 Hasil penelitian/ Kesimpulan Peran RRI Semarang bagi masyarakat dalam penyampaian informasi. Masyarakat Semarang bisa mengetahui beberapa peristiwa-peristiwa penting melalui RRI disetiap zamannya. Pada masa kemerdekaan RRI sendiri berfungsi sebagai alat propaganda kemerdekaan, pada masa orde lama sampai orde baru RRI berfungsi sebagai alat untuk menyuarakan program-program atau kebijakan pemerintah, sedangkan pada akhir tahun 1998 RRI berfungsi sebagai alat aspirasi mahasiswa dalam aksiaksinya untuk meruntuhkan rezim orde baru yang penuh dengan penyimpangan. 6 Persamaan Terfokus pada perkembangan RRI dan peran RRI terhadap penyampaian informasi kepada masyarakat 7 Perbedaan Menggunakan metode penelitian sejarah, yang meliputi empat tahap, yaitu: Heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan histografi. 8 Sumber http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/jih/article/download/2221/2037 Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif (description research) Hasil dari penelitian ini adalah bentuk-bentuk strategi RRI Pro 2 FM Surabaya. Strategi yang digunakan oleh RRI Pro 2 FM Surabaya untuk merubah segmentasi pendengarnya adalah dengan multi segment strategy, yakni menentukan strategi berdasarkan kebutuhan target segmentasi. Strategi dimulai dengan mengevaluasi program acara yang disiarkan bersama dengan pihak manajemen pelaksanan penyiaran, antara lain: Programme Director, Produser, Music Director, hingga penyiar yang aktif berinteraksi dengan pendengar. Menggunakan metode kualitatif, teknik sampling, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Lebih terfokus pada strategi perubahan segmentasi pendengar Radio Republik Indonesia Programa Dua Surabaya (RRI Pro 2 FM Surabaya) http://journal.unair.ac.id/ article_4640_media137_ category137.html Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik studi kasus. Strategi yang dilakukan Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya sebagai media televisi lokal dengan memberdayakan minimnya tenaga kerja yang ada. Penelitian ini mendapati bahwa Carlita TV perlu membenahi beberapa bidang dalam manajemennya yaitu dengan memisahkan antara ruang redaksi dengan tugas pemasaran. Dengan demikian Carlita TV dapat mempertahankan eksistensinya sebagai media televisi lokal yang ada di Kabupaten Pandeglang hingga saat ini. Menggunakan metode kualitatif, teknik sampling, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Lebih terfokus pada apa saja strategi yang dilakukan Carlita TV untuk mempertahankan eksistensinya sebagai media televisi lokal di Kabupaten Pandeglang. Perpustakaan Fisip Untirta BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang digunakan untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara triangulasi/gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum dapat menemukan apa yang dituju, maka ganti teknik lain), maka kepastian akan lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data dapat diperoleh. Ibarat mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum ditemukan siapa provokator yang dimaksud maka penelitian dinyatakan belum selesai.27 Dalam hal ini penulis memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai strategi RRI Banten dalam mempertahankan eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Pendekatan ini dipilih agar penulis mendapat pemahaman sesuai dengan permasalahan yang ada. Dengan digunakannya pendekatan kualitatif, maka data di dapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. 27 Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D, Bandung. Hal. 25 36 37 Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang bersifat alamiah dimana penulis harus melakukan observasi lapangan, wawancara, dan pengumpulan data. Sehingga hasil penelitian yang dikaji bersifat konkrit dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 3.2 Paradigma Pospositivistis Paradigma pospositivistis berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa, dan teraba saja tetapi mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial menurut paradigma ini adalah suatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks, bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu, mengetahui keberadaannya tidak dalam bentuk ukuran akan tetapi dalam bentuk eksplorasi untuk dapat mendeskripsikannya secara utuh. Paradigma pospositivitis atau naturalistik melahirkan pendekatan penelitian kualitatif yang cenderung pada penggunaan kata-kata untuk menarasikan suatu fenomena/gejala.28 Bagi pospositivis (kualitatif) realitas disikapi sebagai fakta yang bersifat ganda, dapat disistematisasikan, mengemban ciri, konsepsi, dan hubungan secara asosiataif, dan mesti dipahami secara alamiah, kontekstual, dan holistik. Ditinjau dari perspektif pospositivis, misi atau tujuan penelitian kualitatif mungkin bersifat: (a) eksploratif: memahami fenomena secara garis besar tanpa mengabaikan kemungkinan pilihan fokus tertentu secara khusus. (b) eksplanatif: memahami ciri dan hubungan sistemis fenomena berdasarkan faktanya (c) teoritis: 28 Satori, Djam’an & Komariah, Aan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Hal. 12 38 menghasilkan formasi teori secara subtantif berdasarkan konseptualisasi, abstraksi ciri, dan sistemisasi hubungan konsep berdasarkan relasi dan kemungkinan variasinya, (d) praktis: memahami makna fenomena dihubungkan dengan keperluan terapan atau nilai praktis tertentu.29 Oleh karena itu penulis mengacu pada identifikasi masalah yang sesuai dengan objek penelitian yang akan diteliti. 3.3 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode riset penelitian deskriptif kualitatif. Moleong (1989) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.30 Menurut Whitney (1960), dalam metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data.31 Sedangkan riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau 29 Basrowi, Dr. M.Pd, Suwandi, Dr. M.Si Memahami Penelitian Kualitatif, 2008, Bandung: Rineka Cipta. Hal. 48 30 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. 2004. Hal.11 31 Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian. 1999. hal. 54-55 39 samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam, dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) dari data bukan banyaknya (kuantitas) data.32 Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Definisi riset kualitatif menurut Rakhmat Kriyantono adalah riset yang menggunakan statement-statement atau pernyataan-pernyataan dan berasal dari pendekatan interpretatif (subyektif). Sedangkan Moleong berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Dalam riset kualitatif, periset adalah bagian dari integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung di lapangan.33 32 33 Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana, hal. 56 Ibid. Hal. 57 40 3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan antara lain: 3.4.1 Observasi Pada penelitian ini penulis melakukan pengamatan non partisipasi (non participant observation) yakni melakukan observasi tanpa melibatkan diri atau tidak menjadi bagian dari lingkungan sosial yang diamati (Ruslan, 2003: 36) Penulis hanya memperhatikan gejala-gejala atau fenomena kemudian mencatatnya dalam buku observasi. Teknik observasi ini dilakukan penulis untuk memberikan gambaran awal mengenai Radio Republik Indonesia sebelum penulis melakukan penelitian lebih lanjut. 3.4.2 Wawancara Menurut Moh. Nazir, yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).34 Interview/wawancara, yakni suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan langsung. Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk menggali keterangan lebih dalam berkaitan dengan permasalahan penelitian. 34 Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian. 1999. hal. 193 41 Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (depth interview) yang bertujuan untuk mengetahui pandangan personal subjek penelitian. Wawancara mendalam adalah metode riset dimana periset melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden. Karena itu responden disebut juga informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari sekali, maka disebut juga “intensive interviews”. Biasanya metode ini menggunakan sampel yang terbatas, jika periset merasa data yang dibutuhkan sudah cukup maka tidak perlu mencari sampel (responden) yang lain.35 Penulis menggunakan alat perekam (recorder) untuk meningkatkan akurasi data dalam pencatatan ulang hasil wawancara. Selain itu penulis juga melakukan wawancara semistruktur. Pada wawancara semistruktur ini, pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Wawancara ini dikenal pula dengan nama wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin. Artinya, wawancara dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan terlebih dahulu.36 Sehingga penelitian yang dilakukan oleh peneliti hasilnya akan maksimal dan dapat mengetahui secara baik mengenai strategi RRI dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik di Banten. 35 36 Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana, hal. 63 Ibid. Hal. 101 42 3.4.2.1 Kriteria dan Teknik Pemilihan Informan Dalam wawancara, ada seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek, yaitu informan. Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh penulis, informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.37 Penentuan informan adalah responden penulis yang berfungsi untuk menjaring sebanyak-banyaknya informasi yang akan bermanfaat untuk bahan analisis penelitian dan konsep serta proporsi sebagai temuan penulis. Yang menjadi informan ialah orang memiliki kedekatan dengan subjek penelitian baik secara profesional partner kerja. Dalam wawancara mendalam informan tetap menjadi sentral, walaupun kadang informan berganti-ganti. Tugas pewawancara adalah untuk tetap menjaga peran informan selalu dapat berfungsi dengan sebagaimana perannya dalam proses sosial yang sebenarnya. Peran informan yang dimanipulasi oleh informan sebagai akibat dari kesalahan interaksi di lapangan akan merusak jalannya wawancara dan untuk memperbaiki perubahan perilaku informan sebagai akibat dari kesalahan interaksi, membutuhkan waktu yang lama, bahkan terkadang tidak bisa diperbaiki.38 Penulis menentukan kelompok responden yang akan dijadikan subjek dan informan kunci (key informan) dan individu-individu subjek serta informan penulis. Hal ini dimaksudkan apabila ada individu berasal dari luar kelompok 37 38 Bungin, Burhan, Prof. Drs, Penelitian Kualitatif, 2007, Jakarta: kencana. Hal. 108 Ibid. Hal. 109 43 responden maka data dan informasi yang diberikan selalu terbuka untuk diterima oleh penulis. Penentuan informan dan key informan dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.39 Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Bapak Engkay Karsila selaku Penanggung Jawab RRI Banten. Bapak Engkay merupakan karyawan senior yang telah bekerja di RRI selama 21 tahun, dari tahun 1982 hingga sekarang, dan beliau adalah orang yang turut andil dalam berdirinya RRI Banten. Serta informan lainnya yaitu bapak Zahral Mutzaini yang menjabat sebagai Kepala Bidang Produksi RRI Jakarta penulis memilih beliau karena beliau juga merupakan karyawan senior yang sudah lama bekerja di RRI serta turut andil dalam pengembangan RRI Banten. Dan untuk menambah berbagai informasi tambahan dibutuhkan penulis, maka penulis membutuhkan beberapa informan lain, yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah Pak Ardan selaku bidang layanan usaha. Penulis memilih beliau karena beliau lebih paham dan mengetahui bagaimana layanan usaha di RRI Banten. Penentuan key informan dalam penelitian ini diperkuat dengan adanya bukti melaui susunan organigram perusahaan serta data-data valid lainnya yang dapat mendukung keabsahan key informan sebagai pihak yang berkompeten untuk 39 Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana, hal. 158 44 memberikan keterangan mengenai berbagai informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini. 3.4.3 Discussion Research (Riset Diskusi) Menurut Hasibuan dalam (Anugerah, 2011) diskusi adalah sutu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam (Anugerah, 2011) kelebihan atau keunggulan dari metode diskusi adalah sebagai berikut: (a) menyadarkan bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, (b) menyadarkan bahwa dengan berdiskusi dapat saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, dan (c) membiasakan untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda pendapat dan membiasakan bersikap toleransi. Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut: (a) tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar, (b) peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, (c) dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara dan (d) biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. 40 Adapun tujuan dari riset diskusi adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian di RRI Banten. Disana penulis 40 http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/668/pdf diakses pada 13 Mei pukul 09.30 45 melakukan diskusi serta pembahasan secara langsung dengan informan yang telah ditentukan oleh penulis untuk pemecahan pokok permasalahan dalam hal ini adalah strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Dengan riset diskusi diharapkan penulis mendapatkan solusi, pemecahan masalah, penjelasan, jawaban serta data-data yang penulis butuhkan dalam skripsi ini. 3.4.4 Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik terakhir dalam pengumpulan data sekunder yang bersifat tercetak (printed) yang bertujuan untuk melengkapi data-data tambahan penelitian, seperti Company Profile (Profil perusahaan), buku-buku, tulisan-tulisan, dan sebagainya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu, strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. 3.5 Uji Validitas Dalam penelitian ini, keabsahan hasil temuan atau data yang diperoleh penulis dapat dinyatakan valid apabila hasil temuan atau data yang diperoleh dan dikemukakan penulis sesuai dengan temuan atau data yang sebenarnya terjadi pada objek yang diteliti. 46 Teknik umum pengujian keabsahan yang digunakan adalah teknik triangulasi. Triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Disini jawaban subjek di cross-check dengan dokumen yang ada. Menurut Dwidjowinoto (2002:9) ada beberapa macam teknik triangulasi, yaitu: 1. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. 2. Triangulasi waktu, berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu. Karena itu periset perlu mengadakan observasi tidak hanya satu kali. 3. Triangulasi teori, memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, analisis data yang lengkap supaya hasilnya komprehensif. 4. Triangulasi periset, menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing periset mempunyai gaya, sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati fenomena maka hasil pengamatannya bisa berbeda meski fenomenanya sama. Pengamatan dan wawancara dengan menggunakan dua periset akan membuat data lebih absah. 5. Triangulasi metode, usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan 47 menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama.41 Dari berbagai macam teknik triangulasi tersebut, penulis menggunakan triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987: 331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.42 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, penulis sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka penulis akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak penulis melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat jenuh. Dan data yang telah diperoleh dan terkumpul secara komprehensif selanjutnya diananalisis sesuai dengan kelompok data baik primer maupun sekunder. 41 42 Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana. hal. 72 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. 2004. Hal. 330-331 48 Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terlebih dahulu pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data di lapangan. Dalam menganalisis data, penulis melalui tahapan-tahapan berikut:43 1. Reduksi data (data reduction); data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu peneliti merangkum data-data yang sudah dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Tujuannya untuk memilih data-data yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting hingga menemukan pola. 2. Penyajian data (data display); setelah data direduksi, langkah selanjutnya mendisplay data. Penyajian data bertujuan agar penulis dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan. 3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verivication); pada tahap ini penulis menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian. 43 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan: Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: penerbit UI. Hal.16 49 3.7 Lokasi dan jadwal penelitian 3.7.1 Lokasi penelitian Lokasi Penelitian bertempat di Radio Republik Indonesia Pusat yang beralamat di Jl. Merdeka Barat No.4-5 Jakarta Pusat dan di RRI Banten Jl. Raya Pandeglang KM.3 No. 5 Karundang Serang-Banten. 3.7.2 Jadwal Penelitian Tabel 3.7 Jadwal Penelitian No 1. Jenis Kegiatan Pengajuan judul dan pra riset 2. Pengumpulan sumber data 3. Proses bimbingan, revisi dan ACC bab 1 s/d 3 4. Sidang Outline 5. Riset dan pengumpulan data di lapangan melalui data resmi dari RRI dan wawancara 6. Pengolahan data hasil observasi dan wawancara 7. Proses bimbingan, revisi dan ACC hasil laporan penelitian bab 4 s/d 5 8. ACC Sidang Skripsi Januari Februari Maret April Mei Juni 2014 2014 2014 2014 2014 2014 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara yang siarannya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial yang berfungsi memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional. Besarnya tugas dan fungsi RRI yang diberikan oleh negara melalui UU no 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, PP 11 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik, serta PP 12 tahun 2005, RRI dikukuhkan sebagai satu-satunya lembaga penyiaran yang dapat berjaringan secara nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran Asing. Dengan kekuatan 62 stasiun penyiaran termasuk Siaran Luar Negeri dan 5 (lima) satuan kerja (satker) lainnya yaitu Pusat Pemberitaan, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbangdiklat) Satuan Pengawasan Intern, serta diperkuat 16 studio produksi serta 11 perwakilan RRI di Luar negeri RRI memiliki 61 (enampuluh satu) programa 1, 61 programa 2, 61 programa 3, 14 programa 4 dan 7 studio produksi maka RRI setara dengan 205 stasiun radio. 50 51 4.1.2 Sejarah dan Perkembangan RRI Banten Keinginan hadirnya RRI Banten sesungguhnya sejak Banten menjadi daerah otonom terpisah dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000. Berawal dari pembicaraan yang dilakukan oleh seorang Gubernur Perempuan Pertama di Indonesia dan Provinsi termuda pada waktu itu yakni Hj. Ratu Atut Chosiyah bersama Wakil Gubernur Provinsi Banten saat itu Bapak H. Masduki ketika meninjau kesiapan pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Quran Tingkat Nasional Tahun 2008 yang diselenggarakan di Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B). RRI Jakarta saat itu diminta sebagai media Partner untuk melakukan Siaran Langsung dari kegiatan tersebut. Pada tanggal 14 April 2012, RRI Serang sudah bisa siaran lokal 8 jam mulai Pukul 08.00 s.d. 14.00 WIB selebihnya tetap relay Programa 1 RRI Jakarta sampai Pukul 24.00 WIB dengan penyiar RRI Banten yang pertama dan satusatunya Asih Rianda dan Nasrudin sebagai reporter. Siaran RRI Banten yang hadir di frekuensi 94,9 Mhz menjangkau wilayah Kota/Kab Serang, Kota Cilegon, Kab. Pandeglang, Cikupa, dan Balaraja. Kantor dan stasiun pemancar RRI Banten yang dulu masih berlokasi di Jl. KH. A. Khotib No. 47 Benggala Serang. Sampai saat ini, jumlah karyawan dan RRI Banten berjumlah 14 orang yang terdiri dari penyiar, reporter, teknik dan layanan usaha. RRI Banten memfokuskan mata acara program berita 35%, pendidikan/budaya 20%, hiburan 30% dan iklan/acara penunjang 15%. Melihat program siarannya, RRI Banten memfokuskan diri terhadap keinginan dan minat 52 pendengar. Salah satu keinginan RRI Banten yaitu dapat menumbuhkan masyarakat Banten yang kritis, moderat, terbuka dan memiliki daya saing dengan masyarakat lain diluar Banten, oleh karena itu RRI Banten mencoba menayangkan program-program siaran yang dapat memberikan stimulan bagi pendengar untuk dapat aktif. Untuk lebih mudah menyesuaikan program siaran yang dimiliki, RRI Banten menentukan sasaran pemirsa atau target audience dengan membagi segmentasi masyarakat yang berusia 4 tahun ke atas dengan strata ekonomi ke atas, strata ekonomi menengah ke atas, strata ekonomi menengah, strata ekonomi menengah ke bawah, dan strata ekonomi kebawah. Sasaran pendengar tersebut meliputi komposisi profesi masyarakat yang meliputi pelajar, mahasiswa, karyawan dan wiraswasta Indonesia 95% dan asing 5%.44 4.1.3 Visi, Misi, dan Motto Perusahaan A. Visi Mewujudkan LPP RRI sebagai radio berjaringan terluas, pembangun karakter bangsa berkelas dunia. B. Misi 1. Memberikan pelayanan informasi yang terpercaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik dan kode etik penyiaran. 44 Dokumentasi RRI Banten 53 2. Menyelenggarakan siaran pendidikan untuk mencerahkan, mencerdaskan, dan memperdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam kerangka membangun karakter bangsa 3. Menyelenggarakan siaran yang bertujuan menggali, melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat bagi keluarga, membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa ditengah arus globalisasi, 4. Menyelenggarakan program siaran yang berprespektif gender yang sesuai dengan budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas. 5. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga kedaulatan NKRI 6. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa. 7. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran mulai dari tahap perencenaan, pelaksanaan hingga evaluasi program siaran. 8. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumber daya teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta mengefesienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat teknik. 9. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif dan efesien dengan system manajemen sember daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan 54 operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata kelola lembaga yang baik (Good Corporate Governance) 10. Memperluas jejaring dan kerjasama dengan berbagai lembaga di dalam dan luar negeri yang saling memperkuat dan mengutamakan. 11. Memberikan pelayanan-pelayanan jasa yang terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan asset Negara secara profesional dan akuntabel serta menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai. C. Motto Sekali Di Udara Tetap Di Udara 4.1.4 Aplikasi Visi dan Misi RRI Banten Dalam mewujudkan LPP RRI sebagai radio berjaringan terluas, pembangun karakter bangsa berkelas dunia, RRI mempunyai strategi memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah NKRI. Seperti misi RRI yang antara lain adalah: 1. Memberikan pelayanan informasi yang terpercaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik dan kode etik penyiaran. Hal ini terlihat dengan pemberitaan yang mengedepankan kualitas dan bersikap independen dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 55 2. Menyelenggarakan siaran pendidikan bertujuan untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat bagi keluarga mencerahkan, mencerdaskan, dan memperdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam kerangka membangun karakter bangsa. Dengan memiliki kanal-kanal dan segmentasi tersendiri, yaitu PRO 1, PRO 2, PRO 3, PRO 4, dan VOI, RRI terus mencoba mewadahi dan memperdengarkan siaran yang bermutu dan berkualitas bagi kebutuhan masyarakat untuk membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa. 3. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga kedaulatan NKRI. Dengan perluasan jaringan RRI ke pelosok-pelosok dan perbatasan di wilayah NKRI sehingga seluruh masyarakat di perbatasan dapat mendapatkan informasi dari dalam dan luar negeri. 4. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran mulai dari tahap perencenaan, pelaksanaan hingga evaluasi program siaran. Dengan membuat acara on-off air jadi semacam ada jumpa fans, terus juga ada membentuk forum komunikasi terus juga ada yang disebut forum pemerhati 5. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumber daya teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta mengefesienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat teknik. Dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologi karena 56 sekarang teknologi canggih yaitu dengan audio streaming, video streaming dan juga RRI Play yang semuanya itu untuk mempermudah para pendengar mendengarkan informasi yang disiarkan RRI. 6. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif dan efesien dengan system manajemen sember daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata kelola lembaga yang baik (Good Corporate Governance). Dengan meningkatkan kualitas SDM karyawan dengan promosi ke lain daerah, rotasi dan memberi reward. 7. Memperluas jejaring dan kerjasama dengan berbagai lembaga di dalam dan luar negeri yang saling memperkuat, seperti Joint branding, melakukan perkumpulan dengan humas-humas dari berbagai instansi. 8. Memberikan pelayanan-pelayanan jasa yang terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan asset Negara secara profesional dan akuntabel serta menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai. Menyiarkan iklan layanan masyarakat dan kerjasama bagi instansi yang membutuhkan publikasi. Sebagai contoh Pemprov Banten ingin mengadakan acara kesenian tradisional Banten yang dapat disaksikan untuk umum misalnya, disini RRI berperan penting menginformasikan kepada publik tentang acara tersebut seperti apa dan bagaimana cara menyaksikan acara tersebut. 57 Dari misi RRI yang ada, RRI Banten yang merupakan RRI termuda yang baru berusia 2 tahun, terus berusaha meningkatkan kualitas penyiaran sehingga misi dapat terwujud dan kinerja RRI Banten dapat meningkat. 4.1.5 Program Siaran RRI Banten Sebagai radio penyiaran publik, RRI Banten tentunya memiliki beberapa program acara yang disiarkan setiap harinya. RRI Banten dalam penyelenggaraan program siarannya memiliki segmentasi pendengar yang universal. Hal ini dilihat dari program siaran yang mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya. Untuk mendeskripsikan lebih jelas mengenai program siaran RRI Banten, maka penulis menguraikan beberapa program siaran unggulan yang dimiliki RRI Banten berdasarkan hasil observasi berikut. Program siaran seperti “Dinamika Banten” yaitu acara berita terkini seputar Banten yang dikemas secara ringan. Selain itu ada program acara “Suara Anda” yang merupakan acara bincang pagi dengan narasumber, acara “Tips & Trik” yang membahas mengenai informasi ringan seputar kesehatan, pendidikan, keuangan, dan lain-lain. “Tips & Trik” juga hadir di akhir pekan yang memberikan informasi ringan seputar wisata dan olahraga. Di segmen remaja RRI mempunyai acara “Dunia Remaja” yang membahas tentang dunia remaja, seputar perilaku, pendidikan, wisata, dan lain-lain. Selain itu ada “Top Pop” acara request 10 tangga lagu versi RRI Banten. Di malam hari ada acara yang bertajuk “Inspirasi” yang membahas dengan topik tematik tentang dunia medis, wirausaha, otomotif, religi, daerah dan ada program “Golden Memori” informasi seputar 58 lagu-lagu tahun 60-90an baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan informasi lagu-lagu jazz dan R&B. Selain acara-acara tersebut, ada acara seperti “Warta Berita” dan “Metropolitan Isssue” yang merupakan siaran sentral dari RRI PRO 3 Jakarta. Sedangkan untuk program talk show RRI menyiarkan program bertajuk “Polantas Mengudara”. Dalam rangka memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat Satuan Lalu Lintas Polres Serang Bekerjasama dengan RRI Banten menyelenggarakan siaran langsung On Air tentang situasi arus lalu lintas di wilayah Serang. Dengan pelayanan ini diharapkan akan meningkatkan indeks kepuasan masyarakat terhadap kinerja Polri khususnya Satlantas Polres Serang. Dari sekian program yang ada, penulis melihat penamaan programprogram siaran yang dimiliki RRI Banten berdasarkan segala sesuatu yang berhubungan dekat dengan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk lebih mengenalkan program-program tersebut agar mudah diterima masyarakat. 4.2 Personalia RRI pada awalnya merupakan lembaga yang dibawah naungan departemen Penerangan yang status karyawannya adalah pegawai negeri sipil atau PNS. Dan setelah RRI tidak bernaung lagi di bawah Departemen Penerangan, yang sekarang menjadi Kementerian Komunikasi dan Informasi, RRI menjadi LPP dan pegawai lama yang dulu masih dalam naungan Departemen Penerangan tersebut, statusnya Pegawai Negeri Sipil. Sementara untuk pegawai yang baru, 59 disebut Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil atau PBPNS. Perekrutan karyawan baru, ditentukan kemampuan dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap stasiun. Tentang jumlah karyawan yang bekerja pada lembaga penyiaran publik RRI Banten, dari tingkat terendah sampai yang teratas berjumlah 14 orang seperti tercantum dalam struktur organisasi. 4.3 Deskripsi Informan 4.3.1 H. Engkay Karsila.,SE Figur bapak 53 tahun yang bersahaja dan berdarah Sunda ini, merupakan penanggung jawab RRI Banten. Dengan hobinya yang berhubungan dengan seni siaran, menyanyi, melawak dan berkoar-koar memberikan motivasi kepada masyarakat, membuat beliau termotivasi untuk bekerja di RRI. Sosok yang selalu memberikan inspirasi kepada ribuan orang, bahkan mungkin jutaan orang, memotivasi dan juga memberikan semangat hidup, dan penilaian positif, karena menurut beliau radio itu sangat mudah mempengaruhi jiwa pendengar. Keseharian beliau dalam pekerjaannya merupakan kepala seksi pencitraan di RRI Jakarta yang bertugas merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menjalin hubungan dengan mitra-mitra, seperti instansi pemerintah, swasta dan radio lain. Namun, dengan adanya rotasi karyawan, beliau dipindahkan dari kepala seksi pencitraaan ke produksi musik dan hiburan yang tugasnya sebagai penyuplai atau peng-create dari acara-acara PRO 1, 2, 3, dan 4, beliau juga merangkap sebagai 60 penanggung jawab RRI Banten yang tugasnya mengkoordinir semua bagian yang ada di RRI Banten. 4.3.2 Drs. H. Zahral Mutzaini Seorang bapak kelahiran Lampung Utara ini, merupakan kepala bidang produksi RRI Jakarta. Yang tugasnya sebagai koordinator bidang produksi di RRI, semua yang berkaitan bidang produksi di koordinasikan dan dikelola pelaksanaannya. Seorang bapak yang berumur 51 tahun ini merupakan sosok yang ramah dan supel. Dari beliau penulis banyak mendapatkan informasi tentang RRI Banten. 4.3.3 Agus Ardan Maulana.,SH Bapak 1 anak ini merupakan kelahiran Serang 21 Mei 1989. Beliau bertugas di bagian bidang layanan usaha di RRI Banten yang tugasnya berkaitan dengan kerjasama, layanan, dan pengembangan dan menjalin hubungan kerjasama dengan mitra-mitra baik di pemerintahan maupun swsata. Seorang bapak muda yang berumur 25 tahun ini merupakan sosok yang supel dan menyenangkan. Beliau juga banyak memberikan informasi kepada penulis tentang RRI Banten. 4.4 Analisis dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di RRI Banten 94,9 FM, penulis mendeskripsikan strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Penulis memaparkan beberapa hasil dari riset diskusi dan wawancara mendalam (depth interview) dengan key informan dan informan. Dalam menentukan key informan, penulis melakukan pertimbangan 61 bahwa karakteristik key informan adalah yang dianggap memiliki banyak informasi mengenai strategi RRI dalam membangun eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Key informan dalam penelitian ini adalah bapak Engkay Karsila yang merupakan penanggung jawab RRI Banten, yang dalam penelitian ini dapat memberikan informasi-informasi lebih banyak seputar strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik kepada penulis. Pertanyaan yang diajukan penulis kepada key informan dan informan adalah mengenai strategi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam membangun eksistensi. Selain key informan, penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan informan lain, dalam hal ini penulis memilih Bapak Zahral Mutzaini selaku Kabid Produksi RRI Jakarta, dan bapak Agus Ardan selaku marketing atau layanan usaha RRI Banten. Serta beberapa pendengar RRI Banten yang setia mendengarkan RRI. Kemudian hasil riset diskusi serta wawancara penulis dengan key informan dan informan di recheck kebenarannya berdasarkan teknik uji keabsahan data yang dalam hal ini penulis menggunakan peningkatan ketekunan dan juga teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data yang diperoleh. 4.4.1Analisis SWOT RRI Banten Strategi diperlukan untuk mencapai apa yang dikehendaki. Termasuk RRI Banten dalam membangun eksistensinya agar dapat mencapai visi misinya 62 sebagai lembaga penyiaran publik. Oleh karena itu penulis memfokuskan bagaimana strategi yang dimiliki RRI untuk dapat tetap beroperasi di tengah peluang dan hambatan yang harus dihadapi. Untuk merumuskan strategi-strategi tersebut, penulis menggunakan analisis SWOT sebagai salah satu instrumen untuk membentuk strategi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Maka analisis SWOT yang merupakan akronim dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threat (hambatan) dari sebuah organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis. Sehingga dalam penelitian ini penulis merumuskan strategi-straegi RRI Banten. 4.4.1.1 Kekuatan (Strength) RRI Banten Saat di wawancara, Bapak Engkay Karsila selaku penanggung jawab RRI Banten menguraikan beberapa hal yang menjadi kekuatan dan peluang RRI, yaitu, RRI berada di semua sabuk pengaman NKRI, RRI berada di seluruh provinsi yang ada di Indonesia terus juga berada di perbatasan-perbatasan, yang tujuannya memberikan informasi pada publik yang ada. Selain itu RRI merupakan radio berjaringan nasional yang jumlah frekuensinya sebanyak 250 stasiun, yang frekuansinya menggunakan FM, AM, dan SW. Terkait dengan anggaran, RRI mengajukan kepada pemerintah, dan selalu berkoordinasi terkait dengan 63 anggaran. Dan untuk RRI di seluruh Indonesia, semua anggaran berada di RRI Jakarta, karena stasiun tipe-A, satu-satunya berada di Jakarta. Dari penuturan tersebut, penulis dapat menganalisa bahwa secara internal, RRI Banten mempunyai kekuatan dari aspek permodalan, dimana RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah dan di bawah naungan RRI Jakarta. Sehingga untuk pembiayaan operasional, RRI Banten membutuhkan supply dari kantor pusat agar tetap dapat beroperasi. Hasil observasi, penulis juga mendapatkan informasi bahwa untuk pembiayaan seperti operasional, RRI Banten disokong sepenuhnya oleh pemerintah. Selain aspek permodalan, RRI Banten juga memiliki program konten lokal yang menjadi kekuatan untuk menarik perhatian pendengar. Program konten lokal tersebut diantaranya “Dinamika Banten” dan “Banten Membangun” yang merupakan program siaran berita terkini seputar Banten yang dikemas secara ringan dan santai. Program tersebut memiliki konten lokal dimana pendengarnya mayoritas dari masyarakat Kota/Kab. Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota Cilegon, Kabupaten Lebak, dan sekitarnya. Program dengan konten lokal seperti inilah yang menjadi kekuatan bagi RRI Banten dalam mengembangkan target siarannya. Wilayah jangkauan siar pun menjadi kekuatan tersendiri bagi RRI Banten. Sebagaimana berdasarkan undang-undang penyiaran No. 32 tahun 2002 pasal 31 ayat 2 mengenai stasiun penyiaran dan wilayah jangkauan siaran, Lembaga Penyiaran Publik dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Dengan 64 demikian jangkauan siaran RRI yang melingkupi seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Banten menjadi kekuatan untuk lebih dikenal masyarakat secara luas. Terkait dengan kelebihan RRI penulis mendapatkan hasil dari diskusi dengan Bapak Engkay, Pak Zahral dan Bapak Ardan bahwa RRI mempunyai segmentasi tersendiri dan ada kanal masing masing yaitu PRO 1, PRO 2, PRO 3, PRO 4 dan VOI. Programma 1 (PRO 1) untuk semua golongan atau usia, yang kedua ada Programma 2 (PRO 2) kreatifitas anak muda, Programma 3 (PRO 3) jaringan berita nasional atau news & dialog, Programma 4 untuk budaya, kemudian ada programma voice of Indonesia, itu siaran luar negeri (SLN) dalam 8 bahasa, yang semua ini adalah untuk melayani publik Indonesia dan luar negeri dalam arti kanal-kanal tersebut memiliki karakter masing-masing:45 Dari perumusan kekuatan tersebut, maka analisis SWOT untuk kekuatan yang dimiliki RRI Banten antara lain dijabarkan dalam tabel berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 45 Tabel 4.1 Analisis Kekuatan RRI Banten RRI Banten merupakan Lembaga Penyiaran Publik milik pemerintah yang bersifat independen. RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Mempunyai konten siaran dengan 4 programma (PRO). Program siaran yang ditayangkan secara teratur dan berpola. Jangkauan siar yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Banten. Hasil diskusi dengan bapak Engkay Karsila selaku penanggung jawab RRI Banten bapak Zahral selau Kabid Produksi, dan bapak Ardan selaku layanan usaha. Tgl. 6 Mei 2014 65 4.4.1.2 Kelemahan (Weakness) RRI Banten Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh RRI Banten, penulis mendapatkan secara langsung dari hasil diskusi dengan penanggung jawab produksi RRI Banten, bapak Engkay Karsila dan Bapak Ardan. Beliau melihat Struktur organisasi untuk di RRI di Banten sementara ini memang belum ditentukan, yang jelas RRI Banten dirancangnya tipe C, nanti akan terus dilakukan evaluasi dan terus memperbarui kinerja dan manajemen, sehingga mengalami peningkatan menjadi tipe B. Dan karena RRI Banten di bawah naungan RRI Jakarta, anggaran masih menggunakan RRI Jakarta. Keterbatasan SDM yang dimiliki oleh RRI Banten juga masih menjadi kendala, tetapi dengan keterbatasan tersebut RRI Banten masih dapat berjalan dan semua pekerjaan masih dapat ditangangani dengan baik dan profesional. Keterbatasan karyawan di RRI Banten merupakan kelemahan yang dimiliki RRI Banten dalam mengelola perusahaannya, sehingga operasional RRI Banten dapat terhambat karena setiap orang dalam manajemennya harus menjalankan tugas tambahan disamping job descriptionnya masing-masing. Melihat dari kelemahan yang dimiliki RRI Banten tersebut, maka analisis SWOT untuk kelemahan RRI Banten dapat dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 4.2 Analisis Kelemahan RRI Banten 1. Keterbatasan personil dalam struktur organisasi. 2. Aspek manajemen penyiaran yang belum sempurna karena keterbatasan personil. 3. Anggaran yang masih menggunakan RRI pusat/Jakarta. 66 4.4.1.3 Peluang (Opportunities) RRI Banten Berbicara mengenai peluang, RRI Banten telah mengantisipasi peluangpeluang apa saja yang dihadapi selama beroperasi. RRI Banten selalu berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan pendengar atau kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, strategi untuk mengembangkan peluang yang ada yakni dengan cara menyajikan program siaran yang cenderung disukai masyarakat. Dan juga RRI punya pengelolaan segmentasi di masing-masing daerah. Sebagai radio pemerintah dan juga bagian dari pemerintahan, RRI selalu mencoba mengembangkan menjadi radio yang memberikan penyiaran tentang informasi pendidikan, pemberitaan secara netral kepada masyarakat. Iklan yang diberikan kepada masyarakat juga merupakan iklan masyarakat yang juga bersifat edukatif. Selain itu RRI juga masih diharapkan keberadaannya oleh masyarakat pelosok tanah air yang tidak terjangkau hiburan seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya Perusahaan menghadapi peluang pasar sangat besar, tetapi di lain pihak, perusahaan menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Sementara peluang eksternal dalam lingkungan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Peluang merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan 67 sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang yang agresif. 46 Dari perumusan peluang tersebut, maka analisis SWOT untuk peluang yang dimiliki RRI Banten selanjutnya dijelaskan dalam tabel sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Tabel 4.3 Analisis Peluang RRI Banten Memiliki pendengar yang setia dan forum pendengar. Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radioradio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah. Memiliki akses sebagai mitra pemerintahan. Memberikan iklan layanan masyarakat yang bersifat edukatif kepada publik. 4.4.1.4 Ancaman (Threat) RRI Banten Adapun dari segi ancaman, penulis mendapatkan hasil dari diskusi bahwa RRI Banten memandang banyaknya media massa seperti televisi, koran, dan radio swasta lain sebagai kompetitor. Namun, kompetitor dianggap merupakan kendala yang sehat bahkan bisa menjadi feedback untuk RRI lebih maju lagi dan tetap eksis. Faktor cuaca yang tidak menentu juga menjadi salah satu hambatan atau ancaman, namun dapat diantisipasi dengan menggunakan daya 5 Kwh, sehingga tidak akan ada hambatan atau kendala. Jika jangkauannya tidak terganggu, maka tentu penyiaran dapat berlangsung dengan baik dan dapat terus melayani masyarakat dengan baik. 46 Hunger, David dan Wheelen, Thomas, 1996, Manajemen Strategis, Yogyakarta. Andi. Hal. 235 68 Selain itu, Hunger dan Wheelen juga menguraikan tentang ancaman dan kelemahan bagi perusahan. Ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan saat ini dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman, tetapi perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk pasar). Adapun bidangbidang khusus kelemahan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Dari ancaman yang harus dihadapai analisa SWOT untuk ancaman yang dimiliki RRI Banten, melalui observasi dan wawancara terhadap beberapa informan dalam penelitian ini, penulis menganalisa bahwa ancaman terhadap RRI Banten harus dihadapi dengan sigap dan RRI Banten harus dapat mengantisipasi segala kemungkinan. Ancaman-ancaman lain yang dapat menghambat operasional RRI Banten selanjutnya diuraikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Analisis Ancaman RRI Banten 1. Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran. 2. Persaingan yang tidak sehat. 3. Faktor cuaca yang tidak menentu. 4.4.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi 4.4.2.1 Strategi Menggunakan Kekuatan Untuk Membangun Eksistensi Dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik RRI sebagai lembaga penyiaran publik yang notabene siarannya independen, maka RRI tujuannya lebih besar pada publik dan kepentingan masyarakat banyak, serta 69 menggunakan kanal-kanal PRO 1, PRO 2, PRO 3, PRO 4, Voice of Indonesia (VOI) yang semua ini adalah untuk melayani publik Indonesia, dan luar negeri. PRO 1 itu adalah pemberdayaan masyarakat, yang segmentasinya ada informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Khusus PRO 2 segmentasi nya ditujukan untuk anak muda, itulah salah satu yang hal dilakukan RRI supaya sesuai dengan konten, sesuai dengan visi-misi RRI. PRO 3 merupakan jaringan berita nasional, PRO 4 yang merupakan wadah untuk memperlihatkan dan memperdengarkan budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke, yang juga mempunyai ratusan etnik yang hidup di Indonesia. Terus karena jaringan nasional dan juga membangun karakter bangsa, visi-misi RRI yang lain adalah untuk membentuk jaringan terluas jadi sampai ke luar negeri. VOI itu tujuannya untuk jaringan terluas di luar negeri, dan itu salah satu upaya dan juga sesuai kontennya. Strategi lain yakni membuat acara on air dan off air semacam jumpa fans dan juga ada yang disebut forum pemerhati agar pendengar setia RRI dapat selalu berkomunikasi dengan RRI. Itu merupakan salah satu upaya untuk mengikat para pendengar agar hubungan antara RRI dengan pendengar agar dapat terus eksis dan diterima masyarakat. 4.4.2.2 Strategi Meminimalkan Kelemahan Untuk Membangun Eksistensi RRI tentunya memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologi karena sekarang teknologi canggih dengan melengkapi audio dan video streaming agar masyarakat dapat mudah mendengarkan RRI. 70 RRI juga selalu mengevaluasi setiap program acara dan selalu mengelola manajemen produksinya dengan baik. Semua program produksi siaran harus disesuaikan dengan konten siaran di setiap programma. Seperti Programma 1 siarannya harus sesuai dengan konten atau format dari programma itu sendiri yaitu, pemberdayaan masyarakat. Selain itu ada eksekutif muda atau untuk remaja, dan juga budaya, sesuai konten dari programma tersebut. Dan RRI merupakan salah satu radio yang setiap tahun membuat rapat pola yang bertujuan untuk mengevaluasi dari sekian siaran yang telah dilakukan selama 1 tahun apakah masih layak untuk disiarkan atau tidak. Selain acara, SDM juga sangat diperhatikan, dikelola,. Jika karyawan RRI yang berprestasi, perlu ada reward berupa promosi ke lain daerah karena ada rotasi jabatan, itu salah satu upaya memanage dari karyawan-karyawati, yang ada di LPP RRI. 4.4.2.3 Strategi Memanfaatkan Peluang Untuk Membangun Eksistensi Untuk merebut pangsa pendengar, RRI melakukan joint branding dan melakukan pertemuan dengan humas-humas di seluruh instansi pemerintah maupun perusahaan. Yang tujuannya untuk menggaet dan bekerjasama dan menjadi media partner bagi humas-humas tersebut. Jadi, mitra-mitra yang bekerjasama dengan RRI dapat memanfaatkan RRI sebagai media untk mensosialisasikan program pemerintahan atau program di perusahaan tersebut. Selain itu RRI Banten berusaha mengetahui dan memahami kebutuhan pendengar yang ada kaitannya dengan siaran. Siaran RRI Banten bersifat inovatif, 71 kreatif, dan disesuaikan dengan zaman. Dan RRI terus mempertahankan kualitas dari pemberitaan dan program yang mudah diterima masyarakat sehingga masyarakat mau mendengarkan RRI. Dengan begitu RRI memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan kita bisa diterima jangkauannya, tidak terganggu cuaca bagaimana serta kita bisa melayani masyarakat luas yang di pedesaan, pelosok, dipegunungan sehingga dapat mendengarkan program RRI. 4.4.2.4 Strategi Menghindari Ancaman Untuk Membangun Eksistensi Mengenai strategi RRI dalam menghadapi persaingan dengan media massa lainnya RRI bekerjasama dengan mitra-mitra yang saling menguntungkan. Dan RRI juga terus bekerja sama dengan media-media lain karena RRI ini bukan pesaing, RRI tidak mencari iklan produk, iklan yang ada di RRI adalah iklan-iklan yang sifatnya kerjasama dengan instansi-instansi. Sebagai RRI termuda di Indonesia dan 2 tahun baru berdiri, tantangan tersendiri untuk RRI Banten sekarang ialah bagaimana menformat kontennya agar menarik, tidak hanya untuk golongan usia dewasa, namun juga untuk anak muda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Namun di samping itu, RRI Banten harus tetap konsisten untuk tetap menjaga kualitas siarannya agar sesuai dengan visi misi sebelumnya yaitu sebagai radio yang membangun karakter bangsa berkelas dunia. Karena itu RRI Banten kemudian mulai mengembangkan RRI PRO 2 yang memang format acaranya ditujukan bagi anak muda. Berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan dari kekuatan, kelemahan yang dimiliki hingga peluang dan ancaman yang harus dihadapi RRI Banten maka 72 penulis mendapatkan beberapa strategi yang sekiranya dapat dilakukan RRI Banten untuk mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, juga meminimalisir kelemahan untuk menghadapi ancaman. Dari faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut dapat dilihat beberapa hal yang paling berpengaruh dalam keberlangsungan hidup RRI Banten. Untuk itu diperlukan adanya strategi-strategi untuk dapat mengoptimalkan kekuatan, meminimalisir kelemahan, memanfaatkan peluang serta menghadapi ancaman dalam pengelolaannya. Strategi tersebut melahirkan sebuah pola yang merupakan pengembangan dari konsep yang digagas oleh Hunger dan Wheelen. Strategi dilihat dari kekuatan perusahaan dalam memanfaatkan peluang yang ada, juga memaksimalkan kekuatan untuk menghadapi peluang. Strategi selanjutnya yaitu meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik, serta memiliki kelemahan dan menghadapi ancaman. Pola strategi-strategi tersebut merupakan rumusan dari konsep Hunger dan Wheleen melalui matriks SWOT sebagai berikut: 73 Tabel 4.5 Matriks SWOT Manajemen RRI Banten Faktor Internal 1. 2. 3. 4. 5. Faktor Eksternal 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. Peluang (O) Memiliki pendengar yang setia dan forum pendengar. Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah. Memiliki akses sebagai mitra pemerintahan. Memberikan iklan layanan masyarakat yang bersifat edukatif kepada publik. Ancaman (T) Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran. Persaingan yang tidak sehat. Faktor cuaca yang tidak menentu. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. Kekuatan (S) RRI Banten merupakan Lembaga Penyiaran Publik milik pemerintah yang bersifat independen. RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Mempunyai konten siaran dengan 4 programma (PRO). Program siaran yang ditayangkan secara teratur dan berpola. Jangkauan siar yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Banten. Strategi (SO) Memahami pangsa pasar terutama target lokal dengan menyajikan tayangan semenarik mungkin. Memaksimalkan akses yang dimiliki untuk memperluas jaringan kerjasama. Merangkul pemerintah untuk memudahkan perluasan jaringan. Membuat acara on-off air jadi semacam ada jumpa fans, terus juga ada membentuk forum komunikasi terus juga ada yang disebut forum pemerhati Strategi (ST) Menambah segmentasi programma (PRO) 2 yang kontennya untuk anak muda/remaja. Meningkatkan mutu program agar mampu bersaing dengan media massa lainnya. Memperluas jangkauan siar. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. Kelemahan (W) Keterbatasan personil dalam struktur organisasi. Aspek manajemen penyiaran yang belum sempurna karena keterbatasan personil. Anggaran yang masih menggunakan RRI pusat/Jakarta. Strategi (WO) Menanamkan semangat kerja bagi seluruh karyawan untuk menciptakan iklim kerja yang dinamis. Meningkatkan kualitas SDM karyawan dengan promosi ke lain daerah, rotasi dan memberi reward Joint branding, melakukan perkumpulan dengan humas-humas. Strategi (WT) Melengkapi sistem siaran dengan audio dan video streaming. Membenahi manajemen penyiaran dengan perekrutan dan disposisi karyawan. Meminimalisir gangguan teknis dengan perawatan perangkat yang optimal. 74 Dalam menghadapi era teknologi canggih seperti sekarang ini dan banyaknya kompetitor dimana persaingan dengan media lain maka RRI melakukan strategi yang dengan terus mengimbangi teknologi canggih seperti audio dan video streaming. Dan juga RRI selalu bekerjasama dengan mitra-mitra yang saling menguntungkan untuk dapat terus diterima masyarakat dan dapat mempertahankan eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Dengan adanya analisis SWOT sebagai penentuan strategi, dan program-program yang terrus dikembangkan oleh RRI, RRI dapat meminimalisir kekurangan dan dapat mengantisipasi ancaman sehingga dapat terus diterima dan selalu memenuhi kebutuhan pendengar. 4.4.3 Strategi RRI Banten Berdasarkan Teori Niche (Ekologi Media) Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Niche yang dikembangkan sejak tahun 1960-an oleh para ahli ekologi seperti S.A. Levins (1957), R. Levins (1968), Ricklefs (1979) E.R. Pianka (1975) dan R.H. Whittaker (1973). Dalam konsep ekologi media, kompetisi antar industri media adalah kompetisi untuk memperebutkan sumber penunjang kehidupan. Menurut John W. Dimmick dan Eric Rohtenbuhler (1984) mengatakan bahwa sumber penunjang kehidupan media ada tiga yaitu : 1. pertama, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukan iklan. 2. Kedua, types of content, yang menunjukkan aspek program dan atau jenis isi media. Faktor konten merupakan deskripsi isi dari media yang 75 bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi/program acara yang ada. 3. Ketiga, types of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau target audien. Faktor audien pada dasarnya dapat dilihat melalui dua hal yaitu dari data asumsi/profil media yang bersangkutan atau dari penelitian khusus untuk mengetahui profil khalayak dan kebutuhan konsumsi media mereka. Pada sumber capital, terdapat struktur permodalan dan pengiklan yang dapat menunjang keberlangsungan hidup RRI Banten yaitu dari APBD karena RRI merupakan bagian dari pemerintah dan juga bertanggung jawab terhadap pemerintah. Selain itu RRI Banten masih mendapatkan permodalan dari RRI Jakarta. Sedangkan untuk pengiklan, RRI memberikan kesempatan kepada instansi-instansi pemerintahan untuk bekerjasama dalam iklan layanan masyarakat. Selain iklan layanan masyarakat, RRI juga terbuka untuk membuka iklan komersil, dalam artian, masyarakat yang mempunyai produk, dapat disiarkan dan diperdengarkan. Hal ini sesuai visi misi RRI yaitu sebagai pengembangan potensi bisnis masyarakat. Pada sumber types of content, yang menunjukkan aspek program dan atau jenis isi media tersebut. Dalam hal ini RRI mempunyai pengelolaan segmentasi tersendiri yaitu PRO 1 untuk pemberdayaan masyarakat, PRO 2 pusat kreatifitas anak muda, PRO 3 jaringan berita nasional, PRO 4 siaran budaya dan pendidikan, serta VOI siaran luar negeri dengan 8 bahasa asing yang dalam arti kanal-kanal tersebut memiliki karakter masing-masing. Khusus untuk RRI 76 Banten, karena RRI Banten adalah RRI termuda yang baru 2 tahun berdiri, maka RRI Banten mempunyai pengelolaan segmentasi PRO 1 dan PRO 2. Sesuai dengan visi misi RRI, RRI Banten terus mencoba meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumber daya teknologi yang ada dan memenuhi kebutuhan teknologi canggih seperti audio dan video streaming dan ada RRI Play di aplikasi android. Dan RRI menyelenggarakan siaran pendidikan, yang bertujuan untuk mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam rangka membangun karakter bangsa, dan memberikan siaran yang dapat menggali, melestarikan, mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat, serta membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi. Sumber ketiga yaitu types of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau target audien. RRI sebagai radio yang terluas jaringannya selalu berusaha memberikan pelayanan kepada publik dengan terus meningkatkan jangkauan siar hingga ke pelososk-pelosok dan perbatasan di Indonesia yang tidak terjangkau televisi atau radio lainnya. Dan dari kanal-kanal tersendiri yang dimiliki, RRI mempunyai audien atau pendengar khusus yang setia mendengarkan RRI. Ketiga sumber penunjang tersebut merupakan tiga tiang utama yang menjadi penyangga – sekaligus sumber “makanan” bagi media agar dapat survive dan mengembangkan dirinya dalam situasi kompetisi yang ketat. 77 Penerapan teori Niche pada RRI Banten dinilai sesuai dengan konsepsi mengenai ekologi media. Hal ini dikarenakan kegiatan penyiaran yang dilakukan oleh RRI Banten sudah mencakup sumber penunjang kehidupan media baik dari suatu permodalan, audien, maupun konten. Selain itu sebelum pelaksanaan ekologi media, RRI Banten berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan pendengar agar program dalam RRI Banten tepat pada sasaran segmentasinya. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Onong bahwa strategi diperlukan untuk mencapai apa yang dikehendaki. Termasuk RRI dalam membangun eksistensinya agar dapat mencapai visi misinya sebagai media radio penyiaran publik. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan.47 Dalam menghadapi era pasar bebas dan kompetitor dimana persaingan di dunia penyiaran kian menajam, maka RRI Banten lebih mengarahkan target sasaran pendengar yang terdapat di daerah perbatasan dan tidak terjangkau oleh televisi maupun radio lain. Dengan adanya strategi yang dilaksanakan dan dilakukannya ekologi media, peranan layanan usaha di RRI Banten merupakan ujung tombak perusahaan atau yang menentukan baik buruknya citra yang diterima oleh RRI dari pendengar. Dalam hal ini layanan usaha bertanggung jawab dalam mengatur program siaran, mengantisipasi masalah yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan pendengar. 47 Effendi, Onong Uchjana. 2007, Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 32 78 4.4.4 Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Penelitian ini adalah analisis strategi RRI Banten dalam mempertahankan eksistensinya sebagai lembaga penyiaran publik. Oleh karena itu, selain menganalisa strategi-strategi RRI, penulis juga membidik bagaimana eksistensi RRI sebagai lembaga penyiaran publik. RRI merupakan salah satu lembaga publik yang memberikan jasa penyiaran radio. Dalam hal ini RRI adalah radio publik milik negara, yang melaksanakan Tupoksi sesuai dengan amanat UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran dan berusaha bagaimana mempertahankan dan menyampaikan informasi yang sehat. RRI masih eksis karena segmentasi yang di bidik oleh RRI itu adalah bukan hanya dalam kota tetapi justru yang paling jauh itu di daerah-daerah makanya RRI Banten itu sangat direspon oleh gubernur karena Banten itu kan bentuknya masih terpencil-pencil dan informasi yang paling cepat adalah radio. Itu salah satu contohnya yang dilakukan oleh RRI dan sampai saat ini diperkotaan saja itu RRI penggemarnya masih bagus. Eksistensi sendiri seperti yang dikemukakan menurut Abidin Zaenal (2007:16): “Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.” 79 Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya RRI Pro 1 FM Banten tidak akan mengalami kemunduran, terutama dalam hal keuangan. Hal ini dikarenakan RRI Pro 1 FM Banten adalah bagian dari lembaga penyiaran publik yang mendapatkan dana operasional langsung dari pemerintah. Sesuai dengan UU no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 15, sumber pembiayaannya berasal dari: iuran penyiaran, APBN atau APBD, sumbangan masyarakat, siaran iklan, dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran dan selalu bertanggung jawab terhadap pemerintah. Selain itu, RRI juga selalu mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan program kerja dan siarannya ke Komisi Penyiaran Indonesia. RRI merupakan radio dengan jaringan terluas dan frekuensinya yang banyak hingga ke pelososk dan perbatasan, dan terbukti dengan luasnya jaringan tersebut RRI masih banyak pendengar setia. Salah satu cara untuk lebih dekat dengan pendengar yaitu dengan mengadakan acara on air atau off air. Dan ada juga semacam ada jumpa fans, membentuk forum komunikasi dan forum pemerhati. Itu salah satu upaya untuk mengikat para pendengar. di acara off air, kita adakan pertemuan, dan dalam tersebut terjalinlah komunikasi dengan pendengar. Banyaknya stasiun RRI yang berjumlah 250 stasiun dan frekuensi RRI yang menggunakan FM untuk di dalam kota, AM di luar kota atau di pelosok, dan SW untuk keluar negeri dan RRI menggunakan satelit Palapa C2 untuk sistem komunikasinya, satelitnya, dan kita bisa siaran dimana saja, karena kita radio berjaringan nasional. Hingga saat ini RRI masih terus tetep eksis, tetap ada komunitas spesial, pendengar spesial yang terbukti sampai saat ini bisa dikatakan 80 kalau dalam 1 jam saja ada 200 SMS dan ada sekian puluh penelepon menandakan bahwa RRI masih eksis acaranya masih dapat dinikmati dan digemari masyarakat.48 Hal yang sama juga disampaikan Hendra Leo Munggaran, informan pendukung selanjutnya yang mewakili elemen masyarakat. Saat ditemui untuk diwawancara, Hendra mengakui bahwa RRI Banten sudah mulai dikenal publik dan RRI adalah radio pemerintah yang berada di pusat dan wilayah-wilayah propinsi, salah satunya di Banten yang cukup eksis di masyarakat. Hal tersebut terbukti dari beberapa program siaran RRI Banten yang ia ketahui. Salah satu acara favoritnya Golden Memori dan banyak yang partisipasi, kirim SMS dan telepon. Kemudian Yenita yang merupakan pendengar lain dari kalangan remaja menambahkan bahwa RRI adalah salah satu radio yang dapat memberikan informasi serta berbagai hal yang sedang terjadi di masyarakat, wawasan dan hiburan yang sehat. Dan program acara di RRI Banten sangat menarik karena dengan adanya RRI Banten saya lebih mengetahui tentang informasi-informasi yang terpenting di Banten atau di luar kota. Dari beberapa penuturan informan pendukung yang dianggap mewakili pengertian eksistensi, maka penulis dapat menganalisa bahwa RRI Banten dapat dikatakan eksis. Dan beberapa hal yang menunjang eksistensi tersebut membuktikan bahwa RRI Banten dapat bertahan dan terus mengembangkan usahanya untuk tetap mengudara di masyarakat. 48 Hasil wawancara dengan bapak Engkay Karsila, penagnggung jawab RRI Banten. Tgl. 3 Maret 2014 pukul: 16.00 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RRI Banten mengenai strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik, penulis menyimpulkan bahwa Radio Republik Indonesia Banten 94,9 FM mempunyai kekuatan diantaranya RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kelemahan, yaitu Kekurangan personil dalam struktur organisasi. Peluang, Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah. Ancaman, Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran. Dan dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, dapat dilakukan strategi sebagai berikut: 1. RRI sebagai lembaga penyiaran publik yang notabene siarannya independen, maka tujuannya lebih besar pada publik dan kepentingan masyarakat banyak, maka RRI mempunyai strategi menggunakan kekuatan untuk membangun eksistensi yaitu menggunakan kanal-kanal yang dikelola untuk melayani publik di Indonesia. Strategi lain yakni membuat acara on air dan off air semacam jumpa fans dan juga ada yang disebut forum pemerhati agar pendengar setia RRI dapat selalu berkomunikasi dengan RRI 81 82 2. Sedangkan strategi meminimalkan kelemahan untuk membangun eksistensi, RRI tentunya memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologi karena sekarang teknologi canggih dengan melengkapi audio dan video streaming. Dan pengelolaan manajemen RRI dilakukan untuk terus mengevaluasi semua produksi acara, dan disesuaikan dengan konten siaran. Selain acara, SDM juga sangat diperhatikan, dikelola, juga direspon SDMnya, misalnya apakah SDM ini masih memenuhi syarat atau tidak, masih layak atau tidak jadi penyiar dan jika berprestasi, perlu ada reward, rewardnya berupa promosi. Selain itu juga ada perhatian terhadap SDM apabila SDM tersebut terlihat sudah jenuh, ada rotasi atau bisa juga promosi ke lain daerah, itu salah satu upaya memanage dari karyawankaryawati. 3. Untuk merebut pangsa pendengar, strategi memanfaatkan peluang untuk membangun eksistensi yaitu RRI melakukan joint branding dan melakukan pertemuan dengan humas-humas di seluruh instansi pemerintah maupun perusahaan. Yang tujuannya untuk menggaet dan bekerjasama dan menjadi media partner bagi humas-humas tersebut. Selain itu RRI Banten berusaha mengetahui dan memahami kebutuhan pendengar yang ada kaitannya dengan siaran. Siaran RRI Banten bersifat inovatif, kreatif, dan disesuaikan dengan zaman dan yang terpenting RRI dapat mempertahankan kualitas dari pemberitaan dan program yang mudah diterima masyarakat sehingga masyarakat mau mendengarkan RRI. 83 4. Mengenai strategi menghindari ancaman untuk membangun eksistensi, RRI bekerjasama dengan mitra-mitra yang saling menguntungkan dalam menghadapi persaingan dengan media massa lainnya. Dan sebagai RRI termuda di Indonesia dan 2 tahun baru berdiri, tantangan tersendiri untuk RRI Banten sekarang ialah bagaimana menformat kontennya agar menarik, tidak hanya untuk golongan usia dewasa, namun juga untuk anak muda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Namun di samping itu, RRI Banten harus tetap konsisten untuk tetap menjaga kualitas siarannya agar sesuai dengan visi misi sebelumnya yaitu sebagai radio yang membangun karakter bangsa berkelas dunia. Karena itu RRI Banten kemudian mulai mengembangkan RRI PRO 2 yang memang format acaranya ditujukan bagi anak muda. 5.2 Saran 5.2.1 Saran Teoritis 1. Sebagai radio publik yang cukup dikenal masyarakat Banten, RRI Banten harus selalu meningkatkan kualitas program acara dan selalu menjaga kedekatan dengan para pendengar. 2. Pihak RRI Banten harus meningkatkan kredibilitas dan nama baik perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar RRI Banten dapat terus membangun eksistensi dan memberikan pelayanan informasi yang terpercaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat 84 dengan memperhatikan kode etik jurnalistik dan penyiaran sesuai visi dan misi LPP RRI. 3. Selain menjaga hubungan baik dengan pendengar, hubungan dengan stakeholder atau lembaga pemerintahan harus selalu ditingkatkan agar semakin banyak masyarakat yang menjadi pendengar setia RRI Banten sehingga pendengar tersebut dapat menjadi aset yang dapat meningkatkan nilai lebih yang dimiliki RRI Banten di mata masyarakat luas umumnya dan lembaga pemerintahan khususnya. 5.2.2 Saran Praktis Selain memberikan saran untuk RRI Banten, penulis juga merekomendasikan penelitian lanjutan setelah penelitian ini dilaksanakan, penelitian ini hanya sebatas merumuskan strategi mengenai manajemen penyiaran, namun setelah melakukan observasi di lapangan, penulis mendapati temuan-temuan yang berhubungan yakni mengenai komunikasi organisasi. Oleh karena itu penulis menyarankan bagi siapapun yang akan melakukan penelitian di RRI Banten, komunikasi organisasi dapat menjadi rujukan penelitian yang sesuai untuk pengembangan hasil penelitian ini. Sehingga penelitian ini dan penelitianpenelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis. 85 DAFTAR PUSTAKA Anwar, Arifin. 2007. Strategi Komunikasi (Sebuah Pengantar Ringkas). Bandung. CV Armico. Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti, Dra, M.Si. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. Basrowi, Dr. M.Pd, dan Suwandi, Dr. M.Si. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Rineka Cipta. Biagi, Shirley. 2010. Media/Impact: Pengantar Media Massa. Jakarta. Salemba Humanika. Bungin, Burhan, Prof. Drs. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana. Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi. 2011. Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta. Kencana. Effendy, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung. CV. Mandar Maju. . 2007. Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hunger, David dan Wheelen, Thomas. 1996. Manajemen Strategis. Yogyakarta. Andi. Kriyantono, Rakhmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan: Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta. penerbit UI. Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya. 86 Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Nurudin, M.Si. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. Raja Grafindo Persada, Pearce, John & Robinson, Richard. 2011. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta. Salemba Empat. Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. Graha Ilmu,. Rivers, WL, Jeensen JW, Peterseon, Theodore, 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi Kedua. Jakarta. Prenada Media. Satori, Djam’an & Komariah, Aan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung. Alfabeta. Widjaja, H.A.W. Prof, Drs. 2002. Komunikasi (Komunikasi dan hubungan masyarakat). PT. Bumi Aksara. Jurnal: Wahyu W, Deddy, 2012, Sejarah Radio Republik Indonesia Wilayah Semarang Tahun 1945-1998 Vol. 1 No. 1, Universitas Negeri Semarang, 24-29 hal. H.L, Ditty, 2012, Strategi Perubahan Segmentasi Pendengar RRI Pro 2 FM Surabaya Vol. 1 No. 2, Universitas Airlangga Tamaya, Vicka, Sulandari, Susi,. Dra, M.Si,. dan Lituhayu Dyah., Dra M.Si, Optimalisasi Kampung Batik Dalam Mengembangkan Industri Batik Semarangan Di Kota Semarang, Universitas Diponegoro, 1-14 hal. Herawati, Anita dan Budi, Setio. 2007. Ekologi Media Radio Siaran di Yogyakarta: Kajian Teori Niche terhadap Program Acara Radio Siaran di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Vol. 4 No.2. Universitas Atmajaya Yogyakarta,107-130 hal. Artikel Lain: Adistya, Yusi, 2012, Analisis Strategi Manajemen Penyiaran Carlita TV Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Media Televisi Lokal. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten (Tidak Dipublikasikan). 87 Adi Nugraha, Ganesa. 2013. Eksistensi Pidana Tambahan Pada Tindak Pidana Korupsi (Studi Pada Kejaksaan Negeri Semarang). Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Tidak Dipublikasikan). Website www.rri.co.id www.rrijakarta.com www.rribanten.blogspot.com http://rribanten.wordpress.com/ http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih/article/download/2221/2037 http://journal.unair.ac.id/article_4640_media137_category137.html http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/viewFile/1612/1608 http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/1.-anita-herawati-dan-setia-Budi-107130.pdf http://lib.unnes.ac.id/18278/1/8111409078.pdf http://eprints.undip.ac.id/26089/1/summary_penelitian_Joko_Nugroho.pdf http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/668/pdf 88 89 90 91 SEJARAH BERDIRINYA RRI BANTEN Keinginan hadirnya RRI Banten sesungguhnya sejak Banten menjadi daerah otonom terpisah dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000. Berawal dari pembicaraan yang dilakukan oleh seorang Gubernur Perempuan Pertama di Indonesia dan Provinsi termuda pada waktu itu yakni Hj. Ratu Atut Chosiyah bersama Wakil Gubernur Provinsi Banten saat itu Bapak H. Masduki ketika meninjau kesiapan pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Quran Tingkat Nasional Tahun 2008 yang diselenggarakan di Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B). RRI Jakarta saat itu diminta sebagai media Partner untuk melakukan Siaran Langsung dari kegiatan tersebut. Ketika itu Gubernur dan Wakil Gubernur menyempatkan siaran Studio Mini RRI, mengingatkan akan statement yang disampaikan Dirut LPP RRI waktu itu Parni Hadi, bahwa RRI akan segera didirikan di Provinsi Banten. Wakil Gubernur Banten Masduki dengan gayanya yang khas dan akrab menggunakan Bahasa Sunda kepada Reporter RRI Jakarta – Engkay Karsila dan Heriyoko “Kieu Kang, pokoknya carioskeun ka para pimpinan di RRI Jakarta, Bapak miharep RRI Banten tos ngadeg saacan Bapak Pangsiun, kitunya..? Kendati RRI Banten belum muncul secara fisik tapi sejak itu Kepemimpinan RRI Jakarta (Alm) Gun Sukmagunadi, Sarwono, Nining Supratmanto, Zulhaqqi Hafiz, dan Nuryudi, RRI Jakarta Pro aktif melakukan siaran–siaran luar (insidentil) tidak saja liputan tetapi juga kegiatan MTQ Nasional, Sidang DPRD, Pelantikan Gubernur dan siaran dari Masjid Agung , Pemilukada, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden, 92 Seiring berjalannya waktu pada bulan Mei 2011 Dirut LPP RRI setelah melantik beberapa Kepala RRI Eselon 2 yang salah satunya Ersna Prahesti sebagai Kepala RRI Jakarta, menginstruksikan Kepada RRI Jakarta segera mewujudkan lahirnya RRI di Ibu kota Provinsi yaitu Banten yang secara geografis berdekatan dengan Ibukota Negara – Jakarta. Ersna Prahesti yang sudah melekat dengan cara kerjanya yang cekatan segera melakukan Rapat Struktural dan keesokan harinya Kepala RRI Jakarta menugaskan Heriyoko ke Banten untuk pertemuan dengan Karo Humas dan Karo Umum Pemprov Banten. Seminggu kemudian Kepala RRI Jakarta mengajak para Kabag/kabid Aep Karman Djajasamita (kabag TU, Naswin Achmad Kabid Programa Siaran, Dakhril Kabid Produksi, Djoko Purnomo Kabid Teknik dan Henny Mulyani Kabid LU serta Kasi Liputan dan Berita, Heriyoko untuk bertemu Gubernur Banten. Saat itu, Gubernur berhalangan karena sedang dinas ke luar kota, maka melalui Kepala Biro Humas Komari berserta stafnya Siti Ma’ani Nina langsung survey ex klinik di Pendopo Gubernur Banten Sejak itu dilokasi ex klinik. Crew Teknik Transmisi dipimpin Kasinya Tetuko berserta Mugiamano Kasi Teknik Studio dan staf Umar memasang perangkat pemancar dan studio (ex RRI Jakarta) yakni antena FM 2 by dengan ketinggian 18 meter, untuk Antena FM 300 watt dan parabola/resiver DVB, untuk mengisi modulasi siaran Programa 1 RRI Jakarta ke RRI Serang FM 94,9 Mhz. Pada waktu itu Djoko Purnomo (Kabid SDT), menyampaikan informasi kepada Kepala RRI Jakarta yang diperoleh dari KPID Banten dan Balmon bahwa ada frekwensi 94,9 yang kosong yang dialokasikan untuk Radio Publik. Mendapat 93 informasi itu Kepala RRI Jakarta Ersna Prahesti bersama dengan Para Kabag/Kabid dengan Kasi Liputan dan Redaksi Hariyoko langsung menemui KPID Banten Muhibbudin. Ketua KPID tidak melarang Frekwensi 94,9 di isi modulasi Programa 1 RRI Jakarta karena RRI adalah Lembaga Penyiaran Publik dengan catatan ISR Izin Siaran Radio harus diperjuangkan. Akhir Agustus 2011 uji coba test Modulasi di Frekwensi FM 94,9 Mhz berjalan mulus. Para Penyiar programa 1 RRI Jakarta dalam call station selain menyebutkan frekwensi Programa 1 RRI Jakarta juga Frekwensi RRI Serang FM 94,9 Mhz. Tanggal 14 April 2012, RRI Serang sudah bisa siaran lokal 8 jam mulai Pukul 08.00 s.d. 14.00 WIB selebihnya tetap relay Programa 1 RRI Jakarta sampai Pukul 24.00 WIB dengan penyiar RRI Banten yang pertama dan satu – satunya Asih Rianda dan Nasrudin sebagai reporter. Pengudaraan Frekwensi FM 94,9 Mhz terus berlangsung yang dijaga staf Rumah tangga Kantor Pendopo Gubernur sdr YANI. Bulan Februari 2012 Bagian Umum RRI Jakarta dipimpin Kasubbag Umum Suprawata merenovasi satu ruang ex kantor TIM Penggerak PKK dibuat Ruang Studio Kedap Suara. TIM Teknk Studio memindahkan studio dari ex klinik ke gedung ex PKK. Siaran 8 Jam cukup mengundang simpati pendengar Kota Serang dan sekitarnya, serta beberapa Pejabat termaksud Kepala Biro Humas Komari secara rutin menginformasikan kegiatan – kegiatan Pemerintah Provinsi Banten dan masyarakat. 94 Untuk menyampaikan RRI Serang sudah mengudara dengan konten lokal 8 jam, Kepala RRI Jakarta bersama Kabag/Kabid serta Kasi liputan dan Redaksi menghadap ketua DPRD Provinsi banten Aeng Nasrudin yang didampingi unsur pimpinan DPRD lainnya. Pihak Dewan mengatas namakan rakyat kurang berkenan nama RRI adalah RRI Serang disarankan nama RRI Banten. Demikian juga beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama kurang setuju nama RRI Serang, masyarakat ingin mengabadikan nama Banten melekat di RRI sebagaimana RRI perekat NKRI. Hal ini disampaikan Kepala RRI Jakarta kepada Direktur Utama LPP RRI Niken Widiastuti dan diteruskan kepada Ketua Dewan Pengawas LPP RRI Zulhaqqi Hafiz dan melalui diskusi Jajaran Direksi dan Dewan Pengawas LPP RRI disepakati RRI Serang sebagai RRI Banten. Pihak DPRD Prov. Banten Juga Menyarankan agar lokasi keberadaan RRI mudah diakses publik. Selanjutnya tokoh masyarakat yang cukup terkenal H. Najmuddin meminjamkan tanah berikut bangunan di jalan TB. Ahmad Khotib No. 47 Benggala Serang Banten untuk ditempati operasional RRI Banten. Dalam kelangsungan operasional siaran RRI Banten sejak mengudara tidak terlepas perjalanan siaran di Pendopo Kantor Gubernur baik di gedung Ex Klinik maupun gedung Ex PKK, sekarang gedung ex PKK masih digunakan sebagai studio VIP RRI Banten. Lagi – lagi TIM teknik yang di pimpin oleh Kepala Bidang SDT Maryoto memindahkan segala sarana prasana siaran di Jalan TB. Ahmad Khotib termasuk mengangkut tower tree angel dari Kebayoran dan pemacar FM 2 KW dengan 95 antena OMB 4 by. Kerena pemancar bukan baru, kekuatan 2 KW tidak maksimal dan tidak stabil bisa turun 1 KW bahkan 500 watt . Kabid Siaran Octovianus bersama Kasi Evaluasi Program Abdul Gaffar Zakaria terus berbenah dalam program siaran, Kabid Produksi Ferdi Kusno menjaring penambahan penyiar. Bulan Agustus Tahun 2013 Pemancar Baru berkekuatan 5 KW menghiasi kota serang dan sekitarnya sampai Perbatasan Merak yang 3 tahun terakhir RRI Banten bersama RRI Jakarta menggelar Tenda Publik dan Studio Mini dimana Kasi Pencitraan Engkay Karsila dan Kasi Pengembangan Usaha Siti Khotijah aktif melakukan kerjasama dengan mitra dan layanan publik, Perbatasan Pandegelang Perbatasan Rangkasbitung dan mengcover seluruh kota dan kebupaten Serang serta Cilegon. Dengan hadirnya pemancar baru 5 KW semakin menggairahkan para kepala Bidang Octovianus Kabid Programa Siaran, Zahral Mutzaini Kabid Produksi, Komaningsih Sutana Kabid LU berserta Siti Khotijah Kasi Pengembangan Usaha, Aep Karman Djajasasmita Kabag TU RRI Jakarta, berserta Pejabat Struktural lainnya Kasubbag dan Kasi RRI Jakarta bersama – sama TIM Work memantapkan keberadaan RRI Banten sesuai dengan Visi dan Misi LPP RRI “Menjadikan LPP RRI sebagai Radio Berjaringan terluas, pembangun karakter bangsa berkelas dunia”. 96 Struktur Organisasi RRI Banten Drs. H. Herman Zuhdi. M.Si Pembina RRI Banten Karsila, SE Penanggung Jawab RRI Banten Rozani, SE Bendahara Asih Kurnianingsih, SE Penyiar Nasrudin, S.Kom Reporter Gita Puspita, SE Penyiar Dendi F Reporter Dede Firdaus Penyiar Hasniar Rahmawati Penyiar Ari Penyiar Andi Lutfian, S.Kom Teknik Berlian H Teknik Agus Ardan M Layanan Usaha Heru Rumah Tangga 97 Program Acara RRI Banten 98 99 100 101 102 Pedoman Wawancara 1. Profil dan visi-misi RRI Banten? 2. Apakah usaha yang dilakukan RRI sebagai salah satu strategi untuk menjaga eksistensi sebagai radio ditengah banyaknya radio siaran swasta niaga? Seperti strategi perubahan segmentasi atau program kerja yang berbeda atau ada usaha lain? 3. Adakah perbedaan program kerja atau segmentasi yang dulu dengan sekarang? 4. Apa usaha yang dilakukan RRI untuk tetap mendapatkan simpati pendengar? 5. Publikasi seperti apa yang dilakukan RRI untuk mendapatkan pendengar setia? 6. Apakah RRI daerah melaksanakan program independen atau melaksanakan program-program dari pusat? 7. Siapa yang menjadi target pendengar RRI? 8. Bagaimana format acara di RRI? 9. Bagaimana proses perencanaan program? 10. Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan program? 11. Bagaimana atensi pendengar terhadap program RRI? 12. Apakah selalu ada evaluasi program secara berkala? 13. Jadi, apa intinya usaha RRI untuk menjaga eksistensi? 14. Apa saja kendala-kendala yang sering dihadapi RRI selama beroperasi sebagai media penyiaran? 15. Bagaimana pemecahan solusi dan pengendalian dari kendala yang sering terjadi? 16. Setelah sekian tahun berkiprah sebagai media penyiaran, apa saja kelebihan dan kelemahan yang dimiliki RRI? 17. Apa saja peluang dan ancaman yang dihadapi RRI selama beroperasi? 18. Bagaimana strategi RRI dalam menghadapi persaingan dengan media massa lainnya? 19. Strategi dengan kekuatan RRI Banten yang seperti apa/bagaimana untuk memanfaatkan peluang yang ada? 20. Strategi menggunakan kekuatan seperti apa/bagaimana untuk menghindari ancaman? 21. Strategi memanfaatkan peluang seperti apa/bagaimana untuk mengatasi kelemahan? 22. Strategi seperti apa/bagaimana RRI Banten meminimalkan kelemahan dan bagaimana strategi RRI Banten untuk menghindari ancaman? 23. Apa saja langkah-langkah real untuk mencapai tujuan dari media penyiaran ini? 103 24. Apa saja langkah-langkah RRI untuk merebut pangsa pendengar? 25. Bagaimana implementasi visi-misi RRI dalam penyiaran program siaran? 26. Apa saja rencana jangka pendek dan jangka panjang RRI? 27. Bagaimana RRI mengelola manajemen produksinya? 28. Apa saja program-program siaran yang dimiliki RRI? 29. Bagaimana manajemen RRI dari segi pemasaran? 30. Apa saja strategi pemasaran RRI? 31. Bagaimana strategi RRI dalam berkoordinasi dengan pihak pemerintah dan lembaga penyiaran? 32. Bagaimana status dan struktur organisasi RRI Banten? 33. Untuk stekeholder, bentuk kerjasama apa saja dan bagaimana hubungan dengan stakeholder? 34. Siapa saja yang menjadi stakeholder di RRI Banten? 35. Perusahaan/instansi mana saja yang sering jadi pengiklan di RRI Banten? 36. Apa saja jenis iklan di RRI? Apakah ada iklan komersil? Dan apakah ada biaya untuk iklan? 37. Sejauh mana RRI pusat mempengaruhi RRI Banten? Baik dari segi acara, permodalan, rumah tangga, dsb! Kewenangan RRI pusat terhadap RRI Banten itu bagaimana? Apakah RRI Banten hanya menjalankan dari pusat atau tidak? Terus permodalan itu seperti apa pengelolaannya? 38. Apakah RRI hanya mengelola dana dari APBD? 39. Apa saja tugas-tugas anda sebagai posisi ini? 40. Apa yang memotivasi anda untuk memilih bekerja di RRI? 41. Mengenai status karyawan di RRI, bagaimana status karyawan di RRI? Apakah pegawai negeri sipil atau pegawai BUMN, mengingat RRI adalah Lembaga Penyiaran Publik? Dan melihat situasi karyawan yang sudah senior dan mungkin ada yang akan memasuki masa pensiun, apakah RRI tidak berencana merekrut karyawan baru? 42. Setelah menjadi bagian dari RRI, bagaimana anda memandang program RRI? 43. Selama menjadi salah satu karyawan di RRI, apa saja kendala yang dihadapi? Dan bagaimana Anda menghadapi kendala tersebut? 44. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan pimpinan perusahaan? 45. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan karyawan yang lain? 46. Bagaimana pandangan anda mengenai eksistensi RRI? 47. Apa saja harapan anda untuk RRI kedepannya? 104 Hasil Wawancara Wawancara pak Engkay 3 Maret 2014 1. Apa saja kendala-kendala yang sering dihadapi RRI selama beroperasi sebagai media penyiaran? Jawaban: Banyaknya kompetitor kita ya, kompetitor itu suatu kendala juga, ya katakanlah kompetitor itu kendala yang sehat, ya kita tahu sekarang ini masyarakat gitu kan lebih cenderung ke televisi gitu kan televisi itu kan dengan program-programnya yang ehm...tetapi kita lihat mana ada program televisi yang tontonan menjadi tuntunan, ga ada. Sinetron semua, udah sinetron, dagelan, hanya canda, nyanyi dan joged-joged apa yang bisa dijadikan rujukan masyarakat gitu kan. Tetapi disini menjadi feedback untuk RRI maju lagi, gitu kan. Jadi ehm...kendala utama, satu, banyaknya kompetitor sehingga masyarakat membagi porsi mana yang ke televisi mana yang ke koran, mana yang ke radio, dibagi-bagi gitu kan, ehm...terus terutama RRI masih terus tetep eksis, tetap ada komunitas spesial, pendengar spesial untuk RRI yang sampai saat ini boleh dikatakan kalau dalam 1 jam/60 menit sms sampai 200 itu kan berarti masih eksis dong jadi penelepon juga itu SMS 200penelepon sekian puluh itu kan udah suatu acara yang dinikmati dan digemari masyarakat, nah gitu. 2. Bagaimana pemecahan solusi dan pengendalian dari kendala yang sering terjadi? Jawaban: Kita bikin acaranya ada on-off air jadi semacam ada jumpa fans, terus juga ada membentuk forum komunikasi terus juga ada yang disebut forum pemerhati juga ada di RRI itu salah satu upaya untuk mengikat para pendengar di acara off air, kita adakan pertemuan, nah dalam pertemuan itu ada yang disebut dengan komunikasi pendengar. Jadi kan ada penggemar oldist, lagu-lagu oldist, ada penggemar tembang kenangan, ada penggemar tradisional, terus ada yang penggemar khusus lagu-lagu anak muda. Nah kita gabung jadi satu, dan membentuk satu nama forum, yaitu disebut forum pemerhati, nah gitu upayanya. 3. Setelah sekian tahun berkiprah sebagai media penyiaran, apa saja kelebihan dan kelemahan yang dimiliki RRI? Jawaban: Kelebihan RRI, RRI ada di semua sabuk pengaman NKRI, RRI berada di seluruh Provinsi, ehm...yang ada di Indonesia, ya. Terus juga RRI sebagai pengaman dari NKRI ya. Jadi di negara-negara perbatasan seperti halnya di Nunukan itu adalah perbatasan Indonesia dengan Malaysia, terus juga di Boven Digoel itu perbatasan Indonesia dengan Thailand, terus di perbatasan-perbatasan itu tujuannya adalah untuk memberikan informasi pada publik yang ada, di, karena pendengar RRI itu pada umumnya radioradio swasta hanya kota saja jangkauannya, hanya di kota saja, sementara RRI harus masuk ke daerah-daerah, ke pelosok-pelosok, gitu kan. Kita tau 105 Kalimantan, begitu luasnya, Papua begitu luasnya, terus Sulawesi begitu luasnya, tapi RRI harus bisa memberikan pelayanan kepada publik itu sendiri, itulah merupakan suatu keunggulan dengan kita menggunakan sistem ehm...ada apa namanya jaringan nasional, kita punya jaringan nasional. Karena kalau umpamanya begitu RRI dari Sabang sampai Merauke itu jumlah frekuensi ada 250 stasiun, nah jadi 250 radio kan kalau di radio swasta itu hanya programma itu saja, FM saja sendiri kalau RRI menggunakan, unggulnya nih, unggulnya RRI salah satunya diantara frekuansinya saja ada FM, AM, SW. FM untuk dalam kota, AM keluar kota, sementara SW keluar negeri. Nah itu keunggulan dari siaran RRI. Dan kita menggunakan Palapa 12 gitu kan, sistem untuk komunikasinya, satelitnya, dan kita bisa siaran dimana saja. Karena kita radio berjaringan nasional, gitu, itu keunggulannya. Kelemahannya, apa yah kelemahan RRI tentunya sekarang sudah diminimalisir kelemahannya. Kalau dulu kan RRI hanya audio fining saja nah sekarang ada audio streaming, dan video streaming. Jadi ehm...temen-temen kita yang diluar sana yang menggunakan dan mengakses internet itu sudah bisa melihat wajah si penyiar, nah jadi itu video streaming dan audio streaming. Dari luar negeri pun bisa melihat bagaimana keadaan di RRI sekarang, siaran terdengar tapi orangnya bisa kelihatan ga, kan bisa dilihat, di akses, kan gitu. Dan juga sekarang itu di android ada RRI play, jadi bisa mendengarkan RRI dimana saja menggunakan HP, yah, HP itu bisa mendengarkan RRI karena disitu ada program RRI play, RRI yang mempunyai 4 programma itu, bisa di dengar disitu. 4. Apa saja peluang dan ancaman yang dihadapi RRI selama beroperasi? Jawaban: Peluang ke depan RRI masih tetap eksis dan masih tetap di ehm...apa namanya diharapkan keberadaannya oleh masyarakat terutama masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya, gitu yah. RRI bisa masuk ke seluruh pelosok-pelosok di tanah air, nah terus apa lagi ancamannya sendiri mungkin sekarang tidak ada lagi yang mengancam RRI. Kalo dulu RRI, TVRI ada di bawah naungan Departemen Penerangan, di satu direktorat yaitu direktorat radio, televisi, dan film. Adanya di kementerian. Kalo di kementerian, itu berarti peraturan presiden, Perpres. Sekarang kondisi RRI dan TVRI ini keberadaannya di Undang-undang, nah sekarang ditanya UU dengan Perpres tinggi mana? Undang-undang, jadi RRI kalo ini sempat mendengar RRI, TVRI itu dibubarkan oleh presiden gitu kan, zaman presiden Abdurrahman Wahid dibubarkan kan departemen penerangan terus departemen sosial dibubarkan tetapi sekarang RRI sesuai dengan ehm...UU No. 32 tahun 2002, nah itu RRI tidak bisa dibubarkan oleh siapapun kecuali negara ini bubar. RRI ya waktu departemen penerangan dibubarkan oleh presiden Abdurrahman Wahid RRI waktu itu menginduk ke Departemen keuangan. TVRI juga menginduk ke departemen keuangan terus 1 izin tadinya kan, hanya untukkenapa pegawai RRI ada yang pegawai negeri sipil yang digaji oleh 106 negara gitu kan, satu-satunya yang digaji negara tentunya harus terkait dengan kementerian, waktu itu menginduk-lah ke departemen keuangan yang sebutannya waktu itu perusahaan jawatan atau Perjan. Tapi ga lama dari perusahaan jawatan itu beralih lagi karena RRI itu bukan komersil, TVRI juga bukan komersil tentunya tidak bisa menghasilkan point the profit atau profit oriented akhirnya diganti lagi namanya bukan Perjan tapi diganti Lembaga Penyiaran Publik (LPP) sesuai dengan UU. 5. Bagaimana strategi RRI dalam menghadapi persaingan dengan media massa lainnya? Jawaban: Strategi RRI pusat tentunya kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologi karena sekarang teknologi canggih gitu kan, makanya yang saya sebutkan tadi untuk ehm...apa namanya mengimbangi dari teknologi canggih itu sendiri , kami sekarang melengkapi dengan audio dan video streaming itu, itu salah satu utamanya. Tadi sudah disebutkan di awal itu salah satu trik dan juga sekarang kita melakukan kerjasama dengan mitramitra, gitu kan, mitra-mitra yang saling menguntungkan yang saling membutuhkan gitu kan, terus kita bekerja sama dengan media-media lain karena RRI ini bukan pesaing, RRI itu bukan ehm...apa namanya tidak mencari iklan yang apa namanya yang produk, iklan yang kita ambil adalah iklan-iklan yang sifatnya kerjasama dengan instansi-instansi, bukan berarti ga boleh, tetapi RRI disini memberikan kesempatan pada radio swasta karena sesuai dengan aturannya dulu radio swasta akan memberikan royalti katanya pada RRI ketika tidak memberikan iklan, tidak menyiarkan iklan, tapi kenyataannya yah itulah bisnis, gitu yah. 6. Apa saja langkah-langkah real untuk mencapai tujuan dari media penyiaran ini? Jawaban: Langkah-langkah real jelas tadi diantaranya itu, jadi kita melakukan kerjasama-kerjasama dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada kaitannya dengan ehm...apa siaran. Siaran itu harus inovatif, kreatif, gitu kan, dan disesuaikan dengan zaman. 7. Apa saja langkah-langkah RRI untuk merebut pangsa pendengar? Jawaban: Langkah-langkah yang dilakukan kami selain yah ada joint branding, terus juga ada apa namanya, ehm...ada kita mengumpulkan humas-humas gitu yah, baik itu humas dari provinsi, dari pemerintahan, humas dari perusahaan, ya tujuannya itu adalah untuk menggaet dari ehm...apa namanya, untuk meningkatkan hubungan kerja dan juga kita melakukan kegiatan kerjasama kan dengan ehm...media-media lain jadi humas-humas itu kita ajak ehm...apa itu humas-humas ya kita melakukan pertemuan bahwa program-program unggulan yang bisa dilakukan atau digunakan oleh para mitra-mitra itu bisa dimanfaatkan di acara-acara, RRI. Jadi kita mengumpulkan humas-humas yang ada kita kumpulkan, apa sih kebutuhan humas untuk mensosialisasikan program ini, RRI, medianya, istilahnya kita menjadi media partner bagi humas-humas yang ada, gitu. 107 8. Bagaimana implementasi visi-misi RRI dalam penyiaran program siaran? Jawaban: Mengimplementasikan yah tentunya sekarang RRI bentuknya LPP yang notabene ini siarannya independen. Kalo di zaman orde baru RRI itu adalah sebagai corong pemerintah, nah sekarang RRI ini lebih independen yang tujuannya lebih besar pada publik, pada masyarakat. Pemerintah tetap menjalin hubungan krena sampai saat ini RRI dibiayai pemerintah, gitu kan, tetapi kepentingannya masyarakat banyak atau untuk publik, nah jadi, dengan sekarang itu kita menggunakan kanal-kanal ada PRO 1, PRO 2, PRO 3, PRO 4, Voice of Indonesia (VOI) yang semua ini adalah untuk melayani publik Indonesia, gitu kan, dan luar negeri. Sekarang, PRO 1, apa sih PRO 1 itu? PRO 1 itu adalah pemberdayaan masyarakat, segmennya siapa? Masyarakat Indonesia yang bisa mendengar di Indonesia dan di luar negeri. Adanya disitu informasi, hiburan, pendidikan dsb. Nah untuk menjaring anak muda, anak muda kan beda tentunya seleranya kan anak muda diberikan khusus programmanya, yaitu PRO 2 dengan dialegnya anak muda, dengan stylenya anak muda, lagu-lagunya juga anak muda, itulah salah satu yang dilakukan RRI supaya ehm... sesuai dengan konten, sesuai dengan visi-misi RRI, gitu kan, terus juga ehm...apa namanya PRO 3nya jaringan berita nasional, PRO 4 budaya Indonesia, kan tentunya dari Sabang sampai Merauke ratusan etnik yang hidup di Indonesia. Kalau kita bicara masalah budaya Indonesia tuh kaya apa sih, ya dari Sabanag sampai Merauke yang ratusan etnik yang ada itu RRI wadahnya yaitu di PRO 4. Jadi di PRO 4 itu lagu-lagu nya pun adalah lagu-lagu etnik budaya, gitu, ya. Ada apa namanya dangdutnya, dangdut daerah, popnya, pop daerah juga, rocknya, rock daerah, semuanya serba daerah yaitu etnik Indonesia. Terus karena jaringan nasional dan juga membangun karakter bangsa itu visi-misi RRI adalah untuk membentuk jaringan terluas jadi sampai ke VOI itu tujuannya untuk jaringan terluas di dunia, gitu kan. Jadi untuk di luar negeri, dan itu salah satu upaya dan juga tadi dikatakan ehm...sesuai kontennya, gitu. 9. Apa saja rencana jangka pendek dan jangka panjang RRI? Jawaban: Jangka pendek untuk tahun ini 2014, ehm... karena LPP RRI ini adalah milik bangsa, milik rakyat Indonesia milik publik Indonesia maka untuk tahun 2014 ini RRI oleh pemerintah itu dijadikan sebagai radio pemilu. Nah tentunya kenapa radio pemilu? Tentunya karena RRI berada di seluruh Indonesia, nah, terus apa yang dilakukan RRI? RRI akan melakukan ranahnya sebenarnya adalah ranah KPU atau Komisi Pemilihan Umum tetapi RRI berupaya untuk menjadi partner dari KPU, KPU menghitung secara manual, begitu RRI juga membikin acara yang disebut quick count. Quick count itu, kita ingin membandingkan begitu, bagaimana hasil survey dari KPU, bagaimana hasil RRI, dan RRI disini memberikan kesempatan pada seluruh Parpol yang akan menjadi peserta pemilu itu untuk mensosialisasikan programnya, nah, programnya tentunya supaya masyarakat itu akan lebih mengerti, akan lebih tertarik, 108 akan lebih mengisi dari perjuangan pemilu itu apa sih, ehm...itulah RRI bagiannya media partner dari pemilu itu sendiri . jadi itu salah satu kampanye, jadi mengingatkan kepada masyarakat, jangan lewatkan tanggal 9 April itu ada Pemilu, kita akan melaksanakan Pemilu, gitu kan. Dan bahkan kami sudah merancang dalam jangka pendek ini selain dari pemilu diharapkan pemilunya pemilu damai nanti RRI di seluruh Indonesia akan menyelenggarakan ehm...hiburan rakyat pemilu damai, pesta rakyat pemilu damai, nanti berupa hiburan-hiburan budaya yang berkembang di Indonesia tentunya, dari Sabang sampai Merauke nanti diharapkan nanti pemilu damai, gitu yah. Jadi ada hiburannya, hiburannya berupa budaya di Indonesia. 10. Bagaimana RRI mengelola manajemen produksinya? Jawaban: RRI mengelola manajemen produksinya tentunya dengan tadi yang disebut itu kan semuanya bidang produksi, jadi RRI itu produksi siaran, otomatis di program sesuai pengisian programma-programma itu. Programma 1 tentunya kita harus mengisi dengan ehm...sesuai dengan ininya apa namanya, statement dari sebutan-sebutan dari programma itu sendiri. Tadi saya katakan ada pemberdayaan masyarakat, ada eksekutif muda atau untuk remaja, dan juga budaya, sesuai konten itu, mengisi. Dan darimanakah pola itu? RRI salah satu radio yang tiap tahun itu membuat rapat pola, rapat pola ini tujuannya adalah mengevaluasi dari sekian siaran yang telah dilakukan selama 1 tahun apakah masih layak atau tidak acara ini. Salah satunya analekta. Analekta ini masih cocok apa engga sih? Kalo mau diganti dengan apa namanya? Terus ehm...jangkauannya kemana, iya kan. Itu di rapat selalu diperdebatkan, diperbincangkan oleh pengisipengisi acara. Diantaranya ada pengarah acara, ada produser nya terus juga ada ehm...pelakunya, itulah disitu ada rapat pola. Setelah rapat pola, ada rapat produksi untuk menentukan layak atau sih? Sesuai tidak sih? Nilai keuangan atau produk itu, nah itulah salah satu upaya untuk ehm...apa namanya tadi meningkatkan, mengelola manajemennya. Itulah salah satu cara memanaje. Terus juga SDMnya itu juga harus dikelola juga, direspon dari SDMnya, apakah SDM ini masih memenuhi syarat atau tidak sih, masih layak atau tidak jadi penyiar, suaranya masih bagus engga, si reporter juga masih bagus engga ini laporannya, nah itulah manajemen itu yang mengatur. Nah kalo umpamanya orang berprestasi, perlu dong ada reward, rewardnya apasih? Berupa promosi, ini, kayanya udah jenuh, ada rotasi, gitu kan. Bisa juga promosi ke lain daerah karena ada rotasi itu, itu salah satu upaya memanage dari karyawan-karyawati, yang ada di LPP RRI. Apa program analekta? Program analekta itu biasanya bentuknya feature, kan, ada dialog, ada kemasan dialog, dan dianggap, artinya boleh mengangkat isu yang berkembang boleh juga tokoh, boleh juga yang berprestasi gitu kan, macem-macem analekta itu. 11. Apa saja tugas-tugas anda sebagai posisi ini? Jawaban: 109 Pencitraan atau komunikasi publik namanya pencitraan, tentunya ini adalah sesuatu hal yang baik-baik, dicitrakan citra yang baik janagn yang jelek dong, yah. Citra ke dalam artinya saya itu harus mengontrol bagaimana sih situasi kondisi gedung? Apakah masih layak atau tidak, perlu dipoles atau tidak, kebersihannya bagaimana, terus dalam ruangannya bagaimana, penataan ruangannya bagaimana, terus siarannya, siarannya cakep ga sih suaranya? Itu apa yang haus dibenahi. Itu yang di dalam jadi komunikasi dengan manajemen di dalam. Nah kalo keluar otomatis kita juga mencitrakan diluar adanya, umpamanya, ada kegiatan, kita pasang banner, pasang umbul-umbul, pasang spanduk, pasang baliho, juga suatu pencitraan, pencitraan lembaga. Jadi tugas saya adalah ehm...merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi tugas dari pada pencitraan gitu yang kaitannya dengan ehm...apa pencitraan. 12. Apa yang memotivasi anda untuk memilih bekerja di RRI? Jawaban: Satu, karena diawali oleh senang yah...hobi, hobi saya itu adalah hobi bersuara, teus hobinya lagi yah ada berhubungan dengan seni, lah, kaya hobi nyanyi, melawak, saya hobi berkoar-koar memberikan motivasi kepada masyarakat, nah, dari situlah itu yang memotivasi saya dan sampai saat ini betah di RRI gitu kan, karena kan belum tentu semua orang itu hobinya sama dengan kita. Jadi itu yang memotivasi saya karena radio itu gitu yah, ehm...kita duduk tapi bisa memberikan inspirasi kepada ribuan orang bahkan jutaan orang mungkin, yah, kita memotivasi mereka, memberikan semangat hidup, memberikan penilaian positif, dan radio itu sangat mudah mengajak orang positif atau negatif itu sangat mudah mempengaruhi jiwa-jiwa pendengar itu. Karena pendengar itu dia beda dengan menonton televisi, kalu menonton TV kita melihat langsung gambarnya, kalau di radio kan suaranya itu, itu berarti apa bayangannya yah, bayangannya itu ih suaranya indah banget, orangnya kayanya begini, jadi imajinasi, berimajinasi kalau radio, makanya tidak sedikit orang yang tertipu oleh para penyiar, gitu kan. Yah penyiarnya seperti saya jelek, tapi banyak orang tertipu gitu kan, yah tapi itulah uniknya radio yang sangat berbeda dengan TV, jadi imajinasi yang jalan, gitu,yah. 13. Apa saja program-program siaran yang dimiliki RRI? Jawaban: Program-program siaran yang dimiliki RRI yah siaran ehm...apa namanya siaran langsung dan tidak langsung, gitu kan, programmanya ada programma untuk ibukota tentunya kita harus menyesuaikan juga dengan tema-tema yang hidup dan isi yang berkembang terus ada dialog interaktif yang sekarang lagi in, yah, dialog interaktif itu sangat in di kota-kota karena disitu akan memberikan pengaruh yang positif atau negatif terhadap para pendengar, terus ada siaran off air juga, jadi acaranya tetep dilakukan di halaman, ehm...salah satu contohnya umpamanya acara sunatan massal gitu kan, acara donor darah, acara disabilitas, itu dalam acara, jadi acara siaran dan juga non siaran dengan tujuan memberikan sosial kepada masyarakat. 110 14. Mengenai status karyawan di RRI, bagaimana status karyawan di RRI? Apakah pegawai negeri sipil atau pegawai BUMN, mengingat RRI adalah Lembaga Penyiaran Publik? Dan melihat situasi karyawan yang sudah senior dan mungkin ada yang akan memasuki masa pensiun, apakah RRI tidak berencana merekrut karyawan baru? Jawaban: RRI awalnya kan tadi di awal tadi sudah saya sebutkan bahwa RRI di bawah departemen penerangan yang statusnya adalah pegawai negeri sipil pusat, PNS. Nah setelah RRI itu putus hubungan dengan departemen penerangan yang sekarang jadi Kementerian Komunikasi dan Informasi, nah RRI sementara ini menjadi LPP, jadi pegawai yang sisa dari departemen penerangan itu statusnya pegawai negeri sipil sementara untuk ehm...pegawai yang baru disebutnya pegawai baru non PNS, Pegawai baru bukan Pegawai Negeri Sipil gitu jadi PBPNS, pegawai baru non negeri gitulah. Penentuan karyawan baru atau pegawai baru itu ditentukan oleh kemampuan ehm...apa namanya penentuan anggaran kalo anggarannya itu memungkinkan itu tentunya dan sesuai dengan kebutuhan tiap stasiunstasiun itu membutuhkan tenaga-tenaga spesial. Seperti halnya kalo di pencitraan ini dibutuhkan ehm...apa tenaga yang kreatif untuk cetak mencetak, desain grafis, terus juga ehm...dari apa namanya PR untuk pemasaran, jadi itu yang dibutuhkan tetapi kalo seandainya yang untuk sekarang ini tahun 2014 katanya denger-denger ada penerimaan pegawai baru bukan pegawai negeri, pegawai honorer katakanlah, tapi katanya ga boleh dan di pemda bahkan ada Honda (Honor Daerah) nah, untuk di RRI tahun 2014 ada,tapi engga tau keputusannya dari dewan direksi dan dewan pengawas. 15. Setelah menjadi bagian dari RRI, bagaimana anda memandang program RRI? Jawaban: Memandang program RRI masih boleh dikatakan layak, gitu yah karena semuanya adalah untuk kemaslahatan masyarakat, untuk mencerdaskan, untuk ehm...apa namanyamenghibur, memberikan informasi memberikan juga yah...pendidikan dan hiburannya ada, masih layak , dan acaraacaranya juga masih banyak digemari, karena kan kalau RRI itu tergantung dari unsur-unsur pendidikan, unsur hiburan, terus juga unsur sosial. Itu semuanya ada, gitu. Jadi RRI itu tidak seperti radio swasta, kalo radio swasta itu kan jelas-jelas mencari keuntungan, kalo RRI bukan hanya dari segi keuntungan tapi kemaslahatan bagi masyarakat, gitu RRI bedanya. 16. Selama menjadi salah satu karyawan di RRI, apa saja kendala yang dihadapi? Dan bagaimana Anda menghadapi kendala tersebut? Jawaban: Kendala yang dihadapi saya tentunya, apa yah, kendala itu dimanapun kita bekerja kendala itu pasti ada, hanya kendala itu kan tergantung kita menyikapinya, tergantung kita melihat, memandang, dari kendala itu apa sih? Semua orang, semua manusia itu mempunyai kendala, gitu kan, 111 cuman kendala nya ada yang bisa diatasi, atau ada yang tidak. Tapi sementara ini kendala yang dihadapi saya jenuh, yah, karena saya bekerja itu dari yahun 1982, belum lahir kan pastinya kamu? Hehehe...saya mulai dari musik dan hiburan, dari kesenian Sunda, karena saya dulu dari sekolah tinggi seni Indonesia, gitu kan. Itu jenuh, karena apa? Walaupun itu itu seni, tetapi umpamanya menggelutinya itu aja kan jenuh, saya mencari alternatif lain, saya menulis. Saya menulis, ehm...membuat naskah fragmen, naskah dialog, naskah feature, naskah straight news, ya itu kan dari situ kan ada variasi kerjaan. Saya karena banyak menulis akhirnya ditarik ke siaran kata. Dulu itu ada bidang siaran kata itu ada bank naskah . naskah-naskah yang akan disiarkan itu harus melalui siaran kata. Jadi dari siaran kata, saya dipindahkan lagi ke analisis naskah, saya harus menyortir naskah-naskah yang akan disiarkan dan yang sudah ditandatangani saya. Setelah dari itu saya dipindahkan lagi, dimintai tugas ke reportase, artinya menjadi wartawan, meliput kejadian-kejadian yang diluar maupun yang di dalam negeri. Nah dari itu, saya pernah juga diminta jadi penyiar, juga, terus saya ditarik lagi di layanan pengembangan usaha, yah sekarang ini di pencitraan. Di pencitraan, dipindahkan lagi, sekarang saya di produksi musik dan hiburan. Jadi produksi musik dan hiburan disitu saya sebagai penyuplai, sebagai ehm...peng-create dari acara-acara programma 1,2,3,4 nah, musik-musik hiburan yang saya kirim oleh saya, terus sampai ke Banten kesini, itulah tugas saya yah, sudah muter-muter kalo disini. Jadi disini ada rotasi, dan promosi jadi saya megang di dua tempat di Jakarta saya menjadi produksi musik dan hiburan, di Banten saya mengasuh dari semua yang ada disini. 17. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan pimpinan perusahaan? Jawaban: Jadi dimanapun kita bekerja kita itu harus menggunakan 3K, komunikasi, koordinasi, dan konsultasi. Nah, kalo ke atasan kita konsultasi ada trouble nih, kita koordinasi dengan teman-teman disini saya dengan penyiar, dengan reporter, dengan teknisi, koordinasi ini kita membuat agenda setting untuk ehm...apa namanya kampanye persiapan pemilu, ini koordinasi, penyiar nanti tolong ada rambu-rambunya, ini tugasnya, pengarah acara harus ada karena pengarah acara itu nantinya akan menentukan maju atau berhentinya siaran, nah, udah gitu harus dibuatkan rundown acara, itu harus. Dalam suatu acara, nah gitu kan, rundown acara itu jadi dilengkapi oleh produser, pengarah acar, penyiar/host, terus juga ada teknisi, gitu kan, teknisi/operator. Dan juga ada pemancar disana, terus juga ada yang menghubungi ke narasumber, narasumber mau datang atau by phone, nah itu koordinasi namanya. Jangan hanya koordinasi, kita konsultasi kepada pimpinan, keliatan yang kita kerjakan, kalo kata pimpinan ok, bagus, siap nah itu 3K, itu komunikasi, koordinasi, konsultasi. Itu jadi baik terus saya dengan pimpinan. 18. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan karyawan yang lain? Jawaban: 112 Dengan karyawan lain, ehm...apa namanya kita harus mengerti mereka tugasnya apa sih? Jadi di RRI ini adalah merupakan suatu teamwork, tidak ada yang hebat. Penyiar secantik apa, sebagus apa suaranya tanpa didukung oleh ehm...operator engga mungkin bisa suaranya keluar. Operator tanpa didukung oleh teknisi lainnya, listrik, terus juga dengan engineer yang lain dengan pengarah acara, tidak mungkin, jadi harus ada satu kesatuan, makanya radio itu adalah teamwork yang tidak bisa dipisahkan, gitu kan. Jadi, menjalin hubungan sesuai dengan, yah, profesional hubungannya, saya sebagai ehm...apa namanya produser harus mengerti tugas dari ehm...operator, harus mengerti tugas dari semuanya, jadi berkoordinasi semuanya. 19. Bagaimana manajemen RRI dari segi pemasaran? Jawaban: Jadi, produk-produk RRI adalah produk suara atau produk dari siaran itu adalah siaran suara/audio, otomatis yang dijual ke masyarakat itu adalah audio, jadi ehm...kita ke klien/ke mitra kita menginformasikan apa saja sih sosialisasi yang perlu disampaikan melalui audio, atau melaui radio ini, kita sampaikan segmentasi kita ini, coverage area ini, kemampuan kita ini, disampaikan, sehingga mitra tidak merasa terbohongi, jadi kita sehat-sehat saja. Umpamanya ibu mau membuat iklan apa? Apa yang harus disosialisasikan ke kami? Apakah bentuknya sport, apakah bentuknya etnik, apakah bentuknya dialog, apakah bentuknya yang interaktif, bagaimana, jadi kita selalu, ehm...menyampaikan pada si mitra-mitra itu supaya mereka itu tidak merasa dibohongi dan mereka diyakinkan bahwa siaran kami itu adalah di dengar oleh sekian banyak pendengar coverage areanya Indonesia, provinsi, atau lokal, itu harus dijelaskan supaya mereka tidak merasa tertipu. 20. Apa saja strategi pemasaran RRI? Jawaban: Strategi pemasaran RRI yang kami lakukan adalah yang selalu dikumandangkan kepada ehm...klien, mitra kita yang akan beriklan dikita bahwa RRI adalah radio berjaringan nasional, gitu kan, jadi satu-satunya radio yang menyandang nama negara dan satu-satunya radio yang jaringan terluas, gitu, bukan skala nasional saja, bahkan keluar negeri juga pun kita diluar negeri punya perwkilan-perwkilan, gitu. Itu apa namanya disbut jaringan terluas dan membangun karakter bangsa. 21. Bagaimana strategi RRI dalam berkoordinasi dengan pihak pemerintah dan lembaga penyiaran? Jawaban: Lembaga penyiaran dan pemerintah, tentunya RRI merupakan bagian daripada pemerintah, gitu, RRI melakukan juga, karena RRI dibiayai oleh pemerintah tentu kita bertanggung jawab dengan pemerintah, dan RRI tentunya anggaran yang diberikan oleh pemerintah itu digunakan untuk apa ada audit, ada pemeriksaan dari BPK, jadi tidak sembarangan RRI umpamanya pemancar itu kan alat mahal, yah, kita tidak sembarangan, umpamanya anggaran untuk beli pemancar, ya harus beli pemancar, kalo 113 anggarannya hanya untuk beli OB Van, ya beli OB Van, engga bisa dipindahkan ke yang lain, sesuai dengan accountnya. Itulah bentuk tanggung jawab RRI terhadap pemerintah. Sementara untuk ke KPI, tentunya kita berkoordinasi sampai saat ini RRI tidak pernah ditegur oleh KPI karena KPI, komisi yang selalu memantau siaran-siaran bahkan RRI menginformasikan pada KPI bahwa siaran kami sampai saat ini amanaman saja dan selalu disampaikan ini program-program RRI, jadi selalu di komunikasikan dengan pemerintah maupun dengan ehm...apa namanya, dengan KPI. Kaitannya dengan anggaran, tadi saya katakan bahwa anggaran dari RRI kan mengajukan dulu tuh, RRI mengajukan kepada pemerintah dari DPR komisi 1, ini lho tahun ini RRI akan menyelenggarakan acaranya ini, ini, ini, minta biaya sekian, kalo kata DPR, oh, ini layak, boleh, baru disetujui oleh pemerintah, keluarlah anggaran untuk RRI, gitu. 22. Bagaimana pandangan anda mengenai eksistensi RRI? Jawaban: Eksistensi RRI, masih tetep eksis kalaupun sekarang media banyak, yah, tetapi komunitas untuk RRI, pendengar RRI masih cukup eksis, masih cukup banyak. Di depan tadi saya katakan bahwa dalam 1 jam aja penelepon sampai 200 itu kan udah luar biasa, masih eksis, eksisnya jelas itu masih bisa membanggakan. 23. Apa harapan Anda untuk RRI ke depannya? Jawaban: Harapan saya RRI mudah-mudahan tetap mengudara dan dicintai oleh penggemarnya, dan masyarakat masih percaya terhadap program-program RRI, sehingga walaupun nanti saya sudah pensiun, saya sudah meninggal, RRI tetap akan hidup selamanya sepanjang masa, gitu. 24. Bagaimana status dan struktur organisasi RRI Banten? Jawaban: Jadi Struktur organisasi untuk di RRI di Banten sementara ini memang belum ditentukan tipe RRI Banten itu tipe apa, yang jelas RRI Banten dirancangnya untuk sementara tipe C, jadi stasiun siaran produksi jadi ehm...tipenya udah tipe C, nanti meningkat setelah C baru ke B, gitu yah, jadi RRI di seluruh Indonesia itu ehm...apa namanya, tipe A-nya satusatunya adalah di Jakarta, makanya di bawah naungan, di bawah pembinaan RRI Jakarta, anggaran pun masih menggunakan RRI Jakarta. Tapi nanti ke depan saya yakin di apa namanya, tahun depan, sudah pisah, sampe Desember lah yah ini sudah beres, gitu kam, itu Januari tahun 2015 ini RRI sudah beda. Jadi keinginan kami dengan para pimpinan baru, RRI Banten itu ingin dijadikan vailed project yang tidak terlalu banyak personalnya. Jadi kalau di RRI Jakarta kan ada kepala RRI, kepala bagian tata usaha, kabid produksi, ada kabid layanan usaha, ada kabid teknik, ehm...itu gitu kan, terus dibagi kepala seksi, bengkak, terlau banyak. Nah RRI Banten itu dirancangnya kepengennya satu kepala, terus kepala bagian, nah kepala bagian usaha merangkap keuangan, terus kepala teknik merangkap ehm...apa, gitu kan, merangkap, jadi ga terlalu banyak orang. 114 Dan buktinya ini kan dengan 11 orang bisa jalan semua hanya memang ehm...anak-anak berat saja tenaganya, kan dengan 11 orang. Kalo 11 orang, terus ditunjang dengan profesional, fee-nya juga akan beda, gitu kan, jadi kita, gitu kan, jadi gajinya gede, daripada banyak orang tapi banyak nganggur, ngapain? Kan pemborosan, yah ga efisien, gitu kan. Ya itu harapan ke depannya, tapi kan ga tau itu hanya angan-angan saya aja berbicara profesional, memang harus profesional, jadi begitu banyak kerjaan idenya gimana. Jadi umpamanya nih saya bisa baca berita, bisa menyiar, bisa reportase juga, bisa jadi presenter juga, bisa menulis juga kan banyak tuh, 5.000, 5.000, 5.000, 5.000, 5.000 udah 25.000, profesional boleh gitu kan, jadi malah profesional, dituntut semuanya dipegang sama dia. Jadi beda sekarang kan penyiar tugasnya cuman penyiar gitu aja, ga ada pemekaran ide-ide lainnya, tapi kalo script writer bisa, laporan bisa, presenter bisa, terus juga apalagi mencari uang bisa wah itu kan diborong, rangkap jabatan. 115 Hasil wawancara dengan Bapak Zahral Mutzaini tanggal 30 Januari 2014 1. Profil dan visi-misi RRI Banten? Jawaban: Terkait dengan RRI banten itu adalah stasiun produksi dibawah binaan RRI Jakarta. Nah, di RRI Banten itu kita sudah melakukan penyiaran setiap hari berdurasi 19 jam per hari. Nah disana ada ehm...apa namanya kepala koordinator pelaksana dan ada beberapa penyiar kemudian ada beberapa teknisi termasuk bagian umum, satpam, dan lain-lain. Nah kalo bicara visi dan misi RRI, itu semua di seluruh Indonesia itu sama. Bisa dilihat di web rri.co.id 2. Apakah usaha yang dilakukan RRI sebagai salah satu strategi untuk menjaga eksistensi sebagai radio ditengah banyaknya radio siaran swasta niaga? Seperti strategi perubahan segmentasi atau program kerja yang berbeda atau ada usaha lain? Jawaban: Jadi begini RRI itu kan misinya adalah misi negara sebagai media penyampai informasi kemudian pendidikan, hiburan yang sehat, pemersatu bangsa dan penjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nah itu kalo bicara tentang peran RRI. Jadi karena itu kita punya ehm...apa namanya pengelolaan segmentasi di masing-masing RRI ada 5. Yang pertama Programma 1 (PRO 1) untuk semua golongan atau usia, yang kedua ada Programma 2 (PRO 2) untuk remaja, Programma 3(PRO 3) untuk news & dialog, Programma 4 untuk budaya, kemudian ada programma voice of Indonesia, itu siaran luar negeri (SLN) dalam 8 bahasa. Nah tapi khusus untuk Banten karena itu stasiun produksi ya baru Programma 1 (PRO 1) gitu lho, khusus untuk Banten ya itu baru RRI PRO 1. Yang melayani publik Banten, publik Banten secara keseluruhan. 3. Adakah perbedaan program kerja atau segmentasi yang dulu dengan sekarang? Jawaban: Yah saya pikir karena baru yah belum ada di Banten itu, di Banten tetap yah karena dia baru untuk program. Nanti sejarahnya saya coba cari lah yah. 4. Apa usaha yang dilakukan RRI untuk tetap mendapatkan simpati pendengar? Jawaban: Nah jadi RRI itu di berbagai tempat itu memang berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan pendengar atau kebutuhan masyarakat. What tehe people want, what the people need. Nah disetiap daerah kan gitu. Nah lalu ketika penyusunan program itu ehm..rata-rata mereka kalaupun misalnya tidak diundang dalam penyusunan program tentu masukan-masukan mereka menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan program gitu lho. Jadi, ehm... artinya itu sebuah usaha yang memang kita mendekatkan diri pada segmentasi dan mendapatkan simpati pendengar. 116 5. Publikasi seperti apa yang dilakukan RRI untuk mendapatkan pendengar setia? Jawaban: saya pikir RRI itu kan membuka misalnya program ehm...yang sesuai dengan kebutuhan daerah yah, jadi ya sepanjang apa yang disiarkan RRI itu memenuhi kebutuhan khalayak ya tentu mereka menjadi simpatisan, kan gitu, artinya mereka selalu mendengarkan RRI. Nah itu upaya untuk mendapatkan pendengar setia. 6. Apakah RRI daerah melaksanakan program independen atau melaksanakan program-program dari pusat? Jawaban: masing-masing itu lokal konten jadi sesuai dengan kebutuhan daerah, jadi dia tidak melaksanakan program pusat. Tetapi kenapa masih suka ada relay? Ya itu ehm...apa bukan berarti melaksanakan program pusat jadi memang ada sebagaian yang lokal konten ada yang sebagian lainnya adalah merelay operator yang ada di RRI Jakarta khususnya RRI itu ehm...apa namnya PRO 3. Relay PRO 3 karena PRO 3 itu terkait news and dialog, sering di relay. 7. Siapa yang menjadi target pendengar RRI? Jawaban: targetnya adalah semua masyarakat yang ada di lingkungan dimana RRI itu berada. Kalo Banten yan tergetnya propinsi Banten, gitu targetnya. 8. Bagaimana format acara di RRI? Jawaban: jadi format acara RRI itu ada ehm... apa namanya berita, pendidikan, kemudian hiburan, kemudian iklan layanan masyarakat. 9. Bagaimana proses perencanaan program? Jawaban: proses perencanaan program itu dilaksanakan di akhir tahun. Kenapa tidak di awal tahun, karena mau diterapkan di awal tahun, nah Desember itu kita merencanakan program. Dengan melakukan evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan selam satu tahun sebelumnya lalu, ehm...melakukan perbaikanperbaikan. 10. Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan program? Jawaban: Faktor utamanya itu kalo perencanaan program itu (1) Apakah acara itu masih diminati oleh pendengar, kalo ga diminati lagi ya digantikan gitu. (2) Kebutuhan terkini 11. Bagaimana atensi pendengar terhadap program RRI? Jawaban: atensi pendengar terhadap program RRI saya pikir nanti dilihat aja di Banten kaya apa. Tapi menurut saya sih bagus, cukup baik. 12. Apakah selalu ada evaluasi program secara berkala? Jawaban: 117 ya tiap tiga bulan sekali itu di cek, program itu kan sudah ditetapkan tiap tiga bulan kita cek bisa jalan ga, ada kendala dimana, masih diminati atau ga, banyak macem-macem faktor. 13. Jadi, apa intinya usaha RRI untuk menjaga eksistensi? Jawaban: Ya RRI itu kan radio publik, milik negara jadi kita adalah melaksanakan tupoksi kita seperti awal tadi. Ya kita ga lari dari situ karena itu amanat UU No 32 tahun 2012 tentang penyiaran kita melaksanakan amanat itu makanya kita tidak, usaha kita adalah bagaimana mempertahankan, bagaimana menyampaikan informasi yang sehat. 118 Hasil wawancara dengan Bapak Ardan tanggal 6 Mei 2014 1. Apa saja kelebihan/keunggulan RRI Banten? Jawaban: Jadi RRI ini bukan radio komersil yah seperti radio swasta lainnya tapi emang disini untuk bidang marketing sendiri, ehm...kita sudah diperlukan untuk itu jamannya tahun 2004 kalo ga salah waktu itu ehm...jadi untuk sistem pengembangan apa namanya periklanan kita bisa menerima iklan, itu juga bukan dengan mencari keuntungan tapi disini kita ehm...membantu untuk pengembangan, membantu pengembangan produk jasa masyarakat/usaha masyarakat itu sendiri gitu, tapi jangan mempromosikan produk dari masyarakat itu sendiri sedangkan dalam hal penyiaran biasanya orang menganggap RRI itu jadul, membosankan cuman disini RRI mempunyai segmentasi PRO 1, PRO 2 kreatifitas anak muda, PRO 3 jaringan berita nasional, PRO 4, VOI, dalam arti kanal-kanal tersebut memiliki karakter masing-masing ehm...kalo misalkan PRO 1 itu pengembangan umum ehm...apa PRO 2 itu lebih pusat kreatifitas anak muda kan masing-masing beda. Kalo untuk pemberitaan kita juga ingin menyeleksikan pemberitaan/penyiaran tanpa mengurangi rasa ehm...mengurangi karakter dari RRI itu sendiri. Kita berupaya untuk bagian masyarakat tau, gitu kan masyarakat dapat informasi dari kita, kita juga harus mengikuti mereka jangan sampai kita kaku, masyarakat jenuh dengan pemberitaan kita. Nah untuk itu disini berupaya bagaimana sih ehm...melihat masyarakat mendengarkan informasi dari kita sehingga masyarakat tidak jenuh dengan RRI. beda dengan RRI lain, kebetulan RRI Banten ini RRI termuda di Indonesia, kita berdiri baru 2 tahun belakangan ini, untuk itu kita masa penjajakan, pembangunan, ehm...Banten sendiri ehm...kita lagi mengupayakan PRO 2 itu khusus anak muda, seperti daerah-daerah lainnya, nah untuk ehm...penyiaran kita namanya RRI Banten ga mungkin dong kita jangkauan siarannya hanya se-kota Serang, Cilegon, atau seKab. Pandeglang aja tapi disini dimana kita dituntut untuk siaran seluruh Banten, minimal gitu kan kita terjangkau jangkauan siaran kita kan, karena kita membawa nama Banten, kalo hanya Serang gitu RRI Serang namanya, tapi alhamdulillah, kita kan membuka layanan SMS, telpon, itu kita tau siaran kita jangkauannya sampai mana ternyata siaran kita sampai Lampung, aman kita juga antisipasi takut ada kendala makanya kita menggunakan transmitter yang daya 5 Kwh insyaallah kalo jangkauannya ga ada kendala/hambatan. 2. Apa saja kelemahan RRI Banten? Jawaban: Kalo kelemahannya kita disini masih ngontrak, kebetulan nanti kita pindah ke Karundang, kita lagi mengupayakan ke Pemprov Banten dan kebetulan juga wakil Gubernur Banten waktu itu akan memberikan tempat, tapi itu tetap menjadi kendala kita karena kita disini tidak mempunyai tempat yang tetap tapi Insyaallah nanti disini akan berusaha terus tenaga disini kita 119 3. 4. 5. 6. 7. 8. rangkap tapi disini saling menutupi, diberdayakan seperti reporter jadi penyiar. Tetapi semua masih bisa dihandle. Apa saja peluang RRI Banten? Jawaban: RRI Banten itu kan masih salah satu mitra pemerintah, bagian masyarakat, RRI Banten itu kan yah...tujuan kita tadi itu RRI ingin mengembangkan menjadi radio yang memberikan penyiaran tentang informasi pendidikan, pemberitaan secara netral kepada masyarakat, menyelenggarakan hiburan yang sehat untuk masyarakat Propinsi Banten. Apa saja ancaman RRI Banten? Jawaban: Ancaman sendiri yah tidak ada, tidak ada kompetitor, malah disini merangkul karena RRI bukan radio komersil, kita merangkul semua radio di prov. Banten. Kalo pemberitaan kita mengedepankan berita secara informatif, tidak mengurangkan dan tidak melebih-lebihkan. Strategi dengan kekuatan RRI Banten yang seperti apa/bagaimana untuk memanfaatkan peluang yang ada? Jawaban: Ga begitu banyak strategi yang penting kita mempertahankan kualitas dari pemberitaan dan program yang mudah diterima masyarakat sehingga masyarakat mau mendengarkan RRI. Dengan begitu kita memberikan informasi, pendidikan, hiburan, kita ehm...bisa diterima jangkauannya tidak terganggu cuaca bagaimana kita melayani masyarakat luas yang di pedesaan, pelosok, dipegunungan kita disini dapat mendengarkan program kita. Strategi menggunakan kekuatan seperti apa/bagaimana untuk menghindari ancaman? Jawaban: Selayaknya radio-radio yang memberikan pemberitaan, kita itu aja Sesuai visi misi RRI memperluas jangkauan siar/audio supaya informasi tersiar ke pelosok, pedesaan. Strategi memanfaatkan peluang seperti apa/bagaimana untuk mengatasi kelemahan? Jawaban: Kita butuh strategi yah itu tadi ketika iklan masuk kita hanya memberi informasi produk pada masyarakat, kalo produk kita jelek masyarakat tidak akan membeli. yang penting kita memberikan jangkauan yang lebih luas, meningkatkan program-program kita. Yang penting meningkatkatkan 1. penyiar 2. program 3. jangkauan siaran kita sampai mana tapi yah kalo kurang kita tambah lagi daya kita. Strategi seperti apa/bagaimana RRI Banten meminimalkan kelemahan dan bagaimana strategi RRI Banten untuk menghindari ancaman? Jawaban: 120 Kita bekerja sesuai UU untuk masalah meminimalkan kelemahan bagaimana strategi untuk ancaman tadi itu tidak ada, akan tetapi kalau ada juga itu kan karena kita bekerja bukan untuk satu atau dua orang, kita bekerja menurut UU. 9. Untuk stekeholder, bentuk kerjasama apa saja dan bagaimana hubungan dengan stakeholder? Jawaban: Untuk kegiatan pemerintahan, Kita ada kerjasama dengan Pemprov semua kegiatan dengan pemerintah kota, Kabupaten , kita entah pihak polisi, aparatur pemerintahan DPRD, eksekutif, yudikatif, dan legeslatif itu kita memberikan kesempatan untuk memberikan berita positif, memberikan informasi yang dapat dipercaya. 10. Siapa saja yang menjadi stakeholder di RRI Banten? Jawaban: Yah itu tadi, Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, Pemerintah kota, Kepolisian, instansi swasta, aparatur pemerintahan, eksekutif, yidikatif, legeslatif. 11. Perusahaan/instansi mana saja yang sering jadi pengiklan di RRI Banten? Jawaban: Sudah kerjasama dengan Pemprov, Pemkot, eksekutif, Yudikatif, Legislatif, ada perusahaan swsta lainnya ada yang bisa kita bantu, yah kita bantu. Ataupun masyarakat yang mempunyai usaha bidang jasa yang perlu disiarkan bisa kita bantu.. Karena tujuan kita juga yaitu pengemban potensi dari masyarakat khususnya Provinsi Banten karena kita mengembangkan bisnis-bisnis karena bisnis lokal kebawah yang perlu adanya promosi kita bantu, kita juga gak mungkin menekan biaya, kita disini yang penting ada manfaatnya untuk masyarakat. 12. Apa saja jenis iklan di RRI? Apakah ada iklan komersil? Dan apakah ada biaya untuk iklan? Jawaban: Kita terbuka, iklan-iklan komersil kita buka kecuali produk-produk yang tidak diperbolehkan oleh UU, iklan yang tidak dibolehkan seperti rokok, itu aja. Produk apa yang kita siarkan pada pemerintahan, pada publik. Untuk harga kita tidak menekankan seperti radio komersil, karena kita juga disini bukan radio komersil, berkeluargalah dalam arti kita juga bukan ngejar untung karena kita juga dibiayai oleh negara, gitu sudah ada APBN. Tapi visi misi kita itu salah satunya untuk mengembangkan potensi bisnis masyarakat yang mempunyai produk disiarkan, diperdengarkan. 13. Sejauh mana RRI pusat mempengaruhi RRI Banten? Baik dari segi acara, permodalan, rumah tangga, dsb! Kewenangan RRI pusat terhadap RRI Banten itu bagaimana? Apakah RRI Banten hanya menjalankan dari pusat atau tidak? Terus permodalan itu seperti apa pengelolaannya? Jawaban: Untuk saat ini RRI Banten ini dibilang baru yah 2 tahun baru berdiri, itu pun kita masih ehm...masih diawasi oleh RRI Jakarta, jujur kita juga masih 121 khawatir bagaimana jalannya RRI Banten maka dari itu kita juga masih ada RRI pusat Jakarta dalam arti pembiayaan, produksi, kita masih dibantu RRI Jakarta, karena kita juga belum bisa lepas dari RRI Jakarta. Tapi kita mengupayakan, berusaha berdiri sendiri, yang penting itu tadi kekurangan-kekurangan kita lebih banyak disini yaitu tadi tenaga kerja, pegawai kita sedikit, kita harus ada komunikasi membutuhkan pegawai sesuai tekniknya, ya kita harus ada komunikasi dengan RRI Jakarta, permodalannya juga kita masih disupport dari RRI Jakarta. 14. Apakah RRI hanya mengelola dana dari APBD? Jawaban: Dari pemerintah dari APBD dari Jakarta ada kewajiban kita mensosialisasikan kepada masyarakat. Seperti MTQ kemaren itu kan disiarkan nasional, itu kan mendatangkan untuk mobil satelit, OB Van dari Jakarta kita mendapatkan seperti iklan. 122 Dokumentasi foto pada saat penulis sehabis wawancara dengan Penanggung Jawab RRI Banten Bapak Engkay Karsila. Dokumentasi foto saat penulis melakukan observasi di RRI Jakarta Jl. Merdeka Barat No.4-5 Jakarta Pusat. 123 124 125 126 Daftar Riwayat Hidup Nama : Annisa Nurprabandari Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/tanggal lahir : Tangerang , 07 Mei 1992 Agama : Islam Status : Lajang/Belum Menikah Alamat : Komplek Untirta Permai Blok C 3 No.17 Serang – Banten Hobby : Menyanyi Motto Telepon : Tanpa D-U-I-T (Doa-Usaha-Ikhtiar-Tawakal) Tidak Akan Ada Suatu Keberkahan dan Keberhasilan Untuk Mencapai Suatu Cita-cita. : 0877772320052 E-Mail : [email protected] Riwayat Pendidikan 1998 – 2004 : SD Negeri 1 Cilegon 2004 – 2007 : SMP YPWKS Cilegon 2007 – 2010 : SMA Muhammadiyah Cilegon 2010 – sekarang : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa program studi Ilmu Komunikasi. Pengalaman Organisasi 2007 – 2009 : Pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)/OSIS SMA Muhammadiyah Cilegon 2011 – 2012 : Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta 2010 – 2012 : Paduan Suara Mahasiswa Gita Tirtayasa Untirta