PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING GRO\VTH RATE (EGR) DAN DEGREE OF FINANCIAL LEVERAGE (DFL} TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE (PBV) (Studi Pada Pernsahaan Perbankan yang Terdaftar di Bur:sa Efek Iudonesia) SKRIPSI Oleh: Noviyanti tlari ' ••1!•••ff'"'"'''"ff••••••n••"'''•6,.._,,..i; Tr,I. '' "'h-~. Jnd1.1k klas~fikasi ''l''''"lfl!•11 ............................. ~ ' "'''""'""'""'"''"''"'"''''''"'''''""' • ····•1•0 ..................................-...-.... JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M PENGARUH RETJRN ON EQUITY (ROE), EARNING GROWTH RATE (EGR) DAN DEGlEE OF FINANCIAL LEVERAGE (DFL) TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE (PBV) (Studi Pada Perusaaan Perbaukan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukau kepaa Fakultas Ekouomi dan limn Sosial 1Uutuk Memenuhi Syansyarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Noviyanti NIM: 104081002580 Di Bawah Bimbingan Pemlbing I Pembimbing II Prof. Dr. Aid Rodoni, MM NIP.150 315 Titi Dewi Warninda. SE., M.Si NIP. 150 368 746 JURUSAN MANAJEMEN 'AKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNISITAS ISLAM NEGERI SY ARIII HIDAYATULLAH JAKARTA 1430H/2009M PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING GROWTH RATE (EGR) DAN DEGREE OF FINANCIAL LEVERAGE (DFL) TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE (PBV) (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efel< Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonorni dan Ilrnu Sosial Untuk Memenuhi Syaratsyarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleb Novivanti Nll\1: 104081002580 Di Bawab Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II ~:;+ ~~ Prof. Dr. Ahmad Rodoui, 1\11\1 NIP. 150 317 955 Titi Dewi Warninda. SE.. M.Si NIP. 150 368 746 Penguji Ahli ~~~ Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 1\1 Hari ini Kamis Tanggal 30 Oktober Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Noviyanti NIM: 104081002580 dengan judul Skripsi "PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), I~ARNING GROWTH RATE (EGR) dan DEGREE OF FINANCIAL LEVERAGE (DFL) TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE (PBV)" (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. Jakarta, 30 Oktober 2008 Tim Penguji Ujian Komprehensif ~~ Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketna Herni Ali HT, SE, MM Sekretaris Prof.Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli DAFTAR RIWAYAT HIDUJl' >- IDENTITAS PRIBADI Nama : Noviyanti Tempat I Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1986 Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Telp : 0856-1- 333-849 E-mail >- PENDIDIKAN FORMAL Talmn 1992-1998 : MI Al-Hikam Jakarta Talmn 1998-2001 : MTs Al-Faklu·iyyah Jakarta Tahun 2001-2004 : MAN 1 Jakarta Tal1un 2004-2009 : UIN SyarifHidayatullah Jakarta ABSTRACT This research examined the relationship between Price to Book value (PBV) and fundamental factor (Return On Equity, Earning Growth Rate and Degree of Financial Leverage). This research is based on sample of Banking Industry firm listed in Indonesia stock Exchange from 2004 to 2007. Sample is selected based on completely data in 2004 about the earning growth rate positive, the book value equity positive, and net income positif. The proposed hypotheses were tested by using multiple regression analysis, with enter method and t test. The results of this research indicated that variables return on equity significant inpact on price to book value. And earning growth rate and degree of financial leverage not found. By exploring 19 companies on Banking industry, in terms of those variables, which are listed in Indonesia stock exchange as a sample, changes of the PBV can be described by ROE as a primary and positiffactor. Keyword: Price to book Value (PBV), Return On Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Earning Growth Rate (EGR) and Degree of Financial Leverage (DFL). ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan hubungan antara Price to Book value (PBV) dengan factor-faktor fundamental, seperti Return On Equity (ROE, Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar dalam BEI Selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Kriteria yang digunakan untuk penentuan sampelnya adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai syarat pada tahun 2004 laba bersih positif, dan mempunyai ROE positif. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan !-test untuk menganalisis data. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Price to Book Value, sedangkan Earning Growth Rate dan Degree of Financial (DFL) tidak. Dengan meneliti 19 sampel perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI diperoleh basil bahwa perubahan terhadap PBV disebabkan oleh ROE. Dan secara simultan sebesar 11,8% dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Kata kunci : Price to Book value (PBV), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Earning Growth Rate (fiGR) dan Degree of Financial (DFL) KATA PENGANTAR Assalamu 'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Segala puji bagi .&, yang kepada-Nyalah kita serahkan semua do'a dan harapan, yang telah mencurahkan nikmat dan karunianya serta kasih sayang yang berlimpah sehingga penyusun dapat menyelesaikan :;kripsi dengan judul "Pengaruh Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV)" (Studi kasus pada perusahaan Perbankan di BE! tahun 2004-2007). Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya. Moga kita semua termasuk kedalam umatnya yang mendapat syafaatnya, Amiin. Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun ingin berterima kasih terutama kepada : I. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Darmawan dan Ibunda Tarkimih yang telah memberikan dukungan baik secara moriil maupun materiil sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ihnu Sosial (FEIS) UIN Jakarta yang membuat FEIS menjadi berkembang hingga saat ini. 3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai Pembantu Dekan bidang akademik dan sebagai pembimbing I dan kepada !bu Titi Dewi Warninda. Se, Msi sebagai pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini 4. Seluruh Dosen dan karyawan FEIS yang telah meng;ajarkan ilmunya dan memberikan pelayanan selama penulis menempuh studi di kampus. 5. Adik-adik ku tercinta (Nani, Ali, Hasan) yang telah memberikan motivasi dan keceriaan di saat menyusun skripsi ini, muach86 .. DAFTARISI Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. . Abstract........................................................................................................ ii Abstrak......................................................................................................... iii Kata Pengantar ............................................................................................. iv Daftar Isi ...................................................................................................... vi Daftar Tabel .......... .... ..... ..... .................... ..................................................... ix Daftar Gambar.............................................................................................. x Daftar Lampi ran........................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ . A. Latar Belakang Penelitian............................................................ 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................... 7 1. Tujuan Penelitian.......................................... ......................... 7 2. Manfaat Penelitian.................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 9 A. Pasar Modal................................................................................ 9 B. Investasi ............................................................................ 14 C. Saham................................................................................ 16 D. Penilaian Saham ..... ...................................................... .... .. 19 E. Analisis Teknikal dan Analisis Fundamental........................ 22 F. Analisis laporan keuangan .................................................. 23 I. Neraca .......................................................................... 24 2. Laporan Laba Rugi ........................................................ 25 3. Laporan Perubahan Modal............................................. 25 4. Laporan Arus kas .............. ....................... ..................... 26 5. Rasio keuangan ............................................................ 27 6. Pengertian Return Saham ........................ ...... ................. 33 G. Variabel Dependen................................................................ 34 I. Price to Book Value (PBV)............................................... 34 H. Variabel Independen ............................................................. 36 I. Return On Equity (ROE).................................................. 36 2. Earning Growth Rate (EGR)............................................. 38 a. Earning per Share....................................................... 39 3. Degree of Financial Leverage (DFL) ................................ 39 I. Penelitian Terdahulu ....................................................... ...... 41 J. Kerangka Pemikiran.............................................................. 42 K. Perumusan Hipotesis ............................................................. 43 BAB III METODOLOGI PENEL!TlAN ...................................................... 45 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 46 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 47 C. Metode Pengumpulan Data....................................................... 48 D. Metode Analisis Data............................................................... 48 I. Analisis Statistik Deskriptif ....................................... 48 2. Uji Dasar Asumsi Klasik .................................................... 48 3. Analisis Regresi Berganda ................ ..................... .............. 52 4. Uji Hipotesis ....................................................................... 53 a. Uji Parsial !........................................................... 53 b. Uji Simultan F ....................................................... 54 c. Uji Koefisien Determinan Adjusted R Square (Adj R2)56 E. Operasional Variabel Penelitian................................................ 57 BAB IV HA SIL DAN PEMBAHASAN ......... ........... ......................... .......... 60 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 60 B. Deskripsi Statistik .................................................................... 70 C. Analisis Data............................................................................ 71 I. Uji Dasar Asumsi !(Jasik.................................................... 72 2. Analisis Regresi Linier Berganda......................................... 77 3. Uji Hipotesis ....................................................................... 78 a. Uji Parsial (Uji t) .......................................................... 78 b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................. 81 c. Koefisien Determinasi (Adj R Square).......................... 82 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ........................... ......... ........ 83 A. Kesimpulan ........................................................................... 83 B. Implikasi ............................................................................... 84 C. Keterbatasan Penelitian dan Saran......................................... 86 DAFTARPUSTAKA................................................................................... 87 LAMPIRAN 89 ........................................................................................... DAFTARGAMBAR No. Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................ ....... ...... 43 4.1 Uji Normalitas Analisis Grafik....................................................... 72 4.2 Uji Heterokedastisitas.................................................................... 74 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, yang ditandai dengan berkembangnya jumlah emiten yang menerbitkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Perkembangan jumlah emiten yang menerbitkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia meningkat dari 132 emiten di tahun I 990 menjadi 379 emiten di tahun 200 I. Meningkatnya emiten yang menerbitkan saham di Bursa Efek Indonesia mengakibatkan semakin banyak jumlah lembar saham yang beredar. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa datang. Investasi selalu memiliki dua sisi, yaitu return dan risk. Hukum ekonomi berlaku, semakin tinggi return yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risk yang harus ditanggung. Investor bisa saja mengalami kerugian bahkan lebih dari itu bisa kehilangan semua modalnya. Hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa tidak semua investor rnengalokasikan dananya pada semua instrumen investasi yang menawarkan return yang tinggi. Diantara berbagai instrumen pasar modal, saham merupakan instrumen investasi yang memiliki tingkat return dan risiko yang tinggi. Nilai transaksi atau yang dalam istilah pasar modal lebih dikenal sebagai nilai kapitalisasi yang tinggi mengindikasikan potensi perolehan laba yang tinggi. Disisi lain return atas investasi saham yaitu dividen dan capital gain lebih sulit diprediksi, sehingga investor harus melakukan analisis saham guna memperoleh keuntungan yang diharapkan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Bagi perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham yang sudah diperdagangkan di bursa efek (go public) tetap eksis dan tetap diminati investor. Dalam kondisi krisis moneter yang belum pulih, tentu menimbulkan pertanyaan besar, apakah kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang sudah go public masih dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mempengaruhi harga sahamnya. Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi sebelum memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham. Kesalahan dalam pembuatan investasi akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Untuk menghindari kesalahan tersebut, investor perlu melakukan berbagai analisis, baik analisis teknikal maupun analisis fundamental. Analisis tersebut berguna untuk menilai sahamsaham yang akan dipilih dan untuk mengetahui tingkat return yang diharapkan, dalam menentukan strategi investasi yang akan dilakukan. Pertama, analisis teknikal pada dasarnya mempergunakan data historis volume dan harga sekuritas di masa lampau yang kemudian digunakan untuk memprediksi pergerakan pasar di masa datang. Pergerakan saham yang diamati itu akan membentuk trend. Trend ini biasanya berbentuk grafik atau chart, analisis teknikal sejati tidak pernah memberikan perhatian kepada prospek keuangan perusahaan, laba atau rugi perusahaan dan variabel-variabel finansial lainnya. Menurut para analis pergerakan harga dan volume telah dapat menceritakan semuanya. Konkritnya, dengan melihat sejarah pergerakan harga saham pada masa lalu, maka dapat diperkirakan harga suatu saham pada masa yang akan datang. Kedua, faktor fundamental perusahaan. Aspek inilah yang sesungguhnya berkaitan langsung dengan harga saham suatu perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal. Jika kine1ja perusahaan baik, maka harga sahamnya diperkirakan akan meningkat. Perusahaan yang baik kinerjanya tentu akan memberi hasil berupa dividen yang baik pula bagi pemegang sahamnya. Sesuai hukum pasar, jika permintaan banyak, harga tentunya akan naik sehingga berpotensi memberikan capital gain. Sebaliknya, jika kinerja perusahaan buruk, tentunya sulit mengharapkan imbal hasil yang memadai. Pemakaian rasio keuangan dalam mewakili kinerja keuangan berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh dan hubungan yang kuat antara rasio keuangan dengan PBV, dan kegunaan rasio keuangan dalam mengukur dan memprediksi kinerja keuangan. Diawali oleh Horrigan (I 965), kemudian dilanjutkan oleh Beaver (I 966) dan Altman (I 968), penelitian dengan rasio keuangan telah mencapai perkembangan yang pesat pada berbagai bidang studi. Metode-metode yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian saham antara lain: pendekatan nilai sekarang (present value approach), pendekatan price earning ratio (PER), price to sales ratio (PSR), economic value added (EVA) dan price to book value (PBV) (Jones, 2000:274), investor dapat mempertimbanglrnn rasio pasar modal sepe1ti rasio harga per nilai buku (PBV) untuk membedakan saham mana yang harganya wajar, terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued). Saham-saham dengan PBV tinggi akan dihindari oleh pasar, karena investor akan lebih memilih untuk membeli saham dengan PBV yang rendah. Saham-saham dengan PBV rendah secara signifikan mengungguli rata-rata saham (Rosenberg et.al. 1985 dalam Jones, 2000:274). Rasio PBV yang tinggi tidak akan menarik bagi investor, karena rasio PBV tinggi menghasilkan imbal hasil saham yang rendah atau dengan kata lain melakukan investasi pada saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi tidak akan menguntungkan karena memberikan hasil yang lebih kecil. Walaupun terdapat kelemahan dalam kondisi tertentu, penggunaan rasio PBV perlu dl.pe1timbangkan dalam melakukan strategi investasi yang tepat. Penelitian mengenai rasio harga pasar per nil ai buku saham tel ah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Sidharta Utama dan Anto Yulianto Budi Santosa (1998) yang meneliti kaitan antara rasio Price to Book Value dan imbal hasil saham pada BEi. Di dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa ada 4 faktor fundamental dari perusahaan yang di analisis yaitu DPR, beta, EGR, ROE. Dimana ia ingin menguji apakah faktor-faktor fundamental tersebut memiliki pengaruh terhadap PBV. Dan temuan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa hanya ROE yang secara konsisten dan signifikan mempunyai hubungan yang positif dengan rasio PBV. Wirawati (2008) meneliti karakteristik hubungan ROE, EGR, DPR dan DFL terhadap PBV, dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel ROE, EGR dan DPR mempunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap PBV sedang DFL tidak. Steph Subanidja & Indo Yama (2004) meneliti pengaruh ROE dan EGR terbadap PBV, dan basil yang mereka dapatkan banya variabel ROE saja yang berpengamb secara signifikan terhadap PBV, sedangkan Variabel EGR tidak. Penelitian-penelitian diatas memmjukkan basil yang belum konsisten, sebingga peneliti tertarik untuk meneliti kembali rasio PBV. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdabulu, terutama penelitian yang dilakukan oleb Stepb Subanidja dan lndo Yama yang bejudul "Pengaruh imbalan atas ekuitas (ROE) dan pertumbuban laba bersih terbadap rasio barga per nilai buku (PBV) saham Perbankan: Data Bursa Efek Jakaiia 2002-2003, dan Wirawati (2008). Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti tertarik untuk melihat ukuran kine1ja perusabaan. Rasio profitabilitas diwakili oleb Return On Equity (ROE), rasio pertumbuban diwakili oleb Earning Growth Rate (EGR), rasio leverage diwakili oleb Degree of Financial Leverage (DFL) dan rasio nilai pasar diwakili oleh Price to Book Value (PBV) pada perusabaan perbankan di Bursa efek Indonesia selama periode penelitian tabun 2004-2007. Penelitian tentang Price To Book Value (PBV) juga telah pernah dilakukan di BEJ antara lain oleh Kusno Ajidarno (1998). Beliau menggunakan data perusahaan-perusahaan yang go public di BEJ pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 dan variabel-variabel independen yang digunakan untuk menguji adalah Return On Equity, Dividen Payout Ratio, dan Earning Growth Rate. Pengaruh variabel-variabel ROE, DPR dan EGR terhadap PBV sangat lemah yang ditunjukkan oleh nilai R2 antara 20%-35%, tidak menunjukkan bukti yang cukup signifikan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal, yaitu: Pertama, peneliti sebelumnya hanya meneliti variabel (ROE dan EGR), sedangkan peneliti meneliti ROE, EGR dan DFL. Kedua, dalam ha! objek penelitian, perusahaan yang diteliti ialah perusahaan Perbankan yang terdaftar di BE!. Terdapat 19 perusahaan Perbankan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada stakeholders, dengan memberikan informasi mengenai rasio keuangan mana saja yang berpengaruh terhadap Price to Book Value pada kelompok saham perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Informasi ini dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan untuk membeli saham, terlebihlebih pada saat krisis moneter yang belum berhasil diatasi sepenuhnya. Dalam skala yang lebih luas, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendukung penelitian terdahulu dalam memperkuat kegunaan rasio keuangan dan menunjukkan pengaruhnya terhadap Price to Book Value. B. Perumusan Masalah Ada beberapa ha! yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: I. Apakah Return On Equity (ROE), Earning Growth rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) pada perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah Return On Equity (ROE), Earning Growth rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia? B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian l. Tujuan Penelitian a. Untuk menguji pengaruh antara Return On Equity (ROE), Earning Growth rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) secara parsial. b. Untuk menguji pengaruh antara Return On Equity (ROE), Earning Growth rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) secara simultan. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi kontribusi antara lain: a. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. In:formasi tersebut dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat di pasar modal sehingga mereka akan memperoleh return yang tinggi dari investasi yang dilakukan. b. Bagi Para Praktisi Pasar Modal Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan seberapa besar kegunaan rasio PBV di dalam kegiatan investasi. c. Bagi Kalangan Akademisi Maupun Peneliti Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya, dan digunakan sebagai bahan kajian untuk membandingkan antara teori dan praktek rnengenai faktor-faktor yang mempengaruhi d. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pedoman dalam membuat kebijakan dan keputusan bisnis. BABU TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Definisi pasar modal menurut UU No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempe1iemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang. Dengan demikian, pasar modal pada umumnya adalah suatu tempat atau sistem bagaimana kebutuhan-kebutuhan dana atau kapital dari perusahaan dapat dipenuhi dan sebagai tempat orang membeli dan menjual surat efek (sekuritas) yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau modal saham. Menurut Wiji P dan hendy F (2006:3), pasar modal mempunyai dua fungsi utama, yaitu: 1. Sebagai sarana pendanaan usaha bagi perusahaan. 2. Sebagai sarana berinvestasi bagi pemilik modal (investor). Motif pemodal atau investor menanamkan dananya pada sekuritas adalah mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal dengan risiko te1ientu atau memperoleh return te1ientu pada risiko yang minimal. Return atas investasi sekuritas khususnya saham dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu dividen dan capital gain (Siti Resmi, 2002:276). Secara umum komponen pengembalian atas investasi saham meliputi: 1. Capital gain/ loss (Untung/ rugi modal) merupakan keuntungan Ocerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya te1jadi di pasar sekunder. 2. lmbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan. Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan · analisa fundamental terdiri dari 4 langkah, antara lain: Pertama, menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan, kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi tinggi atau rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin atau ragu-ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan untung atau rugi? Apakah supply uang naik atau turun? lni adalah sebagian pertanyaan seorang fundamental analis untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Kedua, menghitung kondisi industri secara keseluruhan, industri di mana perusahaan berada secara langsung mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang payah. Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam industri yang lemah. Ketiga, menghitung kondisi perusahaan, setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri kita perlu memperhitungkan kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah perusahaan yang telah kita analisa secara ekonomi dan industri itu baik tapi kita tidak menghitung kondisi perusahaan tersebut maka akan sia-sia !ah semua analisa fundamental yang kita lakukan. Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana sem ua pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba yang pada akhimya laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham yang kita kenal dengan istilah dividen. Walaupun tidak semua pemegang saham tidak mengharapkan pembagian dividen ini karena pada dasarnya keuntunga.n yang diperoleh dari permainan saham ini bukan hanya dividen, tetapi ada juga yang di sebut dengan capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon yang pendek. Dan yang ke empat adalah, menghitung nilai saham perusahaan, setelah memperhitungkan kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan. Seorang fundamental analis dapat mulai memperhitungkan apakah saham suatu perusahaan overvalued, undervalued, atau pas harganya. Beberapa model penilaian telah disusun untuk membantu kita menghitung nilai saham. Ini menyertakan model dividen yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari pendapatan yang diharapkan, dan model aset yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari aset perusahaan. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasia secara garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu : profitability (keuntungan), price (harga), liquidity (likuiditas), leverage (dukungan), dan efjiciensi (efisiensi). Berikut penjelasan penggunaan rasio: I. Net Profit Margin Net profit margin adalah rasio profitabilitas yang dihitung dengan membagi keuntungan bersih dengan total penjualan. Rasia ini menunjukan keuntungan bersih dengan total penjualan yang dapat di peroleh dari setiap rupiah penjualan. Sebagai ilustrasi, apabila profit margin sebuah perusahaan adalah 30% jumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari setiap Rp I 000 adalah Rp 300. 2. Price Earning Ratio I PER Price earning ratio !PER adalah rasio price yang dihitung dengan rnembagi harga saham saat ini dengan Earning Per Share (EPS), EPS sendiri merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi para investor semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah. 3. Book Value I Nilai Buku Nilai Buku adalah rasio price yang dihitung dengan membagi total aset bersih ( Aset - Hutang ) dengan total saham yang beredar. Book Value digunakan untuk melihat harga suatu sekuritas apakah overpriced atau underpriced. 4. Price to Book Value (PBV) Price to book value atau PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. 5. Current Ratio Current Ratio adalah rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aset saat ini dengan hutang saat ini. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab hutang saat ini. Semakin tinggi rasionya, semakin tinggi likuiditas perusahaan tersebut. Sebagai contoh, rasio 3.0 mempunyai arti bahwa aset saat ini jika dilikuidasi, akan cukup membayar 3 kali dari hutang saat ini. 6. Debt Ratio Debt ratio adalah rasio leverage yang dihitung dengan membagi total hutang dengan total aset. Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Sebagai contoh, debt ratio 40% menunjukkan bahwa 40% dari aset dibiayai oleh hutang. Hutang bisa berarti buruk bisa juga berarti bagus. Selama ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, pemsahaan yang memiliki debt ratio yang tinggi dapat mengalami rnasalah keuangan, sebaliknya juga selarna ekonorni baik dan suku bunga rendah hutang dapat rneningkatkan keuntungan. 7. Inventory Turnover lnvent01y turnover adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan rnembagi biaya barang yang terjual dengan inventaris. Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan rnengatur inventarisnya, yaitu dengan menunjukkan berapa kali turnover inventaris selama satu tahun. Jenis rasio ini sangat bergantung; pada jenis industri di mana perusahaan berada. Sama sepe1ti rasio-rasio yang lain, adalah penting untuk membandingkan rasio ini dengan rasio dari perusahaanperusahaan yang lain dalam industri yang sama. B. Investasi lnvestasi adalah kornitmen alas sejumlah dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001 :3). Harapan keuntungan di masa yang akan datang merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan keuntungan yang diharapkan. Dalam konteks investasi harapan keuntungan ini sering disebut return (Tandelilin, 2001 :47). Di samping untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang, ada beberapa tujuan lain dari sebuah investasi (Tandelilin, 2001 :5), yaitu: I. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak mililmya akibat adanya pengaruh inflasi. 3. Untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu. Proses investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan. Proses keputusan investasi terdiri dari 5 tahap keputusan yang berjalan terns- menerus sampai tercapai keputusan yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi tersebut (Tandelilin, 200 I :8) adalah sebagai berikut : I. Penentuan tt[juan investasi. 2. Penentuan kebijakan investasi. 3. Pemilihan strategi portofolio. 4. Pemilihan aset. 5. Pengukuran dan evaluasi kinerja p01tofolio. Sementara itu dasar pengambilan keputusan investasi terdiri dari return yang diharapkan dan tingkat risiko yang harus ditanggung, serta hubungan antara return dengan risiko tersebut. Telah disebutkan di muka bahwa terjadi hubungan positif antara return dan risiko. Oleh karena itu, selain faktor return, investor harus mempertimbangkan faktor risiko dalam pengambilan keputusan investasi. Dalam manajemen investasi, risiko total dibagi dalam 2 jenis (Tandelilin, 200 I :50), yaitu: I. Risiko sistematis (risiko pasar) Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. 2. Risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. C. Saham Saham dibagi menjadi dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa, merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote). Pemegang saham biasa memiliki tanggungjawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. Sedangkan untuk saham preferen, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) ha!: acla klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku clari saham dan memiliki hak tebus clan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan clan pembagian drviden terlebih dahulu. saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit. Daya tarik dari investasi saham adalah dua keuntungan yang dapat diperoleh pemodal dengan membeli saham atau memiliki saham, yaitu dividen dan capital gain. Dividen merupakan keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Biasanya dividen dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dilakukan setahun sekali. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high return. A1tinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risilm yang tinggi. Saham memungkinkan pemodal mendapatkan keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun seiring dengan berfluktuasinya harga saham, saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Menurut Husnan (2003:278), pedoman yang digunakan dalam menaksir nilai intrinsik terhadap nilai pasar adalah sebagai berikut: I. Apabila nilai intrinsik > nilai pasar, saham tersebut undervalued (harga terlalu rendah) dan sebaiknya dibeli atau ditahan. Jika saham tersebut telah dimiliki. 2. Apabila nilai intrinsik < nilai pasar, maka saham tersebut overvalued (harga terlalu tinggi) dan seharusnya dijual. 3. Apabila nilai intrinsik = nilai pasar, malca saham tersebut di nilai fair (wajar) harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Analisis saham merupakan cara yang dilakukan untuk menilai saham. Analisis ini bertujuan untuk melihat saham mana yang harganya terlalu tinggi (overvalued), harganya terlalu rendah (undervalued) atau saham tersebut bernilai wajar (Fairvalued). Berdasarkan Random-walk the01y (Francis: 1986) bahwa harga saham akan berubah-ubah mendekati nilai intrinsiknya. Informasi yang terus berkembang setiap hari, menyebabkan analis mengestimasi kembali nilai saham sehingga harga saham terkoreksi memuu nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Meskipun dalam jangka pendek pergerakan harga saham sukar untuk diterka secara pasti, namun dalam jangka panjang pergerakan harga saham dan kine1ja perusahaan emiten umumnya bergerak searah. Namun demikian tidak ada bursa yang terusmenerus naik atau turun (Sawidji Widoatmojo, 2004:14). Secara umum keputusan pembelian saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasamya seperti berikut ini: I. Jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dibeli dan ditahan sementara dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik. 2. Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya, maim jangan melakukan transaksi. Karena saham tersebut berada dalam keseimbangan, sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi pembelian atau penjualan saham tersebut. 3. Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intri.nsiknya, maim saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. Karena tentu harganya kemudian akan turun menyesuaikan dengan nilainya. (Abdul Halim, 2005:33). D. Penilaian Saham Seorang investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham yang akan dipilihnya, sehingga investor dapat menentukan apakah saham tersebut akan memberikan return yang :;esuai dengan yang diharapkannya. Investor dalam melakukan keputusan investasi di Pasar Modal memerlukan informasi tentang penilaian saham. Menurut Hartono (2000:79), terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai saham perusahaan menggambarkan kondisi kerja suatu perusahaan itu baik atau tidak. Menurut Jogiyanto (2003), nilai yang berkaitan dengan saham dibagi menjadi 3 bagian yaitu: I. Nilai buku (book value), adalah nilai saham menurut pembukuan emiten yaitu aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. 2. Nilai pasar (Market Value) adalah harga dari saham di pasar 3. Nilai Intrinsik (Intrinsic value) adalah nilai seharusnya dari suatu saham. Investor perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan inventasi saham karena membantu investor untuk mengetahui saham mana yang be1tumbuh murah. Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price to book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham (Jones, 2000:274). Keinginan investor untuk melakukan penilaian terhadap kesehatan suatu saham dengan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti rasio pasar modal karena investor menginginkan hasil yang layak dari suatu investasi dalam saham. Rasio pasar modal seperti PBV akan membantu investor melakukan penilaian tersebut. Hasil yang diperoleh dari investasi disebut return. Return total dari suatu investasi terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Hartono, 2000: I 08) Return total =capital gain (lost) +yield Capital gain (lost) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Sehingga return total dapat dirumuskan sebagai berikut: Return total= P, -P,_, + D, P,_, P, -P,_, + D, P,_, P,_1 Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik kepada sahamnya, maka return sahamnya menjadi: Return sal1am = P,-P,. 1 Notasi: P1 = Harga saham sekarang P1. 1 = Harga saham periode sebelumnya 0 1 = Dividen kas yang dibayarkan Model penilaian saham menyatakan bahwa nilai intrinsik suatu saham adalah nilai sekarang dari penjumlahan arus kas yang diharapkan diterima pemegang saham dimasa datang. Arus kas tersebut didiskontokan dengan menggunakan tingkat biaya modal (Cost of Capital) yang mencerminkan adanya tingkat risiko saham yang bersangkutan. Mengingat arus kas yang diterima oleh pemegang saham dalam bentuk dividen maka nilai intrinsik saham menunjukkan nilai sekarang dari seluruh diviclen yang akan dibayar perusahaan tersebut dimasa datang (Utama dan Santosa, 1998). E. Analisis Teknikal Dan Analisis Fundamental Analisis teknikal adalah data yang mempergunakan data historis volume dan harga sekuritas di masa lampau yang kemudian digunakan untuk memprediksi pergerakan pasar di masa datang. Analisis teknikal adalah analisis untuk menentukan nilai saham dengan menggunakan data pasar dari saham seperti harga dan volume transaksi saham. Analisis telmikal mempelajari saham dan bursa dengan berdasarkan pacla penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam analisis teknikal digunakan grafik riwayat harga dan volume transaksi untuk memprediksi pergerakan harga selanjutnya. Analisis teknikal mendasarkan konsepnya pada Teori Dow (The Dow Theory) yang menyebutkan bahwa mayoritas saham bergerak sejalan dengan bursa secara keseluruhan. Jika bursa saham bergerak naik, mayoritas saham saham akan bergerak naik juga. Dan sebaliknya, jika bursa saham bergerak turun, kebanyakan saham akan bergerak turun. · Sedangkan analisis Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisa fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah di apresiasi secara akurat. Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (Jogiyanto, 1998:89). Dalam pengertian lain analisis fundamental adalah usaha untuk memperkirakan kesehatan dan prospek, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk bertumbuh dan menghasilkan laba di masa depan (Surono Subekti, 1999: 16). Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai sebenarnya dari saham) tertentu, peke1jaan dimulai sebelum harga terbentuk di pasar. Dalam pandangan fundamental harga bergerak secara acak sehingga arahnya tidak mungkin untuk diduga dalam jangka pendek (Abdul Halim, 2005:21). Hal ini menyebabkan harga yang telah dihitung dan diperkirakan tidak bisa diharapkan untuk muncul di bursa. Analisis fundamental memberi pedoman untuk membeli atau menjual sahamsaham yang disebut undervalued atau overvalued. Ruang lingkup analisis fundamental mencakup ilmu akuntansi, ekonomi makro dan mikro, kondisi sosial, politik dan cuaca. Analisis fundamental banyak digunakan oleh investor jangka panjang yang biasanya menerapkan strategi beli dan tahan (buy and hold) dalam investasinya. Strategi ini hanya akan menghasilkan keuntungan jika dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. F. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan pernbahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau Iaporan arus dana), catatan dan laporan lain, se1ta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari Iaporan keuangan (IA!, 1999). Financial Accounting Standards Boards (1978) dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. I menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang akan digunakan secara penuh oleh investor, kreditor, calon investor, calon kreditor, serta pengguna Iain dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan ekonomi yang lain. Tingkat kesehatan perusahaan merupakan informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan. Informasi ini terdapat pada laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, Iaporan arus kas, dan laporan lain. 1. Neraca Neraca merupakan Iaporan keuangan yang secara sistematis menyaj ikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat (tanggal) te1tentu (Sugiri dan Riyono, 2002). Karena menyajikan posisi keuangan malca neraca disebut juga Iaporan posisi keuangan. Neraca menunjukkan aset perusahaan dan pihak-pihak yang berhak atas aset tersebut, yaitu kreditur yang tercerrnin dalam akun utang dan pemilik yang tercermin dalam akun modal atau ekuitas. Aset disebut juga aktiva. Aktiva ini dibedakan menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut !Al (1999), suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva Iancar jika aktiva tersebut: a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan. b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca. c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. Aktiva yang tidak termasuk dalam kategori aktiva lancar diklasifikasikan (JAi, 1999). Aktiva ini dapat berupa gedung, tanah, perabot kantor, dan sebagainya. 2. La po ran Laba Rugi Laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu (Sugiri dan Riyono, 2002). Secara teknis laba atau rugi merupakan selisih pendapatan dengan biaya. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi penanaman modal. Jen is pendapatan perusahaan manufaktur adalah pendapatan dari kegiatan operasional perusahaan dan pendapatan dari kegiatan non operasional perusahaan. Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar para pengguna laporan keuangan dapat menilai kinerja perusahaan. 3. Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal disebut juga laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan perusahaan selama perioda pelaporan. Suatu perusahaan harus menyajikan laporan perubahan modal sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan: a. Laba atau rugi bersih perioda yang bersangkutan. b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian bese1ta jumlahnya diakui secara langsung dalam ekui1as sebagaimana diatur dalam PSAK terkait. c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan. d. terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait. e. Transaksi modal dengan pemilik clan transa.ksi distribusi kepada pernilik. f. Saldo akuntansi laba atau rugi pada awal da.n akhir periode serta perubahannya. Rekonsiliasi antara nilai tercatat clari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan baik pada awal periode maupun akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. 4. Laporan Arus kas PSAK No. 31 (!Al, I 999) rnendefinisikan laporan arus kas sebagai laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas selarna periocla te1tentu yang dikelornpokkan dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi didefinisikan sebagai aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi maupun pendanaan. Aktivitas investasi didefinisikan sebagai perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak setara kas. Sedangkan aktivitas pendanaan didefinisikan sebagai aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah se11a komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Kas dan setara kas terdiri atas kas, giro pada Bank Indonesia, dan g;iro pada bank lain. Ini sesuai dengan PSAK No. 31 (JAi, 1999). 5. Rasio keuangan Salah satu teknik analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio. Menurut Harahap (1992:297) rasio keuangan adalah "angka yang diperoleh dari basil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)" rasio biasanya dinyatakan dalam satuan persentase atau "kali". Rasio merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan gejala-gejala yang tampak dari satu keadaan. Gitman (2006:54) menyatakan bahwa "rasio analysis involves methods of calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm 's peiformance" Dengan analisis rasio dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaaan dibidang keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dipakai sebagai sistem peningkatan awal terhadap kemunduran kondisi keuangan r------1 P~.~:~STAKAAN UTAMA ~YAHID ,JAKARTA dari suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kinerja manajemen dari kondisi keuangan perusahaan. Prospek pertumbuhan perusahaan sangat deviden yang akan dibayarkan di m<~mpengaruhi masa datang, besarnya semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar jumlah deviden yang akan dibayarkan perusahaan dimasa yang akan datang. Nilai intrinsik dari perusahaan yang mengalami pertumbuhan konstan dapat dirumuskan sebagai berikut (Utama dan Santosa, 1998). Vo= Di".'..!_ r-g Notasi: V0 = Nilai intrinsik saham pada periode 0 Div 1 = Dividen yang akan dibayarkan pada periode I r = tingkat biaya modal g = tingkat pertumbuhan Karena besarnya dividen dapat dinyatakan sebagai basil kali dari nilai buku perusahaan dengan return on equity (ROE) dan dividen payout ratio (DPR) maka persamaan diatas menjacli: Vo= Div 1 xROExDPRx(l-g) r-g Persamaan tersebut membuktikan bahwa rasio PBV tergantung pada empat faktor fundamental perusahaan seperti return on equity yang mencerminkan profitabilitas, dividen payout ratio yang mencerminkan kebijakan deviden, tingkat pertumbuhan yang mencerminkan prospek perusahaan dan Degree of Financial Leverage (DFL) yang mencerminkan resiko perusahaan. a. Kegunaan Rasia Keuangan Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian atas kegunaan dari informasi analisis keuangan dengan menggunakan rasio keuangan. Beaver (1966) mengamati pola dua puluh sembilan rasio keuangan pada perusahaan-perusahaan yang telah bangkrut selama lima tahun sebelum peursahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Hasil penelitian Beaver menunjukkan terdapat lima rasio keuangan yang secara signifikan berhubungan dengan kebangkrutan tersebut, yakni Cash Flow/Total Debt, net Income/Total Assets, Total Assets, Working Capital/Total Assets dan Current Ratio. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh Altman (1968) dengan menggunakan pendekatan multivariate untuk memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan rasio keuangan secara bersama-sama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan dari probitabilitas, likuiditas dan solvency dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan. Hasil penelitian Altman dikenal dengan Altman 's Z score. Ou & Penman (1989) melakukan penelitian mengenai kemampuan memprediksi stock returns. Selanjutnya, Ou (1990) dan Penman (1992) melakukan penelitian sendiri-sendiri mengenai prediksi atas perubahan laba. Kegunaan rasio keuangan untuk memprediksi perubahan laba juga diteliti oleh Machfoedz (1994). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa rasio memiliki kemampuan untuk memprediksi kondisi tahun depan. Disamping itu, juga diketahui bahwa rasio yang berbeda digunalrnn untuk ukuran perusahaan yang berbeda. Ohlson (1980) mengidentifikasi empat faktor dasar yang signifikan dalam mempengaruhi kemungkinan kegagalan perusahaan dalam satu tahun, dengan menggunakan conditional ligic analysis. Keempat faktor tersebut meliputi kondisi ukuran saat ini dari besar kecilnya perusahaan, struktur keuangan, kinerja perusahaan dan likuiditas. Gupta dan Huefer (1972) meneliti kegunaan dari rasio keuangan dalam mengevaluasi sekelompok karakteristik perusahaan dan industrinya, dengan membandingkan antara rata-rata rasio dengan rata-rata rasio industri. Mereka menyimpulkan bahwa rasio keuangan adalah indikator yang baik untuk medeteksi kinerja individu perusahaan maupun kinerja antar industri. Mutchler (1984) meneliti enam rasio keuangan yang relevan bagi auditor clalam menilai masalah going concern dari klien. Keenam rasio keuangan tersebut adalah net worth to total liabilities, cash flow from operation to total liabilities, current ratio, total liabilities to total assets, net income before tax to net sales, dan long term debt to total assets. Pudj iastuti dan Machfoedz (2002) menggunakan liquidity dan operating ratio; leverage ratio; profitability ratio; dan cash flow ratio untuk melihat pengaruh dari krisis moneter dan company size. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang ~;ignifikan. Weston dan Copeland (1996) menyatakan bahwa rasio keuangan juga dapat berguna untuk melakukan analisis sekuritas, mengevaluasi manfaat investasi pada saham dan obligasi. b. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Salah satu keterbatasan dari analisis rasio keuangan adalah adanya kemungkinan timbulnya multikolinieritas, yang dapat terjadi diantara rasio tersebut dan antar periode analisis (Gujarati:! 999). Walaupun rasio keuangan telah dikelompokkan dalam kategori tertentu, masih mungkin dipertanyakan hubungan diantara rasio tersebut (Bird and McHugh: 1988; Horrigan:! 965). Dalam memberikan informasi yang memadai, hanya diperlukan sebagian rasio keuangan. Namun pemilihan rasio keuangan tersebut harus dilakukan secara hati-hati (Horrigan: 1965). Pemilihan rasio keuangan yang memiliki informasi yang lengkap tidak dapat dilakukan hanya denan logika biasa, tetapi harus dilakukan berdasarkan bukti empirik dimana hubungannya ditunjukkan oleh criteria statistic (Barnes: 1987). c. Menentukan Rasio Keuangan Jenis rasio keuangan yang digunakan untuk penelitian tergantung pada karakteristik dari bidang penelitiannya. Dalam memilih jenis rasio keuangan, peneliti dapat merujuk pada penelitian terdahulu atau menggunakan exploratory method dalam menentukan rasio mana yang akan dipakai untuk menguji hipotesis. Secara umum, Weston dan Brigham (1993) mengatakan ada lima kelompok rasio yang digunakan, sepe1ti liquidity, assets management, debt management, profitability, dan market value. Untuk rasio keuangan yang digunakan untuk meramalkan suatu kondisi, pemilihan dapat dilakukan dengan analisis statistik seperti discriminant, regression atau correlation. Dalam melakukan dengan regresi, metode yang sering digunakan adalah stepwise, sebagaimana yang dilakukan Ou dan Penman (1989). Altman (1968) menggunakan discriminant analysis, Horrigan (1966) menggunakan correlation analysis untuk melihat hubungan antara rasio kmmngan dan peringkat obligasi pada perusahaan industri di Amerika Serikat. Factor Analysis juga dapat digunakan dalam memilih rasio keuangan dengan mengidentifikasi variabel-variabel atau main factors yang menjelaskan pola hubungan dari variabel··variabel yang diteliti. Pinches, Mingo dan Carruthers (1973) di dalam Barnes, menggunakan metode ini dalam memilih tujuh rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memberikan penilaian terhadap stabilisasi jangka panjang perusahaan. Peneliti lain yang juga menggunakan met ode yang sama adalah Gombala dan Ketz (1983). Dengan mempelajari hubungan antara cash flow ratio factor dan rasio lainnya, hasil penelitian menyatakan bahwa rasio-rasio cash flow dapat menunjukkan dimensi yang berbeda dalam memberikan penilaian kinerja perusahaan. 6. Pengertian Return Saham Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return) (Jogiyanto, 2000:107). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan serta sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko masa yang akan datang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang alcan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi bersifat belum terjadi namun diharapkan akan terjadi. Return merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi karena return merupakan tujuan utama seseorang berinvestasi. Dengan adanya return, diharapkan seseorang akan termotivasi untuk berinvestasi. Return juga merupakan imbalan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada investor atas keberaniannya menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return total sering disebut return saham, yaitu perubahan kemalanuran dari perubahan harga saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Perubahan kemakmuran tambahan kekayaan sebelumnya. ini menunjukkan Pemegang saham dalam investasinya dapat mendapatkan return yang ditawarkan suatu saham dalam bentuk capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih harga saham sekarang relatif dengan harga saham periode yang lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, tetapi terdapat bagian yang ditanam kembali. Biasanya dividen yang ditedma ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri. Ini bera1ti bahwa jika perusahaan mengalami kerugian tentu saja deviden tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. Deviden yang dibagikan dapat berupa deviden tunai maupun dividen saham. G. Variabel Dependen Variabel Dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. (Indriantoro do:n Supomo, 2002:63). Variabel yang di kaji dalam penelitian ini adalah: 1. Rasio Price To Book Value (PBV) Price to Book Value merupakan rasio untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terns tumbuh. Untuk melakukan perhitungan PBV, harus menghitung terlebih dahulu nilai buku saham tersebut. Nilai buku ekuitas di dapat dari jumlah kumulatif pendapatan di tahan dari perusahaan te:rsebut (seperti saham biasa dan kontribusi kapital atau kelebihan nilai nominal) yang termasuk ekuitas pemegang saham. Nilai buku saham biasa perusahaan ditentukan dengan menggunakan data neraca perusahaan tersebut. Dari definisi di alas dapat dikatakan bahwa Rasio PBV menunjukan kemampuan perusahaan dalam menci.ptakan nilai terhadap jumlah modal yang diinvestasikan para pemegang saham. PBV merupakan hubungan antara harga saham dan nilai buku per lembar saham. Rasio ini bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham karena secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Rasio PBV memberikan indikasi lain tentang bagaimana investor memandang suatu perusahaan dan bagaimana infonnasi rasio ini bisa dipakai investor dalam keputusan investasi. Dengan raio PBV yang tinggi diharapkan return saham perusahaan juga tinggi. H. Variabel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:63), variabel yang di kaji dalam penelitian ini adalah: 1. Return On Equity (ROE) Return On Equity adalah laba bersih dibagi dengan modal pemegang (ekuitas) saham rata-rata. Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dalam perusahaan. Rasio ini menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Leverage dapat diperkirakan dengan mengurangkan hasil pengembalian aktiva dari hasil pengembalian modal pemegang saham. Bila hasil pengembalian modal pemegang saham lebih besar, selisih tersebut akan menghasilkan leverage keuangan yang positif. Bila tidak terdapat hutang, kedua rasio tersebut akan sama besarnya (Woelfel, 1997: 112). Menurut M. Fakhruddin dan M. Sopian Hadianto, ROE adalah mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Bambang Rianto (1992), ROE sering disebut sebagai return on networthl rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Laba yang diperhitungkan untuk mengukur ROE adalah laba yang dikurangi beban dan bunga pajak. Agus Sartono (1998), ROE adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Suad Husnan (1998), ROE adalah laba yang di tahan dan diinvestasilcan kembali tersebut bisa menghasilkan tingkat keuntungan. Sutrisno (2000:267), ROE yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau earning after tax. Menurut Ors. Lukman Syamsudin M.A (2002), ROE adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Bringham dan Ehnhardt (2002), ROE "Tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. " Sedangkan menurut Weston et.al (1996:103) ROE adalah "Rasio laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap keuntungan bersih, mengukur tingkat hasil atas investasi pemegang saham." Perusahaan dengan tingkat return on equity yang tinggi biasanya akan menjual sahamnya berlipat kali dari nilai bukunya, dibandingkan perusahaan dengan return on equity yang rendah (Brigham- Gapenski: 1998). Rasio ini juga sering dipakai oleh para investor dalam pengambilan keputusan pembelian saham suatu perusahaan. Jika rasio ini nilainya semakin tinggi berarti dapat dikatakan baik, karena menunjukkan penghasilan yang diterima semakin baik, sehingga return saham juga semakin tinggi. Pilih perusahaan dengan return on equity (ROE) lebih dari 15%. Hal ini menggambarkan bagaimana kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang dimilikinya. Kalau ROE hanya berkisar 8-9%, maka berinvestasi di perusahaan tersebut sama saja dengan menabung dalam bentuk deposito. 2. Earning Growth Rate (EGR) Earning Growth Rate adalah laju pertumbuhan yang diperkirakan dengan melihat rata-rata laju pertumbuhan ROE. Menurut Weston dan Copeland (l 995:243) pertumbuhan /aha bersih per saham (EGR) adalah pertumbuhan laba bersih per saham dari waktu ke waktu. Rasio-rasio pertumbuhan mengukur kehandalan perusahaan mempertahankan posisi ekonomisnya di dalam industri. Sebagai bagian dari analisis internal yang lebih mendalam oleh perusahaan-perusahaan bisnis, hams dibuat suatu pemisahan antara pertumbuhan nyata dan pertumbuhan nominal (dipengaruhi inflasi atau perubahan tingkat harga). Untuk melihat apakah pertumbuhan laba per saham perusahaan baik atau tidak maka harus dibandingkan dengan pe1tumbuhan laba per saham perusahaan sebanding. Lesmana & Surjanto (2004: I 02), menerangkan bahwa "tingkat pertumbuhan perusahaan rnenunjukkan kualitas laba yang bersih". Pilih perusahaan yang pertmnbuhan laba (earning growth) stabil berkisar antara 20% atau lebih. Pilih juga perusahaan yang merniliki rasio utang terhadap modal yang relatif rendah dan rasio harga per free cashjlow rendah. Artinya, perusahaan bisa rnenghasilkan kas dalam jurnlah besar untuk rnembiayai operasional perusahaan dan melakukan ekspansi tanpa perlu mengandalkan pinjarnan dari luar yang berbiaya tinggi. a. Earning per Share (EPS) Untuk melakukan perhitungan rasio EGR, maka harus diketahui nilai dari Earning Per Share perusahaan tersebut dari tahun ke tahun. Menurut Weston (1993:23), EPS adalah "Earning per Share is net income divided by the number of share of commonstock outstanding" Sedangkan menurut Harahap (200 I :305 ), mendefinisikan EPS sebagai berikut : EPS adalah rasio yang mengukur berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. 3. Degree of Financial leverage Degree of Financial Leverage (DFL) mengukur kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan menggunakan "financial leverage" jika ia membelanjai sebagian dari aktivanya dengan sekuritas yang membayar bunga yang tetap. Jika Perusahaan menggunakan "financial leverage" atau hutang, perubahan pada EBIT perusahaan akan mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EPS (Earnings Per Share). Kemungkinan besar, perusahaan mencoba untuk mengoptimalkan EPS, dan rasio DFL ini dapat digunakan untuk membantu menentukan tingkat leverage keuangan yang paling sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Menggunakan leverage melibatkan biaya tetap untuk membiayai perusahaan, dan akan mencakup biaya yang tinggi sebelum bunga dan pajak (EBIT). Rumusnya sebagai berikut: Persentase perubahan pada EPS DFL -·~~~~~~~~~~ Persentase perubahan pada EBIT Semakin besar DFL, semakin besar pula fluktuasi EPS akibat perubahan pada EBIT perusahaan. Besar - kecilnya DFL tergantung pada besar - kecilnya hutang yang digunakan perusahaan. Semakin besar hutang yang digunakan, semakin besar pula DFL sehingga semakin besar risiko finansial perusahaan. I. Penelitian Terdahnlu Faktor penting yang diperhatikan oleh investor dalam melakukan investasi di pasar modal adalah return saham dan variabel-variabel yang mempengaruhi. Sehingga banyak peneliti yang dilakukan menggunakan variabel-variabel untuk menjelaskan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg. Et al (1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi dari pada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Jadi Investor yang mengharapkan tingkat return yang tinggi dengan risiko tertentu lebih baik memutuskan membeli saham-saham yang mempunyai PBV yang rendah dan menjual saham-saham yang memiliki PBV yang tinggi. Penelitian tentang Price to Book Value pernah dilakukan di BEi antara lain oleh Kusno Ajidarno (1998). Beliau menggunakan data perusahaanperusahaan yang go public di BEJ pada tahun I 994 sampai dengan tahun I 996 dan variabel-variabel independen yang digunakan untuk menguji adalah Return on Equity, Devidend Payout Ratio dan Earning Growth Rate. Utama dan Santosa (1998) melakukan penelitian yang sama di Bursa Efek Indonesia menemukan bahwa hanya fak!or profitabilitas yaitu ROE yang secara konsisten dan signifikan mempunyai hubungan yang positif dengan rasioPBV. Regresi PBV rasio kemudian diperbaharui oleh Damodaran dengan menggunakan data dari tahun 1987 sampai tahun 1991. Database compustat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang price to book value, return on equity, divident payout ratio, dan Earning Growth Rate (lima tahun terakhir) untuk semua perusahaan di New York Stock Exchange dan AMEX. Data-data diperoleh dari CRSP untuk tiap tahun. Seluruh perusahaan dengan nilai buku negatif dihilangkan dari sampel. Hasil penelitian Damodaran menyimpulkan variabel independen Return On Equity (ROE), Devidend Payout Ratio (DPR), dan Earning Growth Rate (EGR) merupakan faktor yang sangat signifikan berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV) ratio. la menemukan adanya hubungan yang kuat antara price to book value dengan variabel-variabel terst)but, yang ditunjukkan oleh R2 (Acijusted Value) setiap tahun sebesar antara 84% hingga 88,5% (Damodaran, 2002:527). Berdasarkan penelitian Damodaran pada beberapa negara, perusahaanperusahaan dengan return on equity yang Iebih tinggi memiliki rasio price- book yang lebih tinggi. Penelitian di Yunani, Brazil, Portugal, dan India, dijumpai hasil yang berbeda dengan di Amerika Serikat. Hasil temuan di Portugal dan India menunjukkan pengaruh ROE terhadap PBV cukup kuat, yang ditunjukkan oleh nilai R2 masing-masing sebesar 78% dan 51 %, sedangkan hasil penelitian di Yunani dan Brazil dijumpai pengaruh yang lemah, dengan nilai R2 masing-masing sebesar 17,5% dan 17,3% (Damodaran, 2002:528). J. Kerangka Pemikiran Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakkan metode analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) Ratio. Dan kerangka penelitian diilustrasikan pada gambar berikut ini: Bursa Efek Indonesia Laporan Keuangan Perusahaan Perbankan Uji Asumsi Klasik Uji Regresi Berganda I Uj i Parsial t Uji Simultan F I [ I Adjusted R Square I Interpretasi Gambar2.l Kerangka Pemikiran K. Perumusan Hipotesis Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, maka penelitian ini menganalisis 4 rasio, yaitu: Rasio Profitabilitas yang diwakili oleh imbalan atas ekuitas (ROE), Rasio pertumbuhan yang diwakili oleh pertumbuhan laba bersih (EGR), rasio leverage yang diwakili oleh Degree of Financial Leverage (DFL) dan rasio nilai pasar yang diwakili oleh Rasia harga per nilai buku saham (PBV). (Weston & Copeland, 1995:237). Profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi harga saham, dimana profitabilitas merupakan ce1minan kinerja perusahaan sehingga dapat mempengaruhi penilaian investor terbadap saham perusahaan. Oleb karena itu formula hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: HJ: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity (ROE), Earning Growth rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) secara parsial terhadap Price to Book Value (PBV) pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1-12: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity (ROE), Earning Growth rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) secara simultan terhadap Price to Book Value (PBV) pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia? BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalarn penelitian ini bertujuan untuk rnenguji hipotesis. Urnurnnya rnerupakan penelitian yang rnenjelaskan fenornena dalarn bentuk antar variabel. Pengujian hipotesis rnerupakan tujuan studi yang rnempunyai pengaruh terhadap elemen desain penelitian yang lain, terutama dalam pernilihan metode pengujian data dirnana studi deskriptif terrnasuk dalarn pengujian hipotesis (Indriantoro & Suporno, 2002:89). Populasi dalarn penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BE!) pada tahun 2004 sampai tahun 2007. Periode ini diarnbil karena kondisi ekonomi pada tahun tersebut rnenunjukkan perturnbuhan yang sernakin baik dibandingkan dengan tahun-tahun lain setelah kondisi krisis dan untuk menghindari penggunanaan data yang telah usang, dengan syarat laba bersih (net income) pada tahun 2004 positif dan return on equity tahun 2004 yang positif. Sedangkan yang rnelatarbelakangi rnengapa perusahaan perbankan dijadikan sebagai objek penelitian karena perkernbangan industri perbankan rnulai rnenunjukkan pemulihan. Selain itu, sektor perbankan (merupakan bagian dari klasifikasi sektor keuangan) rnemiliki kapasitas pasar, volume dan nilai perdagangan yang paling besar di BEi dibandingkan sektor lain dengan nilai kapasitas pasar sebesar Rp. 110,57 trilun, volume perdagangan sebesar Rp. 14,53 milyar dan nilai perdagangan sebesar 3,87 trilun. B. Metode Penentnan Sampel Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan earn purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk penentuan sampelnya adalah: I. Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2004-2007. 2. Mempunyai syarat laba bersih positiftahun 2004. 3. Mempunyai Total Equity tahun 2004 positif. 4. Mempunyai ROE positiftahun 2004. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 19 perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BE!) sesuai kriteria terse but. Sampel yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 19 Sampel Perusahaan Perbankan yang terdalftar di BEI No I 2 3 4 5 6 7 8 Nama Pernsaltaan Bank Buana Indonesia Bank Bumi Putera Indonesia Bank Central Asia Bank Danamon Indonesia Bank International Indonesia Bank Kesawan BankLinno Bank Mandiri No Nama Perusahaan 9 Bank Mayapada Internatonal IO BankMega 11 Bank Negara Indonesia 12 BankNiaga 13 BankNISP 14 Bank Nusantara Parahiyangan 15 Bank PAN Indonesia 16 Bank Pennata 17 Bank Rakyat Indonesia 18 Bank Swadesi 19 Bank Victoria International C. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau lapo ran historis yang tel ah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (lndriantoro dan Supomo, 2002:147). Data-data dalam penelitian ini antara lain didapatkan dari: I. Penelitian kepustakaan dimana metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teori dalam pembahasan ini, selain itu untuk mendapatkan masukan teori yang dipakai dalam penelitian sebelumnya. 2. Data yang dikumpulkan oleh penulis dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI (Indonesia Capital Market Directory). Dalam penelitian ini data yang dipakai adalah tiga variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) sebagai variabel independen dan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel dependen. Penelitian ini adalah untuk melihat pengarnh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen baik secara uj i parsial maupun secara simultan. D. Metode Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahaptahap sebagai berikut : 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptifvariabel penelitian dimaksudkan untuk memberi penjelasan yang memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya yaitu dengan menjelaskan statistik deskriptif variabel utama yang diteliti. Statistik d·~skriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan data tersebut.· Data-data statistik, yang bisa diperoleh dalam penelitian ini masih acak dan tidak terorganisir dengan baik. Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau persentasi gratis, sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan. 2. Uji Dasar Asumsi klasik Asumsi dasar klasik adalah bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen bersifat linier serta tidak te1jadi autokorelasi, heterokedasisitas, dan multikolinearitas diantara variabel independen dalam regresi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengujian terhadap pelanggaran asumsi dasar jika memang te1jadi. Model regresi valid bila bebas dari masalah asumsi klasik. Asumi klasik adalah asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam model regresi. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Data Sebelum dilakukan analisis terhadap hasil regresi, perlu dilakukan pengujian terhadap kenormalan data dari penelitian yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi. syaat dari pengujian parametrik dimana data harus berdistribusi normal. Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen ataupun keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Menurut Singgih Santoso (2004 : 124) ada beberapa cara untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah: 1) J ika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi ternebut tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam suatu model regresi. Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika diantara variable bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya maka bias dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya VIF (Variance Inflation factor) dan tolerance. Istilah multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas (independent variable) dalam regresi. Jika variabel bebas (independent variable) berkorelasi dengan sempurna, maim disebut multikolinearitas sempurna yang beraiti ada huhungan tinier yang "sempurna" (pasti) di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Penggunaan kata multikolinearitas disini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabelvariabel bebas. Pedoman suatu model regresi yang terbebas dari gejala multikolinearitas adalah: I) Mempunyai nilai VIF disekitar angka I 0. 2) Mempunyai angka tolerance mendekati 0.10. c. Uji Autokorelasi Salah satu asumsi dari model regresi linil)r klasik adalah bahwa tidak ada autokorelasi serial (autocorrelation or serial correlation) antara kesalah pengganggu (ei). Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi diantara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Tujuan dari autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Sebelumnya, jika te1jadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2000:216) model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi atau tidak, dapat di lihat dari nilai Durbin Watson. Bila nilai DW terletak antara du< d < 4-du maim dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif, dimana du adalah batas atas dan dl adalah batas bawah. Uji autokorelasi dengan membandingkan nilai d-hitungnya dengan nilai d-tabel. Ada 5 himpunan daerah untuk nilai d sebagai berikut: I) Jika 0 < d <du, yang berarti terdapat autokorelasi. 2) Jika dl < d < du, maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (incloncusive ). 3) J ika du < d < (4-dl), yang berarti tidak ada autokorelasi. 4) Jika (4-du) < d < (4-dl), malrn uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (incloncusive). 5) Jika d > (4-dl), yang berarti terdapat autokorelasi. d. Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Uji heterokedastisitas ini bertujuan untuk mengl\ji apakah dalam model regresi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut Hornokedastisitas dan bila berbeda disebut heterokedastisitas. 3. Analisis Regresi Berganda Uji Regresi Linear Berganda dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. Uji Regresi Linear Berganda dilakukan secara serempak dan secara parsial. Persamaan regresi adalah suatu persamaan matematika yang mendefinisikan hubungan dua variabel. Hubungan yang dimaksud yaitu hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y), dimana pada penelitian ini Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) sebagai variabel independen (X) dan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel dependen (Y). Model persamaan regresi yang digunakan adalah: y =a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei Ha : PI # 0, aitinya ada pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap Price to Book Value. Kriteria penguj ian adalah sebagai berikut: Ho diterima apabila -ttabel < t <t - hitung - tabel Ho ditolak apabila : t hitung >t label atau -t hittmg < -t tabd Tahapan pengujian Uji t adalah: I. Hipotesis persamaan. Ho : P= 0 (variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat). H1 : P# 0 (variabel bebas mempengaruhi variabel terikat). 2. Menentukan kriteria penguj ian. Simpulan dapat diperoleh dari perbandingan Sig. t (P-value nilai t) dengan taraf signifikansi (a). Jika, P-value nilai t <a (a= 0,05) maka H ditolak, 0 Jika, P-value nilai t >a (a= 0,05) maka H diterima. 0 Dengan ketentuan jika Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak (H 1 diterima) maka variabel signifikan. b. Uji Simultan F Untuk mengetahui seberapa jauh semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen digunakan uji F. Pengujian melalui uji F atau variasinya adal.ah pengujian dengan membandingkan F-hitung (Fh) dengan F-tabel (Ft) pada derajat signifikan 95% (a= 0,05). Ho : Pi = 0, artinya tidak ada pengaruh dari se!uruh variabel independen secara simultan terhadap Price to Book Value. Ha : P t 0, artinya ada pengaruh dari seluruh variabel independen ' secara simultan terhadap Price to Book Value. Untuk menguji ketergantungan linier sederhana, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2002: 19) : R/K F. h1tung (1-R) ( n-k-1) J Keterangan : R : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel bebas n : Jumlah sampel F tabel =(a·k·n-k-1) ' ' Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Ho ditolakjika: F >F hitung - Ho diterimajika: F hitung tabel <F tabe! Melalui pengujian serentak ini sekal igus dapat diketahui besarnya pengaruh variabel-variabel tersebut secara bersama-sama 2 dengan melihat koefisien detenninasi adjusted R square (Adj R ). Tahapan pengujian uji F adalah: I. Hipotesis persamaan. H: 0 pI = p2 = p3 = O; secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen-nya. Ha: P. i' O; secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen I terhadap variabel dependen-nya. 2. Menentukan kriteria pengujian. Simpulan dapat diperoleh dengan membandingkan Sig. F (P-value nilai F) dengan tarafsignifikansi (CL). Jika, P-value nilai F <CL (CL= 0,05) maka H ditolak, 0 Jika, P-value nilai F >CL (CL= 0,05) maka H diterima. 0 Dengan ketentuan jika Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak maka variabel signifikan. c. Uji Koefisien Determinan Adjusted R Square (Adj R 2) Dari koefisien detenninan adjusted R Square (Adj R2) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda, memmjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas dan variabel terikatnya. Interpretasi terhadap hasil koefisien determinan acljusted R Square (Adj R2) berarti : I) Jika nilai koefisien determinan adjusted R Square (Adj R2) semakin mendekati angka satu, berarti variabel terikat dapat dijelaskan secara linier oleh variabel bebasnya. Jadi semakin mendekati angka satu (Adj R2 ) maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat peramalan, karena total variasi dapat menjelaskan variabel terikat. 2) Jika nilai koefisien determinan adjusted R Square (Adj R2) semakin mendekati angka no!, rnaka sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kecil. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya koefisien determinasi ganda (Adj R2) 2 berada antara 0 dan l atau O<R <l. E. Operasi Variabel Penelitian Definisi Operasi Variabel Penelitian rnerupakan bagian yang paling penting dalarn bab ini, karena menjelaskan penge1tian serta cara mengukur dari rnasing-masing variabel. Definisi operasi variabel dalam penelitian ini rneliputi, definisi variabel independen dan dependen. Untuk menguji dan mengidentifikasikan karakteristik hubungan antara ROE (Return on Equity), EGR (Earning Growth Rate) dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap PBV (Price to book Value) digunakan beberapa variabel berikut: 1. Rasio Price to Book Value (PBV) Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan . PBV = -~---~· Regular Closing Price m•1ai• buk'U e ku1tas. Book Value Pershare Price to Book Value, Gitman (2006:70) merumuskan PBV sebagai berikut: PBV: Market Price Per Share of Commonstock Book Value Per Share of Commonstock PBV = Harga Pasar Saham Nilai Buku Saham 2. Return On Equity (ROE) Return 011 Equity/ROE (pengembalian atas kekayaan bersih) adalah Hubungan laba tahunan setelah pajak terhadap ekuitas pemegang saham yang tercatat. Rasio ini digunakan sebagai ukuran efektivitas dana pemegang saham yang telah diinvestasikan. ROE= Net income (NI) x 1OO% Equity 3. Eaming Growth Rate (EGR) Menurut Harahap (2004:310) pe1tumbuhan laba bersih per saham (rasio pertumbuhan earning per share) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan earning per share dari tahun lalu. Perhitungan rasio ini diukur dengan membandingkan earning per share tahun ini dikurangi earning per share tahun lalu kemudian dibagi dengan earning per share tahun lalu. EGR= [EPS, -EPS,_ 1] EPS,_ 1 Dari pernyataan di alas dapat disimpulkan bahwa EGR adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba per saham (EPS) dari tahun sebelumnya. a. Earning per Share (EPS) Aliran kas dalam penilaian saham adalah earnings, dari sudut pandang investor yang membeli saham, aliran kas yang akan diterima investor adalah earnings yang dibagikan dalam bentuk dividen (Eduardus Tandelilin, 200 I :79). (Gitman:2006:68) EPS dapat dirumuskan sebagai berikut: Earning available for common stockholder Number of shares of common stock outstanding EPS=~~~~~~~~~~~~--~~ Earning After Tax Total Saham EPS Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa EPS adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari tiap lembar saham yang beredar. Oleh karena ih1, EPS penting untuk diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham. K1~tika EPS meningkat, maka harga saham juga ikut meningkat, demikian pula sebaliknya. 4. Degree Financial Leverage (DFL) Merupakan pengukuran resiko yang menggunakan.financia/ leverage yang timbul bila perusahaan menggunakkan sumber dana yang memberikan beban tetap. DFL digunakan untuk mengetahui berapa besar Earning Per Share (EPS) yang disebabkan oleh perubahan EBIT. Semakin besar nilai DFL maka semakin besar risiko finansial perusahaan juga besar. DFL = Persentase penambahan EPS Persentase penambahan EBIT Dimana: % 11 EPS = EPS, - EPS,. 1 EPS,_ 1 % 11 EBIT = EBIT, - EBIT ,_ 1 EBIT,., BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umnm 1. Sejarah dan Perkembangan Bursa Efek Indonesia a. Awai Pendirian Bursa Efek Pasar modal Indonesia dimulai ketika Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Jakarta (Batavia) pada akhir 1912. Efek-efek yang diperdagangkan dalam bursa ini terdiri atas sahamsaham dan obligasi yang diterbitkan perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi Pemerintah Hindia Belanda dan efekefek Belanda lain. Pendirian bursa efek oleh Pemerintah Belanda tersebut bertujuan untuk memobilisasi dana dalam rangka rnembiayai perkebunan milik Belanda yang saat itu sedang dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia. Pendirian bursa efek di Batavia tersebut di ikuti dengan pendirian bursa efek di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925. dengan berbekal pengalarnan bursa efek di negeri Belanda yang cukup lama, bursa efek yang didirikan tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat sampai akhirnya kegiatannya terhenti akibat pecahnya Perang Dunia Kedua. b. Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jerman berhasil menduduki Belanda lalu saham-saham orang Belanda pun direbut Jerman. Tentu saja, pasar modal Indonesia yang amat bergantung pada eksistensi Belanda ikut terpengaruh. Maka pada 10 Mei 1940 bursa efok Batavia harus tut up dan saat itu terdapat 250 jenis saham dengan nilai 1,4 miliar gulden. Pada 23 Desember 1940 para direktur economische zaken, handelsvereeniging dan Javasche bank membuka kembali kantor bursa Batavia. Tapi hal ini tidak berlangsung lama karena Jepang masuk ke Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bursa efek kembali diaktifkan dan pemerintah mengeluarkan UU Darurat tentang Bursa No. 13 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU No. 15 Tahun 1952. Penyelenggaraan bursa efek yang dibuka di Jakarta tersebut dilakukan oleh perserikatan Perdagangan Vang dan efek-efek (PPUE) di mana Bank Indonesia terlihat seba.gai Penasihat. Untuk lebih memantapkan pelaksanaan pasar modal telah diundangkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar modal. c. Era Pra Deragulasi (1977-1987) Di rnasa ini pasar modal mengalami masa yang cukup suram. Sebab saat itu perusahaan-perusahaan masih kental diwarnai dengan budaya perusahaan keluarga dan enggan untuk go public di pasar modal. Kondisi ini tentu rnembuat pemerintah beke1ja keras untuk mendorong perusahaan go public. Berbagai kemudahan diberikan pernerintah seperti tax incentive. Tetapi itu pun ternyata tak cukup merangsang minat pengusaha untuk go public. Ini bisa terlihat dari membuat pasar kurang menarik bagi investor. Fluktuasi harga saham yang te1jadi tidak berlangsung berdasarkan mekanisme pasar yang sebenarnya. 4) Tidak adanya perlakuan yang sama terutama dalam ha! pajak terhadap penghasilan yang berasal dari bunga deposito dengan dividen. Akibatnya, investor masih lebih suka menanamkan uangnya di deposito dari pada investasi melalui pembelian saham di bursa. 5) Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa. d. Era Deregulasi (1987-1990) Usaha pengaktifan bursa efek agakilya tidak mengalami perkembangan atau bahkan dapat dikatakan tidak begitu banyak pengaruhnya. Keadaan tersebut berlangsung sampai memasuki dekade 1970-an. Tentu saja ha! ini tidak boleh berlanjut. Pada 1987 sejalan dengan semakin besarnya kebutuhan dana investasi dan pembangunan, serta perlunya menciptakan iklim usaha yang kondusif, pemerintah mulai menyadari peran strategis pasar modal. Dari sini pemerintah merombak berbagai aturan yang dianggap menghambat minat perusahaan untuk masuk bursa. Karenanya pemerintah lantas meluncurkan tiga perangkat paket penting kebijakan pasar modal. Intinya berupa penyederhanaan aturan yang dikemas dalam paketpaket deregulasi. Ketiga paket itu masing-masing: I) Pake! Desember 1987 yang dikenal dengan Pakdes. lsinya antara lain penghapusan persyaratan laba minimum 10% dari modal sendiri. Diperkenalkannya instrumen baru pasar modal yaitu saham alas unjuk. Dibukanya bursa paralel sebagai arena perdagangan efek bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Dihapuskannya ketentuan batas maksimum fluktuasi harga 4%. 2) Pake! Oktober 1988 yang dikenal dengan Pakto. Lewat Pakto ini pemerintah melakukan terobosan-terobosan yang amat signifikan, berupa pengenaan berjangka, pajak penghasilan atas sertifikat deposito, dan bunga deposito tabungan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian !credit bank kepada nasabah perorangan dan nasabah grup yaitu secant berturut-turut tidak melebihi 20% dan 50% dari modal sendiri bank pemberi kredit. Penetapan persyaratan model minimum untuk mendirikan bank umum swasta nasional, bank pembangunan swasta nasional dan bank campuran. Kebijakan ini juga memberi peluang kepada bank untuk memanfaatkan pasar modal untuk memperluas permodalannya. 3) Pake! Desember 1988. melalui paket ini, pemerintah memberikan kesempatan kepada swasta untuk mendirikan dan menyelenggarakan bursa di luar Jakarta. Dengan kebijakan ini, dibuka peluang bagi investor di Indonesia bagian lain untuk memperdagangkan efeknya di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pake! ini memungkinkan pula perusahaan untuk menca.tatkan seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa (company listing). Dengan demikian, diharapkan bahwa saham perusahaan akan lebih marketable. 4) Dibukanya izin bagi investor asing untuk mmnbeli saham di bursa Indonesia. Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK/013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal. Melalui keputusan ini, pemerintah membuka kesempatan membuka kesempatan kepada investor asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan sampai dengan maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49% saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel. 5) Kebijakan ini disusul dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK/013/1990. lantas diubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor I 199/KMK/010/1991. Dalam keputusan terakhir ini, dijelaskan bahwa tugas Bapepam yang mulanya juga penyelenggara bursa, kini menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam ). Se lain itu pemerintah pun membentuk lembaga-lembaga baru seperti lembaga kliring penyelesaian dan penyimpangan (LKPP), reksadana dan manajer investasi. e. Era Pasca Deregulasi Lahirnya berbagai kebijakan ini telah menebalkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan itu terjadi sesudah pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berlaku secara efektif 1 Januari 1996. UU ini lantas disusul pula dengan meluncurnya dua Peraturan Pemerintah (PP). Pertama, PP Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. Kedua, PP Nomor 46 tentang Tata Cara Pemerikasaan di Bidang Pasar Modal. Di tingkat menteri pun terlahir pula tiga keputusan pendukung UU itu. Keputusan itu masing-masing Nomor 646/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksadana oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, dan Nomor 467/KMK.010/1997 tentang Pemilikan Saham Perusahaan Efek oleh Pemodal Asing. Pemberlakuan kebijakan ini bisa dikatakan sebagai momentum penting dalam perjalanan pasar modal Indonesia untuk menuju pasar modal yang bisa bersaing di dunia. Sampai dengan tahun 1996 Bapepam telah mengeluarkan 102 peraturan sebagai petunjuk pelaksanaan teknis dari undang-undang itu. Mulai dari tahun 1991 sampai akhir 1996, pasar modal Indonesia terus bergerak maju. Dari segi hukum, UU No.8 Tahun 1995 dan aturan pendukung lainnya telah memberdayakan Bapepam dalam penegakan hukum. Selain itu Bapepam pun sepe11i diamanatkan dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sudah membentuk Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dengan nama PT. Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI). Lembaga-lembaga ini menggantikan peran PT. Kliring Deposit Efek Indonesia (KDE!) yang sudah berdiri sejak 1992. 2. Pembentukkan Bursa Efek Indonesia (BEi) Pada tahun 2007 BEJ melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memiliki satu pasar modal. Perusahaan has ii penggabungan usaha ini memulai operas in ya pada I Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan Direktur Utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, keanggotaan dan partisipan. BE! menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: • 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda. • 1914-1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. • 1925-1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. • Awai tahun 1939 : karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan di Surabaya ditutup. • 1942-1952 : Bursa Efek di Jakaita ditutup kembali selama Perang Dunia II. • 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktiflrnn kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). lnstrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950). • 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. • 1956-1977: Perdagangan di Bursa Efek vakum. • I 0 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali Pasar Modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. • 1977-1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu,. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat leb1h memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. • 1987: Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. • 1988 - 1990 : Paket Deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas Bursa terlihat meningkat. • 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. • Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. • 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik Swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. • 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM be:rubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. • 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) • 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. • 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa efek Surabaya. • 2000 : Sistem perdagangan tanpa warkat (scr.ipless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. • 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). • 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia. B. Deskripsi Statistik Penelitian ini menggunakan sampel 19 perusahaan Perbankan pada tahun 2004-2007. Deskriptif statistik dalam penelitian ini meliputi nilai ratarata Price to Book Value (PBV), Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree ofFinancial Leverage (DFL). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. 19 Perusahaan Sampel Perbanlmn Tahnn 21)04-2007 No I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Nama Pernsabaan Bank Buana Indonesia Bank Bumi Putera Indonesia Bank Central Asia Bank Danamon Indonesia Bank International Indonesia Bank Kesawan BankLiopo Bank Mandiri Bank Mayapada Internatonal BankMega Bank Negara Indonesia BankNiaga BankNISP Bank Nusantara Parahiyangan Bank PAN Indonesia Bank Permata Bank Rakyat Indonesia Bank Swadesi Bank Victoria International Tabel di bawah ini memperlihatkan deskripsi statistik (jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari sampel yang diteliti. Tabel 4.2 Deskripsi Statistik 19 Perusahaan Sampel Descriptive Statistics PBV ROE EGR DFL Valid N (listwise) N Minimum 76 76 76 76 .49 -.24 -2.70 -29 I Maximum Mean 4.97 .39 5.50 4.44 1.9855 .1400 .1793 -.4605 Std. Deviation .92011 .09152 1.03918 3.72220 76 Dari label 4.2. terlihat bahwa nilai rata-rata variabel dependen yaitu PBV adalah sebesar 1,9855, standar deviasi 0,92011 dengan nilai minimum 0,49 dan nilai maksimum 4,97. Variabel independen dalam penelitian ini ada 3 faktor fundamental yaitu Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL). ROE mempunyai nilai rata-rata 0,1400 dan standar deviasi sebesar 0,09152, dengan nilai mainimum dan maksimum masingmasing sebesar -0,24 dan 0,39. EGR mernpunyai nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 5,50 dan -2, 70, dan nilai rata-ratanya sebesar 0, 1793. Untuk DFL, mempunyai nilai rata-rata sebesar -0,4605 dan nilai maksimum sebesar 4,44 serta nilai minimumnya sebesar -29. C. Analisis Data Pada bagian ini akan di bahas basil penelitian dari perhitungan dan analisis terhadap sampel penelitian perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BE!) yang memiliki kriteria yang telah ditetapkan pad a tahun 2004-2007. 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Sebelum dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji regresi, terlebih dahulu dilakukan qji normalitas data. Uji normalitas data dilakukan untuk menganalisis apakah syarat persamaan regresi sudah dipenuhi atau belum. Output dari uji normalitas data adalah berupa gambar visual yang menunjukkan jauh-dekatnya titik-titik pada gambar tersebut dengan garis diagonal. Jika data berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data yang terc·~rmin dalam titik-titik pada output akan terletak di sekitar garis diagonal. Sebaliknya, jika data berasal dari distribusi yang tidak normal malrn titik-titik tersebut tersebar tidak di sekitar garis diagonal (terpencar jauh dari garis diagonal). Hal ini dapat di uji dengan analisis normalitas secara statistik dan grafik. Setelah dilaksanakan uji normalitas data, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Normal PwP Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: PBV '' -e 0.6 a. § 0.6 <.> 11g 0.4 ~ ,, '' ,, '' '' Obsorvod Cum Prob '' 10 Gambar di alas menunjukkan bahwa sebaran data pada gambar di alas bisa dikatakan tersebar di sekeliling garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal). Hasil ini menunjukkan bahwa data yang akan di-regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas data bisa dipenuhi. Dan hasil yang diperoleh secara statistik dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebagai berikut: Tabcl 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Data d1olah Unstandardiz eel Residual 76 .0000000 .84688507 .100 .100 -.056 .876 .427 Nilai signifikansi adalah 0,427 lebih be:;ar dari 0,05. Hal ini berarti data yang digunakan pada model regresi terdistribusi dengan normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Diagnosis untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah menentukan nilai VIF dan tolerance. Batas tolerance value adalah >0.10 dan VIF <I 0. Hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF dapat dilihat pada tabel berikut: Tabet 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Variable Indepeuden Tolenmce VIF Return On Equity 0.983 1.018 Earning Growth Rate 0.903 1.108 Degree of Financial Leverage Sumber : Data diolah 0.913 1.095 Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ketiga variabel tersebut memiliki nilai tolerance di atas 0, I 0 dan VIF dibawah I 0, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heterokedastisitas dalam uj i regresi dapat diidentifikasi dari po la scatter plot diagram. Scatterplot Dependent Variable: F'BV 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 oo 0 -3 " -2 0 2 Rogrossion Standardizod Prodictod Valuo Gambar 4.2 Diagram heterokedastisitas Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik yang dihasilkan menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Gambar di atas juga menunjukkan bahwa sebaran data ada di sekitar titik nol. Hasil pengujian ini. menunjukkan bahwa model regresi ini bebas dari masalah heteroskedastisitas, dengan perkataan lain: variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini bersifat homokedastisitas. d. Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi te1jadinya autokorelasi dilakukan perbandingan nilai Durbin-Watson (DW)-statistik dengan nilai DWtabel. Nilai DW-statistik dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat koefisien korelasi DW-statistik (DW-test) melalui uji DurbinWatson pada tabel 4.5 berikut ini: Tabet 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model R Adjusted R Square R Square .39l(a) .153 I .118 a Predictors: (Constant), DFL, ROE, EGR b Dependent Variable: PBV Std. Error of the Estimate .86435 DurbinWatson I 1.676 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai DW-statistik yang didapatkan mendeteksi sebesar 1,676. Menurut Algifari terjadinya autokorelasi, angka (1997:79), ini untuk kemudian diklasifikasikan menurut kriteria yang ditentukan sesuai dengan tabel berikut ini: Tabel 4.6 Pengnknran Autokorelasi Durbin Watson Kesimpulan Kurang dari 1,10 Ada autokorelasi I, I 0 sampai dengan 1,54 Tanpa kesimpulan 1,55 sampai dengan 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,47 sampai dengan 2,90 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi Sumber : Algifari (l 997 : 79) Untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi, nilai DurbinWatson statistik yang didapatkan dari penghitungan pada Tabel 4.5 yang menunjukkan nilai sebesar I ,676, diklasifikasikan menurut kriteria pengukuran autokorelasi pada Tabet 4.6 di atas. Dilihat dari tabel tersebut, pengukuran autokorelasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak teijadi autokorelasi dalam model regresi ini. Atau dengan melihat pada label, nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,676, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai label dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 19 dan jumlah Variabel independen (k) adalah 3. Maka dari tabel didapat nilai du =1,709 dan 4-du =2,291 Oleh karena nilai du< d < 4-du atau 1,709 < 1.676 < 2,291. Maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positifmaupun negatif. Hasil uji asumsi klasik di atas menunjukkan bahwa data yang akan diolah dalam penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa data yang digunakan sebagai variabel independen memenuhi syarat untuk memprediksi variabel dependen (Price to Book value). 2. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil ttji regresi menunjukkan signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen baik secara parsial maupun secara simultan. Pengaruh tersebut dapat dilihat melalui hasil regresi berikut ini: Untuk menguji hipotesis pengaruh faktor-faktor fundamental seperti Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of financial Leverage (DFL) terhadap Price to book Value (PBV) digunakan analisis regresi linier baerganda dengan model sebagai berikut: y = a + b1 Uj i Regresi XJ + b2X2 + b3X3 + ei Linear Berganda dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. Uji regresi linear berganda dilakukan secara parsial dan secara simultan. 1 PERPUST AKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKART1'.\ 3. Uji Hipotesis a. Uji Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree offinancial Leverage (DFL) terhadap Price to book Value (PBV) secara parsial. Tabet 4.7 Hasil Uji Parsial t Standardiz ed Unstandardized Coefficien Model Coefficients ts Std. B Error Beta 1.456 .184 1 (Constant) ROE 3.919 1.100 .390 EGR -.095 .IOI -.107 DFL .004 .028 .015 a Dependent Vanable: PBV t Sig. Co II inearity Statistics Tolerance 7.932 3.562 -.940 .131 .000 .001 .351 .896 .983 .903 .913 VIF 1.018 1.108 1.095 Dari hasil uj i -t dengan menggunakan derajat signifikansi (a =5%), Return On equity mempunyai t-hitung 3,562>2,110 t-tabel clan nilai signifikansi t 0,00 I lebih kecil dari a=5%. Maka dari hasil uji ini bera1ti terdapat pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Price to book Value (PBV). Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelmnnya yang dilakukan oleh !ndoyama dan Steph Subanidja (2004) yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) mempengaruhi Price to Book Value (PBV). Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang menyatakan bahwa apabila nilai ROE naik sebesar 1 satuan maim akan menyebabkan kenaikan pada PBV, yang artinya hubungan Return On Equity (ROE) dan Price to book Value (PBV) bersifat positif. Dari hasil uji -t dengan menggunakan derajat signifikansi (a =5%), Earning Growth Rate (EGR) t-hitung -0,940 > -2,110 t-tabel dan nilai signifikansi t 0,351 lebih besar dari a=5%. Maka dari hasil uji ini berarti tidak terdapat pengaruh Earning Growth Rate (EGR) terhadap Price to book Value (PBV). Hasil ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh lndoyama dan Steph Subanidja (2004) yang menyatakan bahwa Earning Growth Rate (EGR) tidak mempengaruhi Price to book Value (PBV). Hal ini tidak mendukung kajian teoritis bahwa saham yang laba bersihnya bertumbuh besar seharusnya menghasilkan ukuran kinerja harga per nilai-buku yang lebih besar atau seharusnya berhubungan positif, data 2004-2007 tidak cukup menjelaskan perubahan rasio harga per nilai buku saham (PBV). Artinya, data saham perbankan tidak cukup membuktikan ada pengaruh variabel pe1tumbuhan laba bersih terhadap variabel rasio harga per nilai -buku saham pada tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil uji-t dengan menggunakan clerajat signifikansi (a =5%), Degree offinancial Leverage (DFL) t-hitung 0,131<2,110 ttabel dan nilai signifikansi t 0,896 lebih besar dari a =5%. Maka dari hasil uji ini berarti tidak terclapat pengaruh Degree of financial Leverage (DFL) terhadap Price to book Value (PBV). Hasil ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wirawati (2008) yang menyatakan bahwa Degree offinancial Leverage (DFL) tidak mempengaruhi Price to book Value (PBV). Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis regresi tersebut adalah: PBV = 1,456+ 3,919ROE Dari persamaan regresi sederhana tersebut, apabila ROE dianggap konstan maim besarnya PBV adalah 1,456. Apabila nilai ROE naik sebesar I satuan maka akan menyebabkan kenaikan PBV sebesar 3,919. Demikian sebaliknya jika nilai ROE turun sebesar satuan maka akan menyebabkan penurunan PBV sebesar 3,919. Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan H diterima 0 atau ditolak adalah dengan kriteria sebagai berikut: Ho ditolak apabila : t hitung Ho diterima apabila : -t >t tabel <t tabe! - atau -t hitung < -t tabel <t hitung - tabel Tabel 4.8 Hasil Hipotesis Uji Parsial t Variabel t-ltitung Sig Has ii Return On equity 3,562 0,001 Ho di tolak Earning Growth Rate Degree of financial Leverage Sumber : Data diolah -0,940 0,351 H0 di terima 0,131 0,896 H0 di tcrima Sehingga basil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya, dari ketiga penelitian yang terdahulu diantaranya penelitian oleh Indo Yama (2004), Steph Subanidja & Indo Yama (2004) dan Ni gusti Putu Wirawati (2008). b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree offinancial Leverage (DFL) terhadap Price to book Value (PBV) secara simultan atau bersama-sama . Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan F ANOVA Sum of Squares I Regression 9.704 Residual 53.791 Total 63.495 Sumber : Data diolah Model df 3 72 75 Mean Square 3.235 .747 F 4.330 Sig. .007(a) Dari tabel tersebut terlihat bahwa angka signifikansi untuk model regresi ini adalah 0,007. Kriteria yang ditetapkan untuk nilai probabilitas (signifikansi) adalah sebagai berikut (Santoso, 2003: 202): H ditolakjika: probabilitas < 0,05 0 H diterimajika: probabilitas > 0,05 0 Berdasarkan k:riteria ini maka dapat diketahui bahwa H ditolak 0 atau variabel-variabel bebas dalam model regresi ini secara simultan (bersarna-sarna) rnernpunyai pengaruh yang signifikan terhadap Price to book value. Berdasarkan analisis data diketahui F-hitung sebesar 4,330 lebih besar dari F-tabel sebesar 3,287 dan nilai signifikansi F sebesar 0,007 lebih kecil dari a=5%. Dengan dernikian dapat disirnpulkan bahwa variabel independen yang terdiri dari Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree offinancial Leverage (DFL) berpengaruh secara sirnultan terhadap Price to book Value (PBV). c. Kocfisien Determinasi (Adj R Square) Melalui pengujian serentak dapat diketalmi koefisien determinasi (Adj R2). Dari koefisien deterrni.nasi (Adj R2) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi tinier berganda rnenunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabcl 4.10 Hasil Uji Koefisicn Determinasi (Adj R Square) Model R Square Adjusted R Square R .391(a) .153 I Surnber : Data diolah .118 I Std. Error of the Estimate 1.86435 Besarnya nilai pengaruh variabel independen ditunjukkan oleh nilai (Adj R2) = 0, 118 yaitu persentase pengaruh variabel independen Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of financial Leverage (DFL) terhadap variabel dependen Price to book Value (PBV) hanya berpengaruh sebesar 11.8%, dan sebesar 88.2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang di teliti. BABV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh baik secara parsial maupun simultan tiga faktor fundamental seperti Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) dengan menggunakan analisis regresi berganda, periode penelitian ini selama 4 tahun yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 dengan menggunakan 19 sampel perusahaan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat di ambil kesimpulan bahwa secara Parsial, hasil uji t dari ke tiga faktor fundame:ntal yang di analisis menmtjukkan bahwa hanya variabel Return On Equity (ROE) saja yang memiliki pengaruh sangat signifikan terbadap PBV, sedangkan Degree of Financial Leverage (DFL) dan Earning Growth Rate (EGR) tidak mempunyai pengarub yang signifikan. Variabel ROE (Return on Equity) berpengarub signifikan terhadap variabel PBV, sedangkan variabel Degree of Financial Leverage (DFL) dan Earning Growth Rate (EGR) tidak. Data 20042007 tidak cukup menjelaskan perubahan rasio barga per nilai buku sabam (PBV). Sehingga hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya, dari ketiga penelitian yang terdabulu diantaranya penelitian oleh Indo Yama (2004), Steph Subanidja & Indo Yama (2004) dan Ni gusti Putu Wirawati (2008). Secara Simultan Return On Equity, Earning Growth Rate dan Degree of Financial Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap rasio harga per nilai buku saham (PBV). Dan dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai Adjusted 2 R -nya sebesar 0.118 berarti variabel independen ya.ng digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variasi total variabel dependen-nya sebesar 2 11.8 %. Rendahnya nilai Adjusted R memberi petunjuk bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian yang mempengaruhi PBV sebanyak 88.2%. B. Im plikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat. I. Implikasi Bagi Investor Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari penanaman modal yang dilakukan. Karena investasi cukup beresiko, malrn pilihan investasi tidak hanya dapat mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor harus bersedia menanggung resiko atas investasinya tersebut. Investor dalam berinvestasi sebaiknya terlebih dahulu memperhatikan kondisi kine1ja keuangan yang bisa dilihat dari rasio PBV dan rasio-rasio keuangan lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang besar bagi perusahaan. 2. Implikasi Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan yang dibutuhkan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan investasi. 3. Implikasi Bagi Akademisi Pengaruh Return On Equity (ROE), Earning Growth Rate (EGR) dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya sehingga penelitian selanjutnya dapat meneliti secara lebih tepat faktorfaktor apa saja yang dapat mempengaruhi Price to Book Value (PBV). C. Keterbatasan Penelitian Dan Saran I. Penelitian ini hanya menguji 3 faktor yang mempengaruhi PBV, sedangkan PBV sangat mungkin dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini. Penulis menyarankan agar bagi penelitian berikutnya memperhitungkan variabel-variabel lainnya, seperti rasio DPR (Divident payout Ratio) atau Beta sebagai proksi risiko, dan variabel-variabel lain yang secara teori diduga mempengaruhi PBV. 2. Periode dalam penelitian ini hanya empat tahun dan sampel yang digunakan hanya terbatas pada 19 perusahaan perbankan dan untuk penelitian yang selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel perusahaan lain dan memperpanjang periode penelitian. 3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki nilai ROE pada tahun 2004 positif, total equity tahun 2004 positif dan Net Income tahun 2004 Positif sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 4. Penelitian ini menggunakan metode pwposive sampling yang dimungkinkan menyebabkan bias dalam hasil penelitian akibat kesalahan sampling. 5. Penentuan sampel dalam penelitian ini lebih dominan pada perusahaan Perbankan berdasarkan kriteria yang ditentukan. Untuk selanjutnya bisa digunakan kriteria penentuan sampel yang lebih akurat dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan memperpanjang periode observasi. DAFTAR PUSTAKA Ghozali Imam, "Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS', edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001. Harabap, Sofyan Syafri, "Analisis Kritis atas Laporan Keuangan", Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1992. Haitono, Jogiyanto, M, "Teori Portofolio dan Analisis lnwstasi ", edisi 2, BPFE, Yogyakarta, 2000. Husnan, Suad, "Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas ", Edisi ketiga, UPP AMP YKPN, 2003. Indo Yama, "Pengaruh Return on Equity (ROE) dan Earning Growth Rate (EGR) Terhadap Price to Book Value (PBV): Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antar Variabel Dalam Analisis Jalur", Etikonomi Vol.3 No.2 Agustus, 497-514, Jakarta, 2005.v' Indriantoro, N dan Supomo, B, "Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen ", Balai Penerbitan fakultas ekonomi, Yogyakarta, 2003. Jogiyanto, HM, "Teori Portofolio dan Analisis Jnvestasi", Edisi ketiga, BPFE UGM, Yogyakarta, 2003. Subanidja, Steph, dan Indoyama, "Pengaruh Jmbalan Atas Ekuitas (ROE) Dan Pertumbuhan Laba Bersih Terhadap Rasia Harga Per Nilai-Buku (PBV) Saham Perbankan: Data Bursa Efek Jakarta 2002-2003 ", Jumal STIE Perbanas Vol 6, No 2, 2004. ..I Tandelilin, Eduardus, "Analisis Jnvestasi dan Manajemen Portofolio, edisi pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001. Utama, S dan Anto Yulianto Budi Santosa, "Kaitan Antara Rasio Price/ Book Value dan Imbal Hasil Saham Pada BEJ", Jumal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 1 Nol, Januari 1998, Hal 127-140. Van Horne, dkk, "Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan ', Edisi Kesembilan, Jakarta, Salemba Empat, 1997. Wirawati, Ni Gusti Putu. " Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price To Book Value Dalam Penilaian Saham Di Bursa Efek Jakarta Dalam Kondisi Krisis Moneter", Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 1, Denpasar, 2008. Lampiran I Nama Pernsahaan Perbankan di BEI yang menjadi sampel dalam Objek Penelitian Periode 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 IO II 12 13 14 15 16 17 18 19 Nama Pernsahaan Bank Buana Indonesia Bank Bumi Pulera Indonesia Bank Central Asia Bank Danamon Indonesia Bank International Indonesia Bank Kesawan BankLippo Bank Mandiri Bank Mayapada Internatonal BankMega Bank Negara Indonesia BankNiaga BankNISP Bank Nusantara Parahiyangan Bank PAN Indonesia Bank Permata Bank Rakyat Indonesia Bank Swadesi Bank Victoria International DATA KEUANGAN PERUSAHAAN PER.BAN.KAN TAHUN 2005 EMITEN I Bank Buana Indonesia Tbk 2 Bank Bumiputera Indonesia Tbk 3 Bank Central Asia Tbk 4 Bank Danamon Indonesia Tbk 5 Bank lnt'l lndonesia Tbk 6 Bank Kesawan Tbk 7 Bank Liooo Tbk 8 Bank Mandiri (oersero) Tbk 9 Bank Maya2ada Internasional Tbk 10 Bank MEGA Tbk 11 Bank Negara Indonesia Tbk 12 Bank Niaga Tbk 13 Bank NISP Tbk 14 Bank Nusantara Parahyan•an Tbk 15 Bank Pan Indonesia Tbk 16 Bank Permata Tbk 17 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 18 Bank Swadesi Tbk 19 Bank Victoria Internasional Tbk Total Equity (Juta Rp) net lncon1e (Juta Rp) 2,169,128 204,115 15,847,154 8,588,953 4,708,425 121,977 2,611,580 23,214,722 332,211 1,276,625 I 1,894,914 3,966,113 1,986,381 163,650 4,384,651 2,571,904 13,352,982 111,925 157,548 345,796 -48, 105 3,597,400 2,003,198 725,118 2,946 412,121 603,369 16,945 179,353 1,414,739 546,92I 204,971 28,315 505,799 295,005 3,808,587 11,748 20, 137 EBITI EBIT t-1 EPS t EPS t-1 (Juta Rp) (Juta Rp) Rp Rp 492,196 -65,211 5,123,6H: 2,998,244 916,252 4,725 522,351 1,232,553 23,831 263,691 412,738 44,783 4,528,733 3,378,236 815,213 5,171 904,684 7,525,002 50,129 464,825 3,138,734 754,077 395,085 40,175 1,253,982 703,181 5,731,425 60 -24 406 408 15 6 105 30 13 126 I06 60 49 179 31 38 322 38 2,255,783 746,329 290,803 40,543 750,359 405,343 5,607,952 17,19(1 27,571 16,192 28,927 16 57 16 260 491 17 7 228 262 26 340 236 84 70 177 55 80 307 37 21 DATA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN TAHUN 2007 EMITEN I Bank Buana Indonesia Tbk 2 Bank Bumiputera Indonesia Tbk 3 Bank Central Asia Tbk 4 Bank Danamon Indonesia Tbk 5 Bank Int'! Indonesia Tbk 6 Bank Kesawan Tbk 7 Bank Linno Tbk 8 Bank Mandiri (nersero) Tbk 9 Bank Mavanada Internasional Tbk 10 Bank MEGA Tbk 11 Bank Negara lndonesia Tbk 12 Bank Niaga Tbk 13 Bank N!SP Tbk 14 Bank Nusantara Parahvangan Tbk 15 Bank Pan Indonesia Tbk 16 Bank Permata Tbk 17 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 18 Bank Swadesi Tbk 19 Bank Victoria Internasional Tbk Total Equity (Juta Rp) net Inco1ne (Juta Rp) 3,557,654 536,7I5 20,441,73I 10,833,445 5,343,196 132,326 3,878,477 29,243,732 941,652 2,939,137 17,219,585 5,203,398 3,368,626 311,662 7,500,147 3,902,676 19,437,635 I24,653 403,562 420,302 20,648 4,489,252 2,Il6,9I5 404,757 6,259 737,905 4,346,224 40,744 520,719 897,928 770,481 250,084 31,849 852,252 499,025 4,838,001 8,486 49,554 EBITt EB!Tt-1 EPS t EPS t-1 (Juta Rp) (Juta Rp) Rp Rp 587,2I4 I2,589 6,066,603 2, 103,241 743,490 6,143 579,687 2,831,196 52,899 221,984 2,839,639 931,797 332,878 43,525 1,042,322 455,169 5,906,721 11,750 38,566 63 4 366 423 8 12 188 201 16 320 64 63 45 IOI 42 64 404 27 21 604,385 32,761 6,401,630 3,313,525 377,040 7,2I7 1,057,120 6,333,383 58,947 746,020 1,481,140 1,026,903 351,893 45,757 1,309,212 736,798 7,780,074 12,361 57,976 65 2 488 269 13 8 129 119 28 97 145 54 48 154 37 40 356 27 15 LAMPIRAN3 DATA RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN 2004 I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 LISTED STOCKS Bank Buana Indonesia Tbk Bank Buminutera Indonesia Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Int'! Indonesia Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Linno Tbk Bank Mandiri (oersero) Tbk Bank Mavaoada Internasional Tbk Bank MEGA Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Niaga Tbk Bank NISP Tbk Bank Nusantara Parahvangan Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Rabat Indonesia (Persero) Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Victoria Internasional Tbk PBV 2.I4 1.25 2.68 2.64 2.16 0.67 1.59 1.64 0.77 1.41 1.89 1.58 2.61 0.83 1.62 2.55 2.93 1.22 0.58 ROE 0.18 0.12 0.23 0.31 0.20 0.03 0.39 0.30 0.11 0.26 0.24 0.28 0.21 0.19 0.19 0.27 0.29 0.I l 0.13 EGR/EPS -0.07 0.14 0.32 0.57 1.83 0 -2.7 0.14 5.5 0.20 2.75 0.4 0.63 0.25 1.04 0.11 0.22 0.16 1.63 %EB!T 0.29 0.10 0.44 l.15 2.02 0.08 -3.49 0.07 1.24 0.22 2.8 0.69 0.75 0.32 1.23 0.30 0.54 0.13 1.82 DFL -0.24 1.4 0.73 0.50 0.91 0 -0.77 2 4.44 0.91 0.98 0.58 0.84 0.78 0.85 0.37 0.41 1.23 0.90 I PiERPUSTAKAAN UTA·M·A·. SYAHID JAKARTA LUii" DATA RASIO KEUANGAN PERUSAIIAAN PERBANKAN 2005 EMITEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Bank Buana Indonesia Tbk Bank Bun1inutera Indonesia Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Int'! Indonesia Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Lippo Tbk Bank Mandiri (oersero) Tbk Bank Mavaoada Internasional Tbk Bank MEGA Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Niaoa Tbk Bank NISP Tbk Bank Nusantara Parahvanoan Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Rakvat Indonesia (Persero) Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Victoria Internasional Tbk PBV 2.48 0.70 2.71 2.84 1.65 2.11 2.32 1.41 0.49 2.28 1.52 1.25 3.23 0.74 1.55 2.25 3.18 1.19 0.60 ROE 0.16 -0.24 0.23 0.23 0.15 0.02 0.16 0.03 0.05 0.14 0.12 0.14 0.10 0.17 0.12 0.11 0.29 0.12 0.13 EGR/EPS 0.05 -2.5 0.01 -0.17 -0.12 -0.14 -0.54 -0.89 -0.5 -0.63 -0.55 -0.29 -0.3 0.01 -0.44 -0.53 0.05 0.03 -0.24 %EBIT 0.19 -2.46 0.13 -0.11 0.12 -0.09 -0.42 -0.84 -0.52 -0.43 -0.28 -0.Ql -0.26 0.01 -0.40 -0.42 -0.02 0.06 -0.05 DFL 0.26 -1.02 0.08 -1.55 -1 -1.56 -1.29 -1.06 -0.96 -1.47 -1.96 -29 -1.15 1 -0.04 -1.26 -2.5 0.5 -4.8 f DATA RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN PERlllANKAN 2006 LISTED STOCKS I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Bank Buana Indonesia Tbk Bank Bun1ioutera Indonesia Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Int'! Indonesia Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Linno Tbk Bank Mandiri (persero) Tbk Bank Mavanada lnternasional Tbk Bank MEGA Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Niaga Tbk Bank NISP Tbk Bank Nusantara Parahvangan Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Rabat Indonesia (Persero) Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Victoria Internasional Tbk PBV ROE 2.03 0.87 3.64 3.76 2.26 1.84 0.62 1.96 2.45 1.90 1.76 1.89 2.41 1.79 0.83 1.82 1.90 4.11 1.90 0.13 0.02 0.23 0.14 0.12 0.03 0.15 0.09 0.10 0.08 0.13 0.14 O.IO 0.11 0.10 0.08 0.25 0.08 0.10 EGR/EPS 0.08 -1.08 0.20 -0.34 -0.13 0.33 0.23 2.97 1.15 -0.23 0.37 -0.1 -0.02 -0.14 0.19 0.05 0.11 -0.29 -0.06 %EBIT 0.19 -1.2 0.18 -0.30 -0.19 0.30 0.11 1.30 1.22 -0.16 0.26 0.25 0.15 0.07 0.39 0.12 0.05 -0.32 0.40 DFL 0.42 -0.9 1.11 -1.13 -0.68 1.1 2.09 2.28 0.94 -1.44 1.42 -0.4 -0.13 -2 0.49 0.42 2.2 -0.91 -0.15 DATA RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN 2007 EM!TEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II 12 13 14 15 16 17 18 19 Bank Buana Indonesia Tbk Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Danan1on Indonesia Tbk Bank Int'! Indonesia Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Linno Tbk Bank Mandiri (oersero) Tbk Bank Mayaoada lnternasional Tbk Bank MEGA Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Niaoa Tbk Bank N!SP Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Rakvat Indonesia (Persero) Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Victoria Internasional Tbk PBV 1.96 1.21 4.51 3.89 2.55 1.88 2.28 2.60 2.55 1.75 1.60 2.21 l.57 1.61 1.89 1.81 4.97 2.27 0.79 ROE 0.12 0.04 0.22 0.20 0.08 0.05 0.19 0.15 0.04 0.18 0.05 0.15 0.07 0.10 0.11 0.13 0.25 0.07 0.12 EGR!EPS -0.03 %EB!T O.Q3 DFL -I I -0.25 0.57 -0.38 0.5 0.46 1.6 0.06 0.58 -0.49 0.17 0.82 0.63 -4.17 0.98 -0.78 2.94 0.56 0.69 -0.43 2.3 -0.56 0.17 -0.06 1.24 0.11 2.36 -0.48 0.10 0.06 0.05 0.26 0.62 0.32 0.05 0.50 0.56 -3.91 0.97 -1.l 7 1.7 -I -0.34 0.14 0.6 0.13 0 0.4 -6.8 0.54 0.97 0.41 0 0.8 LAMPIRAN4 HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA Variables Entered/Removed(b) Variables Variables Removed Model Entered DFL, I ROE, EGR(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: PBV Method Enter Model Summary(b) I I Std. Error Adjusted 1 of the R Square I Estimate Model R I .39l(a) I .153 .118 1 I .86435 a Predictors: (Constant), DFL, ROE, EGR b Dependent Variable: PBV I ~quare Durbin·· Watson 1.676 ANOVA(b) Sum of Squares df Mean Square F Regression I 9.704 3 3.2351330 Residual 53.791 72 .747 Total 63.495 75 a Predictors: (Constant), DFL, ROE, EGR b Dependent Variable: PBV Model I I Sig. .007(a) Residuals Statistics(a) Mean 1.9855 .000 Std. Deviation .35971 1.000 N 76 76 .795 .168 .107 76 5.6089 2.0459 .56360 76 2.54549 2.945 2.996 2.63404 3.180 62.395 5.373 .00000 .000 -.022 -.06035 -.018 2.961 .084 .84689 .980 1.025 1.01839 1.048 8.215 .617 76 76 76 76 76 76 76 .832 .039 .110 76 Minin1u1n Maximum .7488 3.2377 -3.438 3.481 Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of .103 Predicted Value Adjusted Predicted .7704 Value Residual -J.64768 Std. Residual -1.906 Stud. Residual -2.202 Deleted Residual -4.35891 Stud. Deleted Residual -2.264 Mahal. Distance .083 Cook's Distance .000 Centered Leverage .001 Value a Dependent Variable: PBV LAMPIRAN5 UJI DASAR ASUMSI KLASIK Histogram Dependent Variable: PBV 25 20 >. ~ 15 er !!! u.. 10 5 Mean =-3.33E-16 Std. Dev. =0.98 N=76 0 0 1 2 Regression Standardized Residual Model Summary(b) Oue-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Nonna! Parameters( a, b) Most Extreme Differences Unstandardiz ed Residual 76 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. .0000000 .84688507 .100 .100 -.056 .876 .427 Uji Normalitas Analisis Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: PBV 1.0 .0 0.8 e 0.. § 0.6 .., (.) ~ 0.4 a. ill 02 00 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Diagram Heterokedastisitas Scatterplot Dependent Variable: PBV 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 :o oo 0 0 oo oo 0 -4 ~2 0 0 2 Regression Standardized Predicted Value 4