8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

advertisement
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A.
1.
Kajian Pustaka
Pembelajaran Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV SD
a. Karakteristik Siswa Kelas IV SD
Anak pada usia SD, yaitu antara usia 6 sampai 12 tahun banyak
mengalami perubahan. Perubahan tersebut berupa perubahan fisik maupun
mental, hasil perpaduan faktor intern maupun pengaruh dari luar yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan pergaulan dengan teman.
Pada usia tersebut, anak-anak sudah mengenal dirinya sendiri dan mulai
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terutama
terhadap teman sekitarnya.
Sebagai makhluk individual, siswa mempunyai karakteristik yang
unik (khas) yang dimiliki dirinya sendiri dan tidak dimiliki orang lain.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar pada umumnya adalah mereka
menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan
bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam
kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik
siswa. Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, guru perlu
benar-benar mengetahui sifat dan karakteristik anak SD agar dapat
memberikan pembinaan dengan baik
dan
tepat
sehingga dapat
meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan peserta didik.
Tahap perkembangan anak secara umum menurut Sumantri dan
Syaodih (2006: 1.15) yang mengutip pernyataan Piaget bahwa proses
perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap
perkembangan, yaitu: 1) tahap sensori motor usia 0-2 tahun, 2) tahap
praoperasional usia 2-6 tahun, 3) tahap operasional kongkret usia 7-11 atau
12 tahun, 4) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun lebih.
Berdasarkan tahap perkembangan yang diungkapkan Piaget
tersebut maka siswa kelas IV SD yang umumnya berusia antara 9-10 tahun
8
9
berada dalam tahap operasional konkret, yang mana anak telah mampu
berpikir secara logis, mengenai segala sesuatu. Namun, anak belum
mampu berpikir secara abstrak.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelas
IV SD termasuk dalam tahapan operasional konkret
yaitu usia 7-11
tahun. Pada masa ini cara berfikir anak masih konkret belum bisa berfikir
secara
abtrak
sehingga
penggunaan
media
dengan
pendekatan
pembelajaran yang berkaitan dengan materi secara langsung akan
memudahkan siswa dalam memahami dan meningkatkan kemampuan.
Oleh karena itu, pendekatan saintifik dengan media muatan cocok
diterapkan untuk anak kelas IV SD, sehingga materi pelajaran yang
dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, dengan
media muatan, siswa memperoleh kesempatan untuk pro aktif baik secara
individu maupun dalam kelompok.
b. Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan di dalam kelas
maupun di luar kelas. Pembelajaran merupakan istilah yang digunakan
untuk menyebutkan aktivitas belajar dan mengajar.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
(Susanto,
2014:
19),
pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar akan menjadi
pengalaman belajar bagi peserta didik untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Hamalik (2014: 57), pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud manusia di sini
10
yaitu peserta didik, guru, dan tenaga lain misalnya tenaga
laboratorium. Material yang dimaksud meliputi buku-buku, papan,
tulis, kapur, video, slide, dan alat lain atau dapat disebut dengan
sumber dan media belajar. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari
ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer yang dapat
disebut dengan lingkungan belajar. Prosedur meliputi jadwal, metode
penyampaian informasi, praktik, belajar, atau dapat disebut sebagai
pengalaman belajar.
Sedangkan menurut Gagne (Huda, 2013: 3), berpendapat
tentang pengertian pembelajaran yaitu pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa
dipertahankan dan ditingkatkan levelnya.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran di
atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan/ proses
interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar pada
lingkungan belajar yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya, serta
menjadi pengalaman bagi peserta didik dalam meningkatkan
pemahamannya.
2) Tujuan Pembelajaran
Pengertian tujuan pembelajaran dikemukakan oleh Sanjaya
(Susanto, 2014: 40) juga memberikan pengertian tujuan pembelajaran,
yaitu kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran menurut pendapat ini
berkaitan erat dengan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta
didik.
Hamalik
(2014:
77),
memberikan
pengertian
tujuan
pembelajaran sebagai dasar untuk mengukur hasil pembelajaran dan
juga menjadi landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode
11
mengajar. Berdasarkan tujuan pembelajaran, maka hasil pembelajaran
dapat terukur. Disamping itu juga dapat menjadi suatu dasar untuk
menentukan isi pelajaran yang akan diinformasikan kepada peserta
didik dan menentukan metode apa yang akan digunakan untuk
mencapainya.
Dari
beberapa
pendapat
mengenai
pengertian
tujuan
pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian tujuan
pembelajaran adalah kemampuan yang harus dicapai setelah peserta
didik melakukan proses pembelajaran untuk mengukur hasil
pembelajaran yang dapat dijadikan landasan untuk menentukan isi
pelajaran dan metode mengajar.
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Selain itu, proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa akan meningkat.
c. Pembelajaran Bilangan Bulat
1) Pengertian Matematika
Matemamatika merupakan pelajaran yang diajarkan pada
semua jenjang pedidikan. Mulai dari jenjang pedidikan dasar hingga
perguruan tinggi. Bahkan matematika telah diajarkan pada pendidikan
pra sekolah seperti taman kanak-kanak. Mengenai pengertian
matematika, dapat diketahui melalui simpulan pendapat Wahyudi
(2015: 68) bahwa matematika merupakan suatu bahan kajian yang
memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
deduktif. Pada proses penalaran deduktif kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah
diterima.
Pengertian matematika juga dikemukakan oleh ahli lain.
Susanto (2014: 185) berpendapat, “Matematika yaitu salah satu
disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah
12
sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”.
Dari beberapa pendapat tentang matematika yang telah
disebutkan, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu
yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
deduktif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam
penyelesaian masalah.
2) Tujuan Matematika
Setiap ilmu pasti memiliki tujuan yang dapat meningkatkan
keterampilan bagi yang mempelajarinya. Seperti halnya matematika.
Tujuan matematika secara umum disampaikan oleh Wahyudi (2015:
68), yaitu “Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara
berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten”.
Menurut
Susanto
(2014:
189),
“Tujuan
pembelajaran
matematika secara umum di sekolah dasar adalah agar siswa mampu
dan terampil menggunakan matematika serta dapat memberikan
tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika”.
Selanjutnya, tujuan khusus pembelajaran matematika di
sekolah dasar menurut Depdiknas (Susanto, 2014: 190) adalah: (a)
memahami konsep matematika dan mengaplikasikan konsep dalam
pemecahan masalah, (b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun
bukti,
(c)
memecahkan
masalah
yang
meliputi
kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (d) mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
menjelaskan keadaan atau masalah, (e) memiliki sikap menghargai
penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa pendapat tentang tujuan matematika yang telah
dikemukakan, dapat disimpulkan baha tujuan matematika yaitu: (a)
13
siswa memahami konsep matematika dan mengaplikasikan konsep
dalam pemecahan masalah, (b) melatih cara berfikir sistematis, logis,
kritis, kreatif, dan konsisten, (c) mampu mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan
masalah, dan (d) memiliki sikap menghargai penggunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Agar tujuan matematika tersebut dapat tercapai, guru
hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang
efektif, kondusif, dan efisien. Sehingga, akan tercipta proses
pembelajaran yang aktif, menyenangkan, dan bermakna, serta siswa
dapat memahami materi dengan mudah.
3) Ruang Lingkup Matematika
Pemahaman konsep pelajaran matematika berkaitan dengan
materi pembelajaran matematika. Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (2006: 148), ruang lingkup matematika SD/MI meliputi :
(1) bilangan, (2) geometri dan pengukuran, dan (3) pengolahan data.
Sedangkan menurut Wahyudi (2015: 70), ruang lingkup
matematika meliputi: kemahiran matematika, bilangan, pengukuran
dan geometri, aljabar, statistika dan peluang, trigonometri, dan
kalkulus. Ruang lingkup matematika tersebut dijabarkan menjadi
Standar Kompetensi yang harus dicapai siswa Sekolah Dasar.
Bedasarkan ruang lingkup matematika yang diuraikan,
disimpulkan bahwa ruang lingkup matematika yang menjadi fokus
pada penelitian ini adalah yang berkaitan dengan bilangan. Dari ruang
lingkup tersebut, peneliti lebih memfokuskan penelitian pada materi
bilangan bulat.
Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi
bilangan bulat diuraikan pada tabel berikut.
14
Tabel 2.1. Standar Kompetensi Kompetensi dan Dasar Materi
Bilangan Bulat Kelas IV SD
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
5. Menjumlahkan 5.1 Mengurutkan
5.1.1 Mengenal
dan mengurangbilangan bulat
bilangan bulat
kan bilangan
5.1.2 Mengurutkan
bulat
bilangan bulat
positif dan
negatif
5.2
Menjumlahkan
bilangan bulat
5.2.1 Menjumlahkan
dua bilangan
positif
5.2.2 Menjumlahkan
dua bilangan
negatif
5.2.3 Menjumlahkan
bilangan positif
dan negatif
5.2.4 Menjumlahkan
bilangan negatif
dan positif
5.3
Mengurangkan
bilangan bulat
5.3.1 Mengurangkan
dua bilangan
positif
5.3.2 Mengurangkan
dua bilangan
negatif
5.3.3 Mengurangkan
bilangan positif
dan negatif
5.3.4 Mengurangkan
bilangan negatif
dan positif
Dengan penelitian tentang penerapan pendekatan saintifik
dengan media muatan tentang bilangan bulat ini peneliti berharap
dapat meningkatkan pembelajaran tentang bilangan bulat. sehingga
kemampuan siswa terhadap materi bilangan bulat dapat meningkat.
15
4) Pengertian Bilangan Bulat
Salah satu materi matematika adalah bilangan bulat. Materi
bilangan bulat mulai dipelajari pada kelas IV SD. Di kelas IV SD
merupakan pengenalan awal dan dasar dari pelajaran bilangan bulat.
Menurut Mustaqim dan Astuti (2008: 137), mendefinisikan
bilangan bulat adalah bilangan nol, bilangan asli, dan lawan bilangan
asli.
Sedangkan menurut Wahyudi (2014: 140), bilangan bulat
merupakan gabungan antara bilangan asli dengan bilangan-bilangan
negatifnya serta bilangan nol. Bilangan bulat juga dapat diartikan
sebagai gabungan antara bilangan negatif dan bilangan cacah.
Dari pendapat yang diatas dapat disimpulkan bahwa, bilangan
bulat adalah gabungan antara bilangan asli, bilangan negatif, dan
bilangan nol.
5) Materi Bilangan Bulat
a) Mengurutkan bilangan bulat
A. Mengenal bilangan bulat
Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan
nol, dan bilangan negatif.
Himpunan bilangan Asli = {1, 2, 3, 4, .......}
Himpunan bilangan Cacah
= {0, 1, 2, 3, .......}
Himpunan bilangan Bulat = {.........., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ........}
Bilangan bulat jika ditunjukkan pada garis bilangan menjadi
sebagai berikut.
Jadi bilangan bulat itu terdiri dari bilangan bulat positif {1,
2, 3,.....}, bilangan nol {0}, dan bilangan bulat negatif {-1, -2, 3,.....}.
16
B. Mengurutkan bilangan bulat
Urutan bilangan dari yang terkecil: -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3
Urutan bilangan dari yang terbesar: 3, 2, 1, 0, -1, -2, -3
b) Menjumlahkan bilangan bulat
Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis
bilangan. Mari kita perhatikan contoh berikut ini.
3 + (–4)
Diagram panah dari 0 ke 3 menunjukkan bilangan 3
Diagram panah dari 3 ke –1 menunjukkan bilangan –4
Hasilnya ditunjukkan diagram panah dari 0 ke –1
Jadi, 3 + (–4) = –1
Untuk menjumlahkan bilangan-bilanagn yang lebih besar,
cara menjumlahkannya adalalah seperti berikut ini.
Contoh:
Tentukan hasil penjumlahan berikut:
a. 33 + 15
b. 56 + (–18)
c. (–206) + 106
d. (-18) + (-13)
Jawab:
a. 33 + 15 = 48
b. 56 + (–18) = 56 – 18 = 38
c. (–206) + 106 = 106 + (–206)
= 106 – 206
17
= 106 – 106 – 100
= –100
d. (-18) + (-13) = (-31)
Ternyata penjumlahan dengan bilangan negatif dapat
dilakukan dengan pengurangan dari lawan bilangan negatif
tersebut.
c) Mengurangkan bilangan bulat
Pengurangan bilangan bulat adalah penjumlahan dengan lawan
bilangannya
a – b = a + (–b)
a – (–b) = a + b
Mari perhatikan contoh berikut ini.
Contoh: Tentukan hasil pengurangan berikut!
a. 2 – 5
c. (–2) – 5
b. 2 – (–5)
d. (–2) – (–5)
Jawab:
a. 2 – 5
Jadi, 2 – 5 = –3
b. 2 – (–5)
Jadi, 2 – (–5) = 7
c. (–2) – 5
18
Jadi, (–2) – 5 = –7
e. –2 – (–5)
Jadi, (–2) – (–5) = 3
6) Peningkatan Pembelajaran Bilangan Bulat
Peningkatan pembelajaran bilangan bulat adalah adanya suatu
perubahan pada proses dan hasil pembelajaran bilangan bulat menjadi
lebih baik yang terjadi melalui interaksi antara pendidik, peserta didik,
dan sumber belajar.
2.
Pendekatan Saintifik dengan Media Muatan
a. Pendekatan Saintifik
1) Pengertian Pendekatan Saintifik
Para ahli pendidikan telah banyak menemukan variasi
pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
ditemukan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik sering
disebut pendekatan ilmiah merupakan salah satu inovasi pendekatan
pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pendekatan saintifik menurut Daryanto (2014: 51) adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atu menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, serta menarik kesipulan dan mengkomunikasikan, konsep, atau
hukum atau prinsip yang “ditemukam”.
Selanjutnya pendekatan saintifik menurut Sujarwanta (Betari,
2015: 24) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa pemberian
pengalaman
secara
langsung
baik
menggunakan
observasi,
19
eksperimen, maupun cara yang lain, sehingga realitas yang akan
berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga
dapat dipertanggungjawabkan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik merupakan pendekatan yang menekankan pada proses ilmiah
dengan melakukan penyelidikan pada suatu objek atau fenomena
melalui kegiatan pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran nilai-nilai, sehingga siswa dapat
mengembangkan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
2) Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Untuk lebih memahami bagaimana penerapan suatu pendekatan
pembelajaran, maka perlu mengetahui dan memahami langkahlangkahnya.
Berikut
dijelaskan
lengkah-langkah
menggunakan
pendekatan saintifik.
Menurut Daryanto (2014: 59), langkah-langkah pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi
menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta.
Hosnan (2014: 37) menyatakan bahwa langkah-langkah
pendekatan imiah (scientific approach) meliputi menggali informasi
melalui
observing/pengamatan,
questioning/
bertanya,
experimenting/mencoba, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi dilanjutkan dengan menganalisis,
associating/ menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta serta
membentuk jaringan/ networking.
Menurut
Kemendikbud
(2014:
63-71)
langkah-langkah
pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: (a) mengamati, (b)
menanya, (c) mengumpulkan informasi/ mencoba, (d) mengasosiasi/
20
menalar, (e) mengolah informasi, (f) menyajikan, (g) menyimpulkan,
(h) mengkomunikasikan. Dijelaskan satu per satu sebagai berikut:
a) Mengamati
Di dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru
memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan. Langkahlangkah kegiatan mengamati dapat dilaksanakan sebagai berikut:
(1) menentukan objek yang akan diobservasi, (2) membuat
pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi, (3) menentukan data apa yang perlu diobservasi, (4)
menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi, (5)
menentukan secara bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data, (6) menentukan cara dan melakukan
pencatatan akan hasil observasi.
b) Menanya
Kegiatan bertanya akan memberi manfaat bagi siswa yaitu:
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan minat dan
perhatian siswa terhadap pembelajaran, mendorong siswa untuk
aktif, meningkatkan keterampilan berbicara, mengembangkan
kemampuan berpikir dan memberikan gagasan, serta melatih siswa
untuk berkomunikasi dengan bahasa yang sopan dan efektif.
Kriteria pertanyaan yang baik menurut Hosnan (2014: 51-53)
adalah: (1) singkat dan jelas, (2) menginspirasi jawaban, (3)
memiliki fokus, (4) bersifat probing dan divergen, (5) bersifat
validatif atau penguatan, (6) memberi kesempatan peserta didik
untuk berpikir ulang, (7) merangsang peningkatan tuntutan
kemampuan kognitif, dan (8) merangsang proses interaksi.
c) Mencoba
Peserta didik harus melakukan percobaan agar diperoleh hasil
belajar yang nyata. Pecobaan yang dilakukan tidak harus
21
dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi dapat dilakukan di
ruang kelas maupun
alam sekitar.
Daryanto
(2014:
78)
mengemukakan agar percobaan dapat bejalan lancar: (1) guru
hendaknya merumuska tujuan eksperimenyang akan dilaksanakan
murid, (2) guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
digunakan, (3) perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) guru
menyediakan kertas kerja untuk mengarahkan kegiatan siswa, (5)
guru membicarakan apa yang akan dijadikan eksperimen, (6)
membagi
kertas
kepada
murid,
(7)
murid
melaksanakan
eksperimen dengan bimbingan guru, (8) guru mengumpulkan hasil
kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan
secara klasikal.
d) Menalar
Menalar merupakan proses asosiasi. Proses asosiasi ini terjadi
antara pengalaman yang tersimpan dalam memori otak (pegalaman
baru) yang beriteraksi dan berelasi dengan pengalaman yang sudah
ada. Peristiwa tersebut melalui Stimulus-Respon (SR) yang
dimiliki oleh siswa. Dalam menalar, guru dan siswa sama-sama
berperan sebagai pelaku aktif.
e) Mengolah informasi
Kegiatan
mengolah
memungkinkan
siswa
informasi
merupakan
berinteraksi
dengan
kegiatan
yang
empati,
saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masingmasing. Pengolahan informasi dilakukan pada informasi yang telah
dikumpulkan baik dari hasil eksperimen/ mencoba maupun dari
hasil kegiatan mengamati dan mengumpulkan informasi.
f) Menyajikan
Hasil tugas siswa yang telah selesai dikerjakan secara kolaboratif,
disajikan dala bentuk laporan tertulis sebagai salah satu bahan
portofolio.
22
g) Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah, bisa dilakukan secara bersama-sama atau sendiri setelah
memahami hasil kegiatan mengolah informasi.
h) Mengkomunikasikan
Dalam kegiatan mengkomunikasikan, diharapkan siswa dapat
mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas sehingga dapat
mengasah keberanian dan rasa percaya diri siswa. Kegiatan
mengkomunikasikan ini perlu diklarifikasi oleh guru agar siswa
mengetahui apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar
atau ada yang harus diperbaiki.
Berdasarkan
pendapat
yang
telah
dikemukakan,
dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik yaitu: (1)
mengamati, (2) menanya, (3) mencoba, (4) menalar, (5) mengolah, (6)
menyimpulkan, (7) menyajikan, dan (8) mengkomunikasikan.
Langkah-langkah ini bersifat fleksibel. Penerapan dalam pembelajaran
tidak
harus
urut,
dan
dapat
disesuaikan
dengan
indikator
pembelajaran.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, pendekatan
saintifik tidak selalu dapat diaplikasikan secara prosedural. Pada
kondisi seperti ini, proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilainilai ilmiah dan menghindari nilai-nilai nonilmiah. Menurut
Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses
pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
mengasosiasikan/mengolah
informasi,
informasi/
dan
eksperimen,
mengkomunikasikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran di SD yang merupakan
penanaman ilmu-ilmu dasar menerapan pendekatan saintifik di SD
hanya 5 langkah pokok saja agar dapat diaplikasikan pada semua
materi pelajaran. Oleh karena itu, langkah-langkah pendekatan
23
saintifik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
mengamati, (2) menanya, (3) mencoba, (4) menalar, dan (5)
mengkomunikasikan.
3) Kelebihanan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik
Pendekatan
saintifik
merupakan
inovasi
pendekatan
pembelajaran yang masih tergolong baru yang memiliki sisi positif
dan negatif. Pendekatan saintifik memiliki kelebihan juga kekurangan.
Kelebihan pendekatan saintifik adalah: (1) proses berpusat
pada siswa sehingga siswa akan aktif dalam pembelajaran, (2)
langkah-langkah jelas dan sistematis, (3) melibatkan keterampilan
proses, (4) langkah-langkah yang digunakan akan melatih siswa dalam
mengkomunikasikan ide-ide, meningkatkan kemampuan intelek yang
akan menciptakan kondisi pembelajaran dimana siswa akan merasa
bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan (5) memberi peluang
pada guru untuk lebih aktif memanfaatkan sumber belajar.
Sedangkan
kekurangan
pendekatan
saintifik
yaitu:
(1)
dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru, jika guru tidak kreatif dalam
menerapkan pendekatan saintifik maka tujuan pembelajaran tidak
tercapai, (2) butuh pemahaman yang tepat dalam melaksanakan
langkah-langkah pendekatan saintifik dalam penerapannya. Jika guru
tidak memahami langkah-langkah dalam penerapan pendekatan
saintifik, pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak maksimal. Hal
ini akan menimbulkan guru tidak bisa memanajemen proses
pembelajaran dengan baik.
Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan
memaksimalkan kelebihan dari pendekatan saintifik. Dan peneliti
akan menghindari kekurangan dari pendekatan saintifik, sehingga
penerapan
pendekatan
saintifik
meningkatkan kemampuan siswa.
dengn
media
muatan
dapat
24
b. Media Muatan
1) Pengertian Media Muatan
Media muatan merupakan salah satu media yang digunakan
untuk
pembelajaran
bilangan
bulat.
berpendapat, selain garis bilangan,
Wahyudi
(2014:
144)
terdapat cara lain untuk
menjelaskan konsep bilangan bulat, yaitu dengan
menggunakan
peragaan seperti berikut (sebut saja peragaan dengan “MUATAN”).
Media muatan sangat sederhana, menggambarkan secara konkret
proses perhitungan pada bilangan bulat, menarik dan mudah dalam
pembuatannya.
Menurut Hermawan (Wiji, 2012: 3), media muatan terdiri atas
dua warna yang berbeda, satu warna menandakan/mewakili bilangan
bulat positif, sedangkan warna lain menandakan/mewakili bilangan
bulat negatif.
Media muatan termasuk jenis “realia” atau disebut juga objek
adalah benda yang sebenarnya dalam bentuk utuh atau disebut juga
objek. Bentuk media ini dapat dimodifikasi ke bentuk lainnya, yang
terpenting bentuk modifikasi sesuai dengan prinsip kerja media
tersebut. Hal ini dijelaskan dengan simpulan pendapat Muhsetyo
(2007: 1.11) bahwa untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada
sistem bilangan bulat dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: a) tahap
pengenalan konsep secara konkret, b) tahap pengenalan konsep secara
semi konkret atau semi abstrak, dan c) tahap pengenalan konsep
secara abstrak.
Pada
tahap
pertama
ada
2
model
peragaan
yang
dikembangkan, yaitu menggunakan pendekatan himpunan (alat peraga
manik-manik) dan menggunakan pendekatan hukum kekekalan
panjang (alat peraga balok garis bilangan atau pita garis bilangan atau
tangga garis bilangan). Tahap kedua, proses pengerjaan operasi
hitung. Tahap ketiga diperkenalkan konsep-konsep operasi hitung
yang bersifat abstrak.
25
Berdasarkan definisi menurut Muhsetyo di atas yang dimaksud
dengan alat peraga manik-manik dalam pendekatan himpunan adalah
media muatan, hanya pada sebutan atau namanya yang berbeda.
Dari beberapa definifisi media muatan di atas, dapat
disimpulkan bahwa media muatan adalah media yang digunakan
untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran bilangan bulat yang
terdiri atas dua warna berbeda, satu warna menandakan bilangan bulat
positif, sedangkan warna lain menandakan bilangan bulat negatif.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan media muatan
berbentuk persegi panjang.
2) Pembelajaran Bilangan Bulat dengan Media Muatan
Media
muatan
adalah
media
yang
digunakan
untuk
mempermudah pemahaman siswa dalam pembelajaran bilangan bulat.
Bentuk media ini dapat dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk lainnya,
yang terpenting bentuk modifikasi dari media ini sesuai dengan
prinsip kerja media ini. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
media muatan yang berbentuk persegi panjang dengan dua macam
warna yang membedakan bilangan bulat positif dan bilangan bulat
negatif.
a) Mengenal bilangan bulat menggunakan media muatan
----------> melambangkan lambang negatif
----------> melambangkan lambang positif
----------> melambangkan bilangan 0 (pasangan positif dan
negatif)
26
Lambang bilangan negatif (lambang -4)
Lambang bilangan positif (lambang +4)
Lambang bilangan 0
(karena -5 + 5 = 0)
b) Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan media
muatan
“dalam operasi hitung, proses penggabungan dalam
konsep
himpunan
sedangkan
dapat
proses
diartikan
pemisahan
sebagai
dapat
penjumlahan,
diartikan
sebagai
pengurangan” (Muhsetyo, 2011: 3.12)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses
penjumlahan, yaitu:
(1) Jika a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0, maka gabungkanlah
sejumlah media muatan ke dalam kelompok media muatan
lain yang warnanya sama.
(2) Jika a > 0 dan b < 0 atau sebaliknya, maka gabungkanlah
sejumlah media muatan yang mewakili bilangan positif ke
dalam kelompok media muatan yang mewakili bilangan
negatif. Selanjutnya lakukan proses “penghimpitan” di antara
kedua kelompok media muatan. Tujuannya untuk mencari
sebanyak-banyaknya kelompok media muatan yang bernilai
nol. Melalui proses ini akan menyisakan media muatan
dengan warna tertentu yang tidak berpasangan, media muatan
yang
tidak
berpasangan
penjumlahannya.
inilah
merupakan
hasil
27
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
proses pengurangan, yaitu:
(1) Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a > b, maka pisahkanlah secara
langsung sejumlah b media muatan keluar dari kelompok
media muatan yang berjumlah a.
(2) Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a < b, maka sebelum memisahkan
sejumlah b media muatan yang nilai bilangannya lebih besar
dari a, terlebih dahulu harus menggabungkan sejumlah media
muatan yang bersifat netral ke dalam kelompok media
muatan a, dan banyaknya tergantung pada seberapa
kurangnya media muatan yang akan dipisahkan.
(3) Jika a > b dan b < 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b
media muatan yang bernilai negatif, terlebih dahulu harus
menggabungkan sejumlah media muatan yang bersifat netral
dan
banyaknya
tergantung
dari
besarnya
bilangan
pengurangannya (b).
(4) Jika a < 0 dan b > 0, maka sebelum melakukan proses
pemisahan sejumlah b media muatan yang bernilai positif
dari kumpulan media muatan yang bernilai negatif, harus
menggabungkan sejumlah media muatan yang bersifat netral
ke dalam kumpulan media muatan a, dan banyaknya
tergantung pada seberapa besarnya bilangan b.
(5) Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a > b, maka sebelum melakukan
proses
pemisahan
sejumlah
b
media
muatan
yang
bilangannya lebih kecil dari a, harus melakukan proses
penggabungan sejumlah media muatan yang bersifat netral ke
dalam kumpulan media muatan a, dan banyaknya tergantung
dari
seberapa
dipisahkan.
kurangnya
media
muatan
yang
akan
28
c) Langkah-langkah Operaasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan
Menggunakan Media Muatan
Menurut
Muhsetyo
(2011:
3.14)
langkah-langkah
penggunaan alat peraga tersebut adalah:
(1) Penjumlahan pada Bilangan Bulat
Contoh: 3 + (-5) = ...?
(a) Tempatkan 3 buah media muatan yang berwarna biru atau
yang bertanda positif ke papan peragaan. Hal ini untuk
menunjukkan bilangan positif 3
(b) Gabungkan ke papan peragaan media muatan yang
bertanda negatif sebanyak 5 buah yang menunjukkan
bilangan kedua dari operasi tersebut, yaitu negatif 5
(c) Lakukan pemetaan antara media muatan yang bertanda
positif dengan yang bertanda negatif untuk mencari
sebanyak-banyaknya yang bersifat netral (bernilai nol).
Netra l Netral
Netra l
29
(d) Dari hasil pemetaan pada langkah ke-3 di atas, terlihat
ada 3 pasangan media muatan yang bersifat netral. Jika
pasangan media muatan ini dikeluarkan, maka dalam
papan peragaan terlihat ada 2 buah media muatan yang
berwarna merah (bernilai negatif 2). Peragaan ini
menunjukkan kepada kita bahwa 3 + (-5) = -2
(2) Pengurangan pada Bilangan Bulat
Contoh 3 – 5 = ...
(a) Tempatkanlah 3 buah media muatan yang bertanda positif
ke dalam papan peragaan (untuk menunjukkan bilangan
positif 3).
(b) Karena operasi hitungnya berkenaan dengan pengurangan
yaitu oleh bilangan positif 5, maka seharusnya kita
memisahkan dari dalam papan peragaan media muatan
yang bertanda positif sebanyak 5 buah. Namun, untuk
sementara pengambilan tidak dapat dilakukan, karena
hanya terdapat 3 buah.
(c) Agar pemisahan dapat dilakukan, maka kita perlu
menambahkan 2 buah media muatan yang bertanda
30
positif dan 2 buah media muatan yang bertanda negatif
dan letaknya dihimpitkan ke dalam papan peragaan.
netral
netral
(d) Setelah melalui proses tersebut, dalam papan peragaan
terlihat ada 5 buah media muatan yang bertanda positif
dan 2 buah media muatan yang bertanda negatif.
Selanjutnya kita dapat memisahkan ke 5 buah media
muatan yang bertanda positif keluar dari papan peragaan.
Diambil sebanyak 5 buah media
muatan yang bertanda positif
(e) Dari hasil pemisahan tersebut, di dalam papan peragaan
sekarang terdapat 2 buah media muatan yang bertanda
negatif (bernilai negatif 2). Hal ini menunjukkan kepada
kita bahwa: 3 - 5 = -2
31
3) Keunggulan dan Kelemahan Media Muatan
Media muatan merupakan salah satu jenis dari media grafis.
Kelebihan media grafis menurut Suharjo (2006: 111), yaitu: (a) lebih
ekonomis, (b) bahan mudah diperoleh, (c) dapat menyampaikan data,
(d)
mampu
mengatasi
keterbatasan
ruang
dan
waktu,
(e)
penggunaannya tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah
penempatannya, (f) sedikit memerlukan informasi tambahan, (g) dapat
membandingkan suatu perubahan, (h) dapat divariasi dengan media
satu dengan media lainnya, dan (i) bentuk medianya sederhana.
Pendapat dari Hermawan (Kristiani, 2012: 53) kelebihan
media muatan antara lain: (a) mudah di dapat karena bisa
menggunakan kertas warna yang sudah tidak terpakai, (b) ringan,
karena terbuat dari kertas, (c) bisa dibuat sendiri sehingga lebih
ekonomis, (d) bentuknya kecil dan praktis, (e) aman dan mudah
digunakan oleh siswa.
Berdasarkan pendapat dia atas, dapat disimpulkan bahwa
kelebihan media muatan adalah bentuknya sederhana, ekonomis
karena bisa dibuat sendiri oleh guru ataupun siswa, bahannya mudah
diperoleh, bentuknya kecil dan praktis dan mudah digunakan oleh
siswa.
Selain memiliki keunggulan atau kelebihan, media muatan
juga memiliki kelemahan. Menurut Suharjo (2006: 112), kelemahan
media grafis yaitu: (a) tidak dapat menjangkau kelompok yang besar,
(b) hanya menekankan peserpsi indera penglihatan saja, (c) tidak
menampilkan unsur “audio dan motion”.
Mengenai media grafis, Susilana dan Riyana (2007: 14) juga
menegaskan bahwa “Kelemahan media grafis yaitu membutuhkan
keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang
lebih kompleks. Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kelemahan media muatan antara lain: hanya menekankan pada indera
32
penglihatan, tidak dapat digunakan pada kelompok yang relatif besar,
tidak fapat menampilkan unsur audio dan motion, dan membutuhkan
keterampilan khusus untuk membuatnya.
c. Pendekatan Saintifik dengan Media Muatan
Pendekatan saintifik dengan media muatan adalah suatu proses
pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, dan mengkomunikasikan dengan memanfaatkan media muatan
untuk membantu peserta didik memperoleh pengalaman nyata.
Langkah-langkah pendekatan saintifik dengan media muatan yang
akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mengamati
Siswa mengamati dan memperhatikan guru dalam menyampaikan
materi dengan memperkenalkan media muatan.
2) Menanya
Siswa bertanya jawab mengenai materi dengan media muatan sebagai
perantaranya.
3) Mencoba dengan media muatan
Kegiatan mencoba dilaksanakan siswa dibimbingan oleh guru.
Percobaan tersebut dilaksanakan dengan memanfaatkan media muatan.
Sehingga siswa dapat mengetahui secara detail mengenai materi
bilangan bulat.
4) Menalar dengan media muatan
Pada tahap ini, guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Siswa
melakukan memahami/ menalar atas percobaan latihan soal yang telah
dilakukan dengan penerapan melalui langkah media muatan.
5) Mengkomunikasikan dengan media muatan
Pada kegiatan ini, siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang
telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama terkait materi
bilangan bulat.
33
3.
Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang
hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dan
sesuai dengan substansi yang sedang diteliti oleh peneliti sekarang. Terdapat
beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu
mengenai penenerapan pendekatan saintifik dengan media muatan, antara
lain:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh peneliti relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Scachter (2013: 315-323) di Kota New York
pada tahun ajaran 2013, dengan judul “Using the Scientific Method to Guide
Learning: An Integrated Approach to Early Childhood Curriculum”. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Scachter adalah menunjukkan bahwa metode
saintifik dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menyelidiki ilmu
pengetahuan
sejak
kanak-kanak.
Persamaan
penelitian
yang
akan
dilaksanakan peneliti dengan penelitian Scachter adalah sama-sama
menerapkan pembelajaran saintifik. Sedangkan perbedaannya adalah pada
penelitian Scachter subjeknya adalah anak-anak yang belum masuk jenjang
pendidikan dasar, kemudian pada penelitian ini subjeknya adalah siswa SD
kelas IV.
Penelitian kedua mengenai penerapan pedekatan saitifik yang pernah
dilakukan oleh Zhong (2014: 1503-1508) dengan judul
“Training of
Scientific Thingking Methods In Teaching of Inorganic and Analytical
Cheistry”. Hasil penelitian ini menunjukan pendekatan saintifik dapat
membentuk sikap ilmiah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan
saintifik. Perbedaannya terletak pada subjek dan mata pelajaran. Penelitian
yang dilakukan Zhong subjeknya siswa SMA, sedangkan subjek penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti adalah siswa kelas IV SD. Selain itu,
Zhong menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA, sedangkan
pada penelitian peneliti menerapkan pada pembelajaran bilangan bulat.
34
Penelitian yang relevan ketiga dilakukan oleh Atsnan dan Gazali
(2013: 429-436) dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam
Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan)”. Hasil
dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa penerapan pendekatan saintifik
dapat meningkatkan pembelajaran matematika. Persamaan antara penelitian
ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama
menggunakan pendekatan saintifik untuk meningkatkan pembelajaran
matematika. Perbedaanya terletak pada penggunaan media, fokus materi, dan
subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Atsnan dan Gazali tidak
menggunakan media, sedangkan peneliti menggunakan media muatan.
Atsnan dan Gazali memfokuskan pada materi bilangan (pecahan), sedangkan
peneliti memfokuskan materi bilangan bulat. Selain itu, subjek penelitian dari
Atsnan dan Gazali adalah siswa SMP Kelas VII, sedangkan subjek penelitian
peneliti adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangpoh.
Penelitian keempat mengenai penggunaan media muatan dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2012: 1-7) dengan judul
“Media Muatan Dalam Pembelajaran Matematika Tentang Bilangan Bulat Di
Sekolah Dasar”. Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa
penggunaan
media
muatan
pada
pembelajaran
matematika
dapat
meningkatkan pembelajaran matematika tentang bilangan bulat. Persamaan
antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
sama-sama menggunakan media muatan, mata pelajaran yang diteliti adalah
matematika, menggunakan subjek siswa kelas IV, serta aspek yang diamati
berupa peningkatan pembelajaran bilangan bulat. Perbedaanya yaitu terletak
pada tempat penelitian dan penggunaan pendekatan pembelajaran. Penelitian
yang dilakukan oleh Lestari, dkk dilakukan di tiga Sekolah Dasar, yakni SDN
2 Karangtawang, SDN 3 Kedungwinangun, dan SDN 1 Jatimulyo. Sedangkan
peneliti melakukan penelitian hanya pada satu Sekolah Dasar yaitu SDN 2
Karangpoh. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk tidak
menggunakan pendekatan saintifik, sedangkan peneliti menggunakan
pendekatan saintifik.
35
B. Kerangka Berpikir
Karakteristik siswa kelas IV yaitu cara berpikir anak masih konkret,
suka mengamati hal baru, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Matematika
adalah suatu ilmu yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses
penalaran deduktif. Oleh karena itu, penggunaan media dengan pendekatan
pembelajaran yang berkaitan dengan materi secara langsung akan memudahkan
siswa dalam memahami dan meningkatkan kemampuan. Pendekatan saintifik
merupakan pendekatan yang menekankan pada proses ilmiah dengan melakukan
penyelidikan pada suatu objek atau fenomena melalui kegiatan pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan. Media muatan adalah media
yang digunakan untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran bilangan bulat
yang terdiri atas dua warna berbeda, satu warna menandakan bilangan bulat
positif, sedangkan warna lain menandakan bilangan bulat negatif.
Penerapan
pendekatan
saintifik
dengan
media
muatan
dapat
meningkatkan pembelajaran bilangan bulat karena pendekatan ini, memungkinkan
terjadinya proses belajar dimana siswa belajar dengan langkah-langkah
mengamati, lalu menanya, mencoba, menalar dan yang terakhir siswa belajar
mengkomunikasikan hasil belajar tersebut. Penggunaan media muatan dapat
membantu guru menjelaskan materi pelajaran dengan konsep nyata, dan
memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya
dikehidupan sehari-hari dalam peran mereka di rumah, sekolah bahkan
dilingkungan sekitar sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras
dalam menerapkan hasil belajarnya.
Pembelajaran bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Karangpoh menggunakan pendekatan saintifik dengan media muatan akan
dilakukan dalam 3 siklus, setiap siklus 2 pertemuan. Pada siklus I, siswa akan
mengenal, mengurutkan, dan menjumlahkan bilangan bulat. Pada siklus II siswa
akan menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat. Sedangkan di siklus III
mengurangkan bilangan bulat.
Penerapan pendekatan saintifik dengan media muatan dalam peningkatan
pembelajaran bilangan bulat pada siswa kelas IV, dengan melalui skenario yang
36
tepat dapat meningkatkan
pembelajaran bilangan bulat dan siswa dapat
memahami materi bilangan bulat dengan baik serta mencapai KKM sebesar 70
dengan target 85%. Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan saintifik dengan
media muatan dapat diuraikan melalui gambar 2.1.
KONDISI
AWAL
Cara berpikir anak masih konkret, suka mengamati hal
baru, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Matematika adalah ilmu yang memiliki obyek abstrak
dan dibangun melalui proses penalaran deduktif
Siklus I:
Mengenal,
mengurutkan, dan
menjumlahkan
bilangan bulat
TINDAKAN
Guru menerapkan
pendekatan saintifik
dengan media
muatan dalam
pembelajaran
bilangan bulat.
Siklus II:
Menjumlahkan dan
mengurangkan
bilangan bulat
Siklus III:
Mengurangkan
bilangan bulat
KONDISI
AKHIR
Penerapan pendekatan
saintifik dengan media
muatan dapat meningkatkan
pembelajaran bilangan
bulat mencapai KKM
sebesar 70 dengan target
85%
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
37
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kajian teori, penelitian yang relevan, serta kerangka
berpikir di atas, maka peneliti dapat menarik hipotesis tindakan yaitu “Jika
penerapan pendekatan saintifik dengan media muatan dilaksanakan sesuai
langkah-langkah yang benar, maka dapat meningkatkan pembelajaran bilangan
bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangpoh Tahun Ajaran 2015/2016”.
Download