Perbedaan Motivasi Berprestasi ,Religiusitas, dan Prestasi

advertisement
Perbedaan Motivasi Berprestasi ,Religiusitas, dan Prestasi Akademik
ditinjau dari Jalur seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru, Asal Sekolah ,
Jenis Kelamin, Asal Fakultas Pada Mahasantri Baru di Mahad Sunan
Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Oleh:
Tristiadi Ardi Ardani.S.Psi.,M.Si.Psi
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri ( UIN ) Maulana Malik Ibrahim Malang
Achievement Motivation Differences, religiosity, and Academic Achievement in terms of
selection Line Admissions, School of Origin, Gender, Origin of New Faculty In Mahasantri
Mahad Al-Aly Sunan Ampel Islamic University (UIN) Malang
Ardi Tristiadi Ardani.S.Psi., M.Si.Psi
Faculty of Psychology, State Islamic University (UIN) Malang Maulana Malik Ibrahim
ABSTRACT
In the academic year 2007/2008, the UIN Malang conduct a selection of new admissions by 3
(three) points, ie inclination and Search Capabilities (PMDK), Selection Admissions (SPMB)
National, and Regular route. The aim of this selection is to screen prospective new students
who have academic qualifications and / or non-academic in accordance with required
standards so as to follow and graduated from State Islamic University (UIN) Malang in
accordance with the achievement and set time limits.
This research is quantitative, held on June 28 to 24 November 2008 with the independent
variable independent variable is the point of selection of new Admission: 1) PMDK, 2)
REGULAR, 3) SPMB, the school of origin: 1) high school, 2) MAN, 3) Boarding School, 4)
vocational school, Sex: 1) Male 2) Female, Faculty of: 1) MT, 2) SHARIA, 3) HUMBUD,
4th), ECONOMIC, 5) SAINTEK, 6) is a PSYCHOLOGICAL and Bound Variables
Motivation achievement, religiosity, academic achievement subjects that will be used is a new
student UIN Malang semester taken as many as 318 people at random. Methods of data
analysis to test the hypothesis in this research is to use NON-PARAMETRIC
ANAVAPARAMETRIK and ANOVA Kruskal - Wallis test using SPSS Version 16
The results of this study is there is no significant difference in achievement motivation when
viewed from the point of selection, the school of origin, and sex .. but There are significant
differences in motivation berpresasi when viewed from the home school freshmen. While
students of UIN Malang religiosity in terms of faculty is not sama.Terdapat interaction
between sex and faculty. UIN student religiosity when viewed from the school of origin, sex,
and route selection at the time of admission are the same UIN Later on students' academic
achievement UIN when viewed from the path selection, the school of origin, sex, and route
selection as well as faculty is different.
Keywords: Achievement Motivation, religiosity, and Academic Achievement, Path Selection,
School of Origin, Gender, Origin of the Faculty, New Mahasantri, Mahad Al-Aly Sunan
Ampel Islamic University (UIN) Malang.
Posted by:
Name: Ardi Tristiadi Ardani.S.Psi., M.Si.Psikolog
Office Address: Faculty of Psychology, State Islamic University (UIN) Malang of Maulana
Malik Ibrahim
Jl.Gajayana No. Malang 50 - 65 144
Tel: 0341-551354, ext. 1119, Facsimile: 0341-572533
Email: [email protected]
Hp: 081805032732
A. Latar Belakang Permasalahan
Pada tahun akademik 2007/2008 ini, UIN Malang menyelenggarakan seleksi
penerimaan mahasiswa baru melalui 3 (tiga) jalur, yaitu Penelusuran Minat dan Kemampuan
(PMDK), Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Nasional, dan jalur Reguler. Tujuan
dari seleksi tersebut adalah untuk menyaring calon mahasiswa baru yang memiliki kualifikasi
akademik dan/atau non-akademik yang sesuai dengan standar yang diinginkan sehingga
mampu mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
sesuai dengan prestasi dan batas waktu yang ditetapkan.
Di era milenium dan industrialisasi yang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi disertai dengan pengaruh globalisasi yang melanda dunia, merupakan kondisi
objektif yang harus diterima. Di sektor dunia pendidikan pun mengalami hal yang sama
seiring dengan adanya otonomi daerah yang diterapkaan di Indonesia. Persaingan yang makin
kompetitif antara perguruan Tinggi membuat suatu peluang adanya perbaikan mutu suatu
pendidikan dalam rangka memberikan pelayan yang berstandar tinggi dan berkualitas pada
mahasiswa. Dalam rangka meningkatkan mutu mau tidak mau suatu instansi pendidikan
memberikan pelayanan yang profesional dan sarana belajar yang lengkap.
Sarana dan prasarana itu akan menjadi bermutu apabila didukung oleh sumber daya
yang berkualitas baik itu menyangkut pejabat rektorat, dosen, maupun karyawan-karyawan
lainnya yang ada di UIN Malang seperti bagian administrasi, akademik, kemahasiswaan,
kepegawaian dan keuangan, data dan informasi, dan karyawan di perpustakaan .
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang adalah salah satu perguruan tinggi Islam terbaik dan
terdepan di Indonesia yang berdiri berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
50 Tahun 2004 tanggal 21 Juni 2004. Surat Keputusan tersebut diterbitkan menyusul Surat Keputusan
Bersama (SKB) Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
1/0/SKB/2004 dan Nomor ND/B.V/I/Hk.00.1/058/04 tanggal 23 Januari 2004 tentang Perubahan
Bentuk Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malang menjadi Universitas Islam Negeri Malang.
Sebelum menjadi sebuah universitas Islam, perjalanan panjang telah menghiasi perkembangan
perguruan tinggi ini. Berawal dari sebuah Fakultas Tarbiyah yang merupakan fakultas cabang dari
IAIN Sunan Ampel Surabaya yang berdiri tahun 1961, kemudian pada tahun 1997 berubah menjadi
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, tahun 2002 menjadi Universitas Islam
Indonesia-Sudan di Malang, dan pada tanggal 8 Oktober 2004 diresmikan menjadi Universitas
Islam Negeri Malang oleh Presiden Republik Indonesia yang diwakili oleh Menko Kesra RI ad
interim Prof. H.A. Malik Fadjar, M.Sc serta disaksikan oleh Menteri Agama RI Prof. Dr. H. Said
Agil Husin al-Munawar, MA.
Penelusuran terhadap metamorfosa perguruan tinggi ini menjadi sebuah universitas Islam
dapat ditemukan dalam Rencana Strategis (Renstra) tentang pengembangan STAIN Malang sepuluh
tahun ke depan (1998-2008). Atas perkenan Allah swt. dan berkat usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan oleh semua pihak, selang enam tahun sejak Renstra tersebut dibuat sebuah Universitas Islam
Negeri sudah berdiri di kota Malang.
Sekarang, setelah menjadi Universitas Islam Negeri, obsesi besar yang ingin direalisasikan
adalah menjadi pusat peradaban Islam (center of Islamic civilization), pusat keunggulan (center of
exellence) serta Bilingual University sehingga Universitas ini menyandang gelar The Real Islamic
University terbaik dan terkemuka di Indonesia Beranjak pada dasar pemikiran diatas, maka
permasalahan yang akan dikaji secara mendalam pada penelitian ini adalah ” PERBEDAAN
MOTIVASI
BERPRESTASI,
RELIGIUSITAS
DAN
PRESTASI
AKADEMIK
DITINJAU DARI JALUR SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU, ASAL
SEKOLAH JENIS KELAMIN, ASAL FAKULTAS PADA MAHASANTRI BARU DI
MA’HAD SUNAN AMPEL AL-ALY UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MALANG.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menyaring calon mahasiswa baru yang
memiliki kualifikasi akademik atau non-akademik yang sesuai dengan standar yang
diinginkan sehingga mampu mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang sesuai dengan prestasi dan batas waktu yang ditetapkan.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat antara lain terhadap :
a. Secara teoritis
Memberikan tambahan kajian Ilmu psikologi tentang motivasi berprestasi, religiusitas dan
prestasi akademik. Dan sumbangan buat psikologi yang bisa dimanfaatkan di dunia
pendidikan
b. Secara praktis
Memberikan tambahan khasanah dan model bagi sebuah instansi atau lembaga,pendidikan
untuk menentukan kualitas mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
KAJIAN TEORI
A.
MOTIVASI BERPRESTASI
1. MOTIVASI BERPRESTASI
Begitu sering istilah motivasi digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini
menunjukan bahwa istilah motivasi tidak begitu asing bagi sebagian besar masyarakat. Orang
sudah terbiasa mengatakan bahwa seorang anak tidak akan berhasil dalam studinya karena
kurang motivasinya.
Motivasi merupakan salah satu unsur paling penting dari pembelajaran dan satu
komponen yang paling sukar untuk diukur. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
sebagai proses internal (dari dalam diri seseorang) yang mengatifkan, membimbing, dan
mempertahankan prilaku dalam waktu rentang tertentu. Dalam bahasa sederhana, motivasi
adalah apa yang memuat anda berbuat, membuat anda tetap berbuat, dan menentukan kearah
mana yang hendak anda perbuat.
Motivasi berasal dari kata “ motive” yang mempunyai arti “ dorongan” Dorongan itu
menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perbuatan. Untuk melakukan sesuatu hendaklah
ada dorongan, baik dorongan itu yang datang dari dalam diri manusia maupun yang datang
dari lingkungannya. Dengan perkataan lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada
motivasi. Sama halnya pada waktu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan
pembelajaran.
MC. Donald dalam tabrani, Kusnidar dan arifin menjelaskan, bahwa motivasi adalah
suatu perbuatan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, sangat
mempengaruhi kegiatan belajar dan hasil belajar.
Motivasi penting bagi proses belajar,
karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serat memilih tujuan
belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
Motivasi sering disebut motif ( motive), kebutuhan
(need), desakan (wish), dan
dorongan (drive). Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong keingginan seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai hasil-hasil atau tujuan tertentu. Seperti
yang dikatakan dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior bahwa
motivasi adalah suatu pernyataan yang komplek dalam suatu organisme yang mengarahkan
tingkah laku atau perbuatan kesuatu tujuan atau perangsang.
motivasi dan drive
Salain menggunakan kata
untuk pengertian yang sama. Ia mengatakan motivasi adalah suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku
atau perbuatan kesuatu tujuan (goal) atau
perangsang atau (Intencive)
Menurut Vroom, motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan
individu terhadap bermacam-macam kegiatan yang dikehendakai. Kemudian John
P.
Campbell dan kawasan-kawasan menambahkan rincian dalam definisi, motivasi mengandung
tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopong tingkah laku
manusia.
A.
Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, responrespon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
B.
Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia
menyediakan orientasi tujuan. Tingkah laku individu dapat diarahkan terhadap sesuatu.
C.
Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
(rainforce) intensitas dan arah dorong-dorong dan kekuatan – kekuatan individu.
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan diatas, Hoy dan Miskel dalam
bukunya
Educational
Administration
(1982
:
137)
mengemkakan
bahwamotivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan komplek, dorongan –
dorongan, kebutuhan- kebutuhan, pertanyaan-pertanyaan ketegangan (tension
statis) atau mekanisme – mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga
kegiatan –kegiatan yang dinginkan kearah pencapaian tujuan –tujuan personal.
Membicarakan motivasi adalah tidak sederhana dan menuntut
ketekunan dan berbagai pendekatan tersendiri. Jadi, Motivasi memproses
psikologi yang mencerminkan intraksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
Dan motivasi sebagai proses
psikologis timbul diakibatkan oleh faktor diri seseorang itu sendiri yang
disebut intrinsic atau factor diluar diri yang disebut factor ekstrinsik.
Dalam sebuah terjemahan, motivasi dapat diartikan adalah suatu usaha
sadar untuk mempengaruhi prilaku seseorang agar supaya mengarah
tercapainya suatu tujuan. Motivasi juga dapat diartikan factor-faktor yang ada
dalam diri seseorang yang mengerakkan perilakunya untuk memenuhi tujuan
tertentu.
Dari beberapa uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendorong seseorang untuk berbuat atau
bertindak melakukan sesuatu, guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Dan secara umum, tujuan motivasi itu sendiri, untuk mengerakkan atau
menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu.
2. Teori-teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang akan dibahas dalam penjelasan ini, diantarannya teori
hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya pendorong, dan teori
kebutuhan.
A. Teori Hedonisme
Teori Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang menendang bahwa tujuan
hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.
Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang mementingkan pada kehidupan yang
penuh dengan kesenangan dan kenikmatan, dalam menghadapi setiap persoalan manusia
cenderung memilih alternatif pemecahannya yang mendatangkan kesenangan dari pada yang
mengakibatkan kesukaran, kesulitan dan sebagainya.
B. Teori Naluri
Teori naluri, menurut teori ini manusia pada dasarnya memiliki tiga dorongan nafsu
pokok yang disebut dengan naluri, yaitu: dorongan nafsu (naluri) mempertahankan
diri, naluri mengembangkan dan naluri untuk mengembangkan atau mempertahankan
jenis. Dari ketiga naluri pokok tersebut, maka segala kebiasaan atau tindakan-tindakan
dan tingkah laku yang diperbuat oleh manusia sehari-hari merupakan dorongan atau
digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Menurut teori ini untuk memotivasi seseorang
harus berdasarkan pada naluri mana yang kana dituju dan dikembangkan.
C. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori reaksi yang dipelajari (teori lingkungan kebudayaan). Menurut teori ini tindakan
atau perilaku manusia itu berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajarai dari
kebudayaan ditempat orang tersebut tinggal. Setiap orang belajar paling banyak berasal dari
lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Apabila seseorang pendidik ingin
memotivasi anak didiknya, maka hendaknya benar-benar mengetahui latar belakang
kehidupan dan kebudayaan orang yang dipimpinya D. Teori Daya Pendorong
Teori daya pendorong. Teori ini adalah perpaduan antara teori naluri dengan teori
reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah sejenis naluri, tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.
D. Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan, teori ini beranggapan bahwa segala tindakan atau tingkah laku yang
dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Jadi menurut teori ini apabila seseorang
pendidik ingin memotivasi siswanya ia harus mengetahui terlebih dahulu kebutuhankebutuhan dari siswanya tersebut.
Sementara para ahli teori pembelajaran perilaku (misalnya, Bandura, 1986;skinner,
1953) berbicara prihal motivasi untuk mendapatkan penguatan dan menghindari hukuman,
para ahli teori motivasi yang lain(Maslow, 1954) lebih menyukai konsep motivasi untuk
memenuhi kebutuhan. Beberapa kebutuhandasar yang harus dipenuhi kita semua adalah, rasa
aman cinta, dan pemeliharaan harga diri positif. Manusia memiliki banyak kebutuhan yang
akan dipenuhi ini. Maslow (1954) mengemukakan tujh hierarki atau tingkatan kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi kita senua adalh makanan, rasa aman, cinta, dan pemeliharaan
harga diri positif.
Manusia memiliki banyak kebutuhan, untuk meramalkan kebutuhan yang akan
dipenuhi ini Maslow (1954) mengemukakan tujuh hierarki atau tingkatan kebutuhan dasar
yaitu:
1. Kebutuhan fisiologi, kebutuhan ini merupakan kebutihan yang bersifat primer dan
fital
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, yakni kebutuhan merasa terjamin
keamanannya
3. Kebutuhan social, kebutuhan akan diakui dalam anggota kelompok.
4. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi,
pangkat dan sebagainya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk mempertinggi segal
[potensi prestasi yang dimiliki.
Di dalam kehidupan sehari- hari dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia
itu berbeda-beda. Faktor- factor yang mempengaruhi adanya tingkat perbedaan,
tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya
kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau falsafah hidup, cita-cita dan
harapan masa depan dari tiap individu. Dengan demikian motivasi mempunyai
hubungan yang erat dengan kebutuhan dan keinginan untuk melakukan perubahan.
Kebutuhan tersebut mendorong individu untuk melakukan perubahan atau mencapai
apa yang diinginkannya. Jadi tujuan dari motivasi itu sendiri adalah untuk
mengarahkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan atau kemauannya
untuk memperoleh hasil.
Menurut Mc Clelland (1974) hanya terdapat tiga kebutuhan saja yaitu:
1. Need for achievement, yaitu motivasi untuk mencapai sukses yang diukur
berdasarkan standart kesempurnaan dalm seseorang, dalam diri seseorang.
2‟ Need for affiliation, yakni kebutuhan akan kehangatan atau sokongan dalam
hubungannya dengan orang lain.
3. Neen for power, merupakan kebutuhan menguasai dan mempengarihi terhadap orang
lain. Dalam pembahasan ini penulis menekankan pada need for achievement yaitu
motifasi untuk berprestasi yang dimiliki seseorang, karena dalam diri setiap orang
mempunyai keinginan atau dorongan untuk berbuat baik mungkin menuju arah yang
lebih baik dan menjadi yang terbaik khususnya bagi siswa yang masih berada
dibangku pendidikan.
3. Macam –Macam Motivasi
Motivasi yang berada dalam diri individu terdiri dari dua macam yaitu:
1. Motivasi intrinsik, yaitu suatu kebutuhan atau dorongan kegiatan belajar dan dimulai dan
diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktifitas belajar. Yang mana dorongan tersebut secara mutlak untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Kebutuhan dan dorongan yang ada adalah bertujuan
meningkatkan prestasi belajar siswa. Kebutuhan dan dorongan yang ada adalah bertujuan
meningkatkan prestasi guna mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Hal tersebut biasanya
dilakukan dengan minat dan keinginan sendiri untuk meningkatkan aktifitas belajarnya,
karena siswa yakin dengan demikian siswa akan dapat memperoleh hasil belajar dan
prestasi
sesuai
dengan
yang
diinginkan.
Motivasi
berprestasi
intrinsic
yang
mengambarkan keingginan berprestasi dengan melakukan tindakan karena adanya
dorongan dari dalam dirinya. Semua keingginan itu pangkal pada penghayatan kebutuhan
dan siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar, untuk memenuhi kebutuhan itu.
Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan giat belajar, tidak ada cara
lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar. Biasanya,kegiatan belajar dia
memperkaya dirinya sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsik, merupakan motivasi tidak sama sekali berkaitan dengan aktifitas
belajar. Dalam artian dorongan atau keinginan siswa untuk berprestasi tidak bersumber
dari minat dalam dirinya, namun keinginan tersebut ada sebab- sebab lain. Aktifitas
belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongnan yang tidak secara
mutlak berkaitan denngan aktifitas belajarsendiri. Motovasi ekstrinsik ini sebagi keinginan
untuk berprerstasi karena adanya balas jasa eksternal atau upaya untuk menghindari dari
hukuman.
Motivasi belajar ekstrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar siswa,
misalnya dari orang lain. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan
yang dihayati oleh orangnnya sendiri, biarpun orang lain mungkin memegang peranan
dalam menimbulkan motivasi itu. Maka yang harus pada motivasi ekstrinsik bukanlah
ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin
dipenuhi pada dasarnya dapat dipenuhi dengan melalui belajar atau sebetulnya dapat
dipenuhi dengan cara lain.
Adapun yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (1)
belajar demi memenuhi kewajiban (2) belajar demi menghindari hukuman yang
diancamkan (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan (4) belajar
demi meningkatkan gengsi social (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang lain
yang penting, misalnnya guru dan orang tua (6) belajar demi tuntutan jabatan yang
ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan
administratif.
Dalam hal ini, peran gurulah dan juga kelurganya khususnya dalam
pemenuhan sarana dan prasarana belajarnya sehingga siswa menjadi terdorong, dan
mampu memotivasi dirinya sendiri agar lebih giat lagi dalm belajar sehingga dapat
menghasilkan prestasi yang memuaskan.
D. Pengertian motivasi berprestasi
Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu
tujuan atau peragsang. Motivasi berprestasi juga dapta disebut dangan need
achievement yaitu dorongan untuk mencapai sukses yang ada dalamdiri seseorang
yang dapat mengarahkan perilaku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu.
Masalah motivasi siswa dalam berprestasi, merupakan masalah yang sangat
kompleks. Dalam usaha memotivasi siswa tersebut, tidak ada aturan-aturan yang
sederhana melainkan hanya peran orang terdekatlah, yaitu keluarga yang wajib
berperan aktif dalam membangkitkan motivasi berprestasi siswa.
Motivasi merupakan keinginan, hasrat dan sekaligus tenaga penggerak yang
berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu. Pendapat lain mengatakan
bahwa, motivasi, merupakan suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat
dalam diri manusia yang mengatur tindakannnya dengan cara tertentu. Oleh karena itu,
motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan atau need yang tidak terpenuhi, sehingga
mengakibatkan seseorang mengalami ketidak seimbangan dan untuk mengurangi
tekanan tersebut mereka melakukan usaha konkrit dalam memenuhi kebutuhan
tersebut sehingga keseimbangan tercapai kembali.
Sementara pendapat lain, motivasi berprestasi adalah harapan seseorang untuk
mendapatkan kepuasan dalam menyelesaikan tugas yang sulit dan menantang. Apabila
berbicara dalam kaitannya dengan pencapaian prestasi maka motivasi berprestasi di
artikan sebgai dorongan perilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu
standar keunggulan yang hasilnya dapat dievaluasi.
Motivasi berprestasi telah dijabarkan sebagai factor dominan yang mendorong
individu untuk melakukan kegiatan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar,
kebutuhan berprestasi menggerakkan dan mengarahkan perbuatan, menopang tingkah
laku dan menyeleksi perbuatan individu yang berorientasi kepada keberhasilan.
Sehingga motivasi berprestasi merupakan potensi individu yang menjadi landasan
utama terhadap proses pembinaan, pengembangan kepribadian dn kemmpun.
Kemampuan inilah yng dominan menetukan keberhasilan seseorang.
Keberhasilan
yang
diuraikan
dalam
motivasi
berprestasi
merupakan
keberhasilan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan seseorang
dalam meraih prestasi banyak dilakukan oleh tingkat motivasi tersebut baik motivasi
intrinsic maupun ektrinsik. Artinya keberhasilan pencapaian prestasi ditentukan oleh
salah satu atau kombinasi dari dua aspek diatas. Hasil belajar merupakan usaha
masing-masing individu yang bersangkutan. Oleh karena itu, kualitas yang
bersangkutan tentu menentukan hasil usaha belajarnya, disamping pengaruh berbagai
factor eksternal seperti bimbingan belajar, pengunaan metode belajar mengajar,
ketersediaaan sarana belajar dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini dapat
diamati dari upaya individu yang bersangkutan dalam mencapai prestasi belajarnya.
Motivasi berprestai dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang
untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya
agar mencapi prestasi dengan terpuji.
Dalam uraian diatas, bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang
dimiliki individu (siswa) dalam rangka untuk mencapai taraf prestasi yang tinggi yang
tercermin dengan wujud aktifitas seperti berambisi, rajin, aktif, meningkatkan status
sosial, bersaing memerlukan umpan balik segera, memperhitungkan keberhasilan dan
menyatu dengan tugas. Hal itu juga ditentukan oleh siswa sendiri, kalau taraf prestasi
itu tercapai, siswa akan merasa puas dan memberikan pujian pada dirinya sendiri,
kalau tidak berhasil dia akan kecewa dan mencela dirinya sendiri. Yang mencolok
dalam motivasi berprestari itu, bukan menurut ukuran dan pandangan orang lain,
melainkan menurut pandangan sendiri.
E. Ciri-ciri yang memiliki motivasi berprestasi
Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa need achievement merupakan kebutuhan untuk
mencapai prestasi (Motivasi berprestasi). Tingkah laku manusia ditimbulkan atau
dimulai dengan adanya motivasi. Motivasi sering juga disebut motiv (Motife),
kebutuhan (Need) dan dorongan (drive).
Motivasi berprestasi adalah harapan seseorang untuk mendapatkan kepuasan
dalam menyelesaiakan tugas yang sulit dan menantang.
Apabila berbicara dalam kaitanya dengan pencapaian prestasi maka motivasi
berprestai diartikan sebagai dorongan berperilaku tertentu dalam menyelasaikan tugas
dengan suatu standar keunggulan yang hasilnya dapat dievalusi (Bigge and Hunt,
1979).
Huffman (et.al. 1997) ciri- ciri seseorang yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi cenderung menyukai tugas dengan tantangan pada karir dan tugas-tugas yang
penuh kompetisi dengan peluang untuk tampil meyakinkan, bersedia menerima umpan
balik atas prestasinya, bersedia bertanggung jawab, siap mengorbankan waktu untuk
menyelesaikan tugas yang sulit, dan bekerja untuk mencapai sesuatu yang lebih dari
orang lain.
Sedangkan didalam bukunya Alwilsol “ Pengantar Psikologi Kepribadian non
Psikoanalitik”
bahwa murray banyak sekali meneliti achievement
need
(nachievment), menemukan pengaruh need ini pada banyak sisi kehiduan manusia.
Ciri-ciri orang yang memiliki need achievement antara lain:
1. Lebih kompetitif
2. Lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilanya sendiri
3. Senang menetapkan tujuan yang menantang tetapi tetap realistik
4. Memiliki tugas yang tingkat kesulitanya cukupan yang tidak pasti apakah bisa
diselesaikan atau tidak.
5. Senang dengan kerja interprener yang beresiko tetapi cocok dengan kemampuanya
6. Menolak kerja rutin
7. Bangga dengan pencapainya dan mampu menunda untuk memperoleh kepuasan
yang lebih besar, sel consep positif , berprestasi disekolah.
Sukar untuk menentukan apa yang dipengaruhi need achievement menjadi tinggi
atau rendah. Perkembangan need achievement tentu dipengaruhi oleh model
pengasuhan anak dan hubungan orang tua/lingkungan dengan anak, namun
hubunganya sangat kompleks. Dari penelitian yang intensif ditemukan empat
anteseden need achievement yang tinggi:
1. Orang tua dan lingkungan budaya memberikan tekanan yang cukup kuat
(mengangap penting ) dalam hal berprestasi yang tinggi.
2. Anak diajar untuk percaya diri dan berusaha memantapkan tujuan menjadi
orang yang berprestasi tinggi.
3. Pekerjaan orang tua mungkin berpengaruh. Ayah yang pekerjaanya
melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif dapat mendorong anak dan
mengembangakan motivasi berprestasi.
4. Kelas social dan pertumbuhan ekonomi (nasional) yang tinggi dapat
mempengaruhi need achievement.
Sehingga dengan demikian, motivasi berprestasi dalam hal ini adalah: (1)
keingginan meraih sukses, (2) Keingginan untuk berprakarsa ,(3) Keingginan
mendapat umpan balik, (4) Keingginan belajar / bekerja keras, (5) Menyisikan
waktu untuk belajar, (6) Kesediaan menghadapi tantangan, (7) kesediaan
bertanggung jawab, dan (8) kesediaan berkorban serta rajin belajar dan
mengerjakan tugas.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Mc. Clelland, ada karakteristik
dari orang yang memiliki kebutuhan akan berprestasi tinggi.
1. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan terhadap suatu tugas atau mencari
solusi atas suatu permasalahan. Akibatnya mereka lebih suka bekerja
sendiri dari pada dengan orang lain. Apabila suatu pekerjaan membutuhkan
bantuan orang lain, mereka lebih suka memilih orang yang berkompeten
dari pada sahabatnya‟
2. Orang yang memiliki kebutuhanakan berprstasi yang tinggi cenderung
menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung
resikonya.
3. Orang yang memiliki kebutuhan akan berprestasi tinggi memiliki
keingginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik atau tanggapan atas
pelaksnaan
tugasnya.
Mereka
ingin
tahu
seberapa
baik
mereka
mengerjaknnya, dan mereka sangat antusias untuk mendapatkan umpan
balik tidak peduli apa hasilnya baik atau buruk
F. Fungsi motivasi berprestasi/ belajar
Ngalim purwanto mengemukakan beberapa fungsi motivasi sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagi penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Jadi dalam hal ini motivasi berfungsi sebagai motor penggerak
dari setiap kegiatan tingkah laku yang akan dikerjakn seseorang.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai. Disi fungsi
motivasi adalah sebagai sarana yang dapat memberikan arah tujuan dan kegiatan
yang harus dilakukan guna mencapai tujuan yang sudah dirumuskan.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakn
yang
sesuai
agar
tujuan
tersbut
dapat
tercapai,
dengan
mengesampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Selain hal tersebut diatas fungsi lain dari motivasi sebagai pendorong usaha
pencapaian prestasi. Seorang akan melakukan suatu usaha karena adanya suatu
motivasi . Adanya motivasi yang baik dalam diri seorang siswa untuk belajar,
nantinya akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan adanya motivasi dari
dalam diri siswa, siswa berusaha untuk lebih tekun lagi dalam belajar, sehingga
akan mendapatkan motivsi yang lebih baik yang menjadi tujuan. Tingkat
intensitas motivasi seorang siswa sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasinya.
G. Motivasi Berprestasi Menurut Perspektif Islam
Dalam Al-Qura‟an surat Al-Zumar ayat 9 dikatakan










     
   




  
Artinya : 9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 dikatakan:









    









  




  
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “ berlapang-lapang
dalam majelis “ maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “ berilah kamu”, maka berdililah, niscaya
Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang –
orang yang beriman diantaramu dan orang –orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat dan Alloh maha mengetahui apa yang engkau
kerjakan.
Demikian juga dengan surat Al-baqoroh ayat 148 dikatakan:














     
  
148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam surat Al- Insyirah ayat 7 yang berbunyi:







 
6. Hai manusia, Sesungguhnya kamu Telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju
Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565]
Dalam hadis juga menegaskan:
Bekerjalah untuk duniamu seolah –olah engko akan hidup selama-lamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati hari esok. (HR.Ibnu
„Asyakir)
Pada ayat dan hadis diatas merupakan sedikit contoh yang berusaha memberikan
pengetahuan pada kita bagaimana seharusnya manusia sebagai mahluk sempurna, diberikan
kepadanya segudang kelebihan akal dan hati, dengan itu disuruh untuk bisa mengungkap
seluruh rahasia alam dan pengetahuan didalamnya
Ayat-ayat dan hadits tersebut berceri ta bahwa sebuah motivasi berprestasi dapat
mengantarkan manusia kearah kesempurnaan diri dan lingkungan.Motovasi berkembang
dengan taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya. Berdasarkan dari
penjelasan ayat tersebut bahwa motivasi berprestasi tidak selalu timbul dengan sndirinya.
Motivasi berprestasi dapat ditimbulkan, diperkembangkan dan diperkuat oleh faktor – faktor
lain. Makin kuat moti vasi seseorang, makin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan.
Pengertian ini berarti pula bahwa motivasi dapat berubah.
Menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh agama dan Alloh
berjanji untuk mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat.
Namun, hal itu sangat kurang berarti tanpa adanya kesungguhan serta keingginan yang kuat
untuk mendalami ilmu itu sendiri. Maka dari itu semangat serta motivasi dalam meraih cita
sangatlah dibutuhkan untuk menggapai apa yang kita ingginkan.
B. RELIGIUSITAS
1. Pengertian Religiusitas
Religius berasal dari bahasa Latin Religi yang berakar katanya adalah religure yang
berarti mengikat ini berarti religi (agama) memiliki aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan
menyatukan diri seseorang atau sekelompok orang dalam berhubungan dengan Tuhannya,
semua manusia dan alam sekitarnya (Drikarya dalam Subandi, 1988)
Thouless (1992) mengemukakan pendapat yang bersifat umum tentang religi atau
agama, yang mencakup semua agama yaitu berhubungan apa yang dirasakan dengan apa
yang ia percayai dengan sebagai wujud atau dzat yang lebih tinggi dari manusia,
dikemukakan pula bahwa sikap keagamaan menunjukkan pada kepercayaan terhadap adanya
Tuhan atau dewa-dewa sesembahan.
Mangunwijaya (dalam Subandi, 1988) membedakan istilah religi atau agama dengan
religiusitas, agama menunjuk pada aspek foemal dengan aturan-aturan dan kewajibankewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek yang telah ditaati oleh individu.
Selanjutnya Dister (1988) mengartikan religius sebagai keberagaman karena danya
internalisasi dalam diri seseorang. Sedangkan Erich Formm (dalam Hidayat, 199)
memberikan pengertian agama adalah setiap sistempemikiran dan tindakan yang dimiliki oleh
sekelompok orang yang berfungsi memberikan pengarahan hidup serta obyek untuk dipuja.
Menurut Shihab (1988) agama adalah hubungan antara makhluk dengan kholiq (sang
pencipta) yang terwujud dalam sikap batinnya serta dalam ibadah yang dilakkannya dan
dalam sikap keseluruhan.
Anshori mendefinisikan agama sebagai suatu system credo (tata keyakinan) atas
adanya yang mutlak di luar manusia dan suatu system ritus (tata peribadatan) manusia kepada
yang dianggap mutlak serta suatu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan
manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lain, sesuai dan sejalan
dengan tatanan agama. Jadi ada tiga pokok dalam agama yaitu tata keyakinan, tata
peribadatan dan tata kaidah.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pada diri manusia terdapat adanya suatu insting atau
naluri yang disebut dengan religius insting, yaitu naluri untuk meyakini dan mengadakan
penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia.
Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan religius. Prusyer
(dalam Dister, 1988) berpendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang
religius atau lebih tepatnya manusia merupakan makhluk yang berkembang menjadi religius.
Sedangkan para neorolog (ahli syaraf) memang ada mesin syaraf di dalam lobus temporal
yang memang dirancang untuk berhubungan dengan agama. Fenomena keyakinan beragama
mungkin sudah terpatri dalam otak manusia (Zohar, 2000)
Manusia religius yaitu manusia yang berketuhanan yang memandang segala macam
bentuk kehidupan adalah merupakan suatu kesatuan atau unity (Spranger dalam Adisubrata,
1992). Secara instingtif ataupun rasional segala pengalaman kehidupan baik yang positif
maupun yang negatif selalu dihubungkan dengan keseluruhan nilai kehidupan dan Tuhan
yang merupakan prinsip obyektif sebagai pengalaman pribadi.
Adisubrata (1992) berpendapat bahwa manusia religius adalah manusia yang struktur
mental keseluruhannya secara tetap mengarah kepada pencipta nilai mutlak, memuaskan dan
yang tertinggi yaitu Tuhan.
Dalam kajian psikologi maupun sosiologi agama, menurut Hidayat (1999) kehidupan
religius seseorang maupun kelompok terbagi menjadi dua tipe yaitu: pertama mereka yang
telah menekankan pada format, simbol atau institusi agama sedangkan yang kedua adalah
mereka yang lebih memperhatikan pada substansi intrinsic dari ajaran suatu agama. Tipe yang
pertama cenderung mempertahankan lembaga agama yang diyakininya sebagai bentuk
kesalehan dan perjuangan membela kebenaran, sedangkan tipe yang kedua cenderung
menghayati nilai-nilai agama untuk meraih kepuasan batin secara individual.
Tipe yang pertama sangat peka terhadap keterlibatan agama kancah politik, social dan
pada tipe inilah sering terjadi konflik antar kelompok intra-agama maupun inter-agama,
sedangkan yang kedua lebih menekankan kesalehan individu dengan jalan spiritual.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pada diri manusia terdapat adanya suatu insting
atau naluri yang disebut religius instink, yaitu naluri untuk meyakini dan mengadakan
penyembahan terhadap sesuatu di luar diri manusia (Spinks, 1963). Naluri inilah yang
mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan religius. Pruyser (Dalam Dister, 1982)
berpendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk religius.
Manusia religius yaitu manusia yang ber-Ketuhanan, yang memandang segala
macam bentuk kehidupan adalah merupakan suatu kesatuan atau unity. Secara instinktif
ataupun rasional segala pengalaman kehidupan baik yang positif maupun negatif selalu
dihubungkan dengan keseluruhan nilai kehidupan, dan Tuhan merupakan prinsip obyektif
sebagai pengalaman pribadi. Pada dasarnya bahwa manusia religius adalah manusia yang
struktur mental keseluruhannya secara tetap diarahkan kepada pencipta nilai mutlak,
memuaskan, dan tertinggi yaitu Tuhan
Dister (1982) mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, yang artinya adanya
internalisasi agama itu di dalam diri seseorang.
Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas
keberagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah
khusus) saja tetapi juga ketika melakukan aktivitas kehidupan lainnya. Bukan hanya berkaitan
dengan aktivitas yang dapat dilihat mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi
dalam hati sanubari seseorang.
2. Dimensi Religiusitas
Glock dan Stark (dalam Lindzey dan Aronson, 1975; Spilka, dkk, 1985) berpendapat
bahwa religiusitas terdiri dari lima dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi ideologi
yaitu tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam
agamanya.
Misalnya kepercayaan tentang sifat-sifat Tuhan, adanya malaikat, surga dan neraka.
2. Dimensi ritual
yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam
agamanya.
Misalnya sholat, puasa, mengaji, dan membayar zakat serta ibadah haji.
3. Dimensi pengalaman
yaitu perasaan atau pengalaman keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan.
Misalnya merasa dekat dengan Tuhan., merasa takut berbuat dosa atau merasa bahwa doadoanya dikabulkan Tuhan
4. Dimensi konsekuensi
yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran
agamanya di dalam kehidupan sosial.
Misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya yang sedang sakit, menolong orang yang
kesulitan dan mendermakan hartanya.
5. Dimensi intelektual
yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang ajaran agamanya, terutama yang ada
dalam kitab suci.
Menurut Clark (dalam Pouloutzian, 1996) konflik dan
keraguan beragama
merupakan ciri kehidupan beragama pada masa remaja yang sangat menonjol. Remaja mulai
mempertanyakan dengan sangat kritis tentang ajaran-ajaran agama yang diterima begitu saja
pada masa kanak-kanak. Pergaulan remaja dengan teman sebaya dan masyarakat akan
menyebabkan remaja mendapatkan informasi tentang keyakinan dari agama lain.
Selajutnya Paulotzian menjelaskan bahwa konflik dan keraguan merupakan suatu
yang wajar dalam proses perkembangan kehidupan beragama seseorang termasuk remaja.
Remaja membutuhkan landasan pemahaman rasional yang kuat dalam kehidupan beragama.
Hal ini dapat dicapai dengan mempertanyakan, mengevaluasi dan membandingkan ajaran
agama yang satu dengan yang lain.
Dari penelitian Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1987
Subandi, 1988, Adisubrata, 1992) disebutkan bahwa religiusitas memiliki dimensi-dimensi
Iman, Islam, Ihsan dan Amal. Kedua cara pembagian tersebut ternyata memiliki kesesuaian
yaitu dimensi Iman sebagai religious beliefs, diemnsi Islam sebagai religious practice,
dimensi ihsan sebagai religious feeling, dimensi ilmu sebagai religious knowledge dan
dimensi Amal sebagai religious affect. Kelima dimensi tersebut merupakan cerminan
religiusitas dan dapat digunakan sebagai dasar mengukur sejauh mana sifat religiusitas
seseorang.
Dinamika perkembangan religiusitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor.,
baik faktor lingkungan maupun faktor perkembangan. Kehidupan beragama mengalami
perkembangan dari fase kehidupan yang satu ke fase kehidupan yang lain. Para ahli psikologi
agama mengacu pada teori perkembangan, teori yang sering dipakai sebagai dasar adalah teori
perkembangan kognitif dari Piaget dan Erickson (Palautzian, 1996).
Palautzian selanjutnya mengemukakan bahwa dalam sejarah perkembangan
psikologi terhadap perkembangan agama, ditambahkan bahwa kehidupan agama seseorang
tidak mengalami banyak perubahan setelah dewasa. Diketauhi bahwa pada orang-orang yang
dewasa awal keyakinan secara umum dan afiliasi agama tetap sama atau lebih sering menetap
daripada yang berubah.
Sedangkan Thouless (1992) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi
perkembangan religiusitas khususnya pada remaja, yaitu:
a. Pengaruh
Pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial termasuk
pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial yang
disepakati oleh lingkungan itu.
b. Berbagai pengalaman yang membentuk sikap keagamaan, terutama pengalamanpengalaman mengenai keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia ini, (factor alami)
konflik moral (factor moral) dan pengalaman emosi beragama.(factor afeksi)
c. Kebutuhan yang belum terpenuhi terutama kebutuhan keamanan, cinta kasih, harga
diri serta adanya ancaman kematian.
d. Berbagai proses pemikiran verbal atau faktor intelektual.sebagai contoh masuknya
atau beralihnya seseorang dari satu agama ke agama yang lain lantaran dia
menemukan temuan ilmiah yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ada dalam
kitab-kitab suci.
Menurut Clark (dalam Pouloutzian, 1996) konflik dan
keraguan beragama
merupakan ciri kehidupan beragama pada masa remaja yang sangat menonjol. Remaja mulai
mempertanyakan dengan sangat kritis tentang ajaran-ajaran agama yang diterima begitu saja
pada masa kanak-kanak.
Pergaulan remaja dengan teman sebaya dan masyarakat akan menyebabkan remaja
mendapatkan informasi tentang keyakinan dari agama lain.
Selajutnya Paulotzian menjelaskan bahwa konflik dan keraguan merupakan suatu
yang wajar dalam proses perkembangan kehidupan beragama seseorang termasuk remaja.
Remaja membutuhkan landasan pemahaman rasional yang kuat dalam kehidupan beragama.
Hal ini dapat dicapai dengan mempertanyakan, mengevaluasi dan membandingkan ajaran
agama yang satu dengan yang lain.
Definisi operasional
Religiusitas adalah kadar kualitas keagamaan seseorang, yang dilihat dari dimensi
ideologi, ritual, pengalaman, dan konsekuensi. Dalam penelitian ini akan
dipergunakan skala religiusitas.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Sedangkan penentuan sampel penelitian didasarkan pada karakteristik sebagai berikut:
1. Tercatat sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
2. Berada pada semster 2
3. Selama penelitian berada di lokasi penelitian
Jumlah populasi sebanyak 400 mahasiswa, berdasarkan pendapat Arikunto ( 1997)
yang mengatakan bahwa apabila jumlah subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga merupakan penelitian populasi, sedangkan apabila jumlah subjek lebih besar maka
dapat diambil 10-15 % atau 20-25%. Berdasarkan pendapat di atas,maka dalam penelitian ini
sumlah sample ditentukan sebanyak 25% dari populasi yang ada sehingga sampel yang
diharapkan sebanyak 101 orang.
Skala tingkat religiusitas
Skala tingkat religiusitas yaitu skala yang mengukur tingkat religiusitas.
Teknik penskalaan menggunakan skala Likert, yang pembobotannya dari jawaban positif
adalah jawaban sangat sesuai diberi nilai 4, jawaban sesuai diberi nilai 3, jawaban tidak
sesuai diberi nilai 2 dan jawaban sangat tidak sesuai diberi nilai 1. Sebaliknya
pembobotan jawaban negatif adalah, sangat tidak sesuai diberi nilai 4, jawaban tidak
sesuai diberi nilai 3, jawaban sesuai diberi nilai 2 dan jawaban sangat sesuai diberi nilai 1.
Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi tingkat religiusitas dan semakin
rendah skor yang diperoleh semakin rendah tingkat religiusitas.
Tabel 1
Blueprint Skala Tingkat Religiusitas
No. Butir
No Butir
No
Dimensi
Favorable
1.
Ideologi
27,33
4,10,23,26,
7
2.
Ritual
2,14,18,24,29
8,11,16, 19,20,30,34
12
3.
Pengalaman
12,25,32,35
1,15,17,21
8
4.
Konsekuensi
3,6,7,22
5,9,13,28,31
9
Unfavorable
Jumlah
Jumlah
35
C. MA’HAD SUNAN AMPEL AL-‘ALY
Sejak tahun 2000, UIN Malang membangun pondok pesantren dalam kampus yang
diberi nama Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) untuk memberikan resonansi dalam
mewujudkan lembaga pendidikan tinggi Islam yang ilmiah-religius, sekaligus sebagai bentuk
penguatan terhadap pembentukan lulusan yang intelek profesional yang ulama dan/atau ulama
yang intelek profesional. Eksistensi ma‟had dalam konteks pendidikan Islam terbukti mampu
memberikan sumbangan besar pada hajat besar bangsa Indonesia melalui alumninya dalam
mengisi pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian, keberadaan ma‟had dalam
komunitas perguruan tinggi Islam merupakan keniscayaan yang akan menjadi pilar penting
dari bangunan akademik.
Dengan mendasarkan pada argumentasi itu, UIN Malang memandang bahwa
pendirian ma‟had sangat urgen untuk direalisasikan sehingga dapat berjalan secara integral
dan sistematis dengan visi dan misi UIN Malang.
Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly memiliki visi terwujudnya pusat pemantapan akidah,
akhlak mulia, amal shalih dan pengembangan ilmu keislaman; sebagai pusat informasi
pesantren; dan sebagai sendi terciptanya masyarakat muslim Indonesia yang cerdas, dinamis,
kreatif, damai dan sejahtera. Ma‟had ini sangat kondusif untuk melatih mahasiswa berdisiplin,
hidup teratur dan tertib, membantu mereka untuk lebih bertanggung jawab terhadap
masyarakat (to learn to live together) dan sarana untuk menggali profesionalisme mahasiswa
dalam program studi yang diminati. Dengan hadirnya sebuah ma‟had di dalam kampus ini,
diharapkan akan tercipta suasana kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa yang
memiliki kemantapan akidah dan spiritual, keagungan akhlak atau moral, keluasan ilmu dan
kematangan profesional. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Ma‟had adalah:

Terciptanya suasana kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa yang
memiliki kemantapan akidah dan spiritual, keagungan akhlak atau moral, keluasan
ilmu dan kemantapan profesional

Terciptanya suasana yang kondusif bagi pengembangan kegiatan keagamaan

Terciptanya bi'ah lughawiyah yang kondusif bagi pengembangan bahasa Arab dan
Inggris

Terciptanya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan minat dan bakat
Gedung ma‟had yang terdiri Unit al-Ghazali, Unit Ibn Sina, Unit Ibn Rusyd, Unit al-
Farabi dan Unit Ibn Khaldun ini mampu menampung 1.500 mahasiswa. Saat ini sudah
dibangun gedung baru dengan daya tampung 1.500 orang. Dengan demikian, ma‟had ini
memiliki daya tampung 3.000 mahasiswa. Mereka adalah para mahasiswa baru yang wajib
tinggal di dalamnya selama satu tahun penuh (dua semester). Selama tinggal di ma‟had, para
mahasiswa harus mengikuti disiplin dan kegiatan yang dijadwalkan. Di antara program dan
kegiatan yang dimaksudkan adalah:

Kajian kitab-kitab klasik dan kontemporer yang berkaitan dengan ilmu-ilmu al-Qur‟an
dan al-Hadits, Fiqh dan Usul al-Fiqh, Akidah, Akhlak dan Tasawuf

Pembelajaran al-Qur‟an yang meliputi tiga jenjang: Tashwit, Qira’ah dan Tarjamah
wa Tafsir

Ta’lim al-Lughah (pembelajaran bahasa) dalam bentuk pengayaan kosa kata (tazwid
al-lughah), praktik berbahasa (tatbiq al-lughah) dan diskusi dan dialog seputar bahasa
(halaqah lughah)

Pengembangan minat dan bakat santri di bidang keagamaan, keilmuan, jurnalistik,
kesenian dan olah raga

Penelitian dan diklat kepesantrenan
2. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestas dan prestasi akademik di tinjau dari
jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru, asal sekolah, jenis kelamin,asal fakultas pada
mahasantri baru di Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang
b. Ada hubungan yang positif antara religiusitas dan prestasi akademik di tinjau dari jalur
seleksi penerimaan mahasiswa baru, asal sekolah, jenis kelamin,asal fakultas pada
mahasantri baru di Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang
c. Ada hubungan yang positif antara prestasi akademik di tinjau dari jalur seleksi
penerimaan mahasiswa baru, asal sekolah, jenis kelamin,asal fakultas pada mahasantri
baru di Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
METODE PENELITIAN
A. Idetifikasi variable penelitian
1. Variabel bebas
a. Jalur seleksi Penerimaan mahasiswa baru:1) PMDK, 2)REGULER, 3)SPMB
b. Asal sekolah: 1)SMA, 2)MAN, 3)PONDOK PESANTREN, 4)SMK
c. Jenis Kelamin: 1) Pria, 2) Wanita
d. Fakultas: 1) TARBIYAH, 2) SYARIAH, 3) HUMBUD, 4)EKONOMI, 5)
SAINTEK, 6)PSIKOLOGI
2. Variabel Terikat
a. Motivasi berprestasi :
b. Religiusitas
c. Prestasi akademik
B. Defnisi operasional
Definisi operasional diperlukan karena definisi tersebut akan menujuk pada alat
pengambilan data yang cocok
digunakan dan
untuk
mencegah kesalah pahaman
pengertian terhadap data yang dikumpulkan, disamping supaya variabel yang akan dapat
dimengerti secara praktis (Suryabarata, 1990)
Adapun definisi operasional variable penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas
a. Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru : Jalur yang digunakan untuk seleksi
penerimaan mahasiswa baru.
b. Asal Sekolah: Asal sekolah mahasantri
c. Jenis Kelamin Fakultas: jenis kelamin mahasantri
2. Variabel Terikat
a. Motivasi
Berprestasi: dorongan yang dimiliki individu (siswa) dalam rangka
untuk mencapai taraf prestasi yang tinggi yang tercermin dengan wujud
aktifitas seperti berambisi, rajin, aktif, meningkatkan status sosial,
bersaing
memerlukan
umpan
balik
segera,
memperhitungkan
keberhasilan dan menyatu dengan tugas
b. Religiusitas : mengikat ini berarti religi (agama) memiliki aturan-aturan atau
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya,
semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan menyatukan diri seseorang
atau sekelompok orang dalam berhubungan dengan Tuhannya, semua
manusia dan alam sekitarnya (Drikarya dalam Subandi, 1988)
c.Prestasi Akademik: Nilai Indek Prestasi (IP) Mahasantri
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data
mengenai yang diteliti (Azwar , 2002).
Subjek penelitian yang akan digunakan adalah mahasiswa UIN Malang semester I
yang diambil secara random sebanyak 318 orang
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dengan teknik tryout
terpakai. Teknik tryout terpakai ini menggunakan item-item yang valid saja untuk dianalisis
lebih lanjut. Penggunaan skala-skala ini didasarkan pada, bahwa pertanyaan sebagai stimulus
tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari diri
subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan (azwar,1999). Skala
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Skala motivasi berprestasi. Aspek-aspek yang diukur adalah mengambil resiko yang
moderat, memerlukan umpan balik dengan segera, memperhitungkan keberhasilan, menyatu
dengan tugas.
Setiap aspek terdiri dari beberapa butir pertanyaan, dengan empat kategori jawaban,
sehingga skor iap butir berkisar antara satu sampai empat. Pemberian skor untuk tiap butir
pertanyaan adalah 4 untuk jawaban sangat setuju (SS),nilai 3 untuk jawaban setuju (S ),
nilai 2 untuk jawaban tidak setuju, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS ),
sedangkan untuk item unfavorale
4 untuk jawaban sangat setuju (STS),nilai
3 untuk
jawaban setuju (TS), nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (S), nilai 1 untuk jawaban sangat
tidak setuju .
Tabel 1 : Blue Print Motivasi Berprestasi
No
Faktor
Butir
Total
1
Mengambil
resiko
Fovourable
Unfovourable
13,21,31,40,41,43,45,56.
7,12,15,27,28,34,52,59
1,2,19,20,25,46
8,37,38,42,51,53,58,6,3 13
16
yang
Moderat
2
Memerlukan
umpan
balik
dengan segera
3
Memperhitingkan 6,9,11,18,29,39,47,54,57,61,64
5,10,44,50,62,65,66,68
13
17,22,23,33,49,60
18
keberhasilan
4
Menyatu dengan 3,4,14,,16,24,26,30,32,35,36,4
tugas
8,55,69,70,
35
Jumlah
2.
25
Skala religiusitas. Aspek yang diukur adalah idiologi, ritual, pengalaman, dan
konsekuensi
TABEL 2: Blue Print Religiusitas
No. Butir
No Butir
Dimensi
Favorable
Unfavorable
1.
Ideologi
27,33
4,10,23,26,
7
2.
Ritual
2,14,18,24,29
8,11,16, 19,20,30,34
12
3.
Pengalaman
12,25,32,35
1,15,17,21
8
4.
Konsekuensi
3,6,7,22
5,9,13,28,31
9
No
Jumlah
35
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas
atau kesahihan mempermasalahkan apakah instrument yang digunakan
betul -betul dapat mengukur aspek-aspek yang dimaksud. Validitas menurut Carmine dan
Zeller (1988) adalah mengukur seperti apa yang diharapkan. Artinya bahwa alat ukur tersebut
dikatakan valid jika mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai
dengan maksud pengukuran tersebut
Kesahihan butir skala
dinyatakan secara empiris oleh suatu koofisien
tertentu. Koefisien validitas memiliki makna
validitas
jika bergerak dari 0.00 sampai 1.00. Uji
validitas butir skala motivasi berpestasi dan religiusitas akan menggunakan koefisien daya
beda >0.225 dengan alasan untuk mencakup semua kawasan ukur yang hendak diukur .
Semua butir yang dianggap valid hanyalah butir yan memiliki koefisien daya beda
>0.225 dan tingkat peluan ralat p tidak lebih dari 5 persen (p <0.05). Teknik yang digunakan
untuk menguji validitas butir kedua skala tersebut akan menggunakan SPSS VERSI 16.
1) Validitas skala motivasi berprestasi
Koefisien validitas pada skala motivasi berprestasi bergerak antara 0.071-0.541
terdapat 13 item yang gugur. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam table beriku.‟
Tabel 3: Uji kesahihan Butir
Butir Sahih
Butir gugur
1, 2, 3, 4,6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13,
5,15,16, 17,23, 24, 28,
14,18, 19, 20, 21,22, 25, 26, 27,
32, 33,37, 40, 41, 64
29, 30, 31, 34, 35, 36, 38,39, 42,
43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51,
52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60,
61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70
Jumlah
57
13
2) Validitas skala religiusitas
3) Koefisien validitas pada skala motivasi berprestasi bergerak antara 0.1800.563 terdapat 1 item yang gugur. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam table
berikut:
Tabel 4 : Uji Kesahihan Butir
Butir Sahih
Butir gugur
1, 2, 3, 5,6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13,
4
14,15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,22,23, 24,
25, 26, 27,28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35
Jumlah
34
1
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas menggunakan metode konsistensi internal, yaitu hanya memerlu
kan satu kali penyajian tes
sehinga masalah yang timbul akibat penyajian yang
berulang dapat dihindari. Salah satu prosedur dalam metode konsistensi internal yang
digunakan adalah teknik Cronbach‟s
Coeffisient Alpha.Teknik tersebu dapat
digunakan untuk menguji skala,angket maupun tes dengan tingkat kesukaran
seimbang atau hampir seimbang.
Hasil dari perhitungan koefisien reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach‟s
pada skala motivasi berprestasi
koefisien Alpha =0.897 sedangkan untuk skala
religiusitas koefisien Alpha =0.865. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
indeks koefisien reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini memiliki taraf reliabilitas
yang baik. Hasil perhitunganreliabilitas selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.
F. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
dalam
tiga
tahap,
yang
terdiri
dari
tahap
persiapan,pengumpulan data, dan tahap penganalisaan data.
1. Tahap persiapan
Persiapan penelitian dimulai dengan mengajukan permohonan ijin
ke ketua
MA‟HAD SUNAN AMPEL AL-ALY UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini dilakukan setelah surat ijin penelitian disampaikan ijin ke ketua MA‟HAD
SUNAN AMPEL AL-ALY UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG berdasarkan surat
ijin tersebut maka peneliti diberi izin untuk mengadakan penelitian mengenai motivasi
berprestasi,religusitas,prestasi akademik ditinjau dari jalur seleksi, jenis kelamin ,asal sekolah
dan fakultas. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu motivasi berprestasi dan
religiusitas.
Cara pengumpulan data yang disepakati dengan pimpinan Ma‟had adalah dilakukan
tiap Mab‟na yang dikoordinasi oleh Musrif/Musrifah disesuaikan dengan waktu yang subjek
penelitian miliki,hal ini didasarkan pada pertimangan waktu dan keberadaan subjek penelitian
di Ma‟had sehingga agak sulit dikumpulkan dalam satu ruangan sekaligus.
3. Tahap Penganalisaan Data
Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Mengecek data yang telah terkumpul,sekaligus member skor berdasarkan
jawaban subjek terhadap kedua alat ukur
b. Menginput, menata dan mengecek kembali data sesuai dengan kebutuhan
analisi sebelum data tersebut dicetak
c. Mencetak data dan kemudian mengecek kembali hasil cetakan tersebut dengan
data yang ada sebelum data dianalisis
d. Melakukan analisis data sesuai dengan jenis analisis data yang diinginkan
dengan menggunakan jasa computer paket SPSS Versi 16
e. Penginterprestasian data.
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
menggunakan ANAVAPARAMETRIK dan ANAVA
NON PARAMETRIK UJI
KRUSKAL – WALLIS dengan menggunakan SPSS Versi 16.
Uji asumsi atau uji prasarat dlakukan sebelum dilakukannya uji hipotesis . Uji asumsi
terdiri dari normalitas sebaran dan uji homogenitas. Uji normalitas sebaran dimaksudkan
untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis sudah didistribusikan sesuai dengan
prinsip-prinsip distribusi normal. Kaidah yang digunakan adalah
jika p >0.05 maka
sebarannya dikatakan normal, dan sebaliknya jika p < 0.05 maka sebarannya dikatakan tidak
normal (Hadi, 2000).
Uji homogenitas varians ini bertujuan untuk mengetahui homogeny tidaknya variable
yang digunakan dalam penelitian
Uji hipotesis dilakukan setelah uji asumsi, karena peneliti mengetahui kondisi data
yang digunakan serta menyesuaikan analisis yang digunakan dengan data yang ada. Uji
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan ANAVAPARAMETRIK dan ANAVA NON
PARAMETRIK UJI KRUSKAL WALLIS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian disajikan untuk mengetahui beberapa data pokok yang
berkaitan dengan penelitian. Hal yang akan disajikan yaitu 1) keadaan demografik subjek
penelitian, 2) Rerata empiris dan rerata hipotesis penelitian.
1. Keadaan demografik subjek penelitian
Data demografik subjek penelitian yang digambarkan meliputi jumlah data yang
dianalisis,, asal sekolah, jenis kelamin, jalur seleksi masuk UIN, dan fakultas .
olahTabel 5: Asal Sekolah Subjek Penelitian
no
Asal Sekolah
Jumlah Subjek
Presentase
1
SMA
136
42.8
2
MAN
162
50.9
3
PONDOK
14
4.4
6
1.9
PESANTREN
4
SMK
Tabel 6: Jenis Kelamin Subjek Penelitian
no
Jenis Kelamin
Jumlah Subjek
Presentase
1
PRIA
138
43.4
2
WANITA
178
56.0
Tabel 7: Jalur Seleksi Subjek Penelitian
No
1
Jalur Seleksi
PMDK
Jumlah Subjek
55
Presentase
17.3
2
REGULER
166
52.2
3
SPMB
97
30.5
Tabel 8: Fakultas Subjek Penelitian
No
Fakultas
Jumlah Subjek
Presentase
1
TARBIYAH
115
36.2
2
SYARIAH
22
6.9
3
HUMBUD
52
16.4
4
EKONOMI
28
8.8
5
SAINTEK
75
23.6
6
PSIKOLOGI
26
8.2
2. Rerata empiris dan rerata hipotesis
Rata empiris dan rata hipotesis penelitian diperoleh dengan membandingkan skor
empiris (skor yang diperoleh) dan skor hipotesis (skor yang dimungkinkan) dari kedua
angket dalam penelitian ini, yang mengukur respon subjek berkaitan motivasi berprestasi
dan religiusitas.
Skor rerata empiris didapatkan dari hasil uji sebaran frekuensi dan histogram,
sedangkan rerata hipotesis diperoleh dari rumus sebagai berikut:
)/2}xtotal butir sahih
Keterangan:
s
Data selengkapanya mengenai rerata empiris dan rerata hipotesis mengenai motivasi
berprestasi dan religiusitas adalah sebagai berikut:
Tabel 9 : Rerata Empiris dan Rerata Hipotesis
No
Variabel
Rerata Empiris
Rerata Hipotesis
1
Motivasi Berprestasi
172.9481
142.5
2
Religiusitas
98.5692
85.00
Melalui table diatas dapat diketahui gambaran keadaan subjek penelitian secara umum
berdasarkan hasil pengukuran melalui skala yang telah di isi dengan membandingkan skor
yan diperoleh dan skor hipotetik.
Berdasarkan table diatas dapat diketahui:
a. Rerata empiris dan rerata hipotetik variabl motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi
diukur denan menggunakan skala motivasi berprestasi sebanyak 70 item terdapat 57
item sahih. Skor terendah 1 dan skor tertinggi adalah 4. Tampak dalam table diatas
bahwa secara umum subjek penelitian memiliki motivasi berprestasi termasuk baik
karena rerata empiric lebih tinggi dari rerata hipotesis.
b. Rerata empiris dan rerata hipotetik variabl religiusitas. religiusitas diukur dengan
menggunakan skala religiusitas sebanyak 35 item terdapat 34 item sahih. Skor
terendah 1 dan skor tertinggi adalah 4. Tampak dalam table diatas bahwa secara umum
subjek penelitian memiliki religiusitas termasuk baik karena rerata empiric lebih
tinggi dari rerata hipotesis.
1. HASIL UJI PRASARAT
Uji prasarat merupakan uji pendahulu sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian . Uji
prasarat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji asumsi normalitas sebaran dan uji
homogenitas
1. Tujuan dilakukan uji normalitas sebaran adalah untuk mengetahui apakah data variable
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti uji normalitas diperlukan
untuk menjawab apakah syarat sampel yang representative terpenuhi atau tidak, sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasikan serta untuk menentukan uji hipotesa yang tepat.
Uji normalitas sebaran diuji dengan menggunakan
teknik Kolmogorov-Smirnov
Googness of fit Test, SPSS Versi 16. Perhitungan skala
motivasi berprestasi
menunjukkan nilai K-S-Z=1.526 ; p=0.019 (p>0,05,signifikan). Hal ini menunjukkan
bahwa subjek penelitian berdistribusi tidak normal.
Perhitungan skala
religiusitas
menunjukkan nilai K-S-Z=0.669 ; p=0.762 (p>0,05,signifikan). Hal ini menunjukkan
bahwa
subjek
penelitian
berdistribusi
normal.
Perhitungan
pretasi
akademik
menunjukkan nilai K-S-Z=2.765 ; p=0.00 (p>0,05,signifikan). Hal ini menunjukkan
bahwa subjek penelitian berdistribusi tidak normal.
Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada table .
Tabel 10: Hasil uji Normalitas
No
Variabel
K-S-Z
p
Status
1
Motivasi Berprestasi
1.526
0.019
Tidak Normal
2
Religiusitas
0.669
0.762
Normal
3
Prestasi Akademik
2.765
0.00
Tidak Normal
2. Uji homogenitas varians
Uji homogenitas antar kelompok dilakukan dengan menggunakan Levene Statistik,SPSS
Versi 16. Hasil homogenitas dapat dilihat pada table 11 dibawah ini:
Tabel 11 : Hasil uji Homogenitas
Variabel
F
p
Status
Motivasi-jalur
2.389
0.093
Homogeny
Motivasi-asal sekolah
4.600
0.033
Tidak homogeny
Motivasi-jenis kelamin
4.600
0.033
Tidak homogeny
Motivasi-fakultas
0.661
0.654
Homogeny
Religiusitas-jalur
2.131
0.120
Homogeny
Religiusitas -asal sekolah
0.855
0.465
Homogeny
Religiusitas -jenis kelamin
1.514
0,219
Homogeny
Religiusitas -fakultas
1.281
0.272
Homogeny
Prestasi-jalur
0.419
0.658
Homogeny
Prestasi -asal sekolah
1.216
0.304
Homogeny
Prestasi -jenis kelamin
1.018
0.314
Homogeny
Prestasi -fakultas
2.388
0.038
Tidak homogeny
2.HASIL UJI HIPOTESIS
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan ANAVA PARAMETRIK dan ANAVA
NON PARAMETRIK. Hasil analisis tertera dalam table berikut:
Tabel 12: Hasil Rangkuman ANALISIS VARIAN KRUSKAL-WALLIS
MOTIVASI BERPRESTASI
Variabel
Db
Chi-Square
P
Status
Jalur seleksi
2
2.827
0.243 Signifikan
Asal Sekolah
3
3.904
0.272 Signifikan
Jenis Kelamin
1
0.129
0.720 Signifikan
Fakultas
5
39.217
0.000 Nirsgnifikan
Berdasarkan table tersebut dapat disimpulkan:
1. Tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan bila ditinjau dari jalur
seleksi, asal sekolah, dan jenis kelamin.
2. Terdapat perbedaan motivasi berpresasi yang signifikan bila ditinjau dari asal fakultas
mahasiswa baru
Tabel 13: Hasil Rangkuman ANALISIS VARIAN RELIGIUSITAS
Sumber
JALURSEL
ASALSEKO
GENDER
FAKULTAS
JALURSEL *
ASALSEKO
JALURSEL *
GENDER
JALURSEL *
FAKULTAS
ASALSEKO *
JK
Db
F
R2
.024
p
Status
3.587
.976
Signifikan
1.960 293.678
.121
Signifikan
5.388
.965
Signifikan
5.093 762.959
.000
Nirsignifikan
7.174
2
881.035
3
10.775
2
3814.794
5
232.328
4
.388
58.082
.817
150.026
2
.501
75.013
.607
1064.689
10
.711 106.469
.714
343.140
3
.763 114.380
.516
.036
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
GENDER
ASALSEKO *
FAKULTAS
GENDER *
FAKULTAS
1912.645
10
1.277 191.264
.244
2185.901
5
2.918 437.180
.014
JALURSEL *
ASALSEKO *
Signifikan
Nirsignifikan
Signifikan
424.122
2
1.415 212.061
.245
GENDER
JALURSEL *
ASALSEKO *
Signifikan
888.400
8
.741 111.050
.655
FAKULTAS
JALURSEL *
GENDER *
Signifikan
808.369
7
.771 115.481
.612
FAKULTAS
ASALSEKO *
GENDER *
Signifikan
808.029
5
1.079 161.606
.373
FAKULTAS
JALURSEL *
ASALSEKO *
Signifikan
929.936
5
1.241 185.987
Error
35955.834
240
149.816
Total
3144569.000
318
54917.978
317
GENDER *
.290
FAKULTAS
Corrected Total
Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan:
1.
Religiusitas mahasiswa UIN Malang bila ditinjau dari fakultas adalah tidak sama
2.
Terdapat interaksi antara jenis kelamin dan fakultas
3.
Religiusitas mahasiswa UIN bila ditinjau dari asal sekolah, jenis kelamin dan jalur
seleksi pada saat masuk UIN adalah sama
Tabel 14: Hasil Rangkuman ANALISIS VARIAN KRUSKAL-WALLIS
PRESTASI AKADEMIK
Variabel
Db
Chi-Square
P
Status
Jalur seleksi
2
12.800
0.002 NirSignifikan
Asal Sekolah
3
12.312
0.006 NirSignifikan
Jenis Kelamin
1
8.751
0.003 NirSignifikan
Fakultas
5
48.016
0.000 Nirsgnifikan
Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan:
1.
Prestasi akademik mahasiswa UIN bila ditinjau dari jalur seleksi,asal sekolah, jenis
kelamin dan jalur seleksi serta fakultas adalah berbeda.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka dengan singkat dapat disimpulkan bahwa:
1
Tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan bila ditinjau dari
jalur
seleksi, asal sekolah, dan jenis kelamin.
2
Terdapat perbedaan motivasi berpresasi yang signifikan bila ditinjau dari asal fakultas
mahasiswa baru
3. Religiusitas mahasiswa UIN Malang bila ditinjau dari fakultas adalah tidak sama
4. Terdapat interaksi antara jenis kelamin dan fakultas
5.
Religiusitas mahasiswa UIN bila ditinjau dari asal sekolah, jenis kelamin dan jalur seleksi
pada saat masuk UIN adalah sama
6. Prestasi akademik mahasiswa UIN bila ditinjau dari jalur seleksi,asal sekolah, jenis
kelamin dan jalur seleksi serta fakultas adalah berbeda.
B. SARAN
Setelah melihat hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial termasuk
pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial yang
disepakati oleh lingkungan itu.
2. Berbagai pengalaman yang membentuk sikap keagamaan, terutama pengalamanpengalaman mengenai keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia ini, (factor alami)
konflik moral (factor moral) dan pengalaman emosi beragama.(factor afeksi)
3. Berbagai proses pemikiran verbal atau faktor intelektual.sebagai contoh masuknya
atau beralihnya seseorang dari satu agama ke agama yang lain antaran dia menemukan
temuan ilmiah yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ada dalam kitab-kitab suci.
4. Pendirian Ma‟had sangatlah urgen untuk direalisasikan sehingga dapat berjalan secara
integral dan sistematis dengan visi dan misi uin malang
5. Mahad ini sangatlah kondusif untuk melatih mahasiswa berdisiplin , hidup teratur dan
tertib. Membantu mereka untuk lebih bertanggung jawab terhadap
masyarakat
6. Terciptanya suasana yang kondusif bagi pengembangan kegiataan keagamaan
7. Terciptanya bi‟ah highawiyah yang kondusif bagi pengembangan bahasa arab dan
Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur-an dan terjemahanya. Departemen Agama Republik Indonesia
Anwar Prabu Mangkunegara, Dr. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta. Rifeka -------------Aditama
Arikonto, Suharsimi. 1998. Prosuder penelitian Suatu pendekatan Praktek (Edisi Revisi
IV). Jakarta. PT. Rineka Cipta
-----------, 1998. Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V).
Jakarta. PT. Rineka Cipta
As‟ad, Moh S.U Psi.1991. Psikologi Industri. Yogyakarta. Liberty yogyakarta
Azwar, Saifuddin, 2003. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
-----------, 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Dep P&k, 1989. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Ekonomi untuk SMU Kelas I Edisi Ke I. PT. Tiga Serangkai Pustaka mandiri
Gerungan, 2004 Psikologi sosial. Bandung. PT. Refika Aditama
Gunarsah, Singgih D. 2000.Psikologi untuk Keluarga. Jakarta PT. BPK Gunung -----------Mulia
Hurlock. 1993.Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga
http:ms.Wiki pedia .org/wiki/keluarga
http: // Buddhistonline.com/ dhammadesna/desna7.shtml
http: //www.Depdiknas. Go. Id/Jurnal/28/Pengembangan-Model-Pembinaan-Kel.htm
http: //kunci. Or.id/tek=/kirik. Htm
Indrio Gito Sudarmo, Drs.2000.Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta. BPFE
Judiardi, Josina. Tanpa Tahun. Pengantas Psikologi Kepribadian non Psikoanalitik.
Malang
Kerlinger. 2000. Azas- azas Behavioral. Yogyakarta: UGM Press
Mahmud, Amir. 1982. Pembangunan dalam pandangan islam. Surabaya. CV Al-Ihsan
Mahmud, 1989. Psikologi Pendidikan.Bandung. PT. Tarsita
Margono. 2006 Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta
Mohammad Nur, Prof.Dr.2003. Pemotivasian Siswa Untuk belajar. Surabaya, Universitas
Negeri Surabaya
Nashori, Fuad. 2005. Profil Orang Tua anak –anak Berprestasi. Yogyakarta Insaniah.
Nashar, H. M.Ag. 2004. Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta. Delia Press
Nasution. 1883, Sosiologi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional
Nuraini, Ida. 2003. Pengantar ekonomi Mikro. Malang. UUM Press
Purwanto, Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Santosa, Agus. 1999. Sosiologi untuk SMU KELAS 2. Galaksi
Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua Dalam membentuk anak Mengembangkan
Disiplin Diri. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Suemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta
Soemanto. 1984.Psikologi Pendidikan. Malang. Bina Aksara
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Adminitrasi. Bandung: CV. Alfabeta
Suharto, dkk.2003. Ekonomi Untuk SMU KELAS II/Edisi ke- I. Agung Klaten
Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Resiarch
Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM
Sukardi, Ph.D.2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya.
Jakarta. PT. Bumu Aksara
Tadjab M.A, Drs. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya. Karya abdi tama
Wahsumidjo. 1997. Kepemimpinan dan motivasi. Jakarta. Ghalia Indonesia
Yulianto. 1994. IPS Ekonomi. Surakarta. PT. Tiga Serangkai Pustaka
Adi,A.W.1985. Hubungan Antara Keteraturan Sholat Dengan Kecemasan Pada Siswa Kelas
III SMA Muhammadiyah Magelang. Skripsi ( Tidak diterbitkan ). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM
Ancok, D & Suroso, F.N.1994. Psikologi Islam: Solusi Islam Atas Problem-Problem
Psikologi.Yogyakarta.Pustaka Pelajar
Ash Shiddieqy.TM.H.1956. Pedoman Dzikir dan Do’a. Jakarta.Bulan Bintang.
Bastaman,H.D.1995.Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami.Cetakan
Pertama.Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Daradjat. Z, 1996. Kesehatan Mental , P.T. Gunung Agung. Jakarta
Drever.J.1986.Kamus Psikologi. Jakarta. Bina Aksara
Fadjar.M &Ghofir.S.1981.Kuliah Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Surabaya. Al-Ikhas.
Hadi.S.1986.Metodologi Research 1.Yogyakarta.Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM.
Hasanat.N.U.1995. Kesehatan mental Otot Wajah Untuk Gangguan Depresi. Laporan
Penelitian. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.
Hawari.Dadang.,1996. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. PT.Dana Bhakti Prima
Yasa.Yogyakarta
Kartono.K dan Gulo.D.1987. Kamus Psikologi. Cetakan Pertama.Bandung.Pionir Jaya.
Moeljono N. & Latipun. 1999. Kesehatan Mental , UMM Press. Malang
Najati.M.U.1985. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa.Cetakan Pertama. Bandung.Penerbit Pustaka.
Nasikun.1984. Pokok-pokok Agama Islam ( Tinjauan Selintas ). Yogyakarta.Bina Usaha.
Nasution.H.1992.Thoriqot Qodriyah Naasabandiyah. Tasikmalaya.IAILM.
Noor.M.1997. Pengertian Sholat. Bulletin Al- Ihsan. Edisi No. 01/1Th.1418 H/1997.
Yogyakarta.darul Falah.
Prawitasari.J.E. 1988.Pengaruh Kesehatan mental Terhadap Keluhan Fisik Suatu Studi
Eksperimental.Laporan Penelitian.Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM
Tim
Penyusun
Kamus
Pembina
&Pengembangan
.1989.Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia.Cetakan 2.Jakarta. Balai Pustaka
Tim.1989. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 4. Jakarta. P.T. Cipta Adi Pustaka
Tim.1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 14. Jakarta. P.T. Cipta Adi Pustaka
Utami. M.S.1993. Prosedur Kesehatan mental. Laporan Penelitian.Yogyakarta. Fakultas
Psikologi UGM
Walker.C.E. Clement.P.W. Herberg. A.G.Vieght.L.1981. Clinical Prosedures For Behavior
Therapy.New Jersey. Prentice-Hall Inc.
Yakan .F. 1988. Perjalanan Aktivis Gerakan Islam. Jakarta. Germa Insani Press.
YayasanPenyelenggaraPenterjemahAl-Qur‟andan Terjemahannnya.Jakarta.Depag
Download