Perbedaan Motivasi Berprestasi ,Religiusitas, dan Prestasi Akademik ditinjau dari Jalur seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru, Asal Sekolah , Jenis Kelamin, Asal Fakultas Pada Mahasantri Baru di Mahad Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Oleh: Tristiadi Ardi Ardani.S.Psi.,M.Si.Psi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri ( UIN ) Maulana Malik Ibrahim Malang Achievement Motivation Differences, religiosity, and Academic Achievement in terms of selection Line Admissions, School of Origin, Gender, Origin of New Faculty In Mahasantri Mahad Al-Aly Sunan Ampel Islamic University (UIN) Malang Ardi Tristiadi Ardani.S.Psi., M.Si.Psi Faculty of Psychology, State Islamic University (UIN) Malang Maulana Malik Ibrahim ABSTRACT In the academic year 2007/2008, the UIN Malang conduct a selection of new admissions by 3 (three) points, ie inclination and Search Capabilities (PMDK), Selection Admissions (SPMB) National, and Regular route. The aim of this selection is to screen prospective new students who have academic qualifications and / or non-academic in accordance with required standards so as to follow and graduated from State Islamic University (UIN) Malang in accordance with the achievement and set time limits. This research is quantitative, held on June 28 to 24 November 2008 with the independent variable independent variable is the point of selection of new Admission: 1) PMDK, 2) REGULAR, 3) SPMB, the school of origin: 1) high school, 2) MAN, 3) Boarding School, 4) vocational school, Sex: 1) Male 2) Female, Faculty of: 1) MT, 2) SHARIA, 3) HUMBUD, 4th), ECONOMIC, 5) SAINTEK, 6) is a PSYCHOLOGICAL and Bound Variables Motivation achievement, religiosity, academic achievement subjects that will be used is a new student UIN Malang semester taken as many as 318 people at random. Methods of data analysis to test the hypothesis in this research is to use NON-PARAMETRIC ANAVAPARAMETRIK and ANOVA Kruskal - Wallis test using SPSS Version 16 The results of this study is there is no significant difference in achievement motivation when viewed from the point of selection, the school of origin, and sex .. but There are significant differences in motivation berpresasi when viewed from the home school freshmen. While students of UIN Malang religiosity in terms of faculty is not sama.Terdapat interaction between sex and faculty. UIN student religiosity when viewed from the school of origin, sex, and route selection at the time of admission are the same UIN Later on students' academic achievement UIN when viewed from the path selection, the school of origin, sex, and route selection as well as faculty is different. Keywords: Achievement Motivation, religiosity, and Academic Achievement, Path Selection, School of Origin, Gender, Origin of the Faculty, New Mahasantri, Mahad Al-Aly Sunan Ampel Islamic University (UIN) Malang. Posted by: Name: Ardi Tristiadi Ardani.S.Psi., M.Si.Psikolog Office Address: Faculty of Psychology, State Islamic University (UIN) Malang of Maulana Malik Ibrahim Jl.Gajayana No. Malang 50 - 65 144 Tel: 0341-551354, ext. 1119, Facsimile: 0341-572533 Email: [email protected] Hp: 081805032732 A. Latar Belakang Permasalahan Pada tahun akademik 2007/2008 ini, UIN Malang menyelenggarakan seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui 3 (tiga) jalur, yaitu Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Nasional, dan jalur Reguler. Tujuan dari seleksi tersebut adalah untuk menyaring calon mahasiswa baru yang memiliki kualifikasi akademik dan/atau non-akademik yang sesuai dengan standar yang diinginkan sehingga mampu mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang sesuai dengan prestasi dan batas waktu yang ditetapkan. Di era milenium dan industrialisasi yang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi disertai dengan pengaruh globalisasi yang melanda dunia, merupakan kondisi objektif yang harus diterima. Di sektor dunia pendidikan pun mengalami hal yang sama seiring dengan adanya otonomi daerah yang diterapkaan di Indonesia. Persaingan yang makin kompetitif antara perguruan Tinggi membuat suatu peluang adanya perbaikan mutu suatu pendidikan dalam rangka memberikan pelayan yang berstandar tinggi dan berkualitas pada mahasiswa. Dalam rangka meningkatkan mutu mau tidak mau suatu instansi pendidikan memberikan pelayanan yang profesional dan sarana belajar yang lengkap. Sarana dan prasarana itu akan menjadi bermutu apabila didukung oleh sumber daya yang berkualitas baik itu menyangkut pejabat rektorat, dosen, maupun karyawan-karyawan lainnya yang ada di UIN Malang seperti bagian administrasi, akademik, kemahasiswaan, kepegawaian dan keuangan, data dan informasi, dan karyawan di perpustakaan . Universitas Islam Negeri (UIN) Malang adalah salah satu perguruan tinggi Islam terbaik dan terdepan di Indonesia yang berdiri berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2004 tanggal 21 Juni 2004. Surat Keputusan tersebut diterbitkan menyusul Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 1/0/SKB/2004 dan Nomor ND/B.V/I/Hk.00.1/058/04 tanggal 23 Januari 2004 tentang Perubahan Bentuk Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malang menjadi Universitas Islam Negeri Malang. Sebelum menjadi sebuah universitas Islam, perjalanan panjang telah menghiasi perkembangan perguruan tinggi ini. Berawal dari sebuah Fakultas Tarbiyah yang merupakan fakultas cabang dari IAIN Sunan Ampel Surabaya yang berdiri tahun 1961, kemudian pada tahun 1997 berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, tahun 2002 menjadi Universitas Islam Indonesia-Sudan di Malang, dan pada tanggal 8 Oktober 2004 diresmikan menjadi Universitas Islam Negeri Malang oleh Presiden Republik Indonesia yang diwakili oleh Menko Kesra RI ad interim Prof. H.A. Malik Fadjar, M.Sc serta disaksikan oleh Menteri Agama RI Prof. Dr. H. Said Agil Husin al-Munawar, MA. Penelusuran terhadap metamorfosa perguruan tinggi ini menjadi sebuah universitas Islam dapat ditemukan dalam Rencana Strategis (Renstra) tentang pengembangan STAIN Malang sepuluh tahun ke depan (1998-2008). Atas perkenan Allah swt. dan berkat usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh semua pihak, selang enam tahun sejak Renstra tersebut dibuat sebuah Universitas Islam Negeri sudah berdiri di kota Malang. Sekarang, setelah menjadi Universitas Islam Negeri, obsesi besar yang ingin direalisasikan adalah menjadi pusat peradaban Islam (center of Islamic civilization), pusat keunggulan (center of exellence) serta Bilingual University sehingga Universitas ini menyandang gelar The Real Islamic University terbaik dan terkemuka di Indonesia Beranjak pada dasar pemikiran diatas, maka permasalahan yang akan dikaji secara mendalam pada penelitian ini adalah ” PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI, RELIGIUSITAS DAN PRESTASI AKADEMIK DITINJAU DARI JALUR SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU, ASAL SEKOLAH JENIS KELAMIN, ASAL FAKULTAS PADA MAHASANTRI BARU DI MA’HAD SUNAN AMPEL AL-ALY UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menyaring calon mahasiswa baru yang memiliki kualifikasi akademik atau non-akademik yang sesuai dengan standar yang diinginkan sehingga mampu mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang sesuai dengan prestasi dan batas waktu yang ditetapkan. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat antara lain terhadap : a. Secara teoritis Memberikan tambahan kajian Ilmu psikologi tentang motivasi berprestasi, religiusitas dan prestasi akademik. Dan sumbangan buat psikologi yang bisa dimanfaatkan di dunia pendidikan b. Secara praktis Memberikan tambahan khasanah dan model bagi sebuah instansi atau lembaga,pendidikan untuk menentukan kualitas mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BERPRESTASI 1. MOTIVASI BERPRESTASI Begitu sering istilah motivasi digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini menunjukan bahwa istilah motivasi tidak begitu asing bagi sebagian besar masyarakat. Orang sudah terbiasa mengatakan bahwa seorang anak tidak akan berhasil dalam studinya karena kurang motivasinya. Motivasi merupakan salah satu unsur paling penting dari pembelajaran dan satu komponen yang paling sukar untuk diukur. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses internal (dari dalam diri seseorang) yang mengatifkan, membimbing, dan mempertahankan prilaku dalam waktu rentang tertentu. Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang memuat anda berbuat, membuat anda tetap berbuat, dan menentukan kearah mana yang hendak anda perbuat. Motivasi berasal dari kata “ motive” yang mempunyai arti “ dorongan” Dorongan itu menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perbuatan. Untuk melakukan sesuatu hendaklah ada dorongan, baik dorongan itu yang datang dari dalam diri manusia maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan perkataan lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi. Sama halnya pada waktu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan pembelajaran. MC. Donald dalam tabrani, Kusnidar dan arifin menjelaskan, bahwa motivasi adalah suatu perbuatan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan belajar dan hasil belajar. Motivasi penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serat memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu. Motivasi sering disebut motif ( motive), kebutuhan (need), desakan (wish), dan dorongan (drive). Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong keingginan seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai hasil-hasil atau tujuan tertentu. Seperti yang dikatakan dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang komplek dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan kesuatu tujuan atau perangsang. motivasi dan drive Salain menggunakan kata untuk pengertian yang sama. Ia mengatakan motivasi adalah suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan kesuatu tujuan (goal) atau perangsang atau (Intencive) Menurut Vroom, motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam kegiatan yang dikehendakai. Kemudian John P. Campbell dan kawasan-kawasan menambahkan rincian dalam definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopong tingkah laku manusia. A. Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, responrespon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan. B. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan orientasi tujuan. Tingkah laku individu dapat diarahkan terhadap sesuatu. C. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (rainforce) intensitas dan arah dorong-dorong dan kekuatan – kekuatan individu. Sejalan dengan apa yang telah diuraikan diatas, Hoy dan Miskel dalam bukunya Educational Administration (1982 : 137) mengemkakan bahwamotivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan komplek, dorongan – dorongan, kebutuhan- kebutuhan, pertanyaan-pertanyaan ketegangan (tension statis) atau mekanisme – mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan –kegiatan yang dinginkan kearah pencapaian tujuan –tujuan personal. Membicarakan motivasi adalah tidak sederhana dan menuntut ketekunan dan berbagai pendekatan tersendiri. Jadi, Motivasi memproses psikologi yang mencerminkan intraksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Dan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic atau factor diluar diri yang disebut factor ekstrinsik. Dalam sebuah terjemahan, motivasi dapat diartikan adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi prilaku seseorang agar supaya mengarah tercapainya suatu tujuan. Motivasi juga dapat diartikan factor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang mengerakkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Dari beberapa uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendorong seseorang untuk berbuat atau bertindak melakukan sesuatu, guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dan secara umum, tujuan motivasi itu sendiri, untuk mengerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. 2. Teori-teori Motivasi Beberapa teori motivasi yang akan dibahas dalam penjelasan ini, diantarannya teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya pendorong, dan teori kebutuhan. A. Teori Hedonisme Teori Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang menendang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang mementingkan pada kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan, dalam menghadapi setiap persoalan manusia cenderung memilih alternatif pemecahannya yang mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan dan sebagainya. B. Teori Naluri Teori naluri, menurut teori ini manusia pada dasarnya memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut dengan naluri, yaitu: dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, naluri mengembangkan dan naluri untuk mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dari ketiga naluri pokok tersebut, maka segala kebiasaan atau tindakan-tindakan dan tingkah laku yang diperbuat oleh manusia sehari-hari merupakan dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan pada naluri mana yang kana dituju dan dikembangkan. C. Teori Reaksi yang Dipelajari Teori reaksi yang dipelajari (teori lingkungan kebudayaan). Menurut teori ini tindakan atau perilaku manusia itu berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajarai dari kebudayaan ditempat orang tersebut tinggal. Setiap orang belajar paling banyak berasal dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Apabila seseorang pendidik ingin memotivasi anak didiknya, maka hendaknya benar-benar mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang yang dipimpinya D. Teori Daya Pendorong Teori daya pendorong. Teori ini adalah perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah sejenis naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. D. Teori Kebutuhan Teori kebutuhan, teori ini beranggapan bahwa segala tindakan atau tingkah laku yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Jadi menurut teori ini apabila seseorang pendidik ingin memotivasi siswanya ia harus mengetahui terlebih dahulu kebutuhankebutuhan dari siswanya tersebut. Sementara para ahli teori pembelajaran perilaku (misalnya, Bandura, 1986;skinner, 1953) berbicara prihal motivasi untuk mendapatkan penguatan dan menghindari hukuman, para ahli teori motivasi yang lain(Maslow, 1954) lebih menyukai konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa kebutuhandasar yang harus dipenuhi kita semua adalah, rasa aman cinta, dan pemeliharaan harga diri positif. Manusia memiliki banyak kebutuhan yang akan dipenuhi ini. Maslow (1954) mengemukakan tujh hierarki atau tingkatan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi kita senua adalh makanan, rasa aman, cinta, dan pemeliharaan harga diri positif. Manusia memiliki banyak kebutuhan, untuk meramalkan kebutuhan yang akan dipenuhi ini Maslow (1954) mengemukakan tujuh hierarki atau tingkatan kebutuhan dasar yaitu: 1. Kebutuhan fisiologi, kebutuhan ini merupakan kebutihan yang bersifat primer dan fital 2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, yakni kebutuhan merasa terjamin keamanannya 3. Kebutuhan social, kebutuhan akan diakui dalam anggota kelompok. 4. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, pangkat dan sebagainya. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk mempertinggi segal [potensi prestasi yang dimiliki. Di dalam kehidupan sehari- hari dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda. Faktor- factor yang mempengaruhi adanya tingkat perbedaan, tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau falsafah hidup, cita-cita dan harapan masa depan dari tiap individu. Dengan demikian motivasi mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan dan keinginan untuk melakukan perubahan. Kebutuhan tersebut mendorong individu untuk melakukan perubahan atau mencapai apa yang diinginkannya. Jadi tujuan dari motivasi itu sendiri adalah untuk mengarahkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan atau kemauannya untuk memperoleh hasil. Menurut Mc Clelland (1974) hanya terdapat tiga kebutuhan saja yaitu: 1. Need for achievement, yaitu motivasi untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standart kesempurnaan dalm seseorang, dalam diri seseorang. 2‟ Need for affiliation, yakni kebutuhan akan kehangatan atau sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. 3. Neen for power, merupakan kebutuhan menguasai dan mempengarihi terhadap orang lain. Dalam pembahasan ini penulis menekankan pada need for achievement yaitu motifasi untuk berprestasi yang dimiliki seseorang, karena dalam diri setiap orang mempunyai keinginan atau dorongan untuk berbuat baik mungkin menuju arah yang lebih baik dan menjadi yang terbaik khususnya bagi siswa yang masih berada dibangku pendidikan. 3. Macam –Macam Motivasi Motivasi yang berada dalam diri individu terdiri dari dua macam yaitu: 1. Motivasi intrinsik, yaitu suatu kebutuhan atau dorongan kegiatan belajar dan dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar. Yang mana dorongan tersebut secara mutlak untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Kebutuhan dan dorongan yang ada adalah bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa. Kebutuhan dan dorongan yang ada adalah bertujuan meningkatkan prestasi guna mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Hal tersebut biasanya dilakukan dengan minat dan keinginan sendiri untuk meningkatkan aktifitas belajarnya, karena siswa yakin dengan demikian siswa akan dapat memperoleh hasil belajar dan prestasi sesuai dengan yang diinginkan. Motivasi berprestasi intrinsic yang mengambarkan keingginan berprestasi dengan melakukan tindakan karena adanya dorongan dari dalam dirinya. Semua keingginan itu pangkal pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar, untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan giat belajar, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar. Biasanya,kegiatan belajar dia memperkaya dirinya sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik, merupakan motivasi tidak sama sekali berkaitan dengan aktifitas belajar. Dalam artian dorongan atau keinginan siswa untuk berprestasi tidak bersumber dari minat dalam dirinya, namun keinginan tersebut ada sebab- sebab lain. Aktifitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongnan yang tidak secara mutlak berkaitan denngan aktifitas belajarsendiri. Motovasi ekstrinsik ini sebagi keinginan untuk berprerstasi karena adanya balas jasa eksternal atau upaya untuk menghindari dari hukuman. Motivasi belajar ekstrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar siswa, misalnya dari orang lain. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnnya sendiri, biarpun orang lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi itu. Maka yang harus pada motivasi ekstrinsik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya dapat dipenuhi dengan melalui belajar atau sebetulnya dapat dipenuhi dengan cara lain. Adapun yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (1) belajar demi memenuhi kewajiban (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan (4) belajar demi meningkatkan gengsi social (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang lain yang penting, misalnnya guru dan orang tua (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administratif. Dalam hal ini, peran gurulah dan juga kelurganya khususnya dalam pemenuhan sarana dan prasarana belajarnya sehingga siswa menjadi terdorong, dan mampu memotivasi dirinya sendiri agar lebih giat lagi dalm belajar sehingga dapat menghasilkan prestasi yang memuaskan. D. Pengertian motivasi berprestasi Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau peragsang. Motivasi berprestasi juga dapta disebut dangan need achievement yaitu dorongan untuk mencapai sukses yang ada dalamdiri seseorang yang dapat mengarahkan perilaku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu. Masalah motivasi siswa dalam berprestasi, merupakan masalah yang sangat kompleks. Dalam usaha memotivasi siswa tersebut, tidak ada aturan-aturan yang sederhana melainkan hanya peran orang terdekatlah, yaitu keluarga yang wajib berperan aktif dalam membangkitkan motivasi berprestasi siswa. Motivasi merupakan keinginan, hasrat dan sekaligus tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu. Pendapat lain mengatakan bahwa, motivasi, merupakan suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri manusia yang mengatur tindakannnya dengan cara tertentu. Oleh karena itu, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan atau need yang tidak terpenuhi, sehingga mengakibatkan seseorang mengalami ketidak seimbangan dan untuk mengurangi tekanan tersebut mereka melakukan usaha konkrit dalam memenuhi kebutuhan tersebut sehingga keseimbangan tercapai kembali. Sementara pendapat lain, motivasi berprestasi adalah harapan seseorang untuk mendapatkan kepuasan dalam menyelesaikan tugas yang sulit dan menantang. Apabila berbicara dalam kaitannya dengan pencapaian prestasi maka motivasi berprestasi di artikan sebgai dorongan perilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu standar keunggulan yang hasilnya dapat dievaluasi. Motivasi berprestasi telah dijabarkan sebagai factor dominan yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, kebutuhan berprestasi menggerakkan dan mengarahkan perbuatan, menopang tingkah laku dan menyeleksi perbuatan individu yang berorientasi kepada keberhasilan. Sehingga motivasi berprestasi merupakan potensi individu yang menjadi landasan utama terhadap proses pembinaan, pengembangan kepribadian dn kemmpun. Kemampuan inilah yng dominan menetukan keberhasilan seseorang. Keberhasilan yang diuraikan dalam motivasi berprestasi merupakan keberhasilan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi banyak dilakukan oleh tingkat motivasi tersebut baik motivasi intrinsic maupun ektrinsik. Artinya keberhasilan pencapaian prestasi ditentukan oleh salah satu atau kombinasi dari dua aspek diatas. Hasil belajar merupakan usaha masing-masing individu yang bersangkutan. Oleh karena itu, kualitas yang bersangkutan tentu menentukan hasil usaha belajarnya, disamping pengaruh berbagai factor eksternal seperti bimbingan belajar, pengunaan metode belajar mengajar, ketersediaaan sarana belajar dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini dapat diamati dari upaya individu yang bersangkutan dalam mencapai prestasi belajarnya. Motivasi berprestai dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapi prestasi dengan terpuji. Dalam uraian diatas, bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki individu (siswa) dalam rangka untuk mencapai taraf prestasi yang tinggi yang tercermin dengan wujud aktifitas seperti berambisi, rajin, aktif, meningkatkan status sosial, bersaing memerlukan umpan balik segera, memperhitungkan keberhasilan dan menyatu dengan tugas. Hal itu juga ditentukan oleh siswa sendiri, kalau taraf prestasi itu tercapai, siswa akan merasa puas dan memberikan pujian pada dirinya sendiri, kalau tidak berhasil dia akan kecewa dan mencela dirinya sendiri. Yang mencolok dalam motivasi berprestari itu, bukan menurut ukuran dan pandangan orang lain, melainkan menurut pandangan sendiri. E. Ciri-ciri yang memiliki motivasi berprestasi Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa need achievement merupakan kebutuhan untuk mencapai prestasi (Motivasi berprestasi). Tingkah laku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Motivasi sering juga disebut motiv (Motife), kebutuhan (Need) dan dorongan (drive). Motivasi berprestasi adalah harapan seseorang untuk mendapatkan kepuasan dalam menyelesaiakan tugas yang sulit dan menantang. Apabila berbicara dalam kaitanya dengan pencapaian prestasi maka motivasi berprestai diartikan sebagai dorongan berperilaku tertentu dalam menyelasaikan tugas dengan suatu standar keunggulan yang hasilnya dapat dievalusi (Bigge and Hunt, 1979). Huffman (et.al. 1997) ciri- ciri seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung menyukai tugas dengan tantangan pada karir dan tugas-tugas yang penuh kompetisi dengan peluang untuk tampil meyakinkan, bersedia menerima umpan balik atas prestasinya, bersedia bertanggung jawab, siap mengorbankan waktu untuk menyelesaikan tugas yang sulit, dan bekerja untuk mencapai sesuatu yang lebih dari orang lain. Sedangkan didalam bukunya Alwilsol “ Pengantar Psikologi Kepribadian non Psikoanalitik” bahwa murray banyak sekali meneliti achievement need (nachievment), menemukan pengaruh need ini pada banyak sisi kehiduan manusia. Ciri-ciri orang yang memiliki need achievement antara lain: 1. Lebih kompetitif 2. Lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilanya sendiri 3. Senang menetapkan tujuan yang menantang tetapi tetap realistik 4. Memiliki tugas yang tingkat kesulitanya cukupan yang tidak pasti apakah bisa diselesaikan atau tidak. 5. Senang dengan kerja interprener yang beresiko tetapi cocok dengan kemampuanya 6. Menolak kerja rutin 7. Bangga dengan pencapainya dan mampu menunda untuk memperoleh kepuasan yang lebih besar, sel consep positif , berprestasi disekolah. Sukar untuk menentukan apa yang dipengaruhi need achievement menjadi tinggi atau rendah. Perkembangan need achievement tentu dipengaruhi oleh model pengasuhan anak dan hubungan orang tua/lingkungan dengan anak, namun hubunganya sangat kompleks. Dari penelitian yang intensif ditemukan empat anteseden need achievement yang tinggi: 1. Orang tua dan lingkungan budaya memberikan tekanan yang cukup kuat (mengangap penting ) dalam hal berprestasi yang tinggi. 2. Anak diajar untuk percaya diri dan berusaha memantapkan tujuan menjadi orang yang berprestasi tinggi. 3. Pekerjaan orang tua mungkin berpengaruh. Ayah yang pekerjaanya melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif dapat mendorong anak dan mengembangakan motivasi berprestasi. 4. Kelas social dan pertumbuhan ekonomi (nasional) yang tinggi dapat mempengaruhi need achievement. Sehingga dengan demikian, motivasi berprestasi dalam hal ini adalah: (1) keingginan meraih sukses, (2) Keingginan untuk berprakarsa ,(3) Keingginan mendapat umpan balik, (4) Keingginan belajar / bekerja keras, (5) Menyisikan waktu untuk belajar, (6) Kesediaan menghadapi tantangan, (7) kesediaan bertanggung jawab, dan (8) kesediaan berkorban serta rajin belajar dan mengerjakan tugas. Dari hasil penelitian yang dilakukan Mc. Clelland, ada karakteristik dari orang yang memiliki kebutuhan akan berprestasi tinggi. 1. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan terhadap suatu tugas atau mencari solusi atas suatu permasalahan. Akibatnya mereka lebih suka bekerja sendiri dari pada dengan orang lain. Apabila suatu pekerjaan membutuhkan bantuan orang lain, mereka lebih suka memilih orang yang berkompeten dari pada sahabatnya‟ 2. Orang yang memiliki kebutuhanakan berprstasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung resikonya. 3. Orang yang memiliki kebutuhan akan berprestasi tinggi memiliki keingginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik atau tanggapan atas pelaksnaan tugasnya. Mereka ingin tahu seberapa baik mereka mengerjaknnya, dan mereka sangat antusias untuk mendapatkan umpan balik tidak peduli apa hasilnya baik atau buruk F. Fungsi motivasi berprestasi/ belajar Ngalim purwanto mengemukakan beberapa fungsi motivasi sebagai berikut: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagi penggerak atau motor yang melepaskan energi. Jadi dalam hal ini motivasi berfungsi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan tingkah laku yang akan dikerjakn seseorang. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai. Disi fungsi motivasi adalah sebagai sarana yang dapat memberikan arah tujuan dan kegiatan yang harus dilakukan guna mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakn yang sesuai agar tujuan tersbut dapat tercapai, dengan mengesampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Selain hal tersebut diatas fungsi lain dari motivasi sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi. Seorang akan melakukan suatu usaha karena adanya suatu motivasi . Adanya motivasi yang baik dalam diri seorang siswa untuk belajar, nantinya akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan adanya motivasi dari dalam diri siswa, siswa berusaha untuk lebih tekun lagi dalam belajar, sehingga akan mendapatkan motivsi yang lebih baik yang menjadi tujuan. Tingkat intensitas motivasi seorang siswa sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya. G. Motivasi Berprestasi Menurut Perspektif Islam Dalam Al-Qura‟an surat Al-Zumar ayat 9 dikatakan Artinya : 9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 dikatakan: Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “ berlapang-lapang dalam majelis “ maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “ berilah kamu”, maka berdililah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang – orang yang beriman diantaramu dan orang –orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Alloh maha mengetahui apa yang engkau kerjakan. Demikian juga dengan surat Al-baqoroh ayat 148 dikatakan: 148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam surat Al- Insyirah ayat 7 yang berbunyi: 6. Hai manusia, Sesungguhnya kamu Telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565] Dalam hadis juga menegaskan: Bekerjalah untuk duniamu seolah –olah engko akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati hari esok. (HR.Ibnu „Asyakir) Pada ayat dan hadis diatas merupakan sedikit contoh yang berusaha memberikan pengetahuan pada kita bagaimana seharusnya manusia sebagai mahluk sempurna, diberikan kepadanya segudang kelebihan akal dan hati, dengan itu disuruh untuk bisa mengungkap seluruh rahasia alam dan pengetahuan didalamnya Ayat-ayat dan hadits tersebut berceri ta bahwa sebuah motivasi berprestasi dapat mengantarkan manusia kearah kesempurnaan diri dan lingkungan.Motovasi berkembang dengan taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya. Berdasarkan dari penjelasan ayat tersebut bahwa motivasi berprestasi tidak selalu timbul dengan sndirinya. Motivasi berprestasi dapat ditimbulkan, diperkembangkan dan diperkuat oleh faktor – faktor lain. Makin kuat moti vasi seseorang, makin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan. Pengertian ini berarti pula bahwa motivasi dapat berubah. Menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh agama dan Alloh berjanji untuk mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat. Namun, hal itu sangat kurang berarti tanpa adanya kesungguhan serta keingginan yang kuat untuk mendalami ilmu itu sendiri. Maka dari itu semangat serta motivasi dalam meraih cita sangatlah dibutuhkan untuk menggapai apa yang kita ingginkan. B. RELIGIUSITAS 1. Pengertian Religiusitas Religius berasal dari bahasa Latin Religi yang berakar katanya adalah religure yang berarti mengikat ini berarti religi (agama) memiliki aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan menyatukan diri seseorang atau sekelompok orang dalam berhubungan dengan Tuhannya, semua manusia dan alam sekitarnya (Drikarya dalam Subandi, 1988) Thouless (1992) mengemukakan pendapat yang bersifat umum tentang religi atau agama, yang mencakup semua agama yaitu berhubungan apa yang dirasakan dengan apa yang ia percayai dengan sebagai wujud atau dzat yang lebih tinggi dari manusia, dikemukakan pula bahwa sikap keagamaan menunjukkan pada kepercayaan terhadap adanya Tuhan atau dewa-dewa sesembahan. Mangunwijaya (dalam Subandi, 1988) membedakan istilah religi atau agama dengan religiusitas, agama menunjuk pada aspek foemal dengan aturan-aturan dan kewajibankewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek yang telah ditaati oleh individu. Selanjutnya Dister (1988) mengartikan religius sebagai keberagaman karena danya internalisasi dalam diri seseorang. Sedangkan Erich Formm (dalam Hidayat, 199) memberikan pengertian agama adalah setiap sistempemikiran dan tindakan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang berfungsi memberikan pengarahan hidup serta obyek untuk dipuja. Menurut Shihab (1988) agama adalah hubungan antara makhluk dengan kholiq (sang pencipta) yang terwujud dalam sikap batinnya serta dalam ibadah yang dilakkannya dan dalam sikap keseluruhan. Anshori mendefinisikan agama sebagai suatu system credo (tata keyakinan) atas adanya yang mutlak di luar manusia dan suatu system ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggap mutlak serta suatu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lain, sesuai dan sejalan dengan tatanan agama. Jadi ada tiga pokok dalam agama yaitu tata keyakinan, tata peribadatan dan tata kaidah. Beberapa ahli berpendapat bahwa pada diri manusia terdapat adanya suatu insting atau naluri yang disebut dengan religius insting, yaitu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan religius. Prusyer (dalam Dister, 1988) berpendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang religius atau lebih tepatnya manusia merupakan makhluk yang berkembang menjadi religius. Sedangkan para neorolog (ahli syaraf) memang ada mesin syaraf di dalam lobus temporal yang memang dirancang untuk berhubungan dengan agama. Fenomena keyakinan beragama mungkin sudah terpatri dalam otak manusia (Zohar, 2000) Manusia religius yaitu manusia yang berketuhanan yang memandang segala macam bentuk kehidupan adalah merupakan suatu kesatuan atau unity (Spranger dalam Adisubrata, 1992). Secara instingtif ataupun rasional segala pengalaman kehidupan baik yang positif maupun yang negatif selalu dihubungkan dengan keseluruhan nilai kehidupan dan Tuhan yang merupakan prinsip obyektif sebagai pengalaman pribadi. Adisubrata (1992) berpendapat bahwa manusia religius adalah manusia yang struktur mental keseluruhannya secara tetap mengarah kepada pencipta nilai mutlak, memuaskan dan yang tertinggi yaitu Tuhan. Dalam kajian psikologi maupun sosiologi agama, menurut Hidayat (1999) kehidupan religius seseorang maupun kelompok terbagi menjadi dua tipe yaitu: pertama mereka yang telah menekankan pada format, simbol atau institusi agama sedangkan yang kedua adalah mereka yang lebih memperhatikan pada substansi intrinsic dari ajaran suatu agama. Tipe yang pertama cenderung mempertahankan lembaga agama yang diyakininya sebagai bentuk kesalehan dan perjuangan membela kebenaran, sedangkan tipe yang kedua cenderung menghayati nilai-nilai agama untuk meraih kepuasan batin secara individual. Tipe yang pertama sangat peka terhadap keterlibatan agama kancah politik, social dan pada tipe inilah sering terjadi konflik antar kelompok intra-agama maupun inter-agama, sedangkan yang kedua lebih menekankan kesalehan individu dengan jalan spiritual. Beberapa ahli berpendapat bahwa pada diri manusia terdapat adanya suatu insting atau naluri yang disebut religius instink, yaitu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap sesuatu di luar diri manusia (Spinks, 1963). Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan religius. Pruyser (Dalam Dister, 1982) berpendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk religius. Manusia religius yaitu manusia yang ber-Ketuhanan, yang memandang segala macam bentuk kehidupan adalah merupakan suatu kesatuan atau unity. Secara instinktif ataupun rasional segala pengalaman kehidupan baik yang positif maupun negatif selalu dihubungkan dengan keseluruhan nilai kehidupan, dan Tuhan merupakan prinsip obyektif sebagai pengalaman pribadi. Pada dasarnya bahwa manusia religius adalah manusia yang struktur mental keseluruhannya secara tetap diarahkan kepada pencipta nilai mutlak, memuaskan, dan tertinggi yaitu Tuhan Dister (1982) mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, yang artinya adanya internalisasi agama itu di dalam diri seseorang. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas keberagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah khusus) saja tetapi juga ketika melakukan aktivitas kehidupan lainnya. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang dapat dilihat mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati sanubari seseorang. 2. Dimensi Religiusitas Glock dan Stark (dalam Lindzey dan Aronson, 1975; Spilka, dkk, 1985) berpendapat bahwa religiusitas terdiri dari lima dimensi sebagai berikut: 1. Dimensi ideologi yaitu tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya. Misalnya kepercayaan tentang sifat-sifat Tuhan, adanya malaikat, surga dan neraka. 2. Dimensi ritual yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Misalnya sholat, puasa, mengaji, dan membayar zakat serta ibadah haji. 3. Dimensi pengalaman yaitu perasaan atau pengalaman keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan., merasa takut berbuat dosa atau merasa bahwa doadoanya dikabulkan Tuhan 4. Dimensi konsekuensi yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya yang sedang sakit, menolong orang yang kesulitan dan mendermakan hartanya. 5. Dimensi intelektual yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang ajaran agamanya, terutama yang ada dalam kitab suci. Menurut Clark (dalam Pouloutzian, 1996) konflik dan keraguan beragama merupakan ciri kehidupan beragama pada masa remaja yang sangat menonjol. Remaja mulai mempertanyakan dengan sangat kritis tentang ajaran-ajaran agama yang diterima begitu saja pada masa kanak-kanak. Pergaulan remaja dengan teman sebaya dan masyarakat akan menyebabkan remaja mendapatkan informasi tentang keyakinan dari agama lain. Selajutnya Paulotzian menjelaskan bahwa konflik dan keraguan merupakan suatu yang wajar dalam proses perkembangan kehidupan beragama seseorang termasuk remaja. Remaja membutuhkan landasan pemahaman rasional yang kuat dalam kehidupan beragama. Hal ini dapat dicapai dengan mempertanyakan, mengevaluasi dan membandingkan ajaran agama yang satu dengan yang lain. Dari penelitian Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1987 Subandi, 1988, Adisubrata, 1992) disebutkan bahwa religiusitas memiliki dimensi-dimensi Iman, Islam, Ihsan dan Amal. Kedua cara pembagian tersebut ternyata memiliki kesesuaian yaitu dimensi Iman sebagai religious beliefs, diemnsi Islam sebagai religious practice, dimensi ihsan sebagai religious feeling, dimensi ilmu sebagai religious knowledge dan dimensi Amal sebagai religious affect. Kelima dimensi tersebut merupakan cerminan religiusitas dan dapat digunakan sebagai dasar mengukur sejauh mana sifat religiusitas seseorang. Dinamika perkembangan religiusitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor., baik faktor lingkungan maupun faktor perkembangan. Kehidupan beragama mengalami perkembangan dari fase kehidupan yang satu ke fase kehidupan yang lain. Para ahli psikologi agama mengacu pada teori perkembangan, teori yang sering dipakai sebagai dasar adalah teori perkembangan kognitif dari Piaget dan Erickson (Palautzian, 1996). Palautzian selanjutnya mengemukakan bahwa dalam sejarah perkembangan psikologi terhadap perkembangan agama, ditambahkan bahwa kehidupan agama seseorang tidak mengalami banyak perubahan setelah dewasa. Diketauhi bahwa pada orang-orang yang dewasa awal keyakinan secara umum dan afiliasi agama tetap sama atau lebih sering menetap daripada yang berubah. Sedangkan Thouless (1992) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan religiusitas khususnya pada remaja, yaitu: a. Pengaruh Pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial yang disepakati oleh lingkungan itu. b. Berbagai pengalaman yang membentuk sikap keagamaan, terutama pengalamanpengalaman mengenai keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia ini, (factor alami) konflik moral (factor moral) dan pengalaman emosi beragama.(factor afeksi) c. Kebutuhan yang belum terpenuhi terutama kebutuhan keamanan, cinta kasih, harga diri serta adanya ancaman kematian. d. Berbagai proses pemikiran verbal atau faktor intelektual.sebagai contoh masuknya atau beralihnya seseorang dari satu agama ke agama yang lain lantaran dia menemukan temuan ilmiah yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ada dalam kitab-kitab suci. Menurut Clark (dalam Pouloutzian, 1996) konflik dan keraguan beragama merupakan ciri kehidupan beragama pada masa remaja yang sangat menonjol. Remaja mulai mempertanyakan dengan sangat kritis tentang ajaran-ajaran agama yang diterima begitu saja pada masa kanak-kanak. Pergaulan remaja dengan teman sebaya dan masyarakat akan menyebabkan remaja mendapatkan informasi tentang keyakinan dari agama lain. Selajutnya Paulotzian menjelaskan bahwa konflik dan keraguan merupakan suatu yang wajar dalam proses perkembangan kehidupan beragama seseorang termasuk remaja. Remaja membutuhkan landasan pemahaman rasional yang kuat dalam kehidupan beragama. Hal ini dapat dicapai dengan mempertanyakan, mengevaluasi dan membandingkan ajaran agama yang satu dengan yang lain. Definisi operasional Religiusitas adalah kadar kualitas keagamaan seseorang, yang dilihat dari dimensi ideologi, ritual, pengalaman, dan konsekuensi. Dalam penelitian ini akan dipergunakan skala religiusitas. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Sedangkan penentuan sampel penelitian didasarkan pada karakteristik sebagai berikut: 1. Tercatat sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 2. Berada pada semster 2 3. Selama penelitian berada di lokasi penelitian Jumlah populasi sebanyak 400 mahasiswa, berdasarkan pendapat Arikunto ( 1997) yang mengatakan bahwa apabila jumlah subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi, sedangkan apabila jumlah subjek lebih besar maka dapat diambil 10-15 % atau 20-25%. Berdasarkan pendapat di atas,maka dalam penelitian ini sumlah sample ditentukan sebanyak 25% dari populasi yang ada sehingga sampel yang diharapkan sebanyak 101 orang. Skala tingkat religiusitas Skala tingkat religiusitas yaitu skala yang mengukur tingkat religiusitas. Teknik penskalaan menggunakan skala Likert, yang pembobotannya dari jawaban positif adalah jawaban sangat sesuai diberi nilai 4, jawaban sesuai diberi nilai 3, jawaban tidak sesuai diberi nilai 2 dan jawaban sangat tidak sesuai diberi nilai 1. Sebaliknya pembobotan jawaban negatif adalah, sangat tidak sesuai diberi nilai 4, jawaban tidak sesuai diberi nilai 3, jawaban sesuai diberi nilai 2 dan jawaban sangat sesuai diberi nilai 1. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi tingkat religiusitas dan semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah tingkat religiusitas. Tabel 1 Blueprint Skala Tingkat Religiusitas No. Butir No Butir No Dimensi Favorable 1. Ideologi 27,33 4,10,23,26, 7 2. Ritual 2,14,18,24,29 8,11,16, 19,20,30,34 12 3. Pengalaman 12,25,32,35 1,15,17,21 8 4. Konsekuensi 3,6,7,22 5,9,13,28,31 9 Unfavorable Jumlah Jumlah 35 C. MA’HAD SUNAN AMPEL AL-‘ALY Sejak tahun 2000, UIN Malang membangun pondok pesantren dalam kampus yang diberi nama Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) untuk memberikan resonansi dalam mewujudkan lembaga pendidikan tinggi Islam yang ilmiah-religius, sekaligus sebagai bentuk penguatan terhadap pembentukan lulusan yang intelek profesional yang ulama dan/atau ulama yang intelek profesional. Eksistensi ma‟had dalam konteks pendidikan Islam terbukti mampu memberikan sumbangan besar pada hajat besar bangsa Indonesia melalui alumninya dalam mengisi pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian, keberadaan ma‟had dalam komunitas perguruan tinggi Islam merupakan keniscayaan yang akan menjadi pilar penting dari bangunan akademik. Dengan mendasarkan pada argumentasi itu, UIN Malang memandang bahwa pendirian ma‟had sangat urgen untuk direalisasikan sehingga dapat berjalan secara integral dan sistematis dengan visi dan misi UIN Malang. Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly memiliki visi terwujudnya pusat pemantapan akidah, akhlak mulia, amal shalih dan pengembangan ilmu keislaman; sebagai pusat informasi pesantren; dan sebagai sendi terciptanya masyarakat muslim Indonesia yang cerdas, dinamis, kreatif, damai dan sejahtera. Ma‟had ini sangat kondusif untuk melatih mahasiswa berdisiplin, hidup teratur dan tertib, membantu mereka untuk lebih bertanggung jawab terhadap masyarakat (to learn to live together) dan sarana untuk menggali profesionalisme mahasiswa dalam program studi yang diminati. Dengan hadirnya sebuah ma‟had di dalam kampus ini, diharapkan akan tercipta suasana kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa yang memiliki kemantapan akidah dan spiritual, keagungan akhlak atau moral, keluasan ilmu dan kematangan profesional. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Ma‟had adalah: Terciptanya suasana kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa yang memiliki kemantapan akidah dan spiritual, keagungan akhlak atau moral, keluasan ilmu dan kemantapan profesional Terciptanya suasana yang kondusif bagi pengembangan kegiatan keagamaan Terciptanya bi'ah lughawiyah yang kondusif bagi pengembangan bahasa Arab dan Inggris Terciptanya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan minat dan bakat Gedung ma‟had yang terdiri Unit al-Ghazali, Unit Ibn Sina, Unit Ibn Rusyd, Unit al- Farabi dan Unit Ibn Khaldun ini mampu menampung 1.500 mahasiswa. Saat ini sudah dibangun gedung baru dengan daya tampung 1.500 orang. Dengan demikian, ma‟had ini memiliki daya tampung 3.000 mahasiswa. Mereka adalah para mahasiswa baru yang wajib tinggal di dalamnya selama satu tahun penuh (dua semester). Selama tinggal di ma‟had, para mahasiswa harus mengikuti disiplin dan kegiatan yang dijadwalkan. Di antara program dan kegiatan yang dimaksudkan adalah: Kajian kitab-kitab klasik dan kontemporer yang berkaitan dengan ilmu-ilmu al-Qur‟an dan al-Hadits, Fiqh dan Usul al-Fiqh, Akidah, Akhlak dan Tasawuf Pembelajaran al-Qur‟an yang meliputi tiga jenjang: Tashwit, Qira’ah dan Tarjamah wa Tafsir Ta’lim al-Lughah (pembelajaran bahasa) dalam bentuk pengayaan kosa kata (tazwid al-lughah), praktik berbahasa (tatbiq al-lughah) dan diskusi dan dialog seputar bahasa (halaqah lughah) Pengembangan minat dan bakat santri di bidang keagamaan, keilmuan, jurnalistik, kesenian dan olah raga Penelitian dan diklat kepesantrenan 2. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : a. Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestas dan prestasi akademik di tinjau dari jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru, asal sekolah, jenis kelamin,asal fakultas pada mahasantri baru di Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) Universitas Islam Negeri (UIN) Malang b. Ada hubungan yang positif antara religiusitas dan prestasi akademik di tinjau dari jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru, asal sekolah, jenis kelamin,asal fakultas pada mahasantri baru di Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) Universitas Islam Negeri (UIN) Malang c. Ada hubungan yang positif antara prestasi akademik di tinjau dari jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru, asal sekolah, jenis kelamin,asal fakultas pada mahasantri baru di Ma‟had Sunan Ampel al-„Aly (MSAA) Universitas Islam Negeri (UIN) Malang METODE PENELITIAN A. Idetifikasi variable penelitian 1. Variabel bebas a. Jalur seleksi Penerimaan mahasiswa baru:1) PMDK, 2)REGULER, 3)SPMB b. Asal sekolah: 1)SMA, 2)MAN, 3)PONDOK PESANTREN, 4)SMK c. Jenis Kelamin: 1) Pria, 2) Wanita d. Fakultas: 1) TARBIYAH, 2) SYARIAH, 3) HUMBUD, 4)EKONOMI, 5) SAINTEK, 6)PSIKOLOGI 2. Variabel Terikat a. Motivasi berprestasi : b. Religiusitas c. Prestasi akademik B. Defnisi operasional Definisi operasional diperlukan karena definisi tersebut akan menujuk pada alat pengambilan data yang cocok digunakan dan untuk mencegah kesalah pahaman pengertian terhadap data yang dikumpulkan, disamping supaya variabel yang akan dapat dimengerti secara praktis (Suryabarata, 1990) Adapun definisi operasional variable penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas a. Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru : Jalur yang digunakan untuk seleksi penerimaan mahasiswa baru. b. Asal Sekolah: Asal sekolah mahasantri c. Jenis Kelamin Fakultas: jenis kelamin mahasantri 2. Variabel Terikat a. Motivasi Berprestasi: dorongan yang dimiliki individu (siswa) dalam rangka untuk mencapai taraf prestasi yang tinggi yang tercermin dengan wujud aktifitas seperti berambisi, rajin, aktif, meningkatkan status sosial, bersaing memerlukan umpan balik segera, memperhitungkan keberhasilan dan menyatu dengan tugas b. Religiusitas : mengikat ini berarti religi (agama) memiliki aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan menyatukan diri seseorang atau sekelompok orang dalam berhubungan dengan Tuhannya, semua manusia dan alam sekitarnya (Drikarya dalam Subandi, 1988) c.Prestasi Akademik: Nilai Indek Prestasi (IP) Mahasantri C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai yang diteliti (Azwar , 2002). Subjek penelitian yang akan digunakan adalah mahasiswa UIN Malang semester I yang diambil secara random sebanyak 318 orang D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dengan teknik tryout terpakai. Teknik tryout terpakai ini menggunakan item-item yang valid saja untuk dianalisis lebih lanjut. Penggunaan skala-skala ini didasarkan pada, bahwa pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan (azwar,1999). Skala yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Skala motivasi berprestasi. Aspek-aspek yang diukur adalah mengambil resiko yang moderat, memerlukan umpan balik dengan segera, memperhitungkan keberhasilan, menyatu dengan tugas. Setiap aspek terdiri dari beberapa butir pertanyaan, dengan empat kategori jawaban, sehingga skor iap butir berkisar antara satu sampai empat. Pemberian skor untuk tiap butir pertanyaan adalah 4 untuk jawaban sangat setuju (SS),nilai 3 untuk jawaban setuju (S ), nilai 2 untuk jawaban tidak setuju, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS ), sedangkan untuk item unfavorale 4 untuk jawaban sangat setuju (STS),nilai 3 untuk jawaban setuju (TS), nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (S), nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju . Tabel 1 : Blue Print Motivasi Berprestasi No Faktor Butir Total 1 Mengambil resiko Fovourable Unfovourable 13,21,31,40,41,43,45,56. 7,12,15,27,28,34,52,59 1,2,19,20,25,46 8,37,38,42,51,53,58,6,3 13 16 yang Moderat 2 Memerlukan umpan balik dengan segera 3 Memperhitingkan 6,9,11,18,29,39,47,54,57,61,64 5,10,44,50,62,65,66,68 13 17,22,23,33,49,60 18 keberhasilan 4 Menyatu dengan 3,4,14,,16,24,26,30,32,35,36,4 tugas 8,55,69,70, 35 Jumlah 2. 25 Skala religiusitas. Aspek yang diukur adalah idiologi, ritual, pengalaman, dan konsekuensi TABEL 2: Blue Print Religiusitas No. Butir No Butir Dimensi Favorable Unfavorable 1. Ideologi 27,33 4,10,23,26, 7 2. Ritual 2,14,18,24,29 8,11,16, 19,20,30,34 12 3. Pengalaman 12,25,32,35 1,15,17,21 8 4. Konsekuensi 3,6,7,22 5,9,13,28,31 9 No Jumlah 35 E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas atau kesahihan mempermasalahkan apakah instrument yang digunakan betul -betul dapat mengukur aspek-aspek yang dimaksud. Validitas menurut Carmine dan Zeller (1988) adalah mengukur seperti apa yang diharapkan. Artinya bahwa alat ukur tersebut dikatakan valid jika mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan maksud pengukuran tersebut Kesahihan butir skala dinyatakan secara empiris oleh suatu koofisien tertentu. Koefisien validitas memiliki makna validitas jika bergerak dari 0.00 sampai 1.00. Uji validitas butir skala motivasi berpestasi dan religiusitas akan menggunakan koefisien daya beda >0.225 dengan alasan untuk mencakup semua kawasan ukur yang hendak diukur . Semua butir yang dianggap valid hanyalah butir yan memiliki koefisien daya beda >0.225 dan tingkat peluan ralat p tidak lebih dari 5 persen (p <0.05). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas butir kedua skala tersebut akan menggunakan SPSS VERSI 16. 1) Validitas skala motivasi berprestasi Koefisien validitas pada skala motivasi berprestasi bergerak antara 0.071-0.541 terdapat 13 item yang gugur. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam table beriku.‟ Tabel 3: Uji kesahihan Butir Butir Sahih Butir gugur 1, 2, 3, 4,6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13, 5,15,16, 17,23, 24, 28, 14,18, 19, 20, 21,22, 25, 26, 27, 32, 33,37, 40, 41, 64 29, 30, 31, 34, 35, 36, 38,39, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70 Jumlah 57 13 2) Validitas skala religiusitas 3) Koefisien validitas pada skala motivasi berprestasi bergerak antara 0.1800.563 terdapat 1 item yang gugur. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam table berikut: Tabel 4 : Uji Kesahihan Butir Butir Sahih Butir gugur 1, 2, 3, 5,6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13, 4 14,15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,22,23, 24, 25, 26, 27,28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35 Jumlah 34 1 2. Reliabilitas Uji reliabilitas menggunakan metode konsistensi internal, yaitu hanya memerlu kan satu kali penyajian tes sehinga masalah yang timbul akibat penyajian yang berulang dapat dihindari. Salah satu prosedur dalam metode konsistensi internal yang digunakan adalah teknik Cronbach‟s Coeffisient Alpha.Teknik tersebu dapat digunakan untuk menguji skala,angket maupun tes dengan tingkat kesukaran seimbang atau hampir seimbang. Hasil dari perhitungan koefisien reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach‟s pada skala motivasi berprestasi koefisien Alpha =0.897 sedangkan untuk skala religiusitas koefisien Alpha =0.865. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa indeks koefisien reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini memiliki taraf reliabilitas yang baik. Hasil perhitunganreliabilitas selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. F. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yang terdiri dari tahap persiapan,pengumpulan data, dan tahap penganalisaan data. 1. Tahap persiapan Persiapan penelitian dimulai dengan mengajukan permohonan ijin ke ketua MA‟HAD SUNAN AMPEL AL-ALY UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG. 2. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan setelah surat ijin penelitian disampaikan ijin ke ketua MA‟HAD SUNAN AMPEL AL-ALY UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG berdasarkan surat ijin tersebut maka peneliti diberi izin untuk mengadakan penelitian mengenai motivasi berprestasi,religusitas,prestasi akademik ditinjau dari jalur seleksi, jenis kelamin ,asal sekolah dan fakultas. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu motivasi berprestasi dan religiusitas. Cara pengumpulan data yang disepakati dengan pimpinan Ma‟had adalah dilakukan tiap Mab‟na yang dikoordinasi oleh Musrif/Musrifah disesuaikan dengan waktu yang subjek penelitian miliki,hal ini didasarkan pada pertimangan waktu dan keberadaan subjek penelitian di Ma‟had sehingga agak sulit dikumpulkan dalam satu ruangan sekaligus. 3. Tahap Penganalisaan Data Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: a. Mengecek data yang telah terkumpul,sekaligus member skor berdasarkan jawaban subjek terhadap kedua alat ukur b. Menginput, menata dan mengecek kembali data sesuai dengan kebutuhan analisi sebelum data tersebut dicetak c. Mencetak data dan kemudian mengecek kembali hasil cetakan tersebut dengan data yang ada sebelum data dianalisis d. Melakukan analisis data sesuai dengan jenis analisis data yang diinginkan dengan menggunakan jasa computer paket SPSS Versi 16 e. Penginterprestasian data. G. Metode Analisis Data Metode analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan ANAVAPARAMETRIK dan ANAVA NON PARAMETRIK UJI KRUSKAL – WALLIS dengan menggunakan SPSS Versi 16. Uji asumsi atau uji prasarat dlakukan sebelum dilakukannya uji hipotesis . Uji asumsi terdiri dari normalitas sebaran dan uji homogenitas. Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis sudah didistribusikan sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal. Kaidah yang digunakan adalah jika p >0.05 maka sebarannya dikatakan normal, dan sebaliknya jika p < 0.05 maka sebarannya dikatakan tidak normal (Hadi, 2000). Uji homogenitas varians ini bertujuan untuk mengetahui homogeny tidaknya variable yang digunakan dalam penelitian Uji hipotesis dilakukan setelah uji asumsi, karena peneliti mengetahui kondisi data yang digunakan serta menyesuaikan analisis yang digunakan dengan data yang ada. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan ANAVAPARAMETRIK dan ANAVA NON PARAMETRIK UJI KRUSKAL WALLIS. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Deskripsi data penelitian disajikan untuk mengetahui beberapa data pokok yang berkaitan dengan penelitian. Hal yang akan disajikan yaitu 1) keadaan demografik subjek penelitian, 2) Rerata empiris dan rerata hipotesis penelitian. 1. Keadaan demografik subjek penelitian Data demografik subjek penelitian yang digambarkan meliputi jumlah data yang dianalisis,, asal sekolah, jenis kelamin, jalur seleksi masuk UIN, dan fakultas . olahTabel 5: Asal Sekolah Subjek Penelitian no Asal Sekolah Jumlah Subjek Presentase 1 SMA 136 42.8 2 MAN 162 50.9 3 PONDOK 14 4.4 6 1.9 PESANTREN 4 SMK Tabel 6: Jenis Kelamin Subjek Penelitian no Jenis Kelamin Jumlah Subjek Presentase 1 PRIA 138 43.4 2 WANITA 178 56.0 Tabel 7: Jalur Seleksi Subjek Penelitian No 1 Jalur Seleksi PMDK Jumlah Subjek 55 Presentase 17.3 2 REGULER 166 52.2 3 SPMB 97 30.5 Tabel 8: Fakultas Subjek Penelitian No Fakultas Jumlah Subjek Presentase 1 TARBIYAH 115 36.2 2 SYARIAH 22 6.9 3 HUMBUD 52 16.4 4 EKONOMI 28 8.8 5 SAINTEK 75 23.6 6 PSIKOLOGI 26 8.2 2. Rerata empiris dan rerata hipotesis Rata empiris dan rata hipotesis penelitian diperoleh dengan membandingkan skor empiris (skor yang diperoleh) dan skor hipotesis (skor yang dimungkinkan) dari kedua angket dalam penelitian ini, yang mengukur respon subjek berkaitan motivasi berprestasi dan religiusitas. Skor rerata empiris didapatkan dari hasil uji sebaran frekuensi dan histogram, sedangkan rerata hipotesis diperoleh dari rumus sebagai berikut: )/2}xtotal butir sahih Keterangan: s Data selengkapanya mengenai rerata empiris dan rerata hipotesis mengenai motivasi berprestasi dan religiusitas adalah sebagai berikut: Tabel 9 : Rerata Empiris dan Rerata Hipotesis No Variabel Rerata Empiris Rerata Hipotesis 1 Motivasi Berprestasi 172.9481 142.5 2 Religiusitas 98.5692 85.00 Melalui table diatas dapat diketahui gambaran keadaan subjek penelitian secara umum berdasarkan hasil pengukuran melalui skala yang telah di isi dengan membandingkan skor yan diperoleh dan skor hipotetik. Berdasarkan table diatas dapat diketahui: a. Rerata empiris dan rerata hipotetik variabl motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi diukur denan menggunakan skala motivasi berprestasi sebanyak 70 item terdapat 57 item sahih. Skor terendah 1 dan skor tertinggi adalah 4. Tampak dalam table diatas bahwa secara umum subjek penelitian memiliki motivasi berprestasi termasuk baik karena rerata empiric lebih tinggi dari rerata hipotesis. b. Rerata empiris dan rerata hipotetik variabl religiusitas. religiusitas diukur dengan menggunakan skala religiusitas sebanyak 35 item terdapat 34 item sahih. Skor terendah 1 dan skor tertinggi adalah 4. Tampak dalam table diatas bahwa secara umum subjek penelitian memiliki religiusitas termasuk baik karena rerata empiric lebih tinggi dari rerata hipotesis. 1. HASIL UJI PRASARAT Uji prasarat merupakan uji pendahulu sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian . Uji prasarat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji asumsi normalitas sebaran dan uji homogenitas 1. Tujuan dilakukan uji normalitas sebaran adalah untuk mengetahui apakah data variable yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti uji normalitas diperlukan untuk menjawab apakah syarat sampel yang representative terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan serta untuk menentukan uji hipotesa yang tepat. Uji normalitas sebaran diuji dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Googness of fit Test, SPSS Versi 16. Perhitungan skala motivasi berprestasi menunjukkan nilai K-S-Z=1.526 ; p=0.019 (p>0,05,signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian berdistribusi tidak normal. Perhitungan skala religiusitas menunjukkan nilai K-S-Z=0.669 ; p=0.762 (p>0,05,signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian berdistribusi normal. Perhitungan pretasi akademik menunjukkan nilai K-S-Z=2.765 ; p=0.00 (p>0,05,signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada table . Tabel 10: Hasil uji Normalitas No Variabel K-S-Z p Status 1 Motivasi Berprestasi 1.526 0.019 Tidak Normal 2 Religiusitas 0.669 0.762 Normal 3 Prestasi Akademik 2.765 0.00 Tidak Normal 2. Uji homogenitas varians Uji homogenitas antar kelompok dilakukan dengan menggunakan Levene Statistik,SPSS Versi 16. Hasil homogenitas dapat dilihat pada table 11 dibawah ini: Tabel 11 : Hasil uji Homogenitas Variabel F p Status Motivasi-jalur 2.389 0.093 Homogeny Motivasi-asal sekolah 4.600 0.033 Tidak homogeny Motivasi-jenis kelamin 4.600 0.033 Tidak homogeny Motivasi-fakultas 0.661 0.654 Homogeny Religiusitas-jalur 2.131 0.120 Homogeny Religiusitas -asal sekolah 0.855 0.465 Homogeny Religiusitas -jenis kelamin 1.514 0,219 Homogeny Religiusitas -fakultas 1.281 0.272 Homogeny Prestasi-jalur 0.419 0.658 Homogeny Prestasi -asal sekolah 1.216 0.304 Homogeny Prestasi -jenis kelamin 1.018 0.314 Homogeny Prestasi -fakultas 2.388 0.038 Tidak homogeny 2.HASIL UJI HIPOTESIS Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan ANAVA PARAMETRIK dan ANAVA NON PARAMETRIK. Hasil analisis tertera dalam table berikut: Tabel 12: Hasil Rangkuman ANALISIS VARIAN KRUSKAL-WALLIS MOTIVASI BERPRESTASI Variabel Db Chi-Square P Status Jalur seleksi 2 2.827 0.243 Signifikan Asal Sekolah 3 3.904 0.272 Signifikan Jenis Kelamin 1 0.129 0.720 Signifikan Fakultas 5 39.217 0.000 Nirsgnifikan Berdasarkan table tersebut dapat disimpulkan: 1. Tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan bila ditinjau dari jalur seleksi, asal sekolah, dan jenis kelamin. 2. Terdapat perbedaan motivasi berpresasi yang signifikan bila ditinjau dari asal fakultas mahasiswa baru Tabel 13: Hasil Rangkuman ANALISIS VARIAN RELIGIUSITAS Sumber JALURSEL ASALSEKO GENDER FAKULTAS JALURSEL * ASALSEKO JALURSEL * GENDER JALURSEL * FAKULTAS ASALSEKO * JK Db F R2 .024 p Status 3.587 .976 Signifikan 1.960 293.678 .121 Signifikan 5.388 .965 Signifikan 5.093 762.959 .000 Nirsignifikan 7.174 2 881.035 3 10.775 2 3814.794 5 232.328 4 .388 58.082 .817 150.026 2 .501 75.013 .607 1064.689 10 .711 106.469 .714 343.140 3 .763 114.380 .516 .036 Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan GENDER ASALSEKO * FAKULTAS GENDER * FAKULTAS 1912.645 10 1.277 191.264 .244 2185.901 5 2.918 437.180 .014 JALURSEL * ASALSEKO * Signifikan Nirsignifikan Signifikan 424.122 2 1.415 212.061 .245 GENDER JALURSEL * ASALSEKO * Signifikan 888.400 8 .741 111.050 .655 FAKULTAS JALURSEL * GENDER * Signifikan 808.369 7 .771 115.481 .612 FAKULTAS ASALSEKO * GENDER * Signifikan 808.029 5 1.079 161.606 .373 FAKULTAS JALURSEL * ASALSEKO * Signifikan 929.936 5 1.241 185.987 Error 35955.834 240 149.816 Total 3144569.000 318 54917.978 317 GENDER * .290 FAKULTAS Corrected Total Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan: 1. Religiusitas mahasiswa UIN Malang bila ditinjau dari fakultas adalah tidak sama 2. Terdapat interaksi antara jenis kelamin dan fakultas 3. Religiusitas mahasiswa UIN bila ditinjau dari asal sekolah, jenis kelamin dan jalur seleksi pada saat masuk UIN adalah sama Tabel 14: Hasil Rangkuman ANALISIS VARIAN KRUSKAL-WALLIS PRESTASI AKADEMIK Variabel Db Chi-Square P Status Jalur seleksi 2 12.800 0.002 NirSignifikan Asal Sekolah 3 12.312 0.006 NirSignifikan Jenis Kelamin 1 8.751 0.003 NirSignifikan Fakultas 5 48.016 0.000 Nirsgnifikan Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan: 1. Prestasi akademik mahasiswa UIN bila ditinjau dari jalur seleksi,asal sekolah, jenis kelamin dan jalur seleksi serta fakultas adalah berbeda. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dengan singkat dapat disimpulkan bahwa: 1 Tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan bila ditinjau dari jalur seleksi, asal sekolah, dan jenis kelamin. 2 Terdapat perbedaan motivasi berpresasi yang signifikan bila ditinjau dari asal fakultas mahasiswa baru 3. Religiusitas mahasiswa UIN Malang bila ditinjau dari fakultas adalah tidak sama 4. Terdapat interaksi antara jenis kelamin dan fakultas 5. Religiusitas mahasiswa UIN bila ditinjau dari asal sekolah, jenis kelamin dan jalur seleksi pada saat masuk UIN adalah sama 6. Prestasi akademik mahasiswa UIN bila ditinjau dari jalur seleksi,asal sekolah, jenis kelamin dan jalur seleksi serta fakultas adalah berbeda. B. SARAN Setelah melihat hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial yang disepakati oleh lingkungan itu. 2. Berbagai pengalaman yang membentuk sikap keagamaan, terutama pengalamanpengalaman mengenai keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia ini, (factor alami) konflik moral (factor moral) dan pengalaman emosi beragama.(factor afeksi) 3. Berbagai proses pemikiran verbal atau faktor intelektual.sebagai contoh masuknya atau beralihnya seseorang dari satu agama ke agama yang lain antaran dia menemukan temuan ilmiah yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ada dalam kitab-kitab suci. 4. Pendirian Ma‟had sangatlah urgen untuk direalisasikan sehingga dapat berjalan secara integral dan sistematis dengan visi dan misi uin malang 5. Mahad ini sangatlah kondusif untuk melatih mahasiswa berdisiplin , hidup teratur dan tertib. Membantu mereka untuk lebih bertanggung jawab terhadap masyarakat 6. Terciptanya suasana yang kondusif bagi pengembangan kegiataan keagamaan 7. Terciptanya bi‟ah highawiyah yang kondusif bagi pengembangan bahasa arab dan Inggris. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur-an dan terjemahanya. Departemen Agama Republik Indonesia Anwar Prabu Mangkunegara, Dr. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta. Rifeka -------------Aditama Arikonto, Suharsimi. 1998. Prosuder penelitian Suatu pendekatan Praktek (Edisi Revisi IV). Jakarta. PT. Rineka Cipta -----------, 1998. Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta. PT. Rineka Cipta As‟ad, Moh S.U Psi.1991. Psikologi Industri. Yogyakarta. Liberty yogyakarta Azwar, Saifuddin, 2003. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar -----------, 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka pelajar Dep P&k, 1989. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ekonomi untuk SMU Kelas I Edisi Ke I. PT. Tiga Serangkai Pustaka mandiri Gerungan, 2004 Psikologi sosial. Bandung. PT. Refika Aditama Gunarsah, Singgih D. 2000.Psikologi untuk Keluarga. Jakarta PT. BPK Gunung -----------Mulia Hurlock. 1993.Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga http:ms.Wiki pedia .org/wiki/keluarga http: // Buddhistonline.com/ dhammadesna/desna7.shtml http: //www.Depdiknas. Go. Id/Jurnal/28/Pengembangan-Model-Pembinaan-Kel.htm http: //kunci. Or.id/tek=/kirik. Htm Indrio Gito Sudarmo, Drs.2000.Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta. BPFE Judiardi, Josina. Tanpa Tahun. Pengantas Psikologi Kepribadian non Psikoanalitik. Malang Kerlinger. 2000. Azas- azas Behavioral. Yogyakarta: UGM Press Mahmud, Amir. 1982. Pembangunan dalam pandangan islam. Surabaya. CV Al-Ihsan Mahmud, 1989. Psikologi Pendidikan.Bandung. PT. Tarsita Margono. 2006 Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta Mohammad Nur, Prof.Dr.2003. Pemotivasian Siswa Untuk belajar. Surabaya, Universitas Negeri Surabaya Nashori, Fuad. 2005. Profil Orang Tua anak –anak Berprestasi. Yogyakarta Insaniah. Nashar, H. M.Ag. 2004. Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta. Delia Press Nasution. 1883, Sosiologi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional Nuraini, Ida. 2003. Pengantar ekonomi Mikro. Malang. UUM Press Purwanto, Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Santosa, Agus. 1999. Sosiologi untuk SMU KELAS 2. Galaksi Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua Dalam membentuk anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Suemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta Soemanto. 1984.Psikologi Pendidikan. Malang. Bina Aksara Sugiono. 2005. Metode Penelitian Adminitrasi. Bandung: CV. Alfabeta Suharto, dkk.2003. Ekonomi Untuk SMU KELAS II/Edisi ke- I. Agung Klaten Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Resiarch Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Sukardi, Ph.D.2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta. PT. Bumu Aksara Tadjab M.A, Drs. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya. Karya abdi tama Wahsumidjo. 1997. Kepemimpinan dan motivasi. Jakarta. Ghalia Indonesia Yulianto. 1994. IPS Ekonomi. Surakarta. PT. Tiga Serangkai Pustaka Adi,A.W.1985. Hubungan Antara Keteraturan Sholat Dengan Kecemasan Pada Siswa Kelas III SMA Muhammadiyah Magelang. Skripsi ( Tidak diterbitkan ). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Ancok, D & Suroso, F.N.1994. Psikologi Islam: Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi.Yogyakarta.Pustaka Pelajar Ash Shiddieqy.TM.H.1956. Pedoman Dzikir dan Do’a. Jakarta.Bulan Bintang. Bastaman,H.D.1995.Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami.Cetakan Pertama.Yogyakarta. Pustaka pelajar. Daradjat. Z, 1996. Kesehatan Mental , P.T. Gunung Agung. Jakarta Drever.J.1986.Kamus Psikologi. Jakarta. Bina Aksara Fadjar.M &Ghofir.S.1981.Kuliah Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Surabaya. Al-Ikhas. Hadi.S.1986.Metodologi Research 1.Yogyakarta.Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Hasanat.N.U.1995. Kesehatan mental Otot Wajah Untuk Gangguan Depresi. Laporan Penelitian. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM. Hawari.Dadang.,1996. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. PT.Dana Bhakti Prima Yasa.Yogyakarta Kartono.K dan Gulo.D.1987. Kamus Psikologi. Cetakan Pertama.Bandung.Pionir Jaya. Moeljono N. & Latipun. 1999. Kesehatan Mental , UMM Press. Malang Najati.M.U.1985. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa.Cetakan Pertama. Bandung.Penerbit Pustaka. Nasikun.1984. Pokok-pokok Agama Islam ( Tinjauan Selintas ). Yogyakarta.Bina Usaha. Nasution.H.1992.Thoriqot Qodriyah Naasabandiyah. Tasikmalaya.IAILM. Noor.M.1997. Pengertian Sholat. Bulletin Al- Ihsan. Edisi No. 01/1Th.1418 H/1997. Yogyakarta.darul Falah. Prawitasari.J.E. 1988.Pengaruh Kesehatan mental Terhadap Keluhan Fisik Suatu Studi Eksperimental.Laporan Penelitian.Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM Tim Penyusun Kamus Pembina &Pengembangan .1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Cetakan 2.Jakarta. Balai Pustaka Tim.1989. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 4. Jakarta. P.T. Cipta Adi Pustaka Tim.1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 14. Jakarta. P.T. Cipta Adi Pustaka Utami. M.S.1993. Prosedur Kesehatan mental. Laporan Penelitian.Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM Walker.C.E. Clement.P.W. Herberg. A.G.Vieght.L.1981. Clinical Prosedures For Behavior Therapy.New Jersey. Prentice-Hall Inc. Yakan .F. 1988. Perjalanan Aktivis Gerakan Islam. Jakarta. Germa Insani Press. YayasanPenyelenggaraPenterjemahAl-Qur‟andan Terjemahannnya.Jakarta.Depag