PENGARUH RELIGIUSITAS DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOASRI KABUPATEN MADIUN Wayan Yudhi Anggara *) [email protected] Ibnu Mahmudi **) [email protected] Diana Ariswanti Triningtyas **) [email protected] ABSTRAK Adanya pelajaran tentang agama, rutinitas dalam beribadah dan memberikan pemahaman tentang interaksi sosial yang positif bagi peserta didik akan bisa memberikan antisipasi terhadap perilaku-perilaku menyimpang khususnya seks bebas pada kalangan remaja siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya 1) Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Seks Bebas 2) Pengaruh Interaksi Sosial terhadap Perilaku Seks Bebas 3) Pengaruh Religiusitas dan Interaksi Sosial terhadap Perilaku Seks Bebas Siswa Kelas XI SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode ex-post-facto. Populasi penelitian yaitu kelas XI SMKN 1 Wonoasri dengan jumlah 360 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling diperoleh sebanyak 55 siswa atau 21% dari jumlah populasi 360 siswa. Hasil Penelitian dianalisis menggunakan rumus bangun korelasi Product Moment dan analisis regresi dua prediktor, dan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan menggunakan uji F dengan taraf signifikan 5% Dari hasil data mengenai Religiusitas dan interaksi sosial terhadap perilaku seks diperoleh Freg sebesar 123,92 dan dikonsultasikan dengan Ftabel untuk 55 adalah 3.17 , sehingga Freg >Ftabel (123,92 > 3.17). Sehingga hipotesis diterima, artinya ada pengaruh Religiusitas dan interaksi sosial terhadap perilaku seks bebas. Hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada pengaruh religiusitas terhadap perilaku seks bebas siswa kelas XI SMKN 1Wonoasri Kabupaten Madiun; (2) ada pengaruh interaksi sosial terhadap perilaku seks bebas siswa kelas XI SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun; (3) ada pengaruh religiusitas dan interaksi sosial terhadap perilaku seks bebas siswa kelas XI SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun. Kata Kunci : Religius, Interaksi Sosial, Perilaku Seks Bebas * Wayan Yudhi Anggara adalah Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN. ** Ibnu Mahmudi & Diana Ariswanti Triningtyas adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 26 berasal dari luar individu yang PENDAHULUAN Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, meliputi interaksi dalam lingkungan sosial. proses dan output. Input adalah peserta didik melaksanakan proses yang aktivitas merupakan Anshori, 1980 (dalam akan Ghufron & Risnawita, 2011:168) belajar, memberikan arti agama secara detail, dari yakni agama sebagai suatu sistem belajar mengajar sedangkan output credo (tata keyakinan atas kaidah) adalah yang yang mengatur hubungan manusia pelaksanaan dengan sesama manusia dan dengan tersebut alam sekitarnya, sesuai dengan tata hasil dari dilaksanakan. proses kegiatan proses Dari pendidikan diharapkan sumber dapat daya menghasilkan manusia yang keimanan dan tata peribadatan tersebut. berkualitas dan berdaya saing yang Semakin tinggi untuk menghadapi persaingan keimanan di era globalisasi dewasa ini. semakin baik seseorang atau tinggi maka akan mudah individu Pada era globalisasi ini cukup menghindari adanya perilaku seks banyak permasalahan yang terjadi bebas pada kalangan remaja di dalam lingkup remaja di sekolah, sekolah. Itu membuktikan bahwa diantaranya adalah perilaku seks dibutuhkan suatu religiusitas atau bebas. Perilaku seksual merupakan keyakinan terhadap agamanya dalam suatu perbuatan perilaku individu membangun keimanan dengan tujuan yang mendorong individu untuk menghindari adanya perilaku yang berbuat seks. Perilaku seks bebas menyimpang pada seks bebas pada kalangan remaja di dasarnya beberapa dipengaruhi faktor, yaitu oleh faktor khususnya perilaku sekolah. eksternal dan faktor internal. Faktor Siswa yang mempunyai eksternal yaitu faktor yang berasal religiusitas rendah, pasti akan diikuti dari dalam diri siswa, yang meliputi dengan munculnya godaan-godaan religiusitas sedangkan untuk melakukan perbuatan yang faktor eksternal adalah faktor yang dilarang oleh agama. Oleh karena itu individu Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 27 sangat dibutuhkan keimanan dan seksual pada kalangan siswa atau keyakinan untuk remaja adalah adanya interaksi sosial membentengi diri dari godaan hal- dengan lingkungan yang cenderung hal kurang positif yang dengan dilarang tujuan oleh agama termasuk perilaku seks pada remaja dibawah umur. Menurut Wulansari (2009 : 34) interaksi sosial merupakan bentuk Berdasarkan hasil observasi umum dari proses sosial dapat pada tanggal 15 Maret 2015, bahwa didefinisikan siswa SMKN 1 Wonoasri terdapat hubungan permasalahan yang berkaitan dengan individu dengan individu, kelompok kereligiusitasan dengan dan juga menyimpang aturan agama yang berlaku di sekolah sebagai timbal hubungan- balik kelompok, serta antara antara individu dengan kelompok. maupun Interaksi sosial akan masyarakat umumnya. Pendididkan menimbulkan perilaku-perilaku yang agama di sekolahan sudah berjalan berdampak semestinya, pergaulan dan individu itu sendiri. tetapi siswa masa kurang Banyak remaja sangatlah rendah akan moral mampu berinteraksi dengan baik, maupun nilai agamanya, sehingga sehingga banyak siswa yang pacaran dan menyimpang misalnya perilaku seks melebihi batas umur berhubungan bebas pada kalangan remaja itu seperti layaknya orang dewasa maka sendiri yang dapat mengakibatkan bisa adanya kedalam timbul remaja dalam sekarang ini terutama dari kalangan menjerumuskan alasan baik perilaku interaksi-interaksi kurang yang yang perilaku seks bebas. Seharusnya kurang positif di sekolah. Disamping pihak dan itu, masa remaja merupakan masa perilaku yang masih labil dan kurang adanya sekolah membina dengan mengawasi ketat siswanya agar hal-hal yang negatif kontrol salah satu nya tentang perilaku seks perilaku-perilaku yang bertentangan bebas bisa di hindari oleh siswanya. dengan Adapun faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku emosi sehingga norma-norma timbul agama termasuk perilaku seks bebas pada kalangan remaja di sekolah. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 28 Religiusitas dan interaksi sosial Namun pada yang cenderung positif diharapkan masih mampu masalah-masalah mengendalikan dan sering kenyataannya, sekali ditemukan yang berkaitan mengarahkan remaja atau individu dengan adanya perilaku seks bebas di lebih bersikap dan berperilaku positif sekolah pula, karena memang tidak cukup mudah serta individu mampu lebih menjadikan bermanfaat dan pada kalangan remaja, untuk mengatasi permasalahan yang menghindari perilaku yang kurang berkaitan dengan perilaku positif. menyimpang khususnya perilaku Salah satu indikator terjadinya seks tersebut. Sehingga sangat dan timbulnya perilaku seks adalah dibutuhkan kesadaran dari dalam diri seorang tenaga pendidik dan peran dan adanya dukungan dan interaksi tua yang kurang mampu memberikan sosial dari lingkungan yang positif. informasi tentang dampak negatif Penyebab tingginya perilaku yang berkaitan dengan seks di usia seks bebas disebabkan kurangnya dini. Oleh karena itu, sangat penting pendidikan dan pengetahuan siswa peran dalam remaja pada ilmu agama. Pengaruh perilaku- interaksi yang cenderung kurang khususnya positif yang mengarahkan remaja tenaga mengontrol perilaku pendidik timbulnya menyimpang tentang perilaku seks bebas. siswa pada pergaulan yang negatif, Sarwono, 2008 (dalam Betha, sehingga diperlukan adanya 2014:138) perilaku seksual adalah religiusitas dari dalam diri siswa dan segala tingkah laku yang didorong interaksi yang cenderung mendorong oleh hasrat seksual, baik dengan siswa lawan dengan mengurangi terjadinya perilaku seks sesama jenis. Selain peran tenaga bebas pada kalangan remaja di pendidik, sekolah. jenisnya maupun perilaku seks juga ke arah positif sehingga dipengaruhi oleh beberapa faktor, Realitas tersebut apabila tidak diantaranya faktor dalam diri siswa segera dicari solusi permasalahannya itu sendiri atau faktor internal. akan menimbulkan masalah lain yang Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling mampu menghambat 29 perkembangan siswa itu sendiri. diterjemahkan sebagai Adanya pelajaran tentang agama, keberagaman. Keberagaman rutinitas lebih melihat aspek yang ada di dalam memberikan beribadah pemahaman dan tentang dalam lubuk hati nurani interaksi sosial yang positif bagi pribadi, sikap personal yang peserta didik akan bisa memberikan sedikit banyak antisipasi terhadap perilaku-perilaku misteri orang menyimpang khususnya seks bebas menapaskan intimasi, cita rasa pada kalangan remaja siswa. yang mencakup totalitas ke KAJIAN TEORI dalam pribadi manusia, dan 1. Religiusitas bukan aspek bersifat formal. a) Pengertian Religiusitas Anshori, Gazalba, 1987 (dalam Ghufron & Risnawita, merupakan lain, karena 1980 (dalam Ghufron & Risnawita, 2011:168) memberikan arti 2011:167) reigiusitas berasal agama secara detail, yakni dari kata riligi dalam bahasa agama sebagai suatu sistem latin “riligio” yang berakar credo (tata keyakinan) atas katanya adalah religure yang kaidah) yang berati hubungan manusia mengikat. Dengan mengatur dengan demikian mengandung makna sesama manusia dan dengan bahwa religi atau agama pada alam sekitarnya, sesuai dengan umumnya tata aturan memiliki dan aturan- kewajiban- dilaksanakan oleh pemeluknya. dan tata peribadatan tersebut. kewajiban yang harus dipatuhi dan keimanan Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa religiusitas Muhaimin (dalam Naim, adalah tingkat ketaatan 2012: 124) menyatakan bahwa individu terhadap agamanya, religius memang tidak selalu hal ini ditunjukkan individu identik dengan kata agama. telah Kata menginternalisasikan religius lebih tepat Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling menghayati dan ajaran 30 agamanya sehingga berpengaruh dalam tindakan dan segala pandangan hidupnya. misalnya menunaikan shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. 3) Dimensi b) Dimensi-dimensi Religiusitas Pembagian dimensi- Glock adalah Ghufron & (dalam Risnawita, (the experiencal dimension) Dimensi Strark atau penghayatan dimensi religiusitas menurut dan feeling pengahayatan perasaan keagamaan yang pernah 2011:168) terdiri dari lima dialami dan dirasakan dimensi diantaranya : seperti merasa 1) Dimensi keyakinan (the dengan Tuhan, tentram, ideological dimension) saat Dimensi keyakinan adalah mendengar ayat kitab suci, tingkatan merasa takut berbuat dosa, sejauh mana berdoa, dekat seseorang menerima dan merasa mengakui yang terkabulkan, dalam sebagainya. hal-hal dogmatik agamanya. Misalnya senang pengetahuan agama sifat dimension) adanya doanya dan 4) Dimensi keyakinan adanya sifatTuhan, tersentuh (the intellectual Malaikat, surga, para Nabi Dimensi dan sebagainya. seberapa jauh seseorang 2) Dimensi peribadatan atau praktik agama (the ini adalah mengetahui dan memahami ajaran-ajaran ritualistic dimension) agamanya terutama yang Dimensi ada tingkatan ini adalah sejauh seseorang mana menaikkan kewajiban-kewajiban ritual dalam dalam hadist, tentang kitab suci, pengetahuan fikih, dan sebagainya. agamanya Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 31 5) Dimensi effect pengamalan atau Dimensi (the perilaku ini mencakup pemujaan, consequential dimension) ketaatan, dan hal-hal yang Dimensi dilakukan pengamalan adalah implikasi sejauh mana ajaran agama memengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sosial. Misalnya mendermakan orang menunjukkan terhadap untuk komitmen agama yang dianutnya. 3) Ketiga, Dimensi pengalaman Dimensi ini berisikan dan harta untuk keagamaan memperhatikan fakta bahwa dan sosial, menjenguk semua agama mengandung orang sakit, silahturahmi, pengharapan-pengharapan dan sebagainya. tertentu, meski tidak tepat Glock dan Stark (dalam jika dikatakan bahwa Ancok dan Suroso, 2004: 77) seseorang yang beragama juga mengemukakan dimensi- dan baik pada suatu waktu dimensi akan mencapai pengetahuan dalam religiusitas, diantaranya : subyektif 1) Pertama, Dimensi dan mengenai langsung kenyataan keyakinan atau ideologis terakhir (kenyataan terakhir Dimensi bahwa dia akan mencapai ini berisi pengharapan-pengharapan suatu dimana kekuatan super natural). orang berpegang teguh pandangan tertentu dan kebenaran religius pada dengan 4) Keempat, Dimensi theologis pengetahuan agama mengakui Dimensi ini kepada harapan doktrin-doktrin tersebut. 2) Kedua, agama kontak mengacu bahwa orang-orang yang beragama Dimensi praktik Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling paling sejumlah tidak memiliki minimal 32 pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, Berdasarkan pengertian beberapa di atas peneliti ritus-ritus, kitab suci dan berpendapat tradisi-tradisi. sosial adalah peristiwa saling 5) Kelima, Dimensi pengalaman berkomunikasi atau proses- melibatkan adanya penerimaan, Konsekuensi komitmen berlainan dari dimensi yang keempat dalam proses sosial di masyarakat yang konsekuensi agama bahwa interaksi keterbukaan, penghargaan, dan pengertian antara individu dengan individu, individu sudah dibicarakan di atas. kelompok maupun Dimensi ini mengacu pada dengan kelompok. identifikasi akibat-akibat 3. Perilaku Seks Bebas keyakinan keagamaan, Sunanti dengan kelompok (2001:30) Seks praktek, pengalaman, dan adalah kebutuhan alamiah pada pengetahuan seseorang dari setiap remaja yang sehat. Bahwa, hari ke hari. timbulnya dorongan seks (libido 2. Interaksi Sosial seksualitis) Menurut Wulansari (2009 : seksual dan tanda-tanda sekunder (misalnya, 34) interaksi sosial merupakan payudara, haid, dan mimpi basah) bentuk umum dari proses sosial merupakan salah satu ciri hakiki dapat keremajaan. didefinisikan sebagai hubungan-hubungan timbal balik Menurut May (dalam Jess antara individu dengan individu, dan kelompok dengan kelompok, serta menjelaskan bahwa seks adalah antara individu dengan kelompok. fungsi Menurut Soekanto (2009:55) Gregory, biologis dipuaskan 2010: yang melalui 58) dapat hubungan interaksi sosial merupakan dasar seksual atau cara melepaskan proses sosial, yang menunjuk tekanan seksual lainnya. pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling Menurut Sarwono, 2008 (dalam Betha, 2014:138) perilaku 33 seksual adalah segala tingkah laku interaksi sosial terhadap perilaku yang seks. didorong seksual, baik oleh hasrat dengan lawan 2. Teknik Pengumpulan Data jenisnya maupun dengan sesama Teknik pengumpulan data jenis. dalam penelitian ini menggunakan Dari beberapa definisi para teknik angket. Instrumen dalam ahli di atas dapat disimpulkan penelitian ini disesuaikan dengan bahwa perilaku seks bebas adalah teknik pengambilan data. Adapun suatu tingkah laku seksual yang metode angket yang digunakan menyimpang yang didorong oleh peneliti hasrat seksual (libido seksual) adalah angket yang merupakan ciri dari masa bentuk remaja. responden memilih jawaban yang dalam penelitian ini tertutup dalam ganda yaitu pilihan METODOLOGI PENELITIAN disediakan 1. Metode dan Desain Penelitian jawaban a (selalu), b (sering), c Metode yang digunakan dengan (kadang-kadang), pilihan d (tidak itern untuk variabel sama dalam penelitian ini menggunakan pernah). metode deskripsi korelasional ex masing-masing post facto, yaitu suatu penelitian yaitu 20 item sehingga total item ilmiah yang penelitinya tidak pertanyaan pada angket adalah 60. secara langsung memanipulasi Jumlah 3. Analisis Data dan mengendalikan satu atau lebih Untuk menganalisis variabel bebas serta mengamati digunakan rumus “regresi dua variabel terikat predictor”. untuk melihat Rumus perbedaan yang sesuai dengan bangun“Analisis Regresi Linier : manipulasi variabel-variabel itu Dua-Prediktor” sebagai berikut : (Arikunto 2010: 17). Penggunaan Koefisien korelasi antara deskriptif korelasi ex post facto kriterium Y dengan X1 dan X2 ini dipandang cukup representatif dapat diperoleh dari rumus : untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh religiusitas dan Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 34 a1 x1 y a2 x2 y Ry 1, 2 y (Arikunto, 2009: 100 ) Keterangan: 2 Freg : Harga (Suharsimi Arikunto, 2009: 387) N : Cacah Kasus Keterangan : M : Cacah Prediktor R : Koefisien korelasi Ry 1, 2 : Koefisien korelasi antara antara Y dengan X 1 dan X 2 a2 : Koefisien prediktor F garis regresi kriterium dengan prediktor-prediktor HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data X2 a1 : Koefisien prediktor a. Deskripsi Data Religiusitas Berdasarkan hasil angket X1 x y 1 yang : Jumlah produk antara X 1 dan Y x y X 2 dan Y y mengenai SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun, diperoleh hasil hitung 2 : Jumlah kuadrat kriterium Y Untuk menguji keberartian koefesien regresi secara keseluruhan digunakan uji F dengan rumus bagan sebagai berikut: Freg responden kepada Religiusitas siswa kelas XI : Jumlah produk antara 2 disebarkan R ( N m 1) m(1 R 2 ) Mean = 61,52 Median = 63,00, Modus = 63,00 dan Standart Deviasi Maximum = = 6,18. Nilai 72, Nilai Minimum = 47. Selanjutnya banyak kelas interval 5, diperoleh panjang kelas 6. 2 Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 35 Tabel 1 . Distribusi Frekuensi Data Religiusitas Dari Interval Xi Frekuensi 72-76 74 2 67- 71 69 11 62-66 64 18 57-61 59 13 52-56 54 6 47-51 49 5 data distribusi interval 5, dan diperoleh frekuensi Religiusitas di atas, panjang kelas 5. dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Interaksi sosial Interval Xi Frekuensi 69-73 71 8 64-68 66 18 59-63 61 16 Gambar 1. Data Religiusitas 54-58 56 8 b. Deskripsi Data Interaksi Sosial 49-53 51 5 Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden mengenai interaksi sosial siswa kelas XI SMKN 1 Dari frekuensi data distribusi interaksi sosial diatas, dapat disajikan sebagai berikut: Wonoasri Kabupaten Madiun, diperoleh hasil hitung Mean = 62,45, Median = 63,00, Modus = 54, dan Standart Deviasi = 6,051,Nilai Maximum = 73, Nilai Minimum Selanjutnya banyak = 49. kelas Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling Gambar 2. Data Interaksi social 36 c. Deskripsi Data Perilaku seks bebas Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden mengenai perilaku seks bebas siswa kelas XI SMK Negeri 1 Wonoasri Gambar 3. Data Perilaku seks Kabupaten Madiun, diperoleh hasil hitung Mean = 61,07, bebas 2. Hasil Pengujian Hipotesis Median = 63,00, Modus = 63, Analisis data dihitung dengan dan Standart Deviasi = 6,857. menggunakan Nilai Maximum = 74, Nilai product moment dan regresi dua Minimum = 40. Selanjutnya prediktor. Data hasil perhitungan banyak kelas interval adalah 5, sebagai berikut: dan diperoleh panjang kelas 7. a. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Frekuensi 6 11 18 10 7 2 1 55 Dari data distribusi diatas, analisis mengenai terhadap data Religiusitas perilaku seks diperoleh rhitung sebesar 0,751. Setelah dikonsultasikan dengan rtabel untuk N = 55, dengan taraf signifikan sebesar 0,05 adalah 0,266 sehingga rhitung > rtabel (0,751 > seks 0,266). Sehingga hipotesis disajikan diterima artinya ada pengaruh perilaku dapat Religiusitas terhadap perilaku Hasil Xi 71 66 61 56 51 46 41 frekuensi korelasi seks bebas Data Perilaku seks bebas Interval 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 Jumlah rumus religiusitas terhadap perilaku sebagai bekikut: seks. b. Interaksi sosial terhadap perilaku seks bebas Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 37 Hasil analisis data mengenai interaksi sosial terhadap perilaku seks SIMPULAN DAN SARAN 1. Berdasarkan hasil dari diperoleh rhitung sebesar 0,888. penelitian maka dapat diambil Setelah simpulan sebagai berikut: dikonsultasikan dengan rtabel untuk N = 55, dengan c. Simpulan taraf a. signifikan Ada Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Seks sebesar 0,05 adalah 0,266 Bebas sehingga rhitung > rtabel (0,888 SMKN > 0,266). Sehingga hipotesis Kabupaten Madiun. diterima, artinya ada pengaruh interaksi sosial b. siswa kelas XI Ada Sosial Terhadap Perilaku Seks Bebas Religiusitas SMKN interaksi sosial terhadap perilaku seks siswa kelas XI 1 Wonoasri Kabupaten Madiun. bebas c. Hasil Wonoasri Interaksi terhadap perilaku seks bebas. dan 1 Ada Pengaruh Secara analisis data Simultan Religiusitas dan mengenai Religiusitas dan Interaksi sosial Terhadap interaksi sosial terhadap Perilaku Seks Bebas Siswa perilaku seks diperoleh Freg kelas sebesar Wonoasri 123,92 dan dikonsultasikan dengan Ftabel untuk 55 adalah 3.17 , XI SMKN 1 Kabupaten Madiun. 2. sehingga Freg > Ftabel (123,92 Saran Berdasarkan > 3.17). Sehingga hipotesis diperoleh diterima, artinya ada Pengaruh pengaruh Religiusitas dan Religiusitas Dan Interaksi sosial interaksi sosial terhadap Terhadap Perilaku Seks Siswa perilaku seks bebas. hasil penelitian bahwa Secara Ada Simultan Kelas XI SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 38 Agar dapat menekan berkembang dengan terjadinya perilaku seks bebas di kepribadian yang positif kalangan siswa maka peneliti dan memberi saran sebagai berikut: perilaku-perilaku a) khususnya perilaku seks Bagi sekolah Dalam upaya menekan Para perhatian siswa diharapkan mampu mengetahui dan menyadari siswa dan Religiusitas memberikan perlunya dan giat yang melakukan interaksi guna siswa mendapat memiliki kepribadian yang informasi positif pula. maupun lingkungan sosial Bagi Guru dan Konselor dengan tujuan pencegahan positif sekolah negatif Bagi Siswa kepada tumbuh kembang kegiatan b) d) lebih memberikan menjauhi bebas pada siswa. perilaku seks pada siswa sekolah mampu supaya Sekolah Guru informasidari sekolah terjadinya perilaku seks dan konselor bebas. memantau perkembangan siswa dengan menanamkan serta religiusitas memberikan informasi-informasi dengan tujuan menekan terjadinya perilaku seks pada siswa. c) Bagi Orang tua Orang tua perlu lebih memberikan contoh dalam penanaman Religiusitas DAFTAR PUSTAKA Ancok, D. & Fuat N. S. 2004.Psikologi Islami. Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Betha, F & Ahyani, F.Jurnal Psikologi. Perilaku Seksual Pranikah Ditinjau Dari Intensitas Cinta dan Sikap Terhadap Pornografi Pada Dewasa Awal. Riau: UIN SUTAN SYARIF Riau. Didownload tanggal 1 April 2015 Pukul 08.00 pada siswa agar mampu Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 39 Feist, J.& Gregory, F. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Renika Cipta. Ghufron, N & Risnawati, R. S. 2011. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Naim, N. 2012. Character Building. Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media. Soekanto, S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2010. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Renika Cipta. Sunanti, Z. S. 2001. Perilaku Seks di Kalangan Remaja dan Permasalahannya. Media Litbang Kesehatan Volume XI Nomor 1 Tahun 2001. Puslitbang Ekologi Kesehatan. Diunduh tanggal 20 Maret 2015 pukul 18.29 Wulansari, D. 2009. Sosiologi (Konsep dan Teori). Bandung: Refika Aditama. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 40