Jurnal Bimbingan dan Konseling 26 PENGARUH RELIGIUSITAS

advertisement
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP
PERILAKU SEKS BEBAS SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 1 WONOASRI KABUPATEN MADIUN
Wayan Yudhi Anggara *)
[email protected]
Ibnu Mahmudi **)
[email protected]
Diana Ariswanti Triningtyas **)
[email protected]
ABSTRAK
Adanya pelajaran tentang agama, rutinitas dalam beribadah dan memberikan
pemahaman tentang interaksi sosial yang positif bagi peserta didik akan bisa
memberikan antisipasi terhadap perilaku-perilaku menyimpang khususnya seks
bebas pada kalangan remaja siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya 1) Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Seks Bebas 2) Pengaruh
Interaksi Sosial terhadap Perilaku Seks Bebas 3) Pengaruh Religiusitas dan
Interaksi Sosial terhadap Perilaku Seks Bebas Siswa Kelas XI SMKN 1 Wonoasri
Kabupaten Madiun.
Rancangan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
ex-post-facto. Populasi penelitian yaitu kelas XI SMKN 1 Wonoasri dengan
jumlah 360 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Simple
Random Sampling diperoleh sebanyak 55 siswa atau 21% dari jumlah populasi
360 siswa. Hasil Penelitian dianalisis menggunakan rumus bangun korelasi
Product Moment dan analisis regresi dua prediktor, dan untuk menguji koefisien
regresi secara keseluruhan menggunakan uji F dengan taraf signifikan 5%
Dari hasil data mengenai Religiusitas dan interaksi sosial terhadap perilaku
seks diperoleh Freg sebesar 123,92 dan dikonsultasikan dengan Ftabel untuk 55
adalah 3.17 , sehingga Freg >Ftabel (123,92 > 3.17). Sehingga hipotesis diterima,
artinya ada pengaruh Religiusitas dan interaksi sosial terhadap perilaku seks
bebas. Hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada pengaruh religiusitas terhadap
perilaku seks bebas siswa kelas XI SMKN 1Wonoasri Kabupaten Madiun; (2) ada
pengaruh interaksi sosial terhadap perilaku seks bebas siswa kelas XI SMKN 1
Wonoasri Kabupaten Madiun; (3) ada pengaruh religiusitas dan interaksi sosial
terhadap perilaku seks bebas siswa kelas XI SMKN 1 Wonoasri Kabupaten
Madiun.
Kata Kunci : Religius, Interaksi Sosial, Perilaku Seks Bebas
*
Wayan Yudhi Anggara adalah Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN.
** Ibnu Mahmudi & Diana Ariswanti Triningtyas adalah Dosen Program
Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI
MADIUN.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
26
berasal dari luar individu yang
PENDAHULUAN
Proses pendidikan merupakan
suatu sistem yang terdiri dari input,
meliputi interaksi dalam lingkungan
sosial.
proses dan output. Input adalah
peserta
didik
melaksanakan
proses
yang
aktivitas
merupakan
Anshori,
1980
(dalam
akan
Ghufron & Risnawita, 2011:168)
belajar,
memberikan arti agama secara detail,
dari
yakni agama sebagai suatu sistem
belajar mengajar sedangkan output
credo (tata keyakinan atas kaidah)
adalah
yang
yang mengatur hubungan manusia
pelaksanaan
dengan sesama manusia dan dengan
tersebut
alam sekitarnya, sesuai dengan tata
hasil
dari
dilaksanakan.
proses
kegiatan
proses
Dari
pendidikan
diharapkan
sumber
dapat
daya
menghasilkan
manusia
yang
keimanan
dan
tata
peribadatan
tersebut.
berkualitas dan berdaya saing yang
Semakin
tinggi untuk menghadapi persaingan
keimanan
di era globalisasi dewasa ini.
semakin
baik
seseorang
atau
tinggi
maka
akan
mudah
individu
Pada era globalisasi ini cukup
menghindari adanya perilaku seks
banyak permasalahan yang terjadi
bebas pada kalangan remaja di
dalam lingkup remaja di sekolah,
sekolah. Itu membuktikan bahwa
diantaranya adalah perilaku seks
dibutuhkan suatu religiusitas atau
bebas. Perilaku seksual merupakan
keyakinan terhadap agamanya dalam
suatu perbuatan perilaku individu
membangun keimanan dengan tujuan
yang mendorong individu untuk
menghindari adanya perilaku yang
berbuat seks. Perilaku seks bebas
menyimpang
pada
seks bebas pada kalangan remaja di
dasarnya
beberapa
dipengaruhi
faktor,
yaitu
oleh
faktor
khususnya
perilaku
sekolah.
eksternal dan faktor internal. Faktor
Siswa
yang
mempunyai
eksternal yaitu faktor yang berasal
religiusitas rendah, pasti akan diikuti
dari dalam diri siswa, yang meliputi
dengan munculnya godaan-godaan
religiusitas
sedangkan
untuk melakukan perbuatan yang
faktor eksternal adalah faktor yang
dilarang oleh agama. Oleh karena itu
individu
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
27
sangat dibutuhkan keimanan dan
seksual pada kalangan siswa atau
keyakinan
untuk
remaja adalah adanya interaksi sosial
membentengi diri dari godaan hal-
dengan lingkungan yang cenderung
hal
kurang positif
yang
dengan
dilarang
tujuan
oleh
agama
termasuk perilaku seks pada remaja
dibawah umur.
Menurut Wulansari (2009 : 34)
interaksi sosial merupakan bentuk
Berdasarkan hasil
observasi
umum dari proses sosial dapat
pada tanggal 15 Maret 2015, bahwa
didefinisikan
siswa SMKN 1 Wonoasri terdapat
hubungan
permasalahan yang berkaitan dengan
individu dengan individu, kelompok
kereligiusitasan
dengan
dan
juga
menyimpang aturan agama yang
berlaku
di
sekolah
sebagai
timbal
hubungan-
balik
kelompok,
serta
antara
antara
individu dengan kelompok.
maupun
Interaksi
sosial
akan
masyarakat umumnya. Pendididkan
menimbulkan perilaku-perilaku yang
agama di sekolahan sudah berjalan
berdampak
semestinya,
pergaulan dan individu itu sendiri.
tetapi
siswa
masa
kurang
Banyak
remaja sangatlah rendah akan moral
mampu berinteraksi dengan baik,
maupun nilai agamanya, sehingga
sehingga
banyak siswa yang pacaran dan
menyimpang misalnya perilaku seks
melebihi batas umur berhubungan
bebas pada kalangan remaja itu
seperti layaknya orang dewasa maka
sendiri yang dapat mengakibatkan
bisa
adanya
kedalam
timbul
remaja
dalam
sekarang ini terutama dari kalangan
menjerumuskan
alasan
baik
perilaku
interaksi-interaksi
kurang
yang
yang
perilaku seks bebas. Seharusnya
kurang positif di sekolah. Disamping
pihak
dan
itu, masa remaja merupakan masa
perilaku
yang masih labil dan kurang adanya
sekolah
membina
dengan
mengawasi
ketat
siswanya agar hal-hal yang negatif
kontrol
salah satu nya tentang perilaku seks
perilaku-perilaku yang bertentangan
bebas bisa di hindari oleh siswanya.
dengan
Adapun faktor-faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi perilaku
emosi
sehingga
norma-norma
timbul
agama
termasuk perilaku seks bebas pada
kalangan remaja di sekolah.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
28
Religiusitas dan interaksi sosial
Namun
pada
yang cenderung positif diharapkan
masih
mampu
masalah-masalah
mengendalikan
dan
sering
kenyataannya,
sekali
ditemukan
yang
berkaitan
mengarahkan remaja atau individu
dengan adanya perilaku seks bebas di
lebih bersikap dan berperilaku positif
sekolah
pula,
karena memang tidak cukup mudah
serta
individu
mampu
lebih
menjadikan
bermanfaat
dan
pada
kalangan
remaja,
untuk mengatasi permasalahan yang
menghindari perilaku yang kurang
berkaitan
dengan
perilaku
positif.
menyimpang
khususnya
perilaku
Salah satu indikator terjadinya
seks
tersebut.
Sehingga
sangat
dan timbulnya perilaku seks adalah
dibutuhkan kesadaran dari dalam diri
seorang tenaga pendidik dan peran
dan adanya dukungan dan interaksi
tua yang kurang mampu memberikan
sosial dari lingkungan yang positif.
informasi tentang dampak negatif
Penyebab tingginya perilaku
yang berkaitan dengan seks di usia
seks bebas disebabkan kurangnya
dini. Oleh karena itu, sangat penting
pendidikan dan pengetahuan siswa
peran
dalam
remaja pada ilmu agama. Pengaruh
perilaku-
interaksi yang cenderung kurang
khususnya
positif yang mengarahkan remaja
tenaga
mengontrol
perilaku
pendidik
timbulnya
menyimpang
tentang perilaku seks bebas.
siswa pada pergaulan yang negatif,
Sarwono, 2008 (dalam Betha,
sehingga
diperlukan
adanya
2014:138) perilaku seksual adalah
religiusitas dari dalam diri siswa dan
segala tingkah laku yang didorong
interaksi yang cenderung mendorong
oleh hasrat seksual, baik dengan
siswa
lawan
dengan
mengurangi terjadinya perilaku seks
sesama jenis. Selain peran tenaga
bebas pada kalangan remaja di
pendidik,
sekolah.
jenisnya
maupun
perilaku
seks
juga
ke
arah
positif
sehingga
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Realitas tersebut apabila tidak
diantaranya faktor dalam diri siswa
segera dicari solusi permasalahannya
itu sendiri atau faktor internal.
akan menimbulkan masalah lain
yang
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
mampu
menghambat
29
perkembangan siswa itu sendiri.
diterjemahkan
sebagai
Adanya pelajaran tentang agama,
keberagaman.
Keberagaman
rutinitas
lebih melihat aspek yang ada di
dalam
memberikan
beribadah
pemahaman
dan
tentang
dalam
lubuk
hati
nurani
interaksi sosial yang positif bagi
pribadi, sikap personal yang
peserta didik akan bisa memberikan
sedikit
banyak
antisipasi terhadap perilaku-perilaku
misteri
orang
menyimpang khususnya seks bebas
menapaskan intimasi, cita rasa
pada kalangan remaja siswa.
yang mencakup totalitas ke
KAJIAN TEORI
dalam pribadi manusia, dan
1. Religiusitas
bukan aspek bersifat formal.
a) Pengertian Religiusitas
Anshori,
Gazalba, 1987 (dalam
Ghufron
&
Risnawita,
merupakan
lain,
karena
1980
(dalam
Ghufron
&
Risnawita,
2011:168)
memberikan
arti
2011:167) reigiusitas berasal
agama secara detail, yakni
dari kata riligi dalam bahasa
agama sebagai suatu sistem
latin “riligio” yang berakar
credo (tata keyakinan) atas
katanya adalah religure yang
kaidah)
yang
berati
hubungan
manusia
mengikat.
Dengan
mengatur
dengan
demikian mengandung makna
sesama manusia dan dengan
bahwa religi atau agama pada
alam sekitarnya, sesuai dengan
umumnya
tata
aturan
memiliki
dan
aturan-
kewajiban-
dilaksanakan
oleh
pemeluknya.
dan
tata
peribadatan tersebut.
kewajiban yang harus dipatuhi
dan
keimanan
Dari berbagai pendapat
di
atas
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa religiusitas
Muhaimin (dalam Naim,
adalah
tingkat
ketaatan
2012: 124) menyatakan bahwa
individu terhadap agamanya,
religius memang tidak selalu
hal ini ditunjukkan individu
identik dengan kata agama.
telah
Kata
menginternalisasikan
religius
lebih
tepat
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
menghayati
dan
ajaran
30
agamanya
sehingga
berpengaruh
dalam
tindakan
dan
segala
pandangan
hidupnya.
misalnya
menunaikan
shalat, zakat, puasa, haji,
dan sebagainya.
3) Dimensi
b) Dimensi-dimensi Religiusitas
Pembagian
dimensi-
Glock
adalah
Ghufron
&
(dalam
Risnawita,
(the
experiencal dimension)
Dimensi
Strark
atau
penghayatan
dimensi religiusitas menurut
dan
feeling
pengahayatan
perasaan
keagamaan yang pernah
2011:168) terdiri dari lima
dialami
dan
dirasakan
dimensi diantaranya :
seperti
merasa
1) Dimensi keyakinan (the
dengan Tuhan, tentram,
ideological dimension)
saat
Dimensi keyakinan adalah
mendengar ayat kitab suci,
tingkatan
merasa takut berbuat dosa,
sejauh
mana
berdoa,
dekat
seseorang menerima dan
merasa
mengakui
yang
terkabulkan,
dalam
sebagainya.
hal-hal
dogmatik
agamanya.
Misalnya
senang
pengetahuan
agama
sifat
dimension)
adanya
doanya
dan
4) Dimensi
keyakinan adanya sifatTuhan,
tersentuh
(the
intellectual
Malaikat, surga, para Nabi
Dimensi
dan sebagainya.
seberapa jauh seseorang
2) Dimensi peribadatan atau
praktik
agama
(the
ini
adalah
mengetahui
dan
memahami
ajaran-ajaran
ritualistic dimension)
agamanya terutama yang
Dimensi
ada
tingkatan
ini
adalah
sejauh
seseorang
mana
menaikkan
kewajiban-kewajiban
ritual
dalam
dalam
hadist,
tentang
kitab
suci,
pengetahuan
fikih,
dan
sebagainya.
agamanya
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
31
5) Dimensi
effect
pengamalan
atau
Dimensi
(the
perilaku
ini
mencakup
pemujaan,
consequential dimension)
ketaatan, dan hal-hal yang
Dimensi
dilakukan
pengamalan
adalah
implikasi
sejauh
mana
ajaran
agama
memengaruhi
perilaku
seseorang
dalam
kehidupan
sosial.
Misalnya
mendermakan
orang
menunjukkan
terhadap
untuk
komitmen
agama
yang
dianutnya.
3) Ketiga,
Dimensi
pengalaman
Dimensi ini berisikan dan
harta
untuk
keagamaan
memperhatikan fakta bahwa
dan
sosial,
menjenguk
semua agama mengandung
orang sakit, silahturahmi,
pengharapan-pengharapan
dan sebagainya.
tertentu, meski tidak tepat
Glock dan Stark (dalam
jika
dikatakan
bahwa
Ancok dan Suroso, 2004: 77)
seseorang yang beragama
juga mengemukakan dimensi-
dan baik pada suatu waktu
dimensi
akan mencapai pengetahuan
dalam
religiusitas,
diantaranya :
subyektif
1) Pertama,
Dimensi
dan
mengenai
langsung
kenyataan
keyakinan atau ideologis
terakhir (kenyataan terakhir
Dimensi
bahwa dia akan mencapai
ini
berisi
pengharapan-pengharapan
suatu
dimana
kekuatan super natural).
orang
berpegang
teguh
pandangan
tertentu
dan
kebenaran
religius
pada
dengan
4) Keempat,
Dimensi
theologis
pengetahuan agama
mengakui
Dimensi
ini
kepada
harapan
doktrin-doktrin
tersebut.
2) Kedua,
agama
kontak
mengacu
bahwa
orang-orang yang beragama
Dimensi
praktik
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
paling
sejumlah
tidak
memiliki
minimal
32
pengetahuan
mengenai
dasar-dasar
keyakinan,
Berdasarkan
pengertian
beberapa
di
atas
peneliti
ritus-ritus, kitab suci dan
berpendapat
tradisi-tradisi.
sosial adalah peristiwa saling
5) Kelima,
Dimensi
pengalaman
berkomunikasi
atau
proses-
melibatkan adanya penerimaan,
Konsekuensi
komitmen
berlainan
dari
dimensi
yang
keempat
dalam
proses sosial di masyarakat yang
konsekuensi
agama
bahwa interaksi
keterbukaan, penghargaan, dan
pengertian antara individu dengan
individu,
individu
sudah dibicarakan di atas.
kelompok
maupun
Dimensi ini mengacu pada
dengan kelompok.
identifikasi
akibat-akibat
3. Perilaku Seks Bebas
keyakinan
keagamaan,
Sunanti
dengan
kelompok
(2001:30)
Seks
praktek, pengalaman, dan
adalah kebutuhan alamiah pada
pengetahuan seseorang dari
setiap remaja yang sehat. Bahwa,
hari ke hari.
timbulnya dorongan seks (libido
2. Interaksi Sosial
seksualitis)
Menurut Wulansari (2009 :
seksual
dan
tanda-tanda
sekunder
(misalnya,
34) interaksi sosial merupakan
payudara, haid, dan mimpi basah)
bentuk umum dari proses sosial
merupakan salah satu ciri hakiki
dapat
keremajaan.
didefinisikan
sebagai
hubungan-hubungan timbal balik
Menurut May (dalam Jess
antara individu dengan individu,
dan
kelompok dengan kelompok, serta
menjelaskan bahwa seks adalah
antara individu dengan kelompok.
fungsi
Menurut Soekanto (2009:55)
Gregory,
biologis
dipuaskan
2010:
yang
melalui
58)
dapat
hubungan
interaksi sosial merupakan dasar
seksual atau cara melepaskan
proses sosial, yang menunjuk
tekanan seksual lainnya.
pada hubungan-hubungan sosial
yang dinamis.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Menurut
Sarwono,
2008
(dalam Betha, 2014:138) perilaku
33
seksual adalah segala tingkah laku
interaksi sosial terhadap perilaku
yang
seks.
didorong
seksual,
baik
oleh
hasrat
dengan
lawan
2. Teknik Pengumpulan Data
jenisnya maupun dengan sesama
Teknik pengumpulan data
jenis.
dalam penelitian ini menggunakan
Dari beberapa definisi para
teknik angket. Instrumen dalam
ahli di atas dapat disimpulkan
penelitian ini disesuaikan dengan
bahwa perilaku seks bebas adalah
teknik pengambilan data. Adapun
suatu tingkah laku seksual yang
metode angket yang digunakan
menyimpang yang didorong oleh
peneliti
hasrat seksual (libido seksual)
adalah angket
yang merupakan ciri dari masa
bentuk
remaja.
responden memilih jawaban yang
dalam
penelitian
ini
tertutup
dalam
ganda
yaitu
pilihan
METODOLOGI PENELITIAN
disediakan
1. Metode dan Desain Penelitian
jawaban a (selalu), b (sering), c
Metode
yang
digunakan
dengan
(kadang-kadang),
pilihan
d
(tidak
itern
untuk
variabel
sama
dalam penelitian ini menggunakan
pernah).
metode deskripsi korelasional ex
masing-masing
post facto, yaitu suatu penelitian
yaitu 20 item sehingga total item
ilmiah yang penelitinya tidak
pertanyaan pada angket adalah 60.
secara
langsung
memanipulasi
Jumlah
3. Analisis Data
dan mengendalikan satu atau lebih
Untuk
menganalisis
variabel bebas serta mengamati
digunakan rumus “regresi dua
variabel terikat
predictor”.
untuk melihat
Rumus
perbedaan yang sesuai dengan
bangun“Analisis Regresi Linier :
manipulasi variabel-variabel itu
Dua-Prediktor” sebagai berikut :
(Arikunto 2010: 17). Penggunaan
Koefisien korelasi
antara
deskriptif korelasi ex post facto
kriterium Y dengan X1 dan X2
ini dipandang cukup representatif
dapat diperoleh dari rumus :
untuk
mengetahui
ada
atau
tidaknya pengaruh religiusitas dan
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
34
a1  x1 y  a2  x2 y
Ry 1, 2  
y
(Arikunto, 2009: 100 )
Keterangan:
2
Freg
: Harga
(Suharsimi Arikunto, 2009: 387)
N
: Cacah Kasus
Keterangan :
M
: Cacah Prediktor
R
: Koefisien korelasi
Ry 1, 2 
: Koefisien korelasi
antara
antara Y dengan X 1 dan X 2
a2
: Koefisien prediktor
F garis regresi
kriterium
dengan
prediktor-prediktor
HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data
X2
a1
: Koefisien prediktor
a. Deskripsi Data Religiusitas
Berdasarkan hasil angket
X1
x y
1
yang
: Jumlah produk antara
X 1 dan Y
x y
X 2 dan Y
y
mengenai
SMKN 1 Wonoasri Kabupaten
Madiun, diperoleh hasil hitung
2
: Jumlah kuadrat
kriterium Y
Untuk
menguji
keberartian koefesien regresi
secara keseluruhan digunakan
uji F dengan rumus bagan
sebagai berikut:
Freg 
responden
kepada
Religiusitas siswa kelas XI
: Jumlah produk antara
2
disebarkan
R ( N  m  1)
m(1  R 2 )
Mean = 61,52 Median = 63,00,
Modus = 63,00 dan Standart
Deviasi
Maximum
=
=
6,18.
Nilai
72,
Nilai
Minimum = 47. Selanjutnya
banyak kelas interval
5,
diperoleh panjang kelas 6.
2
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
35
Tabel 1 . Distribusi Frekuensi Data Religiusitas
Dari
Interval
Xi
Frekuensi
72-76
74
2
67- 71
69
11
62-66
64
18
57-61
59
13
52-56
54
6
47-51
49
5
data
distribusi
interval
5,
dan
diperoleh
frekuensi Religiusitas di atas,
panjang kelas 5.
dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Data Interaksi sosial
Interval
Xi
Frekuensi
69-73
71
8
64-68
66
18
59-63
61
16
Gambar 1. Data Religiusitas
54-58
56
8
b. Deskripsi Data Interaksi Sosial
49-53
51
5
Berdasarkan hasil angket
yang
disebarkan
kepada
responden mengenai interaksi
sosial siswa kelas XI SMKN 1
Dari
frekuensi
data
distribusi
interaksi
sosial
diatas, dapat disajikan sebagai
berikut:
Wonoasri Kabupaten Madiun,
diperoleh hasil hitung Mean =
62,45, Median = 63,00, Modus
= 54, dan Standart Deviasi =
6,051,Nilai Maximum = 73,
Nilai
Minimum
Selanjutnya
banyak
=
49.
kelas
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Gambar 2. Data Interaksi
social
36
c. Deskripsi Data Perilaku seks
bebas
Berdasarkan hasil angket
yang
disebarkan
kepada
responden mengenai perilaku
seks bebas siswa kelas XI
SMK
Negeri
1
Wonoasri
Gambar 3. Data Perilaku seks
Kabupaten Madiun, diperoleh
hasil hitung Mean = 61,07,
bebas
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Median = 63,00, Modus = 63,
Analisis data dihitung dengan
dan Standart Deviasi = 6,857.
menggunakan
Nilai Maximum = 74, Nilai
product moment dan regresi dua
Minimum = 40. Selanjutnya
prediktor. Data hasil perhitungan
banyak kelas interval adalah 5,
sebagai berikut:
dan diperoleh panjang kelas 7.
a.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Frekuensi
6
11
18
10
7
2
1
55
Dari data distribusi
diatas,
analisis
mengenai
terhadap
data
Religiusitas
perilaku
seks
diperoleh rhitung sebesar 0,751.
Setelah
dikonsultasikan
dengan rtabel untuk N = 55,
dengan
taraf
signifikan
sebesar 0,05 adalah 0,266
sehingga rhitung > rtabel (0,751 >
seks
0,266). Sehingga hipotesis
disajikan
diterima artinya ada pengaruh
perilaku
dapat
Religiusitas terhadap perilaku
Hasil
Xi
71
66
61
56
51
46
41
frekuensi
korelasi
seks bebas
Data Perilaku seks bebas
Interval
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
Jumlah
rumus
religiusitas terhadap perilaku
sebagai bekikut:
seks.
b.
Interaksi
sosial
terhadap
perilaku seks bebas
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
37
Hasil
analisis
data
mengenai
interaksi
sosial
terhadap
perilaku
seks
SIMPULAN DAN SARAN
1.
Berdasarkan
hasil
dari
diperoleh rhitung sebesar 0,888.
penelitian maka dapat diambil
Setelah
simpulan sebagai berikut:
dikonsultasikan
dengan rtabel untuk N = 55,
dengan
c.
Simpulan
taraf
a.
signifikan
Ada Pengaruh Religiusitas
Terhadap Perilaku Seks
sebesar 0,05 adalah 0,266
Bebas
sehingga rhitung > rtabel (0,888
SMKN
> 0,266). Sehingga hipotesis
Kabupaten Madiun.
diterima,
artinya
ada
pengaruh
interaksi
sosial
b.
siswa kelas XI
Ada
Sosial
Terhadap Perilaku Seks
Bebas
Religiusitas
SMKN
interaksi
sosial terhadap perilaku seks
siswa kelas XI
1
Wonoasri
Kabupaten Madiun.
bebas
c.
Hasil
Wonoasri
Interaksi
terhadap perilaku seks bebas.
dan
1
Ada
Pengaruh
Secara
analisis
data
Simultan Religiusitas dan
mengenai
Religiusitas
dan
Interaksi sosial Terhadap
interaksi
sosial
terhadap
Perilaku Seks Bebas Siswa
perilaku seks diperoleh Freg
kelas
sebesar
Wonoasri
123,92
dan
dikonsultasikan dengan Ftabel
untuk
55
adalah
3.17
,
XI
SMKN
1
Kabupaten
Madiun.
2.
sehingga Freg > Ftabel (123,92
Saran
Berdasarkan
> 3.17). Sehingga hipotesis
diperoleh
diterima,
artinya
ada
Pengaruh
pengaruh
Religiusitas
dan
Religiusitas Dan Interaksi sosial
interaksi
sosial
terhadap
Terhadap Perilaku Seks Siswa
perilaku seks bebas.
hasil
penelitian
bahwa
Secara
Ada
Simultan
Kelas XI SMKN 1 Wonoasri
Kabupaten Madiun.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
38
Agar
dapat
menekan
berkembang
dengan
terjadinya perilaku seks bebas di
kepribadian yang positif
kalangan siswa maka peneliti
dan
memberi saran sebagai berikut:
perilaku-perilaku
a)
khususnya perilaku seks
Bagi sekolah
Dalam
upaya
menekan
Para
perhatian
siswa
diharapkan
mampu mengetahui dan
menyadari
siswa dan
Religiusitas
memberikan
perlunya
dan
giat
yang
melakukan interaksi guna
siswa
mendapat
memiliki kepribadian yang
informasi
positif pula.
maupun lingkungan sosial
Bagi Guru dan Konselor
dengan tujuan pencegahan
positif
sekolah
negatif
Bagi Siswa
kepada tumbuh kembang
kegiatan
b)
d)
lebih
memberikan
menjauhi
bebas pada siswa.
perilaku seks pada siswa
sekolah
mampu
supaya
Sekolah
Guru
informasidari
sekolah
terjadinya perilaku seks
dan
konselor
bebas.
memantau perkembangan
siswa
dengan
menanamkan
serta
religiusitas
memberikan
informasi-informasi
dengan tujuan menekan
terjadinya perilaku seks
pada siswa.
c)
Bagi Orang tua
Orang
tua
perlu
lebih
memberikan contoh dalam
penanaman
Religiusitas
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. & Fuat N. S.
2004.Psikologi Islami. Solusi
Islam atas Problem-problem
Psikologi. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Betha, F & Ahyani, F.Jurnal
Psikologi. Perilaku Seksual
Pranikah
Ditinjau
Dari
Intensitas Cinta dan Sikap
Terhadap Pornografi Pada
Dewasa Awal. Riau: UIN
SUTAN
SYARIF
Riau.
Didownload tanggal 1 April
2015 Pukul 08.00
pada siswa agar mampu
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
39
Feist, J.& Gregory, F. 2010. Teori
Kepribadian. Jakarta: Salemba
Humanika.
Arikunto, S. 2009. Prosedur
Penelitian. Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Renika
Cipta.
Ghufron, N & Risnawati, R. S. 2011.
Teori-Teori
Psikologi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Naim, N. 2012. Character Building.
Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam Pengembangan Ilmu
dan Pembentukan Karakter
Bangsa. Jogjakarta: Ar- Ruzz
Media.
Soekanto, S. 2009. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kuantitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2010. Prosedur Penelitian.
Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Renika Cipta.
Sunanti, Z. S. 2001. Perilaku Seks di
Kalangan
Remaja
dan
Permasalahannya.
Media
Litbang Kesehatan Volume XI
Nomor
1
Tahun
2001.
Puslitbang Ekologi Kesehatan.
Diunduh tanggal 20 Maret
2015 pukul 18.29
Wulansari, D. 2009. Sosiologi
(Konsep dan Teori). Bandung:
Refika
Aditama.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
40
Download