stad - perpus iain salatiga

advertisement
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF
KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR
KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
WENI PUSPITA DEWI
NIM 115 11 006
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
i
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF
KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR
KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
WENI PUSPITA DEWI
NIM 115 11 006
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Segala sesuatu yang kita lakukan tidak akan berhasil tanpa diiringi dengan doa.
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)
PERSEMBAHAN
Kedua orang tua yang tidak pernah lelah memberikan dukungan beserta doa.
Kakak ku Wahyu Sunandar dan kakak ipar yang selalu memberikan motivasi.
Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu.
Sahabat ku Mustika Ungu yang selalu memberikan nasihatnya.
Seseorang yang selalu memberikan semangat agar aku cepat mendapat gelar
sarjana.
Teman-teman seperjuangan PGMI tahun 2011.
Teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas karunianya sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa
terlantunkan untuk Rosulullah Muhammad yang menjadi sebaik-baiknya panutan.
Penelitian yang diberi judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF
KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN
AJARAN 2014/2015”, pada dasarnya adanya penelitian ini ditujukan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan penerapan model pembelajaran yang selama
ini dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran IPS, dengan sasaran akhir
adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas,
dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dimana pada akhir siklus kedua penerapan
model Student Team Achievement Division (STAD) ini dapat membuahkan hasil,
dimana hasil belajar siswa di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga meningkat dengan cukup memuaskan.
Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari sempurna dan tanpa bantuan dari
berbagai pihak takkan mungkin terselesaikan. Oleh karenanya sudah sepantasnya
pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
ix
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua jurusan PGMI yang telah
memberikan kesempatan serta saran yang membangun kepada peneliti.
4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memotivasi serta membimbing peneliti sehingga peneliti mampu
menyelesaikan penelitian ini.
5. Bapak Khurur Rozad, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Ma’arif
Kutowinangun
Kecamatan
Tingkir
Kota
Salatiga
yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti.
6. Bapak Drs. Ibrahim Alfian selaku wali kelas IV di MI Ma’arif
Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berkenan
menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah
berkenan untuk menjadi subjek penelitian ini.
Jazakumullah akhsanal jaza’, Robbuna jualah yang akan membalas semua
kebaikan. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti persembahkan hasil
penelitian yang masih jauh dari keadaan sempurna ini kepada seluruh insan
pendidikan. Kritik dan saran dari pembaca yang budiman, sangat peneliti nantikan
dengan tangan terbuka.
Salatiga,
Peneliti
Weni Puspita Dewi
x
ABSTRAK
Dewi, Weni Puspita. 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial
Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) Pada Siswa
Kelas IV Di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Slatiga
Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd
Kata Kunci : Hasil Belajar dan Model Student Team Achievement Division
(STAD)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model Student Team
Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi
masalah sosial pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Subjek penelitian terdiri dari 8
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian dilakukan selama 4 bulan
mulai bulan Maret-Juni 2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis
data yang digunakan peneliti adalah membandingkan pencapaian nilai dengan
KKM dan ditandai dengan adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada
setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II diperoleh data seperti
berikut: Standar KKM mata pelajaran IPS adalah 60, sebelum menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD) hanya ada 20% (4 siswa) yang
tuntas, sedangkan 80% (16 siswa) belum memenuhi standar KKM. Setelah
penggunaan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam pelajaran
IPS pada siklus I diperoleh data 65% (13 siswa) tuntas dan 35% (7 siswa) tidak
tuntas, jika dilihat terjadi peningkatan sebesar 45%. Setelah dilakukan refleksi
siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu 90% (18 siswa)
tuntas sedangkan 10% (2 siswa) tidak tuntas atau belum memenuhi standar KKM,
terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 25% dibanding pada siklus I.
Perbandingan hasil belajar dari pra siklus dengan siklus I yaitu terjadi peningkatan
sebesar 45%, sedangkan jika dibandingkan dengan siklus II terjadi peningkatan
sebesar 70%.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………... I
LEMBAR BERLOGO……………………………………………… ii
HALAMAN JUDUL………………………………………………..
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………
iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN………………………..
V
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………….
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………….
vii
KATA PENGANTAR………………………………………………
viii
ABSTRAK………………………………………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………..
xv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….
xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....………...………………………..
1
B. Rumusan Masalah……...…………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian……………………………………………
6
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan………………………. 6
E. Manfaat Penelitian………..…………………………………
6
1. Manfaat Teoritis………………………………………… 6
2. Manfaat Praktis…………………………………………. 7
xii
F. Definisi Operasional………………………………………...
7
1. Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial……………….. 7
2. Model Student Team Achievement Division (STAD)…… 8
G. Metodologi Penelitian…..…………………………………... 8
1. Rancangan Penelitian…………………………………… 8
2. Subyek Penelitian……………………………………….
9
3. Langkah-langkah Penelitian…………………………….
10
4. Instrumen Penelitian…………………………………….
13
5. Teknik Pengumpulan Data……………………………...
15
6. Analisis Data……………………………………………. 16
H. Sistematika Penulisan………...……………………………..
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar…….…………………………………………..
20
1. Pengertian Hasil Belajar………………………………...
20
2. Macam-macam Hasil Belajar…………………………...
22
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar………. 24
4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar…………………………..
27
B. Mata Pelajaran IPS………………………………………….
30
1. Pengertian IPS…………………………………………..
30
2. Tujuan Pembelajaran IPS……………………………….
31
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS……………………… 32
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV
SD/MI…………………………………………………...
xiii
32
C. Materi Masalah Sosial……………………………………....
33
1. Pengertian Masalah Sosial………………………………
33
2. Macam-macam Masalah Sosial…………………………
34
3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial……………………….
37
4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial……………
40
D. Model Student Team Achievement Division (STAD)……….. 41
1. Pengertian Model Student Team Achievement Division
(STAD)…………………………………………………..
41
2. Kekurangan dan Kelebihan Model Student Team
Achievement Division (STAD)…………………………..
43
3. Langkah-langkah Model Student Team Achievement
Division (STAD)………………………………………… 44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Awa (Pra Siklus)…………………………………
51
1. Perolehan Nilai Ulangan Mata Pelajaran IPS…………...
51
2. Data Keadaan Siswa…………………………………….
52
3. Pelaksanaan Penelitian………………………………….. 52
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I……………………………..
53
1. Perencanaan Tindakan…………………………………..
53
2. Pelaksanaan Tindakan…………………………………..
54
3. Pengamatan atau Observasi……………………………..
55
4. Refleksi………………………………………………….
59
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II…………………………….
60
xiv
1. Perencanaan Tindakan…………………………………..
60
2. Pelaksanaan Tindakan…………………………………..
61
3. Pengamatan atau Observasi……………………………..
63
4. Refleksi………………………………………………….
67
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………... 69
1. Deskripsi Data Pra Siklus……………………………….
69
2. Deskripsi Data Siklus I………………………………….
70
3. Deskripsi Data Siklus II………………………………… 71
B. Pembahasan…………………………………………………
72
1. Siklus I…………………………………………………..
74
2. Siklus II…………………………………………………. 80
3. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II…..……..
88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….
89
B. Saran-saran………………………………………………….
89
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………........
91
LAMPIRAN………………………...………………………………
93
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru ………………………………………
13
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru ………………….
32
Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……………..
46
Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) …………………………....
51
Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa ……………………………………….....
52
Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ……………………………..
56
Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I ………………………………………..
59
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus II …………………………….
64
Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus II ……………………………………….
66
Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) …………………………....
70
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Siklus I ………………………………………
71
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Siklus II ……………………………………..
72
Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus …………………….....
73
Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ……………………………..
75
Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ………………………….....
81
Tabel 4.7 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II……...………..
88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Rancangan Penenelitian Tindakan Kelas……………
12
Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ………………………….
74
Gambar 4.2 Presentase Nilai Evaluasi Siklus II …………………………
81
Gambar 4.3 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II …………….
88
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I….…………….. 93
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…………...….. 103
Lampiran 3 Dokumentasi Siklus I…………………………....…………... 115
Lampiran 4 Dokumentasi Siklus II……………………………………..... 118
Lampiran 5 Soal Tes Evaluasi Siklus I..……….………………………..... 121
Lampiran 6 Soal Tes Evaluasi Siklus II……….…...…………………….. 125
Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus)…………….. 129
Lampiran 8 Lembar Observasi Guru siklus I……..………………………. 130
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru siklus II..…..………………………. 134
Lampiran 10 Data Guru MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir
Kota Salatiga…...………………………………..…………. 138
Lampiran 11 Surat Pengantar Lembaga……….…..…………………….... 139
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian…………………………...…… 140
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi..…………………………...…… 141
Lampiran 14 Lembar SKK……………………………………………….. 143
Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup……………...……………………..... 145
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang membicarakan
hubungan antara manusia yang mencakup hubungan individu dengan
kelompok, hubungan kelompok dengan kelompok serta hubungan
kelompok dengan alam. Sekaligus sebagai sarana untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Karena pada
hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai program pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial
semata, melainkan juga harus diarahkan membina siswa menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas
kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu, siswa yang dibina tidak hanya
cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi semata,
melainkan harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab tinggi terhadap
kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara (Rasimin, 2012:38). Jadi
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang cukup mudah
dimengerti dan diterapkan khususnya pada siswa kelas IV di MI Ma’arif
Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.
Pentingnya pendidikan memberikan kesempatan kepada lembagalembaga pendidikan yang ada untuk menjadi tempat menimba ilmu. Salah
satunya adalah Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai peran penting dalam
membentuk karakter seorang anak, supaya menjadi pribadi yang cerdas
1
dan berakhlakul karimah. Selain itu setiap umat muslim baik laki-laki
maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu sebagai bekal di
dunia maupun di akhirat kelak. Seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
saw dalam hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi :
َ ُ ‫سو ُل‬
َ َ‫سلَك‬
‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
َِ َْ ِ‫هللا‬
ُ ‫ي هُ َر ي َْرة قا َ َل قا َ َل َر‬
ُ ‫ط ِر ْيقًا يَلْت َ ِم‬
َ
َ ‫هْيَلَع ُهللا ىَّلَصَ َم ْن‬
ْ ‫ع ْن أ َ ِب‬
َ ُ‫سه َل هللاُ لَه‬
‫ط ِر ْيقًا إِلَى ْال َجن ِة *ت‬
َ
Artinya: Dari Abu Hurairah ra ia berkata, bersabda Rasulullah
saw, “barangsiapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka
Allah akan memudahkan jalannya menuju ke syurga.” (HR. At Tirmidzi)
Pentingnya ilmu bagi setiap manusia menjadikan peneliti merasa
perlu mengembangkan pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan
siswa, terutama pada pelajaran IPS. Materi masalah sosial di sampaikan
kepada siswa bertujuan memberikan pemahaman tentang berbagai macam
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat, dan usaha untuk
mengatasinya. Selain itu, siswa juga dapat memahami bahwa masalah
sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal atau tidak semestinya
sehingga memerlukan strategi penangan khusus dalam mengatasinya.
Masalah sosial biasanya didefinisikan sebagai kesulitan atau ketimpangan
yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan
dengan segera, dan sementara itu orang masih percaya akan masih
dapatnya masalah itu dipecahkan (Daldjoeni, 1981:29).
Setelah dilakukan survey di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga melalui wawancara dengan Bapak Ibrahim Alfian
2
selaku guru mata pelajaran IPS kelas IV maka ditemukan beberapa
masalah, yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang masalah-masalah
sosial yang terjadi di lingkungan mereka tinggal. Kurangnya pemahaman
masalah sosial di lingkungan mereka tinggal juga membuat siswa menjadi
pasif terhadap segala permasalahan yang timbul di masyarakat. Selain itu,
rendahnya pemahaman siswa mengenai materi masalah sosial juga
ditandai dengan data nilai ulangan harian mata pelajaran IPS yang hasilnya
kurang memuaskan. Kebanyakan siswa mendapatkan nilai di bawah
KKM, padahal nilai KKM yang ditentukan MI Ma’arif Kutowinangun
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tidak terlalu tinggi, yaitu 60. Dari 20
siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga, terdapat 20% (4 siswa) yang memenuhi KKM, sedangkan 80%
(16 siswa) mendapatkan nilai di bawah KKM.
Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru
ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai
di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), seperti rendahnya
pemahaman siswa tentang materi pembelajaran, dan kurangnya kreativitas
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kurangnya kreativitas
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran mengakibatkan minat
belajar siswa menjadi rendah, yang berpengaruh pada keaktifan mereka di
kelas. Sebagai pendidik guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar,
sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal ini dapat
membuat
siswa
nyaman
dan
3
antusias
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran, sehingga komunikasi antara siswa dengan guru dapat
berjalan dengan baik.
Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai ulangan
siswa, kemudian peneliti berdiskusi dengan guru mengenai model
pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran
IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang
diperlukan adalah model yang menempatkan siswa sebagai pusat
pembelajaran. Sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Melalui diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru,
maka peneliti memutuskan untuk menggunakan model Student Team
Achievement Division (STAD) sebagai solusi yang tepat dalam
permasalahan yang ada di kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga.
Penerapan model Student Team Achievement Division (STAD)
dalam pembelajaran IPS, terutama pada materi masalah sosial diharapkan
mampu memupuk motivasi siswa dalam belajar. Kegiatan kelompok
dengan cara saling membantu merupakan dasar model Student Team
Achievement Division (STAD), selain menjadikan anak lebih aktif dalam
proses pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap saling percaya dalam
sebuah kelompok.
Secara garis besar, model Student Team Achievement Division
(STAD) menekankan pada keaktifan seluruh siswa pada setiap kelompok
4
dengan cara saling membantu satu sama lain. Adanya kerjasama yang baik
dalam sebuah kelompok dapat membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Langkah awal guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok beranggotakan
empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,
suku, dan lain-lain). Setelah diadakan kuis, guru memberikan soal untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Hal
ini dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman
siswa tentang materi pelajaran masalah sosial.
Dari permasalahan tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan
penelitian tindakan kelas menggunakan pola kolaboratif, dimana peneliti
bertindak sebagai pengamat dengan mengambil judul “PENINGKATAN
HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI
MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN
KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN
2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan model Student Team Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada
siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015?
5
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui model Student Team Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada
siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil
belajar IPS materi masalah sosial
Kutowinangun
Kecamatan
Tingkir
pada siswa kelas IV MI Ma’arif
Kota
Salatiga
Tahun
Ajaran
2014/2015.
Indikator keberhasilan: Siklus berhenti pada saat 85% dari jumlah
seluruh siswa telah memenuhi KKM mata pelajaran IPS yaitu 60.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi
teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran di bidang pendidikan.
6
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial
sekaligus melatih siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam
mengikuti proses pembelajaran.
b. Bagi
sekolah,
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
dan
mengembangkan kualitas pendidikan melalui model Student Team
Achievement Division (STAD).
c. Bagi guru, sebagai masukan untuk menguatkan kemampuannya
dalam menyampaikan materi pelajaran melalui model Student
Team Achievement Division (STAD).
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut
diperoleh setelah selesai meyelesaikan program pembelajarannya
melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan
belajar (Rusmono, 2012:10). Sedangkan masalah sosial merupakan
salah satu materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang suatu
kondisi atau perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial materi masalah sosial merupakan hasil yang diperoleh siswa
7
setelah terjadinya proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi
masalah sosial yang dibuktikan dengan prosentase pencapaian KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal), yakni jika nilai ulangan siswa minimal
mencapai 60 dan siswa yang mencapai KKM sedikitnya 85% dari
jumlah keseluruhan siswa di kelas.
2. Model Student Team Achievement Division (STAD)
Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen (Trianto, 2009:68). Gagasan utama dari STAD adalah
memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Kastolani,
2014:166). Jadi pada intinya model Student Team Achievement
Division (STAD) mengajarkan siswa untuk bekerja sama dengan satu
timnya dalam hal mempelajari materi yang disampaikan oleh guru.
G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau
dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang
dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan
belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
8
praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Taniredja,dkk.,
2010:16-17). Tahap-tahap yang terdapat dalam Penelitian Tindakan
Kelas dapat membantu guru menemukan solusi dari masalah yang
timbul di kelas, sekaligus mendorong guru untuk berani bertindak dan
berpikir kritis dalam mengembangkan teori pembelajaran.
Peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai
upaya perbaikan suatu praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari
pemberian tindakan. Bentuk pemberian tindakan pada penelitian ini
dengan memberikan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dengan
menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD)
(variabel bebas) untuk diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (variabel terikat) karena adanya pemberian
tindakan yang dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai
pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan
siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara
alami, sehingga nilai dan data yang diperoleh valid.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru Ilmu Pengetahuan
Sosial kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga. Siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga dipilih sebagai subyek penelitian karena dinilai
perlu adanya pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran agar siswa
9
lebih termotivasi dan pemahaman belajar merekapun menjadi
meningkat, sedangkan bagi guru dapat menambah wawasan mengenai
model-model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Penelitian
ini terdiri dari satu kelas yang siswanya berjumlah 20 anak.
3. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari
empat tahap penting, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses yang akan dilaksanakan
untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang ada dikelas.
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui
masalah dalam pembelajaran, sehingga kita dapat menemukan
solusi yang tepat dalam menangani masalah yang ada di lapangan.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Membuat rencana atau skenario pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model Student Team Achievement Division
(STAD).
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan
saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD).
10
3) Mempersiapkan lembar observasi guru, untuk mengetahui
kondisi guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD).
4) Perencanaan tindakan pembelajaran
menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD).
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD).
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan
isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Hal yang
perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke dua ini pada waktu
pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,
tidak dibuat-buat (Arikunto,dkk., 2006:18). Dalam pelaksanaan
tindakan, dilakukan model Student Team Achievement Division
(STAD) yang akan digunakan sebagai alat bantu serta materi yang
akan disampaikan.
c. Pengamatan
Pengamatan dalam Penelitian Tindakan Kelas merupakan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Tujuan dilakukan
pengamatan adalah untuk menggali data, maka dari itu diperlukan
lembar observasi guru untuk mengamati guru pada proses
11
pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu, juga diperlukan
tes evaluasi untuk menggali data siswa
d. Refleksi
Refleksi
merupakan
kegiatan
untuk
mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto,dkk., 2006:19).
Peneliti memilih untuk melakukan dua siklus, setiap siklusnya
terdapat kegiatan refleksi yang berguna untuk mengevaluasi tahaptahap yang telah dilakukan.
Model
rancangan
Penelitian
Tindakan
Kelas
dan
penjelasannya untuk masing-masing tahap ditampilkan pada
gambar 1.1, sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK model spiral (Arikunto,
dkk., 2008:16).
12
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Lembar Observasi
Langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah
melakukan observasi, dengan begitu peneliti akan mengetahui
permasalahan yang terdapat di lapangan. Lembar observasi yang
diperlukan peneliti adalah untuk mengamati guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung menggunakan model Student Team
Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial materi masalah sosial. Adapun aspek-aspek
yang diamati dalam lembar observasi guru terdapat dalam tabel
1.1, sebagai berikut:
Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru
No
Aspek Yang Diamati
I
1
2
PRA PEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi
II
A
3
4
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
Menyampaikan materi dengan jelas
Mengkaitkan materi dengan realita
kehidupan
5
6
B
7
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
Membimbing siswa membentuk
kelompok secara heterogen
13
Skala
Partisipasi
A B C D
8
9
10
11
C
12
13
D
14
15
16
E
17
18
F
19
20
III
21
22
23
Menjelaskan cara mengerjakan LKS
Memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam kerja
kelompok
Memberikan kuis/pertanyaan individu
kepada siswa
Memberikan reward kepada siswa
Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
Menggunakan LKS sebagai sumber
belajar
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
sumber belajar
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara
Keterlibatan Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
siswa dalam pembelajaran
Penilaian proses dan hasil belajar
Memantau kemajuan belajar selama
proses pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi
Penggunaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, baik dan benar.
Menyampaikan pesan dengan gaya yang
sesuai
PENUTUP
Menanyakan hal-hal yang belum
diketahui siswa
Melakukan refleksi / memberikan
kesimpulan materi pembelajaran dengan
melibatkan siswa
Mengadakan tes evaluasi
Jumlah
Total
Kategori
14
b. Tes Tertulis
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division (STAD) dalam materi masalah sosial. Soal
tes berisi pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi
masalah sosial yang sudah disampaikan atau diajarkan. Pada siklus
I soal tes mencakup materi pengertian masalah sosial dan macammacam masalah sosial, sedangkan pada siklus II soal tes mencakup
materi upaya mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam
mengatasi masalah sosial.
c. Dokumentasi
Dokumentasi foto yang dipilih peneliti sebagai bukti hasil
penelitian adalah berupa gambar. Gambar yang diabadikan melalui
dokumentasi foto ini berisi peristiwa dan momentum yang
menggambarkan perilaku dan aktivitas yang dilakukan siswa
bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang
diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan
sumber data yang dapat memperjelas data yang lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan
digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi, tes
tertulis, dan dokumentasi.
15
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengamati
guru pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD) dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial.
b. Tes Tertulis
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS materi
masalah sosial.
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu
teknik untuk memperoleh data yang berupa foto atau gambar.
Dokumentasi
berlangsung,
dilakukan
sehingga
pada
aktivitas
saat
siswa
proses
dan
pembelajaran
guru
selama
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial
dengan model Student Team Achievement Division (STAD) akan
terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti
visual kegiatan pembelajaran, selama penelitian berlangsung.
6. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Teknik
deskriptif yang diperlukan berupa perhitungan sebagai berikut:
16
a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM
Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM
pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa
dari
batas KKM, yakni 60, maka siswa tersebut telah mencapai KKM.
Jika nilai siswa kurang dari 60 maka siswa tersebut tidak mencapai
KKM.
b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal
Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi
jawaban benar siswa
65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat
85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi berdasarkan
ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri
oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria
ketuntasan minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan,
yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas
(sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah
berbeda.
Berdasarkan
penjelasan di
atas, maka
keberhasilan
penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu apabila
siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah
seluruh siswa dengan nilai KKM 60. Ketuntasan belajar siswa
dikatakan meningkat jika prosentase ketuntasan belajar secara
17
klasikal pada siklus II lebih besar daripada prosentase ketuntasan
belajar secara klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan
klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
P=
(Aqib, dkk., 2010:41)
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk
mencari nilai rentang kategori yang digunakan dalam lembar
observasi guru adalah dengan menentukan interval kelas, maka
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: Interval kelas
: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil
: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil
: Banyaknya kelas
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan indikator,
18
keberhasilan, definisi operasional, model penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Berisi tentang penjabaran hasil belajar, materi masalah
sosial, dan model Student Team Achievement Division (STAD).
BAB III : Pelaksanaan Penelitian
Berisi tentang rancangan penelitian, subjek lokasi dan
waktu penelitian, siklus penelitian, instrument penelitian, metode
pengumpulan data, analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang keadaan umum, managemen, dan pemaparan
rata-rata serta prosentase dari siklus ke siklus di Madrasah
Ibtidaiyah Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.
BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran-saran dari peneliti.
Daftar Pustaka
Lampiran
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan
makhluk lain telah dikaruniai akal dan hati oleh Allah SWT. Akal dan hati
yang dimiliki manusia harus dapat digunakan dengan baik, karena setiap
hari manusia melakukan proses belajar yang berlangsung secara alamiah.
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan,
dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang,
Rasulullah SAW menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia
harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat (Yamin, 2005:97).
Adanya proses belajar yang dilakukan secara bertahap dapat menimbulkan
hasil belajar yang berupa perubahan atau kemampuan baru pada diri
seseorang.
Istilah hasil belajar mempunyai makna, yaitu perubahan-perubahan
yang terjadi dalam diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto,
2013:5). Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas
dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) yang menyatakan
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
20
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran
tertentu.
Snelbeker
(dalam
Rusmono,
2012:8)
mengatakan
bahwa
perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan
perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada
dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari
pengalaman. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi
atau penilaian yang dapat dijadikan tindak lanjut, atau bahkan cara untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak
saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap
dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa (Susanto, 2013:5-6).
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuantujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Untuk mengetahui apakah
hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki
21
dapat diketahui melalui evaluasi (Susanto, 2013:5). Evaluasi dilakukan
pada akhir proses pembelajaran.
Menurut
Bloom
(dalam
Rusmono, 2012:8),
hasil
belajar
merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan
belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan
pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif
meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat,
nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah
psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa
siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu.
Berdasarkan pemaparan berbagai pendapat di atas mengenai
pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa mengenai pengetahuan dan
pemahaman tentang materi tersebut, ditandai dengan adanya perubahan
hasil belajar secara berkelanjutan hingga tercapainya KKM. Hasil belajar
juga merupakan suatu puncak dalam proses pembelajaran yang dialami
oleh siswa, ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang lebih baik.
Hal ini tidak terlepas dari pengawasan guru sebagai fasilitator.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek
22
psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemahaman konsep
Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013:6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan
berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
1) Keterampilan proses
Usman
mengemukakan
dan
Setiawati
bahwa
(dalam
keterampilan
Susanto,
proses
2013:9)
merupakan
keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan
mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil
tertentu, termasuk kreativitasnya. Dalam melatih keterampilan
proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang
dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab,
dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang
bersangkutan.
23
2) Sikap
Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013:11), sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,
metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik
berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap
merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
Hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan
pada pengertian pemahaman konsep dan yang sangat berperan
adalah domain kognitif.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut
teori
Gestalt
(dalam
Susanto,
2013:12),
belajar
merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa
raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan
sesuatu, baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari
lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti
kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan
kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu
sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber
belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.
Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di
dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi. Tinggi
rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
24
Menurut Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14-18) mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu:
a. Kecerdasan anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat memengaruhi
terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan
atau tidaknya suatu permasalahan. Kemampuan merupakan potensi
dasar bagi pencapaian hasil belajar yang dibawa sejak lahir.
b. Kesiapan atau Kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di
mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana
mestinya. Setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan
bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan
ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.
c. Bakat Anak
Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar.
d. Kemauan Belajar
Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena
ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya
kelak. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung
25
jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar
yang diraihnya.
e. Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang
mempunyai minta besar terhadap suatu pelajaran, akan memusatkan
perhatiannya terhadap materi yang memungkinkan siswa tadi untuk
belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
f. Model Penyajian Materi Pelajaran
Model
penyajian
materi
yang
menyenangkan,
tidak
membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa
tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.
g. Pribadi dan Sikap Guru
Siswa pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya
melalui bacaan atau melauli guru saja, tetapi bisa juga melalui contohcontoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
h. Suasana Pengajaran
Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis
antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di
antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses
pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat
meningkat secara maksimal.
26
i. Kompetensi Guru
Guru yang profesional sangat dibutuhkan untuk membantu
siswa dalam proses belajar. Guru yang profesional adalah guru yang
memiliki kompeten dalam bidangnya dang menguasai dengan baik
bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar
mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan
semestinya.
j. Masyarakat
Lingkungan masyarakat ikut mempengaruhi kepribadian siswa,
karena dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku
manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan.
4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
berkesinambungan (Muandar, 2010:201-202). Terdapat berbagai macam
evaluasi yang berbeda, mulai dari evaluasi yang paling sederhana sampai
evaluasi yang paling kompleks.
a. Pre-test dan Post-test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan
memulai
penyajian
materi
baru.
Tujuannya,
ialah
untuk
mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan
disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak
memerlukan instrument tertulis.
27
Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan
evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas
materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan
cukup dengan menggunakan instrument sederhana yang berisi itemitem yang jumlahnya sangat terbatas.
b. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang
mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi
penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran
perkalian bilangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat atau
dasar perkalian.
c. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang
belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis ini dititikberatkan
pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat
kesulitan.
d. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan
28
evaluasi
diagnostik,
yakni
untuk
mendiagnosis
(mengetahui
penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan
belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa
pengajaran remedial (perbaikan).
e. Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan
umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau
prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program
pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setia akhir semester atau
akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan alporan resmi mengenai
kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke
kelas yang lebih tinggi.
Berdasarkan penjelasan beberapa ragam evaluasi di atas, peneliti
menggunakan evaluasi formatif dalam penelitian ini. Evaluasi diadakan
pada akhir penyajian pembelajaran, setelah dilakukan fase-fase yang
terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD).
Tujuannya adalah untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa,
dan untuk menilai sejauh mana tingkat pemahaman siswa tentang materi
yang sudah disampaikan.
Alat evaluasi yang digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar
adalah tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah tes yang
jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut
pedoman yang ditentukan sebelumnya, sedangkan tes subjektif merupakan
29
alat untuk mengukur hasil belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan
skor atau angka pasti. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban
yang diberikan oleh para siswa.
B. Mata Pelajaran IPS
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari
apa yang ada di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat
dinamakan social studies (Daldjoeni, 1981:6). Ilmu Pengetahuan Sosial
dapat diartikan penelaahan masyarakat. Melalui pengajaran sejarah,
geografi, dan ekonomi siswa diajak guru untuk menelaah manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Para siswa juga diharapkan dapat mengerti
masa kontenporer, sehingga tidak melupakan jasa-jasa pahlawan yang
telah memperjuangkan bangsa Indonesia.
Menurut Ahmad Susanto (2013:137) Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam
rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta
didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas keadaan
manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan
sosialnya.
30
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang studi yang diberikan pada
jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan
bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta
keterampilan dalam kehidupan siswa di lingkungan masyarakat. Secara
perinci, Mutakin (dalam Susanto, 2013:145-146) merumuskan tujuan
pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu
mengembangkan
berbagai
potensi
sehingga
mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
31
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:160) ruang lingkup
materi pelajaran IPS di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang
tercantum dalam kurikulum, sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan buadaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas
IV SD/MI dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
1. Memahami
sejarah,
kenampakan alam, dan
keberagaman
suku
bangsa di lingkungan
Kabupaten
dan
Provinsi.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
32
Kompetensi Dasar
Membaca peta lingkungan setempat
(Kabupaten/Kota dan Provinsi)
dengan
menggunakan
skala
sederhana.
Mendiskripsikan kenampakan alam
di lingkungan Kabupaten/Kota dan
Provinsi serta hubungannya dengan
keberagaman sosial dan budaya.
Menunjukkan jenis dan persebaran
sumber
daya
alam
serta
pemanfaatannya untuk kegiatan
ekonomi di lingkungan setempat.
Menghargai keragaman suku bangsa
dan
budaya
setempat
(Kabupaten/Kota dan Provinsi).
Menghargai berbagai peninggalan
sejarah di lingkungan setempat
(Kabupaten/Kota dan Provinsi) dan
menjaga kelestariannya.
Meneladani
kepahlawanan
dan
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi
dan
kemajuan
teknologi di lingkungan
Kabupaten/Kota
dan
Provinsi.
2.1
2.2
2.3
2.4
patriotisme
tokoh-tokoh
di
lingkungannya.
Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam
dan potensi lain di daerahnya.
Mengenal
pentingnya
koperasi
dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Mengenal perkembangan teknologi
produksi,
komunikasi,
dan
transportasi
serta
pengalaman
menggunakannya.
Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya.
C. Materi Masalah Sosial
1. Pengertian Masalah Sosial
Masalah
sosial
merupakan
permasalahan
yang
terjadi
di
masyarakat. Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang
tidak normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada
masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di
pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat
pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan
kepedulian. Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti,
saling memberi dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam
suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun.
Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial
di wilayah tersebut (Pujiati, 2008: 190).
33
2. Macam-macam Masalah Sosial
Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun
di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu
berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat nilainilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sedangkan masyarakat di
kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab
serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah
satu masalah sosial di wilayah tersebut (Pujiati, 2008:190-193). Berikut
adalah macam-macam masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat:
a. Pengangguran
Menganggur artinya tidak bekerja. Pengangguran adalah orang
dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah
pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih
banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Pengangguran dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1) Tidak memiliki keahlian/keterampilan
Orang yang tidak mempunyai
keahlian/keterampilan
niscaya tidak akan mendapat pekerjaan atau tidak dapat
menciptakan lapangan pekerjaan.
2) Malas bekerja
Golongan orang-orang malas tidak bekerja ada yang tidak
memiliki keahlian, ada yang memiliki keahlian, dan ada yang
34
berpendidikan. Akan tetapi, sifat malas mereka menyebabkan
mereka enggan bekerja.
3) Tidak ada lowongan pekerjaan
Ada orang yang memiliki pendidikan dan keahlian, tetapi
karena lapangan pekerjaan sedikit daripada jumlah angkatan kerja,
maka mereka tidak memperoleh pekerjaan.
b. Kebodohan
Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau
pendidikannya rendah. Di negara kita ternyata masih banyak orang
yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali.
Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor:
1) Kemiskinan
Keluarga yang miskin biasanya tidak memperhatikan
pendidikan anak-anaknya.
2) Tidak mengutamakan pendidikan
Ada golongan masyarakat tertentu yang menganggap
bahwa sekolah tidak penting. Adapun yang lebih penting adalah
anak bekerja membantu orang tuanya mencari penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
c. Kemiskinan
Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak,
walaupun pemerintah telah berupaya mengatasinya. Orang yang
35
miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan,
sandang dan papan. Kemiskinan dapat menyebabkan berbagai
permasalahan sosial yang lain, seperti kejahatan, kelaparan, putus
sekolah, kurang gizi, rentan penyakit dan stress. Kemiskinan bisa
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1) Faktor internal
Pendidikan yang rendah, tidak memiliki keterampilan dan
karena sifat malas.
2) Faktor eksternal
Kondisi
ekonomi
negara
yang
buruk,
harga-harga
melambung tinggi dan kurangnya perhatian pemerintah.
d. Kejahatan
Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau
perbuatan yang melanggar hukum. Pengangguran dan kemiskinan
dapat menyebabkan tindak kejahatan, orang yang tertekan masalah
ekonomi biasanya akan lebih mudah melakukan tindak kejahatan.
Kejahatan ini di mulai dari judi, penipuan, pencurian, perampokan,
penganiayaan, hingga korupsi.
e. Pertikaian
Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah
paham, emosi yang tidak terkendali atau karena memperebutkan
sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip,
seseorang atau suatu barang. Pertikaian dapat terjadi di dalam suatu
36
keluarga atau di masyarakat. Pertikaian yang tidak segera diselesaikan
bisa berakibat fatal. Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan
korban jiwa. Masyarakat yang didalamnya terdapat pertikaian atau
konflik menyebabkan suasana tidak aman dan nyaman.
f. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja berbagai macam bentuknya, seperti coretcoret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak
semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan
remaja antara lain sebagai berikut:
1) Kurangnya perhatian dari orang tua
2) Pengaruh lingkungan pergaulan
3) Kurang mantapnya kepribadian diri
4) Jauh dari kehidupan beragama
3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial
Mengatasi masalah sosial bukanlah perkara yang mudah.
Pemerintah selalu berusaha mengatasi berbagai masalah sosial dengan
melibatkan peran serta tokoh masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua
adat, lembaga-lembaga sosial dan lain-lainya (Pujiati, 2008:195-196).
Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
dalam mengatasi permasalahan sosial:
a. Pemberian Kartu Askes
Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) yang diberikan kepada
keluarga miskin. Kartu Askes kadang disebut Askeskin (Asuransi
37
Kesehatan Keluarga Miskin), dengan kartu Askes keluarga miskin
dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau
gratis.
b. Pemberian Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin)
Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari
pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. Adanya
pengadaan raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga
miskin dapat memenuhi kebutuhan pangannya.
c. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan kepada siswasiswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat SLTA. Hal ini
bertujuan untuk meringankan biaya pendidikan. Pemerintah juga
mempunyai program BOS buku, dengan BOS buku diharapkan orang
tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya
yang sekolah.
d. Sekolah Terbuka
Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya
tidak terlalu padat dan terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagi
siswa yang kurang mampu, dengan adanya sekolah terbuka siswa
dapat sekolah meskipun sudah bekerja.
e. Program Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti
menjahit, perbengkelan ataupun komputer. Pemerintah mengadakan
38
program pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah
atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan.
f. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan kepada masyarakat
miskin
yang
tidak
berpenghasilan.
BLT
merupakan
dana
kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
g. Pemberian Bantuan Modal Usaha
Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin
yang akan mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk
usaha kecil dan menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam
rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Selain
berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihak-pihak lain yang juga
turut membantu mengatasi masalah sosial, antara lain:
1) Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.
2) Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan
moral dalam menghadapi masalah sosial.
3) Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain
memberikan bantuan, beasiswa, modal usaha, penyuluhan, dan
pendidikan.
4) Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO
memberikan
bantuan
kepada
mengatasi masalah sosial.
39
pemerintah
Indonesia
untuk
5) Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid
mendidik dan mengarahkan para pemuda putus sekolah untuk
berkarya, sehingga ikut mengatasi masalah pengangguran.
6) Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat
dengan memberikan berbagai penyuluhan, bakti sosial ataupun
melatih keterampilan.
4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial
Mengatasi masalah sosial tentu bukan hal yang mudah, tentu
terdapat banyak hambatan (Pujiati, 2008:197-198). Beberapa contoh
hambatan dalam upaya mengatasi masalah sosial, antara lain:
a. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran.
Contohnya orang yang mampu mendapat bantuan sedangkan yang
miskin tidak mendapat bantuan.
b. Program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah.
c. Kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah.
d. Terdapat pihak-pihak yang menyalahgunakan bantuan dari pemerintah
maupun luar negeri.
e. Kurang kerja sama dari masyarakat yang mengalami masalah sosial
terhadap pemerintah.
f. Penyuluhan maupun pelatihan keterampilan yang diberikan kepada
masyarakat kadang-kadang tidak ditanggapi sebagaimana mestinya.
g. Terdapat pihak-pihak yang kurang peduli dalam masalah-masalah
bantuan sosial.
40
D. Model Student Team Achievement Division (STAD).
1. Pengertian Model Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkins. Student Team Achievement
Division (STAD) merupakan suatu metode generik tentang pengaturan
kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu,
guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan
kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi
kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah
atatu mengganti mater-materi ini (Rusman, 2011:217).
Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan
salah satu model yang paling sederhana, dan merupakan model yang
paling cocok untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan kooperatif. Metode kooperatif juga termasuk salah satu dari
beberapa pendekatan modern yang fokusnya adalah “humanistic
education”
yakni
pendidikan
yang
meletakkan
sebagian
besar
perhatiannya pada guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan
discovery, penggunaan metode kooperatif, dan diskusi antar siswa
(Kastolani, 2014:165).
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara
41
heterogen.
Diawali
dengan
penyampaian
tujuan
pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok
(Trianto, 2009:68). Kegiatan kelompok dapat mengajarkan siswa untuk
saling membantu memecahkan masalah yang timbul pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Adanya kesetaraan gender, ras, dan etnis
membuat
siswa
lebih
percaya
diri
untuk
berpartisipasi
dalam
mengembangkan pengetahuan, khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Setiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran
tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup
pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari
keseluruhan pelajaran. Kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya mencakup
latihan dan penilaian yang independen, secara berturut-turut (Slavin,
2009:153). Sebuah tim akan mendapat penghargaan, apabila mereka saling
membantu teman satu timnya dalam mempelajari materi. Dukungan dari
setiap anggota menjadi faktor utama kesuksesan sebuah tim. Setiap siswa
bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Meski para
siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam
mengerjakan kuis.
42
2. Kekurangan dan Kelebihan Model Student Team Achievement Division
(STAD)
Menurut Abdul Majid (2014:188), pembelajaran menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD) mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihannya adalah sebagai berikut:
a. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan siswa lain;
b. siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan;
c. dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif;
d. setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Adapun kekurangannya adalah sebagai berikut:
a. membutuhkan waktu yang lama;
b. siswa pandai cenderung enggan apabila disatukan dengan temannya
yang kurang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang
dengan sendirinya;
c. siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap
siswa harus memerhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang
diperoleh dari pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal
kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan
kuis atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri;
d. penentuan skor. Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor
yang diperoleh siswa dimasukkan ke dalam daftar skor individual,
untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor
43
peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian
hasil kelompok;
e. penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan skor peningkatan
individu, maka akan diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor
kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.
Berdasarkan
penjelasan
di
atas
mengenai
kelebihan
dan
kekurangan model Student Team Achievement Division (STAD), peneliti
dapat memberikan kesimpulan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan
dalam model Student Team Achievement Division (STAD). Salah satunya
adalah proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama karena
siswa harus melakukan fase-fase yang terdapat dalam model Student Team
Achievement Division (STAD), sedangkan untuk kelebihannya siswa lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa dapat
menguasai materi pelajaran dengan maksimal.
3. Langkah-langkah Model Student Team Achievement Division (STAD)
Setiap model pembelajaran tentunya terdapat langkah-langkah
yang mendukung terlaksananya penggunaan model pembelajaran tersebut.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan (Trianto, 2009:69-70). Persiapan-persiapan
tersebut antara lain:
44
a. Perangkat Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana
Pembelajaran (RP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabnya.
b. Membentuk Kelompok Kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan
siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu
kelompok lainnya relatif homogeny. Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok
dapat didasarkan apada prestasi akademik, yaitu:
1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu di-ranking sesuai kepandaian
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tujuannya adalah
untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan Ilmu Pengetahuan
Sosialnya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok.
2) Menentuan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,
kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas
sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa ranking
satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari
urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah
sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah
diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
45
c. Menentukan Skor Awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah
nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada
kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan
tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.
d. Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga
diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif, apabila tidak ada pengaturan tempat duduk
dapat
menimbulkan
kekacauan
yang
menyebabkan
gagalnya
pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja Kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama
kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masingmasing individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam
langkah atau fase-fase, sebagai berikut:
Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase
Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan
semua
tujuan
memotivasi siswa
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
46
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan Menyajikan informasi kepada siswa
informasi
dengan jalan mendemonstrasikan atau
lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa Menjelaskan kepada siswa bagaimana
dalam kelompok-kelompok caranya membentuk kelompok belajar
belajar
dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing
kelompok Membimbing
kelompok-kelompok
bekerja dan belajar
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah diajarkan atau
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok.
(Sumber: Trianto, 2009:71)
Model Student Team Achievement Division (STAD) telah
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti matematika, IPA, IPS,
bahasa inggris pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Prosedur model Student Team Achievement Division (STAD) membagi
siswa menjadi sebuah kelompok yang beranggotakan empat orang dengan
beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan
suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa
semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut (Rusman,
2011:213). Berikut ini adalah langkah-langkah model Student Team
Achievement Division (STAD) menurut Rusman (2011:215-216):
47
a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap
kelompoknya
terdiri
dari
4-5
siswa
yang
memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis
kelamin, rasa atau etnik.
c. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan
tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru
memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di
dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,
pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan seharihari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan
serta cara-cara mengerjakannya.
d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru
menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,
sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan
kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan,
48
memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja
tim ini merupakPan cirri terpenting dari model Student Team
Achievement Division (STAD).
e. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap
presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi
secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan
untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada
diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa
dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Menghitung skor individu
2) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan
membagi sejumlah anggota kelompok anggota kelompok tersebut.
49
3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh
predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada
masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria
tertentu yang ditetapkan guru).
Dari pemaparan di atas terdapat dua pendapat mengenai langkahlangkah model Student Team Achievement Division (STAD), tentunya inti
dari kedua pendapat tersebut tidak jauh berbeda. Model Student Team
Achievement Division (STAD) mengutamakan kerjasama antar anggota
kelompok, agar semua anggota kelompok memahami materi pelajaran
yang telah disampaikan. Selain itu, juga terdapat kuis individu yang
skornya nanti digabungkan dengan skor yang diperoleh setiap masingmasing kelompok. Reward akan diberikan kepada kelompok yang
mendapatkan skor terbanyak.
50
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Awal (Pra Siklus)
1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS
Pada tahap ini peneliti menggunakan nilai ulangan harian mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk memperoleh kemampuan
awal siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir
Kota Salatiga. Berikut ini tabel 3.1 merupakan hasil nilai ulangan
harian sebelum menggunakan model Student Team Achievement
Division (STAD):
Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
Rata-rata
51
Nilai
42
37
45
40
47
75
80
44
54
31
35
53
56
80
37
47
52
77
46
44
51,5
Ketuntasan
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
2. Data Keadaan Siswa
Siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir
Kota Salatiga tahun 2014 berjumlah 20, terdiri dari 8 orang siswa lakilaki dan 12 orang siswa perempuan. Tabel 3.2 merupakan data keadaan
siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
Jenis Kelamin
L
L
P
P
P
P
P
L
L
L
L
P
P
P
L
L
P
L
P
L
3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial materi masalah sosial. Penelitian ini menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD) yang dilaksanakan
sebanyak 2 siklus. Waktu penelitiannya adalah sebagai berikut:
52
a. Kegiatan siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2015
b. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2015
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Dalam
tahap
perencanaan
tindakan
kegiatan
yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang memuat serangkaian
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Student
Team Achievement Division (STAD). Adapun materi yang dibahas
adalah pengertian masalah sosial dan macam-macam masalah
sosial.
b. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa), kuis, dan reward untuk
mendukung pelaksanaan fase-fase yang terdapat dalam model
Student Team Achievement Division (STAD).
c. Menyiapkan materi pengertian masalah sosial dan macam-macam
masalah sosial sebagai bahan ajar.
d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat proses belajar
mengajar yang dilakukan guru dengan menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD).
53
e. Peneliti berkordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division (STAD).
f. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru
melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
rencana
pembelajaran yang dibuat sebelumnya.
b. Guru memulai pelajaran dengan salam dan berdoa yang dipimpin
oleh salah satu siswa dengan khi’mad.
c. Guru menanyakan kabar dan mengabsen daftar hadir siswa.
d. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi
pembelajaran.
e. Guru
mengajukan
pertanyaan
yang
mengaitkan
materi
pembelajaran.
f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
g. Guru menjelaskan materi tentang pengertian masalah sosial dan
macam-macam masalah sosial.
h. Guru membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen,
masing-masing terdiri dari 5 orang.
i. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang merupakan
perangkat model Student Team Achievement Division (STAD).
54
j. Guru menjelaskan cara belajar menggunakan model Student Team
Achievement Division (STAD).
k. Siswa belajar melalui model Student Team Achievement Division
(STAD) dengan bimbingan guru.
l. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok sesuai kelompoknya
masing-masing dan guru memberikan bantuan bila ada kesulitan
dengan memberi pertanyaan yang sifatnya pancingan, bukan
memberi jawaban.
m. Siswa
mewakili
kelompoknya
mempresentasikan
jawaban
berdasarkan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
n. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk semula.
o. Guru meminta siswa mengambil kertas undian yang berisi
kuis/pertanyaan secara bergantian dan menjawabnya secara
individu.
p. Guru memberikan reward kepada siswa dan kelompok yang
memperoleh skor tertinggi.
q. Sebelum pembelajaran berakhir guru memberikan soal evaluasi,
dan siswa mengerjakannya.
r. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi, guru membahas apa yang
telah dipelajari menggunakan model Student Team Achievement
Division (STAD).
3. Pengamatan atau Observasi
55
Selama
proses
pembelajaran,
peneliti
secara
langsung
melakukan pengamatan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model Student Team Achievement Division
(STAD) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Aspek yang di amati
sebagai berikut:
a. Lembar observasi guru
Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I
No
Aspek Yang Diamati
Skala Partisipasi
A
B
C
D
I
1
2
PRA PEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi
II
A
3
4
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran
v
Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
Menyampaikan materi dengan jelas
v
Mengkaitkan materi dengan realita
kehidupan
v
5
6
B
7
8
9
10
11
C
12
13
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
Membimbing siswa membentuk
kelompok secara heterogen
Menjelaskan cara mengerjakan LKS
Memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam kerja
kelompok
Memberikan kuis/pertanyaan individu
kepada siswa
Memberikan reward kepada siswa
v
v
v
v
v
v
v
v
Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
Menggunakan LKS sebagai sumber
belajar
v
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
sumber belajar
v
56
D
14
15
16
E
17
18
F
19
20
III
21
22
23
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran
v
Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa
v
Menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam pembelajaran
v
Penilaian proses dan hasil belajar
Memantau kemajuan belajar selama
proses pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
v
v
Penggunaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, baik dan benar.
Menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai
PENUTUP
Menanyakan hal-hal yang belum
diketahui siswa
Melakukan refleksi / memberikan
kesimpulan materi pembelajaran
dengan melibatkan siswa
Mengadakan tes formatif.
v
v
v
v
v
28
Jumlah
Total
Kategori
Keterangan:
39
73
Baik
1) Skor:
A = 4 (sangat baik)
B = 3 (baik)
C = 2 (cukup)
D = 1 (kurang)
57
6
0
2) Rentang kategori
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk
menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
: Interval kelas
: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil
: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil
: Banyaknya kelas
Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut:
Nilai 80 – 98 (Baik sekali)
Nilai 61 – 79 (Baik)
Nilai 42 – 60 (Buruk)
Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali)
58
b. Nilai Evaluasi Siklus I
Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
Rata-rata
Nilai
Siklus I
75
55
50
50
55
85
95
75
60
50
75
55
70
95
65
70
65
90
60
55
67,5
4. Refleksi
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan
pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division
(STAD). Pada siklus I menunjukkan bahwa, terdapat peningkatan pada
hasil belajar siswa. Siswa terlihat antusias dalam melaksanakan proses
pembelajaran dengan
model Student Team Achievement Division
(STAD). Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pusat
pembelajaran berada pada siswa. Model pembelajaran ini membuat
59
siswa aktif karena adanya sistem kerja kelompok dan kuis individu.
Masing-masing kelompok terlihat aktif dalam mengerjakan Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan siswa juga antusias dalam menjawab setiap
pertanyaan pada kuis individu.
Selama pengamatan berlangsung masih ditemukan masalahmasalah, yaitu masih ada siswa yang belum terlibat secara maksimal
dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan guru tidak melakukan
penataan tempat duduk yang sesuai. Kinerja kelompok yang kurang
maksimal juga mempengaruhi tingkat pemahaman siswa mengenai
materi. Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka peneliti akan
melakukan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki hasil belajar
pada siklus I.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pengamatan dan hasil
perolehan nilai pada siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari
siklus I. Rencana tindakan siklus II yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang memuat serangkaian
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Student
Team Achievement Division (STAD). Adapun materi yang dibahas
60
adalah upaya dalam mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam
mengatasi masalah sosial.
b. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa), kuis, dan reward untuk
mendukung pelaksanaan fase-fase yang terdapat dalam model
Student Team Achievement Division (STAD).
c. Menyiapkan materi upaya dalam mengatasi masalah sosial dan
hambatan dalam mengatasi masalah sosial sebagai bahan ajar.
d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat proses belajar
mengajar yang dilakukan guru dengan menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD).
e. Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division (STAD).
f. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Terjadi penyimpangan dari RPP yang telah dibuat, yakni guru tidak
menjelaskan konsep materi hambatan dalam mengatasi masalah
sosial.
b. Guru memulai pelajaran dengan salam dan berdoa yang dipimpin
oleh salah satu siswa dengan khi’mad.
c. Guru menanyakan kabar dan mengabsen daftar hadir siswa.
61
d. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi
pembelajaran.
e. Guru
mengajukan
pertanyaan
yang
mengaitkan
materi
pembelajaran.
f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
g. Guru menjelaskan materi tentang upaya dalam mengatasi masalah
sosial dan hambatan dalam mengatasi masalah sosial.
h. Guru membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen,
masing-masing terdiri dari 5 orang.
i. Guru membimbing siswa melakukan penataan tempat duduk
berbentuk melingkar, hal ini bertujuan agar siswa dapat berperan
secara aktif dengan kelompok masing-masing.
j. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang merupakan
perangkat model Student Team Achievement Division (STAD).
k. Guru menjelaskan cara belajar menggunakan model Student Team
Achievement Division (STAD).
l. Siswa belajar melalui model Student Team Achievement Division
(STAD) dengan bimbingan guru.
m. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok sesuai kelompoknya
masing-masing dan guru memberikan bantuan bila ada kesulitan
dengan memberi pertanyaan yang sifatnya pancingan, bukan
memberi jawaban.
62
n. Siswa
mewakili
kelompoknya
mempresentasikan
jawaban
berdasarkan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
o. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk semula.
p. Guru meminta siswa mengambil kertas undian yang berisi
kuis/pertanyaan secara bergantian dan menjawabnya secara
individu.
q. Guru memberikan reward kepada siswa dan kelompok yang
memperoleh skor tertinggi.
r. Sebelum pembelajaran berakhir guru memberikan soal evaluasi,
dan siswa mengerjakannya.
s. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi, guru membahas apa yang
telah dipelajari menggunakan model Student Team Achievement
Division (STAD).
3. Pengamatan atau Observasi
Selama
melakukan
proses
pengamatan
pembelajaran,
untuk
peneliti
mengetahui
secara
langsung
pengaruh
kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model Student Team Achievement
Division (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Variabel
yang di amati sebagai berikut:
63
a. Lembar observasi guru
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus II
No
Aspek Yang Diamati
Skala Partisipasi
A
B
C
D
I
1
2
PRA PEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi
II
A
3
4
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
Menyampaikan materi dengan jelas
Mengkaitkan materi dengan realita
v
kehidupan
5
6
B
7
8
9
10
11
C
12
13
D
14
15
16
E
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
Membimbing siswa membentuk
kelompok secara heterogen
Menjelaskan cara mengerjakan LKS
Memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam kerja
kelompok
Memberikan kuis/pertanyaan individu
kepada siswa
Memberikan reward kepada siswa
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
Menggunakan LKS sebagai sumber
v
belajar
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
v
sumber belajar
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran
v
Menunjukkan sikap terbuka terhadap
v
respon siswa
Menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam pembelajaran
v
Penilaian proses dan hasil belajar
64
17
18
F
19
20
III
21
22
23
Memantau kemajuan belajar selama
proses pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
v
v
Penggunaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, baik dan benar.
Menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai
PENUTUP
Menanyakan hal-hal yang belum
diketahui siswa
Melakukan refleksi / memberikan
kesimpulan materi pembelajaran
dengan melibatkan siswa
Mengadakan tes formatif.
v
v
v
v
v
38
Jumlah
Total
Kategori
33
6
0
77
Baik
Keterangan:
1) Skor:
A = 4 (sangat baik)
B = 3 (baik)
C = 2 (cukup)
D = 1 (kurang)
2) Rentang kategori
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk
menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
65
Keterangan:
: Interval kelas
: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil
: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil
: Banyaknya kelas
Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut:
Nilai 80 – 98 (Baik sekali)
Nilai 61 – 79 (Baik)
Nilai 42 – 60 (Buruk)
Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali)
b. Nilai Evaluasi Siklus II
Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus II
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
66
Nilai
Siklus II
60
70
55
60
70
85
85
90
65
55
(1)
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
(2)
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
(3)
60
70
70
65
75
65
85
95
65
65
4. Refleksi
Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang
lebih baik dibanding siklus I. Siswa sangat
antusias dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division (STAD), hal ini dapat terlihat ketika siswa
bekerja sama dengan kelompok masing-masing dalam mengerjakan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan oleh guru. Pembagian
kelompok pada siklus II yang berbeda dengan pembagian kelompok
pada siklus I serta penataan tempat duduk yang melingkar menambah
semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga setiap
anggota kelompok ikut berperan secara aktif dalam menyelesaikan
tugas dari guru. Siswa-siswa juga terlihat aktif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuis.
Berdasarkan unjuk kerja dan perolehan nilai pada tes evaluasi
dapat diketahui bahwa nilai yang didapatkan lebih baik dari pada
siklus I. pembelajaran pada siklus II ini telah mencapai hal yang
67
diharapkan, yakni keaktifan seluruh siswa,
pembelajaran yang
menyenangkan, dan peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu, nilai
yang diperoleh siswa telah mencapai KKM dan siswa telah mencapai
kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan telah mencapai hasil
yang maksimal, untuk itu penelitian ini dirasa telah cukup.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pra Siklus
Pada penelitian kali ini, peneliti melaksanakan penelitian
tindakan kelas (PTK)
dengan menggunakan model Student Team
Achievement Division (STAD). Model Student Team Achievement
Division (STAD) bukanlah model pembelajaran baru di dunia
pendidikan Indonesia, namun model pembelajaran yang baru bagi MI
Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Acuan
penilaian pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan Kriteria
Ketuntasan Klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa dengan berpatokan
pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan data nilai ulangan harian mata pelajaran IPS yang
diperoleh kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga, menunjukkan bahwa KKM untuk mata pelajaran IPS adalah
60. Peneliti menggunakan evaluasi formatif dalam penelitian tindakan
kelas ini, yaitu berupa tes objektif dan tes subjektif. Di bawah ini
adalah Tabel 4.1, yaitu hasil nilai ulangan harian mata pelajaran IPS
sebelum menggunakan model Student Team Achievement Division
(STAD):
69
Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
Rata-rata
Nilai
Ketuntasan
42
37
45
40
47
75
80
44
54
31
35
53
56
80
37
47
52
77
46
44
51,5
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
2. Deskripsi Data Siklus I
Hasil tes evaluasi pada siklus I mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan nilai pra siklus. Pada siklus I terdapat 13 siswa
yang tuntas dan 7 siswa yang tidak tuntas, dengan demikian baru 65%
dari jumlah seluruh siswa yang mencapai nilai KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi
target yang peneliti tentukan, yaitu 85% dari jumlah seluruh siswa
mencapai nilai KKM.
70
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
Rata-rata
Nilai
Ketuntasan
75
55
50
50
55
85
95
75
60
50
75
55
70
95
65
70
65
90
60
55
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
67,5
3. Deskripsi Data Siklus II
Hasil tes evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan siklus I. Pada siklus II, 90% dari
jumlah seluruh siswa mencapai KKM yang telah ditentukan sekolah.
Terdapat 18 siswa yang tuntas dan 2 siswa yang tidak tuntas. Hasil
belajar pada siklus II sudah memenuhi target penelitian, yaitu 85% dari
seluruh siswa mencapai KKM.
Berdasarkan hasil belajar tersebut,
maka model Student Team Achievement Division (STAD) dapat
71
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi
masalah sosial.
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
Rata-rata
Nilai
Ketuntasan
60
70
55
60
70
85
85
90
65
55
60
70
70
65
75
65
85
95
65
65
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
70,5
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, dari data
yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai siswa yang
cukup baik. Selain itu antusias siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran juga sangat tinggi. Sehingga jika dipadukan maka dengan
menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan hasil belajar
72
siswa kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari tabel gabungan nilai evaluasi dari siklus
ke siklus sebagai berikut:
Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nilai Pra
Siklus
42
37
45
40
47
75
80
44
54
31
35
53
56
80
37
47
52
77
46
44
Nama
Muhamad Nur T.
Slamet Wahyudi
Azka Rohmatul L.
Aisyah Kurniawati
Diana Aprita Zudi
Kafiyana Rohmah
Kharina Atsna Attia
Luklu Ul Maknun
M. Hasyief Annasier A.
Muhamad Aghis
Ridwan Syaiful
Rahma Aisyah
Sri Astutik
Sirri Annisa Alfi R.
Ahmad Najib Faridlo
Habib Aditara Wijaya
Zakiyah Dinda Utami
Wildan Alhafidz
Arum Tamala Azzahra
Rozikin Mubarok T.
Rata-rata
51,5
Siklus I
Siklus II
75
55
50
50
55
85
85
90
65
55
60
70
70
65
75
65
85
95
65
65
60
70
55
60
70
85
85
90
65
55
60
70
70
65
75
65
85
95
65
65
67,5
70,5
Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa perolehan ratarata nilai pada siklus I meningkat menjadi 67,5 jika dibandingkan dengan
rata-rata nilai pra siklus yang hanya 51,5. Pada siklus II meningkat lagi
menjadi 70,5. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa
73
pelaksanaan PTK dengan menggunakan model Student Team Achievement
Division (STAD) berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini memperoleh hasil seperti
tabel diatas. Berikut ini penjabaran hasil penelitian dari siklus ke siklus:
1. Siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I, peneliti menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD). Adapun dalam
penelitian mencakup 4 tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan/ observasi, dan refleksi. Sebelum
dilakukan penelitian, peneliti melakukan observasi ke MI Ma’arif
Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pada tahap ini hasil
tes evaluasi adalah 65% siswa tuntas (13 siswa) dan yang tidak tuntas
35% (7 siswa). Perolehan hasil tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada
gambar 4.1 di bawah ini:
Nilai Evaluasi Siklus I
Tidak
Tuntas
35%
Tuntas
65%
Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I
74
Berikut ini adalah Tabel 4.5, yaitu lembar observasi guru yang
peneliti gunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung:
Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I
No
Aspek Yang Diamati
Skala Partisipasi
A
B
C
D
I
1
2
PRA PEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi
II
A
3
4
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran
v
Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
Menyampaikan materi dengan jelas
v
Mengkaitkan materi dengan realita
v
kehidupan
5
6
B
7
8
9
10
11
C
12
13
D
14
15
16
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
Membimbing siswa membentuk
kelompok secara heterogen
v
Menjelaskan cara mengerjakan LKS
Memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam kerja
kelompok
Memberikan kuis/pertanyaan
individu kepada siswa
Memberikan reward kepada siswa
v
v
v
v
v
v
v
Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
Menggunakan LKS sebagai sumber
v
belajar
Melibatkan siswa dalam
pemanfaatan sumber belajar
v
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara
Keterlibatan Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran
v
Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa
v
Menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam
v
75
pembelajaran
E
17
18
F
19
20
III
21
22
23
Penilaian proses dan hasil belajar
Memantau kemajuan belajar selama
proses pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
v
v
Penggunaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, baik dan benar.
Menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai
PENUTUP
Menanyakan hal-hal yang belum
diketahui siswa
Melakukan refleksi / memberikan
kesimpulan materi pembelajaran
dengan melibatkan siswa
Mengadakan tes formatif.
v
v
v
v
v
28
Jumlah
Total
Kategori
Keterangan:
39
6
0
73
Baik
a. Skor:
A = 4 (sangat baik)
B = 3 (baik)
C = 2 (cukup)
D = 1 (kurang)
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar
mengajar pada siklus I memperoleh skor 73 dari skor maksimal 92.
Sehingga aktifitas guru pada siklus I tergolong predikat baik.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah
sebagai berikut :
76
1) Penilaian pra pembelajaran, berada pada skor nilai 3 berpredikat
baik.
2) Penilaian penguasaan materi pembelajaran, berada pada skor
nilai 3 berpredikat baik.
3) Penilaian tehadap pendekatan/strategi pembelajaran, berada
pada skor nilai 2 berpredikat cukup.
4) Penilaian terhadap pemanfaatan sumber belajar atau media
pembelajaran berada pada skor nilai 2 berpredikat cukup.
5) Penilaian terhadap pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan siswa berada pada skor nilai 3 berpredikat baik.
6) Penilaian terhadap penilaian proses dan hasil belajar berada
pada skor nilai 3 berpredikat baik.
7) Penilaian terhadap penggunaan bahasa berada pada skor nilai 3
berpredikat baik.
8) Penilaian terhadap penutup pelajaran berada pada skor nilai 3
berpredikat baik.
b. Rentang kategori
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk
menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
77
Keterangan:
: Interval kelas
: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil
: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil
: Banyaknya kelas
Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut:
Nilai 80 – 98 (Baik sekali)
Nilai 61 – 79 (Baik)
Nilai 42 – 60 (Buruk)
Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali)
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru
menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD)
adalah sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran
Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa,
mengabsen siswa, memberi motivasi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh guru sudah sesuai
dengan RPP.
78
b. Penguasaan materi
Guru dapat menerangkan materi pengertian masalah sosial
dan macam-macam masalah sosial dengan jelas dan runtut,
sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik.
c. Menyajikan materi
Guru mengaitkan materi pengertian masalah sosial dan
macam-macam masalah sosial dengan kehidupan nyata, hal ini
memudahkan siswa dalam memahami materi karena terjadi di
lingkungan mereka tinggal. Selain itu guru juga berinovasi dengan
cara membuat suasana kelas menjadi ceria.
d. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru sudah cukup baik,
hal ini terlihat pada saat guru mendampingi siswa dalam
membentuk 4 kelompok secara heterogen. Setiap kelompok
beranggotakan 5 orang siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan
berbeda-beda, sesuai dengan fase-fase yang terdapat dalam model
Student Team Achievement Division (STAD). Suasana kelas
menjadi ramai, karena ada beberapa siswa yang keberatan dengan
kelompoknya. Siswa cenderung ingin satu kelompok dengan
teman akrab mereka, tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Guru
dapat mengkondisikan suasana kelas menjadi tenang kembali,
dengan cara memberikan pengertian kepada siswa.
79
e. Ketepatan penggunaan metode
Guru masih awam terhadap model Student Team
Achievement Division (STAD), sehingga 2 hari sebelumnya
peneliti telah memberikan RPP untuk dipelajari oleh guru. Dalam
pelaksanaannya penggunaaan model Student Team Achievement
Division (STAD) masih ada beberapa kekurangan, yaitu 35% dari
jumlah keseluruhan siswa belum terlibat secara maksimal dalam
kerja kelompok. Hal ini disebabkan guru tidak melakukan
penataan tempat duduk yang sesuai. Kinerja kelompok yang
kurang maksimal juga mempengaruhi tingkat pemahaman siswa
mengenai materi.
f. Pelaksanaan evaluasi
Pelaksaan evaluasi berjalan dengan baik dan lancar. Siswa
menuruti perintah yang diberikan oleh guru, yaitu mengerjakan tes
evaluasi. Guru juga membimbing siswa dalam mengerjakan soalsoal evaluasi.
g. Menutup pelajaran
Guru menutup pelajaran dengan membuat kesimpulan
bersama-sama dengan siswa, dan mengakhiri pelajaran dengan
salam.
2. Siklus II
Pada
siklus
II
tindakan
penelitian mempertimbangkan
kekurangan dan kendala yang muncul pada siklus I. Proses
80
pembelajaran masih sama dengan siklus I yaitu menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD). Melalui data yang
diperoleh pada siklus II, dapat dilihat terjadi peningkatan yang
signifikan pada hasil belajar siswa sebesar 25% dari siklus I. Hasil tes
evaluasi yang diperoleh pada siklus II yaitu 90% (18 siswa) tuntas,
sedangkan 10% (2 siswa) tidak tuntas. Dengan demikian, presentase
nilai yang diperoleh pada siklus II telah memenuhi target yang telah
ditetapkan peneliti yaitu 85% siswa tuntas atau mencapai nilai KKM
yang ditetapkan MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga. Perolehan presentase nilai tes evaluasi pada siklus II sebagai
berikut:
Nilai Evaluasi Siklus II
Tidak
Tuntas
10% Tuntas
90%
Gambar 4.2 Presentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II
Berikut ini adalah tabel 4.6 yaitu lembar observasi guru yang
peneliti gunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung:
Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II
No
Aspek Yang Diamati
I
1
2
PRA PEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi
II
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
81
Skala Partisipasi
A
B
C
D
v
v
A
3
4
5
6
B
7
8
9
10
11
C
12
13
D
14
15
16
E
17
18
F
19
20
Penguasaan Materi Pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
Menyampaikan materi dengan jelas
Mengkaitkan materi dengan realita
kehidupan
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
Membimbing siswa membentuk
kelompok secara heterogen
Menjelaskan cara mengerjakan LKS
Memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam kerja
kelompok
Memberikan kuis/pertanyaan individu
kepada siswa
Memberikan reward kepada siswa
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
Menggunakan LKS sebagai sumber
v
belajar
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
sumber belajar
v
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara
Keterlibatan Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran
v
Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa
v
Menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam pembelajaran v
Penilaian proses dan hasil belajar
Memantau kemajuan belajar selama
proses pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
Penggunaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, baik dan benar.
Menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai
82
v
v
v
v
III
21
22
23
PENUTUP
Menanyakan hal-hal yang belum
diketahui siswa
Melakukan refleksi / memberikan
kesimpulan materi pembelajaran
dengan melibatkan siswa
Mengadakan tes formatif.
v
v
v
38
Jumlah
Total
Kategori
Keterangan:
33
6
0
77
Baik
a. Skor:
A = 4 (sangat baik)
B = 3 (baik)
C = 2 (cukup)
D = 1 (kurang)
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar
mengajar pada siklus I memperoleh skor 77 dari skor maksimal 92.
Sehingga aktifitas guru pada siklus I tergolong predikat baik.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah
sebagai berikut :
1) Penilaian pra pembelajaran, berada pada skor nilai 2 berpredikat
cukup.
2) Penilaian penguasaan materi pembelajaran, berada pada skor
nilai 3 berpredikat baik.
3) Penilaian tehadap pendekatan/strategi pembelajaran, berada
pada skor nilai 3 berpredikat baik.
83
4) Penilaian terhadap pemanfaatan sumber belajar atau media
pembelajaran berada pada skor nilai 3 berpredikat baik.
5) Penilaian terhadap pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan siswa berada pada skor nilai 4 berpredikat sangat
baik.
6) Penilaian terhadap penilaian proses dan hasil belajar berada
pada skor nilai 3 berpredikat baik.
7) Penilaian terhadap penggunaan bahasa berada pada skor nilai 3
berpredikat baik.
8) Penilaian terhadap penutup pelajaran berada pada skor nilai 3
berpredikat baik.
b. Rentang kategori
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk
menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
: Interval kelas
: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil
84
: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil
: Banyaknya kelas
Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut:
Nilai 80 – 98 (Baik sekali)
Nilai 61 – 79 (Baik)
Nilai 42 – 60 (Buruk)
Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali)
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru
menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD)
adalah sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran
Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa,
mengabsen siswa, memberi motivasi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh guru sudah sesuai
dengan RPP.
b. Penguasaan materi
Guru telah menguasai materi upaya mengatasi masalah
sosial dan hambatan-hambatan dalam mengatasi masalah sosial
dengan baik, akan tetapi karena alokasi waktu yang kurang
memadai guru tidak menjelaskan materi hambatan-hambatan
dalam mengatasi masalah sosial secara keseluruhan.
85
c. Menyajikan materi
Pada
pelaksanaan
penelitian
siklus
ke
II,
guru
menyampaikan materi pelajaran tidak sesuai dengan RPP yang
telah peneliti siapkan sebelumnya. Terjadi penyimpangan yang
dilakukan oleh guru pada saat menyampaikan materi pelajaran,
yaitu guru hanya menyampaikan materi upaya mengatasi masalah
sosial dan tidak menyampaikan materi hambatan-hambatan dalam
mengatasi masalah sosial secara keseluruhan. Akibatnya siswa
kurang memahami pada materi hambatan-hambatan dalam
mengatasi masalah sosial.
d. Pengelolaan kelas
Guru mendampingi siswa dalam membentuk 4 kelompok
secara heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa
yang mempunyai tingkat kecerdasan berbeda-beda. Selain itu,
guru juga mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan masingmasing kelompok membentuk lingkaran. Hal ini memudahkan
guru dalam mengawasi siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Selain itu, dengan posisi tempat duduk yang
melingkar
memudahkan
guru
dalam
menjelaskan
materi
pembelajaran.
e. Ketepatan penggunaan metode
Guru
telah
menggunakan
model
Student
Team
Achievement Division (STAD) dengan baik, sesuai dengan fase-
86
fase yang terdapat dalam model Student Team Achievement
Division (STAD). Fase-fase tersebuat adalah menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kempok,
evaluasi, dan memberikan pengahargaan. Hal ini mempengaruhi
peningkatan hasil belajar siswa yang lebih baik dari siklus I.
f. Pelaksanaan evaluasi
Pelaksanaan evaluasi berjalan dengan baik dan lancar.
Siswa menuruti perintah yang diberikan oleh guru untuk
mengerjakan tes evaluasi. Guru juga membimbing siswa dalam
mengerjakan soal-soal evaluasi.
g. Menutup pelajaran
Guru menutup pelajaran dengan membuat kesimpulan
bersama-sama dengan siswa, dan mengakhiri pelajaran dengan
salam.
Pada siklus II penerapan model Student Team Achievement
Division (STAD) telah membantu siswa agar lebih faham terhadap
materi masalah sosial. Selain itu, penerapan model Student Team
Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS telah merubah
persepsi siswa yang awalnya beranggapan IPS merupakan pelajaran
yang membosankan dan cenderung banyak menghafal menjadi suatu
pelajaran yang menyenangkan. Hal ini juga dibuktikan dengan
meningkatnya hasil belajar siswa.
87
3. Rekapitulasi Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
No
Kategori
1
Tuntas
2
Tidak
Tuntas
Jumlah
Pra Siklus
Siswa
%
4
Siklus I
Siswa
%
20%
13
16 80%
20 100%
65%
7 35%
20 100%
Siklus II
Siswa
%
18
90%
2 10%
20 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa ketuntasan siswa
kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
meningkat. Dari pra siklus sebelum dilakukan tindakan, siswa yang
mencapai ketuntasan hanya 20 % dari keseluruhan jumlah siswa.
Sedangkan pada siklus I sebesar 65% dan siklus II mencapai 90%.
Berikut ini adalah gambar 4.3 yang menunjukkan peningkatan jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan dari pra siklus hingga siklus II:
18
18
16
16
13
14
12
Tuntas
10
7
8
6
Tidak Tuntas
4
4
2
2
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.3 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model
Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatanp Tingkir
Kota Salatiga pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial. Siswa
mencapai nilai KKM ditandai dengan peningkatan Kriteria Ketuntasan
Klasikal pada siklus I sebesar 65% dan siklus II sebesar 90%.
B. Saran-saran
1. Kepala Sekolah
Sebaikya
kepala sekolah dapat memfasilitasi guru dalam
meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan model-model
pembelajaran yang lebih inovatif.
2. Guru
Diharapkan guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran, karena pada dasarnya guru hanya sebagai
fasilitator. Selain itu, pemberian penghargaan dapat memacu siswa
untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
89
3. Siswa
Sebaiknya
siswa
dapat
lebih
aktif
dalam
mengikuti
ppembelajaran dan memahami materi yang diberikan oleh guru,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada pelajaran
IPS.
90
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Daldjoeni. 1981. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni.
Kastolani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif. Salatiga: STAIN Salatiga Pers.
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pujiati, Retno Heny, & Umi Yuliati. 2008. Cerdas Pengetahuan Sosial. Jakarta:
Pusat Perbukuan.
Rasimin. 2012. Pembelajaran IPS. Salatiga: STAIN Salatiga Pers.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu
Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Supramono & Sugiarto. 1993. Statistika. Yogyakarta: Andi Offset.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
Tanto, Taufik Agus. 2011. Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
Tentang
Standar
Isi
(Lampiran
SD-MI),
(online),
(http://standarkompetensikelasmenurutpermendikbudtahun2006.com,
diakses pada tanggal 9 Juli 2015).
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
91
Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat:
Gaung Persada Pers.
92
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I
Menggunakan Model Student Team Achievement Division (STAD)
Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Kutowinangun
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester
: IV / II
Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian masalah sosial.
2. Menyebutkan macam-macam masalah sosial di daerahnya.
D. Tujuan Pembelajaran:
1. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menjelaskan pengertian
masalah sosial.
2. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menyebutkan macammacam masalah sosial di daerahnya.
93
E. Materi Pembelajaran
1. Masalah sosial
Masalah sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal
atau tidak semestinya dan terjadi di masyarakat.
2. Macam-macam masalah sosial:
a. Pengangguran
Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja
dan tidak mendapatkan penghasilan.
b. Kebodohan
Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau
pendidikannya rendah.
c. Kemiskinan
Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak,
walaupun pemerintah telah berupaya mengatasinya. Orang yang
miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti
pangan, sandang dan papan.
d. Kejahatan
Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau
perbuatan
yang
melanggar
hukum.
Pengangguran
dan
kemiskinan dapat menyebabkan tindak kejahatan, orang yang
tertekan masalah ekonomi biasanya akan lebih mudah melakukan
tindak kejahatan. Kejahatan ini di mulai dari judi, penipuan,
pencurian, perampokan, penganiayaan, hingga korupsi.
94
e. Pertikaian
Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena
salah paham, emosi yang tidak terkendali atau karena
memperebutkan sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat
berupa suatu prinsip, seseorang atau suatu barang. Pertikaian
dapat terjadi di dalam suatu keluarga atau di masyarakat.
f. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja berbagai macam bentuknya, seperti
coret-coret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan
yang tidak semestinya ataupun menggunakan narkoba.
F. Metode Pembelajaran:
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Student Team Achievement Division (STAD)
4. Penugasan
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media dan alat:
a. Kertas undian
b. LKS
2. Sumber belajar
Buku Sekolah Elektronik, Cerdas Pengetahuan Sosial untuk
kelas IV, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, hal 189-203
95
H. Langkah-langkah pembelajaran:
No.
Kegiatan Pembelajaran
STAD
Alokasi
Waktu
1.
Kegiatan awal:
10
Apersepsi
menit
 Penyiapan siswa
 Guru membuka pelajaran dengan
salam dan berdoa yang dipimpin
oleh salah satu siswa dengan
khi’mad.
 Guru bertanya “apa kabar anakanak?”
 Guru mengabsen daftar hadir
siswa.
 Memotivasi siswa
 Siapa
yang
pernah
melihat
tawuran pelajar?
 Mengajukan
pertanyaan
yang
mengaitkan materi pembelajaran
 Apa itu masalah sosial?
 Menjelaskan tujuan
Fase 1
 Setelah selesai pembelajaran
anak
dapat
menjelaskan
pengertian masalah sosial.
 Setelah selesai pembelajaran
anak
dapat
menyebutkan
macam-macam
masalah
sosial di daerahnya.
 Menjelaskan cakupan materi
 Hari ini kita akan belajar tentang
masalah sosial
96
2.
Kegiatan inti:
45
Eksplorasi
menit
 Guru menjelaskan materi tentang
pengertian
masalah
sosial
dan
Fase 2
macam-macam masalah sosial
 Guru
membimbing
siswa
membentuk
kelompok
secara
heterogen,
masing-masing
terdiri
Fase 3
dari 5 orang.
 Guru membagi Lembar Kerja Siswa
(LKS).
 Guru
memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk membaca LKS
dan bertanya jika ada hal-hal yang
belum
dipahami
mengenai
permasalahan dalam LKS.
 Guru meminta siswa mengerjakan
LKS secara berkelompok dengan
kelompoknya masing-masing.
 Guru mengawasi kerja kelompok
dengan mendatangi kelompok dan
memberi bantuan bila ada kesulitan
dengan memberi pertanyaan yang
sifatnya pancingan, bukan memberi
jawaban.
Elaborasi
 Guru
meminta
siswa
kelompoknya
untuk
mempresentasikan
berdasarkan
mewakili
jawaban
hasil
diskusi
kelompoknya dan kelompok lain
97
Fase 4
memberikan tanggapan.
 Guru meminta siswa untuk kembali
Fase 5
ke tempat duduk semula.
 Guru meminta siswa mengambil
kertas
undian
yang
berisi
kuis/pertanyaan secara bergantian.
 Guru
meminta
siswa
menjawab
kuis/pertanyaan secara individu
 Guru memberikan reward kepada
siswa
dan
kelompok
yang
Fase 6
memperoleh skor tertinggi.
Konfirmasi
 Guru bertanya tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa
 Guru memberikan
soal
evaluasi
untuk mengukur kepahaman siswa.
3.
Kegiatan akhir:

Guru
15
menyimpulkan
materi
pmbelajaran hari ini.

Guru menutup pelajaran dengan
berdoa.

Guru meninggalkan kelas dengan
mengucapkan salam.
I. Penilaian Hasil Pembelajaran
Menilai ketercapaian dari tujuan pembelajaran dengan
menggunakan tes tertulis, dengan rincian sebagai berikut:
1. Tes Objektif
2. Tes Subjektif
98
menit
Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar!
1. Salah satu ciri masyarakat di pedesaan adalah ....
a. Egois
c. Kurang peduli
b. Individualis
d. Gemar bergotong royong
2. Pengangguran terjadi karena tidak tersedianya ....
a. Modal
c. Lowongan pekerjaan
b. Tenaga kerja
d. Tenaga ahli
3. Di bawah ini merupakan contoh tindak kejahatan, kecuali ….
a.
Mencuri
c. Menolong orang lain
b.
Membunuh
d. Merampok
4. Orang yang termasuk miskin atau di bawah garis kemiskinan yaitu
orang yang tidak dapat memenuhi ….
a. Kebutuhan pendidikannya
c. Kebutuhan pokoknya
b. b. Kebutuhan tambahannya
d. Kewajibannya
5. Berikut ini yang merupakan sifat masalah sosial adalah ....
a. Dampaknya dirasakan oleh masyarakat luas
b. Dapat diselesaikan sendiri
c. Hanya merugikan diri sendiri jika tidak diselesaikan
d. Terjadi karena kelalaian pribadi
6. Tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh ....
a. Angka kelahiran lebih besar dari angka kematian
b. Banyak penduduk yang pindah ke negara lain
99
c. Banyak turis yang datang melancong
d. Keberhasilan program KB
7. Salah satu masalah kependudukan adalah rendahnya kualitas penduduk.
Salah satu penyebab masalah ini adalah ….
a. Penduduk sudah peduli pendidikan anak
b. Banyak lulusan sarjana yang menganggur
c. Penduduk rajin belajar sendiri
d. Tingkat pendidikan penduduk rendah
8. Manusia adalah mahkluk sosial. Ini berarti manusia ....
a. Tidak bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain
b. Bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain
c. Menggantungkan hidupnya pada orang lain
d. Menolak campur tangan orang lain dalam hidupnya
9. Perbedaan sosial yang sangat menonjol dalam lingkungan kita adalah
keadaan masyarakat yang kaya dan ada pula ….
a. Masyarakat pegawai
c. Para pedagang
b. Petani dan buruh
d. Masyarakat miskin
10. Termasuk ke dalam masalah sosial adalah ....
a. Tersedianya lapangan kerja
c.Swasembada pangan
b. Tingkat perekonomian maju pesat
d. Kemiskinan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud masalah sosial?
2. Sebutkan contoh masalah sosial yang terdapat di lingkungan sekitarmu!
100
3. Sebutkan tiga contoh yang termasuk tindak kejahatan!
4. Sebutkan tiga contoh kenakalan remaja!
5. Apa penyebab adanya pengangguran?
6. Kunci Jawaban:
Objektif
1. D
6. A
2. C
7. D
3. C
8. A
4. C
9. D
5. A
10. B
Subjektif
1. Masalah sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal atau
tidak semestinya dan terjadi di masyarakat.
2. Kemiskinan, kebodohan, dan tindak kejahatan.
3. Pencurian, pembunuhan, dan korupsi.
4. Tawuran remaja, narkoba, dan mencoret-coret dinding.
5. Kurangnya lapangan kerja yang tersedia.
Penskoran:
Pilihan ganda = 10 soal, skor per soal 10
101
102
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II
Menggunakan Model Student Team Achievement Division (STAD)
Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Kutowinangun
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester
: IV / II
Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
C. Indikator
1. Menjelaskan upaya mengatasi masalah sosial
2. Menyebutkan hambatan dalam mengatasi masalah sosial
D. Tujuan Pembelajaran:
1. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menjelaskan upaya
mengatasi masalah sosial.
2. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menyebutkan hambatan
dalam mengatasi masalah sosial.
103
E. Materi Pembelajaran
1. Upaya Mengatasi Masalah Sosial.
Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan
oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial:
a. Pemberian kartu askes
Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) yang diberikan
kepada keluarga miskin), dengan kartu Askes keluarga miskin
dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan
atau gratis.
b. Pemberian beras untuk masyarakat miskin (Raskin)
Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan
dari pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah.
c. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pemerintah juga mempunyai program BOS buku untuk
siswa sekolah dasar sampai SLTA, dengan BOS buku
diharapkan orang tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku
pelajaran untuk anaknya yang sekolah.
d. Sekolah Terbuka
Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu
belajarnya tidak terlalu padat dan terikat. Sekolah terbuka
diperuntukkan bagi siswa yang kurang mampu.
104
e. Program Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus
seperti menjahit, perbengkelan ataupun komputer.
f. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan kepada
masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan. BLT merupakan
dana kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM).
g. Pemberian Bantuan Modal Usaha
Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat
miskin yang akan mengembangkan atau memulai suatu usaha.
Biasanya untuk usaha kecil dan menengah.
Selain berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihakpihak lain yang juga turut membantu mengatasi masalah sosial,
antara lain:
a. Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang
mampu.
b. Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang
keimanan dan moral dalam menghadapi masalah sosial.
c. Para
pengusaha
dan
lembaga-lembaga
sosial
kemasyarakatan lain memberikan bantuan, beasiswa, modal
usaha, penyuluhan, dan pendidikan.
105
d. Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF
dan WHO memberikan bantuan kepada pemerintah
Indonesia untuk mengatasi masalah sosial.
e. Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid
mendidik dan mengarahkan para pemuda putus sekolah
untuk
berkarya,
sehingga
ikut
mengatasi
masalah
pengangguran.
f. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat
dengan memberikan berbagai penyuluhan, bakti sosial
ataupun melatih keterampilan.
2. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial
Mengatasi masalah sosial tentu bukan hal yang mudah,
tentu terdapat banyak hambatan. Beberapa contoh hambatan dalam
upaya mengatasi masalah sosial, antara lain:
a. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat
sasaran. Contohnya orang yang mampu mendapat bantuan
sedangkan yang miskin tidak mendapat bantuan.
b. Program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah.
c. Kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan
pemerintah.
d. Terdapat pihak-pihak yang menyalahgunakan bantuan dari
pemerintah maupun luar negeri.
106
e. Kurang kerja sama dari masyarakat yang mengalami masalah
sosial terhadap pemerintah.
f. Penyuluhan maupun pelatihan keterampilan yang diberikan
kepada
masyarakat
kadang-kadang
tidak
ditanggapi
sebagaimana mestinya.
g. Terdapat pihak-pihak yang kurang peduli dalam masalahmasalah bantuan sosial.
F. Metode Pembelajaran:
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Student Team Achievement Division (STAD)
4. Penugasan
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media dan alat:
a. Kertas undian
b. LKS
2. Sumber belajar
Buku Sekolah Elektronik, Cerdas Pengetahuan Sosial untuk
kelas IV, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, hal 189-203
H. Langkah-langkah pembelajaran:
No
Kegiatan Pembelajaran
STAD
Alokasi
Waktu
1.
Kegiatan awal:
10
107
Apersepsi
menit
 Penyiapan siswa
 Guru membuka pelajaran dengan
salam dan berdoa yang dipimpin
oleh
salah
satu
siswa
dengan
khi’mad.
 Guru bertanya “apa kabar anakanak?”
 Guru mengabsen daftar hadir siswa.
 Memotivasi siswa
 Siapa yang masih ingat pengertian
masalah sosial?
 Mengajukan
pertanyaan
yang
mengaitkan materi pembelajaran
 Siapa
yang
pernah
mendengar
Askes?
 Menjelaskan tujuan
Fase 1
 Setelah selesai pembelajaran
anak dapat menjelaskan upaya
mengatasi masalah sosial.
 Setelah selesai pembelajaran
anak
dapat
hambatan
menyebutkan
dalam
mengatasi
masalah sosial.
 Menjelaskan cakupan materi
 Hari ini kita akan belajar tentang
masalah sosial
2.
Kegiatan inti:
45
Eksplorasi
 Guru
menit
menjelaskan
materi
tentang
pengertian masalah sosial dan macam108
Fase 2
macam masalah sosial
 Guru membimbing siswa membentuk
kelompok secara heterogen, masing-
Fase 3
masing terdiri dari 5 orang.
 Guru membagi Lembar Kerja Siswa
(LKS).
 Guru memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk
membaca
LKS
dan
bertanya jika ada hal-hal yang belum
dipahami
mengenai
permasalahan
dalam LKS.
 Guru meminta siswa mengerjakan LKS
secara
berkelompok
Fase 4
dengan
kelompoknya masing-masing.
 Guru
mengawasi
dengan
kerja
mendatangi
kelompok
kelompok
dan
memberi bantuan bila ada kesulitan
dengan
memberi
pertanyaan
yang
sifatnya pancingan, bukan memberi
jawaban.
Elaborasi
 Guru
meminta
siswa
mewakili
kelompoknya untuk mempresentasikan
jawaban
berdasarkan
kelompoknya
dan
hasil
diskusi
kelompok
lain
memberikan tanggapan.
 Guru meminta siswa untuk kembali ke
tempat duduk semula.
 Guru meminta siswa mengambil kertas
undian yang berisi kuis/pertanyaan
secara bergantian.
109
Fase 5
 Guru
meminta
siswa
menjawab
kuis/pertanyaan secara individu
 Guru memberikan reward kepada siswa
dan kelompok yang memperoleh skor
Fase 6
tertinggi.
Konfirmasi
 Guru bertanya tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa
 Guru memberikan soal evaluasi untuk
mengukur kepahaman siswa.
3.
Kegiatan akhir:

15
Guru menanyakan apa yang telah
menit
dilakukan hari ini.

Guru
menyimpulkan
materi
pmbelajaran hari ini.

Guru
menutup
pelajaran
dengan
berdoa.

Guru meninggalkan kelas dengan
mengucapkan salam.
I. Penilaian Hasil Pembelajaran
Menilai ketercapaian dari tujuan pembelajaran dengan
menggunakan tes tertulis, dengan rincian sebagai berikut:
1. Tes Objektif
2. Tes Subjektif
Soal Evaluasi.
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar!
110
1. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan akibat dari
kompensasi kenaikan harga ….
a. Sembako
c. Tarif dasar listrik
b. Pulsa telpon
d. Bahan bakar minyak
2. Pemberian kartu Askes bagi masyarakat miskin bertujuan untuk
mengatasi masalah di bidang ....
a. Pangan
c. Pendidikan
b. Tenaga kerja
d. Kesehatan
3. Di bawah ini yang bukan merupakan contoh upaya pemerintah dalam
mengatasi permasalahan sosial adalah ....
a. Pemberian kartu askes
b. Pemberian beras untuk raskin
c. Pemberian bantuan modal usaha
d. Pemberian penghargaan upakarti
4. Pemberian kartu askes berguna untuk ....
a. Keluarga kaya
c. Berobat untuk keluarga miskin
b. Berobat gratis bagi semua
d. Untuk biaya umum
5. Dana kompensasi pengganti kenaikan BBM adalah ....
a. BOS
c. Askes
b. BTL
d. Raskin
6. Banyaknya masalah sosial di sekitar kita menjadi tanggung jawab ....
a. Orang tua
c. Pemerintah
b. Guru
d. Pemerintah dan masyarakat
111
7. Yang bukan merupakan program yang dilaksanakan oleh pemerintah
untuk menanggulangi masalah sosial di masyarakat adalah ....
a. Raskin
c. Askeskin
b. BOS
d. Penghijauan
8. Kegiatan yang biasanya dilakukan untuk membantu masyarakat
miskinseperti sembako murah, pengobatan gratis dan khitanan massal
sering dinamakan kegiatan ....
a. PPL
c. Bakti Sosial
b. KKN
d. Bakti Masyarakat
9. Keluarga yang tidak harmonis, anak yang tidak terurus oleh orang
tuanya, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya ....
a. Kemiskinan
c. Kenakalan remaja
b. Pengangguran
d. Kriminalitas
10. Pemerintah telah memberikan BLT kepada warga yang berhak
menerima. BLT adalah ….
a. Bimbingan Lingkungan Terpadu
b. Bantuan Lingkungan Terprogram
c. Bantuan Langsung Tunai
d. Bimbingan Langsung Terampi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan upaya mengatasi masalah sosial yang dilakukan pemerintah!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan BOS!
3. Jelaskan kegunaan dari Askes!
112
4. Sebutkan hambatan-hambatan dalam menyelesaikan permasalahan
sosial!
5. Sebutkan beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi
masalah kemiskinan!
Kunci Jawaban:
Objektif:
1. D
6. D
2. D
7. D
3. D
8. C
4. C
9. C
5. B
10. C
Subjektif:
1. Pemberian kartu Askes, pemberian BOS, dan pemberian Bantuan Tunai
Langsung.
2. Bantuan Operasional sekolah yang diberikan kepada siswa tingkat
sekolah dasar sampai SLTA.
3. Untuk meringankan biaya pengobatan rumah sakit.
4. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran,
program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah, kurang
disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah, dan lain
sebagainya.
113
114
Lampiran 3
DOKUMENTASI SIKLUS I
1. Suasana belajar di dalam kelas.
2. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
115
3. Guru menyampaikan materi pembelajaran.
4. Siswa belajar menggunakan model Student Team Achievement Division
(STAD).
5. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
116
6. Siswa melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing.
7. Siswa menjawab kuis yang diberikan oleh guru.
8. Guru memberikan reward atau penghargaan untuk siswa.
117
Lampiran 4
DOKUMENTASI SIKLUS II
1. Suasana belajar di dalam kelas.
2. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
118
3. Guru menyampaikan materi pembelajaran.
4. Siswa belajar menggunakan model Student Team Achievement Division
(STAD).
5. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
119
6. Siswa melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing.
7. Siswa menjawab kuis yang diberikan oleh guru.
8. Guru memberikan reward atau penghargaan untuk siswa.
120
Lampiran 5
SOAL EVALUASI SIKLUS I
A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar!
1. Salah satu ciri masyarakat di pedesaan adalah ....
a. Egois
c. Kurang peduli
b. Indivudualis
d. Gemar bergotong royong
2. Pengangguran terjadi karena tidak tersedianya ....
a. Modal
c. Lowongan pekerjaan
b. Tenaga kerja
d. Tenaga ahli
3. Di bawah ini merupakan contoh tindak kejahatan, kecuali ….
c. Mencuri
c. Menolong orang lain
d. Membunuh
d. Merampok
4. Orang yang termasuk miskin atau di bawah garis kemiskinan yaitu
orang yang tidak dapat memenuhi ….
a. Kebutuhan pendidikannya
c. Kebutuhan pokoknya
b. Kebutuhan tambahannya
d. Kewajibannya
5. Berikut ini yang merupakan sifat masalah sosial adalah ....
a. Dampaknya dirasakan oleh masyarakat luas
b. Dapat diselesaikan sendiri
c. Hanya merugikan diri sendiri jika tidak diselesaikan
d. Terjadi karena kelalaian pribadi
121
6. Tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh ....
a. Angka kelahiran lebih besar dari angka kematian
b. Banyak penduduk yang pindah ke negara lain
c. Banyak turis yang datang melancong
d. Keberhasilan program KB
7. Salah satu masalah kependudukan adalah rendahnya kualitas
penduduk. Salah satu penyebab masalah ini adalah ….
a. Penduduk sudah peduli pendidikan anak
b. Banyak lulusan sarjana yang menganggur
c. Penduduk rajin belajar sendiri
d. Tingkat pendidikan penduduk rendah
8. Manusia adalah mahkluk sosial. Ini berarti manusia ....
a. Tidak bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain
b. Bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain
c. Menggantungkan hidupnya pada orang lain
d. Menolak campur tangan orang lain dalam hidupnya
9. Perbedaan sosial yang sangat menonjol dalam lingkungan kita adalah
keadaanmasyarakat yang kaya dan ada pula ….
a. Masyarakat pegawai
c. Para pedagang
b. Petani dan buruh
d. Masyarakat miskin
10. Termasuk ke dalam masalah sosial adalah ....
a. Tersedianya lapangan kerja
c. Swasembada pangan
b. Tingkat perekonomian maju pesat
d. Kemiskinan
122
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud masalah sosial?
2. Sebutkan contoh masalah sosial yang terdapat di lingkungan
sekitarmu!
3. Sebutkan tiga contoh yang termasuk tindak kejahatan!
4. Sebutkan tiga contoh kenakalan remaja!
5. Apa penyebab adanya pengangguran?
123
Lampiran 6
SOAL EVALUASI SIKLUS II
A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar!
1. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan akibat dari
kompensasi kenaikan harga ….
a. Sembako
c. Tarif dasar listrik
b. Pulsa telpon
d. Bahan bakar minyak
2. Pemberian kartu Askes bagi masyarakat miskin bertujuan untuk
mengatasi masalah di bidang ....
a. Pangan
c. Pendidikan
b. Tenaga kerja
d. Kesehatan
3. Di bawah ini yang bukan merupakan contoh upaya pemerintah dalam
mengatasi permasalahan sosial adalah ....
a. Pemberian kartu askes
b. Pemberian beras untuk raskin
c. Pemberian bantuan modal usaha
d. Pemberian penghargaan upakarti
4. Pemberian kartu askes berguna untuk ....
a. Keluarga kaya
c. Berobat untuk keluarga miskin
b. Berobat gratis bagi semua
d. Untuk biaya umum
5. Dana kompensasi pengganti kenaikan BBM adalah ....
a. BOS
c. Askes
124
b. BLT
d. Raskin
6. Banyaknya masalah sosial di sekitar kita menjadi tanggung jawab ....
a. Orang tua
c. Pemerintah
b. Guru
d. Pemerintah dan masyarakat
7. Yang bukan merupakan program yang dilaksanakan oleh pemerintah
untuk menanggulangi masalah sosial di masyarakat adalah ....
a. Raskin
c. Askeskin
b. BOS
d. Penghijauan
8. Kegiatan yang biasanya dilakukan untuk membantu masyarakat
miskinseperti sembako murah, pengobatan gratis dan khitanan massal
sering dinamakan kegiatan ....
a. PPL
c. Bakti Sosial
b. KKN
d. Bakti Masyarakat
9. Keluarga yang tidak harmonis, anak yang tidak terurus oleh orang
tuanya, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya ....
a. Kemiskinan
c. Kenakalan remaja
b. Pengangguran
d. Kriminalitas
10. Pemerintah telah memberikan BLT kepada warga yang berhak
menerima. BLT adalah ….
a. Bimbingan Lingkungan Terpadu
b. Bantuan Lingkungan Terprogram
c. Bantuan Langsung Tunai
d. Bimbingan Langsung Terampil
125
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan upaya mengatasi masalah sosial yang dilakukan pemerintah!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan BOS!
3. Jelaskan kegunaan dari Askes!
4. Sebutkan hambatan-hambatan dalam menyelesaikan permasalahan
sosial!
5. Sebutkan beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi
masalah kemiskinan!
126
127
128
Lampiran 7
DATA NILAI ULANGAN HARIAN SISWA (PRA SIKLUS)
No
Nama
Nilai
Ketuntasan
1
Muhamad Nur T.
42
Tidak Tuntas
2
Slamet Wahyudi
37
Tidak Tuntas
3
Azka Rohmatul L.
45
Tidak Tuntas
4
Aisyah Kurniawati
40
Tidak Tuntas
5
Diana Aprita Zudi
47
Tidak Tuntas
6
Kafiyana Rohmah
75
Tuntas
7
Kharina Atsna Attia
80
Tuntas
8
Luklu Ul Maknun
44
Tidak Tuntas
9
M. Hasyief Annasier A.
54
Tidak Tuntas
10
Muhamad Aghis
31
Tidak Tuntas
11
Ridwan Syaiful
35
Tidak Tuntas
12
Rahma Aisyah
53
Tidak Tuntas
13
Sri Astutik
56
Tidak Tuntas
14
Sirri Annisa Alfi R.
80
Tuntas
15
Ahmad Najib Faridlo
37
Tidak Tuntas
16
Habib Aditara Wijaya
47
Tidak Tuntas
17
Zakiyah Dinda Utami
52
Tidak Tuntas
18
Wildan Alhafidz
77
Tuntas
19
Arum Tamala Azzahra
46
Tidak Tuntas
20
Rozikin Mubarok T.
44
Tidak Tuntas
Jumlah
1.022
129
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI GURU
No
Aspek Yang Diamati
I
1
2
PRA PEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi
II
A
3
4
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
Menyampaikan materi dengan jelas
Mengkaitkan materi dengan realita
kehidupan
5
6
B
7
8
9
10
11
Skala Partisipasi
A
B
C
D
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
Membimbing siswa membentuk kelompok
secara heterogen
Menjelaskan cara mengerjakan LKS
Memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam kerja kelompok
Memberikan kuis/pertanyaan individu
kepada siswa
Memberikan reward kepada siswa
C
12
13
Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
Menggunakan LKS sebagai sumber belajar
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
sumber belajar
D
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran
14
130
15
16
E
17
18
F
19
20
III
21
22
23
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
siswa dalam pembelajaran
Penilaian proses dan hasil belajar
Memantau kemajuan belajar selama proses
pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi
Penggunaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara
jelas, baik dan benar.
Menyampaikan pesan dengan gaya yang
sesuai
PENUTUP
Menanyakan hal-hal yang belum diketahui
siswa
Melakukan refleksi / memberikan
kesimpulan materi pembelajaran dengan
melibatkan siswa
Mengadakan tes evaluasi
Jumlah
Total
Kategori
Keterangan:
Skor:
A=4
B=3
C=2
D=1
131
Rentang kategori:
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk menentukan rentang
kategori, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: Interval kelas
: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil
: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil
: Banyaknya kelas
Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut:
Nilai 80 – 98 (Baik sekali)
Nilai 61 – 79 (Baik)
Nilai 42 – 60 (Buruk)
Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali)
132
133
134
135
136
137
Lampiran 10
DATA GURU MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR
KOTA SALATIGA
No
Nama Guru
1.
Khurur Rozad, S.Pd.I
Jabatan
Kepala Sekolah dan Guru Kelas
VI
2.
Iswadati Nur mujianti, S.Pd.I
Guru Kelas I
3.
Ernawati, S.Pd.I
Guru Kelas II
4.
Siti Zumrotun, S.Pd.I
Guru Kelas III
5.
Drs. Ibrahim Alfian
Guru Kelas IV
6.
A. Muniri, S.Pd.I
Guru Kelas V
7.
Muflikhin
Guru Bahasa Jawa
8.
Suparti
Guru Keterampilan
9.
Umi
Guru Bahasa Inggris
10.
Yogi Kuncoro Jati
Guru TIK
138
139
140
141
142
143
144
Lampiran 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Weni Puspita Dewi
Tempat, Tanggal Lahir
: Ciamis, 30 Mei 1992
Alamat
: Gulon RT 03 RW 01, Tanjung, Klego, Boyolali
Nomer telephone
: 085 728 829 589
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Kartika III.32 (1997-1998)
2. SD N Tanjung 1 (1998-2004)
3. SMP N 1 Simo (2004-2007)
4. SMA N 1 Simo (2007-2010)
5. IAIN Salatiga (2011-2015)
Pengalaman Organisasi
:
1. Pengurus HMI Komisariat Karnoto Zarkasiy
2. Pengurus HMI Cabang Salatiga
3. Senat Mahasiswa IAIN Salatiga
145
Download