PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: WENI PUSPITA DEWI NIM 115 11 006 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i ii PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: WENI PUSPITA DEWI NIM 115 11 006 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 iii iv v vi vii MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Segala sesuatu yang kita lakukan tidak akan berhasil tanpa diiringi dengan doa. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius) PERSEMBAHAN Kedua orang tua yang tidak pernah lelah memberikan dukungan beserta doa. Kakak ku Wahyu Sunandar dan kakak ipar yang selalu memberikan motivasi. Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu. Sahabat ku Mustika Ungu yang selalu memberikan nasihatnya. Seseorang yang selalu memberikan semangat agar aku cepat mendapat gelar sarjana. Teman-teman seperjuangan PGMI tahun 2011. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga. viii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas karunianya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlantunkan untuk Rosulullah Muhammad yang menjadi sebaik-baiknya panutan. Penelitian yang diberi judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015”, pada dasarnya adanya penelitian ini ditujukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan penerapan model pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran IPS, dengan sasaran akhir adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas, dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dimana pada akhir siklus kedua penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) ini dapat membuahkan hasil, dimana hasil belajar siswa di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga meningkat dengan cukup memuaskan. Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari sempurna dan tanpa bantuan dari berbagai pihak takkan mungkin terselesaikan. Oleh karenanya sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. ix 3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua jurusan PGMI yang telah memberikan kesempatan serta saran yang membangun kepada peneliti. 4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memotivasi serta membimbing peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini. 5. Bapak Khurur Rozad, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti. 6. Bapak Drs. Ibrahim Alfian selaku wali kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berkenan menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah berkenan untuk menjadi subjek penelitian ini. Jazakumullah akhsanal jaza’, Robbuna jualah yang akan membalas semua kebaikan. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti persembahkan hasil penelitian yang masih jauh dari keadaan sempurna ini kepada seluruh insan pendidikan. Kritik dan saran dari pembaca yang budiman, sangat peneliti nantikan dengan tangan terbuka. Salatiga, Peneliti Weni Puspita Dewi x ABSTRAK Dewi, Weni Puspita. 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas IV Di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Slatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd Kata Kunci : Hasil Belajar dan Model Student Team Achievement Division (STAD) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Subjek penelitian terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian dilakukan selama 4 bulan mulai bulan Maret-Juni 2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan pencapaian nilai dengan KKM dan ditandai dengan adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II diperoleh data seperti berikut: Standar KKM mata pelajaran IPS adalah 60, sebelum menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) hanya ada 20% (4 siswa) yang tuntas, sedangkan 80% (16 siswa) belum memenuhi standar KKM. Setelah penggunaan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam pelajaran IPS pada siklus I diperoleh data 65% (13 siswa) tuntas dan 35% (7 siswa) tidak tuntas, jika dilihat terjadi peningkatan sebesar 45%. Setelah dilakukan refleksi siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu 90% (18 siswa) tuntas sedangkan 10% (2 siswa) tidak tuntas atau belum memenuhi standar KKM, terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 25% dibanding pada siklus I. Perbandingan hasil belajar dari pra siklus dengan siklus I yaitu terjadi peningkatan sebesar 45%, sedangkan jika dibandingkan dengan siklus II terjadi peningkatan sebesar 70%. xi DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL……………………………………………... I LEMBAR BERLOGO……………………………………………… ii HALAMAN JUDUL……………………………………………….. iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………… iv LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN……………………….. V PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………. vii KATA PENGANTAR……………………………………………… viii ABSTRAK………………………………………………………….. x DAFTAR ISI……………………………………………………….. xi DAFTAR TABEL………………………………………………….. xv DAFTAR GAMBAR………………………………………………. xvi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....………...……………………….. 1 B. Rumusan Masalah……...…………………………………… 5 C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 6 D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan………………………. 6 E. Manfaat Penelitian………..………………………………… 6 1. Manfaat Teoritis………………………………………… 6 2. Manfaat Praktis…………………………………………. 7 xii F. Definisi Operasional………………………………………... 7 1. Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial……………….. 7 2. Model Student Team Achievement Division (STAD)…… 8 G. Metodologi Penelitian…..…………………………………... 8 1. Rancangan Penelitian…………………………………… 8 2. Subyek Penelitian………………………………………. 9 3. Langkah-langkah Penelitian……………………………. 10 4. Instrumen Penelitian……………………………………. 13 5. Teknik Pengumpulan Data……………………………... 15 6. Analisis Data……………………………………………. 16 H. Sistematika Penulisan………...…………………………….. 19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar…….………………………………………….. 20 1. Pengertian Hasil Belajar………………………………... 20 2. Macam-macam Hasil Belajar…………………………... 22 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar………. 24 4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar………………………….. 27 B. Mata Pelajaran IPS…………………………………………. 30 1. Pengertian IPS………………………………………….. 30 2. Tujuan Pembelajaran IPS………………………………. 31 3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS……………………… 32 4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI…………………………………………………... xiii 32 C. Materi Masalah Sosial…………………………………….... 33 1. Pengertian Masalah Sosial……………………………… 33 2. Macam-macam Masalah Sosial………………………… 34 3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial………………………. 37 4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial…………… 40 D. Model Student Team Achievement Division (STAD)……….. 41 1. Pengertian Model Student Team Achievement Division (STAD)………………………………………………….. 41 2. Kekurangan dan Kelebihan Model Student Team Achievement Division (STAD)………………………….. 43 3. Langkah-langkah Model Student Team Achievement Division (STAD)………………………………………… 44 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Awa (Pra Siklus)………………………………… 51 1. Perolehan Nilai Ulangan Mata Pelajaran IPS…………... 51 2. Data Keadaan Siswa……………………………………. 52 3. Pelaksanaan Penelitian………………………………….. 52 B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I…………………………….. 53 1. Perencanaan Tindakan………………………………….. 53 2. Pelaksanaan Tindakan………………………………….. 54 3. Pengamatan atau Observasi…………………………….. 55 4. Refleksi…………………………………………………. 59 C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II……………………………. 60 xiv 1. Perencanaan Tindakan………………………………….. 60 2. Pelaksanaan Tindakan………………………………….. 61 3. Pengamatan atau Observasi…………………………….. 63 4. Refleksi…………………………………………………. 67 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………... 69 1. Deskripsi Data Pra Siklus………………………………. 69 2. Deskripsi Data Siklus I…………………………………. 70 3. Deskripsi Data Siklus II………………………………… 71 B. Pembahasan………………………………………………… 72 1. Siklus I………………………………………………….. 74 2. Siklus II…………………………………………………. 80 3. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II…..…….. 88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………. 89 B. Saran-saran…………………………………………………. 89 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………........ 91 LAMPIRAN………………………...……………………………… 93 xv DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru ……………………………………… 13 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru …………………. 32 Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD …………….. 46 Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ………………………….... 51 Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa ………………………………………..... 52 Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I …………………………….. 56 Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I ……………………………………….. 59 Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus II ……………………………. 64 Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus II ………………………………………. 66 Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ………………………….... 70 Tabel 4.2 Perolehan Nilai Siklus I ……………………………………… 71 Tabel 4.3 Perolehan Nilai Siklus II …………………………………….. 72 Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus ……………………..... 73 Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I …………………………….. 75 Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II …………………………..... 81 Tabel 4.7 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II……...……….. 88 xvi DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Model Rancangan Penenelitian Tindakan Kelas…………… 12 Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I …………………………. 74 Gambar 4.2 Presentase Nilai Evaluasi Siklus II ………………………… 81 Gambar 4.3 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ……………. 88 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I….…………….. 93 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…………...….. 103 Lampiran 3 Dokumentasi Siklus I…………………………....…………... 115 Lampiran 4 Dokumentasi Siklus II……………………………………..... 118 Lampiran 5 Soal Tes Evaluasi Siklus I..……….………………………..... 121 Lampiran 6 Soal Tes Evaluasi Siklus II……….…...…………………….. 125 Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus)…………….. 129 Lampiran 8 Lembar Observasi Guru siklus I……..………………………. 130 Lampiran 9 Lembar Observasi Guru siklus II..…..………………………. 134 Lampiran 10 Data Guru MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga…...………………………………..…………. 138 Lampiran 11 Surat Pengantar Lembaga……….…..…………………….... 139 Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian…………………………...…… 140 Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi..…………………………...…… 141 Lampiran 14 Lembar SKK……………………………………………….. 143 Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup……………...……………………..... 145 xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang membicarakan hubungan antara manusia yang mencakup hubungan individu dengan kelompok, hubungan kelompok dengan kelompok serta hubungan kelompok dengan alam. Sekaligus sebagai sarana untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Karena pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai program pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata, melainkan juga harus diarahkan membina siswa menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu, siswa yang dibina tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi semata, melainkan harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara (Rasimin, 2012:38). Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang cukup mudah dimengerti dan diterapkan khususnya pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pentingnya pendidikan memberikan kesempatan kepada lembagalembaga pendidikan yang ada untuk menjadi tempat menimba ilmu. Salah satunya adalah Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai peran penting dalam membentuk karakter seorang anak, supaya menjadi pribadi yang cerdas 1 dan berakhlakul karimah. Selain itu setiap umat muslim baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu sebagai bekal di dunia maupun di akhirat kelak. Seperti yang pernah disabdakan Rasulullah saw dalam hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi : َ ُ سو ُل َ َسلَك س فِ ْي ِه ِع ْل ًما َِ َْ ِهللا ُ ي هُ َر ي َْرة قا َ َل قا َ َل َر ُ ط ِر ْيقًا يَلْت َ ِم َ َ هْيَلَع ُهللا ىَّلَصَ َم ْن ْ ع ْن أ َ ِب َ ُسه َل هللاُ لَه ط ِر ْيقًا إِلَى ْال َجن ِة *ت َ Artinya: Dari Abu Hurairah ra ia berkata, bersabda Rasulullah saw, “barangsiapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju ke syurga.” (HR. At Tirmidzi) Pentingnya ilmu bagi setiap manusia menjadikan peneliti merasa perlu mengembangkan pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan siswa, terutama pada pelajaran IPS. Materi masalah sosial di sampaikan kepada siswa bertujuan memberikan pemahaman tentang berbagai macam masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat, dan usaha untuk mengatasinya. Selain itu, siswa juga dapat memahami bahwa masalah sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal atau tidak semestinya sehingga memerlukan strategi penangan khusus dalam mengatasinya. Masalah sosial biasanya didefinisikan sebagai kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan dengan segera, dan sementara itu orang masih percaya akan masih dapatnya masalah itu dipecahkan (Daldjoeni, 1981:29). Setelah dilakukan survey di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga melalui wawancara dengan Bapak Ibrahim Alfian 2 selaku guru mata pelajaran IPS kelas IV maka ditemukan beberapa masalah, yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan mereka tinggal. Kurangnya pemahaman masalah sosial di lingkungan mereka tinggal juga membuat siswa menjadi pasif terhadap segala permasalahan yang timbul di masyarakat. Selain itu, rendahnya pemahaman siswa mengenai materi masalah sosial juga ditandai dengan data nilai ulangan harian mata pelajaran IPS yang hasilnya kurang memuaskan. Kebanyakan siswa mendapatkan nilai di bawah KKM, padahal nilai KKM yang ditentukan MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tidak terlalu tinggi, yaitu 60. Dari 20 siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, terdapat 20% (4 siswa) yang memenuhi KKM, sedangkan 80% (16 siswa) mendapatkan nilai di bawah KKM. Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), seperti rendahnya pemahaman siswa tentang materi pembelajaran, dan kurangnya kreativitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kurangnya kreativitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran mengakibatkan minat belajar siswa menjadi rendah, yang berpengaruh pada keaktifan mereka di kelas. Sebagai pendidik guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar, sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal ini dapat membuat siswa nyaman dan 3 antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga komunikasi antara siswa dengan guru dapat berjalan dengan baik. Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai ulangan siswa, kemudian peneliti berdiskusi dengan guru mengenai model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang diperlukan adalah model yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) sebagai solusi yang tepat dalam permasalahan yang ada di kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran IPS, terutama pada materi masalah sosial diharapkan mampu memupuk motivasi siswa dalam belajar. Kegiatan kelompok dengan cara saling membantu merupakan dasar model Student Team Achievement Division (STAD), selain menjadikan anak lebih aktif dalam proses pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap saling percaya dalam sebuah kelompok. Secara garis besar, model Student Team Achievement Division (STAD) menekankan pada keaktifan seluruh siswa pada setiap kelompok 4 dengan cara saling membantu satu sama lain. Adanya kerjasama yang baik dalam sebuah kelompok dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Langkah awal guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok beranggotakan empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain). Setelah diadakan kuis, guru memberikan soal untuk mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Hal ini dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran masalah sosial. Dari permasalahan tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pola kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat dengan mengambil judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015”. B. Rumusan Masalah Apakah penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015? 5 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui model Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial Kutowinangun Kecamatan Tingkir pada siswa kelas IV MI Ma’arif Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Indikator keberhasilan: Siklus berhenti pada saat 85% dari jumlah seluruh siswa telah memenuhi KKM mata pelajaran IPS yaitu 60. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran di bidang pendidikan. 6 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial sekaligus melatih siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Bagi sekolah, dapat meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan kualitas pendidikan melalui model Student Team Achievement Division (STAD). c. Bagi guru, sebagai masukan untuk menguatkan kemampuannya dalam menyampaikan materi pelajaran melalui model Student Team Achievement Division (STAD). F. Definisi Operasional 1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial. Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah selesai meyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar (Rusmono, 2012:10). Sedangkan masalah sosial merupakan salah satu materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang suatu kondisi atau perkembangan yang terjadi di masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial merupakan hasil yang diperoleh siswa 7 setelah terjadinya proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial yang dibuktikan dengan prosentase pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yakni jika nilai ulangan siswa minimal mencapai 60 dan siswa yang mencapai KKM sedikitnya 85% dari jumlah keseluruhan siswa di kelas. 2. Model Student Team Achievement Division (STAD) Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen (Trianto, 2009:68). Gagasan utama dari STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Kastolani, 2014:166). Jadi pada intinya model Student Team Achievement Division (STAD) mengajarkan siswa untuk bekerja sama dengan satu timnya dalam hal mempelajari materi yang disampaikan oleh guru. G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan 8 praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Taniredja,dkk., 2010:16-17). Tahap-tahap yang terdapat dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat membantu guru menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelas, sekaligus mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori pembelajaran. Peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya perbaikan suatu praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari pemberian tindakan. Bentuk pemberian tindakan pada penelitian ini dengan memberikan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) (variabel bebas) untuk diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (variabel terikat) karena adanya pemberian tindakan yang dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara alami, sehingga nilai dan data yang diperoleh valid. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dipilih sebagai subyek penelitian karena dinilai perlu adanya pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran agar siswa 9 lebih termotivasi dan pemahaman belajar merekapun menjadi meningkat, sedangkan bagi guru dapat menambah wawasan mengenai model-model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Penelitian ini terdiri dari satu kelas yang siswanya berjumlah 20 anak. 3. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat tahap penting, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. a. Perencanaan Perencanaan merupakan proses yang akan dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang ada dikelas. Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran, sehingga kita dapat menemukan solusi yang tepat dalam menangani masalah yang ada di lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Membuat rencana atau skenario pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 10 3) Mempersiapkan lembar observasi guru, untuk mengetahui kondisi guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). b. Pelaksanaan Pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke dua ini pada waktu pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto,dkk., 2006:18). Dalam pelaksanaan tindakan, dilakukan model Student Team Achievement Division (STAD) yang akan digunakan sebagai alat bantu serta materi yang akan disampaikan. c. Pengamatan Pengamatan dalam Penelitian Tindakan Kelas merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Tujuan dilakukan pengamatan adalah untuk menggali data, maka dari itu diperlukan lembar observasi guru untuk mengamati guru pada proses 11 pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu, juga diperlukan tes evaluasi untuk menggali data siswa d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto,dkk., 2006:19). Peneliti memilih untuk melakukan dua siklus, setiap siklusnya terdapat kegiatan refleksi yang berguna untuk mengevaluasi tahaptahap yang telah dilakukan. Model rancangan Penelitian Tindakan Kelas dan penjelasannya untuk masing-masing tahap ditampilkan pada gambar 1.1, sebagai berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan ? Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK model spiral (Arikunto, dkk., 2008:16). 12 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Lembar Observasi Langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah melakukan observasi, dengan begitu peneliti akan mengetahui permasalahan yang terdapat di lapangan. Lembar observasi yang diperlukan peneliti adalah untuk mengamati guru pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial. Adapun aspek-aspek yang diamati dalam lembar observasi guru terdapat dalam tabel 1.1, sebagai berikut: Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru No Aspek Yang Diamati I 1 2 PRA PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pembelajaran Menjelaskan tujuan pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Menyampaikan materi dengan jelas Mengkaitkan materi dengan realita kehidupan 5 6 B 7 Pendekatan / Strategi Pembelajaran Membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen 13 Skala Partisipasi A B C D 8 9 10 11 C 12 13 D 14 15 16 E 17 18 F 19 20 III 21 22 23 Menjelaskan cara mengerjakan LKS Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kerja kelompok Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa Memberikan reward kepada siswa Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran Menggunakan LKS sebagai sumber belajar Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa Mengadakan tes evaluasi Jumlah Total Kategori 14 b. Tes Tertulis Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam materi masalah sosial. Soal tes berisi pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi masalah sosial yang sudah disampaikan atau diajarkan. Pada siklus I soal tes mencakup materi pengertian masalah sosial dan macammacam masalah sosial, sedangkan pada siklus II soal tes mencakup materi upaya mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam mengatasi masalah sosial. c. Dokumentasi Dokumentasi foto yang dipilih peneliti sebagai bukti hasil penelitian adalah berupa gambar. Gambar yang diabadikan melalui dokumentasi foto ini berisi peristiwa dan momentum yang menggambarkan perilaku dan aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi, tes tertulis, dan dokumentasi. 15 a. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengamati guru pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial. b. Tes Tertulis Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS materi masalah sosial. c. Dokumentasi Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu teknik untuk memperoleh data yang berupa foto atau gambar. Dokumentasi berlangsung, dilakukan sehingga pada aktivitas saat siswa proses dan pembelajaran guru selama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial dengan model Student Team Achievement Division (STAD) akan terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran, selama penelitian berlangsung. 6. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang diperlukan berupa perhitungan sebagai berikut: 16 a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa dari batas KKM, yakni 60, maka siswa tersebut telah mencapai KKM. Jika nilai siswa kurang dari 60 maka siswa tersebut tidak mencapai KKM. b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas, maka keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu apabila siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa dengan nilai KKM 60. Ketuntasan belajar siswa dikatakan meningkat jika prosentase ketuntasan belajar secara 17 klasikal pada siklus II lebih besar daripada prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut: P= (Aqib, dkk., 2010:41) Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk mencari nilai rentang kategori yang digunakan dalam lembar observasi guru adalah dengan menentukan interval kelas, maka digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: : Interval kelas : Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil : Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil : Banyaknya kelas H. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan indikator, 18 keberhasilan, definisi operasional, model penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Kajian Pustaka Berisi tentang penjabaran hasil belajar, materi masalah sosial, dan model Student Team Achievement Division (STAD). BAB III : Pelaksanaan Penelitian Berisi tentang rancangan penelitian, subjek lokasi dan waktu penelitian, siklus penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data, analisis data. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang keadaan umum, managemen, dan pemaparan rata-rata serta prosentase dari siklus ke siklus di Madrasah Ibtidaiyah Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. BAB V : Penutup Berisi kesimpulan dan saran-saran dari peneliti. Daftar Pustaka Lampiran 19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk lain telah dikaruniai akal dan hati oleh Allah SWT. Akal dan hati yang dimiliki manusia harus dapat digunakan dengan baik, karena setiap hari manusia melakukan proses belajar yang berlangsung secara alamiah. Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang, Rasulullah SAW menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat (Yamin, 2005:97). Adanya proses belajar yang dilakukan secara bertahap dapat menimbulkan hasil belajar yang berupa perubahan atau kemampuan baru pada diri seseorang. Istilah hasil belajar mempunyai makna, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013:5). Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam 20 skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Snelbeker (dalam Rusmono, 2012:8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi atau penilaian yang dapat dijadikan tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa (Susanto, 2013:5-6). Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuantujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki 21 dapat diketahui melalui evaluasi (Susanto, 2013:5). Evaluasi dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Menurut Bloom (dalam Rusmono, 2012:8), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu. Berdasarkan pemaparan berbagai pendapat di atas mengenai pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa mengenai pengetahuan dan pemahaman tentang materi tersebut, ditandai dengan adanya perubahan hasil belajar secara berkelanjutan hingga tercapainya KKM. Hasil belajar juga merupakan suatu puncak dalam proses pembelajaran yang dialami oleh siswa, ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari pengawasan guru sebagai fasilitator. 2. Macam-macam Hasil Belajar Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek 22 psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pemahaman konsep Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013:6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. 1) Keterampilan proses Usman mengemukakan dan Setiawati bahwa (dalam keterampilan Susanto, proses 2013:9) merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya. Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. 23 2) Sikap Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013:11), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. Hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman konsep dan yang sangat berperan adalah domain kognitif. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut teori Gestalt (dalam Susanto, 2013:12), belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu, baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan. Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi. Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. 24 Menurut Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14-18) mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu: a. Kecerdasan anak Kemampuan intelegensi seseorang sangat memengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kemampuan merupakan potensi dasar bagi pencapaian hasil belajar yang dibawa sejak lahir. b. Kesiapan atau Kematangan Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak. c. Bakat Anak Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. d. Kemauan Belajar Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung 25 jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. e. Minat Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang mempunyai minta besar terhadap suatu pelajaran, akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. f. Model Penyajian Materi Pelajaran Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar. g. Pribadi dan Sikap Guru Siswa pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya melalui bacaan atau melauli guru saja, tetapi bisa juga melalui contohcontoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan. h. Suasana Pengajaran Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat secara maksimal. 26 i. Kompetensi Guru Guru yang profesional sangat dibutuhkan untuk membantu siswa dalam proses belajar. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dang menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan semestinya. j. Masyarakat Lingkungan masyarakat ikut mempengaruhi kepribadian siswa, karena dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. 4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan (Muandar, 2010:201-202). Terdapat berbagai macam evaluasi yang berbeda, mulai dari evaluasi yang paling sederhana sampai evaluasi yang paling kompleks. a. Pre-test dan Post-test Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrument tertulis. 27 Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan menggunakan instrument sederhana yang berisi itemitem yang jumlahnya sangat terbatas. b. Evaluasi Prasyarat Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran perkalian bilangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat atau dasar perkalian. c. Evaluasi Diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat kesulitan. d. Evaluasi Formatif Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan 28 evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan). e. Evaluasi Sumatif Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setia akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan alporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. Berdasarkan penjelasan beberapa ragam evaluasi di atas, peneliti menggunakan evaluasi formatif dalam penelitian ini. Evaluasi diadakan pada akhir penyajian pembelajaran, setelah dilakukan fase-fase yang terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD). Tujuannya adalah untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa, dan untuk menilai sejauh mana tingkat pemahaman siswa tentang materi yang sudah disampaikan. Alat evaluasi yang digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar adalah tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya, sedangkan tes subjektif merupakan 29 alat untuk mengukur hasil belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. B. Mata Pelajaran IPS 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari apa yang ada di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat dinamakan social studies (Daldjoeni, 1981:6). Ilmu Pengetahuan Sosial dapat diartikan penelaahan masyarakat. Melalui pengajaran sejarah, geografi, dan ekonomi siswa diajak guru untuk menelaah manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Para siswa juga diharapkan dapat mengerti masa kontenporer, sehingga tidak melupakan jasa-jasa pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa Indonesia. Menurut Ahmad Susanto (2013:137) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas keadaan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya. 30 2. Tujuan Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan siswa di lingkungan masyarakat. Secara perinci, Mutakin (dalam Susanto, 2013:145-146) merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut: a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. 31 3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:160) ruang lingkup materi pelajaran IPS di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang tercantum dalam kurikulum, sebagai berikut: a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan buadaya. d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas IV SD/MI dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi 1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keberagaman suku bangsa di lingkungan Kabupaten dan Provinsi. 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 32 Kompetensi Dasar Membaca peta lingkungan setempat (Kabupaten/Kota dan Provinsi) dengan menggunakan skala sederhana. Mendiskripsikan kenampakan alam di lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi serta hubungannya dengan keberagaman sosial dan budaya. Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (Kabupaten/Kota dan Provinsi). Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (Kabupaten/Kota dan Provinsi) dan menjaga kelestariannya. Meneladani kepahlawanan dan 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi. 2.1 2.2 2.3 2.4 patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. C. Materi Masalah Sosial 1. Pengertian Masalah Sosial Masalah sosial merupakan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti, saling memberi dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial di wilayah tersebut (Pujiati, 2008: 190). 33 2. Macam-macam Masalah Sosial Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat nilainilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial di wilayah tersebut (Pujiati, 2008:190-193). Berikut adalah macam-macam masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat: a. Pengangguran Menganggur artinya tidak bekerja. Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Pengangguran dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) Tidak memiliki keahlian/keterampilan Orang yang tidak mempunyai keahlian/keterampilan niscaya tidak akan mendapat pekerjaan atau tidak dapat menciptakan lapangan pekerjaan. 2) Malas bekerja Golongan orang-orang malas tidak bekerja ada yang tidak memiliki keahlian, ada yang memiliki keahlian, dan ada yang 34 berpendidikan. Akan tetapi, sifat malas mereka menyebabkan mereka enggan bekerja. 3) Tidak ada lowongan pekerjaan Ada orang yang memiliki pendidikan dan keahlian, tetapi karena lapangan pekerjaan sedikit daripada jumlah angkatan kerja, maka mereka tidak memperoleh pekerjaan. b. Kebodohan Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau pendidikannya rendah. Di negara kita ternyata masih banyak orang yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor: 1) Kemiskinan Keluarga yang miskin biasanya tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya. 2) Tidak mengutamakan pendidikan Ada golongan masyarakat tertentu yang menganggap bahwa sekolah tidak penting. Adapun yang lebih penting adalah anak bekerja membantu orang tuanya mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. Kemiskinan Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak, walaupun pemerintah telah berupaya mengatasinya. Orang yang 35 miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang dan papan. Kemiskinan dapat menyebabkan berbagai permasalahan sosial yang lain, seperti kejahatan, kelaparan, putus sekolah, kurang gizi, rentan penyakit dan stress. Kemiskinan bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu: 1) Faktor internal Pendidikan yang rendah, tidak memiliki keterampilan dan karena sifat malas. 2) Faktor eksternal Kondisi ekonomi negara yang buruk, harga-harga melambung tinggi dan kurangnya perhatian pemerintah. d. Kejahatan Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum. Pengangguran dan kemiskinan dapat menyebabkan tindak kejahatan, orang yang tertekan masalah ekonomi biasanya akan lebih mudah melakukan tindak kejahatan. Kejahatan ini di mulai dari judi, penipuan, pencurian, perampokan, penganiayaan, hingga korupsi. e. Pertikaian Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah paham, emosi yang tidak terkendali atau karena memperebutkan sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip, seseorang atau suatu barang. Pertikaian dapat terjadi di dalam suatu 36 keluarga atau di masyarakat. Pertikaian yang tidak segera diselesaikan bisa berakibat fatal. Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Masyarakat yang didalamnya terdapat pertikaian atau konflik menyebabkan suasana tidak aman dan nyaman. f. Kenakalan Remaja Kenakalan remaja berbagai macam bentuknya, seperti coretcoret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut: 1) Kurangnya perhatian dari orang tua 2) Pengaruh lingkungan pergaulan 3) Kurang mantapnya kepribadian diri 4) Jauh dari kehidupan beragama 3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial Mengatasi masalah sosial bukanlah perkara yang mudah. Pemerintah selalu berusaha mengatasi berbagai masalah sosial dengan melibatkan peran serta tokoh masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua adat, lembaga-lembaga sosial dan lain-lainya (Pujiati, 2008:195-196). Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial: a. Pemberian Kartu Askes Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) yang diberikan kepada keluarga miskin. Kartu Askes kadang disebut Askeskin (Asuransi 37 Kesehatan Keluarga Miskin), dengan kartu Askes keluarga miskin dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis. b. Pemberian Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin) Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. Adanya pengadaan raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan pangannya. c. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan kepada siswasiswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat SLTA. Hal ini bertujuan untuk meringankan biaya pendidikan. Pemerintah juga mempunyai program BOS buku, dengan BOS buku diharapkan orang tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya yang sekolah. d. Sekolah Terbuka Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya tidak terlalu padat dan terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagi siswa yang kurang mampu, dengan adanya sekolah terbuka siswa dapat sekolah meskipun sudah bekerja. e. Program Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti menjahit, perbengkelan ataupun komputer. Pemerintah mengadakan 38 program pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan. f. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan. BLT merupakan dana kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). g. Pemberian Bantuan Modal Usaha Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang akan mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk usaha kecil dan menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Selain berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihak-pihak lain yang juga turut membantu mengatasi masalah sosial, antara lain: 1) Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu. 2) Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral dalam menghadapi masalah sosial. 3) Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain memberikan bantuan, beasiswa, modal usaha, penyuluhan, dan pendidikan. 4) Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO memberikan bantuan kepada mengatasi masalah sosial. 39 pemerintah Indonesia untuk 5) Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid mendidik dan mengarahkan para pemuda putus sekolah untuk berkarya, sehingga ikut mengatasi masalah pengangguran. 6) Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan berbagai penyuluhan, bakti sosial ataupun melatih keterampilan. 4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial Mengatasi masalah sosial tentu bukan hal yang mudah, tentu terdapat banyak hambatan (Pujiati, 2008:197-198). Beberapa contoh hambatan dalam upaya mengatasi masalah sosial, antara lain: a. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran. Contohnya orang yang mampu mendapat bantuan sedangkan yang miskin tidak mendapat bantuan. b. Program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah. c. Kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah. d. Terdapat pihak-pihak yang menyalahgunakan bantuan dari pemerintah maupun luar negeri. e. Kurang kerja sama dari masyarakat yang mengalami masalah sosial terhadap pemerintah. f. Penyuluhan maupun pelatihan keterampilan yang diberikan kepada masyarakat kadang-kadang tidak ditanggapi sebagaimana mestinya. g. Terdapat pihak-pihak yang kurang peduli dalam masalah-masalah bantuan sosial. 40 D. Model Student Team Achievement Division (STAD). 1. Pengertian Model Student Team Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkins. Student Team Achievement Division (STAD) merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atatu mengganti mater-materi ini (Rusman, 2011:217). Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling cocok untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Metode kooperatif juga termasuk salah satu dari beberapa pendekatan modern yang fokusnya adalah “humanistic education” yakni pendidikan yang meletakkan sebagian besar perhatiannya pada guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan discovery, penggunaan metode kooperatif, dan diskusi antar siswa (Kastolani, 2014:165). Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara 41 heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2009:68). Kegiatan kelompok dapat mengajarkan siswa untuk saling membantu memecahkan masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Adanya kesetaraan gender, ras, dan etnis membuat siswa lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam mengembangkan pengetahuan, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Setiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran. Kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya mencakup latihan dan penilaian yang independen, secara berturut-turut (Slavin, 2009:153). Sebuah tim akan mendapat penghargaan, apabila mereka saling membantu teman satu timnya dalam mempelajari materi. Dukungan dari setiap anggota menjadi faktor utama kesuksesan sebuah tim. Setiap siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. 42 2. Kekurangan dan Kelebihan Model Student Team Achievement Division (STAD) Menurut Abdul Majid (2014:188), pembelajaran menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah sebagai berikut: a. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain; b. siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan; c. dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif; d. setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Adapun kekurangannya adalah sebagai berikut: a. membutuhkan waktu yang lama; b. siswa pandai cenderung enggan apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya; c. siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memerhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh dari pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri; d. penentuan skor. Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa dimasukkan ke dalam daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor 43 peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian hasil kelompok; e. penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan skor peningkatan individu, maka akan diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai kelebihan dan kekurangan model Student Team Achievement Division (STAD), peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam model Student Team Achievement Division (STAD). Salah satunya adalah proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama karena siswa harus melakukan fase-fase yang terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD), sedangkan untuk kelebihannya siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan maksimal. 3. Langkah-langkah Model Student Team Achievement Division (STAD) Setiap model pembelajaran tentunya terdapat langkah-langkah yang mendukung terlaksananya penggunaan model pembelajaran tersebut. Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan (Trianto, 2009:69-70). Persiapan-persiapan tersebut antara lain: 44 a. Perangkat Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabnya. b. Membentuk Kelompok Kooperatif Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok lainnya relatif homogeny. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan apada prestasi akademik, yaitu: 1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu di-ranking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan Ilmu Pengetahuan Sosialnya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok. 2) Menentuan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa ranking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah. 45 c. Menentukan Skor Awal Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal. d. Pengaturan Tempat Duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif, apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif. e. Kerja Kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masingmasing individu dalam kelompok. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase-fase, sebagai berikut: Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase Kegiatan Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan semua tujuan memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 46 Fase 2 Menyajikan/menyampaikan Menyajikan informasi kepada siswa informasi dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Fase 3 Mengorganisasikan siswa Menjelaskan kepada siswa bagaimana dalam kelompok-kelompok caranya membentuk kelompok belajar belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok Membimbing kelompok-kelompok bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. (Sumber: Trianto, 2009:71) Model Student Team Achievement Division (STAD) telah digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti matematika, IPA, IPS, bahasa inggris pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Prosedur model Student Team Achievement Division (STAD) membagi siswa menjadi sebuah kelompok yang beranggotakan empat orang dengan beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut (Rusman, 2011:213). Berikut ini adalah langkah-langkah model Student Team Achievement Division (STAD) menurut Rusman (2011:215-216): 47 a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. b. Pembagian Kelompok Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik. c. Presentasi dari Guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan seharihari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya. d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, 48 memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakPan cirri terpenting dari model Student Team Achievement Division (STAD). e. Kuis (Evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. f. Penghargaan Prestasi Tim Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Menghitung skor individu 2) Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok anggota kelompok tersebut. 49 3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru). Dari pemaparan di atas terdapat dua pendapat mengenai langkahlangkah model Student Team Achievement Division (STAD), tentunya inti dari kedua pendapat tersebut tidak jauh berbeda. Model Student Team Achievement Division (STAD) mengutamakan kerjasama antar anggota kelompok, agar semua anggota kelompok memahami materi pelajaran yang telah disampaikan. Selain itu, juga terdapat kuis individu yang skornya nanti digabungkan dengan skor yang diperoleh setiap masingmasing kelompok. Reward akan diberikan kepada kelompok yang mendapatkan skor terbanyak. 50 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) 1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Pada tahap ini peneliti menggunakan nilai ulangan harian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk memperoleh kemampuan awal siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Berikut ini tabel 3.1 merupakan hasil nilai ulangan harian sebelum menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD): Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. Rata-rata 51 Nilai 42 37 45 40 47 75 80 44 54 31 35 53 56 80 37 47 52 77 46 44 51,5 Ketuntasan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas 2. Data Keadaan Siswa Siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun 2014 berjumlah 20, terdiri dari 8 orang siswa lakilaki dan 12 orang siswa perempuan. Tabel 3.2 merupakan data keadaan siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. Jenis Kelamin L L P P P P P L L L L P P P L L P L P L 3. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial. Penelitian ini menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Waktu penelitiannya adalah sebagai berikut: 52 a. Kegiatan siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2015 b. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2015 B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Dalam tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). Adapun materi yang dibahas adalah pengertian masalah sosial dan macam-macam masalah sosial. b. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa), kuis, dan reward untuk mendukung pelaksanaan fase-fase yang terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD). c. Menyiapkan materi pengertian masalah sosial dan macam-macam masalah sosial sebagai bahan ajar. d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat proses belajar mengajar yang dilakukan guru dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 53 e. Peneliti berkordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD). f. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat sebelumnya. b. Guru memulai pelajaran dengan salam dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa dengan khi’mad. c. Guru menanyakan kabar dan mengabsen daftar hadir siswa. d. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi pembelajaran. e. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran. f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. g. Guru menjelaskan materi tentang pengertian masalah sosial dan macam-macam masalah sosial. h. Guru membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen, masing-masing terdiri dari 5 orang. i. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang merupakan perangkat model Student Team Achievement Division (STAD). 54 j. Guru menjelaskan cara belajar menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). k. Siswa belajar melalui model Student Team Achievement Division (STAD) dengan bimbingan guru. l. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok sesuai kelompoknya masing-masing dan guru memberikan bantuan bila ada kesulitan dengan memberi pertanyaan yang sifatnya pancingan, bukan memberi jawaban. m. Siswa mewakili kelompoknya mempresentasikan jawaban berdasarkan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain memberikan tanggapan. n. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk semula. o. Guru meminta siswa mengambil kertas undian yang berisi kuis/pertanyaan secara bergantian dan menjawabnya secara individu. p. Guru memberikan reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi. q. Sebelum pembelajaran berakhir guru memberikan soal evaluasi, dan siswa mengerjakannya. r. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi, guru membahas apa yang telah dipelajari menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 3. Pengamatan atau Observasi 55 Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung melakukan pengamatan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Aspek yang di amati sebagai berikut: a. Lembar observasi guru Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I No Aspek Yang Diamati Skala Partisipasi A B C D I 1 2 PRA PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pembelajaran Menjelaskan tujuan pembelajaran v Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Menyampaikan materi dengan jelas v Mengkaitkan materi dengan realita kehidupan v 5 6 B 7 8 9 10 11 C 12 13 Pendekatan / Strategi Pembelajaran Membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen Menjelaskan cara mengerjakan LKS Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kerja kelompok Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa Memberikan reward kepada siswa v v v v v v v v Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran Menggunakan LKS sebagai sumber belajar v Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar v 56 D 14 15 16 E 17 18 F 19 20 III 21 22 23 Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran v Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa v Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran v Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi v v Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa Mengadakan tes formatif. v v v v v 28 Jumlah Total Kategori Keterangan: 39 73 Baik 1) Skor: A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik) C = 2 (cukup) D = 1 (kurang) 57 6 0 2) Rentang kategori Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: : Interval kelas : Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil : Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil : Banyaknya kelas Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut: Nilai 80 – 98 (Baik sekali) Nilai 61 – 79 (Baik) Nilai 42 – 60 (Buruk) Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali) 58 b. Nilai Evaluasi Siklus I Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. Rata-rata Nilai Siklus I 75 55 50 50 55 85 95 75 60 50 75 55 70 95 65 70 65 90 60 55 67,5 4. Refleksi Kegiatan ini bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD). Pada siklus I menunjukkan bahwa, terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa. Siswa terlihat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD). Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pusat pembelajaran berada pada siswa. Model pembelajaran ini membuat 59 siswa aktif karena adanya sistem kerja kelompok dan kuis individu. Masing-masing kelompok terlihat aktif dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan siswa juga antusias dalam menjawab setiap pertanyaan pada kuis individu. Selama pengamatan berlangsung masih ditemukan masalahmasalah, yaitu masih ada siswa yang belum terlibat secara maksimal dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan guru tidak melakukan penataan tempat duduk yang sesuai. Kinerja kelompok yang kurang maksimal juga mempengaruhi tingkat pemahaman siswa mengenai materi. Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka peneliti akan melakukan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus I. C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pengamatan dan hasil perolehan nilai pada siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Rencana tindakan siklus II yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). Adapun materi yang dibahas 60 adalah upaya dalam mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam mengatasi masalah sosial. b. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa), kuis, dan reward untuk mendukung pelaksanaan fase-fase yang terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD). c. Menyiapkan materi upaya dalam mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam mengatasi masalah sosial sebagai bahan ajar. d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat proses belajar mengajar yang dilakukan guru dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). e. Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD). f. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa 2. Pelaksanaan Tindakan a. Terjadi penyimpangan dari RPP yang telah dibuat, yakni guru tidak menjelaskan konsep materi hambatan dalam mengatasi masalah sosial. b. Guru memulai pelajaran dengan salam dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa dengan khi’mad. c. Guru menanyakan kabar dan mengabsen daftar hadir siswa. 61 d. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi pembelajaran. e. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran. f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. g. Guru menjelaskan materi tentang upaya dalam mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam mengatasi masalah sosial. h. Guru membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen, masing-masing terdiri dari 5 orang. i. Guru membimbing siswa melakukan penataan tempat duduk berbentuk melingkar, hal ini bertujuan agar siswa dapat berperan secara aktif dengan kelompok masing-masing. j. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang merupakan perangkat model Student Team Achievement Division (STAD). k. Guru menjelaskan cara belajar menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). l. Siswa belajar melalui model Student Team Achievement Division (STAD) dengan bimbingan guru. m. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok sesuai kelompoknya masing-masing dan guru memberikan bantuan bila ada kesulitan dengan memberi pertanyaan yang sifatnya pancingan, bukan memberi jawaban. 62 n. Siswa mewakili kelompoknya mempresentasikan jawaban berdasarkan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain memberikan tanggapan. o. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk semula. p. Guru meminta siswa mengambil kertas undian yang berisi kuis/pertanyaan secara bergantian dan menjawabnya secara individu. q. Guru memberikan reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi. r. Sebelum pembelajaran berakhir guru memberikan soal evaluasi, dan siswa mengerjakannya. s. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi, guru membahas apa yang telah dipelajari menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 3. Pengamatan atau Observasi Selama melakukan proses pengamatan pembelajaran, untuk peneliti mengetahui secara langsung pengaruh kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Variabel yang di amati sebagai berikut: 63 a. Lembar observasi guru Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus II No Aspek Yang Diamati Skala Partisipasi A B C D I 1 2 PRA PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pembelajaran Menjelaskan tujuan pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Menyampaikan materi dengan jelas Mengkaitkan materi dengan realita v kehidupan 5 6 B 7 8 9 10 11 C 12 13 D 14 15 16 E Pendekatan / Strategi Pembelajaran Membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen Menjelaskan cara mengerjakan LKS Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kerja kelompok Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa Memberikan reward kepada siswa v v v v v v v v v v Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran Menggunakan LKS sebagai sumber v belajar Melibatkan siswa dalam pemanfaatan v sumber belajar Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran v Menunjukkan sikap terbuka terhadap v respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran v Penilaian proses dan hasil belajar 64 17 18 F 19 20 III 21 22 23 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi v v Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa Mengadakan tes formatif. v v v v v 38 Jumlah Total Kategori 33 6 0 77 Baik Keterangan: 1) Skor: A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik) C = 2 (cukup) D = 1 (kurang) 2) Rentang kategori Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai berikut: 65 Keterangan: : Interval kelas : Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil : Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil : Banyaknya kelas Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut: Nilai 80 – 98 (Baik sekali) Nilai 61 – 79 (Baik) Nilai 42 – 60 (Buruk) Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali) b. Nilai Evaluasi Siklus II Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus II No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis 66 Nilai Siklus II 60 70 55 60 70 85 85 90 65 55 (1) 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 (2) Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. (3) 60 70 70 65 75 65 85 95 65 65 4. Refleksi Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik dibanding siklus I. Siswa sangat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD), hal ini dapat terlihat ketika siswa bekerja sama dengan kelompok masing-masing dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan oleh guru. Pembagian kelompok pada siklus II yang berbeda dengan pembagian kelompok pada siklus I serta penataan tempat duduk yang melingkar menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga setiap anggota kelompok ikut berperan secara aktif dalam menyelesaikan tugas dari guru. Siswa-siswa juga terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuis. Berdasarkan unjuk kerja dan perolehan nilai pada tes evaluasi dapat diketahui bahwa nilai yang didapatkan lebih baik dari pada siklus I. pembelajaran pada siklus II ini telah mencapai hal yang 67 diharapkan, yakni keaktifan seluruh siswa, pembelajaran yang menyenangkan, dan peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu, nilai yang diperoleh siswa telah mencapai KKM dan siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan telah mencapai hasil yang maksimal, untuk itu penelitian ini dirasa telah cukup. 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Pra Siklus Pada penelitian kali ini, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). Model Student Team Achievement Division (STAD) bukanlah model pembelajaran baru di dunia pendidikan Indonesia, namun model pembelajaran yang baru bagi MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Acuan penilaian pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan Kriteria Ketuntasan Klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa dengan berpatokan pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan data nilai ulangan harian mata pelajaran IPS yang diperoleh kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, menunjukkan bahwa KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 60. Peneliti menggunakan evaluasi formatif dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu berupa tes objektif dan tes subjektif. Di bawah ini adalah Tabel 4.1, yaitu hasil nilai ulangan harian mata pelajaran IPS sebelum menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD): 69 Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. Rata-rata Nilai Ketuntasan 42 37 45 40 47 75 80 44 54 31 35 53 56 80 37 47 52 77 46 44 51,5 Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas 2. Deskripsi Data Siklus I Hasil tes evaluasi pada siklus I mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan nilai pra siklus. Pada siklus I terdapat 13 siswa yang tuntas dan 7 siswa yang tidak tuntas, dengan demikian baru 65% dari jumlah seluruh siswa yang mencapai nilai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi target yang peneliti tentukan, yaitu 85% dari jumlah seluruh siswa mencapai nilai KKM. 70 Tabel 4.2 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. Rata-rata Nilai Ketuntasan 75 55 50 50 55 85 95 75 60 50 75 55 70 95 65 70 65 90 60 55 Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas 67,5 3. Deskripsi Data Siklus II Hasil tes evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan siklus I. Pada siklus II, 90% dari jumlah seluruh siswa mencapai KKM yang telah ditentukan sekolah. Terdapat 18 siswa yang tuntas dan 2 siswa yang tidak tuntas. Hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi target penelitian, yaitu 85% dari seluruh siswa mencapai KKM. Berdasarkan hasil belajar tersebut, maka model Student Team Achievement Division (STAD) dapat 71 meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial. Tabel 4.3 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. Rata-rata Nilai Ketuntasan 60 70 55 60 70 85 85 90 65 55 60 70 70 65 75 65 85 95 65 65 Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 70,5 B. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai siswa yang cukup baik. Selain itu antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga sangat tinggi. Sehingga jika dipadukan maka dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan hasil belajar 72 siswa kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari tabel gabungan nilai evaluasi dari siklus ke siklus sebagai berikut: Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nilai Pra Siklus 42 37 45 40 47 75 80 44 54 31 35 53 56 80 37 47 52 77 46 44 Nama Muhamad Nur T. Slamet Wahyudi Azka Rohmatul L. Aisyah Kurniawati Diana Aprita Zudi Kafiyana Rohmah Kharina Atsna Attia Luklu Ul Maknun M. Hasyief Annasier A. Muhamad Aghis Ridwan Syaiful Rahma Aisyah Sri Astutik Sirri Annisa Alfi R. Ahmad Najib Faridlo Habib Aditara Wijaya Zakiyah Dinda Utami Wildan Alhafidz Arum Tamala Azzahra Rozikin Mubarok T. Rata-rata 51,5 Siklus I Siklus II 75 55 50 50 55 85 85 90 65 55 60 70 70 65 75 65 85 95 65 65 60 70 55 60 70 85 85 90 65 55 60 70 70 65 75 65 85 95 65 65 67,5 70,5 Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa perolehan ratarata nilai pada siklus I meningkat menjadi 67,5 jika dibandingkan dengan rata-rata nilai pra siklus yang hanya 51,5. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 70,5. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa 73 pelaksanaan PTK dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini memperoleh hasil seperti tabel diatas. Berikut ini penjabaran hasil penelitian dari siklus ke siklus: 1. Siklus I Proses pembelajaran pada siklus I, peneliti menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). Adapun dalam penelitian mencakup 4 tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan/ observasi, dan refleksi. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan observasi ke MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pada tahap ini hasil tes evaluasi adalah 65% siswa tuntas (13 siswa) dan yang tidak tuntas 35% (7 siswa). Perolehan hasil tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini: Nilai Evaluasi Siklus I Tidak Tuntas 35% Tuntas 65% Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I 74 Berikut ini adalah Tabel 4.5, yaitu lembar observasi guru yang peneliti gunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung: Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I No Aspek Yang Diamati Skala Partisipasi A B C D I 1 2 PRA PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pembelajaran Menjelaskan tujuan pembelajaran v Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Menyampaikan materi dengan jelas v Mengkaitkan materi dengan realita v kehidupan 5 6 B 7 8 9 10 11 C 12 13 D 14 15 16 Pendekatan / Strategi Pembelajaran Membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen v Menjelaskan cara mengerjakan LKS Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kerja kelompok Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa Memberikan reward kepada siswa v v v v v v v Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran Menggunakan LKS sebagai sumber v belajar Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar v Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran v Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa v Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam v 75 pembelajaran E 17 18 F 19 20 III 21 22 23 Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi v v Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa Mengadakan tes formatif. v v v v v 28 Jumlah Total Kategori Keterangan: 39 6 0 73 Baik a. Skor: A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik) C = 2 (cukup) D = 1 (kurang) Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I memperoleh skor 73 dari skor maksimal 92. Sehingga aktifitas guru pada siklus I tergolong predikat baik. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah sebagai berikut : 76 1) Penilaian pra pembelajaran, berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 2) Penilaian penguasaan materi pembelajaran, berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 3) Penilaian tehadap pendekatan/strategi pembelajaran, berada pada skor nilai 2 berpredikat cukup. 4) Penilaian terhadap pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran berada pada skor nilai 2 berpredikat cukup. 5) Penilaian terhadap pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 6) Penilaian terhadap penilaian proses dan hasil belajar berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 7) Penilaian terhadap penggunaan bahasa berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 8) Penilaian terhadap penutup pelajaran berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. b. Rentang kategori Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai berikut: 77 Keterangan: : Interval kelas : Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil : Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil : Banyaknya kelas Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut: Nilai 80 – 98 (Baik sekali) Nilai 61 – 79 (Baik) Nilai 42 – 60 (Buruk) Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali) Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut: a. Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa, mengabsen siswa, memberi motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan RPP. 78 b. Penguasaan materi Guru dapat menerangkan materi pengertian masalah sosial dan macam-macam masalah sosial dengan jelas dan runtut, sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik. c. Menyajikan materi Guru mengaitkan materi pengertian masalah sosial dan macam-macam masalah sosial dengan kehidupan nyata, hal ini memudahkan siswa dalam memahami materi karena terjadi di lingkungan mereka tinggal. Selain itu guru juga berinovasi dengan cara membuat suasana kelas menjadi ceria. d. Pengelolaan kelas Pengelolaan kelas yang dilakukan guru sudah cukup baik, hal ini terlihat pada saat guru mendampingi siswa dalam membentuk 4 kelompok secara heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan berbeda-beda, sesuai dengan fase-fase yang terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD). Suasana kelas menjadi ramai, karena ada beberapa siswa yang keberatan dengan kelompoknya. Siswa cenderung ingin satu kelompok dengan teman akrab mereka, tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Guru dapat mengkondisikan suasana kelas menjadi tenang kembali, dengan cara memberikan pengertian kepada siswa. 79 e. Ketepatan penggunaan metode Guru masih awam terhadap model Student Team Achievement Division (STAD), sehingga 2 hari sebelumnya peneliti telah memberikan RPP untuk dipelajari oleh guru. Dalam pelaksanaannya penggunaaan model Student Team Achievement Division (STAD) masih ada beberapa kekurangan, yaitu 35% dari jumlah keseluruhan siswa belum terlibat secara maksimal dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan guru tidak melakukan penataan tempat duduk yang sesuai. Kinerja kelompok yang kurang maksimal juga mempengaruhi tingkat pemahaman siswa mengenai materi. f. Pelaksanaan evaluasi Pelaksaan evaluasi berjalan dengan baik dan lancar. Siswa menuruti perintah yang diberikan oleh guru, yaitu mengerjakan tes evaluasi. Guru juga membimbing siswa dalam mengerjakan soalsoal evaluasi. g. Menutup pelajaran Guru menutup pelajaran dengan membuat kesimpulan bersama-sama dengan siswa, dan mengakhiri pelajaran dengan salam. 2. Siklus II Pada siklus II tindakan penelitian mempertimbangkan kekurangan dan kendala yang muncul pada siklus I. Proses 80 pembelajaran masih sama dengan siklus I yaitu menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). Melalui data yang diperoleh pada siklus II, dapat dilihat terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil belajar siswa sebesar 25% dari siklus I. Hasil tes evaluasi yang diperoleh pada siklus II yaitu 90% (18 siswa) tuntas, sedangkan 10% (2 siswa) tidak tuntas. Dengan demikian, presentase nilai yang diperoleh pada siklus II telah memenuhi target yang telah ditetapkan peneliti yaitu 85% siswa tuntas atau mencapai nilai KKM yang ditetapkan MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Perolehan presentase nilai tes evaluasi pada siklus II sebagai berikut: Nilai Evaluasi Siklus II Tidak Tuntas 10% Tuntas 90% Gambar 4.2 Presentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II Berikut ini adalah tabel 4.6 yaitu lembar observasi guru yang peneliti gunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung: Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II No Aspek Yang Diamati I 1 2 PRA PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN 81 Skala Partisipasi A B C D v v A 3 4 5 6 B 7 8 9 10 11 C 12 13 D 14 15 16 E 17 18 F 19 20 Penguasaan Materi Pembelajaran Menjelaskan tujuan pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Menyampaikan materi dengan jelas Mengkaitkan materi dengan realita kehidupan Pendekatan / Strategi Pembelajaran Membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen Menjelaskan cara mengerjakan LKS Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kerja kelompok Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa Memberikan reward kepada siswa v v v v v v v v v Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran Menggunakan LKS sebagai sumber v belajar Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar v Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran v Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa v Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran v Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 82 v v v v III 21 22 23 PENUTUP Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa Mengadakan tes formatif. v v v 38 Jumlah Total Kategori Keterangan: 33 6 0 77 Baik a. Skor: A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik) C = 2 (cukup) D = 1 (kurang) Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I memperoleh skor 77 dari skor maksimal 92. Sehingga aktifitas guru pada siklus I tergolong predikat baik. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah sebagai berikut : 1) Penilaian pra pembelajaran, berada pada skor nilai 2 berpredikat cukup. 2) Penilaian penguasaan materi pembelajaran, berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 3) Penilaian tehadap pendekatan/strategi pembelajaran, berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 83 4) Penilaian terhadap pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 5) Penilaian terhadap pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa berada pada skor nilai 4 berpredikat sangat baik. 6) Penilaian terhadap penilaian proses dan hasil belajar berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 7) Penilaian terhadap penggunaan bahasa berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. 8) Penilaian terhadap penutup pelajaran berada pada skor nilai 3 berpredikat baik. b. Rentang kategori Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: : Interval kelas : Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil 84 : Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil : Banyaknya kelas Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut: Nilai 80 – 98 (Baik sekali) Nilai 61 – 79 (Baik) Nilai 42 – 60 (Buruk) Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali) Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut: a. Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa, mengabsen siswa, memberi motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan RPP. b. Penguasaan materi Guru telah menguasai materi upaya mengatasi masalah sosial dan hambatan-hambatan dalam mengatasi masalah sosial dengan baik, akan tetapi karena alokasi waktu yang kurang memadai guru tidak menjelaskan materi hambatan-hambatan dalam mengatasi masalah sosial secara keseluruhan. 85 c. Menyajikan materi Pada pelaksanaan penelitian siklus ke II, guru menyampaikan materi pelajaran tidak sesuai dengan RPP yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh guru pada saat menyampaikan materi pelajaran, yaitu guru hanya menyampaikan materi upaya mengatasi masalah sosial dan tidak menyampaikan materi hambatan-hambatan dalam mengatasi masalah sosial secara keseluruhan. Akibatnya siswa kurang memahami pada materi hambatan-hambatan dalam mengatasi masalah sosial. d. Pengelolaan kelas Guru mendampingi siswa dalam membentuk 4 kelompok secara heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan berbeda-beda. Selain itu, guru juga mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan masingmasing kelompok membentuk lingkaran. Hal ini memudahkan guru dalam mengawasi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, dengan posisi tempat duduk yang melingkar memudahkan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran. e. Ketepatan penggunaan metode Guru telah menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) dengan baik, sesuai dengan fase- 86 fase yang terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD). Fase-fase tersebuat adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kempok, evaluasi, dan memberikan pengahargaan. Hal ini mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa yang lebih baik dari siklus I. f. Pelaksanaan evaluasi Pelaksanaan evaluasi berjalan dengan baik dan lancar. Siswa menuruti perintah yang diberikan oleh guru untuk mengerjakan tes evaluasi. Guru juga membimbing siswa dalam mengerjakan soal-soal evaluasi. g. Menutup pelajaran Guru menutup pelajaran dengan membuat kesimpulan bersama-sama dengan siswa, dan mengakhiri pelajaran dengan salam. Pada siklus II penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) telah membantu siswa agar lebih faham terhadap materi masalah sosial. Selain itu, penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS telah merubah persepsi siswa yang awalnya beranggapan IPS merupakan pelajaran yang membosankan dan cenderung banyak menghafal menjadi suatu pelajaran yang menyenangkan. Hal ini juga dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. 87 3. Rekapitulasi Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II Tabel 4.7 Rekapitulasi Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II No Kategori 1 Tuntas 2 Tidak Tuntas Jumlah Pra Siklus Siswa % 4 Siklus I Siswa % 20% 13 16 80% 20 100% 65% 7 35% 20 100% Siklus II Siswa % 18 90% 2 10% 20 100% Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa ketuntasan siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga meningkat. Dari pra siklus sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mencapai ketuntasan hanya 20 % dari keseluruhan jumlah siswa. Sedangkan pada siklus I sebesar 65% dan siklus II mencapai 90%. Berikut ini adalah gambar 4.3 yang menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari pra siklus hingga siklus II: 18 18 16 16 13 14 12 Tuntas 10 7 8 6 Tidak Tuntas 4 4 2 2 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Gambar 4.3 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II 88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatanp Tingkir Kota Salatiga pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial. Siswa mencapai nilai KKM ditandai dengan peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada siklus I sebesar 65% dan siklus II sebesar 90%. B. Saran-saran 1. Kepala Sekolah Sebaikya kepala sekolah dapat memfasilitasi guru dalam meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang lebih inovatif. 2. Guru Diharapkan guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya guru hanya sebagai fasilitator. Selain itu, pemberian penghargaan dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. 89 3. Siswa Sebaiknya siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti ppembelajaran dan memahami materi yang diberikan oleh guru, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada pelajaran IPS. 90 DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Daldjoeni. 1981. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni. Kastolani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif. Salatiga: STAIN Salatiga Pers. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pujiati, Retno Heny, & Umi Yuliati. 2008. Cerdas Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan. Rasimin. 2012. Pembelajaran IPS. Salatiga: STAIN Salatiga Pers. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia. Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Supramono & Sugiarto. 1993. Statistika. Yogyakarta: Andi Offset. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta. Tanto, Taufik Agus. 2011. Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi (Lampiran SD-MI), (online), (http://standarkompetensikelasmenurutpermendikbudtahun2006.com, diakses pada tanggal 9 Juli 2015). Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media. 91 Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat: Gaung Persada Pers. 92 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Menggunakan Model Student Team Achievement Division (STAD) Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Kutowinangun Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/ Semester : IV / II Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan Alokasi waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi. B. Kompetensi Dasar 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian masalah sosial. 2. Menyebutkan macam-macam masalah sosial di daerahnya. D. Tujuan Pembelajaran: 1. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menjelaskan pengertian masalah sosial. 2. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menyebutkan macammacam masalah sosial di daerahnya. 93 E. Materi Pembelajaran 1. Masalah sosial Masalah sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal atau tidak semestinya dan terjadi di masyarakat. 2. Macam-macam masalah sosial: a. Pengangguran Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. b. Kebodohan Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau pendidikannya rendah. c. Kemiskinan Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak, walaupun pemerintah telah berupaya mengatasinya. Orang yang miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang dan papan. d. Kejahatan Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum. Pengangguran dan kemiskinan dapat menyebabkan tindak kejahatan, orang yang tertekan masalah ekonomi biasanya akan lebih mudah melakukan tindak kejahatan. Kejahatan ini di mulai dari judi, penipuan, pencurian, perampokan, penganiayaan, hingga korupsi. 94 e. Pertikaian Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah paham, emosi yang tidak terkendali atau karena memperebutkan sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip, seseorang atau suatu barang. Pertikaian dapat terjadi di dalam suatu keluarga atau di masyarakat. f. Kenakalan Remaja Kenakalan remaja berbagai macam bentuknya, seperti coret-coret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak semestinya ataupun menggunakan narkoba. F. Metode Pembelajaran: 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Student Team Achievement Division (STAD) 4. Penugasan G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media dan alat: a. Kertas undian b. LKS 2. Sumber belajar Buku Sekolah Elektronik, Cerdas Pengetahuan Sosial untuk kelas IV, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal 189-203 95 H. Langkah-langkah pembelajaran: No. Kegiatan Pembelajaran STAD Alokasi Waktu 1. Kegiatan awal: 10 Apersepsi menit Penyiapan siswa Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa dengan khi’mad. Guru bertanya “apa kabar anakanak?” Guru mengabsen daftar hadir siswa. Memotivasi siswa Siapa yang pernah melihat tawuran pelajar? Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran Apa itu masalah sosial? Menjelaskan tujuan Fase 1 Setelah selesai pembelajaran anak dapat menjelaskan pengertian masalah sosial. Setelah selesai pembelajaran anak dapat menyebutkan macam-macam masalah sosial di daerahnya. Menjelaskan cakupan materi Hari ini kita akan belajar tentang masalah sosial 96 2. Kegiatan inti: 45 Eksplorasi menit Guru menjelaskan materi tentang pengertian masalah sosial dan Fase 2 macam-macam masalah sosial Guru membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen, masing-masing terdiri Fase 3 dari 5 orang. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca LKS dan bertanya jika ada hal-hal yang belum dipahami mengenai permasalahan dalam LKS. Guru meminta siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dengan kelompoknya masing-masing. Guru mengawasi kerja kelompok dengan mendatangi kelompok dan memberi bantuan bila ada kesulitan dengan memberi pertanyaan yang sifatnya pancingan, bukan memberi jawaban. Elaborasi Guru meminta siswa kelompoknya untuk mempresentasikan berdasarkan mewakili jawaban hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain 97 Fase 4 memberikan tanggapan. Guru meminta siswa untuk kembali Fase 5 ke tempat duduk semula. Guru meminta siswa mengambil kertas undian yang berisi kuis/pertanyaan secara bergantian. Guru meminta siswa menjawab kuis/pertanyaan secara individu Guru memberikan reward kepada siswa dan kelompok yang Fase 6 memperoleh skor tertinggi. Konfirmasi Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur kepahaman siswa. 3. Kegiatan akhir: Guru 15 menyimpulkan materi pmbelajaran hari ini. Guru menutup pelajaran dengan berdoa. Guru meninggalkan kelas dengan mengucapkan salam. I. Penilaian Hasil Pembelajaran Menilai ketercapaian dari tujuan pembelajaran dengan menggunakan tes tertulis, dengan rincian sebagai berikut: 1. Tes Objektif 2. Tes Subjektif 98 menit Soal Evaluasi Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar! 1. Salah satu ciri masyarakat di pedesaan adalah .... a. Egois c. Kurang peduli b. Individualis d. Gemar bergotong royong 2. Pengangguran terjadi karena tidak tersedianya .... a. Modal c. Lowongan pekerjaan b. Tenaga kerja d. Tenaga ahli 3. Di bawah ini merupakan contoh tindak kejahatan, kecuali …. a. Mencuri c. Menolong orang lain b. Membunuh d. Merampok 4. Orang yang termasuk miskin atau di bawah garis kemiskinan yaitu orang yang tidak dapat memenuhi …. a. Kebutuhan pendidikannya c. Kebutuhan pokoknya b. b. Kebutuhan tambahannya d. Kewajibannya 5. Berikut ini yang merupakan sifat masalah sosial adalah .... a. Dampaknya dirasakan oleh masyarakat luas b. Dapat diselesaikan sendiri c. Hanya merugikan diri sendiri jika tidak diselesaikan d. Terjadi karena kelalaian pribadi 6. Tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh .... a. Angka kelahiran lebih besar dari angka kematian b. Banyak penduduk yang pindah ke negara lain 99 c. Banyak turis yang datang melancong d. Keberhasilan program KB 7. Salah satu masalah kependudukan adalah rendahnya kualitas penduduk. Salah satu penyebab masalah ini adalah …. a. Penduduk sudah peduli pendidikan anak b. Banyak lulusan sarjana yang menganggur c. Penduduk rajin belajar sendiri d. Tingkat pendidikan penduduk rendah 8. Manusia adalah mahkluk sosial. Ini berarti manusia .... a. Tidak bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain b. Bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain c. Menggantungkan hidupnya pada orang lain d. Menolak campur tangan orang lain dalam hidupnya 9. Perbedaan sosial yang sangat menonjol dalam lingkungan kita adalah keadaan masyarakat yang kaya dan ada pula …. a. Masyarakat pegawai c. Para pedagang b. Petani dan buruh d. Masyarakat miskin 10. Termasuk ke dalam masalah sosial adalah .... a. Tersedianya lapangan kerja c.Swasembada pangan b. Tingkat perekonomian maju pesat d. Kemiskinan Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Apa yang dimaksud masalah sosial? 2. Sebutkan contoh masalah sosial yang terdapat di lingkungan sekitarmu! 100 3. Sebutkan tiga contoh yang termasuk tindak kejahatan! 4. Sebutkan tiga contoh kenakalan remaja! 5. Apa penyebab adanya pengangguran? 6. Kunci Jawaban: Objektif 1. D 6. A 2. C 7. D 3. C 8. A 4. C 9. D 5. A 10. B Subjektif 1. Masalah sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal atau tidak semestinya dan terjadi di masyarakat. 2. Kemiskinan, kebodohan, dan tindak kejahatan. 3. Pencurian, pembunuhan, dan korupsi. 4. Tawuran remaja, narkoba, dan mencoret-coret dinding. 5. Kurangnya lapangan kerja yang tersedia. Penskoran: Pilihan ganda = 10 soal, skor per soal 10 101 102 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Menggunakan Model Student Team Achievement Division (STAD) Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Kutowinangun Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/ Semester : IV / II Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan Alokasi waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi. B. Kompetensi Dasar 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. C. Indikator 1. Menjelaskan upaya mengatasi masalah sosial 2. Menyebutkan hambatan dalam mengatasi masalah sosial D. Tujuan Pembelajaran: 1. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menjelaskan upaya mengatasi masalah sosial. 2. Setelah selesai pembelajaran siswa dapat menyebutkan hambatan dalam mengatasi masalah sosial. 103 E. Materi Pembelajaran 1. Upaya Mengatasi Masalah Sosial. Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial: a. Pemberian kartu askes Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) yang diberikan kepada keluarga miskin), dengan kartu Askes keluarga miskin dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis. b. Pemberian beras untuk masyarakat miskin (Raskin) Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. c. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pemerintah juga mempunyai program BOS buku untuk siswa sekolah dasar sampai SLTA, dengan BOS buku diharapkan orang tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya yang sekolah. d. Sekolah Terbuka Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya tidak terlalu padat dan terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagi siswa yang kurang mampu. 104 e. Program Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti menjahit, perbengkelan ataupun komputer. f. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan. BLT merupakan dana kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). g. Pemberian Bantuan Modal Usaha Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang akan mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk usaha kecil dan menengah. Selain berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihakpihak lain yang juga turut membantu mengatasi masalah sosial, antara lain: a. Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu. b. Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral dalam menghadapi masalah sosial. c. Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain memberikan bantuan, beasiswa, modal usaha, penyuluhan, dan pendidikan. 105 d. Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah sosial. e. Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid mendidik dan mengarahkan para pemuda putus sekolah untuk berkarya, sehingga ikut mengatasi masalah pengangguran. f. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan berbagai penyuluhan, bakti sosial ataupun melatih keterampilan. 2. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial Mengatasi masalah sosial tentu bukan hal yang mudah, tentu terdapat banyak hambatan. Beberapa contoh hambatan dalam upaya mengatasi masalah sosial, antara lain: a. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran. Contohnya orang yang mampu mendapat bantuan sedangkan yang miskin tidak mendapat bantuan. b. Program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah. c. Kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah. d. Terdapat pihak-pihak yang menyalahgunakan bantuan dari pemerintah maupun luar negeri. 106 e. Kurang kerja sama dari masyarakat yang mengalami masalah sosial terhadap pemerintah. f. Penyuluhan maupun pelatihan keterampilan yang diberikan kepada masyarakat kadang-kadang tidak ditanggapi sebagaimana mestinya. g. Terdapat pihak-pihak yang kurang peduli dalam masalahmasalah bantuan sosial. F. Metode Pembelajaran: 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Student Team Achievement Division (STAD) 4. Penugasan G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media dan alat: a. Kertas undian b. LKS 2. Sumber belajar Buku Sekolah Elektronik, Cerdas Pengetahuan Sosial untuk kelas IV, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal 189-203 H. Langkah-langkah pembelajaran: No Kegiatan Pembelajaran STAD Alokasi Waktu 1. Kegiatan awal: 10 107 Apersepsi menit Penyiapan siswa Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa dengan khi’mad. Guru bertanya “apa kabar anakanak?” Guru mengabsen daftar hadir siswa. Memotivasi siswa Siapa yang masih ingat pengertian masalah sosial? Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran Siapa yang pernah mendengar Askes? Menjelaskan tujuan Fase 1 Setelah selesai pembelajaran anak dapat menjelaskan upaya mengatasi masalah sosial. Setelah selesai pembelajaran anak dapat hambatan menyebutkan dalam mengatasi masalah sosial. Menjelaskan cakupan materi Hari ini kita akan belajar tentang masalah sosial 2. Kegiatan inti: 45 Eksplorasi Guru menit menjelaskan materi tentang pengertian masalah sosial dan macam108 Fase 2 macam masalah sosial Guru membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen, masing- Fase 3 masing terdiri dari 5 orang. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca LKS dan bertanya jika ada hal-hal yang belum dipahami mengenai permasalahan dalam LKS. Guru meminta siswa mengerjakan LKS secara berkelompok Fase 4 dengan kelompoknya masing-masing. Guru mengawasi dengan kerja mendatangi kelompok kelompok dan memberi bantuan bila ada kesulitan dengan memberi pertanyaan yang sifatnya pancingan, bukan memberi jawaban. Elaborasi Guru meminta siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan jawaban berdasarkan kelompoknya dan hasil diskusi kelompok lain memberikan tanggapan. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk semula. Guru meminta siswa mengambil kertas undian yang berisi kuis/pertanyaan secara bergantian. 109 Fase 5 Guru meminta siswa menjawab kuis/pertanyaan secara individu Guru memberikan reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor Fase 6 tertinggi. Konfirmasi Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur kepahaman siswa. 3. Kegiatan akhir: 15 Guru menanyakan apa yang telah menit dilakukan hari ini. Guru menyimpulkan materi pmbelajaran hari ini. Guru menutup pelajaran dengan berdoa. Guru meninggalkan kelas dengan mengucapkan salam. I. Penilaian Hasil Pembelajaran Menilai ketercapaian dari tujuan pembelajaran dengan menggunakan tes tertulis, dengan rincian sebagai berikut: 1. Tes Objektif 2. Tes Subjektif Soal Evaluasi. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar! 110 1. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan akibat dari kompensasi kenaikan harga …. a. Sembako c. Tarif dasar listrik b. Pulsa telpon d. Bahan bakar minyak 2. Pemberian kartu Askes bagi masyarakat miskin bertujuan untuk mengatasi masalah di bidang .... a. Pangan c. Pendidikan b. Tenaga kerja d. Kesehatan 3. Di bawah ini yang bukan merupakan contoh upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial adalah .... a. Pemberian kartu askes b. Pemberian beras untuk raskin c. Pemberian bantuan modal usaha d. Pemberian penghargaan upakarti 4. Pemberian kartu askes berguna untuk .... a. Keluarga kaya c. Berobat untuk keluarga miskin b. Berobat gratis bagi semua d. Untuk biaya umum 5. Dana kompensasi pengganti kenaikan BBM adalah .... a. BOS c. Askes b. BTL d. Raskin 6. Banyaknya masalah sosial di sekitar kita menjadi tanggung jawab .... a. Orang tua c. Pemerintah b. Guru d. Pemerintah dan masyarakat 111 7. Yang bukan merupakan program yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah sosial di masyarakat adalah .... a. Raskin c. Askeskin b. BOS d. Penghijauan 8. Kegiatan yang biasanya dilakukan untuk membantu masyarakat miskinseperti sembako murah, pengobatan gratis dan khitanan massal sering dinamakan kegiatan .... a. PPL c. Bakti Sosial b. KKN d. Bakti Masyarakat 9. Keluarga yang tidak harmonis, anak yang tidak terurus oleh orang tuanya, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya .... a. Kemiskinan c. Kenakalan remaja b. Pengangguran d. Kriminalitas 10. Pemerintah telah memberikan BLT kepada warga yang berhak menerima. BLT adalah …. a. Bimbingan Lingkungan Terpadu b. Bantuan Lingkungan Terprogram c. Bantuan Langsung Tunai d. Bimbingan Langsung Terampi Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sebutkan upaya mengatasi masalah sosial yang dilakukan pemerintah! 2. Jelaskan yang dimaksud dengan BOS! 3. Jelaskan kegunaan dari Askes! 112 4. Sebutkan hambatan-hambatan dalam menyelesaikan permasalahan sosial! 5. Sebutkan beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan! Kunci Jawaban: Objektif: 1. D 6. D 2. D 7. D 3. D 8. C 4. C 9. C 5. B 10. C Subjektif: 1. Pemberian kartu Askes, pemberian BOS, dan pemberian Bantuan Tunai Langsung. 2. Bantuan Operasional sekolah yang diberikan kepada siswa tingkat sekolah dasar sampai SLTA. 3. Untuk meringankan biaya pengobatan rumah sakit. 4. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran, program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah, kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah, dan lain sebagainya. 113 114 Lampiran 3 DOKUMENTASI SIKLUS I 1. Suasana belajar di dalam kelas. 2. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. 115 3. Guru menyampaikan materi pembelajaran. 4. Siswa belajar menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 5. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). 116 6. Siswa melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing. 7. Siswa menjawab kuis yang diberikan oleh guru. 8. Guru memberikan reward atau penghargaan untuk siswa. 117 Lampiran 4 DOKUMENTASI SIKLUS II 1. Suasana belajar di dalam kelas. 2. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. 118 3. Guru menyampaikan materi pembelajaran. 4. Siswa belajar menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD). 5. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). 119 6. Siswa melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing. 7. Siswa menjawab kuis yang diberikan oleh guru. 8. Guru memberikan reward atau penghargaan untuk siswa. 120 Lampiran 5 SOAL EVALUASI SIKLUS I A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar! 1. Salah satu ciri masyarakat di pedesaan adalah .... a. Egois c. Kurang peduli b. Indivudualis d. Gemar bergotong royong 2. Pengangguran terjadi karena tidak tersedianya .... a. Modal c. Lowongan pekerjaan b. Tenaga kerja d. Tenaga ahli 3. Di bawah ini merupakan contoh tindak kejahatan, kecuali …. c. Mencuri c. Menolong orang lain d. Membunuh d. Merampok 4. Orang yang termasuk miskin atau di bawah garis kemiskinan yaitu orang yang tidak dapat memenuhi …. a. Kebutuhan pendidikannya c. Kebutuhan pokoknya b. Kebutuhan tambahannya d. Kewajibannya 5. Berikut ini yang merupakan sifat masalah sosial adalah .... a. Dampaknya dirasakan oleh masyarakat luas b. Dapat diselesaikan sendiri c. Hanya merugikan diri sendiri jika tidak diselesaikan d. Terjadi karena kelalaian pribadi 121 6. Tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh .... a. Angka kelahiran lebih besar dari angka kematian b. Banyak penduduk yang pindah ke negara lain c. Banyak turis yang datang melancong d. Keberhasilan program KB 7. Salah satu masalah kependudukan adalah rendahnya kualitas penduduk. Salah satu penyebab masalah ini adalah …. a. Penduduk sudah peduli pendidikan anak b. Banyak lulusan sarjana yang menganggur c. Penduduk rajin belajar sendiri d. Tingkat pendidikan penduduk rendah 8. Manusia adalah mahkluk sosial. Ini berarti manusia .... a. Tidak bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain b. Bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain c. Menggantungkan hidupnya pada orang lain d. Menolak campur tangan orang lain dalam hidupnya 9. Perbedaan sosial yang sangat menonjol dalam lingkungan kita adalah keadaanmasyarakat yang kaya dan ada pula …. a. Masyarakat pegawai c. Para pedagang b. Petani dan buruh d. Masyarakat miskin 10. Termasuk ke dalam masalah sosial adalah .... a. Tersedianya lapangan kerja c. Swasembada pangan b. Tingkat perekonomian maju pesat d. Kemiskinan 122 B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Apa yang dimaksud masalah sosial? 2. Sebutkan contoh masalah sosial yang terdapat di lingkungan sekitarmu! 3. Sebutkan tiga contoh yang termasuk tindak kejahatan! 4. Sebutkan tiga contoh kenakalan remaja! 5. Apa penyebab adanya pengangguran? 123 Lampiran 6 SOAL EVALUASI SIKLUS II A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar! 1. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan akibat dari kompensasi kenaikan harga …. a. Sembako c. Tarif dasar listrik b. Pulsa telpon d. Bahan bakar minyak 2. Pemberian kartu Askes bagi masyarakat miskin bertujuan untuk mengatasi masalah di bidang .... a. Pangan c. Pendidikan b. Tenaga kerja d. Kesehatan 3. Di bawah ini yang bukan merupakan contoh upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial adalah .... a. Pemberian kartu askes b. Pemberian beras untuk raskin c. Pemberian bantuan modal usaha d. Pemberian penghargaan upakarti 4. Pemberian kartu askes berguna untuk .... a. Keluarga kaya c. Berobat untuk keluarga miskin b. Berobat gratis bagi semua d. Untuk biaya umum 5. Dana kompensasi pengganti kenaikan BBM adalah .... a. BOS c. Askes 124 b. BLT d. Raskin 6. Banyaknya masalah sosial di sekitar kita menjadi tanggung jawab .... a. Orang tua c. Pemerintah b. Guru d. Pemerintah dan masyarakat 7. Yang bukan merupakan program yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah sosial di masyarakat adalah .... a. Raskin c. Askeskin b. BOS d. Penghijauan 8. Kegiatan yang biasanya dilakukan untuk membantu masyarakat miskinseperti sembako murah, pengobatan gratis dan khitanan massal sering dinamakan kegiatan .... a. PPL c. Bakti Sosial b. KKN d. Bakti Masyarakat 9. Keluarga yang tidak harmonis, anak yang tidak terurus oleh orang tuanya, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya .... a. Kemiskinan c. Kenakalan remaja b. Pengangguran d. Kriminalitas 10. Pemerintah telah memberikan BLT kepada warga yang berhak menerima. BLT adalah …. a. Bimbingan Lingkungan Terpadu b. Bantuan Lingkungan Terprogram c. Bantuan Langsung Tunai d. Bimbingan Langsung Terampil 125 B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sebutkan upaya mengatasi masalah sosial yang dilakukan pemerintah! 2. Jelaskan yang dimaksud dengan BOS! 3. Jelaskan kegunaan dari Askes! 4. Sebutkan hambatan-hambatan dalam menyelesaikan permasalahan sosial! 5. Sebutkan beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan! 126 127 128 Lampiran 7 DATA NILAI ULANGAN HARIAN SISWA (PRA SIKLUS) No Nama Nilai Ketuntasan 1 Muhamad Nur T. 42 Tidak Tuntas 2 Slamet Wahyudi 37 Tidak Tuntas 3 Azka Rohmatul L. 45 Tidak Tuntas 4 Aisyah Kurniawati 40 Tidak Tuntas 5 Diana Aprita Zudi 47 Tidak Tuntas 6 Kafiyana Rohmah 75 Tuntas 7 Kharina Atsna Attia 80 Tuntas 8 Luklu Ul Maknun 44 Tidak Tuntas 9 M. Hasyief Annasier A. 54 Tidak Tuntas 10 Muhamad Aghis 31 Tidak Tuntas 11 Ridwan Syaiful 35 Tidak Tuntas 12 Rahma Aisyah 53 Tidak Tuntas 13 Sri Astutik 56 Tidak Tuntas 14 Sirri Annisa Alfi R. 80 Tuntas 15 Ahmad Najib Faridlo 37 Tidak Tuntas 16 Habib Aditara Wijaya 47 Tidak Tuntas 17 Zakiyah Dinda Utami 52 Tidak Tuntas 18 Wildan Alhafidz 77 Tuntas 19 Arum Tamala Azzahra 46 Tidak Tuntas 20 Rozikin Mubarok T. 44 Tidak Tuntas Jumlah 1.022 129 Lampiran 8 LEMBAR OBSERVASI GURU No Aspek Yang Diamati I 1 2 PRA PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pembelajaran Menjelaskan tujuan pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Menyampaikan materi dengan jelas Mengkaitkan materi dengan realita kehidupan 5 6 B 7 8 9 10 11 Skala Partisipasi A B C D Pendekatan / Strategi Pembelajaran Membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen Menjelaskan cara mengerjakan LKS Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kerja kelompok Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa Memberikan reward kepada siswa C 12 13 Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran Menggunakan LKS sebagai sumber belajar Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar D Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 14 130 15 16 E 17 18 F 19 20 III 21 22 23 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa Mengadakan tes evaluasi Jumlah Total Kategori Keterangan: Skor: A=4 B=3 C=2 D=1 131 Rentang kategori: Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk menentukan rentang kategori, maka digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: : Interval kelas : Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil : Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil : Banyaknya kelas Dengan demikian dapat digolongkan sebagai berikut: Nilai 80 – 98 (Baik sekali) Nilai 61 – 79 (Baik) Nilai 42 – 60 (Buruk) Nilai 23 – 41 (Buruk Sekali) 132 133 134 135 136 137 Lampiran 10 DATA GURU MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA No Nama Guru 1. Khurur Rozad, S.Pd.I Jabatan Kepala Sekolah dan Guru Kelas VI 2. Iswadati Nur mujianti, S.Pd.I Guru Kelas I 3. Ernawati, S.Pd.I Guru Kelas II 4. Siti Zumrotun, S.Pd.I Guru Kelas III 5. Drs. Ibrahim Alfian Guru Kelas IV 6. A. Muniri, S.Pd.I Guru Kelas V 7. Muflikhin Guru Bahasa Jawa 8. Suparti Guru Keterampilan 9. Umi Guru Bahasa Inggris 10. Yogi Kuncoro Jati Guru TIK 138 139 140 141 142 143 144 Lampiran 15 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Weni Puspita Dewi Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 30 Mei 1992 Alamat : Gulon RT 03 RW 01, Tanjung, Klego, Boyolali Nomer telephone : 085 728 829 589 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Riwayat Pendidikan : 1. TK Kartika III.32 (1997-1998) 2. SD N Tanjung 1 (1998-2004) 3. SMP N 1 Simo (2004-2007) 4. SMA N 1 Simo (2007-2010) 5. IAIN Salatiga (2011-2015) Pengalaman Organisasi : 1. Pengurus HMI Komisariat Karnoto Zarkasiy 2. Pengurus HMI Cabang Salatiga 3. Senat Mahasiswa IAIN Salatiga 145