BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan perusahaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan perusahaan melakukan penyusunan laporan keuangan di
setiap periodenya adalah untuk mengetahui informasi yang tersaji didalam
laporan keuangan dengan tujuan untuk pengambilan keputusan bagi para
pengguna dimasa depan. Salah satu informasi didalam laporan keuangan yang
sangat penting adalah laba, yang sering digunakan sebagai acuan bagi para
pengguna informasi mengambil sebuah keputusan dimasa yang akan datang.
Perusahaan melakukan pengitungan laba disetiap periodenya untuk dua tujuan,
yaitu tujuan pelaporan keuangan (financial reporting) dan penetapan pajak
(tax liabilities) Sovdan (2012).
Pajak merupakan salah satu komponen di dalam laba. Menurut
Mardiasmo (2011), Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapatkan timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Informasi yang ada di
dalam laba pun dapat dijadikan dasar bagi penentuan besarnya pengenaan
pajak Chrisyanti (2015). Perusahaan tentunya ingin membayar pajak yang
kecil meskipun laba yang didapatkannya besar. Oleh karena itu, perusahaan
melakukan perencanaan pajak (tax avoidance) untuk merealisasikan hal
tersebut.
1
2
Menurut Khurana dan Moser (2009); Irawan dan Farahmita (2012),
perusahaan melakukan tax avoidance semata – mata dalam upaya untuk
meminimalisasi kewajiban pajak didalam sebuah perusahaan. Pengaturan
pajak atau manajemen pajak merupakan suatu strategi pajak yang agresif yang
dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan beban pajak, sehingga dalam
praktiknya akan memunculkan beban dan denda atau buruknya reputasi
dimata masyarakat Annisa dan Kurniasih (2012).
Persada dan Martani (2010) menyatakan bahwa manajemen pajak
dilakukan karena terdapat perbedaan mendasar antara standar yang diatur
didalam akuntansi yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
Undang – Undang Perpajakan. Perbedaan ini dikenal dengan book-tax
differences (BTD). Blaylock et al (2011) menemukan bahwa 3 hal yang dapat
mempengaruhi BTD, yaitu earning management yang dilakukan, strategi
perencanaan pajak (tax planning) oleh perusahaan, dan perbedaan yang
normal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan atas pendapatan dan beban
menurut akuntansi dan menurut fiskal.
Penelitian yang dilakukan oleh Fontanella dan Martani (2014)
menyatakan bahwa terdapat 2 tipe didalam BTD, yaitu perbedaan temporer
(temporary differences) dan perbedaan permanen (permanent differences).
Tang dan Firth (2012) menyatakan bahwa BTD terbagi menjadi 2 sumber,
yaitu BTD yang bersumber dari perbedaan proses pencatatan laba antara
standar yang ditetapkan oleh akuntansi dengan undang – undang perpajakan
yang disebut dengan normal book-tax differences (NBTD), dan perbedaan
2
3
proses pencatatan laba yang berasal dari proses manajemen pajak yaitu
abnormal book-tax differences (ABTD). Fontanella (2014) menyatakan bahwa
BTD digunakan untuk menilai informasi pajak didalam sebuah laporan
keuangan. Persada dan Martani (2014) menyatakan bahwa BTD dapat
dijadikan proksi dari sebuah strategi perencanaan pajak (tax planning) untuk
tujuan pajak.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan agensi terjadi
ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent)
untuk memberikan jasa lalu mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan. Principal adalah pemegang saham atau investor, sedangkan agent
merupakan manajemen yang mengelola perusahaan. Konflik keagenan terjadi
karena agent tidak selalu berbuat sesuai dengan apa yang principal inginkan
sehingga menghasilkan agency cost yang telah dikeluarkan oleh principal
(Anggit dan Shodiq, 2014)
Meningkatnya konflik ini terjadi juga karena principal tidak selalu
mengawasi aktifitas agent sehingga agen seringkali memberikan informasi
tidak sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya didalam
perusahaan. Pengelola perusahaan merupakan pihak yang lebih memahami
perusahaan dibandingkan pemegang saham, keadaan tersebut dinyatakan
sebagai asimetry information Anggit dan Shodiq (2007). Salah satu cara yang
dapat mengontrol konflik ini adalah corporate governance.
Corporate governance merupakan mekanisme pengelolaan yang
didasarkan pada teori keagengan. Anggit dan Shodiq (2007) menyatakan
4
bahwa dengan diterapkannya metode ini prinsipal dapat mempercayakan
sepenuhnya perusahaan terhadap agent dalam pengelolaan kekayaan investor,
dengan tujuan agar agent tidak melakukan kecurangan sehingga merugikan
kedua belah pihak.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Septiani dan Martani (2014)
dengan mengacu pada penelitian Tang dan Firth (2011) menjelaskan bahwa
ABTD dapat digunakan sebagai pendeteksi manajemen laba dan manajemen
pajak pada saat reformasi perpajakan dan juga untuk menunjukkan hubungan
antara ABTD dengan praktik CG. Pada perkembangannya saat ini, CG dapat
digunakan untuk mendeteksi ABTD sebagai proksi dari manajemen laba dan
manajemen pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Septiani dan Martani (2014)
menggunakan beberapa variabel untuk melakukan penilaian corporate
governance sebagai monitoring terhadap manajemen laba dan manajemen
pajak. Variabel facility untuk menunjukkan pengurangan fasilitas tarif PPh
badan,
variabel dummy year untuk menunjukkan periode sebelum dan
sesudah perubahan tarif pajak, serta variabel board, audit committee, audit
internal untuk penilaian CG. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terdapat kaitannya penggunaan mekanisme GCG terhadap pendeteksian
ABTD didalam sebuah perusahaan.
Motivasi peneliti melakukan penelitian adalah, untuk menganalisis
pengaruh apakah penerapan good corporate governance didalam perusahaan
dapat menekan besarnya persentase ABTD. Perusahaan tentunya akan
4
5
melakukan strategi penghindaran pajak apabila pajak yang diterima sangat
besar dan ini akan menjadi celah dilakukannya tax management dengan
dilakukannya praktik tax avoidance.
Peneliti mengacu pada penelitian Septiani dan Martani (2014) dan
modifikasi dari penelitian Tang dan Firth (2011), pada penelitian ini
menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan hubungan antara ABTD dengan
praktik corporate governance didalam perusahaan. Richardson (1978)
menjelaskan bahwa manajemen perusahaan terkadang tidak sepenuhnya
memberikan informasi yang jelas kepada pemegang saham, hat tersebut yang
dapat memunculkan konflik diantara keduanya yang dapat memunculkan
praktik manajemen pajak maupun manajemen laba. Septiani dan Martani
(2014) menyatakan bahwa konflik tersebut dapat diatasi dengan praktik good
corporate governance yang bertujuan untuk monitoring atas praktik – praktik
tersebut.
Septiani dan Martani (2014) menjelaskan bahwa selama ini telah
banyak tolak ukur dalam mengatur praktik good corporate governance
perusahaan, salah satu caranya adalah Asean CG Scorecards yang dibentuk
oleh Asean Capital Market Forum (ACMF) pada tahun 2011 yang bertujuan
untuk meningkatkan konvergensi dan integrasi pasar modal Indonesia serta
meningkatkan CG di Asean.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
dengan mengganti beberapa variabel seperti applicable tax rate dan number
karena tidak sesuai dengan peraturan perpajakan di Indonesia. Lalu mengganti
6
variabel board, audit committee, audit internal, dengan variabel Proporsi
Dewan Komisaris Independen (KKI), Keberadaan Dewan Wanita (DW),
Diversitas Dewan Asing (DA), dan Corporate Governance Perception Index
(CGPI) sebagai penilaian CG didalam perusahaan yang berfungsi sebagai
monitoring terhadap praktik manajemen laba dan manajemen pajak didalam
perusahaan. Lalu perbedaan lainnya dari penelitian terdahulu adalah tidak
mempertimbangkan metode scoring apa yang tepat untuk penerapan corporate
governance di Indonesia yang menganut two-tier board system.
Dalam penelitian ini, dilakukan bertujuan untuk menganalisis dan
mengetahui pengaruh apakah corporate governance yang diterapkan oleh
perusahaan mampu menekan adanya praktik manajemen pajak yang
menyebabkan besarnya presentase ABTD. Winata (2014) menyatakan bahwa
Corporate governance yang diterapkan dengan baik seharusnya sejalan
dengan definisi pajak yaitu pajak sebagai kewajiban, tetapi dalam praktiknya
banyak wajib pajak yang menyimpang dari peraturan yang ada seperti undang
– undang perpajakan, dalam penelitian ini diharapkan corporate governance
mampu menjembatani pemikiran wajib pajak akan peraturan yang ada bukan
melanggar sehingga memunculkan praktik tax avoidance.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari permasalahan ini adalah sebagai berikut
1. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap besarnya presentase ABTD.
6
7
2. Apakah keberadaan dewan wanita berpengaruh negatif terhadap
besarnya presentase ABTD.
3. Apakah diversitas dewan asing berpengaruh negatif terhadap besarnya
presentase ABTD.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menguji pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap
ABTD.
2. Menguji pengaruh keberadaan dewan wanita terhadap ABTD.
3. Menguji pengaruh diversitas dewan asing terhadap ABTD.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat.
1. Praktis, yaitu dapat memberikan gambaran kepada pemerintah,
praktisi, analisator keuangan, direksi manajemen perusahaan, investor
maupun kreditor dalam membantu pengambilan keputusan, tambahan
wacana, serta pertimbangan informasi mengenai bagaimana corporate
governance dapat mempengaruhi besarnya presentase ABTD didalam
perusahaan.
2. Teoritis dan Akademis, dapat memperkuat pengetahuan bagi
perkembangan ilmu akuntansi terkait besarnya presentase abnormal
book-tax differences dapat ditekan dengan penerapan corporate
governance didalam perusahaan.
8
1.5. Orisinalitas Penelitian
Penelitian mengenai analisis corporate governance terhadap booktax differences masih tergolong sedikit. Selama ini book-tax differences lebih
banyak membahas tentang keterkaitannya langsung dengan tax avoidance dan
earning management didalam perusahaan. Penelitian terdahulu yang
membahas analisis corporate governance terhadap book-tax differences adalah
penelitian yang dilakukan oleh Septiani dan Martani (2014). Namun terdapat
beberapa perbedaan dari penelitian terdahulu.
1. Penelitian Septiani dan Martani (2014) menggunakan variabel board,
audit committee, audit committee, audit internal sebagai peranan
corporate governance dalam monitoring praktik tax avoidance terhadap
perusahaan sedangkan pada penelitian ini menggunakan proporsi dewan
komisaris indepneden, keberadaan dewan wanita, dan diversitas dewan
asing.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
8
9
Bab ini berisi menjelaskan landasan teori yang telah digunakan
pada penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran, dan perumusan
hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup di dalam penelitan, populasi
dan sampel, jenis dan sumber data, definisi variabel dan pengukurannya,
metode pengujian data, dan metode pengujian hipotesis.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data,
intrepretasi, hasil dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan dan saran yang diperlukan untuk pihak yang berkepentingan.
Download