13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai rujukan adalah sebagai
berikut :
1.
Nur Rahma Imania (2012)
Dalam penelitian terdahulu pertama yang berjudul “Pengaruh Risiko
Usaha Terhadap CAR Pada Bank UmumGo Public”. Masalah yang diangkat pada
penelitian tersebut adalah apakah LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR
baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap CAR pada Bank Umum Go Public,serta variabel manakah yang
memiliki pengaruh dominan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public pada
periode triwulan I tahun 2006 – triwulan II tahun 2011.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
terdahulu pertama adalah dengan menggunakan cara purposive sampling. Data
yang dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan datanya
menggunakan metode dokumentasi. Selanjutnya untuk teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian terdahulu pertama meliputi analisa regresi linier
berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T). Kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian di atas adalah :
1) Variabel LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go
13
14
Public sampel penelitian periode triwulan I tahun 2006 dengan triwulan II
tahun 2011. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
pasar, risiko efisiensi, dan risiko operasional secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go
Public.
2) Variabel LDR, IPR, NPL, BOPO dan FBIR secara parsial memiliki pengaruh
negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public
periode triwulan I 2006 sampai dengan triwulan II 2011.Dapat disimpulkan
risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko operasional secara parsial
mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR.Dengan
demikian secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
CAR pada Bank Umum Go Public.
3) Variabel IRR dan PDN secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap CAR pada Bank Umum Go Public periode triwulan I 2006 sampai
dengan triwulan II 2011. Dapat di simpulkan risiko pasar secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go
Public.
4) Diantara kesepuluh variabel bebas LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO,dan
FBIR yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap CAR adalah IRR,
karena mempunyai nilai koefisien determinasi parsial tertinggi sebesar 33,29
persen bila dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi parsial pada
variabel bebas lainnya.
15
2.
Dendy Julius Pratama (2013)
Dalam penelitian terdahulu kedua yang berjudul “Pengaruh Risiko
Usaha Terhadap CAR Pada Bank-Bank Swasta Nasional Go Public”. Masalah
yang diangkat pada penelitian tersebut adalah apakah LDR, IPR, NPL, IRR, PDN,
BOPO, dan FBIR baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public, serta
variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap CAR pada Bank
Umum Swasta Nasional Go Public pada periode triwulan I tahun 2008 – triwulan
II tahun 2012.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
terdahulu kedua adalah dengan menggunakan cara purposive sampling. Data yang
dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan datanya
menggunakan metode dokumentasi. Selanjutnya untuk teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian terdahulu kedua meliputi analisa regresi linier
berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T). Kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian di atas adalah :
1) Variabel LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR, dan BOPO secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum
Swasta Nasional Go Publicsampel penelitian periode triwulan I tahun 2008 –
triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko
kredit, risiko pasar, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta nasional
Go Public. Besarnya pengaruh variabel LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR
16
dan BOPO secara bersama-sama terhadap CAR pada Bank Umum Swasta
Nasional Go Public sampel penelitian periode triwulan I tahun 2008 –
triwulan II tahun 2012 adalah sebesar 50,5 persen, sedangkan sisanya 49,5
persen dipengaruhi oleh variabel lain.
2) Variabel LDR dan IPR secara parsial memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public
periode triwulan I tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat
disimpulkan bahwa risiko likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh yang
positif signifikan terhadap CAR.
3) Variabel NPL dan BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode
triwulan I tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat
disimpulkan bahwa risiko kredit dan risiko operasional mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap CAR.
4) Variabel IRR dan PDN secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I
tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa
risiko pasar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
CAR.
5) Variabel FBIR secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I
tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan risiko
operasional secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan ter-
17
hadap CAR.
6) Diantara ketujuh variabel bebas LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR dan
BOPO yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap CAR adalah IPR,
karena mempunyai nilai koefisien determinasi parsial tertinggi sebesar 29,38
persen bila dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi parsial pada
variabel bebas lainnya.
Persamaan dan perbedaan antara penelitian sekarang dengan yang
sebelumnya, dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PENELITIAN TERDAHULU
DENGAN PENELITIAN SEKARANG
Aspek
Variabel
tergantung
Variabel
bebas
Periode
Populasi
Nur Rahma Imania
(2012)
CAR
Dendy Julius
Pratama (2013)
CAR
Peneliti sekarang
Meyviana S.
CAR
LDR, IPR, NPL,
IRR, PDN, FBIR,
BOPO
TW I 2006 – TW II
2011
Bank Umum Go
Public
LDR, IPR, NPL,
IRR, PDN, FBIR,
BOPO
TW I 2008-TW II
2012
Bank Umum
Swasta Nasional
Go Public
Purposive
sampling
Dokumentasi
LDR, IPR, NPL,
IRR, BOPO, FBIR
TW I 2009 – TW II
2013
Bank Pembangunan
Daerah
Teknik
Purposive sampling
Purposive sampling
sampling
Metode
Dokumentasi
Dokumentasi
pengumpulan
data
Teknik
Analisis regresi
Analisis regresi
Analisis regresi
analisis data
linier berganda
linier berganda
linier berganda
Sumber : Nur Rahma Imania (2012) dan Dendy Julius Pratama (2013).
18
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Permodalan Bank
Modal bank merupakan salah satu faktor penting bagi suatu bank dalam rangka
pengembangkan kegiatan usaha bank serta untuk menampung risiko-risiko yang
mungkin terjadi. Modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka
pengembangkan usaha dan menampung kerugian. Modal adalah asset dalam
bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal
yang mempunyai nilai ekomonis. Modal bank harus cukup untuk memenuhi
fungsi dasar yaitu (Hermawan Darmawi, 2012: 90) :
1) Membiayai organisasi dan operasi sebuah bank.
2) Memberikan rasa perlindungan pada penabung dan kreditor lainnya.
3) Memberikan rasa percaya pada para penabung dan pihak berwenang.
Dalam kaitan ini tentu saja fungsi perlindunganlah yang paling
penting. Dana modal harus mencukupi untuk menyerap kerugian dan menjamin
keamanan dana para deposan.
Kasmir berpendapat bahwa modal terdari dari dua macam, yaitu
modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera
dalam posisi ekuitas, sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan
cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (Kasmir, 2010: 271-272).
Permodalan digunakan untuk mengatur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban jika terjadi likuiditas bank. Untuk mengukur tingkat kemampuan
19
permodalan
bank
dapat
menggunakan
rasio
sebagai
berikut
(Lukman
Dendawijaya, 2009 : 121) :
a.
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio yangmengukur kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yangdimiliki bank untuk menunjang aktivayang
mengandung
atau
menghasilkan risiko. CAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko.Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut :
CAR =
× 100% ...................(1)
Jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan
penjumlahan dari pos-pos aktiva dan rekening administrasi, dimana :
1) ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada
neraca bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing.
2) ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing
pos aktiva pada
rekening administrasi bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing.
ATMR yang digunakan dalam perhitungan modal minimum adalah ATMR untuk
risiko pasar dan kredit,bank menggunakan pendekatan yaitu Standardized
Approach.
b.
Debt to Equity Ratio
DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menutupi sebagian atau seluruh hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka
pendek. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
20
DER =
c.
× 100% ........................................(2)
Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva
bankdibiayai atau dananya untuk diperoleh dari sumber-sumber hutang jangka
panjang. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut :
× 100% ....................(3)
LTDAR =
2.2.2 Risiko Usaha
Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang
akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi
ketidakpastian
pendapatan
yang
diperoleh
suatu
bank,
semakin
besar
kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau
bunga yang diinginkan (Amin Widjaja Tunggal 2009 : 20).
Berdasarkan PBI nomor 11/25/PBI/2009 tentang perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum, menjelaskan defenisi risiko-risiko yang harus dihadapi
Bank dalam aktivitas bisnisnya yang terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko
likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi, dan
risiko strategik. Namun risiko yang dapat dihitung dengan rasio keuangan adalah
risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Walaupun
mengadopsi Peraturan Bank Indonesia tersebut namun terdapat perbedaan
mengenai definisi risiko-risko usaha bank. Berikut ini adalah risiko yang wajib
21
dikelola bank yang dapat dihitung dengan rasio keuangan, yaitu :
1.
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank
untukmemenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank (PBI nomor 11/25/PBI/2009).
Rasio yang digunakan untuk menghitung risiko likuiditas adalah sebagai berikut
(Lukman Dendawijaya, 2009 : 114-117) :
a.
Cash Ratio (CR)
Cash Ratioadalah alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang
harus segera dibayar. Rasio digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
membayar kembali simpanan nasabah pada saat penarikan dengan mengguanakan
alat likuid yang dimilikinya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
CR =
× 100%.................(4)
Keterangan :
Alat likuid = kas + giro pada Bank Indonesia
b.
Reserve Requirement
Reserve Requirement adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara
dalam bentuk giro BI bagi semua bank. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
RR =
× 100% ...............................................(5)
22
c.
Loan To Deposit Ratio(LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan nasabah (deposan) dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini dapat diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
LDR =
d.
× 100% .............................(6)
Loan to Asset Ratio(LAR)
Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan
kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Rumus yang digunakan
untuk menghitung adalah sebagai berikut :
LAR =
× 100% .......................................(7)
e. Rasio Kewajiban Bersih Call Money
Rasio Kewajiban Bersih Call Money adalah rasio yang menunjukkan besarnya
kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid
dari bank.
RKBCM =
f.
× 100% ...................(8)
Investing Policy Ratio (IPR)
Investing Policy Ratio (IPR) merupakan kemampuan bank dalam melunasi
kewajibannya kepada para deposannya dengan cara menjual surat – surat berharga
23
yang dimilikinya (Kasmir, 2010 : 287). IPR dapat dirumuskan sebagai berikut :
IPR =
2.
× 100%......................................(9)
Risiko Kredit
Risiko kredit (credit risk) didefinisikan sebagai risiko kerugian yang
terkait dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya;
atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya(PBI nomor
11/25/PBI/2009). Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan bahwa kredit
yang diberikan oleh bank, atau obligasi yang dibeli, tidak dapat dibayarkan
kembali. Risiko kredit juga timbul dari tidak dipenuhinya berbagai bentuk
kewajiban pihak lain kepada bank, seperti kegagalan memenuhi kewajiban
pembayaran dalam kontrak derivatif.
Untuk sebagian bank, risiko kredit merupakan risiko terbesar yang
dihadapi. Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi risiko
kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang diberikan bank dan
oleh karenanya kerugian pada kredit dapat menghancurkan modal bank dalam
waktu singkat (PBI nomor 11/25/PBI/2009). Rasio yang digunakan dalam
menghitung risiko kredit adalahNon Performing Loan (NPL)
a. Non Performing Loan (NPL)
NPL merupakan adalah perbandingan antara kredit bermasalaah terhadap total
kredit. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya
(Taswan, 2010: 166). Rasio yang digunakan dalam risiko kredit adalah sebagai
berikut :
24
NPL =
3.
× 100% ..........................................(10)
Risiko Pasar
Merupakan risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan harga pasar
atas posisi yang diambil oleh bank baik pada sisi on maupun offbalance-sheet(PBI
nomor 11/25/PBI/2009). Bank yang memiliki posisi dalam instrumen keuangan
pada neracanya memiliki eksposur risiko pasar yang besarnya ditentunkan oleh
posisi tersebut. Sedangkan bank yang berperan sebagai intermediary dalam
sebuah transaksi yang tercatat dalam neracanya tidak akan terekspos kepada risiko
pasar atas transaksi tersebut. Sensitivitas terhadap pasar merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur risiko bank dalam pembayaran kembali terhadap
nasabah berdasarkan suku bunga. Rasio yang digunakan dalam melakukan
analisis risiko pasar adalah sebagai berikut :
a.
Interest Rate Risk (IRR)
IRR merupakan risiko tingkat suku bunga adalah risiko yang timbul akibat
berubahnya tingkat bunga. Interest Rate Ratio dapat dihitung dengan
menggunakan rumus SEBI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011). Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
IRR =
× 100%.......................(11)
Komponen IRSA dan IRSL adalah sebagai berikut :
1) IRSA dalam hal ini meliputi giro pada bank lain, penempatan pada bank lain,
surat berharga, kredit yang diberikan, penyertaan.
2) IRSL dalam hal ini meliputi giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, surat
25
berharga yang diterbitkan, simpanan dari bank lain, pinjaman yang diterima.
b.
Posisi Devisa Netto (PDN)
Posisi sensivitas pasar yang kedua adalah dari sisi nilai tukar. Risiko nilai tukar
merupakan risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar
pada saat bank memiliki posisi terbuka (Peraturan Bank Indonesia No.
12/10/PBI/2010 lampiran kelima tanggal 31 Juli 2010),. PDN dapat diukur dengan
rumus sebagai berikut :
PDN =
4.
×100% ...........(12)
Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko timbulnya kerugian yang disebabkan
oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau
sebagai akibat dan kejadian eksternal (PBI nomor 11/25/PBI/2009). Rasio yang
digunakan untuk mengukur risiko operasional adalah sebagai berikut :
a.
Beban Operasional Terhadap Pendapatan Opersional (BOPO)
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:199-120), BOPO adalah perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan
kegiatan operasinya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus :
BOPO =
b.
× 100% ............................(13)
Fee Base Income Ratio (FBIR)
FBIR adalah pendapatan yang diperoleh dari jasa diluar bunga dan provisi
pinjaman. Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank lainnya ini
26
antara lain diperoleh dari biaya administrasi, biaya kirim,biaya tagih, biaya provisi
dan komisi, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lainnya.Menurut SEBI
No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, FBIR dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
FBIR=
2.2.3
×100%..........(14)
Bank Pembangunan Daerah
Menurut Taswan (2010 : 9), bank pembangunan daerah yaitu bank – bank
komersial, bank tabungan atau bank pembangunan mayoritas kepemilikannya
berada di tangan daerah. Bank pemerintah daerah yang umum dikenal adalah bank
pembangunan daerah (BPD), yang didirikan berdasarkan UU no. 13 tahun 1962.
Masing- masing pemerintah daerah telah memiliki BPD sendiri. Di samping itu
beberapa pemerintah daerah memiliki bank perkreditan rakyat (BPR).
Dari segi kepemilikannya bank pembangunan daerah menurut Kasmir
(2010 : 22) terdapat di daerah tingkat I dan II masing – masing provinsi. Modal
BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masing – masing tingkatan.
2.2.4 Pengaruh Risiko Usaha terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
1.
Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap CAR
Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko likuiditas adalah dengan
menggunakan dua rasio keuangan, yaitu LDR dan IPR.
a) Pengaruh LDR terhadap risiko likuiditas adalah berlawanan arah (negatif).
Hal ini terjadi karena apabila LDR meningkat berarti telah terjadi
peningkatan total kredit dengan prosentase peningkatan lebih besar daripada
27
prosentase
peningkatan
total
DPK.
Akibatnya
terjadi
peningkatan
kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga atau
dengan kata lain mengalami peningkatan likuiditas, sehingga potensi
terjadinya ketidakmampuan bank memenuhi kewajibannya kepada pihak
ketiga menjadi semakin kecil yang berarti terjadi penurunan risiko likuiditas.
Pada sisi lain, pengaruh LDR terhadap CAR adalah negatif. Hal ini dapat
terjadi karena LDR meningkat terjadi peningkatan total kredit dengan
prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan dana pihak
ketiga. Akibatnya terjadi peningkatan ATMR dan dengan asumsi tidak terjadi
peningkatan modal, maka akan menyebabkan CAR menurun. Dengan
demikian pengaruh risiko likuiditas terhadap CAR adalah positif.
b) Pengaruh IPR terhadap risiko likuiditas adalah negatif. Hal ini terjadi apabila
IPR meningkat, berarti terjadi peningkatan investasi surat berharga dengan
prosentase yang lebih besar dari prosentase peningkatan dana pihak ketiga,
sehingga kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban pada pihak ketiga
dengan mengandalkan surat-surat berharga semakin tinggi, yang berarti risiko
likuiditas bank menurun.
Pada sisi lain, IPR mempunyai pengaruh negatif terhadap CAR. Hal ini
terjadi apabila IPR meningkat, berarti terjadi peningkatan investasi surat
berharga dengan prosentase yang lebih besar dari prosentase peningkatan
dana pihak ketiga. Akibatnya, terjadi peningkatan ATMR dan dengan asumsi
tidak terjadi peningkatan modal, maka akan menyebabkan CAR menurun.
Dengan demikian risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap CAR.
28
2.
Pengaruh Risiko Kredit terhadap CAR
Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko kredit adalah NPL. NPL
mempunyai pengaruh yang positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat terjadi
apabila NPL meningkat, berarti telah terjadi peningkatan kredit bermasalah
dengan prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan total
kredit yang disalurkan bank. Akibatnya potensi terjadinya kredit macet
menjadi semakin meningkat, sehingga menyebabkan risiko kredit yang
dihadapi oleh bank meningkat.
Pada sisi lain, NPL berpengaruh negatif terhadap CAR. Apabila NPL
meningkat, maka terjadi prosentase peningkatan kredit bermasalah yang lebih
besar dari pada prosentase peningkatan total kredit. Akibatnya, terjadi
peningkatan biaya yang harus dicadangkan lebih besar dari pada peningkatan
pendapatan, sehingga terjadi penurunan laba, penurunan modal dan pada
akhirnya CAR bank juga menurun. Dengan demikian risiko kredit
berpengaruh negatif terhadap CAR.
3.
Pengaruh Risiko Pasar terhadap CAR
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur risiko pasar adalah IRR.
Pengaruh IRR terhadap risiko pasar dapat positif atau negatif. Hal ini terjadi
apabila IRR meningkat, berarti telah terjadi peningkatan Interest Rate
SensitivityAsset (IRSA) dengan prosentase yang lebih besar dari pada
prosentase peningkatan Interest Rate Sensitivity Liabilities (IRSL). Apabila
pada saat itu tingkat suku bunga cenderung meningkat, maka akan terjadi
peningkatan pendapatan bunga yang lebih besar dari pada peningkatan biaya
29
bunga, sehingga risiko suku bunga yang dihadapi bank menurun. Dengan
demikian pengaruh IRR terhadap risiko pasar adalah negatif. Sebaliknya,
apabila pada saat itu tingkat suku bunga cenderung mengalami penurunan,
terjadi penurunan pendapatan bunga yang lebih besar dari pada penurunan
biaya bunga, sehingga risiko suku bunga yang dihadapi bank meningkat.
Dengan demikian pengaruh IRR terhadap risiko pasar adalah positif.
Pada sisi lain pengaruh IRR terhadap CAR dapat positif atau negatif. Hal ini
dapat terjadi karena apabila IRR meningkat, berarti telah terjadi peningkatan
IRSA lebih besar dari peningkatan IRSL. Apabila pada saat itu tingkat suku
bunga cenderung meningkat maka terjadi peningkatan pendapatan bunga
lebih besar dari peningkatan biaya bunga, sehingga laba bank meningkat,
modal bank meningkat, dan CAR bank juga ikut meningkat. Dengan
demikian pengaruh IRR terhadap CAR adalah positif. Sebaliknya apabila
tingkat suku bunga cenderung mengalami penurunan, maka terjadi penurunan
pendapatan lebih besar dari pada penurunan biaya bunga, sehingga laba bank
menurun, modal bank menurun, dan CAR bank juga ikut menurun. Dengan
demikan pengaruh IRR terhadap CAR adalah negatif. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka pengaruh risiko pasar terhadap CAR dapat positif atau negatif.
4.
Pengaruh Risiko Operasional terhadap CAR
Rasiokeuangan yang digunakan untuk mengukur risiko operasional adalah
dengan menggunakan dua rasio keuangan antara lain BOPO dan FBIR.
a) Pengaruh BOPO terhadap risiko operasional adalah searah (positif). Hal
ini dapat terjadi karena apabila BOPO meningkat, berarti terjadi
30
peningkatan biaya operasional dengan prosentase yang lebih besar dari
pada prosentase peningkatan pendapatan operasional, Akibatnya, efisiensi
bank dalam hal menekan biaya operasional untuk memperoleh pendapatan
operasional menurun sehingga risiko operasional yang dihadapi bank
meningkat. Pada sisi lain, pengaruh BOPO terhadap CAR adalah
berlawanan arah (negatif). Hal ini terjadi apabila BOPO meningkat berarti
terjadi peningkatan biaya operasional lebih besar dari pada peningkatan
pendapatan operasional. Akibatnya laba bank menurun, modal menurun,
dan CAR pun ikut menurun. Dengan demikian pengaruh risiko operasional
terhadap CAR adalah negatif.
b) Pengaruh FBIR terhadap risiko operasional adalah berlawanan arah
(negatif). Hal ini terjadi karena apabila FBIR meningkat, berarti telah
terjadi peningkatan pendapatan operasional selain bunga dengan
prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan pendapatan
operasional. Akibatnya tingkat efisiensi dalam hal kemampuam bank
mengasilkan pendapatan operasional selain bunga dalam kegiatan
opersinya meningkat, sehingga mengakibatkan risiko operasional yang
dihadapi bank menurun. Pada sisi lain, pengaruh FBIR terhadap CAR
adalah searah (positif), karena apabila FBIR meningkat, berarti telah
terjadi peningkatan pendapatan operasional selain bunga dengan
prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan pendapatan
operasional. Akibatnya laba bank meningkat, modal meningkat, dan CAR
pun ikut meningkat. Dengan demikian pengaruh risiko operasional terha -
31
dap CAR adalah negatif
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya maka
kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada gambar 2.1
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang sudah dikemukakan di atas maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
LDR, IPR, NPL, IRR, BOPO dan FBIR secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah.
2.
LDR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
CAR pada Bank Pembangunan Daerah.
3
IPR
secara
parsial
mempunyai
pengaruh
negatif
yang
signifikan
terhadapCAR pada Bank Pembangunan Daerah.
4
NPL secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
CAR pada Bank Pembangunan Daerah.
5
IRR secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada
Bank Pembangunan Daerah.
6
BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
CAR pada Bank Pembangunan Daerah.
7
FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
CAR pada Bank Pembangunan Daerah.
32
BANK
Risiko Usaha Bank Umum
Risiko
Likuiditas
-
LDR
-
+
+
IPR
-
-
+
+/-
NPL
-
Risiko
Operasional
Risiko
Pasar
Risiko
Kredit
IRR
BOPO
FBIR
+/-
-
+/-
CAR
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
-
+
-
Download