BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai rujukan adalah sebagai berikut : 1. Nur Rahma Imania (2012) Dalam penelitian terdahulu pertama yang berjudul “Pengaruh Risiko Usaha Terhadap CAR Pada Bank UmumGo Public”. Masalah yang diangkat pada penelitian tersebut adalah apakah LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public,serta variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public pada periode triwulan I tahun 2006 – triwulan II tahun 2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian terdahulu pertama adalah dengan menggunakan cara purposive sampling. Data yang dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi. Selanjutnya untuk teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian terdahulu pertama meliputi analisa regresi linier berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian di atas adalah : 1) Variabel LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go 13 14 Public sampel penelitian periode triwulan I tahun 2006 dengan triwulan II tahun 2011. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, risiko efisiensi, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public. 2) Variabel LDR, IPR, NPL, BOPO dan FBIR secara parsial memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public periode triwulan I 2006 sampai dengan triwulan II 2011.Dapat disimpulkan risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR.Dengan demikian secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public. 3) Variabel IRR dan PDN secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public periode triwulan I 2006 sampai dengan triwulan II 2011. Dapat di simpulkan risiko pasar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public. 4) Diantara kesepuluh variabel bebas LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO,dan FBIR yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap CAR adalah IRR, karena mempunyai nilai koefisien determinasi parsial tertinggi sebesar 33,29 persen bila dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi parsial pada variabel bebas lainnya. 15 2. Dendy Julius Pratama (2013) Dalam penelitian terdahulu kedua yang berjudul “Pengaruh Risiko Usaha Terhadap CAR Pada Bank-Bank Swasta Nasional Go Public”. Masalah yang diangkat pada penelitian tersebut adalah apakah LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public, serta variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public pada periode triwulan I tahun 2008 – triwulan II tahun 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian terdahulu kedua adalah dengan menggunakan cara purposive sampling. Data yang dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi. Selanjutnya untuk teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian terdahulu kedua meliputi analisa regresi linier berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian di atas adalah : 1) Variabel LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR, dan BOPO secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Publicsampel penelitian periode triwulan I tahun 2008 – triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta nasional Go Public. Besarnya pengaruh variabel LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR 16 dan BOPO secara bersama-sama terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public sampel penelitian periode triwulan I tahun 2008 – triwulan II tahun 2012 adalah sebesar 50,5 persen, sedangkan sisanya 49,5 persen dipengaruhi oleh variabel lain. 2) Variabel LDR dan IPR secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap CAR. 3) Variabel NPL dan BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko kredit dan risiko operasional mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR. 4) Variabel IRR dan PDN secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko pasar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR. 5) Variabel FBIR secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I tahun 2008 sampai dengan triwulan II tahun 2012. Dapat disimpulkan risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan ter- 17 hadap CAR. 6) Diantara ketujuh variabel bebas LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR dan BOPO yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap CAR adalah IPR, karena mempunyai nilai koefisien determinasi parsial tertinggi sebesar 29,38 persen bila dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi parsial pada variabel bebas lainnya. Persamaan dan perbedaan antara penelitian sekarang dengan yang sebelumnya, dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PENELITIAN TERDAHULU DENGAN PENELITIAN SEKARANG Aspek Variabel tergantung Variabel bebas Periode Populasi Nur Rahma Imania (2012) CAR Dendy Julius Pratama (2013) CAR Peneliti sekarang Meyviana S. CAR LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR, BOPO TW I 2006 – TW II 2011 Bank Umum Go Public LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR, BOPO TW I 2008-TW II 2012 Bank Umum Swasta Nasional Go Public Purposive sampling Dokumentasi LDR, IPR, NPL, IRR, BOPO, FBIR TW I 2009 – TW II 2013 Bank Pembangunan Daerah Teknik Purposive sampling Purposive sampling sampling Metode Dokumentasi Dokumentasi pengumpulan data Teknik Analisis regresi Analisis regresi Analisis regresi analisis data linier berganda linier berganda linier berganda Sumber : Nur Rahma Imania (2012) dan Dendy Julius Pratama (2013). 18 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Permodalan Bank Modal bank merupakan salah satu faktor penting bagi suatu bank dalam rangka pengembangkan kegiatan usaha bank serta untuk menampung risiko-risiko yang mungkin terjadi. Modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangkan usaha dan menampung kerugian. Modal adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekomonis. Modal bank harus cukup untuk memenuhi fungsi dasar yaitu (Hermawan Darmawi, 2012: 90) : 1) Membiayai organisasi dan operasi sebuah bank. 2) Memberikan rasa perlindungan pada penabung dan kreditor lainnya. 3) Memberikan rasa percaya pada para penabung dan pihak berwenang. Dalam kaitan ini tentu saja fungsi perlindunganlah yang paling penting. Dana modal harus mencukupi untuk menyerap kerugian dan menjamin keamanan dana para deposan. Kasmir berpendapat bahwa modal terdari dari dua macam, yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas, sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif (Kasmir, 2010: 271-272). Permodalan digunakan untuk mengatur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuiditas bank. Untuk mengukur tingkat kemampuan 19 permodalan bank dapat menggunakan rasio sebagai berikut (Lukman Dendawijaya, 2009 : 121) : a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio yangmengukur kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yangdimiliki bank untuk menunjang aktivayang mengandung atau menghasilkan risiko. CAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko.Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut : CAR = × 100% ...................(1) Jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan penjumlahan dari pos-pos aktiva dan rekening administrasi, dimana : 1) ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing. 2) ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada rekening administrasi bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing. ATMR yang digunakan dalam perhitungan modal minimum adalah ATMR untuk risiko pasar dan kredit,bank menggunakan pendekatan yaitu Standardized Approach. b. Debt to Equity Ratio DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutupi sebagian atau seluruh hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 20 DER = c. × 100% ........................................(2) Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bankdibiayai atau dananya untuk diperoleh dari sumber-sumber hutang jangka panjang. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut : × 100% ....................(3) LTDAR = 2.2.2 Risiko Usaha Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan (Amin Widjaja Tunggal 2009 : 20). Berdasarkan PBI nomor 11/25/PBI/2009 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, menjelaskan defenisi risiko-risiko yang harus dihadapi Bank dalam aktivitas bisnisnya yang terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko strategik. Namun risiko yang dapat dihitung dengan rasio keuangan adalah risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Walaupun mengadopsi Peraturan Bank Indonesia tersebut namun terdapat perbedaan mengenai definisi risiko-risko usaha bank. Berikut ini adalah risiko yang wajib 21 dikelola bank yang dapat dihitung dengan rasio keuangan, yaitu : 1. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untukmemenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank (PBI nomor 11/25/PBI/2009). Rasio yang digunakan untuk menghitung risiko likuiditas adalah sebagai berikut (Lukman Dendawijaya, 2009 : 114-117) : a. Cash Ratio (CR) Cash Ratioadalah alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat penarikan dengan mengguanakan alat likuid yang dimilikinya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut : CR = × 100%.................(4) Keterangan : Alat likuid = kas + giro pada Bank Indonesia b. Reserve Requirement Reserve Requirement adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro BI bagi semua bank. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : RR = × 100% ...............................................(5) 22 c. Loan To Deposit Ratio(LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah (deposan) dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut : LDR = d. × 100% .............................(6) Loan to Asset Ratio(LAR) Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut : LAR = × 100% .......................................(7) e. Rasio Kewajiban Bersih Call Money Rasio Kewajiban Bersih Call Money adalah rasio yang menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. RKBCM = f. × 100% ...................(8) Investing Policy Ratio (IPR) Investing Policy Ratio (IPR) merupakan kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara menjual surat – surat berharga 23 yang dimilikinya (Kasmir, 2010 : 287). IPR dapat dirumuskan sebagai berikut : IPR = 2. × 100%......................................(9) Risiko Kredit Risiko kredit (credit risk) didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya(PBI nomor 11/25/PBI/2009). Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan bahwa kredit yang diberikan oleh bank, atau obligasi yang dibeli, tidak dapat dibayarkan kembali. Risiko kredit juga timbul dari tidak dipenuhinya berbagai bentuk kewajiban pihak lain kepada bank, seperti kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam kontrak derivatif. Untuk sebagian bank, risiko kredit merupakan risiko terbesar yang dihadapi. Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi risiko kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang diberikan bank dan oleh karenanya kerugian pada kredit dapat menghancurkan modal bank dalam waktu singkat (PBI nomor 11/25/PBI/2009). Rasio yang digunakan dalam menghitung risiko kredit adalahNon Performing Loan (NPL) a. Non Performing Loan (NPL) NPL merupakan adalah perbandingan antara kredit bermasalaah terhadap total kredit. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya (Taswan, 2010: 166). Rasio yang digunakan dalam risiko kredit adalah sebagai berikut : 24 NPL = 3. × 100% ..........................................(10) Risiko Pasar Merupakan risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan harga pasar atas posisi yang diambil oleh bank baik pada sisi on maupun offbalance-sheet(PBI nomor 11/25/PBI/2009). Bank yang memiliki posisi dalam instrumen keuangan pada neracanya memiliki eksposur risiko pasar yang besarnya ditentunkan oleh posisi tersebut. Sedangkan bank yang berperan sebagai intermediary dalam sebuah transaksi yang tercatat dalam neracanya tidak akan terekspos kepada risiko pasar atas transaksi tersebut. Sensitivitas terhadap pasar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur risiko bank dalam pembayaran kembali terhadap nasabah berdasarkan suku bunga. Rasio yang digunakan dalam melakukan analisis risiko pasar adalah sebagai berikut : a. Interest Rate Risk (IRR) IRR merupakan risiko tingkat suku bunga adalah risiko yang timbul akibat berubahnya tingkat bunga. Interest Rate Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus SEBI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : IRR = × 100%.......................(11) Komponen IRSA dan IRSL adalah sebagai berikut : 1) IRSA dalam hal ini meliputi giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, surat berharga, kredit yang diberikan, penyertaan. 2) IRSL dalam hal ini meliputi giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, surat 25 berharga yang diterbitkan, simpanan dari bank lain, pinjaman yang diterima. b. Posisi Devisa Netto (PDN) Posisi sensivitas pasar yang kedua adalah dari sisi nilai tukar. Risiko nilai tukar merupakan risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka (Peraturan Bank Indonesia No. 12/10/PBI/2010 lampiran kelima tanggal 31 Juli 2010),. PDN dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : PDN = 4. ×100% ...........(12) Risiko Operasional Risiko operasional adalah risiko timbulnya kerugian yang disebabkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dan kejadian eksternal (PBI nomor 11/25/PBI/2009). Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko operasional adalah sebagai berikut : a. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Opersional (BOPO) Menurut Lukman Dendawijaya (2009:199-120), BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus : BOPO = b. × 100% ............................(13) Fee Base Income Ratio (FBIR) FBIR adalah pendapatan yang diperoleh dari jasa diluar bunga dan provisi pinjaman. Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank lainnya ini 26 antara lain diperoleh dari biaya administrasi, biaya kirim,biaya tagih, biaya provisi dan komisi, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lainnya.Menurut SEBI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, FBIR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : FBIR= 2.2.3 ×100%..........(14) Bank Pembangunan Daerah Menurut Taswan (2010 : 9), bank pembangunan daerah yaitu bank – bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan mayoritas kepemilikannya berada di tangan daerah. Bank pemerintah daerah yang umum dikenal adalah bank pembangunan daerah (BPD), yang didirikan berdasarkan UU no. 13 tahun 1962. Masing- masing pemerintah daerah telah memiliki BPD sendiri. Di samping itu beberapa pemerintah daerah memiliki bank perkreditan rakyat (BPR). Dari segi kepemilikannya bank pembangunan daerah menurut Kasmir (2010 : 22) terdapat di daerah tingkat I dan II masing – masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masing – masing tingkatan. 2.2.4 Pengaruh Risiko Usaha terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) 1. Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap CAR Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko likuiditas adalah dengan menggunakan dua rasio keuangan, yaitu LDR dan IPR. a) Pengaruh LDR terhadap risiko likuiditas adalah berlawanan arah (negatif). Hal ini terjadi karena apabila LDR meningkat berarti telah terjadi peningkatan total kredit dengan prosentase peningkatan lebih besar daripada 27 prosentase peningkatan total DPK. Akibatnya terjadi peningkatan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga atau dengan kata lain mengalami peningkatan likuiditas, sehingga potensi terjadinya ketidakmampuan bank memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga menjadi semakin kecil yang berarti terjadi penurunan risiko likuiditas. Pada sisi lain, pengaruh LDR terhadap CAR adalah negatif. Hal ini dapat terjadi karena LDR meningkat terjadi peningkatan total kredit dengan prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan dana pihak ketiga. Akibatnya terjadi peningkatan ATMR dan dengan asumsi tidak terjadi peningkatan modal, maka akan menyebabkan CAR menurun. Dengan demikian pengaruh risiko likuiditas terhadap CAR adalah positif. b) Pengaruh IPR terhadap risiko likuiditas adalah negatif. Hal ini terjadi apabila IPR meningkat, berarti terjadi peningkatan investasi surat berharga dengan prosentase yang lebih besar dari prosentase peningkatan dana pihak ketiga, sehingga kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban pada pihak ketiga dengan mengandalkan surat-surat berharga semakin tinggi, yang berarti risiko likuiditas bank menurun. Pada sisi lain, IPR mempunyai pengaruh negatif terhadap CAR. Hal ini terjadi apabila IPR meningkat, berarti terjadi peningkatan investasi surat berharga dengan prosentase yang lebih besar dari prosentase peningkatan dana pihak ketiga. Akibatnya, terjadi peningkatan ATMR dan dengan asumsi tidak terjadi peningkatan modal, maka akan menyebabkan CAR menurun. Dengan demikian risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap CAR. 28 2. Pengaruh Risiko Kredit terhadap CAR Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko kredit adalah NPL. NPL mempunyai pengaruh yang positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat terjadi apabila NPL meningkat, berarti telah terjadi peningkatan kredit bermasalah dengan prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan total kredit yang disalurkan bank. Akibatnya potensi terjadinya kredit macet menjadi semakin meningkat, sehingga menyebabkan risiko kredit yang dihadapi oleh bank meningkat. Pada sisi lain, NPL berpengaruh negatif terhadap CAR. Apabila NPL meningkat, maka terjadi prosentase peningkatan kredit bermasalah yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan total kredit. Akibatnya, terjadi peningkatan biaya yang harus dicadangkan lebih besar dari pada peningkatan pendapatan, sehingga terjadi penurunan laba, penurunan modal dan pada akhirnya CAR bank juga menurun. Dengan demikian risiko kredit berpengaruh negatif terhadap CAR. 3. Pengaruh Risiko Pasar terhadap CAR Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur risiko pasar adalah IRR. Pengaruh IRR terhadap risiko pasar dapat positif atau negatif. Hal ini terjadi apabila IRR meningkat, berarti telah terjadi peningkatan Interest Rate SensitivityAsset (IRSA) dengan prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan Interest Rate Sensitivity Liabilities (IRSL). Apabila pada saat itu tingkat suku bunga cenderung meningkat, maka akan terjadi peningkatan pendapatan bunga yang lebih besar dari pada peningkatan biaya 29 bunga, sehingga risiko suku bunga yang dihadapi bank menurun. Dengan demikian pengaruh IRR terhadap risiko pasar adalah negatif. Sebaliknya, apabila pada saat itu tingkat suku bunga cenderung mengalami penurunan, terjadi penurunan pendapatan bunga yang lebih besar dari pada penurunan biaya bunga, sehingga risiko suku bunga yang dihadapi bank meningkat. Dengan demikian pengaruh IRR terhadap risiko pasar adalah positif. Pada sisi lain pengaruh IRR terhadap CAR dapat positif atau negatif. Hal ini dapat terjadi karena apabila IRR meningkat, berarti telah terjadi peningkatan IRSA lebih besar dari peningkatan IRSL. Apabila pada saat itu tingkat suku bunga cenderung meningkat maka terjadi peningkatan pendapatan bunga lebih besar dari peningkatan biaya bunga, sehingga laba bank meningkat, modal bank meningkat, dan CAR bank juga ikut meningkat. Dengan demikian pengaruh IRR terhadap CAR adalah positif. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga cenderung mengalami penurunan, maka terjadi penurunan pendapatan lebih besar dari pada penurunan biaya bunga, sehingga laba bank menurun, modal bank menurun, dan CAR bank juga ikut menurun. Dengan demikan pengaruh IRR terhadap CAR adalah negatif. Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengaruh risiko pasar terhadap CAR dapat positif atau negatif. 4. Pengaruh Risiko Operasional terhadap CAR Rasiokeuangan yang digunakan untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan dua rasio keuangan antara lain BOPO dan FBIR. a) Pengaruh BOPO terhadap risiko operasional adalah searah (positif). Hal ini dapat terjadi karena apabila BOPO meningkat, berarti terjadi 30 peningkatan biaya operasional dengan prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan pendapatan operasional, Akibatnya, efisiensi bank dalam hal menekan biaya operasional untuk memperoleh pendapatan operasional menurun sehingga risiko operasional yang dihadapi bank meningkat. Pada sisi lain, pengaruh BOPO terhadap CAR adalah berlawanan arah (negatif). Hal ini terjadi apabila BOPO meningkat berarti terjadi peningkatan biaya operasional lebih besar dari pada peningkatan pendapatan operasional. Akibatnya laba bank menurun, modal menurun, dan CAR pun ikut menurun. Dengan demikian pengaruh risiko operasional terhadap CAR adalah negatif. b) Pengaruh FBIR terhadap risiko operasional adalah berlawanan arah (negatif). Hal ini terjadi karena apabila FBIR meningkat, berarti telah terjadi peningkatan pendapatan operasional selain bunga dengan prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan pendapatan operasional. Akibatnya tingkat efisiensi dalam hal kemampuam bank mengasilkan pendapatan operasional selain bunga dalam kegiatan opersinya meningkat, sehingga mengakibatkan risiko operasional yang dihadapi bank menurun. Pada sisi lain, pengaruh FBIR terhadap CAR adalah searah (positif), karena apabila FBIR meningkat, berarti telah terjadi peningkatan pendapatan operasional selain bunga dengan prosentase yang lebih besar dari pada prosentase peningkatan pendapatan operasional. Akibatnya laba bank meningkat, modal meningkat, dan CAR pun ikut meningkat. Dengan demikian pengaruh risiko operasional terha - 31 dap CAR adalah negatif 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada gambar 2.1 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang sudah dikemukakan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. LDR, IPR, NPL, IRR, BOPO dan FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah. 2. LDR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah. 3 IPR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadapCAR pada Bank Pembangunan Daerah. 4 NPL secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah. 5 IRR secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah. 6 BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah. 7 FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah. 32 BANK Risiko Usaha Bank Umum Risiko Likuiditas - LDR - + + IPR - - + +/- NPL - Risiko Operasional Risiko Pasar Risiko Kredit IRR BOPO FBIR +/- - +/- CAR Gambar 2.1 Kerangka pemikiran - + -