BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan
dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah,
tempat umum bahkan di kawasan tanpa rokok atau dilarang merokok sekalipun. Menurut
Report on Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2008, jumlah perokok di dunia
mencapai 1,3 milyar orang. China menduduki peringkat pertama negara dengan perokok
terbesar di dunia sebanyak 30%, diikuti dengan India 11,2%, Indonesia berada di
peringkat ketiga sebanyak 4,8%, kemudian Rusia dan Amerika masing – masing dengan
prosentase 4,8% dan 4,5%. Report on the Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2013
menyebutkan bahwa prevalensi perilaku merokok orang dewasa per hari yang diambil
selama tahun 2011, China menunjukkan jumlah perokok sebanyak 23%, India 12% dan
Indonesia 29%. Prosentase tertinggi angka perokok ditunjukkan oleh negara Kiribati yang
masuk dalam kawasan Pasifik Barat sebanyak 50%. Hal ini tentu mengkhawatirkan
berbagai pihak.
Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS, 2010) menyebutkan bahwa rata rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari separuh (52,3%) perokok
di Indonesia adalah 1-10 batang dan sekitar 20% sebanyak 11-20 batang per hari.
Prevalensi berikutnya yang merokok rata - rata 21-30 batang per hari dan lebih dari 30
batang per hari masing - masing sebanyak 4,7% dan 2,1%. Penduduk yang merokok 110 batang per hari paling tinggi dijumpai di Maluku (69,4%), disusul oleh Nusa Tenggara
Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%), dan Jawa Tengah (62,7%).
Jumlah perokok penduduk Indonesia usia 15 tahun keatas masih belum terjadi
penurunan dan cenderung meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada
tahun 2013. Adapun prosentase 64,9% untuk laki - laki dan 2,1% untuk perempuan masih
menghisap rokok pada tahun 2013 (RISKESDAS, 2013). Jumlah perokok di Yogyakarta
pada hasil berbagai survey termasuk Susenas, telah mencapai lebih dari 30%. Hasil
2
survey Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2006 dan 2008 memperlihatkan bahwa
antara 56% rumah tangga di DIY tidak bebas asap rokok (Dinkes DIY, 2012).
Penyebab utama kematian yang berhubungan dengan rokok adalah kanker,
penyakit kardiovaskuler dan penyakit paru seperti bronkitis, empisema/PPOK dan
pneumonia (McEwen A, 2007). Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah
satu faktor resiko utama penyakit jantung koroner disamping hipertensi dan
hiperkolesterolami. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau
memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya. Total pengeluaran medis pada penyakit
mayor, sebanyak 629.017 kasus dirawat di rumah sakit yang terkait dengan penggunaan
tembakau pada tahun 2010 sebesar 1,85 triliun rupiah, yang termasuk didalamnya adalah
penyakit paru obstruktif kronik, penyakit jantung koroner, neoplasma atau kanker dan
gangguan perinatal. Global Adult Tobacco Survey (GATS) memperkirakan bahwa pada
tahun 2010, sebanyak 190.260 penduduk Indonesia yang terdiri dari 100.680 laki-laki dan
89.580 perempuan meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan penggunaan
tembakau (GATS, 2011).
Perokok aktif berisiko untuk terkena kanker hati dan paru, bronkitis kronis,
empisema, gangguan pernafasan, kerusakan dan luka bakar pada jalan nafas dan diabetes.
Merokok atau rokok juga menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun dan isu saat
ini menunjukkan bahwa pada tahun 2030 akan terjadi lebih dari 8 juta kematian akibat
rokok dan rata-rata orang yang merokok meninggal 10 tahun lebih muda daripada bukan
perokok. Merokok juga memegang peranan lebih dari 480.000 kematian per tahun di
Amerika Serikat (CDC, 2014).
Rokok merupakan faktor risiko untuk sekurang-kurangnya 25 jenis penyakit,
diantaranya adalah kanker pundi kencing, kanker perut, kanker usus, kanker rahim,
kanker mulut, kanker esofagus, kanker tekak, kanker pankreas, kanker payudara, kanker
paru, penyakit saluran pernapasan kronik, stroke, osteoporosis, jantung, kemandulan,
putus haid awal, melahirkan bayi yang cacat, keguguran, bronkitis, batuk, empisema, otot
lemah, penyakit mulut, dan kerusakan mata. Suatu penelitian menyebutkan bahwa
merokok juga merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit parkinson (Henry,
2011). Sebanyak 81.3% orang dewasa memiliki sikap dan mempercayai bahwa merokok
dapat menyebabkan penyakit berat. Meskipun sebagian besar orang dewasa merokok,
3
delapan dari sepuluh orang dewasa percaya bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit
berat (GATS, 2011).
Hasil penelitian oleh Nurhayati (2011) menunjukkan hasil bahwa remaja perokok
menganggap iklan rokok merupakan sarana media informasi untuk mengetahui jenis, rasa
dan harga rokok terbaru. Penelitian lain oleh Astuti (2009) menunjukkan hasil bahwa
sebagian besar (84,2%) responden memiliki persepsi tentang merokok yang baik, hal ini
berarti bahwa responden menganggap rokok dapat menganggu kesehatannya.
Peneliti ingin mengetahui persepsi perokok terutama perokok aktif tentang rokok
dan perilaku merokok. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya riset, surat kabar maupun
majalah lebih banyak memuat tulisan dan hasil mengenai persepsi perokok pasif atau
bukan perokok. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, fenomena perilaku
merokok masih banyak ditemui di Kota Yogyakarta. Usia perokok bervariasi mulai dari
remaja awal, usia dewasa muda, dewasa pertengahan hingga usia 40 tahun ke atas.
Berdasarkan distribusi pekerjaannya pun bermacam – macam, mulai dari pekerja kantor
hingga tukang parkir. Menurut tokoh masyarakat setempat, merokok sudah menjadi
kebiasaan serta budaya sehingga sulit untuk dihentikan apabila tidak ada niat dari
perokok.
Penyuluhan mengenai rokok dan bahayanya pun telah dilaksanakan baik oleh Dinas
Kesehatan maupun Puskesmas setempat, namun perilaku merokok masih saja menjadi
budaya. Sedangkan menurut wawancara yang peneliti lakukan kepada para perokok
mereka menyatakan bahwa alasan merokok karena sudah menjadi kebiasaan, saat bekerja
dapat menahan lapar, terlanjur kecanduan dan merasa nikmat sehingga sulit apabila
dihentikan. Perilaku merokok mereka pun memiliki tujuan yang berbeda – beda mulai
dari menghilangkan stres, untuk menahan lapar karena jarang makan pagi, untuk
refreshing karena jika merokok beban menjadi berkurang, saat merasa lelah bekerja
dengan merokok menjadi segar dan nikmat. Rokok merupakan suatu kebutuhan mendasar
bagi para perokok dan harus selalu mereka miliki sehingga mulai dari bangun tidur sudah
mereka hisap, bahkan satu diantara perokok yang peneliti wawancara beliau akan mulai
mengeluh, mengoceh dan linglung apabila berhenti merokok. Para perokok telah memulai
kebiasaan merokoknya sejak usia muda dari mulai kelas 2 SMP, usia 17 tahun, dan ketika
4
pertama kali bekerja. Rata – rata mereka dapat menghabiskan 1 sampai 2 bungkus rokok
per hari dimana 1 bungkus rokok berisi 12 batang rokok.
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui mengapa perilaku merokok
masih menjadi kebiasaan dan budaya yang mendarah daging di kalangan masyarakat
sehingga banyak kasus perokok baru bermunculan. Mengetahui bagaimana persepsi
perokok mengenai bahaya dan dampak rokok bagi kesehatan yang belum atau telah
mereka rasakan, serta kebiasaan mereka saat merokok. Setelah mengetahui beberapa hal
tersebut, diharapkan selanjutnya penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dapat memberikan hasil yang signifikan untuk mengurangi jumlah
perokok serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah, “Bagaimana hubungan persepsi perokok
tentang rokok terhadap perilaku merokok di Kota Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi
perokok tentang rokok terhadap perilaku merokok di Kota Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui persepsi perokok tentang rokok di Kota Yogyakarta
b. Mengetahui perilaku merokok masyarakat di Kota Yogyakarta
c. Mengetahui hubungan persepsi perokok tentang rokok terhadap perilaku
merokok di Kota Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Keilmuan/teori
Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam kesehatan masyarakat
mengenai hubungan persepsi perokok tentang rokok terhadap perilaku merokok sebagai
salah satu perilaku berisiko bagi kesehatan.
5
2. Bagi institusi
Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan untuk menambah wawasan
mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam hal pemahaman
dan upaya pencegahan bertambahnya jumlah perokok di segala usia.
3. Bagi masyarakat
Memberikan data mengenai persepsi perokok tentang rokok terhadap perilaku
merokok sebagai sumbangsih untuk pencegahan dan penanggulangan perilaku merokok
di segala usia.
4. Bagi peneliti
Untuk memperoleh pengalaman dalam hal meneliti, menambah pengetahuan
mengenai persepsi perokok tentang rokok terhadap perilaku merokok serta menyediakan
data bagi peneliti selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai rokok telah banyak dilakukan namun sepengetahuan peneliti
belum ada penelitian dengan judul yang serupa dengan penelitian ini. Beberapa penelitian
yang pernah dilakukan mengenai rokok adalah sebagai berikut:
1. Gambaran Persepsi, Sikap, dan Perilaku Merokok pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Urban Kabupaten Sleman oleh Astuti (2009). Jenis penelitiannya
adalah deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Instrumen yang digunakan berupa
kuisioner dan analisis data menggunakan komputerisasi SPSS 12 dengan uji statistik
deskripsi dan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi dari sebagian
besar (84,2%) responden tentang merokok adalah baik. Untuk variabel sikap tentang
merokok 85,8% responden memiliki sikap tentang merokok yang baik. Prevalensi
merokok sebesar 47,4% dengan sebagian besar perokok (85,6%) adalah laki-laki.
Persamaan penelitian Astuti dengan penelitian ini adalah variabel perilaku merokok.
Perbedaannya adalah subjek yang diteliti, tempat penelitian, dan variabel yang tidak
diteliti yaitu sikap tentang merokok.
2. Persepsi remaja tentang iklan rokok dan perilaku merokok di Kota Banda Aceh oleh
Nurhayati (2011). Jenis penelitiannya adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Subjeknya adalah siswa SMPN di Banda Aceh berjumlah 31 orang, metode pengumpulan
6
datanya dengan diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam. Analisisnya
menggunakan analisis isi, model interaktif, berupa pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil yang didapatkan adalah bahwa remaja
yang aktif di organisasi dan yang tidak aktif di organisasi menganggap iklan rokok hanya
sebagai sarana industri rokok untuk mempromosikan produknya, sedangkan bagi remaja
perokok iklan rokok merupakan sarana media informasi untuk mengetahui jenis, rasa dan
harga rokok terbaru.
Persamaan penelitian Nurhayati dengan penelitian ini adalah variabel perilaku
merokok dan persepsi tentang iklan rokok yang sedikit banyak menyinggung mengenai
persepsi tentang rokok. Perbedaan penelitian nurhayati dengan penelitian ini adalah
variabel yang diteliti yaitu persepsi remaja sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang
persepsi perokok pada usia dewasa. Metode penelitian Nurhayati adalah kualitatif
sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dan tempat penelitian
7
Download