Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan (financial management) adalah segala aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana perusahaan memeroleh dana,
menggunakan dana dan mengelola asset sesuai dengan tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada
berbagai aktiva.
2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana,
baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan
dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.
Manajemen keuangan adalah segala aktivitas dengan perolehan,
pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Oleh
karena itu, fungsi pembuatan keputusan dari manajemen keuangan dapat dibagi
menjadi tiga area utama yaitu, keputusan sehubungan investasi, pendanaan, dan
manajemen aktiva. Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini.
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu
perusahaan dalam pencapaian tujuannya adalah kondisi manajemen keuangan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan perhatian
khusus terhadap kemajuan keuangan demi tercapainya tujuan perusahaan. Berikut
pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai pengertian dari
manajemen keuangan.
9
10
Bambang
Riyanto
(2001:4),
mengemukakan
bahwa
manajemen
keuangan adalah sebagai berikut:
“Manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas perusahaan
yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang
diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling
menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut
seefisien mungkin”.
Brigham & Houston (2010:5), juga menjelaskan pengertian dari
manajemen keuangan seperti berikut:
“Financial management, also called corporate finance, focuses on
decisions relating to how much and what types of assets to acquire, how
to raise the capital needed tp purchase assets, and how to run the firm so
as maximize its value”.
Artinya, manajemen keuangan, yang disebut juga keuangan perusahaan,
fokus pada keputusan yang berhubungan dengan seberapa banyak jenis aset apa
saja yang harus diperoleh, bagaimana meningkatkan modal yang dibutuhkan
untuk membeli aset dan bagaimana menjalankan perusahaan agar mencapai nilai
maksimumnya.
Menurut Horne & Wachowicz (2012:2) menyatakan bahwa manajemen
keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset
dengan didasari beberapa tujuan umum.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikataka bahwa
manajemen
keuangan
merupakan
aktivitas-aktivitas
yang
menyangkut
perencanaan, pencarian, dan pemanfaatan dana perusahaan sebijaksana mungkin
demi tercapainya tujuan perusahaan.
Tiga area utama, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
keputusan manajemen aset.
1. Keputusan Investasi
Keputusan Investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan
diatas ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai dengan
penetapan jumlah total aset yang perlu dimiliki perusahaan. Manajer keuangan
perlu menetapkan nilai uang pada aset perusahaan sebagai ukuran perusahaan
11
dan perlu menetapkan jumlah uang yang menjadi komposisi aset perusahaan
tersebut.
2. Keputusan Pendanaan
Keputusan penting kedua dalamperusahaan berkaitan dengan keputusan
pendanaan. Dalam keputusan pendanaan, manajer keuangan berhubungan
dengan komposisi modal perusahaan. Manajer keuangan perlu merencanakan
dan menetapkan komposisi pendanaan untuk modal perusahaan, apakah
dengan cara menerbitkan saham, melakukan pinjaman kepada kreditur, atau
misalkan dengan menahan laba perusahaan pada periode tertentu untuk
dijadikan modal perusahaan.
3. Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian
dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen
merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: (1) besarnya
persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (Stock
dividend), (4) pemecahan saham (Stock split) serta (5) penarikan kembali
saham yang beredar, yang semuanya ditunjukan untuk meningkatkan
kemakmuran para pemegang saham.
2.1.2
Tujuan Manajemen Keuangan
Manajer keuangan perlu mengambil keputusan-keputusan yang benar
dalam penentuan tujuan perusahaan serta dalam usaha pencapaian tujuan tersebut.
Keputusan yang diambil haruslah dengan prinsip memaksimumkan nilai
perusahaan, yang identik dengan memaksimumkan laba, serta memaksimumkan
tingkat resiko. Agar keseimbangan tersebut dapat diperoleh, maka perusahaan
harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap aliran dana. Berdasarkan uraian
diatas, menurut pendapat Eugene F. Bringham dan Joel F. Houston (2001:6),
tujuan manajemen keuangan adalah:
12
“Menciptakan laba yang maksimal, resiko yang minimal, melakukan
pengawasan aliran dana, dimaksudkan agar penggunaan dan
pencarian dana dapat diketahui segera, dan menjaga fleksibilitas
perusahaan”
Menurut Kasmir (2010:13), manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua
pendekatan, yaitu:
1. Profit risk approach, dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar
mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga memertimbangkan risiko
yang bakal dihadapi. Bukan tidak mungkin harapan profit yang besar tidak
tercapai akibat risiko yang dihadapi juga besar. Disamping itu, manajer
keuangan juga harus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
seluruh aktivitas yang dijalankan. Kemudian seorang manajer keuangan
dalam menjalankan aktivitasnya harus menggunakan prinsip kehati-hatian.
Secara garis besar, profit risk approach terdiri dari:
a. Maksimalisasi profit;
b. Minimalisasi risk,
c. Maintain control; dan
d. Achieve flexibility (careful management of fund and activities)
2. Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas
perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk
menyediakan dana (utang kas) untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh
tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan juga dituntut untuk
mampu me-manage keuangan perusahaan, sehingga mampu meningkatkan
laba perusahaan dari waktu ke waktu. Manajer keuangan juga dituntut untuk
mampu mengelola dana yang dimiliki termasuk pencarian dana serta mampu
mengelola aset perusahaan sehingga terus berkembang dari waktu ke waktu.
Berdasarkan pendapat diatas mengenai fungsi atau peranan seorang
manajer keuangan yang sudah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa
peran seorang manajer keuangan sangat dibutuhkan keberadaannya untuk
memonitor keadaan keuangan perusahaan, menemukan masalah-masalah yang
13
dihadapi kemudian mencoba untuk mencari pemecahan masalah tersebut
sehingga tujuan perusahaan secara keselurusahn akan mudah dicapai.
2.1.3
Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi manajemen keuangan merupakan keputusan utama yang harus
dilakukan oleh suatu perusahaan. Ada beberapa fungsi manajemen keuangan
menurut Sutrisno (2009:3). Tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu:
1. Keputusan Investasi (investment Decision)
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat
mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan
komposisi dari investasi tersebut akan memengaruhi dan menunjang tingkat
keuntungan di masa depan.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada
keputusan ini manajer keuangan di tuntut untuk memertimbangkan dan
menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi
perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan
usahanya.
3. Keputusan Dividen (Dividend Policy)
Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk
menentukan besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen
saham (stock dividend), pemecahan saham (stock split), serta penarikan
kembali saham yang beredar yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan
kemakmuran para pemegang saham. Maka penerapan proses manajemen dalam
bidang keuangan tentunya disertai dengan tujuan tertentu, yaitu agar berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan sebaik-baiknya.
14
2.2
Indeks LQ45
2.2.1
Pengertian Indeks LQ45
Indeks LQ45 adalah perhitungan dari 45 saham, yang diseleksi melalui
beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas sahamsaham tersebut memertimbangkan kapitalisasi pasar. Indeks LQ45 berisi dari 45
saham yang disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan
Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan
selalu berubah.
2.2.2
Tujuan Indeks LQ45
Tujuan dari adanya Indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan
khususnya untuk menyediakan sarana obyektif dan terpercaya bagi analisis
keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam
memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
2.2.3
Kriteria Pemilihan Saham LQ45
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas
transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan
pasar dan untuk lebih memertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan
Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan
sebagai ukuran likuiditas. Menurut Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa
Efek Indonesia (2010:100) kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam
perhitungan indeks LQ45 adalah sebagai berikut:
a. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.
b. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi
transaksi.
c. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler.
d. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
e. Selain memertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, akan
dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan
tersebut.
15
2.2.4
Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja
komponen saham yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45. Setiap tiga
bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut.
Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal
februari dan agustus.
2.2.5
Komisi Penasehat
Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat
meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari
Bapepam-LK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang
independen.
2.3
Corporate Action
Umumnya corporate action dilakukan manajemen dengan tujuan agar
perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan efisien, dan pada gilirannya
memeroleh hasil yang optimal, yang akan memberikan nilai tambah (added value)
kepada shareholders. Berikut adalah beberapa definisi tentang corporate action
menurut para ahli.
2.3.1
Pengertian Corporate Action
Pengertian corporate action menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2001:123) menyatakan corporate action merupakan aktifitas emiten yang
dapat memengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang
bergerak di pasar.
Corporate action merupakan yang umumnya yang menyedot perhatian
pihak-pihak yang terkait di pasar modal khususnya para pemegang saham.
Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa (RUPSLB). Hal ini penting karena kebijakan yang akan diambil disamping
akan memengaruhi jumlah saham yang ada di pasar juga akan memengaruhi para
16
pemegang sahamnya, sehingga persetujuan pemegang saham mutlak agar suatu
aksi dapat berjalan efektif. (www.e-bursa.com)
Pengertian corporate action menurut Maguire (2007) memberikan
definisi corporate action sebagai “An event initiated by a company that affects
its share”.
Artinya adalah corporate action merupakan suatu event yang digagas oleh sebuah
perusahaan yang memengaruhi pangsa pasarnya sendiri.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang memiliki keterlibatan
dalam proses corporate action emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
memberikan definisi tentang corporate action yaitu, “Setiap tindakan perusahaan
terdaftar yang memberikan hak kepada seluruh pemilik manfaat atas efek dari
jenis dan kelas yang sama seperti hak untuk memeroleh dividen tunai, dividen
saham, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Waran atau
hak-hak lainnya”. (www.ksei.co.id/services/corporate_action_services)
Pengertian corporate action umumnya mengacu pada aktivitas penerbitan
right, pemecahan saham (stock split), sahambonus, dan pembagian dividen, baik
dalam bentuk dividen saham (stock dividend), maupun dividen tunai (cash
dividend). Keputusan untuk melakukan corporate action dilakukan emiten guna
memenuhi tujuan-tujuan tertentu, seperti meningkatkan modal perusahaan,
meningkatkan likuiditas perdagangan saham, atau tujuan-tujuan lain perusahaan.
Umumnya corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepentingan pemegang saham, karena corporate action yang dilakukan emiten
akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi kepemilikan
saham, jumlah saham yang akan dipegang oleh pemegang saham, serta
pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham. Dengan demikian, pemegang
saham harus mencermati dampak atau akibat corporate action sehingga
memeroleh keuntungan dari melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat.
2.3.2
Jenis-Jenis Corporate Action
Ada beberapa jenis corporate action yang dapat dilakukan emiten.
Berdasasrkan situs resmi dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
17
www.ksei.co.id/services/corporate_action_services jenis corporate action yang
dapat di proses oleh KSEI, terbagi menjadi:
1.
Tindakan Korporasi Wajib
Tindakan Korporasi Wajib adalah tindakan korporasi atau Corporate
Action (CA) yang tidak memerlukan tindakan atau intruksi dari pemegang
rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST. Pemegang rekening
hanya menerima hak CA dari emiten yang melakukan kegiatan tersebut.
Jenis CA yang terjadi dalam tindakan korporasi jenis ini adalah:
a. Pembayaran Bunga Obligasi
Bunga obligasi akan diberikan kepada pemegang rekening yang memiliki
obligasi hingga tanggal yang telah ditentukan oleh emiten (record date). Pada
tanggal pembayaran, C-BEST secara otomatis akan mendistribusikan bunga
dari obligasi tersebut ke masing-masing rekening yang berhak berdasarkan
Daftar Pemegang Rekening pada tanggal record date.
b. Pembayaran Pokok Obligasi
Pembayaran nilai pokok obligasi akan diberikan pada tanggal jatuh tempo,
KSEI akan memberikan daftar pemegang obligasi, yaitu daftar pihak yang
memiliki obligasi hingga tanggal jatuh tempo kepada emiten/BAE.
Emiten/BAE akan memberikan dana pembayaran nilai pokok obligasi ke
KSEI. Pendistribusian pembayaran pokok obligasi akan diberikan ke
pemegang rekening yng berhak setelah KSEI menerima dana dari emiten/BAE.
c. Dividen Tunai
Divdien tunai akan diberikan kepada pemegang rekening atau subrekening
yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan memerhitungkan
besaran pajak dan dividen tunai bersih yang berhak diterima oleh pemegang
rekening berdasarkan tingkat pajak yang dikenakan terhadap setiap pemegang
rekening. Emiten akan memberikan total dividen tunai bersih (nett) setelah
menerima konfirmasi pembayaran dari KSEI. Pada tanggal distribusi, sistem
KSEI akan mendistribusikan dividen tunai ke rekening pemegang rekening
yang berhak.
18
d. Dividen Ssaham
KSEI akan mendistribusikan dividen saham kepada pemegang rekening atau
subrekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan
memerhitungkan besaran dividen saham yang akan diterima dan pajak yang
dikenakan kepada setiap pemegang rekening.
e. Distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights akan diberikan
kepada pemegang rekening yang memiliki saham pada saat recording date.
Sistem akan memerhitungkan besaran HMETD yang akan diterima setiap
pemegang rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan oleh emiten kepada
KSEI dan KSEI akan mendistribusikan HMETD tersebut ke rekening yang
berhak.
f. Saham Bonus
Penanganan saham bonus hampir sama dengan dividen saham, namun tidak
memerhitungkan pajak.
g. Distribusi Waran
Distribusi waran ini tidak sama dengan pemberian waran kepada pemegang
saham yang melakukan exercise waran atau yang diberikan kepada pemegang
saham yang mendapatkan saham hasil IPO. Distribusi waran ini akan diberikan
kepada pemegang rekening yang memilki saham pada saat recording date.
Sistem akan memerhitungkan besaran waran yang akan diterima setiap
pemegang rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan oleh emiten kepada
KSEI.
Emiten/BAE akan memberikan total waran yang akan didistribusikan kepada
KSEI pada tanggal distribusi, dimana KSEI akan mendistribusikan waran itu
ke rekening yang berhak. Waran ini selanjutnya akan diperdagangkan atau diexercise oleh pemegang rekening.
h. Mandatory Conversion
Aktivitas CA ini adalah untuk kegiatan mengubah jumlah efek yang dimiliki
oleh pemegang rekening dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh emiten.
Kegiatan ini terdiri dari:
19
1) Merger dan Akuisisi
Merger dan akuisisi merupakan alternatif untuk melakukan ekspansi atau
perluasan usaha. Perluasan usaha memang dapat dilakukan dengan
ekspansi intern (yaitu menambah kapasitas pabrik, menambah unit
produksi, menambah divisi baru, dan sebagainya), tetapi juga dapat
dilakukan dengan menggabungkan dengan perusahaan yang telah ada
(merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada
(akuisisi).
Kegiatan merger/akuisisi akan mengubah komposisi jumlah kepemilikan
saham yang dimiliki pemegang rekening. Sistem akan mengubah
komposisi jumlah efek secara otomatis berdasarkan rasio (perhitungan)
yang diberikan Emiten/BAE. Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang
sudah ditentukan oleh Emiten/BAE.
2) Stock Split/Reverse Split
Stock Split dan Reverse Split akan mengubah komposisi jumlah
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Sistem akan
mengubah kompoisisi itu secara otomatis berdasarkan data yang diberikan
emiten terkait. Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan
emiten/BAE.
2.
Tindakan Korporasi Sukarela
Tindakan Korporasi Sukarela memerlukan instruksi/respon dari pemegang
rekening/investor untuk melakukan tindakan korporasi (Pemenuhan Hak
Pemodal). Kegiatan Voluntary Corporate Action antara lain:
a. Pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan Waran
Pelaksanaan (exercise) HMETD dan Waran dilakukan oleh pemegang rekening
melalui C-BEST. KSEI akan memberikan Daftar Pemegang Rekening yang
telah melakukan exercise. Selanjutnya, KSEI akan mendistribusikan saham
hasil exercise tersebut ke dalam rekning setelah menerima total saham atas
exercise dari emiten/BAE. Setelah tanggal jatuh tempo, sisa HMETD yang
tidak di-exercise akan dihilangkan/didebet secara otomatis dari rekening.
20
b. Proxy Voting
Proxy Voting adalah perhitungan jumlah suara yang tercatat untuk kegiatan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada tanggal pencatatan atas RUPS,
sistem akan mencatat seluruh rekening yang memilki saldo efek atas emiten
yang melakukan kegiatan RUPS. Sistem akan mengeluarkan laporan
konfirmasi terltulis kepada pemegang rekening yang berhak. Dalam laporan ini
dikonfirmasikan pula jumlah suara atau efek yang dimilki untuk keperluan
RUPS tersebut.
2.4
Kebijakan Dividen
Kebijakan Dividen (dividend policy) menyangkut tentang masalah
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba
tersebut bisa di bagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Kebijakan mengenai dividen mengacu kepada pilihan perusahaan apakah akan
membagikan dividen dalam bentuk kas ataupun dalam bentuk lainnya, berapa
besaran dividen yang akan dibagikan, dan seberapa sering dividen akan dibagikan.
Kebijakan dividen perusahaan dapat berubah-ubah sepanjang waktu sesuai dengan
pertimbangan perusahaan pada waktu itu dan berbeda antar satu perusahaan
dengan perusahan lainnya.
2.4.1
Pengertian Kebijakan Dividen
Pengertian menurut para ahli mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda
dari pengertian yang telah disebutkan sebelumnya.
Menurut Martono dan Harjito (2004:253):
“Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan di bagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan
untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang
akan datang”.
Menurut Sjahrial (2002:305):
“Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada
waktunya akan memeroleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri
laba yang ditahan dan laba yang dibagikan. Pada tahap selanjutnya
laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling
21
penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar
pembiayaan perusahaan yang berasal dari laba yang ditahan di
tambah penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial
perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan
sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen.
Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibandingkan
itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan
perusahaan”.
Sedangkan menurut Muhardi (2008:4):
“Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang dilakukan
dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan
harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan
pembayaran dividen”.
Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan
menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan
tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang
mampu
untuk
membagikan
dividen.
Banyak
perusahaan
yang
selalu
mengomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi
masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini
berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada
pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek ke depan yang cerah dan
mampu untuk memertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan
pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan
memiliki harga saham yang semakin tinggi.
Dari beberapa pengertian dividen di atas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba
yang diperoleh dari suatu hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya
kepada para pemegang saham.
2.4.2
Prosedur Pembagian Dividen
Pembagian dividen ditentukan oleh dewan direksi perusahaan melalui
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berikut ini adalah prosedur yang umum
digunakan perusahaan saat pembagian dividen (Ross et al., 2005).
22
1. Declaration Date
Tanggal pengumuman resmi keputusan pembagian dividen yang di ambil pada
saat Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Cum Dividend Date
Tanggal dimana seluruh pemegang saham perusahaan sampai batas tanggal
tersebut berhak mendapatkan dividen.
3. Date of Record
Tanggal pencatatan pemegang saham perusahaan yang berhak mendapatkan
dividen.
4. Ex Dividen Datea
Tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak mendapatkan dividen.
5. Date of Payment
Tanggal pembayaran dividen kepada mereka yang berhak.
Setiap tahapan memiliki durasi yang berbeda-beda antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung kepada kebijakan masing-masing
perusahaan yang diputuskan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham.
2.4.3
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kebijakan dividen suatu
perusahaan. Menurut Suad husnan dan Enny Pudjiastuti (2006:305) antara lain:
1) Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesarbesarnya. Apabila dana yang diperoleh dari operasi perusahaan bisa
dipergunakan dengan menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu
besar (bahkan secara teoritis tidak perlu membagi dividen).
2) Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar
saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan
rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan
perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen jika laba perusahaan
meningkat, dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran dividen jika laba
menurun.
23
3) Apabila memang perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang
menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen
daripada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin
akan diikuti dengan penurunan harga saham, tgetapi apabila pasar modal
efisien harga akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya
(yaitu adanya investasi yang menguntungkan).
4) Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena
kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena
pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas,
pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham, sedangkan pembayaran
dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya
jika pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan
demikian, kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih
menguntungkan daripada memeroleh capital gain. Karena itulah sekelompok
pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen secara teratur.
5) Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan, maka bagi pemodal yang
sudah berada dalam tax bracket yang lebih tinggi (di Indonesia tax bracket
tertinggi adalah 35%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima
dividen (karena harus segera membayar pajak) dan memilih menikmati capital
gain. Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang
memunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu
besar.
Hanya saja keputusan pembagian dividen sering diperumit apabila
diperhatikan kemungkinan “intervensi” pemerintah. Seringkali BAPEPAM
menanyakan apakah perusahaan telah memenuhi janji yang dicantumkan dalam
prospektus sewaktu perusahaan akan menerbitkan saham di pasar modal. Apabila
perusahaan menyebutkan dalam prospektus bahwa 40% laba yang diperoleh akan
dibagikan sebagai dividen, maka mungkin saja BAPEPAM akan “mengingatkan”
janji tersebut untuk dipenuhi. Dengan demikian perusahaan akan membayarkan
40% laba sebagai dividen, meskipun barangkali perusahaan memunyai
24
pertimbangan lain untuk “menunda” janji yang telah disebutkan dalam
prospektus.
2.4.4
Teori-Teori Kebijakan Dividen
Black (1976) menyatakan bahwa, “the harder we look at the dividends
picture, the more it seems like a puzzle, with pieces that just do not fit together”.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa permasalaha mengenai dividen masih
menyerupai puzzle yang belum terpecahkan. Hal ini juga terkait dengan preferensi
investor terhadap dividen dan capital gain. Capital gain yaiut imbal hasil yang
diterima investor karena adanya perbedaan harga saham dimana harga jual saham
sekarang lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian. Beberapa
teori kebijakan dividen mencoba menjelaskan permasalahan mengenai dividen.
Teori- teori tersebut adalah:
1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modligliani dan Miller
Asumsi-asumsi pendapat ini lemah karena:
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Kenyatannya
sulit ditemui pasar modal yang sempurna.
b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru
(flotation cost) itu masih ada.
c. tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
d. kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi
perusahaan pasti berubah.
Beberapa ahli menentang pendapat Modligliani dan Miller mengenai
dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru
akan memengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba
ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak
cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin besar
target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham
baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan
yang ditentukan dividen.
25
2. Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri perusahaan
akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka
menerima dividen dibanding capital gain. Karena dividen yield lebih pasti.
Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu
kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang
diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang
hampir sama.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya
pajak terhadap dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain
karena dapat menunda pembayaran pajak.
4. Teori Signaling Hypothesis
Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan
kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller
kenaikan dividen biasanya merupakan suatu sginal (tanda) kepada para investor,
bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa
yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen
yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit di waktu mendatang.
2.4.5
Aspek-Aspek Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen yang ditetapkan berbeda-beda, dapat berupa dividen
tunai atau berupa lainnya. Ada beberapa aspek kebijakan dividen yang dapat
diterapkan oleh perusahaan yaitu:
1. Stock Dividend (Dividen Saham)
Menurut Suad Husnan (2005:35):
“Stock Dividend atau Dividen Saham adalah pembayaran tambahan
saham kepada pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan
kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan
pemegang saham tetap tidak berubah. Manfaat yang diperoleh dari
stock dividend bagi pemegang saham, lebih bersifat psikologis. Apabila
pemegang saham hendak menjual sebagian saham dengan adanya
26
stock dividend, maka investor dapat menjual sebagian stock dividend
tanpa harus berkurang jumlah lembar sahamnya.”
2. Stock Split (Pemecahan Saham)
Menurut Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006:24):
“Pemecahan saham (stock split) merupakan aksi emiten yang
dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi
nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang
ditentukan”.
3. Repurchase of Stock (Pembelian Kembali Saham)
Menurut Brigham (2001:36):
“Repurchase of Stock atau pembelian kembali saham adalah
transaksi dimana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari
sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar,
menaikan laba per saham dan seringkali menaikan harga saham
tersebut. Pembelian kembali saham bermanfaat ketika perusahaan
ingin merombak struktur modalnya dalam waktu singkat atau
membagikan uang kas dalam suatu kejadian seperti pada saat
penjualan suatu divisi”.
2.5
Stock Split
Stock Split adalah kebijakan perusahaan untuk melakukan penurunan
nominal saham karena dianggap sudah terlalu tinggi. Berikut adalah beberapa
definisi stock split menurut para ahli.
2.5.1
Pengertian Stock Split
Salah satu aksi emiten untuk menarik minat investor adalah dengan
melakukannya pemecahan saham. Pengertian Stock Split (pemecahan saham)
menurut beberapa ahli diantaranya.
Menurut Sunariyah (2010:145):
“Pemecahan saham (stock split) merupakan suatu aksi emiten di
mana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai
nominal yang lebih kecil”.
Menurut Jogiyanto (2010:397):
“Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham
menjadi banyak lembar saham”.
27
Menurut Home dan Wachowitz yang di kutip oleh Fahmi dan Hadi
(2011:106):
“Stock split adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan
mengurangi nilai nominal saham; misalkan nilai nominal satu saham
dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masingmasing memiliki nilai nominal setengah dari nilai nominal awal”.
Dapat disimpulkan bahwa pemecahan saham (stock split) adalah suatu
corporate action yang dilakukan emiten untuk memecah nilai nominal saham
menjadi lebih kecil sehingga membuat jumlah saham yang beredar bertambah.
2.5.2
Jenis-Jenis Stock Split
Pemecahan saham atau stock split adalah merubah jumlah saham yang
beredar baik bertambah maupun berkurang. Adapun jenis stock split menurut
Samsul (2006:190):
1. Split up (Pemecahan saham naik)
Adalah penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan
faktor pemecahan 1:2 berarti saham yang asalnya hanya 1 lembar menjadi 2
lembar dengan nominal saham setengah dari nominal awal.
2. Split down (Pemecahan saham turun)
Adalah tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah
untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat.
Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar
dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak
mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti lima saham
lama diganti dengan satu saham baru dengan nominal yang lebih tinggi.
2.5.3
Tujuan Stock Split
Menurut Fahmi dan Hadi (20011:107) “Ada beberapa tujuan suatu
perusahaan melakukan stock split, yaitu”:
a. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan
publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.
28
b. Memertahankan tingkat likuiditas saham.
c. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut.
d. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu
mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.
e. Menambah jumlah saham yang beredar.
f. Memerkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin
memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena
sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.
g. Menerapkan diversifikasi investasi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Scott, Martin, Petty dan Keown (1993)
antara lain:
1. Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah
pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham,
2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada
kisaran yang telah ditargetkan,
3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan berinvestasi yang berupa
peningkatan laba dan dividen kas.
2.5.4
Manfaat Stock Split
Perusahaan berharap dengan dilakukannya stock split akan memberikan
manfaat yang positif bagi perusahaan. Menurut Hanafi’ (2007:46) stock split
dilakukan oleh perusahaan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. menurunkan harga saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan.
Menimbulkan marketability dan efisiensi pasar.
2. Mengubah investor odd lot (membeli saham di bawah 500 lembar) menjadi
round lot (membeli saham minimal 500 lembar).
3. memanfaatkan psikologi investor tentang tingkat keuntungan yang lebih tinggi
karena basis harga yang lebih rendah.
4. Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi.
5. Memberikan sinyal kondisi perusahaan yang bagus.
29
2.6
Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan suatu
perusahaan sehingga pemegang saham mendapatkan hak tertentu seperti
mendapatkan dividen, mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau
distribusi lainnya. Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini.
2.6.1
Pengertian Saham
Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan
dana bagi perusahaan, menyebabkan saham sebagai salah satu instrument pasar
uang yang paling popular atau yang paling banyak di pilih oleh para investor
karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Pengertian saham menurut Husnan (2005:29) adalah:
“Saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal
(yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memeroleh bagian
dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas
tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut
menjalankan haknya”.
Rusdin (2006:68) menyatakan bahwa saham adalah sertifikat yang
menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham
memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Fahmi dan Hadi (2009:68) saham adalah:
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan di
ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk di jual.
Sehingga saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat
di pilih untuk berinvestasi. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan
berarti investor telah menginvesatasikan dana dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut.
30
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan
tersebut. (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5)
2.6.2
Jenis-Jenis Saham
Menurut Fahmi dan Hadi (2009:68-69) dalam pasar modal ada dua jenis
saham yang paling umum di kenal oleh publik yaitu saham bniasa (common stock)
dan saham istimewa (preferred stock). Dimana kedua jenis saham ini memiliki
arti dan aturannya masing-masing.
a. Common Stock (saham biasa)
Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang di jual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat
Uum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umm Pemegang Saham Luar
Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan sahm
terbatas) atau tiak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memeroleh
keuntungan dalam bentuk dividen.
b. Preferred Stock (saham istimewa)
Preferred Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang di jual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya akan memroleh pendapatan tetap dalam
bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).
Adapun jenis-jenis saham biasa diantaranya:
a. Blue Chip-Stock (Saham Unggulan)
Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki
sejarah laba, pertumbuhan, dan management yang berkualitas.
b. Growth Stock
Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang
lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan karenanya memunyai PER
yang tinggi.
31
c. Defensive Stock (saham-saham defensif)
Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan
kinerja pasar.
d. Cyclical Stock
adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi
semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.
e. Seasonal Stock
Adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman,
misalnya karena cuaca dan liburan.
f. Speculative Stock
Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang
kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif
2.7
Harga Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam
suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham (berapapun porsi atau
jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.
Selembar saham memunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmodjo (2009:13)
dalam Bagja (2014) harga saham dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Harga Nominal
Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena dividen yang
dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut di catat di bursa
efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut
dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana
biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan
32
demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan di jual kepada
masyarakat.
3. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek.
Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah
yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar
sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan
penerbit harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas
di Bursa Efek Indonesia).
2.7.1
Analisis Saham
Investor harus memerhatikan dan menganalisis terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan tertentu. Analisis saham umumnya
dapat dilakukan oleh para investor dengan mengamati dua pendekatan dasar yaitu:
1.
Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2005:349), “Analisis teknikal merupakan upaya
untuk memerkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut di waktu yang lalu”.
Sutrisno (2009:330) menyatakan bahwa:
“Analisis Teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara
memelajari data historis dari harga saham serta menghubungkannya
dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat
itu”.
Analisis ini hanya memertimbangkan pergerakan harga saja tanpa
memerhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga
tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya
pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh
psikologis maupun pengaruh isu-isu lainnya.
33
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memerkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya untuk
menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau memertahankan
sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan
analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average (trend
yang mengikuti pasar), volume perdagangan, dan short-interest ratio. Sedangkan
analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key
reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data
pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk
menentukan nilai saham.
2.
Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan
kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia dan
kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan.
Husnan (2005:315) menyatakan bahwa:
“Analisis fundamental mencoba memerkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang memengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga di peroleh taksiran harga saham”.
Analisis ini sering di sebut sebagai shsare price forecasting dan sering
digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang paling
peneting dalam analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental
yang diperkirakan akan memengaruhi harga saham. Faktor yang di analisis
merupakan fakotr yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang meliputi
kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan
yang tercermin dalam kinerja perusahaan.
Sutrisno (2009:331) menyatakan bahwa:
“Analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham
yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan
34
saham dan analisis ekonomi yang akan memengaruhi masa depan
perusahaan”.
Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadiankejadian yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi kinerja
keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental
lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memiilh saham perusahaan mana
yang di beli untuk jangka panjang.
Beberapa faktor utama atau fundamental yang memengaruhi harga saham
yaitu penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen,
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyataanpernyataan yang di buat oleh manajemen perusahaan.
2.7.2
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga Saham
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran
dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada
umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih
besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung
akan naik.
Faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari
internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003:87), faktor-faktor yang
memengaruhi pergerakan harga saham yaitu:
1. Faktor Internal, yaitu:
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman Pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman Badan Direksi Manajemen (management board of director
announcements), seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,
dan struktur organsisasi.
35
d. Pengumuman Pengambilalihan Diversifiakasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan di akuisisi.
e. Pengumuman Investasi (investmen announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset, dan penutupan usaha lainnya.
f. Pengumuman Ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi
baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share
(EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin,
return on assets (ROA), dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal, yaitu:
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabunga ndan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman Hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
c. Pengumuman Industri Sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan/penundaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor
yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di
bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
2.8
Return Saham
Investor menanamkan modalnya dalam suatu investasi dengan motivasi
utama mendapatkan tingkat pengembalian (return) investasi yang optimal. Return
merupakan keuntungan yang diperoleh investor dari suatu investasinya.
Pengertian umum return adalah suatu hasil pengembalian yang diperoleh dari
suatu dana atau modal yang ditanamkan pada suatu investasi, baik berupa aset riil
36
(real assets) maupun aset keuangan (financial assets). Pengertian lebih lanjut
akan dijelaskan di bawah ini.
2.8.1 Pengertian Return Saham
Adanya aktivitas akuisisi yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan
perusahaan, memberikan sinyal bagi investor untuk menanamkan sahamnya pada
perusahaan tersebut dengan harapan investor dapat memeroleh keuntungan yang
diinginkan. Suatu pasar akan bereaksi apabila didalam pengumuman tersebut
memiliki kandungan informasi. Jika pengumuman mengandung informasi, maka
pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Reaksi pasar tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang
diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau
menggunakan abnormal return.
Menurut Jogiyanto Hartono (2009:199) :
“Return saham merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan
yang diperoleh dari hasil jual beli saham. Sedangkan abnormal return
merupakan selisih antara return aktual dengan return yang
diekspektasikan oleh investor.”
ARit = Rit - Rmt
Dimana:
ARit = abnormal return saham i pada hari ke t
Rit = actual return saham i pada hari ke t
Rmt = return pasar saham pada hari ke t
Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Return Aktual
(Actual Return) dan Return Ekspektasi (Expected Return). Return aktual
merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis.
Return ini merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya secara
relatif. Return aktual ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai
penentuan return dan resiko dimasa mendatang dan bersifat tidak pasti.
37
Rit =
Dimana:
Rit = actual return saham i pada hari ke t
Pit = harga saham i pada hari ke t
Pit-1 = harga saham i pada hari ke t-1
Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Menurut
Jogiyanto Hartono (2009:202) untuk mengestimasi return ekspektasi dapat
digunakan tiga model yaitu :
1. Mean adjusted model.
Model disesuaikan rata–rata (mean adjusted model) menganggap bahwa
return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata–rata return realisasi
sebelumnya selama periode estimasi (estimation period).
Model ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
E (R.i.t) =
Dimana:
E (R.i.t) = Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
∑ R i.j = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
T = Lamanya periode estimasi yaitu dari t1 – t2.
2. Market model.
Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dapat dilakukan dengan 2
tahap :
1) Perhitungan return ekpektasi ke-i pada periode estimasi.
2) Menggunakan model ekpektasi dapat dibentuk dengan menggunakan
teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan sebagai
berikut :
38
Rij = αi + βi . R Mj + Eij
Dimana:
Rij = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
Αi = Intercept untuk sekuritas ke-i.
βi = Koefisien slope yang merupakan beta sekuritas ke-i.
RMj = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j.
Eij = Kesalahan residu ke-i pada periode estimasi ke-j.
3. Market adjusted model.
Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return
suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan model ini maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah
sama dengan return pasar. Model ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
E (R it ) = Rmt
Dimana:
E (R it ) = Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
Rmt = Return sekuritas pada waktu ke -t.
2.8.2
Abnormal Return
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya
terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi
(return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah
selisih antara return yang sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, sedangkan
return ekspektasi merupakan return yang harus di estimasi. Periode estimasi
umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event
39
period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event
window).
Menurut (Kuntorowati dan Agustanto, 2000):
“Abnormal return merupakan selisih dari return yang sesungguhnya
terjadi terhadap return normal.
Menurut Husnan (2009:269):
“Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan”.
Menurut Jogiyanto (2010:416):
“Return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return
sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi”.
Dilihat dari berbagai pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa
abnormal return merupakan selisih dari return yang sebenarnya terjadi dengan
return yang diharapkan atau ekspektasi.
Untuk menghitung abnormal return tiap saham selama periode
pengamatan yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ARi,t = Ri,t – E(Ri,t)
Sumber: Jogiyanto (2008:550)
Dimana:
ARi,t
= Abnormal Return saham i pada periode t
Ri,t
= return sesungguhnya yang terjadi untuk saham i pada periode t
E(Ri,t) = tingkat pengembalian saham yang diharapkan pada periode t
Menghitung rata-rata Abnormal Return dengan menggunakan rumus:
40
Dimana:
AARt = Rata-rata abnormal return pada waktu t
Arit
= abnormal return sekuritas i pada waktu t
N
= Banyaknya sampel yang diamati
Membuat perbandingan secara statistik rata-rata abnormal return sebelum
tanggal pengumuman dengan rata-rata abnormal return setelah tanggal
pengumuman dengan rata-rata abnormal return setelah tanggal pengumuman
untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua periode
tersebut.
2.9
Volume Perdagangan Saham
Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya.
Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa saham
tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Aktivitas volume perdagangan
digunakan untuk melihat penilaian suatu info oleh investor individual dalam arti
info tersebut membuat suatu keputusan perdagangan ataukah tidak. Hal ini
berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli
saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Besarnya variabel
volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham
yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan Trading
Volume Activity (TVA).
Menurut (Magdalena, 2004):
“Volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada periode tertentu secara harian”.
Menurut Widayanto dan Sunarjanto (2005:53):
“Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu indikator yang
dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap
informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume
perdagangan saham di pasar modal”.
41
Menurut Hadianto dan Setiawan (2007:83):
“Volume perdagangan saham adalah jumlah penawaran saham dan
permintaan saham di pasar”.
Dengan definisi dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa volume
perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada
periode tertentu dengan jumlah penawaran dan permintaan saham di pasar
tersebut. Indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan
saham di pasar modal dapat menggunakan TVA (Trading Volume Activity).
Perhitungan
TVA
(Trading
Volume
Activity)
dlakukan
dengan
membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu
periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut
pada kurun waktu yang sama (Wismar’ien, 2004). Dihitung dengan menggunakan
rumus:
Setelah TVA masing-masing saham diketahui, selanjutnya dihitung ratarata TVA untuk periode di seputar tanggal pengumuman:
Dimana:
X TVA = Rata-rata TVA
Membuat perbandingan secara statistik rata-rata TVA sebelum tanggal
pengumuman dengan rata-rata TVA sesudah tanggal pengumuman untuk melihat
apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik TVA diantara kedua
periode tersebut.
42
2.9.1
Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan ukuran mudah sukarnya suatu saham
dipasarkan. Dalam hal ini instrumen keuangan mudah dipasarkannya (saham)
diukur dengan dapat di jualnya sejumlah surat-surat berharga dalam waktu singkat
dengan pengorbanan harga yang kecil. Semakin mudah surat berharga dipasarkan,
semakin tinggi kemampuan untuk melakukan transaksi besar dengan harga yang
dikehendaki. Secara umum semakin sukar surat-surat berharga dipasarkan,
semakin besar hasil (return) yang diperlukan untuk menarik investor.
Dalam perdagangan saham, likuiditas merupakan hal yang penting dan
diperhatikan oleh pelaku pasar. Wyss (2004:5) menyatakan bahwa likuiditas
merupakan darah kehidupan dari pasar keuangan. Syarat ketentuannya
penting bagi lancarnya operasi dari perekonomian. Erosi yang tiba-tiba atas
likuiditas pada satu saja segmen pasar atau pada satu individu instrumen dapat
menstimulasi gangguan yang ditransmisikan secara meningkat melalui pasar
keuangan yang saling tergantung dan saling terhubung di seluruh dunia.
Dismaping pentingnya likuiditas, masalah resiko dalam penghitungan dan
pengawasan likuiditas tetap ada.
Likuiditas memiliki arti penting yang berbeda bagi pelaku pasar sehingga
definisi likuiditas pun bermacam-macam. Bagi pelaku transaksi, likuiditas penting
karena memungkinkan mereka untuk mengimplementasikan strategi perdagangan
mereka dengan biaya yang murah. Sedangkan regulator menyukai likuiditas
karena pasar yang likuid umumnya tidak volatile dibandingkan dengan pasar yang
tidak likuid. Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini.
2.9.2
Pengertian Likuiditas Saham
Dalam berinvestasi terkadang investor memerhitungkan juga tingkat
likuiditas dari investasi yang mereka tanamkan. Semakin likuid maka semakin
baik, karena investor akan lebih tertarik pada saham yang likuid. Oleh karena itu,
menurut E.A.Koetin (2000:106), “Likuiditas saham merupakan mudahnya
suatu saham yang dimiliki seseorang untuk dapat di ubah menjadi uang
tunai melalui mekanisme pasar modal”.
43
Menurut Bayer (2005:3), “Likuiditas adalah tingkat dimana transaksi
dalam jumlah besar dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan
memberikan dampak yang minimal pada harga”.
Sedangkan menurut Ali Arifin (2007:16), “Likuiditas saham diartikan
sebagai tingkat kecepatan sebuah sarana investasi (asset) untuk dicairkan
menjadi dana cash (uang) atau ditukar dengan suatu nilai”.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aset yang likuid
adalah aset yang mudah untuk diperdagangkan, aset tersebut tidak akan
mengalami penurunan harga jika dicairkan dengan cepat dan merupakan saham
yang berada di pasar modal yang dapat di ubah menjadi uang dengan harga
tertentu.
Likuiditas saham merupakan kemampuan saham untuk ditransaksikan
setiap saat dengan harga yang sesuai. Likuiditas saham menjadi sangat penting
bagi investor karena likuiditas akan menentukan apakah suatu investasi pada
saham suatu perusahaan dapat dengan mudah dicairkan menjadi uang atau bentuk
lainnya.
2.9.3
Dimensi dan Pengukuran Likuiditas Saham
Dimensi likuiditas disini adalah parameter atau pengukuran yang
dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat dari likuiditas. Dimensi likuidtas
menurut Schwartz (2004:56) mencakup dua hal, yaitu:
1.
Depth and Breadth (Kedalaman dan Keluasan)
Pasar memiliki kedalaman dan keluasan jika orders atau pesanan berada
pada kesatuan harga di atas dan di bawah harga dimana saham diperdagangkan
dan jika pembelian terbaik dan pesanan pembelian ada pada volume substansial.
Bid-ask spread menjadi lebih ketat dan dampak pasar menjadi lebih sedikit jika
pasar memiliki depth dan breadht.
2.
Residency
Suatu pasar dikatakan resilien jika perubahan harga sementara berkaitan
dengan ketidakseimbangan order sementara dengan cepat menarik order baru ke
dalam pasar yang memulihkan nilai pasar yang rasional.
44
Menurut Schwartz (2004:58), “Likuiditas dapat diukur dengan
kerapatan bid-ask spread, yaitu selisih antara harga terendah yang pedagang
bersedia jual dan harga tertinggi yang pembeli bersedia beli”. Pengukuran
bid-ask spread ini dapat digunakan sebagai proksi dalam analisis statistik.
Pengukuran likuiditas juga dapat dilakukan dengan menitikberatkan pada
volatility jangka pendek.
Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur likuiditas saham
menurut Suta (2000:47), likuiditas saham terdiri dari tiga ukuran:
1. Frekuensi Perdagangan, yang merupakan frekuensi saham suatu emiten yang
diperdagangkan dalam suatu periode tertentu.
2. Presentase Volume Perdagangan, yang merupakan rasio antara volume
perdagangan dan total saham yang terdaftar di bursa. Volume perdagangan
merupakan jumlah saham suatu emiten (unit) yang diperdagangkan dalam
suatu periode tertentu.
3. Presentase Nilai Perdagangan, yang merupakan rasio antara nilai
perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar. Nilai perdagangan merupakan nilai
rupiah dari saham suatu emiten yang diperdagangkan dalam suatu periode
tertentu, sedangkan nilai kapitalisasi pasar adalah jumlah saham yang terdaftar
dikalikan dengan harga penutupan saham tersebut pada periode tertentu.
2.10
Hubungan antara Stock Split dengan Abnormal Return
Peristiwa pemecahan saham diyakini akan merubah harga saham suatu
perusahaan. Hubungan antara peristiwa sebelum dan sesudah stock split dengan
abnormal return menurut Halim (2007:103) dan Marwata (2001) adalah
signaling theory.
Signaling Theory, menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang
positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang baik
dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini di dukung
dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah
perusahaan yang memunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Tidak semua
perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan
45
kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang
memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif. Stock split
yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya
perusahaan yang memunyai prospek yang baik yang dapat menanggung
biaya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan pasar bereaksi positif.
(Halim, 2007:103)
Gambaran lain signaling theory dari Marwata (2001) menyatakan bahwa
stock split memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan
return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut dapat
diprediksikan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang.
Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen
kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan.
2.11
Hubungan antara Stock Split dengan Volume Perdagangan Saham
Peristiwa pemecahan saham diyakini akan merubah komposisi volume
saham suatu perusahaan. Hubungan antara pengumuman sebelum dan sesudah
stock split terhadap volume perdagangan saham menurut Halim (2007:103) dan
Marwata (2001) adalah trading range theory.
Trading Range Theory menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan
stock split di dorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa
dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu
mahal. Dengan adanya stock split, nilai nominal saham di pecah sehingga
meningkatkan daya beli investor, dengan tujuan agar tetap banyak pelaku pasar
modal yang mau memerjualbelikan saham bersangkutan. Harga saham yang
terlampau tinggi menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan.
Melalui stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan
semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. (Halim, 2007:105)
Pengertian lain Trading Range Theory dari Marwata (2001) adalah alat
untuk mengatur kembali harga saham pada kisaran harga yang diinginkan
sehingga semakin memungkinkan bagi investor untuk membeli dalam
jumlah yang banyak. Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan
46
saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham
mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham dinilai
terlalu tinggi akan memengaruhi kemampuan investor untuk membeli saham,
sehingga menimbulkan efek seolah-olah harga saham sulit untuk meningkat lagi.
Menurut Trading Range Theory harga saham yang dinilai terlalu tinggi akan
menyebabkan berkurangnya aktivitas saham untuk diperdagangkan. Dengan
adanya pemecahan saham, harga saham akan dinilai tidak terlalu tinggi, sehingga
akan meningkatkan kemampuan para investor untuk melakukan transaksi,
terutama para investor kecil.
2.12
Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan stock
split:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian dan
Variabel
Model
Peneliti
Penelitian
Analisis
Hasil
Menguji Motivasi
Abnormal return
Uji Beda
Pemecahan saham dan
Dibalik Stock Split
saham dan
Dua Rata-
penggabungan saham
dan Reverse Stock
likuiditas saham
rata
berpengaruh signifikan
Split (Wisudowati
terhadap abnormal
Ayu Sugito, 2009)
return dan likuiditas
saham.
Pemecahan Saham
Volume
Uji Beda
Pemecahan saham
terhadap Likuiditas
perdagangan
Dua Rata-
berpengaruh signifikan
dan Return Saham
saham dan
Rata
terhadap volume
(Rusliati dan Farida, return saham
perdagangan saham
2010)
dan return saham.
Analisis
Volume
Uji Beda
Pemecahan saham
47
Perbandingan
perdagangan
Dua Rata-
berpengaruh signifikan
Likuiditas dan
saham dan
Rata
terhadap likuiditas
Abnormal Return
return saham
perdagangan saham
Saham Sebelum dan
dan tidak berpengaruh
Setelah Stock Split
signifikan pada
(Dmias Fajar
abnormal return
Adwita, 2014)
saham.
Analisis Perbedaan
Volume
Uji Beda
Pemecahan saham
Abnormal Return dan
perdagangan
Dua Rata-
tidak berpengaruh
Volume Perdagangan
saham dan
Rata
signifikan terhadap
Saham Sebelum dan
return saham
volume perdagangan
Sesudah Stock Split
saham dan abnormal
(Bambang Bagja,
return saham.
2014)
Sumber: dari berbagai jurnal
2.13
Kerangka Pemikiran
Perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal tentunya menginginkan
saham perusahaan tersebut diminati oleh para investor. Untuk menarik minat
investor, perusahaan biasanya melakukan suatu kebijakan yaitu corporate action.
Pengertian corporate action menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2001:123) menyatakan corporate action merupakan aktifitas emiten yang
dapat memengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang
bergerak di pasar.
Salah satu kebijakan dari corporate action yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan untuk menarik minat investor ialah stock split. Stock split adalah suatu
kebijakan dari corporate action yang membuat nominal saham turun dan jumlah
lembar saham meningkat. Kebijakan ini dilakukan untuk membuat trading range
dalam rentang optimal, sesuai dengan trading range theory.
Stock split merupakan fenomena yang banyak menarik perhatian dan
sekaligus membuat perdebatan diantara para pengamat pasar modal. Tujuan utama
emiten melakukan stock split adalah untuk meningkatkan return dan
48
meningkatkan volume perdagangan saham pada trading range yang optimal.
Abnormal return saham dapat diukur dengan menggunakan konsep antara lain
return realisasi (realized return) yang merupakan capital gain atau capital loss
yaitu selisih antara harga saham saat ini dengan harga saham sebelumnya dan
return ekspektasi (expected return) yaitu merupakan tingkat return yang
diharapkan. Sedangkan untuk volume perdagangan saham dapat diukur salah
satunya menggunakan trading volume activity (TVA).
Hubungan antara peristiwa sebelum dan sesudah stock split dengan
abnormal return menurut Halim (2007:103) dan Marwata (2001) adalah
signaling theory.
Signaling Theory, menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang
positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang baik
dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini di dukung
dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah
perusahaan yang memunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Tidak semua
perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan
kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang
memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif. Stock split
yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya
perusahaan yang memunyai prospek yang baik yang dapat menanggung
biaya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan pasar bereaksi positif.
(Halim, 2007:103)
Sedangkan hubungan antara pengumuman sebelum dan sesudah stock split
terhadap volume perdagangan saham menurut Halim (2007:103) dan Marwata
(2001) adalah trading range theory.
Trading Range Theory menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan
stock split di dorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa
dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu
mahal. Dengan adanya stock split, nilai nominal saham di pecah sehingga
meningkatkan daya beli investor, dengan tujuan agar tetap banyak pelaku pasar
modal yang mau memerjualbelikan saham bersangkutan. Harga saham yang
49
terlampau tinggi menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan.
Melalui stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan
semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. (Halim, 2007:105)
Stock split merupakan peristiwa yang dapat membedakan hasil variabel
lain. Oleh karena itu pada penelitian ini akan menguji apakah terdapat perbedaan
abnormal return dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
pengumuman stock split. Untuk melihat perbedaan tersebut digunakan uji beda
dua rata-rata.
Perbedaan antara abnormal return dan trading volume activity sebelum
dan sesudah stock split dapat diketahui dengan cara memilih perusahaan yang
terdaftar di indeks LQ45 yang juga melakukan publikasi stock split pada periode
2011-2013. Setiap perusahaan yang melakukan stock split itu dihitung abnormal
return dan trading volume acdtivity-nya. Abnormal return dihitung mulai sepuluh
hari sebelum stock split dan sepuluh hari sesudahnya. Abnormal return lima hari
sebelum stock split dijumlah dan dirata-rata, begitu juga dengan abnormal return
lima hari sesudah stock split. Abnormal return sebelum dan sesudah stock split
yang sudah dihitung tadi di uji perbedaannya dengan menggunakan uji beda dua
rata-rata dengan sampel berpasangan (Paired Sample T-test). Hal yang sama juga
harus dilakukan pada trading volume activity setiap perusahaan. Uji beda rata-rata
dengan sampel berpasangan atau Paired Sample T-test akan bekerja dan
memeroleh suatu hasil, dimana hasil itu memiliki dua kemungkinan yaitu ada
perbedaan dan tidak ada perbedaan.
Dilihat dari penelitian-penelitian terdahulu yang masih menghasilkan
kesimpulan yang berbeda-beda, membuat penulis tertarik untuk mengaji ulang
tentang peristiwa stock split. Sistematis kerangka pemikiran penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
50
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Manajemen
Keuangan
Corporate Action
Initial Public
Merger
Offering
dan Akuisisi
Right Issue
Stock Split
Kebijakan
Dividen
Saham
Volume
Harga
Rata-rata TVA
Return
Rata-rata
abnormal return
Uji Beda Dua
Rata-Rata
Ada Perbedaan
Tidak Ada Perbedaan
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
EPS
PER
51
2.14
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan yang dipaparkan diatas maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
H1 :
Abnormal return mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan
sesudah pengumuman stock split.
H2 :
Volume perdagangan saham mengalami perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
Download