KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL MANAJEMEN

advertisement
KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL
MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
Oleh:
SETIAWAN MAY SAGIANTO
NIM. 100 500 037
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL
MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
Oleh:
SETIAWAN MAY SAGIANTO
NIM. 100 500 037
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL
MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
Oleh:
SETIAWAN MAY SAGIANTO
NIM. 100 500 037
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL
MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI SAMARINDA
Nama
: Setiawan May Sagianto
NIM
: 100 500 037
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Ir. Emi Malaysia, MP
NIP.19650101 199203 2 002
Penguji I,
Penguji II,
Dyah Widyasasi. S.Hut. MP
NIP.19710103 199703 2 001
Menyetujui
Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Dwinita Aquastini.S.Hut. MP
NIP.19700214 199703 2 002
Disahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Fadjeri, MP
NIP. 19610812 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal : .........................................
Ir. Hasanudin, MP
NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK
SETIAWAN MAY SAGIANTO. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Di Areal
Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan
Emi Malaysia).
Penelitian ini dilatar belakangi bahwa Indonesia memiliki lebih dari 2.000
jenis kupu-kupu. Jumlah yang hanya disaingi oleh beberapa negara di Amerika
Selatan, selain itu adanya kupu-kupu pada suatu lingkungan, dapat dikatakan
bahwa lingkungan tersebut masih alami. Hilangnya kupu-kupu adalah bukti
ketidak seimbangan ekosistem, karena selain menghisap nektar, mengambil zat
besi dalam tanaman, menghisap mineral dari tanah, kupu-kupu juga menjadi
pengantar bertemunya putik dan kepala sari pada beberapa tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupukupu dan tumbuhan pakannya di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakannya di
areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Metode yang digunakan dalam penangkapan kupu-kupu adalah dilakukan
langsung dengan menggunakan jaring serangga. Kupu-kupu yang ditemukan
dibawa ke laboratorium Konservasi untuk diawetkan dan diidentifikasi dengan
cara menyamakan atau membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan
buku literature kupu-kupu, sedangkan untuk tumbuhan pakan kupu-kupu diambil
sampel dan gambarnya secara langsung di lapangan dibawa ke Laboratorium
Silvikultur dan diidentifikasi dengan cara menyamakan atau membandingkan
pakan yang ditemukan dengan buku literatur tumbuhan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di areal Manajemen Hutan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan sebanyak 27 jenis, dimana
kupu-kupu yang dapat diidentifikasi sebanyak 23 jenis yang termasuk dalam 3
suku (famili) yaitu suku Pieridae 3 jenis, Papilionidae 6 jenis, Nymphalidae 14
jenis dan yang belum dapat diidentifikasi 4 jenis adalah kupu-kupu A, B, C, dan
D. Terdapat 5 jenis tanaman yang dijumpai menjadi pakan berbagai jenis kupukupu yaitu Anystasia intrusa, Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum),
Tembelekan (Lantana camara.), Asoka (Ixora stricta Roxb) dan Bunga jenis
A/berwarna ungu (belum dapat diidentifikasi).
Kata kunci: jenis kupu-kupu dan pakan kupu-kupu
RIWAYAT HIDUP
Setiawan May Sagianto, lahir pada tanggal 22 Mei 1991, di
Samarinda,
Provinsi
Kalimantan
Timur.
Merupakan
anak
pertama dari 2 (dua) bersaudara dari pasangan Bapak Jumangat
dan Ibu Suneti.
Memulai pendidikan dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 001
Samarinda lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan sekolah
ke SMP Negeri 35 Samarinda, lulus pada tahun 2007. Kemudian pada tahun itu
juga melanjutkan lagi ke SMK Pemuda Samarinda dan lulus pada tahun 2010.
Pendidikan tinggi di tempuh pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi
Manajemen Hutan.
Pada Tanggal 8 Maret sampai 30 April 2013 mengikuti Program PKL
(Praktek Kerja Lapang) di Dinas Kehutanan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas Rahmat
dan Karunia-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul
Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Di Areal Manajemen Hutan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda, yang dibuat sebagai syarat untuk dapat
menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Orang Tua, yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis.
2.
Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah
3.
Ibu Dyah Widyasasi, S.Hut, MP dan Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP
selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II
4.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
5.
Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan
6.
Bapak Ir. Gunanto selaku Kepala Laboratorium Konservasi Jurusan
Manajemen Pertanian.
7.
Ibu Asmahwati, A.Md
selaku PLP Laboraturium Konservasi dan Ibu
Rusdiana Ningsih, A.Md selaku PLP Laboraturium Silvikultur
8.
Alri Vicaksono, Achmad. Rosihan Ghali, Maharuddin, Muhammad Amin dan
Nurman yang telah membantu selama penelitian dan mengalami suka duka
bersama.
9.
Semua teman Angkatan 2010 Program studi Manajemen Hutan yang telah
mendukung dan membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini yang
namanya tidak mungkin dapat disebutkan satu per satu.
Harapan Penulis semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Setiawan May Sagianto
Kampus Sei Keledang, Juni 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................
viii
I.
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
A. Uraian Tentang Serangga.................................................................
B. Uraian Tenang Kupu-kupu ................................................................
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga .........
D. Keadaan Umum Areal Manajemen Hutan ........................................
3
3
4
8
19
III. METODE PENELITIAN ..........................................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
B. Alat dan Bahan Penelitian.................................................................
C. Prosedur Penelitian ...........................................................................
D. Analisis Data .....................................................................................
20
20
20
21
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
A. Hasil...................................................................................................
B. Pembahasan .....................................................................................
24
24
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
55
55
55
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
56
LAMPIRAN
58
...........................................................................................................
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Tally Sheet Pengamatan ..................................................................
22
2.
Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Areal Manajemen Hutan ....
24
3.
Tanaman Pakan Kupu-kupu di Areal Manajemen Hutan.................
46
4.
Kisaran Suhu dan Kelembapan ........................................................
51
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Appias libythea ? .............................................................................
26
2.
Eurema sp........................................................................................
26
3.
Leptosia nina....................................................................................
27
4.
Graphium sp ....................................................................................
28
5.
Papilio demoleus ? ..........................................................................
29
6.
Papilio memnon ? ...........................................................................
30
7.
Papilio memnon ? . ..........................................................................
31
8.
Papilio nephelus ? ...........................................................................
32
9.
Papilio polytes..................................................................................
32
10. Athyma asura aidita .........................................................................
33
11. Doleschallia bisaltide .......................................................................
34
12. Euploea mulciber portia ...................................................................
35
13. Faunis stomphax .............................................................................
36
14. Hypolimnas bolina ? ........................................................................
36
15. Hypolimnas bolina ? ........................................................................
37
16. Hypolimnas bolina phillipines ..........................................................
38
17. Junonia hedonia ..............................................................................
39
18. Junonia spasiorithya wallacei ? ......................................................
39
19. Junonia spasiorithya wallacei ? ......................................................
40
20. Melanitis leda lacrima ......................................................................
41
21. Mycalesis fuscum ............................................................................
42
22. Parantica agleoides .........................................................................
42
23. Ypthim formosam.............................................................................
43
24. Kupu-kupu A ....................................................................................
44
25. Kupu-kupu B ....................................................................................
44
26. Kupu-kupu C ....................................................................................
45
27. Kupu-kupu D ....................................................................................
45
28. Anystasia intrusa .............................................................................
47
29. Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum).....................................
48
30. Tembelekan (Lantana camara) .......................................................
49
31. Asoka (Ixora stricta Roxb) ...............................................................
50
32. Bunga Jenis A/Berwarna Ungu (Belum Dapat Diidentifikasi)..........
51
Lampiran
....
33. Penangkapan Kupu-kupu Di Samping Kantor MH ...........................
61
34. Penangkapan Kupu-kupu Di Depan Lab. Silvikultur ........................
61
35. Pengukuran Suhu dan Kelembapan..................................................
62
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Pengamatan Jenis Kupu-kupu di Areal Manajemen Hutan........ 59
2. Data Harian Pengukuran Suhu dan Kelembapan................................ 60
3. Foto Penangkapan Kupu-kupu............................................................. 61
4. Foto Pengambilan Data Suhu Dan Kelebapan.................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang tergolong dalam ordo
Lipodoptera atau serangga yang bersisik. Lepidoptera berasal dari kata lepido =
sisik dan ptera = sayap (bahasa Yunani), serangga ini memiliki dua pasang
sayap, sayap belakang biasanya sedikit kecil dari sayap depan. Sayap ditutupi
oleh bulu-bulu atau sisik. Imago dari ordo Lepidoptera disebut kupu-kupu jika
pada siang hari atau ngengat jika aktif pada malam hari. kupu-kupu memiliki
sayap yang relatif indah dengan warna menarik, sedangkan ngengat (moth)
bersayap kusam kurang menarik, biasanya tertarik pada cahaya lampu (Jumar,
2000).
Indonesia mewakili lebih dari 2.000 kupu-kupu. Jumlah yang hanya disaingi
oleh beberapa negara di Amerika Selatan. Kupu-kupu yang mendominasi adalah
jenis Papilionade yaitu 121 dari 573 di dunia. Ada sekitar 500 - 1.000 jenis kupukupu di setiap pulau besar, tetapi beberapa diantaranya juga terdapat di pulaupulau kecil dan endemik pulau.
Persebaran kupu-kupu terbatas pada faktor
geologi, kesesuaian lingkungan dan persebaran tumbuhan pakan (Anonim,
2007).
Menurut Dinata, (2010) adanya kupu-kupu suatu lingkungan, dapat
dinyatakan bahwa lingkungan tersebut masih alami. Setidaknya ada beberapa
indikator unik dapat menjadi sedikit catatan: setiap larva kupu-kupu hanya
menyantap satu jenis saja, misalnya Troides helena hanya menyantap
Aristolochia tagala, hilangnya pohon maka hilang juga kupu-kupu.
Larva
Ramelana jangka memberikan cairan manis Ixora indica, sehingga kawanan
2
semut membentuk mengelilingi larva untuk melindungi larva dari predator seperti
burung dan kadal.
Hilangnya kupu-kupu adalah bukti ketidak seimbangan ekosistem, karena
selain menghisap nektar, mengambil zat besi dalam tanaman, menghisap
mineral dari tanah, kupu-kupu juga menjadi penghantar bertemunya putik dan
kepala sari pada beberapa tanaman (Anonim, 2010a dalam Ahmad, 2011).
Penelitian tentang kupu-kupu telah diteliti antara lain oleh: Soekardi
(2007), melaporkan menemukan sebanyak 37 jenis kupu-kupu yang termasuk ke
dalam 5 famili di areal kampus Unila; Widyasasi, dkk. (2008), menemukan
sebanyak 43 jenis kupu-kupu dan 8 jenis pakan kupu-kupu di areal Jurusan
Manajemen Hutan Poltanesa; dan Ahmad (2011), menemukan sebanyak 24
jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam 4 famili serta menemukan sebanyak 6
pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupukupu dan tumbuhan pakannya di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi
tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakannya di areal
Manajemen Hutan Politeknik Pertanaian Negeri Samarinda.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tentang Serangga
Menurut Pedigo (1989) dalam Jumar (2000), entomologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang serangga (insekta). Ilmu ini merupakan suatu studi yang
terorganisasi untuk memahami fase kehidupan serangga dan peranannya di
alam. Entomologi berasal dari kata entomos (potongan/irisan) dan logos (ilmu).
Sedangkan entomologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari serangga yang
ada hubungannya dengan pertanian. Hubungan dengan pertanian dapat bersifat
menguntungkan atau sebaliknya yaitu merugikan. Banyaknya spesies hewan
yang ada di permukaan bumi, ternyata sekitar 3/4 bagian adalah serangga, dari
jumlah tersebut lebih dari 750.000 spesies telah berhasil diketahui dan diberi
nama. Jumlah tersebut merupakan kurang lebih 80% dari anggota filum
Arthopoda. Karena jumlah spesies serangga merupakan yang terbanyak dari
dunia hewan, khususnya dari filum Artopoda.
Selanjutnya dikatakan Pedigo (1989) dalam Jumar (2000), diperkirakan
dari setiap lima ekor hewan maka salah satunya adalah kumbang, dan kumbang
adalah salah satu serangga yang termasuk ordo Coleoptera, kelas insekta atau
serangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa serangga merupakan hewan yang
dominan di muka bumi sekarang ini.
Serangga terdiri atas beberapa bangsa (ordo), antara lain bangsa
Kumbang (ordo Coleoptera), bangsa Kupu-kupu (ordo Lepidoptera), bangsa
Belalang (ordo Orthoptera), bangsa Tabuhan (ordo Hymenoptera), bangsa Kepik
(ordo Hemiptera) dan bangsa Kutu (ordo homoptera). Tiap bangsa atau ordo
tersebut memiliki ciri khas baik dalam bentuk, ukuran maupun cara hidup.
4
Beberapa serangga memiliki struktur mengagumkan bila kita bandingkan
dengan
vertebrata.
Lebah
dan
tabuhan
serta
sejumlah
semua
ordo
Hymenoptera, misalnya memiliki organ untuk bertelur (ovipositor) yang
berkembang menjadi “penusuk beracun” (sengat). Sengat tersebut merupakan
satu sarana yang bagus untuk menyerang dan mempertahankan diri. Serangga
juga memiliki aneka warna, dari yang sangat tidak menarik sampai sangat
cemerlang. Beberapa serangga memiliki warna-warni yang kemilau, layaknya
permata yang hidup.
Serangga adalah makhluk yang berdarah dingin.
Bila suhu lingkungan
menurun maka suhu tubuh mereka juga menurun dan proses fisiologinya
menjadi lambat. Beberapa serangga dapat hidup pada suhu sangat rendah dan
beberapa lagi mampu hidup pada suhu tinggi. Serangga tahan terhadap suhu
rendah sebab di dalam jaringan tubuhnya tersimpan etilenaglikol.
Di alam, perkembangan dan siklus hidup serangga mengalami tingkattingkat dari yang sederhana sampai komplek dan bahkan menakjubkan.
Sebagai contoh siklus hidup yang sederhana, dijumpai pada belalang. Siklus
hidup belalang dimulai dari telur, berikutnya telur menetas menjadi nimfa. Nimfa
inilah yang kemudian berkembang menjadi imago “serangga dewasa” (Anonim,
2007 dalam Dinata, 2010).
B. Uraian Tentang Kupu-kupu
Menurut Jumar (2000), klasifikasi kupu-kupu adalah:
Kerajaan
: Animalia
Divisi
: Rhopaloceta
Filium
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
5
Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong dalam ordo Lepidoptera,
atau serangga sisik (lepis = sisik dan pteron = sayap).
Secara sederhana kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu
malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya
aktif diwaktu siang (diurnal), sedangkan ngengat kebanyakan aktif diwaktu
malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan
sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya.
Kupu-kupu
biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap,
kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada
perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang
pasti.
1. Struktur Morfologi Kupu-kupu
Menurut Smart (1976) dalam Soederajat (2008), ciri spesifik dari kupukupu adalah badan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, caput (kepala), thoraks
(dada) dan abdomen (perut). Ada 3 (tiga) pasang tungkai (kaki) dan dua
pasang sayap terdapat pada ruas dada, alat kelamin dan anus terdapat di
ujung ruas perut. Tubuh kupu-kupu dilapisi oleh chitin (eksoskeleton atau
rangka luar) dan tersusun dalam cincin yang seragam atau segmen-segmen
yang dipisahkan oleh membran fleksibel.
Pada setiap bagian kupu-kupu
(kepala, dada dan perut) tertutup lapisan lembut, berbulu halus dan berwarna
menyolok atau menyala.
a. Kepala
Kepala berbentuk kapsul bulat kecil yang mengemban alat makan
dengan sensorik. Alat makan disebut probosis, sedangkan alat sensorik
adalah sepasang antena yang biasanya menebal pada bagian ujungnya.
6
Mata kupu-kupu berbentuk seperti belahan bola yang membengkak pada
bagian atas kepala dan biasanya disebut mata majemuk.
b. Dada
Dada merupakan bagian tengah tubuh kupu-kupu dan berfungsi
sebagai penggerak, dimana kaki dan sayap menempel. Thoraks tersusun
dari tiga segmen yang masing-masing segmen terdapat sepasang tungkai
untuk berjalan dan berpegangan. Dua pasang sayap terdapat pada
mesothoraks dan metathoraks (bagian kedua dan ketiga dari segmen
dada). Pada beberapa jenis kupu-kupu sayap belakang mempunyai tornus
(ekor).
c. Perut
Perut merupakan bagian yang lunak dibandingkan kepala dan dada.
Perut memiliki 10 (sepuluh) segmen namun hanya 7 (tujuh) atau 8
(delapan) yang mudah terlihat. Segmen ujung merupakan alat kelamin dari
kupu-kupu, dimana pada jantan terdiri dari sepasang penjepit, sedangkan
pada betina segmen tersebut berubah menjadi ovipositor (alat untuk
meletakkan telur).
2. Siklus Hidup Kupu-kupu
Umur kupu-kupu berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat)
minggu. Siklus hidupnya dimulai dari telur, kemudian menjadi larva (ulat).
Selanjutnya, larva membentuk kepompong (pupa), baru akhirnya muncul
sebagai kupu-kupu/imago. Imago membutuhkan waktu 3 (tiga) hingga 4
(empat) jam untuk penyempurnaan warna dan pengeringan sayap sebelum
siap untuk terbang mencari makan dan pasangan hidupnya (Anonim, 2008b).
7
3. Kebiasan dan Makanan
Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari
kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari
buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran
burung, dan tanah basah. Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama
dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi
umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenisjenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu
di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi
inang dari ulatnya (Chici, 2010).
4. Kupu-kupu Sebagai Indikator Alami
Menurut Anonim (2010), adanya kupu-kupu pada suatu lingkungan,
dapat dinyatakan bahwa lingkungan tersebut masih alami. Hilangnya kupukupu adalah bukti ketidakseimbangan ekosistem, karena selain menghisap
nektar, mengambil zat besi dalam tanaman, menghisap mineral dari tanah,
kupu-kupu juga menjadi pengantar bertemunya putik dan kepala sari pada
beberapa tanaman.
5. Manfaat Kupu-kupu
Menurut Dzulqaidah (2009), sedikitnya ada 7 (tujuh) manfaat dari kupukupu antara lain :
a. Membantu penyerbukan tanaman, misalnya Euploea callithoe dan Papilio
iswara.
b. Mempunyai nilai artistik atau keindahan, sebagai hiasan dinding, meja,
penindih kertas, tatakan gelas, tirai dan dompet.
c. Bahan penelitian biologis.
8
d. Bahan industri, seperti ngengat sutera (Bombix mori).
e. Sumber protein, misalnya kupu-kupu pisang.
f. Sebagai koleksi.
g. Rekreasi atau menjadi obyek wisata pendidikan yang menarik.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga
Menurut Jumar (2000), perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh
dua faktor, yakni faktor dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor
luar (yang berada di lingkungan sekitar). Tinggi rendahnya populasi suatu jenis
serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara pertemuan dua faktor
tersebut.
1. Faktor Dalam
Menurut Jumar (2000), faktor dalam yang turut menentukan tinggi
rendahnya populasi serangga antara lain:
a. Kemampuan berkembangbiak
Kemampuan berkembangbiak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh
keperidian
dan
fekunditas
serta
waktu
perkembangan
(kecepatan
berkembangbiak). Keperidian (natalitas) adalah besarnya kemampuan
suatu jenis serangga untuk melahirkan keturunan baru. serangga
umumnya memiliki keperidian yang cukup tinggi. Sedangkan fekunditas
(kesuburan) adalah kemampuaan yang dimiliki oleh seekor serangga
betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan
oleh
suatu
jenis
serangga,
maka
lebih
tinggi
kemampuan
berkembangbiaknya. Biasanya semakin kecil ukuran serangga, semakin
besar
keperidiannya.
Waktu
perkembanganya
(kecepatan
berkembangbiak) adalah waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan
9
mulai dari fase telur sampai dewasa. Waktu berkembangbiak serangga
tergantung pada lamanya siklus hidup serangga tersebut.
Kemampuan
berkembangbiak pada setiap jenis serangga berbeda-beda misalnya:
penggerek
batang
padi
putih,
Scirpophaga
innotata
(Lepidoptera;
Pyralidae) dapat bertelur rata-rata 150 butir, maksimal 420 butir.
Ulat
grayak, Spodoptera exigua (Lepidoptera; Noctuidae) dapat bertelur sekitar
1000 butir. Kumbang bubuk keras, Sitophillus oryzae (Coleoptera;
Curculionidae) dapat menghasilkan telur maksimal 575 butir.
Lembing
batu, Scotinophora spp. (Hemiptera; Pentatomidae) selama hidupnya dapat
menghasilkan telur sebanyak 300-680 butir.
b. Perbandingan kelamin
Perbandingan kelamin adalah perbandingan antara jumlah individu
jantan dan betina yang diturunkan oleh serangga betina. Perbandingan
kelamin ini pada umumnya adalah 1:1, akan tetapi karena pengaruhpengaruh tertentu, baik faktor dalam maupum faktor luar seperti keadaan
musim dan kepadatan populasi, maka perbandingan kelamin ini dapat
berubah. Misalnya, perbandingan kelamin keturunan penggerek batang
padi putih, scirpophaga innotata adalah 2:1, lebih banyak betinanya.
Contoh lain seperti kutu daun kelapa, Aspidiotus destructor rigidus pada
keadaan makanan cukup, perbandingan kelamin jantan dan betina antara
1:1 sampai 3:1. Apabila kondisi makanan kurang, bisa terjadi keturunannya
hampir 90% terdiri atas jantan, sehingga populasi selanjutnya menurun.
Jika keadaan makanan cukup kembali, maka perbandingan kelamin
tersebut bisa berubah lagi.
10
c. Sifat mempertahankan diri
Seperti halnya hewan lain, serangga dapat diserang oleh berbagai
musuh. Untuk mempertahankan hidup serangga memiliki alat atau
kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan
musuh. Kebanyakan serangga akan berusaha lari bila diserang musuhnya
dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang, atau menyelam. Sejumlah
serangga “pura-pura mati” bila diganggu. Beberapa kumbang melipatkan
tungkai mereka, kemudian menjatuhkan diri ke tanah dan tetapi bergerak,
seringkali menyerupai kotoran kecil. Ulat melindungi diri dengan bulu-bulu
atau selubung. Beberapa serangga lain menggunakan tipe pertahanan
“perang kimiawi”, seperti mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari
serangan musuhnya. Serangga lainnya dapat menyerupai ranting atau
daun tanaman. Kepik duri, seringkali menyamarkan dirinya pada pohon
atau ranting yang berduri. sejumlah serangga dari ordo Hymenoptera
memiliki
alat
penusuk
(penyengat)
untuk
membunuh
lawan
atau
mangsanya.
Beberapa serangga melakukan mimikri untuk menakut-nakuti atau
mengelabuhi musuhnya. Mimikri terjadi apabila suatu spesies serangga
(mimik) menyerupai spesies serangga lain (model) yang dijauhi atau
dihindari sehingga mendapatkan “proteksi” sebab terkondisi sebelumnya
serupa predator. Pada umumnya kasus atau tipe mimikri yang banyak
terjadi adalah mimikri batesian dan mimikri mullerian. Tipe mimikri tersebut
sesuai dengan penemunya masing-masing oleh Henry W. Bates dan frtiz
Muller. Mimikri batesian terdapat pada hewan mimik dan spesies-spesies
yang dapat atau layak untuk dimakan (palatale) tetapi memperoleh
11
keuntungan karena predator-predator terkecoh sebagai contoh adalah
penyamaran (mimikri) tawon kuning (model) oleh ngengat bersayap
bening, Parathene sp. (mimik). Hal ini terjadi karena kedua spesies
memiliki pola warna sayap yang sama. Mimikri batesian ini terjadi akibat
serangga yang tanpa suatu sarana pertahanan khusus menyerupai
serangga lain yang memiliki sengat atau sejumlah mekanisme pertahanan
lainnya kesamaan antara serangga mimik dan serangga model mungkin
dalam hal perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk dan pola warna.
Pada mimikri mullerian, baik mimik maupun model sama-sama tidak
layak makan (unpalatabel) sehingga predator menjauhi keduanya. Dengan
demikian, mimikri mullerian memberikan keuntungan baik pada serangga
model. Sebaliknya, pada mimikri batesian model akan merugikan sebab
mimik layak atau cocok untuk dimakan dan biasanya predator akan giat
mencari untuk mengenali pola warnanya.
d. Siklus hidup
Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi
pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai
menjadi imago (dewasa). Pada serangga-serangga yang bermetamorfosis
sempurna (holometabola), rangkaian stadia dalam siklus hidupnya terdiri
atas telur, larva, pupa, dan imago. Misalnya pada Kupu-kupu (Lepidoptera),
Kumbang (Coleoptera), dan Lalat (Diptera). Rangkaian stadia dimulai dari
telur, nimfa, dan imago ditemui pada serangga dengan metamorfosis
bertingkat
(Paurometabola),
seperti
Belalang
(Orthoptera),
Kepik
(Hemiptera), dan Kutu (Homoptera). Siklus hidup serangga ada yang cukup
lama, misalnya pada sejenis tonggeret di Amerika Utara yang diberi nama
12
the seventeen year locus yang membutuhkan waktu 17 tahun. Akan tetapi,
pada umumnya siklus hidup serangga tidak terlalu lama, antara satu
sampai beberapa minggu. Sebagai gambaran, berikut diberikan beberapa
contoh: Scirpophaga innotata (Lepidoptera; Pyralidae) siklus hidupnya 3051 hari. Sitophillus orizae (Coleoptera; Curculionidae) siklus hidupnya 3045 hari. Spodoptera exigua (Lepidoptera; Noctuidae) siklus hidupnya
sekitar 25 hari. Cylas formicarius (Coleoptera; Curculionidae) siklus
hidupnya 6-7 minggu. Ostrinia furnacalis (lepidoptera; Pyralidae) siklus
hidupnya sekitar 29 hari.
e. Umur imago
Serangga umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada yang
beberapa hari, akan tetapi ada juga yang sampai beberapa bulan. Misalnya
umur imago Nilavarpata lugens (Homoptera; Delpacidae) 10 hari, umur
imago kepik Helopeltis theivora (Hemiptera; Miridae) 5-10 hari, umur imago
Agrotis ipsilon
(Lipidoptera; Noctuidae) sekitar 20 hari, ngengat
Lamprosema indicata (Lepidoptera; Pyralidae) 5-9 hari, dan kumbang
betina Sitopillus orizae (Coleoptera; Curculionidae) 3-5 bulan.
2. Faktor Luar
Menurut Jumar (2000), faktor luar adalah faktor lingkungan di mana
serangga itu hidup dan mempengaruhi hidupnya. Faktor luar tersebut terdiri
atas fisik, makanan, dan hayati.
a. Faktor fisik
Faktor fisik ini lebih banyak berpengaruh terhadap serangga
dibanding terhadap binatang lainnya. Faktor tersebut seperti suhu, kisaran
suhu, kelembapan/hujan, cahaya/warna/bau, angin, dan topografi.
13
1) Suhu dan kisaran suhu
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup.
Di luar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau
kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi
serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada
suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu
yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimum 15ºC, suhu optimum
25ºC, dan suhu maksimum 45ºC. Pada suhu yang optimum kemampuan
serangga untuk melahirkan keturunan besar dan kematian (mortalitas)
sebelum batas umur akan sedikit. Sebagai contoh, suhu minimum yang
diperlukan oleh Sitophillus orizae untuk bertelur adalah 10ºC. Jika suhu
meningkat melebihi 35ºC, kumbang tersebut tidak akan bertelur (suhu
efektif) untuk bertelur terletak antara 26ºC-29ºC. Contoh lainnya adalah
wereng coklat betina dewasa Nilavarapata lugens, pada suhu 25ºC
dapat mencapai umur 42 hari, pada suhu 29ºC dapat mencapai umur 30
hari, sedangkan jika suhu 33ºC hanya dapat hidup selama 9 hari. Fakta
ini mempertahankan bahwa mungkin tinggi suhu yang, makin pendek
umur imago Nilavarapata lugens. Kisaran suhu yang membatasi
aktivitas kehidupan serangga terdiri atas:
a) Daerah batas fatal atas atau suhu maksimum.
Pada suhu ini
serangga tidak dapat bertahan hidup dan biasanya akan mengalami
kematian.
b) Daerah dorman atas atau suhu tinggi inaktif. Pada suhu ini serangga
masih dapat bertahan hidup, tetapi tidak aktif. Gejala ini dinamakan
“tidur panas” atau estivasi.
14
c) Daerah efektif atau suhu optimal. Pada suhu ini serangga hidup
normal, aktivitas dan perkembangan serangga normal (maksimal).
d) Daerah dorman bawah atau suhu rendah inaktif. Pada suhu ini
serangga masih dapat bertahan tetapi tidak aktif karena terlalu dingin
dan gejala ini dinamakan “tidur dingin” atau hibernasi. Jika suhu
kembali normal, maka serangga akan kembali aktif kembali.
e) Daerah batas fatal bawah atau suhu minimum. Pada suhu ini
serangga tidak dapat lagi bertahan hidup sehingga mengalami
kematian, karena terlalu dingin.
2) Kelembapan/hujan
Kelembapan
yang
dimaksud
dalam
bahasa
ini
adalah
kelembapan, tanah, udara, dan tempat hidup serangga dimana
merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan
perkembangan serangga. Dalam kelembapan yang sesuai serangga
biasnya lebih tahan terhadap suhu ekstrem. Contoh dari pengaruh
kelembapan terhadap perkembangan serangga hama, misalnya pada
perkembangan hama gudang Sitophillus oryzae. Jika kelembapan 70%
dengan suhu 18ºC, maka masa jadi telur sampai dewasa lamanya 110
hari, sedangkan bila kelembapan 89% dengan suhu yang sama
lamanya 90 hari. Selanjutnya, kumbang Sitophillus
tersebut baru
menyerang bahan makanan dalam penyimpanan seperti beras atau
jagung jika kadar airnya berada di atas 14%. Contoh lain, misalnya
kumbang Amborosia, tidak dapat hidup dalam kayu yang kering.
Pada umumnya serangga lebih tahan terhadap terlalu banyak air,
bahkan beberanga serangga yang bukan serangga air dapat tersabar
15
karena hanyut bersama air. Akan tetapi, jika kebanyakan air, seperti
banjir dan hujan deras merupakan bahaya dari beberapa jenis
serangga. Sebagai contoh dapat disebut, misalnya hujan deras dapat
mematikan kupu-kupu yang berterbangan dan menghanyutkan larva
atau nimfa serangga yang baru menetas. Ulat kubis Plutella xylostella
(Lepidoptera; Pultellidae) tidak tahan terhadap curah hujan yang terlalu
tinggi, sehingga pada musim hujan populasinya menurun.
3) Cahaya, warna, dan bau
Menurut Natawigena (1990), cahaya adalah faktor ekologi yang
besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara
bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang
memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna,
misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga
diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna
dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga akan tetapi ada juga
yang tidak menyukai bau tertentu.
Sumber cahaya dan panas yang utama di alam adalah radiasi
surya. Radiasi dalam hal ini radiasi langsung yang bersumber dari surya
dan radiasi baur yang berasal dari atmosfir secara keseluruhan. Untuk
menjelaskan sifat radiasi dibedakan antara panjang gelombang cahaya
dan intensitas cahaya atau radiasi. Pengaruh cahaya terhadap perilaku
serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang
aktif pada malam hari. Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang
oleh keadaan intensitas maupun panjang gelombang cahaya di
sekitarnya. Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya tertentu
16
justru
menghambat
keaktifannya.
Pada
umumnya
radiasi
yang
berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal
ini berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.
4) Angin
Menurut Natawigena (1990), angin dapat berpengaruh secara
langsung terhadap kelembapan dan proses penguapan badan serangga
dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat
yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun
yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan
ribuan kilometer angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga
kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya serangga yang
demikian dapat terbawa sejauh mungkin oleh gerakan angin.
b. Faktor makanan
Menurut Jumar (2000), makanan merupakan sumber gizi yang
dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. jika makanan
tersedia dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka
populasi serangga akan
naik dengan cepat. Sebaliknya, jika keadaan
makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Dalam
hubungannya dengan makanan (inang) dari satu sampai banyak makanan
(inang) jika serangga hanya memakan satu jenis tanaman (memiliki satu
inang yang sesuai) dinamakan serangga monofog. Bila makanan beberapa
jenis tanaman (memiliki beberapa inang yang sesuai) dinamakan serangga
oligofag, sedangkan serangga yang memakan banyak jenis tanaman
(memiliki banyak inang yang sesuai) dinamakan serangga polifag.
17
c. Faktor Hayati
Menurut Jumar (2000), faktor hayati adalah faktor-faktor hidup yang
ada di lingkungan yang dapat berupa serangga, binatang lainnya, bakteri,
jamur, virus, dan lain-lain. Organisme tersebut dapat menggangu atau
menghambat perkembangbiakan serangga, karena membunuh atau
menekannya memarasit atau menjadi penyakit atau karena bersaing
(berkompetisi) dalam mencari makanan atau berkompetisi dalam gerak
ruang hidup.
1) Predator
Predator adalah binatang atau serangga yang memakan binatang
atau serangga lain. Istilah predator adalah suatu bentuk simboiosis
(hubungan) dari dua individu, di mana salah satu individu menyerang
individu lain (bisa satu atau beberapa spesies) yang digunakan
kepentingan hidupnya dan biasanya dilakukan berulang-ulang. Individu
yang diserang atau dimakan dinamakan mangsa. Predator memiliki ciri
antara lain: ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsa, ada yang bersifat
monofag, oligofag, dan polifag, predator membunuh memakan atau
mengisap mangsanya dengan cepat, dan biasanya seekor predator
memerlukan makan banyak mangsa selama hidupnya.
2) Parasitoid
Parasitisme adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh adanya
organisme yang bersifat sebagai parasit. Parasitoid adalah serangga
yang hidup menumpang, berlindung atau makan dari serangga lain yang
dinamakan inang dan dapat mematikan inagnya secara perlahan-lahan.
Parasitoid biasanya berukuran lebih kecil dari pada inagnya. Satu
18
individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk
berkembang secara normal sampai dewasa. Parasitoid bisanya hanya
memerlukan inangnya pada stadia pradewasa. Sedangkan pada saat
dewasa hidup bebas. Parasitoid dapat menyerang dan berkembang
dalam satu atau beberapa fase hidup inang. Misalnya: parasitoid telur,
parsidtoid larva, parasidtoid telur-larva, parasitoid larva-pupa, parasitoid
pupa, dan lain-lain.
3) Patogen
Patogen merupakan golongan mikroorganisme atau jasad renik
yang hidup pada atau di dalam tubuh serangga dan menimbulkan
penyakit. Kita mengenal beberapa
jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit (patogen) pada serangga, seperti bakteri, jamur,
virus, protozoa, riketsia, dan nematoda. Patogen dapat masuk ke dalam
tubuh serangga dengan integumen melalui spiraculum, anus atau
melalui lubang masuk lainnya. Akan tetapi umumnya patogen ini masuk
melalui mulut atau pencernaan serangga.
4) Kompetisi
Kompetisi atau persaingan terjadi karena adanya keinginan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sebagai akibat kepadatan
populasi yang sedemikian rupa naiknya, sehingga kebutuhan akan
bahan makanan, tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya dan
populasi tersebut menjadi diluar kemampuan alam lingkungan untuk
menyediakan atau menyokongnya. Kompetisi ini akhirnya dapat
mendorong terjadinya perpindahan atau matinya sekelompok serangga.
19
Kompetisi ada dua bentuk, yaitu kompetisi intraspesifik dan
kompetisi intersepesifik. Kompetisi intraspesifikasi adalah persaingan
yang terjadi antara individu-individu dalam satu spesies populasi.
Kompetisi intraspesifik adalah persaingan yang terjadi antara dua
spesies populasi atau lebih. Kompetisi terjadi akibat setiap spesies
memerlukan makanan, tempat hidup, cahaya, dan kebutuhan hidup
lainnya yang sama.
D. Keadaan Umum Areal Manajemen Hutan
Keadaan umum areal Manajemen Hutan yang menjadi lokasi
penelitian ini terdapat bangunan untuk kantor jurusan Manajemen
Pertanian, kantor program studi Manajemen Hutan dan laboratorium.
Laboratorium yang ada adalah: laboratorium Silvikultur, laboratorium
Komputer dan laboratorium Bahasa.
Selain itu terdapat pula ruang
kuliah, ruang HIMA PS MH dan lapangan olahraga. Dijumpai pula ruang
terbuka hijau yang ditumbuhi oleh pohon-pohon seperti Nangka, Akasia,
Karet, Trembesi, Gmelina, Jabon, Ulin, Jati dan lain-lain.
Pada
pengamatan kupu-kupu di areal Manajemen Hutan ini
untuk memudahkan pengamatan maka ditentukan batas-batas arealnya.
Bagian Barat berbatasan dengan gedung BTP, bagian Timur berbatasan
dengan tebing, bagian Utara berbatasan dengan tanah Politeknik Negeri
Samarinda dan bagian Selatan berbatasan dengan jalan menuju kantor
pusat Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda dan Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Waktu penelitian lebih kurang selama 3 bulan mulai tanggal 20 November
2012 sampai tanggal 24 Febuari 2013 meliputi kegiatan: orentasi lapangan,
persiapan alat dan bahan, pengambilan dan pengumpulan data, pengolahan
data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Jaring serangga untuk menangkap kupu-kupu.
b. Toples untuk penyimpanan kupu-kupu yang telah ditangkap.
c. Papan perentang berbagai ukuran untuk merentangkan kupu-kupu yang
akan diawetkan.
d. Oven untuk mengawetkan kupu-kupu.
e. Pinset untuk membantu mengatur kupu-kupu yang akan direntangkan pada
papan perentang dan untuk menjepit kapas yang telah diberi alkohol 70%.
f. Higrometer untuk mengetahui suhu dan kelembapan di sekitar lokasi
penelitian.
g. Kotak serangga untuk menyimpan serangga yang telah diawetkan.
h. Kamera untuk dokumentasi.
i. Alat tulis untuk menulis dan mencatat data-data yang diambil dari
lapangan.
21
j. Buku literatur tentang serangga untuk identifikasi kupu-kupu.
k. Buku literatur tentang tumbuhan untuk identifikasi jenis pakan kupu-kupu.
2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Alkohol 70 % untuk membantu mematikan kupu-kupu yang ditangkap.
b. Kapas untuk membantu mematikan kupu-kupu.
c. Jarum pentul untuk penahan kupu-kupu apabila direntangkan pada papan
perentang dalam proses pengawetan.
d. Kertas papilot untuk penyimpanan sementara kupu-kupu yang telah
diawetkan.
e. Tally Sheet untuk mencatat data penelitian di lapangan
C. Prosedur Penelitian
1. Orentasi lapangan
Orentasi lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan lokasi
penelitian.
2. Persiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian di
areal Manajemen Hutan dan di laboratorium Konservasi.
3. Penangkapan kupu-kupu
Penangkapan kupu-kupu dengan menggunakan jaring serangga,
kemudian dimasukan ke dalam toples yang berisi kapas yang telah diberi
alkohol 70% dan dibawa ke laboratorium Konservasi, pengamatan kupu-kupu
dilakukan mulai jam 07.00 - 17.00, selanjutnya kupu-kupu yang ditemukan
dicatat ke dalam Tally Sheet pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Kegiatan penangkapan kupu-kupu dapat dilihat pada Lampiran 4.
22
Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan
No
Hari/
tanggal
Jenis
kupu-kupu
Suhu (%)
Pagi
Siang
Kelembapan (%)
Sore
Pagi
Siang
Sore
Ket
Keterangan: Pagi: 07.15, Siang: 12.00, Sore: 16.45
4. Pengawetan Kupu-kupu
Mengawetkan kupu-kupu dengan cara kupu-kupu yang telah mati
dibentangkan dan diatur pada papan perentang kemudian dimasukkan ke
dalam oven untuk proses pengeringan kemudian kupu-kupu yang telah
dikeringkan dan dikeluarkan dari oven dimasukan ke dalam kotak serangga.
Pengeringan kupu-kupu dengan temperatur 25oC selama 1 hari.
5. Pengukuran Suhu dan Kelembapan
Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan menggunakan alat
higrometer. Pengambilan data suhu dan kelembapan dilakukan dengan cara
menggantungkan higrometer pada pohon Nangka yang letaknya pada lokasi
tempat yang dianggap dapat mewakili seluruh keadaan di areal penelitian.
Data suhu dan kelembapan diambil sebanyak tiga kali setiap hari yaitu pada
pagi hari jam 07.15 WITA, siang hari jam 12.00 WITA dan sore hari jam 16.45
WITA. Kegiatan pengukuran suhu dan kelembapan dapat dilihat pada
Lampiran 3.
6. Pengambilan Foto
Mengambil foto kupu-kupu yang telah diawetkan dan tumbuhan pakan
kupu-kupu untuk dokumentasi penelitian.
23
7. Identikasi Kupu-kupu dan Tumbuhan Pakannya
Mengidentifikasi kupu-kupu
dilakukan dengan cara membandingkan
kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu yang terdapat dalam buku
literatur yang ada.
Mengidentifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu dilakukan dengan cara
membandingkan tumbuhan pakan
kupu-kupu yang ditemukan dengan
tumbuhan yang terdapat dalam buku literatur yang ada.
8. Menyusun Kupu-kupu dalam Kotak Serangga
Menyusun kupu-kupu yang telah diidentifikasi ke dalam kotak serangga
untuk bahan koleksi kupu-kupu di laboratorium Konservasi .
D. Analisis Data
Analisis data penelitian ini adalah mengidentifikasi kupu-kupu dilakukan
dengan cara membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu
yang terdapat dalam buku literatur yang ada.
Mengidentifikasi tumbuhan pakan
kupu-kupu
dilakukan dengan cara
membandingkan tumbuhan pakan kupu-kupu yang ditemukan dengan tumbuhan
yang terdapat dalam buku literatur yang ada.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Jenis Kupu-kupu
Hasil
pengamatan
keanekaragaman
jenis
kupu-kupu
di
areal
Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah jenis kupukupu yang didapatkan sebanyak 27 jenis. Jenis kupu-kupu yang dapat
diidentifikasi sebanyak 23 jenis, sedangkan jenis kupu-kupu yang belum
dapat diidentifikasi sebanyak 4 jenis. Data harian jenis kupu-kupu yang
ditemukan pada saat pengamatan di areal Manajemen Hutan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kupu-kupu
yang
dapat
diidentifikasi
dan
yang
belum
dapat
diidentifikasi lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Areal Manajemen Hutan
No.
Famili
1.
Pieridae
2.
Papilionidae
3.
Nymphalidae
No.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Jenis
Appias libythea ♂
Eurema sp.
Leptosia nina
Graphium sp.
Papilio demolius ♀
Papilio memnon ♂
Papilio memnon ♀
Papilio nephelius
Papilio polytes
Athyma asura idita
Doleschallia bisaltide
Euploea mulciber portia
Faunis stomphax
Hypolimnas bolina ♂
Hypolimnas bolina ♀
Hypolimnas bolina phillipines
Junonia hedonia
Junonia spasiorithya wallacei ♀
Junonia spasiorithya wallacei ♂
Melanitis leda lacrima
Mycalesis fuscum
Parantica agleoides
Ypthima formosana
25
Tabel 2. (Lanjutan)
No.
4.
Famili
No.
-
1.
2.
3.
4.
Jenis
Jenis kupu-kupu A (belum teridentifikasi)
Jenis kupu-kupu B (belum teridentifikasi)
Jenis kupu-kupu C (belum teridentifikasi)
Jenis kupu-kupu D (belum teridentifikasi)
Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa kupu-kupu di areal
Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terdiri dari famili
(suku) Pieridae 3 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Nymphalidae 14 jenis.
Deskripsi singkat mengenai famili dan jenis kupu-kupu yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut.
a. Pieridae
Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Pieridae
mempunyai rentangan sayap antara 25-100 mm, warna dasar putih atau
kuning dengan beberapa spesies diantara berpola dan penuh warna.
Sebagian besar spesies dari famili ini adalah hama terutama yang
berwarna putih. Telurnya seperti kumparan, larva mulus tanpa tonjolan
dan pupanya berkembang dengan kepala di bawah.
1) Appias libythea ♂
Jenis kupu-kupu Appias libythea ♂ yang ditemukan memiliki
sayap depan dan sayap belakang berwarna dasar putih, pada bagian
tepi sayap depan dan sayap belakang terdapat garis-garis berwarna
hitam. Ukuran panjang lebih kurang 4 cm dan lebar 6,5 cm, lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
26
Gambar 1. Appias libythea ♂
Menurut Dupenchel (1835) dalam Estiara (2012), Appias
libythea ♂ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Pieridae
: Appias
: Appias libythea ♂
2) Eurema sp.
Jenis kupu-kupu Eurema sp. yang ditemukan
memiliki sayap
depan dan belakang berwarna dasar kuning cerah pada bagian tepi
sayap depan dan belakang terdapat corak hitam pada bagian ujung
sayapnya. Ukuran kupu-kupu yang ditemukan, panjang lebih kurang
3,5 cm dan lebar lebih kurang 4,5 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Eurema sp.
27
Menurut Van Mastrigt dan Rosariyanto (2005), Eurema sp.
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Pieridae
: Eurema
: Eurema sp.
3) Leptosia nina
Jenis kupu-kupu Leptosia nina yang ditemukan memiliki sayap
depan dan belakang berwarna dasar putih, terdapat bulatan berwarna
hitam dan corak warna hitam pada ujung sayap depan bagian atas.
Panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 3 cm, seperti pada Gambar 3 di
bawah ini.
Gambar 3. Leptosia nina
Menurut Dupenchel (1835) dalam Estiara (2012), Leptosia nina
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Pieridae
: Leptosia
: Leptosia nina
28
b. Papilionidae
Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Papilionidae
mempunyai ukuran badan yang besar, warna menarik dan biasanya
warna tersebut menutupi seluruh tubuh, antena pendek, kuat dan
kadang-kadang bersisik. Beberapa spesies sayap belakang mempunyai
tornus yang menjulur ke dalam ekornya.
1) Graphium sp.
Jenis kupu-kupu Graphium sp. yang ditemukan memiliki sayap
depan dan sayap belakang berwarna hitam dan pada bagian tengah
sayap terdapat berwarna hijau, berukuran lebar lebih kurang 8,5 cm
dan panjang lebih kurang 5,5 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Graphium sp.
Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Graphium sp.
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Papilionidae
: Graphium
: Graphium sp.
29
2) Papilio Demoleus ♀
Jenis kupu-kupu Papilio demoleus ♀ yang ditemukan memiliki
warna dasar hitam. Terdapat corak berwarna krem berbentuk lonjong
dan bulat pada sayap depan dan sayap belakang. Terdapat seperti
mata berwarna kebiruan dan terdapat bentuk lonjong berwarna cokelat
pada sayap belakang. Ukuran lebar lebih kurang 8,5 cm dan panjang
lebih kurang 6,5 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 di
bawah ini.
Gambar 5. Papilio demoleus ♀
Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio demoleus
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Papilionidae
: Papilio
: Papilio demoleus♀
3) Papilio memnon ♂
Jenis kupu-kupu Papilio memnon ♂ yang ditemukan berwarna
hitam pada sayapnya dan garis-garis berwarna abu-abu pada sayap
belakang. Kupu-kupu jenis Papilio memnon ♂ yang ditemukan
30
memiliki ukuran lebar lebih kurang 14 cm dan panjang lebih kurang 8
cm. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gamzbar 6. Papilio memnon ♂
Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio memnon
♂ dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Papilionidae
: Papilio
: Papilio memnon ♂
4) Papilio memnon ♀
Jenis kupu-kupu Papilio memnon ♀ ditemukan berwarna hitam
pada sayap depan dan sayap belakang, terdapat corak merah pada
sayap depan dan terdapat bulatan berwarna hitam pada sayap
belakang. Kupu-kupu jenis Papilio memnon ♀ yang ditemukan
memiliki ukuran lebar lebih kurang 14,5 cm dan panjang lebih kurang
8,5 cm. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
31
Gambar 7. Papilio memnon ♀
Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio memnon
♀ dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Papilionidae
: Papilio
: Papilio memnon ♀
5) Papilio nephelus ♂
Jenis kupu-kupu Papilio nephelus ♂, dari hasil pengamatan di
lapangan memiliki ciri-ciri dengan warna dasar hitam, pada
sayap
depan terdapat corak berwarna putih berbentuk garis dan sayap
belakang terdapat corak putih berbentuk seperti pagoda yang terbalik,
kupu-kupu jenis yang ditemukan memiliki ukuran lebar lebih kurang 11
cm dan panjang lebih kurang 9 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 8.
32
Gambar 8. Papilio nephelus ♂
Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio memnon
♂ dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Papilionidae
: Papilio
: Papilio nephelus ♂
6) Papilio polytes
Jenis kupu-kupu Papilio polytes, dari hasil pengamatan di
lapangan memiliki ciri-ciri dengan warna dasar hitam, terdapat bintikbintik putih pada bagian ujung sayap depan dan corak warna putih
pada bagian sayap belakang. Kupu-kupu jenis yang ditemukan
memiliki ukuran lebar lebih kurang 10 cm dan panjang lebih kurang 8
cm seperti pada Gambar 9 di bawah ini.
Gambar 9. Papilio polytes
33
Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio polytes
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Papilionidae
: Papilio
: Papilio polytes
c. Nymphalidae
Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Nymphalidae
ciri-ciri dari famili ini mempunyai rentangan sayap antara 25-130 mm
dengan warna yang sangat bervariasi. Telur terdiri dari beberapa bentuk
tetapi pada umumnya sumbu horizontal melebihi sumbu vartikel. Larva
umumnya memiliki bulu (duri).
1) Athyma asura aidita
Hasil pengamatan menunjukan bahwa kupu-kupu Athyma asura
aidita didominasi oleh warna coklat kehitaman, terdapat corak warna
putih yang membentuk seperti lingkaran dan garis pada seluruh bagian
sayapnya. Panjang lebih kurang 5 cm dan lebar 5,5 cm, dapat dilihat
Gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10. Athyma asura aidita
34
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Athyma
asura aidita dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Athyma
: Athyma asura aidita
2) Doleschallia bisaltide
Jenis kupu-kupu Doleschallia bisaltide didominasi oleh warna
cokelat serta terdapat corak warna hitam pada sayap depan bagian
ujung atas, serta terdapat bintik-bintik kecil yang hampir tidak terlihat
pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 6,5 cm dan lebar
7,5 cm, seperti Gambar 11 di bawah ini.
Gambar 11. Doleschallia bisaltide
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Doleschallia
bisaltide diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Doleschallia
: Doleschallia bisaltide
35
3) Euploea mulciber portia
Jenis Euploea mulciber portia yang ditemukan memiliki warna
hitam dengan corak warna ungu dengan bintik-bintik dan garis-garis
warna putih pada sayap depan, sedangkan pada sayap belakang
berwarna hitam dengan bintik-bintik dan garis-garis warna putih pada
sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 5 cm dan lebar 10,5 cm
seperti Gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12. Euploea mulciber portia
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Euploea
mulciber portia diklasifikasikan kupu-kupu ini adalah :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Euploea
: Euploea mulciber portia
4) Faunis stomphax
Jenis Faunis stomphax yang ditemukan memiliki sayap berwarna
dasar coklat yang hampir sama dengan daun yang kering. Mempunyai
ukuran panjang lebih kurang 6 cm dan lebar 6,5 cm, seperti Gambar
13.
36
Gambar 13. Faunis stomphax
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Faunis
stomphax diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Faunis
: Faunis stomphax
5) Hypolimnas bolina ♂
Hypolimnas bolina ♂ yang ditemukan memiliki ukuran panjang
lebih kurang 5,5 cm dan lebar lebih kurang 8,5 cm, dengan warna
dasar hitam, corak putih menbentuk seperti bulatan pada sayap depan
dan sayap belakang, dapat dilihat Gambar 14 dibawah ini.
Gambar 14. Hypolimnas bolina ♂
37
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Hypolimnas
bolina phillipines diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Hypolimnas
: Hypolimnas bolina ♂
6) Hypolimnas bolina ♀
Hypolimnas bolina ♀ yang ditemukan memiliki ukuran panjang
lebih kurang 5 cm dan lebar lebih kurang 9 cm, dengan warna dasar
hitam, corak putih membentuk garis pada sayap depan dan corak putih
pada sayap belakang, terdapat bintik putih pada bagian pinggir sayap
depan dan sayap belakang, dapat dilihat Gambar 15 di bawah ini.
Gambar 15. Hypolimnas bolina ♀
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Hypolimnas
bolina phillipines diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Hypolimnas
: Hypolimnas bolina ♀
38
7) Hypolimnas bolina phillipines
Kupu-kupu ini ditemukan memiliki ukuran panjang lebih kurang 6
cm dan lebar 10 cm, dengan warna dasar hitam, corak putih dan biru
serta bintik putih pada bagian pinggir sayap depan, terdapat bintik
putih pada bagian pinggir sayap belakang, dapat dilihat Gambar 16 di
bawah ini.
Gambar 16. Hypolimnas bolina phillipines
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Hypolimnas
bolina phillipines diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Hypolimnas
: Hypolimnas bolina phillipines
8) Junonia hedonia
Jenis ini ditemukan mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 5
cm dan lebar lebih kurang 9 cm, warna coklat, terdapat corak berwarna
coklat muda berbentuk garis dan bulatan pada sayap
sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 17.
depan dan
39
Gambar 17. Junonia hedonia
Menurut Linnaeus (1764), Jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Junonia
: Junonia hedonia
9) Junonia spasiorithya wallacei ♀
Ditemukan memiliki warna dasar cokelat, terdapat corak warna
krem, coklat muda dan terdapat bulatan pada sayap depan, pada
sayap belakang terdapat bulatan didalamnya terdapat bintik warna
ungu. Ukuran panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 5
cm, dapat dilihat Gambar 18 di bawah ini.
Gambar 18. Junonia spasiorithya wallacei ♀
40
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Junonia
spasiorithya wallacei ♀ diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Junonia
: Junonia spasiorithya wallacei ♀
10) Junonia spasiorithya wallacei ♂
Kupu-kupu ditemukan memiliki warna dasar hitam, terdapat
corak warna krem, coklat muda dan bulatan warna coklat berbintik
hitam pada sayap depan, pada sayap belakang warna biru terdapat
bulatan warna coklat dan hitam pada sayap belakang. Ukuran panjang
lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 5 cm, seperti Gambar 19 di
bawah ini.
Gambar 19. Junonia spasiorithya wallacei ♂
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Kupu-kupu
ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Junonia
: Junonia spasiorithya wallacei ♂
41
11) Melanitis leda lacrima
Jenis ini ditemukan memiliki warna dasar coklat dengan 2 (dua)
bintik hitam pada bagian sayap depan, pada sayap belakang terdapat
2 (dua) bintik hitam berukuran lebih kecil dari bintik hitam yang
terdapat pada sayap depan. Panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar
lebih kurang 7 cm, tampak seperti Gambar 20 di bawah ini.
Gambar 20. Melanitis leda lacrima
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Jenis kupukupu ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Melanitis
: Melanitis leda lacrima
12) Mycalesis fuscum
Kupu-kupu dengan warna dasar cokelat
terdapat bintik-bintik
pada bagian pinggir sayap depan dan belakang serta warna hitam
pada sayap depan bagian atas. Panjang lebih kurang 2,5 cm dan
lebar lebih kurang 5 cm, dapat dilihat pada Gambar 21.
42
Gambar 21. Mycalesis fuscum
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Mycalesis
fuscum diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Mycalesis
: Mycalesis fuscum
13) Parantica agleoides
Jenis ini ditemukan memiliki warna dasar hitam, dengan corak
bintik-bintik putih dan garis-garis putih pada sayap depan dan sayap
belakang. Ukuran panjang lebih kurang 6 cm dan lebar lebih kurang 7
cm, seperti Gambar 22.
Gambar 22. Parantica agleoides
43
Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Jenis ini
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Parantica
: Parantica agleoides
14) Ypthima formosam
Jenis ini ditemukan memiliki ciri-ciri panjang lebih kurang 3,5 cm
dan lebar lebih kurang 4 cm, warna dasar hitam, pada sayap depan
terdapat bulatan besar berwarna hitam dan berbintik putih pada sayap
depan dan pada sayap belakang terdapat dua bulatan kecil berwarna
hitam, dapat dilihat pada Gambar 23 di bawah ini.
Gambar 23. Ypthima formosana
Menurut Fruhstorfer (1908), Jenis ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Ypthima
: Ypthima formosana
44
Kupu-kupu yang belum dapat diidentifikasi yaitu kupu-kupu A, B,
C, dan D. Ciri-ciri jenis kupu-kupu A, B, C, dan D sebagai berikut:
15) Jenis kupu-kupu A
Jenis kupu-kupu A mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang
5,5 cm dan lebar lebih kurang 8,5 cm, warna dasar hitam, terdapat
corak berbentuk bintik, bulat dan garis berwarna putih pada sayap
depan dan sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 24 di bawah
ini.
Gambar 24. Kupu-kupu A
16) Jenis kupu-kupu B
Jenis kupu-kupu B mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang
5,5 cm dan lebar lebih kurang 8,5 cm, warna dasar coklat, terdapat
corak putih pada sayap depan dan terdapat corak berwarna coklat
pada sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 25 di bawah ini.
Gambar 25. Kupu-kupu B
45
17) Jenis kupu-kupu C
Jenis kupu-kupu C mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 4 cm
dan lebar lebih kurang 9 cm, warna dasar hitam, terdapat corak putih
berbentuk garis-garis dan bintik-bintik pada sayap
depan dan sayap
belakang, dapat dilihat pada Gambar 26 di bawah ini.
Gambar 26. Kupu-kupu C
18) Jenis Kupu-kupu D
Jenis kupu-kupu D mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 6 cm
dan lebar lebih kurang 8 cm, warna coklat, terdapat corak putih berbentuk
garis-garis pada sayap depan dan sayap belakang, dapat dilihat pada
Gambar 27 di bawah ini.
Gambar 27. Kupu-kupu D
2. Pakan Kupu-Kupu
Pengamatan yang dilakukan di areal Manajemen Hutan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda selain mengamati keanekaragaman jenis kupu-
46
kupu juga mengamati jenis tumbuhan pakan kupu-kupu ada 5 jenis tanaman
yang dijumpai sedang dihinggapi oleh berbagai jenis kupu-kupu, lebih
jelasnya mengenai pakan kupu-kupu tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tanaman Pakan Kupu-kupu di Areal Manajemen Hutan
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
NAMA PAKAN
Anystasia intrusa
Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum)
Tembelekan (Lantana camara)
Asoka (Ixora stricta Roxb)
Bunga jenis A/bunga berwarna ungu (belum dapat diidentifikasi)
Deskripsi singkat mengenai pakan kupu-kupu yang dijumpai saat
pengamatan di lapangan adalah sebagai berikut.
a. Asystasia intrusa
Menurut Junita (2008), bila biji-biji Asystasia intrusa sudah
berkecambah dan mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma
tertentu dalam suatu lahan dan gulma tersebut juga akan menyita hampir
semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan tersebut
bila penyiangan tidak tepat pada saat periode kritis dan bila penyiangan
tidak dilakukan pada saatnya, maka hasil panen akan berkurang akibat
persaingan dengan gulma tersebut.
Asystasia intrusa merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan
mudah berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan
yang kurang baik.
Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk
bulat panjang, pangkal bulat dan bertangkai.
Bunga mengelompok,
banyak, sedikit berbunga tunggal, berwarna putih atau ungu, kelopak
bunga menutupi ovari. Buah kapsul, 2-3 cm panjangnya, berbiji 4 atau
kurang dalam buah kapsul (Junita, 2008). Lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 28.
47
Gambar 28. Asystasia intrusa
Asystasia intrusa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Divisi
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Angiospermae
: Lamiales
: Acanthaceae
: Asystasia
: Asystasia intrusa
b. Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum)
Menurut Anonim (2008), bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum)
merupakan perdu meranggas, tinggi 1-3 m. Batangnya dipenuhi rambut
halus. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun
bercangap menjari, panjangnya dapat mencapai 30 cm. Bunganya bunga
majemuk berwarna merah, terdiri dari bunga kecil-kecil yang berkumpul
membentuk piramid, keluar dari ujung tangkai. Buahnya bulat. Bunga
pagoda dapat diperbanyak dengan biji. Lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 29.
48
Gambar 29. Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum)
Clerodendrum japonicum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
: Lamiales
: Verbenaceae
: Clerodendron
: Clerodendrum japonicum
c. Tembelekan (Lantana camara)
Menurut
Anonim (2012), tembelekan atau dalam bahasa latin
Lantana camara merupakan tanaman herbal yang memiliki batang yang
berbulu dan berduri serta berukuran lebih kurang 2 m. Daunnya kasar,
beraroma berukuran panjang beberapa sentimeter dengan bagian tepi
daun yang bergerigi. Bercabang banyak ranting bentuk segi empat ada
varietes berduri ada varietes yang tidak berduri. Daun tunggal duduk
berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang
daun menyirip permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan
perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian
yang bersifat rasemos mempunyai warna putih merah muda, jingga,
kuning. Buah seperti buah bunai berwarna hitam mengkilap bila sudah
matang.
49
Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan dari
dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m di permukaan laut. Ditemukan
pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau agak
ternaung dan banyak dipakai sebagai tanaman pagar. Lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 30 di bawah ini.
Gambar 30. Tembelekan (Lantana camara)
Lantana camara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Divisi
Kelas
Order
Family
Genus
Species
: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Lamiales
: Verbenaceae
: Lantana
: Lantana camara
d. Asoka (Ixora stricta Roxb)
Menurut Prasejo (1989), Asoka (Ixora stricta Roxb) perdu dengan
banyak batang, tinggi panjang lebih dari 2 m; daun membundar telur
sungsang-lonjong, 6-10 cm x 2,5-5 cm, menjangat, pangkal membulat,
menjantung atau kadang-kadang menumpul, ujung menumpul, tangkai
pendek, penumpu panjang-bertugi; percabangan dari bunga berhadapan,
merah; bunga dengan mahkota tabung dengan panjang 3-3,5 cm, cuping
melingkar-membundar telur sungsang, membulat dengan lebar di
50
pangkal, 6 mm x 6 mm, jingga-merah atau putih (hanya tanaman yang
dikultivasi), tidak berbau; buah membulat, hitam. dapat dilihat pada
Gambar 31 di bawah ini.
Gambar 31. Asoka (Ixora stricta Roxb)
Ixora stricta Roxb dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
: Rubiales
: Rubiaceae
: Ixora
: Ixora stricta Roxb.
e. Bunga jenis A/Berwarna Ungu (Belum Dapat Diidentifikasi)
Bunga jenis A/berwarna ungu belum dapat diidentifikasi pada saat
pengamatan bayak dihingapi kupu-kupu. Ciri-ciri bunga ini yaitu daunya
kecil memanjang, letak daun berhadapan, batang bunga berbulu halus,
terdapat 5 kelopak bunga daunnya berwarna hijau, akarnya serabut, dan
ukuran pajang daun 0,5-1 cm dapat dilihat pada Gambar 32.
51
Gambar 32. Bunga Jenis A/Berwarna Ungu (Belum Dapat Diidentifikasi)
3. Suhu dan Kelembapan
Data primer suhu dan kelembapan diambil setiap hari untuk
mengetahui keadaan lingkungan di sekitar lokasi pengamatan dengan
menggunakan Higrometer. Data harian suhu dan kelembapan dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Kisaran suhu dan kelembapan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Kisaran Suhu dan Kelembapan
No.
Pagi
Data Primer
Kisaran
Siang
Sore
Faktor Lingkungan
1.
Suhu Udara (oC)
23-30
24-34
24-33
2.
Kelembapan Udara (%)
37-98
30-77
30-85
Keterangan: Pagi
: 07:15, Siang : 12:00, Sore
: 16:45
52
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu yang
dilakukan di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanaian Negeri Samarinda
ditemukan sebanyak 27 jenis kupu-kupu.
Jenis kupu-kupu yang dapat
diidentifikasi sebanyak 23 jenis, sedangkan jenis kupu-kupu yang belum dapat
diidentifikasi sebanyak 4 jenis. Kupu-kupu yang ditemukan sebanyak 27 jenis
tersebut termasuk ke dalam
3 famili (suku) yaitu famili Pieridae 3 jenis,
Papilionidae 6 jenis, Nymphalidae 14 jenis. Pakan kupu-kupu yang ditemukan
sebanyak 5 jenis .
Hasil penelitian ini jumlah jenis kupu-kupu dan jumlah pakannya
lebih
sedikit bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyasasi,
dkk (2008) di areal yang sama yaitu jumlah jenis kupu-kupu sebanyak 43 jenis
dan jumlah pakannya sebanyak 8 jenis. Jenis kupu-kupu dan pakannya yang
ditemukan pada penelitian ini sebanyak 11 jenis kupu-kupu dan sebanyak 2 jenis
pakannya yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyasasi, dkk
(2008).
Jenis Kupu-kupu yang sama adalah Appias libythea ♂, Eurema sp.,
Leptosia nina, Papilio memnon ♂, Papilio memnon ♀, Papilio nephelius, Athyma
asura idita, Doleschallia bisaltide, Hypolimnas bolina ♂, Hypolimnas bolina ♀,
Hypolimnas bolina phillipines, Junonia spasiorithya wallacei ♀, Junonia
spasiorithya wallacei ♂ dan Melanitis leda lacrima. Jenis pakan yang sama
adalah Anystasia intrusa dan Tembelekan (Lantana camara).
Perbedaan
banyaknya
jenis
kupu-kupu
yang
ditemukan
diduga
dipengaruhi oleh waktu pengamatan yang berbeda dan jumlah pakan kupu-kupu
yang lebih banyak. Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013
53
sedangkan
pengamatan
yang
dilakukan
oleh
Widyasasi,
dkk
(2008)
dilaksanakan pada bulan Juli 2008.
Kupu-kupu dapat hidup dan berkembang di Areal Manajemen Hutan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
karena di areal tersebut terdapat
tanaman yang menjadi pakan kupu-kupu dalam jumlah yang cukup dan kondisi
lingkungan yang mendukung.
Hal tersebut di atas sesuai dengan Natawigena (1990), yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga salah satunya
adalah faktor biotik yaitu daya reproduksi dan daya survival:
kualitas dan
kuantitas makanan: parasit dan predator. Kualitas makanan adalah keadaan
makanan sesuai atau tidak dengan yang disukai, sedangkan kuantitas makanan
adalah keadaan makanan jumlah cukup atau tidak bagi serangga. Faktor-faktor
makanan yang mempengaruhi perkembangan populasi serangga antara lain:
banyaknya tanaman inang yang cocok atau disukai, kerapatan tanaman inang,
komposisi tegakan, umur tanaman inang dan adanya tanaman inang lainnya
sebagai makanan pengganti bila tanaman yang cocok atau disukai telah habis.
Selain faktor biotik yang mempengaruhi perkembangan kupu-kupu, ada
faktor abiotik/fisik diantaranya adalah faktor suhu dan kelembapan.
Manajemen
Hutan
Politeknik
Pertanian
Negeri
Samarinda
Di areal
pada
saat
pengamatan keadaan suhu berkisar 23ºC - 300C dan kelembapan 37 % - 98%.
Keadaan ini cukup sesuai bagi kupu-kupu untuk dapat hidup dan berkembang.
Hal ini sesuai dengan Natawigena (1990), menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan serangga adalah faktor fisik yaitu suhu,
hujan/kelembapan, angin dan sinar. Ada zona-zona suhu untuk aktivitas
54
kehidupan serangga, zona suhu optimum adalah 260C maksudnya pada suhu
tersebut serangga melakukan kegiatan tertinggi atau optimum.
Selanjutnya
Achmad
(2007),
menyatakan
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan kupu-kupu adalah suhu, kupu-kupu termasuk
hewan berdarah dingin (poikilothermik) yaitu suhu tubuhnya dipengaruhi suhu
lingkungan. Kupu-kupu hanya dapat terbang jika suhu tubuhnya di atas 300 C.
Suhu tubuh kupu-kupu pada saat terbang 5-100 C di atas suhu lingkungan.
Sayap
kupu-kupu
sangat
berperan
dalam
pengaturan
suhu
tubuh
(termoregulasi). Kupu-kupu berjemur untuk menghangatkan tubuhnya dari cuaca
dingin, hal ini mengakibatkan warna sayapnya memudar dan menjadi kurang
indah. Pada daerah yang lebih panas pupa akan cepat menetas menjadi kupukupu. Tingginya laju kematian kupu-kupu dipengaruhi kondisi klimatik yaitu angin
yang kencang, musim hujan dan kemarau. Telur kupu-kupu pada musim kering
mengalami dormansi (hibernansi) dan akan menetas setelah musim hujan.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dilaksanakan
tentang
keanekaragaman jenis kupu-kupu di areal Manajemen Hutan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan
sebanyak 27 jenis kupu-kupu, kupu-kupu yang dapat diidentifikasi sebanyak
23 jenis dan yang belum dapat diidentifikasi 4 jenis.
2. Kupu-kupu yang dapat diidentifikasi sebanyak 23 jenis termasuk ke dalam 3
suku (famili) yaitu suku Pieridae 3 jenis, Papilionidae 6 jenis, Nymphalidae
14 jenis. Kupu-kupu yang belum dapat diidentifikasi sebanyak 4 jenis yaitu
kupu-kupu A, B, C, dan D.
3.
Pada saat pengamatan, terdapat 5 jenis tanaman yang menjadi pakan
berbagai
jenis
kupu-kupu
yaitu
Anystasia
intrusa,
Bunga
Pagoda
(Clerodendrum japonicum), Tembelekan (Lantana camara), Asoka (Ixora
stricta Roxb) dan Bunga jenis A/berwarna ungu (belum dapat diidentifikasi)
B. Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang keanekaragaman jenis
kupu-kupu di areal lainnya pada
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
sehingga didapatkan data yang lengkap tentang keanekaragaman jenis kupukupu yang ada pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
56
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. 2007. Potensi dan Sebaran Kupu-kupu di Kawasan Taman Wisata
Alam
Bantimurung.
(terhubung
berkala).
http://labkonbiodend.blogspot.com/2007/11/kupu-kupu2.html (20 November
2007). Diunduh tanggal 08-07-2013.
Ahmad, H.S. 2011. Inventarisasi Jenis Kupu-kupu Di Areal Arboretum Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Samarinda. (Tidak Dipublikasikan/Terbitkan).
Alamendah. 2011. Jenis dan Gambar Kupu-Kupu Langka Dilindungi. (terhubung
berkala). http://alamendah.wordpress.com/2011/02/jenis-dan-gambar-kupukupu-langka-dan-dilindungi/. Diunduh tanggal 08-07-2013.
Anonim. 2007. Indonesia, Sorga Bagi Kupu-Kupu. (terhubung berkala).
http://thinknilna.multiply.com/journal/item/84 (18 Februari 2007). Diunduh
tanggal 08-07-2013.
Anonim. 2008a. Plantamor http://www.plantamor.com/index.php?plant=357/06/
2008). Diunduh tanggal 08-07-2013.
Anonim. 2008b. Bagian-bagian (anatomi) kupu-kupu. (terhubung berkala).
http://berita-iptek.blogspot.com/2008/11/kupu-kupu.html (05 November
2008). Diunduh tanggal 11-07-2013.
Anonim. 2010. Kupu-Kupu Dapat Sebagai Indikator Lingkungan. (terhubung
berkala).
http://yoxx.blogspot.com/2010/01/kupu-kupu-pada-suatulingkungan-dapat.html (Januari 2010). Diunduh tanggal 08-07-2013.
Anonim.
2012.
Makalah
Herbarium.
http://anditugaskuliah.blogspot.com/2012/01//
makalah-herbarium-tugasherbarium.html. Diunduh tanggal 08-07-2013.
Chici. 2010. Kebiasaan dan Makanan Kupu-kupu. (terhubung berkala).
http://chichi-thebutterfly.blogspot.com/2010/06/kebiasaan-makanan-kupukupu.html(04Juni 2010). Diunduh tanggal 08-07-2013.
Dinata, N. I. 2010. Kehadiran Jenis Kupu-kupu Pada Tegakan Jati Di Hutan
Pendidikan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda. (Tidak Dipublikasikan/Terbitkan).
Dzulqaidah, A. 2009. Kupu-kupu Bersinar Setelah disinari. (terhubung berkala).
http://bojongkita.110mb.com/Artikel%202.htm (2009). Diunduh tanggal 0807-2013.
Estiara, D. 2012. Klasifikasi Kupu-Kupu.
Fruhstorfer, 1908. Klasifikasi Ilmiah Kupu-Kupu.
57
http://www.butterflycircle.com/checklist%20V2/CI/index.php/startpage/startpage/showsubfamily/16. Diunduh tanggal 21-07 2013
Jumar. 2000. Entonomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Junita. 2008. Laporan Kuliah, Artikel dan Opini. (terhubung berkala).
http://onenk65.blogspot.com/2010/02/weed-seed-bank-pada-lahan-yangberbeda.html (2008). Diunduh tanggal 08-07-2013.
Linnaeus. 1764. Lepidoptera butterflyhouse
http://lepidoptera.butterflyhouse.com.au/nymp/hedonia.html(1764). Diunduh
tanggal 21-07-2013
Natawigena, H. 1990. Entomologi Pertanian. Penerbit Orba Sakti. Bandung
Prasejo, J. 1989. Soka (Tanaman). Penebar swadaya. Jakarta.
Saputro, N. A. 2007. Keanekaragaman Jenis-jenis Kupu-kupu Di Kampus IPB
Dermaga. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soederajat, A. 2008. Struktur Morfologi Kupu-kupu. (terhubung berkala).
http://www.kupu-kupu.110mb.com/serba-serbi/serba-serbi/serbaserbi3.html/ www.pulauseribu.net (2008). Diunduh tanggal 08-07-2013.
Soekardi. H. 2007. Kupu-kupu di Kampus Unila. Penerbit Universitas Lampung.
Lampung.
Van
Mastrigt
dan
Rosariyanto,
2005.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/43520/2010etr.pdf?sequence=1 Diunduh tanggal 02-07-2013.
Widyasasi, D., Emi Malaysia, Rudi Djatmiko. 2008. Pemanfaatan Kupu-kupu
Di Areal Jurusan Manajemen Hutan Poltanesa Sebagai Bahan Koleksi.
(Hasil Penelitian Dosen Politeknik Pertanian Negeri Samarinda).
59
Lampiran 1. Data Pengamatan Jenis Kupu-Kupu di Areal Manajemen Hutan
No.
Hari/
Tanggal
1.
Minggu,
03-2-13
2.
Senin,
04-2-13
Selasa,
05-02-13
Rabu,
06-02-13
Kamis,
07-02-13
Jumat,
08-02-13
Sabtu,
09-02-13
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Minggu,
10-02-13
Senin,
11-02-13
Selasa,
12-02-13
Rabu,
13-02-13
Kamis,
14-02-13
Jumat,
15-02-13
Sabtu,
16-02-13
Minggu,
17-02-13
Senin,
18-02-13
Selasa,
19-02-13
Rabu,
20-02-13
Waktu Penelitian (07.00 – 17.00)
Jenis
Appias libythea jantan, Junonia orithya wallacei betina, Melanitis leda Lacrima, Hypolimnas bolina
pilippensis, Hypolimnas bolina jantan, Eurema sp, jenis A, Jenis B, Papilio memnon jantan,
Graphium sp, Junonia orithya wallacei jantan, Athyma asura aidita, Papilio polytes.
Faunis stomphax, Doleschallia bisaltide, Junonia orithya wallacei betina, Appias libythea jantan,
Leptosia nina, Eurema sp.
Appias libythea jantan, Eurema sp, Jenis B, Eurema sp, Appias libythea jantan, Doleschallia
bisaltide, Junonia orithya wallacei betina.
Eurema sp, Appias libythea jantan, Melanitis leda Lacrima, Mycalesis Fuscum, Papilio Demoleus,
Jenis C, Junonia orithya wallacei betina, Euploea miulciber portia, Jenis D.
Appias libythea jantan, Melanitis leda Lacrima, Eurema sp, Athyma asura aidita, Papilio memnon
betina, Appias libythea jantan, Junonia orithya wallacei betina.
Melanitis leda Lacrima, Eurema sp, Appias libythea jantan, Jenis B,Doleschallia bisaltide,
Junonia orithya wallacei betina, Appias libythea jantan, Hypolimnas bolina jantan.
Appias libythea jantan, Eurema sp, Melanitis leda Lacrima, Junonia orithya wallacei betina,
Eypolimnas bolina philippensis, Appias libythea jantan, Jenis A, Faunis stomphax, Ayhyma asura
aidita, Jenis B.
Leptosia nina, Appias libythea jantan, Eurema sp, Junonia orithya wallacei betina, Jenis B,
Appias libythea jantan, Hypolimnas bolina jantan, Doleschallia bisaltide.
Melanitis leda lacrima, Appias libythea jantan, Junonia orithya wallacei betina, Eurema sp,
Junonia orithya wallacei jantan, Papilio nephelus, Doleschallia bisaltide, Leptosia nina,
Leptosia nina, Appias libythea jantan, Melanitis leda lacrima, Eurema sp, Junonia orithya wallacei
jantan, Junonia orithya wallacei betina, Hypolimnas bolina philippensis, Jenis B.
Appias libythea jantan, Eurema sp, Leptosia nina, Junonia orithya wallacei betina, Junonia
orithya wallacei jantan, Appias libythea jantan, Jenis B.
Appias libythea jantan, Junonia orithya wallacei betina, Eurema sp. Melanitis leda lacrima,
Leptosia nina, Junonia orithya wallacei jantan,
Jenis A, Appias libythea jantan, Eurema sp, Leptosia nina malayana, Jenis D, Junonia orithya
wallacei jantan, junonia orithya wallacei betina, Parantica agliodes.
Melanitis leda lacrima, Appias libythea jantan, Eurema sp, Leptosia nina, Junonia orithya
wallacei betina, Doleschallia bisaltide, Melanitis leda lacrima,
Junonia orithya wallacei
jantan,Papilio memnon jantan, Hypolimnas bolina.
Doleschallia bisaltide, Eurema sp, Leptosia nina, Appias libythea jantan,Junonia orithya wallacei
betina, Melanitis leda lacrima.
Melanitis leda lacrima, Leptosia nina, Eurema sp, Doleschallia bisaltide, Jenis A1, Jenis Z, Papilio
memnon jantan, Hypolimnas bolina, Junonia orithya wallacei betina, Junonia orithya wallacei
jantan, Faunis stomphax, Athyma asura aidita.
Eurema sp, Leptosia nina, Appias libythea jantan, Jenis B, Doleschallia bisaltide, Junonia orithya
wallacei betina, Junonia orithya wallacei jantan, Athyma asura aidita, Faunis stomphax.
Leptosia nina, Appias libythea jantan, Junonia orithya wallacei betina, Papilio memnon jantan,
Athyma asura aidita, Papilio memnon betina,Faunis stomphax, Doleschallia bisaltide, Eurema sp.
56
Lampiran 1. Data Pengamatan Jenis Kupu-Kupu di Areal Manajemen Hutan
Waktu Penelitian
No.
Hari/
Tanggal
1.
Minggu,
03-2-13
2.
Senin,
04-2-13
Selasa,
05-02-13
3.
Sore (14.00-17.00)
Pagi (07.00-11.00)
Jenis
Siang (11.00-14.00)
Jenis
Appias libythea, Junonia
orithya wallacei betina,
Melanitis leda Lacrima,
Hypolimnas bolina
pilippensis, Hypolimnas
bolina jantan, Eurema sp,
jenis A, Jenis B.
Faunis stomphax,
Doleschallia bisaltide.
Appias libythea, Eurema sp,
Jenis B.
Papilio memnon jantan, Appias
libythea, Graphium sp, Junonia
orithya wallacei jantan, Athyma
asura aldita, Junonia orithya
wallacei betina,
Junonia orithya wallacei
betina, Eurema sp, Appias
libythea, Papilio polytes.
Junonia orithya wallacei betina,
Appias libythea, Leptosia nina.
Eurema sp, Appias libythea,
Appias libythea, Eurema sp.
Eurema sp, Appias libythea,
Melanitis leda Lacrima,
Mycalesis Fuscum, Papilio
Demoleus, Jenis C.
Appias libythea, Melanitis
leda Lacrima, Eurema sp,
Athyma asura aldita.
Junonia orithya wallacei betina,
Melanitis leda Lacrima, Appias
libythea, Eurema sp, Euploea
miulciber portia, Jenis D.
Papilio memnon betina, Appias
libythea, Junonia orithya
wallacei betina, Eurema sp.
4.
Rabu,
06-02-13
5.
Kamis,
07-02-13
6.
Jumat,
08-02-13
Melanitis leda Lacrima,
Eurema sp, Appias libythea,
Jenis B.
Doleschallia bisaltide, Junonia
orithya wallacei betina, Eurema
sp, Melanitis leda Lacrima.
7.
Sabtu,
09-02-13
Eypolimnas bolina philippensis,
Melanitis leda lacrima, Appias
libythea, Jenis A.
8.
Minggu,
10-02-13
9.
Senin,
11-02-13
10.
Selasa,
12-02-13
11.
Rabu,
13-02-13
Appias libythea, Eurema sp,
Melanitis leda Lacrima,
Junonia orithya wallacei
betina.
Leptosia nina, Appias
libythea, Eurema sp,
Junonia orithya wallacei
betina, Jenis B.
Melanitis
leda
lacrima,
Appias libythea, Junonia
orithya
wallacei
betina,
Eurema sp, Junonia orithya
wallacei
jantan,
Papilio
nephelus.
Leptosia
nina,
Appias
libythea,
Melanitis
leda
lacrima, Eurema sp, Junonia
orithya
wallacei
jantan,
Junonia orithya wallacei
betina.
Appias libythea, Eurema sp,
Leptosia nina,
Junonia
orithya
wallacei
betina,
Junonia orithya wallacei
jantan.
Jenis
Appias libythea, Doleschallia
bisaltide, Junonia orithya
wallacei betina.
Appias libythea, Eurema sp,
Junonia orithya wallacei
betina, Melanitis leda
Lacrima.
Melanitis leda Lacrima,
Athyma asura aldita, Junonia
orithya wallacei betina,
Appias libythea.
Appias libythea, Junonia
orithya wallacei betina,
Hypolimnas bolina jantan,
Eurema sp.
Faunis stomphax, Ayhyma
asura aldita, Appias libythea,
Jenis B.
Appias libythea, Eurema sp,
Leptosia nina, Hypolimnas
bolina jantan, Doleschallia
bisaltide.
Doleschallia bisaltide, Leptosia
nina, Melanitis leda lacrima,
junonia orithya wallacei betina.
Leptosia nina, Appias
libythea, Junonia orithya
wallacei betina, Jenis B.
Eurema sp,
Leptosia nina,
Appias libythea, Hypolimnas
bolina philippensis, Junonia
orithya wallacei betina.
Junonia
orithya
wallacei
jantan,
Leptosia
nina,
Melanitis
leda
lacrima,
Junonia
orithya
wallacei
betina, Eurema sp, Jenis B.
Leptosia nina, Appias libythea,
Melanitis leda lacrima, Eurema
sp, Jenis B.
Leptosia
nina,
libythea, Eurema sp.
Melanitis leda lacrima, Eurema
sp, Appias libythea, junonia
orithya
wallacei
betina,
junonia orithya wallacei jantan.
Appias
57
Lampiran 1.
Data Pengamatan Jenis Kupu-Kupu di Areal Manajemen Hutan (Lanjutan)
Waktu Penelitian
No.
Hari/
Tanggal
Pagi (07.00-11.00)
Jenis
Siang (11.00-14.00)
Jenis
12.
Kamis,
14-02-13
Appias libythea,
orithya
wallacei
Eurema sp.
Junonia
betina,
Eurema sp,
Melanitis leda
lacrima, Leptosia nina.
13.
Jumat,
15-02-13
14.
Sabtu,
16-02-13
Jenis A, Appias libythea,
Eurema sp, Leptosia nina
malayana.
Melanitis
leda
lacrima,
Appias libythea, Eurema sp,
Leptosia nina,
Junonia
orithya wallacei betina.
15.
Minggu,
17-02-13
Doleschallia
bisaltide,
Eurema sp, Leptosia nina,
Appias libythea.
16.
Senin,
18-02-13
Melanitis
leda
lacrima,
Leptosia nina, Eurema sp,
Doleschallia bisaltide, Jenis
A1, Jenis Z.
17.
Selasa,
19-02-13
Eurema sp, Leptosia nina,
Appias libythea, Jenis B,
Doleschallia bisaltide.
18.
Rabu,
20-02-13
Leptosia
nina,
Appias
libythea, Junonia orithya
wallacei
betina,
Papilio
memnon jantan, Athyma
asura aldita, Junonia orithya
wallacei jantan.
Jenis D, Leptosia nina, Junonia
orithya wallacei jantan, junonia
orithya wallacei betina.
Doleschallia bisaltide, Junonia
orithya
wallacei
betina,
Melanitis leda lacrima, Junonia
orithya
wallacei
jantan,
Leptosia nina.
Leptosia nina,
Doleschallia
bisaltide,
Junonia orithya
wallacei betina, Melanitis leda
lacrima.
Doleschallia bisaltide, Eurema
sp, Papilio memnon jantan,
Leptosia
nina,
Hypolimnas
bolina, Junonia orithya wallacei
betina.
Doleschallia bisaltide, Leptosia
nina, Eurema sp,
Appias
libythea,
Junonia
orithya
wallacei betina.
Athyma asura aldita, Junonia
orithya wallacei betina, Junonia
orithya wallacei jantan, Leptosia
nina, Appias libythea, Papilio
memnon betina.
Sore (14.00-17.00)
Jenis
Junonia
orithya
wallacei
betina,
Junonia orithya
wallacei jantan, Leptosia nina
malayana.
Parantica agliodes, Junonia
orithya wallacei jantan, Appias
libythea, Leptosia nina.
Junonia
orithya
wallacei
jantan, Leptosia nina, Appias
libythea,
Papilio
memnon
jantan, Hypolimnas bolina.
Melanitis
leda
lacrima,
Appias libythea, Eurema sp,
Doleschallia bisaltide.
Junonia
orithya
wallacei
jantan, Doleschallia bisaltide,
Faunis stomphax, Athyma
asura aldita, Eurema sp,
Leptosia nina.
Jenis B, Junonia orithya
wallacei jantan, Athyma asura
aldita,
Faunis
stomphax,
Eurema sp.
Junonia
orithya
wallacei
jantan,
Faunis
stomphax,
Athyma
asura
aldita,
Doleschallia bisaltide, Eurema
sp, Leptosia nina.
60
Lampiran 2. Data Harian Pengukuran Suhu dan Kelembapan
Suhu (°C)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Hari/
Tanggal
Minggu, 03-02-2013
Senin, 04-02-2013
Selasa, 05-02-2013
Rabu, 06-02-2013
Kamis, 07-02-2013
Jum’at, 08-02-2013
Sabtu, 09-02-2013
Minggu, 10-02-2013
Senin, 11-02-2013
Selasa, 12-02-2013
Rabu, 13-02-2013
Kamis, 14-02-2013
Jum’at, 15-02-2013
Sabtu, 16-02-2013
Minggu, 17-02-2013
Senin, 18-02-2013
Selasa, 19-02-2013
Rabu, 20-02-2013
Jumlah
Rata-Rata
Kisaran
Kelembapan (%)
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
Sore
07.15
12.00
16.45
07.15
12.00
16.45
26
29
25
25
24
26
30
25
25
27
25
24
26
23
26
28
26
24
464
25
23-30
33
30
24
29
31
32
28
30
27
28
26
26
29
33
32
32
31
34
535
29
24-34
30
30
24
28
28
27
27
27
28
31
27
33
28
33
29
30
33
33
526
29
24-33
72
37
40
40
39
40
37
39
39
38
37
37
38
40
95
98
97
91
954
53
37-98
30
34
38
35
35
32
38
34
38
36
38
38
35
68
77
75
74
71
864
48
30-77
30
39
38
39
38
38
38
38
39
33
37
33
36
69
80
85
70
74
854
47
30-85
61
Lampiran 3. Foto Penangkapan Kupu-kupu
Gambar 33. Penangkapan Kupu-kupu Di Samping Kantor MH
Gambar 34. Penangkapan Kupu-kupu Di Depan Lab. Silvikultur
62
Lampiran 4. Foto Pengambilan Data Suhu Dan Kelebapan
Gambar 35. Pengukuran Suhu dan Kelembapan
Download