PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, NILAI TUKAR DAN PDB TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA Oleh HARYA BUNTALA KOOSTANTO H24080129 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 a RINGKASAN HARYA BUNTALA KOOSTANTO. H24080129. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar dan PDB Terhadap Perubahan Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan BUDI PURWANTO Pada tahun 2007-2008 terjadi krisis finansial yang berdampak pada ambruknya beberapa perusahaan besar di dunia keuangan seperti Lehmann brothers, Merill Lynch, AIG serta beberapa perusahaan besar lain di seluruh dunia. Krisis ini diawali oleh persoalan kredit macet beresiko tinggi di sektor perumahan (subprime mortgages), yang pada hitungan bulan menjalar menjadi krisis ekonomi global yang melanda seluruh dunia. Pada masa krisis ini juga terjadi perubahan yang menarik pada faktor makroekonomi Indonesia yaitu peningkatan inflasi, naiknya suku bunga, melemahnya nilai tukar, dan berkurangnya produk domestik bruto. Ditemui pula perubahan pada harga saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan produk domestik bruto terhadap return investasi saham pada pasar modal di Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan periode Januari 2008 hingga Desember 2011 yang meliputi data inflasi dan Produk Domestik Bruto diambil dari indikator ekonomi Badan Pusat Statistik. Data mengenai tingkat suku bunga dan nilai tukar diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia diterbitkan oleh Bank Indonesia. Data Saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia diperoleh dari www.finance.yahoo.com. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan software Microsoft Excel, Eviews dan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 17,2 % informasi Return dapat dijelaskan oleh empat faktor makroekonomi yaitu Inflasi, Suku bunga, Nilai tukar dan PDB. Sisanya sebesar 82,8% dijelaskan oleh faktor eksternal diluar model dengan empat variabel tersebut. Secara parsial dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan tingkat signifikansi 0,009%. Kecenderungan investor untuk menabung yang tinggi pada saat suku bunga mengalami kenaikan menyebabkan kelesuan pada pasar modal. Inflasi tidak signifikan berpengaruh disebabkan nilai rata rata inflasi pada periode penelitian masih dapat diterima pasar yaitu 0,50875. PDB ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan memperhatikan faktor pemerataan kesejahteraan masyarakat, PDB yang dinilai belum tentu dapat mencerminkan perkembangan investasi di pasar modal. Faktor nilai tukar juga tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham disebabkan dalam memperoleh return, investor kurang memperhatikan nilai tukar dalam berinvestasi. b c PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, NILAI TUKAR DAN PDB TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh HARYA BUNTALA KOOSTANTO H24080129 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar dan PDB terhadap Perubahan Tingkat Pengembalain Saham Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Nama : Harya Buntala Koostanto NIM : H24080129 Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Budi Purwanto, ME NIP. 19630705 199403 1 003 Mengetahui, Kepala Departemen Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP. 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus: ii RIWAYAT HIDUP Harya Buntala Koostanto lahir di Surakarta, tanggal 29 Januari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Djoko koostanto dan Ibu Haryanti Koostanto. Penulis memiliki dua orang adik bernama Harya Candrasa Koostanto dan Harya Kumuda Koostanto. Penulis memulai pendidikannya di TK Laksmi II Surakarta pada tahun 1993-1995, kemudian melanjutkan sekolah di SDN Soropadan Surakarta pada tahun 1995-1998, SDN Karah I Surabaya pada tahun 1998-2001, SMPN 5 Bogor pada tahun 2001-2004, dan SMAN 3 Bogor pada tahun 2004-2007. Penulis melanjutkan kuliah pada program Diploma Instrumentasi Elektronika Universitas Indonesia pada tahun 2007-2008. Kemudian melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN dengan jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama duduk dibangku kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dengan mengikuti berbagai macam organisasi, antara lain UKM Music Agriculture X-pression (MAX!!) sebagai anggota General Affair pada tahun 2008-2010. Selain itu penulis juga tergabung dalam himpunan mahasiswa peminat wirausaha ENTER sebagai anggota pada tahun 2010-2011. Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan seperti Alfamax 2009, Orange Fem IPB,Pujangga 2010 dan beberapa kegiatan kemahasiswaan lainnya iii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Pengatuh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar dan PDB Terhadap Perubahan Tingkat Pengembalain Saham Perusahaan yang terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh dari Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar dan PDB terhadap perubahan Tingkat Pengembalain Saham Saham, dengan menggunakan Metode Regresi Linier Berganda. Karena keempat faktor tersebut diduga dapat memberikan pengaruh terhadap Return Saham. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan sehingga sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap supaya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Bogor, Februari 2013 Penulis iv UCAPAN TERIMAKASIH Segala upaya telah dilakukan tentunya tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak yang membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama disampaikan kepada yang terhormat : 1. Orang tuaku tercinta Bapak Djoko Koostanto dan Ibu Haryanti Koostanto yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat, serta makna dalam hidup penulis. 2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang telah yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, serta pengarahan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini 3. Kekasihku tercinta Fera Indira Karina yang selalu setia berbagi suka dan duka. 4. Adikku tercinta Harya Candrasa Koostanto dan Harya Kumuda Koostanto 5. Seluruh dosen di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah memberikan banyak ilmu serta membuka wawasan saya. 6. Seluruh staf di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah membantu diri saya hingga bisa sampai ke tahap kelulusan. 7. Teman-teman satu bimbingan: Hernika, Ira, Mia, Aulia, dan Aidil yang selalu memberi semangat dan berjuang bersama penulis dalam penyusunan skripsi. 8. Sahabatku Faiz Rasyid, Fikhy Endriaz, Iing Justrit dan Hasyim Ashari yang selalu bersama dan memberi canda. 9. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan 45 yang telah bersamasama berjuang menuntut ilmu untuk menggapai harapan, penulis memanjatkan doa agar kita bersama-sama menjadi generasi yang sukses. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu menyelesaikan skripsi ini. v DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................... v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang............................................................................................ 1 Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9 2.1. Investasi ..................................................................................................... 9 2.1.1 Pengertian Investasi ........................................................................... 9 2.1.2 Investasi dalam saham ........................................................................ 9 2.1.3 Harga saham dan tingkat imbalan investasi saham ............................ 10 2.2. Faktor yang mempengaruhi tingkat imbalan investasi ............................... 11 2.2.1 Inflasi ............................................................................................... 11 2.2.2 Suku Bunga...................................................................................... 13 2.2.3 Nilai Tukar ....................................................................................... 15 2.2.4 Produk Domestik Bruto .................................................................... 16 2.2.5 Kondisi Pasar ................................................................................... 16 2.3. Penelitian terdahulu ..................................................................................... 16 III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 18 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis..................................................................... 18 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................. 22 3.2.1 Penilaian Saham ............................................................................... 22 a. Agio Saham ................................................................................. 23 b. Dividen ...................................................................................... 24 c. Penilaian Tingkat Imbalan Investasi ............................................ 24 3.2.2 Pengukuran Variabel ........................................................................ 25 a. Inflasi ......................................................................................... 25 b. Suku Bunga ................................................................................ 25 c. Nilai Tukar ................................................................................. 25 vi d. Produk Domestik Bruto .............................................................. 25 3.3. Data dan sumber data ................................................................................ 26 3.4. Sampel .................................................................................................... 27 3.5. Rencana Analisis data ............................................................................... 27 3.5.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 27 3.5.2 Uji Hipotesis .................................................................................... 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 31 4.1. Analisis deskriptif ..................................................................................... 31 4.2. Uji Regresi Berganda ................................................................................ 36 4.2.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 36 4.2.2 Model Persamaan Regresi ................................................................ 40 4.2.3 Uji Hipotesis .................................................................................... 42 a. Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara bersama return saham................................................................................ 42 b. Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara parsial return saham................................................................................ 42 4.3. Implikasi Manajerial ................................................................................. 45 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 46 5.1. Kesimpulan............................................................................................... 46 5.1. Saran .................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 47 LAMPIRAN ..................................................................................................... 49 vii DAFTAR TABEL No Halaman 1. Data inflasi dan tingkat suku bunga 2008-2011 .............................................. 3 2. Data nilai tukar 2008-2011 .............................................................................. 4 3. Data nilai tukar akhir tahun ............................................................................ 5 4. Data produk domestik bruto 2008-2011........................................................... 6 5. Deskriptif statistik ......................................................................................... 31 6. Hasil uji multikolinearitas ............................................................................. 37 7. Uji white ....................................................................................................... 38 8. Hasil uji kolmogorov-smirnov ...................................................................... 39 9. Hasil durbin watson ..................................................................................... 40 10. Hasil lm test ............................................................................................... 40 11. Hasil estimasi regresi berganda ................................................................... 41 12. Hasil koefisien determinasi ........................................................................ 42 13. Hasil uji f .................................................................................................... 42 14. Hasil uji t .................................................................................................... 43 viii DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Grafik inflasi dan suku bunga 2008-2011 ....................................................... 3 2. Nilai tukar 2008-2011 .................................................................................... 5 3. Produk domestik bruto 2008-2011.................................................................. 6 4. Kerangka pemikiran penelitian ..................................................................... 20 5. Pergerakan inflasi (Januari 2008- Desember2011) ........................................ 32 6. Pergerakan suku bunga (Januari 2008- Desember2011) ................................ 33 7. Pergerakan nilai tukar (Januari 2008- Desember2011) ................................. 34 8. Pergerakan produk domestik bruto (Januari 2008- Desember2011) ............. 35 9. Pergerakan return saham (Januari 2008- Desember2011) ............................ 36 10. Hasil uji heteroskedastis scatterplot ............................................................ 37 11. Hasil uji normalitas normal probability plot................................................ 39 ix DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Statistik deskriptif ........................................................................................ 50 2. Kode saham penelitian ................................................................................. 51 3. Data variabel ................................................................................................ 53 4. Hasil uji t ..................................................................................................... 55 5. Hasil uji f ..................................................................................................... 56 6. Hasil uji multikolinearitas ............................................................................ 57 7. Hasil uji normalitas ..................................................................................... 58 8. Hasil uji heteroskedastisitas.......................................................................... 59 9. Hasil uji autokorelasi.................................................................................... 60 10. Daftar istilah dan definisinya ....................................................................... 61 x xi I. I.1. PENDAHULUAN Latar belakang Pada tahun 2007-2008 terjadi krisis finansial yang berdampak pada ambruknya beberapa perusahaan besar di dunia keuangan seperti Lehmann brothers, Merill Lynch, AIG serta beberapa perusahaan besar lain di seluruh dunia. Krisis finansial global yang kemudian berubah menjadi krisis ekonomi global ini, semula dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis ini diawali oleh persoalan kredit macet beresiko tinggi di sektor perumahan, yang pada hitungan bulan menjalar menjadi krisis ekonomi global yang melanda seluruh dunia (Ratnawati dan Widodo, 2009). Subprime mortgage memungkinkan orang yang sebenarnya tidak layak mendapat kredit menjadi layak mendapat kredit dengan kompensasi disertai tingginya bunga pinjaman karena risiko tinggi yang harus ditanggung akibat rendahnya aset jaminan dari peminjam. Rendahnya tingkat suku bunga The Fed, sepanjang tahun 2002-2004 yang hanya sekitar 1 - 1,75 persen, membuat bisnis subprime mortgage dan perumahan sangat diminati. Tingginya bunga pinjaman subprime mortgage (pada saat bunga deposito rendah) menjadi daya tarik bagi investor (bank, reksadana, dana pensiun, asuransi) untuk menanamkan dana mereka di sini (Matram, 2008). Mulai Juni 2004 The Fed bertahap menaikkan tingkat suku bunga hingga mencapai 5,25 persen pada Agustus 2007. Kredit perumahan mulai bermasalah akibat banyaknya nasabah yang gagal bayar. Dampaknya banyak perusahaan penerbit Subprime Mortgage rugi besar karena nasabah yang gagal bayar sehingga perusahaan penerbit subprime mortgage tidak mampu membayar hutang karena nasabah tidak mampu membayar pinjaman. Terjadi banyak penyitaan rumah dan akibat banyaknya penjualan pada pasar properti harga properti menurun 10 persen. Institusi keuangan selaku investor yang membeli surat hutang subprime mortgage rugi besar karena surat utangnya hanya bernilai sekitar 20 persen. Akibatnya, harga saham dari investor yang memiliki subprime mortgage jatuh dan membuat investor rugi besar (Matram, 2008). 2 Perusahaan selaku investor yang turut menanamkan dananya pada subprime mortgage mengalami kerugian besar dan banyak diantaranya mengalami kebangkrutan. Investor yang menanamkan dananya pada subprime mortgage tidak hanya dari Amerika serikat saja, tetapi juga Institusi keuangan besar dari seluruh dunia. Banyaknya Investor besar yang berasal dari luar Amerika Serikat merupakan penyebab dari bagaimana krisis di Amerika Serikat dapat menjalar menjadi krisis global. Dalam menanggulangi krisis global, BI secara bertahap mulai menaikkan tingkat suku bunganya mulai Mei 2008. Boediono mengatakan, keputusan menaikkan suku bunga acuan menunjukkan kepada pasar kalau otoritas moneter konsisten terhadap pengendalian moneter. Kebijakan tersebut merupakan kenaikan simultan BI Rate sejak Mei lalu saat BI Rate masih berada pada kisaran 8 persen (Nopiansyah, 2008). Suku bunga mengalami kenaikan sepanjang tahun 2008. Dapat dilihat pada Tabel 1, dimana suku bunga telah dikonversi menjadi data rata rata triwulan dengan basis perbulan. Pada kuartal 1 sebesar 0,66 naik menjadi 0,68 pada kuartal kedua kemudian menjadi 0,75 pada kuartal ketiga dan mencapai 0,78 pada kuartal keempat. Setelah tahun 2008. Suku bunga mengalami penurunan yaitu menjadi 0,60 pada kuartal 1 tahun 2009. Dan mencapai 0,51 pada kuartal 4 tahun 2011. Seiring dengan kenaikan suku bunga di sektor keuangan, indikator ekonomi di sektor riil, yakni inflasi, juga cenderung mengalami kenaikan dalam kuartal 1 dan 2 tahun 2008 (Tabel 1). Krisis memberikan tekanan inflasi yang cukup berat pada Indonesia. Rata rata inflasi month to month (mtm) pada kuartal 1 dan 2 tahun 2008 lebih dari 1% perbulan yaitu 1,12% pada kuartal 1 dan 1,48% pada kuartal 2. Sedangkan pada kuartal 3 inflasi juga masih cukup tinggi yaitu sebesar 0,95%. Pada periode 2008 hingga 2011. Inflasi yang tinggi juga ditemukan pada kuartal 3 tahun 2010. Tingginya inflasi bulanan ini menjadikan inflasi tahunan year on year (yoy) tahun 2008 melambung tinggi. Menjadikan tahun 2008 sebagai tahun dengan tingkat inflasi tertinggi sepanjang kurun waktu 2006 sampai 2010. Inflasi yoy tahun 2008 mencapai 11,06%. Sebelumnya pada tahun 2006 dan 2007 berada 3 pada kisaran 6 %, yaitu sebesar 6,60% pada tahun 2006 dan 6,59%. Pada tahun 2007. Pergerakan dari Inflasi bulanan dan Suku Bunga yang telah dikonversi menjadi perbulan dapat kita lihat pada tabel dan grafik dibawah. Tabel 1. Data inflasi dan tingkat suku bunga 2008-2011 Kuartal/Tahun 1(2008) 2(2008) 3(2008) 4(2008) 1(2009) 2(2009) 3(2009) 4(2009) 1(2010) 2(2010) 3(2010) 4(2010) 1(2011) 2(2011) 3(2011) 4(2011) INFLASI(%) 1,12 1,48 0,95 0,18 0,12 -0,05 0,69 0,16 0,33 0,47 0,92 0,53 0,23 0,12 0,62 0,26 SUKU BUNGA(%) 0,67 0,69 0,75 0,78 0,69 0,60 0,55 0,54 0,54 0,54 0,54 0,54 0,56 0,56 0,56 0,51 Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (2012) Gambar 1. Grafik inflasi dan suku bunga 2008-2011(BI dan BPS)) 4 Selain Inflasi dan Suku Bunga perubahan yang menarik juga terjadi pada nilai tukar rupiah terhadap dollar. Nilai tukar rupiah meningkat pada periode akhir 2008 seiring krisis yang terjadi. Tercatat pada kuartal 4 tahun 2008 rata rata nilai tukar menembus 10.000 Rupiah per USD yakni sebesar 11.365,33 Rupiah per USD. Hal ini juga terjadi pada kuartal 1 tahun 2009. Dengan nilai tukar sebesar 11.636,67 Rupiah per USD. Pada kuartal 2 tahun yang sama juga masih cukup tinggi yakni sebesar 10.426 Rupiah per USD. Perubahan nilai tukar selama periode 2008 hingga 2011 disajikan dalam data yang dikonversi menjadi triwulan berbentuk tabel dan grafik yang dapat kita lihat dibawah. Tabel 2. Data nilai tukar 2008-2011 Kuartal/Tahun 1(2008) 2(2008) 3(2008) 4(2008) 1(2009) 2(2009) 3(2009) 4(2009) 1(2010) 2(2010) 3(2010) 4(2010) 1(2011) 2(2011) 3(2011) 4(2011) NILAI TUKAR(Rp/USD) 9.186,33 9.259,00 9.216,33 11.365,33 11.636,67 10.426,00 9.887,00 9.475,00 9.271,67 9.091,67 8.972,33 8.977,33 8.863,00 8.569,33 8.636,33 9.024,33 Sumber : Bank Indonesia (2012) 5 Gambar 2. Nilai tukar 2008-2011(BI) Jika kita membandingkan dengan tahun sebelum dan sesudah 2008 terlihat jelas bahwa ada perbedaan. Nilai tukar pada tahun 2008 menembus angka Rp10.000 per USD. Hal ini tidak terjadi pada tahun tahun yang lain. Tercatat pada penutupan tahun 2008 nilai tukar Rupiah terhadap USD melonjak hingga menembus 10950 Rupiah per USD (Tabel 3). Tabel 3. Data nilai tukar akhir tahun Tahun Des 2011 Des 2010 Des 2009 Des 2008 Des 2007 Des 2006 Des 2005 Rp9.068 Rp8.978 Rp9.433 Rp10.950 Rp9.419 Rp9.020 Rp9.830 kurs tengah( /USD) Sumber : Bank Indonesia (2012) Perubahan juga terlihat pada Produk Domestik Bruto (PDB). PDB yang menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut adalah data PDB sepanjang tahun 2008-2011. Pada kuartal ke empat tahun 2008 PDB menunjukkan penurunan sebesar 19.249,3 milyar rupiah dari kuartal ketiga sebesar 538.641 milyar rupiah menjadi 519.391,7 milyar rupiah pada kuartal keempat tahun 2008. Hal yang serupa juga terjadi pada akhir tahun 2009, 2010 dan 2011(Tabel 4). 6 Tabel 4. Data produk domestik bruto 2008-2011 Kuartal/Tahun 1(2008) 2(2008) 3(2008) 4(2008) 1(2009) 2(2009) 3(2009) 4(2009) 1(2010) 2(2010) 3(2010) 4(2010) 1(2011) 2(2011) 3(2011) 4(2011) PDB (Milyar Rupiah) 505218,8 519204,6 538641 519391,7 528056,5 540677,8 561637 548479,1 559279,2 574539 594069 585950,8 595227,4 611625,2 632429,8 623959,6 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) Gambar 3. Produk domestik bruto 2008(BPS) Krisis ekonomi global tahun 2007-2008 diperkirakan juga berpengaruh pada harga saham. Sepanjang tahun 2008 Seluruh sektor pada indeks sektoral mengalami penurunan. Indeks sektor properti terkoreksi pada level 229,56 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 103,49 pada bulan Desember. Indeks sektor pertanian terkoreksi pada level 3208,54 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 918,77 pada bulan Desember. Indeks sektor 7 pertambangan terkoreksi pada level 3140,90 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 877,6 pada bulan Desember. Indeks sektor konsumsi terkoreksi pada level 428.13 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 326,84 pada bulan Desember. Indeks sektor infrastruktur terkoreksi pada level 775,13 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 490,35 pada bulan Desember. Indeks sektor keuangan terkoreksi pada level 244,62 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 176,33 pada bulan Desember Indeks sektor perdagangan terkoreksi pada level 396,53 di Bulan Januari dan berangsur turun hingga level 148,33 pada Bulan desember. Indeks sektor industri dasar terkoreksi pada level 224,71 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 134,99 pada bulan Desember. Indeks sektor manufaktur terkoreksi pada level 394,86 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 236,54 pada bulan Desember. Indeks sektor aneka industri terkoreksi pada level 473,55 di Bulan Januari dan berangsur turun hingga level 214,94 pada Bulan Desember. Pada data data yang telah di paparkan diatas kita dapat melihat bahwa di masa krisis terjadi perubahan pada tingkat inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, PDB serta harga saham. Hal ini menimbulkan dugaan adanya hubungan saling mempengaruhi pada faktor faktor terkait. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan analisis pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan produk domestik bruto terhadap tingkat imbalan investasi (return) saham. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan permasalahannya adalah: Bagaimana pengaruh dari faktor inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan Produk Domestik Bruto terhadap tingkat pengembalian saham? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan produk domestik bruto terhadap tingkat pengembalian investasi saham pada pasar modal di Indonesia. 8 I.4. Manfaat penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelititan. Diharapkan penelitian ini mampu memberi gambaran mengenai pengaruh faktor makroekonomi terhadap tingkat imbalan investasi saham yang dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan penyusunan rencana investasi pada rentan waktu yang terpengaruh oleh krisis supaya investor dapat meminimalisir kerugian. I.5. Ruang lingkup penelitian Lingkup penelitian ini adalah seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dibatasi pada saham yang terdaftar pada tahun 2008 hingga 2011. Untuk mengetahui dampak dari krisis tahun 2007-2008. Dengan menganalisis data harga saham dan faktor makroekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan produk domestik bruto. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Menurut Manurung (2008) Investasi mempunyai definisi yaitu konsumsi yang ditunda sementara waktu dan akan dikonsumsi lebih besar di masa mendatang. Artinya, satu pihak baik perorangan maupun lembaga akan menunda konsumsinya dan kemudian menjual instrumen investasi dengan adanya tambahan yang dikenal dengan tingkat bunga / capital gain / dividen. 2.1.1 Investasi dalam saham Saham adalah surat tanda bukti kepemilikan modal pada suatu perseroan terbatas. Saham merupakan instrument yang paling dominan diperdagangkan dalam transaksi jual beli pada bursa efek. (Siamat, 2005). Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji, 2001). Menurut Siamat (2005) Jenis saham dapat dibedakan menjadi saham preferen dan saham biasa atau lebih dikenal dengan common stock. Saham preferen sering disebut surat berharga hybrid, sama dengan saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Saham jenis ini memberi deviden dalam jumlah tetap. Sedangkan yang dimaksud dengan saham biasa adalah saham yang mewakili kepemilikan dalam perusahaan .Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Tetap ada selama perusahaan ada. Juga tidak memiliki batas terhadap pembayaran dividen. Dilihat dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas unjuk dan saham atas nama (Darmadji, 2001) 1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya, secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 10 2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 2.1.2 Harga saham dan tingkat imbalan investasi saham Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham di pasar sekunder (pasar modal) atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari hari, harga saham mengalami fluktulasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang bersifat makroekonomi. Menurut Samsul (2006) Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dan modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Disamping capital gain investor juga menerima dividen tunai setiap tahunnya. Emiten akan membagikan dividen tunai dua kali setahun, dimana yang pertama disebut dividen interim yang dibayarkan selama tahun berjalan, sedangkan yang kedua disebut dividen final yang dibagikan setelah tutup tahun buku. Pembagian dividen tunai ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas usulan direksi perseroan. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas: 1. Blue chip stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya, emiten seperti ini biasanya mampu pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membayarkan dividen tunai. Tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. 3. Growth stock (well known), yaitu saham saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi. Sebagai leader di industri sejenis 11 yang memiliki reputasi yang tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser known) yaitu saham emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.umunya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. 4. Speculative stock, yaitu saham dari suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tehun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Counter cyclical stock, Yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emiten mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods. (Darmadji, 2001) 2.2. Faktor yang mempengaruhi tingkat imbalan investasi 2.2.1 Inflasi Menurut Djohanputro (2006) Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan kenaikan yang terjadi sesaat tetapi terjadi secara terus menerus. Inflasi berkaitan dengan kenaikan harga secara umum. Kenaikan harga satu jenis barang tidak termasuk dalam kategori inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi memberikan dampak tergantung tingkat inflasi itu sendiri. Inflasi yang yang ringan memberikan dorongan terhadap perekonomian untuk menjadi lebih baik. Meningkatkan pendapatan nasional membuat masyarakat bersemangat untuk menabung dan berinvestasi. Sedangkan inflasi yang parah atau tidak terkendali menyebabkan perekonomian menjadi lesu. Harga yang meningkat secara cepat menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, menyebabkan orang tidak bersemangat bekerja dan berinvestasi. Masyarakat enggan untuk menabung karena nilai mata uang menurun begitu cepat. 12 Inflasi dapat digolongkan dengan beberapa cara. yaitu berdasarkan besarnya, penyebab dan harapan masyarakat. (Djohanputro, 2006) Kategori inflasi berdasarkan besarnya bisa dibagi menjadi beberapa macam. 1. Inflasi ringan, inflasi dengan laju kurang 10% pertahun. Sehingga disebut juga inflasi dibawah dua digit. Sifat inflasi ini tidak memberikan dampak yang merusak pada perekonomian. Dalam beberapa hal justru memberikan dorongan bagi pengusaha untuk bergairah dalam berproduksi karena adanya dorongan kenaikan harga barang di pasar. 2. Inflasi sedang, Inflasi yang bergerak antara 10% - 30% pertahun. Pengaruh yang ditimbulkan cukup dirasakan terutama bagi masyarakat dengan penghasilan tetap seperti pegawai negeri dan dan karyawan lepas. 3. Inflasi berat, Inflasi dengan laju antara 30% - 100% pertahun. Inflasi berat terjadi pada keadaan politik yang tidak stabil dan menghadapi krisis yang berkepanjangan. Efek yang ditimbulkan menyebabkan mulai hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga ekonomi masyarakat seperti perbankan. Aktivitas kredit, asuransi, proses produksi dan distribusi barang mengalami guncangan karena masyarakat lebih mengambil sikap aman dengan memegang barang dari pada uang. Masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas nilai mata uang. 4. Hiperinflasi, Inflasi dengan laju diatas 100% pertahun yang menimbulkan krisis berkepanjangan. Fenomena hiperinflasi biasanya menandai pergolakan politik dan pergantian pemerintahan atau rezim. Masyarakat benar benar kehilangan kepercayaan terhadap mata uang yang beredar sehingga perekonomian lumpuh (Yuliadi, 2008). Berdasarkan penyebabnya. Pengelompokan berdasarkan penyebab inflasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu karena tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya. 1. Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation). Yaitu kenaikan harga harga karena tingginya permintaan, sementara barang tidak tersedia sehingga harga naik. Jika kondisi barang telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment). kenaikan permintaan total (agregate 13 demand) tidak lagi mendorong kenaikan produksi (output) tetapi hanya mendorong kenaikan harga. 2. Inflasi dorongan biaya (cost push inflastion), yaitu inflasi karena biaya atau harga faktor produksi (seperti upah buruh) meningkat sehingga produsen harus menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi bisa berlangsung terus (Khalwaty, 2000). Pengelompokan inflasi yang lain adalah berdasarkan harapan masyarakat. Pengelompokan inflasi berdasrkan harapan masyarakat dapat dikategorikan menjadi dua. Djohanputro (2006) 1. Inflasi harapan (expected inflation) yaitu besar inflasi yang diharapkan atau diperkirakan akan terjadi. Ekonom biasanya menggunakan berbagai model ekonometri untuk menghasilkan model yang baik.Inflasi harapan umumnya tidak memberi kejutan. Misalnya inflasi tahun 2001 sampai 2006 konstan sebesar 6% maka pada tahun 2007 diperkirakan besar inflasi akan tetap sebesar 6%. Bila inflasi sudah diperkirakan sebesar nilai tersebut. Maka setiap orang sudah menyusun rencana masing masing. Seperti perusahaan menaikkan harga jual, karyawan menuntut kenaikan gaji, dan sewa tanah bangunan yang disesuaikan. 2. Inflasi bukan harapan (unexpected inflation), yaitu inflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi. Misalnya anda inflasi diperkirakan 6% pada tahun 2007. Namun inflasi yang terjadi menyimpang dari 6%. Penyimpangan tersebut merupakan unexpected inflation. Inflasi jenis ini memberikan kejuan pada perilaku para pelaku ekonomi dan berdampak pada ekonomi secara mendasar. 2.2.2 Suku Bunga Menurut Kasmir (1999) Bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Dapat diartikan juga sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (yang memperoleh pinjaman). Ada dua macam bunga yang diberikan bank kepada nasabahnya yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. 14 Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya seperti jasa giro, bunga tabungan serta bunga deposito dan harga ini merupakan harga beli bagi bank. Sedangkan bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit dan harga ini bagi bank merupakan harga jual (Kasmir, 1999). BI rate selaku suku bunga acuan adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liqudity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight. Pergerakan di PUAB (Pasar Uang Antar Bank) ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Jadwal penetapan dan penentuan dari BI rate ditetapkan sebagai berikut; 1. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG bulanan dengan cakupan materi bulanan. 2. Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya 3. Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam mempengaruhi inflasi. 4. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. 15 Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI rate (secara konsisten dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps. Jakarta interbank offered rate (JIBOR) selaku suku bunga antarbank adalah suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia. Suku bunga penawaran adalah suku bunga pada transaksi unsecured loan antar bank, yang mencerminkan suku bunga yang ditawarkan suatu bank pada bank lain sekaligus suku bunga pinjaman yang bersedia diterima suatu bank dari bank lain. JIBOR terdiri atas dua mata uang yakni IDR dan USD, dengan masing masing terdiri dari 6 tenor yakni 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. 2.2.3 Nilai Tukar Menurut Mankiw (2007) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Jenis Kurs dibedakan menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil: 1. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. 2. Kurs riil adalah harga relatif dari barang barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang barang dari suatu negara untuk arang barang dari negara lain. Kurs nominal sendiri dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing dibagi menjadi empat jenis yakni (Dornbusch dan Fischer, 1997). 1. Selling rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu. 2. Middle rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu. 3. Buying rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu. 4. Flat rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller cheque, dimana dalam diperhitungkan promosi dan biaya biaya lainnya. kurs tersebut sudah 16 2.2.4 Produk Domestik Bruto Produk domestik bruto (PDB) menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2007). Menurut McEachern (2000) PDB dibagi dua berdasarkan tipenya yaitu; 1. PDB dengan harga yang berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. 2. PDB dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun tahun lain. PDB nominal berubah dari tahun ke tahun karena alasan output fisik barang yang berubah dan harga pasar yang berubah. Perubahan PDB nominal sebagai akibat perubahan harga tidak menjelaskan tentang kinerja perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Oleh karena itu PDB riil lebih baik digunakan sebagai ukuran dasar untuk perbandingan output pada tahun yang berbeda dibandingkan PDB nominal (Dornbusch et al, 2008). 2.2.5 Kondisi Pasar Dalam pasar saham kondisi pasar dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu kondisi pasar bearish dan pasar bullish. Yang dimaksud dengan Bullish adalah kondisi pasar dengan keadaan perdagangan saham yang ramai (frekuensi perdagangan tinggi). Ditandai dengan meningkatnya IHSG secara terus menerus dari waktu ke waktu. Sedangkan Bearish adalah kondisi pasar dengan frekuensi perdagangan saham yang rendah. Ditandai dengan menurunnya IHSG secara kontinyu dari waktu ke waktu (Widoatmodjo, 2005). 2.2.1 Penelitian terdahulu Thobarry (2009) melakukan penelitian mengenai hubungan nilai tukar, suku bunga, laju inflasi dan pertumbuhan GDP terhadap indeks harga saham properti, penelitian dilakukan pada indeks harga saham sektor properti di bursa efek indonesia pada januari 2008 sampai dengan desember 2009. Teknik analisis data 17 yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif yang dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan data gabungan antara cross section dan time series. Hasil dari penelitian ini adalah nilai tukar dollar terhadap rupiah, suku bunga , inflasi dan pertumbuhan GDP secara bersama sama berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor properti. Hajiji (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh kurs dollar, tingkat suku bunga, inflasi terhadap perubahan IHSG . penelitian dilakukan pada Indeks harga saham gabungan pada januari 2008 sampai dengan mei 2008. teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif yang dilakukan dengan metode ARCH dan GARCH . Hasil dari penelitian ini adalah. tingkat suku bunga dan Inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Syukma (2011) melakukan analisis faktor faktor makroekonomi yang mempengaruhi return saham batubara dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII) pada periode januari 2005 sampai dengan mei 2010. Metode yang digunakan adalah metode analisis yang bersifat deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan model ekonometrik yaitu ARCH-GARCH. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Customer Price Index (CPI), nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, Industrial Production Index (IPI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap return saham BUMI (Bumi Resources Tbk) dan PTBA (PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk). Sedangkan Jumlah uang beredar (M2) dan suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap return BUMI dan PTBA. 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari hari. Kondisi makro di masa datang sangat berguna bagi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi yang menguntungkan. adapun indikator yang sering dihubungkan dengan pasar modal adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan Produk Domestik Bruto (Kewal, 2012). Inflasi yang meningkat akan mengakibatkan penurunan dari nilai mata uang yang berarti penurunan daya beli masyarakat secara relatif. Penurunan daya beli ini akan menyebabkan transaksi pada pasar saham berkurang. Dengan berkurangnya transaksi di pasar saham tersebut maka akan menyebabkan turunnya harga saham dan berpengaruh terhadap berkurangnya tingkat pengembalian atau return saham. Dari paparan tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Ha = terdapat pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap return saham Selain inflasi investasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Suta (2000) mengatakan bahwa Dengan meningkatnya tingkat suku bunga riil maka akan menyebabkan investor cenderung untuk mengurangi kegiatan investasinya. Dana investasi akan cenderung akan diendapkan dalam bentuk deposito dan tabungan karena return yang akan ditawarkan deposito lebih besar dibandingkan dengan return yang ditawarkan pasar saham. Hal ini menyebabkan berkurangnya transaksi di pasar modal terutama pasar saham sehingga akan menyebabkan penurunan harga saham dan berkurangnya tingkat pengembalian saham.Dari paparan tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Hb = terdapat pengaruh negatif tingkat suku bunga terhadap return saham Faktor lain yang turut berpengaruh pada tingkat pengembalian saham adalah nilai tukar. Menurut Suta (2000), terjadinya apresiasi rupiah memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri terutama dalam persaingan harga. Apabila hal ini terjadi maka secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan berpengaruh pula 19 kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham dipasar modal yang dapat berupa anjlloknya harga saham dan mengakibatkan berkurangnya tingkat pengembalian saham. Depresiasi Rupiah menyebabkan sumber dana mengalir dari pasar saham ke arah pasar uang asing. Investor akan menginvestasikan dananya pada pasar uang asing karena dinilai lebih memberi keuntungan. Dari paparan tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Hc = terdapat pengaruh positif nilai tukar terhadap return saham. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercermin pada Produk Domestik Bruto juga turut memberi pengaruh pada investasi. Besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan besarnya pertumbuhan dalam produksi barang dan jasa. Bila pertumbuhan ini terus berlangsung, maka kegiatan investasi sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan dalam produksi, selanjutnya memberikan perkembangan yang baik bagi pasar modal sebagai sumber dana bagi pengembangan usaha yang akan meningkatkan tingkat pengembalian saham. (Suta, 2000). Produk Domestik Bruto yang memburuk akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara riil. Hal ini berarti penurunan kemampuan masyarakat dalam menanamkan dananya pada pasar saham yang mengakibatkan penurunan transaksi pada pasar saham. Dari paparan tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Hd = terdapat pengaruh positif Produk Domestik Bruto terhadap return saham. 20 Inflasi Penurunan Daya Beli Relatif Investasi Suku bunga Produk Domestik Bruto Alternatif lain lebih menarik (tabungan, deposito) Berkurangnya transaksi pada pasar saham Harga saham Penurunan Daya Beli Riil Return saham Nilai Tukar Pasar Uang Luar Negeri yang lebih menarik Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah: Ha: H1 = inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham H0 = inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap return saham Hb: H1 = tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham H0 = tingkat suku bunga tidak berpengaruh negatif terhadap return saham Hc: H1 = Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap return saham H0 = Nilai tukar tidak berpengaruh negatif terhadap return saham Hd: H1 = PDB berpengaruh positif terhadap return saham H0 = PDB tidak berpengaruh negatif terhadap return saham Investor 21 He: H1 = Inflasi, suku bunga, Nilai tukar dan PDB berpengaruh terhadap return saham H0 = Inflasi, suku bunga, Nilai tukar dan PDB tidak berpengaruh terhadap return saham Setelah ditentukan hipotesis. Dapat dilakukan regresi dengan terlebih dahulu menentukan model. Model regresi majemuk dituliskan sebagai berikut ; ................. (1) Dimana i=1,2,3,..., N (banyaknya observasi) Untuk mengetahui pengaruh dari Inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan PDB terhadap return saham. Maka akan dilakukan regresi. metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model sebagai berikut : RETURN = + INFLASI + SB+ ln KURS+ ln PDB ... (2) Dimana RETURN = Return saham = koefisien intercept = koefisien inflasi = koefisien suku bunga BI rate = koefisien nilai tukar = koefisien PDB INFLASI = Inflasi (%) SB = Tingkat suku bunga BI rate (%) KURS = Nilai tukar (Rp/USD) PDB = PDB (Rp) Dalam melakukan analisis regresi linear berganda tidak ada pernyataan yang mengharuskan bahwa variabel variabel yang digunakan harus memiliki satuan yang sama. (Walpole, 1993). 22 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional 3.2.1 Penilaian Saham Menurut Arifin (2005) Nilai selembar saham adalah sama dengan nilai sekarang dari seluruh pendapatan yang diperkirakan akan diberikan. Pendapatan yang diberikan oleh saham adalah dividen yang akan dibayarkan hingga waktu yang tak terbatas. Meskipun menjual saham dengan harga diatas harga beli juga termasuk pendapatan namun harga jual sebuah saham merupakan cerminan dari ekspektasi dividen yang akan dibayarkan. Dengan demikian dividen merupakan faktor relevan dalam penilaian saham dan model dasar penilaian saham adalah sebagai berikut. ....................................... (3) Dimana, = nilai saham pada saat ini = ekspektasi dividen akhir tahun t = required return saham Untuk menyederhanakan penilaian kita dapat mengasumsikan besar dividen yang akan dibayarkan perusahaan dengan memakai asumsi pertumbuhan dividennya. Asumsi pertumbuhan tersebut adalah dengan zero growth, constant growth, dan variable growth 1. Model Zero Growth Model ini mengasumsikan bahwa besar dividen selalu sama selamanya atau dengan kata lain dividen tidak mengalami pertumbuhan. Dalam bentuk notasi, besar dividen dapt dinyatakan bahwa = = ... = dengan model sbb. ........................................................... (4) ............................................................... (5) 2. Model Constant Growth Model ini dikenal juga dengan nama Gordon growth model. Berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan akan tumbuh konstan selamanya. Tingkat pertumbuhan konstan dinotasikan dengan g diasumsikan lebih kecil dibandingkan dengan required return, . Modelnya adalah sebagai berikut: 23 .................................. (6) = 3. .......................................... (7) Model Variable Growth Model Variabel Growth merupakan model yang memungkinkan kita membedakan tingkat pertumbuhan di suatu periode dengan di periode yang lain karena di masa yang akan datang pertumbuhan perusahaan dapat mengalami penurunan atau peningkatan. Langkah langkahya adalah sebagai berikut. Pertama, mencari nilai sekarang dari ekpektasi dividen selama periode pertama pertumbuhan yaitu mulai tahun 1 hingga tahun ke-n dengan tingkat pertumbuhan . Dengan model sebagai berikut: ................................................. (8) Kedua mencari nilai saham pada akhir tahun ke-n, yaitu tahun terakhir untuk tingkat pertumbuhan pertama. Formula yang digunakan untuk mencari harga pada tahun ke-n adalah formula constant growth karena setelah tahun ke-n dividen akan tumbuh konstan sebesar , sehingga . Setelah ditemukan, harga saham pada akhir tahun ke-n dipresent value-kan sehingga rumusnya adalah sebagai berikut: ................................................. (9) Ketiga, menjumlahkan nilai sekarang dari dividen selama masa pertumbuhan pertama dan nilai sekarang dari saham pada akhir tahun ke-n. + a) ......................(10) Agio Saham Agio saham adalah kekayaan bersih perusahaan yang diperoleh dari penilaian atau penjualan saham diatas harga pari (par) (Samsul, 2006). Dari selisih harga yang ada bisa dijadikan pertimbangan bagi investor dalam membeli saham. Jika selisihnya besar maka artinya para investor menilai saham tersebut memiliki nilai lebih tinggi dari yang ditawarkan perusahaan dan kedepannya harga memiliki peluang untuk naik lagi 24 b) Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Untuk menerima dividen pemodal harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen (Samsul, 2006). c) Penilaian Tingkat Imbalan Investasi Menurut Samsul (2006) Rumus penghitungan return saham dapat dilakukan dengan dua cara, dimana yang pertama adalah. ................................................ (11) Keterangan = return saham untuk waktu t (hari,bulan,tahun berjalan, dan sebagainya) = price, yaitu harga untuk waktu t = price, yaitu harga untuk waktu sebelumnya (kemarin,bulan lalu,tahun lalu, dan seterusnya) = dividen tunai interim dan dividen tunai final. Karena ada kemungkinan capital loss , maka dapat negative Rumus penghitungan return saham yang kedua adalah. .......................................... (12) Keterangan = return saham individual untuk waktu t (hari,bulan,tahun berjalan, dan sebagainya) = indeks harga saham individual untuk waktu t = indeks harga saham individual untuk waktu sebelumnya = dividen tunai interim dan dividen tunai final. 25 3.2.2 Pengukuran Variabel a) Inflasi Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. ..................................... (13) = Inflasi bulan t = Indeks Harga Konsumen bulan t = Indeks Harga Konsumen bulan t-1 b) Suku bunga Persamaan Fisher menjelaskan bahwa tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga riil ditambah ekspektasi inflasi (Manurung, 2008), yaitu: R=r+ ............................................... (14) Dimana: R = tingkat bunga riil R = tingkat bunga nominal = tingkat ekspektasi inflasi c) Nilai Tukar Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US dollar Jika di formulasikan Kurs = .......................................(15) Kurs yang digunakan pada penelitian ini adalah kurs tengah dari kurs pada saat penutupan pasar uang yang dihitung secara bulanan. d) Produk Domestik Bruto Menurut Djohanputro (2006) Secara matematis, PDB dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut; PDB=C+G+I+(X-M).....................................(16) 26 Dengan ; C = Konsumsi Masyarakat G = Pengeluaran Pemerintah I = Investasi X = Ekspor M = Impor 3.3. Data dan sumber data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan yang meliputi: 1. Data inflasi diambil dari data bulanan periode 2008-2011 yang terdapat pada indikator ekonomi Badan Pusat Statistik. 2. Data mengenai tingkat suku bunga periode 2008-2011 diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 3. Data nilai tukar periode 2008-2011 diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 4. Data Produk Domestik Bruto periode 2008-2011 yang terdapat pada indikator ekonomi Badan Pusat Statistik. 5. Data Saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama pengamatan dari januari 2008 sampai dengan desember 2011 yang diperoleh dari www.finance.yahoo.com Menurut Gujarati (2009) tipe data dibagi berdasarkan sifatnya menjadi Time series dan Cross-section. Time series data adalah sekumpulan observasi dengan variabel yang berubah dalam satuan waktu. Data dapat dikumpulkan dengan menggunakan satuan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Crosssection data adalah data dengan satu atau lebih variabel yang dikumpulkan pada waktu yang sama. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series dikarenakan data yang digunakan tersaji dalam kurun waktu yang berbeda. Yaitu harga saham, Inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB pada periode waktu Januari 2008 sampai dengan Desember 2011. 27 Pada penelitian ini return saham diperlakukan sebagai variabel dependen atau terikat. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalah inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan PDB. Sehingga dapat diketahui pengaruh dari inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan PDB terhadap return saham. 3.4. Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri cirinya akan diduga (Singarimbun dan Sofian, 1989). Populasi dari penelitian ini adalah harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2011. Penentuan pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria purposive sampling pada penelitian ini adalah : 1. Perusahaan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2008 sampai Desember 2011. 2. Perusahaan melakukan transaksi perdagangan tiap bulannya pada periode Januari 2008 sampai Desember 2011. Berdasarkan kriteria diatas, dari 452 emiten saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Emiten saham terseleksi menjadi 252 emiten saham yang akan di analisis pada penelitian ini. 3.5. Rencana Analisis Data 3.5.1 Uji Asumsi Klasik Setiap penelitian diperlukan serangkaian uji coba untuk mengetahui validitas suatu model. Pada penelitian ini model dan data yang digunakan diwajibkan untuk memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiassed Estimators). Data pada penelitian ini merupakan data time series dengan menggunakan regresi OLS (Ordinary Least Square), maka ujicoba yang dilakukan pada penelitian ini adalah normalitas, heteroscedasticity, autokorelasi, dan multikolineritas. Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi uji multikoliniearitas dengan matriks korelasi antara variabel variabel bebas, uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), Uji 28 normalitas menggunakan scatter plot , dan uji autokorelasi melalui uji durbin watson (Nachrowi,2006). Uji multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variael independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multi kolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerancevalue atau varian inflating factor (VIF). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model ini adalah sebagai berikut : 1. Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabel variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terkait 2. Menganalisa matriks korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat korelasi antara variael bebas yang cukup tinggi (>0.9), hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. 3. Dilihat dari nilai VIF dan Tolerance. Nilai cut off Tolerance <0,10 dan VIF >10, berarti terdapat multikolinearitas. Jika gejala multikolinearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin lebar. Dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan yaitu menerima hipotesis yang salah. Uji multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independen variabel dengan menggunakan varians inflating factor(VIF). Batas VIF adalah 10 apabila nilai VIF lebih besar daripada 10 maka terjadi multikolinearitas (Nachrowi, 2006). Uji heteroksedaktisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedaksititas atau tidak terjadi heteroksedaktisitas (Nachrowi, 2006). Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah 29 kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam uji F karena pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti, 2006). Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak (Nachrowi, 2006). Ketika data telah terdistribusi normal, maka data tersebut dapat diolah dengan regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dapat dilakukan dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilia statistik kolmogorov-smirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006). Uji Autokorelasi Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linier memiliki asumsi bahwa tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data time series . Model regresi yang baiuk tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat terjadinya korelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyimpang pada tingkat signifikansi dan koefisien yang ditaksir. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 . jika terjadi korelasi maka dinamakan ada autokorelasi . Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi (Nachrowi, 2006). 3.5.2 Uji Hipotesis Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan (Uji F) Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui semua pengaruh variabel independen yang terdapat di dalam model secara bersama sama terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5 % nilai F ratio dari masing masing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika Frasio > Ftabel atau prob-sig <α 5% berarti bahwa masing masing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk 30 menguji signifikansi pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap harga dan return saham secara simultan (Nachrowi, 2006). Pengujian dengan koefisien regresi parsial (uji T) Pengujian dengan koefisien regresi parsial dilakukan dengan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Dengan tingkat signifikansi 95%,nilai t hitung dari masing masing koefisien regresi kemudian diandingkan dengan nilai t tabel. Jika t-hitung>t-tabel atau prob-sig α<=5% berarti bahwa masing masing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen (Nachrowi, 2006). 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada variabel yang ada pada penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham (RETURN), tingkat inflasi (INFLASI), tingkat suku bunga (SB), nilai tukar (KURS) dan produk domestik bruto (PDB). Dalam penelitian ini analisis deskriptif statistik yang tercantum terdiri dari nilai rata rata (mean), nilai tengah (median), nilai maksimum, nilai minimum, deviasi standar, tingkat kemiringan (skewness), kurtosis, dan jumlah observasi dari data. Tabel 5. Deskriptif statistik Mean Return(%) Inflasi(%) 0,030 0,509 Suku Bunga(%) 0,602 Nilai Tukar (Rp/USD) 9491,104 PDB (Milyar Rupiah) 562214,348 Median Maximum 0,029 0,195 0,445 2,460 0,563 0,792 9175,000 12151,000 558287,968 632554,200 Minimum Std, Dev, Skewness Kurtosis -0,190 0,076 -0,220 3,562 -0,320 0,568 1,105 4,614 0,500 0,084 0,989 2,609 8508,000 905,861 1,516 4,442 494752,579 38887,083 0,216 1,992 48 48 48 48 48 Observations Sumber : hasil pengolahan data Pada variabel Inflasi dapat kita lihat (lihat Tabel 5). Jumlah observasi yang digunakan (N) adalah sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid tanpa ada data yang hilang. Nilai rata rata dari inflasi sepanjang periode penelitian adalah 0,50875. Nilai tengah dari inflasi adalah 0,445. Kecondongan data inflasi sebesar 1.104889. Nilai kurtosis sebesar 4.614298. Deviasi standar sebesar 0,5675952. Perubahan inflasi selama periode penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1. 32 Gambar 5. Pergerakan inflasi (Januari 2008- Desember2011) Pada Januari 2008 tercatat inflasi sebesar 1,77 persen mengalami fluktulasi dan menurun hingga mencapai 0,57 % pada bulan desember 2011. Titik tertinggi inflasi berada pada bulan juni 2008 sebesar 2,46 %. Inflasi terendah berada pada bulan april tahun 2011 dan april tahun 2009 sebesar -0,32 %. Pada variabel suku bunga jumlah observasi yang digunakan (N) sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid. Tanpa ada data yang hilang. Rata rata dari tingkat suku bunga pada 48 data sebesar 0,602 persen. Nilai tengah sebesar 0,563. Nilai tertinggi 0,792. Nilai terendah sebesar 0,500. Kecondongan sebesar 0,989. Kurtosis sebesar 4,614. Deviasi standar 0,568.( Tabel 5). Perubahan variabel suku bunga dapat dilihat pada gambar 4.2. 33 Gambar 6. Pergeraka suku bunga (Januari 2008- Desember2011) Tingkat suku bunga pada bulan Januari 2008 tercatat sebesar 0,666% bertahan tidak mengalami perubahan hingga bulan april 2008. Pada bulan mei 2008 tingkat suku bunga mulai mengalami kenaikan sebesar 0,020% menjadi 0,6875 %. Terus naik dengan pertumbuhan yang sama sebesar 0,020% dan berhenti pada bulan oktober 2008 mencapai tingkat suku bunga sebesar 0,791% , bertahan hingga november 2008. Pada bulan selanjutnya yaitu desember 2008 tigkat suku bunga mengalami penurunan sebesar 0,020% menjadi 0,770% dan terus mengalami penurunan secara bertahap hingga agustus 2009 mencapai titik 0,5417%. Tingkat suku bunga bertahan konstan pada 0,541% sampai pada bulan januari 2011. Pada bulan februari tingkat suku bunga naik menjadi 0,562% dan bertahan hingga bulan september 2011. Kemudian kembali mengalami penurunan hingga tercatat pada bulan desember 2011 sebesar 0,5%. Pada variabel Nilai tukar jumlah observasi yang digunakan (N) adalah sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid. Tanpa ada data yang hilang. Rata rata dari nilai tukar pada 48 data sebesar 9,154001 atau 9,154001 persen. Kecondongan sebesar 1,363582. Nilai kurtosis sebesar Dengan deviasi standar 0,0897918. ( Tabel 5) 4,006014. 34 Gambar 7. Pergerakan nilai tukar (Januari 2008- Desember2011) Nilai tukar Rupiah terhadap US dollar cenderung fluktulatif berada di kisaran Rp 9.000,- tercatat pada bulan januari 2008 sebesar Rp 9.291,- per USD. Mengalami penurunan hingga pada akhir periode penelitian yaitu desember 2011 mencapai sebesar Rp 9.068,- per USD. titik tertiggi berada pada bulan november 2008 sebesar Rp 1.2151,- per USD. Titik terendah berada pada bulan Juli 2011 sebesar Rp 8.508,- per USD. Pada variabel Produk Domestik Bruto jumlah observasi yang digunakan (N) sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid. Tanpa ada data yang hilang. Rata rata dari PDB pada 48 data sebesar 562.214,348 milyar rupiah . Nilai kecondongan sebesar 0,216 . Nilai kurtosis sebesar 1,992 . Dengan deviasi standar 38887,083. ( Tabel 5) 35 Gambar 8. Pergerakan produk domestik bruto (Januari 2008- Desember2011) Produk Domestik Bruto tercatat mengalami kenaikan dari januari 2008 494.752,6 Milyar rupiah hingga 623.959,6 Milyar rupiah pada desember 2011. Penurunan PDB terbesar terjadi pada bulan Oktober 2008 yakni 8.236,91 milyar rupiah, dari bulan Oktober 2008 sebesar 534.428,7 milyar rupiah menjadi 526.191,8 milyar rupiah pada bulan desember 2008. Sedangkan kenaikan yang paling tinggi terjadi pada Agustus 2009 sebesar 8.418,297 milyar rupiah hingga mencapai 557.296,7 milyar rupiah meningkat dari bulan sebelumnya yaitu Juli 2009 sebesar 548.878,4 milyar rupiah. Pada variabel Return Saham jumlah observasi yang digunakan (N) sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid tanpa ada data yang hilang. Nilai rata rata dari tingkat suku bunga pada 48 data sebesar 0,029633 atau 0,029 persen. Nilai kecondongan adalah -0.21933. Nilai kurtosis sebesar 3,562037. Dengan deviasi standar 0,0759012 ( Tabel 5). 36 Gambar 9. Pergerakan return saham (Januari 2008- Desember2011) Pada periode pengamatan return saham dari bulan januari 2008 hingga bulan Desember 2011 data menunjukkan hasil yang bervariasi dengan titik terendah sebesar -0,189 pada oktober 2008. Return tertinggi sebesar 0,195 pada septermber 2010. 4.2. Uji Regresi 4.2.1 Uji Asumsi klasik Analisis data yang dilakukan yaitu anilisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS. Untuk mendapatkan estimasi yang terbaik terlebih dahulu harus dilakukan pengujian asumsi regresi klasik terhadap data yang ada. Asumsi klasik terdiri dari empat pengujian yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas. Uji Multikolinearitas Gejala multikolinearitas pada suatu data penelitian dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari sepuluh maka data penelitian terbebas dai multikolinearitas. Berikut ini adalah hasil uji Multikolinearitas pada model yang digunakan dalam penelitian. 37 Tabel 6. Hasil uji multikolinearitas Variabel VIF Inflasi 1,375 Suku Bunga 2,201 Nilai Tukar 2,097 Produk Domestik Bruto 2,481 Nilai VIF dari Inflasi adalah 1,375 . Nilai VIF dari Suku Bunga adalah 2,201. Nilai VIF dari nilai tukar 2,097. Nilai VIF dari PDB adalah 2,481. Nilai VIF dari keempat variabel tersebut kurang dari sepuluh. Jadi pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam data penelitian. Uji Heteroskedastitas Asumsi penting dalam regresi linear klasik adalah adanya heteroskedastisitas, yaitu ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model yang baik adalah yang terjadi homoskedastis, namun dalam regresi ada kemungkinan ditemuinya sifat heteroksedaktisitas. Heteroskedastis tidak terjadi jika data berpencar disekitar angka nol (0 pada sumbu y) dan tidak membentuk suatu pola atau tren garis tertentu. Berikut adalah Scatterplot grafik hasil penelitian: Dependent Variable: return rata2 4 Regression Studentized Residual 2 0 -2 -4 -2 -1 0 1 Regression Standardized Predicted Value Gambar 10. Hasil uji heteroskedastis scatterplot 38 Dari gambar terlihat bahwa data berada di sekitar titik nol dan tidak terlihat terbentuknya suatu pola pada sebaran data. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas pada data. Selain menggunakan scatterplot, untuk mendukung hasil penelitian digunakan juga Uji White’s General Heteroscedastisity. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas pada model yang digunakan dalam penelitian. Tabel 7. Hasil uji white Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.633.872 Prob. F(12,35) 0.1269 Berdasarkan hasil uji white dapat diketahui bahwa model dengan tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05% memiliki permasalahan heteroskedastisitas. Pada model penelitian ini nilai probabilitas adalah 0,1269. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model bersifat homoskedastis dan tidak memiliki permasalahan heteroskedastisitas. Uji Normalitas Asumsi klasik selanjutnya adalah uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data pada variabel dependen, variabel independen ataupun keduanya menyebar dengan distribusi yang normal, karena model yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal. Metode yang digunakan untuk menguji kenormalan data adalah analisis grafik dan uji Kolmogorov Smirnov. Setelah data diolah dengan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut. 39 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: return rata2 1.0 Expected Cum Prob 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Gambar 11. Hasil uji normalitas normal probability plot Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa data tersebar mendekati garis sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal dan Uji asumsi kenormalan terpenuhi. Hasil pengujian juga didukung dengan hasil uji Kolmogorov Smirnov pada tabel berikut. Tabel 8. Hasil uji kolmogorov-smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandarized Residual Kolmogorov-Smirnov Z 0,494 Asymp. Sig (2-tailed) 0,968 Nilai p(0,968) > alpha 5% artinya asumsi ragam galat menyebar normal terpenuhi. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat diketahui bahwa model dengan tingkat probabilitas lebih besar dari 0,05% berarti ragam galat menyebar normal. Pada model penelitian ini nilai probabilitas adalah 0,968. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi ragam galat menyebar normal terpenuhi. 40 Uji autokorelasi Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu yang sama. Gejala autokorelasi sering ditemui pada data timeseries. Untuk mengetahuinya dilakukan pengujian melalui Uji Durbin Watson. Tabel 9. Hasil durbin watson Model Durbin watson 1 1,595 Hasil dari Uji Durbin Watson menghasilkan nilai sebesar 1,595 berada diantara DL = 1,38 dan DU = 1,72. Yang berarti tidak dapat disimpulkan keberadaan autokorelasi dan harus dilakukan uji lain. Maka akan dilakukan uji Breusch-Godfrey Lagrange Multiplier. Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi pada model yang digunakan dalam penelitian. Tabel 10. Hasil lm test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.064.236 Prob. F(2,41) 0.3543 Berdasarkan hasil uji LM dapat diketahui bahwa model dengan tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05% memiliki permasalahan autokorelasi. Pada model penelitian ini nilai probabilitas adalah 0,3543. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak memiliki permasalahan autokorelasi. 4.2.2 Model Persamaan Regresi Model peneleitian dapat disimpulkan layak digunakan karena telah memenuhi uji asumsi klasik. Yaitu tidak terdapat multikolinearitas, Data tersebar normal, Tidak terdapat heteroskedastis, dan tidak terdapat autokorelasi. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linier berganda dan diinterpretasikan pada tabel berikut: 41 Tabel 11. Hasil estimasi regresi berganda Unstandarized Coeficient Model B (Constant) 4,315 INFLASI -0,013 SB -0,505 KURS 0,044 PDB -0,331 Berdasarkan output dari tabel diatas. Model regresi linear berganda pada penelitian ini dapat dirumuskan menjadi: RETURN = 4,315 – 0.013 INFLASI -0.505 SB + 0.044 KURS – 0.331 PDB .. (17) Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa: 1. Intercept menunjukkan angka 4,315 yang berarti jika Inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB konstan maka return akan berada pada 4,315. 2. Koefisien dari inflasi adalah -0,013 maka setiap peningkatan inflasi sebesar 1% pada kondisi tingkat suku bunga, nilai tukar dan PDB konstan akan menurunkan return sebesar 0,013. 3. Koefisien dari Suku bunga adalah -0,505 maka setiap peningkatan suku bunga sebesar 1% pada kondisi inflasi, nilai tukar dan PDB konstan akan menurunkan return sebesar 0,042. 4. Koefisien dari nilai tukar adalah 0,044 maka setiap peningkatan nilai tukar sebesar 1% pada kondisi inflasi, suku bunga dan PDB konstan akan meningkatkan return sebesar 0,044. 5. Koefisien dari PDB adalah -0,331 maka setiap peningkatan PDB sebesar 1% pada kondisi inflasi, suku bunga dan nilai tukar konstan akan menurunkan return sebesar 0,331. Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat dapat dijelaskan oleh koefisien determinasi (R2) yang berada pada rentan nilai nol (0) sampai dengan satu (1). Semakin besar nilai dari koefisien determinasi semakin besar pula informasi yang menjelaskan variabel bebas terhadap variabel terikat. Koesifien determinasi dapt dilihat pada tabel berikut: 42 Tabel 12. Hasil koefisien determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square 1 0,415a 0,172 0,095 Nilai koefisien determinasi dari model penelitian ini adalah 0,172. Hal ini berarti bahwa sebanyak 17,2 % informasi Return dapat dijelaskan oleh empat variabel yaitu Inflasi, Suku bunga, Nilai tukar dan PDB. Sisanya sebesar 82,8% dijelaskan oleh faktor eksternal diluar model dengan empat variabel tersebut. 4.2.3 Uji Hipotesis a) Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara bersama sama terhadap return saham Tabel 13. Uji f Anovab Model F Sig 1 2,235 0,081a Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh ke empat variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa signifikansi model sebesar 0,081 yang berarti lebih kecil dari derajat kesalahan 10 persen. Dengan demikian dapat dinyatakan inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB berpengaruh signifikan dalam memprediksi Return saham. b) Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara parsial terhadap return saham Signifikansi pengaruh dari Inflasi, Suku bunga, nilai tukar, dan GDP terhadap Return Saham secara individual dapat diketahui dengan melakukan Uji T. Setelah dilakukan pengujian terhadap variabel, diperoleh hasil sebagai berikut: 43 Tabel 14. Hasil uji t 1. Model t Sig (constant) 1,047 0,301 Inflasi -0,614 0,543 SB -2,720 0,009 KURS 0,262 0,795 PDB -1,375 0,176 Kemampuan Inflasi mempengaruhi Return Saham Berdasarkan hasil pada variabel inflasi diperoleh nilai t hitung sebesar - 0,614. Variabel ini mempunyai signifikansi sebesar 0,543. Apabila dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar 5 persen, dapat disimpulkan bahwa variabel ini tidak signifikan. Hal ini menandakan diterimanya H0a dan ditolaknya H1a. Dari uji t ini disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi return saham. Tidak adanya pengaruh dari inflasi terhadap return saham. Menandakan bahwa kenaikan inflasi kurang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya minat investor untuk menanamkan saham. tinggi rendahnya minat investor untuk menanamkan saham. Berbeda dengan pihak perusahaan. Inflasi yang tinggi akan memberikan tambahan kenaikan beban yang harus ditanggung perusahaan. Berdasarkan hasil selama periode penelitian, rata rata tingkat inflasi sebesar 0,508 persen masih dibawah 10 persen. Menurut Kewal (2012) Jika inflasi menembus 10 persen maka pasar modal akan terganggu BI akan meningkatkan BI rate yang mengakibatkan investor cenderung mengalihkan modalnya di sektor perbankan. 2. Kemampuan Suku Bunga mempengaruhi Return Saham Dari hasil pada variabel suku bunga diperoleh nilai t hitung sebesar -2,721. Suku bunga mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,009 jika dibandingkan dengan derajat kesalahan yaitu 5 persen. Tingkat signifikansi suku bunga lebih kecil dari derajat kesalahan. Hal ini berarti variabel suku bunga secara signifikan berpengaruh terhadap return saham. Menyebabkan ditolaknya H0b dan diterimanya H1b. Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan kecenderungan investor untuk menabung menjadi tinggi dan minat untuk berinvestasi pada pasar modal 44 menurun. Ketika keadaan pasar modal menurun maka harga saham akan menurun dan menyebabkan berkurangnya return saham. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Rusliati dan Fathoni (2011) yang menemukan bahwa tingkat suku bunga signifikan berpengaruh negatif terhadap return saham. 3. Kemampuan nilai tukar mempengaruhi return saham Dari hasil Uji T variabel nilai tukar diperoleh hasil nilai t hitung sebesar 0,262. Dengan signifikansi sebesar 0,795. Tingkat signifikansi variabel tersebut lebih besar dari derajat kesalahan sebesar 5 persen. Hal ini berarti bahwa nilai tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa H1c ditolak dan H0c diterima. Hasil ini menginndikasikan bahwa pada periode penelitian dari Januari 2008 hingga Desember 2011 pasar modal di Indonesia kurang bereaksi terhadap perkembangan pasar uang. Serta mengindikasi bahwa dalam memperoleh return, investor kurang mempertimbangkan nilai tukar dalam melakukan investasi pada pasar modal. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Yendrawati dan Muslich (2006) yang menyatakan bahwa perubahan nilai tukar rupiah tidak signifikan berpengaruh pada perubahan return saham. 4. Kemampuan PDB mempengaruhi return saham Berdasarkan tabel dapat diketahui hasil dari uji t memberikan nilai t hitung variabel PDB sebesar -1,375. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,176. Jika dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar 5 persen, signifikansi variabel ini lebih besar. Kesimpulan dari uji ini adalah variabel PDB tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dapat diartikan dengan ditolaknya H1d dan diterimanya H0d. Peningkatan PDB pada suatu negara menandakan meningkatnya kesejahteraan masyarakat suatu negara. Peningkatan kesejahteraan akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Semakin tinggi kesejahteraan akan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa sehingga meningkatkan perkembangan investasi di bidang riil. dengan memperhatikan faktor pemerataan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PDB belum tentu meningkatkan pendapatan perkapita karena perkembangan investasi di bidang riil tidak diikuti oleh perkembangan investasi di pasar modal. (Kewal, 2012) 45 4.3. Implikasi Manajerial Investor sebaiknya mengkaji dan mempertimbangkan dahulu pergerakan faktor makroekonomi terutama tingkat suku bunga yang secara signifikan mempengaruhi perubahan return saham. Diharapkan dengan mempertimbangkan faktor ini investor dapat menentukan aksi jual atau beli saham pada bursa. Jika ada indikasi penurunan pada tingkat suku bunga sebaiknya investor melakukan aksi beli saham pada bursa karena menurut hasil penelitian ini return saham diprediksi akan mengalami kenaikan. Sebaliknya jika ada indikasi penurunan pada tingkat suku bunga maka investor disarankan untuk melakukan aksi jual karena return saham akan mengalami penurunan. 46 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai berikut. a. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan produk domestik bruto secara bersama sama berpengaruh terhadap perubahan tingkat pengembalian saham. Secara parsial suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan tingkat pengembalian saham, sedangkan inflasi, nilai tukar, dan produk domestik bruto tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat pengembalian saham. b. Variasi faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan produk domestik bruto yang secara bersama sama berpengaruh sebesar 17,2% sedangkan sisanya sebesar 82,8% dijelaskan oleh faktor lain. Hasil ini dikarenakan banyaknya informasi dan faktor lain yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan investor dalam menanamkan investasinya di pasar modal. 2. Saran a. Berdasarkan hasil penelitian ini investor diharapkan dapat lebih cermat dalam melihat faktor faktor yang dapat mempengaruhi pasar saham. Tercermin dalam bagaimana faktor faktor makroekonomi yaitu inflasi, suku bunga, nilai tukar dan produk domestik bruto mempengaruhi tingkat pengembalian saham. b. Peneliti lain yang memiliki ketertarikan terhadap penelitian saham dapat melakukan penelitian secara lebih meluas dengan melakukan observasi terhadap saham pada sektor tertentu. Selain itu peneliti dapat memasukkan informasi atau faktor-faktor selain inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan produk domestik bruto. 47 DAFTAR PUSTAKA Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta (ID). Arifin, Z. 2005. Teori Keuangan Dan Pasar Modal . Yogyakarta (ID): EKONISIA Darmadji,T. dan Fakhruddin, H. 2001. Pasar Modal Di Indonesia: pendekatan tanya jawab. Jakarta (ID): Salemba Empat. Djohanputro, B. 2006. Prinsip prinsip ekonomi makro. Jakarta (ID): PPM . Dornbusch ,R. Fischer, S. 1997 Makroekonomi. Jakarta (ID): Erlangga. Dornbusch, R. at all. 2008 Macroeconomics. New York (US): McGraw-Hill Companies Inc. Gujarati, D. 2009. Ekonometrika Dasar. Jakarta (ID): Erlangga. Hajiji ,A. 2008. Pengaruh Kurs Dolar Amerika Serikat, Suku Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta (Periode Januari 2000 – Mei 2008). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Imamudin, Y . 2008 . Ekonomi Moneter . Jakarta (ID): PT INDEKS. Iriawan, N. Dan. Astuti, S. P. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): PT Raja Gravindo Persada. Kewal, S. S. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs Dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012. Khalwaty, T. 2000. Inflasi dan Solusinya . Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Mankiw G, 2007. Makroekonomi. Jakarta (ID): Erlangga. Manurung, A.H. 2008. Ke Mana Investasiku?. Jakarta (ID): PT Kompas Media Nusantara. Matram, D. 2008 Oktober 03. Subprime Mortgage dan Bailout: Selanjutnya.. Kompas. McEahern. 2000. Ekonomi Makro : Pendekatan Kontemporer. Jakarta (ID): Salemba Empat. Nachrowi, D. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 48 Nopiansyah, E .2008 Oktober 07. Suku Bunga Acuan Naik Menjadi 9,5 Persen. Tempo. Ratnawati, A, Widodo B T, 2009 Dukungan Kebijakan Fiskal Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Menghadapi Krisis Ekonomi Global, Di dalam: Orange book, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global 2009. Bogor(ID). IPB press. Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta (ID): Erlangga. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan. Jakarta(ID). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Singarimbun, M. Sofian, E. 2008 Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES Indonesia. Suta, I. P. G. A. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta (ID): Yayasan SAD SATRIA BHAKTI. Syukma N H. 2011. Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Return Saham Batubara dalam kelompok Jakarta Islamic Indeks (JII). Thobarry A. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti(Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008).Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Usman, M., R Singgih dan I. Syahrir. 1997. Pengetahuan Dasar Pasar Modal. Jakarta (ID): Institut Bankir indonesia. Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistik : Edisi ke 3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Widoatmodjo, S. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Yendrawati R, Muslich A. 2006. Pengaruh Risiko nilai tukar terhadap return saham; studi empiris pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Keuangan dan Perbankan , TH X, No 1, Januari 2006. Yuliadi I, 2008. Ekonomi Moneter. Jakarta (ID): PT INDEKS. 49 LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Statistik deskriptif t Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Sum Sum Sq. Dev. Observations Y(Return) X1(Inflasi) 0.029638 0.50875 0.02875 0.445 0.1953 2.46 -0.1896 -0.32 0.075899 0.567595 -0.21933 1.104889 3.562037 4.614298 1.016632 0.601508 1.4226 0.270752 48 X2(Suku Bunga) 7.223958 6.75 9.5 6 1.009581 0.989454 2.608942 X3(Nilai Tukar) 9.154 9.12425 9.4052 9.0488 0.089792 1.363582 4.006014 X4(PDB) 13.23731 13.23265 13.3575 13.1118 0.068906 0.118928 1.970491 14.97815 8.13801 16.89897 2.232931 0.000559 0.017094 0.000214 0.327435 24.42 346.75 439.392 635.3907 15.14173 47.90495 0.378941 0.223159 48 48 48 48 51 Lampiran 2. Kode saham penelitian no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Kode AALI ABDA ACES ADES ADHI ADMF ADMG AHAP AISA AKKU AKRA ALMI AMFG ANTM APIC ARNA ASDM ASGR ASIA ASII ASRM ASRI AUTO ATPK BABP BACA BAEK BATA BAYU BBCA BBLD BDMN BEKS BFIN BHIT BIPP BISI BKDP BKSL BKSW no 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 Kode DART DEWA DGIK DILD DKFT DLTA DVLA DSFI EKAD DOID ELTY ERTX ESSA ESTI ETWA FAST FASW FISH GGRM GJTL GOLD GPRA GEMA GDYR FPNI IDKM IATA HMSP HITS HEXA HADE GSMF INKP INDS INDF INCO INCI INAI INAF IMAS no 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 Kode LAPD LAMI KPIG KLBF KIJA KBLM KBLI RUIS OKAS MERK MEGA MEDC MDRN MDLN MCOR MBAI MAPI MAMI MAIN LTLS LSIP LPPF LPLI OMRE MYTX MYOR MITI MLBI MLIA MNCN MPPA MRAT MREI MTDL MTFN MYOH NIPS NISP PANR PANS no 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 Kode UNSP ULTJ TURI TSPC TRUB TRST TRIM ZBRA YULE WOMF WIKA WICO WEHA VOKS TMPO TMPI TMAS TLKM TKIM TIRT TINS TGKA SMCB SMAR SKLT SIPD SHID SDPC SCMA SCCO TFCO TCID TBMS TBLA SULI SSIA SRSN SPMA SMSM SMRA 52 Lanjutan Lampiran 2 no Kode no Kode no Kode no Kode 41 BMRI 104 IKBI 167 PBRX 230 SMMA 42 BMSR 105 IKAI 168 PGAS 231 SMGR 43 BMTR 106 IIKP 169 PICO 232 SMDR 44 BNBR 107 JRPT 170 PJAA 233 SMDM 45 BNGA 108 JSMR 171 PKPK 234 BBRI 46 BLTA 109 KAEF 172 PLAS 235 BRPT 47 BNLI 110 JPRS 173 PNBN 236 EPMT 48 BUDI 111 JPFA 174 PNIN 237 EXCL 49 BTON 112 JKSW 175 PNLF 238 INDR 50 BRNA 113 JKON 176 POLY 239 UNTR 51 CEKA 114 JIHD 177 POOL 240 KDSI 52 CENT 115 JECC 178 PRAS 241 KREN 53 CFIN 116 ISAT 179 PSKT 242 MTFN 54 BVIC 117 ITMG 180 PTBA 243 PTRO 55 BUMI 118 INTA 181 PTSN 244 SAFE 56 CNTB 119 INRU 182 PWON 245 SCPI 57 CNKO 120 INPC 183 RBMS 246 RAJA 58 CMPP 121 LPCK 184 RICY 247 SGRO 59 CMNP 122 LPIN 185 RIGS 248 SDRA 60 CPIN 123 LPKR 186 RIMO 249 INTP 61 CSAP 124 LMPI 187 RMBA 250 SOBI 62 CTRA 125 LMAS 188 TOTL 251 SONA 63 CTRP 126 LCGP 189 UNVR 252 STTP 53 Lampiran 3. Data variabel dependen & independen Bulan X1 (Inflasi X2 (Suku Y (Return %) /Tahun %) Bunga %) Jan-08 -0,0151 1,77 0,6667 X3(Nilai Tukar X4 (PDB Ln Ln Rp/USD) MilyarRupiah) 9,1368 13,1118 Feb-08 0,0111 0,65 0,6667 9,1106 13,1217 Mar-08 Apr-08 -0,0784 -0,0396 0,95 0,57 0,6667 0,6667 9,1288 9,1306 13,1327 13,1404 Mei-08 0,151 1,41 0,6875 9,1397 13,1481 Jun-08 0,0262 2,46 0,7083 9,1297 13,1601 Jul-08 0,0404 1,37 0,7292 9,118 13,1758 Agus-08 Sep-08 -0,0173 -0,1241 0,51 0,97 0,75 0,7708 9,1218 9,1461 13,1909 13,1968 Okt-08 -0,1896 0,45 0,7917 9,3052 13,189 Nop-08 -0,0156 0,12 0,7917 9,4052 13,1734 Des-08 0,0568 -0,04 0,7708 9,3011 13,1604 Jan-09 Feb-09 -0,0364 -0,0013 -0,07 0,21 0,7292 0,6875 9,3374 9,391 13,1603 13,1677 Mar-09 0,095 0,22 0,6458 9,3566 13,177 Apr-09 0,1712 -0,31 0,625 9,2792 13,1832 Mei-09 0,1751 0,04 0,6042 9,2438 13,1897 Jun-09 Jul-09 0,1189 0,0808 0,11 0,45 0,5833 0,5625 9,2326 9,2023 13,2006 13,2156 Agus-09 0,0002 0,56 0,5417 9,2163 13,2309 Sep-09 0,0531 1,05 0,5417 9,1779 13,2386 Okt-09 Nop-09 -0,0257 0,002 0,19 -0,03 0,5417 0,5417 9,1638 9,1569 13,2345 13,2238 Des-09 0,0494 0,33 0,5417 9,1485 13,2149 54 Lanjutan Lampiran 3 Bulan Y (Return X1 (Inflasi X2 (Suku X3(Nilai Tukar X4 (PDB Ln /Tahun %) %) Bunga %) Ln Rp/USD) MilyarRupiah) Jan-10 0,0236 0,84 0,5417 9,1447 13,2166 Feb-10 0,003 0,3 0,5417 9,1415 13,2245 Mar-10 0,1136 -0,14 0,5417 9,1177 13,2344 Apr-10 0,1045 0,15 0,5417 9,1063 13,2423 Mei-10 -0,0658 0,29 0,5417 9,1248 13,2504 Jun-10 0,0942 0,97 0,5417 9,1142 13,2613 Jul-10 0,0611 1,57 0,5417 9,0996 13,2746 Agus-10 0,0484 0,76 0,5417 9,1095 13,2875 Sep-10 0,1953 0,44 0,5417 9,0965 13,2948 Okt-10 0,051 0,06 0,5417 9,0969 13,2932 Nop-10 0,023 0,6 0,5417 9,1064 13,2866 Des-10 0,0313 0,92 0,5417 9,104 13,281 Jan-11 -0,0525 0,89 0,5417 9,1113 13,2826 Feb-11 0,0211 0,13 0,5625 9,0851 13,2887 Mar-11 0,0352 -0,32 0,5625 9,0721 13,2967 Apr-11 0,0624 -0,31 0,5625 9,0565 13,3043 Mei-11 0,0745 0,12 0,5625 9,0522 13,3128 Jun-11 0,0126 0,55 0,5625 9,0592 13,3239 Jul-11 0,1055 0,67 0,5625 9,0488 13,3367 Agus-11 -0,028 0,93 0,5625 9,057 13,3492 Sep-11 -0,0846 0,27 0,5625 9,0851 13,3573 Okt-11 0,0552 -0,12 0,5417 9,0865 13,3575 Nop-11 -0,0218 0,34 0,5 9,1237 13,3521 Des-11 0,0717 0,57 0,5 9,1125 13,3438 55 Lampiran 4. Hasil uji t a Coefficients Model 1 Unstandardized Standardized 95% Confidence Interval for Coefficients Coefficients B B Std. Error (Constant) 4.312 4.121 x1 -.013 .022 x2 -.505 x3 x4 a. Dependent Variable: y Beta t Sig. Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Collinearity Statistics Part Tolerance VIF 1.046 .301 -3.998 12.623 -.100 -.613 .543 -.057 .031 -.141 -.093 -.085 .727 1.375 .186 -.560 -2.720 .009 -.880 -.131 -.335 -.383 -.377 .454 2.201 .044 .170 .053 .262 .795 -.298 .387 -.062 .040 .036 .477 2.097 -.331 .241 -.300 -1.374 .177 -.816 .155 .089 -.205 -.191 .403 2.481 56 Lampiran 5. Hasil uji f ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares ,047 ,224 ,271 df 4 43 47 Mean Square ,012 ,005 a. Predictors: (Const ant), PDB, Inf lasi, nilai tukar, Rates% b. Dependent Variable: return rata2 F 2,235 Sig. ,081a 57 Lampiran 6. Hasil uji multikolinearitas Coefficienta Collinearity Statistic Model Tolerance VIF Inflasi 0,727 1,375 Rates% 0,454 2,201 nilai tukar 0,477 2,097 PDB 0,403 2,481 a. Dependent Variable: return rata2 58 Lampiran 7. Hasil uji normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: return rata2 1.0 Expected Cum Prob 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences Mean Std. Dev iat ion Absolute Positiv e Negativ e Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data. Unstandardiz ed Residual 48 ,0000000 ,06906084 ,071 ,071 -,041 ,494 ,968 59 Scatterplot Lampiran 8. Hasil uji heteroskedastisitas Dependent Variable: return rata2 4 Regression Studentized Residual 2 0 -2 -4 -2 -1 0 1 Regression Standardized Predicted Value Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.633872 Prob. F(12,35) 0.1269 Obs*R-squared 17.23441 Prob. Chi-Square(12) 0.1410 Scaled explained SS 11.73842 Prob. Chi-Square(12) 0.4669 60 Lampiran 9. Hasil uji autokorelasi Durbin Watson 1,595 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.064236 Prob. F(2,41) 0.3543 Obs*R-squared 2.368891 Prob. Chi-Square(2) 0.3059 61 Lampiran 10. Daftar istilah dan definisinya Subprime Mortgage : Surat hutang yang diberikan kepada peminjam yang tidak memenuhi persyaratan kredit berdasarkan suku bunga pasar karena debitur memiliki catatan kredit yang kurang baik. The Fed : Bank sentral Amerika Serikat yang bertindak sebagai regulator perbankan, menyelenggarakan kebijakan moneter dan menjaga stabilitas pada pasar finansial Indeks sektoral : Indeks yang menggunakan perusahaan yang tercatat pada masing masing sektor yaitu Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Keuangan, Properti, Perdangangan Infrastruktur, dan Jasa, dan Manufatur. Capital gain : Pendapatan investasi dalam saham berupa keuntungan jual beli saham Capital loss : Kerugian dari aktivitas jual beli saham yang merupakan kebalikan dari capital gain Dividen : Keuntungan yang diterima investor yang merupakan imbalan dari investasi, dibayarkan oleh emiten Dividen Interim : Dividen yang dibayarkan selama tahun berjalan Dividen Final : Dividen yang dibayarkan setelah tutup tahun buku Lag of monetary policy : Efek tunda dari kebijakan moneter yang diambil pemerintah atau bank sentral dalam respon terhadap guncangan ekonomi Unsecured loan : Pemberian kredit yang tidak dijamin oleh agunan tambahan Harga par : Harga saham pada saat penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering)