pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan pdb

advertisement
PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, NILAI TUKAR DAN PDB
TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA
BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
HARYA BUNTALA KOOSTANTO
H24080129
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
a
RINGKASAN
HARYA BUNTALA KOOSTANTO. H24080129. Analisis Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Nilai Tukar dan PDB Terhadap Perubahan Tingkat Pengembalian
Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Dibawah
bimbingan BUDI PURWANTO
Pada tahun 2007-2008 terjadi krisis finansial yang berdampak pada
ambruknya beberapa perusahaan besar di dunia keuangan seperti Lehmann
brothers, Merill Lynch, AIG serta beberapa perusahaan besar lain di seluruh
dunia. Krisis ini diawali oleh persoalan kredit macet beresiko tinggi di sektor
perumahan (subprime mortgages), yang pada hitungan bulan menjalar menjadi
krisis ekonomi global yang melanda seluruh dunia. Pada masa krisis ini juga
terjadi perubahan yang menarik pada faktor makroekonomi Indonesia yaitu
peningkatan inflasi, naiknya suku bunga, melemahnya nilai tukar, dan
berkurangnya produk domestik bruto. Ditemui pula perubahan pada harga saham
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku
bunga, nilai tukar dan produk domestik bruto terhadap return investasi saham
pada pasar modal di Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data
sekunder bulanan periode Januari 2008 hingga Desember 2011 yang meliputi data
inflasi dan Produk Domestik Bruto diambil dari indikator ekonomi Badan Pusat
Statistik. Data mengenai tingkat suku bunga dan nilai tukar diperoleh dari Statistik
Ekonomi Keuangan Indonesia diterbitkan oleh Bank Indonesia. Data Saham yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia diperoleh dari www.finance.yahoo.com.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
berganda dengan menggunakan software Microsoft Excel, Eviews dan SPSS 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 17,2 % informasi Return dapat
dijelaskan oleh empat faktor makroekonomi yaitu Inflasi, Suku bunga, Nilai tukar
dan PDB. Sisanya sebesar 82,8% dijelaskan oleh faktor eksternal diluar model
dengan empat variabel tersebut.
Secara parsial dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap return saham dengan tingkat signifikansi 0,009%.
Kecenderungan investor untuk menabung yang tinggi pada saat suku bunga
mengalami kenaikan menyebabkan kelesuan pada pasar modal. Inflasi tidak
signifikan berpengaruh disebabkan nilai rata rata inflasi pada periode penelitian
masih dapat diterima pasar yaitu 0,50875. PDB ditemukan tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham dengan memperhatikan faktor pemerataan
kesejahteraan masyarakat, PDB yang dinilai belum tentu dapat mencerminkan
perkembangan investasi di pasar modal. Faktor nilai tukar juga tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham disebabkan dalam memperoleh return, investor
kurang memperhatikan nilai tukar dalam berinvestasi.
b
c
PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, NILAI TUKAR DAN PDB
TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA
BURSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
HARYA BUNTALA KOOSTANTO
H24080129
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
i
Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar dan PDB terhadap
Perubahan Tingkat Pengembalain Saham Perusahaan yang
Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
Nama
: Harya Buntala Koostanto
NIM
: H24080129
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Budi Purwanto, ME
NIP. 19630705 199403 1 003
Mengetahui,
Kepala Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
NIP. 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
ii
RIWAYAT HIDUP
Harya Buntala Koostanto lahir di Surakarta, tanggal 29 Januari 1990.
Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Djoko koostanto dan Ibu Haryanti
Koostanto. Penulis memiliki dua orang adik bernama Harya Candrasa Koostanto
dan Harya Kumuda Koostanto. Penulis memulai pendidikannya di TK Laksmi II
Surakarta pada tahun 1993-1995, kemudian melanjutkan sekolah di SDN
Soropadan Surakarta pada tahun 1995-1998, SDN Karah I Surabaya pada tahun
1998-2001, SMPN 5 Bogor pada tahun 2001-2004, dan SMAN 3 Bogor pada
tahun 2004-2007.
Penulis
melanjutkan kuliah pada
program Diploma
Instrumentasi Elektronika Universitas Indonesia pada tahun 2007-2008.
Kemudian melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008
melalui jalur SNMPTN dengan jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama duduk dibangku kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
dengan mengikuti berbagai macam organisasi, antara lain UKM Music
Agriculture X-pression (MAX!!) sebagai anggota General Affair pada tahun
2008-2010. Selain itu penulis juga tergabung dalam himpunan mahasiswa peminat
wirausaha ENTER sebagai anggota pada tahun 2010-2011. Penulis juga aktif
dalam beberapa kegiatan kepanitiaan seperti Alfamax 2009, Orange Fem
IPB,Pujangga 2010 dan beberapa kegiatan kemahasiswaan lainnya
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya, sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Pengatuh Inflasi,
Suku Bunga, Nilai Tukar dan PDB Terhadap Perubahan Tingkat Pengembalain
Saham Perusahaan yang terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh dari Inflasi, Suku
Bunga, Nilai Tukar dan PDB terhadap perubahan Tingkat Pengembalain Saham
Saham, dengan menggunakan Metode Regresi Linier Berganda. Karena keempat
faktor tersebut diduga dapat memberikan pengaruh terhadap Return Saham.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan sehingga sangat
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan di
masa yang akan datang. Penulis berharap supaya skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2013
Penulis
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala upaya telah dilakukan tentunya tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan serta dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak yang
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama disampaikan kepada yang
terhormat :
1.
Orang tuaku tercinta Bapak Djoko Koostanto dan Ibu Haryanti Koostanto
yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat, serta makna
dalam hidup penulis.
2.
Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang telah yang
telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam memberikan
bimbingan, kritik, saran, motivasi, serta pengarahan dalam penyempurnaan
penyusunan skripsi ini
3.
Kekasihku tercinta Fera Indira Karina yang selalu setia berbagi suka dan
duka.
4.
Adikku tercinta Harya Candrasa Koostanto dan Harya Kumuda Koostanto
5.
Seluruh dosen di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah memberikan
banyak ilmu serta membuka wawasan saya.
6.
Seluruh staf di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah membantu diri
saya hingga bisa sampai ke tahap kelulusan.
7.
Teman-teman satu bimbingan: Hernika, Ira, Mia, Aulia, dan Aidil yang
selalu memberi semangat dan berjuang bersama penulis dalam penyusunan
skripsi.
8.
Sahabatku Faiz Rasyid, Fikhy Endriaz, Iing Justrit dan Hasyim Ashari yang
selalu bersama dan memberi canda.
9.
Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan 45 yang telah bersamasama berjuang menuntut ilmu untuk menggapai harapan, penulis
memanjatkan doa agar kita bersama-sama menjadi generasi yang sukses.
10.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
I.
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
Latar Belakang............................................................................................ 1
Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 8
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1. Investasi ..................................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Investasi ........................................................................... 9
2.1.2 Investasi dalam saham ........................................................................ 9
2.1.3 Harga saham dan tingkat imbalan investasi saham ............................ 10
2.2. Faktor yang mempengaruhi tingkat imbalan investasi ............................... 11
2.2.1 Inflasi ............................................................................................... 11
2.2.2 Suku Bunga...................................................................................... 13
2.2.3 Nilai Tukar ....................................................................................... 15
2.2.4 Produk Domestik Bruto .................................................................... 16
2.2.5 Kondisi Pasar ................................................................................... 16
2.3. Penelitian terdahulu ..................................................................................... 16
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 18
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis..................................................................... 18
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................. 22
3.2.1 Penilaian Saham ............................................................................... 22
a. Agio Saham ................................................................................. 23
b. Dividen ...................................................................................... 24
c. Penilaian Tingkat Imbalan Investasi ............................................ 24
3.2.2 Pengukuran Variabel ........................................................................ 25
a. Inflasi ......................................................................................... 25
b. Suku Bunga ................................................................................ 25
c. Nilai Tukar ................................................................................. 25
vi
d. Produk Domestik Bruto .............................................................. 25
3.3. Data dan sumber data ................................................................................ 26
3.4. Sampel .................................................................................................... 27
3.5. Rencana Analisis data ............................................................................... 27
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 27
3.5.2 Uji Hipotesis .................................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 31
4.1. Analisis deskriptif ..................................................................................... 31
4.2. Uji Regresi Berganda ................................................................................ 36
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 36
4.2.2 Model Persamaan Regresi ................................................................ 40
4.2.3 Uji Hipotesis .................................................................................... 42
a. Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara bersama
return saham................................................................................ 42
b. Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara parsial
return saham................................................................................ 42
4.3. Implikasi Manajerial ................................................................................. 45
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 46
5.1. Kesimpulan............................................................................................... 46
5.1. Saran .................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 47
LAMPIRAN ..................................................................................................... 49
vii
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Data inflasi dan tingkat suku bunga 2008-2011 .............................................. 3
2. Data nilai tukar 2008-2011 .............................................................................. 4
3. Data nilai tukar akhir tahun ............................................................................ 5
4. Data produk domestik bruto 2008-2011........................................................... 6
5. Deskriptif statistik ......................................................................................... 31
6. Hasil uji multikolinearitas ............................................................................. 37
7. Uji white ....................................................................................................... 38
8. Hasil uji kolmogorov-smirnov ...................................................................... 39
9. Hasil durbin watson ..................................................................................... 40
10. Hasil lm test ............................................................................................... 40
11. Hasil estimasi regresi berganda ................................................................... 41
12. Hasil koefisien determinasi ........................................................................ 42
13. Hasil uji f .................................................................................................... 42
14. Hasil uji t .................................................................................................... 43
viii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Grafik inflasi dan suku bunga 2008-2011 ....................................................... 3
2. Nilai tukar 2008-2011 .................................................................................... 5
3. Produk domestik bruto 2008-2011.................................................................. 6
4. Kerangka pemikiran penelitian ..................................................................... 20
5. Pergerakan inflasi (Januari 2008- Desember2011) ........................................ 32
6. Pergerakan suku bunga (Januari 2008- Desember2011) ................................ 33
7. Pergerakan nilai tukar (Januari 2008- Desember2011) ................................. 34
8. Pergerakan produk domestik bruto (Januari 2008- Desember2011) ............. 35
9. Pergerakan return saham (Januari 2008- Desember2011) ............................ 36
10. Hasil uji heteroskedastis scatterplot ............................................................ 37
11. Hasil uji normalitas normal probability plot................................................ 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Statistik deskriptif ........................................................................................ 50
2. Kode saham penelitian ................................................................................. 51
3. Data variabel ................................................................................................ 53
4. Hasil uji t ..................................................................................................... 55
5. Hasil uji f ..................................................................................................... 56
6. Hasil uji multikolinearitas ............................................................................ 57
7. Hasil uji normalitas ..................................................................................... 58
8. Hasil uji heteroskedastisitas.......................................................................... 59
9. Hasil uji autokorelasi.................................................................................... 60
10. Daftar istilah dan definisinya ....................................................................... 61
x
xi
I.
I.1.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pada tahun 2007-2008 terjadi krisis finansial yang berdampak pada
ambruknya beberapa perusahaan besar di dunia keuangan seperti Lehmann
brothers, Merill Lynch, AIG serta beberapa perusahaan besar lain di seluruh
dunia. Krisis finansial global yang kemudian berubah menjadi krisis ekonomi
global ini, semula dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat.
Krisis ini diawali oleh persoalan kredit macet beresiko tinggi di sektor perumahan,
yang pada hitungan bulan menjalar menjadi krisis ekonomi global yang melanda
seluruh dunia (Ratnawati dan Widodo, 2009).
Subprime mortgage memungkinkan orang yang sebenarnya tidak layak
mendapat kredit menjadi layak mendapat kredit dengan kompensasi disertai
tingginya bunga pinjaman karena risiko tinggi yang harus ditanggung akibat
rendahnya aset jaminan dari peminjam. Rendahnya tingkat suku bunga The Fed,
sepanjang tahun 2002-2004 yang hanya sekitar 1 - 1,75 persen, membuat bisnis
subprime mortgage dan perumahan sangat diminati. Tingginya bunga pinjaman
subprime mortgage (pada saat bunga deposito rendah) menjadi daya tarik bagi
investor (bank, reksadana, dana pensiun, asuransi) untuk menanamkan dana
mereka di sini (Matram, 2008).
Mulai Juni 2004 The Fed bertahap menaikkan tingkat suku bunga hingga
mencapai 5,25 persen pada Agustus 2007. Kredit perumahan mulai bermasalah
akibat banyaknya nasabah yang gagal bayar. Dampaknya banyak perusahaan
penerbit Subprime Mortgage rugi besar karena nasabah yang gagal bayar sehingga
perusahaan penerbit subprime mortgage tidak mampu membayar hutang karena
nasabah tidak mampu membayar pinjaman. Terjadi banyak penyitaan rumah dan
akibat banyaknya penjualan pada pasar properti harga properti menurun 10
persen. Institusi keuangan selaku investor yang membeli surat hutang subprime
mortgage rugi besar karena surat utangnya hanya bernilai sekitar 20 persen.
Akibatnya, harga saham dari investor yang memiliki subprime mortgage jatuh dan
membuat investor rugi besar (Matram, 2008).
2
Perusahaan selaku investor yang turut menanamkan dananya pada subprime
mortgage mengalami kerugian besar dan banyak diantaranya mengalami
kebangkrutan. Investor yang menanamkan dananya pada subprime mortgage tidak
hanya dari Amerika serikat saja, tetapi juga Institusi keuangan besar dari seluruh
dunia. Banyaknya Investor besar yang berasal dari luar Amerika Serikat
merupakan penyebab dari bagaimana krisis di Amerika Serikat dapat menjalar
menjadi krisis global.
Dalam menanggulangi krisis global, BI secara bertahap mulai menaikkan
tingkat suku bunganya mulai Mei 2008. Boediono mengatakan, keputusan
menaikkan suku bunga acuan menunjukkan kepada pasar kalau otoritas moneter
konsisten terhadap pengendalian moneter. Kebijakan tersebut merupakan
kenaikan simultan BI Rate sejak Mei lalu saat BI Rate masih berada pada kisaran
8 persen (Nopiansyah, 2008).
Suku bunga mengalami kenaikan sepanjang tahun 2008. Dapat dilihat pada
Tabel 1, dimana suku bunga telah dikonversi menjadi data rata rata triwulan
dengan basis perbulan. Pada kuartal 1 sebesar 0,66 naik menjadi 0,68 pada kuartal
kedua kemudian menjadi 0,75 pada kuartal ketiga dan mencapai 0,78 pada kuartal
keempat. Setelah tahun 2008. Suku bunga mengalami penurunan yaitu menjadi
0,60 pada kuartal 1 tahun 2009. Dan mencapai 0,51 pada kuartal 4 tahun 2011.
Seiring dengan kenaikan suku bunga di sektor keuangan, indikator ekonomi
di sektor riil, yakni inflasi, juga cenderung mengalami kenaikan dalam kuartal 1
dan 2 tahun 2008 (Tabel 1). Krisis memberikan tekanan inflasi yang cukup berat
pada Indonesia. Rata rata inflasi month to month (mtm) pada kuartal 1 dan 2 tahun
2008 lebih dari 1% perbulan yaitu 1,12% pada kuartal 1 dan 1,48% pada kuartal
2. Sedangkan pada kuartal 3 inflasi juga masih cukup tinggi yaitu sebesar 0,95%.
Pada periode 2008 hingga 2011. Inflasi yang tinggi juga ditemukan pada kuartal 3
tahun 2010.
Tingginya inflasi bulanan ini menjadikan inflasi tahunan year on year (yoy)
tahun 2008 melambung tinggi. Menjadikan tahun 2008 sebagai tahun dengan
tingkat inflasi tertinggi sepanjang kurun waktu 2006 sampai 2010. Inflasi yoy
tahun 2008 mencapai 11,06%. Sebelumnya pada tahun 2006 dan 2007 berada
3
pada kisaran 6 %, yaitu sebesar 6,60% pada tahun 2006 dan 6,59%. Pada tahun
2007.
Pergerakan dari Inflasi bulanan dan Suku Bunga yang telah dikonversi
menjadi perbulan dapat kita lihat pada tabel dan grafik dibawah.
Tabel 1. Data inflasi dan tingkat suku bunga 2008-2011
Kuartal/Tahun
1(2008)
2(2008)
3(2008)
4(2008)
1(2009)
2(2009)
3(2009)
4(2009)
1(2010)
2(2010)
3(2010)
4(2010)
1(2011)
2(2011)
3(2011)
4(2011)
INFLASI(%)
1,12
1,48
0,95
0,18
0,12
-0,05
0,69
0,16
0,33
0,47
0,92
0,53
0,23
0,12
0,62
0,26
SUKU BUNGA(%)
0,67
0,69
0,75
0,78
0,69
0,60
0,55
0,54
0,54
0,54
0,54
0,54
0,56
0,56
0,56
0,51
Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (2012)
Gambar 1. Grafik inflasi dan suku bunga 2008-2011(BI dan BPS))
4
Selain Inflasi dan Suku Bunga perubahan yang menarik juga terjadi pada
nilai tukar rupiah terhadap dollar. Nilai tukar rupiah meningkat pada periode akhir
2008 seiring krisis yang terjadi. Tercatat pada kuartal 4 tahun 2008 rata rata nilai
tukar menembus 10.000 Rupiah per USD yakni sebesar 11.365,33 Rupiah per
USD. Hal ini juga terjadi pada kuartal 1 tahun 2009. Dengan nilai tukar sebesar
11.636,67 Rupiah per USD. Pada kuartal 2 tahun yang sama juga masih cukup
tinggi yakni sebesar 10.426 Rupiah per USD.
Perubahan nilai tukar selama periode 2008 hingga 2011 disajikan dalam
data yang dikonversi menjadi triwulan berbentuk tabel dan grafik yang dapat kita
lihat dibawah.
Tabel 2. Data nilai tukar 2008-2011
Kuartal/Tahun
1(2008)
2(2008)
3(2008)
4(2008)
1(2009)
2(2009)
3(2009)
4(2009)
1(2010)
2(2010)
3(2010)
4(2010)
1(2011)
2(2011)
3(2011)
4(2011)
NILAI TUKAR(Rp/USD)
9.186,33
9.259,00
9.216,33
11.365,33
11.636,67
10.426,00
9.887,00
9.475,00
9.271,67
9.091,67
8.972,33
8.977,33
8.863,00
8.569,33
8.636,33
9.024,33
Sumber : Bank Indonesia (2012)
5
Gambar 2. Nilai tukar 2008-2011(BI)
Jika kita membandingkan dengan tahun sebelum dan sesudah 2008 terlihat
jelas bahwa ada perbedaan. Nilai tukar pada tahun 2008 menembus angka
Rp10.000 per USD. Hal ini tidak terjadi pada tahun tahun yang lain. Tercatat pada
penutupan tahun 2008 nilai tukar Rupiah terhadap USD melonjak hingga
menembus 10950 Rupiah per USD (Tabel 3).
Tabel 3. Data nilai tukar akhir tahun
Tahun
Des 2011
Des 2010
Des 2009
Des 2008
Des 2007
Des 2006
Des 2005
Rp9.068
Rp8.978
Rp9.433
Rp10.950
Rp9.419
Rp9.020
Rp9.830
kurs
tengah(
/USD)
Sumber : Bank Indonesia (2012)
Perubahan juga terlihat pada Produk Domestik Bruto (PDB). PDB yang
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut adalah data PDB
sepanjang tahun 2008-2011. Pada kuartal ke empat tahun 2008 PDB menunjukkan
penurunan sebesar 19.249,3 milyar rupiah dari kuartal ketiga sebesar 538.641
milyar rupiah menjadi 519.391,7 milyar rupiah pada kuartal keempat tahun 2008.
Hal yang serupa juga terjadi pada akhir tahun 2009, 2010 dan 2011(Tabel 4).
6
Tabel 4. Data produk domestik bruto 2008-2011
Kuartal/Tahun
1(2008)
2(2008)
3(2008)
4(2008)
1(2009)
2(2009)
3(2009)
4(2009)
1(2010)
2(2010)
3(2010)
4(2010)
1(2011)
2(2011)
3(2011)
4(2011)
PDB (Milyar Rupiah)
505218,8
519204,6
538641
519391,7
528056,5
540677,8
561637
548479,1
559279,2
574539
594069
585950,8
595227,4
611625,2
632429,8
623959,6
Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)
Gambar 3. Produk domestik bruto 2008(BPS)
Krisis ekonomi global tahun 2007-2008 diperkirakan juga berpengaruh pada
harga saham. Sepanjang tahun 2008 Seluruh sektor pada indeks sektoral
mengalami penurunan. Indeks sektor properti terkoreksi pada level 229,56 di
bulan Januari dan berangsur turun hingga level 103,49 pada bulan Desember.
Indeks sektor pertanian terkoreksi pada level 3208,54 di bulan Januari dan
berangsur turun hingga level 918,77 pada bulan Desember. Indeks sektor
7
pertambangan terkoreksi pada level 3140,90 di bulan Januari dan berangsur turun
hingga level 877,6 pada bulan Desember. Indeks sektor konsumsi terkoreksi pada
level 428.13 di bulan Januari dan berangsur turun hingga level 326,84 pada bulan
Desember. Indeks sektor infrastruktur terkoreksi pada level 775,13 di bulan
Januari dan berangsur turun hingga level 490,35 pada bulan Desember. Indeks
sektor keuangan terkoreksi pada level 244,62 di bulan Januari dan berangsur turun
hingga level 176,33 pada bulan Desember Indeks sektor perdagangan terkoreksi
pada level 396,53 di Bulan Januari dan berangsur turun hingga level 148,33 pada
Bulan desember. Indeks sektor industri dasar terkoreksi pada level 224,71 di
bulan Januari dan berangsur turun hingga level 134,99 pada bulan Desember.
Indeks sektor manufaktur terkoreksi pada level 394,86 di bulan Januari dan
berangsur turun hingga level 236,54 pada bulan Desember. Indeks sektor aneka
industri terkoreksi pada level 473,55 di Bulan Januari dan berangsur turun hingga
level 214,94 pada Bulan Desember.
Pada data data yang telah di paparkan diatas kita dapat melihat bahwa di
masa krisis terjadi perubahan pada tingkat inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar,
PDB serta harga saham. Hal ini menimbulkan dugaan adanya hubungan saling
mempengaruhi pada faktor faktor terkait. Sehingga dalam penelitian ini akan
dilakukan analisis pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan produk domestik
bruto terhadap tingkat imbalan investasi (return) saham.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
penelitian
diatas,
maka
rumusan
permasalahannya adalah: Bagaimana pengaruh dari faktor inflasi, tingkat suku
bunga, nilai tukar dan Produk Domestik Bruto terhadap tingkat pengembalian
saham?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku
bunga, nilai tukar dan produk domestik bruto terhadap tingkat pengembalian
investasi saham pada pasar modal di Indonesia.
8
I.4. Manfaat penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelititan.
Diharapkan penelitian ini mampu memberi gambaran mengenai pengaruh faktor
makroekonomi terhadap tingkat imbalan investasi saham yang dapat menjadi
bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan penyusunan rencana investasi
pada rentan waktu yang terpengaruh oleh krisis supaya investor dapat
meminimalisir kerugian.
I.5. Ruang lingkup penelitian
Lingkup penelitian ini adalah seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian dibatasi pada saham yang terdaftar pada tahun 2008 hingga
2011. Untuk mengetahui dampak dari krisis tahun 2007-2008. Dengan
menganalisis data harga saham dan faktor makroekonomi yang terdiri dari inflasi,
suku bunga, nilai tukar, dan produk domestik bruto.
9
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Investasi
Menurut Manurung (2008) Investasi mempunyai definisi yaitu konsumsi
yang ditunda sementara waktu dan akan dikonsumsi lebih besar di masa
mendatang. Artinya, satu pihak baik perorangan maupun lembaga akan menunda
konsumsinya dan kemudian menjual instrumen investasi dengan adanya tambahan
yang dikenal dengan tingkat bunga / capital gain / dividen.
2.1.1 Investasi dalam saham
Saham adalah surat tanda bukti kepemilikan modal pada suatu perseroan
terbatas. Saham merupakan instrument yang paling dominan diperdagangkan
dalam transaksi jual beli pada bursa efek. (Siamat, 2005). Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji, 2001).
Menurut Siamat (2005) Jenis saham dapat dibedakan menjadi saham
preferen dan saham biasa atau lebih dikenal dengan common stock. Saham
preferen sering disebut surat berharga hybrid, sama dengan saham biasa tidak
memiliki tanggal jatuh tempo. Saham jenis ini memberi deviden dalam jumlah
tetap. Sedangkan yang dimaksud dengan saham biasa adalah saham yang
mewakili kepemilikan dalam perusahaan .Saham biasa tidak memiliki tanggal
jatuh tempo. Tetap ada selama perusahaan ada. Juga tidak memiliki batas terhadap
pembayaran dividen.
Dilihat dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas unjuk
dan saham atas nama (Darmadji, 2001)
1.
Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lainnya, secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka
dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
10
2.
Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.
2.1.2 Harga saham dan tingkat imbalan investasi saham
Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran
atas saham di pasar sekunder (pasar modal) atau dalam aktivitas perdagangan
saham sehari hari, harga saham mengalami fluktulasi baik berupa kenaikan
maupun penurunan. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan
demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya
banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan
dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang bersifat
makroekonomi.
Menurut Samsul (2006) Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan
dalam persentase dan modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini
meliputi keuntungan jual beli saham dimana jika untung disebut capital gain dan
jika rugi disebut capital loss. Disamping capital gain investor juga menerima
dividen tunai setiap tahunnya. Emiten akan membagikan dividen tunai dua kali
setahun, dimana yang pertama disebut dividen interim yang dibayarkan selama
tahun berjalan, sedangkan yang kedua disebut dividen final yang dibagikan
setelah tutup tahun buku. Pembagian dividen tunai ini diputuskan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atas usulan direksi perseroan.
Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas:
1.
Blue chip stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang
stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2.
Income stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya, emiten seperti ini biasanya mampu pendapatan yang
lebih tinggi dan secara teratur membayarkan dividen tunai. Tidak suka
menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
3.
Growth stock (well known), yaitu saham saham dari emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi. Sebagai leader di industri sejenis
11
yang memiliki reputasi yang tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock
(lesser known) yaitu saham emiten yang tidak sebagai leader dalam industri
namun memiliki ciri growth stock.umunya saham ini berasal dari daerah dan
kurang populer di kalangan emiten.
4.
Speculative stock, yaitu saham dari suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tehun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang,
meskipun belum pasti.
5.
Counter cyclical stock, Yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.pada saat resesi
ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emiten mampu memberikan
dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam
memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.Emiten seperti ini
biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan
masyarakat seperti rokok, consumer goods. (Darmadji, 2001)
2.2. Faktor yang mempengaruhi tingkat imbalan investasi
2.2.1 Inflasi
Menurut Djohanputro (2006) Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan
kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan di sini adalah
bahwa kenaikan tersebut bukan kenaikan yang terjadi sesaat tetapi terjadi secara
terus menerus. Inflasi berkaitan dengan kenaikan harga secara umum. Kenaikan
harga satu jenis barang tidak termasuk dalam kategori inflasi kecuali bila
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Inflasi memberikan dampak tergantung tingkat inflasi itu sendiri. Inflasi
yang yang ringan memberikan dorongan terhadap perekonomian untuk menjadi
lebih baik. Meningkatkan pendapatan nasional membuat masyarakat bersemangat
untuk menabung dan berinvestasi. Sedangkan inflasi yang parah atau tidak
terkendali menyebabkan perekonomian menjadi lesu. Harga yang meningkat
secara cepat menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, menyebabkan orang
tidak bersemangat bekerja dan berinvestasi. Masyarakat enggan untuk menabung
karena nilai mata uang menurun begitu cepat.
12
Inflasi dapat digolongkan dengan beberapa cara. yaitu berdasarkan besarnya,
penyebab dan harapan masyarakat. (Djohanputro, 2006)
Kategori inflasi berdasarkan besarnya bisa dibagi menjadi beberapa macam.
1.
Inflasi ringan, inflasi dengan laju kurang 10% pertahun. Sehingga disebut
juga inflasi dibawah dua digit. Sifat inflasi ini tidak memberikan dampak
yang merusak pada perekonomian. Dalam beberapa hal justru memberikan
dorongan bagi pengusaha untuk bergairah dalam berproduksi karena adanya
dorongan kenaikan harga barang di pasar.
2.
Inflasi sedang, Inflasi yang bergerak antara 10% - 30% pertahun. Pengaruh
yang ditimbulkan cukup dirasakan terutama bagi masyarakat dengan
penghasilan tetap seperti pegawai negeri dan dan karyawan lepas.
3.
Inflasi berat, Inflasi dengan laju antara 30% - 100% pertahun. Inflasi berat
terjadi pada keadaan politik yang tidak stabil dan menghadapi krisis yang
berkepanjangan. Efek yang ditimbulkan menyebabkan mulai hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga ekonomi masyarakat
seperti perbankan. Aktivitas kredit, asuransi, proses produksi dan distribusi
barang mengalami guncangan karena masyarakat lebih mengambil sikap
aman dengan memegang barang dari pada uang. Masyarakat mulai
kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas nilai mata uang.
4.
Hiperinflasi, Inflasi dengan laju diatas 100% pertahun yang menimbulkan
krisis
berkepanjangan.
Fenomena
hiperinflasi
biasanya
menandai
pergolakan politik dan pergantian pemerintahan atau rezim. Masyarakat
benar benar kehilangan kepercayaan terhadap mata uang yang beredar
sehingga perekonomian lumpuh (Yuliadi, 2008).
Berdasarkan penyebabnya. Pengelompokan berdasarkan penyebab inflasi
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu karena tarikan permintaan dan inflasi
dorongan biaya.
1.
Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation). Yaitu kenaikan
harga harga karena tingginya permintaan, sementara barang tidak tersedia
sehingga harga naik. Jika kondisi barang telah berada pada kesempatan
kerja penuh (full employment). kenaikan permintaan total (agregate
13
demand) tidak lagi mendorong kenaikan produksi (output) tetapi hanya
mendorong kenaikan harga.
2.
Inflasi dorongan biaya (cost push inflastion), yaitu inflasi karena biaya atau
harga faktor produksi (seperti upah buruh) meningkat sehingga produsen
harus menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi bisa
berlangsung terus (Khalwaty, 2000).
Pengelompokan inflasi yang lain adalah berdasarkan harapan masyarakat.
Pengelompokan inflasi berdasrkan harapan masyarakat dapat dikategorikan
menjadi dua. Djohanputro (2006)
1.
Inflasi harapan (expected inflation) yaitu besar inflasi yang diharapkan atau
diperkirakan akan terjadi. Ekonom biasanya menggunakan berbagai model
ekonometri untuk menghasilkan model yang baik.Inflasi harapan umumnya
tidak memberi kejutan. Misalnya inflasi tahun 2001 sampai 2006 konstan
sebesar 6% maka pada tahun 2007 diperkirakan besar inflasi akan tetap
sebesar 6%. Bila inflasi sudah diperkirakan sebesar nilai tersebut. Maka
setiap orang sudah menyusun rencana masing masing. Seperti perusahaan
menaikkan harga jual, karyawan menuntut kenaikan gaji, dan sewa tanah
bangunan yang disesuaikan.
2.
Inflasi bukan harapan (unexpected inflation), yaitu inflasi yang tidak
diperkirakan akan terjadi. Misalnya anda inflasi diperkirakan 6% pada tahun
2007. Namun inflasi yang terjadi menyimpang dari 6%. Penyimpangan
tersebut merupakan unexpected inflation. Inflasi jenis ini memberikan
kejuan pada perilaku para pelaku ekonomi dan berdampak pada ekonomi
secara mendasar.
2.2.2 Suku Bunga
Menurut Kasmir (1999) Bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional
dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Dapat diartikan juga sebagai harga yang harus
dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (yang memperoleh pinjaman). Ada dua macam bunga yang
diberikan bank kepada nasabahnya yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman.
14
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau
balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan
merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya seperti jasa giro,
bunga tabungan serta bunga deposito dan harga ini merupakan harga beli bagi
bank. Sedangkan bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada peminjam
atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga
kredit dan harga ini bagi bank merupakan harga jual (Kasmir, 1999).
BI rate selaku suku bunga acuan adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan
Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liqudity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter
dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight.
Pergerakan di PUAB (Pasar Uang Antar Bank) ini diharapkan akan diikuti oleh
perkembangan di suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan.
Jadwal penetapan dan penentuan dari BI rate ditetapkan sebagai berikut;
1.
Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan
melalui mekanisme RDG bulanan dengan cakupan materi bulanan.
2.
Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG
berikutnya
3.
Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy)
dalam mempengaruhi inflasi.
4.
Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula penetapan stance
kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG
mingguan.
15
Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI rate (secara
konsisten dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukan
intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka
perubahan BI rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.
Jakarta interbank offered rate (JIBOR) selaku suku bunga antarbank adalah
suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia. Suku bunga
penawaran adalah suku bunga pada transaksi unsecured loan antar bank, yang
mencerminkan suku bunga yang ditawarkan suatu bank pada bank lain sekaligus
suku bunga pinjaman yang bersedia diterima suatu bank dari bank lain. JIBOR
terdiri atas dua mata uang yakni IDR dan USD, dengan masing masing terdiri dari
6 tenor yakni 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
2.2.3 Nilai Tukar
Menurut Mankiw (2007) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah
tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Jenis Kurs dibedakan menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil:
1.
Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara.
2.
Kurs riil adalah harga relatif dari barang barang diantara dua negara. Kurs
riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang barang
dari suatu negara untuk arang barang dari negara lain.
Kurs nominal sendiri dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing
dibagi menjadi empat jenis yakni (Dornbusch dan Fischer, 1997).
1.
Selling rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2.
Middle rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank
Central pada suatu saat tertentu.
3.
Buying rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4.
Flat rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank
notes
dan traveller
cheque,
dimana
dalam
diperhitungkan promosi dan biaya biaya lainnya.
kurs
tersebut
sudah
16
2.2.4 Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto (PDB) menyatakan pendapatan total dan
pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Tujuan PDB adalah
meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode
waktu tertentu (Mankiw, 2007).
Menurut McEachern (2000) PDB dibagi dua berdasarkan tipenya yaitu;
1.
PDB dengan harga yang berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan
jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga
yang berlaku pada tahun tersebut.
2.
PDB dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang
berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai
barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun tahun lain.
PDB nominal berubah dari tahun ke tahun karena alasan output fisik barang yang
berubah dan harga pasar yang berubah. Perubahan PDB nominal sebagai akibat
perubahan harga tidak menjelaskan tentang kinerja perekonomian dalam
memproduksi barang dan jasa. Oleh karena itu PDB riil lebih baik digunakan
sebagai ukuran dasar untuk perbandingan output pada tahun yang berbeda
dibandingkan PDB nominal (Dornbusch et al, 2008).
2.2.5 Kondisi Pasar
Dalam pasar saham kondisi pasar dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
kondisi pasar bearish dan pasar bullish. Yang dimaksud dengan Bullish adalah
kondisi pasar dengan keadaan perdagangan saham yang ramai (frekuensi
perdagangan tinggi). Ditandai dengan meningkatnya IHSG secara terus menerus
dari waktu ke waktu. Sedangkan Bearish adalah kondisi pasar dengan frekuensi
perdagangan saham yang rendah. Ditandai dengan menurunnya IHSG secara
kontinyu dari waktu ke waktu (Widoatmodjo, 2005).
2.2.1 Penelitian terdahulu
Thobarry (2009) melakukan penelitian mengenai hubungan nilai tukar, suku
bunga, laju inflasi dan pertumbuhan GDP terhadap indeks harga saham properti,
penelitian dilakukan pada indeks harga saham sektor properti di bursa efek
indonesia pada januari 2008 sampai dengan desember 2009. Teknik analisis data
17
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif yang
dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan data gabungan antara
cross section dan time series. Hasil dari penelitian ini adalah nilai tukar dollar
terhadap rupiah, suku bunga , inflasi dan pertumbuhan GDP secara bersama sama
berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor properti.
Hajiji (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh kurs dollar, tingkat
suku bunga, inflasi terhadap perubahan IHSG . penelitian dilakukan pada Indeks
harga saham gabungan pada januari 2008 sampai dengan mei 2008. teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif yang dilakukan dengan
metode ARCH dan GARCH . Hasil dari penelitian ini adalah. tingkat suku
bunga dan Inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Syukma
(2011) melakukan analisis faktor faktor makroekonomi yang
mempengaruhi return saham batubara dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII)
pada periode januari 2005 sampai dengan mei 2010. Metode yang digunakan
adalah metode analisis yang bersifat deskriptif dan kuantitatif dengan
menggunakan model ekonometrik yaitu ARCH-GARCH. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Customer Price Index (CPI), nilai tukar rupiah terhadap
dollar amerika, Industrial Production Index (IPI) dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap return saham BUMI (Bumi Resources
Tbk) dan PTBA (PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk). Sedangkan Jumlah
uang beredar (M2) dan suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap return BUMI
dan PTBA.
18
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi
operasi perusahaan sehari hari. Kondisi makro di masa datang sangat berguna bagi
investor dalam proses pengambilan keputusan investasi yang menguntungkan.
adapun indikator yang sering dihubungkan dengan pasar modal adalah tingkat
inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan Produk Domestik Bruto (Kewal, 2012).
Inflasi yang meningkat akan mengakibatkan penurunan dari nilai mata uang
yang berarti penurunan daya beli masyarakat secara relatif. Penurunan daya beli
ini akan menyebabkan transaksi pada pasar saham berkurang. Dengan
berkurangnya transaksi di pasar saham tersebut maka akan menyebabkan
turunnya harga saham dan berpengaruh terhadap berkurangnya tingkat
pengembalian atau return saham. Dari paparan tersebut dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:
Ha = terdapat pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap return saham
Selain inflasi investasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Suta
(2000) mengatakan bahwa Dengan meningkatnya tingkat suku bunga riil maka
akan menyebabkan investor cenderung untuk mengurangi kegiatan investasinya.
Dana investasi akan cenderung akan diendapkan dalam bentuk deposito dan
tabungan karena return yang akan ditawarkan deposito lebih besar dibandingkan
dengan return yang ditawarkan pasar saham. Hal ini menyebabkan berkurangnya
transaksi di pasar modal terutama pasar saham sehingga akan menyebabkan
penurunan harga saham dan berkurangnya tingkat pengembalian saham.Dari
paparan tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
Hb = terdapat pengaruh negatif tingkat suku bunga terhadap return saham
Faktor lain yang turut berpengaruh pada tingkat pengembalian saham adalah
nilai tukar. Menurut Suta (2000), terjadinya apresiasi rupiah memberikan dampak
terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri terutama
dalam persaingan harga. Apabila hal ini terjadi maka secara tidak langsung akan
memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena menurunnya nilai
ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan berpengaruh pula
19
kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran tentu
akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan
dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian indonesia, yang
selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham dipasar
modal yang dapat berupa anjlloknya harga saham dan mengakibatkan
berkurangnya tingkat pengembalian saham. Depresiasi Rupiah menyebabkan
sumber dana mengalir dari pasar saham ke arah pasar uang asing. Investor akan
menginvestasikan dananya pada pasar uang asing karena dinilai lebih memberi
keuntungan. Dari paparan tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
Hc = terdapat pengaruh positif nilai tukar terhadap return saham.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercermin pada Produk Domestik Bruto
juga turut memberi pengaruh pada investasi. Besarnya tingkat pertumbuhan
ekonomi menunjukkan besarnya pertumbuhan dalam produksi barang dan jasa.
Bila pertumbuhan ini terus berlangsung, maka kegiatan investasi sangat
diperlukan
untuk
menunjang
peningkatan
dalam
produksi,
selanjutnya
memberikan perkembangan yang baik bagi pasar modal sebagai sumber dana bagi
pengembangan usaha yang akan meningkatkan tingkat pengembalian saham.
(Suta, 2000). Produk Domestik Bruto yang memburuk akan menyebabkan
penurunan daya beli masyarakat secara riil. Hal ini berarti penurunan kemampuan
masyarakat dalam menanamkan dananya pada pasar saham yang mengakibatkan
penurunan transaksi pada pasar saham.
Dari paparan tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
Hd = terdapat pengaruh positif Produk Domestik Bruto terhadap return saham.
20
Inflasi
Penurunan
Daya Beli
Relatif
Investasi
Suku
bunga
Produk
Domestik
Bruto
Alternatif lain
lebih menarik
(tabungan,
deposito)
Berkurangnya
transaksi pada
pasar saham
Harga saham
Penurunan
Daya Beli Riil
Return
saham
Nilai
Tukar
Pasar Uang
Luar Negeri
yang lebih
menarik
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah:
Ha:
H1 = inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham
H0 = inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap return saham
Hb:
H1 = tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham
H0 = tingkat suku bunga tidak berpengaruh negatif terhadap return saham
Hc:
H1 = Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap return saham
H0 = Nilai tukar tidak berpengaruh negatif terhadap return saham
Hd:
H1 = PDB berpengaruh positif terhadap return saham
H0 = PDB tidak berpengaruh negatif terhadap return saham
Investor
21
He:
H1 = Inflasi, suku bunga, Nilai tukar dan PDB berpengaruh terhadap
return saham
H0 = Inflasi, suku bunga, Nilai tukar dan PDB tidak berpengaruh terhadap
return saham
Setelah ditentukan hipotesis. Dapat dilakukan regresi dengan terlebih
dahulu menentukan model.
Model regresi majemuk dituliskan sebagai berikut ;
................. (1)
Dimana i=1,2,3,..., N (banyaknya observasi)
Untuk mengetahui pengaruh dari Inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan PDB
terhadap return saham. Maka akan dilakukan regresi. metode analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda dengan model sebagai berikut :
RETURN =
+
INFLASI +
SB+
ln KURS+
ln PDB ... (2)
Dimana
RETURN
=
Return saham
=
koefisien intercept
=
koefisien inflasi
=
koefisien suku bunga BI rate
=
koefisien nilai tukar
=
koefisien PDB
INFLASI
=
Inflasi (%)
SB
=
Tingkat suku bunga BI rate (%)
KURS
=
Nilai tukar (Rp/USD)
PDB
=
PDB (Rp)
Dalam melakukan analisis regresi linear berganda tidak ada pernyataan
yang mengharuskan bahwa variabel variabel yang digunakan harus memiliki
satuan yang sama. (Walpole, 1993).
22
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
3.2.1 Penilaian Saham
Menurut Arifin (2005) Nilai selembar saham adalah sama dengan nilai
sekarang dari seluruh pendapatan yang diperkirakan akan diberikan. Pendapatan
yang diberikan oleh saham adalah dividen yang akan dibayarkan hingga waktu
yang tak terbatas. Meskipun menjual saham dengan harga diatas harga beli juga
termasuk pendapatan namun harga jual sebuah saham merupakan cerminan dari
ekspektasi dividen yang akan dibayarkan. Dengan demikian dividen merupakan
faktor relevan dalam penilaian saham dan model dasar penilaian saham adalah
sebagai berikut.
....................................... (3)
Dimana,
= nilai saham pada saat ini
= ekspektasi dividen akhir tahun t
= required return saham
Untuk menyederhanakan penilaian kita dapat mengasumsikan besar
dividen yang akan dibayarkan perusahaan dengan memakai asumsi pertumbuhan
dividennya. Asumsi pertumbuhan tersebut adalah dengan zero growth, constant
growth, dan variable growth
1.
Model Zero Growth
Model ini mengasumsikan bahwa besar dividen selalu sama selamanya atau
dengan kata lain dividen tidak mengalami pertumbuhan. Dalam bentuk notasi,
besar dividen dapt dinyatakan bahwa
=
= ... =
dengan model sbb.
........................................................... (4)
............................................................... (5)
2.
Model Constant Growth
Model ini dikenal juga dengan nama Gordon growth model. Berasumsi
bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan akan tumbuh konstan selamanya.
Tingkat pertumbuhan konstan dinotasikan dengan g diasumsikan lebih kecil
dibandingkan dengan required return,
. Modelnya adalah sebagai berikut:
23
.................................. (6)
=
3.
.......................................... (7)
Model Variable Growth
Model Variabel Growth merupakan model yang memungkinkan kita
membedakan tingkat pertumbuhan di suatu periode dengan di periode yang lain
karena di masa yang akan datang pertumbuhan perusahaan dapat mengalami
penurunan atau peningkatan. Langkah langkahya adalah sebagai berikut. Pertama,
mencari nilai sekarang dari ekpektasi dividen selama periode pertama
pertumbuhan yaitu mulai tahun 1 hingga tahun ke-n dengan tingkat pertumbuhan
. Dengan model sebagai berikut:
................................................. (8)
Kedua mencari nilai saham pada akhir tahun ke-n, yaitu tahun terakhir untuk
tingkat pertumbuhan pertama. Formula yang digunakan untuk mencari harga pada
tahun ke-n adalah formula constant growth karena setelah tahun ke-n dividen
akan tumbuh konstan sebesar
, sehingga
. Setelah
ditemukan, harga saham pada akhir tahun ke-n dipresent value-kan sehingga
rumusnya adalah sebagai berikut:
................................................. (9)
Ketiga, menjumlahkan nilai sekarang dari dividen selama masa pertumbuhan
pertama dan nilai sekarang dari saham pada akhir tahun ke-n.
+
a)
......................(10)
Agio Saham
Agio saham adalah kekayaan bersih perusahaan yang diperoleh dari
penilaian atau penjualan saham diatas harga pari (par) (Samsul, 2006). Dari selisih
harga yang ada bisa dijadikan pertimbangan bagi investor dalam membeli saham.
Jika selisihnya besar maka artinya para investor menilai saham tersebut memiliki
nilai lebih tinggi dari yang ditawarkan perusahaan dan kedepannya harga
memiliki peluang untuk naik lagi
24
b)
Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Untuk menerima dividen
pemodal harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama
yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui
sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen (Samsul, 2006).
c)
Penilaian Tingkat Imbalan Investasi
Menurut Samsul (2006) Rumus penghitungan return saham dapat dilakukan
dengan dua cara, dimana yang pertama adalah.
................................................ (11)
Keterangan
= return saham
untuk waktu t (hari,bulan,tahun berjalan, dan
sebagainya)
= price, yaitu harga untuk waktu t
= price, yaitu harga untuk waktu sebelumnya (kemarin,bulan
lalu,tahun lalu, dan seterusnya)
= dividen tunai interim dan dividen tunai final.
Karena ada kemungkinan capital loss , maka
dapat negative
Rumus penghitungan return saham yang kedua adalah.
.......................................... (12)
Keterangan
= return saham individual untuk waktu t (hari,bulan,tahun berjalan,
dan sebagainya)
= indeks harga saham individual untuk waktu t
= indeks harga saham individual untuk waktu sebelumnya
= dividen tunai interim dan dividen tunai final.
25
3.2.2 Pengukuran Variabel
a)
Inflasi
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat.
..................................... (13)
= Inflasi bulan t
= Indeks Harga Konsumen bulan t
= Indeks Harga Konsumen bulan t-1
b)
Suku bunga
Persamaan Fisher menjelaskan bahwa tingkat bunga nominal adalah tingkat
bunga riil ditambah ekspektasi inflasi (Manurung, 2008), yaitu:
R=r+
............................................... (14)
Dimana:
R
= tingkat bunga riil
R
= tingkat bunga nominal
= tingkat ekspektasi inflasi
c)
Nilai Tukar
Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US dollar Jika di formulasikan
Kurs =
.......................................(15)
Kurs yang digunakan pada penelitian ini adalah kurs tengah dari kurs pada saat
penutupan pasar uang yang dihitung secara bulanan.
d)
Produk Domestik Bruto
Menurut Djohanputro (2006) Secara matematis, PDB dapat ditunjukkan
dengan rumus sebagai berikut;
PDB=C+G+I+(X-M).....................................(16)
26
Dengan ;
C
= Konsumsi Masyarakat
G
= Pengeluaran Pemerintah
I
= Investasi
X
= Ekspor
M
= Impor
3.3. Data dan sumber data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan yang
meliputi:
1.
Data inflasi diambil dari data bulanan periode 2008-2011 yang terdapat
pada indikator ekonomi Badan Pusat Statistik.
2.
Data mengenai tingkat suku bunga periode 2008-2011 diperoleh dari
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia.
3.
Data nilai tukar periode 2008-2011 diperoleh dari Statistik Ekonomi
Keuangan Indonesia, Bank Indonesia.
4.
Data Produk Domestik Bruto periode 2008-2011 yang terdapat pada
indikator ekonomi Badan Pusat Statistik.
5.
Data Saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama pengamatan
dari januari 2008 sampai dengan desember 2011 yang diperoleh dari
www.finance.yahoo.com
Menurut Gujarati (2009) tipe data dibagi berdasarkan sifatnya menjadi
Time series dan Cross-section. Time series data adalah sekumpulan observasi
dengan variabel yang berubah dalam satuan waktu. Data dapat dikumpulkan
dengan menggunakan satuan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Crosssection data adalah data dengan satu atau lebih variabel yang dikumpulkan pada
waktu yang sama.
Jenis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series
dikarenakan data yang digunakan tersaji dalam kurun waktu yang berbeda. Yaitu
harga saham, Inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB pada periode waktu Januari
2008 sampai dengan Desember 2011.
27
Pada penelitian ini return saham diperlakukan sebagai variabel dependen
atau terikat. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalah inflasi, tingkat
suku bunga, nilai tukar dan PDB. Sehingga dapat diketahui pengaruh dari inflasi,
tingkat suku bunga, nilai tukar dan PDB terhadap return saham.
3.4. Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri cirinya akan
diduga (Singarimbun dan Sofian, 1989). Populasi dari penelitian ini adalah harga
saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2008-2011.
Penentuan pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu.
Kriteria purposive sampling pada penelitian ini adalah :
1. Perusahaan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2008
sampai Desember 2011.
2. Perusahaan melakukan transaksi perdagangan tiap bulannya pada periode
Januari 2008 sampai Desember 2011.
Berdasarkan kriteria diatas, dari 452 emiten saham yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia. Emiten saham terseleksi menjadi 252 emiten saham yang
akan di analisis pada penelitian ini.
3.5. Rencana Analisis Data
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Setiap penelitian diperlukan serangkaian uji coba untuk mengetahui
validitas suatu model. Pada penelitian ini model dan data yang digunakan
diwajibkan untuk memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiassed Estimators).
Data pada penelitian ini merupakan data time series dengan menggunakan regresi
OLS (Ordinary Least Square), maka ujicoba yang dilakukan pada penelitian ini
adalah normalitas, heteroscedasticity, autokorelasi, dan multikolineritas.
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan
dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.
Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data
yang meliputi
uji multikoliniearitas dengan matriks korelasi antara variabel
variabel bebas, uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), Uji
28
normalitas menggunakan scatter plot , dan uji autokorelasi melalui uji durbin
watson (Nachrowi,2006).
Uji multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variael independen. Pada model regresi yang baik
seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multi kolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari
tolerancevalue atau varian inflating factor (VIF). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas dalam model ini adalah sebagai berikut :
1.
Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabel variabel bebas
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terkait
2.
Menganalisa matriks korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat korelasi
antara variael bebas yang cukup tinggi (>0.9), hal ini merupakan indikasi
adanya multikolinearitas.
3.
Dilihat dari nilai VIF dan Tolerance. Nilai cut off Tolerance <0,10 dan VIF
>10, berarti terdapat multikolinearitas.
Jika gejala multikolinearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi
akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan
parameter semakin lebar. Dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya
kekeliruan yaitu menerima hipotesis yang salah. Uji multikolinearitas dapat
dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji
korelasi antar independen variabel dengan menggunakan varians inflating
factor(VIF). Batas VIF adalah 10 apabila nilai VIF lebih besar daripada 10 maka
terjadi multikolinearitas (Nachrowi, 2006).
Uji heteroksedaktisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedaksititas
atau tidak terjadi heteroksedaktisitas (Nachrowi, 2006). Asumsi pada model
regresi adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang konstan
atau memiliki varian yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi
pada data cross sectional. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah
29
kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam uji F karena
pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti, 2006).
Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara
normal atau tidak (Nachrowi, 2006).
Ketika data telah terdistribusi normal, maka data tersebut dapat diolah
dengan regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dapat dilakukan dengan
menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat
nilia statistik kolmogorov-smirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai
statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari
α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat
dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006).
Uji Autokorelasi
Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linier memiliki asumsi
bahwa tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data
time series .
Model regresi yang baiuk tidak memperkenankan terjadinya
autokorelasi. Akibat terjadinya korelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F
menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang
menyimpang pada tingkat signifikansi dan koefisien yang ditaksir.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1 . jika terjadi korelasi maka dinamakan ada autokorelasi . Model regresi
yang baik adalah yang bebas autokorelasi (Nachrowi, 2006).
3.5.2 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan (Uji F)
Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan uji
F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui semua pengaruh variabel
independen yang terdapat di dalam model secara bersama sama terhadap variabel
dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5 % nilai F ratio dari masing
masing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika Frasio
> Ftabel atau prob-sig <α 5% berarti bahwa masing masing variabel independen
berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk
30
menguji signifikansi pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap harga dan return
saham secara simultan (Nachrowi, 2006).
Pengujian dengan koefisien regresi parsial (uji T)
Pengujian dengan koefisien regresi parsial dilakukan dengan uji t. Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel
independen lain dianggap konstan. Dengan tingkat signifikansi 95%,nilai t hitung
dari masing masing koefisien regresi kemudian diandingkan dengan nilai t tabel.
Jika t-hitung>t-tabel atau prob-sig α<=5% berarti bahwa masing masing variabel
independen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen (Nachrowi,
2006).
31
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi
pada variabel yang ada pada penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah return saham (RETURN), tingkat inflasi (INFLASI), tingkat suku
bunga (SB), nilai tukar (KURS) dan produk domestik bruto (PDB). Dalam
penelitian ini analisis deskriptif statistik yang tercantum terdiri dari nilai rata rata
(mean), nilai tengah (median), nilai maksimum, nilai minimum, deviasi standar,
tingkat kemiringan (skewness), kurtosis, dan jumlah observasi dari data.
Tabel 5. Deskriptif statistik
Mean
Return(%) Inflasi(%)
0,030
0,509
Suku
Bunga(%)
0,602
Nilai Tukar
(Rp/USD)
9491,104
PDB (Milyar
Rupiah)
562214,348
Median
Maximum
0,029
0,195
0,445
2,460
0,563
0,792
9175,000
12151,000
558287,968
632554,200
Minimum
Std, Dev,
Skewness
Kurtosis
-0,190
0,076
-0,220
3,562
-0,320
0,568
1,105
4,614
0,500
0,084
0,989
2,609
8508,000
905,861
1,516
4,442
494752,579
38887,083
0,216
1,992
48
48
48
48
48
Observations
Sumber : hasil pengolahan data
Pada variabel Inflasi dapat kita lihat (lihat Tabel 5). Jumlah observasi yang
digunakan (N) adalah sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid
tanpa ada data yang hilang. Nilai rata rata dari inflasi sepanjang periode penelitian
adalah 0,50875. Nilai tengah dari inflasi adalah 0,445. Kecondongan data inflasi
sebesar 1.104889. Nilai kurtosis sebesar 4.614298. Deviasi standar sebesar
0,5675952. Perubahan inflasi selama periode penelitian dapat dilihat pada gambar
4.1.
32
Gambar 5. Pergerakan inflasi (Januari 2008- Desember2011)
Pada Januari 2008 tercatat inflasi sebesar 1,77 persen mengalami fluktulasi
dan menurun hingga mencapai 0,57 % pada bulan desember 2011. Titik tertinggi
inflasi berada pada bulan juni 2008 sebesar 2,46 %. Inflasi terendah berada pada
bulan april tahun 2011 dan april tahun 2009 sebesar -0,32 %.
Pada variabel suku bunga jumlah observasi yang digunakan (N) sebanyak
48 data yang seluruhnya merupakan data valid. Tanpa ada data yang hilang. Rata
rata dari tingkat suku bunga pada 48 data sebesar 0,602 persen. Nilai tengah
sebesar 0,563. Nilai tertinggi 0,792. Nilai terendah sebesar 0,500. Kecondongan
sebesar 0,989. Kurtosis sebesar 4,614. Deviasi standar 0,568.( Tabel 5).
Perubahan variabel suku bunga dapat dilihat pada gambar 4.2.
33
Gambar 6. Pergeraka suku bunga (Januari 2008- Desember2011)
Tingkat suku bunga pada bulan Januari 2008 tercatat sebesar 0,666%
bertahan tidak mengalami perubahan hingga bulan april 2008. Pada bulan mei
2008 tingkat suku bunga mulai mengalami kenaikan sebesar 0,020% menjadi
0,6875 %. Terus naik dengan pertumbuhan yang sama sebesar 0,020% dan
berhenti pada bulan oktober 2008 mencapai tingkat suku bunga sebesar 0,791% ,
bertahan hingga november 2008. Pada bulan selanjutnya yaitu desember 2008
tigkat suku bunga mengalami penurunan sebesar 0,020% menjadi 0,770% dan
terus mengalami penurunan secara bertahap hingga agustus 2009 mencapai titik
0,5417%. Tingkat suku bunga bertahan konstan pada 0,541% sampai pada bulan
januari 2011. Pada bulan februari tingkat suku bunga naik menjadi 0,562% dan
bertahan hingga bulan september 2011. Kemudian kembali mengalami penurunan
hingga tercatat pada bulan desember 2011 sebesar 0,5%.
Pada variabel Nilai tukar jumlah observasi yang digunakan (N) adalah
sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid. Tanpa ada data yang
hilang. Rata rata dari nilai tukar pada 48 data sebesar 9,154001 atau 9,154001
persen. Kecondongan sebesar 1,363582. Nilai kurtosis sebesar
Dengan deviasi standar 0,0897918. ( Tabel 5)
4,006014.
34
Gambar 7. Pergerakan nilai tukar (Januari 2008- Desember2011)
Nilai tukar Rupiah terhadap US dollar cenderung fluktulatif berada di
kisaran Rp 9.000,- tercatat pada bulan januari 2008 sebesar Rp 9.291,- per USD.
Mengalami penurunan hingga pada akhir periode penelitian yaitu desember 2011
mencapai sebesar Rp 9.068,- per USD. titik tertiggi berada pada bulan november
2008 sebesar Rp 1.2151,- per USD. Titik terendah berada pada bulan Juli 2011
sebesar Rp 8.508,- per USD.
Pada variabel Produk Domestik Bruto jumlah observasi yang digunakan
(N) sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid. Tanpa ada data yang
hilang. Rata rata dari PDB pada 48 data sebesar 562.214,348 milyar rupiah . Nilai
kecondongan sebesar 0,216 . Nilai kurtosis sebesar 1,992 . Dengan deviasi standar
38887,083. ( Tabel 5)
35
Gambar 8. Pergerakan produk domestik bruto (Januari 2008- Desember2011)
Produk Domestik Bruto tercatat mengalami kenaikan dari januari 2008
494.752,6 Milyar rupiah hingga 623.959,6 Milyar rupiah pada desember 2011.
Penurunan PDB terbesar terjadi pada bulan Oktober 2008 yakni 8.236,91 milyar
rupiah, dari bulan Oktober 2008 sebesar 534.428,7 milyar rupiah
menjadi
526.191,8 milyar rupiah pada bulan desember 2008. Sedangkan kenaikan yang
paling tinggi terjadi pada Agustus 2009 sebesar 8.418,297 milyar rupiah hingga
mencapai 557.296,7 milyar rupiah meningkat dari bulan sebelumnya yaitu Juli
2009 sebesar 548.878,4 milyar rupiah.
Pada variabel Return Saham jumlah observasi yang
digunakan (N)
sebanyak 48 data yang seluruhnya merupakan data valid tanpa ada data yang
hilang. Nilai rata rata dari tingkat suku bunga pada 48 data sebesar 0,029633 atau
0,029 persen. Nilai kecondongan adalah -0.21933. Nilai kurtosis sebesar
3,562037. Dengan deviasi standar 0,0759012 ( Tabel 5).
36
Gambar 9. Pergerakan return saham (Januari 2008- Desember2011)
Pada periode pengamatan return saham dari bulan januari 2008 hingga
bulan Desember 2011 data menunjukkan hasil yang bervariasi dengan titik
terendah sebesar -0,189 pada oktober 2008. Return tertinggi sebesar 0,195 pada
septermber 2010.
4.2. Uji Regresi
4.2.1 Uji Asumsi klasik
Analisis data yang dilakukan yaitu anilisis regresi berganda dengan
menggunakan bantuan program SPSS. Untuk mendapatkan estimasi yang terbaik
terlebih dahulu harus dilakukan pengujian asumsi regresi klasik terhadap data
yang ada. Asumsi klasik terdiri dari empat pengujian yaitu uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas.
Uji Multikolinearitas
Gejala multikolinearitas pada suatu data penelitian dapat diketahui dengan
melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari
sepuluh maka data penelitian terbebas dai multikolinearitas. Berikut ini adalah
hasil uji Multikolinearitas pada model yang digunakan dalam penelitian.
37
Tabel 6. Hasil uji multikolinearitas
Variabel
VIF
Inflasi
1,375
Suku Bunga
2,201
Nilai Tukar
2,097
Produk Domestik Bruto
2,481
Nilai VIF dari Inflasi adalah 1,375 . Nilai VIF dari Suku Bunga adalah
2,201. Nilai VIF dari nilai tukar 2,097. Nilai VIF dari PDB adalah 2,481. Nilai
VIF dari keempat variabel tersebut kurang dari sepuluh. Jadi pada penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam data penelitian.
Uji Heteroskedastitas
Asumsi
penting
dalam
regresi
linear
klasik
adalah
adanya
heteroskedastisitas, yaitu ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model yang baik adalah yang terjadi homoskedastis, namun
dalam
regresi
ada
kemungkinan
ditemuinya
sifat
heteroksedaktisitas.
Heteroskedastis tidak terjadi jika data berpencar disekitar angka nol (0 pada
sumbu y) dan tidak membentuk suatu
pola atau tren garis tertentu. Berikut adalah
Scatterplot
grafik hasil penelitian:
Dependent Variable: return rata2
4
Regression Studentized Residual
2
0
-2
-4
-2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 10. Hasil uji heteroskedastis scatterplot
38
Dari gambar terlihat bahwa data berada di sekitar titik nol dan tidak terlihat
terbentuknya suatu pola pada sebaran data. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas pada data. Selain menggunakan
scatterplot, untuk mendukung hasil penelitian digunakan juga Uji White’s General
Heteroscedastisity. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas pada model
yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 7. Hasil uji white
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
1.633.872
Prob. F(12,35)
0.1269
Berdasarkan hasil uji white dapat diketahui bahwa model dengan tingkat
probabilitas lebih kecil dari 0,05% memiliki permasalahan heteroskedastisitas.
Pada model penelitian ini nilai probabilitas adalah 0,1269. Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
model
bersifat
homoskedastis
dan tidak
memiliki
permasalahan heteroskedastisitas.
Uji Normalitas
Asumsi klasik selanjutnya adalah uji normalitas. Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah data pada variabel dependen, variabel independen ataupun
keduanya menyebar dengan distribusi yang normal, karena model yang baik
adalah model yang memiliki distribusi data normal. Metode yang digunakan
untuk menguji kenormalan data adalah analisis grafik dan uji Kolmogorov
Smirnov. Setelah data diolah dengan program SPSS diperoleh hasil sebagai
berikut.
39
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: return rata2
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 11. Hasil uji normalitas normal probability plot
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa data tersebar mendekati garis
sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal dan Uji asumsi
kenormalan terpenuhi. Hasil pengujian juga didukung dengan hasil uji
Kolmogorov Smirnov pada tabel berikut.
Tabel 8. Hasil uji kolmogorov-smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandarized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z
0,494
Asymp. Sig (2-tailed)
0,968
Nilai p(0,968) > alpha 5% artinya asumsi ragam galat menyebar normal terpenuhi.
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat diketahui bahwa model
dengan tingkat probabilitas lebih besar dari 0,05% berarti ragam galat menyebar
normal. Pada model penelitian ini nilai probabilitas adalah 0,968. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa asumsi ragam galat menyebar normal terpenuhi.
40
Uji autokorelasi
Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel
yang diurutkan berdasarkan waktu yang sama. Gejala autokorelasi sering ditemui
pada data timeseries. Untuk mengetahuinya dilakukan pengujian melalui Uji
Durbin Watson.
Tabel 9. Hasil durbin watson
Model
Durbin watson
1
1,595
Hasil dari Uji Durbin Watson menghasilkan nilai sebesar 1,595 berada
diantara DL = 1,38 dan DU = 1,72. Yang berarti tidak dapat disimpulkan
keberadaan autokorelasi dan harus dilakukan uji lain. Maka akan dilakukan uji
Breusch-Godfrey Lagrange Multiplier. Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi
pada model yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 10. Hasil lm test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
1.064.236
Prob. F(2,41)
0.3543
Berdasarkan hasil uji LM dapat diketahui bahwa model dengan tingkat
probabilitas lebih kecil dari 0,05% memiliki permasalahan autokorelasi. Pada
model penelitian ini nilai probabilitas adalah 0,3543. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model tidak memiliki permasalahan autokorelasi.
4.2.2 Model Persamaan Regresi
Model peneleitian dapat disimpulkan layak digunakan karena telah
memenuhi uji asumsi klasik. Yaitu tidak terdapat multikolinearitas, Data tersebar
normal, Tidak terdapat heteroskedastis, dan tidak terdapat autokorelasi.
Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linier berganda dan diinterpretasikan
pada tabel berikut:
41
Tabel 11. Hasil estimasi regresi berganda
Unstandarized Coeficient
Model
B
(Constant)
4,315
INFLASI
-0,013
SB
-0,505
KURS
0,044
PDB
-0,331
Berdasarkan output dari tabel diatas. Model regresi linear berganda pada
penelitian ini dapat dirumuskan menjadi:
RETURN = 4,315 – 0.013 INFLASI -0.505 SB + 0.044 KURS – 0.331 PDB .. (17)
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1.
Intercept menunjukkan angka 4,315 yang berarti jika Inflasi, suku bunga,
nilai tukar dan PDB konstan maka return akan berada pada 4,315.
2.
Koefisien dari inflasi adalah -0,013 maka setiap peningkatan inflasi sebesar
1% pada kondisi tingkat suku bunga, nilai tukar dan PDB konstan akan
menurunkan return sebesar 0,013.
3.
Koefisien dari Suku bunga adalah -0,505 maka setiap peningkatan suku
bunga sebesar 1% pada kondisi inflasi, nilai tukar dan PDB konstan akan
menurunkan return sebesar 0,042.
4.
Koefisien dari nilai tukar adalah 0,044 maka setiap peningkatan nilai tukar
sebesar 1% pada kondisi inflasi, suku bunga dan PDB konstan akan
meningkatkan return sebesar 0,044.
5.
Koefisien dari PDB adalah -0,331 maka setiap peningkatan PDB sebesar
1% pada kondisi inflasi, suku bunga dan nilai tukar konstan akan
menurunkan return sebesar 0,331.
Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat dapat dijelaskan oleh
koefisien determinasi (R2) yang berada pada rentan nilai nol (0) sampai dengan
satu (1). Semakin besar nilai dari koefisien determinasi semakin besar pula
informasi yang menjelaskan variabel bebas terhadap variabel terikat. Koesifien
determinasi dapt dilihat pada tabel berikut:
42
Tabel 12. Hasil koefisien determinasi
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
0,415a
0,172
0,095
Nilai koefisien determinasi dari model penelitian ini adalah 0,172. Hal ini
berarti bahwa sebanyak 17,2 % informasi Return dapat dijelaskan oleh empat
variabel yaitu Inflasi, Suku bunga, Nilai tukar dan PDB. Sisanya sebesar 82,8%
dijelaskan oleh faktor eksternal diluar model dengan empat variabel tersebut.
4.2.3 Uji Hipotesis
a)
Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara bersama
sama terhadap return saham
Tabel 13. Uji f
Anovab
Model
F
Sig
1
2,235
0,081a
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh ke empat variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa
signifikansi model sebesar 0,081 yang berarti lebih kecil dari derajat kesalahan 10
persen. Dengan demikian dapat dinyatakan inflasi, suku bunga, nilai tukar dan
PDB berpengaruh signifikan dalam memprediksi Return saham.
b)
Pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar dan PDB secara parsial
terhadap return saham
Signifikansi pengaruh dari Inflasi, Suku bunga, nilai tukar, dan GDP
terhadap Return Saham secara individual dapat diketahui dengan melakukan Uji
T. Setelah dilakukan pengujian terhadap variabel, diperoleh hasil sebagai berikut:
43
Tabel 14. Hasil uji t
1.
Model
t
Sig
(constant)
1,047
0,301
Inflasi
-0,614
0,543
SB
-2,720
0,009
KURS
0,262
0,795
PDB
-1,375
0,176
Kemampuan Inflasi mempengaruhi Return Saham
Berdasarkan hasil pada variabel inflasi diperoleh nilai t hitung sebesar -
0,614. Variabel ini mempunyai signifikansi sebesar 0,543. Apabila dibandingkan
dengan derajat kesalahan sebesar 5 persen, dapat disimpulkan bahwa variabel ini
tidak signifikan. Hal ini menandakan diterimanya H0a dan ditolaknya H1a. Dari
uji t ini disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan dalam
memprediksi return saham.
Tidak adanya pengaruh dari inflasi terhadap return saham. Menandakan
bahwa kenaikan inflasi kurang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya minat
investor untuk menanamkan saham. tinggi rendahnya minat investor untuk
menanamkan saham. Berbeda dengan pihak perusahaan. Inflasi yang tinggi akan
memberikan tambahan kenaikan beban yang harus ditanggung perusahaan.
Berdasarkan hasil selama periode penelitian, rata rata tingkat inflasi sebesar
0,508 persen masih dibawah 10 persen. Menurut Kewal (2012) Jika inflasi
menembus 10 persen maka pasar modal akan terganggu BI akan meningkatkan BI
rate yang mengakibatkan investor cenderung mengalihkan modalnya di sektor
perbankan.
2.
Kemampuan Suku Bunga mempengaruhi Return Saham
Dari hasil pada variabel suku bunga diperoleh nilai t hitung sebesar -2,721.
Suku bunga mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,009 jika dibandingkan
dengan derajat kesalahan yaitu 5 persen. Tingkat signifikansi suku bunga lebih
kecil dari derajat kesalahan. Hal ini berarti variabel suku bunga secara signifikan
berpengaruh terhadap return saham. Menyebabkan ditolaknya H0b dan
diterimanya H1b.
Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan kecenderungan investor
untuk menabung menjadi tinggi dan minat untuk berinvestasi pada pasar modal
44
menurun. Ketika keadaan pasar modal menurun maka harga saham akan menurun
dan menyebabkan berkurangnya return saham. Pernyataan ini didukung oleh
penelitian Rusliati dan Fathoni (2011) yang menemukan bahwa tingkat suku
bunga signifikan berpengaruh negatif terhadap return saham.
3.
Kemampuan nilai tukar mempengaruhi return saham
Dari hasil Uji T variabel nilai tukar diperoleh hasil nilai t hitung sebesar
0,262. Dengan signifikansi sebesar 0,795. Tingkat signifikansi variabel tersebut
lebih besar dari derajat kesalahan sebesar 5 persen. Hal ini berarti bahwa nilai
tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dari hasil ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa H1c ditolak dan H0c diterima.
Hasil ini menginndikasikan bahwa pada periode penelitian dari Januari 2008
hingga Desember 2011 pasar modal di Indonesia kurang bereaksi terhadap
perkembangan pasar uang. Serta mengindikasi bahwa dalam memperoleh return,
investor kurang mempertimbangkan nilai tukar dalam melakukan investasi pada
pasar modal. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Yendrawati dan Muslich
(2006) yang menyatakan bahwa perubahan nilai tukar rupiah tidak signifikan
berpengaruh pada perubahan return saham.
4.
Kemampuan PDB mempengaruhi return saham
Berdasarkan tabel dapat diketahui hasil dari uji t memberikan nilai t hitung
variabel PDB sebesar -1,375. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,176. Jika dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar 5 persen, signifikansi
variabel ini lebih besar. Kesimpulan dari uji ini adalah variabel PDB tidak
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dapat diartikan
dengan ditolaknya H1d dan diterimanya H0d.
Peningkatan
PDB
pada
suatu
negara
menandakan
meningkatnya
kesejahteraan masyarakat suatu negara. Peningkatan kesejahteraan akan
mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Semakin tinggi kesejahteraan akan
meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa sehingga
meningkatkan perkembangan investasi di bidang riil. dengan memperhatikan
faktor pemerataan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PDB belum tentu
meningkatkan pendapatan perkapita karena perkembangan investasi di bidang riil
tidak diikuti oleh perkembangan investasi di pasar modal. (Kewal, 2012)
45
4.3. Implikasi Manajerial
Investor sebaiknya mengkaji dan mempertimbangkan dahulu pergerakan
faktor makroekonomi terutama tingkat suku bunga yang secara signifikan
mempengaruhi perubahan return saham. Diharapkan dengan mempertimbangkan
faktor ini investor dapat menentukan aksi jual atau beli saham pada bursa.
Jika ada indikasi penurunan pada tingkat suku bunga sebaiknya investor
melakukan aksi beli saham pada bursa karena menurut hasil penelitian ini return
saham diprediksi akan mengalami kenaikan. Sebaliknya jika ada indikasi
penurunan pada tingkat suku bunga maka investor disarankan untuk melakukan
aksi jual karena return saham akan mengalami penurunan.
46
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai berikut.
a.
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa inflasi, suku
bunga, nilai tukar, dan produk domestik bruto secara bersama sama
berpengaruh terhadap perubahan tingkat pengembalian saham. Secara
parsial suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan
tingkat pengembalian saham, sedangkan inflasi, nilai tukar, dan produk
domestik bruto tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat
pengembalian saham.
b.
Variasi faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham
dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu inflasi, suku bunga, nilai
tukar, dan produk domestik bruto yang secara bersama sama berpengaruh
sebesar 17,2% sedangkan sisanya sebesar 82,8% dijelaskan oleh faktor lain.
Hasil ini dikarenakan banyaknya informasi dan faktor lain yang dijadikan
sebagai bahan pertimbangan investor dalam menanamkan investasinya di
pasar modal.
2.
Saran
a.
Berdasarkan hasil penelitian ini investor diharapkan dapat lebih cermat
dalam melihat faktor faktor yang dapat mempengaruhi pasar saham.
Tercermin dalam bagaimana faktor faktor makroekonomi yaitu inflasi, suku
bunga, nilai tukar dan produk domestik bruto mempengaruhi tingkat
pengembalian saham.
b.
Peneliti lain yang memiliki ketertarikan terhadap penelitian saham dapat
melakukan penelitian secara lebih meluas dengan melakukan observasi
terhadap saham pada sektor tertentu. Selain itu peneliti dapat memasukkan
informasi atau faktor-faktor selain inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan
produk domestik bruto.
47
DAFTAR PUSTAKA
Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta
(ID).
Arifin, Z. 2005. Teori Keuangan Dan Pasar Modal . Yogyakarta (ID): EKONISIA
Darmadji,T. dan Fakhruddin, H. 2001. Pasar Modal Di Indonesia: pendekatan
tanya jawab. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Djohanputro, B. 2006. Prinsip prinsip ekonomi makro. Jakarta (ID): PPM .
Dornbusch ,R. Fischer, S. 1997 Makroekonomi. Jakarta (ID): Erlangga.
Dornbusch, R. at all. 2008 Macroeconomics. New York (US): McGraw-Hill
Companies Inc.
Gujarati, D. 2009. Ekonometrika Dasar. Jakarta (ID): Erlangga.
Hajiji ,A. 2008. Pengaruh Kurs Dolar Amerika Serikat, Suku Bunga SBI dan
Inflasi Terhadap Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Jakarta (Periode Januari 2000 – Mei 2008). Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Imamudin, Y . 2008 . Ekonomi Moneter . Jakarta (ID): PT INDEKS.
Iriawan, N. Dan. Astuti, S. P. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): PT Raja Gravindo Persada.
Kewal, S. S. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs Dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Volume 8,
Nomor 1, April 2012.
Khalwaty, T. 2000. Inflasi dan Solusinya . Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Mankiw G, 2007. Makroekonomi. Jakarta (ID): Erlangga.
Manurung, A.H. 2008. Ke Mana Investasiku?. Jakarta (ID): PT Kompas Media
Nusantara.
Matram, D. 2008 Oktober 03. Subprime Mortgage dan Bailout: Selanjutnya..
Kompas.
McEahern. 2000. Ekonomi Makro : Pendekatan Kontemporer. Jakarta (ID):
Salemba Empat.
Nachrowi, D. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia,
48
Nopiansyah, E .2008 Oktober 07. Suku Bunga Acuan Naik Menjadi 9,5 Persen.
Tempo.
Ratnawati, A, Widodo B T, 2009 Dukungan Kebijakan Fiskal Terhadap
Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Menghadapi Krisis Ekonomi Global,
Di dalam: Orange book, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalam
Menghadapi Krisis Ekonomi Global 2009. Bogor(ID). IPB press.
Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta (ID): Erlangga.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan
Perbankan. Jakarta(ID). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Singarimbun, M. Sofian, E. 2008 Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES
Indonesia.
Suta, I. P. G. A. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta (ID): Yayasan SAD
SATRIA BHAKTI.
Syukma N H. 2011. Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi
Return Saham Batubara dalam kelompok Jakarta Islamic Indeks (JII).
Thobarry A. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan
Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti(Kajian
Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008).Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Usman, M., R Singgih dan I. Syahrir. 1997. Pengetahuan Dasar Pasar Modal.
Jakarta (ID): Institut Bankir indonesia.
Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistik : Edisi ke 3. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.
Widoatmodjo, S. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta (ID): PT
Elex Media Komputindo.
Yendrawati R, Muslich A. 2006. Pengaruh Risiko nilai tukar terhadap return
saham; studi empiris pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Keuangan dan Perbankan , TH X, No 1, Januari 2006.
Yuliadi I, 2008. Ekonomi Moneter. Jakarta (ID): PT INDEKS.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 1. Statistik deskriptif
t
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Probability
Sum
Sum Sq.
Dev.
Observations
Y(Return) X1(Inflasi)
0.029638
0.50875
0.02875
0.445
0.1953
2.46
-0.1896
-0.32
0.075899
0.567595
-0.21933
1.104889
3.562037
4.614298
1.016632
0.601508
1.4226
0.270752
48
X2(Suku
Bunga)
7.223958
6.75
9.5
6
1.009581
0.989454
2.608942
X3(Nilai
Tukar)
9.154
9.12425
9.4052
9.0488
0.089792
1.363582
4.006014
X4(PDB)
13.23731
13.23265
13.3575
13.1118
0.068906
0.118928
1.970491
14.97815 8.13801 16.89897 2.232931
0.000559 0.017094 0.000214 0.327435
24.42
346.75
439.392 635.3907
15.14173 47.90495 0.378941 0.223159
48
48
48
48
51
Lampiran 2. Kode saham penelitian
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Kode
AALI
ABDA
ACES
ADES
ADHI
ADMF
ADMG
AHAP
AISA
AKKU
AKRA
ALMI
AMFG
ANTM
APIC
ARNA
ASDM
ASGR
ASIA
ASII
ASRM
ASRI
AUTO
ATPK
BABP
BACA
BAEK
BATA
BAYU
BBCA
BBLD
BDMN
BEKS
BFIN
BHIT
BIPP
BISI
BKDP
BKSL
BKSW
no
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
Kode
DART
DEWA
DGIK
DILD
DKFT
DLTA
DVLA
DSFI
EKAD
DOID
ELTY
ERTX
ESSA
ESTI
ETWA
FAST
FASW
FISH
GGRM
GJTL
GOLD
GPRA
GEMA
GDYR
FPNI
IDKM
IATA
HMSP
HITS
HEXA
HADE
GSMF
INKP
INDS
INDF
INCO
INCI
INAI
INAF
IMAS
no
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
Kode
LAPD
LAMI
KPIG
KLBF
KIJA
KBLM
KBLI
RUIS
OKAS
MERK
MEGA
MEDC
MDRN
MDLN
MCOR
MBAI
MAPI
MAMI
MAIN
LTLS
LSIP
LPPF
LPLI
OMRE
MYTX
MYOR
MITI
MLBI
MLIA
MNCN
MPPA
MRAT
MREI
MTDL
MTFN
MYOH
NIPS
NISP
PANR
PANS
no
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
Kode
UNSP
ULTJ
TURI
TSPC
TRUB
TRST
TRIM
ZBRA
YULE
WOMF
WIKA
WICO
WEHA
VOKS
TMPO
TMPI
TMAS
TLKM
TKIM
TIRT
TINS
TGKA
SMCB
SMAR
SKLT
SIPD
SHID
SDPC
SCMA
SCCO
TFCO
TCID
TBMS
TBLA
SULI
SSIA
SRSN
SPMA
SMSM
SMRA
52
Lanjutan Lampiran 2
no
Kode
no
Kode
no
Kode
no
Kode
41 BMRI
104 IKBI
167 PBRX
230 SMMA
42 BMSR
105 IKAI
168 PGAS
231 SMGR
43 BMTR
106 IIKP
169 PICO
232 SMDR
44 BNBR
107 JRPT
170 PJAA
233 SMDM
45 BNGA
108 JSMR
171 PKPK
234 BBRI
46 BLTA
109 KAEF
172 PLAS
235 BRPT
47 BNLI
110 JPRS
173 PNBN
236 EPMT
48 BUDI
111 JPFA
174 PNIN
237 EXCL
49 BTON
112 JKSW
175 PNLF
238 INDR
50 BRNA
113 JKON
176 POLY
239 UNTR
51 CEKA
114 JIHD
177 POOL
240 KDSI
52 CENT
115 JECC
178 PRAS
241 KREN
53 CFIN
116 ISAT
179 PSKT
242 MTFN
54 BVIC
117 ITMG
180 PTBA
243 PTRO
55 BUMI
118 INTA
181 PTSN
244 SAFE
56 CNTB
119 INRU
182 PWON
245 SCPI
57 CNKO
120 INPC
183 RBMS
246 RAJA
58 CMPP
121 LPCK
184 RICY
247 SGRO
59 CMNP
122 LPIN
185 RIGS
248 SDRA
60 CPIN
123 LPKR
186 RIMO
249 INTP
61 CSAP
124 LMPI
187 RMBA
250 SOBI
62 CTRA
125 LMAS
188 TOTL
251 SONA
63 CTRP
126 LCGP
189 UNVR
252 STTP
53
Lampiran 3. Data variabel dependen & independen
Bulan
X1 (Inflasi X2 (Suku
Y (Return %)
/Tahun
%)
Bunga %)
Jan-08
-0,0151
1,77
0,6667
X3(Nilai Tukar X4 (PDB Ln
Ln Rp/USD)
MilyarRupiah)
9,1368
13,1118
Feb-08
0,0111
0,65
0,6667
9,1106
13,1217
Mar-08
Apr-08
-0,0784
-0,0396
0,95
0,57
0,6667
0,6667
9,1288
9,1306
13,1327
13,1404
Mei-08
0,151
1,41
0,6875
9,1397
13,1481
Jun-08
0,0262
2,46
0,7083
9,1297
13,1601
Jul-08
0,0404
1,37
0,7292
9,118
13,1758
Agus-08
Sep-08
-0,0173
-0,1241
0,51
0,97
0,75
0,7708
9,1218
9,1461
13,1909
13,1968
Okt-08
-0,1896
0,45
0,7917
9,3052
13,189
Nop-08
-0,0156
0,12
0,7917
9,4052
13,1734
Des-08
0,0568
-0,04
0,7708
9,3011
13,1604
Jan-09
Feb-09
-0,0364
-0,0013
-0,07
0,21
0,7292
0,6875
9,3374
9,391
13,1603
13,1677
Mar-09
0,095
0,22
0,6458
9,3566
13,177
Apr-09
0,1712
-0,31
0,625
9,2792
13,1832
Mei-09
0,1751
0,04
0,6042
9,2438
13,1897
Jun-09
Jul-09
0,1189
0,0808
0,11
0,45
0,5833
0,5625
9,2326
9,2023
13,2006
13,2156
Agus-09
0,0002
0,56
0,5417
9,2163
13,2309
Sep-09
0,0531
1,05
0,5417
9,1779
13,2386
Okt-09
Nop-09
-0,0257
0,002
0,19
-0,03
0,5417
0,5417
9,1638
9,1569
13,2345
13,2238
Des-09
0,0494
0,33
0,5417
9,1485
13,2149
54
Lanjutan Lampiran 3
Bulan
Y (Return
X1 (Inflasi
X2 (Suku
X3(Nilai Tukar X4 (PDB Ln
/Tahun
%)
%)
Bunga %)
Ln Rp/USD)
MilyarRupiah)
Jan-10
0,0236
0,84
0,5417
9,1447
13,2166
Feb-10
0,003
0,3
0,5417
9,1415
13,2245
Mar-10
0,1136
-0,14
0,5417
9,1177
13,2344
Apr-10
0,1045
0,15
0,5417
9,1063
13,2423
Mei-10
-0,0658
0,29
0,5417
9,1248
13,2504
Jun-10
0,0942
0,97
0,5417
9,1142
13,2613
Jul-10
0,0611
1,57
0,5417
9,0996
13,2746
Agus-10
0,0484
0,76
0,5417
9,1095
13,2875
Sep-10
0,1953
0,44
0,5417
9,0965
13,2948
Okt-10
0,051
0,06
0,5417
9,0969
13,2932
Nop-10
0,023
0,6
0,5417
9,1064
13,2866
Des-10
0,0313
0,92
0,5417
9,104
13,281
Jan-11
-0,0525
0,89
0,5417
9,1113
13,2826
Feb-11
0,0211
0,13
0,5625
9,0851
13,2887
Mar-11
0,0352
-0,32
0,5625
9,0721
13,2967
Apr-11
0,0624
-0,31
0,5625
9,0565
13,3043
Mei-11
0,0745
0,12
0,5625
9,0522
13,3128
Jun-11
0,0126
0,55
0,5625
9,0592
13,3239
Jul-11
0,1055
0,67
0,5625
9,0488
13,3367
Agus-11
-0,028
0,93
0,5625
9,057
13,3492
Sep-11
-0,0846
0,27
0,5625
9,0851
13,3573
Okt-11
0,0552
-0,12
0,5417
9,0865
13,3575
Nop-11
-0,0218
0,34
0,5
9,1237
13,3521
Des-11
0,0717
0,57
0,5
9,1125
13,3438
55
Lampiran 4. Hasil uji t
a
Coefficients
Model
1
Unstandardized
Standardized
95% Confidence Interval for
Coefficients
Coefficients
B
B
Std. Error
(Constant)
4.312
4.121
x1
-.013
.022
x2
-.505
x3
x4
a. Dependent Variable: y
Beta
t
Sig.
Correlations
Lower Bound Upper Bound Zero-order
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
1.046
.301
-3.998
12.623
-.100
-.613
.543
-.057
.031
-.141
-.093
-.085
.727
1.375
.186
-.560
-2.720
.009
-.880
-.131
-.335
-.383
-.377
.454
2.201
.044
.170
.053
.262
.795
-.298
.387
-.062
.040
.036
.477
2.097
-.331
.241
-.300
-1.374
.177
-.816
.155
.089
-.205
-.191
.403
2.481
56
Lampiran 5. Hasil uji f
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
,047
,224
,271
df
4
43
47
Mean Square
,012
,005
a. Predictors: (Const ant), PDB, Inf lasi, nilai tukar, Rates%
b. Dependent Variable: return rata2
F
2,235
Sig.
,081a
57
Lampiran 6. Hasil uji multikolinearitas
Coefficienta
Collinearity Statistic
Model
Tolerance
VIF
Inflasi
0,727
1,375
Rates%
0,454
2,201
nilai tukar
0,477
2,097
PDB
0,403
2,481
a. Dependent Variable: return rata2
58
Lampiran 7. Hasil uji normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: return rata2
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Dif f erences
Mean
Std. Dev iat ion
Absolute
Positiv e
Negativ e
Kolmogorov -Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Unstandardiz
ed Residual
48
,0000000
,06906084
,071
,071
-,041
,494
,968
59
Scatterplot
Lampiran 8. Hasil uji heteroskedastisitas
Dependent Variable: return rata2
4
Regression Studentized Residual
2
0
-2
-4
-2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
1.633872
Prob. F(12,35)
0.1269
Obs*R-squared
17.23441
Prob. Chi-Square(12)
0.1410
Scaled explained SS
11.73842
Prob. Chi-Square(12)
0.4669
60
Lampiran 9. Hasil uji autokorelasi
Durbin Watson
1,595
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
1.064236
Prob. F(2,41)
0.3543
Obs*R-squared
2.368891
Prob. Chi-Square(2)
0.3059
61
Lampiran 10. Daftar istilah dan definisinya
Subprime Mortgage
: Surat hutang yang diberikan kepada peminjam
yang
tidak
memenuhi
persyaratan
kredit
berdasarkan suku bunga pasar karena debitur
memiliki catatan kredit yang kurang baik.
The Fed
: Bank sentral Amerika Serikat yang bertindak
sebagai regulator perbankan, menyelenggarakan
kebijakan moneter dan menjaga stabilitas pada
pasar finansial
Indeks sektoral
: Indeks
yang
menggunakan perusahaan yang
tercatat pada masing masing sektor yaitu Pertanian,
Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri,
Barang
Konsumsi,
Keuangan,
Properti,
Perdangangan
Infrastruktur,
dan
Jasa,
dan
Manufatur.
Capital gain
: Pendapatan
investasi
dalam
saham
berupa
keuntungan jual beli saham
Capital loss
: Kerugian dari aktivitas jual beli saham yang
merupakan kebalikan dari capital gain
Dividen
: Keuntungan
yang
diterima
investor
yang
merupakan imbalan dari investasi, dibayarkan oleh
emiten
Dividen Interim
: Dividen yang dibayarkan selama tahun berjalan
Dividen Final
: Dividen yang dibayarkan setelah tutup tahun buku
Lag of monetary policy
: Efek tunda dari kebijakan moneter yang diambil
pemerintah atau bank sentral dalam respon
terhadap guncangan ekonomi
Unsecured loan
: Pemberian kredit yang tidak dijamin oleh agunan
tambahan
Harga par
: Harga saham pada saat penawaran umum saham
perdana (Initial Public Offering)
Download