this PDF file

advertisement
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Vol. 2, No. 1, September 2016
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA DI MTs. NAHDLATUL MUJAHIDIN
NW JEMPONG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
1
Helmi Wijayanti, 2 Linda Sekar Utami, 3 Ary Purmadi
1
Mahasiswa Sarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram
2&3
Dosen Progran Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini mengetahui peningkatan hasil belajar IPA fisika dengan model pembelajaran generatif pada siswa
kelas VII MTs. Nahdlatul Mujahidin NW jempong tahun pelajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah
eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah semua kelas VII MTs. Nahdlatul Mujahidin NW jempong tahun pelajaran
2013/2014. Sedangkan sampel penelitian diambil dua kelas yang terdiri dari adalah kelas VII-A sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol. . Instrumen yang digunakan berupa tes soal untuk pre-test dan posttest masing-masing sebanyak 30 butir soal. Teknik analisis data digunakan uji persyaratan analisis yang meliputi uji
homogenitas dan uji normalitas, sedangkan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t (related) serta analisis korelasi
product moment. Berdasarkan hasil uji statistik untuk uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar
dari ttabel (2,28 > 1,989) yang menunjukan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Berdasarkan beberapa analisis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran generatif terhadap
peningkatan hasil belajar IPA fisika siswa kelas VII MTs. Nahdlatul Mujahidin NW jempong tahun pelajaran 2013/2014
Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Kegiatan Laboratorium, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan dan
faktor yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena merupakan salah satu wahana
untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam hal pengetahuan dan
keterampilan
agar
memiliki
kemampuan
berfikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
merupakan tujuan atau sasaran
bidang
pendidikan dalam menyikapi era globalisasi.
Dalam era globalisasi ini, sumber daya manusia
yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama
suatu bangsa dalam berkompetensi. Oleh karena
itu, sudah seharusnya pembangunan di sektor
pendidikan menjadi prioritas utama yang harus
dilakukan pemerintah agar melahirkan generasigenerasi bangsa yang berintelektual.
Pendidikan fisika sebagai bagian dari
pendidikan formal seharusnya ikut memberi
kontribusi dalam membangun sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi. Pendidikan
fisika yang berkualitas akan menghasilkan
manusia
yang
memiliki
pengetahuan,
pemahaman,
proses
dan
sikap
sains.
Pendidikan fisika yang berkualitas tentu bisa
dilihat dari mutu pendidikan. Salah satu
penyebab masih rendahnya mutu IPA fisika
hingga saat ini adalah adanya miskonsepsi dan
kondisi
pembelajaran
yang
kurang
memperhatikan prakonsepsi atau konsepsi awal
yang dimiliki siswa. Setiap siswa memiliki
konsepsi awal yang berbeda. Oleh karena itu,
hendaknya guru memperhatikan konsepsi awal
yang dibawa siswa ke dalam kelas sebelum
memberikan konsep atau informasi baru agar
konsep yang diberikan dapat dengan mudah
diterima dalam struktur kognitif siswa dan tidak
terjadi miskonsepsi pada siswa.
Miskonsepsi yang dimiliki siswa
terkadang tidak sesuai dengan konsepsi yang
dimiliki oleh para ilmuwan. Jika konsepsi yang
dimiliki siswa sama dengan konsepsi yang
dimiliki para ilmuwan, maka konsepsi tersebut
tidak dapat dikatakan salah. Namun jika
konsepsi yang dimiliki siswa tidak sesuai
dengan konsepsi para ilmuwan, maka siswa
tersebut dikatakan mengalami miskonsepsi.
Miskonsepsi yang dialami siswa berasal dari
pengalaman sehari-hari ketika siswa berinteraksi
dengan lingkungannya. Miskonsepsi pada diri
siswa juga dapat berasal dari konsep salah yang
diajarkan guru pada jenjang pendidikan
sebelumnya. Adanya miskonsepsi ini tentu akan
menghambat proses belajar siswa. Kesalahan
konsep atau miskonsepsi merupakan sumber
kesulitan siswa dalam mempelajari fisika.
Pembelajaran yang tidak mempertimbangkan
pengetahuan
awal
siswa
mengakibatkan
miskonsepsi-miskonsepsi
siswa
semakin
kompleks dan stabil.
Adanya miskonsepsi ini jelas akan
sangat menghambat pada proses penerimaan dan
asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
diri siswa,
sehingga akan menghalangi
keberhasilan siswa dalam proses belajar lebih
lanjut (Klammer dalam Rahmat, 1998: 7). Ini
merupakan masalah besar dalam pengajaran
fisika yang tidak bisa dibiarkan. Seiring dengan
tumbuhnya kesadaran akan hal tersebut, maka
berbagai upaya untuk menanggulangi masalah
miskonsepsi ini terus dikembangkan, meskipun
hasilnya belum begitu menggembirakan.
Pembelajaran yang dilakukan satu
arah yang hanya dikomunikasikan oleh guru
kepada siswa dan menggunakan sesuatu yang
abstrak bisa saja tidak bermanfaat sama sekali
karena otak siswa bukan sesuatu yang kosong,
tetapi siswa telah memiliki konsep awal yang
didapat dari pembelajaran sebelumnya atau dari
lingkungannya. Proses pembelajaran yang
efektif adalah proses pembelajaran yang
mengikut sertakan siswa aktif mengkontruksi
pengetahuannya sendiri. Pembelajaran yang
terpusat pada guru merupakan salah satu faktor
penghambat tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan pada mata pelajaran fisika.
Salah satu tujuan dari pembelajaran fisika siswa
diharapkan tidak hanya mampu menguasai
materi dan konsep fisika saja, tetapi siswa juga
diharapkan mampu menghubungkan atau
mengaplikasikan konsep-konsep fisika tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data hasil observasi
diperlukan
adanya
perubahan
dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
mempelajari fisika lebih mudah, lebih efektif
dan menyenangkan serta dapat mengurangi
miskonsepsi pada siswa sehingga hasil belajar
siswa meningkat. Salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran generatif
sebab model pembelajaran generatif merupakan
model yang mengacu kepada pemahaman dan
pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk
membangun suatu
konsepsi baru yang
merupakan gabungan dari pengetahuan awal yang
sudah dimiliki dengan informasi yang baru
diterima.
Pembelajaran generatif merupakan
suatu model pembelajaran yang menekankan
pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan
baru dengan menggunakan pengetahuan yang
sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pembelajaran
generatif melibatkan aktivitas mental melalui
kreativitas berpikir siswa yang berkembang
sejalan dengan proses belajar siswa. Dengan
demikian, pada dasarnya pembelajaran generatif
berbasis pada pandangan konstruktivisme dengan
asumsi dasar bahwa pengetahuan baru dibangun
dalam pikiran siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Mengurangi Miskonsepsi Siswa
Vol. 2, No. 1, September 2016
melalui Model Pembelajaran Generatif Di MTs.
Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Tahun
Pelajaran 2013/2014”.
METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dimana peneliti dengan sengaja
memberikan perlakuan kepada responden,
selanjutnya mengamati dan mencatat reaksi
responden, dan kemudian melihat hubungan
antara perlakuan yang diberikan dan reaksi yang
muncul dari responden.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2013/2014 di Sekolah
MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong tahun
pelajaran 2013/2014.
.
C. Penentuan Subjek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-A
di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong
tahun pelajaran 2013/2014 yang tersebar dalam 2
(dua) kelas yang berjumlah 35 orang.
Teknik penarikan sampel adalah cara
untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran populasi yang akan
dijadikan sumber data dengan memperhatikan
sifat dan penyebaran populasi. Teknik
pengambilan yang digunakan adalah Cluster
Random
sampling
(pengambilan
sampel
berkelompok secara acak), dimana setiap kelas
populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel penelitian. Cara yang
digunakan adalah memberi nomor setiap kelas
populasi, kemudian sampel yang diinginkan
ditentukan
menggunakan
undian
biasa
(Arikunto, 2002: 117). Sampel yang terpilih
pada penelitian ini adalah kelas VII-A sebagai
kelas eksperimen dan kelas VII-B sebagai kelas
kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan
dalam penelitian
ini
adalah
dokumentasi dan teknik tes. Dokumentasi data
yang diperoleh berupa data nama siswa dan
nilai rapor yang digunakan sebagai bahan
acuan dasar kemampuan belajar siswa. Tes yang
digunakan berupa tes pilihan ganda yang
bertujuan untuk memperoleh data hasil siswa.
Hasil tes yang diperoleh dari siswa kemudian
direkam dalam bentuk tabulasi jawaban yang
terlebih dahulu dibuat rambu-rambu jawaban
yang dianggap benar.
25
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Vol. 2, No. 1, September 2016
n
S
E. Instrumen Penelitian
Suharsimi
Arikunto
(2006:
160)
menerangkan bahwa instrumen penelitian adalah
alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
dalam mengumpulkandata agar pekerjaan lebih
mudah dan hasilnya lebih baik’dalam artilebih
cermat’lengkap dan sistematik sehingga lebih
mudah diolah.
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa tes tertulis.
Peneliti harus mampu menyusun sendiri
instrumen pada setiap penelitian dan diuji cobakan
pada kelas lain. adapun uji instrumen yang
dilakukan yaitu:
Untuk menghitung validitas item dalam
penelitian ini adalah menggunakan rumus
“koefesien korelasi biserial” (γpbi) sebagai berikut:
: Banyaknyaitem
: Standar deviasi dari tes
(Arikunto, 2003)
Dari hasil perhitungan reliabilitas tersebut
melalui tabel
product moment, jika r11> rtabel
maka soal tersebut reliabel sedangkan jika rtabel
maka soal tersebut tidak reliabel.
Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. sebaliknya
soal yang terlalu sukar membuat siswa putus asa
memecahkannya. adapun tingkat kesukaran soal
yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
(1)
Keterangan:A
γpbi : Koefisien korelasi biserial
Mp : Rerata skor dari subyek yang menjawab
betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt : Rerata skor total
St
:Standar deviasi dari skor total
P
: Proporsi siswa yang menjawab benar
 Banyak siswa yang benar 
P

 Jumlah seluruh siswa 
q
: Proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 – p)
(Arikunto, 2003)
Nilai p
Interpretasi
0.00-0.30
0.30-0.70
0.70-1.00
Sukar
Sedang
Mudah
Rumus untuk mencari taraf kesukaran soal
adalah
P
B
JS
(3)
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran
B :Banyaknya siswa yangmenjawab soal dengan
benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta Tes
( Arikunto,2003)
Dari hasil perhitungan tersebut di
interpretasikan
melalui
tabel
r
product
moment.dengan kriteria jika γpbi hitung > r tabel
maka soal tersebut valid sedangkan jika γpbi
hitung< r tabel maka soal tersebut tidak valid.
Reliabilitas soal
Untuk
mengetahuireliabilitas
dari
instrumen yang digunakan dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
Berdasarkan hasil perhitungan dan
ketentuan klasifikasi tingkat kesukaran butir soal
maka diperoleh butir-butrir soal dengan kategori
ada yang mudah, sedang dan sukar.
Daya beda soal adalah kemampuan suatu
soal untuk membedakan antara siswa yang pandai.
Tabel 2. Klasifikasi tingkat daya pembeda butir soal
Nilai D
0.00-0.20
0.20-0.40
0.40-0.70
0.70-1.00
(2)
Keterangan:
r11
: Reliabilitas tes
p
: Proporsi subyek yang menjawab item
dengan benar
q
: Proporsi subyek yang menjawab item
dengan salah
∑pq : Jumlah hasil kali perkalian antara p dan q
Interpretasi
Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali
(Arikunto, 2003)
Rumus yang digunakan untuk mencari
daya beda soal adalah:
D
26
BA BB

JA JB
(4)
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Keterangan:
D
JA
JB
bawah
BA
BB
Keterangan:
Rk
∑N
X
: Jumlah peserta tes
: Jumlah peserta kelompok atas
: Jumlah peserta kelompok
: Jumlah peserta kelompok atas
yang menjawab benar
: Jumlah peserta kelompok
bawah yang menjawab benar
(Arikunto,
2003)
Setelah dilakukan analisis data hasil
belajar siswa,kemudian dilakukan pengujian
hipotesis menggunakan rumus uji-t atau t-tes
sebagai berikut:
t
x1
x2
n1
n2
s1
s2
dari
Tabel 3. Klasifikasi tingkat daya serap siswa
Kategori
81-100
61-80
41-60
21-40
0-20
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
(Sudjana, 2002)
Rata-rata kelas
Rk 
N
X
:
:
:
:
:
:
Rerata nilai sampel 1
Rerata nilai sampel 2
Jumlah sampel 1
Jumlah sampel 2
Varian sampel 1
Varian sampel 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data hasil
belajar IPA fisika siswa yang ditunjukkan dengan
nilai post-test. Pengambilan data untuk nilai
post-test menggunakan instrumen pengukuran
data berupa tes objektif yang sudah dianalisis
validitas, reliabilitas, uji tingkat kesukaran butir
soal dan uji daya beda soal.
Sebelum tes diberikan kepada siswa,
terlebih dahulu dilakukan uji validitas terhadap
soal yang akan diujikan untuk mengetahui
apakah soal-soal tersebut layak untuk digunakan
dalam penelitian. Dari hasil uji coba instrumen
yang dilakukan pada kelas VIII-A MTs. Nahdlatul
Mujahidin NW Jempong dengan jumlah siswa
sebanyak 17 siswa. Dari 30 soal (selengkapnya
pada lampiran 4) yang diuji cobakan diperoleh
22 soal valid dan 8 soal yang tidak valid (soal
nomor 3, 6, 7, 15, 19, 21. 23 dan 28). Untuk N
= 17 dengan taraf signifikasi 5%, maka rtabel =
0,339 sehingga dapat ditentukan valid tidaknya
soal tersebut (selengkapnya pada lampiran 7).
Berdasarkan uraian di atas hasil uji validitas
instrumen dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
: Jumlah nilai yang di
peroleh oleh siswa
(Sudjana, 1992)
Persentase
(7)
2
S2
n2
Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan
Ha di tolak jika t hitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan
Ha di terima.(Sugiyono,1990)
(5)
: Daya Serap
: Jumlah Siswa
: Nilai
Tertinggi
2
Keterangan:
Daya serap siswa
Keterangan:
DS
X
A
rentang
Y
x1  x2
S1

n1
Ketuntasan individu.
Ketuntasan individu dicari dengan cara
menghitung jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥
6.5
Y
x100%
XA
: Rata-rata kelas
: Jumlah nilai seluruh siswa
: Jumlah siswa
Uji - t
F. TeknikAnalisis Data
Dari hasil post tes untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol dilakukan analisis secara
diskriptif untuk mengetahui perbandingan hasil
belajar siswa,yaitu:
DS 
Vol. 2, No. 1, September 2016
(6)
27
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Tabel 3 Hasil uji validitas instrumen
No
1.
Indeks
Soal valid
Soal tidak
valid
2.
Total
Jumlah
Soal
22
8
Vol. 2, No. 1, September 2016
instrumen di atas dapat juga dilihat pada Tabel 5
berikut.
Nomor
Soal
Ket
Tabel 5. Klasifikasi indeks kesukaran
1, 2, 4, 5, 8,
9,
10, 11, 12,
13,
14, 16, 17,
18,
20, 22, 24,
25,
26, 27, 29, 30
3, 6, 7, 15,
19,
21, 23, 28
No
Jumlah
siswa
(N) =
17 dan
taraf
signifik
asi 5%,
maka
rtabel =
0,339
Interval indeks
kesukaran
Kategori
Jumlah
Soal
1
0,00 – 0,30
Sukar
-
2
0,31 – 0,70
Sedang
14
3
0,71 – 1,00
Mudah
8
Total
30
22
Berdasarkan hasil uji daya beda soal,
maka dapat disimpulkan bahwa soal yang
memiliki daya beda jelek sebanyak 4 soal karena
berada pada rentang 0,00-0,20, soal yang
memiliki daya beda cukup berada sebanyak 2
karena berada pada rentang 0,21-0,40, soal
yang memiliki daya beda baik sebanyak 2 soal
karena berada pada rentang 0,41-0,70 dan soal
yang memiliki daya beda sangat baik sebanyak
14 soal karena berada pada rentang 0,701,00.Berdasarkan uraian hasil uji daya beda
instrumen di atas dapat juga dilihat pada Tabel 6
berikut.
Uji coba reliabilitas dilakukan pada 22
soal yang valid dengan menggunakan rumus KR20 diperoleh nilai r11 sebesar 0,570 dan nilai
rtabel untuk taraf signifikan 5% dengan N = 17
sehingga diperoleh nilai rtabel = 0,482. Oleh
karena itu, rhitung lebih besar daripada rtabel
(0,570 > 0,482). Maka instrumen penelitian ini
memiliki tingkat reliabilitas yang sangat
kuat/tinggi (selengkapnya pada lampiran 8).
Berdasarkan uraian hasil uji reliabilitas instrumen
di atas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Hasil uji reliabilitas instrumen
Tabel 6. Hasil uji daya beda soal
No
Indeks
1
rhitung
2
rtabel
Nilai
0,570
0,482
Keterangan
No
Jumlah siswa
(N) = 17 dan
taraf
signifikasi 5%,
rhitung > rtabel =
tingkat
reliabilitas
sangat kuat/
tinggi
Untuk setiap pokok bahasan divariasikan
antara soal yang mudah, sedang dan sukar. Hasil
uji tingkat kesukaran soal, dapat disimpulkan
bahwa soal yang tingkat kesukarannya tinggi
tidak ada yang berada pada rentang < 0,30, soal
yang tingkat kesukarannya sedang sebanyak 14
yang berada pada rentang 0,30 – 0,70, dan kriteria
soal yang kesukarannya rendah/mudah sebanyak 8
soal yang berada pada rentang > 0,70.
Berdasarkan uraian hasil uji tingkat kesukaran
Interval
Daya Beda
Kategori
Jumlah
Soal
1.
0,00 – 0,20
Jelek
4
2.
0,21 – 0,40
Cukup
2
3.
0,41 – 0,70
Baik
2
4.
0,71 – 1,00
Baik
sekali
14
Total
22
Hasil Pre-test yang diperoleh untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai
berikut:
28
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Tabel 7. Data pre-test siswa
Kelas
Nilai
tertinggi
Nilai
terendah
Vol. 2, No. 1, September 2016
Tabel 9 Hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Jumlah
nilai
Ratarata
Sampel
2
x hitung
2
x tabel
Taraf
Dk
Ket
Eksperimen
65
40
1060
54,75
Kelas
Eksperimen
6,774
9,488
5%
4
Normal
Kontrol
55
35
720
48,00
Kelas
Kontrol
3,163
9,488
5%
4
Normal
Hasil post-test yang diperoleh untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sebgai
berikut :
Berdasarkan hasil pengujian normalitas,
ternyata populasi kedua kelompok perlakuan
mempunyai data yang normal, maka dilanjutkan
uji homogenitas varians populasi. Dari hasil
perhitungan uji homogenitas varians populasi
diperoleh nilai Fhitung = 2,0792 sedang nilai
Ftabel = 2,445. Karena Ftabel > Fhitung, pada
taraf 5% dan dk = k-1 maka hasil belajar fisika
kedua kelas baik kelas eksperimen (kelas yang
diajar dengan model pembelajaran generatif)
maupun kelas kontrol (kelas yang diajar dengan
pembelajaran non generatif) berasal dari populasi
yang mempunyai varians homogen .
Tabel 8. Data Post-Test Siswa
Kelas
Nilai
tertinggi
Nilai
terendah
Jumlah
nilai
Ratarata
Eksperimen
85
65
1439
75,74
Kontrol
70
50
929
61,93
Tabel 10 Hasil uji homogenitas varians populasi
B. Analisa Data
Untuk pengujian normalitas data,
ditetapkan kriteria pengujian bahwa
dikatakan berdistribusi nomal jika x2
<
hitung
pada taraf signifikan 5% dengan dk = k – 1.
telah
data
2
x
tabel
Pembelajaran dengan
menggunakan
model
pembelajaran generatif (Kelas Eksperimen)
Berdasarkan
hasil
pengujian
data
melalui
pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran generatif diperoleh nilai
x2hitung = 6,774 dan x2tabel = 9,488. Ternyata
x2hitung < x2 , maka dapat dikatakan bahwa
data prestasi belajar fisika melalui model
pembelajaran generatif berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
Kelas
Rerata
Var
Eksperimen
75,74
49,76
Kontr
ol
tabel
Ftabel
Taraf
dk
1,367
2,445
5%
k1
Ket
Homo
-gen
47,78
Dari hasil perhitungan statistik uji-t polled
varians diperoleh thitung sebesar 2,28 dan harga
ttabel untuk taraf signifikasi 5% dengan derajat
kebebasan dk = k1 + k2 – 2 = 19 + 15 – 2 = 32
sebesar 1,989 (harga antara dk 30 dan 40). Oleh
karena thitung lebih besar dari ttabel (2,28 >
1,989), maka dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran generatif
lebih baik secara
signifikan dari pada siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran non generatif pada siswa
kelas VIII-A MTs. Nahdlatul Mujahidin NW
Jempong Tahun Pelajaran 2013/2014
Pembelajaran non generatif (kelas kontrol)
Berdasarkan analisis pengujian data
melalui pembelajaran non kooperatif diperoleh
x2
= 3,163 dan x2
= 9,488. Ternyata x2
hitung
61,93
Fhitung
hitung
< x2 tabel maka dapat dikatakan bahwa data hasil
belajar fisika melalui pembelajaran non generatif
berasal dari popuasi yang berdistribusi normal.
29
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Tabel 11. Hasil uji hipotesis (Uji-t)
thitung
ttabel
Taraf
Dk
Ket
2,28
1,989
5%
32
Ada
perbedaan
Vol. 2, No. 1, September 2016
dikarenakan pada tahap perencanaan maupun
pelaksanaan proses pembelajaran, guru lebih
banyak berperan aktif dibandingkan dengan siswa.
Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru
hanya menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab sehingga kesannya kegiatan pembelajaran
lebih banyak didominasi oleh guru. Lain halnya
dengan model pembelajaran generatif, siswa
tidak hanya menerima materi pelajaran dalam
bentuk final dari guru, tetapi siswa memperoleh
daya serap yang lebih tinggi karena dalam proses
pembelajaran
siswalah
yang lebih aktif
mengkonstruksi sendiri konsep atau materi yang
dipelajari.
Pembelajaran IPA fisika bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir
siswa,
mengantar
siswa
menemukan
dan
membangun
sendiri pengetahuan dan
mentransfernya. Untuk mencapai tujuan ini
diperlukan model dan metode pembelajaran
yang benar-benar tepat. Oleh karena itu, salah
satu model yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran IPA fisika yaitu model pembelajaran
generatif. Siswa dapat bekerja sama dengan siswa
lain dalam proses pembelajaran dengan teknik
berpikir mandiri dan bekerja sama dengan siswa
lain yang membuat siswa dapat menemukan
sendiri pengetahuannya. Dengan kata lain,
model pembelajaran generatif dapat membantu
siswa mengembangkan potensi yang ada pada
diri mereka dengan cara belajar aktif dan kreatif.
Namun dalam hal ini guru bertindak sebagai
fasilitator selama pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran generatif membuat interaksi guru
dan siswa lebih kondusif, karena dalam
pembelajaran yang dilaksanakan, selain bertindak
sebagai fasilator dan motivator yaitu penghubung
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan
informasi baru yang diterima melalui pertanyaanpertanyaan yang sifatnya mengarahkan, terutama
akan terjadi pada tahap memfokuskan dan tahap
tantangan.
Dari hasil penelitian melalui penggunaan
model pembelajaran generatif terdapat perbedaan
terhadap pengurangan miskonsepsi siswa kelas
VII-A Nahdlatul Mujahidin NW Jempong tahun
pelajaran 2013/2014 dan siswa lebih kondusif
untuk
memantapkan
maupun
memperluas
pemahamannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Model pembelajaran generatif merupakan
pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mengkonstruksi
kemampuannya untuk memperoleh pengetahuan
baru.
Model
pembelajaran
generatif
membutuhkan partisipasi dan kerjasama antara
siswa untuk belajar secara berkelompok dalam
menyusun konsep. Keunggulan pembelajaran ini
adalah memberi kesempatan siswa untuk
menemukan pengetahuan mereka dengan cara
belajar berfikir, mencari dan menemukan sendiri,
dalam suasana kelas yang kondusif sehingga
dalam proses pembelajaran siswa dapat lebih
aktif. Dalam pembelajaran ini guru bertindak
sebagai fasilitator. Dengan menerapkan model
pembelajaran generatif diharapkan siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuan barunya, sehingga
konsep-konsep yang ada dalam materi khususnya
pokok bahasan gerak dapat dikuasai dengan baik.
Dalam penelitian ini, ada atau tidaknya
perbedaan hasil belajar siswa dapat dilihat dari
hasil uji-t (selengkapnya pada lampiran 13). Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai thitung lebih
besar dari ttabel (2,28 > 1,989) yang berarti
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima yang berbunyi ”Ada
perbedaan penggunaan model pembelajaran
generatif terhadap pengurangan miskonsepsi siswa
kelas VII-A di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW
Jempong tahun pelajaran 2013/2014”. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran generatif
mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini hasil belajar berkaitan
dengan nilai yang dicapai oleh siswa. Adanya
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen dipengaruhi oleh metode
yang telah diterapkan. Adanya perbedaan
penggunaan model pembelajaran generatif terhadap
peningkatan hasil belajar IPA fisika di MTs.
Nahdlatul Mujahidin NW Jempong juga dapat
dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata
yang dihasilkan kelas eksperimen yaitu sebesar
75,74 (selengkapnya pada lampiran 13). Hasil ini
lebih signifikan dibandingkan dengan yang
diperoleh kelas kontrol rata-ratanya sebesar 61,93.
Rendahnya hasil belajar siswa yang
menggunakan
pembelajaran
non
generatif
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran
generatif dapat mengurangi miskonsepsi IPA
30
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Vol. 2, No. 1, September 2016
Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar.
Bandung:
Sinar
Baru
Algensindo.
Sugiyarto, Teguh dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam
untuk SMP/MTs. Kelas VII. Jakarta: PT. Jepe
Press Media Utama.
Suhirman, Prakonsepsi, Miskonsepsi, dan Pemahaman
Konsep dalam Pembelajaran Sains, (Jurnal
Teknologi
Pembelajaran:
Teori
dan
Penelitian, Tahun 2006, No 2, 1998).
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
CV Alfabet
Suparno. 2005. Miskonsepsi & Perubahan Konsep
Pendidikan Fisika. Jakarta: PT.Grasindo
Suprijono. 2009. Cooperative Learning teori dan
aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tayubi, Yuyu R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi
pada
Konsep-konsep
Fisika
dengan
Menggunakan Certainty of Response Index
(CRI),
(Jurnal
Mimbar
Pendidikan
No3/XXIV/2005).
fisika siswa di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW
Jempong Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Saran
Kepada
pihak
pengajar,
hendaknya
mempertimbangkan
penggunaan
model
pembelajaran generatif dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar guna mengurangi miskonsepsi
siswa dan meningkatkan hasil belajar IPA fisika
siswa.
Penerapan model pembelajaran generatif untuk
mengurangi miskonsepsi IPA fisika hendaknya
dilakukan secara terus menerus dan lebih
optimal pada pokok bahasan gerak baik di MTs.
Nahdlatul Mujahidin NW Jempong atau pun di
Sekolah-sekolah lain. Hal ini dimaksudkan agar
siswa terlatih untuk belajar
menemukan
pengetahuan mereka dengan cara belajar
berfikir, mencari dan menemukan sendiri, bukan
hanya mendengar dan mencatat saja. Perlu
penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan
variabel-variabel tertentu
seperti kebiasaan
belajar, motivasi dan lain-lain agar hasil
penelitian lebih optimal dan untuk lebih
mempopulerkan model pembelajaran generatif di
sekolah-sekolah.
Bagi
Dinas
pendidikan
diharapkan
menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan
untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikan,
khususnya pada tingkat sekolah menengah
pertama karena dalam pencapaian kualitas
tersebut diperlukan model pembelajaran yang
efektif dan efisien agar mutu pendidikan lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bahtiar. 2010. Modul Strategi Belajar Mengajar
Sains (IPA) Fisika. Mataram: Universitas
Muhammadiyah Mataram.
Lusiana, dkk. 2009. Penerapan Model Pembelajaran
Generatif
(MPG)
untuk
Pelajaran
Matematika di Kelas X SMA Negeri 8
Palembang, (Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3. No. 2 Desember 2009)
Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasionnal. Bumi Aksara
Nur Asma, 2004. Model Pembelajaran untuk
Menanggulangi Miskonsepsi Bidang Studi
Fisika di SMU, (Jurnal Pembelajaran, Vol 27,
No 2, 2004).
Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.
Alfabeta : Bandung. Sagala, Syaiful. 2010.
31
Download