KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) Vol. 2, No. 1, September 2016 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA DI MTs. NAHDLATUL MUJAHIDIN NW JEMPONG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1 Helmi Wijayanti, 2 Linda Sekar Utami, 3 Ary Purmadi 1 Mahasiswa Sarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram 2&3 Dosen Progran Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram ABSTRAK Tujuan penelitian ini mengetahui peningkatan hasil belajar IPA fisika dengan model pembelajaran generatif pada siswa kelas VII MTs. Nahdlatul Mujahidin NW jempong tahun pelajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah semua kelas VII MTs. Nahdlatul Mujahidin NW jempong tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan sampel penelitian diambil dua kelas yang terdiri dari adalah kelas VII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol. . Instrumen yang digunakan berupa tes soal untuk pre-test dan posttest masing-masing sebanyak 30 butir soal. Teknik analisis data digunakan uji persyaratan analisis yang meliputi uji homogenitas dan uji normalitas, sedangkan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t (related) serta analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil uji statistik untuk uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar dari ttabel (2,28 > 1,989) yang menunjukan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan beberapa analisis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran generatif terhadap peningkatan hasil belajar IPA fisika siswa kelas VII MTs. Nahdlatul Mujahidin NW jempong tahun pelajaran 2013/2014 Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Kegiatan Laboratorium, Hasil Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan dan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dalam hal pengetahuan dan keterampilan agar memiliki kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tujuan atau sasaran bidang pendidikan dalam menyikapi era globalisasi. Dalam era globalisasi ini, sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama suatu bangsa dalam berkompetensi. Oleh karena itu, sudah seharusnya pembangunan di sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah agar melahirkan generasigenerasi bangsa yang berintelektual. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pendidikan fisika yang berkualitas akan menghasilkan manusia yang memiliki pengetahuan, pemahaman, proses dan sikap sains. Pendidikan fisika yang berkualitas tentu bisa dilihat dari mutu pendidikan. Salah satu penyebab masih rendahnya mutu IPA fisika hingga saat ini adalah adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi atau konsepsi awal yang dimiliki siswa. Setiap siswa memiliki konsepsi awal yang berbeda. Oleh karena itu, hendaknya guru memperhatikan konsepsi awal yang dibawa siswa ke dalam kelas sebelum memberikan konsep atau informasi baru agar konsep yang diberikan dapat dengan mudah diterima dalam struktur kognitif siswa dan tidak terjadi miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi yang dimiliki siswa terkadang tidak sesuai dengan konsepsi yang dimiliki oleh para ilmuwan. Jika konsepsi yang dimiliki siswa sama dengan konsepsi yang dimiliki para ilmuwan, maka konsepsi tersebut tidak dapat dikatakan salah. Namun jika konsepsi yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan konsepsi para ilmuwan, maka siswa tersebut dikatakan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi yang dialami siswa berasal dari pengalaman sehari-hari ketika siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Miskonsepsi pada diri siswa juga dapat berasal dari konsep salah yang diajarkan guru pada jenjang pendidikan sebelumnya. Adanya miskonsepsi ini tentu akan menghambat proses belajar siswa. Kesalahan konsep atau miskonsepsi merupakan sumber kesulitan siswa dalam mempelajari fisika. Pembelajaran yang tidak mempertimbangkan pengetahuan awal siswa mengakibatkan miskonsepsi-miskonsepsi siswa semakin kompleks dan stabil. Adanya miskonsepsi ini jelas akan sangat menghambat pada proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) diri siswa, sehingga akan menghalangi keberhasilan siswa dalam proses belajar lebih lanjut (Klammer dalam Rahmat, 1998: 7). Ini merupakan masalah besar dalam pengajaran fisika yang tidak bisa dibiarkan. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan hal tersebut, maka berbagai upaya untuk menanggulangi masalah miskonsepsi ini terus dikembangkan, meskipun hasilnya belum begitu menggembirakan. Pembelajaran yang dilakukan satu arah yang hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa dan menggunakan sesuatu yang abstrak bisa saja tidak bermanfaat sama sekali karena otak siswa bukan sesuatu yang kosong, tetapi siswa telah memiliki konsep awal yang didapat dari pembelajaran sebelumnya atau dari lingkungannya. Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang mengikut sertakan siswa aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran yang terpusat pada guru merupakan salah satu faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan pada mata pelajaran fisika. Salah satu tujuan dari pembelajaran fisika siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai materi dan konsep fisika saja, tetapi siswa juga diharapkan mampu menghubungkan atau mengaplikasikan konsep-konsep fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data hasil observasi diperlukan adanya perubahan dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mempelajari fisika lebih mudah, lebih efektif dan menyenangkan serta dapat mengurangi miskonsepsi pada siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran generatif sebab model pembelajaran generatif merupakan model yang mengacu kepada pemahaman dan pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk membangun suatu konsepsi baru yang merupakan gabungan dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki dengan informasi yang baru diterima. Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pembelajaran generatif melibatkan aktivitas mental melalui kreativitas berpikir siswa yang berkembang sejalan dengan proses belajar siswa. Dengan demikian, pada dasarnya pembelajaran generatif berbasis pada pandangan konstruktivisme dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan baru dibangun dalam pikiran siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Mengurangi Miskonsepsi Siswa Vol. 2, No. 1, September 2016 melalui Model Pembelajaran Generatif Di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Tahun Pelajaran 2013/2014”. METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dimana peneliti dengan sengaja memberikan perlakuan kepada responden, selanjutnya mengamati dan mencatat reaksi responden, dan kemudian melihat hubungan antara perlakuan yang diberikan dan reaksi yang muncul dari responden. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di Sekolah MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong tahun pelajaran 2013/2014. . C. Penentuan Subjek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-A di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong tahun pelajaran 2013/2014 yang tersebar dalam 2 (dua) kelas yang berjumlah 35 orang. Teknik penarikan sampel adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran populasi yang akan dijadikan sumber data dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi. Teknik pengambilan yang digunakan adalah Cluster Random sampling (pengambilan sampel berkelompok secara acak), dimana setiap kelas populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Cara yang digunakan adalah memberi nomor setiap kelas populasi, kemudian sampel yang diinginkan ditentukan menggunakan undian biasa (Arikunto, 2002: 117). Sampel yang terpilih pada penelitian ini adalah kelas VII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan teknik tes. Dokumentasi data yang diperoleh berupa data nama siswa dan nilai rapor yang digunakan sebagai bahan acuan dasar kemampuan belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tes pilihan ganda yang bertujuan untuk memperoleh data hasil siswa. Hasil tes yang diperoleh dari siswa kemudian direkam dalam bentuk tabulasi jawaban yang terlebih dahulu dibuat rambu-rambu jawaban yang dianggap benar. 25 KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) Vol. 2, No. 1, September 2016 n S E. Instrumen Penelitian Suharsimi Arikunto (2006: 160) menerangkan bahwa instrumen penelitian adalah alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam dalam mengumpulkandata agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik’dalam artilebih cermat’lengkap dan sistematik sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes tertulis. Peneliti harus mampu menyusun sendiri instrumen pada setiap penelitian dan diuji cobakan pada kelas lain. adapun uji instrumen yang dilakukan yaitu: Untuk menghitung validitas item dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus “koefesien korelasi biserial” (γpbi) sebagai berikut: : Banyaknyaitem : Standar deviasi dari tes (Arikunto, 2003) Dari hasil perhitungan reliabilitas tersebut melalui tabel product moment, jika r11> rtabel maka soal tersebut reliabel sedangkan jika rtabel maka soal tersebut tidak reliabel. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. sebaliknya soal yang terlalu sukar membuat siswa putus asa memecahkannya. adapun tingkat kesukaran soal yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal (1) Keterangan:A γpbi : Koefisien korelasi biserial Mp : Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mt : Rerata skor total St :Standar deviasi dari skor total P : Proporsi siswa yang menjawab benar Banyak siswa yang benar P Jumlah seluruh siswa q : Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p) (Arikunto, 2003) Nilai p Interpretasi 0.00-0.30 0.30-0.70 0.70-1.00 Sukar Sedang Mudah Rumus untuk mencari taraf kesukaran soal adalah P B JS (3) Keterangan: P : Indeks Kesukaran B :Banyaknya siswa yangmenjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta Tes ( Arikunto,2003) Dari hasil perhitungan tersebut di interpretasikan melalui tabel r product moment.dengan kriteria jika γpbi hitung > r tabel maka soal tersebut valid sedangkan jika γpbi hitung< r tabel maka soal tersebut tidak valid. Reliabilitas soal Untuk mengetahuireliabilitas dari instrumen yang digunakan dapat dicari dengan menggunakan rumus: Berdasarkan hasil perhitungan dan ketentuan klasifikasi tingkat kesukaran butir soal maka diperoleh butir-butrir soal dengan kategori ada yang mudah, sedang dan sukar. Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai. Tabel 2. Klasifikasi tingkat daya pembeda butir soal Nilai D 0.00-0.20 0.20-0.40 0.40-0.70 0.70-1.00 (2) Keterangan: r11 : Reliabilitas tes p : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah ∑pq : Jumlah hasil kali perkalian antara p dan q Interpretasi Jelek Cukup Baik Baik sekali (Arikunto, 2003) Rumus yang digunakan untuk mencari daya beda soal adalah: D 26 BA BB JA JB (4) KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) Keterangan: D JA JB bawah BA BB Keterangan: Rk ∑N X : Jumlah peserta tes : Jumlah peserta kelompok atas : Jumlah peserta kelompok : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Arikunto, 2003) Setelah dilakukan analisis data hasil belajar siswa,kemudian dilakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus uji-t atau t-tes sebagai berikut: t x1 x2 n1 n2 s1 s2 dari Tabel 3. Klasifikasi tingkat daya serap siswa Kategori 81-100 61-80 41-60 21-40 0-20 Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang (Sudjana, 2002) Rata-rata kelas Rk N X : : : : : : Rerata nilai sampel 1 Rerata nilai sampel 2 Jumlah sampel 1 Jumlah sampel 2 Varian sampel 1 Varian sampel 2 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data dalam penelitian ini berupa data hasil belajar IPA fisika siswa yang ditunjukkan dengan nilai post-test. Pengambilan data untuk nilai post-test menggunakan instrumen pengukuran data berupa tes objektif yang sudah dianalisis validitas, reliabilitas, uji tingkat kesukaran butir soal dan uji daya beda soal. Sebelum tes diberikan kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji validitas terhadap soal yang akan diujikan untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian. Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan pada kelas VIII-A MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong dengan jumlah siswa sebanyak 17 siswa. Dari 30 soal (selengkapnya pada lampiran 4) yang diuji cobakan diperoleh 22 soal valid dan 8 soal yang tidak valid (soal nomor 3, 6, 7, 15, 19, 21. 23 dan 28). Untuk N = 17 dengan taraf signifikasi 5%, maka rtabel = 0,339 sehingga dapat ditentukan valid tidaknya soal tersebut (selengkapnya pada lampiran 7). Berdasarkan uraian di atas hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. : Jumlah nilai yang di peroleh oleh siswa (Sudjana, 1992) Persentase (7) 2 S2 n2 Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha di tolak jika t hitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha di terima.(Sugiyono,1990) (5) : Daya Serap : Jumlah Siswa : Nilai Tertinggi 2 Keterangan: Daya serap siswa Keterangan: DS X A rentang Y x1 x2 S1 n1 Ketuntasan individu. Ketuntasan individu dicari dengan cara menghitung jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 6.5 Y x100% XA : Rata-rata kelas : Jumlah nilai seluruh siswa : Jumlah siswa Uji - t F. TeknikAnalisis Data Dari hasil post tes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan analisis secara diskriptif untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa,yaitu: DS Vol. 2, No. 1, September 2016 (6) 27 KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) Tabel 3 Hasil uji validitas instrumen No 1. Indeks Soal valid Soal tidak valid 2. Total Jumlah Soal 22 8 Vol. 2, No. 1, September 2016 instrumen di atas dapat juga dilihat pada Tabel 5 berikut. Nomor Soal Ket Tabel 5. Klasifikasi indeks kesukaran 1, 2, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30 3, 6, 7, 15, 19, 21, 23, 28 No Jumlah siswa (N) = 17 dan taraf signifik asi 5%, maka rtabel = 0,339 Interval indeks kesukaran Kategori Jumlah Soal 1 0,00 – 0,30 Sukar - 2 0,31 – 0,70 Sedang 14 3 0,71 – 1,00 Mudah 8 Total 30 22 Berdasarkan hasil uji daya beda soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 4 soal karena berada pada rentang 0,00-0,20, soal yang memiliki daya beda cukup berada sebanyak 2 karena berada pada rentang 0,21-0,40, soal yang memiliki daya beda baik sebanyak 2 soal karena berada pada rentang 0,41-0,70 dan soal yang memiliki daya beda sangat baik sebanyak 14 soal karena berada pada rentang 0,701,00.Berdasarkan uraian hasil uji daya beda instrumen di atas dapat juga dilihat pada Tabel 6 berikut. Uji coba reliabilitas dilakukan pada 22 soal yang valid dengan menggunakan rumus KR20 diperoleh nilai r11 sebesar 0,570 dan nilai rtabel untuk taraf signifikan 5% dengan N = 17 sehingga diperoleh nilai rtabel = 0,482. Oleh karena itu, rhitung lebih besar daripada rtabel (0,570 > 0,482). Maka instrumen penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang sangat kuat/tinggi (selengkapnya pada lampiran 8). Berdasarkan uraian hasil uji reliabilitas instrumen di atas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Hasil uji reliabilitas instrumen Tabel 6. Hasil uji daya beda soal No Indeks 1 rhitung 2 rtabel Nilai 0,570 0,482 Keterangan No Jumlah siswa (N) = 17 dan taraf signifikasi 5%, rhitung > rtabel = tingkat reliabilitas sangat kuat/ tinggi Untuk setiap pokok bahasan divariasikan antara soal yang mudah, sedang dan sukar. Hasil uji tingkat kesukaran soal, dapat disimpulkan bahwa soal yang tingkat kesukarannya tinggi tidak ada yang berada pada rentang < 0,30, soal yang tingkat kesukarannya sedang sebanyak 14 yang berada pada rentang 0,30 – 0,70, dan kriteria soal yang kesukarannya rendah/mudah sebanyak 8 soal yang berada pada rentang > 0,70. Berdasarkan uraian hasil uji tingkat kesukaran Interval Daya Beda Kategori Jumlah Soal 1. 0,00 – 0,20 Jelek 4 2. 0,21 – 0,40 Cukup 2 3. 0,41 – 0,70 Baik 2 4. 0,71 – 1,00 Baik sekali 14 Total 22 Hasil Pre-test yang diperoleh untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: 28 KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) Tabel 7. Data pre-test siswa Kelas Nilai tertinggi Nilai terendah Vol. 2, No. 1, September 2016 Tabel 9 Hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol Jumlah nilai Ratarata Sampel 2 x hitung 2 x tabel Taraf Dk Ket Eksperimen 65 40 1060 54,75 Kelas Eksperimen 6,774 9,488 5% 4 Normal Kontrol 55 35 720 48,00 Kelas Kontrol 3,163 9,488 5% 4 Normal Hasil post-test yang diperoleh untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebgai berikut : Berdasarkan hasil pengujian normalitas, ternyata populasi kedua kelompok perlakuan mempunyai data yang normal, maka dilanjutkan uji homogenitas varians populasi. Dari hasil perhitungan uji homogenitas varians populasi diperoleh nilai Fhitung = 2,0792 sedang nilai Ftabel = 2,445. Karena Ftabel > Fhitung, pada taraf 5% dan dk = k-1 maka hasil belajar fisika kedua kelas baik kelas eksperimen (kelas yang diajar dengan model pembelajaran generatif) maupun kelas kontrol (kelas yang diajar dengan pembelajaran non generatif) berasal dari populasi yang mempunyai varians homogen . Tabel 8. Data Post-Test Siswa Kelas Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah nilai Ratarata Eksperimen 85 65 1439 75,74 Kontrol 70 50 929 61,93 Tabel 10 Hasil uji homogenitas varians populasi B. Analisa Data Untuk pengujian normalitas data, ditetapkan kriteria pengujian bahwa dikatakan berdistribusi nomal jika x2 < hitung pada taraf signifikan 5% dengan dk = k – 1. telah data 2 x tabel Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif (Kelas Eksperimen) Berdasarkan hasil pengujian data melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif diperoleh nilai x2hitung = 6,774 dan x2tabel = 9,488. Ternyata x2hitung < x2 , maka dapat dikatakan bahwa data prestasi belajar fisika melalui model pembelajaran generatif berasal dari populasi yang berdistribusi normal Kelas Rerata Var Eksperimen 75,74 49,76 Kontr ol tabel Ftabel Taraf dk 1,367 2,445 5% k1 Ket Homo -gen 47,78 Dari hasil perhitungan statistik uji-t polled varians diperoleh thitung sebesar 2,28 dan harga ttabel untuk taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan dk = k1 + k2 – 2 = 19 + 15 – 2 = 32 sebesar 1,989 (harga antara dk 30 dan 40). Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel (2,28 > 1,989), maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran generatif lebih baik secara signifikan dari pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran non generatif pada siswa kelas VIII-A MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Tahun Pelajaran 2013/2014 Pembelajaran non generatif (kelas kontrol) Berdasarkan analisis pengujian data melalui pembelajaran non kooperatif diperoleh x2 = 3,163 dan x2 = 9,488. Ternyata x2 hitung 61,93 Fhitung hitung < x2 tabel maka dapat dikatakan bahwa data hasil belajar fisika melalui pembelajaran non generatif berasal dari popuasi yang berdistribusi normal. 29 KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) Tabel 11. Hasil uji hipotesis (Uji-t) thitung ttabel Taraf Dk Ket 2,28 1,989 5% 32 Ada perbedaan Vol. 2, No. 1, September 2016 dikarenakan pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan proses pembelajaran, guru lebih banyak berperan aktif dibandingkan dengan siswa. Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kesannya kegiatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru. Lain halnya dengan model pembelajaran generatif, siswa tidak hanya menerima materi pelajaran dalam bentuk final dari guru, tetapi siswa memperoleh daya serap yang lebih tinggi karena dalam proses pembelajaran siswalah yang lebih aktif mengkonstruksi sendiri konsep atau materi yang dipelajari. Pembelajaran IPA fisika bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, mengantar siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan mentransfernya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan model dan metode pembelajaran yang benar-benar tepat. Oleh karena itu, salah satu model yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA fisika yaitu model pembelajaran generatif. Siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam proses pembelajaran dengan teknik berpikir mandiri dan bekerja sama dengan siswa lain yang membuat siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Dengan kata lain, model pembelajaran generatif dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka dengan cara belajar aktif dan kreatif. Namun dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif membuat interaksi guru dan siswa lebih kondusif, karena dalam pembelajaran yang dilaksanakan, selain bertindak sebagai fasilator dan motivator yaitu penghubung pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan informasi baru yang diterima melalui pertanyaanpertanyaan yang sifatnya mengarahkan, terutama akan terjadi pada tahap memfokuskan dan tahap tantangan. Dari hasil penelitian melalui penggunaan model pembelajaran generatif terdapat perbedaan terhadap pengurangan miskonsepsi siswa kelas VII-A Nahdlatul Mujahidin NW Jempong tahun pelajaran 2013/2014 dan siswa lebih kondusif untuk memantapkan maupun memperluas pemahamannya untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran generatif merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengkonstruksi kemampuannya untuk memperoleh pengetahuan baru. Model pembelajaran generatif membutuhkan partisipasi dan kerjasama antara siswa untuk belajar secara berkelompok dalam menyusun konsep. Keunggulan pembelajaran ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menemukan pengetahuan mereka dengan cara belajar berfikir, mencari dan menemukan sendiri, dalam suasana kelas yang kondusif sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat lebih aktif. Dalam pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator. Dengan menerapkan model pembelajaran generatif diharapkan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan barunya, sehingga konsep-konsep yang ada dalam materi khususnya pokok bahasan gerak dapat dikuasai dengan baik. Dalam penelitian ini, ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil uji-t (selengkapnya pada lampiran 13). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,28 > 1,989) yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berbunyi ”Ada perbedaan penggunaan model pembelajaran generatif terhadap pengurangan miskonsepsi siswa kelas VII-A di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong tahun pelajaran 2013/2014”. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini hasil belajar berkaitan dengan nilai yang dicapai oleh siswa. Adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dipengaruhi oleh metode yang telah diterapkan. Adanya perbedaan penggunaan model pembelajaran generatif terhadap peningkatan hasil belajar IPA fisika di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong juga dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata yang dihasilkan kelas eksperimen yaitu sebesar 75,74 (selengkapnya pada lampiran 13). Hasil ini lebih signifikan dibandingkan dengan yang diperoleh kelas kontrol rata-ratanya sebesar 61,93. Rendahnya hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran non generatif SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran generatif dapat mengurangi miskonsepsi IPA 30 KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129) Vol. 2, No. 1, September 2016 Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyarto, Teguh dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs. Kelas VII. Jakarta: PT. Jepe Press Media Utama. Suhirman, Prakonsepsi, Miskonsepsi, dan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Sains, (Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian, Tahun 2006, No 2, 1998). Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabet Suparno. 2005. Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: PT.Grasindo Suprijono. 2009. Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tayubi, Yuyu R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-konsep Fisika dengan Menggunakan Certainty of Response Index (CRI), (Jurnal Mimbar Pendidikan No3/XXIV/2005). fisika siswa di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Saran Kepada pihak pengajar, hendaknya mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran generatif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guna mengurangi miskonsepsi siswa dan meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa. Penerapan model pembelajaran generatif untuk mengurangi miskonsepsi IPA fisika hendaknya dilakukan secara terus menerus dan lebih optimal pada pokok bahasan gerak baik di MTs. Nahdlatul Mujahidin NW Jempong atau pun di Sekolah-sekolah lain. Hal ini dimaksudkan agar siswa terlatih untuk belajar menemukan pengetahuan mereka dengan cara belajar berfikir, mencari dan menemukan sendiri, bukan hanya mendengar dan mencatat saja. Perlu penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu seperti kebiasaan belajar, motivasi dan lain-lain agar hasil penelitian lebih optimal dan untuk lebih mempopulerkan model pembelajaran generatif di sekolah-sekolah. Bagi Dinas pendidikan diharapkan menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pada tingkat sekolah menengah pertama karena dalam pencapaian kualitas tersebut diperlukan model pembelajaran yang efektif dan efisien agar mutu pendidikan lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Bahtiar. 2010. Modul Strategi Belajar Mengajar Sains (IPA) Fisika. Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram. Lusiana, dkk. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG) untuk Pelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 8 Palembang, (Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3. No. 2 Desember 2009) Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasionnal. Bumi Aksara Nur Asma, 2004. Model Pembelajaran untuk Menanggulangi Miskonsepsi Bidang Studi Fisika di SMU, (Jurnal Pembelajaran, Vol 27, No 2, 2004). Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta : Bandung. Sagala, Syaiful. 2010. 31