BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem peredaran darah berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan O2 ke seluruh tubuh. Zat makanan berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak, dan untuk beraktivitas. Pada manusia, sistem transportasi atau peredaran darah terdiri atas tiga bagian utama, yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah. Pembuluh darah manusia terdiri atas pembuluh nadi (arteri), pembuluh kapiler, dan pembuluh batik (vena). Pembuluh nadi berfungsi mengalirkan darah keluar dari jantung. Pembuluh ini berdinding tebal, kuat, dan elastis. Denyutnya dapat dirasakan jika kamu memegang pangkal pergelangan tangan ataupun leher. Berdasarkan ukurannya, pembuluh nadi terbagi menjadi aorta, arteri, dan arteriol. Pembuluh arteri dihubungkan dengan pembuluh darah vena oleh pembuluh kapiler. Pembuluh balik atau vena berfungsi membawa darah menuju jantung. Pembuluh ini terletak di dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluh ini tipis dan tidak elastis serta memiliki katup berpasangan di sepanjang pembuluhnya. Katup berfungsi menjaga tekanan darah dan arah aliran darah. Pembuluh balik bercabang-cabang membentuk pembuluh yang berukuran lebih kecil yang dinamakan venula. Katup-katup semilunaris satu arah menyebar ke seluruh sistem vena ekstremitas bawah. Katup-katup ini adalah lapisan Tunisia intim yang terdiri dari endotel dan kolagen. Katup-katup vena mencegah terjadinya refluks dan mengarahkan aliran ke proksimal mulai dari ekstremitas bawah ke vena kava. Kemampuan katup ini untuk menjalankan fungsinya sangat penting sebab aliran darah dari ekstremitas bawah ke jantung melawan gravitasi. Fisiologi aliran vena yang melawan kekuatan gravitasi melibatkan berbagai aktor yang dikenal sebagai pompa vena. Pompa vena terdiri dari komponen sentral dan perifer. Pompa vena perifer bergantung dari kompresi saluran vena selama kontraksi otot. Kontraksi otot mendorong aliran maju di dalam sistem vena profunda; katup vena mencegah aliran balik darah selama periode relaksasi otot. Selain itu sinus-sinus vena yang kecil dan tidak berkatup atau venule berfungsi sebagai penampung darah dan mengosongkan darahnya ke vena-vena profunda selama kontraksi otot. Kontribusi saluran intramuskular ini sangat penting untuk aliran balik vena. Kekuatan-kekuatan sentral yang mendorong aliran balik vena adalah pengurangan tekanan intra toraks sewaktu inspirasi dan penurunan tekanan atrium kanan dan ventrikel kanan setelah ejeksi ventrikel. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam vena. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis. Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker dari organ internal. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa itu Emboli Vena? 2) Apa yang dapat menyebabkan emboli vena? 3) Bagaimana mekanisme sehingga terjadi emboli vena? 4) Bagaimana patofisiologinya? 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dan patofisiologi dari emboli vena BAB II PEMBAHASAN 2.1.1 Anatomi Fisiologi Pembuluh Vena Vena (Pembuluh Balik) Pembuluh darah vena dikenal dengan nama pembuluh balik. Pembuluh balik vena adalah jenis pembuluh darah yang datang menuju satrium jantung yang sifatnya tipis dan cukup elastis. Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis, jika diraba denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes. Dinding pembuluh darah vena berstruktur tipis dan elastic dengan lubang pembuluh lebih besar dari arteri. Dlam vena banyak terdapat katup untuk menegah darah tidak mengalir kembali. Pembuluh darah ini mengandung karbondioksida kecuali vena pulmonalis dan terletak di dekat permukaan tubuh. Dari seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah balik besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui atrium kanan. Setelah terjadi pertukaran darah di paru-paru, darah mengalir ke jantung lagi melalui vena paru- paru. Pembuluh vena ini membawa darah yang kaya oksigen, dan memasauki jantung melalui atrium kiri. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis. Salah satu penyakit yang menyerang pembuluh balik adalah varises. Anatomi Pembuluh Darah Vena Ekstremitas bawah Vena Superfisialis Ekstremitas Bawah Sistem superfisialis terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva. Keduanya memiliki arti klinis yang sangat penting karena memiliki predisposisi terjadinya varises yang membutuhkan pembedahan. Vena Safena magna keluar dari ujung medial jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini berjalan di sebelah anterior maleolus medialis, sepanjang aspek anteromedial betis (bersama dengan nervus safenus), pindah ke posterior selebar tangan di belakang patela pada lutut dan kemudian berjalan ke depan dan menaiki bagian anteromedial paha. Pembuluh ini menembus fasia kribriformis dan mengalir ke v.femoralis pada hiatus safenus. Bagian terminal v.safena magna biasanya mendapat percabangan superfisialis dari genitalia eksterna dan dinding bawah abdomen. Dalam pembedahan, hal ini bisa membantu membedakan v.safena dari femoralis karena satu-satunya vena yang mengalir ke v.femoralis adalah v.safena. Cabangcabang femoralis anteromedial dan posterolateral (lateral aksesorius), dari aspek medial dan lateral paha, kadang-kadang juga mengalir ke v.safena magna di bawah hiatus safenus (Faiz dan Moffat, 2004). Vena safena magna berhubungan dengan sistem vena profunda. V. safena magna berhubungan dengan sistem vena profunda di beberapa tempat melalui vena perforantes. Hubungan ini biasanya terjadi di atas dan di bawah maleolus medialis, di area gaiter, di regio pertengahan betis, di bawah lutut, dan satu hubungan panjang pada paha bawah. Katup-katup pada perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir dari sistem superfisialis ke sistem profunda dari mana kemudian darah dipompa keatas dibantu oleh kontraksi otot betis. Akibatnya sistem profunda memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada superfisialis, sehingga bila katup perforator mengalami kerusakan, tekanan yang meningkat diteruskan ke sistem superfisialis sehingga terjadi varises pada sistem ini. V. safena parva keluar dari ujung lateral jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini melewati bagian belakang maleolus lateralis dan di atas bagian belakang betis kemudian menembus fasia profunda pada berbagai posisi untuk mengalir ke v.poplite. Dibandingkan dengan arteri, dinding vena lebih tipis dan mudah terdistensi . kira-kira 70% volume darah terkandung dalam sirkuit vena dengan tekanan yang relative rendah. Sirkulasi vena bervolume tinggi dan bertekanan rendah ini berfungsi sebagai sirkuit kapasitansi, berbeda dengan sirkuit arteri yang bertekanan tinggi dan bervolume rendah. Kapasitas dan volume sirkuit vena merupakan factor penting curah jantung karena volume darah yang diejeksi oleh jantung bergantung pada aliran balik vena. System vena pada ekstremitas bawah terbagi menjadi tiga subsistem: (1) subsistem vena superfisial, (2) subsistem vena profunda, (3) subsistem penghubung (saling berhubungan). Vena superfisialis terletak di jaringan subkutan anggota gerak dan menerima aliran darah vena dari pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil di dalam kulit, jaringan subkutan, dan kaki. System superfisial terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva. Vena safena magna adalah vena terpanjang di tubuh, berjalan dari malleolus di mata kaki, naik ke bagian medial betis dan paha, bermuara ke vena femoralis tepat di bawah selangkangan. Titik persambungan antara kedua vena tersebut, persambungan safena, merupakan patokan anatomi yang penting. Vena safena magna mengalirkan darah dari bagian antero-medial betis dan paha. Vena safena parva berjalan dari sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui betis menuju ke lutut, mandapatkan darah dari bagian posterolateral betis dan mengalirkan darah ke vena popliteal. Titik pertemuan antara vena safena dan popliteal disebut sebagai persambungan safenopoplitea. Di antara vena safena magna dan parva ini terdapat banyak anastomosis, anastomosis ini merupakan rute aliran kolateral yang memiliki petensi penting, bila terjadi obstruksi vena. System vena profunda membawa sebagian besar darah vena dari ekstremitas bawah dan terletak dalam kompartemen otot. Vena-vena profunda menerima aliran darah dari venula-venula kecil dan pembuluh darah intramuscular. System vena profunda cenderung berjalan parallel dengan pembuluh arteri anggota gerak bawah, dan diberi nama yang sama dengan arteri tersebut. Ssebagai akibatnya, yang termasuk dalam system vena ini adalah vena tibialis anterior dan posterior, vena peroneus, vena popliteal, vena femoralis, vena femoralis profunda, dan pembuluh-pembuluh darah betis yang tidak diberi nama. Vena iliaka juga termasuk dalam system vena profunda ekstremitas bawah karena aliran vena dari anggota gerak ke vena kava bergantung pada patesis dan integritas pembuluh-pembuluh ini. Vena iliaka komunis kiri melewati bawah arteri iliaka kkomunis pada jalurnya menuju vena kava, sehingga vena tersebut berpotensi tertekan arteri. Jumlah persilangan ini memiliki perbandingan 2 : 1 dalam menyebabkan thrombosis vena profunda kiri daripada thrombosis vena profunda kana. Subsistem vena-vena profunda dan superfisialis dihubungkan oleh saluran-saluran pembuluh darah yang disebut vena penghubung. Vena-vena penghubung menyusul subsistem penghubung ektremitas bawah. Aliran biasanya dipirau dari vena superfisialis ke vena profunda dari selanjutnya ke vena kava inferior. Katup-katup semilurnaris satu arah menyebar ke seluruh system vena ekstremitas bawah. Katup-katup ini adalah lipatan tunika intima yang terdiri dari endotel dan kolagen. Katup-katup vena ini mencegah terjadinya aliran balik dan mengrahkan aliran ke proksimal mulai dari ekstremitas bawah ke vena kava, dan dari system superfisial ke system profunda melalui penghubung. Kemampuan katup-katup ini untuk menjalankan fungsinya sangat penting sebab aliran darah dari ekstremitas ke jantung berjalan melewati gravitasi. Fisiologi aliran darah vena yang melewati kekuatan gravitasi ini melibatkan berbagai factor yang dikenal sebagai pompa vena. Pompa vena terdiri dari komponen perifer dan sentral. Pompa vena perifer bergantung pada kompresi saluran vena selama kontraksi otot. Kontraksi otot mendorong aliran untuk maju di dalam system vena profunda, katup-katup vena mencegah aliran retrograde atau refluksi darah selama relaksasi otot. Selain itu, sinus-sinus vena yang kecil dan tidak berkatup atau vanula yang terletak dalam otot soleus dan gastrocnemius berfungsi sebagai penampung darah dan mengosongkan darahnha ke vena-vena profunda selama kontraksi otot. Kontribusi saluran intramuscular ini sangat penting untuk aliran balik vena. Kekuatankekuatan sentral yang mendorong aliran balik vena adalah pengurangan tekanan intratoraks sewaktu inspirasi dan penurunan tekanan atrium kanan dan ventrikel kanan setelah ejeksi ventrikel. 2.2 Definisi Emboli dan jenis-jenisnya 2.2.1 Pengertian Emboli Emboli ialah benda asing yang terangkut mengikuti aliran darah dari tempat asalnya dan dapat tersangkut pada suatu tempat menyebabkan sumbatan aliran darah. Embolisme adalah keadaan dimana emboli yang berupa benda padat (thrombus), cair (amnion), ataupun gas (udara) yang di bawa oleh darah menyumbat aliran darah. (mpu kanoko) Akibat embolus Di tinjau dari faktor – faktor yang berperan akibat yang di timbulkan oleh embolus kurang lebih sama dengan akibat oleh thrombus. Faktor – faktor tersebut meliputi jenis pembuluh darah, ukuran, letak embolus dan kolateral yang terbentuk. Embolus yang kecil disertai kolateral baik tidak akan banyak pengaruhnya terhadap tubuh. Yang dapat menimbulkan kematian mendadak ialah embolus kecil yang tersangkut pada arteri koronaria atau embolus yang lebih besar pada arteri pulmonalis. Akibat lain dapat berupa infark, infeksi atau abses paru. Berdasarkan jenis zat pembentukannya embolus dibagi menjadi embolus lemak, embolus udara, embolus sel tumor, embolus aterom, dan sebagainya. (mpu kanoko) Embolus vena Sebagian besar berasal dari vena profunda tungkai dan di angkut oleh sirkulasi vena ke paru, lainnya dari vena pelvis. Emboli paru sebelum masuk organ ini melewati vena kava, jantung kanan dan baru kemudian ke sirkulasi paru. Di sini emboli dapat menyumbat arteri dan cabang – cabang utama arteri pulmonalis dan membentuk embolus pelana dan menimbulkan kematian mendadak. Emboli kecil akan mengikuti aliran pembuluh yang lebih kecil dan perifer. Emboli yang menyeberang dari rongga kanan jantung melalui foramen ovale atau defek septum interventrikulare sisi kiri dan memasuki jantung bagian kiri disebut emboli paradoks. Efek embolus parubisa tidak nyata, hemoragi, atau infark, bergantung pada kondisi paru dan kardiovaskular. (mpu kanoko) Embolus arteri Emboli arteri dapat menyebabkan infark di organ atau ekstremitas mana pun. Emboli dapat berasal dari ventrikel kiri, katup jantung kiri atau aorta dan arteri – arteri besar. Embolus arteri sering mengenai otak, ginjal, limpa dan ekstremitas bawah. Sumber emboli arteri yang paling sering ialah thrombus yang menyelubungi jejas aterosklerotik aorta. Embolus dalam arteri mesenterika menyebabkan infark usus, dalam arteri koronaria menimbulkan kematian mendadak. Embolus lemak Lemak dalam bentuk butir – butir yang berasal dari struktur tubuh yang banyak mengandung lemak dapat masuk ke dalam peredaran darah. Embolus terbentuk bila butir lemak menyumbat arteri atau kapiler. Embolus lemak merupakan penyulit yang khas pada fraktur tulang – tulang panjang seperti femur dan tibia atau jaringan lemak. Butir – butir lemak di angkut ke paru dan menyebabkan gangguan pada organ ini. Di sini embolus dapat menimbulkan kegawatan dan juga kematian. Butir – butir ini bisa juga di filtrasi melalui sirkulasi paru kedalam aliran darah arteri sistemik dan mencapai berbagai organ tubuh. Sumbatan pembuluh darah otak paling sering menimbulkan hemoragi peteki mutipel. Luka bakar kulit, radang tulang atau jaringan lemak, perlemakan hati akibat gizi buruk atau alkoholisme dapat mengakibatkan embolus lemak, juga pada wanita dalam masa nifas. Embolus cairan amnion Emboli jenis ini terjadi jika cairan amnion masuk ke dalam sirkulasi vena rahim ibu hamil yang sedang melahirkan. Embolus cairan amnion dalam arteri pulmonalis ini mengandung skuama janin, verniks kaseosa, lender dan lanugo. Pasien yang mengalami embolus cairan amnion akan memperlihatkan gejala – gejala sesak nafas, syok atau mati mendadak. Pada autopsi di temukan edema, bendungan paru dan dilatasi jantung kanan mendadak. Embolus gas Dalam keadaan tertentu gas atau udara atmosfir dalam jumlah besar dapat masuk ke dalam sirkulasi sehingga timbul sumbatan bahkan kematian. Misalnya, ketika timbul robekan pembuluh vena besaryang tidak di sengaja pada waktu tindakan bedah toraks. Embolus dapat terjadi pada transfusi darah, cairan intravena karena udara tersedot ke dalam vena setelah infusan habis. Embolus aterom Tindakan bedah seperti pemotongan arteri (endarterektomi) atau bedah jantung kadang – kadang di lakukan untuk mengatasi aorta atau pembuluh darah besar yang dilekati oleh plak aterom yang mengalami ulserasi. Aterom yang merupakan Kristal – kristal kolesterol dapat lepas dari plak aterom tersebut. Akibat yang timbul dari embolus aterom antara lain infark pada ginjal atau organ lain. Embolus trombosit Trombosit merupakan komponen darah dengan ukuran sangat kecil yang terlibat pada proses awal terbentuknya aterom. Emboli ini sering di kaitkan dengan serangan iskemik sepintas ( transient ischaemic attack) yang berlangsung kurang dari 24 jam. Embolus sel tumor Seperti sudah di katakana di atas fragmen atau sel tumor ganas yang hanyut terbawa aliran darah atau limfe akan menyebarkan tumor ke tempat lain atau menimbulkan proses metastasis. Inilah yang di sebut dengan embolus sel tumor. Embolus korpus alienum Orang – orang yang kecanduan obat – obatan tidak jarang menyayat kulit mereka untuk memasukkan obat kedalam tubuh. Kadang – kadang mereka juga menggunakan alat – alat suntik untuk tujuan yang sama, termasuk obat yang dalam bentuk bubuk. Serbuk ini lazim masuk kedalam tubuh pengguna obat semacam itu berupa emboli. Embolus infeksi Penyakit katup jantung biasanya disertai oleh adanya vegetasi pada katup organ tersebut. Kalau vegetasi ini mengandung kuman akibat infeksi dan lepas serta terbawa darah, maka terjadilah embolus infeksi. (mpu kanoko 2.3 Thrombosis Vena Adanya thrombus di dalam vena superfisial atau profunda dan respon radang yang menyertai dalam dinding pembuluh darah disebut thrombosis vena atau tromboflebitis. Mulamula, thrombus terutama tersusun dari trombosit dan fibrin. Sel darah merah menjadi tersebar fibrin, dan thrombus cenderung menyebar sesuai aliran darah. Respon radang dalam dinding pembulu darah mungkin minimal atau ditandai oleh sebukan granulosit, hilangnya endothelium, dan edema. Factor yang mempercepat thrombosis vena mula-mula diperkenalkan oleh Vichow pada tahun 1865 dan meliputi statis, kerusakan vaskuler, dan hiperkoagulabilitas. Oleh sebab itu, berbagai jenis situasi klinis disertai dengan berbagai peningkatan resiko thrombosis vena . Thrombosis vena dapat terjadi pada lebih dari 50 persen pasien yang mengalami prosedur bedah ortopedi, terutama yang mengenai pinggul da lutut, dan pada 10 sampai 40 persen pasien yang mengalami operasi abdominalis atau toraks. Prevalensi thrombosis vena yang tinggi terutapa pada pasien dengan kanker pangkreas, paru, traktus genitourinarius, lambung, dan payudara. Kurang lebih 10 sampai 20 persen pasien dengan thrombosis vena profunda idiopatik mengalami kanker yang nyata secara klinis, tidak terdapat consensus apakan individu ini sebaiknya diarahkan pada pemeriksaan diagnostic yang intensif untuk mencari keganasan yang tersembunyi. Risiko thrombosis meningkat setelah trauma, seperti fraktur spina, pelvis, femur dan tibia. Imobilisasi, tanpa peduli penyakit yang mendasarinya, adalah penyebab predisposisi utama dari thrombosis vena. Hal ini bertanggung jawab terhadap insiden yang relative tinggi pada pasien dengan infak miokard akut atau gagal jantung kongestif. Insiden thrombosis vena meningkat selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga dan pada bulan pertama pascapersalinan, dan individu yang menggunakan estrogen. Berbagai jenis gangguan klinis yang menimbulkan hiperkoagulabilitas sistemik, termasuk defisiensi anti thrombin II, protein C, dan protein S, lupus eritematosus sistemik, penyakit mieloproliferatif, disfibrinogennemia, dan koagulasi intra vaskuler diseminata, dapat menyebabkan thrombosis vena. Venulitis terjadi pada tromboangiitis obliterans, penyakit becet, dan homosisteinuria juga dapat menyebabkan thrombosis vena. Thrombosis vena profunda 2.3.1 Prosedur Diagnosis Tanda-tanda klinis penyakit pembuluh darah vena dipercaya sehingga sangat penting melakukan metode-metode evaluasi invasive dan noninfasive. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi obstruksi atau refluksi ven melalui katu-katup yang tidak berfungsi baik. 2.3.2 Pemeriksaan fisik Katup vena yang tidak berfungsi baik dapat dievaluasi secara klinis dengan menguji waktu pengisian vena. Tes Brodi-trendelenburg dilakukan dengan mengosongkan vena safena melalui anggota gerak dan mengurangi aliran arteri melalui oklusi. Pada katup yang tidak berfungsi baik, terlihat pengisian vena yang cepat pada saat oklusi dilepas dan kemungkinan juga pada saat posisi berdiri. Teknik lain adalah tes kompresi manual, yaitu dengan melakukan kompresi di sebelah proksimal vena dan palpasi di sebelah distal untuk mengevaluasi vena retrograde karena fefluks katup. 2.3.3 Penyakit vena tromboembolik Istilah tromboembolik mencerminkan hubungn antara thrombosis, yaitu proses pembentukan bekuan darah, dan resiko emboli yang selalu ada. Seringkali tanda pertama thrombosis vena adalah emboli paru. Angka mortalitas dan morbiditas akibat emboli paru menyebabkan pengobatan thrombosis vena profunda ditekankan pada pencegahan emboli. Sebagai akibatnya, kedua proses tersebut saling berkaitan. Harus ditarik garis yang jelas perbedaan antara tromboflebitis dan flebotrombosis bedasarkan pada derajat peradangan yang menyertai proses trombolik. Tromboflebitis ditandai oleh tanda-tanda peradangan akut. Flebotrombosis menunjukkan adanya thrombosis vena tanpa tanda dan gejala peradangan yang jelas. Perbedaan ini dianggap penting dalam menentukan resiko emboli paru karena peradangan dipercaya meningkatkan daya lekat bekuan darah pada dinding pembuluh darah, sehingga mengurangi resiko emboli paru. Kini disadari bahwa tidak dapat membedakan kedua istilah ini dengan jelas, peradangan biasanya timbul bersama dengan thrombosis. Karena itu, keadaan ini hanya menunjukkan perbedaan derajad proses yang sudah terlebih dahulu terjadi. Selain itu, emboli paru selalu menjadi resiko, walaupun tidak ada manifestasi thrombosis vena. Istilah tromboflebitis superfisial adalah istilah yang lebih disukai untuk menunjukkan perdangan vena-vena superfisial. Istilah thrombosis vena profunda lebih disukai untuk penyakit tromboembolik pada vena-vena profunda ekstremitas bawah (daripada tromboflebitis profunda). Prosen trombolik pada vena–vena superfisial memiliki manifestasi dan ciri peradangan lebih berat dibandingkan dengan proses tromboembolik pada system vena profunda. Tromboflebitis superfisial dan thrombosis vena profunda akan dijelaskan pada bagian-bagian selanjutnya. 2.3.4 Patofisiologi Mekanisme pasti mengenai keadaa yang mengawali terjadinya thrombosis masih belum dipahami. Tiga kelompok factor pendukung yang dikenal sebagai trias Virchow, lazim dijumpai: (1) stasis aliran darah, (2) cedera endotel, dan (3) hiperkoagulabilitas darah. Kontribusi relative dari setiap factor dan bagaimana hubungan antara factor-faktor tersebut masih dalam perdebatan. Statis atau lambatnya aliran darah merupakan predisposisi untuk terjadinya thrombosis dan tampaknya menjadi factor pendukung pada keadaan imobilisasi atau saat anggota gerak tidak dapat dipakai untuk jangka waktu lama. Imobilisasi (seperti yang timbul selama masa perioperasi atau pada paralisis) menghilangkan pengaruh pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan pengumpulan darah diekstremits bawah. Diusulkan bahwa stasis darah dibelakang daun katup vena dapat menyebabkan penumpukan trombosist dan fibrin, yang mencetuskan perkembangan thrombosis vena. Walaupun cedera endotel diketahui dapat mengawali pembentukan thrombus, lesi yang nyata tidak selalu dapat di tunjukkan. Tetapi, perubahan endotel yang tidak jelas, yang disebabkan oleh perubahan kimiawi, iskemia atau anoksia atau peradangan dapat terjadi. Penyebab kerusakan endotel yang jelas adalah trauma langsung pada pembuluh darah (seperti fraktur atau cedera jaringan lunak) dan infus intravena atau zat-zat yang mengiritasi (seperti kalium klorida, kemoterapi, atau antibiotic dosis tinggi). Hiperkoagulabilitas darah bergantung pada intraksi kompleks antara berbagai macam variable, termasuk endotel pembuluh darah, factor pembekuan dan thrombosis, komposisi, dan sifat-sifat aliran darah. Selain itu, system fibrinolitik intrinsic menyeimbangkan system pembekuan melalui lisis dan disolusi bekuan untuk mempertahankan patensi vascular. Keadaan hiperkoagulasi timbul akibat perubahansalah satu variable ini. Kelainan hematologis, keganasan, trauma, terapi estrogen, atau pembedahan dapat menyebabkankelainan koagulasi. Thrombosis vena (apapun rangsangan yang mendasarinya) akan meningkat resistensi aliran vena dari ekstremitas bawah. Dengan meningkatkan resistensi, pengosongan vena akan terganggu, menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah vena. Thrombosis dapat melibatkan kantong katup dan merusak fungsi katup. Katup yang tidak berfungsi atau inkompten mempermudah terjadinya stasis dan penimbunan darah di ekstremitas. Trombus akan menjadi semakin terorganisir dan melekat pada dinding pembuluh darah apabila thrombus makin matang. Sebagai akibatnya, resiko embilisasi menjadi lebih besar pada fase-fase awal thrombosis, namun demikian ujung bekuan tetap dapat terlepas dan menjadi emboli sewaktu fase organisasi. Selain itu, perluasan thrombus dapat membentuk ujung yang panjang dan bebas, dan dapat lepas dan menjadi emboli yang menuju sirkulasi paru. Perluasan progresif juga meningkatkan derajat obstruksi vena dan melibatkan daerah-daerah tambahan dari system vena. Pada akhirnya, patensi lumen mungkin dapat distabilkan dalam derajat tertentu (atau direkanalisasi) dengan retraksi bekuan dan lisis melalui system fibrinolitik endogen. Sebagian besar pasien memiliki lumen yang terbuka tapi dengan daun katup terbuka dan jaringan perut, yang menyebabkan aliran vena dua arah. 2.3.5 Tromboflebitis superfisialis Tromboflebitis superfisialis menyerang pembuluh darah subkutan di ekstremitas atas dan bawah. Penyebab tromboflebitis pada ekstremitas atas adalah infus intravena, trauma jika memasukkan larutan asam atau hipertonik. Tromboflebitis superfisialis pada ekstremitas bawah biasanya disebabkan oleh varises vena atau trauma. Jika tidak diketahui penyebab pasti tromboflebitis superfisialis, harus dipertimbangkan kemungkinan proses penyakit lain yang mendasari, seperti penyakit buerger atau keganasan. Perjalanan tromboflebitis superfisialis biasanya jinak dan swasirna. Emboli pru jarang terjadi, tetapi dapat terjadi perluasan thrombus ke system vena profunda, terutama jika thrombus berada dekat saluran penghubung utama atau pada pertemuan antara vena safena dan popliteal vena femoralis. 2.3.6 Manifestasi klinis Manifestasi khas dari tromboflebitis superfisialis adalah nyeri akut disertai rasa terbakar dan nyeri tekan permukaan. Tromboflebitis superfisialis biasanya lebih nyeri dari pada thrombosis vena profunda karena ujung-ujung saraf kulit berdekatan dengan letak proses peradangannya. Kulit di sepanjang vena tersebut mungkin menjadi eritematosa dan hangat. Mungkin kulit juga terlihat sedikit lebih bengkak. Vena tersebut bias teraba. Kekuatan vena ini kadang-kadang disebut tali subkutan. Dapat timbul manifestasi sistemik dari peradangan ini, berupa demam dan malese. 2.3.7 Pengobatan Pengobatan thromboflebitis superfisialis berupa meninggikan ekstremitas yang terserang da mengompresnya dengan air hangat. Obat anti radang (seperti aspirin) dapat mengurangi rasa tidak nyaman da meningkatkan kinerja antitrombosis. Kaus kaki penekan atau pembalut elastic dapat mengurangi stasis dan meningkatkan aliran balik vena dari ekstremitas bawah. Kateter intar vena apapun pada daerah yang terserang harus diambil apabila kateter tersebut berperan dalam terjadinya tromboflebitis superfisialis. Bila terdapat kemungkinan perluasan penyakit ke pembuluh darah vena profunda utama., dapat diindikasikan ligasi atau pemotongan vena superfisialis yang terserang pada persambungan safenofemoral. 2.3.8 Thrombosis vena profunda akut Thrombosis vena profunda (DVT) mengenai pembuluh-pembuluh darah system vena profunda yang menyerang hampir 2 juta orang Amerika hampir setiap tahunnya. Serangan awalnya disebut DVT akut. Adanya riwayat DVT akut merupakan predisposisi untuk terjadinya DVT rekuren. DVT dapat menimbulkan kecacatan dalam waktu yang lama karena kerusakan katu-katup profunda. Emboli paru adalah resiko yang cukup bermakna pada DVT, terjadi pada 30% pasien DVT. Emboli paru penyebabkan 60.000 kematian setiap tahunnya di AS. Kebanyakan thrombosis vena profunda berasal dari ekstrmitas bawah, banyak yang sembuh sepontan, dan lainnya menjadi lebih luas atau membentuk emboli. Penyakit ini dapat menyerang satu vena atau lebih, vena-vena di betis adalah vena-vena yang paling sering terserang. Thrombosis pada vena popliteal, femoralis superfisialis juga sering terjadi. Amat banyak kasus emboli paru-paru yang terjadi akibat DVT pada vena-vena panggul dan ekstremitas bawah. Factor resiko utama adalah (1) imobilitas nyata, (2) dehidrasi, (3) keganasan lanjut, (4) diskrasia darah, (5) riwayat DVT, (6) varises vena, (7) operasi atau trauma pada anggota gerak bawah atau pelvis. Factor predisposisi lain adalah pemakaian obat kontasepsi yang mengandung estrogen, kehamilan, ggal jantung, kongestif kronik, dan obesitas. BAB III PENUTUP