FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI (Studi Pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia) Oleh : Meliana Benardi K., SE., MSA., Ak. Prof. Dr. Sutrisno, SE., M.Si., Ak. Dr. Prihat Assih, SE., M.Si., Ak. METODE PENELITIAN KUANTITATIF BIDANG KAJIAN: AKUNTANSI KEUANGAN DAN PASAR MODAL (AKPM) 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI Meliana Benardi K. (STIE Tanjung Selor) Sutrisno Prihat Assih (Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya) ABSTRACT The aim of this research is to analyze the factors that influence disclousure extend and its implications to information asymetry. Disclousure extend in this research related to firm characteristics measured by some factors, that is firm’s structure, firm’s performance, and firm’s market. This research using 40 manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange in the period of 2005-2007. The tools analysis used in this research are multiplelinear regression and simple-linear regression. The result of this research show that characteristics related to structure only firm size variable is positively significant associated with variation of annual report disclousure extend, whereas leverage variable and the portion of stock owned by public investors are not significant. Characteristics related to performance which measures with liquidity and profitability variables are not effect the variation annual report disclousure extend. Characteristics related to market which measures with auditors size and scope of bisnis variable are significant positively associated with variation annual report disclousure extend. Finally, disclousure extend enable decrease information asymmetry. Keyword : Firm characteristics, Annual Report Disclousure, Information Asymmetry. 1. PENDAHULUAN Ketertarikan investor/calon investor terhadap informasi keuangan sebagai alat untuk mengambil keputusan ekonomis telah lama diteliti oleh peneliti akuntansi (Ball dan Brown, 1968; Beaver, 1968; Lambert dan Morse, 1980; Collins dan Kothari, 1989; Easton dan Zmijewski, 1989). Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan informasi laporan keuangan menjadi salah satu isu penting dalam pasar modal, khususnya dalam pencapaian pasar modal yang efisiensi maupun sebagai sarana akuntabilitas (Subiyantoro, 2006). Pasar modal yang efisien harus dapat memberikan perlindungan kepada investor publik dari praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur dan bentuk-bentuk manipulasi lainnya (Suta, 2 2000:94). Perlindungan kepada investor publik dapat berupa pemberian informasi dan faktafakta yang relevan mengenai perusahaan yang diatur melalui peraturan pemerintah. Peraturan mengenai praktik pengungkapan informasi perusahaan di Indonesia, khususnya yang bersifat wajib (mandatory) diatur oleh Bapepam dan lembaga profesi (Ikatan Akuntan Indonesia). Selanjutnya, perusahaan dapat juga memberikan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary) sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan. Selain pencapaian pasar yang efisien, perwujudan akuntabilitas sangat penting bagi pemegang saham dan stakeholder lainnya untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai semua informasi potensial yang harus diungkapkan oleh perusahaan (Emerzon, 2007:97). Pandangan ini menunjukkan luas pengungkapan perusahaan erat kaitannya dengan mekanisme untuk mengurangi asimetri informasi guna menekan konflik kepentingan yang muncul akibat adanya pemisahan kepemilikan dengan pengelolaan. Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan telah banyak dilakukan di berbagai negara, baik di negara maju maupun negara sedang berkembang termasuk di Indonesia. Di negara maju penelitian ini telah dilakukan di Amerika (Shingvi dan Desai, 1971; Lang dan Lundholm, 1993; Botosan, 1997), Jepang (Cooke, 1992), dan Spanyol (Wallace et al., 1994). Di negara sedang berkembang penelitian ini telah dilakukan di Bangladesh (Karin dan Ahmed, 2005), Arab Saudi (Aljifiri dan Hussainey, 2006), dan di Indonesia, antara lain telah dilakukan oleh Susanto (1992), Na’im dan Rakhman (2000), Mardiyah (2002), Khomsiyah dan Susanti (2003), Subroto (2003) dan Simanjuntak dan Widiastuti (2004). Berbagai penelitian di atas telah menghubungkan luas pengungkapan dengan karakteristik perusahaan. Namun, hasil dari penelitian tersebut masih beragam. Misalnya, hasil penelitian Chow dan Boren (1987), Cooke (1992), Wallace et al. (1994), dan Karin dan Ahmed (2005) menemukan karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran 3 perusahaan (aset) berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aljifri dan Hussainey (2006) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan (aset) tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Penelitian yang dilakukan di Indonesia juga menemukan hasil yang beragam. Misalnya, Susanto (1992) menemukan bahwa karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan struktur modal (leverage) tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Berbeda dengan hasil penelitian Na’im dan Rakhman (2000) dan Subroto (2003) yang membuktikan bahwa struktur modal (leverage) berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan. Selanjutnya, penelitian tentang pengaruh antara luas pengungkapan dan asimetri informasi bisa dibuktikan oleh Mardiyah (2001) dan Murni (2004), tetapi gagal dibuktikan oleh Khomsiyah dan Susanti (2003). Adanya hasil-hasil penelitian yang bertentangan tersebut menunjukkan adanya research gap dalam penelitian akuntansi dan pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) menguji dan menganalisis apakah karakteristik perusahaan, yang meliputi: ukuran perusahaan, tingkat leverage perusahaan, porsi kepemilikan saham publik, likuiditas perusahaan, profitabilitas perusahaan, ukuran kantor akuntan publik (auditor), dan skope bisnis perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan, serta (2) menguji dan menganalisis pengaruh negatif luas pengungkapan laporan tahunan terhadap asimetri informasi. 2. Landasan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.1 Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut. Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh 4 manajemen kepada pemegang saham dapat dijelaskan melalui teori keagenan tersebut. Hubungan keagenan mewajibkan agen memberikan laporan periodik pada principal tentang usaha yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, dalam hubungan keagenan tersebut, laporan keuangan merupakan sarana transparansi dan akuntabilitas manajemen (agen) kepada pemiliknya (prinsipal). Secara empiris banyak studi yang telah menguji bahwa pengungkapan laporan keuangan perusahaan dilakukan untuk mengendalikan konflik kepentingan antara pemegang saham, kreditur, dan manajemen (Chow dan Boren, 1987). Pandangan ini menunjukkan bahwa pengungkapan laporan keuangan erat kaitannya dengan hubungan keagenan antara manajemen dan pemilik serta antara pemilik dengan kreditur. 2.2 Pengungkapan dan Karakteristik Perusahaan Pengungkapan adalah penyajian informasi yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk mencapai operasi pasar modal yang efisien. Penelitian faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan telah banyak dilakukan, baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Di negara maju penelitian telah dilakukan di Amerika (Shingvi dan Desai, 1971; Lang dan Lundholm, 1993; Botosan, 1997), Jepang (Cooke, 1992), dan Spanyol (Wallace, et al., 1994). Di negara sedang berkembang penelitian ini telah dilakukan di Bangladesh (Karin dan Ahmed, 2005), Arab Saudi (Aljifiri dan Hussainey, 2006), dan di Indonesia dilakukan oleh Susanto (1992), Na’im dan Rakhman (2000), Subroto (2003) dan Simanjuntak dan Widiastuti (2004). Penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa pengungkapan informasi akuntansi dapat memberikan gambaran umum dan analisis atas praktik-praktik akuntansi yang ada di negara maju dan negara berkembang. Berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya telah banyak mengaitkan luas pengungkapan dengan karakteristik perusahaan (Singhvi dan Desain, 1979; Chow dan Boren, 1987; Cooke, 1992). Karakteristik suatu perusahaan dapat dilihat dari beberapa faktor, 5 misalnya bidang usaha, pasar, dan sumber daya. Dalam konteks laporan keuangan penentuan karakteristik perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu karakteristik yang berhubungan dengan struktur, kinerja, dan pasar (Wallace et al., 1994). Variabel-Variabel yang ada pada kategori struktur perusahaan didasarkan pada struktur pokok, yaitu mencakup variabel ukuran perusahaan, variabel solvensi, dan variabel porsi kepemilikan saham perusahaan. Pengaruh ukuran perusahaan dengan luas pengungkapan dapat dijelaskan melalui hubungan agensi Jensen dan Meckling (1976). Dalam hubungan keagenan yang terjadi antara prinsipal dan manajemen telah membebani manajer untuk mempertanggungjawabkan atas sumber daya yang dikelolanya. Semakin besar sumber daya yang dikelola perusahaan maka semakin besar pula aktivitas suatu usaha bisnis tersebut. Perusahaan yang berukuran besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak dibanding perusahaan kecil sebagai upaya mengurangi biaya keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Selain itu berdasarkan argumen political cost, perusahaan besar cenderung menarik perhatian publik dan pemerintah untuk melakukan berbagai regulasi yang dapat memaksa perusahaan besar untuk mematuhinya. Teori political cost ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Busby (1975) dalam Subroto (2003) menyatakan bahwa biaya penyiapan dan pendistribusian informasi oleh perusahaan besar cenderung menyajikan informasi dalam laporan tahunan lebih rinci. Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa tingkat keluasan informasi dalam kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki tuntutan publik (public demand) akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. 6 Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa terdapat suatu potensi untuk mentransfer kekayaan dari debtholders kepada pemegang saham dan manajer pada perusahaan yang tingkat ketergantungannya kepada utang sangat tinggi sehingga menimbulkan biaya keagenan (agency costs) yang tinggi. Untuk mengurangi biaya keagenan (biaya monitoring) manajer akan memberikan pengungkapan yang lebih luas (komprehensif) guna meyakinkan kreditur (Aljifri dan Hussainey (2006). Hal ini dikarenakan perusahaan yang tumbuh besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam memuaskan kebutuhan krediturnya terhadap infromasi dengan cara memberikan pengungkapan secara lebih terperinci pada laporan tahunannya. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis kedua dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H2 : Tingkat leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Secara empiris banyak studi yang telah menguji bahwa pengungkapan laporan keuangan perusahaan dilakukan untuk mengendalikan konflik kepentingan antara pemegang saham, kreditur, dan manajemen (Chow dan Boren, 1987). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa biaya keagenan akan meningkat seiring dengan besarnya nilai saham yang beredar yang sangat erat kaitannya dengan proporsi kepemilikan terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin banyak pemegang saham maka semakin banyak pula pihak-pihak yang berkepentingan (Subiyantoro, 2006). Akibatnya, semakin banyak pula pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan dan akan memicu pihak manajemen untuk melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif (Naim dan Rakhman, 2000). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H3 : Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. 7 Pengukuran variabel karateristik kinerja dalam penelitian ini didasarkan pada rasio likuiditas dan profitabilitas yang dapat diidentifikasikan sebagai ukuran kinerja. Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi, sisi pertama tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat, dan di sisi lain likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004). Dengan adanya pandangan ini, maka perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan cenderung melakukan pengungkapan informasi yang lebih komprehensif untuk menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang kredibel dan pencapaian kinerja manajemen yang efektif (Belkoui dan Kahl, 1987; Wallace et al., 1994; Wallace dan Naser, 1995). Berdasarkan uraian tersebut hipotesis keempat dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H4 : Likuiditas tahunan. perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha perusahaan selama satu tahun. Singvi dan Desai (1971) mengutarakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab manajer ingin menyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dikarenakan para investor kebanyakan lebih menyukai perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dengan harapan perusahaan mampu memberikan pengembalian investasi yang tinggi pula. Didasarkan dengan tujuan untuk menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memberikan signal melalui pengungkapan laporan keuangan yang lebih detail mengenai kondisi perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis kelima dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H5 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. 8 Pengukuran variabel pasar banyak tertuju pada aspek perilaku perusahaan yang timbul sebagai akibat keikutsertaannya sebagai anggota kelompok kerjasama antara lingkungan perusahaan dalam lingkungan operasionalnya. Pembuatan laporan perusahaan merupakan budaya organisasional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jenis industri, tipe auditor, skope bisnis, dan pasar modal di mana perusahaan berada. Teori yang mendasari di sini adalah perilaku sebuah perusahaan mungkin tidak sesuai dengan yang termuat dalam sebuah indeks kelengkapan pengungkapan, jika perusahaan tidak bergabung dengan suatu kelompok yang menghasilkan market culture tertentu (Subiyantoro, 2006). Misalnya suatu perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur mungkin memiliki cara pengungkapan yang berbeda dengan perusahaan lain yang berada dalam industri yang berbeda. Begitupun halnya dengan kualitas auditor antara KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil pasti memiliki perbedaan dari segi sumber daya dan teknologi yang dapat memengaruhi hasil kerja (kualitas) auditnya. Laporan keuangan tahunan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi dasar yang berguna bagi pengambilan keputusan yang ekonomis (Baridwan, 1992). Auditor memainkan peran yang penting dalam meningkatkan strategi pelaporan perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Becker et al. (1998) ditemukan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi dan kredibilitas dibanding KAP ukuran kecil. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis keenam dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H6 : Ukuran kantor akuntan publik (auditor) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Cooke (1991) membuktikan bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan dagang tidak seluas perusahaan yang dilakukan perusahaan non dagang, sedangkan perusahaan manufaktur melakukan pengungkapan yang lebih luas dibanding dengan perusahaan non- 9 pemanufakturan, tetapi belum ada teori definitif yang menjelaskan bahwa industri tertentu melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif dibanding industri lainnya. Secara analogi Wallace dan Naser (1995) memperkirakan perusahaan konglomerat memiliki cakupan bisnis yang lebih luas dibanding dengan perusahaan non konglomerat, oleh sebab itu perusahaan konglomerat akan memberikan informasi dan membuat pengungkapan yang lebih luas kepada publik sesuai dengan peraturan yang ada. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis ketujuh dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H7 : Skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan 2.3 Pengungkapan dan Asimetri Informasi Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang saham dapat dijelaskan melalui teori keagenan. Dalam praktiknya masalah keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara pemegang saham, kreditor dan manajer (Richardson, 2000). Konflik kepentingan yang terjadi sering disebabkan adanya asymmetric information antara manajer, pemegang saham dan kreditor (Ross, 1973 dalam Arifin, 2005:49). Diamond and Verrecchia (1991) menyatakan asimetri informasi bisa berkurang bila perusahaan melaksanakan kebijakan pengungkapan yang luas (extent disclousure). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Botosan (1997) serta Bloomfield dan Wilks (2000) bahwa semakin komprehensif atau tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan maka akan memperkecil asimetri informasi. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis berikutnya dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H8 : Luas pengungkapan laporan tahunan berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi. 3. Metode Penelitian 3.1 Populasi dan Penyampelan Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan 10 menggunakan non probability sampling melalui metode purposive sampling. Kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk memilih perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut : (i) Perusahaan telah mempublikasikan laporan tahunan (annual report) secara terus menerus sejak tahun 2005 sampai 2007 di situs resmi BEI, (ii) Perusahaan tidak memperoleh opini tidak wajar (adverse opinion) atau opini tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion), (iii) Perusahaan tidak pernah mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia sehingga bisa terus menerus melakukan perdagangan di Bursa Efek Indonesia selama periode estimasi, dan (iv) Perusahaan memiliki data transaksi harian perusahaan seperti harga ask, dan harga bid yang tersedia di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut diperoleh sampel sebanyak 40 perusahaan. 3.2 Identifikasi dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini terdapat tiga konsep yang diteliti, yaitu karakteristik perusahaan, pengungkapan (disclosure), dan asimetri informasi. Tiga konsep tersebut kemudian dibagi menjadi 2 variabel, yaitu sebagai variabel dependen dan variabel independen. Berikut skematis variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1 Variabel dan Indikator Variabel Penelitian Variabel Variabel Dependen : 1. Luas Pengungkapan (Y1) 2. Asimetri Informasi (Y2) Variabel Independen: 1. Karakteristik Perusahaan (x) : - Ukuran perusahaan (X1) - Leverage (X2) - Kepemilikan saham Publik (X3) - Likuiditas (X4) - Profitabilitas (X5) - Ukuran KAP (auditor) (X6) - Skope Bisnis (X7) Indikator Variabel Skala Indeks Pengungkapan Relative bid-ask spread Rasio Rasio Ln Total Aset Total Utang/Total Ekuitas Jumlah Saham Publik/ Total Saham Aktiva Lancar/ Utang Lancar EAT / Total Aktiva 1= KAP "Big Four"; 0 = KAP Non "Big Four" 1 = Konglomerat; 0 = Non Konglomerat Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Nominal Nominal 11 2. Luas Pengungkapan (Y1) 3.3 Teknik Analisis Data Indeks Pengungkapan Rasio Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear. Pengujian dan penganalisisan dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1. Tahap pertama menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan. Model persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut : Indeks Pengungkapan i,t = β0 + β1Sizei,t + β2 Levi,t + β3 Pubi,t + β4 Liqi,t + β5 ROAi,t + β6 KAPi,t + β7 SBi,t + ε 1t Keterangan: β0 : Konstanta β1, β2, β3, ... β7 : Koefisien regresi Indeks Pengungkapani,t : Luas pengungkapan laporan tahunan yang dinyatakan dalam angka indeks pengungkapan perusahaan i pada tahun t Sizei,t : Ukuran perusahaan i pada tahun t Levi,t : Leverage perusahaan i pada tahun t Pubi,t : Porsi Kepemilikan Saham Publik perusahaan i pada tahun t Liqi,t : Likuiditas perusahaan i pada tahun t ROAi,t : Profitabilitas perusahaan i pada tahun t KAPi,t : Ukuran KAP perusahaan i pada tahun t SBi,t : Skope Bisnis perusahaan i pada tahun t ε 1t : Error (Kesalahan Penganggu) 2. Tahap kedua menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji pengaruh luas pengungkapan terhadap asimetri informasi. Persamaan regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: Spreadi,t = β0 + β1Indeks Pengungkapani,t + ε1t Keterangan: β0 β1 Spread i,t Indeks Pengungkapani,t ε 1t : : : : Konstanta Koefisien regresi bid-ask spread perusahaan i pada tahun t Luas pengungkapan laporan tahunan yang dinyatakan dalam indeks pengungkapan perusahaan I pada tahun t : Error (Kesalahan Penganggu) 12 3.4 Pengujian Asumsi Klasik Pengunaan model analisis regresi berganda terikat dengan sejumlah asumsi dan harus memenuhi asumsi-asumsi klasik yang mendasari model tersebut agar diperoleh estimasi yang tidak bias. Pengujian asumsi yang harus dipenuhi agar metode Ordinary Least Square (OLS) dapat digunakan dengan baik (uji persyaratan analisis), meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. 3.5 Pengujian Hipotesis Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menafsir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fit. Secara statistik Goodness of Fit setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t dengan tingkat signifikan 5%. 4. 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan probabilitasnya sebesar 0,169 di atas tingkat signifikansi 5%. Uji multikolinearitas diperoleh nilai VIF dari setiap variabel tidak ada yang melebihi angka 5. Uji heterokedastisitas dengan uji Glesjer tidak ada satupun variabel independen yang dignifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen absolut. Terakhir pengujian autokorelasi dengan uji Durbin Watson diperoleh nilai sebesar 1,779, angka ini berada pada daerah tidak terjadinya autokorelasi (1,55 < D-W < 2,46). Berdasarkan pengujian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, maupun heterokedastisitas terpenuhi semua. 4.2 Pengujian Model Regresi dan Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil uji ANOVA atas uji F dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda pada tahap pertama dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, 13 tingkat leverage, porsi kepemilikan saham publik, profitabilitas, likuiditas, ukuran KAP, dan skope bisnis terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dibuktikan dari nilai F sebesar 0.000 pada tingkat signifikansi lebih kecil dari α=5% (p<0,05). Hasil uji F ini juga menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel-variabel bebas (ukuran perusahaan, tingkat leverage, porsi kepemilikan saham publik, profitabilitas, likuiditas, ukuran KAP, dan skope bisnis) berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Selain itu hasil pengujian regresi berganda pada tahap pertama dalam penelitian ini menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,415. Hal ini berarti bahwa persamaan regresi untuk karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan struktur perusahaan (ukuran perusahaan, leverage, dan porsi kepemilikan saham publik), Kinerja perusahaan (profitabilitas, dan likuiditas), dan pasar perusahaan (ukuran KAP, dan skope bisnis) mampu menjelaskan variabilitas luas pengungkapan sebesar 41,5%. Hasil pengujian regresi sederhana untuk tahap kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model penelitian dapat digunakan untuk menguji pengaruh luas pengungkapan terhadap asimetri informasi. Hal ini dibuktikan dari nilai F sebesar 0,095 pada tingkat signifikansi lebih kecil dari α=10% (p<0.10). Selanjutnya, dengan melihat R Square (R2) sebesar 0,0235 dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi sederhana untuk luas pengungkapan yang diukur dengan mengunakan indeks pengungkapan mampu menjelaskan variabilitas asimetri informasi sebesar 2,35%. 4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Penelitian Tabel 2 Pengujian Hipotesis Model Penelitian Pertama Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 Variabel Ukuran perusahaan Leverage saham publik Likuiditas Profitabilitas Ukuran KAP Skope Bisnis Koefisien 2.6774 -1.1164 -0.0130 -0.1990 4.8221 2.4349 6.7251 t-statistik 5.8488 -1.6418 -0.2850 -1.1499 0.8254 1.7820 4.4886 Nilai p 0.0000 0.0517 0.3881 0.1263 0.2054 0.0387 0.0000 14 Keterangan: Signifikan α=5% (uji satu sisi) Hipotesis Pertama Pada tabel 2 terlihat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya positif yakni 2,6774. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian pertama yang menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chow dan Boren (1987), Cooke (1992), Wallace et al. (1994), Subtoro (2003), dan Karin dan Ahmed (2005) yang menemukan karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan (aset) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Hipotesis Kedua Pada tabel 2 terlihat bahwa tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,0517 (p > 0,05). Hasil ini tidak mendukung hipotesis penelitian kedua yang menyatakan bahwa variabel tingkat leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Meek et al. (1995), Na’im dan Rakhman (2000), Subroto (2003), serta Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang menemukan tingkat leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Chow dan Boren (1987), serta Wallace dan Naser (1995) yang menemukan bahwa tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Hipotesis Ketiga Pada tabel 2 terlihat bahwa porsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,3881 (p > 0,05). Hasil ini tidak mendukung hipotesis penelitian ketiga yang menyatakan bahwa variabel porsi kepemilikan 15 saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004), serta Aljifri dan Hussainey (2006) yang menemukan bahwa porsi kepemilikan saham publik berpengaruh posistif terhadap luas pengungkapan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Na’im dan Rakhman (2000) yang menemukan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan. Hipotesis Keempat Pada tabel 2 terlihat bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,1263 (p > 0,05). Hasil ini tidak mendukung hipotesis penelitian keempat yang menyatakan bahwa variabel likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallace et al. (1994) yang menemukan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2003) dan Subiyantoro (2006) yang menemukan likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Hipotesis Kelima Pada tabel 2 terlihat bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,2054 (p > 0,05). Hasil ini tidak mendukung hipotesis penelitian kelima yang menyatakan bahwa variabel profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallace dan Naser (1995), Karin dan Ahmed (2005), serta Aljifri dan Hussainey (2006) yang menemukan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil temuan penelitian ini sama dengan hasil penemuan yang dilakukan oleh Wallace et al. (1994), 16 Mekk et al. (1995) dan Subroto (2003) yang menemukan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Hipotesis Keenam Pada tabel 2 terlihat bahwa ukuran KAP (auditor) berpengaruh terhadap luas yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,0387 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya positif sebesar 2,4349. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian keenam yang menyatakan bahwa variabel ukuran KAP (auditor) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Becker et al. (1998) dan Subroto (2003) yang menemukan bahwa variabel kualitas KAP berpengaruh positif terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Hipotesis Ketujuh Pada tabel 2 terlihat bahwa skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya positif yakni 6,7251. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian ketujuh yang menyatakan bahwa variabel skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wallace dan Naser (1995) yang menemukan bahwa skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hipotesis Kedelapan Tabel 3 Pengujian Hipotesis Model Penelitian Kedua Hipotesis Variabel H8 Spread 3 Hari Spread 7 Hari Spread 11 Hari Koefisien t-statistik -0.099 -1.407 -0.105 -1.685 -0.081 -1.384 Nilai p 0.081 0.047 0.084 Keterangan: Signifikan α=5% (uji satu sisi) Pada tabel 3 terlihat bahwa luas pengungkapan berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,047 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya 17 negatif yakni -0,105 pada event windows 7 hari. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian kedelapan yang menyatakan bahwa variabel luas pengungkapan perusahaan berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Mardiyah (2002), dan Murni (2004) yang menemukan bahwa semakin luas pengungkapan perusahaan maka semakin menurun asimetri informasi perusahaan. 5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Implikasi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini menguji faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan laporan tahunan dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Studi ini dilakukan pada perusahaanperusahaan manufaktur yang go public di Indonesia. Faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan karakteristik perusahaan yang diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Pertama, karakteristik yang berhubungan dengan struktur perusahaan yang mencakup variabel ukuran perusahaan, variabel leverage, dan variabel porsi kepemilikan saham publik. Kedua, karakteristik yang berhubungan dengan kinerja perusahaan yang mencakup variabel likuiditas dan profitabilitas. Ketiga, karakteristik yang berhubungan dengan pasar perusahaan yang dikaitkan dengan ukuran KAP (Auditor) dan Skope bisnis. Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan struktur perusahaan hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil temuan ini sesuai dengan teori political cost dan konsisten dengan penelitian terdahulu (Chow dan Boren, 1987, Cooke, 1992; Wallace et al., 1994) yang menemukan bahwa tingkat keluasan informasi dalam kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar cenderung menarik perhatian publik dan pemerintah untuk melakukan berbagai regulasi yang dapat menuntut perusahaan besar 18 melakukan pengungkapan yang lebih rinci. Selanjutnya, untuk tingkat leverage dan porsi kepemilikan saham publik ditemukan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Temuan ini tidak mendukung Teori Agensi (Jensen Meckling, 1976) dan beberapa penelitian terdahulu (Meek et al., 1995; Na’im dan Rakhman, 2000; Subroto, 2003). Secara historis dan empiris perusahaan-perusahaan publik di Indonesia masih mengarah pada pola kepemilikan yang terkonsentrasi yang dikuasai oleh kalangan keluarga. Akibatnya para manajer hanya menjadi kepanjangan tangan pemegang saham mayoritas. Hal ini berdampak kepada strategi pendanaan dalam struktur modal (leverage) perusahaan dan menyebabkan kepemilikan publik sebagai pemegang saham minoritas tidak memiliki kekuatan untuk menekan pihak manajemen. Karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan (likuiditas dan profitabilitas) ditemukan tidak berpengaruh terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallace et al. (1994), Karin dan Ahmed (2005), serta Aljifri dan Hussainey (2006). Hal ini dikarenakan tingginya kinerja keuangan merupakan suatu keharusan, karena kondisi keuangan perusahaan yang likuid dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan memudahkan perusahaan menjalankan operasionalnya sehari-hari. Karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan pasar perusahaan yang merupakan daya tarik besifat non keuangan (ukuran KAP dan skope bisnis) berpengaruh terhadap variasi luas pengungkapan perusahaan. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Becker et al. (1998), Wallace dan Naser (1995), serta oleh Subroto (2003). Secara teoritis dan empiris perusahaan yang diaudit oleh KAP berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan. Begitupun halnya dengan perusahaan konglomerat akan memiliki tuntutan regulasi yang lebih banyak untuk menyampaikan informasi kepada publik. Secara keseluruhan temuan ini mengindikasikan 19 bahwa perusahaan melakukan pengungkapan lebih dilandaskan pada ketaatan terhadap regulasi yang dapat menguranginya dari tekanan pihak-pihak tertentu dari pada aspek pertanggungjawaban terhadap stakeholders. Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin luas pengungkapan yang dilakukan perusahaan maka semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan investor. Temuan ini mendukung Teori Agensi (Jensen dan Meckling, 1976) dan penelitian yang dilakukan Mardiyah (2002) dan Murni (2004). Secara teoritis manajemen berusaha mengurangi asimetri informasi dengan melakukan pengungkapan yang luas guna mengurangi konflik kepentingan. Pengungkapan yang luas dapat membatasi sikap manajer yang oportunistik yang dapat merugikan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Temuan ini mengindikasikan bahwa pengungkapan merupakan atribut yang penting dari good corporate governance, terutama yang berhubungan dengan transparansi dan akuntabilitas yang dapat memperkecil asimetri informasi sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik kepentingan. Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian relatif pendek yang berkaitan, (i) Periode pengamatan hanya 3 tahun dan sampel yang digunakan relatif sedikit 40 perusahaan (28,57%), (ii) Score indeks pengungkapan laporan tahunan dinilai oleh peneliti berdasarkan intepretasi terhadap informasi laporan tahunan perusahaan sampel, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan pernilaian antar perusahaan karena penafsiran peneliti yang subyektif, (iii) Proksi asimetri informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah relative bid-ask spread yang pengukurannya didasarkan pada nilai rata-rata selisih harga penawaran dan permintaan saham di pasar modal. Berdasarkan pada keterbatasan di atas maka untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan hal-hal sebagai berikut, (i) Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah sampel penelitian dengan periode pengamatan yang lebih panjang dan sampel yang lebih 20 besar. Meskipun ada perbedaan karateristik perusahaan pemaknufakturan dan nonpemaknufakturan peneliti selanjutnya dapat pemanufakturan, kemudian hasilnya juga menggunakan sampel perusahaan nondibandingkan dengan kelompok sampel pemanukfakturan untuk dianalisis guna mendukung generalisasi, (ii) Peneliti selanjutnya dapat mengurangi masalah subyektifitas dalam pernilaian score indeks pengungkapan dengan melibatkan beberapa peneliti dalam menilai laporan tahunan suatu perusahaan sampel. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan mean skor (rata-rata) pengungkapan dalam pengukuran luas pengungkapan yang diperoleh dengan melibatkan beberapa peneliti tersebut, (iii) Peneliti selanjutnya dapat menggunakan adjusted bid-ask spread yaitu suatu proksi yang telah memperhitungkan beberapa keterbatasan yang berkaitan dengan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Kemudian hasilnya diperbandingkan dengan menggunakan relative bid ask spread guna menemukan model yang lebih menggambarkan pengukuran asimetri informasi. 21 DAFTAR PUSTAKA Aljifri, Khaled dan Khaled Hussainey, 2006. The Determinants of Forward-looking Information in Annual Report of UAE Companies, Working Paper, United Arab Emirates. Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta. Ball, Ray dan Philip, Brown. 1968. An Emprical Evaluation of Accounting Income Numbers, Journal of Accounting Research, Auntumn:159-178. Bank Indonesia. 2006. PDB Tumbuh, Manufaktur Terpuruk, dan Hasil Tambang Diisap. Http://els.Bappenas.go.id/Upload/Other/PDB%tumbuh.htm. Basri, Faisal. 2006a. Indikasi awal kemerosotan daya beli dan antisipasi kebijakan. Harian Umum KOMPAS, 27 Maret 2006. h.1. Basri, Faisal. 2006b. Manufaktur dan Infrastruktur. Harian Umum KOMPAS, 29 Mei 2006. h.21. Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting Edisi Ketujuh. BPFE-Yogyakarta. Beaver, William H. 1996. Directions in Accounting Research : Near and Fat. Accounting Horizons 10 (2):113-124. Becker, Connie L., Mark L Defond, James Jiambalvo dan K. R. Subramanyam. 1998. The effect of audit quality on earnings management. Contemporary Accounting Research 15 (1):1-24. Bursa Efek Jakarta, Indonesian Capital Market Directory (2008). Jakarta. Bloomfield, Robert J. dan T. Jeffrey Wilks. 2000. Disclosure Effects In The Laboratory : Liquidity, Depth and The Cost of Capital. The Accounting Review 75 (1):13-41. Botosan, Christine A. 1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The Accounting Review 72 (3):323-349. Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Chow, Chee W. dan Adrian Wong-Boren. 1987. Voluntary Financial Disclosure By Mexican Corporasions. The Accounting Review 62 (3):533-540. Collins, D.W., S.P. Kothari, J.Shanken, dan R.G. Sloan. 1994. Lack of Timeliness vesus Noise as Explanations for Low Contemporaneous Return-Earnings Association. Journal of Accounting and Economics. 289-324. 22 Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure In The Annual Report of Japanese Listed Corporasions. Accounting and Bussiness Research 22 (summer) : 229-237. Departemen Keuangan RI, Bapepam. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. ________. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik _________. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor No.SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Industri Manufaktur. Diomond, W. Douglas dan Robert E. Verrecchia. 1991. Disclousure, Liquidity, and The Cost of Capital. The Journal of Finance 46 (4):1325-1359. Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance : Paradigma Baru Dalam Praktik Bisnis Indonesia. Genta Press. Yoyakarta. FASB. 1978. Statement of Financial Accounting Concept No.1, Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises. Fitriyani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV Surabaya:133-153. Garvey, Gerald T., 1992. Leveraging the underinvestment problem : How High Debt And Management Shareholdings Solve The Agency Costs Of Free Cash Flow, The Journal Of Financial Research 15 (2) : 149-166. Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hendriksen, Eldon S. 1994. Teori Akuntansi Edisi 4. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hasan, M. Ikbal. 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik 2. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Healy, Paul M. dan Krishna G. Palepu. 1993. The Effects of Firms’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. Accounting Horizons 7(1):1-11. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta. 23 Jensen, Michael C. dan William Mecking. 1976. Theory of the Firm, Managerial Behavior, Agency, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 (4):305-360. Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. BPFE UGM, Yogyakarta. _______. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Karin, A.K.M. Waresul dan Jamal Uddin Ahmed. 2005. Determinants of IAS Disclosure Compliance in Emerging Economies: Evidence From Exchanges-Listed Companies in Bangladesh. Working Paper 21:1-28. Khomsiyah dan Susanti. 2003. Pengungkapan, Asimetri Informasi dan Cost of Capital. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.1008-1018. Komalasari, Puput Putri dan Zaki Baridwan. 2001. Asimetri dan Cost of Equity Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4 (1): 64-81. Lang Mark dan Russell Lundholm. 1993. Cross-Sectional Determinants of Analyst Ratings of Corporate Disclosures, Journal of Accounting Research, 31 autumn:246-271. _______. 1996. Corporate Disclosure Policy and Analyst Behaviour. The Accounting Review 71 (4):467-492. Lev, B. 1989. On The Usefulness of Earnings: Lessons and Directions from Two Decades of Empirical Research. Journal of Accounting Research. Supplement: 153-192. Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure Terhadap Cost of Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 5 (2):229-255. Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan Dan Kualitas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV IAI-KAPd. 155-173. Meek, Gary K., Clare B, Robert dan Sidney J. Gray. 1995. Factors Influencing Voluntary Annual Report Disclosures by U.S., U.K., and Continetal European Multinational Corporasions. Journal of International Business Studies 26 (Third Quarter) :555-572. Murni, Siti Asiah. 2004. Pengruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi Terhadap Cost of Equity Capital Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7 (2): 192-206. Naim, Ainun dan Fuad Rakhman. 2000. Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 15:1-4. Okuda, Hidenobu dan Yashusi Take. 2005. Economic reforms and financing structure of Indonesian listed companies after the Asian crisis : Corporate finance issues and the solutions. Japan and The World Economy 12:1 - 31. 24 Radelet, Steven dan Jeffrey Sachs. 1998. The onset of the Asian financial crisis, National Bureau of Economic Research. p. 1 - 57. Richardson, Vernon J. 2000. Information Asymmetry And Earnings Management: Some Evidence. Review of Quantitative Finance and Accounting 5 (4): 325-347 Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi 4. BPFEYogyakarta. Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory, Third Edition, Prentice Hall, Toronto, Canada. Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI IAI-KAPd. 249-259. Singvi, Surendra S. dan Harsha B. Desai, 1971. An Emperical Analysis of The Quality of Corporate Financial Disclosure. The Accounting Review, January 1971:129-138. Subiyantoro, Edi, 2006. Karakteristik Perusahaan, Pengungkapan dan Asimetri Informasi Pada Periode Konglomerasi dan Periode Reformasi di Indonesia, Disertasi Doktor, Universitas Brawijaya, Indonesia. Subroto, Bambang, 2003. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Kepada Ketentuan Pengungkapan Wajib oleh Perusahaan Publik dan Implikasinya Terhadap Kepecayaan Para Investor di Pasar Modal. The 2nd Post Graduate Consortium on Accounting Workshop 2006. Universitas Brawijaya. Sudarma, Made. 2003. Pengaruh struktur kepemilikan saham, faktor intern dan faktor ekstern terhadap struktur modal dan nilai perusahaan. Disertasi. Program PascaSarjana Universitas Brawijaya, Malang. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan, 2006. Penerapan Good Corporate Governance : Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Penada Media Group. Jakarta. Sutta, I Putu Gede Ary. SAD Satria Bakti. Jakarta. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan Sutta, I Putu Gede Ary. 2005. Pasar Modal Indonesia Belum Efisien. Harian Umum Suara Pembaharuan, 13 Oktober 2005, hal. 7. Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. 25 Tuanakotta, Theodorus M., 1983. Teori Akuntansi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi universitas Indonesia. Jakarta. Wallace, R.S. Olusegun, Kamal Naser dan Aracelu Mora. 1994. The Relation Between the Comprehensives of Corporate Anual Report and Firm Characteristich in Spain. Accounting and Business Research 25 (Winter): 41-53. Wallace, R.S. Olusegun dan Kamal Naser. 1995. Firm-Specific Determinants of the Comprehensiveness of Mandatory Disclousure in the Corporate Annual Reports of Firms Listed on the Stock Exchange of Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy 11 (2):311-368. Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, 1997. Managerial Finance, 9th ed. A. Jaka Wasana dan Kibrandoko (Penerjemah). Manajemen Keuangan. Binarupa Aksara. Jakarta.