Cakupan Vaksinasi Hepatitis B pada Mahasiswa Program Studi Ilmu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Data World Health Organization (2012) menunjukkan bahwa
dua miliar orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B
dan sekitar 600.000 orang meninggal setiap tahun akibat infeksi
Hepatitis B. Kelompok virus Hepatitis yang menyebabkan infeksi
akut atau kronis dan peradangan hati yang pada saat ini merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang utama secara global yaitu
kelompok virus Hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis B dan C merupakan penyebab utama penyakit hati
yang berujung pada kematian. Hepatitis B akut dan Heptitis C
memiliki resiko tinggi (sekitar 3 % dari jumlah kematian di dunia),
dan merupakan penyebab kematian peringkat tinggi selama dua
dekade yang akan datang. Diperkirakan 57 % kasus sirosis hati dan
78 % dari kasus kanker hati primer disebabkan oleh Hepatitis B atau
C. Vaksinasi telah membantu mengurangi angka kematian anak.
Cakupan vaksinasi telah berkembang, diperkenalkan dan digunakan
sejak dimulainya Program Perluasan Imunisasi (PPI). Vaksinasi
terhadap Hepatitis B dan Haemophilus influenza tipe B telah menjadi
bagian dari agenda imunisasi nasional di 173 negara.
Pada kasus Hepatitis B yang dideteksi oleh survei Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menemukan bahwa prevalensi
nasional Hepatitis B (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan
responden)
sebanyak
0,60 %.
Peningkatan jumlah
penderita Hepatitis B paling tinggi terdeteksi pada umur > 55 tahun
dan 2 kali lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan.
Hepatitis B terdeteksi di seluruh provinsi di Indonesia dengan
prevalensi sebesar 0,60 % (rentang: 0,20 %-1,90 %), yaitu:
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Nusa Tenggara
1
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara,
Papua Barat dan Papua. Tiga belas provinsi di atas yang
mempunyai prevalensi tertinggi angka nasional adalah Provinsi
Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Kasus Hepatitis B
umumnya terdeteksi berdasarkan gejala klinis, kecuali di Provinsi
Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi
Utara.
Riskesdas (2007) menunjukkan bahwa secara keseluruhan,
cakupan imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah
adalah untuk BCG (87 %), campak (82 %), polio tiga kali (71 %),
DPT tiga kali (68 %) dan terendah Hepatitis B (63 %). Jumlah kasus
Hepatitis B dari hasil penelitian Profil Kesehatan Indonesia pada
tahun 2004 didapatkan Hepatitis B yang rawat jalan di rumah sakit
sebanyak 1.412 kasus, yang rawat inap di rumah sakit sebanyak
1.038, dirawat di puskesmas 6.330 dan termasuk dalam kematian
pada 7 kasus penyakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Noula dkk. (2008) di Yunani
dan Lindley dkk. (2011) di Amerika melaporkan bahwa pelaksanaan
skrining pada mahasiswa yaitu untuk mengetahui penyakit Hepatitis
B telah diadakan rutin bagi mahasiswa keperawatan. Penelitian ini
memberikan masukan bagi mahasiswa dan pasien untuk melakukan
tindakan pencegahan, dikombinasikan dengan pendidikan yang
sesuai dengan program untuk meningkatkan pengetahuan mereka
tentang vaksinasi. Vaksinasi Hepatitis B merupakan salah satu
persyaratan bagi mahasiswa yang direkomendasikan bagi calon tim
profesional kesehatan sebelum melakukan kontak langsung dengan
pasien. Cakupan vaksinasi Hepatitis B pada petugas kesehatan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Penelitian
Mengal dkk. (2008) menunjukkan bahwa vaksinasi tidak hanya
mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, tetapi
2
juga mengurangi beban pemerintah terkait dengan pencegahan
terhadap penyakit bagi mahasiswa keperawatan Rumah Sakit
Pakistan. Selain itu, di Rumah Sakit Pakistan menunjukkan bahwa
75 % keseluruhan mahasiswa keperawatan telah menerima
vaksinasi Hepatitis B. Dari jumlah tersebut 37 % telah menerima
vaksinasi secara lengkap, sedangkan 38 % belum mendapatkan
vaksinasi Hepatitis B secara lengkap.
Pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B secara rutin pada bayi
dapat meningkatkan kekebalan tubuh untuk mencegah penyebaran
infeksi virus Hepatitis B pada semua kelompok umur. Namun,
strategi vaksinasi juga ditargetkan pada kelompok usia yang lebih
tua. Hal ini diperlukan untuk membantu peningkatan kekebalan
tubuh dan mempercepat penurunan kejadian penyakit Hepatitis B.
Sekolah maupun Universitas telah mengeluarkan kebijakan tentang
pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B dan telah menerapkan vaksinasi
ini di berbagai kalangan anak-anak usia sekolah dan remaja di
seluruh masyarakat. Demikian pula, kebijakan yang ada di tempat
kerja mendukung bahwa cakupan vaksinasi yang tinggi di kalangan
pekerja kesehatan dan kelompok lain yang beresiko, dapat
diminimalisir (WHO, 2009).
Dalam bahasan Word Health Organization (2010), WHO
telah mempertimbangkan aspek-aspek tertentu dari pencegahan
Hepatitis B melalui resolusi yang telah dilakukan pada masa
sebelumnya. Pada tahun 1992, dalam resolusi World Hockey
Association (WHA) untuk mendapatkan
imunisasi dan vaksinasi
yang berkualitas WHA mendesak negara-negara anggota untuk
mengintegrasikan vaksin Hepatitis B ke dalam program imunisasi
nasional.
Dari hasil penelitian Ziraba dkk (2010) ditemukan prevalensi
infeksi virus Hepatitis B dan waktu hidup paparan virus Hepatitis B di
antara petugas kesehatan termasuk tinggi yaitu 81 %. Penularan
3
melalui paparan cairan tubuh berpotensi tinggi, namun penelitian
tersebut menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari pekerja
kesehatan yang telah divaksinasi terhadap infeksi virus Hepatitis B.
Mengingat risiko sirosis hati, karsino hepatomegali, dan transmisi
virus Hepatitis B terhadap pasien, maka perlu ada program vaksinasi
Hepatitis B. Hal ini untuk memfokuskan upaya terhadap transmisi
melalui peningkatan kerja lingkungan, tempat dan penggunaan
vaksinasi dengan cara pengadaan vaksinasi Hepatitis B pada semua
petugas kesehatan yang rentan terhadap virus Hepatitis B.
Pemerintah Uganda mengakui pentingnya memperkenalkan
infeksi virus Hepatitis B kepada kelompok yang beresiko tinggi
seperti petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengetahui
bahwa vaksinasi Hepatitis B merupakan suatu kebijakan. Vaksinasi
Hepatitis B dibuat wajib bagi mahasiswa keperawatan sebelum
melakukan
praktik
medis.
Kementrian
kesehatan
dapat
mempertimbangkan dan menawarkan subsidi atau pelaksanaan
vaksinasi Hepatitis B secara gratis untuk petugas kesehatan dan
pendidikan pengendalian terhadap infeksi Hepatitis B serta strategi
lain untuk dapat memperkuat dalam pengendalian infeksi Hepatitis
B.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan angka morbiditas dan mortalitas akibat
infeksi terkait dengan virus Hepatitis B dan penyebarannya. WHO
(2012) melaporkan bahwa vaksinasi telah membantu mendorong
pengurangan angka kematian, terkhusus petugas kesehatan yang
mempunyai resiko tinggi terhadap penularan Hepatitis B. Penularan
pada petugas kesehatan (perawat) dapat terjadi melalui seringnya
melakukan kontak langsung dengan pasien. Diketahui bahwa
meskipun di negara-negara maju telah ada kebijakan tentang
pemberian vaksinasi untuk tenaga kesehatan dan mahasiswa
kesehatan, namun pada kenyataannya banyak tenaga kesehatan
4
yang belum melakukan vaksinasi. Berawal dari tahun 2008 hingga
sekarang, Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan telah memfasilitasi program
pelayanan pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B, yang bekerja sama
dengan
poliklinik
Universitas
Kristen
Satya
Wacana
untuk
mahasiswa yang mempersiapkan diri dalam mengikuti praktik klinik.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan angkatan 2009 yang
tidak melakukan vaksinasi Hepatitis B. Hal ini mendorong peneliti
untuk mengetahui cakupan vaksinasi Hepatitis B pada mahasiswa
PSIK FIK UKSW angkatan 2009 dan alasan yang mendasarinya.
1.2.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagimana cakupan vaksinasi Hepatitis B pada mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2009?
2. Apakah alasan yang mendasari terhadap aplikasi terapan ilmu
vaksinasi Hepatitis B pada mahasiswa PSIK FIK UKSW
angkatan 2009?
1.3.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi cakupan vaksinasi Hepatitis B pada mahasiswa
PSIK FIK UKSW angkatan 2009
2. Mengeksplorasi
alasan
yang
mendasari
dalam
cakupan
vaksinasi Hepatitis B pada mahasiswa PSIK FIK UKSW
angkatan 2009.
5
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai cakupan vaksinasi Hepatitis B, kepada Lembaga
kemahasiswaan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan, sesuai program yang dibuat oleh SMF terkait dengan
pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan
pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B di kalangan mahasiswa
keperawatan.
3. Menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
6
Download