isi ok - Repository Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

advertisement
1
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI CAMPURAN
KOTORAN AYAM DAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.)
DENGAN AKTIVATOR RAGI TAPE DAN EFFECTIVE
MICROORGANISME4
OLEH:
SITI ZULAIHA
NIM. 120 500 085
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
1
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI CAMPURAN
KOTORAN AYAM DAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.)
DENGAN AKTIVATOR RAGI TAPE DAN EFFECTIVE
MICROORGANISME4
OLEH:
SITI ZULAIHA
NIM. 120 500 085
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan
Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan PKL
:
Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Campuran
Kotoran Ayam Dan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.)
Dengan Aktivator Ragi Tape Dan Effective
Microorganisme4
Nama
:
Siti Zulaiha
NIM
:
120 500 085
Program Studi
:
Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
:
Manajemen Perkebunan
Pembimbing,
Nurlaila, SP, MP
NIP. 19711030200112 2 001
Penguji II,
Penguji I,
Daryono, SP, MP
NIP. 19800202200812 1 002
Menyetujui,
Yuanita, SP, MP
NIP. 19661125200112 2 001
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan
Ketua Jurusan Manajemen
Pertanian
Nur Hidayat, SP, M. Sc
NIP. 197210252001121001
Ir. M. Masrudy, MP
NIP.196008051988031003
Lulus ujian pada tanggal : 29 Agustus 2015
1
ABSTRAK
SITI ZULAIHA, Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Dari Campuran Kotoran
Ayam Dan Kayu Apu (Pistia stratiotes L) Dengan Aktivator Ragi Tape dan EM4
(dibawah bimbingan NURLAILA)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan unsur
hara yang terdapat pada pupuk organik cair campuran dari kotoran ayam dan
kayu apu serta mengetahui efektifitas ragi dan EM4 dalam pembuatan pupuk
organik cair.
Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Sungai Keledang dan
Laboratorium Air dan Tanah, selama + 3 bulan sejak bulan November 2014
sampai Januari 2015 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan.
Perlakuan penelitian ini dibedakan menjadi 2 taraf perlakuan yaitu,
P1 : Pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator ragi.
P2 : Pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator EM4.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair kotoran ayam
dan Kayu Apu dengan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur hara yaitu
Nitrogen (N) sebesar 0,0560%, Phospor (P) sebesar 0,0151%, Kalium (K)
sebesar 0,0044%, Ferrum (Fe) sebesar 11,7647 ppm, Cuprum (Cu) sebesar
0,6979 ppm, Seng (Zn) sebesar 7,7667 ppm dan nilai pH adalah 7,29.
Pada pupuk organik cair kotoran ayam dan Kayu Apu dengan aktivator
EM4 (P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0833%,
Phospor (P) sebesar 0,0231%, Kalium (K) Sebesar 0,0186%, Ferrum (Fe)
sebesar 7,5397 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 4,2659 ppm, Seng (Zn) sebesar
6,9444 ppm dan nilai pH adalah 7,41.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kandungan hara yang terdapat
pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4
(P2) lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator ragi (P1), namun Pupuk Organik Cair Dari Campuran Kotoran
Ayam Dan Kayu Apu dengan aktivator ragi tape dan EM4 masih belum memenuhi
standar mutu pupuk organik No. 70/permentan/SR.140/10 /2011.
Kata Kunci : Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam, Kayu Apu Dengan Aktivator
Ragi Dan EM4
1
RIWAYAT HIDUP
SITI ZULAIHA, lahir pada tanggal 20 juli 1993 di Miau Baru,
Provinsi Kalimantan Timur merupakan anak ke 2 dari 4
bersaudara, pasangan Bapak Muhammad Idris dan Ibu
Maryam.
Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 004 Suka Maju
Kabupaten Kutai Timur dan Lulus pada tanggal 19 Juni tahun 2006. Kemudian
melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kongbeng
Kabupaten Kutai Timur dan lulus pada tanggal 22 Juni tahun 2009. Selanjutnya
melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Hidayatul Mubtadi’in
Kabupaten Kutai Timur dan lulus pada tanggal 26 mei tahun 2012. Pendidikan
tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan
Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 4 Maret sampai 4 Mei 2015 mengikuti kegiatan Praktik Kerja
Lapang di PT. Sawit Sukses Sejahtera, Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten
Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur.
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyesaikan
Karya Ilmiah ini.
Keberhasilan dan kelancaran dalam penelitian ini juga tidak terlepas dari
peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Keluarga yang telah banyak memberikan motifasi dan do’a kepada penulis
selama ini.
2.
Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
3.
Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua program studi Budidaya Tanaman
Perkebunan
4.
Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah
5.
Bapak Daryono, SP, MP dan Ibu Yuanita, SP, MP selaku dosen penguji
6.
Staf Pengajar dan Teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan.
7.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan ini, semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
sebagai informasi mengenai cara pembuatan pupuk organik cair dari kotoran
ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dan EM4.
Penulis
Samarinda, 19 Mei 2015
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 3
A. Tinjauan Umum Pupuk Organik Cair....................................................... 3
B. Tinjauan Umum Kotoran Ayam................................................................ 5
C. Tinjauan Umum Kayu Apu....................................................................... 6
D. Tinjauan Umum Ragi...............................................................................11
E. Tinjauan Umum Efektive Mikroorganisme 4 (EM4)..................................12
F. Tinjauan Umum Unsur Hara....................................................................14
III. METODE PENELITIAN ................................................................................20
A. Tempat Dan Waktu Penelitian..................................................................20
B. Alat Dan Bahan........................................................................................20
C. Prosedur Penelitian..................................................................................20
D. Pengamatan Dan Pengambilan Data.......................................................23
E. Analisis Data............................................................................................23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................24
A. Hasil........................................................................................................24
B. Pembahasan...........................................................................................25
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................30
A. Kesimpulan..............................................................................................30
B. Saran.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN.........................................................................................................33
1
DAFTAR TABEL
No
Nomor
1. Hasil Analisa Pupuk Organik Cair (POC) ......................................... 24
1
DAFTAR GAMBAR
No
Nomor
1. Daun kayu apu .................................................................................. 8
2. Bunga kayu apu ................................................................................ 8
3. Akar kayu apu.................................................................................... 9
4. Komposisi bahan Pupuk Organik Cair dengan Activator Ragi......... 22
5. Komposisi bahan Pupuk Organik Cair dengan Aktivator EM4 ......... 23
1
DAFTAR LAMPIRAN
No
Nomor
1. Standar Mutu Pupuk Cair ................................................................. 34
2. Hasil pengamatan Pupuk Organik Cair dengan Activator Ragi ....... 35
3. Hasil pengamatan Pupuk Organik Cair dengan Activator EM4 ........ 37
4. Dokumentasi kegiatan penelitian...................................................... 39
1
I. PENDAHULUAN
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito Dan Sukamto, 2007).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak
beredar dipasaran. Pupuk organik cair kebanyakan di aplikasikan melalui daun
atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung unsur hara mikro dan
makro esensial (N, P, K, S, Co, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik). Pupuk
organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga
membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk
tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif
pengganti pupuk kandang (Parman, 2007).
Pupuk organik cair dari kotoran ayam dan beberapa jenis gulma dikatakan
bagus dan siap diaplikasikan apabila tingkat kematangannya telah sempurna.
Kematangan pupuk organik cair ini dapat di ketahui dengan memperhatikan
keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil di tandai dengan
adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari
proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak sedikit berbau (Purwendro
dan Nurhidayat, 2007).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan unsur hara
yang terdapat pada pupuk organik cair campuran dari kotoran ayam dan kayu apu
Hasil yang diharapkan adalah memberikan informasi bagi pemerhati
pertanian pertama dan lingkungan untuk memanfaatkan tumbuhan air jenis kayu
apu dengan campuran kotoran ayam menjadi pupuk organik cair dan mengurangi
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh polusi udara dari kotoran ayam.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pupuk Organik Cair
Sejarah Pupuk Organik Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya
merupakan bagian dari pada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk
diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok
tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan
pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua
manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Efrat, Indus, Cina, dan Amerika
Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai
tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi setiap tahun (Rahmi dan Jumiati, 2007).
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani.
Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya
revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih
suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya,
jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah
dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada
pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan
produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif
penggunaan pupuk kimia dan sarana pertanian modern lainnya terhadap
lingkungan telah membuat mereka beralih dari pupuk konvensional ke pupuk
organik. Perkembangan terakhir menunjukan bahwa produksi pupuk organik
dan permintaan pupuk organik semakin meningkat. Karena petani semakin
sadar dampak buruk pupuk kimia pada tanah pertaniannya dan masyarakat
1
pun menginginkan bahan makanan yang bersih dari residu bahan kimia
(Basri, 2005).
Pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari
bahan-bahan organik melalui proses pengomposan. Terdapat dua macam
tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama
adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk
organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang
dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau
campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak
jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan.
Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam
air lalu airnya dijadikan pupuk.Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang
stabil dan mudah mengendap. Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini
dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya harus langsung digunakan.
Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada
permukaan tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun. Kedua
adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang
difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup.
Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara
yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk
cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh
karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang
dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam air (Djuarnani, 2005).
1
B. Tinjauan Umum Kotoran Ayam
Menurut Hardjowigeno (1995), kotoran ayam merupakan salah satu
hasil dari peternakan ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika
dicermati bahwa sektor peternakan merupakan mata rantai dari program
integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya
menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrited farming
secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk
kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah
mata melihat kebutuhan para petani akan pupuk.
Kotoran ayam adalah bahan makanan yang tidak tercerna yang
dikeluarkan dari usus ke kloaka dan dikeluarkan dari tubuh. Kotoran ayam
yang terdiri dari sisa bahan yang tidak dicerna, mikroorganisme usus (bakteri,
virus, parasit dan jamur), getah pencernaan dan jaringan usus yang halus
dan zat-zat mineral yang berasal dari tubuh (Fidi, 2011).
Menurut Syira (2012), menambahkan bahwa kotoran ayam atau
bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta
berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah
serta lingkungan. Didalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh
organisme menjadi humus. Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat”
butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat
yang mantap.
1
C. Tinjauan Umum Kayu Apu
Secara umum kayu apu adalah tanaman air yang biasa dijumpai
mengapung diperairan tenang atau kolam. Kayu apu terkenal sebagai
tanaman pelindung akuarium. Tumbuhan ini adalah satu-satunya anggota
marga Pistia.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan tetap hijau yang merupakan
tumbuhan monocotyledone. Tumbuhan ini cenderung untuk memperluas dan
melacak serta membentuk koloni besar yang dapat menutupi seluruh
permukaan yang mendapat cahaya matahari secara bebas. Namun juga
dapat hidup ditempat yang teduh namun tetap terkena cahaya matahari
secara parsial.
Adapun kandungan hara yang terdapat pada gulma kayu apu antara
lain Nitrogen (N) sebesar 2,67%, Phospor (P) sebesar 0,30% dan Kalium (K)
sebesar 1,12% (Rudiyanto, 2004).
1. Taksonomi Dan Morfologi
a. Taksonomi Tanaman Kayu Apu
Menurut
Anonim
(2011),
dalam
sistematika
tumbuhan,
kedudukan tanaman kayu apu di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Sub kingdom
: Tracheobionta
Sub divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub kelas
: Arecidae
Ordo
: Arales
1
Famili
: Araceae
Genus
: Pistia
Species
: Pistia stratiotes L.
b. Morfologi Tanaman Kayu Apu
Tumbuhan apu-apu atau kayu apu merupakan tumbuhan herba
yang yang hidup mengapung dipermukaan air yang tenang atau air
yang mengalir tetapi dengan aliran yang pelan. Sesuai dengan nama
dari tumbuhan ini yaitu selada air (dalam bahasa Indonesia), maka
secara keseluruhan tumbuhan ini mirip dengan selada namun kecil,
mengapung dan terbuka keatas.
1) Batang
Tanaman kayu apu tiidak memiliki batang yang jelas bahkan
tidak memiliki batang (Affan, 2012).
2) Daun
Tanaman kayu apu memiliki daun tunggal dimana ujung
daun membulat namun pangkal daun runcing. Tepi daun
berlekuk-lekuk dan ditutupi dengan rambut tebal dan lembut.
Panjang daun sekitar 2 hingga 10 cm sedangkan lebar daun sekitar
2 hingga 6 cm. Daun tebal dan lembut membentuk suatu pahatan
seperti mahkota bunga mawar dan sedikit kenyal. Pertulangan daun
sejajar, dimana tulang daun tipis dan terselubung. Daun berwarna
hijau kebiruan bila sudah tua agak berwarna kuning, tangkai daun
sangat pendek dan hampir tidak ada. Daun tersusun secara roset
didekat akar, sehingga disebut roset akar (Affan, 2012).
1
Gambar 1. Daun Kayu Apu
3) Bunga
Kayu apu memiliki bunga yang berada ditengah roset dan
tumbuh berwarna putih namun tidak begitu jelas. Bunga bertipe
bunga tongkol dan terletak diketiak daun ditengah roset. Bunga
merupakan bunga berumah satu, panjang bunga kurang lebih 1 cm,
memiliki rambut serta bunga bersembunyi sehingga tidak nampak
jelas (Affan, 2012).
Gambar 2. Bunga Kayu Apu
1
4) Buah
Buah dari bunga kayu apu merupakan buah buni. Buah ini
berbentuk bulat dan berwarna merah dengan ukuran 5 hingga 8 cm
(Abadi, 2010).
5) Biji
Biji dari tanaman kayu apu berbentuk bulat, berwarna hitam
dan berukuran kecil. Ukuran biji 2 mm dengan sisi membujur dan
ujung meruncing (Abadi, 2010).
6.) Akar
Tanaman kayu apu memiliki akar jumbai, panjang berwarna
putih yang menggantung dibawah roset yang mengambang bebas
disepanjang saluran air. Akar memiliki stolon, rambut-rambut
akarnya membentuk satu struktur berbentuk seperti keranjang dan
dikelilingi gelembung udara, sehingga meningkatkan daya apung
tumbuhan itu. Akar dapat tumbuh panjang mencapai 80 cm (Abadi,
2010).
Gambar 3. Akar tanaman kayu apu
1
D. Syarat Tumbuh
1. Suhu
Menurut Apridayanti (2008), secara umum suhu pada perairan,
suhu di ekosistem perairan tawar mudah berubah. Perubahan suhu baik
musiman dan harian terjadi pada bagian permukaan dari perairan,
sementara bagian dalam biasanya akan lebih konstan. Suhu rata-rata
perairan bisa mengalami kenaikan disebabkan oleh aktivitas manusia,
seperti pemukiman, industri dan area pertanian. Suhu secara fisika
dinyatakan dalam satuan derajat celcius. Metode pengukuran dilakukan
dengan menggunakan termometer. Termometer merupakan alat pengukur
suhu berbasis elektronik.
Suhu berperan penting bagi kehidupan dan perkembangan biota
laut, peningkatan suhu dapat menurun kadar oksigen terlarut sehingga
mempengaruhi metabolisme seperti laju pernafasan dan konsumsi
oksigen serta meningkatnya konsentrasi karbon dioksida.
Suhu berpengaruh terhadap proses metabolisme sel organisme
air. Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan kecepatan proses
metabolisme
sel
dan
respirasi
organisme
air,
dan
selanjutnya
mengakibatkan peningkatan dekomposisi bahan organik mikroba. Kisaran
suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah suhu antara 20
– 30 °C.
2. Keasaman Pangkat Hidrogen (pH)
Secara umum pH pada perairan adalah kondisi asam atau basa
pada perairan ditentukan berdasarkan nilai pH. Nilai pH antara 0-14, yang
mana pH 7 merupakan pH normal. Kondisi pH kurang dari 7 menunjukkan
1
air bersifat asam, sedangkan pH di atas 7 menunjukkan kondisi air bersifat
basa.
Menurut Affan (2012). derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Nilai pH air laut
berkisar 7,5 – 8,4 dan semakin rendah ke wilayah pantai karena pengaruh
air tawar.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7–8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah. Selain itu toksisitas logam-logam memperlihatkan peningkatan
pada pH rendah. Derajat keasaman (pH) dipengaruhi oleh konsentrasi
karbondioksida serta ion–ion bersifat asam atau basa. Fitoplankton dan
tanaman air akan mengambil karbondioksida selama proses fotosintesis
berlangsung, sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi meningkat
pada siang hari dan menurun pada malam hari.
E. Tinjauan Umum Ragi
Ragi atau fermen merupakan zat yang biasa di manfaatkan untuk
fermentasi.
Ragi
biasanya
mengandung
mikroorganisme
seperti
saccharomyces cereviciae. Ada dua jenis ragi yang ada di pasaran yaitu
padat dan kering. Jenis ragi kering ini berbentuk butiran-butiran kecil dan ada
juga yang berupa bubuk halus. Jenis ragi yang butirannya halus dan
berwarna kecoklatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan kue,
sedangkan ragi padat biasanya berbentuk bulat pipih dan biasanya sering
digunakan dalam pembuatan tape (Istamar , 2007).
Reproduksi dari ragi yaitu dengan cara seksual dan aseksual. Secara
1
seksual reproduksi ragi dilakukan dengan membentuk akspora. Akspora
adalah spora seksual yang terbentuk dalam askus. Askus terdapat didalam
badan buah yang disebut askokarp. Secara aseksual ragi berproduksi
dengan cara membentuk tunas (bundding), tunas yang telah masak akan
terlepas dari sel induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Agar ragi tahan
lama sebaiknya ragi disimpan dengan baik yaitu dalam keadaan tidak
terpakai, ragi membutuhkan suasana hangat dan kering agar sel-sel
nabatinya tetap hidup untuk mengaktifkan kerjanya. Ragi dalam keadaan
normal lebih cepat rusak dan akan kehilangan daya peragiannya jika
disimpan dalam suhu 2°C selama 4-5 minggu. Suhu ideal untuk menyimpan
ragi agar awet dalam waktu panjang adalah 7°C (Budi, 2009).
Mikroorganisme yang digunakan dalam ragi umumnya terdiri atas
berbagai bakteri dan fungi (khomir) yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor,
Amylomyces,
endaucopsi
s,
Saccharomyces
Hancenula,
Anomala,
Lactobacillus, dan Acetobacur (Suharno, 2007).
Ragi Tape merupakan sumber mikroba Saccharomycess yang
berfungsi sebagai pengurang aroma menyengat dan sekaligus membuat
aroma pupuk organik cair menjadi tidak bau (Yuliarti, 2009).
F. Tinjauan Umum Effectifitas Microorganisme (EM 4)
Efektifitas
mikroorganisme
(EM4)
adalah
campuran
dari
mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM4
berisi sekitar 80 jenus mikroorganisme fermentasi, diantaranya bakteri
fotosintetik, Lactobacillus sp, Steptomyces sp, dan Actinomycetes . EM4
mampu
meningkatkan
dekomposisi
limbah
dan
sampah
organik,
meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas
1
serangga hama dan mikroorganisme pathogen.
Effective Microorganisme (EM4) merupakan bahan yang mengandung
beberapa
mikroorganisme
yang
sangat
bermanfaat
dalam
proses
pengomposan. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari
Lumbricus
(bakteri
asam
laktat)
serta
sedikit
bakteri
fotosintetik,
Actinomycetes, Streptomyces sp dan ragi. EM4 dapat meningkatkan
fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan unsur
hara untuk tanaman, serta menekan aktivitas serangga, hama dan
mikroorganisme pathogen. Cara kerja EM4 telah dibuktikan secara ilmiah dan
menyatakan EM 4 dapat berperan sebagai berikut:
1.
Menekan pathogen tanah
2.
Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik
3.
Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada
tanaman
4.
Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan
seperti Mycorrhiza sp, Rhizobium sp dan bakteri pelarut fosfat.
5.
Meningkatkan nitrogen
6.
Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia
EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang
selalu menjadi masalah pada monokultur dan budidaya tanaman sejenis
secara terus menerus (continuous cropping). EM 4 dapat memfermentasikan
sisa pakan dan kulit udang ikan ditanah dasar tambak sehingga gas beracun
(metan, H2S dan mercaptan) dan panas ditanah dasar tambak menjadi hilang.
Akibatnya, udang dan ikan dapat hidup lebih baik. Dengan cara yang sama,
EM4 juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak hingga lingkungan
1
menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stres, dan nafsu makan ternak
meningkat. EM4 yang diberikan pada minuman ternak (dosis 1:1.000) hidup
pada usus ternak dan berfungsi untuk menekan populasi mikroorganisme
pathogen didalam usus sehingga ternak menjadi sehat (Dharmono, 2007).
G. Tinjauan Umum Unsur Hara
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya
ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari sekian banyak
unsur hara tersebut, sebanyak 16 unsur atau senyawa diantaranya
merupakan unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk
mendukung pertumbuhannya (Pranata, 2004).
1.
Unsur hara makro
a. Karbon (C)
Karbon yang dibutuhkan oleh tumbuhan berasal dari
karbondioksida (CO2) yang ada di udara. Karbondioksida merupakan
hasil respirasi (pernapasan manusia) atau pembakaran sempurna
zat-zat organik. Karbon berfungsi untuk membentuk karbohidrat,
lemak dan protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Selain itu, berfungsi membentuk selulosa yang merupakan dinding sel
dan memperkuat bagian tanaman.
b. Oksigen (O 2)
Oksigen diperoleh tanaman dari air dan udara. Sekitar 21%
volume udara adalah oksigen. Oksigen dihisap tanaman dari udara
melalui respirasi. Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk
bahan organik tanaman. Seluruh tanaman, baik akar, batang, daun,
1
bunga dan buah memerlukan oksigen. Oksigen dibutuhkan dalam sel
tanaman untuk mengubah karbohidrat menjadi energi.
c. Hidrogen (H)
Hidrogen diperoleh tanaman dengan memecah air (H2O). Air
dapat diperoleh tanaman dari udara dan tanah. Hidrogen berguna
dalam proses pembentukan gula (glukosa) menjadi karbohidrat dan
sebaliknya, serta proses pembentukan lemak dan protein. Proses
untuk menghasilkan glukosa dikenal dengan proses asimilasi
karbondioksida atau fotosintesis.
d. Nitrogen (N)
Tumbuhan memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan terutama
pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang.
Nitrogen juga bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun atau
klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis.
Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak
dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Perlu diketahui, sekitar
78% volume udara terdiri dari nitrogen.
Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman tidak normal atau kerdil. Daunnya akan menguning lalu
mengering
dan
mati.
Buah
yang
kekurangan
nitrogen
pertumbuhannya tidak sempurna cepat masak, dan kadar proteinnya
kecil.
e. Fosfor (P)
Bagi tanaman, fosfor berguna untuk membentuk akar sebagai
bahan dasar protein, mempercepat penuaan buah, memperkuat
1
batang tanaman, meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian.
Selain itu, fosfor juga berfungsi untuk membantu proses asimilasi dan
respirasi.
Kekurangan fosfor bisa menyebabkan pemasakan buah
terlambat, warna daun lebih hijau dari pada keadaan normalnya, daun
yang sudah tua tampak menguning sebelum waktunya, serta hasil
buah atau biji kekurangan fosfor yang parah meyebabkan tanaman
tidak berbuah.
f. Kalsium (Ca)
Kalsium berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam
tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilangkan racun dalam
tanaman.
Selain
itu,
kalsium
berguna
untuk
mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang.
Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan kondisi tanah.
Kekurangan kalium dapat menyebabkan pertumbuhan pucuk
ranting
terhambat
dan
batang
tanaman
tidak
kokoh.
Jika
kekurangannya parah, ujung akar dan akar rambut akan mati sehingga
tanaman juga mati. Selain itu, pucuk daun dan kuntum bunga akan
berjatuhan.
g. Sulfur (S)
Sulfur atau belerang sangat membantu tanaman dalam
membentuk bintil akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung sulfur
adalah pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil).
Sulfur merupakan unsur penting dalam pembentukan berbagai asam
amino.
1
Kekurangan belerang menyebabkan daun muda berubah
warna
menjadi
hijau
muda
mengkilap
agak
keputih-putihan,
selanjutnya akan berubah menjadi kurang hijau. Pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat. Tanaman akan tampak kerdil, kurus dan
batangnya pendek.
h. Magnesium (Mg)
Magnesium berfungsi membantu proses pembentukan hijau
daun atau klorofil. Selain itu, berfungsi untuk membentuk karbohidrat,
lemak, dan minyak. Magnesium juga berfungsi membantu proses
trasportasi fosfat dalam tanaman.
Kekurangan magnesium dapat menyebabkan pucuk dan
bagian diantara jari-jari daun tampak tidak berwarna. Kondisi ini akan
tampak pertama kali di bagian bawah daun, kemudian meningkat ke
bagian atas. Daun akan berbentuk tipis tidak seperti biasanya.
i. Kalium (K)
Kalium berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Selain itu, kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan
tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang
bisa melawan penyakit dan kekeringan. Jika kekurangan kalium,
tanaman tidak tahan terhadap penyakit, kekeringan dan udara dingin.
Kekurangan kalium dapat menghambat pertumbuhan tanaman
serta daun tampak agak keriting dan mengkilap. Lama kelamaan daun
akan menguning di bagian pucuk dan pinggirannya. Akhirnya, bagian
daun antara jari-jari menguning, sedangkan jari-jarinya tetap hijau.
1
Selain itu, kekurangan kalium menyebabkan tangkai daun lemah
sehingga mudah terkulai dan kulit biji keriput.
2.
Unsur Hara Mikro
a. Klor (Cl)
Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau
memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Khususnya
untuk tanaman tembakau, kentang, kapas, kol, sawi dan tanaman
sayuran. Kekurangan klor akan menyebabkan produktifitas menurun.
b. Besi (Fe)
Zat besi berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti
proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).
Kekurangan zat besi ditunjukan dengan gejala klorosis dan daun
menguning atau nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang
klorofil. Selain itu terjadi karena kerusakan akar.
c. Boron (B)
Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan,
pembelahan dan pembagian tugas sel. Di dalam tanah boron tersedia
dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci.
Kekurangan boron yang sering dijumpai yaitu ujung daun
berwarna kuning dan mengalami nekrosis.
d. Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah sebagai aktivator dan
membawa beberapa enzim. Dan juga berperan membantu
kelancaran proses fotosintesis, pembentuk klorofil dan berperan
dalam fungsi reproduksi.
1
Kekurangan tembaga daun akan berwarna hijau kebiruan,
tunas daun menguncup dan tumbuh kecil serta pertumbuhan bunga
terlambat.
e. Seng (Zn)
Fungsinya hampir mirip dengan Mn dan Mg, sangat berperan
dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan membantu proses
fotosintesis.
Kekurangan Zn pertumbuhan lambat, jarak antar buku
pendek, daun kerdil, mengekrut atau menggulung di satu sisi lalu
disusul dengan kerontokan. Bakal buah menguning, terbuka dan
akhirnya gugur, buahpun akan lebih lemas sehingga buah yang
seharusnya lurus menjadi membengkok.
f. Mangan (Mn)
Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil, sebagai
aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme
nitrogen dan fotosintesis.
g. Molibdenium (Mo)
Molibdenium berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas dari
udara. Selain itu, berfungsi sebagai komponen pembentukan enzim
pada bakteri akar tanaman leguminosae.
1
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Sungai Keledang dan
Laboratorium Air dan Tanah, selama + 3 bulan sejak bulan November 2014
sampai Januari 2015 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan
laporan
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik,
gelas beaker 1 l, ember plastik, termometer, gelas ukur 10 cc, saringan, alat
tulis, kamera, pengaduk, plastik bening, dan tali rafia.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain kotoran ayam boiler,
gulma kayu apu, Ragi, air, EM4, gula pasir dan gula merah.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Alat Dan Bahan
a.
Bahan kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam boiler di jalan
Soekarno Hatta Km 3 Loa Janan Kecamatan Samarinda Sebrang.
b.
Kayu apu di ambil di rawa sekitar sungai keledang kemudian di cuci
agar terlepas dari lumpur. Setelah kayu apu dicuci kemudian kayu apu
diiris menggunakan pisau hingga menjadi kecil-kecil.
c.
Kompisisi bahan pada pembuatan pupuk organik cair dari kotoran
ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dengan menggunakan
ember dengan ukuran 6 L yang diberi tanda untuk menentukan jumlah
bahan sebesar 1/3 bagian dan 2/3 bagian air. Bahan terdiri dari 1/2
bagian kotoran ayam dan 1/2 bagian kayu apu dari 1/3 bagian ember,
banyaknya kotoran ayam adalah 332,70 gram sedangkan kayu apu
1
seberat 219,4 gram, hinga berat kedua bahan menjadi 552,06 gram.
Air yang digunakan untuk pembuatan pupuk adalah 2/3 dari ember
tersebut yang jika dihitung dalam jumlah liter yaitu sekitar 4,2 liter.
d.
Banyaknya bioaktivator ragi yang diperlukan berdasarkan kemasan
penggunaan ragi, setiap 1 butir ragi untuk 1 kg bahan (1 butir ragi
seberat 2,87 gram), sehingga ragi yang dibutuhkan adalah 1,58 gram
dan gula pasir sekitar 5,52 gram.,
e.
Pembuatan bioaktivator EM4 dengan mencampurkan 1.388 ml air,
28 ml EM4 dan 100 gram gula merah, kemudian difermentasikan
selama satu minggu.
f.
Kematangan pupuk organik cair ini dapat diketahui dengan
memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang
berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan
cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning
kecoklatan dan agak sedikit berbau (Purwendro dan Nurhidayat,
2007).
2. Perlakuan
Perlakuan penelitian ini adalah untuk penggunaan bioaktivator
yang berbeda yaitu bioaktivator ragi tape dan EM4 untuk menguraikan
bahan-bahan yang terdiri dari kotoran ayam dan kayu apu, dengan 2 (dua)
taraf perlakuan yaitu :
P1 :
Penggunaan biaoktivator ragi tape dalam pembuatan pupuk organik
cair dari kotoran ayam dan kayu apu.
P2 :
Penggunaan bioaktivator EM4 dalam pembuatan pupuk organik cair
dari kotoran ayam dan kayu apu.
1
3. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Dari Kotoran Ayam dan Kayu
Apu dengan aktivator Ragi (P1)
Kotoran ayam dan kayu apu dimasukkan ke dalam ember hingga
1/3 bagian ember. Lalu ditambahkan ragi, gula pasir dan air sebanyak 2/3
bagian ember. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan
plastik transparan lalu ikat dengan tali. Dibuat lobang sedikit pada plastik
penutup ember agar dapat memasukkan termometer untuk mengukur
suhu POC tersebut. Pengadukan dilakukan setiap hari disertai dengan
pengamatan suhu pada waktu yang sama untuk mengetahui perubahan
kondisi pupuk organik cair.
Air + (ragi+gula)
Kotoran Ayam +
kayu apu
Gambar 5. Komposisi Bahan Pupuk Organik Cair dengan
aktivator ragi (P1)
4. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Dari Kotoran Ayam dan Kayu
Apu dengan aktivator EM 4 (P2)
Setelah
larutan
EM4
(Lampiran
4
Gambar
4)
selesai
difermantasikan kemudian kotoran ayam dan kayu apu dimasukkan dan
diaduk hingga rata. Lalu ditutup dengan plastik transparan dan diikat
dengan tali. Dibuat lobang sedikit pada plastik penutup ember agar dapat
memasukkan
termometer
untuk
mengukur
suhu
POC
tersebut.
Pengadukan dilakukan setiap hari disertai dengan pengamatan suhu pada
1
waktu yang sama untuk mengetahui perubahan kondisi pupuk organik cair
(Gambar 6).
EM 4 yang telah difermantasikan +
Kotoran ayam +kayu apu
Gambar 6. Komposisi Bahan Pupuk Organik Cair dengan
aktivator EM4 (P2)
D. Pengamatan dan Pengambilan Data
Data penelitian adalah hasil analisa kandungan unsur hara dari
laboraturium sedangkan data penunjang uji hasil penelitian digunakan untuk
menentukan masa berakhir pembuatan pupuk organik cair.
E. Analisis Data
Hasil analisa kandungan unsur hara di laboraturium dan hasil
pengamatan disajikan secara deskriptif.
1
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil analisa kandungan unsur hara terhadap Pupuk Organik Cair di
Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dapat
dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Hasil Analisa Pupuk Organik Cair (POC) dari kotoran ayam dan
kayu apu dengan menggunakan bioaktivator ragi tape dan EM4
No.
Unsur Hara
POC Kotoran
Ayam + Kayu Apu
+ Ragi
( P1 )
POC Kotoran
Ayam + Kayu
Apu + EM 4
( P2 )
Standar
Mutu Pupuk
Organik
1.
pH ( H2O)
7,29
7,41
4–9
2.
N Total ( % )
0,0560
0,0833
3–6
3.
P Total ( % )
0,0151
0,0231
3–6
4.
K Total ( % )
0,0044
0,0186
3–6
5.
Fe ( ppm )
11,7647
7,5397
90 – 900
6.
Cu ( ppm )
0,6979
4,2659
250 – 5000
7.
Zn ( ppm )
7,7667
6,9444
250 - 5000
Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda, 2015.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair kotoran
ayam dan Kayu Apu dengan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur
hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0560%, Phospor (P) sebesar 0,0151%,
Kalium (K) sebesar 0,0044%, Ferrum (Fe) sebesar 11,7647 ppm, Cuprum
(Cu) sebesar 0,6979 ppm, Seng (Zn) sebesar 7,7667 ppm dan nilai pH
adalah 7,29.
Pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator
EM4 (P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0833%,
Phospor (P) sebesar 0,0231%, Kalium (K) Sebesar 0,0186%, Ferrum (Fe)
sebesar 7,5397 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 4,2659 ppm, Seng (Zn) sebesar
6,9444 ppm dan nilai pH adalah 7,41.
1
B. Pembahasan
1. Nilai Pangkat Hidrogen (pH)
Nilai pH pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator EM4 (P2) lebih tinggi daripada kandungan pH pada pupuk
organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1).
Hal ini diduga pada P2, EM4 memiliki banyak bakteri yang membantu
perombakan bahan organik dan mengikat nitrogen dari udara, sehingga
kegiatan ini dapat menaikkan pH.
Menurut Anonim (2007), semakin banyak mikroorganisme yang
ada pada aktivator maka jumlah pH akan meningkat. Jumlah pH yang
dihasilkan ini dikarenakan semakin banyak khamir dan bakteri sehingga
semakin banyak pula karbohidrat yang dirombak menjadi glukosa, alcohol,
asam asetat dan senyawa lainnya. Dan kita ketahui bahwa ragi pada P1
hanya satu jenis bakteri sedangkan bakteri pada aktivator EM4 lebih
banyak sehingga menjadikan pH meningkat.
2. Nitrogen (N)
Kandungan Nitrogen (N) pupuk organik cair dari kotoran ayam dan
kayu apu dengan aktivator EM4 (P1) 0,0833% lebih besar dibandingkan
dengan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan
aktivator ragi. Hal ini diduga karena EM4 mengandung bakteri fotosintetik
yang membentuk zat-zat yang bermanfaat yang menghasilkan asam
amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya
yang berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara dan pada EM4 juga
terdapat banyak mikroorganisme yang dapat menguraikan kotoran ayam
dan kayu apu.
1
Menurut Djaja (2009), pada EM4 terdapat bakteri fotosintetik dan
bakteri asam laktat (lactobasillus spp) dapat menekan mikroorganisme
merugikan, sehingga dapat mempercepat perombakan bahan organik,
menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta
memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang
ditimbulkan dari pembusukan bahan organik sedangkan bakteri fotosintetik
dapat mengikat nitrogen dari udara melalui zat-zat bioaktif yang berasal
dari gas berbahaya.
Hal ini menyebabkan unsur nitrogen (N) pada pupuk organik cair
kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dan EM4 masih belum
memenuhi
standar
mutu
pupuk
organik
cair
No.
70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 3-6 %.
3. Fosfor (P)
Kandungan Phospor (P) pada pupuk organik cair (POC) dari
kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,0231%
lebih besar dibanding dengan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan
kayu apu dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,0151%,
Menurut Sutanto (2002), peningkatan kadar phosphor ini diduga
merupakan dampak dari aktivitas dari bakteri Lactobacillus spp yang
mengubah EM4 menjadi asam laktat, sehingga lingkungan menjadi asam
yang menyebabkan fosfat yang terikat dalam rantai panjang akan larut
dalam asam organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Hal ini
diduga karena jumlah mikroorganisme EM4 lebih banyak untuk mengurai
unsur hara Phospor (P). Unsur Phospor (P) masih belum memenuhi
standar mutu pupuk organik cair No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu
1
3- 6 %.
4. Kalium (K)
Kandungan Kalium (K) pada pupuk organik cair (POC) dari kotoran
ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,0186% lebih besar
dibanding pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator
ragi (P1) senilai 0,0044%, hal ini diduga karena pada EM4 memiliki
mikroorganisme lebih banyak untuk melakukan proses pendegredasian
yang menyebabkan putusnya rantai karbon yang lebih sederhana
sehingga menyebabkan unsur kalium meningkat.
Menurut
Murbandono
(2004),
yang
menyatakan
kalium
merupakan senyawa yang dihasilkan juga oleh metabolisme bakteri
dimana bakteri menggunakan ion – ion K+ bebas yang ada pada bahan
pembuat pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga pada hasil
fermentasi
kalium
akan
meningkat
seiring
dengan
semakin
berkembangnya jumlah bakteri yang ada dalam bahan penyusun pupuk
organik cair.
Menurut Hadisumitro (2001), yang menyatakan bahwa terjadi
peningkatan beberapa unsur hara oleh jasad renik terutama kalium. Unsur
hara tersebut dapat kembali melalui pelapukan sisa makhluk hidup bila
mikroorganisme tersebut mati, sehingga proses tersebut menyebabkan
kandungan Kalium (K) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator ragi dan EM4 masih belum memenuhi s tandar mutu pupuk
organik No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 3 – 6%.
1
5. Ferrum (Fe)
Kandungan unsur mikro ferrum (Fe) pada pupuk organik cair
kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) yaitu senilai
11,7647 ppm lebih besar daripada pupuk organik cair kotoran ayam dan
kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) senilai 7,5397 ppm. Menurut
Hardjowigeno (1995), hal ini diduga karena bakteri pada ragi dapat
menguraikan unsur Fe dengan baik. Dilihat dari hasil analisa sampel
kandungan Ferrum (fe) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu
apu dengan aktivator ragi (P1) dan EM4 (P2) masih belum memenuhi
standar mutu pupuk organik No. 70/permentan/SR.140/ 10/2011 yaitu 90 –
900 ppm.
6. Cuprum (Cu)
Kandungan unsur mikro Cuprum (Cu) pada pupuk organik cair dari
kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivtor EM4 (P2) senilai 4,2659 ppm
lebih tinggi daripada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,6979 ppm. Menurut Sutanto (2002),
hal ini karena kandungan Cu yang terdapat pada EM4 lebih besar, karena
bahan baku EM4 yaitu terasi dan dedak menyebabkan kandungan Cu pada
pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2)
lebih besar dibandingkan pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator ragi (P1). Kandungan Cuprum (Cu) pada pupuk organik
cair kotoran ayam dengan aktivator ragi dan EM4 masih belum memenuhi
standar mutu pupuk organik No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 250
– 5000 ppm.
1
7. Seng (Zn)
Kandungan Seng (Zn) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan
kayu apu dengan aktivator ragi (P1) senilai 7,7667 ppm lebih tinggi
dibanding pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator
EM4 (P2) senilai 6,9444 ppm. Menurut Hardjowigeno (1995), hal ini
diduga bahan baku pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu
dengan aktivator ragi lebih kompleks sehingga kandungan Zn (seng) lebih
tinggi daripada yang terdapat pada pupuk organik cair dari kotoran ayam
dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2). Kandungan seng (Zn) pupuk
organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dan EM4
masih
belum
memenuhi
standar
mutu
pupuk
70/permentan/SR.140/10/2011 yaitu 250 – 5000 ppm.
organik
No.
1
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Kandungan unsur hara pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu
apu dengan aktivator ragi (P1) dan kandungan pupuk organik cair dari
kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 masih belum
memenuhi standar mutu pupuk organik No. 70/permentan/SR.140/10
/2011.
2.
Kandungan hara yang terdapat pada pupuk organik c air dari kotoran ayam
dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) lebih tinggi dibandingkan pupuk
organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1).
3.
Pembuatan POC dengan aktivator ragi pada P1 selama 48 hari telah
mengalami perubahan yang menunjukkan bahwa POC sudah matang
dengan suhu 28ºC dan pada pembuatan POC dengan aktivator EM4 pada
P2 selama 52 hari dari hasil pengamatan fisik berupa bau, warna dengan
suhu 27ºC menunjukkan bahwa POC sudah matang.
B. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kandungan
unsur hara dengan penggunaan kotoran ayam lainnya seperti kotoran ayam
kampung, ayam petelur, dan gulma lainnya seperti enceng gondok dengan
aktivator yang berbeda. Hal ini dillakukan agar pupuk organik cair dapat
memenuhi
standar
mutu
70/Permentan/SR.140/10/2011.
pupuk
organik
berdasarkan
No.
1
DAFTAR PUSTAKA
Abadi,A.L. 2010. Ilmu Tumbuhan. Bayu Media Publishing. Malang
Affan, J.M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba
Jaring Apung Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Kualitas Air di Perairan
Pantai Timur Bangka Tengah. Jurnal Mahasiswa Budidaya Perairan.
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Anonim, 2011. Pistia stratiotes. http:www.wordpress.com.15 Oktober 2014
Anonim, 2007. Teknologi Pengomposan. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. (21 Juni 2015)
Apridayanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk
Lohor Kabupaten Malang Jawa Timur. Tesis. Semarang.
Basri H. 2005. Dasar-dasar agronomi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Budi,
L 2009. PemanfaatanKayu Apu (Pistia stratiotes), Kiambang
(Salviniamolesta) dan Gulma (Lemna perpusilla) dalam Memperbaiki
Kondisi air Limbah Kantin. Skripsi Departemen Manajemen Sumber daya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
(http://www.academia.edu/7330905/151 - Gulma - Kayu - Apu, 17
Desember 2014
Dharmono, 2007. Pengalaman Penerapan Teknologi EM4. Seminar Nasional
Pertanian. Jakarta.
Djaja, W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan
Sampah. Jakarta: PT Agro Media Pustaka
Djuarnani, N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Fidi.
2011.
Manfaat
Kotoran
Ayam
Sebagai
Bahan
http://fidi.com/2011/01/manfaat-kotoran-ayam-sebagai-bahan.html.
Tanggal Akses 11 September 2014
Hadisumitro, L.M. 2001. Membuat Kompos edisi revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya
Hadisuwito dan Sukamto. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Hardjowigeno,S. 1995.llmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.
1
Istamar, S 2007. Pemanfaatan Ragi Sebagai Bahan Pangan dan Bahan
pembanding Pembuatan Pupuk Organik Cair, Penelitian Universitas
UGM Malang (UUM). Malang.
Murbandono, L. 2004. Pupuk Organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Parman, S 2007. Pupuk Organik Cair. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pranata SA, 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya, Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Purwendro, D. dan Nurhidayat T. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Rahmi. A dan Jumiati. 2007. Pupuk Organik Cair dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Rudiyanto, F. 2004. Tingkat Kemampuan Eceng Gondok (Eichhornia
Crassipes) Dalam Memperbaiki Kualitas Limbah Cair Hasil Deasidifikasi
Nata De Coco. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Suharno.2007.Biologi X.Jakarta:Erlangga
Sutanto, R.2002. Penerapan Pertanian Organik.Yogyakarta: Kanisius
Syira, R. 2012. Pupuk Kandang Kotoran Ayam http://rahmasyira. blogspot.
com/2012/11/pupuk-kandang-kotoran-ayam-terhadap.html.
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014
Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lyli Publisher.
Yogyakarta
1
LAMPIRAN
1
Lampiran 1. Standar Mutu Pupuk Cair No. 70/Permentan/SR.140/10/2011
No.
1.
2.
3.
PARAMETER
C – Organik
Bahan Ikutan :
(Plastik, Kaca, kerikil)
Logam berat :
-
4.
5.
pH
Hara Makro :
-
6.
Maks 2,5 ppm
Maks 0,25 ppm
Maks 12,5 ppm
Maks 0,5 ppm
4–9
3–6%
3–6%
3–6%
E.coli
Salmonella sp
Maks 102 MPN/ml
Maks 102 MPN/ml
Hara Mikro :
-
8.
N
P2O5
K2O
Min 6 %
Maks 2 %
Mikroba Kontaminan:
-
7.
As
Hg
Pb
Cd
STANDAR MUTU
Fe total atau
Fe tersedia
Mn
Cu
Zn
B
Co
Mo
90 – 900 ppm
5 – 50 ppm
250 – 5000 ppm
250 – 5000 ppm
250 – 5000 ppm
125 – 2500 ppm
5 – 20 ppm
2 – 10 ppm
Unsur Lain:
-
La
Ce
0
0
1
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam Dan Kayu
Apu Dengan Aktivator Ragi
Hari
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Suhu
Bau
Warna
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
29
29
29
29
29
29
29
29
28
28
28
28
28
Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Sangat Berbau
Berbau
Sangat Berbau
Berbau
Berbau
Sangat Berbau
Sangat Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Kurang Berbau
Kurang Berbau
berbau
berbau
berbau
Sedikit berbau
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat pekat
Cokelat pekat
Cokelat pekat
Cokelat pekat
Cokelat pekat
Cokelat pekat
Cokelat pekat
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat susu
Cokelat susu
1
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam Dan Kayu
Apu Dengan Aktivator Ragi (Lanjutan)
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
Sedikit berbau
Sedikit berbau
Kurang berbau
Kurang berbau
Kurang berbau
Kurang berbau
Sedikit berbau
Sedikit berbau
Sedikit berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Cokelat susu
Cokelat susu
Cokelat susu
Cokelat susu
Cokelat susu
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
1
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Ayam Dan
Kayu Apu Dengan Aktivator EM 4 (P2)
Hari
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Suhu
Bau
Warna
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
27
27
27
Sangat Menyengat
Sangat Menyengat
Sangat Menyengat
Menyengat
Menyengat
Menyengat
Menyengat
Menyengat
Menyengat
Menyengat
Kurang Menyengat
Kurang Menyengat
Sedikit Menyengat
Sedikit Menyengat
Sedikit Menyengat
Sedikit Menyengat
Sedikit Menyengat
Sedikit Menyengat
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Tua
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Susu
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Pekat
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
1
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Ayam Dan
Kayu Apu Dengan Aktivator EM 4 (Lanjutan)
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
27
27
26
27
28
28
27
26
26
27
27
27
27
27
27
27
Berbau
Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Sedikit Berbau
Kurang Berbau
Kurang Berbau
Kurang Berbau
Kurang Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
1
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Gambar 1. Persiapan Bahan
Gambar 2. Pembuatan POC dengan Aktivator Ragi
1
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian (Lanjutan)
Gambar 3. POC yang akan diamati
Gambar 4. EM4 yang telah difermentasi
1
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian (Lanjutan)
Gambar 5. Pembuatan POC dengan aktivator EM4 yang telah difermentasi
Gambar 6. Pengukuran POC
1
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian (Lanjutan)
Gambar 7. Pengadukan POC
Gambar 8. Penyaringan Pupuk Organik Cair (POC)
Download