1 PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.) DENGAN AKTIVATOR RAGI TAPE DAN EFFECTIVE MICROORGANISME4 OLEH: SITI ZULAIHA NIM. 120 500 085 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 1 PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.) DENGAN AKTIVATOR RAGI TAPE DAN EFFECTIVE MICROORGANISME4 OLEH: SITI ZULAIHA NIM. 120 500 085 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 1 HALAMAN PENGESAHAN Judul Laporan PKL : Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Campuran Kotoran Ayam Dan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) Dengan Aktivator Ragi Tape Dan Effective Microorganisme4 Nama : Siti Zulaiha NIM : 120 500 085 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Perkebunan Pembimbing, Nurlaila, SP, MP NIP. 19711030200112 2 001 Penguji II, Penguji I, Daryono, SP, MP NIP. 19800202200812 1 002 Menyetujui, Yuanita, SP, MP NIP. 19661125200112 2 001 Mengesahkan, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Nur Hidayat, SP, M. Sc NIP. 197210252001121001 Ir. M. Masrudy, MP NIP.196008051988031003 Lulus ujian pada tanggal : 29 Agustus 2015 1 ABSTRAK SITI ZULAIHA, Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Dari Campuran Kotoran Ayam Dan Kayu Apu (Pistia stratiotes L) Dengan Aktivator Ragi Tape dan EM4 (dibawah bimbingan NURLAILA) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik cair campuran dari kotoran ayam dan kayu apu serta mengetahui efektifitas ragi dan EM4 dalam pembuatan pupuk organik cair. Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Sungai Keledang dan Laboratorium Air dan Tanah, selama + 3 bulan sejak bulan November 2014 sampai Januari 2015 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Perlakuan penelitian ini dibedakan menjadi 2 taraf perlakuan yaitu, P1 : Pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi. P2 : Pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4. Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair kotoran ayam dan Kayu Apu dengan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0560%, Phospor (P) sebesar 0,0151%, Kalium (K) sebesar 0,0044%, Ferrum (Fe) sebesar 11,7647 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 0,6979 ppm, Seng (Zn) sebesar 7,7667 ppm dan nilai pH adalah 7,29. Pada pupuk organik cair kotoran ayam dan Kayu Apu dengan aktivator EM4 (P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0833%, Phospor (P) sebesar 0,0231%, Kalium (K) Sebesar 0,0186%, Ferrum (Fe) sebesar 7,5397 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 4,2659 ppm, Seng (Zn) sebesar 6,9444 ppm dan nilai pH adalah 7,41. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kandungan hara yang terdapat pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1), namun Pupuk Organik Cair Dari Campuran Kotoran Ayam Dan Kayu Apu dengan aktivator ragi tape dan EM4 masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik No. 70/permentan/SR.140/10 /2011. Kata Kunci : Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam, Kayu Apu Dengan Aktivator Ragi Dan EM4 1 RIWAYAT HIDUP SITI ZULAIHA, lahir pada tanggal 20 juli 1993 di Miau Baru, Provinsi Kalimantan Timur merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, pasangan Bapak Muhammad Idris dan Ibu Maryam. Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 004 Suka Maju Kabupaten Kutai Timur dan Lulus pada tanggal 19 Juni tahun 2006. Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kongbeng Kabupaten Kutai Timur dan lulus pada tanggal 22 Juni tahun 2009. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Hidayatul Mubtadi’in Kabupaten Kutai Timur dan lulus pada tanggal 26 mei tahun 2012. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 4 Maret sampai 4 Mei 2015 mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang di PT. Sawit Sukses Sejahtera, Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyesaikan Karya Ilmiah ini. Keberhasilan dan kelancaran dalam penelitian ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga yang telah banyak memberikan motifasi dan do’a kepada penulis selama ini. 2. Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 3. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua program studi Budidaya Tanaman Perkebunan 4. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah 5. Bapak Daryono, SP, MP dan Ibu Yuanita, SP, MP selaku dosen penguji 6. Staf Pengajar dan Teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan. 7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini, semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak sebagai informasi mengenai cara pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dan EM4. Penulis Samarinda, 19 Mei 2015 1 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................i KATA PENGANTAR ............................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii DAFTAR TABEL................................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................vi I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 3 A. Tinjauan Umum Pupuk Organik Cair....................................................... 3 B. Tinjauan Umum Kotoran Ayam................................................................ 5 C. Tinjauan Umum Kayu Apu....................................................................... 6 D. Tinjauan Umum Ragi...............................................................................11 E. Tinjauan Umum Efektive Mikroorganisme 4 (EM4)..................................12 F. Tinjauan Umum Unsur Hara....................................................................14 III. METODE PENELITIAN ................................................................................20 A. Tempat Dan Waktu Penelitian..................................................................20 B. Alat Dan Bahan........................................................................................20 C. Prosedur Penelitian..................................................................................20 D. Pengamatan Dan Pengambilan Data.......................................................23 E. Analisis Data............................................................................................23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................24 A. Hasil........................................................................................................24 B. Pembahasan...........................................................................................25 V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................30 A. Kesimpulan..............................................................................................30 B. Saran.......................................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31 LAMPIRAN.........................................................................................................33 1 DAFTAR TABEL No Nomor 1. Hasil Analisa Pupuk Organik Cair (POC) ......................................... 24 1 DAFTAR GAMBAR No Nomor 1. Daun kayu apu .................................................................................. 8 2. Bunga kayu apu ................................................................................ 8 3. Akar kayu apu.................................................................................... 9 4. Komposisi bahan Pupuk Organik Cair dengan Activator Ragi......... 22 5. Komposisi bahan Pupuk Organik Cair dengan Aktivator EM4 ......... 23 1 DAFTAR LAMPIRAN No Nomor 1. Standar Mutu Pupuk Cair ................................................................. 34 2. Hasil pengamatan Pupuk Organik Cair dengan Activator Ragi ....... 35 3. Hasil pengamatan Pupuk Organik Cair dengan Activator EM4 ........ 37 4. Dokumentasi kegiatan penelitian...................................................... 39 1 I. PENDAHULUAN Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito Dan Sukamto, 2007). Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar dipasaran. Pupuk organik cair kebanyakan di aplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung unsur hara mikro dan makro esensial (N, P, K, S, Co, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Parman, 2007). Pupuk organik cair dari kotoran ayam dan beberapa jenis gulma dikatakan bagus dan siap diaplikasikan apabila tingkat kematangannya telah sempurna. Kematangan pupuk organik cair ini dapat di ketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil di tandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak sedikit berbau (Purwendro dan Nurhidayat, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik cair campuran dari kotoran ayam dan kayu apu Hasil yang diharapkan adalah memberikan informasi bagi pemerhati pertanian pertama dan lingkungan untuk memanfaatkan tumbuhan air jenis kayu apu dengan campuran kotoran ayam menjadi pupuk organik cair dan mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh polusi udara dari kotoran ayam. 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pupuk Organik Cair Sejarah Pupuk Organik Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian dari pada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Efrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun (Rahmi dan Jumiati, 2007). Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk kimia dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pupuk konvensional ke pupuk organik. Perkembangan terakhir menunjukan bahwa produksi pupuk organik dan permintaan pupuk organik semakin meningkat. Karena petani semakin sadar dampak buruk pupuk kimia pada tanah pertaniannya dan masyarakat 1 pun menginginkan bahan makanan yang bersih dari residu bahan kimia (Basri, 2005). Pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan. Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan. Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya dijadikan pupuk.Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada permukaan tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun. Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam air (Djuarnani, 2005). 1 B. Tinjauan Umum Kotoran Ayam Menurut Hardjowigeno (1995), kotoran ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika dicermati bahwa sektor peternakan merupakan mata rantai dari program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrited farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah mata melihat kebutuhan para petani akan pupuk. Kotoran ayam adalah bahan makanan yang tidak tercerna yang dikeluarkan dari usus ke kloaka dan dikeluarkan dari tubuh. Kotoran ayam yang terdiri dari sisa bahan yang tidak dicerna, mikroorganisme usus (bakteri, virus, parasit dan jamur), getah pencernaan dan jaringan usus yang halus dan zat-zat mineral yang berasal dari tubuh (Fidi, 2011). Menurut Syira (2012), menambahkan bahwa kotoran ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta lingkungan. Didalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus. Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. 1 C. Tinjauan Umum Kayu Apu Secara umum kayu apu adalah tanaman air yang biasa dijumpai mengapung diperairan tenang atau kolam. Kayu apu terkenal sebagai tanaman pelindung akuarium. Tumbuhan ini adalah satu-satunya anggota marga Pistia. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan tetap hijau yang merupakan tumbuhan monocotyledone. Tumbuhan ini cenderung untuk memperluas dan melacak serta membentuk koloni besar yang dapat menutupi seluruh permukaan yang mendapat cahaya matahari secara bebas. Namun juga dapat hidup ditempat yang teduh namun tetap terkena cahaya matahari secara parsial. Adapun kandungan hara yang terdapat pada gulma kayu apu antara lain Nitrogen (N) sebesar 2,67%, Phospor (P) sebesar 0,30% dan Kalium (K) sebesar 1,12% (Rudiyanto, 2004). 1. Taksonomi Dan Morfologi a. Taksonomi Tanaman Kayu Apu Menurut Anonim (2011), dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman kayu apu di klasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Sub divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub kelas : Arecidae Ordo : Arales 1 Famili : Araceae Genus : Pistia Species : Pistia stratiotes L. b. Morfologi Tanaman Kayu Apu Tumbuhan apu-apu atau kayu apu merupakan tumbuhan herba yang yang hidup mengapung dipermukaan air yang tenang atau air yang mengalir tetapi dengan aliran yang pelan. Sesuai dengan nama dari tumbuhan ini yaitu selada air (dalam bahasa Indonesia), maka secara keseluruhan tumbuhan ini mirip dengan selada namun kecil, mengapung dan terbuka keatas. 1) Batang Tanaman kayu apu tiidak memiliki batang yang jelas bahkan tidak memiliki batang (Affan, 2012). 2) Daun Tanaman kayu apu memiliki daun tunggal dimana ujung daun membulat namun pangkal daun runcing. Tepi daun berlekuk-lekuk dan ditutupi dengan rambut tebal dan lembut. Panjang daun sekitar 2 hingga 10 cm sedangkan lebar daun sekitar 2 hingga 6 cm. Daun tebal dan lembut membentuk suatu pahatan seperti mahkota bunga mawar dan sedikit kenyal. Pertulangan daun sejajar, dimana tulang daun tipis dan terselubung. Daun berwarna hijau kebiruan bila sudah tua agak berwarna kuning, tangkai daun sangat pendek dan hampir tidak ada. Daun tersusun secara roset didekat akar, sehingga disebut roset akar (Affan, 2012). 1 Gambar 1. Daun Kayu Apu 3) Bunga Kayu apu memiliki bunga yang berada ditengah roset dan tumbuh berwarna putih namun tidak begitu jelas. Bunga bertipe bunga tongkol dan terletak diketiak daun ditengah roset. Bunga merupakan bunga berumah satu, panjang bunga kurang lebih 1 cm, memiliki rambut serta bunga bersembunyi sehingga tidak nampak jelas (Affan, 2012). Gambar 2. Bunga Kayu Apu 1 4) Buah Buah dari bunga kayu apu merupakan buah buni. Buah ini berbentuk bulat dan berwarna merah dengan ukuran 5 hingga 8 cm (Abadi, 2010). 5) Biji Biji dari tanaman kayu apu berbentuk bulat, berwarna hitam dan berukuran kecil. Ukuran biji 2 mm dengan sisi membujur dan ujung meruncing (Abadi, 2010). 6.) Akar Tanaman kayu apu memiliki akar jumbai, panjang berwarna putih yang menggantung dibawah roset yang mengambang bebas disepanjang saluran air. Akar memiliki stolon, rambut-rambut akarnya membentuk satu struktur berbentuk seperti keranjang dan dikelilingi gelembung udara, sehingga meningkatkan daya apung tumbuhan itu. Akar dapat tumbuh panjang mencapai 80 cm (Abadi, 2010). Gambar 3. Akar tanaman kayu apu 1 D. Syarat Tumbuh 1. Suhu Menurut Apridayanti (2008), secara umum suhu pada perairan, suhu di ekosistem perairan tawar mudah berubah. Perubahan suhu baik musiman dan harian terjadi pada bagian permukaan dari perairan, sementara bagian dalam biasanya akan lebih konstan. Suhu rata-rata perairan bisa mengalami kenaikan disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pemukiman, industri dan area pertanian. Suhu secara fisika dinyatakan dalam satuan derajat celcius. Metode pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer. Termometer merupakan alat pengukur suhu berbasis elektronik. Suhu berperan penting bagi kehidupan dan perkembangan biota laut, peningkatan suhu dapat menurun kadar oksigen terlarut sehingga mempengaruhi metabolisme seperti laju pernafasan dan konsumsi oksigen serta meningkatnya konsentrasi karbon dioksida. Suhu berpengaruh terhadap proses metabolisme sel organisme air. Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan kecepatan proses metabolisme sel dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan dekomposisi bahan organik mikroba. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah suhu antara 20 – 30 °C. 2. Keasaman Pangkat Hidrogen (pH) Secara umum pH pada perairan adalah kondisi asam atau basa pada perairan ditentukan berdasarkan nilai pH. Nilai pH antara 0-14, yang mana pH 7 merupakan pH normal. Kondisi pH kurang dari 7 menunjukkan 1 air bersifat asam, sedangkan pH di atas 7 menunjukkan kondisi air bersifat basa. Menurut Affan (2012). derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Nilai pH air laut berkisar 7,5 – 8,4 dan semakin rendah ke wilayah pantai karena pengaruh air tawar. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7–8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Selain itu toksisitas logam-logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah. Derajat keasaman (pH) dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida serta ion–ion bersifat asam atau basa. Fitoplankton dan tanaman air akan mengambil karbondioksida selama proses fotosintesis berlangsung, sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. E. Tinjauan Umum Ragi Ragi atau fermen merupakan zat yang biasa di manfaatkan untuk fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme seperti saccharomyces cereviciae. Ada dua jenis ragi yang ada di pasaran yaitu padat dan kering. Jenis ragi kering ini berbentuk butiran-butiran kecil dan ada juga yang berupa bubuk halus. Jenis ragi yang butirannya halus dan berwarna kecoklatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan kue, sedangkan ragi padat biasanya berbentuk bulat pipih dan biasanya sering digunakan dalam pembuatan tape (Istamar , 2007). Reproduksi dari ragi yaitu dengan cara seksual dan aseksual. Secara 1 seksual reproduksi ragi dilakukan dengan membentuk akspora. Akspora adalah spora seksual yang terbentuk dalam askus. Askus terdapat didalam badan buah yang disebut askokarp. Secara aseksual ragi berproduksi dengan cara membentuk tunas (bundding), tunas yang telah masak akan terlepas dari sel induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Agar ragi tahan lama sebaiknya ragi disimpan dengan baik yaitu dalam keadaan tidak terpakai, ragi membutuhkan suasana hangat dan kering agar sel-sel nabatinya tetap hidup untuk mengaktifkan kerjanya. Ragi dalam keadaan normal lebih cepat rusak dan akan kehilangan daya peragiannya jika disimpan dalam suhu 2°C selama 4-5 minggu. Suhu ideal untuk menyimpan ragi agar awet dalam waktu panjang adalah 7°C (Budi, 2009). Mikroorganisme yang digunakan dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khomir) yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, endaucopsi s, Saccharomyces Hancenula, Anomala, Lactobacillus, dan Acetobacur (Suharno, 2007). Ragi Tape merupakan sumber mikroba Saccharomycess yang berfungsi sebagai pengurang aroma menyengat dan sekaligus membuat aroma pupuk organik cair menjadi tidak bau (Yuliarti, 2009). F. Tinjauan Umum Effectifitas Microorganisme (EM 4) Efektifitas mikroorganisme (EM4) adalah campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM4 berisi sekitar 80 jenus mikroorganisme fermentasi, diantaranya bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Steptomyces sp, dan Actinomycetes . EM4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas 1 serangga hama dan mikroorganisme pathogen. Effective Microorganisme (EM4) merupakan bahan yang mengandung beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari Lumbricus (bakteri asam laktat) serta sedikit bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp dan ragi. EM4 dapat meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta menekan aktivitas serangga, hama dan mikroorganisme pathogen. Cara kerja EM4 telah dibuktikan secara ilmiah dan menyatakan EM 4 dapat berperan sebagai berikut: 1. Menekan pathogen tanah 2. Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik 3. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman 4. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan seperti Mycorrhiza sp, Rhizobium sp dan bakteri pelarut fosfat. 5. Meningkatkan nitrogen 6. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang selalu menjadi masalah pada monokultur dan budidaya tanaman sejenis secara terus menerus (continuous cropping). EM 4 dapat memfermentasikan sisa pakan dan kulit udang ikan ditanah dasar tambak sehingga gas beracun (metan, H2S dan mercaptan) dan panas ditanah dasar tambak menjadi hilang. Akibatnya, udang dan ikan dapat hidup lebih baik. Dengan cara yang sama, EM4 juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak hingga lingkungan 1 menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stres, dan nafsu makan ternak meningkat. EM4 yang diberikan pada minuman ternak (dosis 1:1.000) hidup pada usus ternak dan berfungsi untuk menekan populasi mikroorganisme pathogen didalam usus sehingga ternak menjadi sehat (Dharmono, 2007). G. Tinjauan Umum Unsur Hara Unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari sekian banyak unsur hara tersebut, sebanyak 16 unsur atau senyawa diantaranya merupakan unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya (Pranata, 2004). 1. Unsur hara makro a. Karbon (C) Karbon yang dibutuhkan oleh tumbuhan berasal dari karbondioksida (CO2) yang ada di udara. Karbondioksida merupakan hasil respirasi (pernapasan manusia) atau pembakaran sempurna zat-zat organik. Karbon berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, berfungsi membentuk selulosa yang merupakan dinding sel dan memperkuat bagian tanaman. b. Oksigen (O 2) Oksigen diperoleh tanaman dari air dan udara. Sekitar 21% volume udara adalah oksigen. Oksigen dihisap tanaman dari udara melalui respirasi. Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk bahan organik tanaman. Seluruh tanaman, baik akar, batang, daun, 1 bunga dan buah memerlukan oksigen. Oksigen dibutuhkan dalam sel tanaman untuk mengubah karbohidrat menjadi energi. c. Hidrogen (H) Hidrogen diperoleh tanaman dengan memecah air (H2O). Air dapat diperoleh tanaman dari udara dan tanah. Hidrogen berguna dalam proses pembentukan gula (glukosa) menjadi karbohidrat dan sebaliknya, serta proses pembentukan lemak dan protein. Proses untuk menghasilkan glukosa dikenal dengan proses asimilasi karbondioksida atau fotosintesis. d. Nitrogen (N) Tumbuhan memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang. Nitrogen juga bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Perlu diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen. Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil. Daunnya akan menguning lalu mengering dan mati. Buah yang kekurangan nitrogen pertumbuhannya tidak sempurna cepat masak, dan kadar proteinnya kecil. e. Fosfor (P) Bagi tanaman, fosfor berguna untuk membentuk akar sebagai bahan dasar protein, mempercepat penuaan buah, memperkuat 1 batang tanaman, meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian. Selain itu, fosfor juga berfungsi untuk membantu proses asimilasi dan respirasi. Kekurangan fosfor bisa menyebabkan pemasakan buah terlambat, warna daun lebih hijau dari pada keadaan normalnya, daun yang sudah tua tampak menguning sebelum waktunya, serta hasil buah atau biji kekurangan fosfor yang parah meyebabkan tanaman tidak berbuah. f. Kalsium (Ca) Kalsium berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilangkan racun dalam tanaman. Selain itu, kalsium berguna untuk mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan kondisi tanah. Kekurangan kalium dapat menyebabkan pertumbuhan pucuk ranting terhambat dan batang tanaman tidak kokoh. Jika kekurangannya parah, ujung akar dan akar rambut akan mati sehingga tanaman juga mati. Selain itu, pucuk daun dan kuntum bunga akan berjatuhan. g. Sulfur (S) Sulfur atau belerang sangat membantu tanaman dalam membentuk bintil akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung sulfur adalah pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil). Sulfur merupakan unsur penting dalam pembentukan berbagai asam amino. 1 Kekurangan belerang menyebabkan daun muda berubah warna menjadi hijau muda mengkilap agak keputih-putihan, selanjutnya akan berubah menjadi kurang hijau. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Tanaman akan tampak kerdil, kurus dan batangnya pendek. h. Magnesium (Mg) Magnesium berfungsi membantu proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Selain itu, berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak, dan minyak. Magnesium juga berfungsi membantu proses trasportasi fosfat dalam tanaman. Kekurangan magnesium dapat menyebabkan pucuk dan bagian diantara jari-jari daun tampak tidak berwarna. Kondisi ini akan tampak pertama kali di bagian bawah daun, kemudian meningkat ke bagian atas. Daun akan berbentuk tipis tidak seperti biasanya. i. Kalium (K) Kalium berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu, kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit dan kekeringan. Jika kekurangan kalium, tanaman tidak tahan terhadap penyakit, kekeringan dan udara dingin. Kekurangan kalium dapat menghambat pertumbuhan tanaman serta daun tampak agak keriting dan mengkilap. Lama kelamaan daun akan menguning di bagian pucuk dan pinggirannya. Akhirnya, bagian daun antara jari-jari menguning, sedangkan jari-jarinya tetap hijau. 1 Selain itu, kekurangan kalium menyebabkan tangkai daun lemah sehingga mudah terkulai dan kulit biji keriput. 2. Unsur Hara Mikro a. Klor (Cl) Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Khususnya untuk tanaman tembakau, kentang, kapas, kol, sawi dan tanaman sayuran. Kekurangan klor akan menyebabkan produktifitas menurun. b. Besi (Fe) Zat besi berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil). Kekurangan zat besi ditunjukan dengan gejala klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang klorofil. Selain itu terjadi karena kerusakan akar. c. Boron (B) Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan dan pembagian tugas sel. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron yang sering dijumpai yaitu ujung daun berwarna kuning dan mengalami nekrosis. d. Tembaga (Cu) Fungsi penting tembaga adalah sebagai aktivator dan membawa beberapa enzim. Dan juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis, pembentuk klorofil dan berperan dalam fungsi reproduksi. 1 Kekurangan tembaga daun akan berwarna hijau kebiruan, tunas daun menguncup dan tumbuh kecil serta pertumbuhan bunga terlambat. e. Seng (Zn) Fungsinya hampir mirip dengan Mn dan Mg, sangat berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan Zn pertumbuhan lambat, jarak antar buku pendek, daun kerdil, mengekrut atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal buah menguning, terbuka dan akhirnya gugur, buahpun akan lebih lemas sehingga buah yang seharusnya lurus menjadi membengkok. f. Mangan (Mn) Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. g. Molibdenium (Mo) Molibdenium berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas dari udara. Selain itu, berfungsi sebagai komponen pembentukan enzim pada bakteri akar tanaman leguminosae. 1 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Sungai Keledang dan Laboratorium Air dan Tanah, selama + 3 bulan sejak bulan November 2014 sampai Januari 2015 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan B. Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, gelas beaker 1 l, ember plastik, termometer, gelas ukur 10 cc, saringan, alat tulis, kamera, pengaduk, plastik bening, dan tali rafia. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain kotoran ayam boiler, gulma kayu apu, Ragi, air, EM4, gula pasir dan gula merah. C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Alat Dan Bahan a. Bahan kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam boiler di jalan Soekarno Hatta Km 3 Loa Janan Kecamatan Samarinda Sebrang. b. Kayu apu di ambil di rawa sekitar sungai keledang kemudian di cuci agar terlepas dari lumpur. Setelah kayu apu dicuci kemudian kayu apu diiris menggunakan pisau hingga menjadi kecil-kecil. c. Kompisisi bahan pada pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dengan menggunakan ember dengan ukuran 6 L yang diberi tanda untuk menentukan jumlah bahan sebesar 1/3 bagian dan 2/3 bagian air. Bahan terdiri dari 1/2 bagian kotoran ayam dan 1/2 bagian kayu apu dari 1/3 bagian ember, banyaknya kotoran ayam adalah 332,70 gram sedangkan kayu apu 1 seberat 219,4 gram, hinga berat kedua bahan menjadi 552,06 gram. Air yang digunakan untuk pembuatan pupuk adalah 2/3 dari ember tersebut yang jika dihitung dalam jumlah liter yaitu sekitar 4,2 liter. d. Banyaknya bioaktivator ragi yang diperlukan berdasarkan kemasan penggunaan ragi, setiap 1 butir ragi untuk 1 kg bahan (1 butir ragi seberat 2,87 gram), sehingga ragi yang dibutuhkan adalah 1,58 gram dan gula pasir sekitar 5,52 gram., e. Pembuatan bioaktivator EM4 dengan mencampurkan 1.388 ml air, 28 ml EM4 dan 100 gram gula merah, kemudian difermentasikan selama satu minggu. f. Kematangan pupuk organik cair ini dapat diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak sedikit berbau (Purwendro dan Nurhidayat, 2007). 2. Perlakuan Perlakuan penelitian ini adalah untuk penggunaan bioaktivator yang berbeda yaitu bioaktivator ragi tape dan EM4 untuk menguraikan bahan-bahan yang terdiri dari kotoran ayam dan kayu apu, dengan 2 (dua) taraf perlakuan yaitu : P1 : Penggunaan biaoktivator ragi tape dalam pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu. P2 : Penggunaan bioaktivator EM4 dalam pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu. 1 3. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Dari Kotoran Ayam dan Kayu Apu dengan aktivator Ragi (P1) Kotoran ayam dan kayu apu dimasukkan ke dalam ember hingga 1/3 bagian ember. Lalu ditambahkan ragi, gula pasir dan air sebanyak 2/3 bagian ember. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu ikat dengan tali. Dibuat lobang sedikit pada plastik penutup ember agar dapat memasukkan termometer untuk mengukur suhu POC tersebut. Pengadukan dilakukan setiap hari disertai dengan pengamatan suhu pada waktu yang sama untuk mengetahui perubahan kondisi pupuk organik cair. Air + (ragi+gula) Kotoran Ayam + kayu apu Gambar 5. Komposisi Bahan Pupuk Organik Cair dengan aktivator ragi (P1) 4. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Dari Kotoran Ayam dan Kayu Apu dengan aktivator EM 4 (P2) Setelah larutan EM4 (Lampiran 4 Gambar 4) selesai difermantasikan kemudian kotoran ayam dan kayu apu dimasukkan dan diaduk hingga rata. Lalu ditutup dengan plastik transparan dan diikat dengan tali. Dibuat lobang sedikit pada plastik penutup ember agar dapat memasukkan termometer untuk mengukur suhu POC tersebut. Pengadukan dilakukan setiap hari disertai dengan pengamatan suhu pada 1 waktu yang sama untuk mengetahui perubahan kondisi pupuk organik cair (Gambar 6). EM 4 yang telah difermantasikan + Kotoran ayam +kayu apu Gambar 6. Komposisi Bahan Pupuk Organik Cair dengan aktivator EM4 (P2) D. Pengamatan dan Pengambilan Data Data penelitian adalah hasil analisa kandungan unsur hara dari laboraturium sedangkan data penunjang uji hasil penelitian digunakan untuk menentukan masa berakhir pembuatan pupuk organik cair. E. Analisis Data Hasil analisa kandungan unsur hara di laboraturium dan hasil pengamatan disajikan secara deskriptif. 1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil analisa kandungan unsur hara terhadap Pupuk Organik Cair di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Hasil Analisa Pupuk Organik Cair (POC) dari kotoran ayam dan kayu apu dengan menggunakan bioaktivator ragi tape dan EM4 No. Unsur Hara POC Kotoran Ayam + Kayu Apu + Ragi ( P1 ) POC Kotoran Ayam + Kayu Apu + EM 4 ( P2 ) Standar Mutu Pupuk Organik 1. pH ( H2O) 7,29 7,41 4–9 2. N Total ( % ) 0,0560 0,0833 3–6 3. P Total ( % ) 0,0151 0,0231 3–6 4. K Total ( % ) 0,0044 0,0186 3–6 5. Fe ( ppm ) 11,7647 7,5397 90 – 900 6. Cu ( ppm ) 0,6979 4,2659 250 – 5000 7. Zn ( ppm ) 7,7667 6,9444 250 - 5000 Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, 2015. Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair kotoran ayam dan Kayu Apu dengan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0560%, Phospor (P) sebesar 0,0151%, Kalium (K) sebesar 0,0044%, Ferrum (Fe) sebesar 11,7647 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 0,6979 ppm, Seng (Zn) sebesar 7,7667 ppm dan nilai pH adalah 7,29. Pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0833%, Phospor (P) sebesar 0,0231%, Kalium (K) Sebesar 0,0186%, Ferrum (Fe) sebesar 7,5397 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 4,2659 ppm, Seng (Zn) sebesar 6,9444 ppm dan nilai pH adalah 7,41. 1 B. Pembahasan 1. Nilai Pangkat Hidrogen (pH) Nilai pH pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) lebih tinggi daripada kandungan pH pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1). Hal ini diduga pada P2, EM4 memiliki banyak bakteri yang membantu perombakan bahan organik dan mengikat nitrogen dari udara, sehingga kegiatan ini dapat menaikkan pH. Menurut Anonim (2007), semakin banyak mikroorganisme yang ada pada aktivator maka jumlah pH akan meningkat. Jumlah pH yang dihasilkan ini dikarenakan semakin banyak khamir dan bakteri sehingga semakin banyak pula karbohidrat yang dirombak menjadi glukosa, alcohol, asam asetat dan senyawa lainnya. Dan kita ketahui bahwa ragi pada P1 hanya satu jenis bakteri sedangkan bakteri pada aktivator EM4 lebih banyak sehingga menjadikan pH meningkat. 2. Nitrogen (N) Kandungan Nitrogen (N) pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P1) 0,0833% lebih besar dibandingkan dengan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi. Hal ini diduga karena EM4 mengandung bakteri fotosintetik yang membentuk zat-zat yang bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya yang berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara dan pada EM4 juga terdapat banyak mikroorganisme yang dapat menguraikan kotoran ayam dan kayu apu. 1 Menurut Djaja (2009), pada EM4 terdapat bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat (lactobasillus spp) dapat menekan mikroorganisme merugikan, sehingga dapat mempercepat perombakan bahan organik, menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik sedangkan bakteri fotosintetik dapat mengikat nitrogen dari udara melalui zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya. Hal ini menyebabkan unsur nitrogen (N) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dan EM4 masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik cair No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 3-6 %. 3. Fosfor (P) Kandungan Phospor (P) pada pupuk organik cair (POC) dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,0231% lebih besar dibanding dengan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,0151%, Menurut Sutanto (2002), peningkatan kadar phosphor ini diduga merupakan dampak dari aktivitas dari bakteri Lactobacillus spp yang mengubah EM4 menjadi asam laktat, sehingga lingkungan menjadi asam yang menyebabkan fosfat yang terikat dalam rantai panjang akan larut dalam asam organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Hal ini diduga karena jumlah mikroorganisme EM4 lebih banyak untuk mengurai unsur hara Phospor (P). Unsur Phospor (P) masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik cair No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 1 3- 6 %. 4. Kalium (K) Kandungan Kalium (K) pada pupuk organik cair (POC) dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,0186% lebih besar dibanding pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,0044%, hal ini diduga karena pada EM4 memiliki mikroorganisme lebih banyak untuk melakukan proses pendegredasian yang menyebabkan putusnya rantai karbon yang lebih sederhana sehingga menyebabkan unsur kalium meningkat. Menurut Murbandono (2004), yang menyatakan kalium merupakan senyawa yang dihasilkan juga oleh metabolisme bakteri dimana bakteri menggunakan ion – ion K+ bebas yang ada pada bahan pembuat pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga pada hasil fermentasi kalium akan meningkat seiring dengan semakin berkembangnya jumlah bakteri yang ada dalam bahan penyusun pupuk organik cair. Menurut Hadisumitro (2001), yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan beberapa unsur hara oleh jasad renik terutama kalium. Unsur hara tersebut dapat kembali melalui pelapukan sisa makhluk hidup bila mikroorganisme tersebut mati, sehingga proses tersebut menyebabkan kandungan Kalium (K) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dan EM4 masih belum memenuhi s tandar mutu pupuk organik No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 3 – 6%. 1 5. Ferrum (Fe) Kandungan unsur mikro ferrum (Fe) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) yaitu senilai 11,7647 ppm lebih besar daripada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) senilai 7,5397 ppm. Menurut Hardjowigeno (1995), hal ini diduga karena bakteri pada ragi dapat menguraikan unsur Fe dengan baik. Dilihat dari hasil analisa sampel kandungan Ferrum (fe) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) dan EM4 (P2) masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik No. 70/permentan/SR.140/ 10/2011 yaitu 90 – 900 ppm. 6. Cuprum (Cu) Kandungan unsur mikro Cuprum (Cu) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivtor EM4 (P2) senilai 4,2659 ppm lebih tinggi daripada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,6979 ppm. Menurut Sutanto (2002), hal ini karena kandungan Cu yang terdapat pada EM4 lebih besar, karena bahan baku EM4 yaitu terasi dan dedak menyebabkan kandungan Cu pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) lebih besar dibandingkan pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1). Kandungan Cuprum (Cu) pada pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator ragi dan EM4 masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 250 – 5000 ppm. 1 7. Seng (Zn) Kandungan Seng (Zn) pada pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) senilai 7,7667 ppm lebih tinggi dibanding pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) senilai 6,9444 ppm. Menurut Hardjowigeno (1995), hal ini diduga bahan baku pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi lebih kompleks sehingga kandungan Zn (seng) lebih tinggi daripada yang terdapat pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2). Kandungan seng (Zn) pupuk organik cair kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi dan EM4 masih belum memenuhi standar mutu pupuk 70/permentan/SR.140/10/2011 yaitu 250 – 5000 ppm. organik No. 1 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kandungan unsur hara pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1) dan kandungan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik No. 70/permentan/SR.140/10 /2011. 2. Kandungan hara yang terdapat pada pupuk organik c air dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator EM4 (P2) lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair dari kotoran ayam dan kayu apu dengan aktivator ragi (P1). 3. Pembuatan POC dengan aktivator ragi pada P1 selama 48 hari telah mengalami perubahan yang menunjukkan bahwa POC sudah matang dengan suhu 28ºC dan pada pembuatan POC dengan aktivator EM4 pada P2 selama 52 hari dari hasil pengamatan fisik berupa bau, warna dengan suhu 27ºC menunjukkan bahwa POC sudah matang. B. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kandungan unsur hara dengan penggunaan kotoran ayam lainnya seperti kotoran ayam kampung, ayam petelur, dan gulma lainnya seperti enceng gondok dengan aktivator yang berbeda. Hal ini dillakukan agar pupuk organik cair dapat memenuhi standar mutu 70/Permentan/SR.140/10/2011. pupuk organik berdasarkan No. 1 DAFTAR PUSTAKA Abadi,A.L. 2010. Ilmu Tumbuhan. Bayu Media Publishing. Malang Affan, J.M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Jurnal Mahasiswa Budidaya Perairan. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Anonim, 2011. Pistia stratiotes. http:www.wordpress.com.15 Oktober 2014 Anonim, 2007. Teknologi Pengomposan. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. (21 Juni 2015) Apridayanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lohor Kabupaten Malang Jawa Timur. Tesis. Semarang. Basri H. 2005. Dasar-dasar agronomi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Budi, L 2009. PemanfaatanKayu Apu (Pistia stratiotes), Kiambang (Salviniamolesta) dan Gulma (Lemna perpusilla) dalam Memperbaiki Kondisi air Limbah Kantin. Skripsi Departemen Manajemen Sumber daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (http://www.academia.edu/7330905/151 - Gulma - Kayu - Apu, 17 Desember 2014 Dharmono, 2007. Pengalaman Penerapan Teknologi EM4. Seminar Nasional Pertanian. Jakarta. Djaja, W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah. Jakarta: PT Agro Media Pustaka Djuarnani, N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Fidi. 2011. Manfaat Kotoran Ayam Sebagai Bahan http://fidi.com/2011/01/manfaat-kotoran-ayam-sebagai-bahan.html. Tanggal Akses 11 September 2014 Hadisumitro, L.M. 2001. Membuat Kompos edisi revisi. Jakarta: Penebar Swadaya Hadisuwito dan Sukamto. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hardjowigeno,S. 1995.llmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. 1 Istamar, S 2007. Pemanfaatan Ragi Sebagai Bahan Pangan dan Bahan pembanding Pembuatan Pupuk Organik Cair, Penelitian Universitas UGM Malang (UUM). Malang. Murbandono, L. 2004. Pupuk Organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. Parman, S 2007. Pupuk Organik Cair. Penebar Swadaya. Jakarta. Pranata SA, 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya, Agromedia Pustaka. Jakarta. Purwendro, D. dan Nurhidayat T. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rahmi. A dan Jumiati. 2007. Pupuk Organik Cair dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rudiyanto, F. 2004. Tingkat Kemampuan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Dalam Memperbaiki Kualitas Limbah Cair Hasil Deasidifikasi Nata De Coco. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suharno.2007.Biologi X.Jakarta:Erlangga Sutanto, R.2002. Penerapan Pertanian Organik.Yogyakarta: Kanisius Syira, R. 2012. Pupuk Kandang Kotoran Ayam http://rahmasyira. blogspot. com/2012/11/pupuk-kandang-kotoran-ayam-terhadap.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lyli Publisher. Yogyakarta 1 LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Standar Mutu Pupuk Cair No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 No. 1. 2. 3. PARAMETER C – Organik Bahan Ikutan : (Plastik, Kaca, kerikil) Logam berat : - 4. 5. pH Hara Makro : - 6. Maks 2,5 ppm Maks 0,25 ppm Maks 12,5 ppm Maks 0,5 ppm 4–9 3–6% 3–6% 3–6% E.coli Salmonella sp Maks 102 MPN/ml Maks 102 MPN/ml Hara Mikro : - 8. N P2O5 K2O Min 6 % Maks 2 % Mikroba Kontaminan: - 7. As Hg Pb Cd STANDAR MUTU Fe total atau Fe tersedia Mn Cu Zn B Co Mo 90 – 900 ppm 5 – 50 ppm 250 – 5000 ppm 250 – 5000 ppm 250 – 5000 ppm 125 – 2500 ppm 5 – 20 ppm 2 – 10 ppm Unsur Lain: - La Ce 0 0 1 Lampiran 2. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam Dan Kayu Apu Dengan Aktivator Ragi Hari Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Suhu Bau Warna 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 29 29 29 29 29 29 29 28 28 28 28 28 Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Sangat Berbau Berbau Sangat Berbau Berbau Berbau Sangat Berbau Sangat Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Kurang Berbau Kurang Berbau berbau berbau berbau Sedikit berbau Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman Cokelat kehitman Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat pekat Cokelat pekat Cokelat pekat Cokelat pekat Cokelat pekat Cokelat pekat Cokelat pekat Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat susu Cokelat susu 1 Lampiran 2. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam Dan Kayu Apu Dengan Aktivator Ragi (Lanjutan) 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 Sedikit berbau Sedikit berbau Kurang berbau Kurang berbau Kurang berbau Kurang berbau Sedikit berbau Sedikit berbau Sedikit berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Cokelat susu Cokelat susu Cokelat susu Cokelat susu Cokelat susu Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat 1 Lampiran 3. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Ayam Dan Kayu Apu Dengan Aktivator EM 4 (P2) Hari Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Suhu Bau Warna 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 27 27 27 Sangat Menyengat Sangat Menyengat Sangat Menyengat Menyengat Menyengat Menyengat Menyengat Menyengat Menyengat Menyengat Kurang Menyengat Kurang Menyengat Sedikit Menyengat Sedikit Menyengat Sedikit Menyengat Sedikit Menyengat Sedikit Menyengat Sedikit Menyengat Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Tua Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Susu Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Pekat Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman 1 Lampiran 3. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Ayam Dan Kayu Apu Dengan Aktivator EM 4 (Lanjutan) 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 27 27 26 27 28 28 27 26 26 27 27 27 27 27 27 27 Berbau Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Sedikit Berbau Kurang Berbau Kurang Berbau Kurang Berbau Kurang Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak berbau Tidak berbau Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat 1 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Gambar 1. Persiapan Bahan Gambar 2. Pembuatan POC dengan Aktivator Ragi 1 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian (Lanjutan) Gambar 3. POC yang akan diamati Gambar 4. EM4 yang telah difermentasi 1 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian (Lanjutan) Gambar 5. Pembuatan POC dengan aktivator EM4 yang telah difermentasi Gambar 6. Pengukuran POC 1 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian (Lanjutan) Gambar 7. Pengadukan POC Gambar 8. Penyaringan Pupuk Organik Cair (POC)