PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA (Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Yiuliani Octariana NIM : 132114066 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA (Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Yiuliani Octariana NIM : 132114066 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN You can’t change the wind. But you can adjust sails to reach your destination (Paulo Coelho) Kupersembahkan untuk: Papaku Ferdy Lesmana dan Mamaku Ai Tju Adikku Erlyta Agustine Noviyanti Dan Johnny Indo Sahabatku Susanti dan Sevi Serta teman-temanku iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA (Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 Maret 2017 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima. Yogyakarta, 31 Maret 2017 Yang membuat pernyataan, Yiuliani Octariana v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yiuliani Octariana Nomor Mahasiswa : 132114066 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA (Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 31 Maret 2017 Yiuliani Octariana vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih ke hadirat tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Albertus Yudi Yuniarto, SE., M.B.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA selaku Kepala Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 4. Ilsa Haruti Suryandari, SE., S.I.P., M.Sc., Ak., CA selaku Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah sabar membantu, membimbing, dan memberikan saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi. 5. Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Ak., QIA., CA dan Ign. Aryono Putranto, SE, M.Acc, Ak selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan atas skripsi yang saya tulis. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis. 7. Pandita Lusia Anggraini selaku Pimpinan Vihara Bodhicitta Maitreya yang memberikan izin untuk melakukan penelitian serta Thanzu Mimi, Thanzu Meixiu, Foyuan Nita, dan Foyuan Wendy yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Vihara Bodhicitta Maitreya. 8. Papa saya Ferdy Lesmana, Ibu saya Ai Tju, adik saya Erlyta Agustine Noviyanti dan Johnny Indo, atas doa, motivasi, dan bantuannya. 9. Yulius Somali, Susanti, dan Sevi Mega Andriani yang selalu membantu dan mendengarkan keluh kesah saya serta memberikan dorongan dan motivasi. 10. Teman-teman saya yang selalu memberikan bantuan dan masukan saat mengerjakan skripsi, Dika, Jalu, Donny, Enggar dan Lukas. 11. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013, teman-teman kelas B angkatan 2013 (Siska, Alma, Eci, Lidya, Tata, dan lain-lain), teman-teman MPAT kelas E, dan teman-teman Service Learning Program 2016. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 31 Maret 2017 Yiuliani Octariana viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS.............................. v HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................ vi HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................................... vii HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................. ix HALAMAN DAFTAR TABEL.......................................................................... xii HALAMAN DAFTAR GAMBAR..................................................................... xiii ABSTRAK.......................................................................................................... xiv ABSTRACT........................................................................................................ xv BAB I BAB II PENDAHULUAN.................................................................... 1 A. Latar Belakang................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.............................................................. 5 C. Tujuan Penelitian................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian.............................................................. 6 E. Sistematika Penulisan......................................................... 7 LANDASAN TEORI................................................................. 9 A. Organisasi Sektor Publik.................................................... 9 B. Sistem Informasi Akuntansi............................................... 10 C. Business Process Diagram................................................. 22 D. Pengendalian Internal......................................................... 23 E. Kelayakan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi........... 47 1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)................... 47 2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)............. 48 3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)...... 49 F. Kesiapan Perubahan........................................................... 49 ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI G. Ajaran Buddha Maitreya.................................................... 53 1. Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya................. 53 2. Dharma Hati Ajita....................................................... 57 3. Teknologi, Peradaban, dan Hati Nurani...................... 63 H. Penelitian Sebelumnya....................................................... 64 BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 69 A. Objek Penelitian................................................................. 69 B. Metode dan Desain Penelitian............................................ 69 C. Teknik Pengumpulan Data................................................. 71 1. Wawancara.................................................................. 71 2. Observasi.................................................................... 72 3. Dokumentasi............................................................... 72 D. Teknik Analisis Data.......................................................... 72 BAB IV GAMBARAN UMUM VIHARA BODHICITTA MAITREYA.............................................................................. 80 A. Lokasi Vihara Bodhicitta Maitreya.................................... 80 B. Sejarah Vihara Bodhicitta Maitreya................................... 80 C. Visi dan Misi Vihara Bodhicitta Maitreya......................... 84 D. Sejarah Ajaran Buddha Maitreya....................................... 85 E. Struktur Organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya........... 89 F. Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya............................................................................. 97 G. Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya............................................................................. 98 H. Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia dan Alur Pelaporan Keuangan........................... 101 I. BAB V Kegiatan-kegiatan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya....... 103 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN............................... 105 A. Sistem Informasi Akuntansi Vihara................................... 105 1. Siklus Penerimaan...................................................... 105 2. Siklus Pengeluaran..................................................... 109 x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian.................................................................. 115 B. Pengendalian Internal dalam Vihara................................. 116 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).... 116 2. Penaksiran Risiko....................................................... 132 3. Aktivitas Pengendalian............................................... 137 4. Informasi dan Komunikasi......................................... 142 5. Aktivitas Pengawasan................................................. 145 C. Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi yang Baru dan Lama........................................................................... 146 1. Siklus Penerimaan...................................................... 146 2. Siklus Pengeluaran..................................................... 152 3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian.................................................................. 157 D. Analisis Kelayakan Sistem Baru....................................... 158 1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility).................. 158 2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)............ 160 3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)..... 162 E. Analisis Kesiapan dalam Penerapan Sistem Baru............. 163 BAB VI PENUTUP................................................................................. 173 A. Kesimpulan........................................................................ 173 B. Keterbatasan Penelitian..................................................... 174 C. Saran.................................................................................. 174 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 176 LAMPIRAN....................................................................................................... 179 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik............................................ 9 Tabel 2.2 Simbol Business Process Diagram.................................................. 23 Tabel 5.1 Perbedaan Siklus Penerimaan Antara Sistem Lama dan Sistem Baru.................................................................................................. 152 Tabel 5.2 Perbedaan Siklus Pengeluaran Antara Sistem Lama dan Sistem Baru.................................................................................................. 152 Tabel 5.3 Perbedaan Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian Antara Sistem Lama dan Sistem Baru........................... 158 Tabel 5.4 Harga Hardware dan Software......................................................... 160 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Struktur Organisasi Vihara Bodhicitta Maitreya......................... 90 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya........ 97 Gambar 4.3 Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya......... 98 Gambar 4.4 Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia....... 101 Gambar 5.1 Business Process Diagram Sumbangan Umat Hari Besar Keagamaan.................................................................................. 105 Gambar 5.2 Business Process Diagram Penjualan Koperasi Vihara.............. 108 Gambar 5.3 Business Process Diagram Pengeluaran Kas Kecil.................... 110 Gambar 5.4 Business Process Diagram Pengeluaran Melalui Bendahara Langsung..................................................................................... 113 Gambar 5.5 Business Process Diagram Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian............................................................. 115 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA (Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya) Yiuliani Octariana NIM: 132114066 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan saran kepada Vihara Bodhicitta Maitreya mengenai kelayakan dan kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk vihara dalam mengantisipasi kelemahan sistem informasi akuntansi yang baru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini juga menggunakan teknik triangulasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis, penerapan sistem informasi akuntansi Vihara Bodhicitta Maitreya yang baru sudah layak secara teknis, ekonomis, dan operasional. Kemudian, peneliti menyimpulkan bahwa Vihara Bodhicitta Maitreya sudah siap melakukan perubahan dalam mengimplementasikan sistem informasi akuntansi yang baru. Kata Kunci: Kelayakan, Kesiapan Perubahan, Sistem Informasi Akuntansi, dan Vihara. xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT THE ANALYSIS OF FEASIBILITY AND READINESS FOR CHANGE IN IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM IN VIHARA (Case Study in Vihara Bodhicitta Maitreya) Yiuliani Octariana NIM: 132114066 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017 This research aims to discover the feasibility and readiness for change in implementing a new accounting information system in Vihara Bodhicitta Maitreya. This research intends to provide descriptions and suggestions to Vihara Bodhicitta Maitreya about the feasibility and readiness for change in implementing the new accounting information system. Furthermore, this research is expected to be a reference for vihara to anticipate the weaknesses of the new accounting information system. This research used a qualitative method using a case study approach. This research also used a triangulation technique. Data collection techniques in this research were interviews, observation, and documentation. Based on the analysis results, the implementation of the new accounting information system was technically, economically, and operationally feasible. Besides, the current researcher concluded that Vihara Bodhicitta Maitreya was ready to change by implementing a new accounting information system. Keyword: Feasibility, Readiness for Change, Accounting Information System, and Vihara. xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Mahsun et al. (2006:12), jangkauan organisasi sektor publik di setiap negara biasanya tidak sama. Tidak ada definisi yang menyeluruh dan lengkap yang dapat digunakan untuk seluruh sistem pemerintahan. Wilayah organisasi sektor publik dapat berubah tergantung pada kejadian historis dan suasana politik yang sedang terjadi di suatu negara. Organisasi sektor publik di Indonesia merupakan organisasi yang dananya berasal dari masyarakat dan penggunaan dananya untuk masyarakat. Menurut Bastian (2010:11), di Indonesia terdapat beberapa macam organisasi sektor publik yang biasanya dikenal, antara lain: organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, LSM, yayasan, lembaga pendidikan, lembaga pelayanan kesehatan, dan tempat peribadatan. Tempat peribadatan yang ada di Indonesia, meliputi: masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng. Vihara merupakan tempat beribadah bagi umat beragama Buddha. Sebagai sebuah tempat ibadah, vihara mempunyai berbagai macam kegiatan. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada di vihara tentunya terdapat transaksi yang berkaitan dengan uang. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Saat terjadi transaksi yang berkaitan dengan penerimaan ataupun pengeluaran kas, biasanya suatu organisasi akan mencatat transaksi tersebut. Pencatatan transaksi yang 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 dilakukan ini tidak terlepas dari penggunaan sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan (Diana dan Setiawati, 2011:4). Saat berbicara tentang sistem informasi akuntansi, orang-orang juga akan mengaitkannya dengan pengendalian internal. Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants), pengendalian internal terdiri dari kebijakan, praktek, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai 4 (empat) tujuan umum, yaitu: mengamankan aset organisasi, menjamin keakuratan dan keandalan informasi dan pencatatan akuntansi, meningkatkan efisiensi dalam operasi organisasi, dan mengukur kepatuhan terhadap prosedur dan kebijakan yang ditentukan manajemen (Hall, 2013: 112). Menurut Diana dan Setiawati (2011:82), suatu sistem informasi yang tidak memasukkan unsur pengendalian internal di dalam penerapannya, kemungkinan besar membuat penerapan sistem informasi tersebut tidak berguna. Vihara sebagai suatu organisasi sektor publik seharusnya melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan. Dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan terdapat penggunaan sistem informasi akuntansi. Saat organisasi vihara ini menggunakan sistem informasi akuntansi tentunya perlu ditelaah kembali apakah pengendalian internal diterapkan. Selain itu, vihara sebagai tempat beribadah umat beragama Buddha tentunya menggunakan nilai-nilai dan ajaran-ajaran buddhis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Salah satu aliran agama Buddha di Indonesia adalah Maitreya. Maitreya merupakan calon Buddha yang dipercayai lahir ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia. Buddha Maitreya dikenal dengan Buddha akhir zaman. Inti dari ajaran agama Buddha Maitreya ini berfokus kepada cinta kasih dan hati nurani. Salah satu ajaran Buddha Maitreya yaitu “dipukul tak melawan, dimarah tak membalas”. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak ada yang menandingi cinta kasih dan hati nurani. Vihara yang menganut aliran agama Buddha Maitreya banyak terdapat di Indonesia, salah satunya adalah Vihara Bodhicitta Maitreya yang berada di D.I. Yogyakarta. Sama halnya dengan organisasi pada umumnya, saat terjadi transaksi penerimaan dan pengeluaran kas di Vihara Bodhicitta Maitreya juga dilakukan pencatatan atas transaksi tersebut. Terjadinya aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas ini menunjukkan bahwa ada suatu sistem informasi akuntansi yang diterapkan di Vihara Bodhicitta Maitreya. Selain itu, dengan diterapkan sistem informasi akuntansi ini juga terdapat kemungkinan bahwa ada penerapan pengendalian internal di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, terlepas dari lemah atau kuatnya pengendalian internal tersebut. Dari ajaranajaran Buddha perlu dibahas dan digali lebih jauh dan mendalam mengenai kesesuaian ajaran-ajaran Buddha dengan penerapan sistem informasi akuntansi, khususnya pengendalian internal. Hal ini karena sebagai organisasi religius yang mengikuti ajaran Buddha, vihara tentunya dianggap perlu untuk menerapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Buddha. Pada tahun 2017, Vihara Bodhicitta Maitreya berencana untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 mengubah sistem informasi akuntansi yang telah ada. Perubahan sistem ini dilakukan karena pihak vihara ingin mengembangkan sistem tata kelola keuangan vihara menjadi lebih baik. Sistem yang baru ini diharapkan dapat memenuhi tujuan kepatuhan. Penggunaan teknologi dalam sistem yang baru ini juga disebabkan oleh tuntutan zaman sehingga tata kelola keuangan vihara dapat tetap terjaga eksistensi dan keberlanjutannya. Perubahan sistem informasi akuntansi dari yang lama menjadi yang baru tentunya memerlukan kesiapan dari para pengabdi yang mengurusi bagian keuangan. Perubahan sistem tidaklah mudah karena suatu organisasi perlu memastikan terlebih dahulu apakah sistem yang akan diterapkan layak. Selain itu, organisasi juga perlu mengidentifikasi apakah organisasi tersebut memiliki kesiapan atas perubahan terhadap sistem informasi akuntansi. Hal-hal tersebut menarik bagi peneliti sebab analisis kelayakan untuk organisasi religius mungkin akan berbeda dengan organisasi lain. Begitu pula dengan halnya kesiapan perubahan bagi organisasi religius, sebab sumber daya manusia yang ada di organisasi religius khususnya vihara merupakan mereka yang secara sukarela bersedia mengabdi untuk vihara dan hanya diberi sedikit tunjangan per bulan. Selain itu, kurangnya penelitian terkait dengan akuntansi organisasi religius khususnya vihara, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap vihara. Berdasarkan penjabaran di atas, terdapat beberapa hal yang dapat dibahas lebih lanjut oleh peneliti. Dengan mempertimbangkan beberapa hal, peneliti merasa perlu untuk membahas mengenai penerapan sistem informasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 akuntansi dalam vihara dan penerapan pengendalian internal yang terjadi selama ini, serta kesesuaian antara ajaran Buddha dan penerapan pengendalian internal untuk sistem informasi akuntansi yang lama. Selain itu, peneliti juga merasa perlu untuk membandingkan antara penerapan sistem informasi akuntansi yang lama dan baru agar bisa melihat bagaimana perbedaan kedua sistem. Kemudian, mengenai perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru, peneliti menganggap bahwa perlu dilakukannya analisis atas kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru dan kesiapan perubahan atas sistem informasi akuntansi tersebut. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Analisis Kelayakan dan Kesiapan Perubahan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi di Vihara” dengan melakukan studi kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya yang berlokasi di Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya? 2. Bagaimana kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di Vihara Bodhicitta Maitreya? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya. 2. Untuk mengetahui kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di Vihara Bodhicitta Maitreya. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Vihara Bodhicitta Maitreya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Vihara Bodhicitta Maitreya, khususnya mengenai pengendalian internal serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk sistem informasi akuntansi dan pengendalian internal vihara agar bisa membantu pengembangan vihara dalam hal akuntansi. 2. Bagi Pembaca Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan penjelasan mengenai sistem informasi akuntansi, pengendalian internal, serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi, khususnya Vihara Bodhicitta Maitreya. 3. Bagi Peneliti Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti dapat mempelajari lebih mendalam mengenai sistem PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 informasi akuntansi, pengendalian internal, serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi organisasi religius, khususnya vihara. Selain itu, peneliti juga berharap agar ilmu yang didapatkan dapat dikembangkan saat melakukan penelitian ini. E. Sistematika Penelitian Dalam penulisan penelitian ini, peneliti membagi penulisan menjadi beberapa bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian, Bab V Analisis Data dan Pembahasan, dan Bab VI Penutup. Berikut merupakan isi dari bab-bab tersebut, antara lain: Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Dalam bab ini, peneliti menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian dan ajaran-ajaran Buddha Maitreya yang dapat dikaitkan dengan penerapan pengendalian internal. Teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti organisasi sektor publik, sistem informasi akuntansi, business process diagram, pengendalian internal, kelayakan penerapan sistem, kesiapan perubahan sistem, dan ajaran Buddha Maitreya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, metode dan desain penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian Bab ini membahas mengenai pengenalan objek penelitian, seperti lokasi tempat penelitian, latar belakang atau sejarah berdirinya Vihara Bodhicitta Maitreya, visi dan misi vihara, sejarah ajaran Buddha Maitreya, struktur organisasi vihara, pembagian tugas masing-masing jabatan dalam struktur organisasi, dan kegiatankegiatan yang dilakukan oleh vihara. Bab V Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang deskripsi data penelitian dan analisis data yang dibandingkan dengan teori terkait. Bab VI Penutup Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Organisasi Sektor Publik Kata “publik” (public) berarti masyarakat atau rakyat, yang biasanya, merupakan kelompok binaan, donatur, konstituen, atau umat (Bastian, 2010:11). Hal ini berarti bahwa masyarakat atau rakyat dalam arti kata publik juga termasuk bagian-bagian yang berperan untuk memberikan atau menyumbangkan dana dan/atau juga merupakan pihak yang mendapatkan manfaat dari penggunaan dana tersebut. Oleh karena itu, organisasi sektor publik di Indonesia adalah organisasi yang dananya berasal dari masyarakat dan kemudian penggunaannya juga bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Bastian (2010:11), jenis organisasi sektor publik yang ada dan dikenal di Indonesia, antara lain: organisasi pemerintah pusat, organisasi pemerintah daerah, organisasi partai politik, organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi yayasan, oganisasi pendidikan (seperti sekolah), organisasi kesehatan (seperti puskesmas dan rumah sakit), dan organisasi tempat peribadatan (seperti masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng). Tabel 2.1 Tujuan Karakteristik Organisasi Sektor Publik Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani. Aktivitas Pelayanan publik (public services) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyedia pangan. Sumber Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan Pembiayaan retribusi, laba perusahaan negara, pinjaman pemerintah, 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik (Lanjutan) serta pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang berlaku. Pola Pertang- Bertanggungjawab kepada masyarakat melalui lembaga gungjawaban perwakilan masyarakat, seperti dalam organisasi pemerintahan yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta dalam yayasan dan LSM seperti dewan pengampu. Kultur Bersifat birokratis, formal, dan berjenjang. Organisasi Penyusunan Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan Anggaran program. Penurunan anggaran program publik dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat. Dan akhirnya disahkan oleh wakil masyarakat di DPR, DPD, DPRD, majelis syuro partai, dewan pengurus LSM, atau dewan pengurus yayasan. Stakeholder Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor, para investor, lembaga-lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional (seperti Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nation Development Program (UNDP), USAID, dan pemerintah luar negeri. (Sumber: Indra Bastian, 2010) B. Sistem Informasi Akuntansi Kata sistem berasal dari Bahasa Latin, yaitu systema dan Bahasa Yunani, yaitu sustema yang berarti suatu kesatuan elemen atau komponen yang dihubungkan secara bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi (Mardi, 2011:3). Menurut Romney dan Steinbart (2014:3), “sistem (system) adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan”. Menurut Mulyadi (2016:1), PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 setiap sistem terdiri dari struktur dan proses. Struktur sistem adalah unsurunsur yang membentuk sistem, sedangkan proses sistem merupakan cara kerja setiap unsur sistem dalam mencapai tujuan dari sistem tersebut. Data merupakan fakta yang masih belum diolah atau mentah yang dikumpulkan, disimpan, dan diproses oleh sistem informasi menjadi suatu informasi. Informasi (information) adalah data yang sudah dikelola dan diproses, yang memiliki arti dan berguna untuk proses pengambilan keputusan. Nilai informasi (value of information) adalah manfaat yang dihasilkan oleh informasi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan memproses informasi tersebut. Menurut Romney dan Steinbart (2014:4) keuntungan dari suatu informasi adalah berkurangnya ketidakpastian, peningkatan kualitas pengambilan keputusan, dan meningkatkan kemampuan dalam merencanakan dan menjadwalkan aktivitas. Menurut Romney dan Steinbart (2014:5) terdapat tujuh karakteristik informasi yang berguna, antara lain: 1. Relevan Informasi yang relevan merupakan informasi berhubungan dengan yang diperlukan. Informasi yang relevan dapat mengurangi ketidakpastian, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dan menegaskan atau memperbaiki ekspektasi sebelumnya. 2. Reliable Informasi yang reliable berarti informasi yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Informasi dapat dikatakan reliable jika informasi tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 bebas dari kesalahan atau bias dan menyajikan suatu kejadian atau aktivitas organisasi secara akurat. 3. Lengkap Informasi yang lengkap berarti dalam penyajian informasi tersebut tidak menghilangkan aspek penting dari suatu kejadian atau aktivitas yang diukur. 4. Tepat waktu Informasi harus tepat waktu yaitu diberikan pada waktu yang tepat pada pengambil keputusan untuk mengambil keputusan. Informasi harus tepat waktu sebab jika informasi tersebut terlambat bisa menyebabkan informasi tersebut tidak lagi berguna atau mengurangi kualitas informasi tersebut. 5. Dapat dipahami Informasi disajikan dalam format yang dapat dimengerti oleh pengguna informasi dan jelas. 6. Dapat diverifikasi Informasi dapat diverifikasi yang mana jika ada dua atau lebih orang yang independen dan berpengetahuan di bidang yang sama, mereka dapat menghasilkan informasi yang sama. 7. Dapat diakses Informasi dapat diakses maksudnya adalah jika informasi tersedia untuk pengguna saat mereka membutuhkan informasi tersebut dan dalam format yang dapat digunakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) “Akuntansi adalah proses identifikasi, pengumpulan, dan penyimpanan data serta proses pengembangan, pengukuran, dan komunikasi informasi”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah sistem informasi. Hal ini karena sistem informasi akuntansi juga mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data akuntansi dan data lainnya untuk membuat data tersebut menjadi suatu informasi yang dapat digunakan oleh pembuat keputusan. Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) terdapat enam komponen dari sistem informasi akuntansi, yaitu: (1) pengguna sistem; (2) prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data; (3) data tentang organisasi dan aktivitas bisnisnya; (4) perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengolah data; (5) infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat keras (hardware), dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA; dan (6) pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data sistem informasi akuntansi. Romney dan Steinbart juga berpendapat (2014:11) bahwa enam komponen SIA tersebut memungkinkan SIA untuk melaksanakan tiga fungsi bisnis, yaitu: 1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai kegiatan atau aktivitas, sumber daya, dan personel organisasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 2. Mengolah data merencanakan, menjadi informasi melaksanakan, sehingga mengendalikan, manajemen dan dapat mengevaluasi kegiatan, sumber daya, dan personel. 3. Melakukan pengendalian internal yang memadai untuk mengamankan aset dan data organisasi. Menurut Romney dan Steinbart (2014:7) dalam sistem informasi akuntansi terdapat berbagai macam business process atau transaction cycle seperti siklus penerimaan, siklus pengeluaran, dan siklus produksi. Berikut ini siklus-siklus yang terdapat dalam organisasi religius, khususnya vihara: 1. Siklus Penerimaan Menurut Mulyadi (2016:380), penerimaan kas untuk penjualan tunai dapat dilakukan dengan prosedur penerimaan kas dari over-thecounter sales. Prosedur yang dilakukan dalam penerimaan kas ini yaitu: pembeli datang ke toko atau perusahaan lalu memesan barang atau produk yang akan dibeli kepada wiraniaga di bagian penjualan. Lalu pembeli akan melakukan pembayaran kepada bagian kasir. Pembayaran dapat dilakukan dengan uang tunai, kartu kredit, cek pribadi (personal check), atau kartu debit. Kemudian, bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk menyerahkan pesanan kepada pembeli dan bagian pengiriman menyerahkan barang tersebut. Setelah itu, bagian kasir menyetorkan kas yang diterima ke bank. Transaksi ini kemudian dicatat oleh bagian akuntansi. Pendapatan penjualan dicatat ke dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 jurnal penjualan dan penerimaan kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas. Menurut Mulyadi (2016:386), dokumen yang dibutuhkan dalam melakukan transaksi penerimaan kas, antara lain: a. Faktur penjualan tunai Dokumen ini digunakan untuk merekam informasi terjadinya transaksi penjualan tunai oleh perusahaan. Dokumen ini diisi oleh fungsi yang kemudian digunakan sebagai pengantar kepada fungsi kas saat pembeli akan membayar. b. Cash register tape Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas saat menerima pembayaran dari pembeli dengan menggunakan cash register. c. Credit card sales slip Dokumen ini merupakan dokumen yang dicetak oleh bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi anggota dari kartu kredit tersebut. Dokumen ini diisi oleh fungsi kas yang berfungsi untuk menagih uang tunai dari bank yang menerbitkan kartu kredit atas transaksi pembelian yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit. d. Bill of lading Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang kepada perusahaan jasa pengantar barang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 e. Bukti setor bank Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyetoran kas ke bank yang dibuat oleh fungsi kas. f. Rekapitulasi beban pokok penjualan Dokumen ini berfungsi sebagai daftar untuk meringkas harga pokok produk yang dijual dalam periode tertentu. 2. Siklus Pengeluaran Menurut Diana dan Setiawati (2011:122) secara umum, lima jenis pembelian yang dilakukan dalam perusahaan, antara lain: a. Pembelian barang dagangan Barang dagangan merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali, tanpa merubah bentuk dari barang tersebut ataupun memberi nilai tambah pada produk tersebut. b. Pembelian bahan baku dan bahan pembantu Bahan baku dan bahan pembantu adalah bahan atau material yang digunakan oleh perusahaan untuk membuat atau memproduksi suatu produk yang kemudian dapat dijual. c. Pembelian supplies (bahan habis pakai) Bahan habis pakai (supplies) merupakan barang yang diperlukan oleh perusahaan untuk membantu jalannya kegiatan operasional usaha dan barang tersebut biasanya habis digunakan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 d. Pembelian peralatan Peralatan merupakan barang yang digunakan oleh perusahaan yang biasanya jangka waktu pemakaiannya dapat lebih dari satu tahun. e. Pembelian aktiva tetap Aktiva tetap merupakan barang yang memberi manfaat di masa depan yang dibeli dan digunakan oleh perusahaan yang umur ekonomisnya lebih dari satu tahun. Terdapat dua jenis pembelian yang biasanya dilakukan, antara lain: a. Pembelian tunai 1) Proses bisnis dalam siklus pembelian tunai Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada bagian pembelian. Setelah menerima Surat Permintaan Pembelian, bagian pembelian mengajukan kasbon kepada pengelola kasbon untuk mendapatkan uang tunai yang dibutuhkan untuk membeli barang tersebut. Lalu, bagian pembelian membeli barang-barang yang dibutuhkan sesuai dengan informasi yang dicantumkan dalam Surat Permintaan Pembelian. Bagian pembelian memberikan barang tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan kemudian pihak tersebut membubuhkan tanda tangan pada Faktur Pembelian. Tanda tangan ini digunakan sebagai bukti bahwa pihak tersebut telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 menerima barang dari bagian pembelian. Selanjutnya, bagian pembelian membuat pertanggungjawaban atas kasbon tersebut dan menyerahkan sisa uang kepada pengelola kasbon. 2) Dokumen dalam Pembelian Tunai Menurut Diana dan Setiawati (2011:124-125), dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian tunai, yaitu: a) Surat Permintaan Pembelian Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang kepada bagian pembelian. b) Blanko Kasbon Blanko kasbon ini berfungsi untuk meminta kas dari bagian pengelola kasbon yang jumlah kas yang diminta berdasarkan perkiraan dalam Surat Permintaan Pembelian. c) Faktur Pembelian Tunai Dokumen ini merupakan dokumen yang berasal dari toko atau pemasok di mana perusahaan melakukan pembelian secara tunai. d) Blanko Penyelesaian Kasbon Dokumen ini digunakan untuk membuat pertanggungjawaban atas kasbon yang kemudian diserahkan kepada pengelola kasbon. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 b. Pembelian Kredit 1) Proses Bisnis dalam Siklus Pembelian Kredit Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada bagian pembelian. Setelah menerima Surat Permintaan Pembelian, bagian pembelian memesan barang ke pemasok menggunakan Surat Order Pembelian, yang dibuat berdasarkan Surat Permintaan Pembelian. Saat barang pesanan datang, bagian yang membutuhkan barang dan bagian pembelian mengecek barang tersebut. Jika barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Order Pembelian, bagian akuntansi akan membuat nota retur dan mengembalikan barangbarang tersebut. Jika pesanan yang datang sesuai, maka barang akan diserahkan kepada bagian yang membutuhkan. Bagian akuntansi, khususnya yang menangani utang usaha menerima tagihan dari pemasok. Menjelang tanggal jatuh tempo, bagian akuntansi akan menyiapkan Bukti Kas Keluar untuk membayar utang ke pemasok. Kepala Bagian Keuangan mengotorisasi Bukti Kas Keluar dan slip transfer atau cek dan Bukti Kas Keluar dan cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian kasir. Lalu, bagian kasir memproses pelunasan utang dan Bukti Kas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Keluar dan copy cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian akuntansi untuk dicatat. 2) Dokumen dalam Pembelian Kredit Menurut Diana dan Setiawati (2011:132) dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian kredit, antara lain: a) Surat Permintaan Pembelian Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang kepada bagian pembelian. b) Surat Order Pembelian Dokumen ini digunakan untuk memesan barang yang ingin dibeli kepada pihak pemasok yang dibuat oleh bagian pembelian. c) Nota Retur Dokumen ini digunakan untuk pengembalian barang yang dikirim oleh pemasok jika barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dipesan. Dokumen ini dibuat oleh bagian akuntansi. d) Faktur Pembelian Dokumen ini merupakan dokumen tagihan yang diterima dari pemasok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 e) Bukti Kas Keluar Dokumen ini dibuat oleh bagian akuntansi berdasarkan informasi yang ada dalam faktur dan Surat Order Pembelian yang merupakan permintaan pembayaran utang kepada pemasok. 3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian Menurut Diana dan Setiawati (2011:182), dokumen yang digunakan dalam pembayaran gaji, antara lain: a. Kartu waktu Kartu waktu digunakan untuk merekam kehadiran karyawan setiap harinya, yakni jam karyawan tersebut datang dan pulang dari kantor. b. Daftar gaji Daftar gaji ini berisi besar gaji seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan sehingga perusahaan bisa mengetahui total beban gaji yang dikeluarkan. c. Slip gaji Dokumen ini berisi rincian gaji karyawan yang bertujuan agar karyawan mengetahui komponen-komponen pemberian gaji kepada mereka, serta agar tidak terjadi salah pemberian gaji. d. Daftar transfer Dokumen ini digunakan sebagai surat perintah kepada bank untuk mengirimkan atau mentransfer uang dengan nominal tertentu kepada masing-masing karyawan yang menerima gaji. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Berikut proses penggajian melalui transfer menurut Diana dan Setiawati (2011:185), yaitu: bagian personalia merekam atau mencatat kehadiran karyawan setiap hari, bisa juga menggunakan alat sidik jari atau kartu waktu. Kemudian, bagian penggajian menghitung gaji dari karyawan tersebut beserta dengan Pajak Penghasilan pasal 21, lalu bagian penggajian menyusun daftar gaji, daftar transfer, dan slip gaji. Bagian penggajian lalu menyerahkan slip gaji dan daftar gaji kepada bagian akuntansi untuk dibuatkan Bukti Kas Keluar. Bagian akuntansi memeriksa penghitungan daftar gaji dan mengecek kesesuaian antara daftar gaji dengan slip gaji. Lalu, bagian akuntansi menyerahkan slip gaji kepada setiap karyawan sesuai dengan nama yang tercantum. Bukti Kas Keluar yang dilampiri dengan daftar gaji dan slip gaji diberikan kepada bagian keuangan. Bagian keuangan mengecek kesesuaian informasi yang ada di dalam daftar gaji dan daftar transfer kemudian menandatangani daftar gaji dan daftar transfer. Setelah itu, daftar transfer diserahkan ke bank terkait untuk mengirimkan gaji masing-masing karyawan. C. Business Process Diagram Menurut Romney dan Steinbart (2014:73) “Diagram Proses Bisnis (DPB-Business Process Diagram) adalah cara visual untuk menjelaskan langkah-langkah atau aktivitas-aktivitas dalam proses bisnis”. Aktivitas yang digambarkan dalam business process diagram memudahkan pemahaman pembaca diagram tentang proses bisnis yang terjadi. Terdapat standar untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 menggambarkan business process diagram yang dibuat oleh Business Process Modeling Initiative Notation Working Group. Berikut ini beberapa simbol untuk menggambarkan business process diagram yang dapat digunakan untuk menghasilkan diagram yang mudah dibuat dan dipahami. Tabel 2.2 Simbol Business Process Diagram Simbol Nama Mulai Akhir Penjelasan Mulai atau permulaan proses diwakili oleh lingkaran kecil. Akhir proses direpresentasikan oleh lingkaran kecil bergaris tebal. Aktivitas dalam proses Aktivitas dalam proses diwakili oleh persegi yang sisinya tumpul. Penjelasan aktivitas ditempatkan dalam persegi. Keputusan Keputusan yang dibuat selama proses diwakili oleh sebuah wajik. Penjelasan keputusan ditempatkan di dalam simbol. Arus Arus data informasi yang ditunjukkan oleh panah. Informasi Informasi yang membantu anotasi menjelaskan proses bisnis yang dimasukkan ke dalam diagram dan jika dibutuhkan, panah yang tebali digambarkan dari penjelasan simbol. (Sumber: Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart, 2014:74) D. Pengendalian Internal Salah satu komponen dari sistem informasi akuntansi adalah pengendalian internal. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau biasa disingkat dengan COSO (2013:15), PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi (operations), pelaporan (reporting), dan kepatuhan (compliance). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pengendalian internal dirancang untuk mencapai tujuan pengendalian. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013: 1516) terdapat tiga jenis tujuan pengendalian, yaitu: 1. Tujuan Operasi (Operations Objectives) Tujuan pengendalian dalam hal operasi adalah melakukan operasi secara efektif dan efisien. Hal ini termasuk tujuan organisasi dalam hal kinerja keuangan dan operasional, serta menjaga aset organisasi agar tetap aman. 2. Tujuan Pelaporan (Reporting Objectives) Tujuan pengendalian dalam hal pelaporan adalah berkaitan dengan pelaporan baik secara keuangan maupun non keuangan internal dan eksternal. Selain itu hal ini juga meliputi syarat yang di tetapkan oleh pembuat kebijakan, penyusun standar atau kebijakan organisasi, seperti reliabilitas, ketepatwaktuan, transparansi, dan sebagainya. 3. Tujuan Kepatuhan (Compliance Objectives) Tujuan pengendalian mengenai kepatuhan berkaitan dengan ketaatan organisasi atas hukum dan peraturan yang berlaku. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013:45), terdapat lima komponen dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 pengendalian internal, antara lain: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian merupakan seperangkat standar, proses, dan struktur yang menyediakan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal untuk semua organisasi. Dalam Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013:56), terdapat lima prinsip yang berkaitan dengan lingkungan pengendalian antara lain: a. Organisasi menunjukkan komitmen untuk integritas dan nilai-nilai etika. Manajemen dan dewan direksi diharapkan untuk memberikan contoh dalam hal mengembangkan nilai-nilai, filosofi, dan gaya operasi untuk organisasi. Mereka dipengaruhi oleh norma sosial dan etika dalam pasar dimana entitas beroperasi. Untuk membantu pemahaman dan kepatuhan persyaratan legal dan pengaturan, manajemen dan dewan direksi melakukan pengukuran yang spesifik untuk menetapkan pola dalam hal moral, sosial, lingkungan atau bentuk lain yang termasuk tanggung jawabnya. Integritas dan nilainilai etika merupakan pesan utama dalam komunikasi organisasi dan pelatihan. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:86), terdapat empat poin penting berhubungan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Menetapkan pola atau gaya di tingkat puncak. Dewan direksi dan manajemen pada semua level entitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 menunjukkan melalui arahan, tindakan, dan perilaku mereka mengenai pentingnya integritas dan nilai-nilai etika untuk mendukung fungsi sistem pengendalian internal. 2) Menetapkan standar yang dilakukan. Ekspektasi dewan direksi dan manajemen senior mengenai integritas dan nilai-nilai etika didefinisikan dalam standar entitas dengan melakukan dan memahami semua level organisasi dan penyedia jasa dari luar dan rekan bisnis. 3) Mengevaluasi ketaatan untuk standar yang dilakukan. Proses untuk mengevaluasi kinerja individu dan tim dalam menerapkan standar yang telah ditetapkan. 4) Membicarakan penyimpangan pada waktu yang tepat. Penyimpangan dari standar yang diharapkan entitas diidentifikasi dan diperbaiki secara konsisten dan tepat waktu. b. Dewan direksi menunjukkan dia independen (tidak tergantung) dari manajemen dan melakukan pengawasan atas pengembangan dan kinerja pengendalian internal. Dewan direksi mempunyai otoritas untuk merekrut maupun memecat saat diperlukan dan menetapkan rangkaian perencanaan untuk Chief Executive Officer atau setaranya yang kemudian ditugaskan dengan seluruh pelaksanaan strategi entitas, pencapaian tujuan, dan keefektivitasan sistem pengendalian internal. Dewan direksi bertanggungjawab untuk menyediakan pengawasan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 tantangan perbaikan untuk manajemen. Dewan direksi independen dari manajemen dan menunjukkan kemampuan dan keahlian yang relevan dalam melaksanakan tanggung jawab pengawasannya. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:95), terdapat empat poin yang fokus pada pentingnya karakteristik yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Menetapkan tanggung jawab pengawasan. Dewan direksi mengidentifikasi dan menerima tanggung jawab pengawasan dalam hubungan untuk menetapkan persyaratan dan ekspektasi. 2) Menggunakan keahlian yang relevan. Dewan direksi mendefinisikan, memelihara, dan secara periodik mengevaluasi keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan di antara anggota-anggotanya untuk memampukan mereka menanyakan pertanyaan pemeriksaan dari manajemen senior dan mengambil tindakan yang cocok. 3) Mengoperasikan secara independen. Dewan direksi mempunyai anggota yang cukup yang independen dari manajemen dan bertujuan dalam mengevaluasi dan membuat keputusan. 4) Menyediakan pengawasan untuk sistem pengendalian internal. Dewan direksi memberikan tanggung jawab pengawasan untuk desain manajemen, implementasi, dan melakukan pengendalian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 internal. c. Manajemen menetapkan dengan badan pengawas, struktur, alur pelaporan, dan otoritas dan tanggung jawab yang tepat dalam pencapaian tujuan. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:102), terdapat tiga poin penting berhubungan dengan karakterisik prinsip ini, yaitu: 1) Mempertimbangkan seluruh struktur dalam entitas. Manajemen dan dewan direksi mempertimbangkan berbagai struktur yang digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan. 2) Menetapkan alur pelaporan. Manajemen mendesain dan mengevaluasi alur pelaporan untuk setiap struktur entitas untuk mampu melaksanakan otoritas dan tanggung jawab dan mengalirkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas. 3) Mendefinisikan, memberikan, dan membatasi otoritas dan tanggung jawab. Otoritas memberikan wewenang kepada seseorang untuk berperilaku seperti yang dibutuhkan, namun otoritas seseorang juga perlu untuk mendefinisikan batasan wewenangnya. Manajemen dan dewan direksi mendelegasikan wewenang, mendefinisikan tanggung jawab, dan menggunakan proses dan teknologi yang tepat untuk menempatkan tanggung jawab dan pemisahan tugas pada berbagai level dalam organisasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 d. Organisasi menunjukkan komitmen untuk menarik, mengembangkan, dan memelihara orang-orang yang kompeten sejalan dengan tujuan. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:109), terdapat empat poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, antara lain: 1) Menetapkan kebijakan dan praktek. Kebijakan dan praktek mencerminkan ekspektasi kompetensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 2) Mengevaluasi kompetensi dan membicarakan kekurangan. Dewan direksi dan manajemen mengevaluasi kompetensi untuk sumber daya manusia dalam organisasi maupun penyedia jasa dari luar (outsourcing) dalam relasi untuk menetapkan kebijakan dan praktek, dan membicarakan kekurangan-kekurangan jika diperlukan. 3) Menarik, mengembangkan, dan memelihara individu-individu atau sumber daya manusia. Organisasi menyediakan konsultasi dan pelatihan yang dibutuhkan untuk menarik, mengembangkan dan memelihara personel ataupun penyedia jasa dari luar yang cukup dan kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan. 4) Perencanaan dan persiapan untuk penggantian. Manajemen senior dan dewan direksi mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 kemungkinan rencana untuk tugas dari tanggung jawab yang penting dalam pengendalian internal. e. Organisasi memiliki orang-orang yang bertanggungjawab untuk tanggung jawab pengendalian internal mereka sejalan dengan tujuan. Dalam Internal Control-Integrated Framework yang disusun oleh COSO (2013:116), terdapat lima poin penting berhubungan dengan karakteristik prinsip ini, antara lain: 1) Menjalankan akuntabilitas melalui struktur, otoritas, dan tanggung jawab. Akuntabilitas mengarah ke kepemilikan wewenang untuk kinerja pengendalian internal dalam pencapaian tujuan dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang dihadapi oleh entitas. Manajemen dan dewan direksi menetapkan mekanisme untuk mengkomunikasikan dan memiliki individu yang bertanggungjawab untuk kinerja tanggung jawab pengendalian internal seluruh organisasi dan mengimplementasikan tindakan perbaikan jika dibutuhkan. 2) Menetapkan pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan. Manajemen dan dewan direksi menetapkan pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan lain yang tepat untuk tanggung jawab pada semua level pada entitas, mencerminkan dimensi yang tepat dari kinerja dan mengharapkan standar dilaksanakan, dan mempertimbangkan pencapaian tujuan jangka panjang maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 jangka pendek. 3) Mengevaluasi pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan secara relevan dan terus-menerus. Manajemen dan dewan direksi menyepakati insentif dan penghargaan dengan penyelesaian tanggung jawab pengendalian internal dalam mencapai tujuan. 4) Mempertimbangkan tekanan yang terlalu banyak. Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi dan menyesuaikan tekanan yang diasosiasikan pencapaian tujuan dengan mereka memberikan tanggung jawab, mengembangkan pengukuran kinerja, dan mengevaluasi kinerja. 5) Mengevaluasi kinerja dan penghargaan atau kedisiplinan individu. Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi kinerja tanggung jawab pengendalian internal, termasuk ketaatan terhadap standar dilakukan dan mengharapkan level-level kompetensi dan menyediakan penghargaan atau pelatihan tindakan disiplin yang tepat. 2. Penaksiran Risiko Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan berefek negatif dengan pencapaian tujuan organisasi. Penaksiran risiko meliputi proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam lingkungan eksternal dan dalam model bisnisnya sendiri yang mungkin mengganggu kemampuannya untuk mencapai tujuan. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:57), ada empat prinsip yang berkaitan dengan penaksiran risiko, yaitu: a. Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk mampu mengidentifikasikan dan menaksir risiko yang terkait dengan tujuan. Dalam prinsip ini, tujuan-tujuan berkaitan dengan tujuan operasi, tujuan pelaporan (baik internal maupun eksternal), dan tujuan kepatuhan. 1) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan operasi, yaitu: mencerminkan pilihan manajemen, mempertimbangkan batas toleransi yang dapat diterima untuk risiko, memasukkan tujuan kinerja operasi dan keuangan, dan membentuk suatu dasar untuk menjalankan sumber daya. 2) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan kepada pihak eksternal antara lain: patuh dengan standar akuntansi yang dapat diterapkan, mempertimbangkan materialitas, dan mencerminkan aktivitas entitas. 3) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan pelaporan nonkeuangan kepada pihak eksternal, terdiri dari: patuh dengan standar dan kerangka yang ditetapkan eksternal, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan mencerminkan aktivitas entitas. 4) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan internal, antara lain: mencerminkan pilihan manajemen, mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan mencerminkan aktivitas entitas. 5) Hal-hal yang berkaitan dengan tujuan kepatuhan, yaitu: mencerminkan hukum dan regulasi eksternal dan mempertimbangkan toleransi yang dapat diterima atas risiko. b. Organisasi mengidentifikasi risiko untuk mencapai tujuan untuk semua entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko seharusnya diatur. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:139), terdapat lima poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Memasukkan level entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan fungsional. Organisasi mengidentifikasi dan menilai risiko pada level entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan fungsional yang relevan dengan pencapaian tujuan. Identifikasi risiko merupakan proses yang berulang dan biasanya diintegrasikan dengan proses perencanaan. 2) Menganalisis faktor internal dan eksternal. Identifikasi risiko mempertimbangkan faktor eksternal dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 internal dan pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Faktor eksternal, terdiri dari: ekonomi, lingkungan alam, regulasi, sosial, teknologi, dan operasi di negara asing (foreign operation). Sedangkan faktor internal, terdiri dari: infrastruktur, struktur manajemen, personel, akses atas aset, dan teknologi. 3) Melibatkan level manajemen yang tepat. Organisasi memasukkan mekanisme penaksiran risiko yang efektif dengan melibatkan level manajemen yang tepat. 4) Mengestimasi risiko signifikan yang dapat diidentifikasi. Risiko yang diidentifikasi dianalis melalui suatu proses termasuk mengestimasi risiko signifikan yang potensial. 5) Menentukan bagaimana respon terhadap risiko. Penaksiran risiko termasuk mempertimbangkan bagaimana risiko sebaiknya diatur entah itu diterima, dihindari, dikurangi, ataupun dibagi. c. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan dalam penaksiran risiko untuk mencapai tujuan. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:151), ada empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Mempertimbangkan berbagai jenis kecurangan (fraud). Penaksiran kecurangan mempertimbangkan pelaporan yang curang, kemungkinan kehilangan aset, dan korupsi yang dihasilkan dari berbagai cara bahwa kecurangan dan kejahatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 bisa terjadi. 2) Menaksir dorongan dan tekanan. Dorongan dan tekanan biasanya dihasilkan dari lingkungan pengendalian. Hal ini dapat merupakan pengaruh yang potensial untuk risiko kecurangan. 3) Menaksir kesempatan. Kesempatan mengacu pada kemampuan untuk sebenarnya memperoleh, menggunakan, mungkin disertai dengan Kesempatan diciptakan atau membuang aset, perubahan oleh aktivitas pencatatan yang entitas. pengendalian dan pengawasan yang lemah, pengawasan manajemen yang buruk, dan penolakan kontrol manajemen. 4) Menaksir perilaku dan rasionalisasi. Penaksiran risiko kecurangan mempertimbangkan bagaimana manajemen dan personel lainnya mungkin terlibat dalam dan membenarkan tindakan yang salah. d. Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang bisa berpengaruh pada sistem pengendalian internal secara signifikan. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:159), terdapat 3 poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain: 1) Menaksir perubahan dalam lingkungan eksternal. Proses identifikasi risiko mempertimbangkan perubahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 regulasi, ekonomi, dan lingkungan fisik di mana entitas beroperasi. 2) Menaksir perubahan dalam model bisnis. Organisasi mempertimbangkan pengaruh potensial dari jenis bisnis baru, secara dramatis mengubah komposisi dari jenis bisnis yang telah ada, memperoleh atau melepaskan operasi bisnis pada sistem pengendalian internal, pertumbuhan yang cepat, perubahan dalam geografi asing, dan teknologi baru. 3) Menaksir perubahan dalam kepemimpinan. Organisasi mempertimbangkan perubahan dalam manajemen dan tindakan masing-masing dan filosofi dalam sistem pengendalian internal. 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah tindakan menetapkan kebijakan dan prosedur untuk membantu menjamin bahwa perintah manajemen untuk mengurangi risiko dalam rangka pencapaian tujuan dilaksanakan. Aktivitas pengendalian dilaksanakan di semua level entitas dan pada berbagai tingkatan dalam proses bisnis, dan berakhir di lingkungan teknologi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:57-58), terdapat tiga prinsip yang berhubungan dengan aktivitas pengendalian, antara lain: a. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang berkontribusi dalam pencegahan risiko untuk mencapai tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 pada level yang dapat diterima. Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework (2013:166), terdapat enam poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Mengintegrasikan dengan penaksiran risiko. Aktivitas pengendalian membantu menjamin bahwa respon risiko yang menyebut dan mengurangi risiko dilakukan. 2) Mempertimbangkan faktor spesifik entitas. Manajemen mempertimbangkan bagaimana lingkungan, kompleksitas, alam, dan bidang operasi, maupun karakteristik organisasi yang spesifik mempengaruhi pemilihan dan pengembangan aktivitas pengendalian. 3) Menetapkan proses bisnis yang relevan. Manajemen menetapkan proses bisnis yang relevan yang memerlukan aktivitas pengendalian. 4) Mengevaluasi campuran tipe pengendalian internal. Aktivitas pengendalian termasuk susunan dan berbaga pengendalian dan mungkin termasuk suatu keseimbangan untuk mengurangi risiko, mempertimbangkan kontrol secara manual ataupun otomatisasi, dan kontrol pencegahan dan detektif. 5) Mempertimbangkan pada level apa aktivitas diterapkan. Manajemen mempertimbangkan aktivitas pengendalian pada berbagai level dalam entitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 6) Adanya pemisahan tugas. Manajemen melakukan pemisahan tugas antara tugas-tugas yang berpotensi untuk terjadinya kecurangan. Tugas-tugas yang biasanya dipisahkan adalah fungsi otorisasi, fungsi pemegang harta, dan fungsi pencatat. b. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang umum melalui teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan. Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework (2013:178), terdapat empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Menentukan ketergantungan antara kegunaan teknologi dalam proses bisnis dan teknologi dalam pengendalian umum. Manajemen memahami dan menetapkan ketergantungan dan hubungan antara proses bisnis, aktivitas pengendalian yang otomatis, dan pengendalian teknologi secara umum. 2) Menetapkan infrastruktur teknologi aktivitas pengendalian yang relevan. Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian melalui infrastruktur teknologi yang didesain dan diimplementasikan untuk membantu menjamin kelengkapan, akurasi, dan ketersediaan dari proses teknologi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 3) Menetapkan aktivitas pengendalian dalam proses keamanan manajemen yang relevan. Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang didesain dan diimplementasikan untuk membatasi hak akses atas teknologi untuk mengotorisasi pengguna yang sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan mereka dan untuk melindungi aset entitas dari ancaman eksternal. 4) Menetapkan proses akuisisi, pengembangan, dan pemeliharaan aktivitas pengendalian yang relevan. Manajemen pengendalian memilih melalui dan mengembangkan akuisisi, aktivitas pengembangan, dan pemeliharaan teknologi dan infrastruktur untuk mencapai tujuan manajemen. c. Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang memasukkan kebijakan dalam tindakan. Menurut COSO (2013:184-185), terdapat enam poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk mendukung penyebaran arahan manajemen. Manajemen menetapkan aktivitas pengendalian yang dibangun menjadi proses bisnis dan aktivitas karyawan sehari-hari melalui penetapan kebijakan yang diharapkan dan tindakan sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 dengan prosedur yang relevan. 2) Menetapkan tanggung jawab untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur. Manajemen menetapkan tanggung jawab untuk aktivitas pengendalian dengan manajemen unit bisnis atau fungsi yang memiliki risiko yang relevan. 3) Melaksanakan dalam cara yang tepat waktu. Tanggung jawab personel melaksanakan aktivitas pengendalian dalam cara yang tepat waktu didefinisikan dengan kebijakan dan prosedur. 4) Mengambil tindakan perbaikan. Tanggung jawab personel menginvestigasi dan bertindak dalam persoalan yang diidentifikasi sebagai hasil pelaksanaan aktivitas pengendalian. 5) Pelaksanaan menggunakan personel yang kompeten. Personel yang kompeten dengan otoritas yang cukup melaksanakan aktivitas pengendalian dengan rajin dan fokus terus-menerus. 6) Menaksir kembali kebijakan dan prosedur. Manajemen secara periodik mereview aktivitas pengendalian untuk menetapkan keberlangsungan memperbaruinya ketika dibutuhkan. yang relevan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 4. Informasi dan Komunikasi Informasi dibutuhkan entitas untuk melakukan tanggung jawab pengendalian internal untuk mendukung pencapaian tujuan. Manajemen menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas dari sumber eksternal dan internal untuk mendukung fungsi dari pengendalian internal. Komunikasi merupakan proses yang berulang untuk menyediakan, membagi, dan menghasilkan kebutuhan informasi. Komunikasi internal adalah informasi yang disebarkan dalam seluruh organisasi, ke atas, ke bawah, dan semua entitas. Sedangkan komunikasi eksternal ada dua macam, yaitu memungkinkan datangnya komunikasi dari informasi eksternal yang relevan dan menyediakan informasi untuk pihak eksternal dalam reaksi sebagai keperluan dan ekspektasi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:58), ada tiga prinsip yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi, yaitu: a. Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung fungsi pengendalian internal. Menurut COSO (2013:193), terdapat lima poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Mengidentifikasi keperluan informasi. Suatu proses untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dan diharapkan untuk mendukung fungsi komponen lain dari pengendalian internal dan mencapai tujuan entitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 2) Mendapatkan sumber data internal dan eksternal. Sistem informasi menangkap sumber data internal dan eksternal. 3) Memproses data yang relevan menjadi informasi. Sistem informasi memproses dan mentransformasi data yang relevan menjadi informasi. 4) Memelihara kualitas melalui pemrosesan. Sistem informasi memproduksi informasi yang tepat waktu, sekarang, akurat, lengkap, dapat diakses, dilindungi, dan dapat diverifikasi relevansinya dan dipelihara. dalam Informasi mendukung direview komponen untuk pengendalian internal. 5) Mempertimbangkan biaya dan manfaat. Sifat, jumlah, dan ketelitian dalam mengkomunikasikan informasi disetarakan dan mendukung pencapaian tujuan. b. Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal yang diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal. Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:201), terdapat empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Mengkomunikasikan informasi pengendalian internal. Suatu proses untuk mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan untuk memampukan seluruh personel memahami dan melakukan tanggung jawab pengendalian internal mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 2) Mengkomunikasikan dengan dewan direksi. Komunikasi ada di antara manajemen dan dewan direksi sehingga keduanya memiliki informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi peran mereka dengan menghormati tujuan entitas. 3) Menyediakan pemisahan alur komunikasi. Pemisahan saluran komunikasi, seperti saluran whistle-blower berada di tempat dan berfungsi sebagai mekanisme gagal dan simpan untuk memungkinkan komunikasi anonim dan rahasia ketika saluran normal berfungsi dengan tidak normal dan tidak efektif. 4) Memilih metode komunikasi yang relevan. Metode komunikasi mempertimbangkan waktu, pendengar, dan sifat dari informasi tersebut. c. Organisasi mengkomunikasikan dengan pihak eksternal mengenai persoalan yang mempengaruhi fungsi dari pengendalian internal. Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework (2013:208), terdapat lima poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain: 1) Mengkomunikasi dengan pihak eksternal. Suatu proses untuk mengkomunikasikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk pihak eksternal termasuk shareholders, rekan, pemilik, pembuat regulasi, konsumen, dan analis keuangan dan pihak eksternal lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 2) Memungkinkan datangnya komunikasi. Saluran komunikasi terbuka mengizinkan masukan (input) dari pelanggan, pemasok, auditor eksternal, pembuat regulasi, analis keuangan, dan lainnya memberikan manajemen dan dewan direksi informasi yang relevan. 3) Mengkomunikasikan dengan dewan direksi. Informasi yang dihasilkan dari penaksiran eksternal mengenai aktivitas organisasi yang berhubungan dengan cara pengendalian internal dievaluasi oleh manajemen dan dikomunikasikan kepada dewan direksi. 4) Menyediakan alur pemisahan komunikasi. Kompleksitas hubungan bisnis di antara entitas dan pihak eksternal mungkin melalui penyedia jasa dan susunan outsourcing lainnya, joint venture dan aliansi, dan transaksi lainnya yang menciptakan saling ketergantungan di antara berbagai pihak. 5) Memilih metode komunikasi yang relevan. Metode komunikasi mempertimbangkan waktu, pendengar, dan sifat dari komunikasi dan hukum, regulasi, dan persyaratan penggadaian dan ekspektasi. 5. Aktivitas Pengawasan Evaluasi terus-menerus, evaluasi terpisah-pisah, atau kombinasi dari keduanya digunakan untuk memastikan setiap komponen dari lima PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 komponen pengendalian internal termasuk kontrol atas efek prinsip dalam setiap komponen dilakukan dan berguna. Penemuan-penemuan dievaluasi dan kekurangan-kekurangan dikomunikasikan dalam cara tepat waktu, dengan cara serius dilaporkan ke manajemen puncak dan dewan direksi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:59), ada dua prinsip yang berkaitan dengan aktivitas pengawasan, yaitu: a. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi terus-menerus dan/atau terpisah-pisah untuk memastikan komponenkomponen pengendalian internal dilakukan dan berguna. Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework (2013:217-218), terdapat tujuh poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain: 1) Mempertimbangkan campuran evaluasi terus-menerus dan terpisah. Manajemen memasukkan keseimbangan evaluasi terus-menerus dan terpisah. 2) Mempertimbangkan tingkat perubahan. Manajemen mempertimbangkan tingkat perubahan dalam bisnis dan proses bisnis ketika pemilihan dan pengembangan evaluasi terus-menerus dan terpisah. 3) Menetapkan dasar pemahaman. Desain dan keadaan sekarang suatu sistem pengendalian internal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 digunakan untuk menetapkan dasar untuk evaluasi terusmenerus dan terpisah. 4) Menggunakan personel yang banyak pengetahuan. Pengevaluasi melakukan evaluasi terus-menerus dan terpisah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami apa yang sedang dievaluasi. 5) Mengintegrasikan dengan proses bisnis Evaluasi terus-menerus dibangun menjadi proses bisnis dan menyesuaikan perubahan kondisi. 6) Menyesuaikan bidang dan frekuensi. Manajemen mengubah bidang dan frekuensi evaluasi terpisah tergantung pada risiko. 7) Mengevaluasi dengan tujuan. Evaluasi terpisah dilakukan secara periodik untuk menyediakan tujuan umpan balik. b. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan pengendalian internal dalam cara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan perbaikan, termasuk manajemen senior dan dewan direksi secara tepat. Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework (2013:226), terdapat tiga poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 1) Menaksir hasil. Manajemen dan dewan direksi secara tepat menaksir hasil evaluasi terus-menerus dan terpisah. 2) Mengkomunikasikan kekurangan. Kekurangan dikomunikasikan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindakan perbaikan dan kepada manajemen senior dan dewan direksi secara tepat. 3) Mengawasi tindakan perbaikan. Manajemen melacak kekurangan diperbaiki berdasarkan tepat waktu. E. Kelayakan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Kendall dan Kendall (2011: 62), dalam hal seorang analis merekomendasikan pengembangan ke depannya, suatu proyek harus menunjukkan bahwa proyek tersebut memang layak dalam tiga hal berikut ini, yaitu secara teknis, ekonomis, dan operasional. Ketiga hal ini dikenal dengan “the three key elements of feasibility” atau tiga elemen kunci dari kelayakan. 1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility) Seorang analis sistem harus mengetahui apakah terdapat kemungkinan untuk mengembangkan suatu sistem baru berdasarkan sumber daya teknis yang sekarang. Jika tidak, analis perlu mempertimbangkan apakah sistem tersebut bisa diperbarui atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 ditambahi dengan yang memenuhi permintaan di bawah pertimbangan. Jika sistem yang telah ada tidak dapat diperbarui atau ditambah, pertanyaan berikutnya apakah ada teknologi yang telah ada yang cocok dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Selain itu, analis juga perlu mengetahui apakah organisasi memiliki karyawan yang lumayan cakap secara teknis untuk mencapai tujuan. Jika tidak, pertanyaan selanjutnya adalah apakah perusahaan bisa merekrut karyawan yang memiliki kemampuan pemrograman yang berbeda dari yang telah ada, atau mungkin melakukan proyek outsource secara keseluruhan. Kemudian, analis juga perlu mempertimbangkan apakah perusahaan perlu untuk menggunakan software. 2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility) Kelayakan ekonomis merupakan bagian kedua dari penentuan sumber daya. Sumber daya dasar yang perlu untuk dipertimbangkan adalah waktu dan biaya. Biaya di sini berupa biaya untuk mempelajari sistem secara penuh, biaya untuk membayar waktu karyawan, biaya perkiraan hardware, dan biaya perkiraan software atau pengembangan software. Perhatian dari bisnis harus bisa melihat nilai investasi dengan penuh pertimbangan sebelum memutuskan untuk memperlajari keseluruhan sistem. Jika biaya jangka pendek tidak menghasilkan keuntungan jangka panjang atau prosedur tidak segera mengurangi biaya operasi, sistem tidak layak secara ekonomis dan proyek sebaiknya tidak diproses lebih lanjut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility) Kelayakan operasional tergantung pada ketersediaan sumber daya manusia untuk proyek dan termasuk apakah sistem akan mengoperasikan dan digunakan saat dipasang. Jika pengguna hampir berpadu dengan sistem yang sekarang, pengguna merasa tidak ada masalah dengan sistem yang sekarang, dan pengguna secara umum tidak terlibat dalam permintaan sistem baru, maka penolakan pengguna untuk pengimplementasian sistem baru akan menjadi kuat. Kesempatan untuk sistem baru menjadi operasional akan lemah. Kemungkinan lain, jika mereka sudah mengekspresikan kebutuhan untuk sebuah sistem yang lebih operasional, lebih efisien, dan perilaku menerima, kesempatan lebih baik bahwa sistem yang diminta akhirnya akan dapat digunakan. F. Kesiapan Perubahan Armenakis et al. (1993: 681) mendefinisikan kesiapan (readiness) sebagai kepercayaan, sikap, dan niat anggota-anggota organisasi sehubungan dengan luasnya perubahan yang dibutuhkan dan kapasitas organisasi untuk secara berhasil melakukan perubahan. Holt et al. (2007: 235) mendefinisikan kesiapan untuk berubah (readiness for change) sebagai sikap komprehensif yang dipengaruhi secara berkelanjutan oleh isi atau content (apa yang diubah), proses atau process (bagaimana perubahan diimplementasikan), konteks atau context (keadaan pada saat perubahan terjadi), dan individu (karakteristik yang diminta untuk berubah). Selain itu, Holt et al. (2007: 235) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 juga menjelaskan bahwa kesiapan secara kolektif menggambarkan seberapa besarnya individu atau sekumpulan individu secara kognitif dan emosional cenderung menerima, menganut, dan mengadopsi rencana tertentu untuk mengubah status quo secara sengaja. Armenakis et al. (1999) (dalam Barber 2010: 27) mengidentifikasi tiga jenis komitmen individu yang diperlukan untuk membawa perubahan dalam institusi, yaitu: kepatuhan, identifikasi, dan internalisasi. Komitmen atas kepatuhan (compliance) terjadi ketika seorang individu menyesuaikan diri dengan perubahan berdasarkan pada keyakinan bahwa ia akan baik dihargai untuk berubah atau dihukum karena tidak berubah. Komitmen identifikasi (identification) harus dilakukan dengan keinginan individu untuk membangun atau memelihara hubungan dengan orang lain atau kelompok dan dengan begitu orang mengadopsi perilaku yang terkait dari individu atau anggota kelompok. Terakhir, komitmen internalisasi (internalization) berkaitan dengan kongruensi dengan nilai-nilai individu. Ketika perubahan konsisten dengan keyakinan dan keinginan individu, orang tersebut akan mengadopsi perilaku baru berdasarkan motivasi intrinsik. Kotter (1996: 21) (dalam Barber 2010: 6) berpendapat bahwa terdapat delapan langkah proses perubahan (eight-stage change process), yaitu: 1. Membangun rasa urgensi Tujuan dari perusahaan adalah meningkatkan rasa urgensi setiap orang dalam perusahaan dengan menghadapkan mereka pada fakta yang kejam, melakukan banyak percakapan, dan menunjukkan kepada mereka bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 terdapat cara yang lebih baik dengan kesempatan yang lebih, tetapi dengan pertimbangan keadaan sekarang dari kesempatan itu tidak dapat dicapai oleh organisasi. 2. Menciptakan koalisi pembimbingan Hal ini fokus pada pembentukan tim yang tepat dari individu-individu untuk membawa perubahan. Tim ini harus merepresentasikan karakteristik yang dibutuhkan, yaitu: kekuatan posisi, keahlian, kredibilitas, dan kepemimpinan. Sebagai tambahan, tim tersebut harus kompak yaitu setiap anggota mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang kuat sebaik mereka mempercayai satu sama lain dan tujuan bersama. 3. Mengembangkan visi dan strategi Langkah ini merekomendasikan visi agar merupakan visi yang ada, diperlukan, layak, fokus, fleksibel, dan dapat dikomunikasikan. 4. Mengkomunikasikan perubahan visi Komunikasi sebaiknya dilakukan dari berbagai sisi dengan tipe yang bervariasi dari forum dan gaya komunikasi. Tujuannya adalah untuk karyawan mendapatkan pemahaman visi dan secara emosional berkomitmen untuk berubah. 5. Memberdayakan aksi yang berbasis luas Langkah ini memerlukan pembuatan perubahan organisasi untuk mengeliminasi rintangan, menciptakan lebih banyak kesempatan untuk kreativitas dan pengambilan risiko, dan untuk menyediakan pendidikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 6. Membangkitkan keunggulan jangka pendek Langkah ini adalah tentang membangun situasi yang saling menguntungkan untuk membangun semangat dan dukungan yang terus menerus untuk perubahan. Ini juga memberikan kesempatan untuk mengakui dan menghargai individu dan/atau kelompok atas kerja keras dan prestasi tambahan. 7. Memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan Langkah ini merepresentasikan kenyataan yang berskala besar, kompleks, rencana jangka panjang yang memerlukan banyak perubahan. Sistem dan proses perlu direkayasa ulang, yang membutuhkan waktu dan keterlibatan dari banyak orang. Langkah ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk tetap fokus dan untuk mendelegasikan tanggung jawab seluruh orang dalam organisasi. Langkah ini juga menawarkan kesempatan untuk meninjau kembali ketergantungan historis yang terjadi dan mungkin menghilangkan beberapa untuk lebih memungkinkan proses perubahan. 8. Mendukung pendekatan baru dalam kebudayaan Langkah ini memperkuat kebutuhan untuk mendukung perubahan dalam budaya baru yang sedang didirikan. Memperkuat perilaku baru dan memastikan karyawan melihat hubungan dari perilaku terhadap keberhasilan organisasi membantu untuk memastikan keberlanjutan usaha perubahan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 G. Ajaran Buddha Maitreya Budaya organisasi mempengaruhi penerapan sistem informasi akuntansi yang ada di vihara. Hal ini karena vihara merupakan tempat beribadah umat beragama Buddha yang dalam kegiatan sehari-hari menggunakan ajaran-ajaran Buddha. Berikut ini adalah ajaran Buddha Maitreya yang dapat dikaitkan dengan penerapan sistem informasi akuntansi. 1. Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya a. Makna Luhur Tao Maitreya Ajaran Maha Tao Maitreya mengutamakan kasih sebagai ajaran utamanya. Maha Tao Maitreya menjadikan beberapa bentuk kasih dalam ajarannya, yaitu: 1) Dharma hati kasih Maha Tao Maitreya menjadikan dharma hati kasih sebagai kebenaran dalam membabarkan ajarannya untuk menyelamatkan dunia dan umat manusia. 2) Senyuman kasih Senyuman kasih merupakan kunci sukses dalam bertugas dan berkomunikasi dengan sesama. Dalam ajaran ini dipercayai bahwa senyuman kasih dapat berdampak positif bagi kehidupan manusia. Senyuman kasih mampu meruntuhkan tembok pemisah atas perbedaan antar manusia akibat perbedaan agama, etnis, kepercayaan, dan ras. Dengan senyuman kasih pula umat manusia mampu untuk memaafkan, merelakan, melapangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 dada, memaklumi, dan mengasihani orang lain. Hal ini membuat kehidupan ini menjadi damai, tidak ada permusuhan, pertikaian, kebencian, dan kemarahan. Senyuman kasih dapat melenyapkan ketegangan, keterikatan, tekanan, rasa iri, dan prasangka. Senyuman kasih juga mampu membangkitkan jiwa yang penuh rasa hormat dan penuh syukur. Dengan jiwa yang penuh syukur, hati manusia akan menjadi bahagia. 3) Jiwa kasih Maha Tao Maitreya menjadikan jiwa kasih sebagai cara atau teknik untuk pembinaan batin dan pengendalian pikiran. Dalam jiwa kasih ini diketahui macam-macam perwujudan jiwa kasih kepada setiap orang. Jiwa kasih terhadap guru, atasan, dan senior diwujudkan dalam bentuk respek atau hormat. Bentuk jiwa kasih terhadap anak, bawahan, dan junior adalah dengan kasih sayang. Bentuk jiwa kasih terhadap kakak dan adik, rekan kerja, teman sekolah, dan teman ditunjukkan dengan rasa persaudaraan dan kepercayaan. Perwujudan jiwa kasih yang menolak serakah atas reputasi, kekuasaan, dan kekayaan adalah dengan melakukan kebenaran. Jiwa kasih yang terpancar melalui mata, hidung, telinga, lidah, badan, dan pikiran dapat melenyapkan segala bentuk kebodohan, kebencian, dan keserakahan diwujudkan dengan samadhi atau konsentrasi. Kemudian, perwujudan jiwa kasih dengan tidak melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 kejahatan, kesesatan, khayalan, tidak terikat atau menolak fakta yang ada, dan tidak memihak kepada siapapun dan apapun dapat ditunjukkan dengan prajna atau kebijaksanaan. 4) Perilaku kasih Ajaran Maha Tao Maitreya menjadikan perilaku kasih sebagai pedoman budi pekerti dan akhlak. Perilaku kasih merupakan landasan kebajikan. Terdapat banyak macam sikap yang menunjukkan perilaku kasih. Perilaku kasih dapat ditunjukkan dengan sikap bersyukur, tidak tega menyakiti orang lain, dan mengutamakan kepentingan orang lain. Sikap-sikap ini akan menciptakan perdamaian, kebahagiaan, keharmonisan, tidak ada kebencian, dan keegoisan. Perilaku kasih dapat dicerminkan dengan tak melawan saat dipukul dan tak membalas saat dimarahi. Perilaku kasih adalah tindakan yang menghilangkan kebencian, kemarahan, dan ketidakpuasan terhadap orang lain. Perilaku kasih berarti tidak mengecewakan, membuat putus harapan, iri, ataupun berprasangka buruk kepada orang lain. 5) Semangat Ajita Ajita atau tiada tandingan berarti tidak ada sesuatu yang dapat menandingi hati nurani dan cinta kasih. Semangat ajita ditunjukkan dengan semangat “dipukul tak melawan, dimarah tak membalas”. Dipukul tak melawan, dimarah tak membalas merupakan penerapan dari hati nurani yang paling universal, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 yaitu menghormati dan memuliakan segalanya dan paling sempurna, yaitu mensyukuri segalanya. Selain itu, semangat ini juga merupakan pengamalan nyata dari hati nurani yang paling bajik, paling indah, dan paling bahagia. Pengamalan nyata dari nurani yang paling bajik adalah mengasihi segalanya, pengamalan nyata hati nurani yang paling indah adalah bersukacita atas segalanya, dan pengamalan nyata yang paling bahagia adalah selalu memberikan senyuman kasih. Dipukul tak melawan, dimarah tak membalas juga merupakan pengalaman nyata hati nurani yang anuttara dan yang paling agung dan mulia. Pengamalan hati nurani yang anuttara atau tertinggi tiada bandingan maksudnya adalah semangat ini melampaui segalanya. Sedangkan pengamalan hati nurani yang paling agung dan mulia adalah mengagungkan segalanya. b. Makna Hak Asasi Nurani Wang (2000:35). berpendapat bahwa “Aku Sejati” yang dimiliki setiap manusia adalah emanasi atau percikan roh Tuhan, dan seharusnya mendapatkan penghormatan yang layak. Berdasarkan pengertian tersebut aku sejati, yaitu hati nurani yang dimiliki oleh setiap manusia merupakan percikan roh Tuhan yang harus dihormati dan dihargai dengan layak. Oleh karena itu, setiap manusia harus menghormati dan menghargai sesamanya dan memperlakukan mereka dengan layak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 c. Makna Kebebasan Nurani “Kebebasan Nurani berarti kebebasan dari ketidaktentraman Nurani, rasa bersalah, deraan, dan penderitaan Nurania” (Wang 2000:37). Kebebasan nurani dapat dicapai dengan melenyapkan keserakahan, kebencian, dendam, iri, dengki, prasangka buruk, praduga, pikiran negatif, keegoisan, dan kesombongan. Seseorang dikatakan mencapai kebebasan nurani saat dia mampu bebas dari kegelapan dan kesesatan. d. Makna Demokrasi Nurania “Dalam masyarakat demokrasi Nurania, setiap warga menjunjung Kebenaran, Hakekat Sejati, dan Hati Nurani; memuliakan semangat gotong royong, menghormati hukum keadilan dan kepentingan umum” (Wang 2000:39). Demokrasi nurani berarti setiap manusia menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan hati nurani dalam kehidupannya, lalu juga hidup dengan saling membantu dan tidak mementingkan kepentingan pribadi, namun mementingkan kepentingan bersama. 2. Dharma Hati Ajita Sejak dulu, setiap pembina selalu berusaha melenyapkan tiga hati, empat konsepsi, tujuh emosi, dan enam nafsu. Dalam Dharma Hati Ajita, malah mengajarkan tentang menerimatiga hati, empat konsepsi, tujuh emosi, dan enam nafsu dengan mengendalikannya menggunakan kasih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 a. Tiga Hati Sang Pengasih 1) Hati masa lalu Sang Pengasih “Bertobat atas kesalahan masa lalu dan memperbaiki diri setiap hari” (Wang 2000:51). Setiap kejadian buruk yang ada, seperti perselisihan, permusuhan, peperangan, difitnah, dirugikan, direndahkan, dan sebagainya dapat dimaklumi, dimaafkan atau dilupakan oleh seseorang yang memiliki kasih, sehingga sejalan dengan hati masa lalu Sang Pengasih semua penderitaan dapat dihapus. 2) Hati sekarang Sang Pengasih “Manfaatkan waktu sekarang seketika tanpa niat kedua (Wang 2000:53). Sang Pengasih selalu memberikan dan memanfaatkan waktunya untuk berjuang tanpa menunda-nunda. 3) Hati akan datang Sang Pengasih “Besok akan lebih baik dan sempurna” (Wang 2000:55). Seorang pengasih dalam menjalani hidupnya selalu optimis, berjuang, penuh harapan, dan penuh keyakinan. Selain itu, seorang pengasih akan selalu berjuang untuk hidup lebih baik setiap harinya. b. Empat Konsepsi Sang Pengasih 1) Konsepsi keakuan Sang Pengasih “Menjadi seorang pembina Ketuhanan yang memiliki harga diri Nurani. Harga diri Nurani adalah sikap dapat menghormati PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 Nurani sendiri” (Wang 2000:57). Dalam konsep ini, seorang pengasih adalah orang yang bisa menghormati dan menghargai dirinya sendiri dan dapat melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan hati nuraninya. 2) Konsepsi orang lain Sang Pengasih “Memandang orang lain bagai diri sendiri, semua bangsa satu keluarga” (Wang 2000:58). Dalam konsep ini, seorang pengasih ialah orang yang selalu memandang orang lain sama tanpa membanding-bandingkan, dan menganggap semua orang adalah satu keluarga. 3) Konsepsi umat manusia Sang Pengasih “Penuh prilaku kasih untuk membawakan kebahagiaan semesta” (Wang 2000:59). Orang yang memiliki kasih dalam kondisi apapun baik itu senang maupun susah akan tetap mengamalkan kebenaran dan melakukan segala wujud cinta kasih. 4) Konsepsi panjang usia Sang Pengasih “Panggilan kasih yang tiada batas melahirkan kehidupan yang tiada batas” (Wang 2000:60). Orang yang memiliki kasih pada kehidupan akan selalu melakukan hal sesuai dengan hati nuraninya. Tanpa kasih, usia panjang tidaklah berguna sebab seseorang tidak melakukan sesuatu yang berguna dalam hidupnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 c. Tujuh Emosi Sang Pengasih 1) Kebahagiaan Sang Pengasih “Mendatangkan kebahagiaan semesta bagi orang lain. Proses pengorbanan demi Ketuhanan adalah sumber kebahagiaan Nurani” (Wang 2000:61). Kebahagiaan seorang pengasih adalah saat dia dapat berdedikasi atau memberikan sesuatu untuk vihara dan umat manusia. 2) Amarah Sang Pengasih “Berteguh pada Kebenaran dan kebajikan, menyadarkan kesesatan. Inilah teladan Pribadi Sang Pemberani” (Wang 2000:63). Amarah seorang pengasih adalah amarah yang dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri maupun orang lain. Manfaat yang diberikan seperti kesadaran dan kebenaran. 3) Kesedihan Sang Pengasih “Menghakimi diri sendiri sebagai tanda kesedihan terhadap diri sendiri, mengasihi umat manusia sebagai tanda kesedihan terhadap mereka” (Wang 2000:65). Saat Sang Pengasih dihina, difitnah, dicurigai, dan dibenci, dia bukannya marah, benci, atau dendam malah akan merasa berduka atas orang tersebut. Seorang pengasih meneteskan air mata sebagai tanda kasih dan memancarkan belas kasihan kepada orang yang menyakitinya. 4) Ketakutan Sang Pengasih “Khawatir umat manusia melakukan dosa, maka Sang Pengasih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 dalam setiap niat, saat, dan tempat, berjuang menyelamatkan manusia” (Wang 2000:66). Seorang pengasih merasa takut dan khawatir melihat kondisi dimana umat manusia saling bertikai, egois, berbuat seenaknya, dan akhirnya hancur bersama menuju penderitaan. 5) Kasih sayang Sang Pengasih “Setiap niat penuh kasih, kapan dan dimanapun perilaku kasih. Tak tega menyakiti orang lain melainkan selalu mencurahkan kasih” (Wang 2000:67). Seseorang yang memiliki kasih sayang akan menebarkan kasih dimanapun ia berada dan tidak akan tega melakukan sesuatu yang dapat menyakiti orang lain. 6) Kebencian Sang Pengasih Saat merasa benci terhadap dosa diri sendiri maka segera bertobat. Saat merasa benci terhadap dosa orang lain maka tandanya dia terpanggil untuk membela kebenaran. Saat manusia merasa benci akan kesalahan diri maka dia harus terus memperbaiki dirinya. Saat manusia benci akan kesalahan orang lain maka artinya dia terpanggil untuk membabarkan dan mengamalkan kebenaran. 7) Nafsu Sang Pengasih “Nafsu tiada batas diubah menjadi kasih yang tiada batas. Nafsu yang tak berdasar diubah menjadi kasih yang tiada tara” (Wang 2000:70). Seorang pengasih tidak akan memuaskan nafsu diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 sendiri dengan merugikan orang lain, malah dia akan mengubah nafsu yang dia miliki untuk menyelamatkan umat manusia. d. Enam Nafsu Sang Pengasih Dalam enam nafsu sang pengasih terdapat tujuh jenis nafsu sang pengasih, yaitu: 1) Mata Sang Pengasih (bebas dari ikatan wujud rupa). Mata seseorang yang memiliki kasih hanya melihat kesalahan diri sendiri dan tak melihat kesalahan orang lain serta memaklumi kesalahan orang lain dengan kasih. 2) Telinga Sang Pengasih (bebas dari ikatan suara). Telinga seorang pengasih hanya mendengar kesalahan sendiri, tak mendengar kesalahan orang lain. 3) Mulut Sang Pengasih (mulut tak lagi menjadi sumber bencana). Mulut seorang pengasih hanya membicarakan kesalahan diri, tak membicarakan kesalahan orang lain. 4) Lidah Sang Pengasih (bebas dari ikatan citarasa, lidah tak menjadi sumber penyakit). Lidah Sang Pengasih tidak serakah terhadap kenikmatan mulut, selalu menghargai berkah, dan selalu bersyukur. Seorang pengasih mengutamakan kesehatan dan pengendalian lidah. 5) Hidung Sang Pengasih (bebas dari ikatan aroma). Hidung seorang pengasih menjauhi aroma daging dan hanya membaui aroma Ilahi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 6) Raga Sang Pengasih (bebas dari ikatan sentuhan). Raga seorang pengasih tidak diperbudak oleh jasmani, tidak terikat pada papan, sandang, pangan, transportasi, kedudukan, status, dan kekayaan. 7) Pikiran Sang Pengasih (bebas dari ikatan laksa fenomena). Saat kasih memenuhi hati dan pikiran maka segala kekesatan pikiran, khayalan, kejahatan, nafsu, dan niat buruk akan lenyap. 3. Teknologi, Peradaban, dan Hati Nurani “Sains, teknologi, dan kemajuan peradaban akan kehilangan makna jika gagal mendatangkan kedamaian bagi dunia dan kecemerlangan Hati Nurani bagi umat manusia” (Wang 2000:109). Tujuan dari pemanfaatan teknologi sendiri adalah agar umat manusia bisa mencapai kehidupan yang lebih baik, sejahtera, dan harmonis. “Bila hati nurani telah menjadi penguasa diri, kehidupan material maupun spiritual akan menjadi pembawa kehidupan yang bahagia, sejahtera, dan harmonis” (Wang 2000:109). Terdapat lima nafsu merupakan penyebab kekacauan dalam kehidupan masyarakat, yang membuat jiwa manusia semakin terjerumus ke dalam kegelapan. Lima nafsu dasar manusia, terdiri dari makan, seks, tidur, reputasi, dan keuntungan. Saat manusia dikendalikan oleh hati nurani, lima nafsu yang dimiliki manusia dapat berubah menjadi lima kasih. “Teknologi adalah sebuah jalan tak berujung. Tanpa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 pengendalian Hati Nurani, teknologi hanyalah sebuah makhluk aneh raksasa, yang akan menghancurkan hidup manusia sendiri” (Wang 2000:143). “Peradaban yang berlandaskan Hati Nurani akan menghasilkan prestasi gemilang yang akan meningkatkan kualitas kehidupan” (Wang 2000:149). H. Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian mengenai pengendalian internal dalam organisasi religius. Duncan et al. (1999) meneliti mengenai sistem pengendalian internal dalam gereja di Amerika Serikat berdasarkan pengaruh dari ukuran dan tipe gereja. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengendalian internal untuk gereja besar dan kecil serta tipe gereja. Kemudian pada tahun 2004, Bowrin meneliti mengenai pengendalian internal pada enam organisasi religius, yaitu lima gereja dan satu tempat ibadah umat Hindu yang berada Trinidad dan Tibago. Temuan yang didapatkan oleh peneliti adalah secara keseluruhan bukti singkat yang didapatkan menunjukkan bahwa pengendalian internal dalam organisasi religius tidak cukup dan tidak sempurna, serta mengindikasikan bahwa kurangnya pengendalian dasar yang dianggap perlu dalam akuntansi. Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut, peneliti menganggap bahwa terdapat pengendalian internal dalam suatu organisasi religius entah itu kuat ataupun lemah. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap pengendalian internal pada organisasi religius, yaitu vihara. Ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 karena dalam penelitian yang disebutkan belum ada penelitian mengenai vihara sehingga peneliti berminat untuk mengetahui bagaimana pengendalian internal dalam vihara. Penelitian mengenai pengaruh ajaran-ajaran Buddha terhadap akuntansi dan bidang-bidang dalam akuntansi telah diteliti oleh beberapa peneliti. Salah satu topik penelitian yang dilakukan adalah mengenai etika akuntansi dan ajaran Buddha. Liyanarachchi (2008) meneliti mengenai etika akuntansi yang dilihat dari perspektif agama Buddha. Hasil dari penelitian ini adalah etika Buddhis menunjukkan bahwa jalan mulia berunsur delapan khususnya untuk konsep moralitas atau sila yang terdiri dari ucapan benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar, dapat membuktikan kegunaan untuk penulisan tentang etika akuntansi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Chang et al. (2012) mengenai perbandingan antara pendidikan etika agama Buddha dengan pendidikan etika akuntansi menunjukkan hasil bahwa jalan mulia berunsur delapan yang terdapat dalam ajaran Buddha dapat dijadikan sebagai pedoman dalam membimbing pelaksana untuk melakukan apa yang dibutuhkan secara berurutan dan bersamaan untuk mengembangkan perilaku moral. Peneliti juga menyarankan untuk mengaplikasikan etika pendidikan akuntansi dan etika pendidikan Buddhis dalam meningkatkan perilaku moral. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ajaran Buddha dapat dihubungkan dengan akuntansi. Hal ini mendorong dan menginspirasi peneliti untuk menganalisis pengimplementasian ajaran Buddha dengan penerapan sistem PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 informasi akuntansi dan pengendalian internal. Melalui analisis ajaran Buddha dengan penerapan pengendalian internal, kemudian dapat dilihat bagaimana penerapan pengendalian internal dalam pengelolaan vihara yang mana vihara merupakan tempat beribadah umat Buddha. Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh agama orang China, seperti agama Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme, dan kebudayaan orang China, seperti Feng Shui, terhadap perkembangan akuntansi. Penelitianpenelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh antara agama orang China terhadap perkembangan akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Gao dan Handley-Schachler (2003) menunjukkan bahwa evolusi akuntansi orang China sangat banyak dipengaruhi oleh budaya tradisional orang China seperti Konfusianisme, Buddhisme, dan Feng Shui, beserta faktor politik, ekonomi, dan teknologi. Bloom dan Solotko (2003) menuliskan dalam jurnal penelitiannya bahwa baik sistem akuntansi China maupun Jepang dapat dianggap penganut ketat untuk Konfusianisme dalam pandangan tentang peran signifikan dari pemerintah di kedua sistem. Apa yang bisa dikatakan tentang sistem ini adalah bahwa mereka memperlihatkan akar mereka dalam sebagian besar untuk Konfusianisme. Namun, Konfusianisme tidak menjelaskan penekanan tradisional yang cukup besar pada kontrol pemerintah dan bentuk hukum dalam akuntansi di kedua negara ini. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Wissler pada tahun 2013 juga menunjukkan adanya pengaruh agama orang China terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 perkembangan akuntansi. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat tiga jenis laporan keuangan yang digunakan di China yaitu: Zongqingbu, Caixiang jiece, dan Cunchu jiece. Dari ketiga jenis tersebut yang paling sedikit digunakan adalah Zongqingbu. Sedangkan yang paling banyak digunakan adalah Caixiang jiece. Hasilnya, laporan keuangan pada stone tablet mengungkapkan ketaatan perikatan dalam “aktivitas komersial dan transaksi moneter”. Agama orang China (Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme) memainkan peranan penting dalam perkembangan kebudayaan akuntansi di China. Penelitian mengenai pengaruh agama orang China terhadap perkembangan akuntansi baru merupakan sebuah permulaan. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, peneliti mengetahui bahwa agama Buddha memiliki kaitan atau hubungan dengan akuntansi. Hal ini karena dari penelitian-penelitian terdahulu didapatkan hasil bahwa perkembangan akuntansi, khususnya di China dipengaruhi oleh agama-agama orang China. Selain itu, hasil penelitian yang didapat juga menunjukkan bahwa suatu agama mampu mempengaruhi perilaku manusia dan penerapan akuntansi di suatu daerah. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti mengenai pengendalian internal, khususnya perilaku sumber daya manusia yang ada dengan ajaran Buddha yang dianut oleh sumber daya manusia dan diterapkan di vihara. Wiyono et al. pada tahun 2008 meneliti mengenai hubungan kepemimpinan dengan kesiapan implementasi knowledge management dalam organisasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 memiliki korelasi positif dengan knowledge management readiness, dan gaya kepemimpinan yang memiliki pengaruh besar adalah delegatif dan transisi. Pada tahun 2000, Eby et al. melakukan penelitian mengenai faktor yang berkaitan dengan reaksi karyawan dalam hal persepsi kesiapan organisasi untuk berubah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan pekerjaan dalam tim, dukungan organisasi, kepercayaan terhadap sesama rekan, partisipasi dalam bekerja, kebijakan dan prosedur yang fleksibel, serta dukungan logistik dan sistem akan secara positif berhubungan dengan kesiapan organisasi untuk berubah. Berdasarkan kedua penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kesiapan perubahan dalam organisasi, khususnya vihara. Hal ini karena kita bisa melihat bahwa terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan dalam perubahan, khususnya proses dalam perubahan itu sendiri dan sumber daya manusia yang ada di organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti mengenai kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi dalam vihara berdasarkan komitmen dari sumber daya manusia dan proses dari perubahan untuk memperkirakan apakah vihara bisa melewati proses tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi dan pengendalian internal yang diterapkan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya. B. Metode dan Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus (case study) di organisasi religius, yaitu Vihara Bodhicitta Maitreya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik digunakan untuk tujuan pencarian paling sedikit tiga cara pemverifikasian atau penguatan kejadian, deskripsi, atau fakta tertentu yang dilaporkan oleh penelitian (Yin, 2011:81). Beberapa cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk melakukan teknik triangulasi dalam penelitian ini, antara lain: 1. Triangulasi dengan Sumber Triangulasi dengan sumber dilakukan dengan mengumpulkan data dari sumber yang berbeda, bisa pada waktu dan alat yang berbeda. Kemudian, hasil atau data yang didapatkan tersebut dibandingkan. (Ghony, et.al, 2014:322-323) 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 2. Triangulasi dengan Metode Triangulasi dengan metode, dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama tapi dengan menggunakan lebih dari satu jenis teknik pengumpulan data, yang kemudian dibandingkan hasilnya. (Gunawan, 2013:219) Hal yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan triangulasi dengan sumber dan metode, antara lain: 1. Peneliti melakukan wawancara kepada lebih dari satu narasumber dengan pertanyaan yang sama. 2. Pada saat wawancara, peneliti menanyakan sebuah pertanyaan yang sama dua kali kepada subjek penelitian. 3. Peneliti melakukan observasi terhadap objek penelitian lebih dari satu kali pada waktu yang berbeda. 4. Peneliti membandingkan data yang didapat dari hasil wawancara dengan data hasil observasi. 5. Peneliti membandingkan data yang didapat dari hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. 6. Peneliti membandingkan data hasil observasi dengan dokumen yang berkaitan. Setelah peneliti melakukan hal-hal tersebut, peneliti mungkin akan mendapatkan perbedaan data. Saat hal ini terjadi, peneliti perlu mencari penyebab terdapat perbedaan data. Hal ini dilakukan peneliti agar data yang dikumpulkan dan dianalisis merupakan data yang benar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Wawancara (Interview) Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara adalah teknik dimana pewawancara menanyakan informasi-informasi yang dibutuhkannya kepada orang yang diwawancarai. Orang yang diwawancarai biasanya merupakan orang yang mengerti dan mengetahui informasi yang dibutuhkan pewawancara. Dalam penelitian ini, pewawancara akan mewawancarai beberapa pihak yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya, seperti Fo Yuan, Pandita, Thanzu, dan pihak-pihak lain yang bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Jenis pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka (open-ended question) dan pertanyaan tertutup (closed-ended question). Pertanyaan terbuka akan digunakan saat pewawancara menanyakan jenis pertanyaan yang membutuhkan jawaban deskripsi dan penjelasan dari pihak yang diwawancarai. Sedangkan pertanyaan tertutup digunakan saat pewawancara ingin mempertegas jawaban yang diberikan sebelumnya, serta pewawancara hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak dan ada atau tidak ada. Informasi yang bisa didapatkan dari teknik wawancara ini adalah sejarah dan perkembangan Vihara Bodhicitta Maitreya, struktur organisasi beserta deskripsi pekerjaan masing-masing jabatan, siklussiklus yang terjadi di vihara tersebut, dan pengendalian internal yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 diterapkan. Saat berlangsungnya wawancara, pewawancara merekam jawaban dari pihak yang sedang diwawancarai dengan menggunakan voice recorder. 2. Observasi Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi. Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. Kegiatan-kegiatan yang diamati oleh peneliti, antara lain: pengendalian internal di Vihara Bodhicitta Maitreya, sistem penerimaan, sistem pengeluaran, dan sistem penggajian dan sumber daya manusia. 3. Dokumentasi Dengan menggunakan teknik dokumentasi, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai berikut: sejarah dan perkembangan Vihara Bodhicitta Maitreya, struktur organisasi Vihara Bodhicitta Maitreya, penjelasan deskripsi pekerjaan masing-masing jabatan (jika ada yang secara tertulis), bukti-bukti transaksi, catatan-catatan atau formulirformulir transaksi yang terjadi, dan arsip-arsip berkaitan dengan kegiatan yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. D. Teknik Analisis Data Setelah peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, peneliti menguji keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Dalam melakukan teknik triangulasi ini, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 peneliti membandingkan data yang didapatkan sehingga akan didapat persamaan data. Jika peneliti mendapatkan hasil data yang berbeda untuk objek yang sama, peneliti perlu menelusuri kembali dan mencari penyebab perbedaan sehingga peneliti akan mendapatkan data yang dapat dipercaya dan sesuai kenyataan. Setelah melakukan teknik keabsahan data, peneliti menganalisis data. Sebelum menjawab rumusan masalah di dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pembahasan dan analisis mengenai sistem informasi akuntansi Vihara Bodhicitta yang lama dan baru. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut. 1. Peneliti mengidentifikasi pengimplementasian sistem informasi akuntansi, seperti pencatatan transaksi, bukti transaksi, dan siklus-siklus yang sudah ada di dalam vihara. Siklus-siklus tersebut berupa siklus penerimaan, siklus pengeluaran, dan siklus sumber daya manusia dan penggajian. Identifikasi dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan kemudian dideskripsikan dalam bentuk narasi. Kemudian, Siklus-siklus yang ada di vihara digambarkan dalam bentuk business process diagram. Dalam mendeskripsikan siklus yang terjadi di vihara, peneliti memilih untuk menggunakan business process diagram karena di Vihara Bodhicitta Maitreya tidak menggunakan dokumen sebagai bukti transaksi dan tidak menggunakan sistem yang terkomputerisasi. Hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat mendeskripsikan siklus yang terjadi dengan flowchart dokumen dan flowchart sistem. Oleh karena itu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 disebabkan karena yang bisa dideskripsikan adalah kegiatan atau aktivitas, bagian yang melakukan, dan proses yang terjadi maka peneliti memilih menggunakan business process diagram untuk mendeskripsikan aktivitas yang terjadi dalam siklus yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. 2. Peneliti mengidentifikasi pengendalian-pengendalian internal yang diterapkan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya berdasarkan Integrated Framework yang diterbitkan oleh COSO pada Mei 2013. Kemudian hasil identifikasi tersebut akan dideskripsikan dan dianalisis dalam bentuk narasi. Peneliti juga menganalisis ajaran-ajaran Buddha Maitreya yang diterapkan dalam pengendalian internal tersebut dan menyajikannya dalam bentuk narasi. 3. Peneliti melakukan perbandingan atas sistem informasi akuntansi Vihara Bodhicitta Maitreya yang lama dan baru. Peneliti mendeskripsikan kesamaan dan perbedaan dari sistem informasi akuntansi lalu menganalisis kelemahan dan kelebihan dari sistem informasi akuntansi tersebut. Peneliti juga mendeskripsikan dan menganalisis potensi dampak perbedaan sistem baru dan lama pada pengendalian internal dan mencocokkan dampak tersebut dengan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang ada di vihara. Kemudian, untuk menjawab rumusan masalah di dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan teknik analisis data sebagai berikut. 1. Rumusan masalah yang pertama adalah “Bagaimana kelayakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya?”. Untuk menjawab rumusan masalah ini peneliti mendeskripsikan dan menganalisis kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru dengan menggunakan teori tiga elemen kunci kelayakan, yang terdiri dari kelayakan teknis, ekonomis, dan operasional oleh Kendall dan Kendall (2011:62). Selain itu, peneliti juga mendeskripsikan dan menganalisis kelayakan sistem informasi akuntansi yang baru dengan menggunakan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. a. Untuk menjawab mengenai kelayakan teknis, peneliti mendeskripsikan sumber daya teknis yang terdapat di Vihara Bodhicitta Maitreya, seperti hardware, software, dan sumber daya manusia yang berkaitan dengan keuangan vihara. Lalu, peneliti menganalisis kelayakan sistem informasi akuntansi vihara yang baru dengan sumber daya teknis yang terdapat di vihara saat ini. Sistem dikatakan layak secara teknis jika sumber daya teknis yang ada saat ini bisa digunakan untuk sistem tersebut. Peneliti juga menganalisis kelayakan teknis penggunaan sistem informasi akuntansi yang baru dengan menggunakan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang terdapat di vihara. b. Untuk menjawab mengenai kelayakan ekonomis, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis kebutuhan yang diperlukan Vihara Bodhicitta Maitreya untuk menerapkan sistem informasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 akuntansi yang baru. Lalu, peneliti menganalisis kelayakan ekonomis sistem informasi akuntansi vihara yang baru dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang didapatkan. Sistem dikatakan layak secara ekonomis jika manfaat yang diperoleh dari sistem lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Peneliti juga menganalisis kelayakan ekonomis penggunaan sistem informasi akuntansi yang baru dengan menggunakan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang terdapat di vihara. c. Untuk menjawab mengenai kelayakan operasional, peneliti mendeskripsikan sumber daya manusia yang berkaitan dengan keuangan yang terdapat di Vihara Bodhicitta Maitreya. Lalu, peneliti menganalisis kelayakan sistem informasi akuntansi vihara yang baru dengan sumber daya manusia yang terdapat di vihara saat ini. Sistem dikatakan layak secara operasional apabila sumber daya manusia yang tersedia dapat menerapkan sistem tersebut. Peneliti juga menganalisis kelayakan operasional penggunaan sistem informasi akuntansi yang baru dengan menggunakan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang terdapat di vihara. Analisis yang dilakukan merupakan analisis secara kualitatif yaitu dalam bentuk kata dan kalimat. Dalam menyajikan hasil analisis, peneliti menuliskan dalam bentuk narasi. 2. Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yaitu: “Bagaimana kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di Vihara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Bodhicitta Maitreya?”, peneliti mengidentifikasi dan menganalisis apakah sumber daya manusia di vihara termasuk ke dalam tipe dari tiga tipe komitmen individu yang bisa membawa perubahan dalam institusi menurut Armenakis et al. (1999) (dalam Barber 2010:27). Tiga jenis komitmen individu ini adalah kepatuhan, identifikasi, dan internalisasi. Dari hasil deskripsi dan analisis dengan menggunakan teori tersebut, peneliti menganalisis menggunakan ajaran-ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang ada di dalam vihara untuk mengetahui kesiapan perubahan di vihara. Selain itu, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana kesiapan perubahan yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya dengan menggunakan teori delapan langkah proses perubahan (eight-stage change process) menurut Kotter tahun (1996: 21) (dalam Barber 2010: 6). Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menjawab delapan langkah proses perubahan. a. Untuk menjawab langkah pertama, yaitu membangun rasa urgensi, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis urgensi perubahan sistem informasi akuntansi dan mengaitkan ketercapaian langkah ini berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. b. Untuk menjawab mengenai langkah kedua, yaitu menciptakan koalisi pembimbingan, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis tim yang berisi individu-individu yang dapat membawa perubahan sistem informasi akuntansi dalam Vihara Bodhicitta Maitreya dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 mengaitkan ketercapaian langkah ini berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. c. Untuk menjawab mengenai langkah ketiga, yaitu mengembangkan visi dan strategi, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis visi Vihara Bodhicitta Maitreya dikaitkan dengan tujuan perubahan sistem informasi akuntansi. d. Untuk menjawab langkah keempat, yaitu mengkomunikasikan perubahan visi, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis penyampaian informasi yang biasa dilakukan di Vihara Bodhicitta Maitreya dan mengaitkan ketercapaian langkah ini berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. e. Untuk menjawab langkah kelima, yaitu memberdayakan aksi yang berbasis luas, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis aksi yang dilakukan untuk melakukan perubahan sistem informasi akuntansi berdasarkan kelayakan operasional dan mengaitkan ketercapaian langkah ini berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. f. Untuk menjawab mengenai langkah keenam, yaitu membangkitkan keunggulan jangka pendek, peneliti mendeskripsikan reward yang diterima saat kinerja baik dan hubungan antar sumber daya manusia yang ada. Kemudian peneliti menganalisis pengaruh reward dan hubungan antar sumber daya manusia di vihara terhadap kesiapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 perubahan sistem dan mengaitkan ketercapaian langkah ini berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. g. Untuk menjawab langkah ketujuh, yaitu memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis apa yang perlu dilakukan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya sehingga dapat melewati langkah ini. h. Untuk menjawab mengenai langkah kedelapan, yaitu mendukung pendekatan baru dalam budaya, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis apa yang perlu dilakukan oleh pihak vihara dalam melewati langkah ini. Dengan menggunakan teori tersebut, peneliti menganalisis apakah vihara bisa melewati kedelapan langkah proses perubahan hingga sukses dalam menerapkan perubahan. Vihara Bodhicitta Maitreya dikatakan telah siap melakukan perubahan sistem informasi akuntansi jika terdapat satu atau lebih tipe komitmen dari tiga tipe komitmen individu yang bisa membawa perubahan dan sumber daya manusia dan budaya yang terdapat di vihara dapat melewati delapan langkah proses perubahan berdasarkan hasil analisis peneliti. Dalam hal ini peneliti menuliskan hasil deskripsi dan analisis dalam bentuk narasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV GAMBARAN UMUM VIHARA BODHICITTA MAITREYA A. Lokasi Vihara Bodhicitta Maitreya Vihara Bodhicitta Maitreya terletak di Jalan Kemetiran Kidul No.9, Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Sejarah Vihara Bodhicitta Maitreya Tanah Vihara Bodhicitta Maitreya awalnya adalah milik Se Er Mei, yang berasal dari Jember. Beliau membeli tanah tersebut dan kemudian menyumbangkan tanah tersebut kepada Yayasan Bodhicitta Maitreya. Pada tanggal 14 September 1969, Vihara Bodhicitta Maitreya (Phu Kuang Fo Thang) dibangun di bawah pimpinan sesepuh Wang Sen Yen yang berasal dari Madura. Bangunan vihara yang dibangun ini masih sederhana dan berbentuk seperti rumah. Bangunan dicat dengan warna putih dan kuning. Bangunan ini memiliki satu lantai dan lantainya terbuat dari semen. Di dalam vihara terdapat empat kamar tidur yang berukuran kecil. Selain itu, terdapat halaman yang tidak terlalu luas yang ditanami bunga dan daun Kwan Im. Papan nama yang bertuliskan “Vihara Bodhicitta Maitreya” digantung di depan vihara sebagai petunjuk identitas bahwa bangunan tersebut merupakan vihara. Vihara Bodhicitta Maitreya berada di bawah pimpinan Koordinator Daerah Jawa Tengah (Korda Jateng). Vihara ini diserahkan kepada Sesepuh 80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Dharmawira (yang sekarang telah mencapai tingkat kesucian Bodhisatva dengan sebutan Che Ren Cen Cin). Kemudian, vihara dijaga dan dirawat oleh sepasang suami istri, yaitu Thanzu She Lan dan Thanzu Ha Thiam. Pada tahun 1978, tugas menjaga dan merawat vihara digantikan oleh Pandita Siu Lu Thai dan Thanzu Cang Sin Chai. Namun pada tahun 1980, Pandita Siu Lu Thai jatuh dari ranjang yang menyebabkan beliau tidak bisa lagi melaksanakan tugas. Pandita Siu Lu Thai digantikan oleh Pandita Siaw Phei yang berasal dari Semarang. Tidak lama kemudian, Pandita Siaw Phei jatuh sakit lalu beliau dibawa kembali ke Semarang, dan tidak lama setelah itu beliau meninggal dunia. Pada tahun 1980, Sesepuh Dharmawira melantik seorang Thanzu yang bernama Chen Mei Ing menjadi pandita untuk ditugaskan di Yogyakarta, tepatnya di Vihara Bodhicitta Maitreya. Saat itu, jumlah umat di Vihara Bodhicitta Maitreya sangat sedikit. Bahkan pada saat hari besar umat yang datang kebaktian tidak lebih dari 40 orang. Pandita Chen mengerjakan semua pekerjaan yang ada di vihara sendirian, mulai dari memasak, membersihkan vihara, melayani umat, dan memberikan ceramah. Setiap hari beliau mengunjungi orang-orang yang rumahnya berada di sekitar vihara untuk mengajak mereka memohon ketuhanan. Beliau juga yang mendiksa orangorang yang ingin memohon ketuhanan. Sampai tahun 1986, umat di Vihara Bodhicitta Maitreya pun bertambah banyak, mulai dari orang tua hingga muda-mudi atau generasi muda. Pada tahun 1986, Sesepuh Liu dari Taiwan mengunjungi Vihara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 Bodhicitta Maitreya. Beliau melihat keadaan vihara dan mengatakan bahwa vihara ini memiliki masa depan yang baik sehingga beliau menyarankan agar vihara harus segera direnovasi. Setelah mendengarkan hal tersebut, Sesepuh Dharmawira langsung memberi titah kepada Pandita Chen untuk segera mengurus pembangunan vihara dan mulai mengumpulkan dana. Saat itu, dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp20.000.000,00. Kemudian, Pandita Chen dari Yogyakarta menempuh perjalanan selama 9 jam menggunakan bis umum menuju ke Jember untuk mengurus surat hibah tanah. Hal ini dilakukan karena saat Se Er Mei menyumbangkan tanah kepada Yayasan Bodhicitta Maitreya hanya secara pribadi dan tidak menggunakan surat hibah. Selain itu, Pandita Chen bersama dengan Thanzu Lie Nen Cong mencari sumbangan untuk merenovasi vihara hingga ke Jakarta. Sampai dengan tahun 1990, dana yang berhasil dikumpulkan sekitar Rp30.000.000,00. Pada tahun 1990, Pandita Halim Zen Bodhi bersama dengan beberapa biarawan dan biarawati ditugaskan di Jawa Tengah untuk membantu mengembangkan vihara-vihara yang ada di Jawa Tengah, termasuk vihara di Yogyakarta. Setiap hari Jumat, Pandita Halim datang ke Yogyakarta mengendarai sepeda motor untuk memberikan Dharma. Umat-umat baru terus bertambah dengan adanya program pembinaan umat yang rutin. Pandita Halim Zen Bodhi sangat aktif membimbing muda-mudi dalam kegiatan LABDI (Latihan Pengabdian) dan GRTP (Gradi Rohani Temu Persaudaraan) yang diadakan setiap tahun. Pada pertengahan tahun 1993, Pandita Halim Zen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Bodhi ditugaskan sebagai Wakil Sekretaris Jendral DPP MAPANBUMI di Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta. Hal ini berarti beliau harus meninggalkan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pada saat itu, dana yang dikumpulkan masih belum cukup dan pengurusan izin dan surat tanah membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan bangunan Vihara Bodhicitta Maitreya sudah tua dan bocor ketika hujan, sehingga tidak memungkinkan lagi untuk digunakan sebagai tempat ibadah. Kemudian, pada tanggal 27 Desember 1993 Vihara Bodhicitta Maitreya dipindahkan untuk sementara waktu ke gedung Yayasan Bhaktiloka di Jalan Poncowinatan No.20, Yogyakarta. Atas restu Sesepuh Gautama Harjono renovasi Vihara Bodhicitta Maitreya akan segera dilaksanakan walaupun hanya bermodalkan uang sebesar Rp30.000.000,00. Hal ini dilakukan sebab menurut Sesepuh Gautama Harjono suatu pekerjaan Tuhan tidak pernah bisa hanya diselesaikan dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri tetapi kita harus lebih percaya pada kekuatan Tuhan. Pada bulan Mei 1994, surat izin untuk mendirikan bangunan dikeluarkan. Bersamaan dengan dikeluarkannya surat ini, kepengurusan Vihara Bodhicitta Maitreya berubah dan atas restu Sesepuh Gautama Harjono Vihara Bodhicitta Maitreya melepaskan diri dari Korda Jawa Tengah. Kemudian, Vihara Bodhicitta Maitreya menjadi DPD MAPANBUMI tersendiri di Daerah Istimewa Yogyakarta di bawah pimpinan Pandita Halim Zen Bodhi dan Pandita Chen Mei Ing. Pada tanggal 21 Mei 1994, bangunan lama Vihara Bodhicitta Maitreya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 mulai direnovasi dengan terlebih dahulu membongkar dan meratakan bangunan tersebut. Dengan dana yang terbatas, para panitia dan pengurus merasa tidak mungkin untuk menggunakan jasa kontraktor. Berdasarkan hasil rapat para panitia dan pengurus, untuk menghemat biaya diputuskan untuk melakukan pembangunan dengan usaha sendiri. Kemudian, pada tanggal 13 Juni 1994 pembangunan Vihara Bodhicitta Maitreya dimulai. Pembangunan ini dilakukan di bawah pimpinan ketua panitia Bapak Anwar Santoso. Seluruh tenaga untuk pembangunan Vihara Bodhicitta Maitreya mulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan, pengawasan, hingga penyediaan bahan semua ditangani oleh muda-mudi Vihara Bodhicitta Maitreya. Para pandita, thanzu, biarawan/biarawati, dan seluruh umat mencari dana dengan menyebarkan proposal pembangunan vihara, menjual jaket, kaos, tas, kalung, patung Maitreya, kaset, dan gantungan kunci. Akhirnya, pada tanggal 12 November 1995 diadakan peresmian gedung baru Vihara Bodhicitta Maitreya. C. Visi dan Misi Vihara Bodhicitta Maitreya 1. Visi Vihara Bodhicitta Maitreya Mewujudkan vihara yang gemilang dalam menuntun umat Maitreya agar dapat memancarkan pesona keindahan dirinya sebagai manusia. 2. Misi Vihara Bodhicitta Maitreya a. Menuntun umat Maitreya untuk senantiasa berpikir, berucap kata, dan berperilaku yang berlandaskan kasih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 b. Menuntun umat Maitreya untuk selalu membangun budaya harmonis dengan alam dan segala isinya. c. Menuntun umat Maitreya untuk menjunjung harkat dan nilai martabat semua bentuk kehidupan. d. Menuntun umat Maitreya untuk menghargai nilai dan harkat dirinya sebagai manusia. e. Menuntun umat Maitreya untuk memiliki moralitas Dunia Satu Keluarga. D. Sejarah Ajaran Buddha Maitreya Kata “Maitreya” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kasih (Tim Cahya Maitri). Berdasarkan pengertian tersebut, “Maitreya” bisa diartikan membawa sukacita, kebahagiaan, harapan dan kecemerlangan bagi umat manusia. Buddha Maitreya adalah dikenal sebagai Buddha Bahagia atau Buddha Sukacita (Happy Buddha), Buddha Penuh Tawa Ria (Laughing Buddha), dan Buddha Pembawa Berkah (Lucky Buddha). Manifestasi atau rupa Buddha Maitreya yang tampak di zaman sekarang ditunjukkan dalam wujud atau manifestasi “Bhikkhu Berkantong”. Setiap bagian dari manifestasi atau rupa Buddha Maitreya memiliki artinya masing-masing, yaitu: 1. Senyuman kasih yang memenuhi wajah Buddha Maitreya merepresentasikan cinta kasih beliau yang tak terhingga atau tidak terbatas. 2. Daun telinga Buddha Maitreya yang terkulai ke bawah menunjukkan bahwa dengan kasih Buddha Maitreya yang tak terhingga mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 mendengar, memahami, dan menuntaskan masalah umat manusia yang diutarakan dalam berbagai macam bahasa. 3. Leher dan dada Buddha Maitreya yang lebar mencerminkan hati Buddha Maitreya yang lugu polos, tulus, dan jujur. 4. Perut Buddha Maitreya yang besar dan bulat menunjukkan dengan hati kasih Buddha Maitreya yang tak terbatas mampu menampung semua masalah yang ada di dunia tanpa membedakan satu sama lain. 5. Kantong gaib yang dimiliki Buddha Maitreya merepresentasikan kasih dan dharma agung Buddha Maitreya yang tak terhingga. Buddha Maitreya memiliki sumpah atau ikrar yang agung dan mulia, antara lain: 1. Merubah dunia yang penuh kekacauan menjadi dunia yang damai sentosa. 2. Merubah dunia yang penuh kekotoran menjadi dunia yang suci atau bumi suci. 3. Merubah dunia yang penuh dosa dan kegelapan menjadi dunia Ilahi atau Ketuhanan. Buddha Maitreya telah lahir ke dunia ini beberapa kali. Beliau datang dan lahir ke dunia ini dengan misi untuk menyelamatkan umat manusia dan memenuhi ikrar atau sumpahnya. Saat dilahirkan ke dunia ini beberapa kali, Buddha Maitreya telah menjalin jodoh ketuhanan dengan umat manusia. Buddha Maitreya pernah datang dan dilahirkan sebagai Sarvajna Prabha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Manusya Deva, Bodhisatva Maitreya, Bhikkhu Berkantong, dan Patriat Cin Kung. Datangnya abad Maitreya dipercayai karena abad ini telah memenuhi beberapa unsur, yaitu: 1. Terpenuhinya Unsur Peristiwa Kelahiran dan kedatangan para Buddha dan Bodhisatva ke dunia ini merupakan suatu sebab jodoh yang luar biasa dan kasih dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada zaman prasejarah dan masa pertengahan sejarah, Tuhan merencanakan untuk menyatukan dan menyempurnakan triloka dengan mengutus para Buddha datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dan mengajarkan moral kebajikan. Pada saat sekarang, kebajikan dan kejahatan yang ada di dunia telah matang. Tuhan mengutus Buddha Maitreya untuk memperkenalkan kepada umat manusia sebuah ajaran luhur, yakni dunia satu keluarga, hakikat kebenaran tertinggi, hati nurani yang bebas dari diskriminasi, dan mengubah pertikaian menuju dunia yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan. 2. Terpenuhinya Unsur Ikrar Sumpah atau ikrar Buddha Maitreya adalah merubah dunia yang penuh dengan kekacauan dan kekotoran menjadi dunia yang damai sentosa. Tuhan menurunkan ajaran Maha Tao Maitreya untuk menyelamatkan triloka. Sebab jodoh ikrar agung Buddha Maitreya telah matang sehingga beliau diutus untuk memimpin misi penyempurnaan semesta demi mewujudkan dunia yang damai dan sentosa. Pencapaian sumpah Buddha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Maitreya ini juga dibantu oleh para Buddha-Bodhisatva dan dewa-dewi. Buddha Maitreya menjadi utusan Tuhan karena ikrar agung beliau yang cocok dengan misi penyempurnaan. 3. Terpenuhinya Unsur Waktu Di akhir zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan peradaban manusia semakin berkembang pesat. Pandangan keyakinan hidup dan nilai moralitas tidak tertata sehingga mengakibatkan peperangan dan pertikaian antar manusia, kelompok, organisasi, suku, ataupun bangsa. Dalam keadaan dunia yang seperti ini, umat manusia tentunya menginginkan hidup yang damai, tenang, dan sentosa. Hal ini sesuai dengan ikrar Buddha Maitreya yang membawa harapan dan kebahagiaan untuk menciptakan dunia yang damai sentosa. 4. Terpenuhinya Unsur Tempat Dengan semakin berkembangnya teknologi dan transportasi serta umat manusia yang juga berperan dalam perkembangan tersebut, penyebaran budaya kasih Maitreya yaitu Dunia Satu Keluarga menjadi semakin mudah. 5. Terpenuhinya Unsur Manusia. Buddha Maitreya telah mengikat sebab jodoh dengan umat manusia selama puluh ribuan tahun. Beliau mengikat sebab jodoh tanpa membeda-bedakan umat manusia. Selain itu, Buddha Maitreya juga telah menjalin sebab jodoh dengan para Buddha sepuluh penjuru, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 beliau mendapatkan bantuan dan dukungan dari para Buddha dan Bodhisatva untuk menjalankan misi menuju damai sentosa. 6. Terpenuhinya Unsur Materi Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan banyak penemuan dan produk materi. Kondisi ini nantinya akan menjadi pendukung di Bumi Suci Maitreya. 7. Terpenuhinya Unsur Dharma Metode pembinaan Buddha Maitreya yang mengutamakan sujud dan bakti puja selaras dengan kebutuhan manusia. Pola pembinaan Buddha Maitreya yaitu berpantang makan daging merupakan jalan yang paling mudah dalam membangkitkan hati kasih dan menjalin jodoh baik untuk memasuki dunia damai sentosa. Dharma Buddha Maitreya yang tiada perbedaan merupakan penuntun bagi umat manusia untuk memasuki dunia yang bebas dari keserakahan dan kemelekatan. 8. Terpenuhinya Unsur Buddha Rupang Manifestasi atau wujud Buddha Maitreya yang penuh senyum kasih membawa kebahagiaan bagi semua manusia yang melihatnya. Hal ini merupakan sebuah simbol utama yang menuntun umat manusia menuju kerajaan Buddha Maitreya. E. Struktur Organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya Berikut merupakan struktur organisasi yang terdapat di Vihara Bodhicitta Maitreya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 1. Pandita Tugas dari pandita adalah memimpin ritual kebaktian, melakukan pendiksaan, memberikan ceramah, mengotorisasi kegiatan yang akan dilakukan, dan mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. 2. Sekretaris Tugas sekretaris adalah membuat surat yang berkaitan dengan administrasi vihara dan mengarsip surat. 3. Bendahara Bendahara bertugas untuk menyimpan uang, membuka kotak dana, menyetujui pengeluaran uang, serta menerima dan mengeluarkan uang. Selain itu, bendahara juga bertugas untuk mencatat setiap transaksi yang masuk dan keluar. 4. Departemen Kepemudaan a. Divisi Acara Tugas dari divisi acara adalah menyusun program untuk kegiatan kepemudaan yang bertujuan menguatkan iman, persaudaraan, dan keakraban beserta dengan teknis pelaksanaan program tersebut. Selain itu divisi acara juga menyusun teknis pelaksanaan acara perayaan khusus, seperti Tahun Baru Imlek, cap go me, dan reuni akbar. b. Divisi Kesenian Tugas dari divisi kesenian adalah memastikan kegiatan yang berhubungan dengan kesenian, seperti tembang Ketuhanan (solo dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 paduan suara), drama nurani, dan tari dan senam kasih semesta berjalan dengan lancar, serta mengatur jadwal pelaksanaan latihan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu, divisi kesenian juga bertugas untuk mengisi acara-acara yang diselenggarakan oleh pihak internal maupun eksternal (undangan dari pihak luar). c. Divisi Dekorasi Tugas dari divisi dekorasi adalah membuat konsep dekorasi untuk suatu acara dan melakukan dekorasi atas acara tersebut. d. Divisi Sound System Tugas dari divisi sound system adalah memasang alat-alat sound system untuk mendukung suatu acara, seperti microfon, kabel audio serta mencoba terlebih dahulu alat-alat tersebut untuk memastikan bahwa alat-alat itu sudah berfungsi dengan baik. Selain itu, divisi ini juga bertugas untuk melakukan pemeliharaan dan inventarisasi atas peralatan sound system. e. Divisi Dana Usaha Tugas dari divisi dana usaha adalah menyusun program kerja untuk pencarian dana, membagi tugas, dan jadwal dalam usaha pencarian dana. 5. Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi a. Divisi Sekolah Minggu Maitreya Tugas dari divisi sekolah minggu maitreya adalah menyusun kurikulum Sekolah Minggu Maitreya bersama dengan pembina PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 Departemen Pendidikan dan menyelenggarakan kegiatan Sekolah Minggu Maitreya. b. Divisi Etika Tugas dari divisi etika adalah mempersiapkan pelaksanaan ritual tata sajian (xian gong), pendiksaan (qiu dao), pemberkatan pernikahan, duka, dan lain-lain. Divisi etika juga bertanggungjawab atas protokal kebaktian mingguan. 6. Departemen Publikasi, Informasi, dan Multimedia a. Divisi Fotografi Tugas dari divisi fotografi adalah mendokumentasikan setiap kegiatan yang diselenggarakan, mengedit foto, menyimpan foto-foto ke dalam harddisk eksternal, dan menjaga perlengkapan fotografi. b. Divisi Videografi Tugas dari divisi videografi adalah merekam kegiatan yang dilakukan dan mengedit video tersebut. c. Divisi Desain Tugas dari divisi desain adalah mendesain undangan, poster, slide lagu, dan lain-lain yang berkaitan dengan desain. 7. Departemen Humas dan Sosmas Dalam Departemen Humas dan Sosmas terdapat satu divisi, yaitu divisi humas dan baksos. Tugas dari divisi humas dan baksos adalah mengkoordinasi perwakilan dari vihara untuk undangan dari pihak eksternal, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Selain itu, divisi ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 juga bertugas untuk menyampaikan informasi-informasi penting kepada masyarakat luas dan merencanakan dan mengadakan program kerja yang berkaitan dengan bakti sosial. 8. Departemen Gizi dan Kesehatan Dalam Departemen Gizi dan Kesehatan terdapat satu divisi, yaitu divisi IVS (Indonesia Vegetarian Society). Tugas dari divisi IVS adalah menyebarluaskan informasi tentang vegetarian kepada kalangan internal (umat) dan kalangan eksternal yang ada di Yogyakarta. Selain itu, divisi ini juga bertugas untuk menyusun program kerja yang berkaitan dengan vegetarian, seperti seminar vegetarian, festival makanan vegetarian, dan konsultasi tentang hidup bervegetarian. 9. Departemen Seni Budaya Dalam Departemen Seni Budaya terdapat satu divisi yaitu: divisi INLA (International Nature Loving Association). Tugas dari divisi INLA adalah menyusun, melaksanakan, dan mengembangkan program kerja yang bertujuan untuk menyebarkan pesan-pesan moral, nilai-nilai kehidupan dan kasih terhadap semesta melalui kegiatan seni budaya dan pendidikan seperti tarian, lagu, dan senam yang bertemakan kasih semesta. 10. Departemen Pengembangan Vihara dan Pelayanan a. Divisi Pelayanan Hari Besar Tugas divisi pelayanan hari besar adalah menginformasikan kepada umat-umat yang sudah berkeluarga mengenai kegiatan yang akan diadakan di vihara, membagi tugas kepada aktivis vihara saat hari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 besar, serta menyambut dan mengarahkan umat yang datang serta mengucapkan selamat tinggal kepada umat saat pulang. Kemudian, divisi ini juga bertugas untuk membereskan semua peralatan dapur yang sudah digunakan dan memberi arahan kepada umat pada saat sebelum dan sesudah sembahyang saat hari besar. b. Divisi Konsumsi Hari Besar Tugas dari divisi konsumsi hari besar adalah melakukan koordinasi dengan umat-umat yang menyumbangkan masakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk konsumsi hari besar dan menyajikan makanan pada saat hari besar. c. Divisi Kunjungan Doa Tugas dari divisi kunjungan doa adalah membuat daftar umat-umat yang akan dikunjungi setiap hari rabu. Prioritas kunjungan doa adalah umat yang sakit, umat lansia, dan umat yang jarang ke vihara d. Divisi Transportasi Hari Besar Tugas dari divisi transportasi hari besar adalah melakukan koordinasi atas transportasi umat-umat setiap kegiatan di vihara, terutama bagi umat yang lebih tua, tidak memiliki kendaraan, lokasi rumah yang jauh, dan sebagainya. Selain itu, divisi ini juga bertugas untuk membuat pembagian tugas jemput baik menggunakan mobil vihara ataupun mobil pribadi dan menyusun jadwal petugas penjaga parkir yang melibatkan semua aktivis vihara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 11. Departemen Badan Usaha a. Divisi Penerbitan Divisi penerbitan bertugas untuk menyusun produk-produk terbaru untuk mendukung penyampaian misi Buddha Maitreya secara meluas dan menyusun buku-buku Ketuhanan untuk berbagai kalangan. Kemudian, divisi ini juga bertanggungjawab dalam menerbitkan majalah triwulan, BOMA, Majalah Maitreya, dan Majalah Info Vegetarian. b. Divisi DMG Tugas dari divisi DMG adalah menyebarkan semangat “Waktu adalah Bahagia” serta pesan-pesan moral kebajikan dan dunia satu keluarga melalui produk jam kebahagiaan kepada pihak internal maupun ekstrenal. Divisi DMG bertugas untuk menyusun rencana pemasaran atas produk jam ini dan menjual produk ini. c. Divisi Bodhipro Divisi Bodhipro bertugas untuk mendesain produk-produk yang dapat dijadikan sebagai ikon Maitreya serta memasarkan dan menjual produk-produk tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 F. Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya Pandita Bendahara Bendahara Kas Kecil Pencatat Gambar 4.2 Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya 1. Pandita Pandita memiliki tugas untuk mengotorisasi transaksi pengeluaran kas yang bernominal besar, memeriksa pencatatan yang telah dilakukan, dan membagikan gaji kepada pengabdi setiap bulan. 2. Bendahara Bendahara bertugas untuk menyimpan uang, membuka kotak dana, dan menerima dan mengeluarkan uang. Selain itu, bendahara juga bertugas untuk mencatat setiap transaksi yang masuk dan keluar. Bendahara juga bertugas untuk merekap dan membuat laporan keuangan setiap tahunnya. 3. Bendahara Kas Kecil Bendahara kas kecil bertugas untuk menyimpan kas kecil dan mengeluarkan kas tersebut saat terjadi transaksi operasional vihara yang menggunakan kas kecil serta mencatat transaksi-transaksi tersebut. 4. Pencatat Pencatat di sini bertugas untuk membuat laporan keuangan dalam versi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 Bahasa Indonesia karena laporan keuangan yang dibuat oleh Bendahara adalah dalam versi Bahasa Mandarin. G. Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya Maha Sesepuh Sesepuh Maha Pandita Panditapandita Pandita Madya Pandita Muda Pelaksana Vihara Umat Aktivis Biasa Gambar 4.3 Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 1. Maha Sesepuh Maha Sesepuh memimpin semua vihara aliran Maitreya yang ada di seluruh negara atau dunia. 2. Sesepuh Sesepuh memimpin seluruh vihara aliran Maitreya yang ada di suatu negara, contohnya di Indonesia dan Taiwan. 3. Maha Pandita Maha Pandita memimpin seluruh vihara aliran Maitreya di bagian tertentu dalam suatu negara. Di Indonesia, bagian tertentu dalam suatu negara ini dikenal dengan istilah Koordinator Daerah (Korda). Di Indonesia terdapat enam Koordinator Daerah, yaitu: a. Koordinator Daerah Satu, terdiri dari Jawa Timur, Bali, dan Lombok. b. Koordinator Daerah Dua, terdiri dari Jawa Tengah. c. Koordinator Daerah Tiga, terdiri dari Jawa Barat, D.I Yogyakarta dan Jakarta. d. Koordinator Daerah Empat, terdiri dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat. e. Koordinator Daerah Lima, terdiri dari Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi, dan Irian. f. Koordinator Daerah Enam, terdiri dari Kalimantan Barat. Setiap Koordinator Wilayah tersebut dipimpin oleh seorang Maha Pandita. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 4. Pandita-pandita Pandita bertugas untuk memimpin dan mengelola suatu vihara. 5. Pandita Madya Pandita Madya bertugas untuk membantu pandita dalam mengelola suatu vihara. Pandita Madya lebih senior dibandingkan dengan Pandita Muda. Seorang Pandita Madya tidak boleh melakukan pendiksaan. 6. Pandita Muda Pandita Muda bertugas membantu Pandita dalam mengelola vihara. Pandita Muda lebih junior dari Pandita Madya. 7. Pelaksana Vihara Pelaksana vihara membantu Pandita dalam melaksanakan kegiatan operasional vihara dan menjaga vihara. 8. Umat Aktivis Umat aktivis merupakan umat yang aktif dalam mengikuti dan membantu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang ada di vihara. 9. Umat Biasa Umat biasa merupakan umat yang mengikuti kegiatan di vihara dan datang kebaktian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 H. Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia dan Alur Pelaporan Keuangan Gambar 4.4 Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia 1. WALUBI (Perwakilan Umat Buddha Indonesia) WALUBI adalah organisasi yang mewadahi organisasi-organisasi umat Buddha yang ada di seluruh Indonesia. 2. DPP MAPANBUMI DPP MAPANBUMI merupakan singkatan dari Dewan Pengurus Pusat Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia. Dewan pengurus ini berada di tingkat pusat, yaitu di Jakarta. 3. DPD MAPANBUMI DPP MAPANBUMI merupakan singkatan dari Dewan Pengurus Daerah Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia. Dewan pengurus ini berada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 di tingkat provinsi. 4. DPC MAPANBUMI DPP MAPANBUMI merupakan singkatan dari Dewan Pengurus Cabang Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia. Dewan pengurus ini berada di tingkat kota. 5. Yayasan Yayasan dalam hal ini merupakan suatu badan hukum yang menaungi suatu vihara. 6. Vihara Vihara adalah tempat peribadatan untuk umat yang beragama Buddha. Dalam vihara aliran Maitreya terdapat vihara yang dinaungi oleh sebuah yayasan dan ada yang langsung dinaungi oleh MAPANBUMI. Vihara yang dinaungi oleh yayasan adalah vihara yang dibangun sebelum terbentuknya MAPANBUMI. Sedangkan vihara yang dinaungi oleh MAPANBUMI adalah vihara yang dibangun setelah MAPANBUMI terbentuk. 7. Kantor Pajak Kantor pajak dalam hal ini adalah tempat untuk melaporkan pajak. Vihara yang dinaungi oleh yayasan akan menyampaikan laporan keuangannya kepada yayasan dan kemudian yayasan yang akan melaporkan laporan keuangan tersebut kepada kantor pajak. Sedangkan vihara yang dinaungi oleh MAPANBUMI akan melaporkan laporan keuangannya kepada DPP MAPANBUMI dan DPP MAPANBUMI yang akan melaporkan laporan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 keuangan vihara kepada kantor pajak. I. Kegiatan-kegiatan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya Di Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat kegiatan-kegiatan yang melibatkan umat untuk pengembangan rohani, antara lain: 1. Kebaktian Sehari-hari Kebaktian sehari-hari merupakan doa atau puja bakti yang dilakukan oleh umat Buddha Maitreya setiap hari. Kebaktian ini dilakukan tiga kali dalam satu hari, yaitu pagi, siang, dan malam hari. Jadwal yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya, yaitu pada pagi hari pukul 06.30 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB, dan malam hari pada pukul 18.00 WIB. 2. Kebaktian Hari Besar Kebaktian hari besar adalah sembahyang atau doa yang dilakukan oleh umat Buddha Maitreya pada saat-saat tertentu, yaitu hari besar. Hari besar dalam agama Buddha Maitreya, yaitu seperti Che It, Cap Go, kelahiran Buddha Maitreya, Trisuci Waisak, Pengagungan Tuhan Yang Maha Esa, dan lain-lain. Kebaktian pada hari besar ini juga dilakukan tiga kali dalam satu hari. Selain itu, pada saat hari besar dilakukan tata sajian oleh umat sebelum kebaktian dimulai dan dilakukan pada salah satu waktu kebaktian, biasanya pagi atau malam. 3. Kebaktian Minggu Pada hari minggu biasanya di Vihara Bodhicitta Maitreya diadakan kelas ceramah untuk muda-mudi yang kemudian dilanjutkan dengan kebaktian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 siang. Ceramah tersebut berupa ceramah online yang disampaikan oleh Wang Qian Ren biasanya dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB. Setelah itu, dilanjutkan dengan bersih-bersih dan kemudian kebaktian siang. 4. Kelas Pertobatan Kelas pertobatan merupakan kelas ceramah yang ditujukan kepada umat Buddha Maitreya, khususnya yang sudah dewasa. Kelas ini biasanya diadakan pada hari Jumat pukul 19.30 WIB. 5. Kelas Etika Kelas etika adalah kelas yang bertujuan untuk mengajarkan umat Buddha Maitreya mengenai tata cara kebaktian, seperti untuk melakukan tata sajian dan protokol saat kebaktian. Etika tata sajian merupakan etika untuk mengantarkan sajian ke meja altar untuk dipersembahkan kepada para Buddha dan Bodhisatva. Sedangkan yang dipelajari tentang menjadi protokol kebaktian adalah tentang tata cara membacakan sembah sujud kepada buddha dan bodhisatva. Kelas ini biasanya diadakan pada setiap hari Selasa pukul 19.00 WIB. 6. Sekolah Minggu Maitreya Sekolah Minggu Maitreya atau disingkat dengan SMM adalah kelas yang memberi materi atau pelajaran tentang agama Buddha sesuai dengan tingkatan kelas yang dijalani dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Umat yang mengikuti kelas ini adalah umat yang masih TK, SD, dan SMP. Kelas ini diselenggarakan setiap hari Minggu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Vihara 1. Siklus Penerimaan Penerimaan di Vihara Bodhicitta Maitreya terdiri dari dua macam penerimaan, yaitu: a. Sumbangan Umat Hari Besar Keagamaan dan Kotak Dana Gambar 5.1 Business Process Diagram Sumbangan Umat Hari Besar Keagamaan Umat yang akan memberikan sumbangan menemui petugas yang menjaga catatan untuk sumbangan umat di meja depan saat masuk ke vihara. Umat tersebut menyebutkan nama dan jumlah sumbangan kepada petugas yang sedang bertugas. Lalu, petugas akan mencatat keterangan tersebut di buku sumbangan. Namun, jika petugas tidak mengetahui penulisan nama umat tersebut karena biasanya ada nama yang ditulis dengan Bahasa Mandarin maka 105 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 petugas akan meminta umat tersebut untuk menuliskan namanya. Setelah itu, umat yang menyumbangkan dana memberikan uang tersebut kepada petugas. Uang tersebut diterima oleh petugas dan kemudian petugas menghitung kembali uang yang diberikan oleh umat tersebut. Uang tersebut akan dimasukkan oleh petugas ke dalam kotak dana yang ada di dalam vihara pada hari sumbangan itu diberikan. Kotak dana tersebut ada di lantai satu dan lantai tiga dalam vihara. Proses seperti ini terjadi saat vihara mendapatkan sumbangan pada hari besar keagamaan, seperti che it dan cap go. Proses pemberian sumbangan berbeda pada saat sumbangan diberikan bukan pada hari besar keagamaan. Pada hari biasa atau bukan hari besar keagamaan, umat yang memberikan sumbangan datang ke vihara dan langsung memasukkan uang sumbangan ke dalam kotak dana. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi pencatatan nama dan jumlah sumbangan ke dalam buku dana. Kotak dana yang berisi sumbangan umat biasanya akan dibuka minimal satu bulan dua kali, yaitu beberapa hari setelah hari besar che it dan cap go. Hal ini juga tergantung pada banyaknya jumlah hari besar dalam satu bulan. Selain itu, menurut Pandita kotak dana ini dapat dibuka sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan antara Pandita dan bendahara serta sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Bendahara akan datang ke vihara untuk membuka kotak dana dan memeriksa catatan di buku yang mencatat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 dana sumbangan untuk mengetahui jumlah sumbangan yang sesuai dengan catatan. Lalu, bendahara bersama dengan satu pandita dan satu saksi membuka kotak dana tersebut. Bendahara akan menghitung uang yang ada di dalam kotak dana dan kemudian mencocokkan dengan catatan yang ada di buku dana. Setelah itu, hasil sumbangan akan dicatat di sebuah buku dan catatan tersebut ditandatangani oleh bendahara dan pandita. Dalam catatan tersebut terdapat keterangan tanggal, jumlah yang didapatkan, dan tanda tangan. Setiap bulannya, penerimaan vihara dari sumbangan ini berbeda-beda tergantung pada peringatan hari-hari besar yang ada di vihara. Sumbangan dari umat biasanya banyak pada peringatan hari ulang tahun vihara, karena dari pihak vihara juga mengundang umat dari luar kota. Bendahara akan membagi uang dari kotak dana tersebut dengan jumlah tertentu sesuai dengan kegunaannya, yaitu untuk tunjangan para pengabdi vihara dan kegiatan operasional sehari-hari yang dimasukkan ke kas kecil. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 b. Hasil Penjualan di Koperasi Vihara Gambar 5.2 Business Process Diagram Penjualan Koperasi Vihara Pembeli yang biasanya merupakan umat datang ke vihara dan menemui petugas vihara yang biasanya berupa pengabdi vihara. Pembeli mengatakan kepada petugas apa yang ingin dibelinya dan petugas mengambil barang yang diinginkan pembeli. Petugas menyebutkan harga barang tersebut dan pembeli memberikan sejumlah uang kepada petugas. Kemudian, petugas memberikan barang tersebut kepada pembeli beserta dengan uang kembalian jika ada. Petugas tersebut kemudian mencatat hasil penjualan dalam buku yang ada di koperasi tersebut. Uang dari hasil penjualan koperasi digunakan untuk membantu menutupi kekurangan kas dari hasil sumbangan kotak dana. Selain itu, uang dari hasil penjualan koperasi ini juga digunakan untuk transaksi yang tidak boleh menggunakan sumbangan umat. Untuk menggunakan uang hasil penjualan koperasi diperlukan persetujuan dari Pandita terlebih dahulu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 2. Siklus Pengeluaran Uang yang didapat dari kotak dana yang merupakan sumbangan umat setiap bulannya digunakan untuk mengisi kas kecil dan memberikan tunjangan kepada pengabdi serta digunakan hanya untuk keperluan vihara. Uang yang ada di kas kecil digunakan untuk kegiatan sehari-hari vihara, seperti membeli perlengkapan, makanan, dan sebagainya. Kas kecil ini diisi setiap bulan. Kemudian, uang untuk tunjangan pengabdi di vihara diberikan kepada pengabdi-pengabdi vihara setiap bulannya. Namun, terkadang dalam satu bulan dana yang digunakan bisa lebih dan bisa juga kurang dari uang yang disumbangkan oleh umat lewat kotak dana. Apabila uang yang didapatkan kurang dari kebutuhan vihara selama satu bulan, bendahara akan mengeluarkan uang tabungan vihara yang merupakan kelebihan uang dari bulan-bulan sebelumnya. Sedangkan, apabila uang yang didapatkan lebih dari kebutuhan, uang tersebut akan disimpan oleh bendahara yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya atau menutupi kebutuhan saat terjadi kekurangan. Jika kelebihannya banyak uang tersebut disimpan oleh bendahara dalam rekening bank namun jika kelebihannya hanya sedikit uang tersebut disimpan oleh bendahara sebagai kas di tangan. Terdapat beberapa jenis pengeluaran yang dilakukan vihara, antara lain: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 a. Pengeluaran Kas Kecil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 Terdapat petugas yang merupakan seorang pengabdi vihara bertugas untuk mengecek atau memeriksa persediaan perlengkapan dan kebutuhan vihara. Kebutuhan dan perlengkapan yang dimaksud di sini merupakan kebutuhan dan perlengkapan yang digunakan untuk keperluan operasional vihara, seperti beras, gula, perlengkapan dapur, perlengkapan kebersihan vihara, dan kebutuhan untuk kebaktian. Setiap kali petugas ini menemukan bahwa terdapat persediaan untuk kebutuhan vihara habis, maka ia akan mendata persediaan tersebut dan kemudian membelinya. Sebelum melakukan pembelian, petugas tersebut akan meminta sejumlah uang kepada bendahara kas kecil. Terkadang petugas yang membeli barang keperluan ini bisa menggunakan uangnya terlebih dahulu. Pembelian persediaan ini biasa dilakukan secara langsung oleh petugas vihara dengan pergi ke tempat penjualan. Pembelian yang dilakukan biasanya merupakan pembelian tunai. Petugas yang membeli barang akan melakukan pembelian dan mendapatkan barang beserta nota pembelian. Namun, terdapat transaksi pembelian yang tidak mendapatkan nota pembelian, seperti saat petugas membeli sayur di pasar. Dalam kasus ini, petugas tersebut akan menuliskan di sebuah kertas harga barang yang telah dibeli. Barang diletakkan petugas di tempat penyimpanan barang sesuai dengan jenis barang. Misalnya, jika petugas membeli sabun cuci maka petugas menempatkan barang tersebut di tempat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 penyimpanan sabun cuci. Kemudian, petugas akan menyerahkan nota pembelian kepada bendahara kas kecil. Jika terdapat kelebihan uang, petugas akan mengembalikan uang tersebut dan jika uang yang diberikan kurang, bendahara kas kecil akan mengembalikan kekurangan uang tersebut. Jika petugas menggunakan uangnya saat membeli barang tersebut, petugas yang membeli barang ini akan memberikan nota pembelian kepada bendahara kas kecil dan bendahara akan memberikan uang untuk mengganti uang si petugas ini. Lalu, bendahara kas kecil akan mencatat transaksi pengeluaran ini berdasarkan nota pembelian yang diterima. Bukti transaksi tersebut akan disimpan oleh bendahara sebagai bukti saat melaporkan kepada Pandita. Bukti transaksi akan dibuang paling lama dua bulan sekali. b. Pengeluaran Melalui Bendahara Transaksi dengan jumlah nominal kas yang besar atau transaksi di luar transaksi kegiatan operasional vihara, biasanya menggunakan kas yang disimpan oleh bendahara, baik di bank maupun kas di tangan. Pengabdi vihara menemukan perlu dilakukannya sebuah transaksi pembelian yang di luar kegiatan operasional vihara. Pengabdi tersebut menyampaikan hal ini kepada Pandita kemudian pengabdi meminta pendapat dan persetujuan dari Pandita untuk melakukan transaksi tersebut. Jika Pandita menyetujui usulan tersebut, maka dilakukanlah transaksi ini. Terdapat dua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 macam pembayaran yang dilakukan oleh vihara, yaitu: 1) Pembayaran Secara Langsung PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 Pandita menelpon atau mengatakan secara langsung kepada bendahara bahwa vihara perlu melakukan pembelian barang dan/atau jasa sehingga membutuhkan sejumlah dana. Kemudian, Pandita mengatakan siapa yang akan mengambil uang tersebut. Pengabdi vihara akan mengambil uang dengan bendahara vihara. Pengabdi membeli barang yang diperlukan melalui telepon ataupun pengabdi vihara tersebut langsung membeli ke tempat penjualan. Jika yang dibutuhkan berupa jasa dari pekerja, seperti memasang pipa dan memperbaiki sesuatu yang rusak, maka pengabdi vihara menelpon ke tempat yang menyediakan jasa yang dibutuhkan. Setelah transaksi pembelian barang dan/atau jasa dilakukan, pengabdi vihara akan mendapatkan nota dan membayar sejumlah uang. Nota pembelian tersebut dilaporkan dan diberikan kepada bendahara vihara. Kemudian, jika ada kembalian dari uang yang diberikan pengabdi akan mengembalikan sisanya dan jika ada kekurangan dari uang yang telah diberikan bendahara akan memberikan kekurangan tersebut kepada pengabdi vihara. Selanjutnya, bendahara vihara akan mencatat transaksi tersebut dalam catatannya. Bendahara vihara mencatat dalam Bahasa Mandarin dan kemudian catatan tersebut akan dicatat kembali oleh pencatat dalam Bahasa Indonesia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 2) Pembayaran dengan Rekening Giro Rekening giro yang digunakan merupakan rekening giro yayasan. Untuk pembayaran melalui rekening giro, terdapat dua macam cara, yaitu cek giro dan token. Untuk penggunaan cek giro perlu ditandatangani oleh Pandita dan bendahara. Kemudian untuk penggunaan token, perlu disetujui juga oleh Pandita dan bendahara. Bendahara vihara akan mencatat transaksi tersebut dalam catatannya. Bendahara vihara mencatat dalam Bahasa Mandarin dan kemudian catatan tersebut akan dicatat kembali oleh pencatat dalam Bahasa Indonesia. 3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian Gambar 5.5 Business Process Diagram Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian Setiap bulannya, vihara memberikan tunjangan kepada para pengabdi. Uang untuk tunjangan didapat dari kotak dana dan donasi yang berasal dari sumbangan umat. Tunjangan diberikan oleh Pandita kepada pengabdi vihara. Bendahara memberikan sejumlah uang kepada Pandita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 untuk membayar para pengabdi vihara. Bendahara akan mencatat sejumlah uang tersebut ke dalam buku catatan. Pandita memasukkan uang tersebut ke dalam amplop sesuai dengan jumlah yang akan diberikan. Kemudian, Pandita memberikan amplop tersebut kepada masing-masing pengabdi vihara. B. Pengendalian Internal dalam Vihara Berikut merupakan penerapan pengendalian internal yang ada dalam Vihara Bodhicitta Maitreya berdasarkan Integrated Framework oleh Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Berikut ini merupakan penerapan lima prinsip menurut COSO yang berkaitan dengan lingkungan pengendalian dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, antara lain: a. Organisasi menunjukkan komitmen untuk integritas dan nilai-nilai etika. Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat komitmen untuk integritas dan nilai-nilai etika. Dalam mengelola vihara, Pandita dan para pengabdi berkomitmen untuk menjalankan operasional dan kegiatan vihara berdasarkan ajaran Buddha. Disebabkan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan vihara yang beraliran Buddha Maitreya maka ajaran yang digunakan merupakan ajaran Buddha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 Maitreya. Nilai-nilai yang diterapkan di vihara, seperti kekeluargaan, kejujuran, saling tolong-menolong, gotong royong, dan ketulusan. Nilai kekeluargaan ini ditunjukkan dengan pengabdi vihara beserta dengan umat Buddha menganggap bahwa seluruh manusia yang ada di dunia adalah satu keluarga. Hal ini sesuai dengan konsepsi orang lain Sang Pengasih yang berarti bahwa seorang pengasih adalah dia yang memandang orang lain seperti diri sendiri dan menganggap dunia adalah satu keluarga. Disebabkan mereka menganggap bahwa seluruh dunia adalah satu keluarga, para pengabdi dan umat Buddha dalam berinteraksi di vihara juga menganggap bahwa mereka adalah keluarga. Nilai seperti ini menciptakan suasana yang ada dalam organisasi menjadi suasana kekeluargaan yang penuh dengan cinta kasih. Pandita yang merupakan pimpinan vihara memperlakukan para pengabdi dan umat vihara seperti keluarga sehingga tidak ada batas antara Pandita sebagai pimpinan, pengabdi sebagai bawahan, dan umat Buddha. Selain itu, untuk mengakrabkan dan membangun kekeluargaan dalam vihara, terdapat program vihara seperti melakukan rekreasi untuk semua umat vihara, Pandita, dan pengabdi vihara. Menganggap dunia satu keluarga sesuai dengan ajaran Buddha, yaitu: jiwa kasih, perilaku kasih, konsepsi orang lain Sang Pengasih, dan konsepsi umat manusia Sang Pengasih. Jiwa kasih ditunjukkan dengan Pandita sebagai pimpinan menyayangi para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 pengabdi sebagai bawahannya dan para umat. Pandita memperlakukan para pengabdi dan umat seperti keluarga beliau sendiri dan hal ini tentunya membuat mereka merasa nyaman. Selain itu, para pengabdi yang merupakan bawahan Pandita juga memperlakukan Pandita dengan penuh hormat. Walaupun Pandita memperlakukan para pengabdi seperti keluarga sendiri, namun para pengabdi tetap menghormati dan tidak bertindak semaunya. Begitu pula dengan para umat memperlakukan sesamanya. Mereka menunjukkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan dengan memperlakukan sesama sebagai keluarga mereka sendiri. Deskripsi tersebut merupakan perwujudan dari jiwa kasih yang diterapkan di Vihara Bodhicitta Maitreya. Perilaku yang ditunjukkan dalam wujud kekeluargaan dan persaudaraan ini merupakan salah satu penerapan dari perilaku kasih. Hal ini juga berkaitan dengan konsepsi umat manusia Sang Pengasih yang berarti perilaku kasih akan membawa kebahagiaan pada dunia. Dengan adanya perilaku kasih yang ditunjukkan dengan sikap kekeluargaan akan mampu membuat sesama menjadi bahagia, dalam hal ini adalah Pandita, para pengabdi, dan para umat. Nilai kejujuran diterapkan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya. Hal ini dapat dilihat dalam pengelolaan kas kecil di vihara tidak terdapat pemisahan tugas antara fungsi pemegang harta dan pencatat. Dengan tidak adanya pemisahan tugas antara kedua fungsi tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 dapat disimpulkan bahwa nilai kejujuran sangatlah penting bagi bendahara kas kecil. Selain itu, Pandita, para pengabdi, dan umat saling mempercayai satu sama lain. Pandita memberikan kebebasan kepada setiap departemen yang ada untuk mengelola keuangan masing-masing departemen, baik dalam hal mendapatkan dan menggunakan kas tersebut. Umat vihara yang menyumbangkan uang ke kotak dana juga tentunya memiliki kepercayaan bahwa pihak vihara akan mengelola uang mereka sebagaimana mestinya. Kejujuran merupakan salah satu wujud dari jiwa kasih, yaitu menolak melakukan keserakahan atas kekayaan, reputasi, dan kekuasaan dengan melakukan kebenaran. Orang yang menolak melakukan keserakahan atas hal tersebut dan memilih untuk melakukan kebenaran diwujudkan dalam bentuk kejujuran. Oleh karena itu, orang yang memiliki jiwa kasih salah satunya ditunjukkan dengan melakukan hal yang jujur sebab orang yang memiliki jiwa kasih bisa mengendalikan pikiran dengan kebijaksanaan (prajna) sehingga terbebas dari kejahatan dan keserakahan. Seseorang yang dapat melenyapkan keserakahan, prasangka buruk, dan pikiran yang negatif merupakan orang yang memiliki kebebasan nurani. Saat seseorang memiliki kebebasan nurani, dia tidak akan memikirkan hal yang negatif dan memiliki prasangka buruk terhadap seseorang, misalnya dalam konteks ini dia berpikir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 bahwa semua orang tidak jujur. Salah satu wujud dari kebebasan nurani adalah orang yang percaya dan melakukan kejujuran. Orang tersebut akan percaya bahwa setiap orang memiliki kejujuran dan dia juga akan menerapkan kejujuran dalam hidupnya. Hal inilah yang terjadi di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya di mana pihak internal vihara percaya akan adanya kejujuran dan menerapkan nilai dari kejujuran itu sendiri. Berkaitan dengan ajaran mengenai pikiran, nilai kejujuran merupakan salah satu perwujudan dari pikiran Sang Pengasih. Saat kasih seseorang memenuhi pikiran maka pikiran yang buruk, kejahatan, dan niat yang tidak baik akan musnah. Dikaitkan dengan kejujuran, seseorang menjadi tidak jujur saat ia tidak memiliki kasih karena pikiran yang orang tersebut miliki masih penuh dengan halhal negatif. Oleh karena itu, Vihara Bodhicitta Maitreya menerapkan nilai kejujuran untuk melatih para umat dan pengabdi agar mereka memiliki pikiran Sang Pengasih. Kejujuran merupakan salah satu tindakan dan nilai yang sesuai dengan hati nurani. Saat seseorang melakukan hal yang positif dan baik seperti jujur berarti bahwa orang tersebut melakukan apa yang sesuai dengan hati nurani. Hal ini sesuai dengan konsepsi keakuan Sang Pengasih. Dalam konsep ini dikatakan bahwa orang bisa menghormati dan menghargai dirinya sendiri dan melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan hati nuraninya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, terdapat etika saling tolong-menolong. Saat ada umat yang tertimpa musibah, Pandita dan para umat akan datang untuk membantu, walaupun hanya memberikan bantuan psikologis. Begitu pula saat vihara membutuhkan bantuan, seperti bantuan tenaga para umat akan membantu sebisa mereka. Dalam interaksi yang ada di vihara juga bisa dilihat kebersamaan dan nilai saling tolong-menolong antara, Pandita, para pengabdi, dan para umat. Dengan menerapkan nilai saling tolong-menolong, Vihara Bodhicitta Maitreya menerapkan konsepsi panjang usia Sang Pengasih. Dalam konsep ini dikatakan bahwa tanpa kasih, usia yang panjang tidak berguna karena orang tersebut tidak melakukan hal yang berguna dalam hidupnya. Sikap menolong orang lain merupakan sikap yang berguna, karena hal ini membuat adanya kebahagiaan batin bagi si penolong dan memberikan manfaat kepada orang yang ditolong. Hal ini menunjukkan bahwa menolong orang lain membuat hidup kita lebih berguna karena kita bisa memberikan manfaat dan juga kebahagiaan kepada orang lain. Dalam membantu vihara dan melakukan pelayanan di vihara, Pandita, para pengabdi, dan para umat bekerja dengan gotongroyong. Mereka secara bersama-sama mengerjakan pekerjaan yang ada, seperti membersihkan vihara, memasak, dan mempersiapkan suatu acara. Selain itu, Pandita selaku pimpinan vihara juga ikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 membantu pekerjaan yang ada di vihara dan berbaur bersama para pengabdi dan umat sehingga sangat terasa sekali suasana kebersamaan dan gotong royong di vihara. Dalam ajaran Buddha Maitreya terdapat istilah demokrasi nurania. Salah satu perwujudan dari demokrasi nurania adalah memuliakan semangat gotong royong. sebelumnya dijelaskan bahwa Vihara Dalam penjabaran Bodhicitta Maitreya menerapkan nilai gotong royong yang mana hal tersebut adalah perwujudan dari demokrasi nurania. Dalam melakukan pelayanan terhadap wadah ketuhanan dan para umat, Pandita dan para pengabdi vihara tentunya perlu melakukannya dengan ketulusan. Hal ini karena saat menjadi Pandita dan pengabdi vihara, hati mereka telah terpanggil untuk melakukan pelayanan yang mulia. Oleh karena itu, salah satu nilai yang diterapkan dan dijalankan di vihara adalah ketulusan. Ketulusan merupakan salah satu perwujudan dari konsepsi umat manusia Sang Pengasih, yaitu melakukan segala sesuatu dengan cinta kasih. Cinta kasih dapat ditunjukkan dengan melakukan sesuatu dari hati yang tulus. Dalam memimpin vihara, pimpinan vihara yang dalam hal ini adalah Pandita memberikan kebebasan kepada departemen- departemen yang ada di vihara untuk melakukan kegiatan dan mengelola keuangan mereka. Setiap departemen diberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 kebebasan untuk merancang dan mengadakan kegiatan selama itu bermanfaat bagi para umat. Sebelum mengadakan kegiatan tersebut salah satu perwakilan departemen harus memberitahukan kegiatan tersebut kepada Pandita. Pandita berperan sebagai pihak yang mengawasi dan memberikan saran atas kegiatan-kegiatan yang terjadi di vihara. Dalam hal pengelolaan keuangan, departemendepartemen yang ada memikirkan cara untuk mendapatkan dana dan menggunakan dana sesuai dengan keperluan mereka. Dengan gaya yang seperti ini dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan di Vihara Bodhicitta Maitreya adalah laiseez-faire. b. Dewan direksi menunjukkan dia independen (tidak tergantung) dari manajemen dan melakukan pengawasan atas pengembangan dan kinerja pengendalian internal. Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya tidak terdapat dewan direksi. Orang atau posisi yang bertugas untuk mengawasi kegiatan operasional vihara adalah Pandita. Peran sebagai dewan direksi tidak ada di vihara sebab peran tersebut dianggap tidak diperlukan dalam vihara. Hal ini karena peran Pandita sebagai pihak yang mengawasi dan memutuskan (beberapa hal yang dianggap penting) kegiatan operasional vihara dinilai sudah cukup. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 c. Manajemen menetapkan, dengan badan pengawas, struktur, alur pelaporan, dan otoritas dan tanggung jawab yang tepat dalam pencapaian tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang ada di dalam suatu organisasi, dalam hal ini Vihara Bodhicitta Maitreya, yang dapat menggambarkan tanggung jawab dan otoritas suatu posisi. Struktur organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya disusun secara eksplisit dengan digambarkan dalam bentuk bagan (lihat gambar 4.1). Hal ini membuat orang yang melihat bagan struktur organisasi tersebut mengetahui dan mengerti tingkatantingkatan yang ada di vihara. Dari tingkatan-tingkatan dan nama departemen atau jabatan, orang yang melihat bagan struktur organisasi bisa mendapatkan gambaran mengenai otoritas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan tersebut. Ini sesuai dengan salah satu komponen dalam lingkungan pengendalian, yaitu struktur organisasi. Misalnya, di dalam bagan struktur organisasi Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat Divisi Etika. Dari bagan struktur tersebut bisa diketahui bahwa Divisi Etika terletak di bawah Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi dan Departemen tersebut terletak di bawah Para Pandita. Dengan melihat hal tersebut, orang bisa mengetahui bahwa Divisi Etika merupakan bagian dari Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi yang juga berada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 di bawah pengawasan para pandita. Oleh karena Divisi Etika berada di bawah Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi, berdasarkan nama divisi dan departemen orang bisa mengetahui bahwa divisi etika memiliki tanggung jawab untuk segala hal yang berhubungan dengan pendidikan etika yang ada di vihara. Selain itu, juga bisa diketahui bahwa departemen yang memiliki otorisasi untuk mengawasi dan mengkoordinasi divisi tersebut adalah Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi. Para pandita juga memiliki hak dan kewajiban untuk mengawasi berjalannya Divisi Etika yang berada di bawah naungan Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi. Selain itu, dalam Vihara Bodhicitta Maitreya juga terdapat deskripsi pekerjaan untuk masing-masing divisi yang dibuat secara tertulis. Hal ini tentunya mempermudah untuk mengetahui otoritas dan tanggung jawab dari masing-masing divisi sehingga tidak adanya tumpang tindih pekerjaan ataupun saling lempar pekerjaan. Contohnya dalam Departemen Pengembangan Vihara dan Pelayanan terdapat beberapa divisi, yaitu Divisi Pelayanan Hari Besar, Divisi Konsumsi Hari Besar, Divisi Pelayanan Kunjungan Doa, dan Divisi Transportasi Hari Besar. Dalam setiap divisi tersebut ada deskripsi pekerjaan sehingga walaupun sama-sama berada dalam Departemen Pengembangan Vihara dan Pelayanan, namun masing-masing divisi ada tanggung jawab dan otoritasnya masing-masing. Ini merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 penerapan dari salah satu komponen dalam lingkungan pengendalian, yaitu metode penetapan otoritas dan tanggung jawab. Dalam hal pelaporan, segala aktivitas yang ada di vihara dan pengelolaan keuangan vihara dilaporkan kepada Pandita. Hal ini karena Pandita merupakan pimpinan vihara dan bertugas untuk mengawasi kegiatan yang ada di vihara. Misalnya untuk laporan keuangan. Setelah Pandita mendapatkan laporan mengenai laporan keuangan Pandita akan mengecek laporan tersebut dan kemudian melaporkan laporan keuangan kepada yayasan setiap tahun. d. Organisasi menunjukkan komitmen untuk menarik, mengembangkan, dan memelihara orang-orang yang kompeten sejalan dengan tujuan. Visi dari Vihara Bodhicitta Maitreya adalah mewujudkan vihara yang gemilang dalam menuntun umat Maitreya agar dapat memancarkan pesona keindahan dirinya sebagai manusia. Dalam perwujudan visi ini, tentunya di vihara dibantu oleh Pandita dan para pengabdi vihara, serta para umat Maitreya. Terdapat kegiatankegiatan yang diselenggarakan, baik di dalam vihara ataupun di luar vihara yang membantu meningkatkan kompetensi para pengabdi vihara dan para umat, khususnya dalam bidang spiritual. Sekolah Minggu Maitreya (SMM) yang dilaksanakan setiap hari minggu ditujukan kepada umat Buddha Maitreya yang bersekolah pada tingkat SD dan SMP. Hal ini dianggap perlu karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 dengan adanya kelas ini membantu umat yang duduk di tingkat SD dan SMP untuk mempelajari ajaran-ajaran Buddha yang sekiranya dipahami oleh anak yang berusia 6 sampai 15 tahun agar kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Dengan adanya kelas ini juga dapat membina umat yang masih berusia sangat muda sehingga diharapkan kedepannya mereka bisa membantu mewujudkan misi Buddha Maitreya. Selain itu, setiap hari minggu juga diadakan kebaktian minggu di Vihara Bodhicitta Maitreya. Kebaktian minggu ini diisi dengan ceramah online oleh Maha Sesepuh Wang dan dilanjutkan dengan kebaktian. Kegiatan ini ditujukan untuk para muda-mudi vihara. Hal ini dilakukan untuk mempelajari ajaran-ajaran Buddha Maitreya secara lebih mendalam lagi sehingga bisa membangun pengetahuan dan iman para muda-mudi yang kemudian mereka bisa membantu misi dari Buddha Maitreya. Kegiatan ini berkomitmen untuk membentuk para muda-mudi yang memiliki iman dan memahami yang kemudian mempraktekkan ajaran Buddha Maitreya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kemudian, ada juga kegiatan ceramah yang ditujukan kepada para umat yang sudah dewasa, yaitu kelas pertobatan. Dalam kelas ini juga diajarkan mengenai ajaran-ajaran Buddha Maitreya namun dengan pendekatan yang dipahami oleh orang dewasa. Hal ini dilakukan agar umat yang sudah berumur dewasa yang mana telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 sibuk dengan kehidupannya dalam dunia kerja dan keluarga juga tetap memiliki pengetahuan dalam hal keimanan. Dengan tetap adanya pengetahuan dalam hal keimanan, mereka juga diharapkan menerapkan ajaran Buddha Maitreya dalam kehidupan sehari-hari, entah di dunia kerja maupun di dalam keluarga mereka. Kemudian, hal ini akan mendorong terwujudnya misi Buddha Maitreya. Selain kelas-kelas dalam bentuk ceramah, di Vihara Bodhicitta Maitreya juga menyediakan kelas untuk mempelajari etika pada saat kebaktian dan juga tata sajian. Hal ini bertujuan agar para umat mengetahui dan mempelajari cara kebaktian yang benar dan juga melakukan tata sajian yang benar, sehingga pemujaan yang mereka laksanakan terlaksana dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa di Vihara Bodhicitta Maitreya bukan hanya berkomitmen dalam mengajarkan para umat untuk mendalami ajaran Buddha Maitreya, namun juga dalam hal pemujaan dan etikanya. Vihara Bodhicitta Maitreya juga bekerjasama dengan vihara lain yang memiliki aliran yang sama dalam hal pendidikan dan pelatihan para umat dan para pengabdi vihara. Misalnya saja, terdapat program diklat (pendidikan dan pelatihan) yang ditujukan untuk umat biasa, para pengabdi, dan juga Pandita. Hal ini dianggap perlu untuk dilakukan karena dalam program tersebut umat yang berpartisipasi akan dididik dan dilatih dalam hal etika keagamaan, etika keperilakuan, dan pendalaman mengenai ajaran Buddha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 Maitreya. Program ini tentunya meningkatkan kompetensi bagi pihak yang berpartisipasi. Dari semua penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa Vihara Bodhicitta Maitreya berkomitmen dan berusaha untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi Pandita, para pengabdi, dan para umat Maitreya. Usaha yang dilakukan ini tentunya bertujuan untuk membantu mewujudkan misi Buddha Maitreya, yaitu menciptakan dunia satu keluarga, di mana dunia ini dipenuhi dengan kasih dan perdamaian. Hal ini dilakukan sesuai dengan salah satu bentuk kasih dalam ajaran Buddha Maitreya yaitu dharma hati kasih. Dalam hal mengadakan kegiatan-kegiatan spiritual, Vihara Bodhicitta Maitreya, Pandita, dan menyelamatkan para umat pengabdi manusia. membabarkan Hal ini ajaran dilakukan untuk dengan memberikan siraman-siraman rohani dan ajaran-ajaran yang memotivasi para umat untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di Vihara Bodhicitta Maitreya diterapkan ajaran dharma kasih hati. Dalam hal mewujudkan misi Buddha Maitreya, Pandita dan para pengabdi menerapkan hati akan datang Sang Pengasih, di mana mereka selalu optimis, berjuang, penuh harapan, dan keyakinan bahwa mereka mampu mewujudkan misi Buddha Maitreya. Dalam ajaran yang diberikan saat kegiatan rohani, para umat juga diajarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 untuk memiliki hati yang akan datang Sang Pengasih, di mana para umat diharapkan untuk terus berjuang bagi diri sendiri dan seluruh umat manusia serta memiliki hidup yang lebih baik. Pada penjabaran tersebut, dapat kita lihat bahwa di Vihara Bodhicitta Maitreya berusaha untuk menerapkan ajaran-ajaran Buddha Maitreya, dalam hal ini ajaran mengenai hati akan datang Sang Pengasih. e. Organisasi memiliki orang-orang yang bertanggungjawab untuk tanggung jawab pengendalian internal mereka sejalan dengan tujuan. Dalam menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan keuangan, Vihara Bodhicitta Maitreya memiliki beberapa bagian yang bertanggungjawab dengan fungsi yang berbeda. Terdapat Pandita yang memiliki fungsi sebagai otorisator dan pengawas, posisi bendahara yang diduduki oleh seorang Pandita Madya yang memiliki fungsi sebagai pemegang harta dan pencatat, bendahara kas kecil yang diduduki oleh seorang Pandita Muda yang memiliki fungsi sebagai pencatat dan juga pemegang harta, serta seorang pengabdi yang bertugas sebagai pencatat (menerjemahkan catatan dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia untuk keperluan laporan keuangan). Tujuan dari fungsi-fungsi ini adalah membuat laporan keuangan yang dapat diandalkan dan relevan, kemudian laporan keuangan ini dilaporkan kepada Pandita sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan vihara. Sebab dengan struktur organisasi vihara dapat dilihat bahwa Pandita merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 pimpinan vihara sehingga Pandita memiliki hak untuk menerima laporan, mengawasi, dan mengotorisasi suatu transaksi penting. Dalam struktur organisasi vihara dapat dilihat bahwa terdapat banyak departemen. Dalam struktur dapat dilihat bahwa departemendepartemen tersebut dibawahi oleh Pandita. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal akuntabilitas, departemen-departemen tersebut bertanggungjawab melapor kepada Pandita. Dalam prakteknya, setiap kali departemen melakukan suatu kegiatan, perwakilan dari departemen tersebut memberitahukan kepada Pandita. Kemudian, Pandita memiliki otoritas untuk menyetujui atau menolak dilaksanakannya kegiatan tersebut. Pandita juga boleh untuk memberi saran atas kegiatan tersebut melalui diskusi dengan orang dari departemen tersebut. Di Vihara Bodhicitta Maitreya tidak dilakukan pengukuran kinerja seperti di perusahaan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh Pandita dengan melihat bagaimana kinerja dari pengabdi atau umat vihara. Pandita menilai kinerja dengan melihat apakah pengabdi atau umat tersebut rajin dan tulus dalam pelayanan. Jika Pandita menilai bahwa pengabdi atau umat tersebut pekerjaannya baik, biasanya Pandita memberikan penghargaan. Penghargaan yang diberikan khususnya untuk pengabdi vihara adalah kenaikan posisi keagamaan, dipercaya, dan mendapat tanggung jawab lebih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 2. Penaksiran Risiko Berikut ini merupakan penerapan empat prinsip menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yang berkaitan dengan penaksiran risiko dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, antara lain: a. Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk mampu mengidentifikasikan dan menaksir risiko yang terkait dengan tujuan. Tujuan operasi menurut COSO adalah dengan melakukan operasi secara efektif dan efisien. Vihara Bodhicitta Maitreya mengidentifikasi dan menaksir risiko untuk tujuan operasi ditunjukkan dengan perlu adanya persetujuan dari Pandita untuk melakukan pengeluaran yang jarang terjadi dan memiliki nominal besar. Hal ini menunjukkan bahwa vihara mengidentifikasi dan menaksir risiko bahwa mungkin akan terjadi pengeluaran yang tidak penting atau yang tidak seharusnya dilakukan sehingga membuat operasi tidak efektif dan efisien. Dalam mencapai tujuan pengendalian untuk pelaporan kepada pihak internal dilakukan dengan adanya beberapa laporan. Di Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat buku yang berisi nama donatur dan nominal yang diberikan. Fungsi dari pencatatan nama dan nominal ini adalah untuk memastikan bahwa nominal yang ada di buku tersebut sama dengan atau kurang dari (sebab mungkin ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 umat yang langsung memasukkan ke kotak dana) yang ada di dalam kotak dana. Ini untuk memastikan bahwa catatan yang ada reliable dan transparan. Selain itu, tujuan pelaporan untuk pihak internal diwujudkan dengan adanya laporan mengenai pengeluaran yang dilakukan dengan kas kecil dan dicatat oleh bendahara kas kecil. Kemudian, juga ada catatan yang dicatat oleh bendahara dan dicatat kembali oleh pencatat. Semua transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan bukti transaksi yang ada, khususnya dalam transaksi pembelian. Hal ini untuk mencegah risiko yang berkaitan dengan kesalahan pencatatan. Dalam hal untuk mencapai tujuan pelaporan eksternal, vihara mengikuti format laporan yang ditetapkan oleh pemerintah, guna pelaporan kepada kantor pajak. Vihara Bodhicitta Maitreya awalnya menggunakan laporan keuangan yang berbasis kas, namun sekarang pada tahun 2017 pihak vihara berupaya menerapkan pencatatan yang berbasis akrual. Hal ini dilakukan agar laporan keuangan yang disajikan oleh vihara memenuhi kriteria understandability, sehingga tidak terjadi perbedaan pemahaman atau ketidakpahaman oleh pihak lain. Dalam penyajian laporan keuangan kepada pihak eksternal vihara hanya menyajikan transaksi yang berkaitan dengan aktivitas vihara dan ini dibuat berdasarkan catatan yang dicatat oleh bendahara dan pencatat. Hal ini dilakukan agar laporan keuangan yang disajikan verifiable dan reliable. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134 Untuk mencapai tujuan kepatuhan, vihara membuat laporan keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan yang berlaku yang dimaksud di sini adalah aturan yang sesuai dengan konsep akuntansi dan aturan akuntansi. Selain itu, vihara juga melaporkan laporan keuangan setiap tahunnya kepada pemerintah dalam hal ini adalah kantor pajak. Hal ini menunjukkan jika vihara berupaya untuk memenuhi tujuan kepatuhan atas regulasi yang berlaku di Indonesia. b. Organisasi mengidentifikasi risiko untuk mencapai tujuan untuk semua entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko seharusnya diatur. Di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat berbagai departemen (lihat gambar 4.1). Departemen-departemen tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan skill yang dimiliki muda-mudi dan mengajarkan mereka untuk mandiri, selain itu departemen tersebut juga bertujuan untuk membantu mewujudkan misi Buddha Maitreya. Pengelolaan kegiatan dan keuangan masingmasing departemen diserahkan kepada departemen yang bersangkutan. Dalam hal akan diadakannya kegiatan, perwakilan dari departemen akan meminta izin kepada Pandita. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko diadakannya kegiatan yang tidak bermanfaat dan untuk memberitahukan kepada Pandita selaku pimpinan vihara. Dalam hal pengelolaan keuangan setiap departemen, vihara menyerahkan sepenuhnya kepada departemen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 sehingga departemen mandiri. Hal ini untuk mencegah departemen yang terlalu bergantung kepada keuangan vihara. Vihara Bodhicitta Maitreya menggunakan nota pembelian untuk bukti transaksi pada saat terjadinya pembelian. Hal ini menandakan bahwa di Vihara Bodhicitta Maitreya telah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi, seperti kesalahan pencatatan. Kesalahan pencatatan yang dimaksud di sini adalah ada kemungkinan terjadinya ketidaktelitian dari petugas atau mungkin petugas melupakan nominal dari kas yang diambil, sehingga nota pembelian bisa menjadi pengingat bagi petugas untuk mencatatnya. Selain itu, dengan adanya bukti transaski ini membuat catatan yang dihasilkan menjadi dapat diverifikasi dan dapat diandalkan. Dalam hal analisis risiko untuk faktor eksternal, seperti risiko ekonomi, lingkungan alam, teknologi, dan perubahan mata uang negara asing belum dilakukan. Hal ini disebabkan karena analisis untuk risiko faktor eksternal dianggap tidak perlu dilakukan. Misalnya saja, untuk perubahan mata uang asing tidak ada pengaruhnya untuk risiko yang mungkin dialami oleh vihara. Perubahan ekonomi dan lingkungan alam pun tidak ada pengaruhnya dengan kegiatan yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. Kemudian, untuk teknologi sampai saat ini masih belum berpengaruh sebab dalam pencatatan keuangan masih manual. c. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 penaksiran risiko untuk mencapai tujuan. Pada saat umat memberikan sumbangan dilakukan pencatatan atas sumbangan umat, kemudian petugas langsung memasukkan uang yang diterima ke dalam kotak dana setelah memastikan bahwa jumlah yang dicatat sama dengan yang akan dimasukkan ke dalam kotak dana. Saat membuka kotak dana diperlukan lebih dari satu orang dari pihak internal vihara. Kemudian, saat dilakukan pembelian diperlukan nota pembelian sebagai bukti transaksi. Semua bentuk kegiatan tersebut bisa dikatakan merupakan pengendalian yang dilakukan oleh vihara dalam menaksir kemungkinan adanya potensi kecurangan yang mungkin terjadi. Di Vihara Bodhicitta Maitreya bisa dikatakan tidak terlalu banyak pengendalian internal untuk mencegah fraud. Hal ini karena di Vihara Bodhicitta Maitreya orang-orang yang menangani keuangan vihara merupakan orang yang secara sukarela melakukannya. Selain itu, di vihara juga menerapkan nilai kejujuran dan tanggung jawab. Vihara Bodhicitta Maitreya memberikan para umat kesempatan untuk mengabdi di vihara menjadi pengabdi ataupun aktivis. Saat menjadi pengabdi ataupun aktivis vihara, tentunya orang tersebut berdedikasi dan memberikan sesuatu kepada vihara. Hal ini merupakan salah satu perwujudan kebahagiaan Sang Pengasih, yaitu mereka yang mengabdi dan membantu di vihara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 akan merasakan kebahagiaan nurani. d. Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang bisa berpengaruh pada sistem pengendalian internal secara signifikan. Berdasarkan data yang didapat dan dianalisis, Vihara Bodhicitta Maitreya tidak melakukan pengidentifikasian dan penilaian atas perubahan-perubahan yang bisa berpengaruh pada pengendalian internal secara signifikan. Hal ini karena di vihara tidak terlalu banyak menerapkan pengendalian internal dan jika terjadi perubahan, seperti perubahan lingkungan eksternal dan kepemimpinan, tidak akan berpengaruh secara signifikan pada pengendalian internal yang diterapkan. Perubahan kepemimpinan tidak menyebabkan perubahan yang signifikan dalam pengendalian internal yang diterapkan sebab siapapun pimpinannya filosofi yang digunakan masih tetap sama karena berdasarkan ajaran-ajaran Buddha Maitreya. 3. Aktivitas Pengendalian Berikut ini merupakan penerapan tiga prinsip menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yang berkaitan dengan aktivitas pengendalian dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, antara lain: a. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang berkontribusi dalam pencegahan risiko untuk mencapai tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 pada level yang dapat diterima. Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya dilakukan beberapa aktivitas pengendalian. Aktivitas pengendalian ini bisa diidentifikasi melalui siklus-siklus yang terjadi di Vihara Bodhicitta Maitreya. Setiap siklus memiliki aktivitas pengendalian yang berbeda, disebabkan oleh kebutuhan pengendalian dari siklus tersebut juga berbeda. Dalam siklus penerimaan kas dari sumbangan umat dapat diidentifikasi beberapa aktivitas pengendalian dalam kegiatan tersebut. Saat umat memberikan sumbangan pada hari besar keagamaan, terdapat pilihan untuk memberikan sumbangan dengan mencatatkan nama dan nominal sumbangan melalui petugas. Hal ini merupakan pengendalian untuk nantinya pada saat pembukaan kotak dana dicocokkan hasil jumlah yang di catatan dengan yang di kotak dana. Hasil yang seharusnya adalah jumlah uang di catatan sama dengan atau kurang dari di kotak dana. Perbedaan ini karena umat diperbolehkan langsung memberikan sumbangan di kotak dana tanpa melalui petugas pencatat di buku sumbangan pada saat hari besar keagamaan. Kemudian, petugas akan menghitung uang yang diberikan sama dengan yang dicatat dan langsung setelah itu memasukkan ke dalam kotak dana. Hal ini untuk menghindari kemungkinan bahwa petugas lupa memasukkan uang sumbangan ke kotak dana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139 Pada saat pembukaan kotak dana disaksikan oleh satu orang Pandita, satu orang bendahara, dan satu orang saksi. Kemudian, hasil dari pembukaan kotak dana akan dicatatkan di sebuah buku yang kemudian ditandatangani oleh yang hadir. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa kotak dana tersebut dibuka pada tanggal berapa dan jumlah yang didapatkan berapa serta siapa yang menyaksikan dan menbuka kotak dana tersebut. Dalam siklus pengeluaran, Vihara Bodhicitta Maitreya melakukan pengendalian menggunakan nota pembelian. Petugas yang membeli perlengkapan vihara akan mempertanggungjawabkan pembelian dan pengambilan atau pengembalian uang kepada bendahara atau bendahara kas kecil (tergantung pembelian untuk apa). Nota pembelian ini merupakan alat pengendalian karena berfungsi sebagai bukti transaksi telah dilakukannya pembelian. Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat pemisahan tugas antara fungsi otorisasi, pemegang harta, dan pencatat. Fungsi otorisasi dipegang oleh Pandita selaku pimpinan vihara, fungsi pemegang harga dan pencatat dilakukan oleh bendahara, dan ada seseorang yang bertugas mencatat kembali catatan yang dibuat oleh bendahara. Catatan oleh bendahara dicatat kembali karena bendahara mencatat transaksi tersebut dalam Bahasa Mandarin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140 b. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang umum melalui teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan. Dalam hal melakukan aktivitas pengendalian, Vihara Bodhicitta Maitreya tidak menggunakan teknologi, khususnya dalam hal keuangan. Dalam pencatatannya, Vihara Bodhicitta Maitreya masih menggunakan sistem manual dan belum menggunakan teknologi. Oleh karena itu, aktivitas pengendalian melalui teknologi tidak terdapat di Vihara Bodhicitta Maitreya. Dalam ajaran Buddha, penggunaan teknologi diperbolehkan selama teknologi digunakan dengan hati nurani. Hal ini karena tanpa menggunakan hati nurani, teknologi akan kehilangan makna dan bahkan dapat menghancurkan kehidupan manusia. Sedangkan, saat teknologi digunakan dengan hati hurani, teknologi tersebut akan membantu manusia mencapai kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, berdasarkan perspektif konsep ini, Vihara Bodhicitta Maitreya sebenarnya boleh menerapkan teknologi untuk aktivitas pengendalian yang relevan jika memang diperlukan. c. Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang memasukkan kebijakan dalam tindakan. Setiap hari besar keagamaan, seperti che it dan cap go di Vihara Bodhicitta Maitreya biasanya para umat memberikan sumbangan ke vihara. Dalam kegiatan ini, ada prosedur pencatatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141 nama penyumbang di buku dana walaupun juga dimungkinkan untuk penyumbang secara langsung memasukkan sumbangan ke dalam kotak dana. Hal ini juga menjadi aktivitas pengendalian yang membantu bendahara untuk melakukan cross-check total yang tercatat dalam buku dana dan total yang ada dalam kotak dana. Hasil yang semestinya adalah total kotak dana lebih dari sama dengan total buku dana. Adanya kotak dana yang berisi sumbangan para umat, tentunya perlu untuk dibuka dan dihitung jumlah yang didapatkan dalam kurun waktu tertentu. Dalam membuka kotak dana ini, terdapat kebijakan harus dibuka oleh satu orang bendahara, satu orang pandita, dan satu orang saksi. Kebijakan ini dilakukan untuk pengendalian agar tidak terjadi kesalahan yang tidak disengaja dalam melakukan penghitungan atas uang yang didapatkan. Selain itu, hal ini juga dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kepercayaan para umat kepada pihak pengurus vihara. Pandita merupakan pimpinan dalam suatu vihara. Hal ini menyebabkan adanya suatu prosedur bahwa dalam melakukan suatu kegiatan di Vihara Bodhicitta Maitreya perlu diketahui oleh Pandita. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, misalnya pembelian barang yang harganya lumayan mahal perlu mendapat persetujuan dari Pandita terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi atau menghindari risiko pembelian barang yang tidak diperlukan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142 untuk menentukan prioritas pembelian barang dengan menggunakan dana yang terbatas. Jumlah dana yang ada tentunya diketahui oleh Pandita dan karena Pandita merupakan pimpinan vihara beliau juga mengetahui barang apa saja yang lebih diperlukan. Sumber daya manusia di Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengabdi dan/atau secara sukarela menyumbangkan tenaga dan pikiran yang mereka miliki. Para pengabdi dan aktivis ini biasanya ada yang memiliki pekerjaan, sehingga mereka membantu di vihara pada saat mereka tidak bekerja atau memiliki waktu senggang. Pengabdi dan aktivis vihara biasanya membantu dalam mempersiapkan acaraacara dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di vihara. Bendahara Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan orang yang memang dipilih oleh Pandita dan sudah menjadi bendahara selama puluhan tahun. Hal ini karena di Vihara Bodhicitta Maitreya ada kebijakan bahwa orang yang menjadi bendahara akan terus menjadi bendahara seumur hidup. 4. Informasi dan Komunikasi Berikut ini merupakan penerapan tiga prinsip menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, antara lain: a. Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143 dan berkualitas untuk mendukung fungsi pengendalian internal. Vihara Bodhicitta Maitreya menghasilkan informasi yang berasal dari berbagai transaksi. Informasi yang dihasilkan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya salah satunya berupa daftar nama donatur atau penyumbang yang didapatkan dari buku dana. Buku dana merupakan data yang didapatkan dari sumber internal. Rincian daftar nama ini oleh vihara digunakan sebagai data internal. Selain itu, informasi lain dari buku dana yang bisa didapatkan oleh pihak vihara adalah informasi mengenai jumlah dana yang disumbangkan oleh umat (hanya yang tercatat) pada periode tertentu. Informasi ini digunakan untuk melakukan cross-check hasil antara catatan di buku dana dengan jumlah di kotak dana. Hasil yang didapatkan harus jumlah buku dana lebih kecil sama dengan jumlah di kotak dana. Data eksternal yang didapatkan oleh vihara adalah nota pembelian. Nota pembelian ini bisa menghasilkan informasi mengenai pembelian yang dilakukan oleh vihara. Informasi yang bisa didapatkan berupa total pembelian yang dibuktikan dengan nota pembelian. Total pembelian perlu untuk diketahui agar saat pengabdi membeli barang dapat menukarkan uang atau membuktikan harga barang yang dibeli adalah sejumlah yang tertera di nota. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144 b. Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal yang diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal. Setiap tahun, Vihara Bodhicitta Maitreya membentuk struktur kepengurusan organisasi. Untuk setiap divisi atau jabatan pihak vihara sudah membuat dan mendeskripsikan pekerjaan masingmasing jabatan. Deskripsi pekerjaan ini dikomunikasikan secara tertulis dan lisan kepada orang-orang yang berada dalam struktur organisasi. Untuk jabatan-jabatan tertentu khususnya di bidang keuangan terdapat tanggung jawab yang mendukung pengendalian internal. Misalnya, untuk membuka kotak dana merupakan job description dari Pandita dan bendahara. Hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian internal untuk menghindari kesalahan (error) pada saat penghitungan uang dalam kotak dana. c. Organisasi mengkomunikasikan dengan pihak eksternal mengenai persoalan yang mempengaruhi fungsi dari pengendalian internal. Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan organisasi religius yang dalam pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh pihak vihara di bawah naungan yayasan. Setiap tahunnya, Vihara Bodhicitta Maitreya melaporkan laporan keuangan kepada Kantor Pajak melalui yayasan. Hal ini menunjukkan bahwa Vihara Bodhicitta Maitreya mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak eksternal. Selain itu, Vihara Bodhicitta Maitreya juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145 mengizinkan adanya masukan dari pihak eksternal, misalnya saran mengenai pembangunan atau renovasi vihara dari Maha Pandita. 5. Aktivitas Pengawasan Berikut ini merupakan penerapan dua prinsip menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yang berkaitan dengan aktivitas pengawasan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, antara lain: a. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi terus-menerus dan/atau terpisah-pisah untuk memastikan komponenkomponen pengendalian internal dilakukan dan berguna. Menurut data yang didapatkan, di Vihara Bodhicitta Maitreya tidak dilakukan evaluasi, baik evaluasi terus-menerus dan/atau terpisah-pisah. Hal ini karena pihak vihara merasa evaluasi tidak terlalu diperlukan dan pengendalian internal yang dilakukan memang merupakan apa yang telah dilakukan sebelumnya sehingga hingga saat ini pengabdi vihara mengikuti apa yang sudah dilakukan sebelumnya. b. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan pengendalian internal dalam cara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan perbaikan, termasuk manajemen senior dan dewan direksi secara tepat. Di Vihara Bodhicitta Maitreya tidak dilakukan evaluasi atas pengendalian internal yang dilaksanakan sehingga tidak ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146 pengkomunikasian kekurangan pengendalian internal. Hal ini karena pengabdi vihara melakukan pengendalian internal yang memang sudah ada dari awal dan hanya mengikuti apa yang sudah dilakukan. Namun pada tahun 2017, Vihara Bodhicitta Maitreya berkeinginan untuk menerapkan sistem yang baru sesuai dengan format laporan keuangan dan bukti transaksi yang diberikan oleh MAPANBUMI. C. Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi yang Baru dan Lama Sistem yang selama ini dijalankan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya adalah sistem akuntansi berbasis kas di mana pencatatan yang dilakukan berupa pengeluaran dan penerimaan. Selain itu, tidak semua transaksi memiliki bukti transaksi. Pada tahun 2017, Vihara Bodhicitta berencana untuk mengimplementasikan sistem informasi akuntansi dengan sistem akuntansi berbasis akrual. Hal ini dilakukan oleh vihara agar tata kelola keuangan vihara menjadi lebih baik dan dapat memenuhi tujuan kepatuhan. 1. Siklus Penerimaan Pada sistem penerimaan Vihara Bodhicitta Maitreya yang lama, uang sumbangan dari umat pada saat hari besar keagamaan akan dimasukkan ke dalam kotak dana. Selain itu, para umat dapat memberikan sumbangan kepada vihara melalui kotak dana tanpa mencatatkan nama mereka di buku dana pada hari selain hari besar keagamaan. Hal ini karena penyumbang yang dicatat namanya di buku dana, hanya pada saat hari besar keagamaan. Pencatatan nama ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147 berfungsi untuk melakukan cross-check pada saat pembukaan kotak dana, di mana jumlah uang di kotak dana harus lebih besar sama dengan jumlah di buku dana. Pada sistem yang baru, jika dilihat dari daftar akun yang dimiliki, terdapat akun sumbangan hari besar keagamaan dan sumbangan kotak amal. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan dari umat yang diterima pada saat hari besar keagamaan akan dipisah dari sumbangan kotak amal atau kotak dana. Selain itu, untuk bukti transaksi penerimaan kas terdapat formulir penerimaan sumbangan hari raya keagamaan, berita acara pembukaan kotak amal, dan bukti penerimaan. Sedangkan pada bukti transaksi sistem lama, hanya terdapat berita acara pembukaan kotak amal. Bukti transaksi dapat menjadi salah satu alat pengendalian. Pada sistem baru, bukti transaksi yang digunakan memiliki fungsinya masingmasing dan terdapat pengendalian di dalamnya. Berita acara pembukaan kotak amal merupakan bukti transaksi yang sama-sama terdapat dalam sistem lama dan sistem baru. Bukti transaksi ini digunakan sebagai bukti bahwa bendahara telah melakukan pembukaan kotak dana bersama dengan Pandita dan disaksikan oleh seorang saksi. Dalam bukti transaksi ini memiliki format yang perlu diisi, yaitu: tanggal, jumlah uang dalam kotak dana, tanda tangan bendahara dan dua orang saksi. Dua orang saksi di sini adalah satu Pandita dan satu lagi tergantung situasi bisa Pandita, Pandita Madya, ataupun pengabdi vihara yang lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148 internal di mana untuk mencegah terjadinya kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja sebab uang dari kotak amal merupakan uang yang perlu dipertanggungjawabkan kepada para umat. Terdapat tiga pihak yang menandatangani berita acara merupakan bukti bahwa kotak dana dibuka pada tanggal tertentu oleh bendahara dan Pandita serta disaksikan oleh seorang saksi. Pada sistem yang baru terdapat formulir penerimaan sumbangan hari raya keagamaan. Formulir ini digunakan sebagai bukti transaksi penerimaan sumbangan yang dikumpulkan pada hari raya keagamaan, seperti che it dan cap go. Dalam hal ini semua uang yang diterima dari umat pada hari besar keagamaan akan dikumpulkan dan sebagai bukti transaksi akan diisi formulir ini. Format dari formulir ini adalah hari, tanggal, tanggal imlek, jenis hari besar, total sumbangan dalam bentuk nominal dan terbilang, serta tanda tangan oleh petugas pencatat, penerima sementara, bendahara, dan pimpinan. Hari, tanggal, tanggal imlek, dan jenis hari besar berfungsi untuk menegaskan dan menginformasikan kapan bukti transaksi itu dibuat dan pada perayaan apa uang sumbangan tersebut diterima. Total sumbangan untuk mengungkapkan jumlah uang yang diterima pada hari besar tersebut. Terdapat dua jenis penulisan total sumbangan yaitu bentuk nominal dan terbilang, hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian jika terjadi kesalahan penulisan baik di nominal maupun terbilang dan juga bentuk terbilang dapat memperjelas total dalam bentuk nominal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149 Kemudian, pihak yang menandatangani dokumen ini terdiri dari empat pihak. Pihak pertama adalah petugas pencatat yang bertugas untuk mencatat nama pemberi sumbangan dan menghitung jumlah sumbangan total. Petugas pencatat inilah yan kemudian akan menyerahkan seluruh uang sumbangan pada hari itu kepada penerima sementara. Pihak kedua yaitu penerima sementara bertugas untuk menerima dan memegang uang sementara hingga uang tersebut diserahkan kepada bendahara. Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan bahwa pada hari besar keagamaan tersebut bendahara tidak datang ke vihara sehingga uang diserahkan sementara ke penerima sementara. Pihak ketiga adalah bendahara yang bertugas untuk menerima uang dari peneriman sementara dan memegang uang tersebut. Kemudian pihak keempat adalah pimpinan vihara yang merupakan seorang Pandita. Sebagai seorang pimpinan vihara, Pandita berhak untuk mengetahui segala transaksi yang terjadi di vihara termasuk transaksi penerimaan sumbangan hari besar keagamaan. Berdasarkan penjabaran mengenai formulir sumbangan hari besar keagamaan, pengendalian internal yang dimiliki cukup memadai sebab informasi yang diisikan di dalam formulir tersebut sudah lengkap dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini pun bisa dilihat dengan jelas dan dimintai pertanggungjawaban. Namun, dengan semakin banyaknya pihak yang dilibatkan dalam penandatanganan suatu transaksi juga bisa menyebabkan transaksi tersebut memiliki birokrasi yang panjang. Dari bukti transaksi formulir penerimaan sumbangan hari besar keagamaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150 kita bisa melihat terdapat empat pihak yang perlu menandatangani bukti tersebut. Hal ini memang menyebabkan pengendalian internal yang baik, namun jika dipertimbangkan dari sisi birokrasi akan terasa berbelit-belit apalagi jika orang yang ditemui berada di tempat yang berbeda-beda. Selain itu, dalam sistem yang baru juga terdapat bukti penerimaan. Bukti penerimaan ini digunakan untuk bukti transaksi saat di vihara terjadi penerimaan kas dan setara kas, seperti bank, kas, dan kas kecil. Bukti transaksi penerimaan ini memiliki format berupa pilihan penerimaan dana (bank, kas, dan kas kecil), tanggal, nomor, dibayarkan kepada, untuk keperluan, jumlah nominal, jumlah terbilang, pencatatan atas transaksi yang terjadi, tanda tangan oleh kasir, bagian akuntansi, pimpinan, dan penerima. Pilihan penerimaan dana yang berupa bank, kas, dan kas kecil berfungsi untuk menunjukkan transaksi penerimaan atas dana apa yang sedang terjadi. Tanggal berfungsi untuk menunjukkan pada tanggal berapa transaksi penerimaan ini terjadi dan nomor berfungsi untuk menunjukkan nomor dari bukti transaksi ini. Keterangan dibayarkan kepada berfungsi untuk menginformasikan siapa orang yang menerima uang tersebut dan keterangan untuk keperluan digunakan untuk menjelaskan sumber uang ini. Kemudian untuk jumlah nominal dan jumlah terbilang digunakan untuk menjelaskan jumlah uang yang diterima dalam bentuk angka atau nominal dan dijelaskan dengan bentuk huruf yang disebut terbilang. Dalam bukti transaksi ini juga terdapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151 pencatatan atas transaksi yang terjadi yang berfungsi untuk menjurnal transaksi ini karena disediakan kolom debit dan kredit. Terdapat empat pihak yang terlibat dalam bukti penerimaan ini yaitu kasir yang bertugas untuk memberikan uang, bagian akuntansi yang melakukan pencatatan transaksi, pimpinan untuk mengetahui transaksi yang terjadi, dan penerima bertugas untuk menerima uang. Dari penjabaran di atas mengenai bukti penerimaan ini berfungsi sebagai pengendalian internal saat terjadi kas masuk. Dalam sistem lama pada saat terjadi penerimaan kas, tidak terdapat bukti transaksi seperti bukti penerimaan, bendahara hanya akan mencatat penerimaan dan jumlah tertentu di catatannya. Sedangkan di sistem baru ini dalam hal penerimaan kas terdapat tambahan pengendalian internal yang berupa bukti transaksi yang menjadi bukti dokumen bahwa transaksi penerimaan itu terjadi. Untuk pengendalian internal di vihara, bukti penerimaan memang penting dan dapat membantu kegiatan operasional. Namun, untuk transaksi yang berkaitan dengan kas dan setara kas akan menjadi tidak efisien jika menggunakan bukti penerimaan, dalam hal ini adalah kas kecil. Kas kecil merupakan mutasi dari kas atau bank, sehingga pemasukan kas kecil sudah terekam oleh transaksi pengeluaran kas atau bank. Hal ini untuk meminimalisir bukti transaksi yang tidak dibutuhkan. Untuk penjualan di koperasi, dalam hal penerapan sistem baru tidak ada sistem baru yang diterapkan. Hal ini karena sistem baru yang akan diterapkan pada tahun 2017 hanya mengenai sistem informasi akuntansi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152 operasional vihara. Tabel 5.1 Perbedaan Siklus Penerimaan Antara Sistem Lama dan Sistem Baru 2. Keterangan Uang sumbangan pada hari raya keagamaan Sistem Lama Dimasukkan ke dalam kotak dana. Pemisahan uang kotak dana atau amal dan sumbangan hari raya keagamaan Formulir penerimaan sumbangan hari raya keagamaan Bukti penerimaan Tidak dipisah atau digabung Sistem Baru Tidak dimasukkan ke dalam kotak dana Dipisah Tidak ada Ada Tidak ada Ada Siklus Pengeluaran Tabel 5.2 Perbedaan Siklus Pengeluaran Antara Sistem Lama dan Sistem Baru Keterangan Bukti transaksi saat terjadi transaksi dengan pihak internal Sistem Lama Tidak ada Sistem Baru Ada, yaitu berupa bukti pengeluaran, misalnya: saat ada mutasi uang Bukti pengeluaran Tidak ada Ada Formulir pembelian sayurTidak terdapat Terdapat tanda sayuran tanda tangan tangan pihak yang pihak yang berkaitan, yaitu berkaitan. pemohon, kasir, dan pimpinan atau pengabdi. Pada sistem pengeluaran Vihara Bodhicitta Maitreya yang lama, bukti transaksi yang digunakan hanya berupa nota pembelian dan jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153 membeli barang yang tidak memiliki nota pembelian, misalnya sayursayuran, petugas akan membuat daftar nama dan harga barang sendiri. Pada sistem yang lama ini menunjukkan bahwa bukti transaksi yang ada hanya jika transaksi tersebut dilakukan dengan pihak luar. Sedangkan, dengan pihak internal, misalnya untuk keperluan mutasi kas ke kas kecil atau pembayaran tunjangan pengabdi, bendahara mencatat langsung transaksi ke dalam buku catatannya dan tidak terdapat bukti transaksi dalam aktivitas ini. Hal ini menandakan bahwa tidak ada bukti transaksi yang dapat memverifikasi catatan yang dibuat oleh bendahara jika catatan tersebut akan diperiksa. Pada sistem baru, terdapat tambahan bukti transaksi yang berupa bukti pengeluaran dan terdapat tambahan format untuk formulir pembelian sayur-sayuran. Sedangkan untuk nota pembelian tetap ada di kedua sistem karena nota pembelian merupakan bukti transaksi yang berasal dari pihak eksternal. Nota pembelian ini tetap digunakan sebagai bukti transaksi baik saat transaksi tersebut melalui bank, kas, ataupun kas kecil. Bukti transaksi dari pihak eksternal ini merupakan bukti yang reliable untuk dijadikan bukti karena yang membuat bukti ini adalah pihak luar dan terlepas dari pihak vihara. Selain itu, bukti transaksi dari pihak eksternal juga dapat diverifikasi kebenarannya dengan mengecek bukti tersebut kepada pihak eksternal yang berkaitan atau yang mengeluarkan bukti tersebut. Oleh karena itu, nota pembelian dapat dijadikan salah satu alat pengendalian internal untuk suatu organisasi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154 dalam hal ini adalah vihara. Untuk pengeluaran kas kecil biasanya terdapat pembelian sayursayuran. Pada sistem lama saat terjadi pembelian sayur-sayuran, petugas pembelian akan menuliskan jenis barang dan harga barang beserta dengan totalnya. Pada sistem yang baru formatnya hampir sama namun terdapat tanda tangan oleh pihak yang berkaitan. Pihak yang berkaitan di sini adalah pemohon, kasir, dan pimpinan atau pengabdi. Pemohon di sini adalah petugas yang betugas untuk membeli barang tersebut dan mengisi bukti transaksi ini. Kasir bertugas untuk memberikan sejumlah uang kepada pihak pemohon. Dalam struktur organisasi keuangan vihara yang sekarang, kasir ini merupakan bendahara kas kecil, karena pembelian sayur-sayuran adalah bagian dari pengeluaran yang menggunakan kas kecil. Pengeluaran ini perlu diketahui oleh pimpinan atau pengabdi yang lain sebagai salah satu pengendalian bahwa transaksi ini diketahui oleh atasan. Kelemahan dari bukti transaksi ini adalah tidak terdapat tanggal, sehingga akan sulit mengidentifikasi kapan transaksi ini terjadi dan juga tidak terdapat nomor pada formulir ini. Dengan tidak adanya nomor akan mempersulit bagian pencatatan atau bendahara jika mereka ingin melakukan cross-check. Pada sistem yang baru, terdapat bukti pengeluaran yang berfungsi untuk bukti transaksi saat terjadi pengeluaran kas dan setara kas, seperti bank, kas, dan kas kecil. Bukti pengeluaran ini memiliki format berupa pilihan pengeluaran dana (bank, kas, dan kas kecil), tanggal, nomor, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155 dibayarkan kepada, untuk keperluan, jumlah nominal, jumlah terbilang, pencatatan atas transaksi yang terjadi, tanda tangan oleh kasir, bagian akuntansi, pimpinan, dan penerima. Pilihan pengeluaran dana yang berupa bank, kas, dan kas kecil berfungsi untuk menunjukkan transaksi pengeluaran atas bentuk dana apa yang sedang terjadi. Tanggal berfungsi untuk menunjukkan pada tanggal berapa transaksi tersebut terjadi dan nomor berfungsi untuk menunjukkan nomor dari bukti transaksi ini. Keterangan dibayarkan kepada berfungsi untuk menginformasikan siapa orang yang menerima uang tersebut dan keterangan untuk keperluan digunakan untuk menjelaskan alasan atau penggunaan uang tersebut. Kemudian untuk jumlah nominal dan jumlah terbilang digunakan untuk menjelaskan jumlah uang yang dikeluarkan dalam bentuk angka atau nominal dan dijelaskan dengan bentuk huruf yang disebut terbilang. Dalam bukti transaksi ini juga terdapat pencatatan atas transaksi yang terjadi yang berfungsi untuk menjurnal transaksi ini karena disediakan kolom debit dan kredit. Terdapat empat pihak yang terlibat dalam bukti penerimaan ini yaitu kasir yang bertugas untuk memberikan uang, bagian akuntansi yang melakukan pencatatan transaksi, pimpinan untuk mengetahui transaksi yang terjadi, dan penerima bertugas untuk menerima uang. Dari penjabaran di atas mengenai bukti pengeluaran ini berfungsi sebagai pengendalian internal saat terjadi pengeluaran kas. Dalam sistem lama pada saat terjadi pengeluaran kas, tidak terdapat bukti transaksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156 seperti bukti pengeluaran, bendahara hanya akan mencatat penerimaan dan jumlah tertentu di catatannya berdasarkan nota pembelian serta untuk transaksi internal bendahara hanya akan langsung mencatat transaksi tersebut. Sedangkan di sistem baru ini dalam hal pengeluaran kas terdapat tambahan pengendalian internal yang berupa bukti pengeluaran yang menjadi bukti dokumen bahwa transaksi pengeluaran itu terjadi, terutama saat terjadi pengeluaran yang tidak memiliki nota pembelian. Untuk pengendalian internal di vihara, bukti pengeluaran memang penting dan dapat membantu kegiatan operasional. Namun, untuk transaksi yang berkaitan dengan kas dan setara kas akan menjadi tidak efisien jika menggunakan bukti pengeluaran, dalam hal ini adalah kas kecil. Hal ini karena pengeluaran yang menggunakan kas kecil merupakan pengeluaran kas yang jumlahnya tidak banyak. Saat semua transaksi pengeluaran kas kecil menggunakan bukti pengeluaran, hal ini akan menyebabkan kerepotan birokrasi dan pemborosan kertas. Kerepotan birokrasi di sini berupa saat semua transaksi perlu ditandatangani oleh empat pihak dan belum tentu semua pihak dapat ditemui dengan mudah. Pemborosan kertas terjadi karena transaksi pengeluaran kas kecil merupakan transaksi yang jumlah uangnya kecil dan sering terjadi sehingga penggunaan bukti pengeluaran untuk kas kecil perlu dipertimbangkan. Selain itu, untuk transaksi pengeluaran, khususnya kas kecil sudah terdapat nota pembelian, yang masih tetap bisa digunakan sebagai bukti transaksi dan alat pengendalian internal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157 3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian Pada siklus manajemen sumber daya manusia dan penggajian tidak terdapat banyak perbedaan, hanya saja pada saat bendahara memberikan sejumlah uang kepada Pandita guna untuk membayar tunjangan para pengabdi terdapat bukti transaksi berupa bukti pengeluaran. Bukti pengeluaran di sini memang diperlukan karena membayarkan tunjangan kepada para pengabdi merupakan salah satu bentuk pengeluaran kepada pihak internal, sehingga tidak terdapat bukti transaksi dari pihak eksternal. Bukti pengeluaran diperlukan sebagai bentuk pengendalian internal bahwa pada tangal dan jumlah sekian telah dilakukan transaksi pemberian uang kepada Pandita untuk membayar tunjangan para pengabdi. Kemudian, bukti ini pun telah diketahui dan ditandatangani oleh pihak terkait. Dalam transaksi ini tidak diperlukan slip gaji sebagai bukti transaksi pembayaran tunjangan kepada pengabdi. Alasannya karena slip gaji bertujuan agar karyawan mengetahui komponen-komponen pemberian gaji. Sedangkan untuk pemberian tunjangan di vihara para pengabdi tidak perlu mengetahui komponen-komponen pemberian tunjangan sebab mereka menjadi pengabdi untuk mengabdikan diri kepada vihara dan tunjangan hanya merupakan salah satu insentif yang diberikan atas pengabdian tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158 Tabel 5.3 Perbedaan Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian Antara Sistem Lama dan Sistem Baru Keterangan Bukti transaksi atas pengeluaran kas untuk membayar tunjangan Terdapat bukti yang ditandatangani oleh pihak terkait Sistem Lama Tidak ada Sistem Baru Ada Tidak ada Ada D. Analisis Kelayakan Sistem Baru Terdapat tiga siklus dalam sistem informasi akuntansi di Vihara Bodhicitta Maitreya. Dalam melakukan analisis terhadap kelayakan sistem informasi akuntansi yang baru, peneliti menganalisis ketiga siklus yang ada menjadi satu dan analisis sistem dikelompokkan berdasarkan jenis kelayakan. 1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility) Pada sistem informasi akuntansi yang baru Vihara Bodhicitta Maitreya akan menggunakan teknologi yang ada, yaitu komputer walaupun masih ada sistem yang akan dijalankan secara manual. Teknologi yang akan digunakan terdiri dari hardware dan software. Hardware atau perangkat keras yang diperlukan, terdiri dari input device, process device, output device, dan storage device. Input device berupa: keyboard dan mouse. Process device yang dibutuhkan oleh vihara, seperti: power supply, motherboard, processor, Random Access Memory (RAM), dan kartu grafis. Output device yang diperlukan berupa monitor dan printer. Kemudian storage device yang diperlukan adalah harddisk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159 internal, flashdisk, dan CD. Vihara Bodhicitta Maitreya memiliki dua unit komputer dan satu unit printer, sehingga untuk masalah kebutuhan komputer dan printer tidaklah menjadi masalah. Komputer ini digunakan untuk keperluan melakukan pencatatan dan menyusun laporan keuangan. Sedangkan printer ini dibutuhkan untuk keperluan mencetak bukti-bukti transaksi. Software atau perangkat lunak yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi yang baru ini adalah Microsoft Office Excel. Software ini sudah ada di kedua komputer yang dimiliki oleh vihara. Software yang digunakan ini membutuhkan spesifikasi hardware yang sederhana, sehingga spesifikasi hardware yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya sudah cocok untuk menjalankan sistem yang dibuat pusat. Spesifikasi hardware sederhana, antara lain: processor intel pentium, harddisk internal 500GB, RAM 2GB DDR3, operating system windows 7 professional, dan Microsoft Office 2003. Kemudian dari sistem yang dirancang oleh pusat, formulir dan format yang perlu diisi oleh vihara, antara lain: formulir dan format untuk laporan keuangan, pencatatan, dan bukti transaksi. Dalam hal sumber daya manusia yang dimiliki oleh vihara, terdapat sumber daya manusia yang bisa mengoperasikan komputer dan software yang digunakan. Oleh karena dalam hal kelayakan teknis untuk software dan hardware yang diperlukan sudah tersedia dan mengakibatkan sistem layak secara teknis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160 2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility) Vihara Bodhicitta Maitreya sudah memiliki komputer dan software Microsoft Office Excel, sehingga kemungkinan biaya yang perlu dikeluarkan kedepannya berupa biaya untuk membeli komputer saat komputer rusak dan biaya pemeliharaan dari komputer tersebut. Saat pihak vihara perlu untuk membeli komputer lagi, maka tahap yang perlu dilalui adalah dengan melakukan pembelian menggunakan kas di tangan vihara atau saat vihara tidak memiliki cukup dana maka vihara akan meminta donasi kepada para umat. Dalam penerapan sistem informasi akuntansi yang baru, pihak vihara membutuhkan komputer dengan spesifikasi yang sederhana untuk menjalankan software. Komputer spesifikasi sederhana memiliki harga yang terjangkau. merupakan harga perangkat spesifikasi sederhana. Gambar 5.4 Harga Hardware dan Software No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama Perangkat Keyboard: HAVIT Keyboard Mouse: LOGITECH Wired Optical Mouse B100 Processor Intel Pentium Power Supply: INWIN BK623-MJ Motherboard: Gigabyte Motherboard Socket FS1B RAM: V-GEN Memory PC 2GB DDR3 PC-12800 Kartu grafis: Gigabyte AMD Radeon R5 230 Monitor: ACER LED Monitor 15.6 Inch Harga (Rp) 83.000 56.000 735.000 550.000 548.000 262.000 590.000 840.000 Berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161 Gambar 5.4 Harga Hardware dan Software (Lanjutan) No. 9. Nama Perangkat Harga (Rp) Harddisk internal 500GB: SEAGATE 630.000 Harddisk Internal 500GB SATA 10. Printer: CANON PIXMA iP2770 610.000 11. Flashdisk 8 GB: Toshiba 55.000 12. CD 2.000 13. Operating system windows 7 2.050.000 Professional 14. Microsoft Office 2003 500.000 Total 7.511.000 (Sumber: www.bhinneka.com (1-11), www.lazada.co.id (13), dan www.bukalapak.com (12 dan 14)) Kemudian dalam perancangan formulir dan format untuk laporan keuangan, pencatatan, dan bukti transaksi telah dibuat oleh pusat. Hal ini menyebabkan tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh pihak Vihara Bodhicitta Maitreya untuk merancang formulir dan format laporan keuangan, pencatatan, dan bukti transaksi. Dalam hal perencanaan penerapan sistem baru ini, walaupun Vihara Bodhicitta Maitreya tidak merancang dokumen dan format laporan keuangan, namun Vihara Bodhicitta Maitreya perlu untuk mendiskusikan bagaimana mereka akan menerapkan sistem tersebut. Dalam hal ini biaya yang dibutuhkan berupa biaya rapat. Biaya pengabdi atau sumber daya manusia tidak ada karena biaya tersebut telah termasuk dalam biaya yang diberikan setiap bulannya. Hal ini karena pengabdi yang ada di vihara merupakan mereka yang secara sukarela menyumbangkan ide dan tenaga, sehingga mereka tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162 mempermasalahkan jika diberi uang atau tidak. Dalam arti lain, tidak terdapat biaya tambahan untuk membayar tunjangan pengabdi. Biaya yang dikeluarkan di sini lebih kepada waktu yang mereka korbankan untuk mendiskusikan mengenai penerapan sistem yang baru. Begitu pula halnya dengan persiapan penerapan sistem baru, yaitu melatih sumber daya manusia. Dalam hal ini akan terjadi pengorbanan atas waktu yang dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkaitan dengan sistem informasi akuntansi untuk pelatihan. Manfaat yang akan diperoleh oleh pihak vihara dengan penerapan sistem yang baru, antara lain: mempermudah vihara dalam proses akuntansi yang terjadi, mempercepat proses akuntansi dan pembuatan laporan keuangan, mempermudah pengguna sistem, serta berguna untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat oleh pimpinan vihara. Selain itu, dengan perubahan sistem akuntansi berbasis kas menjadi berbasis akrual juga membuat laporan keuangan yang dibuat oleh pihak vihara lebih lengkap dan lebih jelas karena dapat diketahui jumlah aktiva, kewajiban, dan modal vihara. Oleh karena itu, untuk kelayakan ekonomis bisa dikatakan bahwa cost yang dikeluarkan rendah dan manfaat yang diperoleh lebih besar sehingga penerapan sistem informasi akuntansi yang baru bisa dikatakan layak berdasarkan penjelasan di atas. 3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility) Dalam sistem informasi akuntansi baru yang akan diterapkan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat pengendalian internal yang lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163 baik daripada sistem yang lama. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bukti transaksi yang lebih lengkap, sehingga dapat dilakukan verifikasi atas suatu transaksi. Dengan adanya tambahan bukti transaksi menyebabkan adanya prosedur tambahan, misalnya dalam hal pihak yang menandatangani bukti transaksi. Adanya pihak yang menandatangani bukti transaksi menyebabkan adanya pihak yang bertanggungjawab atas terjadinya suatu transaksi. Sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah orang yang menguasai komputer, bisa mengoperasikan Microsoft Office Excel, bisa melakukan pencatatan atau menjurnal, dan mampu menyusun laporan keuangan. Pada struktur organisasi keuangan yang ada di vihara saat ini, pengabdi yang bertugas untuk melakukan pencatatan adalah bendahara untuk transaksi kas besar dan bank serta bendahara kas kecil untuk transaksi kas kecil. Pencatatan yang dilakukan adalah pencatatan yang berbasis kas. Selain itu, bendahara vihara selama ini mencatat transaksi dengan menggunakan Bahasa Mandarin sedangkan pada sistem yang baru terdapat akun-akun yang berbahasa Indonesia. Begitu pula dengan bendahara kas kecil, beliau selama ini melakukan pencatatan berbasis kas. Dalam hal penguasaan atas komputer, bendahara vihara tidak menguasai kemampuan menggunakan komputer. Namun, bendahara kas kecil menguasai kemampuan dalam berkomputer. Selain itu menurut Pandita, selama ini pihak yang menyusun laporan keuangan adalah seorang pengabdi yang disebut pencatat. Pencatat ini melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164 tugasnya temporer atau saat dibutuhkan saja. Dalam sistem yang baru, diperlukan fungsi-fungsi, yaitu pimpinan, kasir, dan akuntansi. Jika dibandingkan dengan sistem yang lama, fungsi kasir dan akuntansi dilakukan oleh bendahara untuk kas dan kas bank serta bendahara kas kecil untuk kas kecil. Hal ini mengindikasikan apabila pada sistem yang baru menginginkan pemisahan tugas antara fungsi akuntansi dan kasir, maka diperlukan penambahan sumber daya manusia untuk bidang akuntansi dan orang yang ditempatkan di bidang akuntansi harus bisa mengoperasikan komputer. Dalam kasus yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya, sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengisi posisi pencatat dapat diisi dengan memindahkan sumber daya manusia yang kompeten dari departemen yang lain. Hal ini sesuai dengan budaya organisasi yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya di mana mereka akan saling mengisi kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dapat membuat vihara menjadi lebih baik. Oleh karena itu, sistem informasi akuntansi Vihara Bodhicitta Maitreya yang baru sudah layak secara operasional. E. Analisis Kesiapan dalam Penerapan Sistem Baru Sistem informasi akuntansi yang baru ini dalam hal rancangan formulir bukti transaksi dan format pencatatan dan laporan keuangan dibuat oleh pusat. Sistem yang diberikan oleh pusat ini sebenarnya tidak apa-apa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165 kalau tidak diterapkan karena ada vihara lain yang masih belum menerapkan. Pihak Vihara Bodhicitta Maitreya memutuskan untuk menggunakan sistem ini karena memang mereka merasa perlu untuk memperbaiki sistem yang telah ada. Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat orang-orang yang menganut jenis komitmen menurut Armenakis et al. Pengabdi yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan orang dengan jenis komitmen identifikasi dan internalisasi. Komitmen internalisasi ini dimiliki oleh Pandita dan beberapa pengabdi sebab mereka merasa membutuhkan perbaikan untuk sistem informasi akuntansi vihara dan mereka memiliki inisiatif untuk menerapkan sistem baru. Berdasarkan ajaran Buddha Maitreya, tipe komitmen ini termasuk hati akan datang sang pengasih ditunjukkan dengan usaha Pandita dan para pengabdi dalam mengubah dan menerapkan sistem informasi akuntansi yang baru untuk membuat sistem yang lebih baik lagi atau continuous improvement. Komitmen identifikasi ini ada di beberapa pengabdi yang mana memilih untuk mengikuti untuk menerapkan sistem informasi akuntansi. Hal ini karena pimpinan dan beberapa pengabdi sudah setuju untuk menerapkan sistem yang ada dan mereka percaya serta berpikir bahwa keputusan pimpinan dan pengabdi lain juga benar sehingga mereka mengadopsi perilaku pimpinan dan pengabdi tersebut saja. Jika dikaitkan dengan ajaran Buddha Maitreya hal ini sesuai dengan konsep hati sekarang sang pengasih ditunjukkan dengan komitmen oleh Pandita dan para pengabdi untuk segera menerapkan sistem informasi akuntansi yang baru, tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166 menunda-nunda penerapan sistem tersebut dan adaptive. Berdasarkan analisis terhadap sumber daya manusia yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya, dapat diketahui bahwa terdapat sumber daya manusia yang memiliki tipe komitmen individu yang dapat membawa perubahan dalam organisasi. Kemudian, dalam hal kesiapan perubahan organisasi untuk melakukan perubahan dapat dilakukan analisis dengan teori delapan langkah proses perubahan (Kotter, 1996). Berikut merupakan analisis kesiapan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru berdasarkan delapan langkah proses perubahan (eight-stage change process), yaitu: 1. Membangun rasa urgensi Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, terdapat urgensi perubahan sistem informasi akuntansi untuk menjadi lebih baik. Dalam hal ini pimpinan vihara yaitu Pandita dapat memberikan gambaran mengenai fakta-fakta bahwa sistem lama yang diterapkan sudah perlu untuk diperbarui. Dalam vihara, Pandita adalah orang yang dihormati dan dihargai, sehingga terdapat kemungkinan besar bahwa penjelasan yang diberikan oleh Pandita didengarkan oleh pengabdi dan umat. Salah satu alasannya adalah dari pusat sudah mengirimkan dan membuat sebagian dari sistem, yaitu formulir untuk bukti transaksi dan format laporan keuangan. Selain itu, beberapa sumber daya manusia di vihara sebenarnya sudah menyadari bahwa sistem yang lama perlu untuk diperbaiki karena kurang bukti transaksi atas transaksi yang terjadi dan pencatatan yang dilakukan masih berantakan. Beberapa sumber daya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167 manusia yang ada menyadari bahwa perlu adanya perbaikan dalam hal sistem informasi akuntansi di vihara. Perubahan sistem informasi akuntansi juga dilakukan karena adanya tuntutan dari pemerintah untuk menggunakan PSAK 45 dalam pencatatan dan pelaporan keuangan organisasi nirlaba, dalam hal ini adalah vihara. Dengan sistem sebelumnya laporan keuangan yang dibuat pun hanya akan berupa pemasukan dan pengeluaran, tidak terlihat aktiva, kewajiban, dan modal yang dimiliki oleh vihara. Dengan sistem yang baru untuk laporan keuangan hal tersebut akan terlihat dan berguna bagi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, langkah ini dapat dilalui oleh vihara dengan baik. 2. Menciptakan koalisi pembimbingan Dalam hal membentuk tim, Vihara Bodhicitta Maitreya sudah membentuk tim untuk membahas mengenai penerapan sistem informasi akuntansi yang baru. Salah satu anggota dari tim ini adalah Pandita yang merupakan pimpinan vihara, sehingga karakteristik kekuatan posisi tentunya telah dimiliki dan juga mengenai hal kepemimpinan. Untuk keahlian dan kedibilitas, terdapat pengabdi vihara yang memiliki keahlian dan kredibilitas dalam bidang akuntansi dan juga mengerti mengenai sistem informasi. Dalam hal inilah bisa dibentuk suatu tim khususnya tim dalam bidang akuntansi untuk menciptakan perubahan sistem informasi akuntansi menjadi lebih baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa Vihara Bobhicitta Maitreya mampu melewati langkah kedua dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168 menuju langkah ketiga. 3. Mengembangkan visi dan strategi Dalam melakukan perubahan sistem informasi akuntansi ini, visi dari Vihara Bodhicitta Maitreya adalah menciptakan sistem informasi akuntansi vihara menjadi lebih baik dan dapat mempermudah pengguna sistem serta berguna untuk pengambilan informasi. Dengan melakukan perubahan sistem akan membuat Pandita selaku pimpinan vihara lebih mudah dan cepat saat beliau membutuhkan informasi keuangan, karena informasi diolah menggunakan data yang sudah ada dan hanya perlu memasukkan rumus tertentu saja. Misalnya, Pandita memerlukan rekapitulasi sumbangan hari besar keagamaan selama enam bulan, bagian akuntansi hanya perlu mencari data yang sudah dimasukkan dan merekapnya di sebuah file. Hal ini menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi yang baru juga akan memudahkan pengguna dan membuat proses pembuatan informasi menjadi lebih cepat. Selain itu, dengan mengganti sistem informasi akuntansi menjadi lebih baik berarti sumber daya manusia yang terkait akan mendapatkan pengetahuan lebih mengenai akuntansi. 4. Mengkomunikasikan perubahan visi Di Vihara Bodhicitta Maitreya, biasanya jika ada suatu informasi yang baru pengabdi atau pusat akan menyampaikan informasi tersebut kepada pimpinan vihara. Pimpinan akan menindaklanjuti suatu informasi dan melakukan pertemuan atau rapat jika dirasa perlu. Dalam hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169 mengkomunikasikan perubahan visi khusunya untuk akuntansi, pimpinan menyampaikan hal ini kepada pihak terkait dan melakukan diskusi mengenai teknis penerapan sistem dengan pihak-pihak terkait. Hal ini dapat menyebabkan pihak terkait lebih mudah menerima karena teknis penerapan didiskusikan bersama-sama. Kebiasaan dan tindak lanjut perubahan penerapan sistem informasi yang dilakukan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya menunjukkan bahwa langkah ini bisa dilalui. 5. Memberdayakan aksi yang berbasis luas Berdasarkan hasil analisis mengenai kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru dapat diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang masih harus dipertimbangkan, khususnya dalam hal operasional. Dalam hal melakukan perubahan sistem informasi akuntansi, pihak vihara tentunya juga perlu untuk menyesuaikan sumber daya manusia dengan sistem yang baru. Tentu saja hal ini perlu dilakukan tanpa menyinggung pihak yang terkait sebelumnya namun tidak memenuhi kualifikasi untuk sistem yang baru. Pihak vihara dalam hal akan menerapkan sistem informasi akuntansi yang baru melakukan rapat dengan pihak-pihak terkait. Dalam rapat ini dibahas mengenai teknis penerapan sistem informasi akuntansi yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesempatan bagi pengabdi untuk menyampaikan pendapat mereka untuk penerapan sistem. Selain itu, dengan melakukan pembahasan ini, secara langsung ataupun tidak langsung pihak vihara melakukan pelatihan kepada orang-orang yang bertugas nantinya dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170 sistem yang baru atau yang berhubungan dengan akuntansi. Lalu, perubahan ini juga dapat menghilangkan hal-hal atau prosedur yang tidak perlu dan membuat sumber daya manusia vihara menjadi lebih kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa langkah kelima sedang dilakukan oleh vihara dan memiliki kemungkinan besar dapat dilakukan. 6. Membangkitkan keunggulan jangka pendek Perubahan sistem informasi ini memberikan manfaat bagi Pandita karena informasi yang dibutuhkan Pandita dapat lebih cepat didapatkan, sehingga Pandita bisa membuat keputusan lebih cepat daripada sebelumnya. Di Vihara Bodhicitta Maitreya, sumber daya manusia yang ada merupakan mereka yang secara sukarela mengabdi kepada vihara. Dalam hal melakukan tugas yang diberikan penghargaan yang diberikan oleh pimpinan ataupun pengabdi dan umat yang lain berupa pujian atas pekerjaan baik yang telah dilakukan. Selain itu, jika dirasa bahwa pengabdi ini memiliki semangat dan pekerjaan yang bagus, pengabdi ini akan diangkat atau diberikan kenaikan posisi keagamaan dengan keputusan yang diambil oleh pimpinan vihara. Dalam melakukan segala sesuatu, biasanya pihak-pihak yang ada di dalam vihara akan saling mendukung dan memberikan semangat. Hal ini tentunya akan sangat berguna untuk memberikan dorongan dan semangat kepada pihak yang menjalankan dan mencoba menerapkan perubahan. Oleh karena budaya yang ada di vihara ini, terdapat kemungkinan besar bahwa langkah ini dapat dilakukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171 7. Memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan Dalam hal melakukan perancangan sistem informasi akuntansi, sistem ini sudah dirancangkan oleh pusat. Vihara dalam hal penerapan sistem mendiskusikan mengenai bagaimana sistem sebaiknya diterapkan berdasarkan formulir bukti transaksi dan format pencatatan dan laporan keuangan yang diterima dari pusat. Keuntungan dari perubahan sistem informasi akuntansi vihara yang baru adalah membuat tata kelola keuangan vihara menjadi lebih baik dan lebih transparan. Manfaat yang didapatkan oleh pengabdi adalah sistem mempermudah pekerjaan mereka, sehingga pekerjaan terkait dengan keuangan dapat diselesaikan dengan cepat dan mudah. Contohnya, dalam pencarian file tertentu lebih cepat dan mudah karena ada file yang tersimpan dalam bentuk softcopy dan hanya perlu membuka dokumen terkait saja. Selain itu, file dapat dengan mudah dibawa dan disimpan di dalam storage device, seperti flashdisk. Selain itu, manfaat yang didapatkan oleh Pandita adalah beliau bisa mendapatkan informasi lebih cepat yang berguna bagi pengambilan keputusan. 8. Mendukung pendekatan baru dalam budaya Kebiasaan sistem lama yang menggunakan sistem manual sudah diterapkan berpuluh-puluh tahun. Sistem yang baru menggunakan teknologi sehingga penggunaan teknologi dalam keuangan ini merupakan budaya baru yang perlu dibiasakan. Dalam hal menerapkan sistem yang baru tentunya ada prosedur yang berubah. Prosedur yang berubah ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172 perlu dijadikan sebagai suatu budaya yang baru bagi para pengabdi yang berkaitan. Selain itu, pihak vihara perlu untuk memastikan bahwa para pengabdi yang melaksanakan sistem ini merasa nyaman atas sistem yang dijalankan sehingga perubahan sistem dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, dukungan dari pimpinan, pengabdi, dan para umat sangat dibutuhkan. Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa Vihara Bodhicitta Maitreya telah siap untuk melakukan perubahan sistem informasi akuntansi. Hal ini karena vihara dapat melewati delapan langkah proses perubahan, walaupun untuk langkah yang ketujuh dan kedelapan bisa dilewati dengan catatan bahwa perlu dilakukan evaluasi sistem setelah penerapan sistem dalam suatu periode. Selain itu, di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat sumber daya manusia yang memiliki dua dari tiga tipe komitmen individu yang dapat membawa perubahan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Hasil analisis kelayakan dengan menggunakan teori tiga elemen kunci kelayakan dan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang terdapat di vihara terhadap penerapan sistem informasi akuntansi yang baru adalah layak secara teknis, ekonomis, dan operasional. Sistem yang baru layak secara teknis karena sumber daya teknis yang ada dapat digunakan dalam sistem informasi akuntansi vihara yang baru. Sistem layak secara ekonomis karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Sistem layak secara operasional karena sumber daya manusia yang tersedia saat ini dapat digunakan dalam penerapan sistem yang baru. Hasil analisis menggunakan teori tipe komitmen individu yang dapat membawa perubahan adalah terdapat dua dari tiga jenis komitmen untuk orang-orang yang ada di vihara, yaitu komitmen identifikasi dan internalisasi. Kemudian, hasil analisis dengan menggunakan teori delapan langkah proses perubahan adalah Vihara Bodhicitta Maitreya dapat melewati semua langkah proses perubahan. Oleh karena itu, Vihara Bodhicitta Maitreya siap untuk melakukan perubahan karena terdapat satu atau lebih tipe komitmen dari tiga tipe komitmen individu yang bisa membawa perubahan dan sumber daya manusia dan budaya yang terdapat di vihara dapat melewati delapan langkah proses perubahan. 173 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174 B. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik namun terdapat beberapa keterbatasan atas penelitian yang dilakukan, yaitu: 1. Analisis mengenai pengendalian internal dari sistem informasi akuntansi vihara yang baru terbatas pada data dokumentasi yang berhasil dikumpulkan. Hal ini karena untuk data mengenai prosedur penerapan sistem yang baru masih dalam proses dirapatkan. 2. Dalam melakukan analisis atas kesiapan perubahan untuk penerapan sistem informasi akuntansi yang baru, analisis peneliti berdasarkan kebiasaan atau budaya yang terjadi di Vihara Bodhicitta Maitreya. C. Saran Saran bagi Vihara Bodhicitta Maitreya adalah perlu adanya sistem yang dipertimbangkan lagi, yaitu penggunaan bukti penerimaan dan pengeluaran menggunakan kas kecil. Hal ini karena pengeluaran menggunakan kas kecil biasanya sering dan jumlah uang yang dikeluarkan tidaklah besar. Mengenai bukti transaksi kas kecil, biasanya dalam melakukan pembelian sudah terdapat nota pembelian. Saat tidak ada nota pembelian, sudah ada formulir yang diisi sebagai bukti transaksi pengganti nota pembelian yaitu formulir belanja sayur-sayuran. Kedua hal ini sudah bisa digunakan sebagai bukti transaksi pengeluaran. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian mengenai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175 evaluasi pengendalian internal dari sistem informasi akuntansi yang baru tersebut, untuk melihat apakah pengendalian internal yang diterapkan sudah efektif atau belum. Selain itu, penelitian selanjutnya juga bisa berfokus pada berhasil atau tidaknya perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang diterapkan di Vihara Bodhicitta Maitreya dengan melakukan analisis atas tujuan dan keberhasilan atau kegagalan penerapan secara kuantitatif. Penelitian selanjutnya juga bisa meneliti sistem informasi akuntansi yang diterapkan di vihara dengan aliran yang berbeda dan melihat bagaimana pengendalian internal yang diterapkan di sana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Armenakis, Achilles. A., Harris, Stanley G., dan Mossholder, Kevin W. 1993. Creating Readiness for Organizational Change. Human Relations, Vol. 46, No. 6:681-703. Barber, Veronica A. 2010. "A Study of Change Readiness: Factors That Influence the Readiness of Frontline Workers Towards a Nursing Home Transformational Change Initiative". Education Doctoral. Paper 36. Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta. Bloom, Robert dan John Solotko. 2003. “The Foundation of Confucianism in Chinese and Japanese Accounting”. Accounting, Business & Financial History. Vol. 13, No. 1: 27-40. Bowrin, Anthony R. 2004. “Internal Control in Trinidad and Tobago Religious Organizations”. Accounting, Auditing, & Accountability Journal. Vol. 17, Isu 1: 121-152. Chang, Otto H., Stanley W. Davis, dan Kent D. Kauffman. 2012. “Accounting Ethics Education: A Comparison with Buddhist Ethics Education Framework”. Journal of Religion and Business Ethics. Vol. 3, Isu 1. Commitee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commissions (COSO). 2013. Internal Control-Integrated Framework. Durham. Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2011. Sistem Informasi Akuntansi Perancangan, Proses, dan Penerapan. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Duncan, John B., Flesher, Dale L., dan Stocks, Morris H. 1999. “Internal Control Systems in US Churches: An Examination of The Effects of Church Size and Denomination on Systems of Internal Control”. Accounting, Auditing, & Accountability Journal. Vol. 12, Isu 2: 142-164. Eby, Lilian T., Adams, Danielle M., Russell, Joyce E. A., dan Gaby, Stephen H. 2000. “Perceptions of Organizational Readiness for Change: Factors Related to Employees’ Reactions to the Implementation of Team-Based Selling”. Human Relations. Vol 53, No.3: 419-442. Gao, Simon, dan Morrison Handley-Schachler. 2003. “The Influences of Confucianism, Feng Shui and Buddhism in Chinese Accounting History”. Accounting, Business & Financial History. Vol. 13, No. 1: 41- 176 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177 68. Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta. Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Bumi Aksara, Jakarta. http://www.bhinneka.com (Diakses tanggal 19 Maret 2017) http://www.bukalapak.com (Diakses tanggal 19 Maret 2017) http://www.lazada.co.id (Diakses tanggal 19 Maret 2017) Hall, James. A. 2013. Accounting Information System Ninth Edition. Cengage Learning, United States. Holt, Daniel T., Armenakis, Archilles A., Feild, Hubert S., dan Harris, Stanley G. 2007. “Readiness for Organizational Change: The Systematic Development of a Scale”. The Journal of Applied Behavioral Science. Vol. 43, No. 2: 232-255. Mahsun, Moh., Sulistyowati, F., dan Purwanugraha, Heribertus A. 2015. Akuntansi Sektor Publik Edisi Ketiga. BPFE UGM, Yogyakarta. Maitri, Tim Cahya. Buddha Maitreya. DPP MAPANBUMI SUMUT, Sumatra Utara. Mardi. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jawa Barat. Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta. Kendall, Kenneth E. dan Julie E. Kendall. 2011. Systems Analysis and Design Eighth Edition. Prentice Hall, United States. Liyanarachchi, Gregory A. 2008. “Ethics in Accounting: Exploring The Relevance of A Buddhist Perspective”. Accountancy Business and the Public Interest. Vol.7, No. 2: 118-148. Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart. 2014. Sistem Informasi Akuntansi Edisi Ketiga belas. Salemba Empat, Jakarta. Wang, Che Kuang. 2000. Maha Tao Maitreya. DPP MAPANBUMI Pusdiklat Buddhis Maitreyawira, Jakarta. Wissler, Tobias E. 2013. Accounting for Eternal Glory: Financial Statements on PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178 Temple Stelae in Nineteenth-century South China. Accounting History. Vol. 18, No. 2: 229-255. Wiyono, Adrianto Sugiarto. 2008. “Hubungan Kepemimpinan dengan Kesiapan Implementasi Knowledge Management dalam Organisasi”. Magister CIO-STEI ITB. Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research from Start to Finish. Guilford Press, New York. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179 LAMPIRAN PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180 Lampiran 1 Catatan Pada Sistem Lama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182 Lampiran 2 Format Buku Dana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183 Lampiran 3 Chart of Account PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185 Lampiran 4 Format Laporan Posisi Keuangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186 Lampiran 5 Format Laporan Aktivitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188 Lampiran 6 Journal Entry PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189 Lampiran 7 Catatan Atas Laporan Posisi Keuangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190 Lampiran 8 Laporan Cash Flow PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191 Lampiran 9 Form Bukti Pengeluaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192 Lampiran 10 Form Bukti Penerimaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193 Lampiran 11 Formulir Penerimaan Sumbangan Hari Besar Keagamaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194 Lampiran 12 Berita Acara Pembukaan Kotak Dana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195 Lampiran 13 Formulir Pembelian Sayur-sayuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196 Lampiran 14 Kode Mapping PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197 Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian