BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan di Desa
Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten
Gorontalo
a. Perencanaan sekolah
Perencanaan sekolah sebagai proses penyusunan gambaran kegiatan
pendidikan memang penting dilakukan untuk mendapatkan arah dan bimbingan
kepada para pelaku pendidikan. Berikut hasil wawancara dengan empat
informan yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua komite sekolah dan
salah satu anggota komite sekolah di SDN 12 Bongomeme Kecamatan
Bongomeme Kabupaten Gorontalo.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
partisipasi komite sekolah pada perencanaan sekolah menjelaskan bahwa :
Komite sekolah di sekolah ini telah ikut memberikan suaranya yaitu
berupa saran-saran kepada sekolah ketika sekolah menyusun perencanaan
pengembangan sekolah. Seperti ketika sekolah mengadakan acara
penyusunan RKS, komite sekolah yang diwakili ketua komite ikut
memberikan masukan yang bermanfaat untuk sekolah. Memang tidak
seluruhnya dari keanggotaan komite sekolah memberikan masukan, tapi
mereka memberikan dukungan pada masukan tersebut khususnya masukan
yang diberikan oleh ketua komite sekolah karena menurut mereka ketua
komite dapat mewakili suara masyarakat khususnya orang tua siswa.
(1.1/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah tentang
partisipasi komite sekolah pada perencanaan sekolah, menjelaskan bahwa :
Partisipasi komite sekolah dalam perencanaan sekolah lebih banyak
dilakukan oleh ketua komite sekolah meskipun orang tua siswa juga ikut
berpartisipasi. Yang dilakukannya adalah memberikan masukan-masukan
kepada sekolah disaat rapat. Masukan ini menurut ketua komite sekolah
sudah merupakan hasil komunikasi bersama sebelumnya dengan
masyarakat lainnya. Ketua komite pernah mengusulkan agar sekolah
membuat program yang melibatkan komite sekolah yaitu program
pendidikan terjangkau, yang ditujukan untuk siswa-siswa yang tidak
mampu. Masukan ini memang sangat bagus, dan diterima oleh orang tua
siswa, meskipun pada akhirnya tidak dapat dilaksanakan, karena ada
kekhawatiran dari pihak sekolah maupun komite sekolah untuk
menjalankannya, karena adanya larangan dari pemerintah untuk
melakukan pemungutan pada siswa. (1.1/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah tentang
partisipasi komite sekolah pada perencanaan sekolah, menjelaskan bahwa :
“Komite sekolah telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan perencanaan
sekolah. Partisipasi komite sekolah dalam hal ini yaitu berupa masukanmasukan yang dapat menjadi bahan untuk dipertimbangkan oleh pihak sekolah
dalam penyusunan perencanaan program
dan kegiatan di sekolah”.
(1.1/W/NL/30.11.2012).
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa partisipasi komite sekolah
dalam penyusunan perencanaan program sekolah lebih banyak dilakukan oleh
komite sekolah, dengan memberikan saran dan masukan yang intinya juga
merupakan saran dari beberapa orang tua siswa yang telah mempercayakan
ketua komite sekolah sebagai wakil mereka di sekolah. Salah satu saran yang
mereka sampaikan adalah membuat program pendidikan terjangkau yang
melibatkan orang tua siswa.
b. Pelaksanaan proses belajar mengajar
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah tentang masukan
komite sekolah pada guru terhadap proses pembelajaran, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah memang tidak terlibat langsung pada proses pembelajaran
siswa, tapi pihak sekolah berupaya untuk selalu berkomunikasi dengan
masyarakat khususnya ketua komite sekolah. Pada penyusunan program
sekolah, komite sekolah memberikan masukan demi pengembangan
sekolah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk
siswa seperti kegiatan pramuka, PMR, atau kegiatan penambahan jam
belajar untuk siswa, khususnya kelas 6. Ketika pertemuan dengan orang
tua siswa pada penerimaan buku laporan pendidikan kepala sekolah
memberikan kesempatan kepada orang tua siswa, untuk bisa
berkomunikasi langsung dengan guru kelas dan memberikan masukan
penting kepada sekolah melalui guru kelas demi perbaikan pembelajaran
siswa. (1.2/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah tentang
masukan komite sekolah pada guru terhadap proses pembelajaran, menjelaskan
bahwa :
Masukan-masukan yang diberikan oleh komite sekolah terhadap proses
pembelajaran seperti saran untuk pemberian pekerjaan rumah oleh guru,
agar tidak terlalu memberatkan siswa, mengingat kemampuan orang tua
untuk membimbing di rumah hanya sebatas mengingatkan dan mengawasi
anak-anak mereka untuk belajar. Ini merupakan salah satu masukan yang
disampaikan ketika rapat penerimaan BLP. Masukan lainnya adalah agar
sekolah dapat memberikan pinjaman buku kepada siswa untuk menjadi
bahan bacaan atau pelajaran anak dirumah. Sekolah menerima masukan
tersebut dengan syarat orang tua ikut menjaga kebersihan dan keutuhan
buku, jangan sampai siswa memberikan coretan yang tidak perlu.
(1.2/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah tentang
masukan komite sekolah pada guru terhadap proses pembelajaran, menjelaskan
bahwa :
Komite sekolah telah ikut memberikan beberapa masukan terhadap proses
pembelajaran kepada sekolah, seperti agar sekolah selalu memperhatikan
tercukupinya sumber belajar siswa, yang berupa buku, atau media
pembelajaran bagi siswa. Komite sekolah juga pernah menyarankan agar
tugas rumah yang diberikan guru, tidak terlalu membebani siswa, hal ini
berdasarkan saran dari beberapa orang tua, khususnya yang mempunyai
keterbatasan pendidikan. (1.2/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah tentang
masukan komite sekolah pada guru terhadap proses pembelajaran, menjelaskan
bahwa : “Komite sekolah menyarankan agar sekolah memperhatikan
tersedianya buku-buku pelajaran untuk siswa, dan dapat meminjami siswa,
terutama siswa kelas satu dan dua yang belum lancar membaca”.
(1.2/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa partisipasi komite sekolah
dalam pemberian masukan pada guru terhadap proses pembelajaran telah
dilakukan melalui rapat sekolah, antara lain dengan memberikan masukan
tentang tersedianya buku-buku pelajaran, dan media pembelajaran lainnya
demi kelancaran proses belajar siswa. Masukan lainnya adalah pemberian tugas
rumah yang tidak terlalu membebani siswa, mengingat kemampuan rata-rata
pendidikan orang tua siswa hanya sebatas mendampingi saja. Komite sekolah
juga berdasarkan saran dari orang tua siswa memberikan masukan pada
sekolah, agar dapat meminjamkan buku pelajaran untuk siswa khususnya siswa
kelas satu dan kelas dua yang belum lancar membaca.
c. Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang sarana dan prasarana
yang digunakan sekolah, menjelaskan bahwa :
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini memang masih belum
memadai untuk menunjang seluruh kegiatan di sekolah. Pada pertemuan
atau rapat komite sekolah, hal ini beberapa kali menjadi pembahasan
bersama, untuk mendapatkan berbagai masukan dan pertimbangan,
khususnya dari komite sekolah, untuk membantu mencarikan solusi atas
kekurangan sarana dan prasarana sekolah. Beberapa orang tua siswa yang
benar-benar memahami kebutuhan anak-anaknya menyadari akan
pentingnya sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran siswa,
sehingga mereka memberikan masukan kepada sekolah untuk melengkapi
kekurangan sarana prasarana tersebut. Ketua komite sekolah berupaya
untuk menindaklanjuti masukan orang tua siswa tersebut dengan upaya
sharing dengan kepala sekolah dan dinas pendidikan kecamatan.
(1.3.1/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang sarana dan prasarana
yang digunakan sekolah, menjelaskan bahwa :
Ketua Komite sekolah memahami bahwa sarana dan prasarana yang ada di
sekolah masih belum memadai. Dan ketua komite menyadari bahwa
masyarakat atau orang tua siswa tidak memiliki kemampuan dana untuk
membantu sekolah memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana sekolah.
Tapi pada hal-hal tertentu komite sekolah memberikan pertimbangan
seperti pada kurangnya media untuk pembelajaran siswa yang masih
kurang, ketua komite memberikan saran pada sekolah agar guru dapat
memanfaatkan media yang mudah diperoleh di sekitar sekolah, jika guru
membutuhkan bahan untuk pengadaan media pembelajaran yang
sederhana, guru dapat menghubungi orang tua siswa ataupun komite
sekolah. (1.3.1/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang sarana dan prasarana
yang digunakan sekolah, menjelaskan bahwa :
Meskipun sarana dan prasarana di sekolah ini masih belum memadai, tapi
komite sekolah dan juga masyarakat di sekolah ini tidak dapat berbuat
banyak, karena kemampuan ekonomi di masyarakat yang rendah.
Sebelumnya, sebagai pertimbangan dari orang tua siswa pernah ada
kesepakatan orang tua siswa dengan komite sekolah untuk memberikan
sumbangan semampunya kepada sekolah, berjumlah lima ribu rupiah
untuk setiap semester, tapi ini hanya menjadi sebuah rencana saja yang
tidak dapat direalisasikan. Sebenarnya bantuan ini rencananya
diperuntukkan untuk membantu sekolah dalam memperbaiki sarana dan
prasarana yang ada. (1.3.1/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang sarana dan
prasarana yang digunakan sekolah, menjelaskan bahwa :
Masyarakat yang ada disini rata-rata berpenghasilan rendah. Kami tahu
kondisi sarana dan prasarana yang belum lengkap. Yang bisa kami lakukan
semampu kami sudah kami sampaikan kepada ketua komite. Saran ketua
komite sekolah, jika ada yang dibutuhkan oleh guru untuk membantu
kelancaran belajar siswa, berupa media belajar yang sederhana, yang
mudah diperoleh di sekitar rumah siswa, terutama untuk kelas satu, guru
boleh
mengutarakannya
kepada
komite
sekolah.
(1.3.1/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa komite sekolah telah
memberikan pertimbangan tentang sarana dan prasarana yang digunakan
sekolah sesuai kemampuan masyarakat atau orang tua siswa yang ada. Komite
sekolah pernah memberikan saran untuk orang tua siswa agar dapat
memberikan sumbangan uang lima ribu rupiah setiap semester. Meskipun saran
ini telah diterima dan disepakati, tapi tidak dapat dilanjutkan lagi karena
adanya larangan pemungutan dana pada siswa. Masukan lainnya adalah guru
dapat menghubungi orang tua siswa atau komite sekolah jika membutuhkan
bantuan orang tua siswa untuk mengadakan media sederhana untuk
pembelajaran siswa, yang mudah diperoleh disekitar rumah siswa.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang anggaran yang dapat
dimanfaatkan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Pada pertemuan rapat sekolah, komite sekolah dan masyarakat lainnya
memperoleh informasi dari sekolah segala sumber dana yang diperoleh
sekolah, dan komite sekolah sebagai rekan atau mitra memberikan
berbagai pertimbangan hal apa saja yang dapat dilakukan sebagai
pemanfaatan anggaran. Pertimbangan lainnya yang diberikan oleh komite
sekolah seperti anggaran untuk membantu siswa yang tidak mampu.
Beberapa siswa di sekolah ini memperoleh bantuan yang berupa Bantuan
Langsung Masyarakat, untuk pengadaan perlengkapan siswa seperti tas
dan seragam sekolah. Dan berdasarkan kesepakatan bersama dana yang
diperoleh siswa diuangkan saja dan tidak sepenuhnya diberikan kepada
siswa tersebut, tetapi sebagian diberikan kepada siswa lain yang juga
membutuhkan dan pantas untuk diberikan tapi tidak termasuk sebagai
penerima bantuan. Meskipun ini sudah disetujui, tapi akhirnya tidak dapat
terlaksana, karena tidak disetujui dari pihak Diknas Kecamatan.
(1.3.2/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang anggaran yang dapat
dimanfaatkan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah tidak banyak ikut campur tentang masalah dana yang ada
di sekolah. Komite sekolah mengetahui dari rapat sekolah mengenai
sumber dana sekolah, dan mereka hanya memberikan masukan, dalam hal
ini, ketua komite dan unsur komite lainnya hanya memberikan
pertimbangan hal dan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan disekolah
untuk menjadi bagian perencanaan pengembangan sekolah setelah
mendengarkan segala sumber dana yang ada di sekolah. Komite sekolah
tidak memberikan
pertimbangan untuk anggaran lain yang dapat
dimanfaatkan sekolah, selain tentang dana bantuan pengadaan seragam
siswa yang minta diuangkan saja dan dibagikan kepada beberapa siswa
yang membutuhkan. Meskipun pertimbangan ini disetujui orang tua siswa
yang bersangkutan tapi tidak bisa dijalankan karena menyalahi juknis dari
bantuan tersebut. (1.3.2/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang anggaran yang dapat
dimanfaatkan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Pertimbangan yang diberikan untuk anggaran yang dapat dimanfaatkan
sekolah hanya berupa saran-saran yang diberikan ketika penyusunan
rencana kegiatan sekolah. Karena melihat kondisi sekolah, lahirlah ide
dari komite sekolah untuk menyumbangkan uang sebesar lima ribu rupiah
per semester untuk setiap siswa. Dana ini jika terkumpul memang
jumlahnya tidak besar, tapi rencananya memang akan dimanfaatkan untuk
membantu sekolah. (1.3.2/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai pertimbangan yang diberikan komite sekolah tentang anggaran yang
dapat dimanfaatkan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah tidak banyak campur tangan mengenai masalah anggaran
di sekolah. Tapi ketua komite pernah menyarankan agar bantuan
pengadaan seragam siswa diuangkan saja dan tidak semuanya diberikan
kepada siswa yang berhak memperoleh tapi diberikan kepada siswa lain
yang juga membutuhkan. Sebelumnya juga komite sekolah pernah
meminta persetujuan orang tua untuk memberikan sumbangan ke sekolah,
tapi hal ini tidak terlaksana, karena sekarang dilarang untuk memungut
dana dari siswa. (1.3.2/W/S/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan komite sekolah memperoleh
informasi mengenai anggaran pendidikan di sekolah melalui pemberitahuan
kepala sekolah pada rapat sekolah. Melalui rapat ini juga komite sekolah
memberikan masukan hal dan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan
disekolah untuk menjadi bagian perencanaan pengembangan sekolah setelah
mendengarkan segala sumber dana yang ada di sekolah. Komite sekolah juga
pernah menyarankan pemanfaatan anggaran untuk pengadaan seragam siswa
untuk diuangkan saja dan dibagikan kepada beberapa siswa yang juga
membutuhkan.
2.
Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pendukung di Desa Terpencil di SDN
12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
b. Pengelolaan Sumber Daya
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pemantauan dan dukungan komite sekolah pada kondisi tenaga kependidikan
di sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah tidak memantau langsung kondisi ketenagaan pendidikan
di sekolah. Informasi tentang hal ini diperoleh ketika ada penyampaian
kepala sekolah pada rapat yang diadakan di sekolah. Kepala sekolah
memberitahukan kepada komite sekolah dan orang tua siswa lainnya
mengenai keberadaan, jumlah dan kehadiran tenaga pendidikan.
(2.1/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pemantauan dan dukungan komite sekolah pada kondisi tenaga kependidikan
di sekolah, menjelaskan bahwa : “Komite sekolah tidak memantau langsung
kondisi jumlah guru, dan latar belakang pendidikannya, mereka memperoleh
informasi ini melalui rapat sekolah. Berdasarkan informasi ini komite sekolah
memberikan masukan tentang tenaga yang dapat diperbantukan di sekolah”.
(2.1/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pemantauan dan dukungan komite sekolah pada kondisi tenaga kependidikan
di sekolah, menjelaskan bahwa : ”Dengan adanya pemberitahuan dari kepala
sekolah pada rapat di sekolah, ketua komite dapat memperoleh informasi
tentang kondisi sebenarnya dari ketenagaan pendidikan yang ada di sekolah.”
(2.1/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai
pemantauan dan dukungan komite sekolah pada kondisi tenaga
kependidikan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah tidak memantau langsung kondisi guru di sekolah, setelah
ada informasi dari sekolah, komite sekolah mengetahui lebih jelas
kondisinya. Yang diketahui sebelumnya hanya jumlah guru, tapi tingkat
pendidikan dan kebutuhan sekolah, informasinya diperoleh komite sekolah
dari kepala sekolah. (2.1/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
melakukan pemantauan langsung kondisi guru yang ada di sekolah. Komite
sekolah hanya mengetahui jumlah guru, tapi untuk informasi tingkat
pendidikan, kehadiran, dan berapa jumlah guru yang dibutuhkan sekolah
diperoleh komite sekolah dari pemberitahuan kepala sekolah pada rapat
sekolah.
c. Pengelolaan sarana dan prasarana
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pemantauan yang dilakukan komite sekolah pada kondisi sarana dan prasarana
yang ada di sekolah dan memobilisasi bantuan untuk sarana dan
prasarana sekolah, menjelaskan bahwa :
Melalui informasi yang disampaikan pihak sekolah pada rapat atau pada
beberapa pertemuan informal, terjadi berbagai perbincangan atau
pembahasan bagaimana keadaan sarana dan prasarana sekolah. Ketua
komite sekolah menghimbau kepada orang tua siswa untuk dapat
memberikan bantuan berupa sumbangan uang untuk membantu sekolah
dalam menambah biaya pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah.
Sebelumnya memang ada kesepakatan bersama orang tua siswa untuk
menyumbangkan lima ribu rupiah persiswa untuk satu semester, tapi hal
ini tidak bisa dilanjutkan lagi karena adanya larangan pemungutan dana
dari pemerintah. (2.2/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pemantauan yang dilakukan komite sekolah pada kondisi sarana dan prasarana
yang ada di sekolah dan memobilisasi bantuan untuk sarana dan
prasarana sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah tidak melakukan pemantauan langsung kondisi sarana dan
prasarana sekolah. Nanti setelah ada pemberitahuan dari kepala sekolah
pada rapat sekolah, dan ketua komite terlibat percakapan dengan kepala
sekolah serta guru lainnya, akhirnya komite sekolah mengetahui lebih jelas
kondisi sarana dan prasarana sekolah”. (2.2/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pemantauan yang dilakukan komite sekolah pada kondisi sarana dan prasarana
yang ada di sekolah dan memobilisasi bantuan untuk sarana dan
prasarana sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah sudah berupaya untuk melakukan mobilisasi bantuan
sekedarnya sesuai kondisi ekonomi masyarakat untuk mengadakan dana
yang bisa digunakan sekolah untuk pemeliharaan ataupun pengadaan
sarana dan prasarana sekolah. Atas kesepakatan orang tua siswa dana ini
sebesar lima ribu rupiah per siswa untuk setiap semester. Tapi rencana ini
tidak bisa kami laksanakan karena kami komite sekolah dan juga pihak
sekolah khawatir akan mendapat mendapatkan masalah karena adanya
larangan dari pemerintah untuk melakukan pungutan dana dari
masyarakat. (2.2/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai pemantauan yang dilakukan komite sekolah pada kondisi sarana dan
prasarana yang ada di sekolah dan memobilisasi bantuan untuk sarana dan
prasarana sekolah, menjelaskan bahwa : “Ketua komite pernah melakukan
mobilisasi bantuan yang berupa sumbangan dana lima ribu per siswa. Tapi
tidak berjalan sesuai rencana. (2.2/W/AD/04.12.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada dua orang masyarakat
mengenai pemantauan yang dilakukan komite sekolah pada kondisi sarana dan
prasarana yang ada di sekolah dan memobilisasi bantuan untuk sarana dan
prasarana sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah pernah mengajak orang tua siswa untuk ikut
menyumbangkan semampunya dalam pembuatan lapangan olah raga untuk
siswa. Sebelum adanya bantuan dari Dinas Pendidikan, kami pernah
memberikan sumbangan material seperti semen dan pasir untuk perbaikan
lapangan
voli
yang
digunakan
siswa
untuk
berolahraga.
(2.2/W/WK/21.01.2013).
Hasil wawancara lainnya mengatakan bahwa:
Untuk datang ke sekolah memantau langsung kondisi sekolah memang
tidak dilakukan oleh pak ketua komite di sekolah ini, tapi kalau untuk
himbauan kepada kami untuk membantu sekolah sesuai dengan
kemampuan kami, itu sudah dilakukan. Saya sendiri pernah
menyumbangkan pasir untuk membuat lapangan olah raga di sekolah ini,
sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Saya juga ikut membantu
mengerjakannya. (2.2/W/NP/21.01.2013).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
memantau langsung kondisi sarana dan prasarana sekolah. Kondisi
sesungguhnya diperoleh dari pemberitahuan kepala sekolah pada rapat sekolah.
Berdasarkan informasi ini, komite sekolah berupaya untuk memobilisasi
bantuan untuk pembuatan lapangan voli. Komite sekolah juga pernah
memobilisasi bantuan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah berupa
sumbangan lima ribu rupiah setiap siswa untuk setiap semester. Tapi rencana
ini tidak dapat dilanjutkan pelaksanaannya karena adanya larangan dari
pemerintah untuk melakukan pungutan pada masyarakat.
d. Pengelolaan anggaran
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pemantauan dan dukungan yang diberikan komite sekolah pada kondisi
anggaran dan memobilisasi anggaran pendidikan di sekolah, menjelaskan
bahwa :
Komite sekolah tidak memantau langsung anggaran yang ada di sekolah,
melalui rapat sekolah setiap enam bulan sekali pada perimaan buku
laporan pendidikan siswa, pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah
menyampaikan anggaran apa saja yang diperoleh sekolah dan berapa
jumlahnya. Tapi ini tidak menjadi suatu pembahasan rutin antara sekolah
dan komite sekolah. Orang tua siswa memang mempunyai kesepakatan
untuk memberikan sumbangan kepada sekolah, besarnya memang tidak
seberapa banyak, tapi hal ini sudah menunjukkan adanya perhatian dari
masyarakat, khususnya orang tua siswa. Bantuan ini dimobilisasi oleh
komite sekolah, dan berdasarkan komitmen bersama orang tua siswa dana
ini akan diberikan orang tua siswa kepada anaknya melalui kelas masingmasing. Tapi serupa dengan yang dikatakan sebelumnya, hal ini tidak bisa
dilanjutkan lagi karena adanya larangan pemungutan dana dari pemerintah.
(2.3/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pemantauan dan dukungan yang diberikan komite sekolah pada kondisi
anggaran dan memobilisasi anggaran pendidikan di sekolah, menjelaskan
bahwa :
Kondisi anggaran sekolah diketahui komite melalui rapat sekolah, jadi
komite sekolah tidak melakukan pemantauan langsung anggaran
pendidikan sekolah. Informasi sumber dana dan besarnya dana yang
diterima, diperoleh dari pemberitahuan kepala sekolah. Mengenai
mobilisasi dana, komite tidak melakukannya. Hanya sekedar saran untuk
orang tua siswa agar dapat memberikan sumbangan lima ribu rupiah setiap
semester. (2.3/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pemantauan dan dukungan yang diberikan komite sekolah pada kondisi
anggaran dan memobilisasi anggaran pendidikan di sekolah, menjelaskan
bahwa :
Besarnya anggaran dan sumber dana yang ada di sekolah kami ketahui
melalui rapat sekolah yang dibacakan oleh kepala sekolah. Kami tidak
melakukan pemantauan secara langsung kondisi anggaran yang ada di
sekolah. Tapi karena adanya informasi dari sekolah, kami punya keinginan
untuk dapat membantu sekolah sesuai kemampuan kami masyarakat yang
ada di sekolah ini. Mobilisasi bantuan yang kami lakukan dan disepakati
bersama orang tua siswa adalah hanya dana lima ribu rupiah persemester
itu, tapi tidak dapat dilanjutkan karena adanya larangan dari pemerintah.
(2.3/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai pemantauan dan dukungan yang diberikan komite sekolah pada
kondisi anggaran dan memobilisasi anggaran pendidikan di sekolah,
menjelaskan bahwa :
Berdasarkan pemberitahuan oleh kepala sekolah, komite sekolah
mengetahui kondisi anggaran pendidikan di sekolah. Masyarakat di sekitar
sekolah ini adalah masyarakat tidak mampu, tapi mereka mendukung
rencana komite sekolah untuk memberikan bantuan pada sekolah. Tapi
karena sekarang ada larangan untuk memungut dana, komite sekolah batal
memobilisasi bantuan ini. (2.3/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
melakukan pemantauan langsung pada kondisi anggaran sekolah. Hanya
berdasarkan pemberitahuan kepala sekolah komite sekolah dapat mengetahui
sember dan besarnya anggaran pendidikan yang ada di sekolah. Komite
sekolah telah berupaya untuk memobilisasi bantuan untuk sekolah sesuai
dengan kemampuan masyarakat.
3. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pengontrol di Desa Terpencil di SDN
12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
a. Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses perencanaan
pendidikan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah memang memberikan beberapa masukan penting dan hal
ini sebagai umpan balik dari masyarakat sebagai pertimbangan dari pihak
masyarakat atas ide yang disampaikan kepala sekolah untuk penyusunan
perencanaan pengembangan sekolah, tapi komite sekolah tidak melakukan
pengontrolan secara langsung atas implementasi program yang telah dibuat
sekolah, baik pelaksanaan maupun evaluasi demi perbaikan perencanaan
program sekolah selanjutnya. Komite sekolah juga ikut mengesahkan
perencanaan pengembangan sekolah ini. (3.1.1/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses perencanaan
pendidikan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Sekolah memang melibatkan komite sekolah dalam penyusunan
perencanaan sekolah, komite sekolah juga ikut mengesahkan RKS,
RAPBS yang ada di sekolah, tapi komite sekolah kurang melakukan
pengontrolan proses perencanaan tersebut, karena keterlibatan komite
dalam memberikan masukan untuk perencanaan sekolah, berdasarkan
informasi yang diperoleh di saat rapat. Jadi tidak ada pengontrolan pada
proses perencanaan. Setelah
saran diterima komite sekolah tidak
melakukan pengontrolan kembali bagaiamana realisasi dari berbagai
masukan dari komite sekolah. (3.1.1/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses perencanaan
pendidikan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Kami memberikan saran-saran kepada sekolah pada saat rapat sekolah.
Pada pertemuan untuk membahas perencanaan sekolah, kami memberikan
masukan berdasarkan kondisi sekolah yang disampaikan kepala sekolah.
Ada beberapa saran dari orang tua siswa yang juga kami sampaikan
berdasarkan kondisi mereka, baik itu pendidikan, dan juga kondisi
ekonomi masyarakat. Masukan ini memang kami sampaikan sebagai
bahan pertimbangan untuk sekolah dalam menyusun rencana
pengembangan sekolah. Tapi kami kurang melakukan pengontrolan secara
langsung, apakah rencana yang kami sampaikan dilaksanakan seluruhnya
oleh sekolah atau tidak. Kami memperoleh keterangan setelah
diberitahukan kembali oleh kepala sekolah pada pertemuan rapat
berikutnya. (3.1.1/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses
perencanaan pendidikan di sekolah, menjelaskan bahwa : “Komite sekolah
tidak melakukan pengontrolan langsung perencanaan pendidikan. Memang ada
masukan yang diberikan, tapi setelah itu, komite sekolah hanya ikut
mengesahkan
saja
perencanaan
pendidikan
di
sekolah”.
(3.1.1/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
melakukan pengontrolan secara langsung proses perencanaan pendidikan di
sekolah. Komite sekolah hanya memberikan masukan berdasarkan informasi
kepala sekolah tentang kondisi sekolah. Komite sekolah memang ikut
mengesahkan rencana kegiatan sekolah, tapi tidak melakukan pengontrolan
perencanaan pendidikan secara langsung bagaiamana realisasi dari berbagai
masukan dari komite sekolah.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses pengambilan
keputusan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Ketika sekolah menyusun program pengembangan sekolah, komite
sekolah memang memberikan saran-saran untuk pendidikan disekolah, tapi
dalam realisasi dan pengambilan keputusan, komite sekolah tidak banyak
melakukan pengontrolan. Setelah menjadi suatu konsep perencanaan
pengembangan sekolah, ketua komite hanya ikut mengesahkan saja. Tapi
ada satu hal, yaitu pada bantuan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
dalam hal ini ketua komite menyarankan agar bantuan pengadaan seragam
siswa yang diperoleh ini diuangkan saja dan tidak diberikan seluruhnya
kepada siswa yang bersangkutan, tapi diberikan juga kepada siswa lainnya
yang membutuhkan tapi tidak tercover dalam nama penerima bantuan. Hal
ini memang telah disepakati bersama, bahwa uang yang diberikan tersebut
untuk membantu siswa lainnya yang juga membutuhkan dan harus
digunakan untuk membeli seragam sekolah, tetapi ternyata ada beberapa
siswa
yang
tidak
dibelikan
seragam
oleh
orangtuanya.
(3.1.2/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses pengambilan
keputusan di sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah tidak melakukan pengontrolan atas proses pengambilan
keputusan di sekolah. Segala kebijakan yang dilaksanakan di sekolah tidak
melalui pengontrolan komite sekolah. Pihak sekolah, menerima segala
bentuk masukan dan saran dari komite sekolah, dan melakukan
pengambilan keputusan tanpa adanya pengontrolan dari komite sekolah.
Komite sekolah hanya ikut mengesahkan rencana kegiatan sekolah.
(3.1.2/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses pengambilan
keputusan di sekolah, menjelaskan bahwa : “Kami ikut memberikan saran
untuk perencanaan sekolah, tapi untuk mengontrol pengambilan keputusan, itu
tidak kami lakukan, kami hanya menandatangani saja setelah diminta untuk
menandatangani hasil rumusan rencana pengembangan sekolah tersebut.”
(3.1.2/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai
pengontrolan yang dilakukan oleh komite sekolah pada proses
pengambilan keputusan di sekolah, menjelaskan bahwa : “Komite sekolah
kurang melakukan pengontrolan pada pengambilan keputusan sekolah. Komite
sekolah hanya ikut mengesahkan saja hasil rumusan dari perencanaan sekolah
yang sudah menjadi keputusan sekolah.” (3.1.2/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
melakukan pengontrolan secara langsung pada proses pengambilan keputusan
di sekolah. Komite sekolah telah memberikan saran-saran untuk pendidikan
disekolah, tapi dalam realisasi dan pengambilan keputusan, komite sekolah
tidak banyak melakukan pengontrolan. Setelah menjadi suatu konsep
perencanaan pengembangan sekolah, ketua komite hanya ikut mengesahkan
saja. Hanya pada bantuan pengadaan seragam siswa yang diperoleh sekolah,
komite sekolah menyarankan untuk diuangkan saja dan tidak diberikan
seluruhnya kepada siswa yang bersangkutan, tapi diberikan juga kepada siswa
lainnya yang membutuhkan tapi tidak tercover dalam nama penerima bantuan.
Komite sekolah ikut memantau pelaksanaannya.
b. Memantau pelaksanaan program sekolah
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pengawasan yang dilakukan oleh komite sekolah terhadap kualitas program
sekolah, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah kurang melakukan pengawasan terhadap kualitas program
sekolah. Program sekolah yang ada sekarang hanya merupakan programprogram lanjutan dari yang sebelumnya. Memang sekolah memperoleh
bantuan seperti BLM dari pemerintah provinsi, untuk pengadaan seragam
siswa tapi komite sekolah belum berperan dalam hal melakukan
pengawasan atau evaluasi apakah sekolah perlu melakukan suatu program
yang baru demi pengembangan sekolah, karena komite sekolah beralasan,
program yang sudah ada sudah cukup baik. (3.2.1/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pengawasan yang dilakukan oleh komite sekolah terhadap kualitas program
sekolah, menjelaskan bahwa :
Jika sekolah mengadakan rapat dan mengundang ketua komite sekolah,
itupun dilakukan enam bulan sekali, ketua komite akan memperoleh
informasi tentang berbagai program sekolah, itupun tidak semuanya. Jadi
komite sekolah kurang melakukan pengawasan pada kualitas program
sekolah. Meskipun RKS dan RKAS disahkan oleh komite sekolah, tapi
komite sekolah belum ikut merevisi kembali bersama kepala sekolah,
untuk penyusunan rencana selanjutnya. (3.2.1/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pengawasan yang dilakukan oleh komite sekolah terhadap kualitas program
sekolah, menjelaskan bahwa : “Menurut kami, apa yang sudah diputuskan oleh
sekolah itu sudah yang terbaik. Kami tidak melakukan pengawasan ataupun
mengevaluasi
kualitas
dari
program
yang
diputuskan.”
(3.2.1/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai pengawasan yang dilakukan oleh komite sekolah terhadap kualitas
program sekolah, menjelaskan bahwa : “Kualitas program sekolah sudah cukup
bagus. Memang komite sekolah kurang melakukan pengawasan terhadap
kualitas beberapa program yang ada di sekolah, karena sudah merasa bahwa
program-program yang ada itu sudah bagus dan sesuai dengan kebutuhan siswa
di sekolah.” (3.2.1/W/AD/04.12.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan dua orang masyarakat mengenai
pengawasan yang dilakukan oleh komite sekolah terhadap kualitas program
sekolah, menjelaskan bahwa : “Program yang ada sekarang masih sama dengan
program sebelumnya. Belum ada evaluasi dari komite sekolah untuk program
sekolah.” (3.2.1/W/WK/21.01.2013).
Hasil wawancara dengan masyarakat lainnya menjelaskan bahwa:
“Program di sekolah ini saya rasa sudah cukup bagus. Kami mendukung
saja apa yang terbaik untuk sekolah. Pak ketua komite pun tidak
melakukan evaluasi, apakah untuk program sekolah yang ada perlu
ditambah atau ditingkatkan, karena menurut beliau programnya masih
bagus.” (3.2.1/W/NP/21.01.2013)
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa komite sekolah kurang
melakukan pengawasan terhadap kualitas program sekolah. Program sekolah
yang ada sekarang menurut komite sekolah sudah cukup bagus. Meskipun
RKS dan RKAS disahkan oleh komite sekolah, tapi komite sekolah belum ikut
merevisi kembali bersama kepala sekolah, untuk penyusunan rencana
selanjutnya.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pemantauan
alokasi
anggaran
untuk
pelaksanaan
program
sekolah,
menjelaskan bahwa :
Pada rapat yang diadakan sekolah, kepala sekolah memang menyampaikan
berbagai sumber dana yang diperoleh sekolah, tapi komite sekolah tidak
melakukan pemantauan secara langsung keseluruhan alokasi anggaran
untuk pelaksanaan program sekolah. Hanya pada bantuan dari pemerintah
propinsi yaitu BLM, komite sekolah, ikut memantau alokasi anggaran
tersebut. (3.2.2/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pemantauan
alokasi
anggaran
untuk
pelaksanaan
program
sekolah,
menjelaskan bahwa : “Komite sekolah tidak melakukan pemantauan langsung
alokasi anggaran pelaksanaan program sekolah. Alokasi anggaran diketahui
komite sekolah melalui RKAS yang ada, dan tidak melakukan tindakan
pemantauan apakah alokasi anggaran sudah
dilakukan semestinya.”
(3.2.2/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pemantauan
alokasi
anggaran
untuk
pelaksanaan
program
sekolah,
menjelaskan bahwa :
Alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah kami ketahui
melalui rencana kerja sekolah yang kami tanda tangani. Sekolah ini juga
pernah memperoleh anggaran untuk bantuan pengadaan seragam sekolah,
disini kami ikut memantau, karena kami menyarankan agar bantuan ini
bisa dinikmati oleh siswa lainnya. (3.2.2/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai pemantauan alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah,
menjelaskan bahwa : “Komite sekolah tidak memantau langsung alokasi
anggaran pelaksanaan program sekolah. Berbagai program yang dibuat
disetujui pelaksanaannya karena komite sekolah ikut mengesahkan, tapi komite
sekolah tidak melakukan pengontrolan alokasi keseluruhan anggaran.”
(3.2.2/W/AD/04.12.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan dua orang masyarakat mengenai
pemantauan
alokasi
anggaran
untuk
pelaksanaan
program
sekolah,
menjelaskan bahwa: “Memang benar jika komite sekolah mengetahui besar
dan sumber dana sekolah dari kepala sekolah di saat rapat. Tapi komite sekolah
tidak memantau alokasi keseluruhan
dana yang diperoleh sekolah. Ketua
komite hanya ikut menanda tangani saja.” (3.2.2/W/ WK/21.01.2013).
Hasil wawancara lainnya menjelaskan bahwa: “Pak ketua komite sekolah
tidak memantau alokasi pelaksanaan anggaran sekolah, meskipun sebelumnya
pak komite sekolah diberitahu besar anggaran sekolah dan alokasinyanya, tapi
pak komite sekolah tidak mengontrol bagaimana realisasi dari alokasi anggaran
yang dilaksanakan.” (3.2.2/W/NP/21.01.2013).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
memantau langsung alokasi keseluruhan anggaran pelaksanaan program
sekolah. Komite sekolah mengetahui alokasi anggaran pendidikan di sekolah
melalui pemberitahuan kepala sekolah dan melalui RKAS yang ada, dan tidak
melakukan tindakan pemantauan apakah alokasi anggaran sudah dilakukan
semestinya.
c. Memantau out put pendidikan
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai
pemantauan yang dilakukan oleh komite sekolah pada hasil ujian akhir,
menjelaskan bahwa : “Komite sekolah tidak melakukan pemantauan langsung
pelaksanaan ujian akhir maupun hasil dari ujian akhir disekolah ini. Sekolah
juga bukan penyelenggara ujian, ujian sekolah dilakukan di SDN 10
Bongomeme. Komite sekolah memperoleh informasi hasil ujian akhir hanya
setelah memperoleh undangan dari sekolah.” (3.3/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
pemantauan yang dilakukan oleh komite sekolah pada hasil ujian akhir,
menjelaskan bahwa :
Komite sekolah tidak melakukan pemantauan langsung hasil ujian akhir
sekolah. Informasi pelaksanaan ujian diperoleh komite sekolah disaat rapat
sebelum pelaksanaan ujian. Begitupula dengan hasil ujian akhir, komite
sekolah mengetahuinya dari informasi kepala sekolah pada rapat sekolah.
(3.3/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
pemantauan yang dilakukan oleh komite sekolah pada hasil ujian akhir,
menjelaskan bahwa :
Kami diberitahu oleh kepala sekolah melalui rapat bahwa siswa akan
menghadapi ujian akhir. Dan kami mendukung segala persiapan untuk
pelaksanaannya. Kami tidak melakukan pemantauan secara langsung
bagaimana prosesnya dan juga hasil akhirnya, nanti pada rapat berikutnya
setelah pelaksanaan ujian, kami mendapat undangan kembali dan
memperoleh informasi hasil ujian akhir sekolah. (3.3/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai pemantauan yang dilakukan oleh komite sekolah pada hasil ujian
akhir, menjelaskan bahwa : “Hasil ujian akhir siswa tidak dipantau langsung
oleh komite sekolah. Komite sekolah hanya mengikuti pertemuan sebelum
pelaksanaan ujian dan setelah pelaksanaan.” (3.3/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
melakukan pemantauan pada hasil ujian akhir. Komite sekolah hanya
mengikuti rapat sebelum pelaksanaan ujian akhir dan setelah ujian akhir serta
memperoleh informasi hasil ujian akhir dari kepala sekolah.
1. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Mediator di Desa Terpencil di SDN 12
Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
1. Perencanaan
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai peran
komite sekolah sebagai penghubung antara komite sekolah dengan sekolah,
dan masyarakat lainnya, menjelaskan bahwa :
Ketua komite sekolah di sekolah ini dipercaya oleh orang tua siswa
sebagai wakil masyarakat yang dapat menjadi mediator antara sekolah dan
masyarakat lainnya. Kami akui pertemuan antara komite sekolah dan
pihak sekolah terjadi hanya jika sekolah mengundang ketua komite
sekolah untuk menghadiri rapat seperti rapat penerimaan BLP. Rapat ini
juga tentu menghadirkan orang tua siswa. Komite sekolah tidak
mempunyai program dan jadwal yang rutin untuk melaksanakan perannya
sebagai mediator. (4.1.1/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
peran komite sekolah sebagai penghubung antara komite sekolah dengan
sekolah, dan masyarakat lainnya, menjelaskan bahwa :
Komite sekolah memang merupakan penghubung antara sekolah dan
masyarakat lainnya. Ini dipercayakan pada ketua komite sekolah yang
dianggap masyarakat di sekolah ini untuk mewakili mereka sebagai mitra
sekolah. Peran sebagai penghubung antara sekolah dengan masyarakat
lainnya ini, sudah dilaksanakan meskipun belum dilakukan secara
maksimal, karena kehadiran komite sekolah dengan segala perannya
sebagai mitra sekolah, hanya ada pada undangan-undangan rapat yang
dilakukan sekolah seperti pada penyusunan perencanaan pengembangan
sekolah dan rapat penerimaan buku laporan pendidian. Ketua komite
menyampaikan beberapa masukan kepada sekolah yang juga merupakan
saran dari beberapa orang tua siswa. Tapi ketua komite belum memiliki
jadwal yang rutin untuk mengunjungi sekolah dan melaksanakan perannya
secara maksimal. (4.1.1/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
peran komite sekolah sebagai penghubung antara komite sekolah dengan
sekolah, dan masyarakat lainnya, menjelaskan bahwa :
Jika ada saran dari orang tua siswa untuk sekolah, kami berusaha untuk
menyampaikannya pada kepala sekolah. Karena kami dipercaya oleh
mereka untuk menjadi penghubung antara sekolah dan masyarakat. Tapi
kami tidak memiliki jadwal untuk selalu mengunjungi sekolah. Jika
memperoleh undangan dari sekolah untuk rapat BLP, atau rapat-rapat
lainnya, kami selalu hadir, dan itu kami gunakan untuk menyampaikan
segala permasalahan yang pernah disampaikan oleh orang tua siswa.
(4.1.1/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai peran komite sekolah sebagai penghubung antara komite sekolah
dengan sekolah, dan masyarakat lainnya, menjelaskan bahwa : “Jika ada hal
penting yang ingin diketahui, masyarakat menghubungi ketua komite melalui
telepon, begitu juga sebaliknya. Komite sekolah tidak menjadwalkan secara
khusus
pertemuan
atau
rapat
dengan
masyarakat
lainnya.”
(4.1.1/W/AD/04.12.2012).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kehadiran komite di
sekolah yang banyak diwakili oleh ketua komite hanya ada pada rapat-rapat
yang diadakan sekolah seperti rapat penerimaan buku laporan pendidikan dan
ketika sekolah mengadakan rapat penyusunan rencana pengembangan sekolah.
Komite sekolah tidak memiliki jadwal yang rutin sehingga tidak dapat
melaksanakan perannya secara maksimal. Tapi komite sekolah berusaha untuk
menyampaikan beberapa saran dari orang tua siswa yang ingin disampaikan ke
sekolah melalui komite sekolah.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai peran
komite sekolah mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan
pendidikan, menjelaskan bahwa :
Karena komite sekolah tidak memiliki jadwal yang rutin dan teratur, maka
komite sekolah tidak melakukan pertemuan-pertemuan atau rapat bersama
masyarakat lainnya. Tapi masukan-masukan yang disampaikan ketua
komite merupakan aspirasi dari masyarakat yang mereka sampaikan pada
komite sekolah melalui percakapan-percakapan tidak resmi atau melalui
pesan singkat lewat telpon yang diteruskan oleh ketua komite kepada
kepala sekolah. (4.1.2/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
peran komite sekolah mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan
pendidikan, menjelaskan bahwa :
Aspirasi dari masyarakat khususnya dari orang tua siswa dapat dilihat dari
masukan-masukan yang disampaikan oleh ketua komite pada rapat
penyusunan rencana pengembangan sekolah yang dilaksanakan di sekolah.
Masukan ini juga merupakan saran-saran dari beberapa orang tua siswa.
(4.1.2/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
peran komite sekolah mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan
pendidikan, menjelaskan bahwa : “Hal apa saja yang disampaikan oleh
masyarakat melalui komite sekolah adalah merupakan aspirasi yang harus
disampaikan kepada sekolah dan dapat menjadi pertimbangan sekolah untuk
menyusun perencanaan pendidikan di sekolah.” (4.1.2/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai peran komite sekolah mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk
perencanaan pendidikan, menjelaskan bahwa : “Masyarakat lebih mengetahui
bagaimana kondisi mereka masing-masing. Jadi saran-saran mereka adalah
aspirasi yang berguna untuk sekolah dalam menyusun perencanaan sekolah.”
(4.1.2/W/AD/04.12.2012).
Hasil wawancara dengan seorang masyarakat menjelaskan bahwa :
“Walaupun hanya ketua komite yang sering mengikuti rapat komite dan dewan
guru, tapi ketua komite selalu menyampaikan apa yang menjadi aspirasi
masyarakat. Kami meminta agar sekolah memperbanyak buku-buku pelajaran
untuk sumber belajar siswa.” (4.1.2/W/WK/21.01.2013).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komite sekolah yang
diwakili oleh ketua komite telah memberikan
masukan-masukan yang
merupakan aspirasi dari masyarakat yang mereka sampaikan pada komite
sekolah melalui percakapan-percakapan tidak resmi atau melalui pesan singkat
lewat telepon yang diteruskan oleh ketua komite kepada kepala sekolah disaat
rapat sekolah.
2. Pelaksanaan program
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah mengenai peran
komite sekolah dalam mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah
kepada masyarakat, menjelaskan bahwa :
Berbagai kebijakan dan program sekolah yang penting untuk diketahui
masyarakat diberitahu langsung oleh kepala sekolah secara garis besarnya
saja pada rapat penerimaan buku laporan pendidikan yang diadakan
sekolah. Sekolah mengadakan rapat setiap enam bulan sekali yaitu pada
rapat penerimaan BLP. Jadi komite sekolah tidak mensosialisasikan secara
langsung pada masyarakat. (4.2/W/KS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah mengenai
peran komite sekolah dalam mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah
kepada masyarakat, menjelaskan bahwa : “Segala kebijakan dan program yang
ada di sekolah disosialisasikan langsung oleh sekolah kepada masyarakat
dengan dihadiri oleh kepala sekolah, guru, komite sekolah dan orang tua
siswa.” (4.2/W/WKS/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua komite sekolah mengenai
peran komite sekolah dalam mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah
kepada masyarakat, menjelaskan bahwa :
Kebijakan dan program sekolah apa saja yang ada dan penting pada
rencana pengembangan sekolah yang telah disahkan oleh komite sekolah
diberitahukan langsung oleh kepala sekolah kepada orang tua siswa.
Komite sekolah tidak memiliki agenda khusus untuk mensosialisasikan
kebijakan
dan
program
sekolah
kepada
masyarakat.
(4.2/W/NL/30.11.2012).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komite sekolah
mengenai
peran komite sekolah dalam mensosialisasikan kebijakan dan
program sekolah kepada masyarakat, menjelaskan bahwa : “Kebijakan dan
program sekolah tidak disosialisasikan langsung oleh ketua komite pada
masyarakat lainnya, tapi disosialisasikan langsung oleh kepala sekolah pada
pertemuan dengan orang tua siswa.” (4.2/W/AD/04.12.2012).
Hasil wawancara
yang dilakukan denga dua orang masyarakat
menjelaskan bahwa : “Melalui rapat yang diadakan sekolah, pak ketua komite
sekolah bersama kepala sekolah memberitahukan kepada kami berbagai
kebijakan dan program sekolah.” (4.2/W/WK/21.01.2013).
Sedangkan hasil wawancara lainnya menjelaskan bahwa : “Melalui rapat
sekolah, ketua komite sekolah memberitahukannya kepada masyarakat.”
(4.2/W/NP/21.01.2013).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kebijakan dan program
sekolah disampaikan langsung oleh kepala sekolah pada rapat sekolah dengan
didampingi oleh ketua komite karena komite sekolah tidak mempunyai agenda
khusus untuk melakukan pertemuan dengan masyarakat.
2. Temuan dan Pembahasan
Sebagaimana dimaksudkan dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa masyarakat berhak berperan serta
dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
evaluasi
program
pendidikan. Peran serta masyarakat untuk peningkatan mutu pendidikan pada
satuan pendidikan atau sekolah adalah melalui komite sekolah. Komite sekolah
atau madrasah adalah lembaga mandiri yang di bentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (sekolah/madrasah).
Pembentukan komite sekolah ditujukan untuk mewadahi, meyalurkan
aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan
program pendidikan di satuan pendidikan, meningkatkan tanggung jawab dan
peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan, serta menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan serta pelayanan
pendidikan yang
berkualitas di satuan pendidikan baik di daerah perkotaan maupun di desa
terpencil.
Berkaitan dengan masalah yang diteliti sesuai fokus penelitian yang
melihat peran komite sekolah dalam pengembangan sekolah di desa terpencil
sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan penghubung di
SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme.
1. Partisipasi Komite Sekolah Sebagai Pemberi Pertimbangan di Desa
Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten
Gorontalo
a. Perencanaan sekolah
Temuan hasil penelitian pada partisipasi komite sekolah di desa terpencil
di SDN 12 Bongomeme dalam penyusunan perencanaan program sekolah telah
dilakukan dengan memberikan saran dan masukan kepada sekolah dan komite
sekolah telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan rencana kerja sekolah yang
diadakan di sekolah. Orang tua siswa juga pernah memberi saran agar sekolah
membuat program yang melibatkan komite sekolah yaitu program pendidikan
terjangkau, yang ditujukan untuk siswa-siswa yang tidak mampu,
Segala sesuatu dalam kehidupan ini mesti direncanakan. Apa lagi
kelembagaan seperti sekolah, haruslah direncanakan sebelum melakukan
aktivitasnya. Di era otonomi daerah, desentralisasi pengelolaan pendidikan
mengharuskan adanya partisipasi komite sekolah dan stakeholders lainnya
untuk bahu membahu dalam merumuskan rencana pendidikan di sekolah,
begitu pula yang seharusnya terjadi di sekolah yang terdapat di desa terpencil.
Perencanaan sekolah adalah proses merumuskan terlebih dahulu terhadap
segala sesuatu yang dilakukan sekolah di masa yang akan datang. Karena
sekolah adalah penyelenggara pendidikan untuk masyarakat, jadi sekolah harus
memiliki perencanaan pendidikan di sekolahnya yang tertuang pada Rencana
Pengembangan Sekolah dan Rencana Kerja Sekolah.
Pada hakekatnya perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan
menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi seperti
(peristiwa, keadaan, suasana), dan sebagainya.
Sedangkan menurut Beeby, C.E (dalam Enoch, 1992), bahwa perencanaan
pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan
kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan
kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk
mengembangkan potensi sistem pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan
bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
b. Pelaksanaan proses belajar mengajar
Temuan hasil penelitian pada partisipasi komite sekolah di desa terpencil
di SDN 12 Bongomeme adalah adanya pemberian saran komite sekolah pada
guru terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Melalui rapat sekolah,
komite sekolah memberikan masukan tentang tersedianya buku-buku pelajaran
sesuai kebutuhan siswa, dan media pembelajaran lainnya demi kelancaran
proses belajar siswa. Komite sekolah berdasarkan masukan dari orang tua
siswa menyarankan agar sekolah dapat meminjamkan buku pelajaran untuk
siswa khususnya siswa kelas satu dan kelas dua yang belum lancar membaca.
Masukan lainnya adalah pemberian tugas rumah yang tidak terlalu membebani
siswa, mengingat kemampuan rata-rata pendidikan orang tua siswa hanya
sebatas mendampingi saja.
Masukan dari komite sekolah ini menunjukkan ada perhatian dari orang
tua siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran untuk anak-anak mereka.
Pemanfaatan media yang sesuai pada proses pembelajaran dapat menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar. Begitu pula halnya dengan tersedianya
buku pelajaran dalam kelas sebagai fasilitas belajar yang dapat menunjang
terlaksananya proses belajar mengajar demi peningkatan kualitas pendidikan
siswa. Masukan lainnya seperti dalam pemberian tugas rumah, orang tua siswa
mengharapkan ada kerja sama dari guru dan orang tua.
Banyak faktor yang mempengaruhi belajar, salah satu diantara faktorfaktor tersebut adalah fasilitas belajar. Meskipun fasilitas belajar hanya
sebagian kecil dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, namun
keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab, tanpa adanya fasilitas
belajar kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak akan dapat terlaksana dengan
baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Adapun kelengkapan fasilitas yang dimilki oleh sekolah haruslah dapat
membantu terselenggaranya proses belajar mengajar seperti tersedianya bukubuku pelajaran, buku-buku bacaan yang tersedia di perpustakaan, alat tulis
menulis, alat-alat peraga, serta alat-alat didik lainnya yang tersedia baik di
perpustakaan maupun di laboratorium (Suardiman, 1988:60-61).
Pembelajaran yang dikembangkan melalaui media sangat besar fungsi dan
kegunaannya. Tidak sekedar mampu menyampaikan informasi sebagaimana
yang terjadi pada pembelajaran konvensional pada umumnya, namun lebih dari
itu pembelajaran yang mengunakan media menjadikan proses penyampaian
informasi pada siswa menjadi lebih menarik.
Menurut Susilana (2008:9), secara umum media mempunyai kegunaan: (1)
memperjelas pesan agar tidak verbalistis; (2) mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, tenaga dan daya indera; (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih
langsung antara murid dan sumber belajar; (4) memungkinkan anak belajar
mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual , auditori dan
kinestetiknya;
(5) memberi
rangsangan
yang sama, mempersamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Pemberian tugas rumah atau dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah
(PR) dikatakan sebagai suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa
untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut
siswa belajar mengerjakan tugas untuk meningkatkan hasil belajar.
PR juga merupakan alat komunikasi antara orang tua dan guru di mana PR
mewakili diri guru. PR yang guru berikan bukan hanya sekedar untuk mengisi
waktu luang atau dibuat sangat sulit dengan harapan agar orang tua banyak
berperan aktif dalam penggarapannya (Renee, 2008:55).
c. Pengelolaan sumber daya pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada partisipasi komite sekolah di desa
terpencil di SDN 12 Bongomeme dalam memberikan pertimbangan tentang
sarana dan prasarana, menunjukkan
bahwa komite sekolah pernah
menyarankan kepada orang tua siswa agar dapat memberikan sumbangan uang
lima ribu rupiah setiap semester untuk pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah. Komite sekolah juga menyarankan untuk guru yang membutuhkan
bantuan orang tua siswa untuk mengadakan media sederhana untuk
pembelajaran siswa, yang mudah diperoleh di sekitar rumah siswa dapat
menghubungi orang tua siswa atau komite sekolah.
Hasil temuan lainnya menunjukkan bahwa komite sekolah memperoleh
informasi mengenai anggaran pendidikan di sekolah melalui pemberitahuan
kepala sekolah pada rapat sekolah. Melalui rapat ini juga komite sekolah
memberikan masukan hal dan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan
disekolah untuk menjadi bagian perencanaan pengembangan sekolah hingga
penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah setelah
mendengarkan segala sumber dana yang ada di sekolah. Komite sekolah juga
pernah menyarankan pemanfaatan anggaran untuk pengadaan seragam siswa
untuk diuangkan saja dan dibagikan kepada beberapa siswa yang juga
membutuhkan.
Berdasarkan hasil temuan ini menunjukkan bahwa komite sekolah telah
berperan serta memberikan pertimbangan dalam pengelolaan sumber daya
pendidikan pada penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan dan pembelajaran
yang mendapatkan dukungan masyarakat, maka salah satu aspek penting dalam
RAPBS adalah keterbukaan. Setiap poin kegiatan merupakan program bersama
setiap civitas di sekolah dan stakeholder sekolah maka mereka harus
memahami dan mengerti apa yang terjadi saat perencanaan dan penerapan
RAPBS di sekolah.
Perpaduan analisis kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu
pelaksanaannya ini dinamakan Rencana anggaran Pendapatan dan Belanja
sekolah (RAPBS). Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana
diamanatkan di dalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan hendaknya
memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk
masa
kerja
satu
tahun.
Keberadaan
rencana anggaran
dan
belanja
sekolah memang sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan sebuah
kegiatan yang tertata dan teratur. Dan, setiap elemen terkait, ikut memiliki
sehingga secara aktif ikut berperan dalam pengkondisian manajemen sehat
di sekolah.
Demikian halnya yang perlu dilakukan oleh komite sekolah sebagai
elemen yang terkait harus aktif berperan serta dalam pengelolaan sekolah yang
lebih sehat.
Partisipasi Komite Sekolah
sebagai Pemberi Pertimbangan di Desa Terpencil di SDN 12
Bongomeme Kecamatan Bongomeme
Kabupaten Gorontalo
Perencanaan sekolah
Komite sekolah
terlibat dalam
penyusunan
perencanaan
sekolah
Pelaksanaan proses
belajar mengajar
Komite sekolah
memberikan saran
dalam tersedianya
fasilitas belajar
siswa, sekolah
meminjamkan
buku pelajaran
pada siswa, dan
saran untuk guru
dalam pemberian
tugas rumah bagi
siswa
Pengelolaan sumber
daya pendidikan
Komite sekolah
memberi
pertimbangan
dalam rencana
pengelolaan
anggran sekolah
Gambar 4.1Diagram Konteks Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi
Pertimbangan di Desa Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan
Bongomeme Kabupaten Gorontalo
2.
Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pendukung di Desa Terpencil di SDN
12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
a. Pengelolaan sumber daya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah tidak melakukan
pemantauan langsung kondisi guru yang ada di sekolah. Komite sekolah hanya
mengetahui jumlah guru. Temuan penelitian lainnya adalah komite sekolah
memperoleh informasi tingkat pendidikan, kehadiran, dan berapa jumlah guru
yang dibutuhkan sekolah berdasarkan pemberitahuan dari kepala sekolah pada
rapat sekolah. Hal ini menunjukkan kurang adanya hubungan yang efektif
antara guru, dan masyarakat, karena informasi tentang kondisi guru dan tenaga
kependidikan lainnya diketahui masyarakat setelah ada pemberitahuan dari
kepala sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
sarana
yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai
sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar,
yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat
efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian
tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan
pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan
tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan serta keadaan tenaga
pendidik yang ada di sekolah. Dengan kata lain, antara sekolah dan masyarakat
harus dibina suatu hubungan yang harmonis.
Secara etimologis, hubungan masyarakat diterjemahkan dari perkataan
bahasa inggris “public relation”, yang berarti hubungan lembaga (sekolah)
dengan masyarakat ialah sebagai hubungan timbal balik antara suatu organisasi
dengan masyarakatnya.
Mengutip pendapat Onong U. Effendi dalam buku yang ditulis tim dosen
jurusan Administrasi Pendidikan (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan,
2003:150), mengemukakan bahwa “Human Relation dan public relation adalah
kegiatan berencana untuk menciptakan, membina, dan memelihara sikap budi
yang menyenangkan bagi organisasi disatu pihak dan publik di pihak lain”.
Untuk mencapainya adalah dengan jalan komunikasi yang baik dan luas secara
timbal balik.
b. Pengelolaan sarana dan prasarana
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah tidak memantau
langsung kondisi sarana dan prasarana sekolah. Kondisi sesungguhnya
diperoleh dari pemberitahuan kepala sekolah pada rapat sekolah. Temuan hasil
penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah telah memobilisasi bantuan
untuk sekolah sesuai dengan kemampuan orang tua siswa dalam pembuatan
lapangan voli di sekolah. Temuan hasil penelitian lainnya yaitu komite sekolah
pernah berupaya untuk memobilisasi bantuan untuk pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah berupa sumbangan lima ribu rupiah setiap siswa untuk setiap
semester. Tapi rencana ini tidak dapat dilanjutkan pelaksanaannya karena
adanya larangan dari pemerintah untuk melakukan pungutan pada masyarakat.
Pada era globalisasi seperti sekarang kita dituntut kesiapan yang lebih
matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu andalan
untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan zaman. Persiapan sumber daya manusia dalam bidang
pendidikan dilakukan sejak dari masa pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Peran sarana dan prasarana pendidikan sangat penting dalam memperlancar
pelaksanaan proses pembelajaran. Satu sisi harapan yang dibebankan pada
dunia pendidikan sangat banyak, tetapi di sisi lain dunia pendidikan
mempunyai banyak masalah yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah adalah merupakan tanggung
jawab bersama, yaitu sekolah, masyarakat dan pemerintah. Pihak sekolah bisa
mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan kepada
instansi atasan seperti kepada pemerintah melalui Disdikpora provinsi,
kabupaten/kota, bisa juga kepada pihak komite sekolah mengajukan RAPBS
(Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah) pada waktu awal tahun
pelajaran atau mungkin sumbangan dari masyarakat.
c. Pengelolaan anggaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah tidak melakukan
pemantauan langsung pada kondisi anggaran sekolah. Hanya berdasarkan
pemberitahuan kepala sekolah komite sekolah dapat mengetahui sember dan
besarnya anggaran pendidikan yang ada di sekolah. Temuan lainnya adalah
komite sekolah telah berupaya untuk memobilisasi bantuan dana untuk
sekolah, tapi tidak dapat terlaksana dan berkelanjutan karena terbentur pada
larangan pemerintah untuk melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada
masyarakat.
Partisipasi masyarakat khususnya komite sekolah yang dibutuhkan oleh
sekolah, tidak hanya sekedar dalam bentuk dana, terutama untuk masyarakat
yang memiliki penghasilan rendah. Komite sekolah harus dapat memobilisasi
bantuan yang berupa barang atau jasa untuk sekolah, mengingat adanya
larangan dari pemerintah untuk melakukan pungutan dana kepada masyarakat.
Dengan adanya peningkatan besarnya BOS untuk tiap peserta didik khususnya
pada Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), maka
pemerintah dengan tegas melarang adanya pungutan biaya pendidikan pada
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Permendikbud N.60 Tahun 2011 Tentang Larangan Pungutan pada SD
dan SMP. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh,
Permen nomor 60 tahun 2011 mulai berlaku 2 Januari 2012. Larangan berlaku
untuk sekolah-sekolah negeri, sekolah-sekolah swasta yang menerima BOS,
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), dan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI). Sekolah yang dimaksud adalah yang setara dengan SD
dan SMP, termasuk SLB, SMP-LB, dan SMP Terbuka.
Pengelolaan
sumber daya
Partisipasi Komite Sekolah sebagai
Pendukung di Desa Terpencil
di SDN 12 Bongomeme
Kecamatan Bongomeme
Kabupaten Gorontalo
Pengelolaan
sarana
dan prasarana
* Sekolah perlu
menjalin
komunikasi yang
luas dan timbal
balik
*Permendikbud
N.60 Tahun
2011
Pengelolaan
anggaran
Gambar 4.2 Diagram Konteks Peran Komite Sekolah sebagai Pendukung di Desa
Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme
Kabupaten Gorontalo
3.
Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pengontrol di Desa Terpencil di SDN
12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
a. Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah tidak melakukan
pengontrolan secara langsung proses perencanaan pendidikan di sekolah.
Komite sekolah hanya memberikan masukan berdasarkan informasi kepala
sekolah tentang kondisi sekolah. Temuan lainnya adalah komite sekolah telah
ikut
mengesahkan
rencana
kegiatan
sekolah,
tapi
tidak
melakukan
pengontrolan perencanaan pendidikan secara langsung bagaimana realisasi
berbagai masukan dari komite sekolah.
Perencanaan
pendidikan
adalah
suatu
proses
intelektual
yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta
memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi
(taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusankeputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidangbidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis
kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh
kegiatan lain.
Temuan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komite sekolah tidak
melakukan pengontrolan secara langsung pada proses pengambilan keputusan
di sekolah. Komite sekolah telah memberikan saran-saran untuk pendidikan
disekolah, tapi dalam realisasi dan pengambilan keputusan, komite sekolah
tidak banyak melakukan pengontrolan. Setelah menjadi suatu konsep
perencanaan pengembangan sekolah, ketua komite hanya ikut mengesahkan
saja. Temuan penelitian lainnya adalah komite sekolah ikut memantau
pelaksanaan pada bantuan pengadaan seragam siswa yang diperoleh sekolah.
Komite sekolah menyarankan agar dana ini diuangkan saja dan tidak diberikan
seluruhnya kepada siswa yang bersangkutan, tapi diberikan juga kepada siswa
lainnya yang membutuhkan tapi tidak tercover dalam nama penerima bantuan.
Pada tahap pengontrolan atau pengawasan tersebut, dapat mempengaruhi
proses perencanaan manajemen yang akan datang, karena dengan pengawasan
berarti dilakukannya evaluasi untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan yang
terjadi agar dapat diperbaiki pada proses manajemen ke depan. Karena itu,
peran komite sekolah dalam pengontrolan pengambilan keputusan di sekolah
sangat diperlukan agar tujuan yang ingin dicapai dapat direalisasikan.
b. Memantau pelaksanaan program sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah kurang melakukan
pengawasan terhadap kualitas program sekolah. Program sekolah yang ada
sekarang
menurut komite sekolah sudah cukup bagus. Temuan penelitian
lainnya adalah komite sekolah telah ikut mengesahkan RKS dan RKAS, tapi
komite sekolah belum ikut merevisi kembali bersama kepala sekolah, untuk
penyusunan perencanaan program sekolah selanjutnya.
Program sekolah merupakan suatu pedoman, petunjuk arah, dan penggerak
yang menentukan semua aktivitas yang ada di sekolah. Bermutu atau tidaknya
suatu kegiatan sekolah sangat tergantung pada program yang dibuat. Apabila
program sekolahnya baik maka kegiatan-kegiatan sekolahnya pun akan baik,
dan begitu pula sebaliknya apabila program sekolahnya tidak bermutu maka
sudah barang tentu kegiatan-kegiatan sekolahnya tidak akan bermutu pula.
Berkaitan dengan program sekolah ini sangat berkaitan dengan ketercapaian
tujuan pendidikan. Perlu diketahui bahwa semua kegiatan yang dilakukan di
sekolah yang merupakan realisasi dari program sekolah yang telah dibuat,
semua itu harus bermuara pada satu titik yakni tercapainya tujuan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan pada uraian di atas tampak jelas bahwa program sekolah
sangat penting dalam dunia persekolahan. Oleh karena itulah, mengingat
pentingnya
program
sekolah,
maka
untuk
menjaga
mutu
dan
pengembangannya ke arah yang lebih baik, program sekolah ini harus selalu
dievaluasi secara berkelanjutan. Sehingga dengan dilakukannya evaluasi yang
kontinyu, dari waktu ke waktu program sekolah akan semakin bermutu. Dari
hasil evaluasi inilah, dapat dilakukan perbaikan-perbaikan, pengembangan, dan
peningkatan program sekolah sehingga akan semakin sempurna sesuai dengan
tuntutan dan harapan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Evaluasi pelaksanaan program sangat membantu penyusun program untuk
mengetahui apakah program yang dibuat dilaksanakan sesuai dengan prosedur,
dan hasilnya akan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang
direncanakan (Arikunto, 1993: 297).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah tidak memantau
alokasi keseluruhan anggaran pelaksanaan program sekolah. Komite sekolah
mengetahui alokasi anggaran pendidikan di sekolah melalui pemberitahuan
kepala sekolah.
Pelibatan masyarakat khususnya komite sekolah dalam mengelola sumber
daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu dan
mengontrol pengelolaan pendidikan.
c. Memantau out put pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah tidak melakukan
pemantauan pada hasil ujian akhir. Komite sekolah hanya mengikuti rapat
sebelum pelaksanaan ujian dan setelah ujian serta memperoleh informasi hasil
ujian akhir sekolah.
Ujian akhir sekolah merupakan suatu hal yang harus dihadapi siswa untuk
menentukan kemampuan mereka dan mengetes seberapa rajinkah kita
mengikuti pelajaran disekolah. Bagi sebagian orang itu adalah hal yang biasa,
tetapi ada sebagian orang kurang percaya diri dalam menghadapi ujian akhir
sekolah ini. Komite sekolah sebagai wakil masyarakat diperlukan peranannya
untuk melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap ujian akhir, bukan
hanya hasil akhirnya saja tapi mulai dari proses persiapan menjelang ujian,
pelaksanaan hingga hasil akhir ujian sekolah demi menjamin mutu lulusan.
Mutu dari segi proses mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan
efisiensi
keseluruhan
faktor-faktor
atau
unsur-unsur
yang
berperan
dalam proses pendidikan. Mutu pendidikan itu dapat dilihat dari sisi proses
dan lulusan yang dihasilkannya. Pendidikan yang bermutu dari sisi proses
diukur oleh ketepatan, kelengkapan dan efisiensi pengelolaan faktor-faktor
yang terlibat dalam proses pendidikan serta peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna, yang ditunjang oleh proses belajar mengajar
yang efektif. Untuk itu diperlukan peran dari komite sekolah sebagai mitra
sekolah untuk selalu melakukan pengawasan.
Menurut Sujamto (1996:9) “Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan
untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan tugas dan kegiatan apakah sesuai dengan yang semestinya atau
tidak.
Perencanaan
Pendidikan &
pengambilan
keputusan
Partisipasi
Komite Sekolah
sebagai Pengontrol di Desa
Terpencil di SDN 12 Bongomeme
Kecamatan Bongomeme
Kabupaten Gorontalo
Pelaksanaan
Program
Sekolah
Melakukan
evaluasi
program &
Meningkatkan
pengawasan
output
pendidikan
Gambar 4.3 Diagram Konteks Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol di desa
terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme
Kabupaten Gorontalo
4. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Mediator di Desa Terpencil di SDN 12
Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
a. Perencanaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran komite di sekolah lebih
banyak diwakili oleh ketua komite. Ketua komite selalu hadir pada rapat-rapat
yang diadakan sekolah seperti rapat penerimaan buku laporan pendidikan dan
ketika sekolah mengadakan rapat penyusunan rencana pengembangan sekolah.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa komite sekolah tidak memiliki jadwal
yang rutin sehingga tidak dapat melaksanakan perannya secara maksimal. Tapi
komite sekolah berusaha untuk menyampaikan beberapa saran dari orang tua
siswa yang ingin disampaikan ke sekolah melalui komite sekolah.
Temuan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komite sekolah yang
diwakili oleh ketua komite telah memberikan
masukan-masukan yang
merupakan aspirasi dari masyarakat yang mereka sampaikan pada komite
sekolah melalui percakapan-percakapan tidak resmi atau melalui pesan singkat
lewat telepon yang diteruskan oleh ketua komite kepada kepala sekolah disaat
rapat sekolah.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seorang akan selalu memiliki tujuan
dan cara mengerjakan, mengambil waktu tertentu, serta mengambil tempat
tertentu. Dengan demikian, perencanaan, dapat didefinisikan sebagai upaya
menentukan apa yang akan dikerjakan, bagaimana cara, mengerjakan,
bilamana dikerjakan, serta di mana dikerjakan untak mencapai tujuan tertentu.
Betapa pun besarnya kemampuan seseorang dalam melakukan perencanaan,
manusia tetap memiliki keterbatasan dalam melakukan perencanaan. Apalagi
bila perencanaan yang dilakukan menyangkut suatu lembaga seperti sekolah
diperlukan kerja sama antara berbagai pihak dengan spesifikasi kemampuan
masing-masing. Demikian pula dengan komite sekolah sebagai wakil
masyarakat,
perannya
sebagai
penghubung
sangat
diperlukan
untuk
mengidentifikasi berbagai aspirasi masyarakat lainnya untuk disampaikan
kepada sekolah sebagai masukan untuk menyusun perencanaan pendidikan di
sekolah.
Perencanaan pendidikan adalah suatu kegiatan melihat masa depan dalam
hal
menentukan
kebijakan,
prioritas
dan
biaya
pendidikan
dengan
memprioritaskan kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik
untuk mengembangkan sistem pendidikan negara dan pesera didik yang
dilayani oleh sistem tersebut (Sa’ud:2007).
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait,
tidak bisa dipisahkan. Di antara faktor tersebut adalah keterlibatan masyarakat
dalam berbagai bentuk kegiatan. Mulai bantuan pemikiran, sarana dan
prasarana, pembiayaan serta aspek lain. Selain itu, kinerja kepala sekolah juga
menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Kedua unsur ini perlu melakukan
kerjasama kolaboratif dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara yuridis,
tuntutan keterlibatan masyarakat itu ditetapkan dalam.
Kepmendiknas nomor 44 tahun 2002 tentang Komite Sekolah sebagai
lembaga resmi yang menjadi mitra sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan, peran dan fungsi komite sekolah telah diatur dengan jelas dalam
peraturan ini. Diantara poin dalam Kepmendiknas itu adalah komite sekolah
bekerja sama dengan kepala sekolah untuk mengelola pendidikan.
b. Pelaksanaan program
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dan program sekolah
disampaikan oleh kepala sekolah bersama ketua komite pada rapat sekolah
karena komite sekolah tidak mempunyai agenda khusus untuk melakukan
pertemuan dengan masyarakat.
Keberhasilan suatu program tidak lepas dari peranan manajemen yang
baik. Karena manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan
untuk mencapai sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
Kenyataan ini menunjukkan pentingnya memberi
pemahaman serta keterampilan kepada komite sekolah dan kepala sekolah agar
bisa menjalankan tugas secara sempurna. Dengan harapan kedua lembaga ini
bisa bekerja sama dalam penyelenggaraan pendidikan.
Samani mengatakan sekolah bukan sekolah. Artinya, ada komponen lain,
termasuk masyarakat. Kepala sekolah perlu mendapat pendamping dalam
mengelola pendidikan. Dengan demikian, di masyarakat akan terjadi perubahan
sikap dari sekedar menitipkan anak menjadi pemilik sekolah. Hal ini akan
terjadi jika partisipasi masyarakat sudah berjalan (2001, 152-153).
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sekolah ini dipengaruhi oleh
keterampilan kepala sekolah dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat.
Compbel mengatakan, selain tugas administrator, kepala sekolah juga memiliki
tugas komprehensif. Salah satunya adalah menjalin kemanusiaan dengan
masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan akan terbangun (Mantja, 2002).
Pidarta menambahkan kepala sekolah harus memiliki tiga keterampilan
yaitu : (1)keterampilan konseptual, yaitu kemampuan memahami dan
mengoperasioanlkan organisasi sekolah; (2) keterampilan manusiawi, yaitu
keterampilan melakukan kerjasama, memotivasi dan memimpin, dan (3)
keterampilan teknis, yaitu kemampuan menerapkan metode-metode dalam
pengelolaan sekolah (Pidarta :1988).
Untuk itu kepala sekolah perlu memiliki keterampilan untuk memberi
motivasi kepada masyarakat khususnya komite sekolah sebagai mitra kerja
kepala sekolah dalam melaksanakan pengelolaan pendidikan dan dapat
memaksimalkan peran komite sekolah sebagai mediator.
Partisipasi Komite Sekolah
sebagai Mediator di Desa Terpencil di SDN 12
Bongomeme Kecamatan Bongomeme
Kabupaten Gorontalo
Mengidentifikasi aspirasi
masyarakat dalam
penyunan perencanaan
Menyampaikan kebijakan dan
program sekolah kepada
masyarakat melalui rapat sekolah
Gambar 4.4 Diagram Konteks Peran Komite Sekolah sebagai Mediator di Desa
Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
Download